Ramuan Nabati

26
Ramuan Nabati Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman Pada Pertanian Organik Penulis Zulkifli Sutan Mancayo Andrawandi Eka Putra Syaiful Nofrizal E. St. Pamenan

Transcript of Ramuan Nabati

Page 1: Ramuan Nabati

Ramuan NabatiPengendali Organisme Pengganggu Tanaman

PadaPertanian Organik

Penulis

Zulkifli Sutan Mancayo

Andrawandi Eka Putra

Syaiful

Nofrizal

E. St. Pamenan

INSTITUT PERTANIAN ORGANIK AIE ANGEK( IPO AIE ANGEK)

Kenagarian Aie Angek Kecamatan X KotoKabupaten Tanah Datar – Sumatera Barat

Kata Pengantar

Page 2: Ramuan Nabati

Seperti layaknya sebuah lembaga perguruan tinggi, Institut Pertanian

Organik (IPO) Aie Angek juga turut melaksanakan konsep Tridharma yaitu

Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat.

Dengan melewati proses yang panjang disertai kerja keras yang tak kenal

lelah dari para pengelola serta relawan IPO Aie Angek, maka telah

didokumentasikan berbagai hasil penelitian dan pengalaman dalam pengelolaan

pertanian organik. Salah satunya antara lain pembuatan dan penggunaan ramuan

nabati sebagai pengganti bahan kimia buatan sebagai pengendali OPT.

Sebagai perwujudan dari pelaksanaan Tridharma, maka disusunlah buku

ini dengan menyajikan berbagai formulasi ramuan nabati hasil olahan dari sumber

daya lokal yang sudah diteliti dan diaplikasikan oleh petani pakar dan relawan di

IPO Aie Angek, dimana tata cara meramu dan menggunakannya diuraikan dalam

bahasa yang sederhana.

Sebagai hasil dari penelitian yang dilakukan secara intensif serta beranjak

dari pengalaman pada kondisi tempat yang relatif sama dengan Aie Angek

formulasi-formulasi yang terdapat di dalam buku ini dapat digunakan, namun

yang lebih utama adalah buku ini sebagai pembuka mata dan wacana pemikiran

untuk memberdayakan potensi dan sumber daya lokal untuk bisa mandiri dan

terlepas dari ketergantungan terhadap pihak lain sehingga kemandirian dapat

diwujudkan.

Segala saran serta kritik yang konstruktif sangat diharapkan untuk

perbaikan dan pengembangan buku ini di masa yang akan datang. Semoga buku

ini dapat bermanfaat dalam pengembangan pertanian organik khususnya dan

memperkaya khazanah pengetahuan pada umumnya.

Padang, Agustus 2006

Pendahuluan

Page 3: Ramuan Nabati

Serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah salah satu faktor

yang sering menyebabkan gagalnya suatu usaha pertanian, termasuk juga pada

pelaksanaan pertanian secara organik.

Serangan OPT ini sering menjadi persoalan pada tahap awal, yaitu antara

1-3 tahun, tergantung kepada lamanya waktu terjadinya keseimbangan atau

kestabilan ekosistem pada lahan pertanian. Semakin cepat terjadi kestabilan

ekosistem pada lahan pertanian maka akan semakin rendah pula tingkat serangan

OPT pada lahan tersebut. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor ekosistem seperti

serangga berguna (predator dan parasitoid), mikroba berguna (entopatogen, agens

antagonis dan dekomposer), tanaman, dan faktor abiotik berada dalam

keseimbangan ekosistem yang dinamis.

Predator dan parasitoid dapat tertarik dengan menanam aneka tanaman

bunga-bungaan. Setiap kali kenaikan populasi pemakan tanaman akan diikuti pula

oleh kenaikan populasi musuh alami, demikian pula halnya dengan penyakit

tanaman.

Pada tahap awal pengembangan pertanian organik, kadang-kadang

dijumpai serangan penyakit, tetapi dengan melaksanakan penanaman secara

polikultur maka serangan pemakan tanaman dan penyakit tanaman tidak separah

yang ditemukan pada sistem budidaya pertanian secara konvensional. Selanjutnya

setelah beberapa musim, akan terjadi penurunan serangan penyakit tanaman, baik

itu oleh kelompok jamur maupun kelompok bakteri. Hal ini disebabkan oleh

semakin banyak bahan organik yang diberikan kepada tanah, dan hal ini akan

semakin merangsang pertumbuhan agens antagonis seperti Trichoderma,

Gliocladium, Pseudomonas fluoroscens (Pf), apalagi kalau pada tahap awal

pengembangan pertranian organik sering dilakukan investasi agens hayati

tersebut.

Untuk mencegah terjadinya ledakan OPT pada budidaya pertanian secara

organik, terutama sekali pada tahap awal pengembangannya, sangat perlu

dilakukan upaya pengendalian dini. Upaya ini dapat dilakukan dengan

mengeliminir atau meniadakan sumber serangan tersebut, baik melalui aplikasi

agens hayati maupun ramuan nabati dan pengendalian secara mekanis.

Page 4: Ramuan Nabati

Pengendalian OPT menggunakan ramuan nabati sebagai pengganti bahan

kimia, sangatlah diperlukan terutama untuk menekan populasi atau tingkat

serangan OPT secara cepat. Banyak jenis tumbuhan yang potensial untuk

digunakan sebagai ramuan nabati.

Penggunaan bahan tumbuhan untuk pengendalian OPT dapat dilakukan

secara tunggal maupun dalam bentuk campuran (ramuan). Agar pengendalian

OPT terutama menggunakan ramuan nabati berhasil dengan baik, maka tindakan

pengendalian baik preventif maupun kuratif harus dikelola dalam sistem

Pengendalian Hama Terpadu (PHT).

Page 5: Ramuan Nabati

Ramuan Nabati

Secara umum, ramuan nabati diartikan sebagai suatu bahan yang berasal

dari tumbuhan yang digunakan untuk pengendalian OPT.

Ramuan nabati relatif mudah untuk dibuat dengan kemampuan dan

pengetahuan yang terbatas. Oleh karena terbuat dari bahan alami/nabati maka

jenis ramuan nabati ini bersifat mudah terurai (Biodegradable) di alam sehingga

tidak mencemari lingkungan, ralatif aman bagi manusia dan hewan ternak serta

residunya mudah hilang.

Ramuan nabati bersifat pukul dan lari (Hit and Run) yaitu apabila

diaplikasikan akan membunuh pemakan tanaman pada waktu itu dan setelah

hamanya terbunuh maka residunya akan cepat menghilang di alam. Dengan

demikian tanaman akan terbebas dari residu pestisida dan aman dikonsumsi.

Ramuan nabati sudah sejak lama digunakan oleh petani. Seperti

penggunaan tembakau yang sudah dipraktekkan sejak tiga abad yang lalu. Tetapi

pada saat sekarang ini tembakau tidak dianjurkan penggunaannya dalam budidaya

pertanian secara organik. Walaupun demikian banyak jenis tumbuhan yang dapat

digunakan untuk ramuan nabati yang kemampuannya tidaklah kalah dari

tembakau.

Ramuan nabati secara sederhana dapat dibuat petani baik secara

perorangan maupun dalam skala Home industri. Untuk kebutuhan massal dapat

dibuat dengan skala industri dengan menggunakan teknologi tinggi. Ramuan

nabati yang dibuat secara sederhana oleh petani dan Home industri dapat berupa

larutan hasil perasan, rendaman, ekstrak, dan rebusan bagian tumbuhan yakni

berupa akar, umbi, batang, daun, biji dan buah.

Page 6: Ramuan Nabati

Pembuatan dan PenggunaanRamuan Nabati

Dari hasil penelitian dan aplikasi di IPO Aie Angek, telah didapatkan

beberapa formulasi ramuan yang sudah digunakan dalam pengendalian serangan

organisme pemakan tanaman dan serangan penyakit tanaman.

Masing-masing formulasi ramuan tersebut dibuat dengan komposisi dan

bahan yang berbeda pula, seperti untuk patogen dan beberapa organisme pemakan

tanaman.

1. Ramuan AKegunaan: untuk pengendalian serangga penghisap

(kepik dan kutu-kutuan)

Alat-alat:

1. Timbangan2. Gelas ukur3. Kertas label4. Saringan5. Lesung dan alu6. Sarung tangan 7. Pisau8. Baki9. Baskom10. Ember11. Botol atau jirigen sebagai media penyimpanan

Bahan-bahan:

NO JENIS BAHAN JUMLAH1 Daun Surian 5 ons2 Daun Sirsak (Annona sp) 5 ons3 Daun Sirih (Piper bettle L.) ½ ikat4 Daun Cengkeh (Eugenia aromatica L.) 5 ons5 Serai Harum (Cymbopogon citratus) 4 ons6 Daun Sicerek 4 ons7 Daun Mahoni (Switania mahagoni) 5 ons8 Daun Kulit Manis 5 ons9 Garam ½ ons10 Urine Kambing 4 liter

Page 7: Ramuan Nabati

Cara Pembuatan:

Semua bahan ditumbuk satu persatu

Bahan-bahan yang sudah ditumbuk direndam dalam urine kambing

Rendaman bahan diperas dan diambil ekstraknya, kemudian ekstrak

tersebut disaring dan hasil saringan ini ditambah garam

Kemudian disimpan dalam botol/jirigen dan diberi label yang berisi

keterangan tentang ramuan dan tanggal pembuatan

Cara Penggunaan:

500 cc cairan ramuan diencerkan dengan air sebanyak 10 liter, diaduk

dan kemudian dimasukkan ke dalam tangki penyemprot

Penyemprotan pada tanaman dilakukan terutama pada pucuk, kemudian

bagian atas dan bawah daun

Aplikasi pada tanaman dilakukan sebanyak 2 (dua) kali dalam seminggu

sampai dengan populasi kutu tidak membahayakan lagi.

2. Ramuan BKegunaan: untuk pengendalian ulat pemakan daun

Alat-alat:

1. Timbangan2. Gelas ukur3. Kertas label4. Saringan5. Lesung dan alu6. Sarung tangan 7. Pisau8. Baki9. Baskom10. Ember11. Botol atau jirigen sebagai media penyimpanan

Bahan-bahan:

Page 8: Ramuan Nabati

NO JENIS BAHAN JUMLAH1 Daun Lagundi (Vitex trifolia L.) 5 ons2 Bawang Putih (Allium Sativum) 2 ons3 Lengkuas (Alpina Purpurata) 3 ons4 Brotowali (Tinospera tuberculata) 4 ons5 Serai Harum (Cymbopogon citratus) 4 ons6 Pinang Sinawa (Arecha catechu) 1 buah7 Urine Kambing 1 liter

Cara Pembuatan:

Semua bahan ditumbuk satu persatu

Bahan-bahan yang sudah ditumbuk direndam dalam urine kambing

Rendaman bahan diperas dan diambil ekstraknya, kemudian ekstrak

tersebut disaring dan hasil saringan ini ditambah garam

Kemudian disimpan dalam botol/jirigen dan diberi label yang berisi

keterangan tentang ramuan dan tanggal pembuatan

Cara Penggunaan:

500 cc cairan ramuan diencerkan dengan air sebanyak 10 liter, diaduk

dan kemudian dimasukkan ke dalam tangki penyemprot

Penyemprotan pada tanaman dilakukan pada seluruh bagian tanaman

Aplikasi pada tanaman dilakukan sebanyak 2 (dua) kali dalam seminggu

sampai dengan populasi larva atau ulat tidak membahayakan lagi.

3. Ramuan C

Page 9: Ramuan Nabati

Kegunaan: untuk pengendalian ulat pemakan daun

Alat-alat:

1. Timbangan2. Gelas ukur3. Kertas label4. Saringan5. Lesung dan alu6. Sarung tangan 7. Pisau8. Baki9. Baskom10. Ember11. Botol atau jirigen sebagai media penyimpanan

Bahan-bahan:

NO JENIS BAHAN JUMLAH1 Air Kelapa 2 liter2 Ragi Tape 1 butir3 Bawang Putih (Allium Sativum) 4 ons4 Detergen/sabun colek ½ ons5 Kapur Bangunan 4 ons

Cara Pembuatan :

Detergen atau sabun colek dilarutkan dalam air kelapa

Bawang putih ditumbuk sampai halus

Bawang putih, ragi tape, dan kapur bangunan dimasukkan ke dalam

larutan air kelapa dan kemudian disaring

Hasil saringan kemudian difermentasikan selama 20 hari

Kemudian disimpan dalam botol/jirigen dan diberi label yang berisi

keterangan tentang ramuan dan tanggal pembuatan

Page 10: Ramuan Nabati

Cara Penggunaan:

500 cc cairan ramuan diencerkan dengan air sebanyak 10 liter, diaduk

dan kemudian dimasukkan ke dalam tangki penyemprot

Penyemprotan pada tanaman dilakukan pada seluruh bagian tanaman

Aplikasi pada tanaman dilakukan sebanyak 2 (dua) kali dalam seminggu sampai dengan populasi larva atau ulat tidak membahayakan lagi.

4. Ramuan DKegunaan: untuk pengendalian penyakit cendawan/jamur

Alat-alat:

1. Timbangan2. Gelas ukur3. Kertas label4. Saringan5. Lesung dan alu6. Parutan7. Sarung tangan 8. Pisau9. Baki10. Baskom11. Ember12. Botol atau jirigen sebagai media penyimpanan

Bahan-bahan:

NO JENIS BAHAN JUMLAH1 Daun Galinggang Gajah 5 ons2 Lengkuas (Alpina Purpurata) 3 ons3 Jahe (Zingiber officinale) 3 ons4 Ekstrak Thitonia 3 liter5 Bawang Putih (Allium Sativum) 3 ons

Page 11: Ramuan Nabati

Cara Pembuatan:

Daun galinggang gajah ditumbuk halus

Jahe dan lengkuas diparut halus

Ketiga bahan tersebut dimasukkan ke dalam ekstrak thitonia selanjutnya

diperas dan disaring

Kemudian disimpan dalam botol/jirigen dan diberi label yang berisi

keterangan tentang ramuan dan tanggal pembuatan

Cara Penggunaan:

500 cc cairan ramuan diencerkan dengan air sebanyak 10 liter, diaduk

dan kemudian dimasukkan ke dalam tangki penyemprot

Penyemprotan pada tanaman dilakukan pada seluruh bagian tanaman

Aplikasi pada tanaman dilakukan sebanyak 2 (dua) kali dalam seminggu

sampai dengan populasi cendawan/jamur tidak membahayakan lagi.

5. Ramuan EKegunaan: untuk pengendalian penyakit yang

disebabkan bakteri

Alat-alat:

1. Timbangan2. Gelas ukur3. Kertas label4. Saringan5. Lesung dan alu6. Sarung tangan 7. Pisau8. Baki9. Baskom10. Ember11. Botol atau jirigen sebagai media penyimpanan

Page 12: Ramuan Nabati

Bahan-bahan:

NO JENIS BAHAN JUMLAH1 Daun Sirih (Piper bettle L.) ½ ikat2 Kunyit (Curcuma sp) 2 ons3 Bawang Putih (Allium Sativum) 3 ons4 Ekstrak Thitonia 3 liter

Cara Pembuatan:

Semua bahan ditumbuk satu persatu

Bahan-bahan yang sudah ditumbuk direndam dan diaduk di dalam ekstrak

thitonia

Rendaman bahan diperas dan diambil ekstraknya, kemudian ekstrak

tersebut disaring

Kemudian disimpan dalam botol/jirigen dan diberi label yang berisi

keterangan tentang ramuan dan tanggal pembuatan

Cara Penggunaan:

500 cc cairan ramuan diencerkan dengan air sebanyak 10 liter, diaduk

dan kemudian dimasukkan ke dalam tangki penyemprot

Penyemprotan pada tanaman dilakukan pada seluruh bagian tanaman

Aplikasi pada tanaman dilakukan sebanyak 2 (dua) kali dalam seminggu

sampai dengan jumlah koloni bakteri tidak membahayakan lagi.

Page 13: Ramuan Nabati

6. Ramuan IngguKegunaan: untuk pengendalian serangga penghisap

(kepik dan kutu-kutuan)

Alat-alat:

1. Timbangan2. Gelas ukur3. Kertas label4. Saringan5. Lesung dan alu6. Sarung tangan 7. Pisau8. Baki9. Baskom10. Ember11. Botol atau jirigen sebagai media penyimpanan

Bahan-bahan:

NO JENIS BAHAN JUMLAH1 Daun Inggu 1 ½ kg2 Bunga Tahi Ayam 1 ½ kg3 Gambir ½ ons4 Air Kelapa 3 liter5 Air panas ½ liter

Cara Pembuatan:

Daun inggu dan bunga tahi ayam ditumbuk satu persatu

Bahan-bahan yang sudah ditumbuk direndam dalam air kelapa

Rendaman bahan diperas dan diambil ekstraknya, kemudian ekstrak

tersebut disaring dan hasil saringan ini ditambah dengan gambir yang

sudah diencerkan dengan air panas, sebelum gambir dicampurkan dengan

ekstrak, disaring terlebih dahulu

Kemudian disimpan dalam botol/jirigen dan diberi label yang berisi

keterangan tentang ramuan dan tanggal pembuatan

Page 14: Ramuan Nabati

Cara Penggunaan:

1 liter cairan ramuan diencerkan dengan air sebanyak 10 liter, diaduk

dan kemudian dimasukkan ke dalam tangki penyemprot

Penyemprotan pada tanaman dilakukan pada seluruh bagian tanaman

Aplikasi pada tanaman dilakukan sebanyak 2 (dua) kali dalam seminggu

sampai dengan populasi larva atau kutu tidak membahayakan lagi.

7. Ramuan BasamoKegunaan: untuk pengendalian ulat/larva pemakan daun

Alat-alat:

1. Timbangan2. Gelas ukur3. Kertas label4. Saringan5. Lesung dan alu6. Sarung tangan 7. Pisau8. Baki9. Baskom10. Ember11. Botol atau jirigen sebagai media penyimpanan

Bahan-bahan:

NO JENIS BAHAN JUMLAH1 Daun Surian 1 kg2 Daun Tembakau 1 kg3 Daun Lagundi (Vitex trifolia L.) 1 kg4 Daun Thitonia 1 kg 5 Air Kelapa 2 liter6 Gambir ½ ons7 Garam 2 ons

8 Air Panas ½ liter

Page 15: Ramuan Nabati

Cara Pembuatan:

Bahan daun tembakau, daun surian, daun lagundi, dan daun thitonia

ditumbuk satu-persatu

Bahan-bahan yang sudah ditumbuk direndam dalam air kelapa

Rendaman bahan diperas dan diambil ekstraknya, kemudian ekstrak

tersebut disaring dan hasil saringan ini ditambah dengan garam sebanyak 1

ons

Kemudian tambahkan dengan gambir yang sudah dihancurkan dengan air

panas sebanyak ½ liter, sebelum gambir dicampurkan dengan ekstrak,

disaring terlebih dahulu

Kemudian disimpan dalam botol/jirigen dan diberi label yang berisi

keterangan tentang ramuan dan tanggal pembuatan

500 cc cairan ramuan ditambah dengan garam sebanyak 1 ons lalu

diencerkan dengan air sebanyak 10 liter, diaduk dan kemudian

dimasukkan ke dalam tangki penyemprot

Penyemprotan pada tanaman dilakukan terutama pada pucuk kemudian

bagian atas dan bawah daun.

Aplikasi pada tanaman dilakukan sebanyak 2 (dua) kali dalam seminggu

sampai dengan populasi larva atau kutu tidak membahayakan lagi.

Page 16: Ramuan Nabati

Pengendali Anthraknosa

1. Daun Galinggang (katepeng)

Daun galinggang atau katepeng biasanya digunakan untuk mengobati penyakit

kulit seperti panu, kurap, dan kadas, biasanya juga mengobati kurap anjing,

sapi, dan ayam. Panu dan kurap ini merupakan penyakit yang disebabkan oleh

jamur.

2. Daun Tembakau

Daun tembakau biasanya digunakan untuk mengobati kurap sapi, mengusir

kutu-kutu sapi, mengusir lalat di tubuh sapi.

3. Daun Thitonia

Daun thitonia biasanya digunakan untuk obat luka, anti infeksi, mengobati

kurap dan kadas.

4. Daun Legundi

Daun legundi bisa memperkuat ketiga daun di atas dan bisa mengusir hama.

5. Garam Dapur

Mencegah tidak terjadinya fermentasi ketika bahan disimpan

Mencegah tumbuhnya jamur-jamur baru.

6. Gambir sebagai bahan perekat

CARA PENGOLAHAN DAN PEMAKAIAN

Daftar Bahan :

No Nama Bahan Ukuran

1 Daun Galinggang 2 ½ ons

2 Daun Tembakau 2 ½ ons

3 Daun Thitonia 2 ½ ons

4 Daun Legundi 2 ½ ons

5 Garam Dapur 1 ons

6 Gambir 3 buah

Page 17: Ramuan Nabati

Cara Pengolahan :

1. Daun Galinggang, Daun Tembakau, Daun Thitonia, Daun Legundi

ditumbuk halus, kemudian dimasukkan ke dalam ember ditambahkan

garam 1 ons, dan air 1 liter lalu dibiarkan selama satu malam.

2. Daun yang sudah ditumbuk tadi lalu diperas sampai kering, kemudian

ekstraknya disaring.

3. Tiga buah gambir dicairkan dengan 1 gelas air panas.

4. Kedua bahan tersebut digabungkan dan dikocok supaya merata.

5. Cairan lalu dimasukkan ke dalam tangki (pompa sprayer) isi 15 liter. Lalu

dipenuhkan dengan air putih, kemudian dikocok lagi sampai merata dan

siap untuk disemprotkan.

APLIKASI

Ramuan nabati ini sebaiknya disemprotkan semenjak cabe mulai turun

buah. Disemprotkan 1 kali dalam 1 minggu diiringi dengan pengamatan

mingguan. Apabila ada buah cabe yang terserang Antraknosa kita ambil lalu

dibuang keluar lahan.

Penyemprotan dilakukan pada pagi atau sore hari, air semprotan berbentuk

kabut dan menyemprot harus dari bawah menghadap ke atas, sehingga air

menempel pada buah cabe. Apabila musim hujan, garam bisa ditambahkan sampai

2 ½ ons per tangki.

INDIKASI

Ramuan nabati ini bisa mengendalikan serangan Antraknosa sampai 80 %.

Bisa menghentikan serangan pada buah cabe yang telah terserang sampai ¾ %

bahagian buah cabe.

Ramuan ini bisa dipakai selagi aromanya masih khas, apabila aromanya

sudah berubah maka kemampuannya pun sudah menurun. Sebaiknya dibuat setiap

kali kita akan memakai.

Kalau kita akan memakai ramuan nabati, sebaiknya ramuan yang

dibutuhkan kita tanam di pekarangan atau sekeliling lahan kita, supaya kita tidak

susah mencari setiap kali kita akan memakai.

Page 18: Ramuan Nabati

Dari beberapa formulasi ramuan tersebut, takaran yang tercantum dalam

pembuatan ramuan tersebut merupakan takaran/ukuran yang disesuaikan dengan

aplikasi yang dilakukan di IPO Aie Angek, sehingga jika dilakukan aplikasi di

tempat lain sangat besar kemungkinan takaran/ukuran masing-masing bahan yang

digunakan akan berbeda pula jumlahnya.

Penutup

Dari beberapa ramuan yang sudah dan sedang dicoba aplikasinya di IPO

Aie Angek, semakin jelas terlihat bahwa teramat banyak jenis tumbuhan yang

dapat dimanfaatkan sebagai ramuan pengendali serangan OPT dan penyakit

tanaman.

Di IPO Aie Angek sendiri tetap akan terus berupaya meneliti dan

mengaplikasikan berbagai formulasi ramuan sehingga akan semakin banyak

formula ramuan yang bisa digunakan untuk mengatasi serangan organisme

pemakan tanaman dan penyakit tanaman, namun yang pasti kondisi suatu lahan

dengan lahan yang lainnya pasti berbeda begitu juga dengan komoditi yang

ditanam, sehingga formula yang digunakan juga akan berbeda pula.

Yang terpenting adalah keberanian dan keinginan untuk mandiri dan

tergantung terhadap pihak lain dengan mencoba dan menyesuaikan sendiri ramuan

nabati yang akan digunakan dengan kondisi tempat, lahan, dan jenis tanamannya.

Selamat mencoba !!!