Revisi ketamsis

20
Sentuhan Budaya Dalam Pendidikan

Transcript of Revisi ketamsis

Sentuhan Budaya Dalam

Pendidikan

A.A. Latar BelakangLatar Belakang

Pendidikan adalah proses budaya untuk Pendidikan adalah proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pendidikan adalah sarana manusia. Pendidikan adalah sarana strategis pembangunan nasional melalui strategis pembangunan nasional melalui usaha dan proses peningkatan sumber usaha dan proses peningkatan sumber daya manusia, agar di peroleh manusia daya manusia, agar di peroleh manusia yang berkualitas tinggi sehingga mampu yang berkualitas tinggi sehingga mampu berperan aktif sebagai subjek berperan aktif sebagai subjek pembangunan.pembangunan.

BAB 1PENDAHULUAN

Dalam pandangan awam, situasi yang sarat anomali semacam itu tak lepas dari warisan dan gaya kepemimpinan rezim orde baru yang cuek dan abai terhadap persoalan-persoalan kebudayaan dalam dinamika pembangunan berbangsa dan bernegara.

Menyadari akan pentingnya pendidikan sebagai sarana strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga menjadi manusia Indonesia yang dapat membangun dirinya, keluarga, masyarakat dan bangsa pada umumnya, maka pendidikan senantiasa menjadi tumpuan masyarakat bangsa dan negara saat ini dan masa mendatang.

B.Rumusan Masalah

Masyarakat Indonesia sangat heterogen secara sosial budaya. Sosial budaya antara masyarakat daerah satu berbeda dengan daerah lainnya. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai kekhasan mereka. Perbedaan tersebut terletak pada cara berfikir, bersikap, berperilaku, tingkat perkembangan mereka, dan respon mereka terhadap berbagai fenomena kehidupan internal dan eksternal.

Tetapi ada juga budaya dalam pengertian yang lebih luas yang menjadi trend sendiri dalam sebuah istilah khusus dalam “ kejahatan terencana “ dalam sebuah tatanan hidup bersama, seperti budaya korupsi, kolusi, dan budaya nepotisme. Budaya ini telah menjamur di masyarakat kita dan bahkan identik dengan golongan tertentu yang memiliki harta dan kuasa.

Budaya ini juga yang menyebabkan krisis mentalitas dan moralitas yang dahsyatnya melebihi krisis perekonomian global. Nyata sudah bahwa budaya itu begitu luas dan sangat multi-interpretasi. Dan Apakah pendidikan Indonesia sekarang sudah menggambarkan pola pikir pendidikan yang di kembangkan Ki Hajar Dewantara dahulu ?

BAB IIPEMBAHASAN

Kebudayaan atau culture dapat diartikan macam-macam, mulai dari yang sempit seperti kesenian sampai yang luas, yaitu sikap hidup dan perilaku. Kebudayaan memberikan identitas kepada satu bangsa. Sebab itu pendapat sementara orang yang mengatakan bahwa di Indonesia tidak ada kebudayaan nasional, adalah jauh dari benar. Buat orang-orang itu kebudayaan Indonesia adalah semata-mata kebudayaan daerah yang aneka ragam sifatnya.

Memang benar bahwa kebudayaan daerah adalah kebudayaan

Indonesia. Akan tetapi di samping itu kebudayaan Indonesia juga mengandung unsur yang bukan daerah, melainkan bersifat Indonesia sebagai kesatuan. Contohnya adalah bahasa Indonesia dan segala pencapaian yang terjadi dalam perjuangan nasional, seperti sikap hidup mencintai Tanah Air Indonesia, lagu kebangsaan Indonesia Raya dan lainnya. Pengambilan dari kebudayaan asing, seperti sikap hidup modern, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dan lainnya, lebih banyak perannya dalam pembentukan kebudayaan nasional ketimbang kebudayaan daerah. Salah satu produk perjuangan nasional yang sangat besar artinya dalam penentuan identitas bangsa Indonesia adalah Panca Sila yang telah ditetapkan sebagai Dasar Negara Republik Indonesia. Kebudayaan Indonesia akan berkembang secara optimal kalau ada keseimbangan antara kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional.

1. Edward B. Taylor Segala sesuatu pada kebudayaan tidak

dimiliki manusia sebagai manusia , tetapi harus diperoleh lewat kerja manusia. Manusia bisa menjadi manusia bila mendukuki posisinya, yaitu dengan cara pendidikan.

2. Freeman Budds Menurut Taylor dan buds agama

merupakan hasil kebudayaan dan budaya merupakan ciptaan manusia. Dari sini penulis menyatakan jika agama buatan manusia maka agama bisa benar dan salah. Jika tidak benar budaya hasil buatan manusia, maka segala ajaran dapat dibenarkan manusia dengan akalnya. Kebenaran agama tidak selamanya dapat dijangkau oleh rasio manusia. Jika dilihat dari konteks 2 pendapat di atas tentu keduanya bukan orang-orang agamis. Agama merupakan suatu yang lebih luhur dan suci kebudayaan.

Beberapa Definisi Kebudayaan

1) Kebudayaan merupakan sesuatu yang melingkupi segala

aspek kehidupan manusia2) Kebudayaan tidak dimiliki manusia sejak lahir3) Nilai norma dan kebudayaan menjadi nilai norma hidup4) Isi pendidikan ditentukan isi materi kebudayaan dan

tujuan pendidikan5) Pendidikan, pengajaran dan kebudayaan merupakan

suatu integrasi lengkap6) Pengajaran merupakan suatu alat pendidikan dan

pendidikan merupakan unsur kebudayaan7) Kebudayaan bersifat edukatif

Dari 2 pendapat di atas dapat disimpulkan hal-hal berikut :

Ki Hajar Dewantara Kebudayaan adalah buah budi manusia yang

merupakan hasil perjuangan terhadap 2 pengaruh yang kuat, yaitu alam dan zaman yang merupakan kebutuhan hidup manusia untuk mengatasi tantangan hidup dan kehidupan guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang bersifat tertib dan damai. Beliau mengingatkan bahwa kebudayaan merupakan kemurahan Tuhan. Menurutnya hubungan Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan adalah kkeduanya merupakan usaha kebudayaan semata-mata dimana perguruan merupakan taman persemaian kebudayaan bagi suatu bangsa. Sedangkan pendidikan menurutnya merupakan upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti yang terintegrasi (batin, inteligensi dan tubuh) untuk memajukan kesempurnaan hidup selaras alam dan masyarakat. Selanjutnya Pendidikan Nasional dinyatakan sebagai pandangan beralas garis hidup bangsanya dan ditujukan untuk keperluan peri kehidupannya yang mengangkat derajat negara dan rakyatnya, agar dapat bekerja sama dengan bangsa lain untuk kemuliaan seluruh dunia.

Dari sini Ki Hajar Dewantara mewujudkan pendidikan formal dalam bentuk taman siswa dengan karakteristik :

Asas Dasar : Panca Dharma (Kebangsaan, Kebudayaan, Kemanusiaan, Kodrat Alam dan Kemerdekaan)

Bentuk : Asrama Padepokan (Pondok)Sifat : KekeluargaanIsi Materi : Kebudayaan NasionalSistem : Sistem Among

Konsepsi dasar Tamansiswa untuk mencapai cita-citanya adalah Kebudayaan, Kebangsaan, Pendidikan, Sistem Kemasyarakatan, dan Sistem Ekonomi Kerakyatan. Intinya ialah, bangsa ini tidak boleh kehilangan jati diri, menjaga keutuhan dalam berbangsa, menjalankan pendidikan yang baik untuk mencapai kemajuan, terjadinya harmonisasi sosial di dalam bermasyarakat, serta menghindari terjadinya kesenjangan ekonomi yang terlalu tajam antarwarga negara. Pada dasarnya kebudayaan nasional merupakan puncak-puncak dan sari-sari kebudayaan daerah yang ada di Indonesia.

Konsep Kebudayaan

Kebudayaan nasional bukanlah sesuatu yang statis akan tetapi bergerak dinamis sesuai dengan irama kemajuan jaman. Dalam konsep ini seluruh kebudayaan daerah dihargai sebagai aset kebudayaan nasional, di sisi yang lain adanya kemajuan kebudayaan sangat dimungkinkan, baik kebudayaan nasional maupun daerah. Kebudayaan Tamansiswa mengembangkan “Konsep Trikon” yang terdiri dari kontinuitas, konvergensitas, dan konsentrisitas. Maksudnya, hendaknya kita ini mampu melestarikan budaya adhi luhung para pendahulu dengan tetap memberikan ruang kepada budaya manca untuk saling berkolaborasi. Meski demikian dalam kolaborasi antara budaya kita dengan budaya manca tersebut hendaknya menghasilkan budaya baru yang lebih bermakna.

Dalam Tamansiswa dikembangkan suatu kebudayaan yang diantaranya :

“Konsep Trisakti Jiwa” cipta rasa Karsa “Konsep Trilogi Kepemimpinan”

ing ngarsa sung tuladha ing madya mangun karsa tut wuri handa-yani.

“Konsep Tripantangan” pantang hartapantang Prajapantang wanita.

“Konsep Trihayu” memayu hayuning sariramemayu hayuning bangsamemayu hayunin bawana

Perkembangan Pendidikan

Sejajar Dengan Perkembangan Budaya

Pendidikan selalu berubah sesuai perkembangan kebudayaan, karena pendidikan merupakan proses transfer kebudayaan dan sebagai cermin nilai-nilai kebudayaan (pendidikan bersifat reflektif). Pendidikan juga bersifat progresif.

Pendidikan Informal dan Pendidikan Formal Sama Derajatnya dan Harus Ada Kesejajaran Tujuan

Pendidikan tidak mungkin terlepas dari budaya karena kebudayaan memberi rambu-rambu dan memberikan reward punishment dalam perkembangan pribadi. Pendidikan tidak terjadi di dalam ruang kosong atau di luar masyarakat. Sebagaimana setiap masyarakat memiliki budaya maka praksis pendidikan tidak terlepas dari kebudayaannya.

Budaya sebagai Basis Pendidikan

Nilai budaya yang bisa dikaitkan dengan proses pendidikan misalnya nilai moral dan agama, nilai estetika, nilai emosional, nilai ketrampilan nilai luhur yang telah hidup berabad-abad di dalam suatu masyarakat. Karena itu, upaya secara praksis pendidikan haruslah mengembangkan seluruh nilai-nilai kebudayaan tersebut. Apabila tidak demikian, maka kebudayaan itu mati, atau pendidikan hanya akan menghasilkan manusia-manusia yang pintar atau cerdas tetapi tidak berbudaya.

Jika nilai-nilai budaya hilang dari proses pendidikan, maka dampaknya akan bisa kita rasakan pada generasi mendatang. Yakni suatu generasi yang tidak memahami karakter budaya, yang cenderung menyeret kepada perbuatan negatif. Perbuatan negatif tidak saja bagi siswa, tetapi juga guru. Sudah terlalu kenyang kita mendengar tindak kekerasan, premanisme, white caller crime (kejahatan kerah putih), konsumsi minuman keras, aetika berlalu lintas, pencabulan siswa, kriminalitas yang semakin hari semakin menjadi-jadi telah mewarnai halaman surat kabar, majalah dan media massa lainnya.

Pendidikan harus mampu melakukan analisis kebutuhan nilai, pengetahuan dan teknologi yang paling mendesak dapat mengantisipasi kesiapan masyarakat dalam menghadapi perubahan baik perubahan secara budaya maupun secara sosial. Dengan demikian akan tercipta kebudayaan nasional yang kondusif sehingga dapat mendukung bagi berlangsungnya pembangunan nasional. Untuk menghadapinya, tentu kita harus memiliki SDM yang berkualitas. SDM yang berkualitas dalam hal ini adalah SDM yang bermoral dan berbudaya, berdaya saing tinggi serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dan untuk mendapatkan SDM yang berkualitas hanya dapat diwujudkan dengan meningkatkan mutu pendidikan.

Kesimpulan