Rangkap Babeh

7
1. Jelaskan pemeriksaan kuantitatif kesadaran? Pemeriksaan kuantitatif kesadaran : 1) Glasgow coma scale Derajat Keterangan 0 Tidak ada 1 Wajah dan leher 2 Dada dan punggung 3 Perut (di bawah umbilikus) hingga lutut 4 Lengan dan ekstremitas bawah (di bawah lutut) 5 Tangan dan kaki Daerah Ikterus Range Kadar Bilirubin Bayi Cukup Bulan (BCB) 1 2 3 4 5 4,3 – 7,8 mg% 5,4 – 12,2 mg % 8,1 – 16,5 mg% 11,1 – 18,3 mg% >15 mg% Bayi Kurang Bulan (BKB) 1 2 3 4 5 4,1 – 7,5 mg% 5,6 – 12,1 mg% 7,1 – 14,8 mg% 9,3 – 18,4 mg % >10,5 mg%

description

halo dnsa dkjasnkassadsamdklasasakjsnfjsfksafklasdia\nakjsflasdkas; asdklsamdklasmdasdm asd sadnsandsadkdnsadnlaskdsajknfklsdf

Transcript of Rangkap Babeh

DerajatKeterangan

0Tidak ada

1Wajah dan leher

2Dada dan punggung

3Perut (di bawah umbilikus) hingga lutut

4Lengan dan ekstremitas bawah (di bawah lutut)

5Tangan dan kaki

Daerah IkterusRangeKadar Bilirubin

Bayi Cukup Bulan (BCB)12345

4,3 7,8 mg%5,4 12,2 mg %8,1 16,5 mg%11,1 18,3 mg%>15 mg%

Bayi Kurang Bulan (BKB)123454,1 7,5 mg%5,6 12,1 mg%7,1 14,8 mg%9,3 18,4 mg %>10,5 mg%

1. Jelaskan pemeriksaan kuantitatif kesadaran?Pemeriksaan kuantitatif kesadaran :1) Glasgow coma scaleGCS (Glasgow Coma Scale) yaitu skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan. Respon pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal yaitu reaksi membuka mata , verbal dan motorik. Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang angka 1 6 tergantung responnya.

NoReaksiSkor

1Mata Spontan Dengan diajak bicara Dengan rangsangan nyeri Tidak membuka4321

2Verbal Sadar dan orientasi ada Berbicara tanpa kacau Berkata tanpa arti Hanya mengerang Tidak ada suara54321

3Motorik Sesuai perintah Terhadap rangsangan nyeri Timbul gerakan normal Fleksi cepat dan abdukasi bahu Fleksi lengan dengan abdukasi bahu Ekstensi lengan, adduksi, endorotasi bahu, dan pronasi lengan bawah Tidak ada gerakan6

5432

1

(Alimul Hidayat, Aziz. 2008. Konsep Dasar Pemeriksaan Fisik Pada Ibu, Bayi, dan Balita. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika. hal. 154)

1. AVPU dimana pasien diperiksa apakah sadar baik (alert), berespon dengan kata-kata (verbal), hanya berespon jika dirangsang nyeri (pain), ataupasien tidak sadar sehingga tidak berespon baik verbal maupun diberi rangsang nyeri(unresponsive).2. ACDU, pasien diperiksa kesadarannya apakah baik (alertness),bingung / kacau (confusion), mudah tertidur (drowsiness), dan tidak ada respon(unresponsiveness).

2. Pemeriksaan nadi, apa saja yang diperiksaPemeriksaan nadi harus mencakup :1. Frekuensi atau laju nadiLaju nadi paling baik dihitung dengan pasien dalam keadaan tidur.Nilai normal nilai pada berbagai tingkat umur dapat tabel dibawah.Bila tidak mungkin dilakukan pada anak dalam keadaan tidur, harus diberikan pada catatan keadaan pada waktu nadi diperiksa (bangun tenang, gelisah, menangis, berontak).Perlu ditekankan bahwa penghitungan nadi harus disertai pula dengan penghitungan laju jantung, untuk menyingkikan kemungkinan terdapatnya pulsus deficit, yakni denyut jantung yang tidak cukup kuat untuk menimbulkan denyut nadi, sehingga laju jantung lebih tinggi daripada laju nadi.Takikardi adalah laju denyut jantung yang lebih cepat daripada laju normal.Keadaan ini antara lain dapat terjadi pada keadaan demam, aktivitas fisis, ansietas, tirotoksikosis, miokarditis, gagal jantung, dehidrasi, atau renjatan.Pada demam kenaikan suhu badan 1C diikuti oleh kenaikan denyut nadi sebanyak 15-20 per menit. Pada pasien demam timfoid kenaikan denyut nadi tersebut relatif sedikit apabila dibandingkan dengan kenaikan suhu (disebut brakardia relatif), sedangkan pada demam reumatik kenaikan denyut nadi lebih tinggi dibandingkan dengn kenaikan suhu (tanpa gagal jantung atau demam, pasien demam reumatik menunjukkan menit, akan tetapi pada takikardia supraventikular paroksismal, disamping nadi sulit dihitung oleh karena cepatnya (lebih dari 200/menit), laju nadi konstan sepanjang waktu serangan. 2. IramaDalam keadaan normal irama nadi adalah teratur.Disritmia (aritmia) sinus adalah ketidakteraturan nadi yang paing sering dijumpai.Pada keadaan denyut nadi teraba lebih cepat pada waktu inspirasi dan lebih lambat pada waktu ekspirasi.Hal ini sering terdapat pada anak di atas umu 3 tahun, dan makin jelas pada remaja, terutama bila laju nadi kurang dari 100/menit.Keadaan ini adalah normal, bahkan merupakan petunjuk adanya cadangan jantung (cadiac reserve) yang baik.Disritmia sinus jarang terdapat pada bayi.Adanya disritmia dapat dideteksi denga perabaan nadi dan auskultasi jantung, namun jenis disritmia hanya dapat dipastikan dengan elektrokardiogafi (EKG).Berbagai jenis ekstrasistole dapat menyebabkan nadi yang irregular, demikian pula dijumpai keadaan yang disebut sebagai ketidakteraturan yang teratur (regular irregularity) misalnya nadi teraba sepasang-sepasang (pulsus bigeminus) atau teraba sebagai kelompok tiga (pulsus trigeminus).3. Kualitas nadiIsi perabaan nadi yang normal disebut cukup.Pulsus seler (disebut juga sebagai water hammer pulseatau Corrigans pulse) adalah nadi yang teraba sangat kuat dan turun dengan cepat, akibat tekanan nadi (perbedaan tekanan sistolik dan diatolik) yang besar.Keadaan tersebut biasanya disertai dengan pulsasi kapiler, yang dapat diperiksa dengan cara menekan ujung kuku dengan ringan (Quinke;s pulse). Bila didengarkan dengan stetoskop di a. femoralis, akan terdengar suara seperti letusan pitol, atau dapat terdengar semacam bisisng sistolik dan diastolic. Pulsus seler ini terdapat pada insufisiensi aorta, duktus arteriosus persisten, fistula arterio vena, atau pada keadaan hiperkinetik seperti tirotoksikosis dan anemia.Isi nadi yang kuran atau lemah terdapat pada kegagalan sirkulasi (renjatan) serta gagal jantung yang berat.Pulsus parvus et tardus (nadi dengan amplitude yang rendah dan teraba lambat naik) terdapat pada stenosis aorta yang berat. Pulsus alternans ditandai oleh denyut nadi yang berselang-selang kuat dan lemah, hal ini menunjukkan terdapatnya beban ventrikel kiri yan berat, atau gagal jantung kiri.Pulsus paradoksus (disebut juga sebagai pulsus parakdoksikus) adalah nadi yang jelas teraba lemah pada saat inspirasi dan terba normal atau kuat pada ekspirasi, hal tersebut harus dikonfirmasi dengan pengukuran tekanan darah. Pulsus paradoksusterdapat pada tamponade jantung akibat efusi pericardium atau perikaditis konstriktiva.Keadaan ini juga dapat terjadi pada gagal jantun yang berat, atau serangan asam yang berat.4. Ekualitas nadiDalam keadaan normal isi nadi teraba sama pada keempat ekstremitas. Pada koarktasio aorta, nadi pada ekstremitas atas teraba kuat sedang pada ekstremitas bawah teraba lemah sampai tidak teraba.Pada penyakit takayasu, yang seringkali mengenai cabang-cabang arkus aorta, nadi ekstremitas bawah teraba normal sedangkan nadi di ekstremitas atas teraba lemah atau tidak teraba.Tromboemboli di arteria perifer menyebabkan nadi distal dari emboli menjadi tidak teraba atau teraba kecil.Keadaan tersebut disertai pula dengan perbedan tekanan darah pada ekstremitas atas dan bawah.Latief, Abdul., Alan R Tumbelaka., dkk. 2003. In Corry S Matondang, Iskandar Wahidiyat, Sudigodo Sastroasmoro (Penyuning). Pemeriksaan Fisis. Diagnosis Fisis Pada Anak.Jakarta : Sagung Seto. hal 26-29