satuan operasi
description
Transcript of satuan operasi
LAPORAN TETAP PRAKTIKUM
BIOKIMIA UMUM
Disusun oleh:
Kelompok II
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUTRI
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2014
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
tersusunnya laporan tetap praktikum Biokimia Umum sebagai langkah
untuk melakukan praktikum untuk mahasiswa jurusan Ilmu dan
Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri,
Uiversitas Mataram yang memprogramkan matakuliah Biokimia Umum
pada semester gasal tahun 2014/2015.
Penulis menyadari adanya kekurangan dalam laporan tetap ini
sehingga saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan laporan Biokimia ini. Penulis juga menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan
laporan dan pelaksanaan praktikum Biokimia Umum. Semoga laporan
ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan wawasan para pembaca
tentang biokimia secara umum.
Mataram, 06 Desember 2014
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
HalamanKATA PENGANTAR...............................................................iDAFTAR ISI..........................................................................iiDAFTAR TABEL....................................................................ivACARA I. PENGENALAN ALAT DAN BAHAN
Pendahuluan........................................................................1Tinjauan Pustaka.................................................................2Pelaksanaan Praktikum........................................................4Hasil Pengamatan dan Pembahasan....................................6Kesimpulan..........................................................................10
ACARA II. PENGUJIAN KARBOHIDRATPendahuluan........................................................................11Tinjauan Pustaka.................................................................12Pelaksanaan Praktikum........................................................15Hasil Pengamatan................................................................18Pembahasan........................................................................20 Kesimpulan .........................................................................22
ACARA III. PENGUJIAN PROTEIN Pendahuluan........................................................................23Tinjauan Pustaka.................................................................24Pelaksanaan Praktikum........................................................26Hasil Pengamatan................................................................29Pembahasan........................................................................30Kesimpulan..........................................................................33
ACARA IV. PENGUJIAN LEMAKPendahuluan........................................................................34Tinjauan Pustaka.................................................................35Pelaksanaan Praktikum........................................................37Hasil Pengamatan................................................................40Pembahasan........................................................................41Kesimpulan..........................................................................44
ACARA V. PENGUJIAN ENZIMPendahuluan........................................................................45Tinjauan Pustaka.................................................................46Pelaksanaan Praktikum........................................................48Hasil Pengamatan................................................................50Pembahasan........................................................................51Kesimpulan..........................................................................53
ACARA VI. LARUTAN BUFFERPendahuluan........................................................................54Tinjauan Pustaka.................................................................55Pelaksanaan Praktikum........................................................57Hasil Pengamatan................................................................59Pembahasan........................................................................60Kesimpulan..........................................................................62
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................….63
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Hasil Pengamatan Alat-Alat Praktikum.............................................61.2 Hasil Pengamatan Bahan-Bahan Praktikum.....................................92.1 Hasil Uji Kualitatif Berbagai Jenis Karbohidrat Berdasarkan
Terbentuknya Furfural...................................................................182.2 Hasil uji kualitatif berbagai jenis karbohidrat berdasarkan
terbentuknya furfural.....................................................................182.3. hasil uji kualitatif karbohidrat berdasarkan sifat pereduksi...........192.4. Perubahan warna karbohidrat dengan uji lodin.............................193.1 Hasil Uji Kualitatif Asam Amino dengan Uji Ninhidrin.....................293.2 Hasil Uji Kualitatif Peptida dengan Uji Biuret..................................293.3 hasil Uji Sulfur beberapa jenis larutan............................................293.4 hasil pengendapan pada Susu Segar dengan Berbagai pH............294.1 Hasil Pengamatan Pengaruh Jenis Pelarut Terhadap Kelarutan
Lemak............................................................................................404.2 Hasil Pengamatan Sifat Penyabunan Dari Dua Jenis Garam Asam
Lemak............................................................................................404.3 Hasil Pengamatan Uji Ketidakjenuhan Dua Jenis Minyak................405.1 Hasil Pengamatan Uji Penentuan Aktivitas amylase air liur...........505.2 Hasil Pengamatan Uji Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim.......506.1 Perubahan pH larutan HCl 0,1 M dengan penambahan NaOH 0,01 N
.......................................................................................................596.2 Perubahan pH larutan H3PO4 0,05 M dengan penambahan NaOH
0,05 N............................................................................................59
iv
ACARA IPENGENALAN ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bekerja dengan menggunakan alat-alat Laoratorium tidaklah
sama dengan bekerja menggunakan alat-alat lain. Bekerja di
Laboratorium atau di lapangan dengan menggunakan peralatan
Laboratorium memerlukan ketrampilan, kecermatan dan ketelitian.
Peralatan sangat diperlukan dalam mengumpulkan data atau informasi
terutama data kuantitatif. Dalam menggunakan peralatan
Laboratorium, praktikan harus memiliki keterampilan, kecermatan dan
ketelitian agar data yang diperoleh akurat. Oleh karena itu, penting
dilakukan praktikum mengenai pengenalan alat dan bahan praktikum.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui
tentang alat dan bahan praktikum sehingga kecelakaan dalam
praktikum dapat ditanggulangi dan mempermudah dalam
menggunakan alat dan bahan praktikum tersebut.
v
TINJAUAN PUSTAKA
Pengenalan alat merupakan salah satu faktor yang penting
untuk mendukung kegiatan praktikum. Praktikan akan terampil dalam
praktikum apabila mereka mempunyai pengetahuan mengenai alat-
alat dan bahan praktikum, yang meliputi nama alat, gambar atau
bentuk alat, fungsi alat, metode alat, cara penanganan bahan dan
bahaya kesehatan bahan tersebut (Laila, 2006).
Sebelum melakukan praktikum, terlebih dahulu kita harus
mengenal atau mengetahui tentang alat-alat yang digunakan dalam
melakukan praktikum tersebut. Hal ini berguna untuk mempermudah
kita dalam melaksanakan percobaan, sehingga resiko kecelakaan di
Laboratorium dapat ditanggulangi. Kebersihan dan kesempurnaan alat
sangat penting untuk bekerja di Laboratorium. Alat yang kelihatan
secara kasat mata, belum tentu bersih, tergantung pada pemahaman
seorang analis mengenai apa artinya bersih. Alat kaca seperti gelas
piala atau erlenmeyer paling baik dibersihkan dengan sabun atau
deterjen sintetik. Pipet, buret, dan labu volumetrik mungkin
memerlukan larutan deterjen panas untuk bisa bersih benar (Day &
Underwood, 2009).
Proses pengukuran suatu zat atau benda hendaknya
menggunakan suatu alat, alat yang digunakan mengukur suatu zat
dalam kimia adalah gelas ukur, akan tetapi hasil pengukuran dari gelas
ukur sangat kurang tepat, sehingga dalam penggunaannya tidaklah
terlalu teliti. Salah satu contoh alat pengukuran lain yang mempunyai
vi
tingkat ketelitian lebih baik dari pipet isap, namun pengukuran dengan
pipet sendiri tidak terlepas dari kesalahan (Sumardji, 2005).
Ketetapan hasil analisa kimia sangat tergantung pada mutu
bahan kimia dan peralatan yang dipergunakan, disamping pengertian
pelaksanaan tentang dasar analisa yang sedang dikerjakan serta
kecermatan dan ketelitian kerjanya sendiri. Ketelitian dan kecermatan
kerja, selain merupakan sifat pribadi seseorang akan dapat pula
diperoleh karena bertambahnya pengamatan kerja seseorang sehingga
menjadi kebiasaan yang berguna bagi kelancaran kerjanya.
Penanganan bahan kimia dan peralatan pokok yang banyak
dipergunakan merupakan persyaratan penting demi keselamatan dan
hasilnya pekerjaan analisa kimia (Rohman, 2010).
Analisa kimia menentukan macam, struktur dan jumlah zat.
Maka setiap cabang kegiatan manusia yang menyangkut materi,
langsung atau tidak langsung memerlukan analisa kimia. Yang
dimaksud dengan cabang kegiatan adalah segala sesuatu yang
manusia, termasuk ilmu pengetahuan, perdagangan, perindustrian,
pencegahan penyakit dan penyembuhan si sakit, produksi bahan
pangan, penyemaian, pengolahan, peran, olahraga, penyusutan
kejahatan, dan sebagainya (Harjadi, 1990).
vii
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu 15 Oktober 2014 di
Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan Fakultas Teknologi Pangan
dan Agroindustri, universitas Mataram.
Alat dan Bahan Praktikum
a. Alat-alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu
thermometer, gelas ukur, gelas kimia, statif, pipa kapiler, spatula,
tabung sentrifuge, plat tets, kaca arloji, klem buret, kaki tiga, botol
semprot, kawat kasa, cawan petri, mortar dan pastle, rak tabung
reaksi, penjepit tabung reaksi.
b. Bahan-bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yang
bersyarat MSDS (material Safety Data sheet) yaitu NaOH (Natrium
hidroksida), NaCl (natrium Klorida), H2SO4 (Asam Sulfat), HCl (asam
Klorida) dan KOH (kalium Hidroksida).
Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada praktkum ini sebagai berikut:
Disiapkan alat-alat yang akan diamati
viii
Dituliskan nama-nama dan fungsi dari masing-masing alat tersebut
Disiapkan bahan-bahan yang akan diamati
Dituliskan nama bahan, nama dagang, sifat, bahaya kesehatan, dan cara penanganan bahan Laoratorium bersyarat MSDS (Material Safety
Data Sheet)
ix
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Alat-alat PraktikumNo
Nama dan gambar alat Fungsi alat
1
Tabung reaksi
Sebagai tempat mereaksikan bahan kimia dan untuk melakukan reaksi kimia
dalam skala kecil
2
Tabung Erlenmeyer
Untuk menyimpan dan memanaskan larutan
3
Kaki tiga
Untuk menahan kawat kasa dalam pemanasan
4
Mortar and pastle
Untuk menghancurkan dan mencampurkan padatan
x
5
Corong
Untuk membantu memasukkan cairan kedalam wadah yang lebih kecil
6
Desikator
Untuk menguapkan air dari sampel yang sudah panas
7
Lampu Bunsen
Untuk pembakaran atau pemanasan
8
Plat tetes
Untuk menampung objek sampel
9
Labu ukur
Untuk menampung larutan dan mengencerkan larutan
xi
10
Penjepit
Untuk menjepit tabung reaksi yang panas
11
Cawan petri
Untuk menguapkan larutan atau sebagai wadah sampel
12
Gelas ukur
Untuk mengukur cairan dengan volume yang tidak tetap
13
spatula
Untuk mengambil bahan kimia yang berbentuk padat dan mengaduk arutan
14
Thermostat
Untuk mengukur suhu atau erubahan suhu
15
Rak tabung reaksi
Untuk menyimpan tabung reaksi
xii
13
14
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Praktikan dapat mengenali macam alat dan bahan yang digunakan
di dalam Laboratorium.
2. Dapat mengetahui fungsi-fungsi dan metode alat yang digunakan di
Laboratorium.
3. Dapat mengetahui bahaya dan cara penanganan bahan-bahan
kimia yang bersyarat MSDS (Material Safety Data Sheet)
4. Kesalahan dalam penggunaan alat dan bahan di Laboratorium
sangat mempengaruhi hasil penelitian atau praktikum.
ACARA I
15
PENGUJIAN KARBOHIDRAT
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kehidupan sehari-hari kita melakukan aktivitas, baik yang telah
merupakan kebiasaan misalnya berdiri, berjalan dan sebagainya.
Untuk melakukan aktivitas itu kita memerlukan energi yang dapat kita
peroleh dari bahan makanan. Pada umumnya bahan makanan itu
mengandung tiga kelompok senyawa kimia yaitu karbohidrat, protein
dan lemaka. Karbohidrat merupakan sumber energi utama yang
dibutuhkan oleh manusia. Karbohidrat juga merupakan hasil sintesis
CO2 dan H2O dengan bantuan sinar matahari dan zat hijau daun
(klorofil) melalui fotosintesis. Karbohidrat yang berasal dari makanan,
dalam tubuh mengalami perubahan atau metabolisme (Anna, 2012).
Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian karbohidrat.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum karbohidrat ini yaitu untuk
mengidentifikasi sifat-sifat umum berbagai jenis karbohidrat
berdasarkan terbentuknya furfural, untuk mengidentifikasi berbagai
jenis karbohidrat berdasarkan sifat pereduksinya dan untuk
mengidentifikasi jenis polisakarida berdasarkan perubahan warna
iodine yang terikat pada molekul polisakarida sebelum dan sesudah
terhidrolisis.
16
TINJAUAN PUSTAKA
Karbohidrat yang berasal dari makanan, saat dikonsumsi
mengalami perubahan atau metabolisme antara lain glukosa dan
glikogen. Ada bermacam-macam senyawa yang termsuk golongan
karbohidrat ini. Amilum atau pati, selulosa, glikogen, gula atau sukrosa
dan glukosa merupakan beberapa senyawa karbohidrat yan penting
dalam kehidupan manusia. Energi yang terkandung dalam karbohidrat
itu pada dasarnya berasal dari energi matahari. Karbohidrat dalam hal
ini glukosa, dibentuk dari karbondioksida dan air dengan bantuan sinar
mtahri dan klorofil. Selanjutnya glukosa yang terjadi diubah menjadi
amilum dan disimpan pada bagian lain, misalnya pada buah atau
umbi. Proses pembentukan glukosa dari karbondioksida dan air disebut
fotosintesis (Yohanis, 2009).
Sifat kimia karbohidrat berhubungan erat dengan gugus fungsi
yang terdapat pada molekulnya , yaitu gugus-OH, gugus aldehid dan
gugus keton. Sifat kimia karbohidrat dibagi menjadi dua yaitu sifat
mereduksi dan furfural. Sifat mereduksi dimana monosakarida dan
beberapa disakarida mempunyai sifat dapat digunakan untuk
keperluan identifikasi karbohidrat maupun analisisi kuantitatif. Sifat
mereduksi ini disebabkan oleh adanya gugus aldehid atau keton bebas
dalam molekul karbohidrat. Sifat ini tampak pada reaksi reduksi ion-ion
logam misalnya ion Cu++ dan Ag++ yang terdapat pada pereaksi
tertentu seperti pereaksi pehling, Benedict, Barfoed. Sedangkan sifat
yang kedua dalah pembentukan furfural, dalam larutan asam yang
17
encer. Walaupun dipanaskan monosakarida umunya stabil. Reaksi ini
adalah reaksi dehidrasi atau pelepasan molekul air dari suatu senyawa
(Titin, 2012).
Pereaksi Molisch terdiri atas larutan α-naftol dalam alkohol.
Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan glukosa misalnya,
kemudian secara hati-hati ditambahkan asam sulfat pekat, akn
terbentuk dua lapisan zat cair. Pada batasan antara kedua lapisan itu
akan terjadi warna ungu. Hasil negatif merupakan suatu bukti bahwa
tidak ada karbohidrat. Pereaksi Benedict berupa larutan yang
mengandung kuprisulfat natrium karbonat dan natrium sitrat. Adanya
natrium karbonat dan natrium sitrat membuat pereaksi Benedict
bersifat basa lemah. Endapan yang terbentuk dapat berwarna hijau,
kuning atau merah bata. Warna endapan ini tergantung pada
konsentrasi karbohidrat yang diperiksa (Yohanis, 2012).
Karbohidrat dibagi menjadi tiga golongan yaitu monosakarida,
oligosakarida, atau disakarida dan polisakarida. Monosakarida
merupkan yang umum terdapat dalam alam ialah memiliki atom C
berkisar antara 3 sampai 7. Dengan jumlah atom C sebagai pokok
maka monosakarida terbagi menjadi tiga olongan aldosa. Disakarida
senyawa yang mempunyai daua satuan sakarida yang banyak
dibicarakan adalah maltosa, sellobiosa, laktosa, dan sukrosa.
Polisakarida mengandung banyak (poli) satuan-satuan monosakarida
yang saling mengikat melalui oksigen. Contohnya ialah pati dan
glikogen (Soeharsono, 2012).
18
Uji karbohidrat secara umum salah satunya uji Molisch, dinamai
sesuai penemunya yaitu Hans Molisch, seorang ahli botani dari
Australia. Uji ini didasari oleh reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam
sulfat membentuk cincin furfurakl berwarna ungu. Pengujian yang
kedua dalah Benedict, uji kimia yang bertujuan untuk mengetahui
kandungan gula (karbohidrat) pereduksi yang meliputi semua jenis
monosakaridan dan beberapa disakarida seperti laktosa dan maltosa.
Uji iodin, pati dalam suasana asam bila dipanaskan dapat terhidrolisis
menjadi senyawa yang lebih sederhana, hasil pemecahan pati bila diuji
dengan iodin akan memberikan warna biru, coklat, kuning, sampai
tidak berwarna (Endrika, 2013).
Disiapkan 5 tabung reaksi diberi label
Diisi masing-masing 1 ml aquades, glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa 1% dan pati 1%
19
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 05 November 2014
di Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan Fakultas Teknologi Pangan
dan Agroindustri Universitas Mataram.
Alat dan Bahan Praktikum
a. Alat-alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu
tabung reaksi, penjepit tabung, pipet ukur, pipet tetes, karet gelang,
gelas ukur dan penangas air.
b. Bahan-bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu
pereaksi molish, pereaksi selliwanof, pereaksi benedict, pereaksi
iodine, larutan H2SO4, aquades, larutan glukosa 1 %, larutan fruktosa
1 %, larutan sukrosa 1 %, larutan HCl dan larutan amilum 1 %.
Prosedur Kerja
1. Uji Molish
Ditambahkan 2-5 tetes pereaksi Molisch
Ditambahkan 2ml H2SO4 pekat
Disiapkan 5 tabung reaksi dan diberi label
Ditambahkan 1 ml aquades, glukosa 1%, pati 1%, fruktosa 1 %, sukrosa 1%
Dipanaskan pada penangas air selam 5 menit
Diisi 1ml aquades, glukosa 1%, sukrosa 1%, frultosa 1% dan pati 1%
Disiapkan 5 tabung reaksi dan diberi label
Ditambahkan 2ml pereaksi Benedict dan digojog
Dipanskan pada penangas air selama 5 menit
Diamati dan dicatat perubahan warnanya
20
Diamati perubahan warna dan terbentuknya cincin kemudian dicatatat
2. Uji Seliwanof
Ditambahkan 2 ml pereaksi Selliwanof lalu digojog
Diamati perubahan warna selama 1 menit dan dicatatat
3. Uji Benedict
Disiapkan 4 buah tabung reaksi dan diberi label
Dimasukkan 1 ml larutan iodine
Diisi 1 ml Aquades 1 %, glukosa 1 %, pati 1 %, dan Sukrosa 1% %
Dipanaskan pada penangas air selama 5-10 menit
Diamati dan dicatat perubahan warna
Ditambahkan 3-5 tetes larutan HCl encer dan
digojog
21
4. Uji Iodine
22
HASIL PENGAMATAN
Tabel 1.1. Hasil Uji Kualitatif Berbagai Jenis Karbohidrat Berdasarkan Terbentuknya Furfural
Jenis karbohidrat Terbentuknya cincin ungu
Aquades Tidak terbentuk cincin ungu
Glukosa 1% Tidak Terbentuk cincin ungu
Fruktosa 1% Tidak Terbentuk cincin ungu
Sakarosa 1% Tidak Terbentuk cincin unguAmilum 1% Tidak Terbentuk cincin ungu
Tabel 1.2. Hasi Uji Kualitatif Berbagai Jenis Karbohidrat Berdasarkan Terbentuknya Furfural
Bahan
Waktu Perubahan Warna (menit ke-) Sebelum
dipanaskan
Sesudah
dipanskan 1 2 3 4 5
Aquades 1 ml
Bening kekuning
an
Bening kekuningan
BeningKekuningan
Bening kekuningan
Bening kekuningan
Bening kekuningan
Bening kekuningan
Glukosa 1%
Bening kekuning
an
Bening kekuningan
Bening kekuningan
Bening kekuningan
Bening kekuningan
Bening kekuningan
Bening kekuningan
Fruktosa 1%
Bening kekuning
an
Bening orange
Orange tua
Orange muda
Orange
muda
Bening kekuningan
Orange muda
Sukrosa 1%
Bening kekuning
an
Bening orange
Orange
muda
Orange muda
Orange
pekat
Bening kekuningan
Orange pekat
Amilum 1 %
Bening kekuning
an
Bening kekuningan
Bening kekuningan
Bening kekuningan
Bening kekuningan
Bening kekuningan
Bening kekuningan
Tabel 1.3. Hasil Uji Kualitatif Berbagai Jenis Karbohidrat Berdasarkan Sifat Pereduksinya
Jenis Karbohidrat Perubahan Warna Larutan
23
Sebelum dipanasi Sesudah dipanasi
Aquades 1 ml Biru bening Biru bening Glukosa 1% Biru bening Merah bataFruktosa 1% Biru bening Merah bata
Sukrosa 1% Biru bening Biru bening
Pati 1% Biru bening Biru bening
Tabel 1.4. Perubahan Warna Larutan Karbohidrat dengan Uji Iodin
LarutanWarna sebelum
ditambahkan iodin
Warna Setelah Ditambahkan HCl dan Dididihkan
5 menit pertama 5 menit kedua
Aquades 1 ml Coklat muda Coklat muda Kuning jernih
Glukosa 1% Coklat muda Coklat muda Kuning jernih
Sukrosa 1 % Coklat muda Coklat muda Kuning jernih
Amilum 1 % Ungu pekat Ungu pekat Ungu pekat
PEMBAHASAN
Karbohidrat adalah komponen dalam makanan yang merupakan
sumber energi utama bagi organisme hidup. Pengujian karbohidrat
pada praktikum ini menggunakan beberapa reagen penguji yaitu uji
24
Molisch, uji Selliwanof, uji Benedict dan uji iodine. Uji Molisch pada lima
larutan yang diamati yaitu aquades, glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa
1% dan pati 1% ditambahkan larutan H2SO4 pekat secara perlahan
dan perubahan yang sama. Larutan aquades, glukosa 1%, fruktosa 1%,
sukrosa 1% dan pati 1%, berdasarkan hasil pengamatan semua larutan
tidak membentuk cincin ungu. Seharusnya larutan glukosa 1%,
fruktosa 1%, sukrosa 1 % dan pati 1 % membentuk cincin. Sehingga
yang diamati hanya perubahan warna larutan yang terjadi. Hal ini
terjadi dikarenakan bahan-bahan yang digunakan pada saat itu
mungkin terlalu lama. Terjadinya perubahan warna ungu tersebut
merupakan hasil kondensasi furfural dan α-naftol.
Pengujian yang selanjutnya yaitu pengujian Selliwanof yang
bertujuan untuk membedakan monosakarida dan disakarida dengan
mengontrol kondisi pH serta waktu pemanasan. Perubahan yang
terjadi dari satu menit pertama hingga lima menit tidak terjadi
perubahan warna pada larutan aquades, glukosa, dan pati. Dan terjadi
perubahan warna pada larutan fruktosa dan sukrosa secara cukup
signifikan menjadi warna orange, karena mengandung ketoheksosa.
Uji Benedict menggunakan 5 macam larutan yaitu aquades,
glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa 1% dan pati 1 %. Kemudian masing-
masing larutan ditambahkan 2 ml pereaksi Benedict kemudian
dipanaskan terjadi perubahan warna pada larutan glukosa dan
fruktosa. Meskipun fruktosa bukanlah gula pereduksi, namun memiliki
gugus alphahidroksi keton, maka fruktosa akan berubah menjadi
25
glukosa dan manosa dalam suasana basa dan memberikan hasil positif
dengan Benedict.
Pengujian iodin menggunakan 4 jenis larutan yaitu aquades,
glukosa 1%, sukrosa 1% dan pati 1 % . Warna larutan menjadi berubah
setelah ditambah HCl dan didihkan. Pati dalam suasana asam bila
dipanaskan dapat terhidrolisis menjadi senyawa yang lebih sederhana,
hasil pemecahan pati jika diuji dengan iodin akan memberikan warna
coklat, kuning sampai tidak berwarna.
KESIMPULAN
26
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Karbohidrat merupakan komponen dalam makanan yang terbagi
menjadi tiga golongan yaitu monosakarida, disakarida dan
polisakarida.
2. Uji Molisch menggunakan 5 larutan aquades, glukosa 1%, fruktosa
1%, sukrosa 1% dan pati 1 % yang ditambah H2SO4 tidak
membentuk cincin karena kualitas larutan yang lama tidak
digunakan. Perubahan warna hasil dari kondensasi antara furfural
dan α-naftol.
3. Uji Selliwanof menunjukkan fruktosa mengandung ketohesosa.
4. Uji Benedict menunjukkan bahwa fruktosa dan glukosa
mengandung gula pereduksi.
5. Uji Iodin dilakukan untuk membuktikan ada atau tidaknya
polisakarida pada satu larutan.
27
ACARA IIIPENGUJIAN PROTEIN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manusia memperoleh protein dari hewan atau tumbuhan.
Protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani sedangkan
protein yang bersal dari tumbuhan disebut protein mabati. Beberapa
makanan sebagai sumber protein ialah, daging, telur, susu, ikan,
beras, kacang, kedelai, gandum, jagung dan buah-buahan. Dalam
kehidupan protein memegang peran yang sangat penting. Proses kimia
yang berlangsung dalam tubuh dengan adanya enzim yang merupakan
suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalis. Di samping itu,
hemoglobin dalam butir-butir darah merah yang berfungsi sebagai
pengankut oksigen dari paru-paru keseluruh bagian tubuh, adalah
salah satu jenis protein. Demikian pula zat-zat yang berperan untuk
melawan bakteri penyakit atau yang disebut antigen, juga suatu
protein. Mengingat banyaknya fungsi dan manfaat protein bagi
kehidupan kita, serta pentingnya kita untuk mengetahui berbagai jenis
protein, maka perlu dilakukan percobaan mengenai identifikasi protein
secara kimia dengan mengenal sifat pengendapan dan perubahan
warna yang terjadi bila protein tersebut ditambahkan senyawa kimia
tertentu.
Tujuan Praktikum
28
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengidentifikasi
adanya ikatan peptida suatu larutan, mengidentifikasi gugus R asam
amino yang mengandung sulfur dan mengidentifikasi titik isoelektrik
kasein.
TINJAUAN PUSTAKA
Protein merupakan makromolekul yang memiliki berat jenis
yang sangat tinggi, yaitu sekitar 5000 sampai dengan 1.000.000
Dalton. Protein terbentuk dari asam-asam amino yang diikat oleh
ikatan peptida. Protein berfungsi sebagai biokatalisator, protein
cadangan, biopertransfer bahan, struktural dan protektif. Namun
dalam tubuh manusia, protein digunakan sebagai pengganti jaringan
sel tubuh yang rusak. Identifikasi protein dapat dilakukan dengan cara
kimia yaitu dengan mengenal sifat pengendapan dan perubahan warna
yang terjadi bila di tambahkan dengan senyawa-senyawa kimia
tertentu (Kusnandar,2011).
Protein adalah suatu biomolekul besar yang terdapat disetiap
organisme kehidupan yang jenisnya bermacam-macam dan
mempunyai fungsi biologis yang berbeda-beda. Kerati sebagai contoh,
merupakan suatu protein yang ada pada kulit dan kuku, sedangkan
fibroin terdapat sutra dan sarang laba-laba. Enzim polimerseDNA yang
nengkatalisis sintesis DNA dalam sel adalah Protein. Semua protein
terbuat dari banyak unit-unit asam amino yang mempunyai fungsi
ganda dan berikatan satu dengan yang lainnya membentuk rantai
yang panjang. Asam amino sesuai dengan namanya, merupakan
29
senyawa yang mempunyai fungsi ganda karena memilki gugus fungsi
asam dan basa pada struktur molekulnya (Almatsier, 2010).
Asam karboksilat dan gugus fungsi amino secara bersamaan
dalam asam amino. Asam amino dengan satu gugus amino dan satu
gugus karboksil lebih baik digambarkan sebagai struktur ion dipolar.
Gugus amino dipretonasi dan hadir sebagai ion amonium, sedangkan
gugus karboksil kehilangan protonnya dan hadir sebagai anion
karboksilat. Struktur dipolar ini konsisten dengan sifat asam amino
bersifat amfoterik, artinya berperilaku sebagai asam dan
mendenasikan proton pada basa kuat atau dapat juga berperilaku
sebagai basa dan menerima proton dari asam kuat (Sirajudi,2009).
Asam amino paling sedikit mengandung satu gugus amino dan
satu gugus asam amino dan satu gugus asam karboksilat. Ke-20 jenis
asam amino yang umum terdapat dalam asam amino. Semua asam
amino bersifat amfoter dan terdapat sebagai garam dalam pH
mendekati 6. Harga pH yang menunjukan kenetralan asam amino dari
segi kelistrikan, disebut titik isolistrik. Protein merupakan polipeptida
yang sangat besar dengan bobot molekul lebih besar dari 5.000.
Protein memiliki lebih dari satu rantai peptida, dan bisa pula
mengandung komponen prostetik yaitu komponen pengganti yang
bukan peptida (Anna, 2011).
30
31
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu15 November 2014 di
Laboratorium kimia dan Biokimia Pangan Fakultas Teknologi Pangan
dan Agroindustri Universitas Mataram.
Alat dan Bahan Praktikum
a. Alat-Alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalm praktikum ini adalah
tabung reaksi, pipet ukur, gelas kimia, penangas air, gelas
pengaduk, penjepit tabung reaksi,rubber bulb dan stopwatch
b. Bahan-bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktium ini adalah
aquades, albumin, glisin 1%, larutan cuso4 0,5%, larutan naoh
10%, larutan ninhidrin, larutan Pb asetat dan susu segar.
Prosedur Kerja
1.Uji ninhidrin
Disiapkan 3 tabung reaksi
Diisimasing-masing tabung dengan aquades, albumin, glisin %
Ditambahkan 1 ml larutan ninhidrin
Dipanaskan selama 5 menit dengan suhu 100°C
Diamati perubahan warna yang terjadi
32
2.Uji biuretDisiapkan 3 tabung reaksi
Diisimasing-masing tabung dengan deterjen,aquades, albumin dan glisin 1%
Di tambahkan 1 ml cuso4 0,5 % dan 1 ml naoh 10%Pada masing-masing tabung
Dipanaskan selama 5 menit
Diamati perubahan warna yang terjadi
3.Uji sulfurDisiapkan 2 tabung reaksi
Ditambahkan dengan glisin 1%,albumin pada masing-masing tabung reaksi
Ditambahkan 2,5 ml aquades
Ditambahkan 1 tetes NaoH 40% dan diaduk
Dipanaskan selama 5 menit dengan suhu 100°C
Diamati perubahan warna yang terjadi
4.Uji sifat isoelektrik protein
Disiapkan 6 tabung reaksi
33
Ditambahkan dengan 1 ml susu segar pada masing-masing
tabung
Tabung no 1,2,3 ditambahkan masing-masing dengan 2,4,5 ml aquades
Tabung no 4,5,6 ditambahkan masing-masingdengan 5,2.5,1.25 ml larutan asetat 0,01 M
Diaduk rata dan diamati perubahan warna yang terjadi
34
HASIL PENGAMATAN
Tabel 3.1 hasil uji kwalitatif asam amino dengan uji ninhidrinJenis larutan Perubahan warna
Aquades BeningAlbumin UnguGlisin 1% Ungu pekat
Tabel 3.2 hasil uji kwalitatif peptide dengan uji biuretJenis larutan Perubahan warna
Penambahan cuso4
Penambahan Naoh
Setelah pemanasan
Aquades Bening Biru muda BeningAlbumin Hijau Ungu CoklatGlisin 1% Biru bening Biru muda Coklat tua
Tabel 3.3 hasil uji sulfur beberapa jenis larutanJenis larutan Sesudah dipanaskanGlisin 1% BeningAlbumin Coklat pekat
Tabel 3.4 hasil pengendapan pada susu segar dengan berbagai pHNo tabungreaksi
1 2 3 4 5 6pH
4,1 4,4 4,8 5,1 5,4 5,7Jumlahendapan 2 3 3 3 3 1
Keterangan 1= tidak ada busa 2 = sedikit busa 3= banyak busa
35
PEMBAHASAN
Protein merupakan zat yang paling penting dalam setiap
organisme karena merupakan bagian terbesar tubuh setelah air.Unsur-
unsur penyusun kimianya mengandung unsur-unsur oksigen, karbon,
hidrogen, nitrogen dan kadang-kadang mengandung unsur lain seperti
sulfur dan fosfor. Protein adalah salah satu makrometemer struktur
tidak stabil karena mudah mengalami denaturasi atau koagulasi yaitu
dimana protein terurai menjadi struktur primernya, baik reversibel
yaitu jika konformasi molekul aslinya tetap tidak berubah maupun
reversibel yaitu perubahan sifat kimia gugus samping (-R) atau
terputusnya ikatan peptida protein.
Protein terlibat dalam sistem kekebalan sebagai antibodi. Sistem
kendali dalam bentuk hormon, sebagai komponen penyimpanan.
Protein merupakan salah satu biomolekul rekayasa selain polisakarida
dan polinukleutida yang merupakan penyusun utama makluk hidup.
Protein merupakan polimer dari asam amino. Asam yaitu salah satu
kelompok molekul organik yang dalam satu molekulnya terdiri dari tiga
gugus fungsi berbeda, yaitu gugus asam amino (-NH2) yang bersifat
basa dan gugus karboksil (-COOH) yang bersifat asam serta gugus
samping yang reaktif ( R ).
Dari pengujian protein yang pertama adalah dengan uji ninhidrin
yang bertujuan untuk mengidentifukasi a-asam amino pada beberapa
bahan,disini bahan-bahan yang digunakan adalah aquades, albumin
dan glisin1%. Setelah bahan-bahan tersebut direaksikan dengan
larutan ninhidrin dan dipanaskan,tampak perubahan pada albumin dan
36
glisin 1% menjadi ungu,dimana terjadi reaksi yang menghasilkan
senyawa aldehid yang berwarna ungu.
Pengujian dengan uji biuret yang bertujuan untuk
mengidentifikasi adanya ikatan peptida pada protein dengan
menggunakan aquades, albumin dan glisin 1%. Dari hasil pengamatan
didapatkan perubahan warna pada aquades saat ditambah dengan
naoh,sedangkan glisin1% dan albumin terjadi perubahan yang
signifikan karena cu2+ akan mengikatikatan peptide dari glisin 1%
dan albumin sehingga terjadi perubahan warna. Intensitas warna
tergantung dari kadar protein sampel, semakin tinggi kadar protein
bahan maka semakin pekat warnanya, dari pengujian ini yang paling
tinggi kadar proteinnya adalah glisin 1%.
Pengujian dengan uji sulfur yang bertujuan untuk
mengidentifikasi gugus R asam amino yang mengandung sulfur, pada
pengujian ini digunakan dua sampel yaitu glisin 1% dan albumin
dimana kedua sampel tersebut direaksikan dengan naoh 40% dan Pb
asetat menghasilkan warna bening padaglisin 1% dancoklat pekat
pada albumin. Reaksi yang terjadi adalah reaksi fohl, jika protein
mengandung sulfur maka menjadi Na2S dan jika direaksikan dengan Pb
asetat akan terbentuk larutan yang berwarna coklat. Jadi yang
mengandung sulfur adalah albumin.
Pengujian titik isoelektrik. Titik isoelektrik adalah daerah pH
tertentu dimana protein memilki selisih muatan sehingga tidak
bergerak dalam muatan listrik, dari hasil pengamatan didapatkan dari
6 tabung reaksi hanya satu yang tidak memiliki endapanya itu terdapat
37
pada tabung nomer 6 artinya lima tabung yang lain memiliki endapan,
protein yang mengendap ini disebut denaturasi protein. Hal ini terjadi
akibat komformasi molekulnya berubah dan aktivitas biologisnya
hilang.
38
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Protein merupakan polimer dari asam amino.
2. Uji ninhidrin pada protein menghasilkan senyawa aldehid
ditunjukkan pada perubahan warna pada glisin1% dan albumin.
3. Uji biuret bertujuan untuk mengidentifikasi ikatan peptida, semakin
banyak ikatan peptide maka semakin pekat warnanya.
4. Dalam uji biuret, ikatan peptide yang paling banyak di dapatkan
pada glisin 1%.
5. Uji sulfur merupakan reaksi fohl yang menghasilkan warna coklat
pada albumin yang mengandung unsur sulfur.
6. Titik isoelektrik adalah daerah pH tertentu dimana protein memilki
selisih muatan.
ACARA IV
39
PENGUJIAN LEMAK
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lemak adalah senyawa yang tidak larut dalam air yang dapat
dipisahkan dari sel dan jaringan dengan cara ektraksi menggunakan
pelarut organik yang nonpolar, misalnya dietil, eter atau kloroform.
senyawa ini dibagi menurut sifat fisikanya yaitu senyawa yang larut
dalam pelarut non polar dan yang tidak larut dalam air .Lemak terdiri
atas unsur-unsur karbon (c), hidrogen (H), dan oksigen (o) yang
mempunyai sifat dapat larut dalam zat-zat terlarut seperti petroleum
benzene, eter, tetapi dalam perbandingan dan sususnan kimia yang
berlainan. Lemak dibagi atas lemak hewani dan lemak nabati . Lemak
nabati mengandung asam-asam lemak esensial seperti asam linoleat,
lenolenat, dan arkidonat yang dapat mencegah penyempitan
pembuluh darah akibat penumpukan kolestrol. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pengujian lemak.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui
pengaruh jenis-jenis pelarut terhadap sifat kelarutn lemak, mengetahui
tingkat ketidak jenuhan berbagai jenis lemak, serta mengetahui sifat
penyabunan dua jenis garam asam lemak (sabun).
40
TINJAUAN PUSTAKA
Lipid (lemak) adalah kelompok senyawa heterogen yang
berkaitan baik secara aktual Maupun potensial dengan asam lemak.
sifat dari lemak secara umum tidak larut dalam air, sehingga limbah
yang mengandung lemak yang
terdapat dalam badan air mempunyai dampak yang cukup besar dala
m menggunakan ekosistem perairan. Lapisan lipid yang ada pada
permukaan perairan akan menghalangi masuknya cahaya dalam air
sehingga proses fotosintesis berlangsung terhambat dengan demikian
kadar oksigen akan rendah yang akan menyebabkan organisme
aerobik akan mati. (Darmayasa. 2008)
Lemak sebagian besar mengandung ester-ester dan pada
dasarnya lemak mempunyai komposisi yang sederhana, ester-ester
lemak adalah non-volatil dan tak berbau, tetapi memiliki semua sifat-
sifat yang karaktersistik dari ester-ester pada umumnya, asam lemak
yang mempunyai berat molekul yang paling besar di dalam molekul
gliserol juga merupakan bagian yang reaktif. Sebagian besar lemak
mempunyai satu gugus karboksil dan satu rantai karbon yang tidak
bercabang yang jenuh maupun tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh
memiliki satu atau lebih ikatan ganda yang kadang-kadang berada
dalam konfigurasi gemetrislis, sementara asam lemak jenuh tidak
mengandung ikatan ganda. (Harper, 2010).
41
Kelarutan minyak atau lemak dalam suatu pelarut ditentukan
oleh sifat polaritas asam lemaknya. Asam lemak yang bersifat polar
cendarung larut dalam pelarut polar. Sedangkan asam lemak nonpolar
larut dalam pelarut nonpolar . Sifat dan daya kelarutan ini digunakan
sebagai dasar pada praktek pengujian- pengujian analitis dan ekstraksi
minyak dengan pelarut .Sifat minyak dan pelarut
lemak yang larut dalam pelarut tertentu digunakan dalam pengolahan
minyak secara komersial Dalam ekstraksi minyak menggunakan
metode solvent ekstraksi (Acmad. 2010)
Lemak atau minyak nabati merupakan contoh dari gliserol dan
lemak jenuh atau lemak yang dapat dihidrolisis oleh larutan alkali
menjadi garam dari asam lemak yang sehari-hari kita kenal dengan
sabun. Reaksi hidrolisis ini disebut penyabunan. Ester dapat dibuat
dengan cara mereaksikan asam karboksilat dengan alkohol yang
dapat dikatalis oleh asam mineral ,misalnya asam sulfat atau asam
klorida. Reaksi yang terjadi merupakan suatu keseimbangan
(Syukri.2008)
Minyak bekatul mengandung asam lemak tak jenuh yang sangat
potensial
untuk mencegah serta mengurangi resiko penyakit arterosklerosis, kar
diovaskulaKandungan asam lemak tak jenuh dalam minyak dapat
tergradasi pada ekstraksi
menggunakan pemanasan sehingga diperlukan cara untuk menjaga
asam lemak tak jenuh tersebut.Fermentasi bekatul menggunakan
kapang Aspergillus terreus merupakan salah satu cara yang dapat
42
digunakan untuk meningkatkan dan memperkaya kandungan asam
lemak tak jenuh pada bekatul (Sukma,dkk.2010)
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 19 November 2014
dan bertempat di labolatorium Kimia dan Biokimia Pangan Fakultas
Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram.
Alat dan bahan praktikum
A. Alat-alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah
tabung reaksi, pipet ukur, tisu, kertas label,rak tabung, ,gelas
beker,rak tabung dan pengaduk gelas.
b.Bahan-bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada peraktikum ini
adalah
klorofrom , aquades, etanol, minyak baru, minyak bekas,Cacl2 0,5%,
MgCl2 0,5%, FeCl2 0,5%, asam asetat, larutan sabun 1% dan
deterjen 1%.
43
Prosedur kerja
a. Uji sifat kelarutan lemak
Disiapkan 3 tabung reaksi
Dimasukkan 2ml pelarut (kloroform,aquades,etenol)
Ditambahkan 2 ml minyak baru pada setiap tabung
Digoyangkan agar tercampur rata dan amati kelarutan minyak
tersebut
Dicatat hasil yang diperoleh
b Uji tingkat ketidak jenuhan leamak
Disiapkan 3 tabung reaksi dan diberi label
Diisi masing-masing tabung sebanyak 1 ml campurkan asam asetat kloroforn
Ditabung 1 tambahkan 2 tetes aquades
Ditabung 2 tambahkan 2 tetes minyak baru
Ditabung 3 tambahkan 2 tetes minyak bekas
Ditambahkan kedalam masing-masing tabung reaksi 2 ml digojog agar
tercampur rata
44
Dibiarkan pada suhu kamar selama 5 menit dan amati perubahan warna iodium setiap tabung dan bandingkan dengan tabung no 1
c .Uji penyabunan lemak
Disiapkan 10 gelas piala ( diberi kode 1-10)
Dtabung reaksi 1-5 diisi 25 ml larutan sabun 1%
Ditabung 6-10 diisi 25 ml larutan deterjen 1%
Ditambahkan 5 ml CaCl2 0,5% kedalam tabung 1 dan 6
Ditambahkan 5 ml MgCl2 0,5% kedalam tabung 2 dan 7
Ditambahkan 5 ml FeCl2 0,5 % kedalam tabung 3 dan 8
Ditambahkan 10 tetes minyak baru kedalam tabung 4
dan 9
Ditambahkan 5 ml aquades pada tabung 5 dan 10
Amati dan bandingkan sifat penyabunan dari larutan didalam gelas piala
45
HASIL PENGAMATAN
Tabel 4.1 Pengaruh Jenis Pelarut Terhadap Kelarutan LemakJenis Pelarut Jenis lemak minyak nabatiKloroform Polar(larut)Aquades Tidak larut (non polar)Etanol Semi polar
Tabel 4.2 Hasil uji Ketidakjenuhan Lemak dua jenis minyak
Sampel Warna iodineSebelum Sesudah
Aquades(Kontrol) Jingga JinggaMinyak baru Jingga JinggaMinyak bekas Kuning Kuning
Tabel 4.3 Sifat penyabunan dari dua jenis garam asam lemakLarutan Uji Sabun Deterje
nCaCl2 0,5 %
+++ tingkat busanya banyak (2)
++
MgCl2 0,5 %
++ tingkat busanya banyak (4)
+
46
FeCl2 0,5 % + tingkat busanya banyak (5)
++
Minyak ++ tingkat busanya banyak (3)
+
Aquades +++ tingkat busanya banyak (1)
+++
47
PEMBAHASAN
Lemak merupakan senyawa organik yang tidak dapat larut
dalam air tetapi dapat diekstraksi dengan larutan nonpolar seperti
kloroform, eter dan bezene. Lemak adalah ester asam lemak dan
gliserol. Perbedaan lemak dan minyak hanya berdasarkan sifat fisiknya
saja. Sifat lemak dan minyak ditentukan oleh komposisi asam
lemaknya Asam lemak jenuh bersifat padat, asam lemak tidak jenuh
bersifat cair pada suhu kamar.
Pengujian sifat kelarutan lemak, bertujuan untuk mengetahui
pengaruh jenis pelarut terhadap sifat kelarutan lemak Minyak
dicampurkan dengan kloroform bercampur dengan baik atau bersifat
polar. Aquades yang dicampurkan dengan minyak baru tidak larut atau
bersifat non polar. Setelah dogoyangkan larutan aquades dan minyak
baru mulai memisah , minyak diatas dan air dibwah,ini disebabkan
karena karena berat aquades lebih besar dari minyak baru. Sedangkan
pada etenol yang telah dicampurkan dengan minyak baru bersifat semi
polar. Setelah digoyangkan larutan etanol yang dicampurkan dengan
minyak memisah , minyak dibawah dan etenol diatas karena berat
etanol lebih kecil dari minyak . Larutan etanol bersifat semi polar
karena etanol merupakan pelarut semi poar yang dapat melarutkan
senyawa polar dan non polar ,dengan rantai karbon yang pendek
menyebabkan etanol akan bersifat semi polar.
uji tingkat ketidakjenuhan lemak diketahui jika suatu sampel
diteteska pada lemak lalu dikocok, bila warana sampel hilang berarti
sampel mengandung asam lemak tidak jenuh, sampel yang digunakan
48
adalah aquades, minyak baru dan mimyak bekas dengan kloroform
dan asam asetat sebagai pereaksinya. Pada smpel aquades yang
ditambahkan kloroform dan asam asetat telihat warna jingga yang
berarti sampel mengandung lemak jenuh begitu pula dengan minyak
baru ditetesi kloroform dan sam asetat berwarna jingga dan minyak
bekas berwarna kuning. Reaksi yang terjadi adalah reaksi adisi oleh
iodium . Iodim akan memutus ikatan rangkap yang terdapat pada
molekul zat , kemudian iodium akan menggantikan posisi dari ikatan
rangkap Dengan adanya reaksi ini warna iodim akan hilang . Pada
praktikum ini menghasilkan warna jingga muda pada minyak baru dan
warna kuning pada minyak bekas . hal ini terjadi karena larutan iodium
bereaksi dengan ikatan rangkap , itulah yang membuktikan minyak
bersifa asam lemak tak jenuh.
uji sifat penyabunan lemak untuk mengetahui sifat penyabunan
dua jenis garam asam lemak . Larutan sabun yang ditambahkan
dengan CaCl2 0,5% tingkat busanya paling banyak (2), Sedangkan
larutan deterjen ditambagkan dengan CaCl2 0,5%tingkat busanya agak
banyak. Larutan sabun ditambahkan MgCl2 0,5% tingkat busanya
sedikit (4), sedangkan larutan deterjen ditambahkan MgCl2 0,5%
tingkat busanya sedikit. Larutan sabun ditambahkan dengan FeCl2
0,5% tingkat busanya paling sedikit (5), sedangkan larutan deterjen
yang ditambahkan dengan FeCl2 0,5% tingkat busanya agak banyak.
Larutan sabun yang ditambahkan dengan minyak tingkat busanya
agak banyak (3), sedangkan larutan deterjen ditambahkan dengan
minyak tingkat busanya paling sedikit. Larutan sabun ditambahkan
49
dengan aquades tingkat busanya paling banyak (1), sedangkan larutan
deterjen yang ditambahkan aquades tingkat busanya paling banyak.
Pada percobaan uji sifat penyabunan lemak
tingkat busanya lebih banyak pada larutan sabun daripada laruta deter
jen , karena antara larutan yang satu dengan larutan yang lain
memiliki ikatan yang kuat.
50
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1.Lemak adalah ester asam lemak dengan gliserol atau senyawa
organik yang
tidak dapat larut dalam air , tetapi dapat diekstraksi dengan larutan
non polar.
2.Larutan aquades , kloroform dan etenol yang ditambahkan minyak
bersifat
nonplar, polar dan semipolar.
3.Minyak baru dan minyak bekas berwarna jingga dan kuning terjadi
karena
iodium breaksi dengan ikatan rangkap.
4.Minyak baru dan minyak bekas bersifat asam lemak tak jenuh.
5.Larutan sabun tingkat busanya lebih banyak daripada larutan
deterjen.
51
ACARA VPENGUJIAN ENZIM
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat sering di temukan
anak-anak yang kembung pada perut, nafsu makan berkurang diare
dan lain sebagainya.Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan
pencernaan tersebut sebenarnya disebabkan oleh kekurangan enzim
di dalam tubuh. Di dalam tubuh makhluk hidup terjadi reaksi kimia
yang dapat berlangsung normal dalam suhu yang tepat yakni suhu
yang optimum untuk reaksi kimia dalam tubuh manusia berkisar pada
suhu . Laju reaksi kimia yang ada dalam tubuh atau sangat
berlangsung dengan lambat. Proses tersebut tidak memungkinkan
adanya kehidupan kecuali apabila reaksi sel tersebut dipercepat
dengan katalisator. Katalisator yang terdapat di dalam tubuh
umumnya berupa enzim.Enzim merupakan komponen penting yang
diperlukan dalam pencernaan dan penyerapan makanan di dalam
tubuh. Tanpa bantuan enzim, semua bahan makanan yang masuk
kedalam tubuh tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh sehingga apabila
hal tersebut terjadi maka akan terganggu pula organ-organ tubuh yang
ada, sehingga dapat menimbulkan penyakit seperti yang telah
52
disebutkan di atas. Oleh karena itu, penting dilakukan praktikum
mengenai enzim.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui
kemampuan minimal enzim amylase airliur memacah pati per satuan
waktu dan mengetahui pengaruh pH terhadap aktivitas dan
menetukan pH optimum enzim amylase air liur.
TINJAUAN PUSTAKA
Enzim adalah molekul protein yang berperan sebagai biokatalis
dan berfungsi untuk mengkatalis reaksi-reaksi metabolisme yang
berlangsung pada makhluk hidup.Fungsi ini dipengaruhi oleh faktor
lingkungannya seperti temperatur, keasaman (pH), konsentrasi
substrat, konsentrasi enzim dan activator. Pada kondisi optimum laju
reaksi enzimatik akan bekerja secara optimum, sehingga diperoleh
produk yang lebih banyak. Laju reaksi enzimatik akan bertambah
dengan bertambahnya konsentrasi enzim, akan tetapi laju reaksi dapat
mencapai konstan apabila jumlah substrat bertambah terus sampai
melewati batas kemampuan enzim (Syaiful, 2012).
Amilum atau pati merupakan polimer glukosa.Amilum ini
terdapat dalam biji-bijian, umbi-umbian seperti eras, jagung, gandum,
ubi jalar, kentang, dan singkong.Amilum atau pati di dalam tubuh
dihidrolisis oleh enzim menjadi satu-satuan yang lebih kecil yaitu
oligosakarida dan monosakarida sehingga dapat dimanfaatkan oleh
tubuh. Hidrolisis amilum menjadi oligosakarida akan menghasilkan
53
dekstrim. Apabila dekstrim dihidrolisis lagi akan membentuk maltose
(disakarida) selanjutnya apabila dihidrolisis lagi akan membentuk D-
glukosa (monosakarida) (Sutresna, 2009).
Enzim meningkatkan laju sehingga terbentuk keseimbangan
kimia antara produk dan pereaksi, pada keadaan kesetimbangan,
istilah pereaksi dan produk tidaklah pasti dan bergantung pada
pandangan kita.Dalam keadaan fisiologis yang normal, sesuatu enzim
tidak mempengaruhi jumlah produk dan pereaksi yang sebenarnya
dicapai tanpa kehadiran enzim.Jadi, jika keadaan kesetimbangan tidak
menguntungkan bagi pembentukan senyawa, enzim tidak dapat
mengubahnya.Sebagaimana protein pada umumnya, molekul enzim
juga mempunyai struktur tiga dimensi (Sadikin, 2002).
Ludah adalah cairan kental yang diproduksi oleh kenjar ludah,
kelenjar-kelenjar ludah tersebut terletak dibawah lidah, daerah otot
pipi dan daerah dekat langit-langit. Air ludah 99,5% terdiri atas air,
sisanya bermacam-macam. Ada zat seperti kalsium (zat kapur), fosfor,
natrium, magnesium dan lain-lain.Disamping itu juga terdapat mucin,
amylase, enzim-enzim, bahkan golongan darah, lemak, zat tepung,
vitamin dan sebagainya (Machfoedz, 2010).
Penggolongan enzim, enzim bekerja sangat spesifik.Suatu enzim
dapat mengkatalisis satu atau beberapa reaksi saja.Meskipun jumlah
enzim ada ribuan yang bersumber dari makhluk hidup, reaksi-reaksi
yang dikatalis oleh enzim-enzim ini ternyata dapat digolongkan ke
dalam enam reaksi saja (Sadikin, 2009).
54
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 12 November
2014 di Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan Fakultas Teknologi
Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram.
Alat dan Bahan Praktikum
a. Alat-alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu
tabung reaksi, pipet ukur, gelas pengaduk, stopwatch, penangas
air
b. Bahan-bahan praktikum
55
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini
yaitu air liur, larutan NaCL 1%, larutan CuSO4 , pati 1% dan
iodine
Prosedur Kerja
1. Uji penentuan aktivitas amylase air liur
Disiapkan 11 tabung reaksi diberi label 1-10
Ditambahkan aquades 1ml
Diisikan air liur dan 9 ml aquades pada tabung reaksi (pengenceran 10 kali)
Ditambahkan 1 ml air liur yang telah diencerkan kedalam tabung reaksi nomor 1 dan dipindahkan ke tabung
nomor 2 kemudian digojog
Diambil 1ml larutan pada tabung nomor 2 dan dimasukkan ke tabung nomor 3 begtu seterusnya hingga tabung nomor 10
Ditambah 1ml NaCl 1%, 1ml aquades dan 2ml Pati 1% pada masing-masing tabung
Dipanaskan diatas penangas air bersuhu 38oC selama 30 menit
Didinginkan tabung kemudian ditambahkan 2-3 tetes iodine
Diamati perubahan warnanya
2. Uji Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim
Disiapkan 8 tabung reaksi dan diberi label
56
Ditambahkan 5ml larutan pati 0,5% dan 2,5 M air liur
Diatur waktu masing-masing tabung selama 15 menit (setelah ditetesi air liur)
Diambil beberapa tetes larutan pada tabung nomor 5 dan dimasukkan kedalam tabung reaksi lainnya
Ditambah 1 tetes larutan iodine (jika menunjukkan warnacoklat maka semua tabung reaksi ditambahkan
dengan 2 tetes iodine dicampur rata)
HASIL PENGAMATAN
Tabel 5.1 Hasil pengamatan uji penentuan aktivitas amylase air liur.
Tabung reaksi
Warna larutan menit ke- Warna setelah ditetesi
iodin0 5 10 15 20 25 30
1benin
gbenin
gbenin
gbenin
gbenin
gbenin
gbenin
gbening
2benin
gbenin
gbenin
gbenin
gbenin
gbenin
gbenin
g
Bening kecoklat
an
3benin
gbenin
gbenin
gbenin
gbenin
gbenin
gbenin
gbening
4benin
gbenin
gbenin
gbenin
gbenin
gbenin
gbenin
g
bening kecoklat
an
5benin
gbenin
gbenin
gbenin
gbenin
gbenin
gbenin
g
bening kecoklat
an
57
6benin
gbenin
gbenin
gbenin
gbenin
gbenin
gbenin
g
bening kecoklat
an
7benin
gbenin
gbenin
gbenin
gbenin
gbenin
gbenin
g
Bening kecoklat
an
8benin
gbenin
gbenin
gbenin
gbenin
gbenin
gbenin
g
bening kecoklat
an
9benin
gbenin
gbenin
gbenin
gbenin
gbenin
gbenin
g
Bening kecoklat
an
10benin
gbenin
gbenin
gbenin
gbenin
gbenin
gbenin
g
Bening kecoklat
an
Tabel 5.2 hasil pengamatan uji pengaruh pH terhadap aktivitas enzim.
Tabung reaksi pH Perubahan warna larutan pati1 5,0 Biru muda2 5,6 Biru pekat3 6,2 Biru muda4 6,6 Biru muda5 6,8 Biru pekat6 7,0 Bening kebiruan7 7,4 Biru muda8 8,0 Bening kebiruan
58
PEMBAHASAN
Enzim adalah senyawa organik yang tersusun atas protein yang
peristiwa metabolisme bertindak sebagai katalisator, artinya zat yang
mampu mempercepat reaksi kimia tetapi zat itu sendiri tidak ikut
bereaksi.Enzim sangat sulit dioksidasi oleh pati sehingga enzim tidak
dapat terhidrolisis secara sempurna.Hal ini disebabkan karena
kemampuan enzim amylase memecah pati pada air liur. Ini
berdasarkan percernaan makanan secara mekanis maupun proses
yang melibatkan makanan itu berubah secara kimia.
Hasil pengamatan pada praktikum uji enzim inimengenai
perubahan warna larutan yang dipanaskan selama 30 menit pada suhu
38°C memeprlihatkan hasil perubahan warna yang tidak berubah.
Setelah dimasukkan air liur yang sudah diencerkan ditambah aquades,
larutan NaCl 1% dan pati.Setelah dipanaskan dengan suhu 38°C dan
pada tiap 5 menit diamati perubahan warna yang terjadi. Dari 10
tabung reaksi, tabung 1 dan 3 tidak terjadi perubahan warna artinya
pada tabung tersebut tidak terhidrolisis senpurna, sedangkan pada
tabung 2 dan 4-10 terjadi perubahan warna menjadi bening kecoklatan
artinya pada tabung ini telah terjadi proses hidrolisis sempurna yang
menyebabkan perubahan warna coklat. Suhu optimum enzim adalah
30°C sedangkan pada pengujian suhu yang digunakan 38°C sehingga
enzim menjadi rusak. Menurunnya aktivitas enzim disebabkan oleh
denaturasi protein pada enzim oleh krena itu enzim hanya dapat
bereaksi dengan baik pada suhu optimum.
59
Pengujian pengaruh pH terhadap aktivitasenzim, setelah ditetes
dengan iodin semua tabung mengalami perubahan, namun tidak ada
larutan dalam tabung yang berubah mnjadi warna coklat, ini
menandakan bahwa pati tidak dapat terhidrolisis sempurna sehingga
warnanyatidak berubah menjadi warna coklat, penambahan iodin pada
larutan tersebut dapat berfungsi sebagaiindikator terhadap reaksi yang
terjadi dimana akan nampak perubahan warna dari masing-masing
tabung dari warna bening menjadi warna biru. Warna biru ini
menandakan bahwa enzim tidak dapat terhidrolisis sempurna. Jika
enzim terhidrolisis sempurna maka akan berwarna coklat, sehingga
hasil percobaan tidak terhidrolisis sempurna.
Dari hasil semua pengujian dapat disimpulkan banyak hal yang
mempengaruhi reaksi enzimatis diantaranya pH tidak terlalu asam dan
tidak terlalu basa, suhu optimum enzim harus 30°C jika terlalu rendah
dan jika terlalu tinggi maka enzim akan rusak. Selain itu konsentrasi
enzim, sifat kespesifikasian enzim dan inhibitor juga mempengaruhi
aktivitas kerja enzim.
60
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Enzim adalah senyawa organik yang tersusun atas protein yang
dalam proses metabolism bertindak sebagai sikogen katalisator.
2. Kerja enzim dipengaruhi oleh suhu, pH, konsentrasi substrat,
konsentrasi enzim dan zat penghambat.
3. Penambahan iodine pada pengujian menyebabkan terjadinya
perubahan warna, karena iodine bertindak sebagai indikator.
4. pH larutan mempengaruhi aktiitas kerja enzim.
5. Enzim akan rusak atau aktif pada suhu tinggi.
61
ACARA VIPENGUJIAN BUFFER
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari banyak ditemukan berbagai jenis
cairan yakni khususnya dalam bentuk larutan. Sifat asam dan basa dari
larutan, perlu diketahui agar dapat mengetahui kelayakan dan
komposisi penggunaannya. Sifat asam dan basa larutan dapat
diketahui dengan menggunakan alat yaitu pH meter. Larutan yang
distabilkan atau dipertahankan pHnya disebut larutan buffer. Larutan
buffer adalah larutan yang berfungsi menahan perubahan pH yang
ekstrim pada saat terjadi penambahan ion H+ atau OH- dalam larutan.
Kapasitas buffer ditentukan oleh dua faktor yaitu indicator dan nisbah
kosentrasi basa konjugasi dengan asam lemahnya. Apabila pH didalam
tubuh mengalami perubahan maka akan menyebabkan kerusakan
dalam organ tubuh. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian tentang
larutan buffer.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk membandingkan
tampilan perubahan pH asam kuat dan asam lemah yang dititrasi
dengan NaOH dan untuk membandingkan kapasitas buffer fosfat pada
berbagai konsentrasi
62
TINJAUAN PUSTAKA
Larutan penyangga atau buffer adalah larutan yang dapat
mempertahankan nilai ph apabila larutan tersebut ditambahkan
sejumlah asam atau basa maupun diencerkan dengan menambahkan
sejumlah volume air. Adapun sifat yang paling menonjol dari larutan
penyangga ini seperti pH larutan penyangga hanya berubah sedikit
pada penambahan sedikit asam kuat di samping itu larutan penyangga
merupakan larutan yang dibentuk oleh reaksi suatu asam
konjunggatnya. Reaksi ini disebut sebagai reaksi asam basa konjugasi
(Poedji, 2005).
Air murni bersifat netral dengan phnya pada suhu 25°C
ditetapkan sebagai 7,0 larutan dengan ph kurang dari 7 disebut
bersifat basa atau alkali. Pengukuran ph sangat penting dalam bidang
yang terkait dengan kehidupan atau industri pengolahan kimia seperti
kimia, biologi, krdokteran, pertanian, ilmu pangan, rekayasa, dan
oceanografi. Tentu saja bidang-bidang sains dan teknologi lainnya juga
memakai meskipun dalam frekuensi yang lebih rendah (Martoharsono,
2006).
Campuran basa lemah dengan garamnya (yang berasal dari
asam dan basa lemah tersebut). Contoh : - NH4OH dengan NH4Cl -
N2H5OH dengan N2H5NO3 (Syukri S, 1999 : 418-419) Larutan yang
dikenal sebagai buffer pada basa lemah dengan garamnya atau asam
63
lemah dengan garamnya. Fakta bahwa penambahan ion sesama dalam
larutan basa lemah atau asam lemah menghasilkan pergeseran ke
arah asam atau basa yang tidak terurai. Oleh karena itu larutan buffer
dapat didefinisikan sebagai campuran yang lemah dengan basa
konjugasinya atau asam lemah dengan basa konjugasinya (Abdullah,
2012).
Larutan penyangga yang bersifat asam mempertahankan pH
pada daerah asam (pH < 7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat
dibuat dari asam lemah dan garamnya yang merupakan basa
konjugasi dari asamnya. Adapun cara lainnya yaitu mencampurkan
suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam lemahnya
dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan
garam yang mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang
bersangkutan. Pada umumnya basa kuat yang digunakan seperti
natrium, kalium, barium, kalsium, dan lain-lain. Larutan penyangga
yang bersifat basa mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7).
Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari basa lemah dan
garam, yang garamnya berasal dari asam kuat. Adapun cara lainnya
yaitu dengan mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam
kuat dimana basa lemahnya dicampurkan berlebih (Adom, 2009).
Buffer fosfat adalah buffer netral dengan kisaran pH 7. Pada
makhluk hidup, buffer fosfat umumnya terdapat pada sitoplasma sel.
Buffer fosfat dapat dibuat dengan menggunakan monosodium fosfat
(NaH2PO4) dan basa konjugatnya yaitu disodium fosfat (Na2HPO4).
Sistem buffer fosfat serupa dengan sistem buffer bikarbonat. Garam
64
natrium dari dihidrogen fosfat dan monohidrogen fosfat masing-masing
akan berperan sebagai asam lemah dan basa lemah. Buffer fosfat
terutama mempertahankan pH fluida intraseluler dan tubulus ginjal
sehingga tidak akan mempertahankan pH darah, namun merupakan
buffer yang penting untuk urin (Retno, 2008).
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu 3 Desember 2014 di
Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan Fakultas Teknologi Pangan
dan Agroindustri, universitas Mataram.
Alat dan Bahan Praktikum
c. Alat-alat praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu
tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet ukur, pengaduk, gelas piala,
pH stick.
d. Bahan-bahan praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu
larutan NaCl 0,1 M aquades, larutan NaOH 0,01 N, larutan H3PO4
0,05 M dan larutan NaOH 0,05 N.
Prosedur Kerja
a. Titrasi larutan HCl
Disiapkan larutan HCl 0,1M, aquades, NaOH 0,01N
65
Diambil 2ml larutan HCl 0,1M dengan pipet ukur dan dimasukkan kedalam gelas piala berisi 18ml aquades, kemudian
diaduk rata dengan pengaduk
Diukur pH larutan dengan pH stick
Dititrasi dengan larutan NaOH 0,01N sebanyak 30ml dan diukur pHnya dengan pH meter dengan selang penggukuran pH setiap
5ml ambil diaduk rata
Digambar kurva titrasi hubungan antara perubahan pH dan
volume NaOH
b. Titrasi larutan H3PO4
Disiapkan larutan H3PO4 0,05M, larutan NaOH 0,05 N
Diambil 20ml larutan H3PO4 0,05 M dengan pipet ukur dan dimasukkan kedalam gela piala, kemudian diaduk rata dengan
pengaduk
Diukur pH larutan dengan pH stick
Dititrasi dengan NaOH 0,05 N sebanyak 30ml dan diukur pH setiap 5ml diaduk rata
Digambar kurva titrasi hubungan antara perubahan pH dan
volume NaOH
66
67
HASIL PENGAMATAN
Tabel 6.1 Hasil pengamatan perubahan pH larutan HCl 0,1 M dengan penambahan NaOH 0,01N
Volume NaOH 0,01 N (ml) yang ditambahkan0 5 10 15 20 25 30
pH larutan HCl 1 2 3 3 4 7 7
Tabel 6.2 Hasil pengamatan perubahan pH larutan H3PO4 0,05 N dengan penambahan NaOH 0,05N
Volume NaOH 0,05 N (ml) yang ditambahkan0 5 10 15 20 25 30
pH larutan H3PO4
2 2 3 3 4 6 7
68
PEMBAHASAN
Larutan Buffer adalah larutan yang dapat mempertahankan ph
jika kedalaman larutan tersebut ditambahkan sejumlah kecil asam,
basa, atau dilakukan pengenceran. Sifat larutan buffer yang khas
adalah phnya hanya berubah sedikit dengan pemberian asam kuat
dalam jumlah tertentu. Larutan buffer mengandung komponen asam
dan basa dengan asam dan basa konjugasinya, sehingga dapat
mengikat baik ion H+ maupun ion OH- sehngga penambahan asam
kuat atau basa kuat dalam jumlah tertentu dapat mengubah pHnya
secara signifikan.
Penggunaan larutan sudah tidak asing lagi bagi kehidupan
berbagai jenis larutan sudah banyak digunakan baik bagi konsumsi
secara tidak langsung maupun pengolahan lebih lanjut untuk
kebutujan lainnya misalnya larutan buffer dan larutan penyangga,
larutan buffer kedudukannya sangat penting karena pada jondisi
tertentu, ph suatu larutan bila tidak dipertahankan maka akan dapat
menimbulkan bahaya. Misalnya saja, pada cairan di dalam tubuh kita
yang mengandung larutan buffer berupa H2PO4 dan HPO42-. Menurut
purba (2007) ph larutan buffer yang ada di tubuh tersebut ada sekitar
7,4. Apabila kondisi ph tersebut berubah-ubah, maka di dalam tubuh
akan terjadi kerusakan fungsi organ-organ tertentu (anonim, 2009).
Pengujian sifat asam larutan buffer bertujuan membandingkan
tampilan perubahan pH asam kuat dan asam lemah yang dititrasi
dengan NaOH. Semakin banyak jumlah larutan NaOH yang
ditambahkan, tidak berpengaruh pada perubahan pH larutan HCl
69
tersebut. Karena itu larutan HCl dapat disebut sebagai larutan buffer,
yang dapat mempertahankan pH walaupun ditambahkan jumlah
larutan NaOHnya.
Percobaan titrasi larutan H3PO4 menghasilkan pH sebesar 1
yang merupakan pH awal yang belum ditambahkan NaOH pada
penambahan NaOH sebanyak 5, 10. Dan 15ml menunjukan ph
sebanyak 2 kemudian saat penambahan NaOH sebany;ak 20, 25, dan
30 menunjukan ph masing-masing 4, 6, dan 7. Hasik tersebut
menunjukan bahwa larutan buffer mampu mempertahankan ph pada
penambahan NaOH sebanyak 0-20ml. dan mengalami kemunduran
saat penambahan ph sebanyak 25 dan 30ml, karena larutan buffer
sudah tidak mampu lagi untuk menahan atau mempertahankan phnya.
Percobaan ini menguji titrasi larutan HCL dan titrasi larutan
H3PO4. Pada larutan HCL yang dititrasi menghasilkan pH 2 saat
volume penambahan NaOH sebesar 0-5ml, pH 3 pada volume 10-15ml,
pH 4 saat volume 20ml, pH 6 saat penambahan volume 25ml, dan pH
7 saat penambahan volume NaOH sebanyak 30ml terjadi perubahan
pH yang cukup signifikan yaitu dari 6,8 dan 10. Dimana
menununjukkan bahwa larutan buffer sudah tidak mampu lagi
mempertahankan pHnya karena volume NaOH dalam penambahannya
terlalu banyak.
70
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat
disimpulkan bahwa:
1. Buffer adalah larutan yang digunakan untuk mempertahankan
nilai pH tertentu agar tidak banyak berubah selama reaksi kimia
berlangsung.
2. Komponen dari larutan buffer adalah campuran dari asam lemah
(HA) dan basa konjugasinya (ion A-) menghasilkan larutan yang
bersifat asam. Sedangkan basa lemah (B) dan asam
konjugasinya (BH+) menghasilkan larutan yang bersifat basa.
3. Tujuan dari pengujian sifat asam larutan buffer yaitu
membandingkan tampilan perubahan pH asam kuat dan asam
lemah yang dititrasi dengan NaOH.
4. Semakin banyak jumlah larutan NaOH yang ditambahkan, tidak
berpengaruh pada perubahan pH larutan HCl dalam pengujian
sifat asam larutan buffer.
5. Tujuan dari pengujian sifat buffer pada berbagai konsentrasi
yaitu membandingkan kapasitas buffer fosfat pada berbagai
konsentrasi.
71
DAFTAR PUSTAKA
Abulkhair A. 2012. Laporan Lengkap pH dan larutan Buffer. http://www.slideshare.net/AboeKhair/laporan-lengkap-p-h-dan-larutan-buffer (diakses pada 04 Desember 2014).
Adom. 2009. Larutan Penyangga (Buffer). http://andykimia03 .wordpress.com /2009/ 11/30/larutan-penyangga-buffer/ (Diakses pada 04 Desember 2014).
Day R.A.J.R and Underwood AL. 2009. Kimia Analisis Kuantitatif. Edisi Revisi, Terjemahan Soendaro. Jakarta. Erlangga.
Harjadi ,W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta. PT. Grammedia.
Laila. 2006. Kreasi Antara Pengetahuan Alat Praktikum dan psikomotorik Siswa Kelas XII IPA SMAN 11 Semarang Materi Pokok, Universitas Negeri Semarang.
Machfoeds,2010. Gigi dan Mulut. Yogyakarta filtrawaya.
Martoharsono, S. 2006. Biokimia. Jakarta . Gajah Mada University Press.
Poedjiadi, Anna dan F.M Titin Supriyanti. 2005. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.
Retno, Indah. 2008. Prinsip-prinsip Sains untuk Keperawatan. Jakarta. Penerbit Erlangga.
Rohman.2010, Penanganan Bahan Kimia Dengan Alat Gelas Kimia Serta Penanganan Korban Akibat Kontak Dengan Bahan Kimia. Makalah Seminar Pada Pelatihan Dosen Biokimia. Banjarbaru.
Sadikin. 2009. Biokimia Eksperimen Laboratorium. Jakarta. Widia
Medika
Sirajuddin. 2011. Penuntun Praktikum Biokimia. Makasar. Universitas
Hassanudin
Sumardji. 2005. Penuntun Dasar-Dasar Kimia. Jakarta. Lepdikbud.
Sutresna. 2009. Cerdas Belajar Kimia. Bandung. Grafindo
Suwardjo. 2009. Biokimia Umum. Jakarta. Erlangga
72