Saleh A. Nahdi. Baji Adjaib Dan Mudjizat Almasih

32
Il 1510 N 51 I I Baji Âdjaib dan Mu'djizat A1111 asih a. s. Olehi Saleh A. Nahdi Penerbit : Rapen.

description

in Indonesian

Transcript of Saleh A. Nahdi. Baji Adjaib Dan Mudjizat Almasih

  • Il 1510

    N 51

    I I

    Baji d ja ib dan

    Mu'djizat A1111 asih a. s.

    Olehi

    Saleh A. Nahdi

    Penerbit : Rapen.

  • 3

    Baji Ad ja ib

    Mu'djizat Almasih a.s.

    Oleh ,-

    Saleh A. Nahdi

    Penerbit : Rapen.

  • TJETAKAN PERTAMA

    19 7 1 R A P E N

  • KALIMA T PENGANTAR

    "Baji adjaib" jang katanj berbitjara, mengimami shalat, mem-batja Alquian dan sebagainja dari dalam perut ibunja, Nj . Tjut Zahara Fonna Sjarifuddin, mendjadi perribitjaraan chalajak ramai di~manaz. Pemberitaannja jang diramaikan oleh berbagai surat-kabar mendapat tanggapan luas bukan sadja ditanah air tetapi sampai djuga diluar negeri (Mesir, Singapore d l l ) . Tanggapan2

    itu ada djuga jang dikaitkan dengan mu'djizat* para Nabi karena mu'djizat* itu diakui sebagai sesuatu jang memang luarbiasa. Se-tjara chusus "baji adjaib" itu dikaitkan pula oleh beberapa pe-nanggap dengan mu'djizat2 Nabi 'Isa Almasih a. s. jang katanja bukan sadja sanggup berbitjara selagi masih baji dalam buaian tetapi malahan sanggup pula menghidupkan orang jang sudah mati.

    Dalam rangka mu'djizat* para Nabi, chususnja mu'djizat Nabi, 'Isa a. s. kami kerapkali ditanja, djuga dalam hubungannja dengan "baji adjaib" jang katanja dikandung Nj . Tjut Zahara tersebut. Pertanjaan* itu menggerakkan hati kami untuk menjusun risalah jang sederhana ini untuk sekadar membitjarakan mu djizat* Alma-sih a. s. itu, benarkah tcrdjadi setjara luarbiasa seperti apa jang kita fahatni sekarang ?

    Adapun tentang "baji adjaib" itu, sungguhpun Tuhan itu Mahakuasa-untuk berbuat jang adjaib, namun kami jakin Dia ti-dak akan berbuat dan mendemonstrasikan kekuasaan-Nja diluar kebiasaan-Nja dizaman jang sudah2. Benar tidaknja hakikat "baji adjaib" itu kita serahkan sadja kepada orang jang mempunjai ke-ahlian tentang itu.

    Ingin kami djelaskan disini, bahwa pandangan* mengenai arti perbuatan8 luarbiasa Almasih a. s. jang disinggung dalam risa-lah ini adalah pengambilan* dari sebuah tafsir Alquran bahasa

  • Inggeris. Tafsir tersebut berdjudul "The Holy Qur'an with English Translation and Commentary" karja Hadji Mirza Basjiruddin Mah-mud Ahmad, ex Imam Djemaat Ahmadiyah. Tafsir tersebut me-nurut hemat kami adalah satu2nja tafsir ilmiah jang lengkap abad terachir ini jang herhasil memctjahkan berbagai soal dan masalah* jang musjkil dalam Alquran.

    Kami akui, bahwa "pengambilan" jang kami lakukan adalah djauh dari sempurna dan sungguh banjak kekurangannja. Oleh sebab itu mereka jang ada minat diandjurkan menelaah dan mem-peladjari langsung tafsir itu jang lengkap ( lima djili d ) ataupun jang abridgednja. Kaum tjerdik - pandai jang suka kepada pen-dekatan* ilmiah berkenaan dengan berbagai soal agama dan ma-salah* Alquran jang musjkil akan mendapatkan kepuasan dari karja besar itu. Bukan sadja kaum tjerdik - pandai dari ummat Islam tetapi dari penganut agama* lain djuga akan memperoleh penerangan baru tentang berbagai masalah agama dan kepertjajaan.

    Kami harap, supaja tafsir singkat (abridged) jang oleh Dje-maat Ahmadiyah Indonesia sekarang tengah di-olah siang-malam dalam bahasa Indonesia segera dapat dimilik i oleh setiap orang jang menaruh minat terhadapnja, amin.

    25 Sja'ban, 1390 Hidjrijah-Qaroarijah, Makassar, 25 Ichaa , 1349 Hidjrijah-Sjamsijah,

    25 Oktober, 1970 Miladijah.

    PENJUSUN.

  • Baji Adjaib dan Kekuasaan Tuhan.

    Berita tentang "baji adjaib" jang tersiar luas tahun 1970 ini merupakan berita jang tjukup hangat. Berita jang disebar-luaskan oleh surat* kabar ke-pelosok2 tanah air diikuti oleh semua lapisan masjarakat, mulai dari orang* awam sampai kaum tjerdik-pandai, pemimpin* bangsa dan ummat. Berita itu bukan sadja menarik perhatian masjarakat dalam negeri tetapi djuga sampai keluar ne-geri dan mendapat tanggapan para ahli. Hangatnja berita itu ialah karena menjangkut "baji dalam kandungan" jang katanja merupa-kan satu keadjaiban luarbiasa. "Baji" itu sudah berusia 18 bulan dalam perut ibunja, Nj. Tjut Zahara Fona Sjarifuddin dari Atjeh, dan sudah sanggup berbitjara, membatja Alquran, meng-imami sembahjang dan sebagainja jang dilakukan dari dalam perut ibunja. "Baji " jang bernama Tengku itu menghendaki untuk lahir kedu-nia ditanah sutji (Mekkah) pada musim Hadji jang akan datang (70 /71 ).

    Karena berita itu menggambarkan keadaan "baj i" seperti tersebut diatas, maka dapatlah difahami kalau perhatian semua lapisan masjarakat tertarik kepadanja. Apalagi berita itu tjukup mejakinkan karena "baji adjaib" itu disaksikan oleh berbagai tokoh dan orang2 terkemuka, para wartawan dan orang banjak. Dapat pula difahami kalau kedjadian serupa itu memang merupakan kedjadian adjaib jang luarbiasa karena sebelumnja belum pernah tcrdjadi.

    Oleh sebab itu timbullah reaksi di-mana* dan mulai terdengar dan terbatja berbagai tanggapan dan pandangan tentang keadjai-ban Tuhan pada abad modern ini. Disamping tanggapan dan pandangan* tertulis lebih banjak tanggapan dan pandangan* lisan dalam mana ikut semua golongan masjarakat. Tanggapan dari orang2 banjak dan djuga tanggapan2 dari orang tjerdik-pandai. Para ahli di Mesir djuga memperdengarkan suaranja melalui tang-gapan jang terbatja didalam surat* kabar. Orang pandai dan para ahli ditanah air termasuk Ikatan Dokter Indonesia djuga mengambil

    5

  • bagian jang penting. Para ahli dan ilmiawan memberikan tang-gapan dan pandangan menurut keahlian dan bidangnja masing2. Sungguhpun sedikit namun tanggapan para ahli ini merupakan sumbangan berharga jang dapat dibuat sebagai pedoman meletak-kan sesuatu pada tempatnja jang wadjar.

    Sebagaimana biasa, reaksi dan tanggapan jang paling spontan datangnja dari orang banjak dan dimanfaatkan sebaiknja oleh pe-njiar* berita, Soalnja tjepat dibawa kepada kekuasaan Tuhan dan kebesaran-Nja. Kesimpulan jang diambil : "Tuhan Mahakuasa, dapat berbuat apa sadja sekehendak-Nja dan semau-Nja, tidak ada jang dapat menghalangi-Nja".

    Perlu ditjatat, bahwa banjak para da'i jang radjin memberi-kan penerangan2 agama menggunakan pula "kedjadian luarbiasa" ini sebagai kesempatan berharga untuk menondjolkan kebesaran dan kemaha-kuasaan Tuhan. Untuk membangkitkan gairah dan meningkatkan semangat kesadaran ber-Tuhan dan ber-agama beri-ta "baji adjaib" itu ditondjolkan sebagai tanda dan bukti njata kebesaran dan ke-agungan Allah jang Mahakuasa.

    Sebaliknja penondjolan kebesaran dan kekuasaan Tuhan dari balik berita "baji adjaib" ini membuat sebagian anggota masjara-kat beragama mendjadi ragu dan bimbang. Keraguan dan kebim-bangannya bukan terhadap kebesaran dan kekuasaan Tuhan mela-inkan terhadap kebenaran hakikat berita itu. Menolak kebenaran beritanja djhadapan orang tidak berani tetapi sebaliknja tidak mam-pu pula memaksa akal dan hatinja untuk menerimanja begitu sadja.

    Kebimbangan dan keraguan mereka segera lenjap manakala surat2 kabar menjiarkan tanggapan* para ahli dan tjerdik-pandai. Dihadapan mereka terbuka djalan keluar untuk menjalurkan kebe-saran Allah dan kekuasaan-Nja melalui tjara jang biasanja sudah difahami dan tjepat diterima oleh hatinurani. Dihadapan mereka kelihatan kebesaran dan kekuasaan Allah jg mengatur tjara kerdja-Nja sangat berbeda dengan tjaranja ahli* sihir, tukang' sunglap dan mereka jang suka mengelabui mata sesama manusia.

    6

  • Anggota masjarakat tersebut merasa lega, bahkan merasa berbesar hati, bahwa Tuhan tetap memperlihatkan tjara-kerdja-Nja itu se-perti jang sudah* djuga jaitu melalui djalan jang lazim ditempuh sedjak manusia dan alam ini didjadikan.

    Hanja sadja ada lagi problema* jang memerlukan pemetjahan dan pemikiran oleh para ahli dan tjerdik-pandai. Problema* itu mcnjangkut tjara Tuhan menampakkan kekuasaan dan kebcsaran-Nja djuga jang disinggung oleh beberapa penanggap dalam hu-bungannja dengan 'soal ''baji adjaib" tadi. Apakah benar begitu hakikat persoalannja seperti jang difahami sekarang ? Sebab ada jang menulis, bahwa Nabi 'Isa a.s. itu dahulu berbitjara selagi masih baji dalam buaian, bahkan dalam peristiwa Nabi Jusuf-Zulaicha ada pula seorang baji jang mendjadi saksi. Demikian pula dalam rangka uraiannja ada jang menulis, bahwa Nabi Adam dibudjuk oleh iblis disurga dan sebagainja.

    Tidak dipersoalkan sama - sekali, bahwa Allah swt itu Maha-kuasa dan kekuasaan-Nja mutlak, tidak terbatas adanja. Demikian pula mu'djizat* jang diberikan kepada Nabi menurut keperluan dan keadaan tidak perlu dipersoalkan karena tidak diragukan sa-masekali. Namun jang perlu dilihat dan dipikirkan untuk dipetjah-kan menurut djalannja hukum qudrat Allah dan ketentuan*-Nja jang tertjantum didalam Alquran ialah, benarkah pengertian kita tentang ma'na dan tafsirannya begitu ? Kit a ambil sebagai tjontoh hal* jang berikut ini.

    Benarkah Almasih a.s. itu masih hidup di-"langit" sedjak 2000 tahun jang lalu ? Pertanjaan ini timbul karena menurut Al -quran Almasih sudah wafat dan kenjataan ini telah diakui aiim-ulama terkemuka.

    Benarkah Almasih a.s. berbitjara selagi masih baji dalam bu-aian dan menghidupkan orang mati ? Pertanjaan ini timbul karena menurut pengertian lain Almasih berbitjara tidak sema-sih baji dan Almasih a.s. tidak dapat menghidupkan orang jang sudah mati karena bertentangan dengan Alquran.

    7

  • Benarkah Nabi Sulaiman a.s. baru diketahui telah mati sesu-dah tongkat beliau dimakan rajap ? Pertanjaan ini timbul karena tidak dapat diterima akal demikian adanja dan ini hanja merupakan bahasa parable.

    Benarkah dizaman Nabi Sulaiman itu burung dan serangga bisa berbitjara ? Pertanjaan ini timbul karena tidak demikian kenjataannja menurut fakta sedjarah.

    Benarkah Nabi Musa a.s. membuka djalan raya dipermukaan laut jang dilalui Bani Israel ? Pertanjaan ini timbul karena pe-ngertian diatas tidak didukung oleh Alquran dan fakta sedjarah.

    Benarkah pemuda2 gua tidur 309 tahun lamanja ? Pertanjaan ini timbul karena tidak demikian kenjataannja.

    Benarkah Nabi Ayyub a s. di-"tjoba" Tuhan dengan penjakit borok jang mendjidjikan, hingga tubuh beliau penuh ulat* ? Pertanjaan ini timbul karena seorang Nabi membawa misi, tugas-kerdja berat kepada manusia jang tidak boleh dihalangi oleh penjakit* buruk seperti itu. Apapula Nabi* itu didjamin dari penjakit* jang demikian buruknja karena akan menambah keengganan orang mendekatinja.

    Benarkah Nabi Adam a.s. ditjiptakan sebagai manusia pertama disuatu surga diluar bumi kita ini ? Dan benarkah beliau itu diusif dari surga ? Pertanjaan ini timbul karena didalam Al-quran tidak didjumpai bukti jang mendukung pengertian itu apalagi orang jang sudah masuk surga tidak dapat diusir.

    Benarkah sesudah Nabi Muhammad s.a.w. pintu wahju Allah telah ditutup rapat ? Pertanjaan ini timbul karena tidak se-djalan dengan keterangan Al-quran apa wahju Ilahi itu adalah rahmat jang paling besar.

    Benarkah kekalnja neraka sama dengan kekalnja surga ? Per-tanjaan ini timbul karena faham tersebut bertentangan dengan berbagai ajat Al - quran terutama tidak serasi dengan sifat* Rahman dan Rahim serta tidak sedjalan dengan "Rahmati

    8

  • wasi'at kulla sjai" ( rahmat - Ku meliputi segala sesuatu ) ter-masuk penghuni2 neraka. Bahkan neraka sendiri akan diliputi pula oleh rahmat Ilahi itu. Demikian beberapa tjontoh sedang didalam Al - quran masih banjak lagi hal2 seperti diatas jang memerlukan pemetjahan dan penafsiran jang wadjar.

    Perlu sama kita renungkan pendapat, tafsiran2 dan pengertian berbagai pudjangga Islam jang menjoroti masalah2 tersebut setjara luas dan mendalam. Pudjangga2 itu mengadakan pendekatan dan penggarapan masalah dengan tidak melupakan hukum dan.kete-tapan Ilahi didalam Al - quran. Para pudjangga itu memahami mu'djizat2 Ilahi memang terdjadi setjara luar biasa ( chariqu'l 'adah ). Mu'djizat2 para Nabi sepandjang keterangan Al - quran dan sedjarah memang terdjadi setjara mengedjutkan dan mena'-djubkan. Namun ini tidaklah berarti harus difahami, bahwa ter-djadinja mu'djizat2 itu bertentangan dengan hukum alam. Tuhan telah menetapkan kcpastianNja bahwa kemenangan adalah difihak utusan2 - Nja, para Nabi jang dibangkitkan. Dalam menghadapi lawan dan permusuhan jang bagaimanapun hebat dan dahsjatnja jang menurut ukuran lahiriah tidak mungkin bisa dihadapi, para Nabi tetap keluar sebagai pemenang unggul. Mu'djizat2 jang membawa kemenangan para Nabi itu umumnja tidak tampak ber-tentangan dengan hukum, kudrat dan ketentuan2 alam.

    Diantara para Nabi, Nabi Muhammad s .a .w . - l ah jang paling banjak dan paling hebat diberikan mu'djizat oleh Allah Swt. Dalam keadaan2 sulit dengan suasana jang tidak menguntungkan berapa kali beliau dimenangkan dihadapan musuh dan lawan. Dalam berbagai peperangan dengan perang Badr sebagai tjonto, Nabi dan pengikutnja diberi mu'djizat untuk mengalahkan musuh setjara menondjol dan mena'djubkan. Namun begitu, mu'djizat2

    Nabi s.a.w. itu keluar-biasaannja tidak melalui sunglap atau ilmu sihir melainkan melalui t jara' jang wadjar.

    Dilihat sepintas lalu dalam Alquran memang kita djumpai uraian2 mu'djizat jang tampak adjaib dan keluar biasaannja se-olah2 tidak sedjalan dengan hukum alam. Apapula kalau uraian2

    9

  • itu diterdjemahkan dan ditafsirkan setjara letterlijk akan tampak kehebatan dan keadjaibannja. Tetapi menurut tafsiran beberapa pudjangga Islam jang mengadakan pembahasan tafsir mu'djizat2

    itu tidak seperti jang kita fahami kedjaibannja selama ini.

    Pada masa abad2 jang silam para mufassir dan pentjinta Alquran telah mengadakan penjelidikan mendalam dan mentjoba menjalurkan masalah2 sulit dalam Alquran dengan se-baik2nja. Djaia mereka jang demikian besar dan hebatnja merupakan sum-bangan dan pengabdian kepada Alquran jang tiada taranj a. Ratusan djili d jang meliputi ribuan halaman tafsir telah mereka wariskan kepada ummat dan karya mereka tetap hidup sepandjang masa. Mereka memberikan kupasan2 jang tentu sadja sesuai dengan keadaan dan kemadjuan zaman dimasa mereka. Tetapi zaman ber-edar terui dan keadaan berobah-obah. Kini kita hidup dimana manusia ludah masuki dan mengalami tjara berpikir jang tadjam jang mentjapai puntjaknja. Perkembangan ilmu dan pengetahuan jang telah dinubuwahkan Alquran kini telah genap dan sempurna. Alquran jang membuka djalan berpikir dengan tjara jang sehat itulah ekarang memerlukan pendekatan dan penggarapan masalah jang serasi dengan perkembangan dan kemadjuan manusia berpikir. Alquran penuh rahasia jang hingga kini tampaknja masih belum digali oleh para pudjangga dan alim-ulama Islam setjara merata, Bahkan hingga zaman kita ini masih banjak alim-ulama dan tjer-dik-pandai kita jang pola berpikirnja sudah tidak serasi lagi dengan pola perkembangan ilmu dan pengetahuan tentang rahasia Alquran.

    Oleh karena sudah ada pudjangga* besar Islam jang berhasil menggali rahasia Alquran dan menggarap masalah*nja jang sulit dengan tjara jang serasi, maka sesungguhnja masanja telah tiba dimana alim-ulama dan tjerdik - pandai Islam ditanah air mulai mempeladjari penggalian2 itu. Adalah menguntungkan kita sekarang b i memiliki tafsir2 Alquran dalam bahasa Inggeris dan tidak lama lagi akan memimilikinja pula dalam bahasa Indonesia. Tafsir2 itu pada zaman kemadjuan tehnik dan pengetahuan ini di Barat dan di Timur mendapat pudjian karena penggarapan masalah2nja benar2

    10

  • dilakukan berdasarkan pola jang paling sempurna hingga sekarang. Setiap masalah jang se-olah* tampak bertentangan dengan masalah* Alquran lainnja atau bertentangan hukum dan tatatjara peraturan alam dibahas setjara ilmiah. Kami jakin tafsir itu akan sangat membantu dan untuk mereka jang mengagumi kebesaran dan ke-kuasaan Ilahi dengan pegangan dan kejakinan pada Alquran akan memperoleh tuntunan jang lebih sempurna melalui tafsir tersebut. Segala keadjaiban jang terdjadi atau jang mungkin akan terdjadi akan dapat mereka salurkan melalui tjara* jang lazimnja ditempuh oleh Allah swt, Dzat jang menurunkan kitab sutji Alquran itu.

    H

  • lmasih menghidupkan orang mati.

    Alquran rnengadjarkan, bahwa setiap dosa jang diperbuat manusia dapat diampuni oleh Allah swt kerjuali dosa sjirik. Sjirik membawa dosa jang tidak dapat diampuni tanpa hukuman. Allah berfirman :

    Sesungguhnja Allah itu tidak mengampuni dosa djika Dia dipersekutukan; Dia akan mengampuni dosa jang

    'kurang dari itu. ( 4 : 4 8 ).

    Penetapan ini menundjukkan betapa sjirik itu tidak disukai dan tidak dapat ditolerir oleh Dia jang Maha-Pentjipta dan Ma-ha-Kuasa.

    Nabi2 diutus sedjak Adam a.s. sebagai Nabi pertama sampai Nabi Besar Muhammad saw sebagai Nabi pembawa sjare'at ter-achir sama dan seragam dalam tjaranja, rnengadjarkan dan me-laksanakan adjaran tauhid murni. Semua Nabi djuga mengadjak manusia meninggalkan sjirik supaja senantiasa memelihara dan mengamalkan tauhid, tidak mempersekutukan Allah dalam bentuk apapun ; menghindarkan diri segala perbuatan sjirik, jang chafi dan jang djali. Tudjuan utama para Nabi ialah rnengadjarkan, mengamalkan, mentjontohkan dan menegakkan adjaran tauhid da-lam bentuknja sedjati. Tuhan tidak menghendaki siapapun mem-pcrsckutukan-Nja, dalam sifat2-Nja maupun dalam Dzat-Nja.

    Nabi2 jang diutus dan dibangkitkan-Nja dalam ummat adalah tokoh2 tauladan jang dalam asuhan hidup mendapat bimbingan langsung dari Allah. Mereka didjadikan tauladan karena mereka-lah jang mentjontohkan dan mengamalkan seluruh adjaran dan kehendak Ulahi. Mereka tidak pernah memberikan suatu tjontoh dalam tutur atau perbuatan jang* bertentangan dengan adjaran tauhid. Kehidupan para Nabi bersih dari perbuatan2 sjirik, sjirik chafi (halus) sekalipun. Allah swt djuga tidak mengizinkan siapa-pun berbuat sesuatu jang berbau sjirik, perbuatan* jang menjeru-pai perbuatan-Nja sebagai Maha-Pentjipta. Hanja Dialah Pentjipta

    12

  • sedjati dan Dia tidak mengizinkan atau menguasakan kepada sia-papun meniru pcrbuatan-Nja.

    Melalui undang2 (sjare'at) Ulahi jang disampaikan oleh para Nabi itu Allah swt menetapkan berbagai peraturan. Undang2 ter-achir adalah sjare'at jang dibawa oleh Nabi Muhammad s. a. w. dalam bentuk kitab sutji Alquran. Peraturan2 jang sertjantum di-dalam Alquran ini tidak mungkin bertentangan jang satu dengan jang lain. Dia jang Maha-Mengetahui jang menentukan Alquran itu sebagai sjare'at terachir adalah Dzat jang Maha-Sempurna. Dia Maha-'Alim. Oleh sebab itu tidak mungkin Dia sendiri akan membuat suatu peraturan jang kemudian kelihatan bertentangan dengan peraturan lainnja. Didalam Al-quran Allah berfirman :

    Tidakkah mereka merenungkan Al-quran ? Sekiranja ia daripada jang lain daripada Allah nistjaja mereka akan mendapati dalamnja banjak bertentangan2. (4 :82).

    Didalam kitab utji Al quran ini Allah menetapkan peraturan, bahwa manusia hidup didunia ini hanja satu kali sadja. Bila seo-rang manusia mati berarti Ruh jang mendjiwai tubuhnja terbang melajang kealam jang lain, alam jang hanja diketahui oleh Allah swt. Orang jang tubuh fananja sudah ditinggalkan oleh Ruh tadi tidak dapat dihidupkan lagi didunia ini, Tuhan sendiri sekalipun tidak mengizinkannja hidup lagi. Ruhnja jang sudah pindah kealam lain itu tidak diizinkan kembali.

    Menurut Mquran manakala Ruh itu keluar dari sarangnja (tubuh fana) dia dibentengi oleh dinding jang tidak dapat ditem-bus oleh kekuatan apapun sampai hari kiamat. Allah swt berfirman :

    1). Ketika maut datang menimpa seseorang diantara mereka dia berkata : "wahai Tuhanku ! kembalikanlah aku hidup lagi supaja aku dapat berbuat amal-saleh jang kutinggal-kan itu. " Tidak mungkin ! sesungguhnja penetapan itu sudah dinjatakan ; dibalik mereka (jang sudah mati) terbenteng satu dinding (barzach) jang membatasinja sampai hari kiamat. (23:99,100).

    13

  • Adalah satu kepastian atas suatu kampung jang telah kami binasakan (matikan orangnja), bahwa mereka tidak bisa kembali lagi. (21: 95).

    Atau ada jang berkata manakala melihat siksaan : Sc-kiranja aku dapat kembali lagi kedunia, sudah tentu aku akan termasuk orang* jang berbuat kebaikan. Tetapi tidak ! Sesungguhnja kepada engkau telah datang keterangan'Ku, engkau dustakan . . . . (39:58,59).

    Tiga ajat diatas adalah tjonto sadja, masih ada lagi ajat* lainnja. Dari ajat* tersebut dapatlah difahami, bahwa manusia jang sudah menghembuskan nafasnja jang penghabisan tidak dapat di-hidupkan kembali didunia jang fana ini. Nabi Besar Muhammad saw menjatakan, bahwa Tuhan tidak dapat mengizinkan siapapun di-antara manusia untuk hidup kembali sekalipun hanja untuk sedjenak waktu. Abu Djabir, seorang sahabat Nabi mati sjahid dalam per-tempuran Uhud. Kematian sahabat itu membawa kesedihan jang mendalam bagi puteranja. Kepada putera itu Nabi bersabda, bahwa Tuhan berbitjara pada ajahnja, Abu Djabir, mengatakan, boleh minta apa sadja jang engkau kehendaki, Aku akan berikan. Abu Djabir mengatakan, aku minta supaja dihidupkan lagi untuk kem-bali kedunia supaja aku memperoleh kesempatan berdjuang lagi lalu mati sjahid sekali lagi didjalan Allah. Permintaan Abu Djabir ini ditolak dengan mengatakan: Aku telah tetapkan peraturan, bahwa orang jang sudah mati tidak dapat ku-izinkan dia hidup kembali didunia ini. (Batja: Tirmidzi dan Ibn Madjah).

    Dari uraian Nabi Muhammad saw ini tambah djelaslah per-aturan Ilahi itu jang tidak bisa ber-obah*. Peraturan Ilahi matang, mantap dan tetap. Tidak bisa diralat, tidak bisa berobah dan tidak bisa dihapuskan atau disesuaikan menurut keadaan dan kondisi. Nabi Muhammad sekalipun tidak " diizinkan menghidupkan orang jang sudah mati. Peraturan Ilahi ini selaras dengan kenjataan dan hukum alam berdjalan paralel dengannja. Itu sebabnja kita lihat ilmu kedokteran djuga tidak dapat membenarkan pengertian, bahwa ada manusia jang bisa dihidupkan kembali didunia ini.

    2).

    3).

    14

  • Pengertian bahwa Nabi 'Isa Almasih a.s. menghidupkan orang jang sudah mati tidak sedjalan dengan peraturan Ilahi, bertentangan dengan adjaran Alquran dan tidak dibenarkan oleh Nabi Muhammad saw. Pengertian jang dihubungkan dengan Alquran itu timbul mungkin karena kurangnja penjelidikan, kurang dalamnja pengeta-huan tentang ilmu Alquran atau kurang tjermatnja mengadakan perbandingan ajat serta peraturan Ilahi jang tertjantum didalam kitabsutji itu. Pengertian itu disebabkan taftiran letterlijk jang mengabaikan ma'na-tudjuan serta ketentuan hukum Ilahi dan melupa-kan bahasa-dewasa Alquran. Bahasa jang digunakan Alquran adalah bahasa matang jang sempurna, paling lajak mendjadi bahasa satu agama dan sjare'at terachir untuk seluruh ummat manusia. Bahasa Alquran, bahasa jang mendjadi induk (ibul segala bahasa didunia. Kit a katakan Alquran bahasa Arab dengan ma'na sekadar bahasa seperti bahasa* lainnja. Padahal bukan demikian karena Allah me-namakan bahasa Alquran itu :

    Sesungguhnja Kami telah turunkan dia sebagai

    "quraanan 'arabijjan" (12:2).

    Kata 'arabijjan" didalam bahasa Al - quran sangat luas dan dalam ma'nanja, lebih djauh dari ma'na jang kita pakai sekedar "bahasa Arab". Didalam lughah " 'arabijjan" minimal berarti : (1) Fasih (Eluquent) ; (2) Paripurna (Comprehensive) ; (3) Luas lagi dalam (Extensive) ; (4) Mantap teratur (Regular) ; (5) Mudah difahamkan (Intelligible). Al - quran sendiri padat dengan kata seperti itu ; bahasa fasih, teratur, dewasa dan amat dalam. Dengan demikian dapatlah difahami, bahwa menafsirkan kata2 serupa itu tidak tjukup pengetahuan bahasa Arab menurut kadar biasa untuk pemakaian se-hari2. Agaknja inilah jang mendjadi salah satu sebab, mengapa banjak alim-ulama kenamaan berpegang pada pengertian Hadist Nabi s.a.w. jang maksudnja : "Siapa menafsirkan Alquran dengan pendapatnja sendiri, walaupun benar, tetap salahlah dia (HR Muslim). Ali m ulama ini senantiasa menghindar untuk lebih baik tidak mendjadi mufassir sama-sekali.

    15

  • A papula menterdjemahkan / menafsirkan Al - quran setjara letterlijk tanpa memperhatikan tatatjara hukum Al - quran dan ketetapan* Ilahi akan membawa kearah bahaja sjirik. Pengertian letterlijk ini membawa ber - matjam* pengertian aneh dikalangan ummat ' jang dinisbahkan kepada Al - quran. Berabad2 lamanja ummat Islam menganut kcpertjajaan, bahwa Nabi 'Isa a.s. masih hidup dilangit dan beliau sendiri akan turun diachir zaman dalam keadaan seperti naiknja kelangit. Sekalipun oleh berbagai ajat Al - quran dengan djelas dikatakan Almasih sudah wafat, namun pada pertengahan kedua abad ini barulah ada alim - ulama jang bersedia mcmbenarkannja. Inipun belum menjeluruh karena masih banjak jang menganut faham hidupnja Almasih dilangit itu sampai sekarang.

    Untuk menafsirkan Al - quran dengan se - baik'nja Al - quran sendirilah jang memberikan satu djalan jang djitu. Hanja melalui djalan itulah seorang akan berhasil mengadakan approach jang wadjar untuk mendekati bidang membahas kalam sutji ini. Al-quran bukan sadja mengandung kalimat2 sulit seperti tersebut diatas te-tapi djuga mengandung rahasia luas dan nilai8 rohaniah jang amat dalam ; rahaiia jang menjangkut kehidupan umat manusia seluruhnja dihari kelak dan lebih* lagi kehidupan didunia ini. Untuk meng-ungkapkan rahasia itu tidak tjukup ketjerdasan otak, kepintaran bahasa dan pengalaman melainkan memerlukan pengetahuan tentang Alquran setjara menjeluruh jang dihajati dengan ketjerdasan ro-haniah dan kehidupan sutji diliputi selubung taqwa dalam luasan artinja setjara sertamerta. Pengetahuan lainnja jang memang perlu djuga adalah sekadar pelengkap karena bila rahasia itu dibukakan oleh Tuhan sendiri segala kekurangan akan diatasi. Hal ini telah ditandaskan oleh Alquran :

    Tidak akan dapat rahasia Alquran itu diungkapkan me-lainkan oleh orang2 jang sutji bersih (56:79).

    Bertolak dari ajat 49 Surah Al-'Imran kita nisbahkan kepada Almasih hal2 jang luarbiasa (mu'djizat) antaranja kemampuan menghidupkan orang jang sudah mati. Pengertian ini selain tidak

    16

  • serasi dengan adjaran Alquran, tanpa disadari kita menampakkan Almasih pada kedudukan melebihi semua Nabi Allah termasuk Nabi Muhammad s.a.w. dan ini tidak akan disukai oleh Almasih sendiri. Ini bukan berarti tidak kuasa Tuhan memberikan mu'dji-zat seperti itu tetapi Tuhan tidak akan melawan hukum* jang Dia sendiri sudah tetapkan.

    Bahwa pengertian ini bertentangan dengan adjaran Alquran diatas sudah diutarakan dalam ajat* tadi sebagai tjonto. Ketetapan Ilahi untuk tidak mengizinkan orang jang sudah mati hidup kem-bali tidak bisa berobah. "T idak akan engkau dapati ketetapan Allah itu ber-obah2" ( 3 3 : 6 2 ); Penetapan Ilahi itu tidak akan engkau dapati berobah dan djuga ketetapan Allah itu tidak engkau dapati menjimpang" ( 3 6 : 4 3 ).

    Benarkah Almasih menghidupkan orang jang sudah mati dan berbuat hal2 "luarbiasa" lainnja kita sama2 periksa ajat termaksud selurubnja.

    Dan dia diangkat sebagai Rasul kepada Bani Israel; se-sungguhnja aku datang kepadamu membawa satu tanda dari Tuhanmu, bahwasanja aku membuat (achluqu) bagi-mu dari tanah sesuatu jang serupa dengan burung kemu-dian aku hembuskan kedalamnja lalu mendjadi terbang dengan izin Allah dan aku sembuhkan orang buta (ajam) dan orang jang berpenjakit kusta dan aku hidupkan jang telah mati dengan izin Allah dan akan kukabarkan kepa-damu apa jang kamu makan dan apa jang kamu simpan dirumahmu. Sesungguhnja didalam ini ada tanda bagimu djika kamu orang beriman. ( 3 : 4 9 ).

    Diterdjemahkan setjara letterlijk dalam ajat ini terlihat Almasih melakukan empat "perbuatan luarbiasa", jaitu (1) membuat ben-tuk sasuatu dari tanah jang serupa dengan "burung"; (2) me-njembuhkan orang buta ajam (akmah) dan djuga jang berpenjakit kusta; (3) menghidupkan jang sudah mati dan (4) memberitakan jang dimakan dan jang disimpan dirumah.

    17

  • Beberapa ahli tafsir menekankan arti dan ma'na menerima-nja sebagai "perbuatan luarbiasa" jang sungguh* dilakukan oleh Almasih. Tetapi Hazrat M. B. Mahmud Ahmad didalam " T he Holy Quran with English Translation and Commentary" djili d I menggarap persoalannja melalui pembahasan ilmiah. Bertolak dari "Important Words" jang mendahului tafsir ajat* beliau setjara luas membongkar asal-usul kata2 Arabnja menurut lughah hingga dje-laslah kelihatan urat-akar kata* itu. Dengan pembahasan menjelu-ruh jang menjangkut berbagai segi dan aspek setjara mantap dan matang dapatlah pengertian* pelik serupa diatas disalurkan melalui pengertian* jang wadjar, tidak bertentangan dengan ketentuan* Alquran lainnja.

    Empat "perbuatan luarbiasa" jang dilakukan oleh Almasih dikemukakan dalam pembahasan jang berikut.

    1). Membentuk serupa dengan burung. Didalam kalimat ini ter-dapat empat kata jaitu : "Achluqu" ; "Atthien" ; "Hai-ah" dan "Atthair" . Pcrintjiannja adalah:

    a). "Achluqu" asal katanja "chalaqa" jang berarti: ia me-ngukur, merentjanakan, membentuk atau merantjangkan; Tu-han mengadakan atau mendjadikan atau mewudjudkan sesu-atu benda atau machluk tanpa sesuatu pola atau tjontoh atau sesamanja jang sudah ada sebelumnja, maksudnja Dia men-tjiptakan. (Periksa Lexicon oleh Lane dan Lisan al-Arab oleh Imam Abu'l Fadl Djamal al-Din Muhammad ibn Mukarram).

    b). Atthien berarti : Lempung, tanah, tjetakan dsbnja. Setjara kiasan Atthien berarti orang* jang sifatnja menurut, tjontoh untuk ditjetak kedalam bentuk apapun jang baik seperti tanah liat.

    c). Hai-ah : bentuk, model, pakaian, keadaan, tjata, gaja atau mutu. ( Periksa Lexicon oleh Lane ).

    d). Thair : burung. Dalam arti kiasan kata ini mengandung art i; orang tinggi kerohaniannja; jang terbang tinggi ketja-krawala kerohanian, seperti "Asad" ( dalam ma'na harfijah

    18

  • artinja seekr singa ) digunakan untuk orang jang berani dan "Daabbah" digunakan untuk orang jang tidak berharga. Atau seekor tjatjing tanah ( 3 4 : 1 5 ).

    2). Tentang kesanggupan menjembuhkan penjakit buta ajamdan jang berpenjakit kusta dapat dilihat dalam perintjian ini. UbrVu'l akmaha dan abrasha, (aku sembuhkan orang buta dan jang berpenjakit kusta). Kata "Ubriu" berasal dari kata "Bari'a" jang berarti : Ia telah atau mendjadi djernih, atau bebas dari sesuatu. Dengan demikian, kata "Ubriu" berarti : Saja me-njembuhkan ; saja menjatakan orang itu bebas dari 'aib jang dialamatkan kepadanja (lihat Lane). Akmah berarti : Orang jang buta ajam ; orang jang buta se-djak lahir ; orang jang mendjadi buta kemudian ; orang jang tidak punja akal dan pengertian (lihat Mufradat).

    3). Menghidupkan jang sudah mati.

    4). Memberitakan jang dimakan dan jang disimpan dirumah;

    Ungkapan "aku membuat bagimu dari tanah sesuatu jang serupa dengan burung" diartikan orang sebagai mu'djizat jang di-perlihatkan Almasih. Sekiranja benar Almasih pernah memperlihat-kan mu'djizat "mendjadikan burung" nistjaja didapatkan keterang-an itu didalam Bijbel. Perbuatan serupa itu dapat digunakan untuk menguatkan da'wa mempertuhan Almasih jang dibanggakan oleh pengikut beliau kemudian. Tetapi keterangan ini tidak terdapat didalam Bijbel bahasa apapun.

    Sebenarnja ungkapan diatas tidak lain ialah bahasa metapor belaka. Bijbel mengemukakan, bahwa Almasih selalu berbitjara dalam bahasa kiasan dan perumpamaan. Kit a l ihat:

    Segala perkara ini dikatakan oleh Jesus kepada orang ba-njak itu dengan perumpamaan (parables), dan tiada Ia bertutur kepa-da mereka itu lain daripada dengan perumpamaan, supaja sam-pailah barang jang telah disabdakan oleh Nabi itu, jaitu : "Ak u akan membuka mulutku dengan perumpamaan, dan Aku akan menjatakan barang jang bersembunji daripada awal didunia". (Matius 13: 34,45),

    19

  • Ahli * sedjarah djuga mengakui Almasih selalu berbitjara de-ngan bahasa kiasan dan perumpamaan. Dikatakan :

    Didalam pidato2nja jang terkenal Jesus menggunakan kata* kiasan dengan bebas. Beliau telah berbitjara dalam bahasa kiasan kepada semua lapisan masjarakat terutama kepada orang banjak. Tanpa kiasan ( perumpamaan ) beliau tidak tertarik untuk berbitjara. ( Ency Bib. dibawah "Jesus").

    Melihat ketjcnderungan tabe'at Almasih dan tjaranja bertutur seperti diuraikan diatas, manakala dihubungkan dengan kata"Chalq" jang mempunjai ma'na dan arti ber-matjama seperti "mengu-kur", "membentuk", "membuat", "mentjiptakan" dan sebagainja, maka dapatlah difahami, bahwa ungkapan diatas harus dilihat dari segi bahasa kiasan hendaknja Alquran sendiri dalam penggu-naan kata mendjadikan atau membuat dari segi arti "Ghalq" itu tidak pernah nisbahkan kepada siapapun selain kepada Allah swt semata. Hal ini dapat dilihat didalam Surah2 A l -Ra 'd ajat 16; An-Nahl ajat 20; Al-Hadj ajat 73 dan seterusnja. Dengan demi-kian ungkapan "aku membuat ( mendjadikan ) bagian dari tanah sesuatu jang serupa dengan burung" berarti, bahwa orang2 biasa jang tadinja orang rendah dan hina, tetapi mempunjai daja ter-sembunji untuk tumbuh dan berkembang, bila berhubungan dengan Almasih dan menerima baik dalam pelaksanaan segala adjarannja, mereka itu mengalami perobahan besar dalam kdiidupannja. Dari manusia biasa jang me-rangkak* diatas debu dan tak melihat dja-uh melampaui urusan kebendaan dan kepentingan* duniawi, me-reka berobah mendjadi burung2 jang. terbang tinggi lagi mulia diangkasa. Ini memang sungguh* terdjadi dari murid* Almasih a.s. Alquran melukiskan murid2 setiawan Almasih sebagai Hawanjin jang pernah mentjapai kedudukan tinggi rohaniah sampai pada tingkat penerimaan wahju2 Ilahi (mukalamah). Mereka jang tadi-nja menangkap ikan dan dipandang rendah lagi hina, setelah kon-tak dengan utusan Ilahi ini, mengikuti adjaran'nja dan mengikuti djedjaknja, mereka berobah mendjadi burung* Almasih jang me-njampaikan amanat Ilahi kepada Bani Israel. Merekalah menapakkan burung* jang dimaksud dalam ajat tersebut tadi. Mereka ini jang

    20

  • mendjadi burung* rohaniah memiliki semangat badja jang pernah memperlihatkan kemampuan dan kekebalan jang tidak bertara da-lam sedjarah dimana mereka tidak kenal menjerah dalam mem-pertahankan iman dan kepertjajaan tauhidnja. Mereka laksanakan adjaran dan pesan Almasih jang berbunji :

    Sebab itu Aku berkata kepadamu : Djanganlah kamu ku-atir akan hal njawamu, jaitu apakah jang hendak kamu makan atau minum, atau dari hal njawa itu lebih dari-pada makanan, dan tubuh itu lebih dari pada pakaian ? Tengoklah burung diudara, tiada ia menabur benih dan tiada ia menuai, atau menghimpunkan bekal kedalam lum-bung, maka Bapamu jang disurga djuga memeliharakan dia. Bukanlah kamu terlebih daripada segala burung i tu? (Matius 6 : 2 5 , 2 6 ).

    Ada lagi tjara lain untuk memberikan interpretasi kepada pengertian ungkapan "aku membuat bagimu dari tanah suatu jang serupa dengan burung", interpretasi jang tidak menjimpang dari semangat hukum Alquran. Dizaman Almasih manusia didaerah itu gemar sekali akan ilmu2 seperti hipnotisme, mesmerisme dan seba-gainja. Boleh djadi Allah swt menganugerahkan suatu kekuatan chas kepada Almasih jang menjerupai ilmu* itu untuk menarik perhatian orang. Dalam pengertian seperti ini arti "membuat ba-gimu dari tanah . . . . " akan berarti, bahwa Almasih membuat model* burung jang ketjil dari tanah liat dan melalui sematjam ilmu itu model* itu tampak se-akan* terbang diudara. Tetapi ten-tu sadja model "burung" tersebut tidak mendjadi burung dalam arti jang sebenarnja karena pada saat pengaruh tadi lenjap model2

    burung itu djatuh ketanah. Mu'djizat Almasih seperti ini lebih-kurang akan seperti mu'djizat tongkat Nabi Musa a.s. jang untuk sementara waktu dibuat kelihatan seperti ular padahal tidak de-mikian adanja.

    Bagaimanapun bentuk kepentingan dari tanda tersebut tadi, semuanja dilakukan atas perintah Allah swt sedang Almasih sedikit-pun tidak mempunjai sesuatu kekuatan apa* untuk membuat atau mentjiptakan.

    21

  • Adapun mengenai penjembuhan orang buta dan jang berpe-njakit kusta perlu kita lajangkan pandangan kemasa Almasih dan keadaan manusia waktu itu. Menurut Bijbel orang* jang menderita suatu penjakit tertentu seperti kusta dan sebagainja oleh Bani Isra-el dianggap kotor. Mereka tidak diizinkan mengadakan hubungan dengan anggota masjarahat lainnja atau mengadakan kontak de-ngan siapapun. Kata "Ubriu" jang memang diartikan pula "aku menjatakan bebas" menundjukkan, bahwa kelemahan dan kesusah-an jang dari segi pandangan kemasjarakatan dialami oleh para penderita penjakit serupa itu oleh Almasih dinjatakan harus atau tidak berlaku lagi.

    Ada pula arti jang lain dapat diberikan jaitu bahwa beliau suka mengobati penjakit serupa itu. Nabi* Allah memang sebagai dokter rohani, dokter' itu memberikan mata kepada mereka jang kehilangan pandangan rohani ; memberikan pendengaran kepada mereka jang telinga rohaninja pekak ; menghidupkan kembali mereka jang telah mati rohaninja. Almasih mengatakan :

    Karena kamu ini sudah keras hati, dan pendengarannjapun berat, dan matanja sudah dipedjamkannja, supaja djangan sc-kali2 mereka itu nampak dengan matanja, dan mende-ngar dengan telinganja, dan mengerti dengan hatinja, dan bertobat pula, lalu Akupun menjemhuhkan mereka itu. (Matius 13: 15 ).

    Uraian Almasih diatas akan memudahkan kita memahami maksud ajat diatas. Akmah (buta) dalam hal ini akan berarti orang jang mempunjai nur keimanan tetapi karena kekuatan iradahnja lemah, mereka tidak dapat bertahan terhadap pertjobaan dan udjian. Dia melihat pada waktu siang hari, ja'ni selama tiada per-tjobaan dan matahari iman me-mantjar* tanpa gangguan awan. Tetapi bila malam datang, ja'ni, dimana ada pertjobaan dan udji-an, dan keadaan menghendaki supaja pengorbanan diadakan, maka dia kehilangan penglihatan rohaninja lalu berhenti. Hal ini dapat dilihat dalam sorotan Surah Albaqarah ajat 20 jang melukiskan orang* seperii itu.

    22

    \

  • Demikian pula "abrash" (kusta) dalam urusan rohaniah ber-arti orang jang sempurna imannja, mempunjai kulit bertjatjat, ber-penjakit rohani diantara bagian2 jang sehat.

    Mengenai kalimat " aku hidupkan jang telah mati " , sekali-kali tidak dapat diartikan Almasih a.s. sungguh2 telah menghidupkan kembali orang jang sudah mati dalam arti ruh telah terpisah dari badan fana. Penetapan kukum Ilahi tidak mengizinkannja menurut Alquran.

    Almasih menghidupkan jang sudah mati tidak lain adalah perbuatan jang sama dengan perbuatan Nabi* lainnja. Semua Nabi memang menghidupkan jang sudah mati tetapi tentu sadja bukan dalam arti jang kita fahami se-hari2. Dalam hal menghidupkan jang sudah mati dalam arti rohaniah Alquran banjak menjinggung soalfnja. Sebagai tjonto kita kutip :

    Engkau masukkan malam kedalam siang dan Engkau masuk-kan siang kedalam malam. Dan Engkau keluarkan jang hidup dari jang mati dan Engkau keluarkan jang mati dari jang hidup. ( 3 : 2 7 ).

    Apakah orang jang tadinja mati lalu Kami hidupkan dia Kami djadikan baginja tjahaja jang dengannja ia berdja lan dite-ngah* manusia, sama keadaannja dengan orang jang d ida lam rupa2 kege lapan? ( 6: 122 ) .

    Ket ika kamu d i tempat j ang dekat, . . . . supaja binasa orang j ang binasa dengan keterangan jang djelas, dan hidup orang jang hidup dengan keterangan j ang djelas. ( 8 : 42 ).

    Njatalah bahwa " h i d u p" disini adalah menurut rohaniah dan memang inilah perbuatan Nabi* seluruhnja.

    D ian tara para Nabi adalah Nabi M u h a m m ad s. a. w. da lam arti rohaniah pal ing banjak menghidupkan orang* jang 'sudah mat i. D ida lam Al - quran dikatakan :

    'Z-i

  • Hai orang-orang beriman! Sambutlah Allah dan Rasul-Nja apabila dia memanggil kamu untuk apa jang menghidupkan

    kamu ( 8 : 24 ). Singkatnja mu'djizat* jang diperlihatkan oleh Almasih adalah

    sama dengan mu'djizat jang diperlihatkan para Nabi lainnja Se-muanja d iakukan' dan terdjadi melalui tjara biasa jang tidak hertentansan dengan hukum* Ilahi. Tjaranja melalui mu dj.zat itu m e n S u p k a ^ orang mati ialah merupakan bahasa rohaniah jang S d S a mi dalam arti bukan letterlijk. Suatu perobahan jang luarbiasa pada achlak dan nilai* rohaniah pengikut para Nabi ang f a n a k an oleh mereka jang menerima dan mendjunjung

    {inggi adjaran* Nabi* itu didalam istilah rohaniah disebut ^ hidpkan dan membangkitkan orang; jang sudah ma ^ g * Nabi* dengan tjontoh jang diperlihatkan oleh Nabi Besar Mu hammad s a. w. merupakan bukti jang hidup dan disaksikan oleh kawn dan lawan. Pengertian inilah jang terdapat didalam ung. kanan diatas l i n tidak. Suatu pandangan sambilan terhadap riwaTat bangsa T a b mendjelang dan sesudah datang Nabi Mu-hammad s a w. akan memudahkan kita memahami, bagaimana Nabi" Allah itu benar* menghidupkan orang* jang sudah mati Dari satu bangsa dan masjarakat jang paling bobrok dikenal rnanu*ta J e r c ka dihidupkan kembali oleh Nabi Muhammad Sang* Arab be robah mendjadi manusia pedjuang dan penegak keadLn dan kebenaran jang tidak ada duanja d idunu .n i. Begitu pula bangsa* lain jang menerima Islam ^ g a i agaman a m r telah mendiadi hidup dan nama mereka dikenal pada tingkat ui n t e r n a l n al Mereka benar* mendjadi pengabdi jang berkepriba-

    dian musHm mendjalankan kehidupan sutji, sanggup menaklukkan Srikan n a f T u ln mendjadi pemuka* tauladan jang tidak bisa d i-tiru oleh siapapun.

    Ada lagi "perbuatan luarbiasa jang katanja dilakukan oleh Almasih as sebagai mu'djizat, ialah beliau berbitjara selagi masih b a U d a km buaian Apa jang dibitjarakan dalam buaian bukanlah omongan biasa senperti

    Pjang biasanja dilakukan o ^ a a n ^ l m a s ih Wnnja. Didalam Al-quran kita lihat, bahwa pembitjaraan Almasih

    24

    http://didunu.ni

  • adalah pembitjaraan berat jang belum pernah dilakukan anak-anak manapun. Almasih mengadakan pembitjaraan* konfrontatif jang dihadapkan kepada pemuka2 Jahudi jang datang menjoal ibunja Sekiranja benar terdjadi menurut pengertian "baji dalam buaian , maka berarti Almasih satu'nja Nabi jang sanggup berbitjara se-masih baji dalam buaian dan ini memang mu djizat jang hebat dan luar biasa.

    Untuk dilihat, didjadikan bahan pemikiran dan perbandingan soal ini kita soroti dalam tjahaja penerangan tokoh Islam jang mentiarikan pemetjahan ilmiah terhadap soal baji buaian mi. Untuk In kembali Pk i ta ' l ihat The Holy Quran tersebut dulu., karya Hazrat M.B. Mahmud Ahmad jang menggarap persoalannja dengan matang. Baik segi lughahnja, ratio dan hukum Qurannja maupun segi sedjarahnja. ,

    Al - quran menjentuh persoalan ini didalam beberapa ajatnja jaitu jang antara lain berbunji seperti berikut. (1). Dan dia akan berkata-kata dengan manusia dalam buaian

    dan dimasa dalam usia landjut ( 3 : 46 ). (2). Maka dia mengisjaratkan kepadanja ; mereka berkata: Bagai-

    mana akan kami ber-tjakap* dengan seorang anak dalam buaian? ( 19:29).

    Kiranja ajat* inilah jang senafas diartikan, bahwa Almasih memperlihatkan mu'djizat luarbiasa jaitu berbitjara selagi masih baji dalam buaian. Untuk menempatkan kebenaran pada tempat-nja jang wadjar kita lihat.

    Didalam ajat* tersebut diatas ada dua kata jang perlu difa-hami dan diperiksa luasan arti dan ma'nanja. Kedua kata tersebut ialah kata* "mahd" dan "kahlan". Kata "mahd" adalah katabenda jang tak menentu (noun-infinitive), asal dari katakerdja mahhada . Dikatakan "mahada'l makaana" berarti : Dia telah membuat tempat itu rata, litjin , lunak, rapi. "Mahhada firasjan" berarti : Dia^meng-hamparkan tempat tidur dengan rata, rapi, dan litjin . Mahhada

    25

  • li-nafsihi manzUatan tsanijah" berarti: Dia membuat untuk dirinja kedudukan jang baik dan mantap. (Lihat Lane dan Aqrab).

    Art i kata jang pokok dari kata "mahd" itu adalah keadaan atau masa persiapan bila seorang se-olah* disiapkan untuk meng-hadapi rugas jang akan diserahkan kepadanja bilamana dia me-ngindjak masa usia jang lebih landjut. "Kahlan" dikatakan untuk orang jang setengah umur; berumur antara 30 tahun atau 34 atau 40 dan 51 tahun. (Lihat Lane dan Tsa'labi). Kata* "mahd" dan "kahlan" menundjuk kepada dua-masa dan penjebutannja ber-sama* menundjukkan, bahwa kedua masa itu tak diselingi oleh periode ( masa ) lainnja.

    Dengan kata* lainnja : Masa sebelum " kahlan " ( setengah umur) adalah masa "mahd". Dengan demikian dapatlah difahami, bahwa Almasih "berbitjara dalam buaian" berarti beliau berbitja-ra semasih dalam masa "mahd" jaitu masa sebelum mengindjak masa "kahlan", masa dewasa (setengah umur). Ini tentu sadja bu-kan berarti berbitjara selagi masih baji, sekalipun "mahd" djuga mempunjai arti buaian.

    Bahwa Almasih berbitjara dan mengutjapkan kata* jang bi-djaksana lagi penuh hikmah dimasa masih kanak* ( masa mahd ) tidak berarti suatu perbuatan atau kedjadian luarbiasa, adjaib dan mu'djizat hebat. Hal seperti itu biasa terdjadi pada anak* jang terdidik baik dan tjerdas.

    Menurut The Holy Quran tertjantum diatas, seluruh kalimat itu (3:46) berarti, bahwa beliau akan mengutjapkan kata* jang mengandung hikmah dan ilmu rohani jang luarbiasa, djauh mele-bihi umum dan pengalamannja dan kesemuanja itu adalah pada masa persiapan, baik sebagai seorang muda maupun pada waktu setengah umur.

    Penundjukan kepada dua masa ( mahd dan kahlan ) jang berlainan dari kehidupan Almasih dapat pula dianggap sebagai isjarat, bahwa tutur-kata beliau ketika sudah mengindjak setengah umur akan berbeda sifatnja dengan tutur-kata beliau waktu masih

    '2(,

  • remadja. Pada waktu usia setengah umur beliau akan berbitjara kepada orang* sebagai Nabi Allah. Djadi kabar-suka jang disam-paikan kepada Siti Maryam terletak dalam hal ini jaitu : Almasih bukan sadja ditakdirkan akan mendjadi pemuda jang tjerdas, te-tapi djuga akan hidup sampai masa tua sebagai abdi Allah jang bertaqwa.

    Hal ini sekarang kian bertambah djelas dimana penemuan* ilmiah jang kian bertambah mendukung pengertian tersebut diatas. Lukisan2 Almasih jang dibuat abad2 permulaan menundjukkan, bahwa beliau hidup sampai usia landjut. Beberapa lukisan beliau menun-djukkan, bahwa paling kurang beliau mentjapai usia 80 tahun atau lebih. Hal ini diungkapkan didalam Encyclopaedia Britannica XIV . Dengan demikian njatalah Almasih hidup mendjalani duamasa jaitu masa "mahd" dan masa "kahlan" dan kabarsuka kepada Siti Maryam tadi benar* telah sempurna. Apa dan bagaimanapun bentuk uraian dalam Bijbel da'wa* Alquranlah jang menondjol dari hari kehari.

    Bahwa Almasih menundjukkan pembawaan chas sedari masa mudaremadjanja dan berbitjara penuh hikmah dapat dibuktikan pula oleh uraian jang tertjantum dibawah ini.

    Tatkala umurnja duabelas tahun, naiklah mereka itu beraja menurut adat masa raja ;

    serta lepas masa raja itu, tatkala keduanja berdjalan pulang, maka tertinggallah Jesus, kanak* itu, di-Jeruzalem dengan tiada setahu ibu-bapanja lepas tiga hari didjumpainja Dia dalam Bait Allah sedang duduk ditengah2 guru* disitu, mendengar mereka itu ber-soal- djawab.

    Maka sekalian orang jang mendengar Dia itupun ter-tjengang2lah akan pengetahuan dan djawabnja. (Lukas 2 : 4 2 - 4 7 ).

    27

  • S E G E RA T E R B IT

    BUKU "KIT A DAN PENDETA TAYLOR"

    Kesimpulan lengkap dari surat-menjurat dengan Pendeta Taylor jang terkenal dengan Advertcnsinja dalam harian2 Ibu-kota dengan djudul "Soal-Djawab menurut Alkitab".

    28

  • / 3 S "