rjp

download rjp

of 24

description

Referat

Transcript of rjp

BAB IPENDAHULUAN

Resusitasi Jantung Paru bertujuan untuk mengembalikan dan mempertahankan fungsi vital organ pada korban henti jantung dan henti nafas. Intervensi ini mencakup pemberian kompresi dada dan nafas buatan. Tindakan ini memungkinkan penghantaran substrat untuk memenuhi kebutuhan metabolik terutama bagi organ vital seperti otak dan jantung.1,American Heart Association (AHA) 2010, Guidelines for cardiopulmonary resuscitation (CPR) and emergency cardiac care (ECC) merekomendasikan penggunaan alur CAB yaitu chest compression, airway dan breathing, akan tetapi pada bayi dan anak sebagian besar kasus henti jantung jarang disebabkan oleh penyakit jantung. Pada anak-anak sebagian besar henti jantung merupakan komplikasi hipoksia dimana penyebab terseringnya yaitu asfiksia jalan lahir, korpus alienum, bronkiolitis, asma, dan pneumotoraks. Disamping itu, kebanyakan henti jantung juga merupakan komplikasi dari kegagalan sirkulasi (syok). Hal ini sering disebabkan kehilangan cairan tubuh dan darah, atau maldistribusi dari cairan dalam sistem peredaran darah. Henti nafas bisa merupakan komplikasi dari disfungsi neurologis seperti pada kejang dan keracunan. Selain itu peningkatan tekanan intrakranial yang disebabkan oleh cedera kepala atau ensepalopati akut yang akhirnya memicu henti nafas. maka pada bayi dan anak masih dilakukan teknik ABC 1,2,3,4,5,6,7

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Definisi

Resusitasi Jantung Paru bertujuan untuk mengembalikan dan mempertahankan fungsi vital organ pada korban henti jantung dan henti nafas. Intervensi ini mencakup pemberian kompresi dada dan nafas buatan. Tindakan ini bertujuan untuk mencukupi kebutuhan oksigen otak dan penghantaran substrat untuk memenuhi kebutuhan metabolik terutama bagi organ vital seperti otak dan jantung.1,

2.2 IndikasiHenti jantung pada bayi muda dan anak-anak jarang disebabkan oleh penyakit jantung. Pada anak-anak sebagian besar henti jantung merupakan komplikasi hipoksia dimana penyebab terseringnya yaitu asfiksia jalan lahir, korpus alienum, bronkiolitis, asma, dan pneumotoraks. Disamping itu, kebanyakan henti jantung juga merupakan komplikasi dari kegagalan sirkulasi (syok). Hal ini sering disebabkan kehilangan cairan tubuh dan darah, atau maldistribusi dari cairan dalam sistem peredaran darah. Kehilangan cairan tubuh mungkin karena gastroenteritis, luka bakar atau trauma, sedangkan maldistribusi cairan dalam perdaran darah sering disebabkan oleh sepsis atau anafilaksis. Kegagalan sirkulasi mengakibatkan organ tubuh kehilangan nutrisi dan oksigen yang akhirnya mengakibatkan hipoksia jaringan dan asidosis.1.4Henti nafas bisa merupakan komplikasi dari disfungsi neurologis seperti pada kejang dan keracunan. Selain itu peningkatan tekanan intrakranial akibat cedera kepala atau ensepalopati akut yang akhirnya memicu henti nafas.1Apapun penyebabnya, pada saat henti jantung, anak telah memiliki periode kegagalan pernafasan yang akan menyebabkan asidosis respiratorik dan hipoksia. Kombinasi hipoksia dan asidosis menyebabkan kerusakan sel dan kematian sel (terutama di organ yang paling sensitif seperti otak, hati dan ginjal), kerusakan miokard yang terjadi cukup parah sehingga menyebabkan henti jantung1.3.4. Pada kenyataannya kedua jalur tersebut dapat terjadi bersamaan. Jalur yang menyebabkan henti jantung pada anak-anak dapat diringkas pada gambar berikut.1 Gambar 2.1 Mekanisme Henti Jantung pada Anak

Sumber : Jones KM1

2.3 Tahap - Tahap Bantuan Hidup DasarPembagian tahap ini dimaksudkan agar memudahkan dalam latihan dan mengingat tahap yang harus dilakukan. Perlu diperhatikan juga kesiapan penolong, apakah mampu atau tidak, dan lingkungan sekitar, perlu tidaknya menjauhkan pasien atau penderita dalam lingkungan yang berbahaya. a. Tahap I : Basic Life Support (BLS), yaitu prosedur pertolongan darurat dalam mengatasi obstruksi jalan nafas, henti jantung, dan bagaimana melakukan RJP secara benar. BLS terdiri dari A (airway), B (breathing) dan C (circulation). A (airway) : menjaga jalan nafas tetap terbuka. B (breathing) : ventilasi paru dan oksigenasi yang adekuat. C (circulation) : mengadakan sirkulasi buatan dengan kompresi jantung paru.

b. Tahap II : Advance Life Support (ALS), yakni BLS ditambah dengan D (drugs and fluids), E (electrocardiography diagnosis), dan F (fibrillation treatment). D (drugs and fluids ) : pemberian obat-obatan darurat dan cairan. E (ECG) : diagnosis elektrokardiografis secepat mungkin untuk mengetahui adanya fibrilasi ventrikel. F (fibrillation treatment) : terapi adekuat untuk menangani fibrilasi jantung.

c. Tahap III : Prolonged Life Support (PLS), yaitu BLS dan ALS ditambah G (gauge), H (human mentation), dan I (intensive care). G (gauge) : pengukuran dan pemeriksaan untuk monitoring penderita secara terus menerus, untuk selanjutnya dinilai, dicari penyebabnya dan diterapi. H (human mentation): tindakan resusitasi untuk menyelamatkan otak dan sistem saraf dari kerusakan lebih lanjut akibat terjadinya henti jantung, sehingga dapat dicegah terjadinya kerusakan neurologis yang permanen. I (intensive care ) : perawatan intensif di ICU, yaitu : tunjangan ventilasi : trakheostomi, pernafasan dikontrol terus menerus, sonde lambung, pengukuran pH, pCO2 bila diperlukan dan tunjangan sirkulasi untuk mengendalikan jika terjadi kejang.

2.4 Bantuan Hidup DasarBantuan hidup dasar pada anak tidak semudah cara yang dikembangkan pada dewasa. Meskipun prinsip umumnya sama, dibutuhkan teknik khusus untuk bantuan yang optimal. Teknik tepat yang dibutuhkan bervariasi sesuai ukuran anak. Umumnya, garis artifisial ditarik antara bayi (kurang dari 1 tahun) dan anak kecil (kurang dari 8 tahun). Hipoksia berat yang menyebabkan henti jantung pada anak mengindikasikan pemberian oksigen lebih baik dari defebrilasi. Hal ini merupakan perbedaan utama dengan algoritma pada dewasa.1.3

2.5 Penilaian Airway Breathing CirculationSetelah anak ditempatkan dalam posisi yang benar, dan pemeriksaan sederhana untuk menilai respon telah dilakukan, penilaian mengikuti pola A, B, C. Semua urutan dari bantuan hidup dasar henti kardiopulmoner pada anak dijelaskan pada gambar.1.4Gambar 2.2 Urutan Penilaian Klinis pada Bayi dan Anak

Sumber: Jones KM1

2.6 Pendekatan Shout, Approach, Free , Evaluate (SAFE)Sebelum melakukan tahapan A (airway) terlebih dahulu dilakukan prosedur awal pada pasien/korban, yaitu: Dalam memberikan bantuan hidup dasar, hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa penolong tidak boleh menjadi korban kedua, dan anak-anak harus dihindarkan dari bahaya lanjutan secepat mungkin. Oleh karena itu penting untuk memanggil bantuan lain dengan cepat. Pertimbangan ini harus dilakukan sebelum penilaian awal jalan nafas. Ini diringkas dalam gambar 2.3Gambar 2.3 Pendekatan SAFE

Sumber: Jones KM1

Gambar 2.3 Algoritma Bantuan Hidup Dasar

Sumber: Jones KM1 Meminta pertolongan. Bila diyakini pasien/korban tidak sadar atau tidak ada respon segera minta pertolongan dengan cara : berteriak, beritahukan posisi dimana, pergunakan alat komunikasi yang ada, atau aktifkan bel/sistem emergency yang ada (bel emergency di rumah sakit).

Memastikan kesadaran pasien/korban. Rangsangan nyeri dilakukan dengan menekan os. sternum atau os. frontalis. Anak yang tidak respon atau hanya berespon dengan rangsangan nyeri memiliki nilai 8 atau kurang pada skala koma Glasgow pada kasus yang berhubungan dengan trauma leher dan spinal, korban harus diimobilisasi selama manuver ini. Ini dilakukan dengan menempatkan satu tangan dengan kuat pada dahi, sedangkan salah satu lengan anak digoyangkan dengan lembut.1 Memperbaiki posisi pasien/korban. Tindakan BHD yang efektif bila pasien/korban dalam posisi telentang, berada pada permukaaan yang rata/keras dan kering. Bila ditemukan pasien/korban miring atau telungkup pasien/korban harus ditelentangkan dulu Memastikan keamanan lingkungan. Aman bagi penolong maupun aman bagi pasien/korban itu sendiri. Mengatur posisi penolong. Posisi penolong berlutut sejajar dengan bahu pasien/korban agar pada saat memberikan batuan nafas dan bantuan sirkulasi penolong tidak perlu banyak pergerakan.

BAB IIIRESUSITASI JANTUNG PARU

3.1 Alur Resusitasi Jantung Paru

Menilai Kebutuhan RJPUntuk menilai perlunya RJP, penyelamat harus menganggap bahwa ada serangan jantung jika korban tidak responsif dan tidak bernapas atau hanya terengah-engaGambar 3.1 Algoritma RJP

Nilai Respon Gerakkan korban dengan lembut sambil bertanya dengan suara yang keras, "Apakah anda baik-baik saja?" atau panggil nama anak. Jika anak responsif, ia akan menjawab, bergerak, atau mengerang. Cepat periksa apakah anak mengalami cedera atau membutuhkan bantuan medis. Jika penolong hanya satu orang dan anak bernapas, tinggalkan anak sebentar untuk menelepon sistem tanggap darurat, namun segera kembali dan periksa ulang kondisi anak. Anak-anak dengan distres pernafasan sering mempertahankan posisi jalan nafas yang paten dan mengoptimalkan ventilasi. Biarkan anak dengan distress pernapasan untuk tetap dalam posisi yang paling nyaman.1 Periksa nadiJika anak tidak memberikan respon dan tidak bernafas, raba nadi selama 10 detik (brakial pada bayi: karotis atau femoral pada anak). Jika nadi tidak teraba, mulai lakukan kompresi dada.1.6.7a. Pernapasan yang Tidak Adekuat dengan Frekuensi Nadi AdekuatJika frekuensi nadi yang teraba 60 per menit tetapi pernapasan tidak adekuat, maka berikan bantuan nafas sekitar 12 sampai 20 napas per menit (1 kali napas setiap 3 sampai 5 detik) sampai korban kembali bernapas spontan. Nilai kembali frekuensi nadi setiap 2 menit tetapi jangan menghabiskan waktu lebih dari 10 detik.6.7b. Bradikardi dengan perfusi yang jelekJika frekuensi nadi < 60 per menit dan ada tanda-tanda perfusi jelek (muka pucat, bercak-bercak, sianosis), maka tanpa mempertimbangkan oksigenasi dan ventilasi, mulai pemberian kompresi dada. Curah jantung pada bayi dan anak-anak sebagian besar bergantung pada denyut jantung, maka bradikardi dengan perfusi jelek merupakan indikasi untuk melakukan kompresi dada karena permulaan RJP secepat mungkin akan meningkatkan kadar angka harapan hidup.6.7Frekuensi jantung absolut untuk memulai kompresi masih belum diketahui, maka rekomendasi pemberian kompresi dada untuk detak jantung