Referat Hifema
-
Upload
trisna-yunita -
Category
Documents
-
view
106 -
download
3
Transcript of Referat Hifema
7
Meet The Expert
HIFEMA TRAUMATIK
Perseptor :
Dr. M. Hendriati Sp.M
Oleh :
Ryan Farried Ramadhan
Trisna Yunita
Yolanda
LATAR BELAKANG
Trauma okuli : trauma pada mata kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan rongga orbita gangguan penglihatan
sering menyebabkan kebutaan unilateral pada anak dan dewasa muda
laki-laki : perempuan = 3:1
Prevalensi kebutaaan akibat trauma okuli secara nasional belum diketahui dengan pasti
Survey Kesehatan Indra Penglihatan dan Pendengaran (1993-1996):trauma okuli penyebab kebutaan lain-lain sebesar 0,15% dari jumlah total kebutaan nasional yang berkisar 1,5%
Trauma okuli juga bukan merupakan 10 besar penyakit mata yang menyebabkan kebutaan.
Secara umum, trauma okuli dibagi atas:
trauma okuli perforans
trauma okuli non perforans
Berdasarkan mekanisme trauma:
trauma mekanik
trauma radiasi
trauma kimia
Komplikasi erosi kornea, iridoplegia, hifema, iridosiklitis, edema retina dan koroid, ablasi retina hingga avulsi papil saraf optik
Hifema traumatika : perdarahan pada bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma pada mata
Duke Elder (1954) hifema robekan pada segmen anterior bola mata yang cepat akan berhenti dan darah akan diabsorbsi dengan cepat hifema primer Bila oleh karena sesuatu sebab perdarahan sekunder
Konsekuensi : peningkatan TIO, kornea terkena darah, sinekia posterior atau anterior, dan katarak.
Oleh karena hifema dapat menyebabkan penurunan penglihatan yang signifikan, maka setiap dokter harus memperhatikan diagnosis, evaluasi, dan tata laksana hifema.
Rumusan Masalah
Meet the expert (MTE) ini membahas mengenai anatomi mata, epidemiologi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi serta prognosis pada hifema traumatika.
Tujuan Penulisan
Mengetahui anatomi mata, epidemiologi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi serta prognosis pada hifema traumatika.
Metode Penulisan
Meet The Expert ini ditulis dengan menggunakan metode tinjauan pustaka yang merujuk dari berbagai literatur.
7TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI BOLA MATA
Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan.
Dari luar ke dalam, lapisan–lapisan tersebut adalah :
Tunika Fibrosa (sklera/kornea),
Lamina Vaskulosa (koroid/badan siliaris/iris),
Tunika Sensoria (retina)
ANATOMI BOLA MATA
VASKULARISASI BOLA MATA Pemasok utama orbita dan bagian-bagiannya berasal
dari arteri ophtalmica, yaitu cabang besar pertama arteri karotis interna bagian intrakranial.
Cabang intraorbital:
arteri sentralis retina, yang memasuki nervus optikus sebesar 8-15 mm di belakang bola mata
arteri lakrimalis, yang memvaskularisasi glandula lakrimalis dan kelopak mata atas
cabang-cabang muskularis ke berbagai otot orbita
arteri siliaris posterior longus dan brevis
arteri palpebra medialis ke kedua kelopak mata
arteri supra orbitalis serta supra troklearis
VASKULARISASI BOLA MATA
Drainase vena-vena di orbita terutama melalui vena oftalmika superior dan inferior.
Vena oftalmika berhubungan dengan sinus kavernosus melalui fisura orbitalis superior dan dengan pleksus venosus pterigoideus melalui fisura orbitalis inferior.
VASKULARISASI BOLA MATA
DEFINISI Hifema merupakan keadaan dimana terdapat darah
di dalam bilik mata depan, yaitu daerah di antara kornea dan iris, yang dapat terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar dan bercampur dengan humor aqueus (cairan mata) yang jernih
EPIDEMIOLOGI Insiden di Amerika Utara 17-20/100.000
Banyak pada usia muda (<20 tahun)
Perbandingan laki-laki dan perempuan = 3 :1
Menurut United States Eye Injury Registry (USEIR) 33% trauma serius pada mata menyebabkan hifema traumatik
KLASIFIKASIBerdasarkan penyebab :
Hifema traumatika
Hifema akibat tindakan medis
Hifema akibat inflamasi yang parah pada iris dan badan silier.
Hifema akibat kelainan sel darah atau pembuluh darah
Hifema akibat neoplasma
KLASIFIKASI
Berdasarkan waktu terjadinya:
Hifema primer
Hifema sekunder
KLASIFIKASIBerdasarkan tampilan klinisnya dibagi menjadi
beberapa grade (Sheppard):
Grade I : darah mengisi kurang dari sepertiga COA
Grade II : darah mengisi sepertiga hingga setengah COA
Grade III : darah mengisi hampir total COA
Grade IV : darah memenuhi seluruh COA
KLASIFIKASI
ETIOLOGI
Trauma tumpul
Kesalahan prosedur operasi mata
Karsinoma
Anomali vaskuler
PATOFISIOLOGI
Trauma penyebab paling sering
Trauma tumpul pada mata tekanan yang sangat tinggi tekanan diteruskan ke cairan badan kaca dan jaringan sklera peregangan dan robekan pada kornea, sklera sudut iridokornea dan badan siliar robekan vaskular perdarahan hifema
Perdarahan pada COA aktivasi mekanisme hemostasis :
TIO meningkat
Spasme vaskuler
Pembentukan fibrin
Bekuan darah (4 – 7 hari) fibrinolisis disolusi
Hasil degradasi keluar dari bilik mata depan jalinan trabekular dan aliran uveaskleral
Mekanisme trauma tumpul pada bola mata
Perdarahan primer : segera sesudah trauma
Perdarahan sekunder :
Hari ke-5 setelah trauma
Lebih hebat dari perdarahan primer
Akibat resorpsi bekuan darah yang cepat
Penyembuhan darah pada COA:
Melalui sudut COA kanal schlemm
Diabsorpsi oleh permukaan iris enzim fibrinolitik
Sebagian darah dikeluarkan dalam bentuk hemosiderin.
Penumpukan ke lapisan kornea hemosiderosis atau imbibisi kornea
Hifema temuan klinis yang berhubungan :
Resesi sudut mata yang berkaitan dengan timbulnya glaukoma sekunder di kemudian hari.
Iritis traumatik
Perubahan pigmen iris
Perubahan pada kornea, mulai dari abrasi endotel kornea hingga ruptur limbus
Kelainan pupil : miosis dan midriasis
Siklodialisis, iridodialisis, robekan pupil, subluksasi lensa, dan ruptur zonula zinn
Kelainan pada segmen posterior : perdarahan vitreus, jejas retina (edema, perdarahan, dan robekan), dan ruptur koroid
Atrofi papil peninggian tekanan intraokular
DIAGNOSIS
1. ANAMNESIS
Waktu kejadian, proses terjadi trauma, benda penyebab
Keluhan : ketajaman penglihatan dan nyeri serta keluarnya darah
Pertolongan sebelumnya
Riwayat kesehatan mata sebelum trauma
2. Pemeriksaan klinis
Perdarahan pada COA
Gangguan visus
Pewarnaan darah pada kornea
Tanda-tanda iritasi konjungtiva dan pericorneal
Fotofobia, penglihatan ganda, blefarospasme
Keluhan umum : letargic, disorientasi, somnolen
Darah pada COA TIO >>> glaukoma sekunder :
Bertambahnya isi kamera anterior
Massa darah menyumbat jaringan trabekulum mengalirkan humor aqueous dari kamera anterior
Pemeriksaan fundus ditunggu hingga hifema hilang
Mengetahui kerusakan pada segmen posterior bola mata
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan ketajaman penglihatan
Pemeriksaan lapangan pandang
Pengukuran tonografi
Slit Lamp Biomicroscopy kedalaman COA dan iridocorneal contact, aqueous flare, dan synechia posterior.
Pemeriksaan oftalmoskopi
PENATALAKSANAANPrinsip perawatan :
Menghentikan perdarahan.
Menghindarkan timbulnya perdarahan sekunder.
Mengeliminasi darah dari bilik depan bola mata dengan mempercepat absorbsi.
Mengontrol glaukoma sekunder dan menghindari komplikasi yang lain.
Berusaha mengobati kelainan yang menyertainya.
Jenis perawatan :
Perawatan konservatif
Bedrest
Bebat mata
medikamentosa
Perawatan operatif
Perawatan Konservatifa. Bedrest/tirah baring
Pasien terlentang dengan kepala diangkat 30° - 45° (posisi semi Fowler) selama 5 hari
Tujuan :
Mengurangi tekanan darah pada pembuluh darah iris
Memudahkan evaluasi jumlah perdarahan
Mempercepat absorbsi darah
Mengurangi timbulnya komplikasi perdarahan sekunder
b. Bebat mata mengurangi pergerakan bola mata yang sakit
c. Pemakaian obat-obatan
Tujuan :
Menghentikan perdarahan
Menekan komplikasi
Koagulansia
Untuk menekan perdarahan
Preparat : Anaroxil, Adona AC, Coagulen, Transamin, vitamin K dan C
Dosis : 250 mg 4 kali sehari selama 5 hari
Hifema baru dan berisi darah segar anti fibrinolitik ( Transamin / transamic acid )
Midriatika miotika
Masing-masing memberikan keuntungan
Miotika :
Mempercepat absorbsi
Meningkatkan kongesti
Midriatika :
mengistirahatkan perdarahan
Bila terdapat komplikasi iridocyclitis
diberikan bersamaan dengan interval 30 menit 2 kali sehari
Ocular hypotensive drug
Bila tanda-tanda kenaikan TIO (+) : acetazolamide PO 3 kali sehari
atau gliserin dan manitol nilai selama 24 jam
TIO tetap tinggi parasentesa TIO normal beri diamox, evaluasi tiap hari TIO tetap normal dan darah masih ada ( hari 5 – 9) parasentesa kembali
2. Tindakan Operatif
Indikasi:
1. Ditemukan glaukoma sekunder
2. Tanda imbibisi kornea atau hemosiderosis kornea
3. Tidak ada pengurangan dari tingginya hifema dengan perawatan non-operasi selama 3 - 5 hari.
Pedoman Terapi Pembedahan pada Hifema Traumatika
Untuk mencegah atropi papil saraf optik dilakukan pembedahan bila
Tekanan bola mata maksimal > 60 mmHg selama 2 hari
Tekanan bola mata maksimal > 35 mmHg selama 7 hari
Untuk mencegah imbibisi kornea,dilakukan pembedahan bila :
Tekanan bola mata rata-rata > 25 mmHg selama 5 hari
Bila terdapat tanda-tanda dini corneal blood staining
Untuk mencegah sinekia posterior perifer dilakukan pembedahan bila :
Hifema total bertahan selama 5 hari
Hifema dengan volume < 50% yang gagal dengan terapi dan bertahan selama 8 hari
Pada pasien dengan sickle hemoglobinopathies
hifema berapapun ukurannya dengan tekanan Intra ocular ≥ 25 mmHg selama 24 jam atau lebih.
Jika TIO meningkat secara berulang dengan tekanan >30 mmHg selama 2-4 hari
Tindakan operatif mencegah terjadinya sinekia anterior perifer bila hifema total bertahan selama 5 hari atau hifema difus bertahan selama 9 hari.
Intervensi bedah biasanya diindikasikan pada atau setelah 4 hari.
Tindakan operasi:
1. Parasentesis merupakan tindakan pembedahan dengan mengeluarkan cairan/darah dari bilik depan bola mata
2. Melakukan irigasi di bilik depan bola mata dengan larutan fisiologik.
3. Dengan cara seperti melakukan ekstraksi katarak dengan membuka korneoscleranya sebesar 120º.
KOMPLIKASI
1. Perdarahan sekunder
2. Glaukoma sekunder
3. Hemosiderosis kornea
4. Sinekia posterior
5. Atrofi optik
6. Uveitis
PROGNOSIS• Tergantung pada banyaknya darah yang
tertimbun pada kamera okuli anterior.
– Biasanya hifema dengan darah yang sedikit dan tanpa disertai glaukoma, prognosisnya baik karena darah akan diserap kembali dan hilang sempurna dalam beberapa hari
– Hifema yang telah mengalami glaukoma, prognosisnya bergantung pada seberapa besar glaukoma tersebut menimbulkan defek pada ketajaman penglihatan
– Bila tajam penglihatan telah mencapai 1/60 atau lebih rendah maka prognosis penderita adalah buruk (malam) karena dapat menyebabkan kebutaan
Prognosa pada hifema bergantung pada:
1. Tingginya hifema
2. Ada/tidaknya komplikasi dari perdarahan sebelumnya
3. Cara perawatan
PENUTUP
• Hifema keadaan dimana terdapat darah di dalam bilik mata depan, yaitu daerah di antara kornea dan iris, yang dapat terjadi akibat:
– trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar dan bercampur dengan humor aqueus yang jernih.
– kesalahan prosedur operasi mata.
– adanya tumor mata (contohnya retinoblastoma).
– kelainan pembuluh darah (contohnya juvenile xanthogranuloma).
• Penegakan diagnosis hifema berdasarkan adanya riwayat trauma
• Pada gambaran klinik ditemukan adanya perdarahan pada COA, kadang-kadang ditemukan gangguan visus
• Ditemukan adanya tanda-tanda iritasi dari conjunctiva dan pericorneal, fotofobia, penglihatan ganda, blefarospasme, edema palpebra, midriasis, dan sukar melihat dekat
• Kemungkinan disertai gangguan umum yaitu letargic, disorientasi atau somnolen.
Penatalaksanaan hifema pada prinsipnya dibagi dalam 2 golongan besar yaitu:
konservatif/tanpa operasi
operatif.
Tindakan ini bertujuan untuk:
menghentikan perdarahan
menghindarkan timbulnya perdarahan sekunder
mengeliminasi darah dari bilik depan bola mata dengan mempercepat absorbsi
mengontrol glaukoma sekunder
menghindari komplikasi yang lain
berusaha mengobati kelainan yang menyertainya.
TERIMA KASIH