Ramuan Nabati
-
Upload
nofrizal2911 -
Category
Documents
-
view
520 -
download
0
Transcript of Ramuan Nabati
Ramuan NabatiPengendali Organisme Pengganggu Tanaman
PadaPertanian Organik
Penulis
Zulkifli Sutan Mancayo
Andrawandi Eka Putra
Syaiful
Nofrizal
E. St. Pamenan
INSTITUT PERTANIAN ORGANIK AIE ANGEK( IPO AIE ANGEK)
Kenagarian Aie Angek Kecamatan X KotoKabupaten Tanah Datar – Sumatera Barat
Kata Pengantar
Seperti layaknya sebuah lembaga perguruan tinggi, Institut Pertanian
Organik (IPO) Aie Angek juga turut melaksanakan konsep Tridharma yaitu
Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat.
Dengan melewati proses yang panjang disertai kerja keras yang tak kenal
lelah dari para pengelola serta relawan IPO Aie Angek, maka telah
didokumentasikan berbagai hasil penelitian dan pengalaman dalam pengelolaan
pertanian organik. Salah satunya antara lain pembuatan dan penggunaan ramuan
nabati sebagai pengganti bahan kimia buatan sebagai pengendali OPT.
Sebagai perwujudan dari pelaksanaan Tridharma, maka disusunlah buku
ini dengan menyajikan berbagai formulasi ramuan nabati hasil olahan dari sumber
daya lokal yang sudah diteliti dan diaplikasikan oleh petani pakar dan relawan di
IPO Aie Angek, dimana tata cara meramu dan menggunakannya diuraikan dalam
bahasa yang sederhana.
Sebagai hasil dari penelitian yang dilakukan secara intensif serta beranjak
dari pengalaman pada kondisi tempat yang relatif sama dengan Aie Angek
formulasi-formulasi yang terdapat di dalam buku ini dapat digunakan, namun
yang lebih utama adalah buku ini sebagai pembuka mata dan wacana pemikiran
untuk memberdayakan potensi dan sumber daya lokal untuk bisa mandiri dan
terlepas dari ketergantungan terhadap pihak lain sehingga kemandirian dapat
diwujudkan.
Segala saran serta kritik yang konstruktif sangat diharapkan untuk
perbaikan dan pengembangan buku ini di masa yang akan datang. Semoga buku
ini dapat bermanfaat dalam pengembangan pertanian organik khususnya dan
memperkaya khazanah pengetahuan pada umumnya.
Padang, Agustus 2006
Pendahuluan
Serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah salah satu faktor
yang sering menyebabkan gagalnya suatu usaha pertanian, termasuk juga pada
pelaksanaan pertanian secara organik.
Serangan OPT ini sering menjadi persoalan pada tahap awal, yaitu antara
1-3 tahun, tergantung kepada lamanya waktu terjadinya keseimbangan atau
kestabilan ekosistem pada lahan pertanian. Semakin cepat terjadi kestabilan
ekosistem pada lahan pertanian maka akan semakin rendah pula tingkat serangan
OPT pada lahan tersebut. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor ekosistem seperti
serangga berguna (predator dan parasitoid), mikroba berguna (entopatogen, agens
antagonis dan dekomposer), tanaman, dan faktor abiotik berada dalam
keseimbangan ekosistem yang dinamis.
Predator dan parasitoid dapat tertarik dengan menanam aneka tanaman
bunga-bungaan. Setiap kali kenaikan populasi pemakan tanaman akan diikuti pula
oleh kenaikan populasi musuh alami, demikian pula halnya dengan penyakit
tanaman.
Pada tahap awal pengembangan pertanian organik, kadang-kadang
dijumpai serangan penyakit, tetapi dengan melaksanakan penanaman secara
polikultur maka serangan pemakan tanaman dan penyakit tanaman tidak separah
yang ditemukan pada sistem budidaya pertanian secara konvensional. Selanjutnya
setelah beberapa musim, akan terjadi penurunan serangan penyakit tanaman, baik
itu oleh kelompok jamur maupun kelompok bakteri. Hal ini disebabkan oleh
semakin banyak bahan organik yang diberikan kepada tanah, dan hal ini akan
semakin merangsang pertumbuhan agens antagonis seperti Trichoderma,
Gliocladium, Pseudomonas fluoroscens (Pf), apalagi kalau pada tahap awal
pengembangan pertranian organik sering dilakukan investasi agens hayati
tersebut.
Untuk mencegah terjadinya ledakan OPT pada budidaya pertanian secara
organik, terutama sekali pada tahap awal pengembangannya, sangat perlu
dilakukan upaya pengendalian dini. Upaya ini dapat dilakukan dengan
mengeliminir atau meniadakan sumber serangan tersebut, baik melalui aplikasi
agens hayati maupun ramuan nabati dan pengendalian secara mekanis.
Pengendalian OPT menggunakan ramuan nabati sebagai pengganti bahan
kimia, sangatlah diperlukan terutama untuk menekan populasi atau tingkat
serangan OPT secara cepat. Banyak jenis tumbuhan yang potensial untuk
digunakan sebagai ramuan nabati.
Penggunaan bahan tumbuhan untuk pengendalian OPT dapat dilakukan
secara tunggal maupun dalam bentuk campuran (ramuan). Agar pengendalian
OPT terutama menggunakan ramuan nabati berhasil dengan baik, maka tindakan
pengendalian baik preventif maupun kuratif harus dikelola dalam sistem
Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
Ramuan Nabati
Secara umum, ramuan nabati diartikan sebagai suatu bahan yang berasal
dari tumbuhan yang digunakan untuk pengendalian OPT.
Ramuan nabati relatif mudah untuk dibuat dengan kemampuan dan
pengetahuan yang terbatas. Oleh karena terbuat dari bahan alami/nabati maka
jenis ramuan nabati ini bersifat mudah terurai (Biodegradable) di alam sehingga
tidak mencemari lingkungan, ralatif aman bagi manusia dan hewan ternak serta
residunya mudah hilang.
Ramuan nabati bersifat pukul dan lari (Hit and Run) yaitu apabila
diaplikasikan akan membunuh pemakan tanaman pada waktu itu dan setelah
hamanya terbunuh maka residunya akan cepat menghilang di alam. Dengan
demikian tanaman akan terbebas dari residu pestisida dan aman dikonsumsi.
Ramuan nabati sudah sejak lama digunakan oleh petani. Seperti
penggunaan tembakau yang sudah dipraktekkan sejak tiga abad yang lalu. Tetapi
pada saat sekarang ini tembakau tidak dianjurkan penggunaannya dalam budidaya
pertanian secara organik. Walaupun demikian banyak jenis tumbuhan yang dapat
digunakan untuk ramuan nabati yang kemampuannya tidaklah kalah dari
tembakau.
Ramuan nabati secara sederhana dapat dibuat petani baik secara
perorangan maupun dalam skala Home industri. Untuk kebutuhan massal dapat
dibuat dengan skala industri dengan menggunakan teknologi tinggi. Ramuan
nabati yang dibuat secara sederhana oleh petani dan Home industri dapat berupa
larutan hasil perasan, rendaman, ekstrak, dan rebusan bagian tumbuhan yakni
berupa akar, umbi, batang, daun, biji dan buah.
Pembuatan dan PenggunaanRamuan Nabati
Dari hasil penelitian dan aplikasi di IPO Aie Angek, telah didapatkan
beberapa formulasi ramuan yang sudah digunakan dalam pengendalian serangan
organisme pemakan tanaman dan serangan penyakit tanaman.
Masing-masing formulasi ramuan tersebut dibuat dengan komposisi dan
bahan yang berbeda pula, seperti untuk patogen dan beberapa organisme pemakan
tanaman.
1. Ramuan AKegunaan: untuk pengendalian serangga penghisap
(kepik dan kutu-kutuan)
Alat-alat:
1. Timbangan2. Gelas ukur3. Kertas label4. Saringan5. Lesung dan alu6. Sarung tangan 7. Pisau8. Baki9. Baskom10. Ember11. Botol atau jirigen sebagai media penyimpanan
Bahan-bahan:
NO JENIS BAHAN JUMLAH1 Daun Surian 5 ons2 Daun Sirsak (Annona sp) 5 ons3 Daun Sirih (Piper bettle L.) ½ ikat4 Daun Cengkeh (Eugenia aromatica L.) 5 ons5 Serai Harum (Cymbopogon citratus) 4 ons6 Daun Sicerek 4 ons7 Daun Mahoni (Switania mahagoni) 5 ons8 Daun Kulit Manis 5 ons9 Garam ½ ons10 Urine Kambing 4 liter
Cara Pembuatan:
Semua bahan ditumbuk satu persatu
Bahan-bahan yang sudah ditumbuk direndam dalam urine kambing
Rendaman bahan diperas dan diambil ekstraknya, kemudian ekstrak
tersebut disaring dan hasil saringan ini ditambah garam
Kemudian disimpan dalam botol/jirigen dan diberi label yang berisi
keterangan tentang ramuan dan tanggal pembuatan
Cara Penggunaan:
500 cc cairan ramuan diencerkan dengan air sebanyak 10 liter, diaduk
dan kemudian dimasukkan ke dalam tangki penyemprot
Penyemprotan pada tanaman dilakukan terutama pada pucuk, kemudian
bagian atas dan bawah daun
Aplikasi pada tanaman dilakukan sebanyak 2 (dua) kali dalam seminggu
sampai dengan populasi kutu tidak membahayakan lagi.
2. Ramuan BKegunaan: untuk pengendalian ulat pemakan daun
Alat-alat:
1. Timbangan2. Gelas ukur3. Kertas label4. Saringan5. Lesung dan alu6. Sarung tangan 7. Pisau8. Baki9. Baskom10. Ember11. Botol atau jirigen sebagai media penyimpanan
Bahan-bahan:
NO JENIS BAHAN JUMLAH1 Daun Lagundi (Vitex trifolia L.) 5 ons2 Bawang Putih (Allium Sativum) 2 ons3 Lengkuas (Alpina Purpurata) 3 ons4 Brotowali (Tinospera tuberculata) 4 ons5 Serai Harum (Cymbopogon citratus) 4 ons6 Pinang Sinawa (Arecha catechu) 1 buah7 Urine Kambing 1 liter
Cara Pembuatan:
Semua bahan ditumbuk satu persatu
Bahan-bahan yang sudah ditumbuk direndam dalam urine kambing
Rendaman bahan diperas dan diambil ekstraknya, kemudian ekstrak
tersebut disaring dan hasil saringan ini ditambah garam
Kemudian disimpan dalam botol/jirigen dan diberi label yang berisi
keterangan tentang ramuan dan tanggal pembuatan
Cara Penggunaan:
500 cc cairan ramuan diencerkan dengan air sebanyak 10 liter, diaduk
dan kemudian dimasukkan ke dalam tangki penyemprot
Penyemprotan pada tanaman dilakukan pada seluruh bagian tanaman
Aplikasi pada tanaman dilakukan sebanyak 2 (dua) kali dalam seminggu
sampai dengan populasi larva atau ulat tidak membahayakan lagi.
3. Ramuan C
Kegunaan: untuk pengendalian ulat pemakan daun
Alat-alat:
1. Timbangan2. Gelas ukur3. Kertas label4. Saringan5. Lesung dan alu6. Sarung tangan 7. Pisau8. Baki9. Baskom10. Ember11. Botol atau jirigen sebagai media penyimpanan
Bahan-bahan:
NO JENIS BAHAN JUMLAH1 Air Kelapa 2 liter2 Ragi Tape 1 butir3 Bawang Putih (Allium Sativum) 4 ons4 Detergen/sabun colek ½ ons5 Kapur Bangunan 4 ons
Cara Pembuatan :
Detergen atau sabun colek dilarutkan dalam air kelapa
Bawang putih ditumbuk sampai halus
Bawang putih, ragi tape, dan kapur bangunan dimasukkan ke dalam
larutan air kelapa dan kemudian disaring
Hasil saringan kemudian difermentasikan selama 20 hari
Kemudian disimpan dalam botol/jirigen dan diberi label yang berisi
keterangan tentang ramuan dan tanggal pembuatan
Cara Penggunaan:
500 cc cairan ramuan diencerkan dengan air sebanyak 10 liter, diaduk
dan kemudian dimasukkan ke dalam tangki penyemprot
Penyemprotan pada tanaman dilakukan pada seluruh bagian tanaman
Aplikasi pada tanaman dilakukan sebanyak 2 (dua) kali dalam seminggu sampai dengan populasi larva atau ulat tidak membahayakan lagi.
4. Ramuan DKegunaan: untuk pengendalian penyakit cendawan/jamur
Alat-alat:
1. Timbangan2. Gelas ukur3. Kertas label4. Saringan5. Lesung dan alu6. Parutan7. Sarung tangan 8. Pisau9. Baki10. Baskom11. Ember12. Botol atau jirigen sebagai media penyimpanan
Bahan-bahan:
NO JENIS BAHAN JUMLAH1 Daun Galinggang Gajah 5 ons2 Lengkuas (Alpina Purpurata) 3 ons3 Jahe (Zingiber officinale) 3 ons4 Ekstrak Thitonia 3 liter5 Bawang Putih (Allium Sativum) 3 ons
Cara Pembuatan:
Daun galinggang gajah ditumbuk halus
Jahe dan lengkuas diparut halus
Ketiga bahan tersebut dimasukkan ke dalam ekstrak thitonia selanjutnya
diperas dan disaring
Kemudian disimpan dalam botol/jirigen dan diberi label yang berisi
keterangan tentang ramuan dan tanggal pembuatan
Cara Penggunaan:
500 cc cairan ramuan diencerkan dengan air sebanyak 10 liter, diaduk
dan kemudian dimasukkan ke dalam tangki penyemprot
Penyemprotan pada tanaman dilakukan pada seluruh bagian tanaman
Aplikasi pada tanaman dilakukan sebanyak 2 (dua) kali dalam seminggu
sampai dengan populasi cendawan/jamur tidak membahayakan lagi.
5. Ramuan EKegunaan: untuk pengendalian penyakit yang
disebabkan bakteri
Alat-alat:
1. Timbangan2. Gelas ukur3. Kertas label4. Saringan5. Lesung dan alu6. Sarung tangan 7. Pisau8. Baki9. Baskom10. Ember11. Botol atau jirigen sebagai media penyimpanan
Bahan-bahan:
NO JENIS BAHAN JUMLAH1 Daun Sirih (Piper bettle L.) ½ ikat2 Kunyit (Curcuma sp) 2 ons3 Bawang Putih (Allium Sativum) 3 ons4 Ekstrak Thitonia 3 liter
Cara Pembuatan:
Semua bahan ditumbuk satu persatu
Bahan-bahan yang sudah ditumbuk direndam dan diaduk di dalam ekstrak
thitonia
Rendaman bahan diperas dan diambil ekstraknya, kemudian ekstrak
tersebut disaring
Kemudian disimpan dalam botol/jirigen dan diberi label yang berisi
keterangan tentang ramuan dan tanggal pembuatan
Cara Penggunaan:
500 cc cairan ramuan diencerkan dengan air sebanyak 10 liter, diaduk
dan kemudian dimasukkan ke dalam tangki penyemprot
Penyemprotan pada tanaman dilakukan pada seluruh bagian tanaman
Aplikasi pada tanaman dilakukan sebanyak 2 (dua) kali dalam seminggu
sampai dengan jumlah koloni bakteri tidak membahayakan lagi.
6. Ramuan IngguKegunaan: untuk pengendalian serangga penghisap
(kepik dan kutu-kutuan)
Alat-alat:
1. Timbangan2. Gelas ukur3. Kertas label4. Saringan5. Lesung dan alu6. Sarung tangan 7. Pisau8. Baki9. Baskom10. Ember11. Botol atau jirigen sebagai media penyimpanan
Bahan-bahan:
NO JENIS BAHAN JUMLAH1 Daun Inggu 1 ½ kg2 Bunga Tahi Ayam 1 ½ kg3 Gambir ½ ons4 Air Kelapa 3 liter5 Air panas ½ liter
Cara Pembuatan:
Daun inggu dan bunga tahi ayam ditumbuk satu persatu
Bahan-bahan yang sudah ditumbuk direndam dalam air kelapa
Rendaman bahan diperas dan diambil ekstraknya, kemudian ekstrak
tersebut disaring dan hasil saringan ini ditambah dengan gambir yang
sudah diencerkan dengan air panas, sebelum gambir dicampurkan dengan
ekstrak, disaring terlebih dahulu
Kemudian disimpan dalam botol/jirigen dan diberi label yang berisi
keterangan tentang ramuan dan tanggal pembuatan
Cara Penggunaan:
1 liter cairan ramuan diencerkan dengan air sebanyak 10 liter, diaduk
dan kemudian dimasukkan ke dalam tangki penyemprot
Penyemprotan pada tanaman dilakukan pada seluruh bagian tanaman
Aplikasi pada tanaman dilakukan sebanyak 2 (dua) kali dalam seminggu
sampai dengan populasi larva atau kutu tidak membahayakan lagi.
7. Ramuan BasamoKegunaan: untuk pengendalian ulat/larva pemakan daun
Alat-alat:
1. Timbangan2. Gelas ukur3. Kertas label4. Saringan5. Lesung dan alu6. Sarung tangan 7. Pisau8. Baki9. Baskom10. Ember11. Botol atau jirigen sebagai media penyimpanan
Bahan-bahan:
NO JENIS BAHAN JUMLAH1 Daun Surian 1 kg2 Daun Tembakau 1 kg3 Daun Lagundi (Vitex trifolia L.) 1 kg4 Daun Thitonia 1 kg 5 Air Kelapa 2 liter6 Gambir ½ ons7 Garam 2 ons
8 Air Panas ½ liter
Cara Pembuatan:
Bahan daun tembakau, daun surian, daun lagundi, dan daun thitonia
ditumbuk satu-persatu
Bahan-bahan yang sudah ditumbuk direndam dalam air kelapa
Rendaman bahan diperas dan diambil ekstraknya, kemudian ekstrak
tersebut disaring dan hasil saringan ini ditambah dengan garam sebanyak 1
ons
Kemudian tambahkan dengan gambir yang sudah dihancurkan dengan air
panas sebanyak ½ liter, sebelum gambir dicampurkan dengan ekstrak,
disaring terlebih dahulu
Kemudian disimpan dalam botol/jirigen dan diberi label yang berisi
keterangan tentang ramuan dan tanggal pembuatan
500 cc cairan ramuan ditambah dengan garam sebanyak 1 ons lalu
diencerkan dengan air sebanyak 10 liter, diaduk dan kemudian
dimasukkan ke dalam tangki penyemprot
Penyemprotan pada tanaman dilakukan terutama pada pucuk kemudian
bagian atas dan bawah daun.
Aplikasi pada tanaman dilakukan sebanyak 2 (dua) kali dalam seminggu
sampai dengan populasi larva atau kutu tidak membahayakan lagi.
Pengendali Anthraknosa
1. Daun Galinggang (katepeng)
Daun galinggang atau katepeng biasanya digunakan untuk mengobati penyakit
kulit seperti panu, kurap, dan kadas, biasanya juga mengobati kurap anjing,
sapi, dan ayam. Panu dan kurap ini merupakan penyakit yang disebabkan oleh
jamur.
2. Daun Tembakau
Daun tembakau biasanya digunakan untuk mengobati kurap sapi, mengusir
kutu-kutu sapi, mengusir lalat di tubuh sapi.
3. Daun Thitonia
Daun thitonia biasanya digunakan untuk obat luka, anti infeksi, mengobati
kurap dan kadas.
4. Daun Legundi
Daun legundi bisa memperkuat ketiga daun di atas dan bisa mengusir hama.
5. Garam Dapur
Mencegah tidak terjadinya fermentasi ketika bahan disimpan
Mencegah tumbuhnya jamur-jamur baru.
6. Gambir sebagai bahan perekat
CARA PENGOLAHAN DAN PEMAKAIAN
Daftar Bahan :
No Nama Bahan Ukuran
1 Daun Galinggang 2 ½ ons
2 Daun Tembakau 2 ½ ons
3 Daun Thitonia 2 ½ ons
4 Daun Legundi 2 ½ ons
5 Garam Dapur 1 ons
6 Gambir 3 buah
Cara Pengolahan :
1. Daun Galinggang, Daun Tembakau, Daun Thitonia, Daun Legundi
ditumbuk halus, kemudian dimasukkan ke dalam ember ditambahkan
garam 1 ons, dan air 1 liter lalu dibiarkan selama satu malam.
2. Daun yang sudah ditumbuk tadi lalu diperas sampai kering, kemudian
ekstraknya disaring.
3. Tiga buah gambir dicairkan dengan 1 gelas air panas.
4. Kedua bahan tersebut digabungkan dan dikocok supaya merata.
5. Cairan lalu dimasukkan ke dalam tangki (pompa sprayer) isi 15 liter. Lalu
dipenuhkan dengan air putih, kemudian dikocok lagi sampai merata dan
siap untuk disemprotkan.
APLIKASI
Ramuan nabati ini sebaiknya disemprotkan semenjak cabe mulai turun
buah. Disemprotkan 1 kali dalam 1 minggu diiringi dengan pengamatan
mingguan. Apabila ada buah cabe yang terserang Antraknosa kita ambil lalu
dibuang keluar lahan.
Penyemprotan dilakukan pada pagi atau sore hari, air semprotan berbentuk
kabut dan menyemprot harus dari bawah menghadap ke atas, sehingga air
menempel pada buah cabe. Apabila musim hujan, garam bisa ditambahkan sampai
2 ½ ons per tangki.
INDIKASI
Ramuan nabati ini bisa mengendalikan serangan Antraknosa sampai 80 %.
Bisa menghentikan serangan pada buah cabe yang telah terserang sampai ¾ %
bahagian buah cabe.
Ramuan ini bisa dipakai selagi aromanya masih khas, apabila aromanya
sudah berubah maka kemampuannya pun sudah menurun. Sebaiknya dibuat setiap
kali kita akan memakai.
Kalau kita akan memakai ramuan nabati, sebaiknya ramuan yang
dibutuhkan kita tanam di pekarangan atau sekeliling lahan kita, supaya kita tidak
susah mencari setiap kali kita akan memakai.
Dari beberapa formulasi ramuan tersebut, takaran yang tercantum dalam
pembuatan ramuan tersebut merupakan takaran/ukuran yang disesuaikan dengan
aplikasi yang dilakukan di IPO Aie Angek, sehingga jika dilakukan aplikasi di
tempat lain sangat besar kemungkinan takaran/ukuran masing-masing bahan yang
digunakan akan berbeda pula jumlahnya.
Penutup
Dari beberapa ramuan yang sudah dan sedang dicoba aplikasinya di IPO
Aie Angek, semakin jelas terlihat bahwa teramat banyak jenis tumbuhan yang
dapat dimanfaatkan sebagai ramuan pengendali serangan OPT dan penyakit
tanaman.
Di IPO Aie Angek sendiri tetap akan terus berupaya meneliti dan
mengaplikasikan berbagai formulasi ramuan sehingga akan semakin banyak
formula ramuan yang bisa digunakan untuk mengatasi serangan organisme
pemakan tanaman dan penyakit tanaman, namun yang pasti kondisi suatu lahan
dengan lahan yang lainnya pasti berbeda begitu juga dengan komoditi yang
ditanam, sehingga formula yang digunakan juga akan berbeda pula.
Yang terpenting adalah keberanian dan keinginan untuk mandiri dan
tergantung terhadap pihak lain dengan mencoba dan menyesuaikan sendiri ramuan
nabati yang akan digunakan dengan kondisi tempat, lahan, dan jenis tanamannya.
Selamat mencoba !!!