Segitiga Epidemiologi Penyakit Hipertensi
-
Upload
semy-simbala -
Category
Documents
-
view
1.007 -
download
90
description
Transcript of Segitiga Epidemiologi Penyakit Hipertensi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan salah satu penyakit system kardiovaskuler
yang banyak dijumpai di masyarakat. Hipertensi bukanlah penyakit
menular, namun harus senantiasa diwaspadai. Tekanan Darah tinggi atau
Hipertesi dan arteriosclerosis ( pengerasan arteri ) adalah dua kondisi pokok
yang mendasari banyak bentuk penyakit kardiovaskuler. Lebih jauh, tidak
jarang tekanan darah tinggi juga menyebabkan gangguan ginjal.Sampai saat
ini, usaha-usaha baik mencegah maupun mengobati penyakit hipertensi
belum berhasil sepenuhnya, karena adanya factor-faktor penghambat seperti
kurang pengetahuan tentang hipertensi (pengertian, tanda dan gejala, sebab
akibat, komplikasi ) dan juga perawatannya. Saat ini, angka kematian karena
hipertensi di Indonesia sangat tinggi. Jumlah penderita hipertensi di seluruh
dunia diperkirakan 972 juta jiwa atau setara dengan 26,4 persen populasi
orang dewasa. Angka prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan
riskesdas (riset kesehatan dasar) 2007 mencapai 30 persen dari populasi.
Dari jumlah itu, 60 persen penderita hipertensi berakhir pada stroke.
Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Sementara di
dunia Barat, hipertensi justru banyak menimbulkan gagal ginjal, oleh karena
perlu di galakkan pada masyarakat mengenai pengobatan dan perawatan
Hipertensi.
1
Data survey dari Tim Kesehatan Pada tanggal 24 Januari 2005
jumlah pasien 5 rumah sakit di Kota Banda Aceh Menunjukkan Tingkat
Penderita Hipertensi Mencapai 3%. Sisanya ISPA 30%, Gatal-gatal 25%,
Nyeri lambung 12%, Kejiwaan 10%, Luka-luka 9%, Malaria 5%, Diare 3%,
Radang paru-paru 1%, Sakit kepala 1%, Penyakit lain 1 %.
B. Tujuan Penulisan
Untuk memperoleh gambaran tentang penyakit hipertensi dan
segitiga epidemiologinya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah persisten di mana tekanan sistoliknya
di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg (Smeltzer dan
Bare, 2002 : 896).
Hipertensi adalah tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan
diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya. Mempunyai rentang dari
tekanan darah normal tinggi sampai hipertensi maligna (Doengoes, 2000 :
39).
B. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan,
yaitu :
1. Hipertensi essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95 %
kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan,
hiperaktifitas susunan saraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek dalam
ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca interseluler, dan faktor-faktor yang
risiko seperti obesitas, alkohol, merokok.
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal, penyebab spesifiknya
diketahui seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi
3
vaskuler renal, hipertensi aldosteronisme primer, dan sindrom chusing,
feokromositoma, koarkfasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan
kehamilan dan lain-lain.
C. Manifestasi Klinis
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya
gejala. Bila demikian gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada
ginjal, mata, otot atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah
sakit kepala, epistaksis, mara, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk,
sukar tidur, mata berkunang-kunang, dan pusing (Mansjoer, Arif dkk, 2001 :
518).
Pada pemeriksaan fisik mungkin tidak dijumpai kelainan apapun
selain tekanan darah yang tiinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan
pada retina, seperti perdarahan eksudat (kumpulan cairan), penyempitan
pembuluh darah dan pada kasus berat edema pupil (edema pada diskus
optikus).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan
gejala sampai bertahun-tahun. Gejala, bila ada biasanya menunjukkan
adanya kerusakan vaskuler dengan manifestasi yang khas sesuai sistem
organ yang di vaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Penyakit
arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi.
Hipertensi ventrikel kiri terjadi sebagai respon peningkatan beban kerja
ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yang
4
meningkat apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan beban
kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal
dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam
hari) dan azotema (peningkatan nitrogen urea darah dan kreatinin).
Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan
iskemik transien yang termanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu
sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan. Pada penderita stroke,
dan pada penderita hipertensi disertai serangan iskemia, insidens infark otak
mencapai 80%.
D. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, di
mana dengan di lepaskannya norepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respons pembuluh darah, terhadap rangsang vasokonstriktor.
Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepineprin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan di mana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
5
terangsang, mengakibatkan tambahan aktifitas vasokonstriksi. Medula
adrenal mensekresi epineprine, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya yang dapat memperkuat
respons vasokonstiktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan
renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian di
ubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Pertimbangan gerontologis perubahan struktural dan fungsional pada
sistem pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah
yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi
dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang
dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curah
jantung dan peningkatan tahanan perifer.
E. Penatalaksanaan
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah
terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan
6
mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg. Efektifitas setiap
program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan dan
kualitas hidup sehubungan dengan terapi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan
nonfarmakologis, termasuk penurunan berat badan, pembatasan alkohol,
natrium dan tembakau, latihan dan relaksasi merupakan intervensi wajib yan
harus dilakukan pada setiap terapi antihipertensi. Apabila penderita
hipertensi ringan berada dalam resiko tinggi (pria perokok) atau bila tekanan
darah sistoliknya menetap, di atas 85 atau 95 mmHg dan sistoliknya di atas
130 sampai, 139 mmHG, maka perlu dimulai terapi obat-obatan.
Algoritma penanganan yang dikeluarkan oleh joint national on
detection evaluation and treatment of high blood pressure memungkinkan
dokter memilih kelompok obatyang mempunyai efektifitas tertinggi, efek
samping paling kecil dan penerimaan serta kepatuhan pasien. Dua kelompok
obat tersedia dalam terapi pilihan pertama, diuretik dan penyekat beta.
Apabila pasien dengan hipertensi riingan sudah terkontrol selama setahun
terapid apat diturunkan. Agar pasien mematuhi regimen terapi yang
diresepkan, maka harus dicegah pemberian jadwal terapi obat-obatan yang
rumit.
F. Komplikasi
1.Perdarahan retina
2.Gagal jantung kongestif
7
3.Infufisiensi ginjal
4.CVA (cerebro vaskuler accident)
G. Segitiga Epidemiologi Dari Penyakit Hipertensi
Menurut model ini, apabila ada perubahan dari salah satu faktor, maka
akan terjadi perubahan keseimbangan diantara mereka, yang berakibat akan
bertambah atau berkurangnya penyakit yang bersangkutan.
1. Host (Penjamu)
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit hipertensi pada
penjamu :
a. Daya Tahan Tubuh Terhadap Penyakit
Daya tubuh seseorang sangat dipengaruhi oleh kecukupan gizi,
aktifitas, dan istirahat. Dalam hidup modern yang penuh kesibukan
juga membuat orang kurang berolagraga dan berusaha mengatasi
stresnya dengan merokok , minum alkohol, atau kopi sehingga
daya tahan tubuh menjadi menurun dan memiliki resiko terjadinya
penyakit hipertensi.
b. Genetis
Para pakar juga menemukan hubungan antara riwayat keluarga
penderita hipertensi (genetik) dengan resiko untuk juga menderita
penyakit ini.
8
c. Umur
Penyebaran hipertensi menurut golongan umur agaknya terdapat
kesepakatan dari para peneliti di Indonesia. Disimpulkan bahwa
prevalensi hipertensi akan meningkat dengan bertambahnya umur.
Sebagai gambaran saja, berikut ini dikutipkan salah satu hasil
penelitian tentang penyebaran menurut umur tersebut Prevalensi
6-15% pada orang dewasa. Prevalensi meningkat menurut usia.
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang
mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus
meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus
meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara
perlahan atau bahkan menurun drastis. Tetapi di atas usia tersebut,
justru wanita (setelah mengalami menapouse ) berpeluang lebih
besar. Para pakar menduga perubahan hormonal berperan besar
dalam terjadinya hipertensi di kalangan wanita usia lanjut. Namun
sekarang penyakit hipertensi tidak memandang golongan umur.
d. Jenis Kelamin
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995 menunjukkan
prevalensi penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi di
Indonesia cukup tinggi, yaitu 83 per 1.000 anggota rumah tangga.
Pada umumnya lebih banyak pria menderita hipertensi
dibandingkan dengan perempuan. Wanita > Pria pada usia > 50
tahun, Pria > wanita pada usia < 50 tahun.
9
e. Adat Kebiasaan
Kebiasaan- kebiasaan buruk seseorang merupakan ancaman
kesehatan bagi orang tersebut seperti:
1) Gaya hidup modern yang mengagungkan sukses, kerja keras
dalam situasi penuh tekanan, dan stres terjadi yang
berkepanjangan adalah hal yang paling umum serta membuat
orang kurang berolagraga , dan berusaha mengatasi stresnya
dengan merokok, minum alkohol atau kopi, padahal semuanya
termasuk dalam daftar penyebab yang meningkatkan resiko
hipertensi.
2) Indra perasa kita sejak kanak-kanak telah dibiasakan untuk
memiliki ambang batas yang tinggi terhadap rasa asin,
sehingga sulit untuk dapat menerima makanan yang agak
tawar. Konsumsi garam ini sulit dikontrol, terutama jika kita
terbiasa mengonsumsi makanan di luar rumah (warung,
restoran, hotel, dan lain-lain).
3) Pola makan yang salah, faktor makanan modern sebagai
penyumbang utama terjadinya hipertensi. Makanan yang
diawetkan dan garam dapur serta bumbu penyedap dalam
jumlah tinggi, dapat meningkatkan tekanan darah kerana
mengandung natrium dalam jumlah yang berlebih.
f. Pekerjaan
Stress pada pekerjaan cenderung menyebabkan terjadinya
10
hipertensi berat. Pria yang mengalami pekerjaan penuh tekanan,
misalnya penyandang jabatan yang menuntut tanggung jawab
besar tanpa disertai wewenang pengambilan keputusan, akan
mengalami tekanan darah yang lebih tinggi selama jam kerjanya,
dibandingkan dengan rekannya mereka yang jabatan nya lebih
“longgar” tanggung jawabnya . Stres yang terlalu besar dapat
memicu terjadinya berbagai penyakit misalnya sakit kepala,sulit
tidur, tukak lambung, hipertensi, penyakit jantung, dan stroke.
g. Ras/Suku
Ras/Suku : Di USA, orang kulit hitam > kulit putih. Di Indonesia
penyakit hipertensi terjadi secara bervariasi.
2. Agent (Penyebab Penyakit)
Agent adalah suatu substansi tertentu yang keberadaannya atau
ketidakberadaannya dapat menimbulkan penyakit atau mempengaruhi
perjalanan suatu penyakit. Untuk penyakit hipertensi yang menjadi
agen adalah :
a. Faktor Nutrisi
1) Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, natrium memegang
peranan penting terhadap timbulnya hipertensi. Konsumsi
natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di
dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk
menormalkannya, cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga
volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume
11
cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya
volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya
hipertensi.
2) Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan
tidak lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok teh.
Dalam kenyataannya, konsumsi berlebih karena budaya
masak-memasak masyarakat kita yang umumnya boros
menggunakan garam. Indra perasa kita sejak kanak-kanak
telah dibiasakan untuk memiliki ambang batas yang tinggi
terhadap rasa asin, sehingga sulit untuk dapat menerima
makanan yang agak tawar.
3) Minuman berkafein dan beralkohol.Minuman berkafein seperti
kopi dan alkohol juga dapat meningkatkan resiko hipertensi
4) Juga terbukti adanya hubungan antara resiko hipertensi dengan
makanan cepat saji yang kaya daging. Makanan cepat saji juga
merupakan salah satu penyebab obesitas (berat badan
berlebih). Dilaporkan bahwa 60% penderita hipertensi
mempunya berat badan berlebih.
b. Faktor Kimia
Mengkonsumsi obat-obatan seperti kokain, Pil KB Kortikosteroid,
Siklosporin, Eritropoietin, Penyalahgunaan Alkohol, Kayu manis
(dalam jumlah sangat besar).
12
c. Faktor Biologi
1) Penyebab tekanan darah tinggi sebagian besar diketahui,
namun peniliti telah membuktikan bahwa tekanan darah tinggi
berhubungan dengan resistensi insulin dan/ atau peningkatan
kadar insulin (hiperinsulinemia). Keduanya tekanan darah
tinggi dan resistensi insulin merupakan karakteristik dari
sindroma metabolik , kelompok abnormalitas yang terdiri dari
obesitas, peningkatan trigliserid, dan HDL rendah (kolesterol
baik) dan terganggunya keseimbangan hormon yang
merupakan faktor pengatur tekanan darah.
2) Walaupun sepertinya hipertensi merupakan penyakit
keturunan, namun hubungannya tidak sederhana. Hipertensi
merupakan hasil dari interaksi gen yang beragam, sehingga
tidak ada tes genetik yang dapat mengidentifikasi orang yang
berisiko untuk terjadi hipertensi secara konsisten.
3) Dalam pasien dengan diabetes mellitus atau penyakit ginjal,
penelitian telah menunjukkan bahwa tekanan darah di atas
130/80 mmHg harus dianggap sebagai faktor resiko terjadi
hipertensi.
d. Faktor Fisik
1) Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana
akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih
rendah ketika beristirahat.
13
2) Gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga) bisa memicu
terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan
yang diturunkan
3) Berat badan yang berlebih akan membuat seseorang susah
bergerak dengan bebas. Jantungnya harus bekerja lebih keras
untuk memompa darah agar bisa menggerakkan berlebih dari
tubuh terdebut. Karena itu obesitas termasuk salah satu yang
meningkatkan resiko hipertensi.
3. Environment (Lingkungan)
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada disekitar
manusia serta pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan
dan perkembangan manusia.
Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup misalnya
gaya hidup kurang baik seperti gaya hidupnya penuh dengan tekanan
(Stres). Stres yang terlalu besar dapat memicu terjadinya berbagai
penyakit seperti hipertensi. Dalam kondisi tertekan adrenalin dan
kortisol dilepaskan ke aliran darah sehingga menyebabkan
peningkatan tekanan darah agar tubuh siap beraksi. Gaya hidup yang
tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau garam dalam
makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang
memiliki kepekaan yang diturunkan.
Terdapatnya perbedaan keadaan geografis, dimana daerah Pantai
lebih berisiko terjadinya penyakit hipertensi dibading dengan daerah
14
pegunungan, karena daerah pantai lebih banyak terdapat natrium
bersama klorida dalam garam dapur sehingga Konsumsi natrium pada
penduduk pantai lebih besar dari pada daerah pegunungan.
Penyakit hipertensi ditemukan di semua daerah di Indonesia dengan
prevalensi yang cukup tinggi. Dimana daerah perkotaan lebih dengan
gaya hidup modern lebih berisiko terjadinya penyakit hipertensi
dibandingkan dengan daerah pedesaan. Berikut ini adalah factor-
faktor yang dapat menyebabkan obesitas menurut teori HL Blum
yaitu:
a. Faktor Genetik
Peneliti juga telah mengidentifikasi selusin gen yang mempunyai
kontribusi terhadap tekanan darah tinggi. Walaupun sepertinya
hipertensi merupakan penyakit keturunan, namun hubungannya
tidak sederhana. Hipertensi merupakan hasil dari interaksi gen
yang beragam, sehingga tidak ada tes genetik yang dapat
mengidentifikasi orang yang berisiko untuk terjadi hipertensi
secara konsisten. Riwayat penyakit yang di derita, bagi keturunan
penderita hipertensi Jika ada anggota keluarga yang menderita
penyakit hipertensi, walaupun belum adanya tes genetik secara
konsisten terhadap penyakit hipertensi tetaplah berhati-hati.
Karena dalam garis keluarga pasti punya struktur genetik yang
sama.
15
b. Faktor Perilaku
Faktor perilaku seperti misalnya gaya hidup kurang baik seperti
pengkonsumsian makanan cepat saji yang kaya daging dan
minuman bersoda, memiliki kadar kolesterol darah yang
tinggi,Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas
berolah raga), gaya hidup stres,stres cenderung menyebabkan
kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika stres telah
berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.
Kebiasaan mengkonsumsi minuman berkafein dan beralkohol
atau garam dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi
pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan. Serta
kebiasaan merokok karena rokok dapat meningkatkan risiko
penyakit hipertensi.
c. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup
(misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan
serta bagaimana aktivitasnya), seperti : Indra perasa kita yang
sejak kanak-kanak telah dibiasakan untuk memiliki ambang batas
yang tinggi terhadap rasa asin, sehingga sulit untuk dapat
menerima makanan yang agak tawar. Konsumsi garam ini sulit
dikontrol, terutama jika kita terbiasa mengonsumsi makanan di
luar rumah (warung, restoran, hotel, dan lain-lain).
16
d. Faktor Pelayananan
Faktor pelayanan kesehatan adalah kurangnya pemberdayaan
masyarakat dalam usaha pencegahan penyakit hipertensi dengan
pemeriksaan tekanan darah secara teratur, kurangnya perencanaan
program mengenai pencegahan penyakit hipertensi dari provider
(pelayanan kesehatan) di puskesmas mengenai pencegahan
penyakit hipertensi dengan pengaturan pola makan yang baik dan
aktivitas fisik yang cukup, kurangnya kerja sama dengan berbagai
sektor terkait guna pencegahan terjadinya penyakit hipertensi,
serta kurangnya penilaian, pengawasan dan pengendalian
mengenai program pencegahan penyakit hipertensi di Puskesmas.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipertensi adalah tekanan darah persisten di mana tekanan sistoliknya
di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Berdasarkan
penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu : Hipertensi
essensial atau hipertensi primer dan Hipertensi sekunder atau hipertensi renal.
Manifestasi Klinis hipertensi yaitu peninggian tekanan darah kadang-
kadang merupakan satu-satunya gejala.
Segitiga Epidemiologi Dari Penyakit Hipertensi yaitu :
1. Host (Penjamu) meliputi : Daya Tahan Tubuh Terhadap Penyakit,
Genetis, Umur, Jenis Kelamin, Adat Kebiasaan, Pekerjaan dan Ras/Suku
2. Agent (Penyebab Penyakit) meliputi : Faktor Nutrisi, Faktor Kimia,
Faktor Biologi dan Faktor Fisik
3. Environment (Lingkungan) meliputi : Faktor Genetik, Faktor Perilaku,
Faktor Lingkungan dan Faktor Pelayananan
B. Saran
Kami menyadari bahwa apa yang telah dibahas dalam makalah ini
belumlah lengkap, oleh karena itu disarankan kepada pembaca untuk
menambah referensi dari sumber lain untuk memperkaya wawasan tentang
materi terkait.
18
DAFTAR PUSTAKA
http://fharmacy.blogspot.com/2009/10/segitiga-epidemiologi-dari-penyakit.html
http://epidemiolog.wordpress.com/2008/12/01/32/
Barbara, Engram, 1598, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, EGC,
Jakarta.
Doengoes, M.E., Moorhouse, 1500, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
Smeltzer, C. Suzanne, 1501, Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.
19