Rezeki manusia dijamin allah swt
-
Upload
irvan-fernando -
Category
Documents
-
view
511 -
download
1
Transcript of Rezeki manusia dijamin allah swt
Rezeki manusia dijamin Allah SWT
(QS6. Al An'am ayat 151)
Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu:
janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat ba
ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak
memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati
perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun y
janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan
sesuatu (sebab) yang benar". {1}
supaya kamu memahami (nya).
{1}Maksudnya: yang dibenarkan oleh syarak seperti kisas, membunuh orang murtad, rajam dan
sebagainya.
Tafsir:
Di dalam permulaan ayat ini Allah swt. memerintahkan kepada R
mengatakan kepada kaum musyrikin yang menetapkan hukum menurut kehendak hawa nafsu
bahwa ia akan membacakan wahyu yang akan diturunkan Allah kepadanya. Wahyu itu memuat
beberapa ketentuan tentang sesuatu yang diharamkan kepada
hukum itu datangnya dari Allah, maka ketentuan
sendirilah yang berhak menentukan ketentuan hukum dengan perantara wahyu disampaikan oleh
manusia dijamin Allah SWT
(QS6. Al An'am ayat 151)
Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu:
janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang
ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan
memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati
perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan
janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan
{1} Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu
{1}Maksudnya: yang dibenarkan oleh syarak seperti kisas, membunuh orang murtad, rajam dan
Di dalam permulaan ayat ini Allah swt. memerintahkan kepada Rasulullah Muhammad saw. agar
mengatakan kepada kaum musyrikin yang menetapkan hukum menurut kehendak hawa nafsu
bahwa ia akan membacakan wahyu yang akan diturunkan Allah kepadanya. Wahyu itu memuat
beberapa ketentuan tentang sesuatu yang diharamkan kepada mereka. Ketentuan
hukum itu datangnya dari Allah, maka ketentuan-ketentuan itulah yang harus ditaati, karena dia
sendirilah yang berhak menentukan ketentuan hukum dengan perantara wahyu disampaikan oleh
Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu:
iklah terhadap kedua orang
anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan
memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati
ang tersembunyi, dan
janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan
Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu
{1}Maksudnya: yang dibenarkan oleh syarak seperti kisas, membunuh orang murtad, rajam dan
asulullah Muhammad saw. agar
mengatakan kepada kaum musyrikin yang menetapkan hukum menurut kehendak hawa nafsu
bahwa ia akan membacakan wahyu yang akan diturunkan Allah kepadanya. Wahyu itu memuat
mereka. Ketentuan-ketentuan
ketentuan itulah yang harus ditaati, karena dia
sendirilah yang berhak menentukan ketentuan hukum dengan perantara wahyu disampaikan oleh
Rasul-Nya yang memang diutus untuk menyampaikan ketentuan-ketentuan hukum itu kepada
sekalian manusia.
Ketentuan-ketentuan hukum yang disampaikan Rasul kepada kaum musyrikin itu berinti 10
ajaran pokok yang sangat penting yang menjadi inti pula dari agama Islam dan semua agama
yang diturunkan Allah ke dunia. Lima buah ketentuan di antara ketentuan-ketentuan itu terdapat
dalam ayat ini, empat buah di antaranya terdapat dalam ayat berikutnya, sedang sebuah
ketentuan lagi terdapat dalam ayat berikutnya lagi.
Pada permulaan ayat ini Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya Muhammad saw. supaya
mengatakan kepada kaum musyrikin, bahwa dia akan membacakan kepada mereka wahyu yang
diturunkan oleh Allah kepadanya tentang apa yang diharamkan-Nya kepada mereka. Dia
sendirilah yang mempunyai syariat yang berhak menentukan hukum dan aku adalah sebagai
rasul-Nya untuk menyampaikannya. Apa yang dikatakan oleh Rasulullah kepada mereka itu
yang terkandung dalam ayat 151, 152, dan 153 ini berintikan sepuluh pokok ajaran yang sangat
penting dalam Islam dan semua agama yang diturunkan Tuhan ke dunia ini.
Sepuluh ajaran pokok itu para ulama tafsir menamakannya "Al-Washaya Al-Asyrah" (sepuluh
perintah) yang mana dalam ayat 151 ini disebutkan lima di antaranya, dan lima lainnya
disebutkan dalam dua ayat berikutnya (152 dan 153). Lima yang disebutkan pada ayat ini adalah:
(1) Jangan mempersekutukan Allah. (2) Berbuat baik terhadap dua orang ibu bapak. (3) Jangan
membunuh anak karena takut kemiskinan. (4) Jangan mendekati (berbuat) kejahatan secara lahir
maupun secara tersembunyi. (5) Jangan membunuh jiwa yang diharamkan membunuhnya oleh
Tuhan.
Adapun larangan tidak boleh mempersekutukan Allah adalah pokok pertama yang paling mutlak,
baik dengan perkataan atau iktikad, seperti mengatakan mempercayai bahwa Tuhan itu bersekutu
maupun dengan perbuatan seperti mempersekutukannya dengan berhala-berhala atau
sembahan-sembahan lainnya.
Pada ayat ini sebagaimana pada ayat-ayat lainnya di dalam Alquran setelah Allah
memerintahkan manusia supaya bertauhid dan jangan mempersekutukan-Nya, maka pada urutan
kedua Allah memerintahkan manusia supaya berbuat baik terhadap kedua orang tua. Ini semua
cukup jelas menerangkan bagaimana pentingnya berbuat baik terhadap kedua orang tua,
meskipun mereka salah atau menyuruh anaknya mempersekutukan Tuhan, namun si anak tetap
harus berbuat baik terhadap mereka dalam dunia ini dan menolak suruhan atau ajakannya untuk
mempersekutukan Tuhan itu dengan baik sebagai mana firman Allah:
نیا معروفا وإن جاھداك على أن تشرك بي ما لیس لك بھ علم فال ت طعھما وصاحبھما في الد
Artinya:
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik.
(Q.S Luqman :15)
Di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Masud, dia
menceritakan yang maksudnya sebagai berikut, "Saya bertanya kepada Rasulullah saw. tentang
amal apa yang lebih afdal?" Rasulullah saw. menjawab, "Salat tepat pada waktunya." "Apalagi
sesudah itu?" Jawabnya, "Berbuat baik terhadap kedua orang tua." "Apalagi sesudah itu?"
Jawabnya, "Berjihad di jalan Allah."
Yang dimaksud dengan berbuat baik terhadap kedua orang tua ialah menghormati keduanya,
baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan, penuh rasa cinta dan kasih sayang bukan
karena takut karena penghormatan anak terhadap orang tuanya yang disebabkan takut akan
merusak pendidikan anak dan mendorong mereka berbuat durhaka. Penghormatan tersebut
adalah di samping kewajiban anak membelanjai ibu bapaknya yang tidak mampu sesuai dengan
kesanggupan anak itu. Di dalam ayat ini Allah melarang manusia membunuh anak mereka
disebabkan kemiskinan yang menimpa mereka karena Tuhan akan memberi rezeki kepada
mereka dan anak-anak mereka.
Firman Allah:
) 31(دكم خشیة إمالق نحن نرزقھم وإیاكم إن قتلھم كان خطئا كبیراوال تقتلوا أوال
Artinya:
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan, Kamilah yang akan
memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah
suatu dosa yang besar.
(Q.S Al Isra': 31)
Larangan membunuh anak pada ayat ini ialah berbeda dengan larangan membunuh anak pada
ayat lain dalam surat Al-Isra. Pada ayat ini larangan membunuh anak karena kemiskinan yang
akan atau sedang menimpa. Sedangkan dalam surat Al-Isra larangan membunuh anak itu karena
takut kemiskinan yang diperhitungkan akan menimpa. Oleh karena itu pada ayat ini Allah
menerangkan "Kami akan memberi rezeki kepadamu" yakni pada orang tua yang membelanjai
anaknya, "dan kepada mereka" yakni para anak yang dibelanjai orang tua, sedang pada surat
Al-Isra Allah menerangkan "Kami akan memberi rezeki kepada mereka" yakni anak-anak setelah
mereka mampu berusaha kelak, "dan kepada kamu" yakni pada orang tua yang mungkin karena
kemiskinannya akan dibelanjai oleh anaknya. Pada ayat ini Allah melarang mendekati
perbuatan-perbuatan keji apalagi mengerjakannya, baik berupa perbuatan seperti berzina, atau
menuduh orang berzina, biar pun perbuatan itu dilakukan dengan terang-terangan atau dengan
sembunyi.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas dalam menafsirkan ayat ini, pada masa jahiliah orang-orang tidak
memandang jahat melakukan zina secara tersembunyi dan malahan mereka memandang jahat
kalau dilakukan secara terang-terangan. Maka dengan ayat ini Allah mengharamkan zina secara
terang-terangan atau tersembunyi. Pendapat lain mengatakan bahwa yang dimaksud dengan
perbuatan yang nampak (terang) ialah semua perbuatan anggota tubuh, sedangkan yang
tersembunyi adalah perbuatan hati, seperti takabur, iri hati dan sebagainya.
Pada ayat ini Allah melarang pula membunuh jiwa tanpa sebab yang benar menurut ajaran
Tuhan. Rasulullah saw. bersabda
الیح�����ل دم ام�����رئ مس�����لم إال بإح������دى ث������الث: كف������ر بع������د إس������الم أو زن������ا بع������د إحص������ان أو قت������ل نف������س بغ������یر نف������س
Artinya:
Tidak boleh membunuh jiwa seorang muslim terkecuali disebabkan salah satu dari tiga perkara:
yaitu karena murtad (muslim yang berbalik jadi kafir), zina muhsan (zina orang yang sudah
pernah kawin) dan membunuh manusia tanpa sebab yang benar.
(H.R Abu Daud (hal 170 Juz 4)
Dan juga orang-orang kafir yang ada perjanjian damai dengan kaum muslimin tidak boleh
dibunuh atau diganggu sesuai dengan sabda Rasulullah saw.:
لھ����م مالن����ا وعلیھ����م م����ا علین����ا
Artinya:
Mereka mempunyai hak sebagaimana hak yang ada pada kam
kewajiban sebagaimana kewajiban yang ada pada kami (kaum muslimin).
(H.R At Tirmizi)
Setelah diterangkan lima dari ajaran pokok yang sangat penting itu, maka Allah mengakhiri ayat
ini dengan suatu penegasan yang maksudnya:
kepadamu supaya kamu memahami sasaran dan tujuan dan bukan seperti tindak
yang menghalalkan dan mengharamkan sesuatu menurut hawa nafsu.
(QS7. Al A'raaf ayat 32)
Katakanlah: "Siapakah yang mengha
untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?"
Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi orang
dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat.
itu bagi orang-orang yang mengetahui.
orang kafir yang ada perjanjian damai dengan kaum muslimin tidak boleh
dibunuh atau diganggu sesuai dengan sabda Rasulullah saw.:
Mereka mempunyai hak sebagaimana hak yang ada pada kami (kaum muslimin) dan mempunyai
kewajiban sebagaimana kewajiban yang ada pada kami (kaum muslimin).
Setelah diterangkan lima dari ajaran pokok yang sangat penting itu, maka Allah mengakhiri ayat
ini dengan suatu penegasan yang maksudnya: Demikian itulah yang diperintahkan oleh Tuhan
kepadamu supaya kamu memahami sasaran dan tujuan dan bukan seperti tindak
yang menghalalkan dan mengharamkan sesuatu menurut hawa nafsu.
Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan
Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?"
(disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan
dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat. {1} Demikianlah Kami menjelaskan ayat
orang yang mengetahui.
orang kafir yang ada perjanjian damai dengan kaum muslimin tidak boleh
i (kaum muslimin) dan mempunyai
kewajiban sebagaimana kewajiban yang ada pada kami (kaum muslimin).
Setelah diterangkan lima dari ajaran pokok yang sangat penting itu, maka Allah mengakhiri ayat
Demikian itulah yang diperintahkan oleh Tuhan
kepadamu supaya kamu memahami sasaran dan tujuan dan bukan seperti tindak-tanduk kamu
ramkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya
Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?"
orang yang beriman dalam kehidupan
Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat
{1}Maksudnya: perhiasan-perhiasan dari Allah dan makanan yang baik itu dapat dinikmati di
dunia ini oleh orang-orang yang beriman dan orang-orang tidak beriman, sedang di akhirat
nanti adalah semata-mata untuk orang-orang yang beriman saja.
Tafsir:
Orang-orang Arab pada masa Jahiliah telah mengharamkan memakai pakaian ketika tawaf
sekeliling Kakbah, telah mengharamkan sebagian makanan ketika mengerjakan haji seperti
memakan daging, memakan yang berlemak dan lain-lain. Orang-orang Nasrani dan ahli kitab
pun, sebagian mereka juga mengharamkan memakan yang baik-baik seperti halnya perbuatan
orang pada masa Jahiliah itu. Maka ayat ini dengan tegas memerintahkan kepada Nabi
Muhammad saw. untuk menanyakan kepada mereka, siapa yang mengharamkan semuanya itu?
Jelaslah bahwa yang mengharamkan itu mereka sendiri dan setan bukan merupakan wahyu Allah
yang disampaikan-Nya kepada Rasul Allah.
Pakaian dan perhiasan yang memang sudah disediakan Allah untuk mereka dan Allah tidak
mengharamkan makanan yang baik-baik, yang lezat-lezat seperti rezeki yang halal dari Allah.
Memakai pakaian yang indah, berdandan dan berhias, serta memakan makanan yang lezat-lezat
yang dihalalkan Allah adalah merupakan kesenangan dan kegemaran manusia. Agama Islam
membolehkannya selama tidak bertentangan dengan hukum Allah, seperti berlebih-lebihan dan
lain-lain.
Tidaklah meninggalkan kesenangan dan kegemaran seperti itu termasuk ibadah dan
mendekatkan diri kepada Allah, seperti yang dilakukan oleh penganut agama lain, umpama
agama Hindu. Kegemaran berpakaian yang bagus dan kegemaran memakan makanan yang baik
lagi halal akan mendorong manusia untuk berpikir meningkatkan pertanian, membuat irigasi
serta meningkatkan kemajuan dalam bidang industri, seperti pabrik benang, pabrik kain,
meningkatkan pemeliharaan binatang-binatang, seperti biri-biri, ulat sutera, binatang-binatang
ternak dan lain-lain.
Selanjutnya dalam ayat ini Allah swt. memerintahkan kepada Rasulullah agar menyampaikan
kepada umatnya, bahwa berhias dan berdandan dengan pakaian yang bagus dan indah begitu
juga memakan makanan yang baik-baik dan lezat-lezat adalah diperbolehkan menikmatinya bagi
orang-orang yang beriman dalam hidup mereka di dunia juga dibolehkan untuk orang-orang
yang bukan mukmin. Tetapi pada hari kiamat, kenikmatan yang seperti itu hanyalah khusus bagi
orang-orang yang beriman saja. Orang-orang kafir tidak berhak untuk menikmatinya.
Orang-orang mukmin berhak untuk mendapatkan hidup bahagia, menikmati segala macam
pemberian yang baik dan halal selama hidup di dunia ini. Bukanlah kebahagiaan hidup itu untuk
orang-orang kafir saja.
Dalam ayat ini jelaslah, bahwa Allah menganjurkan kepada orang-orang yang beriman agar
dapat mencapai bahagia dan sentosa di dunia dan di akhirat. Di akhirat orang-orang mukminlah
yang lebih berhak menikmati segala macam nikmat Allah supaya lebih bertambah syukurnya
kepada-Nya dan lebih mendorongnya untuk mencapai kebahagiaan yang sebenarnya. Mereka di
dunia tentu akan bersyukur kepada Allah, baik dalam hatinya dengan mengakui kekayaan Allah,
atau dengan lidahnya mengucapkan "alhamdulillah", maupun dengan anggotanya, yaitu dengan
dengan memakai dan memakan karunia Allah itu dengan sebaik-baiknya dan
mempergunakannya kepada jalan yang diridai Allah. Orang mukmin tentu akan bertambah
ilmunya dan kemajuannya bila hidupnya di dunia telah bahagia dan tentu akan bertambah kuat
pula imannya kepada Allah bila dia telah dapat merasakan betapa besarnya karunia yang
diberikan Allah kepadanya.
Sabda Rasulullah saw.:
رالط������اعم الش������اكر بمنزل������ة الص������ائم الص������اب
Artinya:
Orang (mukmin) yang makan makanan yang baik lagi pandai bersyukur sama derajatnya
dengan orang puasa yang sabar menahan lapor.
(Q.S H.R Ahmad, At Turmuzi, An Nasa'I, dan Al Hakim dari Abu Hurairah)
Firman Allah swt.:
ومن أعرض عن ذكري فإن لھ معیشة ضنكا ونحشره یوم القیامة أعمى
Artinya:
Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan
yang sempit dan Kami akan menghimpunnya nanti pada hari kiamat dalam keadaan buta.
(Q.S Taha: 124)
Pada penutup ayat ini, Allah swt. mengatakan bahwa Allah sudah menjelaskan ayat-ayat-Nya
bagi kaum yang mengetahui. Di antaranya dalam ayat ini dijelaskan perkara adab berpakaian dan
makanan yang sebagian manusia belum mengetahuinya, malahan dianggapnya masalah kecil
saja. Padahal makan dan minum yang tidak berlebih-lebihan itu merupakan sendi hidup dan
pokok pangkal kesehatan. Bila badan tidak kuat dan tidak sehat, semua pekerjaan tidak akan
terlaksana, baik pekerjaan untuk mencari kehidupan, atau pun untuk beribadat kepada Allah.
Begitu juga berdandan dan berpakaian merupakan tanda kebahagiaan dan kemuliaan dan erat
juga hubungannya dengan kesehatan. Orang-orang yang berdandan dan berpakaian bagus adalah
terhormat dan terpuji asal berdandan dan berpakaian bagus dengan niat yang baik bukan untuk
menyombongkan diri.
Sabda Rasulullah saw.:
:أتی�����ت رس�����ول هللا ص�����لى هللا علی�����ھ وس�����لم ف�����ي ث�����وب دون فق�����ال: ال�����ك م�����ال؟ قل�����ت نع�����م ق�����ال: م�����ن أي م�����ال؟ قل�����ت
ل وال������رقیق ق������ال: ف������إذا أت������اك هللا فل������یر أث������ر نعمت������ھ علی������ك وكرامت������ھق�����د أت�����اني هللا م�����ن األب�����ل والغن�����م والخ�����ي
ل���ك
Artinya:
Saya datang kepada Rasulullah saw. dengan pakaian yang buruk, maka Rasulullah bertanya,
"Adakah engkau mempunyai harta?" Saya jawab: "Ya." Rasulullah bertanya pula: "Harta apa
saja?" Saya jawab: "Allah memberikan karunia kepada saya unta, kambing, kuda dan budak."
Berkata Rasulullah: "Kalau Allah sudah mengaruniaimu harta, maka hendaklah dapat dilihat
bekas nikmat Allah itu dan kemuliaan-Nya kepadamu."
(H.R Abu Daud dari Abil Ahwas dari ayahnya)