Riwayat Hidup Muhammmad Ali Jinnah.doc Final

download Riwayat Hidup Muhammmad Ali Jinnah.doc Final

of 24

Transcript of Riwayat Hidup Muhammmad Ali Jinnah.doc Final

A.Riwayat Hidup Muhammmad Ali Jinnahh Muhammmad Ali Jinnahh lahir di Karachi pada hari ahad 25 Desember 1876 ayahnya adalah seorang saudagar yang bernama Jinnahh Bhai. ketika menginjak umur sepuluh tahun, ia dikirim orang tuanya belajar di Bombai selama satu tahun kemudian pulang ke Karachi dan melanjutka pelajarannya di Sind Madrasatul Islam, Setingkat dengan sekolah menengah pertama, dan setelah itu melanjutkan pendidikan menengah atas di Mission High School. Atas nasehat Frederick leigh Croft, Meneger Graham Shipping and Trading Company, ia di kirim kelondon oleh orang tuanya untuk belajar bisnis pada kantor pusat Graham Shipping and Trading Company dan waktu itu ia berusia 16 tahun. Sampai di London, Muhammad Ali Jinnahn tidak memesuki sekolah yang di cita citakan ayahnya, tetapi ia justru lebih tertarik mempelajari hukum di London ini. Suatu lembaga pendidikan yanga mempersiapakan lulusannya menjadi ahli hukum atau pengacara. ( H. Al biruni, Maker of Pakistan and Modern Muslim India. Lahore, Muhammad Asraf, 1850, h,193.) Pada tahun 1896, ia memperoleh gelar Sarjana dalam bidang hukum di London. Pada tahun itu juga ia kembali ke India dan bekerja sebagai pengacara di Bombai. Dalam masa pengabdiannya dibidang hukum ini, ia banyak berhubungan dengan berbagai kalangan lapisan masyarakat, diantaranya adalah Machperson, Jaksa Agung Bombai. Ia sangat terkesan dengan semangat pengabdian Jinnahn yang masih muda itu dalam baidang hukum, sehingga ia terdorong untuk memberikan fasilitas kepada Jinnah denga kebebasan yang seluas luasnya untuk mempergunakan perpustakaan peribadinya dan diluar dugaan Jinnah sendiri.( Nasution Harun, Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan gerakan, Bulan Bintang, Jakarta 1992, h. 195.) B.Perjalalan Politik Jinnah Karir politik Jinnah dimulai pada tahun 1906 dengan ikut sertanya ia pada sidang kongres kalkuta ( Calcutta congress Seassion ) sebagai sekertaris presiden, Dhabai Naoradji. Ia memilih bergabung dengan kongres Nasional karena menurut pendapatnya perjuangan yang paling utama bagi rakyat India adalah kemerdekaan India dan itu hanya dapat dicapai melaui usaha bersama kelompokk Islam dan Hindu. Jinnah berkenyakinan bahwa persatuan umat Islam dan umat Hindu India merupakan syarat untuk tercapainya kemerdekaan India. Atas Keyakinan, sikap dan upaya untuk menyatukan umat Islam dan umat Hindu ini demi kepentingan nasional dan kemerdekaan India. Ia dijuluki sebagai Ambassador of Hindu Muslim unity. Jinnan tidak memasuki liga Muslim pad saat itu, karena politik patuh dan setia pada pemerintah Inggris yang terdapat padda liga Muslimin tidak sesui dengan jiwanya, ia lebih sesuai dengan jiwa menentang Inggris dengan kepentingan nasional India. Hali ini dapat dilihat dari tujuan didirikannya liga Muslimin yang berbunyi:1. Meningkatkan rasa loyalitas Muslimin terrhadap Inggris dan menghilangkan

kesalah fahaman yang mungkin timbu terhadap peraturan peraturan yang di keluarkan oleh pemerintah.

2. Melindungi dan meningkatkan hak hak politik dan kepentingan muslim, dan

menyalurkan kepentingan kepentingan dan aspirasi - aspirasi mereka kepada pemerintah Inggris3. Menghindari meningkatnya rasa permusuhan diantara orang Islam terhadap

komunitas komunitas lainnya. Pada atahun 1913 yaitu ketika Organisasi ini merubah sikap dan menerima ide, pemerintahan sendiri bagi India sebagai tujuan perjuangan, mulai saat ini sampai terakhir hayatnya sejarah hidup dan perjuangannya banyak berkait dengan Liga Muslimin dan perjuangan umat Islam India untuk menciptakan Pakistan. Pada tahun 1913 itu juga Jinnah dipilih menjadi Presiden Liga Muslimin. Pada waktu itu ia masih mempunyai kenyakinan bahwa kepentingan umat Islam India dapat dijamin melalui ketentuan ketentuan dalam undang undang dasar untuk itu ia mengadakan pembicaraan dan perundingan dengan pihak kongres Nasional India. Salah satu dari perundingan ialah perjanjian Luckknow 1916. menurut perjanjian itu Umat islam India akan memperileh daerah pemilihan terpisah da ketentuan ini akan dicantumkan dalamm undang undang Dasar Indiayang akan disususn kelak kalau tiba waktunya. Tetapai lama kelamaan ia melihat bahwa untuk memperoleh pandangan yang sama antara golongan Islam dengan umat Hindu sangat sulit. Ghandi mengeluarkan konsep Nasionalisme India yang didalammnya Umat Islam tergabung menjadi satu bangsa. Konsep Ghandi ini dan politik nonkoperasinya ia tentang dan akhirnya, ia meninggalakan partai kongres. Dalam rangka kemerdekan India, pada tahun 1930 1932 di London diadakan konfrensi Meja Bundar oleh Inggris. Pada Konfrensi ini Jinnah menemui hal hal yang menimbulkan perasaan kecewanya yag mendalam. Jinnah menyaksiakan betapa semangatnya kelommpok Hindu membicarakan masalah- masalah kemerdekaan India untuk kepentingan orang Hindu dengan tidak memperhatikan sedikitpun kepentingan umat Islam. Perasaan kecewa Jinnah ini di kemukakan beberapa tahun kemudian dihadapan Mahasiswa Muslimin Aligarh dengan mengatakan: Selama konferensi meja Bundar saya merasakan kejutan dalam hidup saya. Ketika saya mendengar beberapa teman Hindu, saya merasakan keadaan tidak menguntungkan. Orang Muslim tidak ubahnya seperti penduduk didaerah tidak bertuan, saya mulai merasa bahwa saya tidak dapat menolong India maupun merubah pikiran orang Hindu, tidak akan membuata orang Muslim sadar akan keadaan jelek ini. Saya merasa begitu kecewa dan muram sehingga saya memutuskan untuk berdiam di London, bukan karena saya tidak mencintai tanah air saya, tettapi saya merasa sangat tidak berdaya lagi. Sejak tahun 1932 itu Jinnah memetuskan mengundurkan diri dari lapangana politik dan menetap di London. Disana ia bekerja sebagai pengacara. Dalam pada itu Liga Musimin perlurlu pada pimpinan baru lagi aktif , maka pada tahun 1984 ia di minta pulang oleh temannya dan pada tahun itu juga ia di pilih menjadi ketua tetap dari Liga Muslimin.C. PERJUANGAN POLITIK JINNAH DA\LAM PEMBENTUKAN PAKISTAN

Kepemimpinan Liga Muslimin di bawah Jinnah mengalami perubahan perubahan partai. Dalam sidang tahuanan yang dia adakan di Bombai pada tahun 1936 Konstitusi

partai politik di perbaiki untuk membuat organisasi itu lebih demokratis dan lebih hidup. Untuk pertama kalinya organisasi ini mengadakan persiapan untuk memperebutkan pemilu atas nama Liga Muslimin. Suatu badan pemilihan pusat dengan cabang - cabangnya di Propinsi si bentuk untuk mengatur perjuangan pemeilihan Propinsi undang undang pemerintahan India 1935 ( govermen of India act of 1935). Jinnah mengunjungi seluruh negeri untuk memperoleh dukungan dari calon calon Liga Muslimin tetapi usahanya ini hanya sebahagian yang berhasil. Disamping itu Liga Muslimin berugah menjadi gerakan rakyat yang kuat. Dimasmasa sebelumnya Liga hanya perkumpulasn golonga atas, yang terdiri darai hartawan pegawai tinggi dan Intelegensia. Hubungan dengan umat Islam awam boleh dikatakan belum ada. Pada tahun 1937 diadakan pemilihan daerah di India.di dalam pemilihan ini Liga Muslimin tidak memperoleh suara yang berarti , sedangkan partai kongres mendapat kemenangan besar . atas kekalahan itu Liga Muslimin mulai tidak diindahkan lagi oleh partai kongres dan dalam hubungan ini Nerhu pernah mengatakan bahwa yang ada di India hanya duakekuatan politik , yaiatu partai kongres dan pemerintah Inggris. Golongan masyarakat India merasa kuat untuk mengangkat anggota anggotanya menjadi menteri di daerah daerah, dan awalaupun ada yang di angkat dari golongan Islam, maka mereka adalah pengikut partai kongres dan bukan pengikut Liga muslimin. Dengan adanya kenyataan ini umat Islam India semakin sadar dan mulai melihat perlunya barisannya diperkuat dengan menyokong Liga Muslimin sebagai satu satunya organisasi umat Islam utuk seluruh dunia. Para perdana mentri Punjab, Bengal dan Sindi mengadakan, kerjasama dengan Jinnah. Jinnah terus berusaha mengadakan pesesuaian paham dengan partai kongres mengenai masa depan India. Berbagai perundingan dia adakan atara Liga Muslimin. Dan partai kongres, tetapi selalu berakhir dengan kegagalan. Golongan nasional India belum mengakui Liga Musliamin sebagai satu satunya organisasi politik umat Islam India. Kekecewaan Jinnah bertambah lagi dan sepat ia ucapkan pernyataan sebagai berikut: Sangatlah sulit untuk mengerti mengapa kawan kawan yang Hindu tidak dapat memahami sifat riil Islam dan Hinduisme. Ternyata keduanya tidak dapat diartikan dengan istilah yang tegar melaikan merupakan tatanan tatanan sisi yang sangat berbeda dan adalah merupakan impian bahawa orang - orang hindu dana Muslim dapakan mengembangakan suatau Nasionalisme umum dan kesalah pahaman tentang suatu bangsa India telah berlangsung jauh melebihi batas batas. Orang orang Hindi dan muslim merupakan bagian dari dua filsafat keagamaan kebiasaan kebiasaan sosial, kepustakaan kepustakaan yang berbeda. Memang mereka tidak pernah kawin dengan golongan itu ataupun makan malam bersama dan mereka bagian dari dua macam peradaban yang sebagian besar dan ide ide konsepsi konsepsi yang bertentangan. Aspek aspeknya

mengenai keidupan berbeda. Jelaslah bahawa orang - orang Hindu dan Muslim mendapat inspirasi mereka dari sumber - sumber sejarah yang berbeda. Untuk memperlakukan bersama dua bangsa itu dalam satu Negara yang tunggal, yang satu sebagian minoritas jumlahnya dan lainnya sebagia manyoritas, sudah pasti menjurus kepada aperetumbuhan rasa tidak puasan dana akhirnya pembongkaran suatu struktur yang mungkin juga bangunan bagi pemerintahan negara seperti itu. Pengalaman- pengalaman ini membuat Jinnah merubah haluan politiknya. Kepercayaannya kepada partai kongres hilang dan kenyakinan timbul dalam dirinya bahwa kepentingan umat Islam India tidak bisa lagi dijamin melalui perundingan dan penyantuman hasil perundingan dalam undang - undang dasar yang akan disusun. Kepentingan umat Islam iIndia bisa terjamin hanya melalui pembentukan negara tersendirikan tepisah dari negara umat Hindu di India. Masalah ini dibahas dirapat tahunan Liga Muslimin yanga diadakan di Lahore pada tahun 1940, atas rekomendasi dari panitia yang khusus di bentuk untuk itu, sidang kemudian menyetujui pembentukan negara tersendiri untuk umat Islam India. Sebagai tujuan perjuangan Liga Muslimin, negara itu diberi nama Pakistan, tetapi perincian mengenai Pakistan belum ada, baik mengenai daerahnya maupun mengenai corak pemerintahannya. Liga Muslimin, sudah mempunyai tujuan yang jelas ini bertambah banyak mendapat sokongan dari umat Islam dan dengan demikian kedudukannya bertambah kuat. Pemuka pemuka Islam yang bergabung dengan partai kongres nasioal India kehilangan pengaruh. Sebahagian menyebrang ke Liga Muslimin, sebahagian tetap dipartai kongres seperti Abu Kalam Azad, sebagian lagi meninggalkan medan politik. Organisasi organisasi Islam India lain, pada akhirnya juga me nyokong Liga Muslimin dalam menuntut pembentukan Pakistan. Partai kongres juga baru mulai melihat kekuatan Jinnah dan Liga muslimin yang dipimpinnya. Berlainan dengan masa lampau organisasi umat Islam tidak bisa dia abailkan begitu saja. Ditahun 1944 diadakan perjumpaan antara Jinnah dan Ghandi mengenai aksi bersama terhadap Inggris. Tetapi karena perbedaan faham tetang mas depan India masih besar perjuangan itu tidak membawa hasil apa apa. Saat itu Jinnah menjelaskan apa yang dimaksud dengan Pakistan. Negara baru itu akan mencakupa enam daerah. Daerah perbatasan barat laut, Balukhistan, Sindi dan Punjab disebelah barat serta Bengal dan Assamdisebelah timur penduduk Islam dari daerah ini, menurut Jinnah berjumlah 70 juta dan merupakan 70% dari seluruh penduduk. Pemerintah daerah daerah itu akan berada ditangan umat Islam, dengan tidak melupakan turut sertanya golongan non Islam dalam pemerintahan dan jumlahnya akan disesuaikan dengan persentase mereka di tiap - tiap daerah.

Sokongan umat Islam India kepada Jinnah dan Liga Muslimin bertambah kuat lagi dari hasil pemilihan 1946. umpamanya di Assam, Liga Muslimin memperoleh 31 dari 34 kursi dan di Sindi 29dari 34 kursi. Di dewan pusat ( Centeral Assembly) seluruh kursi yang disediakan untuk golongan Islam dapati ide- ide diperoleh Liga Muslimin. kedudukan Jinnah dalam perundingan dengan Inggris dan partai kongres nasional India mengenai masa depan umat Islam di Inda bertambah kuat. Ditahun 1942 inggris telah mengeluarkan janji akan memberikan kemerdekan pada India sesudah perang Dunia II selesai. Pelaksananya mulai bicarakan mulai tahu 1945, tetapi pembicaraan selalu mengalami kegagalan. Akhirya pemerintah Inggris memutuskan untuk membentuk pemerintah sementara yang terdiri atas orang orang yang di tentukan Inggris sendiri. Jinnah menentang usaha ini dan pemerintahan Inggris menunjuk Presiden partai kongres Nasional India, Pandit Neru, untuk menyusun pemerintahan sementar. Huru hara timbul dan Jinnah diminta supaya turut pemerintahan sementara itu ia menunjuk lima pemimpin Liga muslimin untuk turut serta dalam pemerintahan, tetapi huru hara tidak dapat diatasi. Saat itu di putuskan untuk mengadakan sidang Dewan Konstitusi pada bulan Desember 1946, dan Jinnah melihat bahwa suasana demikian sidang tidak bisa diadakan da karena itu melihat agar di tunda. Permintaanya tidak di dengar dan ia mengeluarkan pernyataan tidak diboikot sidang dewan konstitusi pemerintah Inggris merubah sikap dan memutuskan akan menyerahkan kedaulatan pada waktu lian sebelum Juni 1948. Setahun kemudian keluarlah keputusan Inggris untuk mengarahkan kedaulatan kepada dua Dewan konstitusi, satu untuk Pakistan dan satu untuk India. Pada tanggal 14 Agustus 1947 Dewan Konstitusi Pakistan dibuka dengan resmi dan keesok harinya 15 Agustus 1947 Pakistan lahir sebagai Negara bagi umat Islam India. Jinnah diangkat menjadi Gubernur Jendral dam mendapat gelar Qaid I Azam ( Pemimpin Besar ) dari rakyat Pakistan. Ia masih sempat menikmati hasil perjuangannya setahun lebih. Ia meninggal bulan September 1948 di Karchi.

KESIMPULAN Muhammad Allia AlJinnahh adalah pelopor utama berdirinya Pakistan kemampuan dan kecakapan Jinnahh dalam mewujudkan idenya di topang oleh Ilmu yang ia peroleh selama di Eropa. Tujuan pertama berdirinya Pakistan adalah agar umat Islam India dapat menjalankan ajaran agamanya dengan aman dan damai, tanpa hal itu mustahil tercipta persesuaian pandangan antar penganut agama besar itu.

Catatan Kaki a) Mustafa Mumin. Qasamal al Alam al Islamy al Masir Dar al Fiqh, Beirut, 1974, h. 257. b) H. Al biruni, Maker of Pakistan and Modern Muslim India. Lahore, Muhammad Asraf, 1850, h,193. c) Nasution Harun, Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan gerakan, Bulan Bintang, Jakarta 1992, h. 195. d) G. Allana, Quad- i- Azam Jinnahh, ferozsons Ltd, Lahore, h. 26 e) Syarif Al Mujahid, Quad- i- Azam Jinnahh, Studi In Interpretation. Quai Al azam Academy Karachi, 1981, h.1. f) Rosental Erwin, I.J. Islam In the Modern National State, Cambridge at the University Press.1965, h. 202. lihat juga di Syarif Al Mujahid, op-ci, h. 2. g) Al burunyi, op-cit, h.195. h) Richad Symond , The Making of Pakistan, Faber and Faber tt,h. 41. i) Anwar Enayatullah, Story of Jinnahh, a.b. Usman Rahman dan Bahrum Rangkuti, Bulan Bintang, Jakarta. 1976,h.36. lihat juga Rosental,, op-cit, h. 196.

TURQI MUDA DA PEMBAHARUNYA A. PENDAHULUAN Gerakan Turqi muda muncul sebagai reaksi terhadap kekuasaan Absolut Sultan di kerjaan Turqi Usmani. Kalaupun sebelumnya Gerakan Usmani muda secara konsepsional telah berhasil dalam tuntutannya untuk merubah pemerintahan absolute menjadi pemerintahan Konstituonal denga ditanda tanganinya konstitusi 1876 oleh Sultan Abdul Hamid dan diumumkan menjadi undang undang dasar bagi kerajaan Turqi Usmani namun dalam prakteknya kontitusi tersebut tidak bis membatasi kekuasaan Absolut Sultan. Konstitusi 1876 yang ide dasr kelahirannya adalah mengembangkan demoktratisasi, ternyata masih membuka peluang besar bagi Sultan untuk bersifat Otokrativ. Berpijak dari kelemahan Konstitusi itulah Sultan Abdul Hamid menangkap dan mengasingkan Midhat Pasya di tahun 1877 M., dan kemudian membubarkan perlemen pada tahun 1877 M. setelah menghasilkan Midhat Pasya dan membubarkan parlemen, Sultan Abdul Hamid terus memerintah dengan kekuasaan Absolut, bahkan lebih Absulut dari sebelumnya. Kebebasan menulis dan berbicara ditiadakan, dan dalam menghadapi lawan lawan politiknya., Sultan tidak segan segan menggunakan kekerasan. Kebijakan Sultan yang amat menyimpang dari ide dan dasar Konstitusi 1876, telah menimbulkan makin tingginya rasa puas dari berbagai lapisan masyarakat Turqi. Puncak ketidak puasaan tersebut menimbulkan gerakan Oposisi. Dikalangan PT gerakan oposisi ini mengambil berbentuk perkumpulan perkumpulan rahasia. Dikalangan militer terbentuk komite komite rahasia. Dan dikalangan Intelejensia pimpinan lari keluar negri dan dari sana mereka melancarkan gerakan. Gerakan gerakan yang terdiri dari sana mereka dari berbagai kelompok itulah kemudian yang dikenal dengan turqi Muda. Gerakan Turqi muda bertujuan agar dapat memulihkan kembali pemerintahan kontitusional dan menghidupkan perlemen yang sudah di bubarkan untuk melihat lebih jauh ide perjuangan dan pembaharuan Turqi Muda. B. TOKOH TOKOH TIRQI MUDA DAN PEMIKIRANNYA A. Ahmad Reza ( 1859 1931 )

Ahmad Reza adalah anak seorang mantan anggota parlemen pertama Turqi, bernam injiliz Ali. Sejak muda ia bercita cita igin mengentaskan rakyat dari kemiskinan ia berkunjujungbkedesa desa dan melihat langsung penderitaan kaum petani. Karena itu , ia bertekad aka melanjutkan studinya di sekolah pertaniaan agar kelak dapat bekerja Dan berusah amemperbaiki nasib kaum petani yang miskin itu. Studi mengemengenai pertanian ia lanjutkan ke paris. Sekembalinya dari faris, ia bekerja di kementrian pertanian dengan harapan akan dapat mewujudkan cita-citanya. Namum ternyata bekerja di kementrian ini hnyak disibukan oleh hal-halyang bersifat administrasi birokrasi, tanpa bisa berbuat untuk pengentasan kemelaratan kaum petani. Kanudian ia pindah ke kementrian pendidikan. Karena dengan demikianlah, menurut dia akan berbuat banyak mencerdaskan rakyat. Dan dengan demikian perubahan naisb mereka dapat diwujudkan. Akan tetapi pengalamannya di kementrian penedidikan tifak membuat ia puas. Karena disini pun dia di sibukkan dengan hal-hal yang bersifat birokrasi bukan hal pendidikan. Kegagalannya dalam mewujudkan cita-citanya membuat Ahmed Riza mengambil sikap keluar dari jalur birokrasi. Dan mengalihkan perhatiannya untuk menulis buku atau menulis di surat kabar dengan harapan dapat menyampaikan pendapat dan pemikirannya kepada masyarakat. Tetapi usaha ini pun menemui kegagalan, karena harus berhadapan dengan lembaga sensor yang sangat ketat dari pemerintah. Karenanya ia memutuskan uuntuk kembali ke paris. Setelah di paris ia menjalin hubungan dengan pemimpinpemimpin yang telah terlebih dahulu mengasingkan diri dari pemerintahan absolut sultan Abdul Hamid .di paris ia menerbitkan surat kabar masverest. Yang di selundupkan ke istambul supaya dapat dibaca oleh orang-orang Turki di tanah airnya. Selama di paris dia banyak membaca buku-buku karya pemikir prancis dan ia amat tertarik kepada falsafat positivisme august comte. Oleh karena itu ia berpendapat untuk menyelamatkan kerajaan usmani dari keruntuhan ialah pendidikan dan ilmu pengetahuan positive.dan bukan teologi atu metafisika. Menurut Ahmed Riza pendidikan akan terlaksana dengan baik apabila didukung oleh pemerintahan konstitusional. Selama pemerintahan masih bersifat absolut maka akan sulit memberikan kebebasan berfikir.sehingga akibatnya ilmu pengetahuan tidak dapt berkembang. Itulah sebabnya ahmad riza dalam memorandnum yang di terbitkan di London thn 1894 menghimbau sultan Abdul Hamid agar mengubah sikap politiknya agar menghidupkan kembali pemerintahan konstitusional supaya revolusi dapat dihindari. Ia

menyatakan bahwa rakyat tidak menginginkan administrasi yang mengorbankan hak-hak mereka dam merusak eksistensi mereka dengan tindakan yang sewenang-ewnang. Pemerintahan l\konsitusional menurut dia sangat sesuai dengan semangat islam, sebab syariat menganjurkan untuk bermusyawarah yang telah dilakukan oleh nabi Muhammad saw, abu baker, umar dan khalifah-khalifah yang lainnya. 2. Mehmed Murad (1853-1912) Mehmedmurad lahir di tarhu, degistan wilayah kaukasus. Ia lari ke istambul pada tahun 1873 setelah gagalnya pemberontakan syeh samil di daerah itu. Kemudian ia belajar ke rusia dan disanalah ia mngenal pemikiran-pemikiran barat melalui buku-buku seperti social contract kary6a rosseau. Namun demikian ajaran islam masih mempunyai pengaruh dalam pemikirannya. Pengaruh keagamaan ini terlihat jelas dalam ide pembaharuannya yang menolak setiap pemikiran yang bercorak sekuler. Mehemed murad mencoba memberi nasehat kepada sultan agar melakukan perubahan-perubahan dalam system pemerintahan, tetapi ditolak oleh sultan, akhirnya dengan terpaksa ia kembali ke erofa. Dari sanalah ia menyebarkan ide-idenya melalui majalah yang ia trbitkan sendiri dengan nama mizan. Ide pembaharu yang di bawa Mehmedmurad terletak pada dua masalah pokok. Pertama, pembatasan kekuasaan absolute sultan dengan cara menetapkan prinsip musyawarah. Kedua, pemulihan kembali rasa saling percaya antara wilayah dengan pemerintahan pusat. Masalah pertama mencerminkan tuntutan konstitusional, sedangkan ide kedua menampakkan ide islamisasi. Menurut Mehmedmurad islam bukanlah penyebab mundurnya kerajaan usmani, dan bukan pula rakyatnya. Isloam tidak menghalangi kemajuan. Kemunduran krajaan usmani ialah dikarenakan sultan yang memerintah secara absolute. Olehkarena itukekuasaan sultan harus dibatasi. Sbagamana pemimpin lainyya, ia berpendapat bahwa musyawarah dalam islam sama dngan konstitusional di barat. Karena sultan tidak setuju dengan konstitusi maka ia mngusulkan supaya didirikan nsuatu badan pengawas yang bertugas menjaga supaya undang-undang tidak di langgar oleh pemerintah. Disamping itu perlu pula diadakan dewan syariat agung yang anggotanya tersusun dari wakil-wakil

Negara islam di afrika dan asia. Ketuanya adalah syekh al islam krajaan usmani. Dewan syariat agung bertugas menjaga supaya system musyawarah tidak dilanggar oleh sultan. Mehmedmurad juga membawa faham pan islam. Hal ini terlihat dari pendapatnya bhwa sebab kelemahan kerajaan usmani adlah karena renggangnya hubungan istambul dengan daerah-daerah. Oleh karena itu ia mengusulkan supaya mempererat kembali hubungan dan menumbuhkan rasa saling percaya antara pemerintahan pusat di istambul dengan pemerintahan daerah, terutama dengan daerah yang ada di bawah kekuasaan turki. 3. pangeran Sabahuddin (1877-1948) Pangeran Sabahuddin berasal dari keluarga istana. Dari pihak ayah ia adalah cucu dari sultan mahmud II. Sedangkan dari pihak ibu ia adalah keponakan dari sultan hamid. Ibunya bersaudara dengan sultan. Sabahuddin ikut lari ke erofa dengan ibu bapaknya menjauhkan diri dari kekuasaan Abdul Hamid . Di paris ia terpengaruh oleh pemikiran-pemiokiran sosiolog parancis. Terutama Edmond demolins. Seorang penganut aliran sosiolog Frederic le play.pengaruh ini terlihat dari ide-ide pembaharuan yang dikemukakannya dalam memecahkan problematika yang di alami kerajaan usmani. Sabahuddin meninjau problem yang dialami kerajaan usmanidarisudut sosiologi. Bagi Sabahuddin permasalahan yang dialami kerajaan usmani dapat dipecahkandengan terlebih dahulu mengadakan perubahan social, dan bukan penggantian sultan. Menurut Sabahuddin, masyarakat Turki seperti masyarakat timur lainnya adalah bercorak kolektif, dan masyarakat semacam ini tidak mudah berubah menuju kamajuan. Dalam masyarakat kolektif orang tidak percaya kepada diri sendiri. Dan oleh karena itu tidak dapat berdiri sendiri, melainkan senantias bergantung pada kelompoknya. Baik kelompok itu bentuk keluarga atu suku-suku bangsa, pemerintah dan sebagainya. Masyarakat yang dapat maju ialah masyarakat yang anggotanya tidak banyak tergantung kepada orang lain. Tetapi berusaha sendiri dan berdiri sendiri untuk merubah keadaan. Walau terdapat perbedaan pandangan dan visi politik antara ketiga pemuka gerakan Turki muda seperti telah disebut di atas, namun mereka sepakat untuk menggulingkan sultan Abdul Hamid . Kesepakatan itu di ambil setelah diadakan konferensi di erofa yang terakhir pada tahun 1907 di paris. C. GERAKAN TURKI MUDA DALAM PEMBAHARUAN

Bersamaan dengan gerakan oposisi yang ada diluar negeri, did lam negeri gerakan oposisi it uterus berkembang. Gerkan golongan militer dengan komite-komite rahasiannya semakin meningkat. Di damaskus terdapat komite tanah air dan kemerdekaan yangmempunyai cabang di yaffa dan yerussalem. Mustafa kemal kemudian terkenal dengan nama attaturk adalah salah seorang pemimpinnya. Komite-komite serupa berdiri pula di tempat-tempatlain, seperti di dalonika, masedonia dan edirne. Diantara komitekomite itu yang paling terkenal adalah perkumpulan persatuan dan kemajuan( ittihad ve tereki) yang dibentuk di salonika. Tujuan perkumpulan ini adalah mnenumbangkan kekuasaan absolute sultan. Pada tahun 1908 bataliion III yang ada di masedonia dan batalyon II di Erdine berontak.pemberontakan itu di ikuti oleh tentara di salonika, monastiri dan Anatolia. Di antara perwira-perwira tinggi yang ikut memimpin pemberontakan itu terdapat nama-nama seperti Enver bay dan Ahmad Niyazi. Situasi ini dimanfaatkan oleh perkumpulan persatuan dan kemajuan muncul kedepan dengan terang-terangan menuntut dihidupkannya kembali konstitusi 1876. pada saat yang sama di siapkan juga seribu tentara untuk menyerbu istambul dan menggulingkan kekuasaan sultan Abdul Hamid . Menyadari kondisi yang amat rawan tersebut, maka sultan Abdul Hamid tidak mempunyai altrnatif lain selain menghidupkan kembali konstitusi 1876 untuk mnyelamatkan kedudukan sebagai sultan. Seteelah kembali ke konstitusi 1876 maka diadakan pemilihan umum dan dibentuk perlemen baru yang di ketuai oleh Ahmed Riza dari perkumpulan persatuan dan kemajuan. Didalam perlemen tersebut terdapat dua fraksi. Pertama, fraksi liberal yang menginginkan desentralisasi. Dan pemerintahan otonomi bagi daerah-daerah. Dengan demikian mereka bermaksud mempertahankan keutuhan kesatuan kerajaan usmani. Kedua, fraksi yang mengniginkan bertahannya sentralisasi dalam pemerintahan dengan unsur Turki sebagai pemegang kekuasaan pusat. Fraksi ini di pengaruhi oleh ide-ide nasionalisme. Seiring dengan pemberontakan tahun 1908, beberapa wilayah usmani di erofa melepaskan diri. Austria dapat menggabingkan bosnia dan Herzegovina, Bulgaria, pulau kreta, Balkan dan Italia. Di daerah pusat ternyata masih banyak juga rakyat yang setia kepada sultan. Golongan tarekat dan ulama mengkritik Turki muda sebagai pembaharu yang di pengaruhi pemikiran-pemikiran barat dan tidak mengindahkan syariat. Mereka

membentuk suatu organisasi yang diberi nama persatuan islam yang dipimpin oleh Mahdeti Murad Bey. Yang bertujuan membela syariat yang menurut mereka sudah mulai di abaikan dan tidak di indahkan golongan Turki muda. Di daerah-daerah bukan Turki mulai muncul juga peraaan nasionalisme. Kedudukan Turki muda memang tidak kuat dan ini dimanfaatkan oleh sultan Abdul Hamid untuk mengembalikan kekuasaannya. Tetapi Enver Pasya dan Battalion III masuk istambul dan merampas kekuasaan. Sultan Abdul Hamid dijatuhkan pada tahun 1909 dan digantikan oleh daudaranya sultan Mehmed V. pada tahun 1912 diadakan pemilihan umum dan kali ini perkumpulan persatuan dan kemajuan memperoleh kemenangan besar. Parlemen mereka mnguasai dan kantor pusat organisasi yang selama ini di salonika di pindahkan ke istambul. Setahun kemudian golongan militer dari perkumpulan persatuan dan kemajuan menggantikan golongan politisi dalam menguasai pemerintahan. Kekuasaan terletak ditangan tiga serangkai enver pasya, talat pasya dan kemal pasya. Pemerintaha tiga serangkai merupakan pemerintahan yang ketat dan tidak bisa menerima kritik. Partai-partai oposisi mereka bubarkan dan para pemimpinnya lari keluar negeri. Sungguhpun pemerintaha Turki muda sejak terbentuk sampai saat membubarkan diri tidak berjalan mulus karena banyak tantangan dan kekacauan yang di hadapi, namun mereka telah perubahan-perubahan di berbagai bidang. Harun nasution mengungkapkan perubahan-perubahan tersebut antara lain sebagaiberikut:

1. 2. 3. 4. 5.

Bidang administrasi Bidang ekonomi Bidang pendidikan Bidang peradilan Bidang publikasi

D. PENUTUP Dari uraian diatasa dapat disimpulkan bahwa gerakan Turki muda adalah gerkan oposisi menentang kekuasaan absolute sultan Abdul Hamid . Turki muda berusaha menghidupkan

kembali konstitusi 1876. mereka berhasil memaksa sultan Abdul Hamid Mehmed.

untuk

memberlakukan kembali konstitusi 1876 dan kemudian menggantikannya dengan sultan Turki muda dalam perjalanannya pernah mencapai tampuk kekuasaan dengan dikuasainya perlemen oleh perkumpulan persatuan dan kemajuan. Namun karena banyaknnya tantangan dan suasana yang tidak menguntungkan, Turki muda hancur setelah perang dunia I. sungguh pun demikian, perkembangan Turki usmani berikutnya, seperti di bidang administrasi, ekonomi, pendidikan, peradilan publikasi dansebagainya.

Jamal Abdul Nashir : Nasionalisme Arab I. Pendahuluan Muhammad Ali secara turun temurun dinyatakan sebagai penguasa Mesir.1 Keputusan tersebut berdasarkan konferensi di London pada tanggal 13 Februari 1841.2 Dari sinilah cikal bakal kekuasaan ahalla raja-raja yang satu setengah abad lamnya memegang kekuasaan di Mesir,3 dan berakhir pada kudeta tahun 1952 atas Raja Farouq. Kekuasaan yang bercorak aristokrasi di bawah pimpinan Muhammad Ali pada awalnya ada upaya untuk melaksanakan Pan Arabisme (Wahdat ' Arabiyah), akan tetapi ia sendiri berasal dari Albania, maka gerakan ini tidak berhasil mendapat tanggapan, bahkan kemudian bangsa Turkilah yang paling banyak banyak berperan. Bahas Turki dijadikan bahasa nasional dan bahasa resmi negara. Bangsa Mesir tidak mempunyai peran sama sekali, hampir semua posisi-posisi penting dipegang oleh bangsa Turki atau non Arab.4 Kadaan yang demikian itu menyebabkan pecahnya revolusi pada tanggal 23 Juli 1952 yang tujuan akhirnya menurut Anwar Sadat adalah menumbangkan serta mengubah sistem kerajaan yang berkuasa secara absolut.5 Gerakan ini dipimpin oleh Jamal Abdul Nashir. Selanjutnya menetapkan Jenderal Muhammad Najib sebagai presiden, tetapi satu tahun kemudian ia memecat Muhammad Najib dan Jamal Abdul Nashir menggantikan kedudukannya sebagai presiden. Jamal Abdul Nashir adalah orang pertama dari bangsa Arab yang menjadi presiden di Mesir.6 Dari peristiea-peristiwa tersebut di atas dapat diketahui bahwa Jamal Abdul Nashir telah banyak terlibat secara aktif dalam memperjuangkan Mesir. Banyak ide yang telah dilontarkan sehingga revolusinya berhasil dengan sukses. Diantara idenya adalah nasionalisme Arab atau yang dikenal dengan al qaoumiyah al Arabiyah.

1.2.

Muhammad Syafiq Ghirbal, Al Mausu'ah al Arabiyyah al Muyassarah, Beirut, Darul Qalam, 1959, HAL. 1661 SF. Mahmud, The Story of Islam, Oxford, University Press, London, 1959, hal. 284 Philip K Hitti, History of The Arabs, London, McMillan, Martin's Press, 1986 hal. 242. Nabiih Bayyuni Abdullah, Tathawwur Fikrah Al Qumiyyah al Arabiyyah fi Misr, Kairo, al Hai'ah al Misriyah, al ammah li al Kitab, 1975, hal. 4.

3. 4. 5.6.

Anwar Sadat, Asrar al Tsaurah al Misriyah, Kairo, Dar al Hilal, 1957, hal. 186 Catatan kuliah, Perkembangan Modern di Dunia Islam tanggal 4 November 1994.

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai ide nasionalisme Abar serta peran Jamal Abdul Nashir yang telah menjadikannya sebagai isu nasional di Mesir, sehingga mampu menumbangkan rezim lama dan dapat mengusir kolonial Inggris. II. Riwayat Hidup Jamal Abdul Nashir Jamal Abdul Nashir dilahirkan pada tanggal 15 Januari 1918 di Alexandria. Ayahnya adalah seorang tukang pos. Nama Jamal adalah pemberian ibunya, kemudian ayahnya menerimanya dengan gembira. Abdul Nashir karena keadaan negerinya yang tidak stabil membuat ia sering berpindah-pindah,7 Dari Alexandria pindah ke Khathathibah dan disanalah ia mulai mengecap pendidikan di bangku sekolah, Kemudian pindah ke Kairo dan tinggal bersama pamannya.8 Jamal Andul Nashir pada waktu mudanya aktif melakukan demonstrasi atau penentangan terhadap pengaruh Inggris di Mesir.9 Dia memasuki sekolah menengah al Nadlah di Kairo dan lulus pada tahun 1936, sebelumnya itu pernah sekolah di Ra'is al Tin di Alexandrian.10 Pendidikan Militernya dimulai setelah dua kali melamar di Kulliyah Harbiyah (semacam Akademi Militer) yaitu pada tahun 1937. Selanjutnya berhasil menamatkan pendidikannya pada umur 20 tahun,11 yakni pada tahun 1938 dengan pangkat Letnan dua.12 Pada bulan Desember 1939 ia bersama-sama dengan stu batalion infanteri pindah ke Sudan, di sana ia berjumpa dengan Abdul Hakim Amir yang kelak menjadi rekannya dalam revolusi Mesir. Di tahun 1942 ia kembali ke Kairo dan mengajar di Akademi Militer kemudian masuk Dinas Pendidikan Tinggi Militer di Kullyyah arkan al harb dan lulus pada tahun 1948. Selanjutnya bergabung dengan pasukan infanteri menuju Palestina dalam peperangan melawan Israel.13

7. 8.9.

Abdul Mun'im Syumais, Jamal Abdul Nashir, Mesir, Mathba'ah Jaridah al Shabah, hal. 54 The New Encyclopedia Britannica, Vo. 12, 1974, hal. 844 Ibid

10. Abdul Mun'im Syumais, Jamal Abdul Nashir, Mesir, Mathba'ah Jaridah al Shabah,, hal 24-30 11. The New Encyclopedia Britannica, Vo. 12, 1974, hal 845

12. Abdul Mun'im Syumais, Jamal Abdul Nashir, Mesir, Mathba'ah Jaridah al Shabah, hal. 31 13. Ibid, hal 46-47 Karir militer Jamal Abdul Nashir yang begitu dini tidaklah terlalu istimewa, namun di usia yang cukup muda sudah mampu menggalang persahabatan dengan opsir-opsir yang kelak menjadi pendukungnya dalam usaha kudeta terhadap Raja Farouq.14 Pada tanggal 23 Juli 1952 Jamal Abdul Nashir melakukan kudeta terhadap Raja Farouq dan berhasil menumbangkannya. Selanjutnya mengangkat Muhammad Najib sebagai presiden pertama Mesir pada tahun 1953, tetapi kendali pemerintahan tetap berada di tangannya. Pada tahun 1954 Muhammad Najib dipecat karena tuduhan mengadakan persekongkolan dengan Ikhwanul Muslimin dan Nashir mengangkat dirinya sebagai perdana menteri kemudian menjadi presiden pada tahun 1956.15 Kemudian Ikhwanul Muslimin dihancurkan. Kantor-kantor organisasinya ditutup, ribuan anggotanya ditangkap dan sejumlah pimpinannya dihukum mati.16 Jamal Abdul Nashir membawa ideologi Pan Arabnya ke dunia Islam. Beliau tidak anti Islam, hanya saja perhatiannya terhadap Islam menduduki tempat kedua. Selanjutnya tidak memberikan kesempatan kepada kelompok Islam untuk ikut serta dalam kekuasaan. Dengan demikian dukungan Ikhwanul Muslimin kepada Nashir ditarik kembali karena Nashir tidak bersedia memenuhi aspirasi pembentukkan negara Islam Mesir.17 Dan terjadilah pertentangan yang berakibat sebagai tersebut di atas. Tahun 1958 Nashir mengadakan federasi dengan Suriah dan Yaman. Kemudian menyebut negaranya The United Arab Republic, walaupun beberapa tahun kemudian Suriah dan Yaman menarik diri dari federasi tersebut. Pada tanggal 28 September 1970, Jamal Abdul Nashir meninggal dunia karena serangan jantung, cita-cita penyatuan Arabnya belum tercapai tetapi telah berhasil membawa Mesir kepada Independensi yang sempurna.18 III. Pengertian Nasionalisme Arab Untuk mengetahui apakah pengertian yang terkandung dalam nasionalisme Arab maka diuraikan pengertian nasionalisme dan pengertian Arab.

14. The Encyclopedia Americana, International Edition, Vol. 19, 1985, hal 747

15. The New Encyclopedia Britannica, Vo. 12, 1974, 16. Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara; Ajaran, Sejarah, dan pemikiran, Jakarta, UI Press, 1993, hal 146.17. Ibid

18. The New Encyclopedia Britannica, Vo. 12, 1974, a. Pengertian Nasionalisme Nasionalisme adalah suatu keadaan jiwa, suatu kepercayaan yang dianut oleh sejumlah besar manusia perseorangan sehingga membentuk suatu kebangsaan.19 b. Pengertian Arab Pengertian Arab dalam penulisan ini adalah semua orang yang berbahasa dan berkebudayaan Arab, berkesetiaan dan berperasaan Arab dan secara pribadi telah menjadi penduduk Arab. Menurut geografi, negara Arab terbentang dari Jabal Thursina di utara hingga Lautan Hindia dan aliran sungai Vildi di selatan. Selanjutnya kawasan Iran dan Teluk Arab di timur hingga Lautan Atlantik di bagian barat. Dalam wilayah ini tercakup Iraq, Suriah, Yordania, Libanon, Palestina, Uni Emirat Arab, Bahrain, Qatar, Kuwait, Arab Saudi, Yaman, Oman, Palestina, Mesir, Sudan, Libya, Tunisia, Aljazair, dan Maroko.20 Dari negara-negara tersebut di atas dengan jumlah penduduk sekitar 70 juta menganggap diri mereka adalah bangsa Arab dan dalam usahanya untuk membangun kembali dasar-dasar kehidupan mereka setelah mengalami kemunduran berabad-abad lamanya maka mereka memeluk nasionalisme Arab,21 Dari hal-hal sebagai tersebut di atas dapat dirumuskan secara sederhana bahwa nasionalisme Arab adalah kesadaran yang tinggi dari bangsa Arab utnuk mengangkat citra bangsanya guna mencapai kesempurnaan kehidupan mereka untuk sepanjang masa. IV. Dasar, tujuan Nasionalisme Arab serta fase-fase perkembangannya Pada dasarnya Nasionalisme Arab adalah mempersatukan bangsa-bangsa yang berbahasa Arab yang mempunyai persamaan kebudayaan, dan itu bukan persatuan dunia Islam.

19. Lothop Stoddard, Dunia Baru Islam, Terjemahan H Mulyadi Joyomartono, et, al., Jakarta, Panitia Penerbit, 1966, hal. 137.

20. Hazem Zaki Nusaibah, Gagasan-gagasan Nasionalisme Arab, Terjemahan Sumantri Martodipuro, Jakarta, Batara, 1969, hal. 9.21. Ibid

Gerakan ini berpangkal kepada pikiran yang berpendapat bahwa segala bangsa yang berbahasa Arab, tidak peduli apapun agamanya pada hakikatnya merupakan suatu bangsa dan sama pula kebudayaannya.22 Hazem Zaki Nusaibah mengemukakan bahwa Nasionalisme Arab bertujuan untuk mempersatukan bangsa-bangsa yang berbahasa Arab di bawah suatu organisasi politik.23 Nasionalisme Arab adalah gerakan sekuler,24 yang ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu faktor bahasa, faktor tradisi-tradisi sejarah, dan faktor kesamaan kepentingannya.25 Tentang peran agama, Fuad al Ahwani menjelaskan bahwa nasionalisme Arab tidak mengingkari dan tidak menolak agama-agama bahkan menghormatinya. Kewajiban orang yang beragama Islam untuk menyembah Tuhannya di Masjid, demikian pula orang Arab Masehi yang menyembah Tuhannya di Gereja. Tetapi keduanya wajib dengan sepenuh hati membina nasionalisme Arab dan bekerjasama untuk kepentingan kemaslahatan bangsa Arab.26 Bahkan lebih dari itu dinyatakan bahwa faktor agama hendaklan dikesampingkan jika menghalangi nasionalisme Arab.27 Ide nasionalisme yang tidak memandang agama sebagai faktor penting mendapat tantangan dari kalangan islam. Selanjutnya penegrtian nasionalisme inilah yang digunakan Jama Abdul Nashir untuk memobilisasi rakyat Mesir dalam melepaskan diri dari Kolonialis dan rezim lama yang berdasarkan aristokrasi. Selanjutnya fase-fase perkembangan nasionalisme Arab, diungkapkan sebagai berikut, bahwa sejak kontak pertama bangsa Arab dengan dunia Barat yaitu masuknya Napoleon pada tahun 1798 ke Mesir dengan membawa paham demokrasi, persamaan, dan ide kebangsaan.28 Maka dari situlah mulai membuka mata Arab dari tidurnya

22. Philip K Hitti, The Arabs a Short History, Terjemahan U Hutagalung dan ODP Sihombing, Bandung, Sumur, 1970, hal. 246 23. Hazem Zaki Nusaibah, Gagasan-gagasan Nasionalisme Arab, Terjemahan Sumantri Martodipuro, Jakarta, Batara, 1969, hal. 93 24. Albert Hourani, Arabic Thought in The Liberal Age 1798-1939, London, Oxford University Press, 1959, hal. 353 25. Hazem Zaki Nusaibah, Gagasan-gagasan Nasionalisme Arab, Terjemahan Sumantri Martodipuro, Jakarta, Batara, 1969, hal. 63 26. FuadAl Ahwani, Al Qoumiyah al Arabiyyah, Kairo, Al Maktabatus staqfiah, Darul Qalam, 1960, hal. 49 27. Ibid 28. Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta, Bulan Bintang, 1992, hal 31-32

yang sangat lama dan para raja, para pemuka Islam mulai memikirkan bagaimana meningkatkan mutu dan kekuatan umat Islam kembali.29 Sejak kontak dengan dunia Barat tersebut ada lima fase perkembangan nasionalisme yaitu: 1. Fase pertama, timbulnya reaksi Arab Islam terhadap ekspansi Eropa, pada fase ini cetusan keagamaan lebih menentukan daripada sentimen kebangsaan. 2. Fase kedua, timbulnya kecenderungan bagi terbentuknya golongan Arab Islam, hal ini lahir karena ketidakmampuan Turki Usmani mempertahankan daerah-daerah Arab. 3. Fase ketiga, timbulnya reaksi Arab terhadap gerakan nasionalisme yang lahir di Turki 4. Fase keempat, merupakan persenyawaan nasionalisme Arab Islam dan Arab Kristen 5. Fase kelima, gagasan nasinalisme Arab menjadi suatu gerakan rakyat dan suatu tenaga yang hidup dalam hati nurani rakyat.30 Pada fase kelima ini, nampaknya nasionalisme Arab bukan hanya gagasan tetapi sudah menjadi gerakan yang bertujuan melepaskan diri dari segala bentuk penjajahan, penindasan, dan kesewenangan. Nasionalisme Arab yang dibawa oleh Jamal Abdul Nashir mempunyai cakupan yang cukup luas yaitu seluruh bangsa Arab. Dengan demikian negerinegeri yang pada perang dunia kedua masih berada dalam cengkraman kaum imperialis selangkah demi selangkah berusaha untuk merdeka serta melepaskan diri dari penjajahan. Karena menurut Abdurrahman al Bazzaz, nasionalisme Arab adalah gerakan politik yang berusaha mempersatukan bangsa Arab untuk mendapatkan pemerintahannya sendiri.31

29. Ibid, hal 14. 30. Hazem Zaki Nusaibah, Gagasan-gagasan Nasionalisme Arab, Terjemahan Sumantri Martodipuro, Jakarta, Batara, 1969, hal.41-46 31. John J Donohue dan John L Esposito, Islam in Transition Muslim Perspectives, Terjemahan Machnun Husain, Jakarta, Rajawali Press, 1993hal. 146

Dalam upaya mempopulerkan nasionalisme Arab di kalangan bangsa Arab, Jamal Abdul Nashir melakukan beberapa kegiatan antara lain: 1. Kampanye ke negara-negara Arab, dikirimnya utusan untuk menggalang hubungan bilateral dengan Mesir serta negara-negara Arab lainnya, misalnya Sudan, Suriah, Libanon, Arab Saudi, Yordania, Yaman, Iraq, dan Libya.32 2. Bersama denga Suriah mendirikan Repulik Persatuan Arab pada tahun 1958 dan Jamal Abdul Nashir terpilih sebagai presiden pertamnya.33 Konfederasi ini berlangsung hingga tahun 1961 karena Suriah menarik diri kembali. Hal yang sama terjadi pada Yaman 8 Maret 1958 bergabung dengan Republik Persatuan Arab, akan tetapi tanggal 26 September 1962 Yaman menarik diri.34 V. Penutup Jamal Abdul Nashir telah berhasil menumbangkan pemerintahan Raja Farouq yang didominasi oleh Inggris dan ini menjadi bukti akan penolakan Nashir terhadap pengaruh dan penjajahan kolonial Eropa. Nashir telah berhasil mengubah pemerintahan aristokrasi kepada bentuk republik. Demikian pula Nashir telah menumnbuhkan semangat bangsa Arab untuk bersatu mengusir penjajah. Nasionalisme Arab hampir berhasil mendirikan suatu imperium atau konfederasi yang sangat besar yang mencakup negara-negara Arab. Keinginan Nashir untuk memimpin seluruh dunia Arab menjadi berantakan dan itu ditandai dengan kekalahannya pada perang Arab-Israel tahun 1967. Nasionalismenya tidak menghasilkan solidaritas dan persatuan Arab dan tidak mampu mengatasi keanekaragaman kepentingan para pemimpin dan masyarakat Arab yang selalu bersaing. 32. John J Donohue dan John L Esposito, Islam in Transition Muslim Perspectives, Terjemahan Machnun Husain, Jakarta, Rajawali Press, 1993hal. 146

33. Nabiih Bayyuni Abdullah, Tathawwur Fikrah Al Qumiyyah al Arabiyyah fi Misr, Kairo, al Hai'ah al Misriyah, al ammah li al Kitab, 1975, hal.206

34. John L Esposito, The Islamic Threat ; Myth or Reality?, Terjemahan Alwiyah Abdurrahman, Ancaman Islam, Mitos atau Realitas?, Jakarta,Mizan, 1994 hal. 85

35. Nabiih Bayyuni Abdullah, Tathawwur Fikrah Al Qumiyyah al Arabiyyah fi Misr, Kairo, al Hai'ah al Misriyah, al ammah li al Kitab, 1975, hal.227

Daftar Pustaka Abdullah, Nabiih Bayyuni, Tathawwur Fikrah Al Qumiyyah al Arabiyyah fi Misr, Kairo, al Hai'ah al Misriyah, al ammah li al Kitab, 1975. Al Ajwani, Fuad, Al Qoumiyah al Arabiyyah, Kairo, Al Maktabatus staqfiah, Darul Qalam, 1960. Donohue, John J, dan John L Esposito, Islam in Transition Muslim Perspectives, Terjemahan Machnun Husain, Jakarta, Rajawali Press, 1993. Encyclopedia Americana, International Edition, Vol. 19, 1985 Encyclopedia Britannica, Vo. 12, 1974. Esposito, John L, The Islamic Threat ; Myth or Reality?, Terjemahan Alwiyah Abdurrahman, Ancaman Islam, Mitos atau Realitas?, Jakarta, Mizan, 1994. Ghirbal, Muhammad Syafiq, Al Mausu'ah al Arabiyyah al Muyassarah, Beirut, Darul Qalam, 1959. Hamka Rujsdi, Etos Iman, Ilmu, dan Amal dalam Gerakan Islam, Jakarta, Panjimas, 1986. Hitti, Philip K, History of The Arabs, London, McMillan, Martin's Press, 1986. __________, The Arabs a Short History, Terjemahan U Hutagalung dan ODP Sihombing, Bandung, Sumur, 1970.

Hourani, Albert, Arabic Thought in The Liberal Age 1798-1939, London, Oxford University Press, 1959. Nasution, Harun, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta, Bulan Bintang, 1992. _____________, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid 1, Jakarta, UI Press, 1985. Nusaibah, Hazem Zaki, Gagasan-gagasan Nasionalisme Arab, Terjemahan Sumantri Martodipuro, Jakarta, Batara, 1969. Sadat, Anwar, Asrar al Tsaurah al Misriyah, Kairo, Dar al Hilal, 1957. Sjadzali, Munawir, Islam dan Tata Negara; Ajaran, Sejarah, dan pemikiran, Jakarta, UI Press, 1993. Syumais, Abdul Mun'im, Jamal Abdul Nashir, Mesir, Mathba'ah Jaridah al Shabah, t. Th. Stoddard, Lothop, Dunia Baru Islam, Terjemahan H Mulyadi Joyomartono, et, al., Jakarta, Panitia Penerbit, 1966.