RESUME DAKWAH SHAHABIYAH, KISAH NABI YA’QUB, KISAH NABI ISHAQ, URGENSI RUMAH TANGGA ISLAM, UMAR...

59
PENUGASAN TATSQIF 1434H IBNU KHALDUN RESUME DAKWAH SHAHABIYAH, KISAH NABI YA’QUB, KISAH NABI ISHAQ, URGENSI RUMAH TANGGA ISLAM, UMAR TILMISANI, DAN KAMAL AS-SANANIRI HARIS ASTA PRADANA TEKNIK SIPIL/ MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI POLITEKNIK NEGERI MALANG

Transcript of RESUME DAKWAH SHAHABIYAH, KISAH NABI YA’QUB, KISAH NABI ISHAQ, URGENSI RUMAH TANGGA ISLAM, UMAR...

Page 1: RESUME DAKWAH SHAHABIYAH, KISAH NABI YA’QUB, KISAH NABI ISHAQ, URGENSI RUMAH TANGGA ISLAM, UMAR TILMISANI, DAN KAMAL AS-SANANIRI

PENUGASAN TATSQIF 1434H IBNU KHALDUN

RESUME DAKWAH SHAHABIYAH, KISAH NABI YA’QUB, KISAH NABI ISHAQ,

URGENSI RUMAH TANGGA ISLAM, UMAR TILMISANI, DAN

KAMAL AS-SANANIRI

HARIS ASTA PRADANA

TEKNIK SIPIL/ MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI

POLITEKNIK NEGERI MALANG

Page 2: RESUME DAKWAH SHAHABIYAH, KISAH NABI YA’QUB, KISAH NABI ISHAQ, URGENSI RUMAH TANGGA ISLAM, UMAR TILMISANI, DAN KAMAL AS-SANANIRI

1. DAKWAH SHAHABIYAH

1.1. UMMU SULAIM BINTI MALHAN

Nama lengkapnya adalah Rumaisha’ Ummu Sulaim binti Malhan bin Khalid bin Zaid

bin Haram bin Jundub bin Amir bin Ghanam bin Adi bin Naja al-Anshaiyah al-

Khazrajiyah.

Beliau adalah seorang wanita yang memiliki sifat keibuan dan cantik, dihiasi pula

dirinya dengan ketabahan, kebijaksanaan, lurus pemikirannya, dan dihiasi pula dengan

kecerdasan berpikir dan kefasihan serta berakhlak mulia, sehingga nantinya cerita yang

baik ditujukan kepada beliau dan setiap lisan memuji atasnya. Karena, beliau memiliki

sifat yang agung tersebut sehingga mendorong putra pamannya yang bernama malik bin

Nadhar untuk segera menikahinya yang akhirnya melahirkan Anas bin Malik.

Tatkala cahaya nubuwwah mulai terbit dan dakwah tauhid mulai muncul, orang-orang

yang berakal sehat dan memiliki fitrah yang lurus untuk bersegera masuk Islam. Ummu

Sulaim termasuk golongan petama yang masuk Islam awal-awal dari golongan Anshar.

Beliau tidak mempedulikan segala kemungkinan yang akan menimpanya di dalam

masyarakat jahiliyah penyembah behala yang beliau buang tanpa ragu.

Adapun kalangan petama yang harus beliau hadapi adalah kemarahan Malik,

suaminya, yang barru saja pulang dari bepergian dan mendapati istrinya telah masuk

Islam. Malik berkata dengan kemarahan yang memuncak, “Apakah engkau murtad dari

agamamu?” Maka dengan penuh yakin dan tegar beliau menjawab, “Tidak, bahkan aku

telah beriman.”

“Demi Allah, orang seperti anda tidak pantas untuk ditolak, hanya saja engkau adalah

orang kafir sedangkan aku adalah seorang muslimah sehingga tidak halal untuk menikah

denganmu. Jika kamu mau masuk Islam, maka itulah mahar bagiku dan aku tidak

meminta yang selain dari itu.” (Lihat an-Nasa’i VI/144).

Sungguh ungkapan tersebut mampu menyentuh perasaan yang paling dalam dan

mengisi hati Abu Thalhah, sungguh Ummu Sulaim telah bercokol di hatinya secara

sempurna, dia bukanlah seorang wanita yang suka bermain-main dan takluk dengan

rayuan-rayuan kemewahan, sesungguhnya dia adalah wanita cedas, dan apakah dia akan

mendapatkan yang lebih baik darinya untuk diperistri, atau ibu bagi anak-anaknya?”

Tanpa terasa lisan Abu Thahah mengulang-ulang, “Aku berada di atas apa yang kamu

yakini, aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang hak kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa

Muhammad adalah utusan Allah.”

Page 3: RESUME DAKWAH SHAHABIYAH, KISAH NABI YA’QUB, KISAH NABI ISHAQ, URGENSI RUMAH TANGGA ISLAM, UMAR TILMISANI, DAN KAMAL AS-SANANIRI

Ummu Sulaim lalu menoleh kepada putranya Anas dan beliau berkata dengan suka cita

karena hidayah Allah yang diberikan kepada Abu Thalhah melalui tangannya, “Wahai

Anas nikahkanlah aku dengan Abu Thalhah.” Kemudian beliau pun dinikahkan Islam

sebagai mahar. Oleh karena itu, Tsabit meiwayatkan hadis darri Anas:

“Aku belum penah mendengar seorang wanita yang paling mulia dari Ummu Sulaim

karena maharnya adalah Islam.” (Sunan Nasa’i VI/114).

Ummu Sulaim hidup bersama Abu Thahah dengan kehidupan suami istri yang diisi

dengan nilai-nilai Islam yang menaungi bagi kehidupan suami istri, dengan kehidupan

yang tenang dan penuh kebahagiaan.

Ummu Sulaim adalah profil seorang istri yang menunaikan hak-hak suami istri

dengan sebaik-baiknya, sebagaimana juga contoh terbaik sebagai seorang ibu, seorang

pendidik yang utama dan orang da’iyah.

Begitulah Abu Thalhah mulai memasuki madrasah imaniyah melalui istrinya yang

utama, yakni Ummu Sulaim. sehingga, pada gilirannya beliau minum dari mata air

nubuwwah hingga menjadi setara dalam hal kemuliaan dengan Ummu Sulaim.

Marilah kita dengarkan penuturan Anas bin malik yang menceitakan kepada kita

bagaimana pelakuan Abu Thalhah terhadap kitabullah dan komitmenya tehadap Alquran

sebagai landasan dan kepribadian. Anas bin Malik berkata:

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempuna), sebelu kamu

menafkahkan sebagian hata yang kamu cintai.” (Ali Imran: 92).

Seketika Abu Thalhah bediri menghadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam dan

berkata, “Sesungguhnya Allah telah berfiman di dalam kitabnya (yang artinya), “Kamu

sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan

sebagian harta yang kamu cintai.” Dan sesungguhnya harta yang paling aku sukai adalah

kebunku, untuk itu aku sedekahkan ia untuk Allah degan harapan mendapatkan kebaikan

dan simpanan di sisi Allah, maka pergunakanlah sesukamu ya Rasulullah.”

“Bagus… bagus… itulah harta yang menguntungkan… itulah harta yang

mnguntungkan…. Aku telah mendengar apa yang kamu katakan dan aku memutuskan

agar engkau sedekahkan kepada kerabat-kerabatmu.”

Maka Abu Thalhah membagi-bagikannya kepada anak kerabatnya dan Bani dari

pamanya.”

Allah memuliakan kedua orang suami istri ini dengan seorang anak laki-laki sehingga

keduanya sangat bergembira dan anak tersebut menjadi penyejuk pandangan bagi

keduanya dengan pergaulannya dan dengan tingkah lakunya. Anak tersebut diberi nama

Page 4: RESUME DAKWAH SHAHABIYAH, KISAH NABI YA’QUB, KISAH NABI ISHAQ, URGENSI RUMAH TANGGA ISLAM, UMAR TILMISANI, DAN KAMAL AS-SANANIRI

Abu Umair. Suatu ketika anak tersebut bemain-main dengan seekor burung lalu burung

tersebut mati. Hal itu menjadikan anak tersebut bersedih dan menangis. Pada saat itu

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam melewati dirinya maka beliau berkata kepada

anak tesebut untuk meghibur dan bermain dengannya, “Wahai Abu Umair, apa yang

dilakukan oleh anak burung pipit itu?” (Al-Bukhari VII/109).

Allah berkehendak untuk menguji keduanya denga seorang anak yang cakap dan

dicintai. Suatu ketika Abu umair sakit sehingga kedua orang tuanya disibukkan olehnya.

Sudah menjadi kebiasaan bagi ayahya apabila kembali dari pasar, petama kali yang dia

kerjakan setelah mengucapkan salam adalah bertanya tentang kesehatan anaknya, dan

beliau belum merasa tenag sebelum melihat anaknya.

Suatu ketika Abu Thalhah keluar ke masjid dan bersamaan dengan itu anaknya

meninggal. Maka Ibu mukminah yang sabar ini menghadapi musibah tersebut dengan

jiwa yang ridha dan baik. Sang ibu membaringkannya di temp[at tidur sambil senantiasa

mengulangi, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” Beliau berpesan kepada anggota

keluarganya, “Janganlah kalian menceritakan kepada Abu Thalhah hingga aku sendiri

yang menceritakan kepadanya.”

Ketika Abu Thalhah kembali, Ummu Sulaim mengusap air mata kasih sayangnya,

kemudian dengan semangat menyambut suaminya dan menjawab seperti biasanya, “Apa

yang dilakukan oleh anakku?” Beliau menjawab, “Dia dalam keadaan tenang.”

Abu Thalhah mengira bahwa anaknya sudah dalam keadaan sehat, sehingga Abu

Thalhah bergembira dengan ketenangan dan kesehatannya, dan dia tidak mau mendekat

karena kahawatir mengganggu ketenangannya. Kemudian Ummu Sulim mendekati beliau

dan memperssiapkan makan malam baginya, lalu beliau makan dan minum, sementara

Ummu Sulaim bersolek dengan dandanan yang lebih cantik daripada hari-hari

sebelumnya, beliau mengenakan baju yang paling bagus, berdandan dan memakai wangi-

wangian, kemudian keduanya pun berbuat sebagaimana layaknya suami istri.

Tatkala Ummu Sulaim melihat bahwa suaminya sudah kenyang dan telah

mencampurinya serta merasa tenang terhadap keadaan anaknya, maka beliau memuji

Allah karena abeliau tidak membuat risau suaminya dana beliau bioarkan suaminya

terlelap dalam tidurnya.

Tatkala di akhir malam beliau berkata kepada suaminya, “Wahai Abu Thalhah,

bagaimana pendapatmu seandainya ada suatu kaum menitipkan barangnya kepada suatu

keluarga kemudian suatu ketika mereka mengambil titipan tersebut, maka bolehkah bagi

keluarga tersebut menolaknya?” Abu Thalhah menjawab, “Tentu saja tidak boleh.”

Page 5: RESUME DAKWAH SHAHABIYAH, KISAH NABI YA’QUB, KISAH NABI ISHAQ, URGENSI RUMAH TANGGA ISLAM, UMAR TILMISANI, DAN KAMAL AS-SANANIRI

Kemudian Ummu Sulim berkata lagi, “Bagaimana pendapatmu jika keluarga tersebut

berkeberatan tatkala titipannya diambil setelah dia sudah dapat memanfaatkannya?” Abu

Thalhah berkata, “Berarti mereka tidak adil.” Ummu Sulaim berkata, “Sesungguhnya

anakmu adalah titipan dari Allah dan Allah telah mengambil, maka tabahkanlah hatimua

dengan meninggalnya anakmu.”

Abu Thalhah tidak kuasa menahan amarahnya, maka beliau berkata dengan marah,

“Kau biarkan aku dalam keadaan seperti ini baru kamu kabari tentang anakku?”

Beliau mengulangi kata-kata tersebut hingga beliau mengucapkan kalimat istirja’

(inna lillahi wa inna ilaihi raji’un) lalu bertahmid kepada Allah sehingga berangsur-

angsur jiwanya menjadi tenang.

Keesokan harinya beliau pergi menghadap Rasullah Shallallahu ‘alaihi wassalam dan

mengabarkan kepadanya tentang apa yang telah terjadi, kemudian Rasulullah Shallallahu

‘alaihi wassalam bersabda, “Semoga Allah memberkahi malam kalian berdua.”

Mulai hari itulah Ummu Sulaim mengandung seorang anak yang akhirnya diberi

nama Abdullah. Tatkala Ummu Sulaim melahirkan, beliau utus Anas bin Malik untuk

membawanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam, selanjutnya Anas berkata,

“Wahai Rasulullah, sesungguhnya Ummu Sulaim telah melahirkan tadi malam.” Maka

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam mengunyah kurma dan mentahnik bayi tersebut

(yakni menggosokkan kurma yang telah dikunyah ke langit-langit mulut si bayi). Anas

berkata, “Berikanlah nama bayi ya Rasulullah!” beliau bersabda, “Namanya Abdullah.”

Ubadah, salah seorang rijal sanad berkata, “Aku melihat dia memiliki tujuh orang anak

yang kesemuanya hafal Alquran.”

Di antara kejadian yang mengesankan pada diri wanita yang utama dan juga suaminya

yang mukmin adalah bahwa Allah menurunkan ayat tentang mereka aberdua yang

manusia dapat beribadah dengan membacanya. Abu Hurairah berkata, “Telah datang

seorang laki-laki kepada Rasullah Shallallahu ‘alaihi wassalam dan berkata,

‘Sesungguhnya aku dalam keadaan lapar’. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam

menanyakan kepada salah satu istrinya tentang makanan yang ada di rumahnya, namun

beiau menjawab, ‘Demi yang mengutusmu dengan haq, aku tidak memiliki apa-apa

kecuali hanya air, kemudian beliau bertanya kepada istri yang lain, namun jawabannya

sama. Seluruhnya menjawab dengan jawaban yang sama. Kemudian Rasulullah

Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, ‘Siapakah yang akan menjamu tamu ini, semoga

Allah merahmatinya’. Maka berdirilah seorang Anshar yang namanya Abu Thalhah

Page 6: RESUME DAKWAH SHAHABIYAH, KISAH NABI YA’QUB, KISAH NABI ISHAQ, URGENSI RUMAH TANGGA ISLAM, UMAR TILMISANI, DAN KAMAL AS-SANANIRI

seraya berkata, ‘Saya, ya Rasulullah’. Maka dia pergi bersama tamu tadi menuju

rumahnya kemudian sahabat Anshar tersebut bertanya kepada istrinya (Ummu Sulaim),

“Apakah kamu memiliki makanan?” Istrinya menjawab, ‘Tidak punya melainkan

makanan untuk anak-anak’. Abu Thalhah berkata, ‘ Berikanlah minuman kepada mereka

dan tidurkanlah mereka. Nanti apabila tamu saya masuk, maka akan saya perlihatkan

bahwa saya ikut makan, apabila makanan sudah aberada di tangan, maka berdirilah dan

matikanlah lampu’. Hal itu dilakukan oleh Ummu Sulaim. Mereka duduk-duduk dan

tamu makan hidangan tersebut, sementara kedua istri tersebut bermalam dalam keadaan

tidak makan. Keesokan harinya keduanya datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi

wassalam lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, ‘Sungguh Allah takjub

(atau tertawa) terhadap fulan dan fulanah’.”

Dalam riwayat lain Rasulullah bersabda, “Sungguh Allah takjub terhadap apa yang

kalian berdua lakukan terhadap tamu kalian.”

Di akhir hadis disebutkan, maka turunlah ayat:

“Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri. Sekalipun

mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu).” (Al-Hasyr: 9).

Abu Thalhah tak kuasa menahan rasa gembiranya, maka beliau bersegera

memberikan kabar gembira itu kepada istrinya sehingga sejuklah pandangan matanya

karena Allah menurunkan ayat tentang mereka dlam Alquran yang senantiasa dibaca.

Selain berdakwah di lingkungannya, Ummu Sulaim juga turut andil dalam berjihad

bersama pasukan kaum muslimin.

Anas berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam berperang bersama Ummu

Sulaim dan para wanita dari kalangan Anshar, apabila berperang, para wanita tersebut

memberikan minum kepada mujahidin dan mengobati yang luka.”

Begitulah, Ummu Sulaim memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Rasulullah

Shallallahu ‘alaihi wassalam, beliau tidak pernah masuk rumah selain rumah Ummu

Sulaim, bahkan Rasulullah telah memberi kabar gembira bahwa beliau termasuk ahli

jannah.

Sumber: kitab Nisaa’ Haular Rasuul, karya Mahmud Mahdi al-Istanbuli dan Musthafa

Abu an-Nashr asy-Syalabi

Page 7: RESUME DAKWAH SHAHABIYAH, KISAH NABI YA’QUB, KISAH NABI ISHAQ, URGENSI RUMAH TANGGA ISLAM, UMAR TILMISANI, DAN KAMAL AS-SANANIRI

1.2. KHAULAH BINTI TSA’LABAH

Nama lengkapnya adalah Khaulah binti tsa’labah bin Ashram bin Farah bin Tsa’labah

Ghanam bin ‘Auf. Beliau tumbuh sebagai wanita yang fasih dan pandai. Beliau dinikahi

oleh Aus bin Shamit bin Qais, saudara dari Ubadah bin Shamit Radhiallahu ‘anhu, yang

senantiasa menyertai perang Badar dan perang Uhud dan mengikuti seluruh peperangan

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam. Dengan Aus inilah Khaulah melahirkan anak

laki-laki yang bernama Rabi’

Suatu ketika Khaulah binti Tsa’labah mendapati suaminya, Aus bin Shamit dalam

suatu masalah yang membuat Aus marah, dia berkata, “Bagiku engkau ini seperti

punggung ibuku.”

Kemudian Aus keluar setelah mengatakan kalimat tersebut dan duduk bersama orang-

orang untuk beberapa lama. Selanjutnya Aus kembali ke Khaulah dan menginginkannya.

Akan tetapi kesadaran hati dan kehalusan perasaan Khaulah membuatnya menolak Aus,

sampai jelas hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap kejadian diatas.

Khaulah berkata, “Tidak… jangan! Demi yang jiwa Khaulah berada di tangan-Nya,

engkau tidak boleh menjamahku karena engkau telah mengatakan sesuatu yang telah

engkau ucapkan terhadapku sehingga Allah dan Rasul-Nya lah yang memutuskan hukum

tentang peristiwa yang menimpa kita.

Selanjutnya Khaulah menemui Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, lalu dia

mencerita- kan peristiwa yang menimpa dirinya dengan suaminya.

Maksud kedatangannya adalah untuk meminta fatwa dan berdialog dengan Nabi

Shalallahu ‘alaihi wasallam tentang urusan tersebut. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi

wasallam bersabda, “Kami belum pernah mendapatkan perintah berkenaan urusanmu

tersebut … aku tidak melihat melainkan engkau sudah haram baginya.”

Wanita mukminah ini mengulangi perkataannya dan menjelaskan kepada Rasulullah

Shalallahu ‘alaihi wasallam tentang apa yang menimpa dirinya dan anaknya, jika dia

harus bercerai dengan suaminya, namun Rasulullah Shalalahu ‘alaihi wasallam tetap

menjawab, “Aku tidak melihat melainkan engkau telah haram baginya”.

Sesudah peristiwa tersebut wanita mukminah ini senantiasa mengangkat kedua

tangannya ke langit sedangkan di hatinya tersimpan kesedihan dan kesusahan. Kedua

matanya meneteskan air mata dan perasaan menyesal. Kemudian beliau berdo’a, “ya

Allah sesungguhnya aku mengadu kepada-Mu tentang peristiwa yang menimpa diriku”.

Page 8: RESUME DAKWAH SHAHABIYAH, KISAH NABI YA’QUB, KISAH NABI ISHAQ, URGENSI RUMAH TANGGA ISLAM, UMAR TILMISANI, DAN KAMAL AS-SANANIRI

Alangkah bagusnya apa yang dilakukan oleh Sahabiyah Khaulah Radhiallahu ‘anha,

beliau berdiri di hadapan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam kemudian berdialog

untuk meminta fatwa. Setelah turunnya fatwa, yang memberatkannya beliaupun

melakukan istighatsah (memohon pertolongan) dan mengadu hanya kepada Allah Ta’ala.

Ini menandakan kejernihan iman dan tauhid yang telah dipelajarinya dari Rasulullah

Shalallahu ‘alaihi wasallam.

Tiada henti-hentinya wanita ini berdo’a sehingga suatu ketika Rasulullah Shalallahu

‘alaihi wasallam pingsan (sebagaimana biasanya beliau pingsan ketika menerima wahyu).

Kemudian setelah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam sadar kembali, beliau bersabda,

“Wahai Khaulah, sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menurunkan ayat Al-Qur’an

tentang dirimu dan suamimu, kemudian beliau membaca firman QS. Al-Mujadalah: 1-4,

yang artinya: “Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan

gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan [halnya] kepada Allah. Dan

Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar

lagi Maha Melihat, … sampai firman Allah: “dan bagi orang-orang kafir ada siksaan yang

pedih.”

Kemudian Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan kepada Khaulah tentang

kafarat (tebusan) Zhihar:

Nabi: “Perintahkan kepadanya (suami Khaulah) untuk memerdekakan seorang budak!”

Khaulah: “Ya Rasulullah dia tidak memiliki seorang budak yang bisa dia merdekakan.

Nabi: Jika demikian perintahkan kepadanya untuk shaum dua bulan berturut-turut.”

Khaulah: “Demi Allah dia adalah laki-laki yang tidak kuat melakukan shaum.

“Nabi: “Perintahkan kepadanya memberi makan dari kurma sebanyak 60 orang miskin.

“Khaulah: “Demi Allah ya Rasulullah dia tidak memilikinya.”

Nabi: “Aku bantu dengan separuhnya.”

Khaulah: Aku bantu separuhnya yang lain wahai Rasulullah.”

Nabi: Engkau benar dan baik maka pergilah dan sedekahkanlah kurma itu sebagai kafarat

baginya, kemudian bergaulah dengan anak pamanmu itu secara baik.”

Maka Khaulahpun melaksanakannya.

Demikianlah sebuah kisah tentang sahabiyah yang mengajukan suatu perkara yang

terjadi di rumah tangganya kepada Rasululllah, yang perkara Khaulah dan suaminya ini

Page 9: RESUME DAKWAH SHAHABIYAH, KISAH NABI YA’QUB, KISAH NABI ISHAQ, URGENSI RUMAH TANGGA ISLAM, UMAR TILMISANI, DAN KAMAL AS-SANANIRI

merupakan permasalahan yang pertama kali terjadi di Umat Islam. Didalamnya

terkandung banyak pelajaran.

Selanjutnya sahabiyah ini semasa pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab, pernah

menghentikan Umar bin Khaththab pada saat berjalan. Beliau kemudian memberikan

nasehat-nasehat kepada Umar.

Khaulah berkata, “Wahai Umar, aku telah mengenalmu sejak namamu dahulu masih

Umair (Umar kecil) tatkala engkau berada di pasar Ukazh engkau menggembala kambing

dengan tongkatmu. Kemudian berlalulah hari demi hari, sehingga Engkau memiliki nama

Amirul Mukminin, maka bertakwalah kepada Allah perihal rakyatmu. Ketahuilah

barangsiapa takut kepada maka yang jauh akan menjadi dekat dengannya dan barangsiapa

yang takut mati maka dia akan takut kehilangan dan barangsiapa yakin akan adanya hisab

maka dia takut terhadap adzab Allah.” Beliau katakan hal itu sementara Umar bin

Khaththab berdiri sambil menundukkan kepalanya dan mendengar perkataannya.

Akan tetapi al-Jarud al-Abdi yang menyertai Umar bin Khaththab tidak tahan atas hal

ini, kemudian berkata kepada Khaulah, “Engkau telah berbicara banyak (keterlaluan)

kepada Amirul Mukminin wahai wanita.!”

Mendengar hal ini Umar balas menegur al-Jarud, “Biarkan dia … tahukah kamu siapakah

dia? Beliau adalah Khaulah yang Allah mendengarkan perkataannya dari langit yang

ketujuh, maka Umar lebih berhak untuk mendengarkan perkataannya.”

Dalam riwayat lain Umar bin Khaththab berkata, “Demi Allah seandainya beliau tidak

menyudahi nasehatnya kepadaku sampai malam hari, maka aku tidak akan menyudahinya

sehingga beliau menyelesaikan hal yang dikehendakinya, kecuali jika telah datang waktu

shalat, maka aku akan mengerjakan shalat, kemudian kembali mendengarkannya sampai

selesai keperluannya.”

Sumber: kitab Nisaa’ Haular Rasuul, karya Mahmud Mahdi al-Istanbuli dan Musthafa

Abu an-Nashr asy-Syalabi

1.3. UMMU ‘IMARAH

Nama lengkapnya adalah Nusaibah binti Ka’ab bin Amru bin Auf bin Mabdzul al-

Anshaiyah. Ia adalah seorang wanita dari Bani Mazin an-Najar.

Beliau wanita yang bersegera masul Islam, salah seorang dari dua wanita yang

bersama para utusan Anshar yang datang ke Mekah untuk melakukan bai’at kepada

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Disamping memiliki sisi keuatmaan dan

kebaikan, ia juga suka berjihad, pemberani, ksatia, dan tidak takut mati di jalan Allah.

Page 10: RESUME DAKWAH SHAHABIYAH, KISAH NABI YA’QUB, KISAH NABI ISHAQ, URGENSI RUMAH TANGGA ISLAM, UMAR TILMISANI, DAN KAMAL AS-SANANIRI

Nusaibah ikut pegi berperang dalam Perang Uhud besama suaminya (Ghaziyah bin

Amru) dan bersama kedua anaknya dari suami yang prtama (Zaid bin Ashim bin Amru),

kedua anaknya bernama Abdullah dan Hubaib. Di siang harri beliau membeikan

minuman kepada yang terluka, namun tatkala kaum muslimin porang-poranda beliau

segera mendekati Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan membawa pedang

(untuk menjaga keselamatan Rasulullah) dan menyerang musuh dengan anak panah.

Beliau beperang dengan dahsyat. Beliau menggunakan ikat pinggang pada peutnya

hingga teluka sebanyak tiga belas tempat. Yang paling parah adalah luka pada pundaknya

yang tekena senjara dai musuh Allah yang bernama Ibnu Qami’ah yang akhirnya luka

tersebut diobati selama satu tahun penuh hingga sembuh.

Nusaimah sempat mengganggap ringan lukanyayang berbahaya ketika penyeu

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berseru agar kaum muslimin menuju Hamraul

Asad, maka Nusaibah mengikat lukanya dengan bajunya, akan tetapi tidak mampu untuk

menghentikan cucuran daahnya.

Ummu Umarah menutukan kejadian Perang Uhud demikian kisahnya, “Aku melihat

orang-oang sudah menjauhi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga tinggal

sekelompok kecil yang tidak sampai bilangan sepuluh orang. Saya, kedua anakku, dan

suamiku berada di depan beliau untuk melindunginya, sementara orang-orang koca-kacir.

Beliau melihatku tidak memiliki perisai, dan beliau melihat pula ada seorang laki-laki

yang mundu sambil membawa perisai. Beliau besabda, ‘Beikanlah peisaimu kepada yang

sedang berperang!’ Lantas ia melempakannya, kemudian saya mengambil dan saya

pegunakan untuk melindungi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika itu yang

menyerang kami adalah pasukan bekuda, seandainya mereka berrjalan kaki sebagaimana

kami, maka dengan mudah dapat kami kalahkan insya Allah. Maka tatkala ada seorang

laki-laki yang berkuda mendekat kemudian memukulku dan aku tangkis dengan pisaiku

sehingga dia tidak bisa berbuat apa-apa degan pedangnya dan akhirnya dia hendak

mundu, maka aku pukul urat kaki kudanya hingga jatuh teguling. Kemudian ketika itu

Nabi berseu, ‘Wahai putra Ummu imarah, bantulah ibumu… bantulah ibumu….’

Selanjutnya putraku membantuku untuk mengalahkan musuh hingga aku berhasil

membunuhnya.” (Lihat Thabaqat Ibnu Sa’ad VIII/412).

Putra beliau yang bernama Abdullah bin Zaid bekata, “Aku teluka. Pada saat itu

dengan luka yang parah dan darah tidak berhenti mengalir, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi

wa sallam bersabda, ‘Balutlah lukamu!’ Sementara ketika itu Ummu Imarh sedang

menghadapi musuh, tatkala mendenga seuan Nabi, ibu menghampiriku dengan membawa

Page 11: RESUME DAKWAH SHAHABIYAH, KISAH NABI YA’QUB, KISAH NABI ISHAQ, URGENSI RUMAH TANGGA ISLAM, UMAR TILMISANI, DAN KAMAL AS-SANANIRI

pembalut dari ikat pinggangnya. Lantas dibalutlah lukaku sedangkan Nabi Shallallahu

‘alaihi wa sallam berdiri, ketika itu ibu bekata kepadaku, ‘Bangkitlah besamaku dan

tejanglah musuh!’Hal itu membuat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‘Siapakah yang mampu berbuat dengan apa yang engkau pebuat ini wahai Ummu

Imarah?’

Kemudian datanglah orang yang tadi melukaiku, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi

wa sallam bersabda, “Inilah yang memukul anamu whai Ummu Imarah!” Ummu Imarah

becerita, “Kemudian aku datangi orang tersebut kemudian aku pukul betisnya hingga

roboh.” Ummu Imarah melihat ketika itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

tersenyum karena apa yang telah diperbuat olehnya hingga kelihata gigi geraham beliau,

beliau bersabda, “Engkau telah menghukumnya wahai Ummu Imarah.”

Kemudian mereka pukul lagi dengan senjata hingga dia mati. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa

sallam bersabda, “Segala puji bagi Allah yang telah memenangkanmu dan meyejukkan

pandanganmu dengan kelelahan musuh-musuhmu dan dapat membalas musuhmu di

depan matamu.” (Lihat Thabaqat Ibnu Sa’ad VIII/413 — 414).

Selain pada Perang Uhud, Ummu Imarah juga ikut pada dalam bai’atur ridwan

bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam Perang Hudaibiyah, dengan

demikian beliau ikut serta dalam Perang Hunain.

Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, ada bebeapa kabilah yang

mutad dari Islam di bawah pimpinan Musailamah al-Kadzab, selanjutnya khalifah Abu

Bakar ash-Shidiq mengambil keputusan untuk memerangi orang-orang yang murtad

tesebut. Maka, bersegeralah Ummu Imarah mendatangi Abu Bakar dan meminta ijin

kepada beliau untuk begabung bersama pasukan yang akan memerangi orang-orang yang

mutad dai Islam. Abu Bakar ash-Shidiq bekata kepadanya, “Sungguh aku telah mengakui

pranmu di dalam perang Islam, maka berangkatlah dengan nama Allah.” Maka, beliau

berangkat bersama putranya yang bernama Hubaib bin Zaid bin Ashim.

Di dalam perang ini, Ummu Imarah mendapatkan ujian yang berat. Pada perang

tesebut putranya tertawan oleh Musailamah al-Kadzab dan ia disiksa dengan bebagai

macam siksaan agarr mau mengakui kenabian Musailamah al-Kadzab. Akan tetapi, bagi

putra Ummu imarah yang telah tebiasa dididik untuk besabar tatkala beperang dan telah

dididik agar cinta kepada kematian syahid, ia tidak kenal kompomi sekalipun diancam.

Tejadilah dialog antaraya dengan Musailamah:

Musailamah: Engkau bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasulullah?

Hubaib: Ya

Page 12: RESUME DAKWAH SHAHABIYAH, KISAH NABI YA’QUB, KISAH NABI ISHAQ, URGENSI RUMAH TANGGA ISLAM, UMAR TILMISANI, DAN KAMAL AS-SANANIRI

Musailamah: Engkau besaksi bahwa aku adalah Rasulullah?

Hubaib: Aku tidak mendengar apa yang kamu katakan itu.

Kemudian Musailamah al-Kadzab memotong-motong tubuh Hubaib hingga tewas.

Suatu ketika Ummu Imarah ikut serta dalam perang Yamamah besama putranya yang

lain, yaitu Abdullah. Beliau bertekad untuk dapat membunuh Musailamah dengan

tangannya sebagai balasan bagi Musailamah yang telah membunuh Hubaib, akan tetapi

takdir Allah menghendaki lain, yaitu bahwa yang mampu membunuh adalah putra beliau

yang satunya, yaitu Abdullah. Ia membalas Musailamah yang telah membunuh saudara

kandungnya.

Tatkala membunuh Musailamah, Abdullah bekeja sama dengan Wahsyi bin Harb, tatkala

ummu imarah mengetahui kematian si Thaghut al-Kadzab, maka beliau bersujud syukur

kepada Allah.

Ummu Imarah pulang dari peperangan dengan membawa dua belas luka pada tubuhnya

setelah kehilangan satu tangannya dan kehilangan anaknya yang terakhir, yaitu Abdullah.

Sungguh, kaum muslimin pada masanya mengetahui kedudukan beliau. Abu Bakar

ash-Shidiq penah mendatangi beliau untuk menanyakan kondisinya dan menenangkan

beliau. Khalid si pedang Islam membantu atas penghomatannya, dan seharusnyalah kaum

muslimin di zaman kita juga mengetahui haknya pula. Beliau sungguh telah mengukir

sejarahnya dengan tinta emas.

Sumber: kitab Nisaa’ Haular Rasuul, karya Mahmud Mahdi al-Istanbuli dan Musthafa

Abu an-Nashr asy-Syalabi

1.4. UMMU SYURAIK

Namanya adalah Ghaziyah binti Jabir bin Hakim. Beliau seorang wanita dari Quraisy,

wanita dari Bani Amir bin Lu’ai dan ia pernah menjadi istri Abu al-Akr ad-Dausi. Beliau

merasa simpati hatinya dengan Islam sejak masih di Mekah, hingga menjadi mantaplah

iman di hatinya dan beliau memahami kewajiban dirinya terhadap din yang lurus

sehingga beliau mempersembahkan hidupnya untuk menyebarkan dakwah tauhid,

meninggikan kalimat Allah dan mengibarkan panji laa ilaha illallahu muhammadur

rasulullahi.

Mulailah Ummu Syuraik bergerak untuk berdakwah dan mengajak wanita-wanita

Quraisy secara sembunyi-sembunyi. Beliau berdakwah kepada mereka, memberikan

dorongan-dorongan agar mereka masuk Islam tanpa kenal lelah dan jemu. Beliau

Page 13: RESUME DAKWAH SHAHABIYAH, KISAH NABI YA’QUB, KISAH NABI ISHAQ, URGENSI RUMAH TANGGA ISLAM, UMAR TILMISANI, DAN KAMAL AS-SANANIRI

menyadari resiko yang akan menimpa dirinya, baik pengorbanan maupun penderitaan,

serta resiko yang telah menghadangnya, berupa gangguan dan siksaan terhadap jiwa dan

harta. Akan tetapi, iman bukanlah sekedar kalimat yang diucapkan oleh lisan, melainkan

iman pada hakikatnya memiliki konsekuensi dan amanah yang mengandung beban dan

iman berarti jihad yang membutuhkan kesabaran.

Takdir Allah menghendaki setelah masa berlalu beberapa lama, mulailah hari-hari

ujian, hari-hari menghadapi cobaan yang mana aktivitas Ummu Syuraik ra telah diketahui

penduduk Mekah. Akhirnya, mereka menangkap beliau dan berkata, “Kalaulah bukan

karena kaum kamu, kami akan tangani sendiri. Akan tetapi, kami akan menyerahkan

kamu kepada mereka.”

Ummu Syuraik berkata, “Maka datanglah keluarga Abu al-Akr (yakni kelurga

suaminya) kepadaku kemudian berkata, ‘Jangan-jangan engkau telah masuk kepada

agamanya (Muhammad)?’ Beliau berkata, ‘Demi Allah, aku telah masuk agama

Muhammad’. Mereka berkata, ‘Demi Allah, aku akan menyiksamu dengan siksaan yang

berat’. Kemudian, mereka membawaku dari rumah kami, kami berada di Dzul Khalashah

(terletak di Shan’a’), mereka ingin membawaku ke sebuah tempat dengan mengendarai

seekor onta lemah, yakni kendaraan mereka yang paling jelek dan kasar. Mereka

memberiku makan dan madu, akan tetapi tidak memberikan setetes air pun kepadaku.

Hingga manakala tengah hari dan matahari telah terasa panas, mereka menurunkan aku

dan memukuliku, kemudian mereka meninggalkanku di tengah teriknya matahari hingga

hampir-hampir hilang akalku, pendengaranku dan penglihatanku. Mereka melakukan hal

itu selama tiga hari. Tatkala hari ketiga, mereka berkata kepadaku, ‘Tinggalkanlah agama

yang telah kau pegang!’ Ummu Syuraik berkata, ‘Aku sudah tidak lagi dapat mendengar

perkataan mereka, kecuali satu kata demi satu kata dan akau hanya mmeberikan isyarat

dengan telunjukku ke langit sebagai isyarat tauhid’.”

Ummu Syuraik melanjutkan, “Demi Allah, tatkala aku dalam keadaan seperti itu,

ketika sudah berat aku rasakan, tiba-tiba aku mendapatkan dinginnya ember yang berisi

air di atas dadaku (beliau dalam keadaan berbaring), maka aku segera mengambilnya dan

meminumnya sekali teguk. Kemudian, ember tersebut terangkat dan aku melihat ternyata

ember tersebut menggantung antara langit dan bumi dan aku tidak mampu

mengambilnya. Kemudian, ember tersebut menjulur kepadaku untuk yang kedua kalinya,

maka aku minum darinya kemudian terangkat lagi. Aku melihat ember tersebut berada

antara langit dan bumi. Kemudian, ember tersebut menjulur kepadaku untuk yang ketiga

kalinya, maka aku minum darinya hingga aku kenyang dan aku guyurkan ke kepala,

Page 14: RESUME DAKWAH SHAHABIYAH, KISAH NABI YA’QUB, KISAH NABI ISHAQ, URGENSI RUMAH TANGGA ISLAM, UMAR TILMISANI, DAN KAMAL AS-SANANIRI

wajah dan bajuku. Kemudian, mereka keluar dan melihatku seraya berkata, ‘Dari mana

engkau dapatkan air itu wahai musuh Allah’. Beliau menjawab, ‘Sesungguhnya musuh

Allah adalah selain diriku yang menyimpang dari agama-Nya. Adapun pertanyaan kalian

dari mana air itu, maka itu adalah dari sisi Allah yang dianugerahkan kepadaku’. Mereka

bersegera menengok ember mereka dan mereka dapatkan ember tersebut masih tertutup

rapat belum terbuka. Lalu, mereka berkata, ‘Kami bersaksi bahwa Rabbmu adalah Rabb

kami dan kami bersaksi bahwa yang telah memberikan rizki kepadamu di tempat ini

setelah kami menyiksamu adalah Dia Yang Mensyari’atkan Islam’.” Akhirnya, masuklah

mereka semuanya ke dalam agama Islam dan semuanya berhijrah bersama Rasulullah

Shallallahu ‘alaihi wassalam dan mereka mengetahui keutamaanku atas mereka dan apa

yang telah dilakukan Allah terhadapku.

Semoga Allah merahmati Ummu Syuraik, yang telah mengukir sebaik-baik contoh

dalam berdakwah ke jalan Allah, dalam hal keteguhan dalam memperjuangkan iman dan

akidahnya dan dalam bersabar di saat menghadapi cobaan serta berpegang kepada tali

Allah…. Marabahaya tidak menjadikan beliau kendor ataupun lemah yang

mengakibatkan beliau bergeser walaupun sedikit untuk menyelamatkan jiwanya dari

kematian dan kebinasaan. Akan tetapi, hasil dari ketegaran beliau, Allah memuliakan

beliau dan menjadikan indah pandangan matanya dengan masuknya kaumnya ke dalam

agama Islam. Inilah target dari apa yang dicita-citakan oleh seorang muslim dalam

berjihad.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda yang artinya, “Sungguh, seandainya

Allah memberikan hidayah kepada satu orang karena dakwahmu, maka itu lebih baik dari

onta yang merah (harta kekayaan yang paling berharga).”

1.5.Aisyah binti Abu Bakar ashidiq (shahabiyah)

Aisyah adalah belahan jiwa Rasulullah saw di dunia dan di akhirat. Beliau, adalah

sosok ahli fiqih yang taat pada Rabbnya. Pada saat Rasulullah saw meninggal dunia, usia

Aisyah baru menginjak 19 tahun setelah sembilan tahun hidup bersama Rasulullah saw.

Namun demikian, Aisyah telah memenuhi seluruh penjuru dunia dengan ilmu. Dalam

hal periwayatan hadits, beliau adalah tokoh yang sulit di cari bandingannya. Ia lebih

memahami hadits, dibanding istri-istri Rasul yang lain.

Dalam masalah jumlah hadits yang diriwayatkannya, tidak ada yang menandingi,

selain Abu Hurairah dan Abdullah bin Umar.Ad-Dhahabi berkomentar dalam kitab as

Sair jilid II, halaman 240, “Saya tidak pernah melihat pada umat Muhammad saw, bahkan

wanita secara keseluruhan, ada seorang wanita yang lebih alim dari Aisyah RA.” Dalam

Page 15: RESUME DAKWAH SHAHABIYAH, KISAH NABI YA’QUB, KISAH NABI ISHAQ, URGENSI RUMAH TANGGA ISLAM, UMAR TILMISANI, DAN KAMAL AS-SANANIRI

beberapa kasus, Aisyah mengoreksi pemahaman para sahabat dan menjadi rujukan dalam

memahami praktek Rasulullah saw. Di dalam al –Mustadrak, az-Zuhri berkomentar:

“seandainya ilmu semua manusia dan ilmu istri-istri nabi digabungkan, niscaya ilmu

Aisyah lebih luas dari ilmu mereka.

Menurut Adz-Dzahabi, musnah Aisyah mencapai 2210 hadits. Imam Bukhari dan

Imam Muslim sepakat atas riwayat Aisyah sebanyak 140 hadits. Secara individu Bukhari

meriwayatkan 54 hadits Aisyah, dan Muslim meriwayatkan 69 hadits. Hakim Abu

abdillah berkata: “Aisyah RA, membawa ¼ syariah Islam. Urwah Ibnu Zubair berkata:

Saya tidak melihat seorang pun yang lebih pandai dalam masalah ilmu fiqih, kedokteran,

dan sastra selain Aisyah RA.

Demikianlah keluasan ilmu Aisyah RA. Para wanita mukminah di masa sekarang ini,

khususnya para aktivis dakwah sudah semestinya meneladani beliau RA dalam hal

keluasan ilmunya. Ya Alim, rabbi zidni ilmaa.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/04/20/19941/teladan-dari-shahabiyah-dan-

tabiiyah-

2. Kisah Nabi Ishaq

Saat beberapa malaikat itu mendatangi Nabi Ibrahim, tentunya Nabi Ibrahim

menyambut para malaikat itu dengan sangat baik serta mempersilahkan mereka untuk

duduk di ruang tamu, lalu ia pun segera menyiapkan jamuan makan untuk para

malaikat itu. Nabi Ibrahim merupakan hamba Allah yang selalu memuliakan tamu,

selain itu ia juga merupakan orang yang dermawan. Beberapa saat kemudian, suami

istri sarah ini datang daging anak saping gemuk yang telah dipanggang lalu

menghidangkan kepada tamunya tersebut. Meski telah dihidangkan makanan dan

minuman yang lezat, namun mereka tidak makan dan minum jamuan yang telah

disajikan oleh Nabi Ibrahim. Tentunya hal itu membuat Nabi Ibrahim takut terhadap

tamu tamunya itu, kemudian para malaikat itu menenangkan dan member tahu siapa

mereka dan menyampaikan kabar gembira bahwa akan lahir seorang anak yang alim.

Cerita Nabi Ishaq- Pada saat yang bersamaan, istri Nabi Ibrahim mendengar

pembicaraan antara malaikat dengan Nabi Ibrahim. Ia pun datang menghampiri

mereka dengan keheranan terhadap kabar yang mereka bawa. Ia bingung bagaimana

mungkin ia akan melahirkan, padahal ia merupakan wanita yang telah tua dan juga

mandul, saat itu usianya telah mencapai 90 tahun. Sementara itu suaminya juga telah

Page 16: RESUME DAKWAH SHAHABIYAH, KISAH NABI YA’QUB, KISAH NABI ISHAQ, URGENSI RUMAH TANGGA ISLAM, UMAR TILMISANI, DAN KAMAL AS-SANANIRI

berusia lanjut. Hal tersebut juga tertulis dalam Al Qur an yang berbunyi sebagai

berikut

Istri berkata : “Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak

padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamiku pun dalam keadaan yang

sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh” (Qs. 11 : 72)

Maka malaikat pun berkata ; mereka berkata “Demikianlah Tuhanmu

memfirmankan”, sesungguhnya Dialah yang maha bijaksana lagi maha mengetahui”

(QS 51 : 30)

Mendengar berita itu, Nabi Ibrahim as pun menjadi tenang dan berbahagia,

mereka sangat bersyukur kepada Allah SWT atas adanya kabar tersebut. Sebagaimana

yang telah difirmankan dalam Al Qur an

“dan ingatlah hamba-hamba kami : Ibrahim, Ishaq, dan Ya’qub yang mempunyai

perbuatan perbuatan yang besar dan ilmu ilmu yang tinggi. Sesungguhnya kami telah

mensucikan mereka dengan (menganugrahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi

yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat. Dan sesungguhnya

mereka pada sisi kami benar-benar termasuk orang-orang pilihanyang paling baik (QS

: 38 : 45 – 47)

Dan yang dinanti-nantinya ternyata akan tiba. Selang beberapa waktu, maka

datanglah apa yang dinantikan itu, yaitu siti sarah melahirkan seorang anak yang

kemudian diberi nama Ishaq oleh Nabi Ibrahim as. Saat itu, usia Nabi Ibrahim as telah

100 tahun. Nabi Ishaq as lahir empat belas tahun setelah kelahiran Nabi ismail as

Al Qur’anul karim tidak menyebuatkan secara panjang lebar kisah Nabi isaq

as, demikin pula tentang kaum yang kepada mereka diutus Nabi Ishaq. Namuun Allah

memuji Nabi Ishaq as di beberapa tempat dalam al qur an, antara lain sebagai berikut :

“dan ingatlah hamba-hamba kami : Ibrahim, Ishaq, dan Ya’qub yang mempunyai

perbuatan perbuatan yang besar dan ilmu ilmu yang tinggi. Sesungguhnya kami telah

mensucikan mereka dengan (menganugrahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi

yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat. Dan sesungguhnya

mereka pada sisi kami benar-benar termasuk orang-orang pilihanyang paling baik (QS

: 38 : 45 – 47)

Sementara itu dalam sabdanya, Nabi Muhammad saw juga memuji Nabi Ishaq as. :

“yang mulia putera yang mulia, putera yang mulia dan putera yang mulia adalah

Yusuf putera Ya’qub, putera Ishaq, putera Ibrahim” (Hr. Bukhari dan muslim)

Page 17: RESUME DAKWAH SHAHABIYAH, KISAH NABI YA’QUB, KISAH NABI ISHAQ, URGENSI RUMAH TANGGA ISLAM, UMAR TILMISANI, DAN KAMAL AS-SANANIRI

Ahli kitab menyebutkan bahwa Nabi Ishaq as ketika menikah dengan Rafqah

binti batu’il saat ayahnya yaitu ibraim as masih hidup, saat itu usianya telah mencapai

40 tahun. Dan istrinya juga sempat menjadi mandul seperti ibunya, maka Nabi Ishaq

as pun berdoa memohon kepada Allah untuknya, sehingga istrinya pun hamil dan

melahirkan putera kembar yang pertama bernama ‘Iishuu. Orang-orang arab

menyebutnya ‘Ish; ia merupakan nenek moyang dari bangsa romawi. Yang kedua

bernama Ya’qub. Disebut Ya’qub kare ia terlahir dalam keadaan memegang tumit

saudaranya. Putra Ishaq yang bernama Ya’qub inilah yang nantinya menjadi Nabi dan

rasul Allah dan Nabi Ya’qub akan mendapat keturunan yang banyak, di antaranya

Nabi yusuf as yang menjadi menjadi Nabi dan rasul. Dan dari Nabi Ishaq as inilah

menurunkan Nabi-Nabi dari bani israil yang kemudian sampai pada Isa as. Setelah

Nabi isa as, kemudian diakhiri dengan Nabi muhammad dari keturunan Nabi Ismai as.

Setelah Nabi Ishaq as menyeleseaikan tugasnya sebagai Nabi dan rasul utusan

Allah, ia meninggal dunia pada usia 180 tahun dan dimakamkan di Jirun, yang saat ini

menjadi kota yang bernama Madinah.

3. Kisah Nabi Ya’qub

Nabi Ya’qub adl putera dari Nabi Ishaq bin Ibrahim sedang ibunya adl anak saudara

dari Nabi Ibrahim bernama Rifqah binti A’zar. Ia adl saudara kembar dari putera Ishaq yg

kedua bernama Ishu.

Antara kedua saudara kembar ini tidak terdapat suasana rukun dan damai serta tidak

ada menaruh kasih-sayang satu terhadap yg lain bahkan Ishu mendendam dengki dan iri

hati terhadap Ya’qub saudara kembarnya yg memang dimanjakan dan lbh disayangi serta

dicintai oleh ibunya. Hubungan mereka yg renggang dan tidak akrab itu makin buruk dan

tegang setelah diketahui oleh Ishu bahwa Ya’qublah yg diajukan oleh ibunya ketika

ayahnya minta kedatangan anak-anaknya utk diberkahi dan didoakan sedangkan dia tidak

diberitahu dan karenanya tidak mendapat kesempatan seperti Ya’qub memperoleh berkah

dan doa ayahnya Nabi Ishaq.

Melihat sikap saudaranya yg bersikap kaku dan dingin dan mendengar kata-kata

sindirannya yg timbul dari rasa dengki dan irihati bahkan ia selalu diancam maka

datanglah Ya’qub kepada ayahnya mengadukan sikap permusuhan itu. Ia berkata

mengeluh : ” Wahai ayahku! Tolonglah berikan fikiran kepadaku bagaimana harus aku

menghadapi saudaraku Ishu yg membenciku mendendam dengki kepadaku dan selalu

Page 18: RESUME DAKWAH SHAHABIYAH, KISAH NABI YA’QUB, KISAH NABI ISHAQ, URGENSI RUMAH TANGGA ISLAM, UMAR TILMISANI, DAN KAMAL AS-SANANIRI

menyindirku dgn kata-kata yg menyakitkan hatiku sehinggakan menjadihubungan

persaudaraan kami ber dua renggang dan tegang tidak ada saling cinta mencintai saling

sayang-menyayangi. Dia marah krn ayah memberkahi dan mendoakan aku agar aku

memperolehi keturunan soleh rezeki yg mudah dan kehidupan yg makmur serta

kemewahan . Dia menyombongkan diri dgn kedua orang isterinya dari suku Kan’aan dan

mengancam bahwa anak-anaknya dari kedua isteri itu akan menjadi saingan berat bagi

anak-anakku kelak didalam pencarian dan penghidupan dan macam-macam ancaman lain

yg mencemas dan menyesakkan hatiku. Tolonglah ayah berikan aku fikiran bagaimana

aku dapat mengatasi masalah ini serta mengatasinya dgn cara kekeluargaan.

Berkata si ayah Nabi Ishaq yg memang sudah merasa kesal hati melihat hubungan

kedua puteranya yg makin hari makin meruncing:” Wahai anakku krn usiaku yg sudah

lanjut aku tidak dapat menengahi kamu berdua ubanku sudah menutupi seluruh kepalaku

badanku sudah membongkok raut mukaku sudah kisut berkerut dan aku sudak berada di

ambang pintu perpisahan dari kamu dan meninggalkan dunia yg fana ini. Aku khuatir bila

aku sudah menutup usia gangguan saudaramu Ishu kepadamu akan makin meningkat dan

ia secara terbuka akan memusuhimu berusaha mencari kecelakaan mu dan kebinasaanmu.

Ia dalam usahanya memusuhimu akan mendapat sokongan dan pertolongan dan saudara-

saudara iparnya yg berpengaruh dan berwibawa di negeri ini. Maka jalan yg terbaik

bagimu menurut fikiranku engkau harus pergi meninggalkan negeri ini dan berhijrah

engkau ke Fadan A’raam di daerah Irak di mana bermukin bapa saudaramu saudara

ibumu Laban bin Batu;il. Engkau dapat mengharap dikahwinkan kepada salah seorang

puterinya dan dgn demikian menjadi kuatlah kedudukan sosialmu disegani dan dihormati

orang krn karena kedudukan mertuamu yg menonjol di mata masyarkat. Pergilah engkau

ke sana dgn iringan doa drpku semoga Allah memberkahi perjalananmu memberi rezeki

murah dan mudah serta kehidupan yg tenang dan tenteram.

Nasihat dan anjuran si ayah mendapat tempat dalam hati si anak. Ya’qub melihat

dalam anjuran ayahnya jalan keluar yg dikehendaki dari krisis hubungan persaudaraan

antaranya dan Ishu apalagi dgn mengikuti saranan itu ia akan dapat bertemu dgn bapa

saudaranya dan anggota-anggota keluarganya dari pihak ibunya .Ia segera berkemas-

kemas membungkus barang-barang yg diperlukan dalam perjalanan dan dgn hati yg

terharu serta air mata yg tergenang di matanya ia meminta kepada ayahnya dan ibunya

ketika akan meninggalkan rumah.

Page 19: RESUME DAKWAH SHAHABIYAH, KISAH NABI YA’QUB, KISAH NABI ISHAQ, URGENSI RUMAH TANGGA ISLAM, UMAR TILMISANI, DAN KAMAL AS-SANANIRI

Nabi Ya’qub Tiba di Irak

Dengan melalui jalan pasir dan Sahara yg luas dgn panas mataharinya yg terik dan angi

samumnya yg membakar kulit Ya’qub meneruskan perjalanan seorang diri menuju ke

Fadan A’ram dimana bapa saudaranya Laban tinggal. Dalam perjalanan yg jauh itu ia

sesekali berhenti beristirehat bila merasa letih dan lesu .Dan dalam salah satu tempat

perhentiannya ia berhenti krn sudah sgt letihnya tertidur dibawah teduhan sebuah batu

karang yg besar .Dalam tidurnya yg nyenyak ia mendapat mimpi bahwa ia dikurniakan

rezeki luas penghidupan yg aman damai keluarga dan anak cucuc yg soleh dan bakti serta

kerajaan yg besar dan makmur. Terbangunlah Ya’qub dari tidurnya mengusapkan

matanya menoleh ke kanan dan ke kiri dan sedarlah ia bahawa apa yg dilihatnya hanyalah

sebuah mimpi namun ia percaya bahwa mimpinya itu akan menjadi kenyataan di

kemudian hari sesuia dgn doa ayahnya yg masih tetap mendengung di telinganya. Dengan

diperoleh mimpi itu ia merasa segala letih yg ditimbulkan oleh perjalanannya menjadi

hilang seolah-olah ia memperolehi tanaga baru dan bertambahlah semangatnya utk

secepat mungkin tiba di tempat yg di tuju dan menemui sanak-saudaranya dari pihak

ibunya.

Tiba pada akhirnya Ya’qub di depan pintu gerbang kota Fadan A’ram setelah berhari-

hari siang dan malam menempuh perjalanan yg membosankan tiada yg dilihat selain dari

langit di atas dan pasir di bawah. Alangkah lega hatinya ketika ia mulai melihat binatang-

binatang peliharaan berkeliaran di atas ladang-ladang rumput burung-burung

berterbangan di udara yg cerah dan para penduduk kota berhilir mundir mencari nafkah

dan keperluan hidup masing-masing.

Sesampainya disalah satu persimpangan jalan ia berhenti sebentar bertanya salah

seorang penduduk di mana letaknya rumah saudara ibunya Laban barada. Laban seorang

kaya-raya yg kenamaan pemilik dari suatu perusahaan perternakan yg terbesar di kota itu

tidak sukar bagi seseorang utk menemukan alamatnya. Penduduk yg ditanyanya itu segera

menunjuk ke arah seorang gadis cantik yg sedang menggembala kambing seraya berkata

kepada Ya’qub:”Kebetulan sekali itulah dia puterinya Laban yg akan dapat membawamu

ke rumah ayahnya ia bernama Rahil.

Dengan ahti yg berdebar pergilah Ya’qub menghampiri yg ayu itu dan cantik itu lalu

dgn suara yg terputus-putus seakan-akan ada sesuatu yg mengikat lidahnya ia

mengenalkan diri bahwa ia adl saudara sepupunya sendiri. Ibunya yg bernama Rifqah adl

saudara kandung dair ayah si gadis itu. Selanjutnya ia menerangkan kepada gadis itu

bahwa ia datang ke Fadam A’raam dari Kan’aan dgn tujuan hendak menemui Laban

Page 20: RESUME DAKWAH SHAHABIYAH, KISAH NABI YA’QUB, KISAH NABI ISHAQ, URGENSI RUMAH TANGGA ISLAM, UMAR TILMISANI, DAN KAMAL AS-SANANIRI

ayahnya utk menyampaikan pesanan Ishaq ayah Ya’qub kepada gadis itu. Maka dgn

senang hati sikap yg ramah muka yg manis disilakan ya’qub mengikutinya berjalan

menuju rumah Laban bapa saudaranya.

berpeluk-pelukanlah dgn mesranya si bapa saudara dgn anak saudara menandakan

kegembiraan masing-masing dgn pertemuan yg tidak disangka-sangka itu dan

mengalirlah pada pipi masing-masing air mata yg dicucurkan oleh rasa terharu dan

sukcita. Maka disapkanlah oleh Laban bin Batu’il tempat dan bilik khas utk anak

saudaranya Ya’qub yg tidak berbeda dgn tempat-tempat anak kandungnya sendiri di

mana ia dapat tinggal sesuka hatinya seperti di rumahnya sendiri.

Setelah selang beberapa waktu tinggal di rumah Laban bapa saudaranya sebagai

anggota keluarga disampaikan oleh Ya’qub kdp bapa saudranya pesanan Ishaq ayahnya

agar mereka berdua berbesan dgn mengahwinkannya kepada salah seorang dari puteri-

puterinya. Pesanan tersebut di terima oleh Laban dan setuju akan mengahwinkan Laban

dgn salah seorang puterinya dgn syarat sebagai maskahwin ia harus memberikan tenaga

kerjanya di dalam perusahaan penternakan bakal mentuanya selama tujuh tahun. Ya’qub

menyetujuinya syarat-syarat yg dikemukakan oleh bapa saudaranya dan bekerjalah ia

sebagai seorang pengurus perusahaan penternakan terbesar di kota Fadan A’raam itu.

Setelah mas tujuh tahun dilampaui oleh Ya’qub sebagai pekerja dalam perusahaan

penternakan Laban ia menagih janji bapa saudaranya yg akan mengambilnya sebagai

anak menantunya. Laban menawarkan kepada ya’qub agar menyunting puterinya yg

bernama Laiya sebagai isteri namun anak saudaranya menghendaki Rahil adik dari Laiya

kerana lbh cantik dan lbh ayu dari Laiya yg ditawarkannya itu.Keinginan mana

diutarakannya secara terus terang oleh Ya’qub kepada bapa saudaranya yg juga dari pihak

bapa saudaranya memahami dan mengerti isi hati anak saudaranya itu. Akan tetapi adat

istiadat yg berlaku pada waktu itu tidak mengizinkan seorang adik melangkahi kakaknya

kahwin lbh dahulu. karenanya sebagi jalan tengah agak tidak mengecewakan Ya’qub dan

tidak pula melanggar peraturan yg berlaku Laban menyarankan agar anak saudaranya

Ya’qub menerima Laiya sebagai isteri pertama dan Rahil sebagai isteri kedua yg akan di

sunting kelak setelah ia menjalani mas kerja tujuh tahun di dalam perusahaan

penternakannya.

Ya’qub yg sangat hormat kepada bapa saudaranya dan merasa berhutang budi

kepadanya yg telah menerimanya di rumah sebagai keluarga melayannya dgn baik dan

tidakdibeda-bedakan seolah-olah anak kandungnya sendiri tidak dapat berbuat apa-apa

Page 21: RESUME DAKWAH SHAHABIYAH, KISAH NABI YA’QUB, KISAH NABI ISHAQ, URGENSI RUMAH TANGGA ISLAM, UMAR TILMISANI, DAN KAMAL AS-SANANIRI

selain menerima cadangan bapa saudaranya itu . Perkahwinan dilaksanakan dan kontrak

utk masa tujuh tahun kedua ditanda-tangani.

Begitu masa tujuh tahun kedua berakhir dikahwinkanlah Ya’qub dgn Rahil gadis yg

sangat dicintainya dan selalu dikenang sejak pertemuan pertamanya tatkala ia masuk kota

Fadan A’raam. Dengan demikian Nabi Ya’qub beristerikan dua wanita bersaudara kakak

dan adik hal mana menurut syariat dan peraturan yg berlaku pada waktu tidak terlarang

akan tetapi oleh syariat Muhammad s.a.w. hal semacam itu diharamkan.

Laban memberi hadiah kepada kedua puterinya iaitu kedua isteri ya’qub seorang

hamba sahaya utk menjadi pembantu rumahtangga mereka. Dan dari kedua isterinya serta

kedua hamba sahayanya itu Ya’qub dikurniai dua belas anak di antaraya Yusuf dan

Binyamin dari ibu Rahil sedang yg lain dari Laiya.

Kisah Nabi Ya’qub Di Dalam Al-Quran

Kisah Nabi Ya’qub tidak terdapat dalam Al-Quran secara tersendiri namun disebut-

sebut nama Ya’qub dalam hubungannya dgn Ibrahim Yusuf dan lain-lain nabi. Bahan

kisah ini adl bersumberkan dari kitab-kitab tafsir dan buku-buku sejarah.

4. URGENSI RUMAH TANGGA ISLAM

Islam agama yang diturunkan Allah swt. kepada manusia untuk menata seluruh

dimensi kehidupan mereka. Setiap ajaran yang digariskan agama ini tidak ada yang

berseberangan dengan fitrah manusia. Unsur hati, akal, dan jasad yang terdapat dalam diri

manusia senantiasa mendapatkan “khithab ilahi” (arahan Allah) secara proporsional.

Oleh karenanya, Islam melarang umatnya hidup membujang laiknya para pendeta.

Hidup hanya untuk memuaskan dimensi jiwa saja dan meninggalkan proyek berkeluarga

dengan anggapan bahwa berkeluarga akan menjadi penghalang dalam mencapai kepuasan

batin. Hal ini merupakan bentuk penyimpangan fitrah manusia yang berkaitan dengan

unsur biologis.

Berkeluarga dalam Islam merupakan sunnatullah yang berlaku untuk semua makhluk

(kecuali malaikat), baik manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Bahkan ditekankan

dalam ajaran Islam bahwa nikah adalah sunnah Rasulullah saw. yang harus diikuti oleh

umat ini. Nikah dalam Islam menjadi sarana penyaluran insting dan libido yang

dibenarkan dalam bingkai ilahi. Agar kita termasuk dalam barisan umat ini dan menjadi

manusia yang memenuhi hak kemanusiaan, maka tidak ada kata lain kecuali harus

mengikuti Sunnah Rasul, yaitu nikah secara syar’i. Meskipun ada sebagian Ulama yang

Page 22: RESUME DAKWAH SHAHABIYAH, KISAH NABI YA’QUB, KISAH NABI ISHAQ, URGENSI RUMAH TANGGA ISLAM, UMAR TILMISANI, DAN KAMAL AS-SANANIRI

sampai wafatnya tidak sempat berkeluarga. Dan ini bukan merupakan dalih untuk

melegalkan membujang seumur hidup. Adapun hukumnya sendiri –menurut ulama–

bertingkat sesuai faktor yang menyertainya.

Coba perhatikan beberapa nash di bawah ini:

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu

dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada

keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan

bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling

meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah

selalu menjaga dan Mengawasi kamu.” (An-Nisa: 1)

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri

dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan

dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu

benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (Ar-Rum: 21)

م�ع� س� �ه� ن� أ الط�و�يل� �د� ح�م�ي �ى ب

� أ �ن� ب �د� ح�م�ي �ا ن �ر� ب خ�� أ ج�ع�ف�ر� �ن� ب م�ح�م�د� �ا ن �ر� ب خ�

� أ �م� ي م�ر� �ى ب� أ �ن� ب ع�يد� س� �ا �ن ح�د�ث

عليه – – – الله صلى �ى) �ب الن و�اج� ز�� أ �وت� �ي ب �ل�ى إ ه�ط� ر� �ة� �ث �ال ث اء� ج� �ق�ول� ي عنه الله رضى م�ال�ك� �ن� ب �س� �ن أ

�وا – – – ف�ق�ال :وه�ا �ق�ال ت �ه�م� ن� �أ ك وا �ر� ب خ�

� أ �م�ا ف�ل وسلم عليه الله صلى �ى) �ب الن �اد�ة� ب ع� ع�ن� �ون� ل� أ �س� ي وسلم

. ق�ال� – – خ�ر�� �أ ت و�م�ا �ه� �ب ذ�ن م�ن� �ق�د�م� ت م�ا �ه� ل غ�ف�ر� ق�د� وسلم عليه الله صلى �ى) �ب الن م�ن� �ح�ن� ن �ن� ي

� و�أ

�ز�ل� . . ع�ت� أ �ا �ن أ آخ�ر� و�ق�ال� ف�ط�ر�

� أ � و�ال الد�ه�ر� ص�وم�� أ �ا �ن أ آخ�ر� و�ق�ال� �دKا �ب أ �ل� �ي الل ص�ل)ى

� أ )ى �ن ف�إ �ا ن� أ م�ا

� أ ح�د�ه�م�� أ

�ذ�ا . – – » ك �م� �ت ق�ل �ذ�ين� ال �م� �ت ن� أ ف�ق�ال� وسلم عليه الله صلى �ه� الل س�ول� ر� اء� ف�ج� �دKا �ب أ و�ج� �ز� ت

� أ � ف�ال اء� )س� الن

و�ج� �ز� ت� و�أ ق�د� ر�

� و�أ ص�ل)ى� و�أ ، ف�ط�ر�

� و�أ ص�وم�� أ )ى �ك�ن ل ، �ه� ل �م� �ق�اك ت

� و�أ �ه� �ل ل �م� اك خ�ش�� أل )ى �ن إ �ه� و�الل م�ا

� أ �ذ�ا و�ك

تحفة « . )ى م�ن �س� �ي ف�ل �ى �ت ن س� ع�ن� غ�ب� ر� ف�م�ن� ، اء� )س� البخاري 2/7 – 745الن رواه ،

Sa’idbin Abu Maryam menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ja’far mengabarkan

kepada kami, Humaid bin Abu Humaid At-Thawil bahwasanya ia mendengar Anas bin

Malik r.a. berkata: “Ada tiga orang yang mendatangi rumah-rumah istri Nabi saw.

menanyakan ibadah Nabi saw. Maka tatkala diberitahu, mereka merasa seakan-akan

tidak berarti (sangat sedikit). Mereka berkata: “Di mana posisi kami dari Nabi saw.,

padahal beliau telah diampuni dosa-dosanya baik yang lalu maupun yang akan datang.”

Salah satu mereka berkata: “Saya akan qiyamul lail selama-lamanya.” Yang lain

berkata: “Akan akan puasa selamanya.” Dan yang lain berkata: “Aku akan menghindari

wanita, aku tidak akan pernah menikah.” Lalu datanglah Rasulullah saw. seraya

bersabda: “Kalian yang bicara ini dan itu, demi Allah, sungguh aku yang paling takut

dan yang paling takwa kepada Allah. Akan tetapi aku berpuasa dan berbuka, aku sholat,

Page 23: RESUME DAKWAH SHAHABIYAH, KISAH NABI YA’QUB, KISAH NABI ISHAQ, URGENSI RUMAH TANGGA ISLAM, UMAR TILMISANI, DAN KAMAL AS-SANANIRI

aku tidur, dan aku juga menikah. Barang siapa yang benci terhadap sunnahku, maka ia

tidak termasuk golonganku.” (Al-Bukhari)

Ada beberapa faktor yang mendasari urgensinya pembentukan keluarga dalam Islam

sebagaimana berikut:

1. Perintah Allah swt.

Membentuk dan membangun mahligai keluarga merupakan perintah yang telah

ditetapkan oleh Allah swt. dalam beberapa firman-Nya. Agar teralisasi kesinambungan

hidup dalam kehidupan dan agar manusia berjalan selaras dengan fitrahnya. Kata

“keluarga” banyak kita temukan dalam Al-Quran seperti yang terdapat dalam beberapa

ayat berikut ini;

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka

yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang

kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada

mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6)

“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (Asy-Syu’ara’: 214)

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan Bersabarlah kamu

dalam mengerjakannya. kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi

rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (Thaha:

132)

2. Membangun Mas’uliah Dalam Diri Seorang Muslim.

Sebelum seorang berkeluarga, seluruh aktivitasnya hidupnya hanya fokus kepada

perbaikan dirinya. Mas’uliah (tanggung jawab) terbesar terpusat pada ucapan, perbuatan,

dan tindakan yang terkait dengan dirinya sendiri. Dan setelah membangun mahligai

keluarga, ia tidak hanya bertanggungjawab terhadap dirinya saja. Akan tetapi ia juga

harus bertanggungjawab terhadap keluarganya. Bagaimana mendidik dan memperbaiki

istrinya agar menjadi wanita yang shalehah. Wanita yang memahami dan melaksanakan

hak serta kewajiban rumah tangganya. Bagaimana mendidik anak-anaknya agar menjadi

generasi rabbani nan qurani. Coba kita perhatikan beberapa hadits berikut ini:

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

اع� ر� �ل� ك Xل� ائ س� �ع�ال�ى ت الله� �ن� إ ق�ال� �م� ل س� و� �ه� �ي ع�ل الله� ص�ل�ى �ي� �ب الن ن�� أ �ك� م�ال �ن� ب �س� �ن أ ع�ن� ق�تاد�ة� ع�ن�

�م� ل ق�تادة� �ث� ح�د�ي م�ن� Xب� غ�ر�ي �ه� �ت �ي ب ه�ل�� أ ع�ن� ج�ل� الر� ل�

� أ �س� ي ح�تى� �ع�ه� ض�ي �م� أ �ك� ذ�ل ح�ف�ظ� ع�اه� �ر� ت اس� ع�م�ا

�ه� �ي ب� أ ع�ن� م�عاذ� �ال� إ و�ه� �ر� ي

“Sesungguhnya Allah Ta’ala akan meminta pertanggungjawaban kepada setiap

pemimpin atas apa yang dipimpinnya, apakah ia menjaga kepemimpinannya atau

Page 24: RESUME DAKWAH SHAHABIYAH, KISAH NABI YA’QUB, KISAH NABI ISHAQ, URGENSI RUMAH TANGGA ISLAM, UMAR TILMISANI, DAN KAMAL AS-SANANIRI

melalaikannya, sehingga seorang laki-laki ditanya tentang anggota keluarganya.”

(Hadits gharib dalam Hilayatul Auliya, 9/235, diriwayatkan oleh An-Nasa’i dalam

Isyratun Nisaa’, hadits no 292 dan Ibnu Hibban dari Anas dalam Shahihul Jami’,

no.1775; As-Silsilah Ash-Shahihah no.1636).

«: - - �ه� �ه�ل أل �م� ك �ر� ي خ� �م� ك �ر� ي خ� وسلم عليه الله صلى �ى: �ب الن ق�ال� ق�ال�ت� �ه�ا ع�ن �ه� الل ض�ى� ر� ة� �ش� ع�ائ ع�ن�

�ه�ل�ى أل �م� ك �ر� ي خ� �ا ن� .» و�أ

Dari Aisyah r.a., berkata: “Nabi saw. bersabda: “Sebaik-baik kamu adalah yang paling

baik pada kelurganya dan aku paling baik bagi keluargaku.” (Imam Al-Baihaqi)

: – – : – – وسلم عليه الله صلى الله س�ول ر� ق�ال� ق�ال� ، عنه الله رضي هريرة �بي أ وعن

الترمذي(( )) رواه �ه�م� ائ �س� �ن ل خياركم �م� ك �ار� ي وخ� ، K �قا ل خ� �ه�م� ن أح�س� K إيم�انا �ين� الم�ؤم�ن �م�ل� أك ،

Dari Abu Hurairah r.a., berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Mukmin yang paling

sempurna keimanannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan yang paling baik di

antara kalian adalah yang paling baik terhadap istri-istrinya.” (Imam At-Tirmidzi, dan ia

berkata: “Hadits hasan shahih.”

3. Langkah Penting Membangun Masyarakat Muslim

Keluarga muslim merupakan bata atau institusi terkecil dari masyarakat muslim.

Seorang muslim yang membangun dan membentuk keluarga, berarti ia telah mengawali

langkah penting untuk berpartisipasi membangun masyarakat muslim. Berkeluarga

merupakan usaha untuk menjaga kesinambungan kehidupan masyarakat dan sekaligus

memperbanyak anggota baru masyarakat.

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka

yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang

kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada

mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6)

�ه�ى : } �ن و�ي ، �اء�ة� �ب �ال ب �ا ن م�ر�� �أ ي �م� ل و�س� �ه� �ي ع�ل �ه� الل ص�ل�ى �ه� الل س�ول� ر� �ان� ك ق�ال� عنه الله رضي أنس� ع�ن

�ام�ة� : . { �ق�ي ال �و�م� ي �اء� �ي �ب ن� األ� �م� �ك ب Xر� �اث م�ك )ي �ن ف�إ �و�د�ود� ال �ود� �و�ل ال و�ج�وا �ز� ت �ق�ول� و�ي ، د�يدKا ش� Kا �ه�ي ن :ل� �ت �ب الت ع�ن�

ح�د�يث� . م�ن� �ان� ب ح� �ن� و�اب ، �ي: ائ �س� و�الن ، د�او�د �ي ب� أ �د� ن ع� Xاه�د ش� �ه� و�ل �ان� ب ح� �ن� اب و�ص�ح�ح�ه� ، ح�م�د�

� أ و�اه� ر�

ار� �س� ي �ن� ب م�ع�ق�ل�

Dari Anas r.a. berkata: “Rasulullah saw. memerintahkan kami dengan “ba-ah” (mencari

persiapan nikah) dan melarang membunjang dengan larangan yang sesungguhnya

seraya bersabda: “Nikaihi wanita yang banyak anak dan yang banyak kasih sayang.

Karena aku akan berlomba dengan jumlah kamu terhadap para nabi pada hari kiamat.”

(Imam Ahmad, dishahihkan Ibnu Hibban. Memiliki “syahid” pada riwayat Abu Dawud,

An-Nasaai dan Ibnu Hibban dari hadits Ma’qil bin Yasaar)

Page 25: RESUME DAKWAH SHAHABIYAH, KISAH NABI YA’QUB, KISAH NABI ISHAQ, URGENSI RUMAH TANGGA ISLAM, UMAR TILMISANI, DAN KAMAL AS-SANANIRI
Page 26: RESUME DAKWAH SHAHABIYAH, KISAH NABI YA’QUB, KISAH NABI ISHAQ, URGENSI RUMAH TANGGA ISLAM, UMAR TILMISANI, DAN KAMAL AS-SANANIRI

4. Mewujudkan Keseimbangan Hidup

Orang yang membujang masih belum menyempurnakan sisi lain keimanannya. Ia

hanya memiliki setengah keimanan. Bila ia terus membujang, maka akan terjadi

ketidakseimbangan dalam hidupnya, kegersangan jiwa, dan keliaran hati. Untuk

menciptakan keseimbangan dalam hidupnya, Islam memberikan terapi dengan

melaksanakan salah satu sunnah Rasul, yaitu membangun keluarga yang sesuai dengan

rambu-rambu ilahi. Rasulullah saw. bersabda:

�م�ل� : : �ك ت اس� ف�ق�د� �د� �ع�ب ال و�ج� �ز� ت �ذ�ا إ �م� ل و�س� �ه� �ي الله ع�ل ص�ل�ى الله� و�ل� س� ر� ق�ال� ق�ال� م�ال�ك� �ن� ب �س� �ن أ ع�ن�

. �ه�ق�ي �ي �ب ال و�اه� ر� �اق�ى �ب ال )ص�ف� الن ف�ى الله� �ق� �ت �ي ف�ل �ن� الد)ي �ص�ف� ن

Dari Anas bin Malik r.a. berkata: “Rasulullah SAW bersabda: “Apabila seseorang

menikah maka ia telah menyempurnakan setengah agama. Hendaklah ia bertakwa

kepada Allah dalam setengahnya.” (Imam Al-Baihaqi)

Menikah juga bisa menjaga keseimbangan emosi, ketenangan pikiran, dan kenyamanan

hati. Rasulullah saw. bersabda:

« - �ط�اع� - ت اس� م�ن� �اب� ب الش� ر� م�ع�ش� �ا ي وسلم عليه الله صلى �ه� الل س�ول� ر� �ا �ن ل ق�ال� ق�ال� �ه� الل �د� ع�ب ع�ن�

�ه� ل �ه� �ن ف�إ � �الص�و�م ب �ه� �ي ف�ع�ل �ط�ع� ت �س� ي �م� ل و�م�ن� ج� �ف�ر� �ل ل ح�ص�ن�� و�أ �ص�ر� �ب �ل ل �غ�ض: أ �ه� �ن ف�إ و�ج� �ز� �ت �ي ف�ل �اء�ة� �ب ال �م� �ك م�ن

مسلم «. رواه Xو�ج�اء

Dari Abdullah berkata: Rasulullah saw. bersabda kepada kami: “Wahai para pemuda,

barangsiapa dari kalian yang memiliki kemampuan, maka hendaklah ia menikah. Karena

sesungguhnya menikah itu akan menundukkan pandangan dan memelihara farji

(kemaluan). Barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa. Karena puasa

itu merupakan benteng baginya. (Imam Muslim)

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2008/06/16/736/kewajiban-membentuk-rumah-

tangga-islam/

5. UMAR TILMISANI

Syaikh Umar Tilmisani adalah salah seorang daripada tokoh-tokoh dai dan murabi.

Nama Lengkapnya ialah Ustadz Umar Abdul Fattah bin Abdul Qadir Mushthafa

Tilmisani. Beliau pernah menjawat jawatan sebagai Mursyidul Am Ikhwanul Muslimin

setelah wafatnya Mursyidul ‘Am kedua, Hasan Al-Hudhaibi,pada bulan November 1973.

a. Tempat, Tanggal Lahir dan Masa Kecil Syaikh Umar Tilmisani

Garis keturunan Syaikh Umar Tilmisani berasal dari Tilmisan, Al-Jazair. Ia

lahir di kota Kairo, tahun 1322 H/1904 M, tepatnya di Jalan Hausy Qadam, Al-

Ghauriyah. Ayah dan kakeknya pedagang kain dan batu permata.

Page 27: RESUME DAKWAH SHAHABIYAH, KISAH NABI YA’QUB, KISAH NABI ISHAQ, URGENSI RUMAH TANGGA ISLAM, UMAR TILMISANI, DAN KAMAL AS-SANANIRI

Kakek Syaikh Umar Tilmisani seorang salafi yang banyak mencetak buku-

buku karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Karena itu, ia tumbuh dan besar

di lingkungan yang jauh dari bid’ah.

Syaikh Umar Tilmisani mengikuti Sekolah Dasar di sekolah yang dikelola

yayasan sosial tingkat menengah dan atas di Madrasah Ilhamiyah, kemudian masuk

Fakultas Hukum.

Tahun 1933, Syaikh Umar Tilmisani tamat dari Fakultas Hukum, kemudian

mendirikan kantor pengacara di Syibin Al-Qanathir dan bergabung dengan jamaah

Ikhwanul Muslimin.

Syaikh Umar Tilmisani pengacara pertama yang bergabung dengan Ikhwan,

mewakafkan pemikiran, dan potensi untuk membelanya. Ia ternasuk orang dekat

Imam Asy-Syahid Hasan Al- Banna. Ia sering menyertai Al-Banna dibeberapa

lawatan, baik di dalam maupun di luar Mesir. Bahkan, Al-Banna sering meminta

bantuannya dalam menyelesaikan beberapa masalahnya.

Syaikh Umar Tilmisani menikah saat duduk di bangku Sekolah Menengah

Atas. Istrinya wafat bulan Agustus 1979, setelah menyertainya selama setengah abad

lebih. Dari pernikahan ini beliau di karuniai empat orang anak; Abid, Abdul Fattah,

dan dua putri.

Kesibukan Syaikh Umar Tilmisani sebagai pengacara tidak membuatnya lupa

memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan. Ia banyak menelaah beragam ilmu,

seperti tafsir, hadits, fiqh, sirah, tarikh, dan biografi para tokoh.

Syaikh Umar Tilmisani selalu mengikuti perkembangan berbagai konspirasi

musuh Islam, baik di dalam maupun di luar negri. Beliau rajin mewaspadai, mengkaji

menentukan sikap, menentang konspirasi dengan bijaksana dan nasihat yang baik,

membantah tuduhan-tuduhan, mementahkan ungkapan-ungkapan, dan mengikis

syubhat-syubhat yang di buatnya, dengan kepercayaan diri orang mukmin yang tahu

ketinggian nilai agamanya. Sebab, tiada penolong setelah Allah ta’ala dan tiada

agama yang diridhai Allah selain Islam.

Saya (Syekh Abdullah ‘Aqil) mengenal Syaikh Umar Tilmisani tahun 1949,

ketika saya pertama kali masuk Mesir, untuk meneruskan studi di perguruan tinggi.

Ketika itu ada pertemuan yang di hadiri para tokoh Ikhwan, setelah syahidnya Imam

Syaukh Hasan Al-Banna dan sebelum terpilihnya Mursyid ‘Am kedua, Hasan Al-

Hudhaibi. Saat itu kami mendengarkan kajian dan nasihat mereka. Dari situ, kami

tahu kehalusan budi bahasa [sopan-santun], tawadhu, murah senyum, serta kasih

Page 28: RESUME DAKWAH SHAHABIYAH, KISAH NABI YA’QUB, KISAH NABI ISHAQ, URGENSI RUMAH TANGGA ISLAM, UMAR TILMISANI, DAN KAMAL AS-SANANIRI

sayangnya kepada para anggota Ikhwan, terutama generasi muda yang sangat

ambisius memetik buah sebelum panen dan membalas perlakuan musuh sebanding

dengan perlakuannya terhadap jamaah. Ustadz Umar Tilmisani memberi nasihat

kepada kami agar bersabar, teguh, santun, tidak tergesa-gesa dan mengharapkan

imbalan dari sisi Allah ta’ala.

b. Komitmen Diri Syaikh Umar Tilmisani

Syaikh Umar Tilmisani membekaskan kesan positif pada orang-orang yang

mengenal atau berhubungan dengannya. Beliau di karuniai kejernihan hati, kebersihan

jiwa, kehalusan ucapan, keluwesan ungkapan yang keluar dari lisan, keindahan

pemaparan, teknik berdebat, dan berdialog dengan baik.

“Kekerasan dan ambisi untuk mengalahkan orang lain tidak pernah

menemukan jalan untuk masuk ke dalam akhlakku.” kata Syaikh Umar Tilmisani

menceritakan komitmen dirinya, ” Karena itu,” tegas beliau ” Saya tidak bermusuhan

dengan siapa pun, kecuali dalam rangka membela kebenaran, atau mengajak

menerapkan Kitab Allah Ta’ala. Kalaupun ada permusuhan, maka itu berasal dari

pihak mereka, bukan dariku. Saya menyumpah diriku untuk tidak menyakiti seorang

pun dengan kata-kata kasar, meski saya tidak setuju dengan kebijakannya, atau

bahkan ia menyakitiku. Karena itu, tidak pernah terjadi permusuhan antara diriku

dengan seseorang karena masalah pribadi.”

Tidak berlebihan kalau saya simpulkan bahwa siapa pun yang keluar dari

majelisnya, pasti mengaguminya, menghormati, dan mencintai da’i unik yang menjadi

murid Imam Hasan Al- Banna ini, lulus dari madrasahnya, dan bergabung dengan

jamaahnya sebagai da’i yang tulus dan ikhlas.

c. Akhlak dan Sifat Syaikh Umar Tilmisani

Syaikh Umar Tilmisani sangat pemalu, seperti diketahui orang-orang yang

melihatnya dari dekat. Orang yang sering duduk dan berdialog dengan Syaikh Umar

Tilmisani merasakan bahwa keras dan lamanya ujian yang beliau alami di penjara,

malah mensterilkan dirinya, hingga tiada tempat di dalam dirinya selain kebenaran.

Beliau mendekam di balik jeruji besi selama hampir dua puluh tahun. Beliau masuk

penjara pertama kali tahun 1948. Masuk lagi tahun 1954. Penguasa Mesir

memenjarakan beliau untuk ketiga kalinya tahun 1981. Namun, ujian-ujian itu tidak

mempengaruhi diri beliau, dan justru menambah ketegasan dan ketegarannya.

Di wawancara dengan majalah Al-Yamamah Arab Saudi, edisi tanggal 14

januari 1982, Syaikh Umar Tilmisani berkata, “Tabi’at yang membesarkanku

Page 29: RESUME DAKWAH SHAHABIYAH, KISAH NABI YA’QUB, KISAH NABI ISHAQ, URGENSI RUMAH TANGGA ISLAM, UMAR TILMISANI, DAN KAMAL AS-SANANIRI

membuatku benci kekerasan, apapun bentuk-nya.” tegas beliau, ” Ini bukan hanya

sikap politik, tapi sikap pribadi yang terkait langsung dengan struktur keberadaanku.

Bahkan, andai dizalimi, saya tidak akan menggunakan kekerasan. Mungkin saya

menggunakan kekuatan untuk mengadakan perubahan, tapi tidak untuk kekerasan.”

d. Surat Untuk Presiden

Di surat terbuka untuk Presiden Mesir yang dimuat surat kabar Asy-Sya’b Al-

Qahiriyahn , edisi 14 Maret 1986, Syaikh Umar Tilmisani berkata, “Wahai yang

mulia Presiden, yang terpenting bagi kami, kaum muslimin Mesir, adalah menjadi

bangsa yang aman, stabil, dan tanang di bawah naungan syari’at Allah Ta’ala. Sebab

kemaslahatan umat ini terletak pada penerapan syari’atNya. Tidak berlebihan bila

saya katakan, bahwa penerapan syari’at Allah Ta’ala. Di Mesir akan menjadi

pembuka kebaikan bagi seluruh wilayahnya. Dengan itulah, penguasa dan seluruh

rakyat menda-patkan ketenangan dan kebahagiaan.”

e. Nasihat-Nasihat Syaikh Umar Tilmisani

Di untaian nasihat yang disampaikan di depan generasi muda, da’i Ikhwan,

dan lainnya, Syaikh Umar Tilmisani berkata, “Tantangan yang menghadang da’i saat

ini, sangat berat dan sulit. Kekuatan materi berada di tangan rival Islam yang bersatu

untuk memerangi umat Islam, meskipun mereka memiliki kepentingan berbeda.

Jamaah Ikhwanul Muslimin sekarang menjadi sasaran tembak mereka.

Menurut perhitungan manusia, pasukan Thalut yang beriman tidak mampu

melawan Jalut dan tentaranya. Tapi, ketika pasukan kaum mukmin yakin kemenangan

itu dari Allah Ta’ala, bukan hanya tergantung pada jumlah personil dan kelengkapan

persenjataan, maka mereka dapat mengalahkan pasukan Jalut dengan seizin Allah

Ta’ala.

Saya tidak meremehkan kekuatan personil. Juga tidak meminta da’i selalu

bungkam, berdzikir dengan menggerakkan leher ke kanan dan ke kiri, memukulkan

telapak tangan, dan berpangku tangan. Sebab, itu semua bencana yang

membahayakan dan mematikan.

Sesungguhnya yang saya inginkan ialah berpegang teguh dengan wahyu Allah

Ta’ala, berjihad dengan kalimat yang benar, tidak menghiraukan gangguan,

menjadikan diri sebagai teladan dalam kepahlawanan, bersikap ksatria, tegar, dan

yakin bahwa Allah Ta’ala pasti menguji hamba-hamba-Nya dengan rasa takut, lapar,

kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan, agar dapat diketahui siapa yang tulus dan

Page 30: RESUME DAKWAH SHAHABIYAH, KISAH NABI YA’QUB, KISAH NABI ISHAQ, URGENSI RUMAH TANGGA ISLAM, UMAR TILMISANI, DAN KAMAL AS-SANANIRI

siapa yang munafik. Aspek-aspek inilah yang merupakan faktor-faktor penyebab

kemenangan. Kisah-kisah Al-Qur’an ialah argumen paling baik dalam masalah ini.

Semangat pemuda yang diiringi pemahaman mendalam tidak memerlukan

banyak eksperimen. Tapi, sangat membutuhkan kesabaran, kekuatan komitmen pada

aturan-aturan Al-Qur’anul Karim, dan tela’ah sirah generasi terdahulu yang telah

menerapkannya di setiap aktivitas mereka. Itu penting, agar Allah Ta’ala

mengaruniakan kemenangan, kemuliaan, dan kekuasaan yang hampir di-anggap

mustahil.”

f. Ketegaran dan Keberanian Syaikh Umar Tilmisani

Ustadz Umar Tilmisani dikenal tegas di dalam maupun di luar penjara. Beliau

tidak pernah tunduk pada ancaman atau intimidasi. Beliau juga dikenal zuhud, iffah

[menjaga kehormatan], hanya takut kepada Allah Ta’ala, dan mengharapkan

keridhaan-Nya.

Syaikh Umar Tilmisani berkata, “Saya tidak pernah takut kepada siapa pun

selama hidupku, kecuali kepada Allah Ta’ala. Tidak ada yang dapat menghalangiku

mengucapkan kebenaran yang saya yakini, meski orang lain merasa berat dan saya

mendapat kesusahan karenanya. Saya katakan apa yang kuyakini dengan tenang,

mantap, dan sopan, agar tidak menyakiti pendengar atau melukai perasaannya. Saya

juga berusaha menjauhi kata-kata yang mungkin tidak disukai lawan bicaraku.

Dengan cara seperti itu, saya mendapatkan ketenangan jiwa. Andai cara ini tidak bisa

merekrut banyak kawan, maka minimal menjagaku dari kejahatan lawan.

Sikap tulus, ucapan apa adanya, kerja serius, berani menghadapi persoalan,

tegar, dan teguh menghadapi tantangan dari dalam maupun dari luar adalah ciri khas

Ustadz Umar Tilmisani.

g. Gaya Hidup Syaikh Umar Tilmisani

Gaya menawan saat dialog yang mewarnai setiap tindakan Syaikh Umar

Tilmisani bukanlah tindakan yang dibuat-buat. Itulah ciri khas yang melekat pada

ucapan, perilaku, akhlak, dan interaksinya; baik dengan individu, jamaah, pemimpin,

penguasa, dan masyarakat luas, tanpa membeda-bedakan orang kecil atau orang besar,

orang miskin atau orang kaya.

Syaikh Umar Tilmisani sangat meyakini prinsip Ikhwanul Muslimin yang

diambil dari Al-Qur’an, As-Sunnah, dan konsensus ulama salaf.

Page 31: RESUME DAKWAH SHAHABIYAH, KISAH NABI YA’QUB, KISAH NABI ISHAQ, URGENSI RUMAH TANGGA ISLAM, UMAR TILMISANI, DAN KAMAL AS-SANANIRI

h. Jamaah Syaikh Umar Tilmisani

Syaikh Umar Tilmisani berpendapat, Jamaah Ikhwanul Muslimin adalah gerakan

yang tulus dan murni.

Syaikh Umar Tilmisani berkata, ” Orang yang mencermati langkah-langkah

Ikhwanul Muslimin, semenjak tahun 1347 H/1928 sampai hari ini, tidak menemukan

kecuali serangkaian pengorbanan berkesinambungan untuk menegakkan aqidah,

potensi optimal yang produktif di semua sektor kegiatan sosial, upaya pengokohan

ikatan persaudaraan antar berbagai bangsa muslim, dan usaha menyebarkan

perdamaian di seluruh dunia.

Ikhwanul Muslimin diperangi berbagai aliran; baik lokal maupun

internasional. Meski demikian, Ikhwanul Muslimin tidak pernah sekalipun berusaha

menyebarkan fitnah, memecah belah persatuan, menghancurkan lembaga-lembaga

lain, berdemo secara anarkis, atau meneriakkan yel-yel untuk menjatuhkan

seseorang.”

Ciri khas lain Syaikh Umar Tilmisani ialah menyejukkan, aktivitasnya

membangun, dan dasar interaksinya kesetiaan, meski terhadap orang yang tidak

pernah mau sepakat, bahkan memerangi Ikhwanul Muslimin.

Syaikh Umar Tilmisani berwasiat, “ Muslim tidak mengenal istilah ‘agama

milik Allah Ta’ala dan tanah air milik semua orang.” Setiap muslim meyakini segala

yang ada di alam ini milik Allah Ta’ala semata. Siapa yang berusaha mengubah

makna ini, ia menipu yang ingin mencabut sumber kekuatan negara, agar mudah

dicaplok. Orang muslim tidak mengenal pemisahan antara agama dan negara. Ia yakin

sepenuhnya pemerintah tidak punya hak bersama Allah Ta’ala, sebab bila diyakini

pemerintah punya hak bersa-ma Allah Ta’ala, maka pemerintah menjadi sekutu bagi-

Nya. Sedang muslim tidak mengakui kemusy-rikan dalam bentuk apa pun.”

i. Sifat Zuhud, Tawadhu, dan Sederhana Syaikh Umar Tilmisani

Ustadz Umar Tilmisani adalah da’i, murabi, dan pemimpin yang hidup secara

tulus dengan Allah Ta’ala, berjuang untuk menegakkan agamaNya. Beliau aktif di

dunia dakwah, bersabar, selalu meningkatkan kesabaran, berjaga, berjihad, berpegang

teguh pada tali agama Allah Ta’ala yang kokoh, dan bekerja sama dengan mujahid

yang tulus, baik saat menjadi prajurit atau pemimpin, di penjara atau di luar penjara.

Beliau tidak pernah mengubah sikap, plin-plan, menyimpang, tamak terhadap

keindahan dunia dan gemerlap jabatan. Beliau meninggalkan kehidupan yang penuh

dengan bunga-bunga dunia, untuk menghadap Allah Ta’ala.

Page 32: RESUME DAKWAH SHAHABIYAH, KISAH NABI YA’QUB, KISAH NABI ISHAQ, URGENSI RUMAH TANGGA ISLAM, UMAR TILMISANI, DAN KAMAL AS-SANANIRI

Beliau tinggal di apartemen sangat sederhana dan hidup apa adanya, tanpa

memaksakan diri. Saya trenyuh saat mengunjunginya, hingga air mataku ingin keluar

membasahi pipi, tapi saya berusaha menahannya karena khawatir beliau ketahui.

Apalah artinya kita bila dibandingkan dengan orang-orang yang telah dibebaskan

imannya dari penyakit cinta dunia, dan mengorbankan apa saja untuk

memperjuangkan agama!

Apartemen Syaikh Umar Tilmisani berada di gang sempit komplek Al-Mulaiji

Asy-Sya’biyah Al-Qadimah, wilayah Ath-Thahir Kairo. Tangga menuju kediamannya

sudah tua dan usang, dan perabotannya sangat sederhana. Padahal beliau berasal dari

keluarga kaya-raya dan berstatus sosial tinggi. Ini semua mencerminkan kezuhudan,

kesederhanaan, dan ketawadhuannya.

Syaikh Umar Tilmisani dicintai pemuka masyarakat Mesir di semua lapisan.

Orang-orang Qibthi juga mencintai dan menghormatinya. Bahkan pejabat negara pun

segan kepadanya dan mengakui sifat-sifat mulianya.

Seluruh anggota Ikhwanul Muslimin menganggap beliau sebagai figur teladan,

berlomba untuk menimba ilmunya, dan berebut untuk melaksanakan intruksinya.

Sebab cinta karena Allah Ta’ala landasan interaksi mereka, penerapan syariat-Nya

target mereka, dan keridhaanNya tujuan mereka.

Kunjungan Syaikh Umar Tilmisani ke berbagai negara Islam; baik Arab

maupun non Arab, dan kaum muslimin di tempat pengasingan, adalah pelipur lara

luka-luka umat, sekaligus bimbingan untuk kaum muslimin dalam melakukan apa

yang seharusnya dilakukan untuk agama, umat, dan tanah air mereka.

Seluruh kajian, ceramah, dialog, nasihat, bimbingan, dan ucapan Syaikh Umar

Tilmisani memberi motivasi kepada umat, terutama para pemuda, intelektual, dan

kader ulama, agar memikul tanggung jawab dan menunaikan peran dalam

mengembalikan kejayaan Islam, sesuai posisi dan bak-at masing-masing. Inilah tugas

da’i di setiap masa dan tempat, sebab inilah risalah yang diemban pa-ra rasul yang di

wariskan kepada ulama, aktivis, pergerakan, da’i yang tulus, dan kaum mukminin ya-

ng ikhlas.

6. Muhammad Kamal As-Sananiri

a. Latarbelakang beliau

Muhammad Kamaluddin bin Muhammad ‘Ali as-Sananiri telah dilahirkan di

Kaherah pada 28 Jamadil Awwal 1336H bersamaan 11 Mac 1918. Beliau membesar

Page 33: RESUME DAKWAH SHAHABIYAH, KISAH NABI YA’QUB, KISAH NABI ISHAQ, URGENSI RUMAH TANGGA ISLAM, UMAR TILMISANI, DAN KAMAL AS-SANANIRI

dalam keluarga yang senang Beliau mendapat pendidikan awal di sekolah awam

sehingga memperolehi sijil rendah dan menengah.Beliau tidak menyambung pelajaran

ke pengajian tinggi di universiti sebaliknya memilih bekerja di sektor kerajaan.

Beliau telah menyertai kementerian kesihatan (unit membasmi malaria) pada 1353H

bersamaan 1934M. Selepas 4 tahun bekerja (1938M), berhenti dan bersiap untuk ke

Amerika Syarikat untuk belajar di dalam jurusan farmasi. Beliau bercadang bekerja di

farmasi milik bapanya sekembalinya dari sana tetapi beliau telah membatalkan

hasratnya selepas dinasihatkan oleh seorang ulama agar tidak ke Amerika Syarikat..

b. Penglibatan di dalam Dakwah

Ketika zaman beliau dakwah Ikhwan Muslimin menerima sambutan ramai. Beliau

menyertainya pada 1360H bersamaan 1941M dan telah berjuang dengan dedikasi,

ikhlas dan sedar. Beliau juga telah mendapat tarbiah dari As-Syahid Imam Hasan Al-

Banna dan Sering mengulang-ulang kata-kata beliau :

”Ketidahfahaman rakyat pada hakikat Islam akan menjadi ujian bagi kalian. Ulama

rasmi pemerintah akan menjadi musuh kepada kalian. Setiap pemerintah berusaha

membatasi amal kalian dan memasang halangan di jalan yang kalian tempuh. Mereka

akan meminta bantuan dari mereka-mereka yang berjiwa lemah dan berhati sakit.

Sebaliknya akan berlaku kasar kepada kalian. Kerana itu kalian akan

dipanjara,disiksa,diusir,rumah-rumah kalian digeledah,harta kalian dirampas, dan

tuduhan keji dilontarkan pada kalian dengan harapan dpt mengurangkan wibawa

kalian. Kemungkinan ujian ini akan berlangsung dgn lama. Sedarilah, saat itu kalian

baru mula menapakkan kaki dijalan yang telah ditempuh oleh para mujahid…”

Semasa bersama ikhwan beliau telah diserahkan untuk melaksanakan pelbagai

tugas dakwah dan organisasi.Namun kerja dakwahnya tidak menyebabkan beliau

mengabaikan tanggungjawab keluarga.Bapanya meninggal dunia meninggalkan 3

saudara lelaki dan 3 saudara wanita.Beliau mengambil tanggungjawab bapa

memelihara keluarganya walaupun beliau bukan anak yang sulung. Kamaludin juga

turut memperjuang Mesir, Palestin, isu Arab dan Islam. Aktiviti dan tugas yang

banyak telah menyebabkan beliau tidak berfikir untuk membeli rumah akibat sentiasa

musafir dan bergerak. Apabila ingin berehat, beliau pergi ke rumah kakaknya untuk

berehat dan makan seketika.

c. Tragedi 1954M / 1374H

Dasar regim kerajaan yang diktator dan enggan melaksana syariah menyebabkan

berlaku pertembungan dengan Ikhwan Muslimin. Akibat pertembungan itu kerajaan

Page 34: RESUME DAKWAH SHAHABIYAH, KISAH NABI YA’QUB, KISAH NABI ISHAQ, URGENSI RUMAH TANGGA ISLAM, UMAR TILMISANI, DAN KAMAL AS-SANANIRI

telah mengumumkan pembubaran Ikhwan Muslimin dan menangkap ramai

anggotanya. Tindakan ini menyebabkan demontrasi raksasa dan Kamalaluddin adalah

antara salah seorang koordinator. Demontrasi ini memaksa kerajaan membebaskan

tahanan dan menjanjikan pemulihan pemerintahan.

Kerajaan kemudian mengatur rancangan membasmi Ikhwan Muslimin dengan

mengadakan peristiwa Mansyiyyah. Anggota Ikhwan Muslimin ditangkap semula

termasuk Kamaluddin pada Oktober 1954M. Beliau telah dihukum penjara selama 20

tahun sehingga keluar pada 1394H bersamaan Januari 1973M

d. Kehidupan dalam penjara

Semasa proses perbicaraan mahkamah, beliau menerima siksaan yang dahsyat

dalam tahanan sehingga semasa sesi pertama perbicaraan, ibunya sendiri tidak

mengenalinya. Badannya kurus, rahangnya patah, percakapannya berubah. Telinga

kirinya pula tuli. Siksaan dahsyat yang diterimanya menyebabkan adik iparnya

(daripada isteri pertama) yang ditahan bersamanya hilang akal dan dimasukkan

hospital sakit jiwa.

Semasa di penjara beliau hanya memakai baju yang kasar dan enggan memakai baju

dalam yang boleh dibeli daripada penjara.Beliau enggan menerima apa jua yang

dianggap kurniaan warder penjara kepada tahanan untuk memujuk mereka atau boleh

disekat untuk menakutkan mereka.Beliau mahu jiwanya bebas daripada segala ikatan

dunia Beliau telah mengisi jiwanya dengan zuhud dan amal soleh, melakukan

qiamullail dan berpuasa di siang hari.

e. Bujukan keluarga

Dalam tahanan, regim menekan isteri pertama dan ibunya untuk membujuk untuk

menulis sokongan kpd Abdul Nasir. Bersama linangan air mata ibunya yang berumur

70an membujuknya menulis surat rayuan. Namun dia berkata :

أن أمي يا ترضين هل مت، ثم الرسالة هذه أرسلت إذا الله يدي بين موقفي يكون كيف

الشرك؟ على أموت

“Bagaimana keadaan saya ketika berdiri di hadapan Allah jika saya mengutus surat ini

kemudian saya mati. Adakah kamu rela wahai ibu, saya mati dalam keadaan syirik?”

Kamaluddin memberi pilihan kepada isterinya untuk kekal sebagai isteri atau untuk

dicerai dan isterinya memilih untuk kekal sebagai isteri. Namun beliau terpaksa

mencerai isterinya itu setelah keluarga isterinya mendesak hasil tekanan regim

pemerintah.

f. Perkawinan dalam penjara

Page 35: RESUME DAKWAH SHAHABIYAH, KISAH NABI YA’QUB, KISAH NABI ISHAQ, URGENSI RUMAH TANGGA ISLAM, UMAR TILMISANI, DAN KAMAL AS-SANANIRI

Selepas lima tahun penjara, Kamaluddin telah dimasukkan ke hospital penjara.

Beliau bertemu Syed Qutb yang menerima rawatan di situ dan meminang Aminah

daripada Syed Qutb. Aminah menyetujui lamaran tersebut sekalipun tempoh untuk

kahwin mungkin berlarutan 15 hingga 20 tahun. Diakad nikah dengan Aminah Qutb

semasa dalam penjara.Kerana kasihankan isterinya, Kamaluddin meminta pandangan

isterinya sama ada mahu meneruskan tali perkahwinan atau tidak.

Beliau tidak mendapat jawapan sehinggalah datang surat daripada isterinya:

ما على واإلصرار والتضحية، والثبات والجنة، الجهاد طريق أرتقبه، K أمال اخترت لقد

ندم أو تردد دون ويقين راسخة بعقيدة عليه تعاهدنا

“Saya memilih harapan yang saya tunggu-tunggu; jalan jihad dan syurga, keteguhan

dan pengorbanan, tegar dengan janji yang kita ikrarkan dengan aqidah yang kukuh

dan keyakinan tanpa ragu-ragu atau menyesal”.

Mereka hanya disatukan hanya selepas keluar daripada penjara dan tidak

memperolehi cahaya mata.

g. Selepas dibebaskan

Selepas dibebaskan, beliau kembali aktif dalam dakwahnya. Penderitaan panjang

yang dialaminya tidak menyebabkannya berehat dan luntur. Bahkan beliau bagaikan

permata yang digilap. Bertambah memancar kilauannya.. Peranannya yang paling

menonjol ialah dalam jihad Afghanistan.

Beliau menghabiskan masa dan tenaganya membantu mujahidin Afghanistan,

mendamai dan menyelesaikan perselisihan antara pimpinan mereka.Mujahidin

Afghanistan mengetahui keikhlasan dan keprihatinannya terhadap kesatuan saf.

Mereka mematuhi dan menghormatinya. Mereka hampir-hampir tidak membantahnya

semasa beliau bersama mereka.

h. Penangkapan dan pembunuhan

Sekembali dari Afghanistan, beliau ditangkap bersama anggota gerakan Islam dan

pimpinan nasionalis Mesir yang lain. Pada Zulkaedah 1401H bersamaan September

1981, Presiden Sadat telah mengeluar “arahan berjaga-jaga” ke atas para

pembangkangnya. Mereka disumbatkan ke pusat-pusat tahanan selepas bangkangan

hebat terhadap perdamaian dengan Yahudi.

Kamaluddin disiksa teruk untuk mendapat maklumat tentang organisasi

antarabangsa Ikhwan Muslimin dan peranannya di Afghanistan dalam umur melebihi

60 tahun. Akibat dari siksaan tersebut beliau menghembuskan nafas terakhir pada 10

Muharram 1402H bersamaan 8 November 1981M. Warder penjara mewarwarkan

Page 36: RESUME DAKWAH SHAHABIYAH, KISAH NABI YA’QUB, KISAH NABI ISHAQ, URGENSI RUMAH TANGGA ISLAM, UMAR TILMISANI, DAN KAMAL AS-SANANIRI

bahawa beliau membunuh diri. Tetapi tiada yang dapat menerima tuduhan tersebut

walau kanak-kanak kecil. Bagaiman lelaki yang telah tetap teguh selama 20 tahun

bersama keimanan dan perjuangannya, tiba-tiba hilang pertimbangan hanya kerana

ditangkap seketika sehingga boleh bertindak sedemikian rupa?.

Wallahua’lam