Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

116
i Sanitasi Sekolah

Transcript of Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

Page 1: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

i Sanitasi Sekolah

Page 2: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

ii

Sanitasi Sekolah

Karya :Afia Fitriani | Ahmad Junaidi | Ainul Mardiyah | Amira Akmalia | Aryanti Mulya Nurcahya |Aulia Nurul Fajariyah |Azaria Fidela |Baistsyekhul Ulya |Barro Dea Ramadani |Diah Adha Nurhasanah | Dinda Aprilia | Eka Heryani | Farhatu Sholihah | Fathia Izzati | Firda Nurul Syifa | Hade Imam Khairul | Harum Setia Rizki | Ilham Mufid |Ira Safitri | Lita Kusuma Astusi | Lydia Eliza | Mulia Putri Mutmainah | Muhammad Fadlan | Musyaffa Luthfi |Muthia Addini | Mutiara Nurul | Nabila Wahono Putri | Nadia Erina | Nafisah Munjidah | Nazda Alqia luthfiyyah | Nisya Fahira | Raihan Nur Rabbani | Raihan Saputra | Rakasia Budi Buwana | Rani Eka Saputri | Salsabila | Salsabila Putri Ardiyansyah | Sarah Putri Zuhri | Siti Masitoh | Supriani | Tasya Afra Maulina | Yosa Adzkia | Zahra Naddya Alfiyyah |Zharfa Rizqi | Apri Utami Parta Santi | Azmi Al-Bahij

Design Cover dan Layout :Yusuf Muhammad Iqbal

Penerbit :

SIP Publishing (Anggota IKAPI) Jl. Curug Cipendok Km.1 Kalisari, Cilongok, Banyumas, Jawa Tengah

Hak cipta dilindungi oleh undang-undangDilarang memperbanyak sebagian atau seluruh buku tanpa izin penerbit dan penulis

ISBN :

Cetakan Pertama, Juli 2021Ukuran Buku: 17.5 x 25 cmHalaman: vi + 110Isi di luar tanggung jawab percetakan

Page 3: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

iii Sanitasi Sekolah

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala Rah-mat dan Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan karya tulis tentang “San-itasi Lingkungan Sekolah”. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang Insya Allah akan memberi-kan syafa’at kepada kita semua di hari akhir kiamat nanti. Aamiin…

Upaya mewujudkan sekolah yang bersih dan sehat telah ditetapkan sebagai gerakan nasional di lingkungan Departemen Kesehatan. Untuk itu perlu optimalisasi sarana yang tersedia. Salah satu diantaranya adalah dit-erbitkannya Buku Sanitasi Lingkungan Sekolah.

Buku ini menguraikan tentang pengertian sanitasi, manfaat, tujuan, ru-ang lingkup sanitasi, komponen sanitasi, fasilitas sanitasi, standar sanitasi, promosi hidup bersih di sekolah, pemeliharaan sanitasi, dan profil sanitasi sekolah. Terima kasih kepada tim penyusun dan teman-teman DSD-4 yang telah ikut berkontribusi dalam proses penyelesaian buku ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan buku ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifa-tnya membangun kepada kami untuk perbaikan di masa depan. Dan semo-ga buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, 15 Juli 2021

Penulis

Page 4: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

iv

Page 5: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

v Sanitasi Sekolah

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................... iiiDaftar Isi ........................................................................... v

BAB 1 ............................................................................... 1Mengenal Sanitasi ........................................................... 1

BAB 2 ............................................................................... 13Pengertian Sanitasi .......................................................... 13

BAB 3 ............................................................................................ 23Ruang Lingkup Sanitasi ................................................... 23

BAB 4 .............................................................................. 31Komponen sanitasi sekolah ............................................. 31

BAB 5 .............................................................................. 41komponen fasilitas sanitasi sekolah ................................ 41

BAB 6 .............................................................................. 53Standar Sanitasi ............................................................... 53

BAB 7 ............................................................................... 63Promosi hidup bersih di sekolah ...................................... 63

BAB 8 ............................................................................... 83Pemeliharaan Sanitasi ..................................................... 83

Page 6: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

vi

BAB 9 .............................................................................. 97Profil Sanitasi Sekolah ..................................................... 97

Page 7: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

1 Sanitasi Sekolah

BAB 1

MENGENAL SANITASI

Ainul Mardhiyah, Amira Akmalia, Firda Sabilla, Firda Nurul Syifa,Salsabila Putri Ardiansyah

A. Latar Belakang

Untuk menanamkan budaya hidup bersih dan sehat, kita bisa memulai dari langkah kecil dan dimulai dari tempat yang sering kita singgahi, con-tohnya sekolah. Penerapan perilaku hidup sehat disekolah ini dapat dijalani seiring dengan adanya program sanitasi sekolah. Keberadaan Program Sa-nitasi Sekolah merupakan prasyarat terciptanya lingkungan sekolah yang aman, bersih dan sehat. Sanitasi sekolah merupakan langkah awal mewu-judkan lingkungan belajar yang sehat. Sanitasi sekolah adalah syarat kes-ehatan lingkungan minimal yang harus dipunyai oleh setiap sekolah untuk memenuhi kebutuhan siswa dan siswi. Ruang lingkup sanitasi dasar yakni sarana penyediaan air bersih, sarana jamban, sarana pembuangan sampah, dan sarana pembuangan air limbah.

Sanitasi sekolah merupakan salah satu elemen penting dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Meningkatnya akses sanitasi di sekolah dapat berdampak signifikan terhadap peningkatan kualitas kesehatan dan kenyamanan peserta didik di sekolah dan secara tidak langsung berkontri-busi pada peningkatan angka partisipasi sekolah.

Sebuah sekolah dapat dikatakan menerapkan Sanitasi Sekolah yang baik apabila sekolah tersebut dapat memenuhi tiga aspek yang saling ber-

Page 8: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

2

kaitan satu dengan lainnya yaitu:1. Sekolah harus memenuhi ketersediaan sarana dan prasarana sani-

tasi, terutama akses pada sarana air bersih yang aman dari pence-maran. Sumber air yang layak adalah ledeng/PAM, sumur pompa, air hujan, mata air terlindungi, sumur terlindungi, dan air kemasan. Selain itu, akses dasar juga mensyaratkan bahwa sumber air layak tersedia disekitar lingkungan sekolah dan cukup atau tersedia sepanjang wak-tu. Sedangkan akses air terbatas adalah sekolah yang memiliki akses pada sumber air yang layak dan masih terdapat di lingkungan sekolah, namun air tidak terlalu tersedia sepanjang waktu.

2. Sarana sanitasi (jamban) yang berfungsi dan terpisah antara siswa la-ki-laki dan perempuan, dan serta fasilitas cuci tangan pakai sabun.

3. Sekolah melaksanakan kegiatan pembiasaan Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sekolah, seperti kegiatan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) secara rutin dan memastikan pelaksanaan Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM) secara konsisten. Kedua hal ini yaitu Cuci Tan-gan Pakai Sabun dan penyediaan air minum di sekolah, secara tidak langsung dapat meningkatkan prestasi belajar di sekolah.

Pada tingkat global, sanitasi sekolah juga merupakan salah satu pri-oritas pembangunan yang termasuk ke dalam SDGS (Sustainable Devel-opment Goals) Tujuan 4a. Tujuan 4a adalah “Membangun dan meningkat-kan fasilitas pendidikan yang ramah anak, penyandang cacat, dan gender, serta memberikan lingkungan belajar yang aman, anti kekerasan, inklusif, dan efektif bagi semua”. Lebih rinci lagi pada tujuan 4a dinyatakan “Proporsi sekolah dengan akses ke: (a) listrik,

(b) internet untuk tujuan pengajaran,

(c) komputer untuk tujuan pengajaran,

Page 9: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

3 Sanitasi Sekolah

(d) infrastruktur dan materi memadai bagi siswa difabel,

(e) air minum layak,

(f) fasilitas sanitasi dasar per jenis kelamin

(g) fasilitas cuci tangan”. Sejalan dengan tujuan SDGS, maka sanitasi se-kolah terdiri dari akses air, sanitasi, dan fasilitas cuci tangan (Ditjen Dikdasmen Kemendikbud, 2017).

Sejalan dengan tujuan SDGS tersebut, ketersediaan dari akses air bersih layak. akses jamban yang terpisah menurut jenis kelamin dan yang layak, serta akses fasilitas cuci tangan pakai sabun menjadi prasyaral da-lam pelaksanaan sanitasi sekolah. Oleh sebab itu, program santasi sekolan berpotensi membantu percepatan pemenuhan akses santasi di dalam mas-yarakat, sesuai dengan target universal akses air minum dan santasi dalam RPJMN 2015-2019 (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018).

Seperti digambarkan pada diagram di bawah ini, indikator Tujuan Pem-bangunan Berkelanjutan dapat digabungkan dengan indikator yang ada di tingkat nasional. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan No.24/2007 tentang Standar Sarana Prasarana SD/MI, SMP/ MTs, SMA/MA dan Peraturan Men-teri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2008 Tentang Standar Sarana Dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB),

Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMSLB), Dan Sekolah Me-nengah Atas Luar Biasa (SMALB) tertulis secara jelas mengenai rasio min-imal jamban untuk siswa dan siswi pada setiap jenjang sekolah (Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, 2017).

Page 10: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

4

Gambar 1.1 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

Dalam kurun waktu 2015-2019, Pemerintah Indonesia telah menegas-kan komitmennya dalam pembangunan sanitasi dengan mencanangkan beberapa target penting dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 Bidang Permukiman dan Perumahan. Pada dokumen Buku 1 RPJMN tentang Agenda Pembangunan Nasional, hala-man 6-102 disebutkan salah satu strategi dalam peningkatan efektivitas dan efisiensi pendanaan infrastruktur air minum dan sanitasi adalah sinergi dan koordinasi sebagaimana berikut:

Page 11: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

5 Sanitasi Sekolah

Dengan demikian, jelas bahwa pengembangan Sanitasi Sekolah mer-upakan bagian dari agenda nasional untuk pembangunan kawasan per-mukiman. Hal ini juga dipertegas dengan tercantumnya target persentase sekolah yang memiliki sarana dan prasarana sesuai Standar Nasinonal Pen-didikan (SNP) (Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, 2017).

Perhatian pada kesehatan lingkungan sekolah, termasuk di dalamnya Sanitasi Sekolah merupakan amanat undang-undang, khususnya UU Kes-ehatan Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pasal 79 menegaskan bahwa “Kesehatan Sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemam-puan hidup peserta didik dalam lingkungan sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh, dan berkembang secara harmonis dan setinggi-ting-ginya menjadi sumber daya manusia yang berkualitas (Ditjen Dikdasmen Kemendikbud, 2017).

Undang-Undang No. 23 tahun 2014, pasal 12 ayat 1 mengamanatkan bahwa pendidikan merupakan salah satu urusan wajib pemerintahan daerah terkait dengan pelayanan dasar adalah kewajiban pemerintah daerah untuk mengalokasikan dana bagi pemenuhan kebutuhan atas sarana sanitasi di sekolah dasar. Sementara pada saat yang sama, untuk meningkatkan akses terhadap sanitasi sekolah dasar yang layak Kemendikbud telah melakukan berbagai upaya melalui pemberian prestasi belajar di sekolah (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018:6).

Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah yang tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1429 tahun 2006, menyebutkan persyaratan kesehatan lingkungan meliputi beberapa aspek diantaranya aspek bangunan kantin sekolah dan fasilitas sanitasi sekolah. Kantin sekolah harus memiliki sistem sanitasi yang baik karena kantin mer-upakan pusat tempat dijualnya makanan yang dikonsumsi oleh siswa.

Kantin sekolah merupakan tempat utama yang dikunjungi siswa sis-wi ketika waktu istirahat. Sehingga penting rasanya untuk memperhatikan hygiene dan sanitasi kantin sekolah agar sehat. Karena kesehatan siswa salah satunya sangat dipengaruhi oleh kebersihan sanitasi kantin sekolah

Page 12: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

6

sebagaimana pengaruh makanan terhadap tubuh kita. Apabila sistem sa-nitasi kantinnya buruk, maka kantin sekolah akan menjadi sumber muncul-nya permasalahan kesehatan yang diakibatkan oleh makanan dan tempat makan yang kurang bersih. Fasilitas sanitasi sekolah ini harus memenuhi syarat kesehatan yang telah ditentukan agar dapat mendukung penyeleng-garaan kesehatan lingkungan di sekolah dan mencegah penularan penyakit di lingkungan sekolah.

Didalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 menjelaskan bahwa kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkat-kan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh, dan berkembang secara har-monis dan setinggi-tingginya menjadi sumber daya manusia yang berkuali-tas (Depkes, 2009).

Sejalan dengan hal itu Kesehatan lingkungan sekolah sendiri bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan pengembangan siswa secara optimal. Apabila kondisi lingkungan sekolah tidak sehat maka akan mengganggu proses belajar siswa, namun apabila lingkungan bersih dan nyaman, tentu akan menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar menjadi lebih baik. Hal ini tentu perlu ditunjang oleh sarana dan prasarana yang baik sesuai dengan ketentuan sanitasi sekolah. Sanitasi sekolah di-harapkan menjadi langkah awal mewujudkan lingkungan belajar yang sehat. Namun tidak semua sekolah di Indonesia sudah memperhatikan kesehatan lingkungan sekolah.

Buruknya fasilitas sanitasi di sekolah dapat mempengaruhi kualitas pendidikan, seperti hilangnya waktu belajar dan menurunkan produktifitas siswa. Rendahnya kesadaran untuk menjalankan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah seperti tidak mengalokasikan dana untuk sarana dan prasarana operasional dan perawatan menjadi alasan terjadinya sistem sanitasi yang buruk. Kondisi jamban yang tidak terurus sehingga dapat men-jadi sumber penyebaran penyakit diare dan demam berdarah, kondisi kantin yang tidak bersih, dan tidak tersedianya wastafel untuk cuci tangan merupa-

Page 13: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

7 Sanitasi Sekolah

kan contoh sistem sanitasi yang buruk. Dengan adanya tempat berkemban-gnya vektor penyakit seperti itu di sekolah, maka siswa menjadi rentan untuk terkena penyakit dan hal ini merugikan bagi siswa yang terpaksa absen dari sekolah akibat sakit.

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan di tingkat glob-al, ketersediaan sanitasi sekolah yang memadai akan memberikan dampak yang besar pada beberapa indikator utama dalam pembangunan sektor kesehatan, pendidikan, kesetaraan gender, ekonomi, serta air dan sanitasi. Pada sektor kesehatan, kegiatan sederhana, seperti mencuci tangan den-gan sabun dapat menurunkan risiko terkena penyakit diare hingga 47%.

Penyakit diare dapat terjadi karena keberadaan bakteri yang merugikan dalam makanan seperti bakteri Escherichia Coli. Keberadaan bakteri E.coli dalam makanan menunjukkan tingkat sanitasi makanan yang buruk. Faktor sanitasi makanan dapat meliputi bangunan, konstruksi dan lokasi tempat pengolahan makanan, bahan makanan, peralatan, tempat penyimpanan, penjamah makanan serta proses pengolahan sampai penyajian makanan. Selain itu, penyakit diare juga dapat disebabkan karena faktor sanitasi dasar seperti sumber air bersih yang tidak memenuhi syarat, tempat pembuangan tinja (toilet) yang tidak saniter, tempat pembuangan sampah yang buruk dan lain-lain.

Pembiasaan CTPS secara rutin dapat menurunkan angka ketidakhad-iran secara signifikan hingga 50%. Selain itu penyediaan air minum yang aman di sekolah dapat meningkatkan konsentrasi siswa dalam menangkap pelajaran dan secara tidak langsung dapat meningkatkan kualitas akademik mereka (Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, 2017).

Sanitasi sekolah juga mendorong kesetaraan gender. Studi UNESCO menemukan bahwa secara global, 1 dari 5 anak perempuan yang berusia di atas sekolah dasar tidak melanjutkan sekolah ke jengjang pendidikan me-nengah, salah satunya akibat fasilitas sanitasi yang tidak layak disekolah. Hal yang sama pula, 1 dari 6 siswa perempuan yang sedang menstruasi terpaksa tidak sekolah (membolos) karena sarana sanitasi di sekolah yang tidak layak.

Page 14: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

8

Terdapat banyaknya Sekolah Dasar yang masih rendah indeks sanita-sinya di bandingkan jenjang pendidikan diatasnya. Selain itu jumlah siswa SD yang jumlahnya lebih banyak dari siswa sekolah menengah atas dan menengah pertama dapat menjadi tolak ukur betapa pentingnya memperha-tikan sanitasi SD. Selain itu usia siswa SD merupakan termasuk kelompok umur yang rentan terhadap gangguan kesehatan karena beberapa penyakit ditularkan melalui air, pembuangan tinja dan dapat dicegah dengan mencuci tangan pakai sabun.

Program sanitasi sekolah harus masuk ke dalam RKAS (Rencana Ke-giatan dan Anggaran Sekolah) antara lain dengan mengalokasikan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) maupun alternatif sumber pendanaan lain untuk memastikan terselenggaranya sanitasi sekolah secara berkelan-jutan. Selain itu Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM) termasuk kom-ponen penting terkait dengan rendahnya sarana sanitasi yang layak diseko-lah. Minimnya informasi mengenai cara mengelola kebersihan menstruasi secara baik dan benar, dan terbatasnya pengetahuan guru tentang MKM. Perilaku hidup bersih dan sehat menjadi bagian penting dalam mendukung Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).

PPK adalah gerakan pendidikan dibawah tanggung jawab satuan pen-didikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi oleh hati , olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan perlibatan dan kerjasama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari gerakan Nasional Revolusi Mental. Pelibatan peserta didik secara aktif akan mendorong peserta didik menjadi agen perubahan lingkungan sekolah. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat merupakan salah satu langkah strat-egis yang penting untuk mendukung ketercapaian akses sanitasi sekolah yang dapat dinikmati oleh semua peserta didik.

Sekolah yang melaksanakan program Trias UKS (Pendidikan Kese-hatan, Pelayanan Kesehatan, dan Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat), memiliki peran yang strategis untuk mengembangkan budaya perilaku hidup bersih dan sehat kepada peserta didik. Melalui Program Trias UKS, seti-

Page 15: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

9 Sanitasi Sekolah

ap sekolah didorong untuk melaksanakan pemenuhan 3 komponen sanita-si, yaitu prasarana sanitasi, managemen berbasis sanitasi, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan managemen sanitasi, sehingga sekolah dapat mengelola sarana prasarana sanitasi dan mengembangkan budaya PHBS sebagai bagian dari Penguatan Pendidikan Karakter.

B. InfografisSanitasiSekolah

Page 16: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

10

C. InfografisSanitasiSekolah

Page 17: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

11 Sanitasi Sekolah

DAFTAR PUSTAKA

Departemen kesehatan RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008. http://www.depkes.go.id.

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. 2017. Peta Jalan Sa-nitasi Sekolah Dalam Kerangka UKS 2017. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebu-dayaan Tahun 2017.

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama, UNICEF Indo-nesia, GIZ Fit for School, SNV Indonesia. 2020. Profil Sanitasi Madra-sah 2020. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Profil sanitasi sekolah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2018. Pedoman Pengembangan Sanitasi Sekolah Dasar. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebu-dayaan Jakarta.

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1429 tahun 2006.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009.

Page 18: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

12

Page 19: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

13 Sanitasi Sekolah

BAB 2

PENGERTIAN SANITASI

Azaria Fidela, Eka Heryani, Fathiah Izzati, Nabila Wahono Putri, Nazda Alqia Luthfiyyah

A. Pengertian Sanitasi

Sanitasi adalah penciptaan atau peliharaan kondisi yang mampu mencegahterjadinya kon-taminasi makana atau terjadinya penyakit yang disebabkan oleh makanan (Atmoko, 2017).

Sanitasi Lingkungan adalah status seha-tan suatu lingkungan yang mencakperumah-

an, pembuangan kotoran, penyedian air bersih dan sebagainya (Sidhi, dkk, 2016).

Sanitasi adalah bagian dari ilmu kesehatan lingkungan yang meliputi cara dan usaha individu atau masyarakat untuk mengontrol dan mengenda-likan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya bagi kesehatan serta yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia (Chandra, 2005).

Hygiene dan sanitasi adalah pengawasan lingkungan fisik, biologi, so-sial, dan ekonomi yang memengaruhi kesehatan manusia, di mana lingkun-gan yang berguna ditingkatkan dan diperbanyak sedangkan yang merugikan diperbaiki atau dihilangkan (Menurut Entjang, 2000).

Page 20: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

14

Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang dapat mem-pengaruhi derajat kesehatan manusia (Mubarok, 2013).

Menurut DEPKES tahun 2004, sanitasi adalah suatu bentuk upaya kes-ehatan dengan cara memelihara serta melindungi kebersihan lingkungan dari subjeknya.

Menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/MENKES/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi.

Total Berbasis Masyarakat menjelaskan bahwa sanitasi total adalah kondisi ketika suatu komunitas tidak membuang air besar (BAB) sembaran-gan, mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dan makanan yang aman, mengelola sampah dengan benar, dan mengelola limbah dengan aman.

Sanitasi adalah cara pega-wasan yang dilakukan oleh mas-yarakat khusus dalam bidang pen-gawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang berkemungkinan memiliki pengaruh dengan derajat kesehatan manusia (Dr.Azrul Azwar, MPH, 2000).

Sanitasi sering disebut dengan sanitasi lingkungan dan kesehatan lingkungan, sebagai suatu usaha pengendalian semua faktor yang ada pada lingkungan fisik manusia yang diperkirakan dapat menimbulkan hal yang menganggu perkembangan fisik, kesehatan ataupun kelangsungan hidup manusia (Adisasmoto, 2007).

Sanitasi lingkungan menurut WHO sanitasi lingkungan didefinisikan sebagai usaha mengendalikan dari semua faktor – faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin atau dapat menimbulkan hal – hal yang merugikan

Page 21: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

15 Sanitasi Sekolah

bagi perkembangan fisik kesehatan dan daya tahan hidup manusia ( Daud, 2000).

Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan se-bagainya (Notoadmodjo, 2007).

“Kerapihan dan kebersihan bukanlah fungsi dari seberapa kaya atau miskinmu, tetapi mentalitas dan prinsip.” – Ikechukwu Izuakor

B. Manfaat Sanitasi Sekolah

1. Kesehatan

Sanitasi sekolah adalah langkah awal mewujudkan lingkungan belajar yang sehat. Pelaksanaan program sanitasi sekolah yang berkualitas mampu mencegah penyebaran penyakit. Cuci tangan pakai sabun dapat menurunk-an resiko terkena penyakit diare sebesar 30% pada murid sekolah yang mempraktekan mencuci tangan pakai sabun.

2. Pendidikan

Air, sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), seperti cuci tangan pakai sabun dapat menurunkan angka ketidakhadiran secara sig-nifikan hingga 21-54%. Mengkonsumsi air minum di sekolah juga dapat meningkatkan konsentrasi dalam menyerap pelajaran disekolah. Kedua hal ini, cuci tangan pakai sabun dan penyediaan air minum disekolah secara tidak langsung dapat meningkatkan prestasi belajar disekolah.

3. Kesetaraan Gender

Sanitasi sekolah yang layak mendorong kesetaraan jender. Anak per-empuan sangat rentan untuk tidak melanjutkan sekolah (putus sekolah), ter-utama mereka enggan bersekolah ketika tidak tersedian saran jamban dan air bersih yang layak, bersih, nyaman, dan aman. Studi unesco menemukan

Page 22: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

16

bahwa secara global, 1 dari 5 anak perempuan yang berusia diatas sekolah dasar putus sekolah, salah satunya akibat fasilitas sanitasi sekolah yang tidak layak disekolah.

4. Agen Perubahan

Sanitasi sekolah adalah salah satu jalur terbaik untuk menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Keterlibatan komponen sekolah dengan mas-yarakat akan berdampak pada perubahan perilaku hidup bersih dan sehat oleh anggota masyarakat. Dengan kata lain, anak usia sekolah dasar dapat menjadi agen perubahan hidup bersih dan sehat di lingkungannya.

5. Hak Asasi Anak

Sanitasi sekolah adalah salah bagian dari pemenuhan hak anak di se-kolah. Pada 28 Juli 2010, melalui Resolusi 64/292, Sidang Umum Perser-ikatan Bangsa-Bangsa mengakui hak asasi manusia atas air dan sanitasi, termasuk di sekolah dan madrasah.

6. Kebersihan lingkungan menjadi keunggulan sekolah

Kita tahu, bahwa kebersihan lingkungan sekolah juga berdampak dan berpengaruh besar bagi siswa terlebih lagi bagi sekolah itu sendiri. Karena semua orang pasti menyelidiki situasi maupun keadaan sekolah sebelum menjadi siswa di sekolah tersebut. Jadi untuk menjaga nama baik sekolah serta keamanan di sekolah.

7. Kebersihan lingkungan mendorong semangat belajar siswa

Dalam setiap aspek dan perilaku siswa tentunya tampak dari ke-biasaannya setiap hari. Demikianlah dengan lingkungan kelas bahkan lingkungan sekolah sekalipun. Bila lingkungan sekolah maupun lingkungan kelas termasuk ruangan kelas bersih dan ditata sebaik-baiknya, maka mo-tivasi belajar yang ditimbulkan akan mengajak siswa-siswa untuk semangat

Page 23: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

17 Sanitasi Sekolah

dalam mengikuti pembelajaran.

C. Tujuan Sanitasi Sekolah

Tujuan sanitasi sekolah yaitu untuk menjamin kebersihan lingkungan sekolah sehingga terwujud suatu kondisi yang sesuai dengan persyarakat kesehatan serta untuk mengembalikan, memperbaiki, dan mempertahankan siswa.

Dengan terwujudnya kondisi lingkungan sekolah yang memenuhi syarat kesehatan maka proses produksi akan semakin baik dan menghasil-kan produk yang sehat dan aman bagi siswa.

“Hijau dan bersih bukan hanya sebuah aspirasi tetapi sebuah tinda-kan.” – Christine Pelosi

“Kebersihan dan kerapihan bukanlah masalah naluri; itu adalah mas-alah pendidikan, dan seperti hal-hal besar lainnya, kamu harus menanam-kan rasa padanya.” – Benjamin Disraeti

Page 24: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

18

D. InfografisSanitasiSekolah

Page 25: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

19 Sanitasi Sekolah

E. InfografisSanitasi

Page 26: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

20

DAFTAR PUSTAKA

Atmoko Prasetyo Hadi, 2017. Jurnal Khasanah Ilmu. Peningkatan Higiene Sanitasi Sebagai Upaya Menjaga Kualitas Makanan Dan Kepuasan Pelanggan Di Rumah Makan Dhamar Palembang. AKPAR Yogyakarta.

Sidhi Alifia Nugrahani, Raharjo Mursid, dkk, 2016. Jurnal Kesehatan Mas-yarakat. Hubungan Kualitas Sanitasi Lingkungan Dan Bakteriologis Air Bersih Terhadap Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskes-mas Adiwerna Kabupaten Tegal.

Chandra, Budiman. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Mubarok, 2013. Potensi Limbah Tahu Sebagai Biogas. Jakarta : Sains.De-partemen Kesehatan RI. 2004. Sistem Kesehatan Nasional 2004. Ja-karta : Dirjen P2PL Kemenkes RI.

Kemenkes RI. 2008. Kepmenkes RI Nomor 852 Tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Lingkungan. Jakarta : Menteri Kesehatan RI.

Adisasmito, Wiku 2007, Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit. Ja-karta : PT. Raja Grafindo Persada.

Azwar, Azrul, 2000. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Muti-ara Sumber.

Page 27: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

21 Sanitasi Sekolah

Daud K. Rustan, 2000. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan, Pendapatan dan Perilaku Masyarakat dan Kualitas Sanitasi Lingkungan Dipesisir Pantai Di Desa Khuwangnobotu Kecamatan Kabila Kabupaten Goron-talo. Progrma Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat. Skripsi. Yogjakarta: Universitas Gajah Mada.

Notoadmojo, 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta.

Page 28: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

22

Page 29: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

23 Sanitasi Sekolah

BAB 3

RUANG LINGKUP SANITASI

Apri Utami Parta Santi, Lita Kusuma Astuti, Lydia Eliza, Mulia Putri Mutmainah, Muthia Addini R.W.M, Supriani, Yosa Adzkiya

A. Ruang Lingkup Sanitasi Lingkungan

Kesehatan lingkungan merupakan ilmu kesehatan masyarakat yang menitik beratkan usaha preventif dengan usaha perbaikan semua fak-tor lingkungan agar manusia terhindar dari penyakit dan gangguan kes-ehatan. Kesehatan lingkungan adalah karakteristik dari kondisi lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan. Untuk itu kesehatan lingkungan merupakan salah satu dari enam usaha dasar kesehatan masyarakat. Istilah kesehatan lingkungan seringkali dikaitkan dengan istilah sanitasi/sanitasi lingkungan yang oleh Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO), menyebut-kan pengertian sanitasi lingkungan/kesehatan lingkungan adalah suatu us-aha untuk mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia, terutama terhadap hal-hal yang mempunyai efek merusak perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia (Kusnopu-tranto, 1986).

Sanitasi, menurut kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai pemeli-hara kesehatan. Menurut WHO, sanitasi adalah upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia, yang mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan, bagi perkembangan fisik, kesehatan, dan daya tahan hidup manusia.

Page 30: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

24

Sedangkan menurut Chandra (2007), sanitasi adalah bagian dari ilmu kesehatan lingkungan yang meliputi cara dan usaha individu atau mas-yarakat untuk mengontrol dan mengendalikan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya bagi kesehatan serta yang dapat mengancam kelangsun-gan hidup manusia.

Secara umum, sanitasi memiliki ruang lingkup yang meliputi beberapa hal, seperti menjamin lingkungan dan tempat kerja yang baik dan bersih, melindungi setiap individu dari berbagai faktor yang dapat mengganggu kes-ehatan fisik maupun mental, mencegah kecelakaan, mencegah timbulnya penyakit menular dan menjamin keselamatan kerja.

Ruang lingkup sanitasi dan kesehatan lingkungan meliputi:

a. Air Bersih

Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Kebutuhan manu-sia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, men-cuci, dan sebagainya. Menurut perhitungan WHO di negara- negara maju tiap orang memerlukan air antara 60-120 liter per hari.

b. Pengaruh Air Terhadap Kesehatan

Air yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan merupakan media penularan penyakit karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan, terutama penyakit perut. Sementara itu, penyakit-pen-yakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi dalam kelompok-kelompok berdasarkan cara penularannya.

c. Pengertian Jamban

Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran manusia dalam suatu tempat tertentu, sehingga ko-toran tersebut tidak menjadi penyebab penyakit dan mengotori lingkungan pemukiman.

Page 31: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

25 Sanitasi Sekolah

d. Pemilahan Sampah

Pemilahan yaitu memisahkan menjadi kelompok sampah organik dan non organik dan ditempatkan dalam wadah yang berbeda. Pemilahan sampah menjadi sangat penting untuk mengetahui sampah yang dapat di-gunakan dan dimanfaatkan. Pemilahan sampah sebaiknya dilakukan sejak dari sumbernya, termasuk sampah rumah tangga.

e. Pengelolaan Sampah

Pengelolaan dengan menerapkan konsep 3 R yaitu : 1. Reuse (Penggunaan Kembali) yaitu menggunakan sampah-

sampah tertentu yang masih memungkinakan utnuk dipakai (penggunaan kembali botol bekas).

2. Reduce (Pengurangan) yaitu berusaha mengurangi segala ses-uatu yang dapat meimbulkan sampah serta mengurangi sampah-sampah yang sudah ada.

3. Recycle (Daur Ulang) yaitu menggunakan sampah-sampah ter-tentu untuk diolah menjadi barang yang lebih berguna (Mendaur ulang sampah organic menadi kompos atau sampah anorganik menjadi aneka kerajinan).

f. Nilai Ekonomi Sampah

Pada dasarnya, sampah meerupakan sumber daya yang dapat diman-faatkan untuk berbagai keperluan. Artinya, sampah memiliki nilai ekonomi jika manusia dapat mengelolanya dengan cara atau metode yang tepat.

g. Higiene Sanitasi Makanan

Hygiene dan sanitasi makanan adalah suatu upaya untuk mengenda-likan faktor makanan, orang, tempat, dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin akan menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan (Depkes RI, 2003).

Page 32: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

26

h. Pencemaran Udara

Pengendalian pencemaran udara dari sumber bergerak merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas udara baik kualitas Road Side maupuan kualitas Ambient. Gubernur KDKI Jakarta, No. 1222 men-genai Baku Mutu Emisi Kendaraan Bermotor di Wilayah DKI Jakarta dan baku tersebut telah disesuaikan melalui Surat Kepurutan Gubernur KDKI Jakarta No. 041/2000 sebagai dasar dalam pelaksanaan emisi dari sumber bergerak.

1. Uji Emisi bagi kendaraan umum/barang.

Dengan diterbitkannya UU No. 4 Tahum 1992 Tentang Lalu Lintas Angakutan Darat, dimana salah satu bagian kelaikan darat termasuk juga kelaikan emisi, maka prioritas pertama bagi seluruh kendaraan umum dan barang diwajibkan untuk melaksanakan uji emisi.

2. Uji Petik Kendaraan Bermotor

Sesuai dengan UU No. 14 Tahun 1992, kelaikan emisi tidak hanya untuk kendaraan umum/barang tetapi juga bagi kendaraan pribadi. Dalam upaya permayarakatan kewajiban tersebut, Pemda beberapa kota telah melakukan sosialisasi baku mutu emisi kendaraan bermotor melalui uji petik kendaraan bermotor. Tujuan utama dari kegiatan tersebut untuk menumbuhkan peng-etahuan masyarakat akan pentingnya emisi buang yang memenuhi syarat dari ekndaraan bermotor yang beroperasi.

Selain pengujian emisi untuk kendaraan pribadi, uji petik ini juga dilaku-kan untuk kendaraan umum dan barang. Uji petik pada periode 1999 dilak-sanakan pada 10.880 kendaraan terdiri dari kendaraan bahan bakar bensin 59,97%, bahan bakar solar 41,58%, dan gas 0.29%. Hasil pengukuran emisi terlihat bahwa berdasarkan jumlah kendaraan yang diuji 45,70% tidak me-menuhi Baku Mutu Emisi, dan 54,40% memenuhi BME.

Page 33: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

27 Sanitasi Sekolah

i. Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja adalah kondisi kesehatan bertujuan pekerja dapat memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani, maupun sosial melalui pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit yang disebabkan pekerjaan dan lingkungan kerja. Menurut Undang-Undang Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960, Bab 1 pasal 2, keadaan sehat diar-tikan sebagai kesempurnaan keadaan jasmani, rohani dan kemasyarakatan.

j. Pengendalian Kebisingan

Sasaran pengendalian kebisingan adalah menyediakan lingkungan akustik yang dapat diterima di dalam maupun di luar bangunan, sehingga intensitas dan sifat semua bunyi di dalam atau sekitar suatu

bangunan tertentu akan cocok dengan keinginan penggunaan ruang tersebut. Bebass bising merupakan salah satu dari kualitas lingkungan yang paling berharga yang dapat dimiliki suatu gedung atau ruang eksterior de-wasa ini.

Pengendalian kebisingan yang efektif dalam bangunan sangat diper-lukan karena kebisingan dapat menyebebkan kerusakan telinga sementara maupun permanen, mengganggu dalam mendengarkan pembicaraan atau musik, menyebabkan kemunduran dalam penampilan kerja, menurunkan konsentrasi belajar, mengalihkan perhatian atau mengganggu.

Pengendalian kebisingan pada bbangunan fasilitas pendidikan mem-pertimbangkan : 1. Pemilihan tempat dan perencaraan tempat. Sebelum menentukan tem-

pat atau lokasi bangunan akan didirikan harus dipertimbangkan bah-wa gedung-gedung yang membutuhkan lingkungan bunyi yang tenang (Sekolah, Rumah Sakit, Lembaga Penelitian) diletakkan pada tempat yang tenang, jauh dari jalan raya. Gedung yang tidak mudah dapat menerima bising dapat digunakan sebagai penahan bising dan dapat diletakkan diantara sumber bising dan daerah yang membutuhkan

Page 34: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

28

ketenangan.

2. Perancangan akustik ruang dari ruang-ruang kelas, ruang kuliah, audi-torium, ruang olahraga, ruang musik, ruang pandangan dengar. Ran-cangan arsitektur yang baik dengan memperatikan kebutuhan akan pengendalian bunyi adalah pendekatan yang paling ekonomis da-lam mengendalikan bising yang efektif dalam bangunan. Ruang yang diperkirakan akan menghasilkan bising harus diisolasi secara horizon-tal dan vertical dair bagian tenang dari sisi bangunan. Sebagai cotoh auditorium jangan ditempatkan berdampigan dengan ruang peralatan mekanik.

Ruang- ruang yang tidak berlampau dapat menerima bising harus di-tempatkan sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai penghalan antara daerah yang bising dan daerah yang tenang, kepatuhan pada prinsip untuk memisahkan ruang yang bising dari ruang yang tenang pada tahap perencanaan akan mereduksi kebuthan bahan banfunan atau sistem penginsulasi bungi sampai suatu minimum, sehingga men-gurangi biaya bangunan.

3. Pengendalian bising eksterior dan interior dalam seluruh bangunan. Pengendalian ini dapat dilakukan terhadap salah satu cara diantara sumber lebbisingan, media pengantar, dan manusia yang terkena dampak, atau pada ketiga hal tersebut.

Page 35: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

29 Sanitasi Sekolah

B. InfografisSanitasiLingkungan

C. InfografisSanitasi

Page 36: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

30

DAFTAR PUSTAKA

Sujarwo, Widyaningsih, Tristanti(2014).Pengelolaan Sampah Organik dan Anorganik. Universitas Negeri Jogjakarta

Sakula, Avisena, Marsanti;Retno, Widiarini(2018). Prinsip Higiene Sanita-si Makanan.Sidoharjo;Uwais Inspirasi Indonesia

Ermavianti, Dwi ; Ani, Susilowati(2018). Sanitasi Hygiene Kecantikan.Yo-gyakarta : Andi

Roni, Pinontoan: Oksfriani, Jufri, Sumampouw (2019), Ngaglik: Deep-ublish

Page 37: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

31 Sanitasi Sekolah

BAB 4

KOMPONEN SANITASI SEKOLAH

Azmi Al-Bahij, Aulia Nurul Fajariyah, Rani Eka SaputriSarah Putri Zuhri, Tasya Afra Maulina , Zahra Nadyya Alfiyyah

Sekolah memiliki komoponen sanitasi yang lengkap, termasuk jam-ban terpisah antara laki-laki dan perempuan dengan air bersih yang terse-dia sepanjang waktu, fasilitas cuci tangan dengan air mengalir dan tersedia sabun, tempat sampah dan saluran pembuangan air kotor.

1. Air bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air bersih untuk Keperluan Higienitaas Sanitasi tersebut digunakan untuk pemeliharaan kebersihan perorangan seperti mandi dan sikat gigi, serta untuk keperluan cuci bahan pangan, peralatan makan, dan pakaian.

2. Jamban Sekolah

Jamban layak adalah jamban yang memenuhi standar kesehatan, ber-jenis kloset duduk/jongkok dengan saluran berbentuk leher angsa. Fasili-tas jamban yang layak adalah jamban yang terpisah menurut jenis kelamin, dapat diakses setiap waktu oleh peserta didik dan warga sekolah lainnya serta mudah dibersihkan. Penyediaan jamban mengacu pada Permendi-knas Nomor 24 Tahun 2007 dengan rasio jamban peserta didik laki-laki mini-mal 1:60 sementara rasio jamban peserta didik perempuan adalah 1:50. Jika

Page 38: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

32

sekolah memiliki sumber daya untuk menyediakan jamban dapat mengacu pada Permenkes No. 1429 Tahun 2006 dengan rasio 1:40 untuk peserta didik laki-laki dan 1:25 untuk peserta didik perempuan. Jamban yang diba-ngun idealnya bersifat ramah anak dan mempertimbangkan warga sekolah terutama penyandang disabilitas.

3. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

Sarana cuci tangan merupakan kelengkapan untuk menjaga kebersi-han diri dan melatih kebiasaan cuci tangan pakai sabun dan air yang men-galir. Keberadaan sarana CPTS akan mempermudh pembiasaan CTPS di kalangan peserta didik demi mencegah kejadian diare, infeksi pernafasan, penyakit mata, dan infeksi kulit. Sarana yang perlu disiapkan sekolah ada-lah air bersih yang mengalir, sabun dan penampung atau saluran air limbah yang aman. Sarana CTPS yang disediakan idealnya berbanding dengan jumlah ruangan yang ada sesuai jumlah kelas. Khususnya di dekat kantin dan jamban, perlu disediakan saran CTPS.

Dengan adanya sarana CTPS dan pembiasaan cuci tangan peserta didik dapat terhindar dari berbagai penyakit seperti diare dan cacingan. Pe-serta didik perlu dibiasakan untuk menggunakan air sehemat mungkin untuk mematikan kran/aliran air saat sedang menyabuni tangan.

A. Sasarannya : Seluruh warga sekolah yaitu peserta didik, guru, staf sekolah, kepala sekolah, komite dan orangtua peserta didik mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir pada saat-saat penting.

B. Manfaatnya :

a. Mencegah penyakit diare sebesar 40%, dan infeksi saluran per-nafasan akut (ISPA) 30%.

b. Menurunkan angka ketidakhadiran secara signifikan 21-54%11 karena menurunnya angka kesakitan pada peseta didik.

c. Mendorong warga sekolah sebagai agen perubahan, melak-

Page 39: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

33 Sanitasi Sekolah

sanakan CTPS baik disekolah maupun di rumah.d. Membiasakan kegiatan CTPS secara berkelompok selaras den-

gan PPK yang ingin ditanamkan oleh pihak sekolah yaitu budaya antri, mandiri, disiplin dan menanamkan jiwa kepemimpin pada peserta didik.

4. Pengolahan Limbah Cair

Aktivitas sanitasi warga sekolah akan menghasilkan buangan limbah cair yang pada umumnya mengandung bahan atau zat yang membahaya-kan kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup. Untuk men-gurangi risiko kesehatan pada peserta didik sebaiknya sekolah memban-gun pengolahan limbah cair yang berfungsi mengurangi kandungan bahan pencemar di dalam cairan limbah.

Limbah cair terdiri dari black water dan gray water. tinja dan urine. Sedangkan gray water adalah air buangan yang dihasil-

kan dari limpasan air hujan, sisa CTPS, dan air cuci dari kantin. Sarana pen-golahan air perlu memenuhi sarana kesehatan agar tidak menimbulkan bau, menggganggu estetika, dan menjadi tempat bersarangnya vektor penyakit seperti nyamuk dan tikus. Oleh karena itu, perlu dilakukan kegiatan kebersi-han rutin pada saluran limbah maupun drainase.

5. Pengelohan Sampah

Menurut UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sampah didefinisikan sebagai sisa kegiatan manusia dan/atau proses alam yang ber-bentuk padat. Karena sifat, onsentrasi dan volumenya, diperlukan pengelo-laan khusus. Penanganan sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menjadi tempat berkembang biaknya vektor penyakit seperti lalat, ti-kus, kecoak. Selain itu, dapat juga menyebabkan pencemaran tanah dan menimbulkan ganggun kenyamanan dan estetika. Kegiatan warga sekolah baik dari kelas, kantin, halaman sekolah serta kamar mandi atau toilet tentu akan menghasilkan sampah. Sampah yang dihasilkan oleh warga sekolah

Page 40: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

34

terdiri dari:a. Sampah Organik adalah sampah yang berasal dari sisa makhluk hidup

sepert tumbuhan dan hewan dan berbagai macam olahan yang kemu-dian dibuang yang dapat mengalami pelapukan dan dapat terurai. Con-tohnya, sampah dedaunan/ranting pohon, sisa makanan, dan lain-lain.

b. Sampah anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari berbagai ma-cam proses yang tidak dapat terurai secara alami oleh bakteri, dan membutuhkan waktu yang lama dalam penguraiannya. Contohnya sampah plastic, kaca, kaleng bekas, dan lain-lain.

6. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

PHBS merupakan implementasi pendidikan karakter yang terait den-gan nilai karakter peduli lingkungan. PHBS akan berhasil dicapai melalui pendidikan berkelanjutan dan keteladanan dari kepala sekolah dan guru-gu-ru bagi warga sekolah untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. Perilaku hidup bersih (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong diri sendiri (mandi-ri) dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Dalam perilaku ini, mereka secara sadar berupaya mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya secara aktif menjaga kesehatan se-kolah. Sasaran seluruh warga sekolah yaitu peserta didik, guru, staf sekolah, kepala sekolah, komite dan orang tua peserta didik terbiasa menggunakan jamban untuk keperluan BAB dan BAK.

7. Makanan dan jajanan sehat, bergizi dan higienis

Asupan makanan yang seimbang dan cukup akan menjamin tubuh menjadi sehat, sehingga dapat menunjang aktivitas di sekolah. Warga se-kolah biasanya membeli atau mengkonsumsi makanan yang bersih, higienis dan tertutup dikantin sekolah. Makanan yang ada di kantin sekolah haruslah

Page 41: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

35 Sanitasi Sekolah

makanan yang bergizi, bersih, tidak mengandung bahan berbahaya serta penggunaan air yang telah dimasak untuk kebutuhan minum.

A. Sasarannya: Seluruh warga sekolah yaitu peserta didik, guru, staf se-kolah, kepala sekolah, komite dan orangtua peserta didik serta peda-gang makanan dan minuman sekitar sekolah.

B. Manfaatnya:

a) Peserta didik memiliki pengetahuan dan memilih makanan dan minuman yang sehat dan higienis.

b) Guru memiliki pengetahuan dan memilih makanan dan minuman yang sehat dan higienis, menginformasikan aturan sekolah ke-pada pedagang di sekitar sekolah terkait makanan dan minuman yang sehat dan higienis.

c) Kesadaran orangtua agar membawakan anak suatu bekal atau cemilan sehat ke sekolah baik sehingga peserta didik tidak jajan sembarangan.

d) Penjual makanan di kantin serta di sekitar sekolah megolah, menyediakan, menyimpan makanan dan minuman yang sehat dan higienis.

8. Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM)

ManajemEn Kebersihan Menstruasi (MKM) adalah pengelolaan ke-bersihan dan kesehatan pada saat anak perempuan mengalami menstruasi. Peserta didik perempuan harus dapat menggunakan pembalut yang bersih, dapat diganti sering mungkin selama periode menstruasi dan memiliki akses untuk pembuangannya serta dapat mengakses jamban, Sabun dan air un-tuk membersihkan diri dari kondisi nyaman dan privasi yang terjaga. Dalam lingkungan sekolah, para peserta didik perempuan seharusnya dapat men-gakses fasilitas sanitasi di waktu-waktu tertentu dengan seijin guru kelas.

Sasarannya : Seluruh warga sekolah yaitu peserta didik, guru, staf se-kolah, kepala sekolah, komite dan orangtua peserta didik serta tim pelaksa-

Page 42: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

36

na Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).

9. Manajemen sanitasi di sekolah

Menejemen sanitasi sekolah merupakan upaya seluruh sekolah dalam memenuhi tiga aspek penting dalam sanitasi sekolah, yaitu ketersediaan sa-rana dan prasarana sanitasi, pembiasaan prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan dukungan alokasi dana untuk upaya sanitasi sekolah. Manaje-men sanitasi sekolah memastikan sekolah mengalokasikan anggaran BOS untuk biaya perwatan, pemeliharaan

serta kegiatan sanitasi sekolah. Keberhasilan program sanitasi sekolah memerlukan dukungan seluruh komponen warga sekolah dan peran serta masyarakat dalam mengidentifikasi kebutuhan dan cara memenuhi kebutu-han tersebut. Untuk mencapai hal ini, program sanitasi sekolah dimasukan dalam dokumen RKAS yang berisi rencana program pengembangan seko-lah satu tahun ke depan yang disusun berdasarkan Rencana Kerja Sekolah (RKS).

Sumber pendanaan yang diperlukan dalam mengelola sanitasi sekolah dapat berasal dari Bantuan Oprasional Sekolah (BOS) pusat, BOS daerah, dan sumber peranaan lainnya seperti kontribusi Alumni,Corporate Social Responsibility (CSR), dan peran serta masyarakat (PSM). Menurut permen-dikbud no.1/2018, terdapat 10 komponen pembiayaan BOS pada SD. Apa-bila 10 komponen tersebut sudah terpenuhi pembiayaan dan masih terdapat kelebihan BOS,BOS dapatd gunakan untuk keperluan lain seperti pemban-guan jamban/ WC beserta sanitasinya, dan atau kantin sehat, hanya bagi sekolah yang belum memiliki prasarana tersebut. Keputusan penggunaan dana ini harus di putuskan melalui rapat bersama dewan guru dan komite sekolah sesuai dengan peraturan yang berlaku di daerah masing-masing.

Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Menejemen Sanitasi Se-kolah :

Page 43: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

37 Sanitasi Sekolah

a) Peran dan Tanggung Jawab

Pembagian peran dan tanggung jawab dari para pemangku kepentin-gan sanitasi sekolah perlu dilakukan untuk memastikan implementasi sani-tasi sekolah berjalan dengan lancar. Berikut peran dan tanggung jawab yang perlu diperhatikan :

b) Komunikasi dan koordinasi

Keberhasilan program sanitasi sekolah juga bergantung kepada komu-nikasi dan koordinasi dengan pihak terkait, diantaranya dinas pendidikan, kantor kementrian agama, sekertaritan daerah,bappeda, dinas kesehatan, BPOM, Dinas cipta karya, dinas lingkungan hidup,serta mitra potensial lain-nya.

c) Patisipasi Warga Sekolah dan Masyarakat

Pentingnya memastikan seluruh warga sekolah untuk terlibat aktif da-lam identifikasi kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, dan mentoring pro-gram sanitasi sekolah.peserta didik dilibatkan untuk merawat fasilitas sani-tasi sekolah sebagai tanggung jawab bersama. Permendikbud No.75 Tahun 2016 mengatur tentang tugas pokok dan fungsi komite sekolah yang menja-di dasar partisipasi komite sekolah dalam pengembangan program sanitasi.

Page 44: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

38

10. Infograsis komponen sanitasi sekolah

Page 45: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

39 Sanitasi Sekolah

11. Infografis Sanitasi Lingkungan Sekolah

Page 46: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

40

DAFTAR PUSTAKA

Kepmenkes RI. 2006. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1429.MENKES/SK/XII/2006 Tentang Pedoman Peyelengga-raan Kesehatan Lingkungan Sekolah. Jakarta.

Permendiknas No. 24 Tahun 2007 Tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Permendikbud No. 1 Tahun 2018 Tentang Petun-juk Teknis Bantuan Operasional Sekolah.

Permendikbud No. 75 Tahun 2016 Tentang Komite Sekolah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Penge-lolaan Sampah.

Page 47: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

41 Sanitasi Sekolah

BAB 5

KOMPONEN FASILITASSANITASI SEKOLAH

Hade Imam Khairul Anam, Raihan Nur Rabbani, Musyaffa Luthfi

A. Sarana Sanitasi Air

Sarana sanitasi air adalah bangunan beserta peralatan dan perlengka-pannya yang menghasilkan, menyediakan dan membagi-bagikan air bersih untuk masyarakat.

1. Pengertian Air Bersih

Air merupakan salah satu bahan pokok yang mutlak dibutuhkan oleh manusia sepanjang masa. Air mempunyai hubungan yang erat dengan kes-ehatan. Apabila tidak diperhatikan maka air yang dipergunakan masyarakat dapat mengganggu kesehatan manusia. untuk mendapatkan air yang baik, sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegia-tan manusia, baik limbah dari kegiatan industri dan kegiatan lainnya (Ward-hana, 2004).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MenKes/Per/IX/1990, yang di maksud air bersih adalah air bersih yang digunakan un-tuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah di masak.

Page 48: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

42

Jenis sarana air bersih ada beberapa macam yaitu PAM, sumur gali, sumur pompa tangan dangkal dan sumur pompa tangan dalam , tempat penampungan air hujan, penampungan mata air, dan perpipaan. Sirkulasi air, pemanfaatan air, serta sifat-sifat air memungkinkan terjadinya pengaruh air terhadap kesehatan. Secara khusus, pengaruh air terhadap kesehatan dapat bersifat langsung maupun tidak langsung (Slamet, 2002).

2. Syarat Air Bersih

Pemenuhan kebutuhan akan air bersih haruslah memenuhi dua syarat yaitu kuantitas dan kualitas.

a. Syarat Kuantitatif Syarat kuantitatif adalah jumlah air yang dibutuhkan setiap hari

tergantung kepada aktifitas dan tingkat kebutuhan. Makin ban-yak aktifitas yang dilakukan maka kebutuhan air akan semakin besar. Secara kuantitas di Indonesia diperkirakan dibutuhkan air sebanyak 138,5 liter/orang/hari dengan perincian yaitu untuk mandi, cuci kakus 12 liter, minum 2 liter, cuci pakaian 10,7 li-ter, kebersihan rumah 31,4 liter, taman 11,8 liter, cuci kendaraan 21,8 liter, wudhu 16,2 liter, lainlain 33,3 liter (Slamet, 2007).

b. Syarat Kualitatif Syarat kualitas meliputi parameter fisik, kimia, radioaktivitas, dan

mikrobiologis yang memenuhi syarat kesehatan menurut Pera-turan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air (Slamet, 2007).

3. Fasilitas Air Bersih dan Pemanfaatannya

Fasilitas air bersih adalah penyediaan yang menghasilkan air bersih untuk menunjang kesehatan manusia agar terhindar dari kuman dan penya-kit, contohnya :

Page 49: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

43 Sanitasi Sekolah

Gambar 1 Tempat cuci tangan di lingkungan SDN Lebak Bulus 07 Pagi (sumber: dokumentasi pribadi)

Tempat cuci tangan Sarana tempat cuci tangan adalah sarana yang menyediakan air untuk

kegiatan mencuci tangan. Adapun syarat – syarat yang harus dipenuhi pada sarana tempat cuci tangan :a) Menggunakan sistim air mengalir, artinya air bekas tidak terpakai lagi.

b) Air bekas dibuang ke saluran pembuangan air limbah

c) Dilengkapi dengan sabun

d) Dilengkapi dengan kain lap

e) Mudah digunakan dan dalam keadan bersih.

Untuk sekolah kuantitas tempat cuci tangan adalah sebuah tempat cuci tan-gan untuk 50 murid.

Page 50: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

44

B. Pembuangan Air Limbah

Air limbah atau air kotoran adalah air yang tidak bersih dan mengand-ung berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan manusia atau hewan dan lazimnya muncul karena hasil perbuatan manusia termasuk in-dustrialisasi (Azwar,1995).

Persyaratan kesehatan sarana pembuangan air limbah (SPAL) adalah sebagai berikut (Irdianty, 2011: 20): 1) Tidak mencemari air tanah.

2) Tidak menimbulkan sarang nyamuk dan jalan tikus.

3) Tidak menimbulkan kecelakaan.

4) Tidak menimbulkan bau dan gangguan

Sarana pembuangan air limbah yang sehat harus memenuhi pers-yaratan teknis sebagai berikut (DepKes RI, 1993) : 1) Tidak mencemari sumber air bersih

2) Tidak menimbulkan genangan air yang menjadi sarang serangga/nyamuk

3) Tidak menimbulkan bau

4) Tidak menimbulkan becek, kelembaban dan pandangan yang tidak menyenangkan.

C. Pembuangan Kotoran Manusia (Jamban)

Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (faces), air seni (urine) dan CO2 sebagai hasil dari proses pernafasan.

Pembuangan Kotoran manusia dalam ilmu kesehatan lingkungan di-maksudkan hanya tempat pembuangan tinja dan urine, pada umumnya disebut latrine, jamban atau kakus (Notoatmodjo, 2003).

Page 51: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

45 Sanitasi Sekolah

Menurut Permen 24 (2007: 14) tentang SNP Sarana Prasarana men-jelaskan: “Standar jamban SD/MI sebagai berikut: 1) Jamban berfungsi sebagai tempat buang air besar dan kecil.

2) Minimum terdapat 1 unit jamban untuk setiap 60 peserta didik pria, 1 unit jamban untuk setiap 50 peserta didik wanita, dan 1 unit jamban untuk guru. Jumlah minimum jamban setiap sekolah/madrasah 3 unit.

3) Luas minimum 1 unit jamban 2 meter persegi.

4) Jamban harus berdinding, beratap, dapat dikunci, dan mudah dibersih-kan.

5) Tersedia air bersih di setiap unit jamban.

Dalam KEPMENKES RI No.1429 tahun 2006, tentang pedoman penyelenggaraan kesehatan lingkungan sekolah, toilet/urinoir sangat pent-ing diperhatikan, dan hal-hal yang perlu diperhatikan adalah : 1) Letak toilet harus terpisah dari ruang kelas,ruang UKS,ruang guru,per-

pustakaan

2) Tersedia toilet yang terpisah antara laki-laki dan perempuan

3) Proporsi jumlah wc/urinoir adalah 1 wc/urinoir untuk 40 siswa dan 1 wc/urinoir untuk 25 siswi

4) Toilet harus dalam keadaan bersih

5) Lantai toilet tidak ada genangan air

6) Tersedia lubang penghawaan yang langsung berhubungan dengan udara luar.

7) Bak penampung air harus tidak menjadi perindukan nyamuk.

D. Pengelolaan Sampah

Para ahli kesehatan masyarakat menyebutkan sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi ataupun sesuatu yang

Page 52: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

46

dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendi-rinya (Notoatmodjo, 2003).

Sarana Pembuangan Sampah Berdasarkan Keputusan Menteri Kes-ehatan Republik Indonesia Nomor 1429/MENKES/SK/XII/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah menjelaskan: “Standar sarana pembuangan adalah sebagai berikut:1) Di setiap ruangan harus tersedia tempat sampah yang dilengkapi den-

gan tutup.

2) Tersedia tempat pengumpulan sampah sementara (TPS) dari seluruh ruangan untuk memudahkan pengangkutan atau pemusnahan.

3) Peletakkan tempat pembuangan/ pengumpulan sampah sementara dengan ruang kelas berjarak minimal 10 m.”

1. Penyimpanan Sampah

Penyimpanan sampah adalah tempat sampah sementara sebelum sampah tersebut dikumpulkan, untuk kemudian diangkut serta dibuang (di-musnakan) dan untuk itu perlu disediakan tempat yang berbeda untuk ma-cam dan jenis sampah tertentu. Maksud dari pemisahan dan penyimpanan disini ialah untuk memudahkan pemusnahannya.

Pengelolaan sampah adalah meliputi penyimpanan, pengumpulan dan pemusnahan sampah yang dilakukan sedemikian rupa sehingga sampah tidak mengganggu kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup (Notoat-

modjo, 2003).

Page 53: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

47 Sanitasi Sekolah

Gambar 2 Beberapa tempat sampah dengan kategori dan warna di SDN Lebak Bulus 07 Pagi (sumber: dokumentasi pribadi)

Pada gambar 2 di atas dapat diketahui bahwa penerapan warna pada penutup tempat sampah menunjukkan kategori jenis sampah, yakni: war-na merah untuk sampah kertas, warna kuning untuk sampah botol, plastik, cup, dan warna hijau untuk sampah organik. Pemberian warna pada tempat sampah dilakukan bukan tanpa alasan atau sekedar sebagai elemen estetis semata, melainkan sebagai bahasa visual untuk memperkuat makna pada objek (tempat sampah).

Page 54: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

48

2. Pengumpulan Sampah

Pengumpulan sampah menjadi tanggung jawab dari masing-masing institusi yang menghasilkan sampah. oleh sebab itu setiap institusi harus mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan sampah, kemudian dari masing-masing tempat pengumpulan sampah tersebut harus diangkut ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan selanjutnya ke Tempat Penam-pungan Akhir (TPA).

3. Pemusnahan Sampah

Pemusnahan atau pengelolaan sampah dapat dilakukan melalui berb-agai cara, antara lain : a. Ditanam (landfill) yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang

diatas tanah kemudian sampah dimasukan dan ditimbun dengan sampah.

b. Dibakar (incenarator) yaitu memusnahkan sampah dengan jalan mem-bakar di dalam tengku pembakaran.

c. Dijadikan pupuk (composting) yaitu pengelolaan sampah menjadikan pupuk, khususnya untuk sampah organik daundaunan, sisa makanan dan sampah lain yang dapat membusuk.

E. DATA PENELITIAN

Berikut persentase per indikator dari sub variabel kondisi sanitasi di tiga SD Negeri di daerah Tangerang Selatan. Pengambilan data dilakukan di tiga Sekolah Dasar Negeri di daerah Tangerang

Selatan yaitu SDN Ciputat 04, SDN Pondok Betung 1 dan SDN Perigi 01. Penelitian dilakukan bulan Juli-Agustus 2017.

Berdasarkan data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari ke-tiga sekolah 93,3 % sumber air bersih sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan. Kondisi jamban 83,3 % telah memenuhi standar. Dari kondisi

Page 55: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

49 Sanitasi Sekolah

SPAL, 92,9 % sesuai standar, cuci tangan 80% sudah memenuhi standar dan dari sarana pembuangan sampah 88,9 %. Dari hasil observasi setiap sekolah memiliki kriteria yang harus diperbaiki, dipelihara dan dimanfaatkan secara maksimal (Santi, A. U. P., & al Bahiij, A, 2018).

F. InfografisSanitasiSekolah

Page 56: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

50

G. InfografisSanitasiSekolah

Page 57: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

51 Sanitasi Sekolah

DAFTAR PUSTAKA

Azwar. (1995). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pus-taka Pelajar Offset.

Depkes RI. 2003. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 15/Menkes/ SK/V/2003 tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Jasaboga. (http://dinkes.sulsel.go.id/new/images/pdf/Peraturan/kmk%20pers-yaratan%20hygiene%20 jasaboga%20715-2003.pdf).Diakses 15 April 2012.

Irdianty,E. (2011). Studi Deskriptif Sanitasi Dasar di Tempat Pelelangan Ikan Lempasing Teluk Betung Bandar Lampung. Skripsi. Universitas Indo-nesia.

_______. (2006). Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1429/MENKES/SK/XII/2006: Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah. Jakarta: Departemen Kesehatan

Menteri Pendidikan Nasional. (2007). Permendiknas No 24 tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah/Madrasah Pendidikan Umum. Jakarta: Depdiknas

Notoatmodjo, S., 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Cetakan Pertama, Ja-karta: Rineka Cipta.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/ IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air.

Page 58: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

52

Santi, A. U. P., & al Bahiij, A. (2018). Kondisi Sanitasi di Tiga Sekolah Dasar Negeri di Daerah Tangerang Selatan. Jurnal Holistika, 2(1).

Slamet, 2002. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Slamet. 2007. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gajahmada University Press

Wardhana, A. W. (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan Ce-takan Keempat. Yogyakarta: Andi.

Page 59: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

53 Sanitasi Sekolah

BAB 6

STANDAR SANITASI

Afia Fitriani, Diah Adha.N, Nafisah Munjidah,Nisya Fakhira, Zarfa Rizqi.R

Pengertian umum lingkungan sekolah adalah salah satu kesatuan da-lam lingkungan fisik, mental dan sosial dari sekolah yang memenuhi syarat-syarat kesehatan sehingga dapat mendukung proses belajar mengajar den-gan baik dan menunjang proses pertumbuhan dan perkembangan murid secara optimal. Faktor lingkungan sekolah dapat mempengaruhi proses belajar mengajar, juga kesehatan warga sekolah. sesuai dengan SDGS, in-dikator dalam sarana dan prasarana meliputi : akses pada sumber air bersih yang layak dan tersedia sepanjang waktu, akses pada fasilitas sanitasi dasar yang layak dan terpisah dan, akses terhadap fasilitas CTPS dengan air mengalir.

Adapun komponen sarana dan prasarana sanitasi sekolah yang diba-hasa dalam pedoman: air bersih, jamban sekolah, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan limbah cair, pengelolaan sampah. Mengenai standar dari san-itasi, Adapun standar sanitasi menurut komponen yang disebutkan diatas :

1. Standar Air Bersih

a. Sekolah memiliki jumlah ketersediaan air yang cukup di setiap unit jamban dan sarana cuci tangan. Idealnya ketersediaan air adalah 10 liter/orang/hari.

b. Tersedia tempat air dalam jamban untuk menampung air bersih dan mudah dibersihkan supaya tidak menjadi tempat berkem-

Page 60: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

54

bang-biaknya jentik nyamuk atau hewan pembawa penyakit lain-nya.

c. Secara kualitas dan fisik air tidak berwarna, tidak berbau, dan ti-dak berasa serta tidak mengandung racun dan logam berat. Jika air tidak memenuhi syarat tersebut, gunakan alat ilustrasi atau penyaringan untuk menyaring air.

d. Air mudah untuk dijangkau dan didapatkan oleh semua warga sekolah pada saat kegiatan sekolah berlangsung.

e. Jarak sumber air dan instalasi pembuangan air limbah ( PAL ) atau tangka seplik minimal 10 meter.

2. Standar Jamban Sekolah

a. Luas minimum satu unit jamban disarankan sebesar 2 meter persegi.

b. Jamban peserta didik antara perempuan dan laki-laki harus terp-isah.

c. Aktivitas penggunaan jamban tidak mudah terlihat dan terdengar dari luar.

d. Jamban dilengkapi dengan pintu bermutu baik yang dapat di-kunci dan dibuka untuk keamanan dan keselamatan pengguna jamban.

e. Lokasi jamban tidak jauh dan dapat dipantau dengan mudah.f. Jamban harus dalam keadaan bersih sebelum dan setelah digu-

nakan.g. Menjaga kebersihan jamban dengan mengatur jadwal piket, baik

peserta didik maupun guru, dan staf sekolah lainnya.h. Ruangan jamban mempunyai pencahayaan yang memadai dan

ventilasi untuk pertukaran udara. Apabila tidak ada listrik, Seba-gian atap jamban dapat menggunakan fiber glass atau plastic kaca di atap sehingga jamban tidak gelap.

i. Tersedianya air bersih, sabun, tempat sampah tertutup, cermin, gantungan baju, tempat cuci tangan, wadah penampungan air dan gayung di setiap unit jamban, terutama di jamban untuk pe-serta didik.

Page 61: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

55 Sanitasi Sekolah

j. Sekolah memastikan jamban dapat diakses pesrta didik berke-butuhan khusus, apabila sekolah menerima peserta didik pen-yandang disabilitas. Sebagaimana yang diatur dalam PERMEN-DIKNAS No.70 Tahun 2009 tentang pendidikan inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan potensi kecerdasan dan atu akut istimewa.

k. Limbah cair dari jamban tidak langsung dibuang ke lingkungan sekolah, namun diolah terlebih dahulu melalui instalasi pem-buangan air limbah ( PAL ) atau tangki septic.

l. Jarak sumber air dan instalasi pembuangan air limbah ( PAL ) atau tangka seplik minimal 10 meter.

m. Kontruksi bangunan sesuai dengan ukuran kemiringan untuk menghindari genangan dan material konstruksi dipilih yang berkualitas.

3. Standar pengelolaan sampah

a. Tersedia tempat sampah terpilah dan tertutup di setiap ruangan dan tempat umum lainnya (halaman sekolah,kantin,dll).

b. Tempat sampah tertutup di jamban khusus perempuan untuk membuang pembalut bekas pakai.

c. Sampah harus dipalah sebelum diangkut: sampah dipilah keda-lam sampah organic atau anorganik. Sampah organic dapat di-jadikan komposter sementara sampah anorganik diolah secara komperhensif.

d. Di setiap ruang kelas harus terdapat tempat sampah.e. Di sekolah tersedia tempat pmbuangan sampah sementara

(TPS).f. Sekolah perlu berkerjasama dengan dinas atau mitra terkait un-

tuk pengangkutan dan pengelolaan sampah. Kondisi dari komponen lingkungan sekolah tertentu dapat menye-

babkan timbulnya masalah kesehatan. Faktor resiko lingkungan sekolah tersebut antara lain kondisi atap, dinding, lantai, dan as-pek lainnya sebagai berikut :

Page 62: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

56

1. Kondisi Atap dan Talang Atap dan talang yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat

menjadi tempat perindukan nyamuk dan tikus. Kondisi ini men-dukung terjadinya penyebaran dan penularan penyakit demam berdarah dan leptospirosis.

2. Kondisi Dinding Dinding yang tidak bersih dan berdebu selain mengurangi esteti-

ka juga berpotensi merangsang timbulnya gangguan pernafasan seperti asthma atau penyakit saluran pernafasan.

3. Kondisi Lantai Dinding yang tidak rata, licin dapat menyebabkan terjadinya

kecelakaan, sedangkan lantai yang kotor dapat mengurangi kenyamanan dan estetika. Lantai yang tidak kedap air dapat menyebabkankelembaban. Kondisi ini mengakibatkan dapat berkembang biaknya bakteri dan jamur yang dapat meningkat-kan resiko penularan penyakit seperti TBC, ISPA dan lainnya.

4. Kondisi Tangga Tangga yang tidak memenuhi syarat kesehatan seperti kemir-

ingan, lebar anak tangga, pegangan tangga berpotensi menim-bulkan kecelakaan bagi peserta didik. Tangga yang memenuhi syarat adalah lebar injakan > 30 cm, tinggi anak tangga maksi-mal 20 cm, lebar tangga > 150 cm serta mempunyai pegangan tangan.

5. Pencahayaan Pencahayaan alami di ruangan yang tidak memenuhi syarat

kesehatan mendukung berkembang biaknya organisme seper-ti bakteri dan jamur. Kondisi ini berpotensi menimbulkan gang-guan terhadap kesehatan. Selain itu pencahayaan yang kurang menyebabkan ruang menjadi gelap sehingga disenangi oleh nyamuk untuk beristirahat (rasting habit).

Page 63: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

57 Sanitasi Sekolah

6. Ventilasi Ventilasi di ruangan yang tidak memenuhi persyaratan keseha-

tan menyebabkan proses pertukaran udara tidak lancar, seh-ingga menjadi pengap dan lembab, Kondisi ini mengakibatkan berkembang biaknya bakteri, virus dan jamur yang berpotensi menimbulkan gangguan penyakit seperti TBC, ISPA, cacar dan lainnya.

7. Kepadatan Kelas Perbandingan jumlah peserta didik dengan luas ruang kelas

yang tidak memenuhi syarat kesehatan menyebabkan menurun-nya prosentase ketersediaan oksigen yang dibutuhkan oleh pe-serta didik. Hal ini akan menimbulkan rasa kantuk, menurunkan konsentrasi belajar dan resiko penularan penyakit. Perbandin-gan ideal adalah 1 orang menempati luas ruangan 1,75 M2.

A. Jarak Papan Tulis

Jarak papan tulis dengan murid terdepan 9 meter akan menyebabkan gangguan konsentrasi belajar.

B. Ketersediaan Tempat Cuci Tangan

Tangan yang kotor berpotensi menularkan penyakit. Kebiasaan cuci tangan dengan sabun mampu menurunkan kejadian penyakit diare 30%. Tersedianya tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun bertujuan untuk menjaga diri dan melatih kebiasaan cuci tangan dengan sabun sebe-lum makan atau sesudah buang air besar merupakan salah satu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Berdasarkan ketentuan Departemen Kes-ehatan maka setiap 2 (dua) ruang kelas harus terdapat satu wastafel yang terletak di luar ruangan.

Page 64: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

58

C. Kebisingan

Kebisingan adalah suara yang tidak disukai, bisa berasal dari luar se-kolah maupun dari dalam lingkungan sekolah itu sendiri, suara bising dapat menimbulkan gangguan komunikasi sehingga mengurangi konsentrasi bela-jar dan dapat menimbulkan stress.

D. Air Bersih

Ketersediaan air bersih baik secara kualitas maupun kuantitas muklak diperlukan untuk menjaga hygiene dan sanitasi perorangan maupun lingkun-gan. Beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui air antara lain diare, kholera, hepatitis, penyakit kulit, mata dan lainnya. Idealnya ketersediaan air adalah 15 liter/orang/hari.

E. Toilet ( Kamar Mandi, WC dan Urinoir)

Bak penampungan air dapat menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk, demikian juga kamar mandi yang pencahayaannya kurang me-menuhi syarat kesehatan akan menjadi tempat bersarang dan beristirahat-nya nyamuk.WC dan urinoir : Tinja dan urine merupakan sumber penularan penyakit perut (diare, cacingan, hepatitis ). Penyakit ini ditularkan melalui air, tangan, makanan dan lalat. Untuk perlu diperhatikan ketersediaan WC dalam hal jumlahnya. Perbandingannya adalah : 1 WC untuk 25 siswi dan 1 WC untuk 40 siswa.

F. Pengelolaan Sampah

Penanganan sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menjadi tempat berkembang biaknya vektor penyakit seperti lalat, tikus, ke-coak. Selain itu dapat juga menyebabkanpencemaran tanah dan menimbul-kan gangguan kenyamanan dan estetika. Untuk itu disetiap ruang kelas ha-rus terdapat 1 buah tempat sampah dan di sekolah tersebut harus tersedia

Page 65: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

59 Sanitasi Sekolah

tempat pembuangan sampah sementara (TPS).

G. Sarana Pembuangan Air Limbah

Sarana pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat kesehatan ataupun tidak dipelihara akan menimbulkan bau, mengganggu estetika dan menjadi tempat perindukan dan bersarangnya tikus. Kondisi ini berpotensi menyebabkan dan menularkan penyakit seperti leptospirosis dan filariasis (kaki gajah).

H. Pengendalian Vector

Termasuk dalam pengertian vektor ini, terutama adalah tikus dan nyamuk, Tikus merupakan vektor penyakit pes, leptospirosis, selain sebagai vektor penyakit, tikus juga dapat merusak bangunan dan instalasi listrik. Hal ini meningkatkan resiko penularan penyakit dan juga menimbulkan terjad-inya arus pendek pada aliran listrik.Nyamuk : Nyamuk merupakan vektor penyakit, jenis nyamuk tertentu menularkan jenis penyakit yang berbeda. Nyamuk Aedes Aegypti dapat menyebabkan demam berdarah. Anak-anak usia sekolah merupakan kelompok resiko tinggi terjangkit penyakit demam berdarah. Nyamuk demam berdarah senang berkembang biak pada tem-pat-tempat penampungan air maupun non penampungan air. Beberapa tem-pat perindukan yang harus diwaspadai antara lain bak air, saluran air, talang, barang-barang bekas dan lainnya.

I. Kantin / Warung Sekolah

Kantin/warung sekolah sangat dibutuhkan oleh peserta didik untuk tem-pat memenuhi kebutuhan makanan jajanan pada saat istirahat. Makanan jajanan yang disajikan tersebut harus memenuhi syarat kesehatan, karena pengelolaan makanan jajanan yang tidak memenuhi syarat akan menimbul-kan penyakit bawaan makanan dan berpengaruh terhadap kesehatan seh-ingga akan mempengaruhi proses belajar mengajar.

Page 66: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

60

J. Kondisi Halaman Sekolah

Halaman sekolah pada musim kemarau akan berdebu, sehingga menyebabkan penyakit ISPA dan pada musim hujan akan menimbulkan becek sehingga berpotensi menimbulkan kecelakaan.

Perilaku Kebiasaan yang dilakukan sehari hari dapat mempengaruhi terjadinya penularan dan penyebaran penyakit. Sekolah merupakan tempat pembelajaran bagi peserta didik untuk membiasakan diri berperilaku hidup bersih dan sehat, untuk menurunkan resiko terkena penyakit tertentu. Be-berapa perilaku hidup bersih dan sehat itu antara lain : tidak merokok, buang sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan diri, cuci tangan pakai sabun, menjaga kebersihan lingkungan dan lainnya

4. Standar kebersihan lingkungan menurut peraturan pemerintahan

Adapun peraturan pemerintah republik indonesia yang membahas menganai sanitasi lingkungan.

1. Infografis Sanitasi

Page 67: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

61 Sanitasi Sekolah

Page 68: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

62

DAFTAR PUSTAKA

https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2014/66TAHUN2014PP.HTM

https://www.slideshare.net/adelinahutauruk7/peraturan-pemerin-tah-no-66-tentang-k

https://disdik.bekasikab.go.id/berita-standar-sanitasi-dan-status-keseha-tan-dilingkungan-sekolah.html

Hadi Waluyo, Bambang. 2018. PEDOMAN PENGEMBANGAN SANITASI SEKOLAH. Jakarta. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Page 69: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

63 Sanitasi Sekolah

Bab 7

PROMOSI HIDUP BERSIH DI SEKOLAH

Rakasia Budi Buwana, Baist Syehkul Ulya, Muhammad Fadlan, Barro Dea Ramadhoni, Nadia Erina, Dinda Aprilia.

Pengertian PHBS

Ada beberapa yang berkaitan dengan pengertian PHBS, sebagai beri-kut:1. Perilaku sehat adalah tindakan untuk menjaga dan mengatasi timbul-

nya suatu penyakit yang akan menyerang diri kita, menjaga diri agar tidak terkena penyakit, dan selalu jaga pola hidup sehat.

2. PHBS adalah kemauan yang datang dari diri kita jika ingin hidup sehat aktiflah dalam kegiatan sehat di masyarakat agar kita tejaga dari pen-yakit dan bisa melindungi diri kita sendiri.

3. Program PHBS adalah untuk emnghimbaukan kepada individu atau masyarakat untuk meningkatkan pemberdayaan mayarakat sehingga dapat mengacu dan mendorong masyarakat agar dapat menjaga diri mereka dalam meningkatkan hidup sehat.

Page 70: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

64

Jumlah PHBS sangat lah banyak misal dari segi gizi makan makanan yang bnyak mengandung pitamin dan yang dapat menambah imun kita agar tetap sehat,mengkonsumsi sayur dan buahan setiap hari, tidak terlalu ban-yak megkonsumsi yang manis-manis, mengunakan air yang bersih, hindari merokok didalam ruangan

A. Pengertian PHBS di Sekolah

Kesehatan merupakan kondisi yang sehat, baik secara raga, men-tal, spiritual ataupun sosial yang membolehkan tiap orang agar hidup pro-duktif sebagai sosial serta murah. Agar bisa hidup sehat tiap orang wajib memiliki perilaku hidup bersih serta sehat (PHBS). Anak pada umur seko-lah ialah masa dimana kesempatan untuk menumbuhkan nilai PHBS dan menawarkannya baik dalam sekolah, keluarga ataupun masyarakat. Saat ini Indonesia ada lebih dari 12409 sekolah, bersumber pada jumlah yang tertera di sekolah ialah tempat yang hakiki dalam kehidupan anak, hingga sekolah bisa difungsikan secara pas sehingga salah satu sekolah yang bisa menolong serta berfungsi dalam upaya memajukan agar anak berkembang baik dengan upaya promotif serta preventif. Supaya terbentuk penerapan PHBS yang sungguh-sungguh guru hendaknya membagikan data yang ber-hubungan dengan perilaku hidup bersih serta sehat (PHBS) semacam mem-bagikan arahan serta nasehat untuk senantiasa melindungi kebersihan area sekolah dengan metode giat mensterilkan area sekolah khususunya pada ruang kelas yang digunakan untuk mereka belajar, membuang sampah pada tempatnya, dan senantiasa makan pagi saat sebelum berangkat sekolah. Mengingat berartinya PHBS sebagai bentuk promosi dalam kesehatan untuk mengajak serta mendesak anak sekolah dasar supaya hidup bersih serta sehat hingga butuh dicoba pemeliharaan kesehatan secara berkesinambun-gan supaya tercapai tahap kesehatan yang baik. Sekolah yang sehat sangat baik untuk komunitasnya berwatak sehat. (Depkes, 2013)

Page 71: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

65 Sanitasi Sekolah

PHBS di sekolah ialah sekelompok dalam upaya menerapkan warga sekolah atas dasar pemahaman untuk menghindari penyakit, mewujudkan area yang bersih serta sehat, serta meningkatkan kesehatan. Institusi pen-didikan diseleksi sebagai tempat yang strategis dalam membagikan penge-tahuan tentang berartinya memiliki sikap hidup bersih serta sehat, dimana partisipasi didik diajarkan agar melaksanakan perihal simple (misalnya cuci tangan memakai sabun) yang berakibat besar untuk kesehatan. Jika hid-up bersih adalah kebiasaan maka salah satu cara untuk menggapai derajat kesehatan seseorang. Hidup sehat bukan hanya diterapkan di lingkungan keluarga saja, melainkam dalam aturan pembelajaran semacam di sekolah. Penerapan PHBS membagikan akibat dalam aspek kebersihan serta kese-hatan. (Abidah & Huda, 2018)

Akibat dari PHBS dialami oleh seluruh masyarakat sekolah, paling utama untuk peserta didik. Sebagian akibat tersebut yakni siswa jadi sadar bahwa kebersihan sangat penting, meninjau tumbuh kembangnya, mening-katkan gizi pada masakan yang dimakan anak, serta tingkatkan semangat dalam belajar pada siswa. Dampak awal dalam penerapan program PHBS yaitu anak jadi sadar akan kebersihan. Sikap kebersihan telah diberikan pada siswa secepatnya. Dengan terdapatnya pendidikan hidup bersih lewat kegiatan langsung diharapkan siswa senantiasa melindungi kebersihan diri serta area sekolah. Aktivitas kebersihan yang di lakukan di SD antara lain yaitu aktivitas mencuci tangan. Dengan senantiasa melindungi kebersihan tangan hingga bisa mengurangi penularan sesuatu penyakit yang menular. Ada pula langkah-langkah dalam pembinaan program PHBS ialah mulai dari menganalisis suasana, pembuatan kelompok kerja penataan kebijakan PHBS di lembaga pendidikan, penyiapan infrastuktur, sosialisasi penerapan PHBS di sekolah, pelaksanaan PHBS di sekolah, sampai aktivitas peman-tauan serta penilai. (Abidah & Huda, 2018)

UKS merupakan sesuatu metode dimana program pembelajaran serta kesehatan dilkaukan untuk meningkatkan sikap sehat dalam aspek utama agar hidup dengan metode penanaman nilai PHBS disekolah. PHBS dise-

Page 72: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

66

kolah merupakan upaya agar dapat memberdayakan siswa, guru serta war-ga area sekolah supaya mengetahui, serta sanggup dalam mempraktekan PHBS, serta berfungsi aktif dalam melakukan sekolah sehat. (Mariyani et al., 2019)

B. Manfaat PHBS

Manfaat pembinaan PHBS yaitu untuk terciptanya sekolah yang bersih serta sehat sehingga siswa, guru, serta warga diarea sekolah terhindar dari bermacam kendala serta ancaman penyakit. Sekolah adalah salah satu area yang dapat mempengaruhi kesehatan serta membentuk sikap anak tentang kesehatan ataupun sikap hidup sehat serta besih. Sikap hidup sehat dapat diketahui dengan sikap hidup bersih serta sehat di sekolah. PHBS disekolah adalah satu kegiatan yang dilakukan dalam program Upaya Kesehatan Se-kolah (UKS). UKS merupakan sesuatu metode dimana program pembelaja-ran serta kesehatan dilkaukan untuk meningkatkan sikap sehat dalam aspek utama agar hidup dengan metode penanaman nilai PHBS disekolah. PHBS disekolah merupakan upaya agar dapat memberdayakan siswa, guru serta warga area sekolah supaya mengetahui, serta sanggup dalam memprak-tekan PHBS, serta berfungsi aktif dalam melakukan sekolah sehat. (Mariyani et al., 2019).

Manfaat pembinaan PHBS disekolah agar terciptanya sekolah bersih serta sehat sehingga peserta didik, guru, serta warga dilingkungan sekolah dapat terhindar dari bermacam kendala serta ancaman penyakit. Ada beber-apa macam bentuk dorongan serta kedudukan terpaut PHBS aturan institusi pendidikan ataupun sekolah yang bisa dipraktikan.

1. Terdapatnya kebijakan serta dorongan dari pemegang keputusan semacam: Bupati, Kepala Dinas Pendidikan, kepala dinas kesehatan DPRD, lintas zona sangat berarti agar pembinaan PHBS dapat terwu-jud.

Page 73: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

67 Sanitasi Sekolah

2. Kedudukan dari bermacam pihak yang terkait ialah; regu Pembina ser-ta pelaksana UKS.

3. Kedudukan warga sekolah ikut serta dalam PHBS disekolah ataupun di masyarakat.

PHBS diperlukan tidak hanya dalam wujud pembelajaran tetapi pem-berian fasilitas, perilaku serta sikap. Langkah PHBS terdiri dari cuci tangan menggunakan air mengalir serta memakai sabun, konsumsi jajanan sehat di sekolah, memakai toilet bersih, berolahraga yang tertib serta terukur, menghilangkan jentik nyamuk, tidak merokok, menimbang berat tubuh ser-ta mengukur serta tubuh tiap 6 bulan serta buanglah sampah ditempatnya. Langkah PHBS yang berkaitan memalului aktivitas sekolah sehat antara lain yakni cuci tangan menggunakan air mengalir serta sabun, konsumsi jananan sehat yang ada disekolah serta membuang sampah ditempatnya. (Hidup et al., 2017).

Page 74: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

68

Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS di lingkungan sekolah, sebagai berikut:

1) Manfaat bagi peserta didik

a) Meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakitb) Meningkatkan semangat belajar c) Meningkatkan produktivitas belajard) Menurunkan angka absensi karena sakit

2) Manfaat bagi warga sekolah

a) Meningkatnya semangat belajar peserta didik berdampak positif terhadap pencapaian target dan tujuan

b) Menurunnya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan oleh orangtua

c) Meningkatnya citra sekolah yang positif

3) Manfaat bagi sekolah

a) Adanya bimbingan teknis pelaksanaan pembinaan PHBS di se-kolah

b) Adanya dukungan buku pedoman dan media promosi PHBS di sekolah

4) Manfaat bagi masyarakat

a) Mempunyai lingkungan sekolah yang sehat

b) Dapat mencontoh perilaku hidup bersih dan sehat yang diterapkan oleh sekolah

Manfaat PHBS secara umum  adalah meningkatkan kesadaran mas-yarakat untuk mau menjalankan hidup bersih dan sehat. Hal tersebut agar masyarakat bisa mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan. Selain itu, dengan menerapkan PHBS masyarakat mampu menciptakan lingkun-gan yang sehat dan meningkatkan kualitas hidup.

Page 75: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

69 Sanitasi Sekolah

C. Indikator untuk Menilai PHBS di Sekolah

Kebersihan adalah upaya manusia untuk memelihara lingkungannya dari berbagai sampah dalam rangka mewujudkan kehidupan yang sehat dan nyaman. Sampah merupakan salah satu penyebab terhalangnya suatu terjadinya kebersihan. Kerena sampah salah satu yang harus diperhatikan dalam setiap lingkungan hidup masyarakat. Banyak hal dari kebersihan yang harus kita jaganya karena tidak sedikit dampak yang ditimbilkan akibat kita sebagai manusia kurangnya perhatian kita terhadap lingkungan.jangan membuang sampah tidak pada tempatnya tapi aturi aturan yang tidak terlalu berat tetapi manfaatnya besar bagi kehidupan kita .

Adapun indikator untuk Menilai PHBS di Sekolah ialah sebagai berikut:

1. Adanya tempat mencuci tangan dengan air mengalir tersedianya sabun.

Mencuci tangan sebaiknya menggunakan air yang mengalir, seperti menggunakan kran atau wastafel. Kebiasaan mencuci tangan di dalam bas-kom sebaiknya diubah. Selain itu, penggunaan sabun bertujuan agar kuman atau bakteri menjadi hilang. Sabun juga dapat diganti penggunaannya den-gan alkohol. Untuk mengeringkan tangan, sebaiknya menggunakan kain/ handuk yang rutin diganti setiap hari atau tisu. Mencuci tangan menggu-nakan sabun merupakan langkah awal untuk hidup sehat.

2. Adanya kantin bersih dan tersedianya jajanan sehat di kantin sekolah.

Kejadian keracunanan makanan masih banyak ditemukan di lingkun-gan sekolah. Mengonsumsi makanan yang tidak sehat dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, terutama di saluran cerna. Contoh makanan yang tidak sehat antara lain makanan yang mengandung bahan tambahan pan-gan secara berlebihan dan tidak sesuai dengan undang-undang. Penggu-naan asam borak dan pewarna tekstil sangat berbahaya bagi tubuh karena

Page 76: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

70

mengandung bahan kimia berbahaya. Makanan juga dapat tercemar oleh benda asing seperti pestisida, serangga, jamur, cacing atau benda lain (pa-sir, kerikil, tanah, klip, dsb). Makanan yang dikonsumsi sebaiknya sebelum masa kadaluarsa . Oleh karena itu, jajan di kantin sekolah lebih sehat, bersih dan bergizi. Kantin sekolah harus memiiki tempat khusus untuk mencuci tan-gan dengan air mengalir dan sabun. Guru di sekola juga harus mengawasi aneka jajanan dan perilaku jajan siswa. Membawa bekal dari rumah juga menjadi salah satu upaya untuk hidup sehat.

3. Adanya jamban bersih dan sehat.

Jamban yang sehat adalah jamban yang tidak mencemari air. Jarak pemasangan septic tank dan sumur minimal 10 meter serta tidak dibuang ke selokan, empang, danau, sungai atau laut.. Tidak buang air besar di kebun atau pekarangan, yang dapat mencemari tanah permukaan. Jamban yang bersih dan sehat juga memiliki kriteria, antara lain: bebas dari serangga, aman, tidak berbau dan mudah dibersihkan oleh pemakainya. Agar tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan, jamban sebaiknya memiliki dinding dan berpintu.

4. Rutin memberantas jentik nyamuk

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dpaat dilakukan minimal den-gan 3M (mengubur barang bekas, menguras tempat penampungan air dan menutup tempat penampungan air. Minimal dalam seminggu, kegiatan mem-basmi sarang nyamuk harus dilakukan untuk memutus daur hidup nyamuk.

5. Tersedianya jadwal olahraga yang teratur dan terukur.

Beberapa sarana olahraga telah disediaakan oleh pihak sekolahan. Fasilitas tersebut harus digunakan secara maksimal untuk menngkatkan ak-tivitas fisik anak. Pembuatan ruang hijau di dalam lingkungan sekolah dapat memacu kreativitas anak dalam kegiatan olahraga. Selain itu, kegiatan

Page 77: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

71 Sanitasi Sekolah

olahraga bersama dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk mengeratkan seluruh siswa dan guru di sekolah tersebut.

6. Rutin menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap enam bulan.

Pengukuran Berat Badan dan Tinggi Badan dilakukan seiap bulan untuk mengetahui status gizi masing-masing siswa. Bila ditemukan siswa dengan gizi kurang,sekolah dapat bekerjasama dengan fasilitas kesehatan dalam pengadaan makanan tambahan. Bila ditemukan siswa dengan be-rat badan lebih, kegiatan olahraga dapat menjadi salah satu sarana untuk mengembalikan status gizinya.

7. Tersedianya tempat pembuangan sampah

Sampah dibagi dalam 3 kategori, yakni sampah organik, non norganik dan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Sampah yang terdiri dari sayur, buah, daun serta sisa makanan tergolong dalam sampah organik den-gan warna tong sampah hijau. Warna tong sampah kuning digunakan un-tuk sampah jenis non organik seperti kertas, plastik dan mika. Sedangkan sampah khusus B3 , merupakan jenis sampah untuk kaca, kaleng, logam, baterai, botol, beling yang menggunakan tong sampah warna merah.

D. Promosi Kesehatan Di Sekolah

Upaya meningkatkan kemampuan peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah agar mandiri dalam mencegah penyakit, memelihara kesehatan, menciptakan dan memelihara lingkungan sehat, terciptanya ke-bijakan sekolah sehat serta berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan masyarakat sekitarnya dengan cara yaitu:

Page 78: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

72

1. Adanya koperasi sehat sejahtera

2. Membuat kantin sehat agar anak anak yang tidak membawa bekal bisa makan bersama

3. Membawa makan 4 sehat 5 sempurna dan pastinya menggunakan tempat makan sendiri

4. Diadakan nya lomba senam sehat jasmani

5. Diadakan nya lomba bersih sehat antar kelas

E. Pengaruh Penyuluhan Dengan Menggunakan Metode Ceramah Dan Diskusi Terhadap Peninggatan Pengetahuan Tentang PHBS Di Sekolah

1. Penyusuluhan Menggunakan Metode Ceramah

Hasil penelitian ini sejalan seperti yang dikemukakan WHO dalam Notoatmodjo (2007), salah satu starategi untuk perubahan perilaku adalah pemberian informasi guna meningkatkan pengetahuan sehingga timbul ke-sadaran yang pada akhirnya orang akan berperilaku sesuai dengan pen-getahuannya tersebut. Salah satu upaya pemberian informasi yang dapat dilakukan adalah penyuluhan. Pengetahuan terjadi setelah setelah seseo-rang melakukan penginderaan terhadap suatu objek atau stimulus. dengan Notoatmodjo (2007) juga menyatakan bahwa perubahan sikap pada dasarn-ya dipengaruhi oleh faktor pengetahuan dan keyakinan/ kepercayaan yang didapatkan dari hasil penginderaan, yang salah satunya didapatkan melalui pendidikan atau proses belajar.

Penyuluhan dengan metode ceramah dapat meningkatkan pengeta-huan. Hal ini sependapat dengan pendekatan Green dalam Tampubolon (2009) bahwa dengan pendekatan edukasional dapat merubah perilaku seseorang termasuk pengetahuan, dimana intervensi yang diberikan mer-

Page 79: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

73 Sanitasi Sekolah

upakan proses pendidikan kesehatan untuk merubah perilaku. Pendekatan Green sejalan dengan penelitian Pulungan (2007) yang membuktikan bah-wa metode pendidikan kesehatan dengan ceramah dapat meningkatkan pengetahuan setelah dilakukan post-test dibandingkan dengan pre-test.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ra-jagukguk (2007) tentang pengaruh promosi konsumsi sayur dan buah ter-hadap perilaku ibu rumah tangga di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru menyebutkan bahwa promosi kesehatan dengan metode ce-ramah dan pembagian brosur memberikan pengaruh dalam meningkatkan sikap ibu terhadap konsumsi sayur dan buah dalam keluarga. Begitu juga halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Pulungan (2007) mengenai pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah terhadap peningkatan pen-getahuan dan sikap dokter kecil dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) di Kecamatan Helvetia terbukti bah-wa penyuluhan dengan metode ceramah dengan leaflet maupun ceramah dengan film berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan pengeta-huan dan sikap dokter kecil.

2. Pengaruh Penyuluhan Dengan Menggunakan Metode Diskusi

Penelitian Harahap (2010) dalam tesisnya tentang efektifitas metode diskusi dan ceramah terhadap pengetahuan dan sikap perawat dalam mem-buang limbah medis padat di Puskesmas Kota Medan Tahun 2010 yang menyebutkan bahwa metode diskusi memberikan pengaruh dalam mening-katkan pengetahuan dan sikap perawat terhadap pembuangan limbah me-dis dan penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Tarigan (2007) dalam tesisnya yang berjudul pengaruh metode ceramah, diskusi dan modul terh-adap peningkatan pengetahuan dan sikap tokoh masyarakat dalam pence-gahan malaria dikecamatan lau baleng kabupaten karo yang menyebutkan metode ceramah, diskusi dan modul dapat memberikan perbedaan penge-tahuan dan sikap tokoh masyarakat dalam pencegahan malaria.

Page 80: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

74

Setelah seseorang mengetahui objek atau stimulus, proses selanjutnya adalah memiliki atau bersikap terhadap stimulus atau objek tersebut (Notoat-modjo, 2007). Dalam penelitian ini, penyuluhan dengan metode diskusi mer-upakan stimulus atau objek yang diharapkan dapat memberi pengaruh pada responden untuk bersikap sesuai dengan pesan atau isi dari diskusi.

Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tarigan (2010) dalam tesisnya tentang efektifitas metode diskusi kelompok dan ce-ramah terhadap pengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi pada remaja di Yayasan Pendidikan Harapan Mekar Medan yang menyebutkan bahwa metode diskusi kelompok dan ceramah memberikan pengaruh da-lam meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja terhadap kesehatan re-produksi pada remaja.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Sefrizon (2011) dalam tesisnya tentang pengaruh ceramah, diskusi kelompok dan demonstrasi tehadap pengetahuan dan keterampilan pencegahan penu-laran tuberklosis paru pada siswa sekolah dasar di kabupaten solok yang menyebutkan pengaruh ceramah, diskusi kelompok dan demonstrasi dapat memberikan perbedaan pengetahuan dan keterampilan siswa sekolah dasar dalam pencegahan penularan tuberklosis paru.

F. Program Pelaksanaan Hidup Bersih

Kebiasaan hidup bersih merupakan salah satu cara untuk mencapai derajat kesehatan seseorang. Kebiasaan hidup bersih bukan hanya diter-apkan dalamlingkungan keluarga saja, melainkan dalam tatanan pendidikan seperti di sekolah. SDLB-B YPTB Malang merupakan salah satu sekolah luar biasa yang selalu membiasakan siswa dan para guru untuk melakukan kebiasaan hidup bersih dan sehat.

Page 81: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

75 Sanitasi Sekolah

1. Bagan Penerapan Program PHBS Gambar

Penerapan Program PHBS Bina Suasana

Advokasi

Pemberdayaan

2. Bagan Dampak Program PHBS

Penerapan program PHBS di SDLB-B YPTB Malang dilakukan melalui (1) pemberdayaan, (2) bina suasana, serta (3) advokasi. Melalui pember-dayaan, siswa dibiasakan untuk selalu menjaga kebersihan diri serta lingkun-gan. Siswa selalu diingatkan oleh guru tentang pentingnya menjaga kebersi-han. Penyampaian nilai-nilai PHBS selalu disisipkan dalam setiap kegiatan pembelajaran. Saat akan istirahat, setelah berolahraga, setelah bermain,

Page 82: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

76

maupun setelah jam istirahat, guru selalu mengingatkan atau memberikan perintah langsung kepada siswa untuk selalu mencuci tangan agar kebersi-han tangan mereka selalu terjaga. Hal tersebut dilakukan untuk melatih anak agar mereka selalu menjaga kebersihan badan masing-masing. Kegiatan ini juga diterapkan dalam kegiatan seharihari dilingkungan sekolah sehingga siswa tunarungu menjadi terbiasa untuk melakukan PHBS baik di lingkun-gan sekolah maupun masyarakat.

Bina suasana dilakukan dengan menunjuk salah satu tenaga pendidik/guru untuk menjadi koordinator UKS yang bertanggung jawab dalam ke-giatan UKS termasuk dalam pelaksanaan program PHBS. Koordinator UKS juga bertugas menghadiri rapat atau sosialisasi yang diadakan oleh Pusk-esmas Arjuno. Selain menunjuk koordinator UKS, untuk membangun suasa-na sekolah yang ramah lingkungan dilakukan dengan pemanfaatan media. Media tersebut adalah pemasangan banner larangan merokok di sekolah yang dipasang pada tiang samping gerbang sekolah. Pemanfaatan media berupa pemasangan banner dan stiker dapat memudahkan penyampaian informasi tentang program PHBS kepada warga sekolah terutama peserta didik tunarungu karena tunarungu merupakan anak visual yang memanfaat-kan indra penglihatannya lebih optimal dibandingkan anak reguler. Pengop-timalan indra penglihatan ini dilakukan sebagai kompensasi atas hilangnya indra pendengaran yang mereka miliki, sehingga dengan memasang banner dan stiker bisa mempermudah siswa tunarungu untuk menyerap informasi tentang cara dan/atau aturan PHBS di tatanan sekolah.

Advokasi dilakukan melalui kerjasama dengan Puskesmas Arjuno yang merupakan lembaga kesehatan di wilayah Kecamatan Klojen, Kota Malang. Bentuk dari kerjasama antara SDLB-B YPTB dengan Puskesmas Arjuno adalah kegiatan penjaringan kesehatan, seperti imunisasi, berobat gratis, sosialisasi cara mencuci tangan dengan benar, dan pengukuran tinggi dan berat badan yang ditindaklanjuti dengan adanya pembagian biskuit khusus bagi siswa yang masuk dalam kategori kurus. Para peserta didik tunarungu juga bisa berobat gratis ke Puskesmas Arjuno dengan membawa buku bero-

Page 83: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

77 Sanitasi Sekolah

bat yang merupakan rekomendasi dari sekolah. Advokasi tidak hanya dilaku-kan dalam bentuk kerjasama dengan Puskesmas Arjuno serta penyediaan sarana dan prasarana penunjang, tetapi juga melalui pendanaan. Dana un-tuk program PHBS biasanya diambilkan dari dana BOS dan dana sehat. Dana BOS sendiri digunakan untuk kebutuhan perlengkapan UKS (jika ada sisa). Selain dari dana BOS, jika ada kebutuhan yang berhubungan dengan PHBS diambilkan dari dana sehat, seperti saat ada siswa sakit berhari-hari. Dana sehat ini diambil dari uang pendaftaran siswa baru Selama menjalank-an kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam program PHBS di sekolah, ban-yak sekali dampak yang dirasakan. Program PHBS di SDLB-B YPTB memi-liki beberapa dampak yang dijabarkan dalam gambar 2.

Berdasarkan gambar 2, dapat diketahui bahwa dampak dari pelaksa-naan program PHBS di SDLB-B YPTB adalah siswa sadar akan kebersihan. Dari pembiasaan kebersihan yang dilakukan selama ini, siswa senantiasa menjaga kebersihan diri serta lingkungan. Selain masuk dalam program PHBS, kegiatan ini merupakan kegiatan menjaga kebersihan diri yang ter-masuk dalam layanan kompensatoris bina diri. Bina diri selalu diajarkan ke-pada anak berkebutuhan khusus agar mereka bisa merawat, mengurus, dan menolong diri mereka tanpa mengandalkan bantuan orang lain. Dampak kedua adalah pemantauan tumbuh kembang anak. Melalui kegiatan pen-gukuran tinggi dan berat badan, perkembangan dan pertumbuhan anak menjadi terpantau. Apakah anak memiliki berat badan yang ideal atau ma-sih berada di bawah rata-rata. Dampak selanjutnya adalah melalui kegiatan pembagian makanan bergizi dalam program PHBS, nilai gizi pada makanan yang dikonsumsi siswa harus seimbang. Dampak yang terakhir adalah untuk meningkatkan semangat belajar pada siswa. Melalui kegiatan senam pagi yang masih menjadi bagian dari PHBS, siswa dan guru menjadi semangat dan lebih aktif dalam melakukan kegiatan pembelajaran.

Menurut hasil wawancara, observasi, dan studi dokumentasi yang tel-ah dlakukan, ada beberapa hambatan yang ditemui dalam program PHBS di SDLB-B YPTB. Hambatan tersebut dapat diilustrasikan dalam gambar 3.

Page 84: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

78

Gambar 3. Bagan Hambatan Program PHBS

Hambatan

Kondisi Siswa Keterbatasan Sarana

Siswa kurang suka sayur

Letak kantin bersebelahan dengan toilet

Malas dan kurangsemangat

Jumlah toilet kurang

Sesuai dengan bagan di atas tersebut, dapat kita ketahui beberapa hambatan dalam pelaksanaan PHBS di SDLB-B YPTB. Hambatan pertama adalah kondisi siswa yang malas dan kurang bersemangat hingga siswa yang kurang menyukai sayur atau makanan bergizi lainnya. Hambatan kedua adalah keterbatasan sarana, meliputi jumlah toilet kurang hingga le-tak kantin yang bersebelahan dengan toilet. Upaya dalam menangani ham-batan program PHBS di SDLB-B YPTB dapat diilustrasikan dalam gambar 4.

Page 85: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

79 Sanitasi Sekolah

Gambar 4. Bagan Upaya Mengatasi Hambatan Program PHBS

Upaya

Pembiasaan

Pengawasan

Upaya Alternatif

Penggunaan toilet secara bergilir

Menjaga kebersi-han makanan

Gambar 4 merupakan penggambaran upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan pelaksanaan program PHBS di SDLB-B YPTB. Dalam bagan tersebut dapat dijelaskan bahwa upaya untuk mengatasi hambatan program PHBS dilakukan melalui (1) pembiasaan, (2) pengawasan, dan (3) upaya alternatif. Upaya yang pertama yaitu pembiasaan. Pembiasaan dilakukan oleh guru/tenaga pendidik kepada siswa melalui dorongan, pem-berian motivasi, pemberian contoh, perintah langsung, selalu diingatkan, dan pemberian materi tentang PHBS yang disisipkan dalam setiap kegiatan pembelajaran. Dengan upaya pembiasaan ini anak diharapkan selalu ingat dan memiliki kesadaran untuk melakukan PHBS baik di sekolah maupun di masyarakat sehingga anak menjadi terbiasa melakukan perilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu, upaya pembiasaan ini dilakukan setiap hari, berulang dan konsisten untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat sehingga terjadi pengulangan secara reflektif dan membudaya dalam diri siswa tunarungu.

Pengawasan merupakan salah satu upaya yang digunakan untuk men-gatasi anak-anak yang kurang suka sayur atau makanan bergizi lainnya,

Page 86: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

80

seperti biskuit khusus dari Puskesmas Arjuno dan bubur kacang hijau. Pen-gawasan juga dilakukan untuk menghindari agar siswa tidak membuang makanan bergizi ke tempat sampah secara diam-diam. Upaya terakhir yang dilakukan adalah menggunakan cara alternatif. Cara alternatif ini dilakukan untuk mengatasi hambatan keterbatasan sarana yang ada. Upaya alternatif yang pertama adalah penggunaan toilet secara bergilir satu per satu karena kurangnya jumlah toilet di sekolah. Upaya alternatif yang kedua adalah men-jaga kebersihan makanan yang ada di kantin karena letak kantin bersebe-lahan dengan toilet. Untuk mengatasi hal tersebut pintu toilet selalu ditutup. Toilet juga dibersihkan seminggu sekali. Selain itu, makanan di kantin selalu ditutup dengan surat kabar (koran) agar tidak dihinggapi lalat.

G. InfografisSanitasiSekolah

Page 87: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

81 Sanitasi Sekolah

H. InfografisSanitasiSekolah

Page 88: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

82

DAFTAR PUSTAKA

Maharani,A. (2016). Perilaku Hidup Bersih Sehat. Kesmas: National Public Health Journal, 53 Maharani(9), 1689-1699.

Depkes. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Republk Indonesia. Peratur-an Menteri Kesehatan No.2406 TAHUN 2011 Tentang Pedoman Umum Pengunaan Antibiotik,4.

Abidah, Y. N., & Huda, A. (2018). Pelaksanaan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah Luar Biasa. Jurnal ORTOPEDA-GOGIA, 4(2), 87–93.

Depkes, R. I. (2013). Upaya Peningkatan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat. April, 20–26.

Hidup, P., Dan, B., Sebagai, S., Di, S., & Subang, C. (2017). Pengetahuan Guru Sekolah Dasar Tentang “Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat” Se-bagai Hasil Pelatihan Dalam Rangka Mewujudkan Sekolah Sehat Di Ciater Subang. Media Pendidikan, Gizi, Dan Kuliner, 4(1), 56–66.

Mariyani, Galaupa, R., & Tridiyawati, F. (2019). Edukasi kesehatan PHBS dan pelatihan dokter kecil siswa sekolah di SD Mustikajaya. Pengab-dian Masyarakat Dalam Kebidanan, 1, 9–16.

Abidah, yulia. & Abdul, Huda. (2018). Pelaksanaan Program Hidup Bersih an Sehat ( PHBS) di Sekolah Luar Biasa. Jurnal Ortopedagogia, 87-93.

Page 89: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

83 Sanitasi Sekolah

BAB 8

PEMELIHARAAN SANITASI

Ahmad Junaidi, Farhatu Solihah, Ilham Mufid, Raihan Saputra, Siti Masitoh

A. Pemeliharaan Sanitasi

Pemeliharan sanitasi merupakan pembudayaan menjaga hidup bersih untuk mencegah masyarakat bersntuhan langsung dengan lingkungan yang kotor, pembuangan dan pengelolaan air limbah, pengumpulan sampah ser-ta aliran buangan yang berbahaya dengan harapak agar masyarakat lebih menjaga dan meningkatkan Kesehatan manusia. Akses terhadap air bersih dan sarana sanitasi yang layak merupakan salah satu syarat mutlak terja-minnya kualitas hidup bersih di lingkungan masyarakat. Namun Sebagian besar pada saat ini masyarakat belum mendapatkan akses sanitasi air bersih dan sanitasi yang baik. dengan konsisten sejak tahun 2015 memban-tu masyarakat untuk mendapatkan sanitasi air bersih yang bagus dan layak ( kholis, 2019 : 1 ).

Sanitasi yang buruk sangat berdampak buruk pada Kesehatan mas-yarakat sekitar serta dengan sangat cepat penularan berbagai penyakit sep-erti : diare, cacingan, hepatitis, infeksi saluran dan lain-lain. Hal inilah yang membuat pemeliharaan sanitasi sangat penting untuk Kesehatan di ligkun-gan sekitar.

Adapun macam-macam cara sanitasi untuk diri sendiri seperti :

Page 90: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

84

1. Mencuci Tangan

Mencuci tangan merupakan salah satu cara untuk menjaga kita dari berbagai bakteri. Selain itu di haruskan untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, mencuci tangan setelah menyentuh kotoran hidung atau air liur, mencuci tangan setelah menggunakan kendaraan atau fasilitas umum serta selalu mencuci tangan setelah bersentuhan atau berinteraksi dengan orang lain.

2. Membersihkan Kamar Mandi / Jamban

Kamar mandi merupakan salah satu tempat yang wajib dibersihkan secara rutin mulai dari bak air, toilet, wastafel, shower, dinding serta lantai kamar mandi dengan mneggunakan sabun ataupun alat pembersih lainnya tujuannya untuk menghindari dari kuman-kuman yang ada di kamar mandi.

3. Menjaga kebersihan diri

Menjaga kebersihan diri sangatlah penting untuk semua orang seper-ti : mandi setiap hari 2 x sehari, rutin mengganti pakaian, mengkonsumsi makanan yang bergizi serta menjaga pola hidup sehat dan lingkkungan yang bersih.

Lingkungan bersih akan membuat siapapun yang memandangn-ya menjadi terasa nyaman dan aman. Lingkungan yang bersih juga akan memberikan manfaat yang banyak, termasuk dalam pengendalian penyakit. Karena lingkungan yang kotor merupakan sarang penyakit. Oleh karena itu kita harus menjaga lingkungan dan merawatnya dengan sangat baik serta menjalani pola hidup sehat.

Dengan melakukan beberapa langkah mudah, kita bisa menjaga lingkungan

Page 91: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

85 Sanitasi Sekolah

a. Mulai dari lingkungan rumah Hal yang paling sederhana dan mudah dilakukan dimulai dari

lingkungan rumah dengan menjaga kebersihan rumah. Karena mulai dari hal sederhana akan menjadi terbiasa untuk membersi-hkan lingkungan

b. Mendaur ulang Ada banyak barang yang bisa di gunakan kembali atau di daur

ulang, misalnya tempat cat, kita bisa menjadikannya sebagai pot bunga. Itu menjadi hal positif daripada membiarkannya menum-puk menjadi sampah.

c. Tidak membuang sampah sembarangan Hal terpenting untuk menjaga kebersihal lingkungan adalah den-

gan tidak membuang samoah sembarangan dan membuangn-ya pada tempatnya. Jangan biarkan sampah bertebaran dima-na-mana, karena ini akan mencemari lingkungan.

4. Memilah jenis sampah

Menggunakan 2 tong sampah yang berbeda untuk menaruh sampah organik dan an organik. Karena sampah organik adalah sampah yang bisa di olah dan dijakikan pupuk. Sedangkan sampah anorganik sebagian bisa di daur ulang.

5. Gotong royong

Gotong royong merupakan hal penting lainnya. Ini tidak hanya mem-bantu membersihkan lingkungan sekitar, tetapi juga bisa membantu dan mempererat jalinan kerja sama antar warga.

a) Menjaga Kelestarian Air

Air suatu unsur yang penting bagi keberlangsungan makhluk hidup. Dengan air kita bisa melakukan kegiatan sehari-hari dan mengkonsumsin-

Page 92: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

86

ya. Dengan itu sangat diperlukan menjaga kelestarian air agar tidak menjadi bencana dan mencemari kesehatan makhluk hidup. Berikut ini cara menjaga kelestarian air agar dapat menjaga keberlangsungan hidup makhluk hidup.

i. Menjaga lingkungan

Dengan menjaga lingkungan maka air di sekitar lingkungan kita tidak akan tercemar. Sehingga air yang dipakai dan dikonsumsi aman untuk digu-nakan. Sampah-sampah diselokan, sungai, maupun di jalan sangat berpen-garuh bagi kelestarian air yang dikonsumsi makhluk hidup.

ii. Mengurangi penggunaan air

Penggunaan air secara boros akan mengakibatkan kekeringan. Ke-biasaan ini sering dilakukan oleh banyak orang seperti mandi yang terlalu lama, lupa mematikan air keran, dan lain-lain. Ini harus sangat diperhatikan, karena dapat mengurangi jumlah air dan mengakibatkan kekeringan.

iii. Membuang sampah pada tempatnya

Membuang sampah dapat menyebabkan banjir dan terjadinya pence-maran air adalah karena sampah yang bertebaran dimana-mana, karena itu air akan menjadi kotor serta menyumbat aliran sungai dan selokan. Se-hingga dapat merusak ruang untuk kehidupan air dan air tidak akan bisa dikonsumsi.

iv. Meminimalisirkan penggunaan bahan kimia

Ketika bahan kimia yang telah dipakai larut kedalam air, maka eko-sistem akan dapat rusak.

v. Mendaur ulang bahan bekas

Mendaur ulang barang bekas dapat mengurangi sampah yang ada, se-hingga lingkungan pun dapat asri dan mengurangi pencemaran.

Page 93: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

87 Sanitasi Sekolah

vi. Mengadakan penyuluhan

sangat diperlukan adanya penyuluhan tentang pentingnya menjaga kelestarian air di lingkungan masyarakat saat ini. Hal ini sangat di perlu-kan agar masyarakat saat ini sadar bahwa air sangatlah penting dalam ke-hidupan. Penyuluhan-penyuluhan tersebut bisa berupa seminar-seminar tentang pentingnya menjaga kelestarian air. Selain itu, bisa juga dilakukan dengan cara mengajak masyarakat untuk gotong royong dan kerja bakti ber-sama untuk membersihkan sampah-sampah yang berkeliaran yang dapat mencemari kelestarian air.

vii. Mencengah menebang pohon secara liar

Hal ini sangat perlu di ketahui dan di cegah, sebab dengan adnaya pen-ebaangan pohon secara liar atau menebang pohon-pohon yang ada dihutan akan mengakibatkan tercemarnya sumber sumber mata air yang ada diseki-tarnya. Ini akan mengakibatakn simber sumber tersebut akan tercemar dan tidak dapat dikonsumsi lagi oleh makhluk hidup, bahkan akan menimbulkan pengaruh pada kesehatan makhluk hiudp itu sendiri. Selain itu, ekosistem yanng ada disekitarnya akan menjadi tidak seimbang.

viii. Mengadakan reboisasi pada hutan

Dengan adanya reboisasi akan mengurangi dampak akibat kerusakan hutan, pohon-pohon tersebut akan terjaga kelestariannya yang juga mem-pengaruhi kelestarian ekosistem sumber-sumber air yang ada disekitarnya. Sehingga sumber-sumber air terebut tidak tercemar dan berih serta dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup.

ix. Tidak membuang limbah sembarangan

Biasanya, pabrik-pabrik yang berada di sekitar perairan seperti sungai, danau dan laut, akan membuang limbah pabriknya ke perairan tersebut. ini akan menyebabakan pencemaran airw akan terjadi. Air sungai dan laut akan

Page 94: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

88

menjadi kotor dan tercemar, sehingga tidak dapat di pakai lagi oleh makhluk hidup dan akan lebih mudah menjadi penyebab pemanasan global Setida-knya, jangan membuang limbah-limbah tersebut ke perairan yang ada di dekat pabrik tersebut, karena dapat merusak kelestarian air dan akan ber-dampak pada masyarakat yang ada di daerah tersebut.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 852/MENKES/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat men-jelaskan bahwa, “Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit.” Permendiknas No. an menerangkan bahwa, “Jamban adalah ruang untuk buang air besar dan/atau kecil.” Jamban merupakan tempat pembuangan tinja manusia yang ha-rus diperhatikan kebersihannya karena jamban merupakan salah satu tem-pat penularan penyakit (Eka Irdianty, 2011: 12).

Menurut Permen 24 (2007: 14) tentang SNP Sarana Prasarana men-jelaskan: “Standar jamban SD/MI sebagai berikut:1) Jamban berfungsi sebagai tempat buang air besar dan/atau kecil.

2) Minimum terdapat 1 unit jamban untuk setiap 60 peserta didik pria, 1unit jamban untuk setiap 50peserta didik wanita, dan 1 unit jambanun-

Page 95: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

89 Sanitasi Sekolah

tuk guru. Jumlah minimum jamban setiap sekolah/madrasah 3 unit.

3) Luas minimum 1 unit jamban 2 meter persegi.

4) Jamban harus berdinding, beratap, dapat dikunci, dan mudah dibersih-kan.

5) Tersedia air bersih di setiap unit jamban.

6) Jamban dilengkapi sarana.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1429/MENKES/SK/XII/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kes-ehatan Lingkungan Sekolah terkait fasilitas sanitasi sekolah menjelas-kan bahwa:

Persyaratan toilet sekolah yaitu sebagai berikut:

1) Letak toilet harus terpisah dari kelas, ruang UKS, ruang guru, perpus-takaan, ruang bimbingan dan konseling.

2) Tersedia toilet yang terpisah antara laki-laki dan perempuan.

3) Proporsi jumlah wc/urinoir adalah 1 wc/urinoir untuk 40 siswa dan 1 wc untuk 25 siswi

4) Toilet harus dalam keadaan bersih.

5) Lantai toilet tidak ada genangan air.

6) Tersedia lubang penghawaan yang langsung berhubungan dengan udara luar.

7) Bak penampung air tidak menjadi perindukan nyamuk

8) Bak penampung air harus tidak menjadi perindukan nyamuk

Sanitasi adalah bagian dari system pembuangan air limbah, yang khu-susnya menyangkut pembuangan air kotor dari rumah tangga, dapat juga dari sisa-sisa proses industry, pertanian, pertenakan dan rumah sakit (sec-tor kesehatan). Sanitasi juga merupakan suatu usaha untuk memberikan

Page 96: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

90

fasilitas di dalam rumah yang dapat menjamin agar rumah selalu bersih dan sehat. Tentunya yang ditunjang penyediaan air bersih yang cukup, dan pem-buangan air kotoran yang lancar.

a) Air Limbah

Air limbah adalah air buangan yang dihasilkan dari suatu proses pro-duksi industri maupun domestik (rumah tangga), yang terkadang kehadiran-nya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan kare-na tidak memiliki nilai ekonomis. Dalam konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negativ terhadap lingkungan terutama kesehatan manusia sehingga dilakukan penanganan terhadap limbah.

Air kotor adalah air bekas pakai yang sudah tidak memenuhi syarat kesehatan lagi dan harus dibuang agar tidak menimbulkan wabah penyakit.

Beberapa hal yang berkaikan dengan pengertian dan kegiatan yang berhubungan dengan limbah cair menurut pp 82 tahun 2001yaitu:1. Air adalah semua air yang terdapat diatas dan dibawah permukaan

tanah, kecuali air laut dan fosil.

2. Sumber air adalah wadah air yang terdapat diatas dan dibawah permu-kaan tanah, seperti mata air, sungai, rawa, danau, waduk dan muara.

3. Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga ter-capai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukanya untuk

4. menjamin kualitas tetap dalam kondisi alamiahnya.

5. Pengendalian pencemaran air adalah upaya pencegahan dan penang-gulan penceremaran air serta pemulihan kualitas air untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air.

6. Pencemaran air adalah masuknya makhluk hidup, zat, energy, dan atau komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia sehingga kual-itas air turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air tidak

Page 97: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

91 Sanitasi Sekolah

berfungsi lagi sesuai dengan peruntukanya.

7. Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair.

8. Baku mutu limbah adalah, ukuran batas atau kkadar unsur pencemaran yang ditenggang keberadaanya dalam limbah cair yang akan dibuang atau dilepas kedalam sumber air dari suatu usaha atau kegiataan.

b) Alat Pembuangan Air Kotor

Alat pembuangan air kotor dapat berupa:

- Kamar mandi, wastafel, keran cuci

- WC

- Dapur

Air dari kamar mandi tidak boleh dibuang bersama sama dengan air dari WC malaupun dari dapur, Sehingga harus dibuatkan saluran mas-ing-masing. Diameter pipa pembuangan. WC adalah 4”(10cm), dan dari dapur boleh dipakai diameter 2”(5cm). pipa pembuangan dapat diletakan pada suatu”shaft”, yaitu lobang menerus yang disediakan untuk tempat pipa air bersih dan pipa air kotoran pada bangunan bertingkat untuk memudah-kan pengontrolan, atau dapat dipasang pada kolam-kolam beton dari atas sampai bawah.

c) Jenis-Jenis Unit Pengolahan Air Limbah

a. Sepitank Sistem sepitank adalah sumur rembesan atau sumur kotoran.

Sepitank merupakan sistem sanitasi yang terdiri dari kloset, bak penampungan kotoran cair dan padat, bak resapan, serta pipa peleasan air bersih dan udara.

Hal- hal yang harus diperhatikan saat pembangunan sepitank agar tidak mencemari air dan tanah sekitarnya adalah :

Page 98: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

92

1. Jarak minimal dari sumur air bersih berukuran 10cm.2. untuk membuang air keluaran dari sepitank perlu dibuat daerah

respan dengan lantai sepitank dibuat miring kearah ruang lum-pur.

3. sepitank direncanakan untuk pembuangan kotoran rumah tang-ga dengan jumblah air 70-90% dari volume penggunaan air bersih.

4. waktu tinggal air limbah didalam tangki dipekirakan minimal 24 jam.

5. besarnya ruang lumpur dipekirakan untuk dapat menampung lumpur yang dihasilkan setiap orang rata-rata 30-40 liter /orang/tahun dan waktu pengambilan lumpur diperhitungkan 2-4 tahun.

6. pipa air masuk kedalam tangki hendaknya selalu lebih tinggi ku-rang lebih 2,5 cm dari pipa air keluar.

Agar sepitank tidak mudah penuh dan mampat, awet dan tahan lama perlu diperhatikan hal berikut.

1. Kemiringan pipa2. Pemilihan pipa yang tepat3. Sesuaikan kapasitas sepitank4. Bak harus kuat dan kedap air

b. Sumur Resapan Sumur resapan merupakan rekayasa teknik konvensi air yang

berupa bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan kedalaman tertentu yang digunakan sebagai tempat penampung air hujan diatas atap ru-mah dan meresapkanya ke dalam tanah. Kontruksi sumur re-sapan air (SRA) merupakan alternatif pilihan dalam mengatasi banjir banjir dan menurunya permukaan air tanah pada kawasan perumahan, karena dengan pertimbangan :

1. Pembuatan kontruksi SRA tidak memerlukan biaya besar.2. Tidak memerlukan biaya yang besar.3. Bentuk kontruksi SRA sederhana. Manfaat pembangunan sumur resapan air antara lain:

Page 99: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

93 Sanitasi Sekolah

1. Mengurangi aliran permukaan dan mencegah terjadinya genan-gan air, sehingga mengurangi terjadinya banjir dan erosi.

2. Mempertahankan tinggi muka air dan tanah dan menambah per-sediaan air

3. Mencegah menurunya lahan sebagai akibat pengambilan air tanah yang berlebihan.

B. InfografisSanitasi

Page 100: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

94

C. InfografisSanitasi

Page 101: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

95 Sanitasi Sekolah

DAFTAR PUSTAKA

Kholis, alfiandri dkk. ( 2019 ). Penyediaan dan pemeliharaan air bersih dan sanitasi untuk peningkatkan kualitas hidup masyarakat di desa binaan. Banten : prosiding.

Kementerian Agama Republik Indonesia. (2012). PedomanTeknisPengelo-laanKebersihanLingkungan Madrasah. Jakarta

Asingwire, N.; &Muhangi, D.;. Evaluation report 2000 UGD: Primary School Sanitation Research. Uganda: Makerere University. Diaksestanggal 24 Juni 2015

Ermavianti Dwi, dan Susilowati Ani. 2019. Sanitasi Hygiene

Page 102: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

96

Page 103: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

97 Sanitasi Sekolah

BAB 9

PROFIL SANITASI SEKOLAH

Aryanti Mulya Nurcahya, Harum Setia Rizki, Ira SafitriMutiara Nurul Herawati, Salsabila

Sanitasi sekolah yang baik apabila sekolah tersebut memenuhi tiga as-pek yang saling berkaitan satu sama lain. Berikut tiga aspek sanitasi sekolah yang saling berkaitan :

Pertama, Sekolah memnuhi ketersediaan sarana dan prasarana san-itasi, terutama akses pada sarana air berish yang aman dari pencemaranm sarana sanitasi jamban yang terpisah antara laki-laki dan perempuan, ser-ta fasilitas cuci tangan pakai sabun

Kedua, sekolah melaksanakan kegiatan Pembiasaan Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sekolah, seperti kegiatan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) secara rutin dan memastikan pelaksanaan Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM) secara konsisten.

Ketiga, adanya dukungan manajemen sekolah untuk mengalo-kasikan biaya operasional dan pemeliharaan sarana sanitasi dan biaya kegiatan PHBS.

Sumber : https://b-ok.asia/g/Kementerian%20Pendidikan%20dan%20Kebu-dayaan%20Indonesia

Page 104: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

98

Bagan Sanitasi Sekolah

SARANA Dan PRASARANA

Jamban terpisah antara laki-laki dan perempuan dengan air bersih yang

tersedia sepanjang waktuFasilitas cuci tangan dengan air men-

galir dan tersedia sabunTempat sampah

Saluran Pembuangan air kotor

MANAJEMEN SANI-TASI

Biaya operasional sanitasi sekolah dan

kegiatan promosi hidup bersih dan sehat dan mendorong partisipasi

masyarakat.

PERILAKU HIDUP BERSIH

Cuci tangan pakai sabun secara rutin,

buang air di jamban, buang sampah pada tempatnya, minum air

layak konsumsi

Jangan hanya menikmati keindahan alam, tetapi juga cintai alam dengan tidak membuang sampah sembarangan atau vandalism.

–M. Salim

Sumber : https://b-ok.asia/g/Kementerian%20Pendidikan%20dan%20Kebu-dayaan%20Indonesia

Page 105: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

99 Sanitasi Sekolah

A. SANITASI SEKOLAH

Tidak Ada Layanan Layanan Terbatas Layanan Dasar

Sekolah tidak memiliki toilet, atau toilet tidak layak.

Sekolah yang tidak memiliki toilet layak tetapi tidak terpisah dan kondisi rusak berat

Sekolah memiliki toilet layak dan terpisah dengan kondisi baik dan rusak ringan

Sekolah tanpa sarana cuci tangan

Sekolah dengan sarana cuci tangan namun tidak terdapat sabun dan air mengalir

Sekolah den-gan sarana cuci tangan dengan sabun dan air mengalir

Ssekolah dengan sum-ber air tidak layak atau tidak ada sumber air di lingkungan sekolah

Sekolah dengan sumber air layak namun tidak cukup

Sekolah den-gan sumber air layak. Tersedia di liingkungan seko-lah dan cukup

Sumber : https://b-ok.asia/g/Kementerian%20Pendidikan%20dan%20Kebu-dayaan%20Indonesia

Ingat, bangsa yang beradab selalu menjaga kebersihan fasilitas Negara di manapun. Corer mencoret dan mengotorinya itu tidak

keren – Ridwan Kamil

Page 106: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

100

B. PROFIL SANITASI SD NEGERI PONDOK BETUNG 01

Sumber : Gedung SDN Pondok Betuk 01

Sumber Air : PompaKecukupan Air : KurangKetersediaan Air Minum Siswa : TidakSiswa Membawa Air : YaMemproses Air : TidakAir Mengalir : Ya

Sumber : https://sekolah.data.kemdikbud.go.id/index.php/Csa nitasi/pro-fil?id=100d7e56-31f5-e011-9ba7-25c7b1bc637c

Page 107: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

101 Sanitasi Sekolah

Sumber : Koridor SDN Pondok Betung 01

Tipe Jamban : Cubluk Tanpa TutuToilet Siswa Laki-laki : 2 (Dua)Toilet Siswa Perempuan : 2 (Dua)Toilet Guru : 1 (Satu)Toilet Umum : 2 (Dua)Jamban Berfungsi : 16 (Enam Belas)Jamban Rusak : 8 (Delapan)Jamban Laki-Laki : 12 (Dua Belas)Jamban Perempuan : 12 (Dua Belas)Tempat Cuci Tangan : 13 (Tiga Belas)

Sumber:https://sekolah.data.kemdikbud.go.id/index.php/Csanitasi/prof il?id=100d7e56-31f5-e011-9ba7-25c7b1bc637c

Page 108: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

102

C. PERBANDINGAN SANITASI YANG BAIK DENGAN TIDAK BAIK

a) Toilet Siswa

Toilet Siswa Layak (dengan sanitasi yang baik)

Sumber : Toilet siswa SDN Pondok Betung 01

Toilet Siswa Tidak Layak (tidak dengan sanitasi)

Sumber : https://images.app.goo.gl/i5qKjGiuEqCuQXvr8

Page 109: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

103 Sanitasi Sekolah

b) Ruang Kelas

Ruang Kelas Tidak Layak (tidak dengan sanitasi)

Sumber: Ruang Kelas SDN Pondok Betung 01

c) Wastafel

Wastafel Tidak Layak (dengan sanitasi yang kurang)

Sumber: Wastafel Rusak SDN Pondok Betung 01

Page 110: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

104

Wastafel Tidak Layak (dengan sanitasi yang kurang)

Sumber: Wastafel Rusak SDN Pondok Betung 01

d) Perpustakaan

Sumber:https://1.bp.blogspot.com/KlNP7d4- NHE/VxGnDIMdRWI/AAAAAAAAAqklM-

NOIPUT9T0Oq-CK-Yzxa3ONTnWXrrTFACLcB/s1600/100_6739.jpg

Page 111: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

105 Sanitasi Sekolah

Perpustakaan Berantakan (dengan sanitasi yang kurang)

Sumber : :https://images.app.goo.gl/TJGTHD9Zu6ELLRtR9

D. KEGIATAN SANITASI DI SEKOLAH

Sumber: https://images.app.goo.gl/8wT9K9UbnCG9YfcPA

Page 112: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

106

Sumber : https://cdn.brilio.net/community/comunity- news/2017/12/22/1f9e20aaec6d39529ce8fb9034c6c172/22- image_1513912232_5a-

3c77a8419e6.jpg

sumber:https://th.bing.com/th/id/OIP.RG8VX0m00fCr5K9nBvFXb-wHaE7?pid=ImgDet&rs=1

Page 113: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

107 Sanitasi Sekolah

Sumber:https://th.bing.com/th/id/Rb47dca3cdf44a91e46924045e734d593?rik=cXiR4P-F5QZAhsg&riu=http%3a%2f%2f4.bp.blogspot.com%2f_G7hNULy7MNs%2fS61UwnhCt1I%-

2fAAAAAAAAAB4%2ft886EzHM78%2fs1600%2fIMG_2658.JPG&ehk=hijOTFHxHy7vmHlMF9blJT-NPX05tlHbTWeUll14Y nYM%3d&risl=&pid=ImgRaw

Sumber:https://cdn.keepo.me/images/post/lists/2019/11/15/main-list-image- 741adc92-1932-4703-

975b-98f008588338-7.jpg

Page 114: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

108

sumber : https://bok.asia/g/Kementerian%20Pendidikan%20dan%20Kebu-dayaan%20Indonesia

Page 115: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

109 Sanitasi Sekolah

E. NFOGRAFIS SANITASI

FOGRAFIS SANITASI

Page 116: Sanitasi Sekolah - ecampus-fip.umj.ac.id

110

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017, Gen-erasi Berkualitas Dimulai dari Sekolah, melaksanakan pembangunan sanitasi sekolah dasar, Jakarta, Kementerian Pendidikan dan Kebu-dayaan

Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018, Pan-duan Manajemen Kebersihan Menstruasi bagi Guru dan Orang Tua, brosur, Jakarta, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Direktorat Sekolah Dasar, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, Panduan Opsi Sarana Cuci Tangan Pakai Sabun, 2020, Jakarta, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan