SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

84
SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO DI KAMPUNG NELAYAN KUALA TUNGKAL KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam Oleh : Suhaimi AS.150521 JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI TAHUN 2019

Transcript of SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

Page 1: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO DI

KAMPUNG NELAYAN KUALA TUNGKAL KABUPATEN

TANJUNG JABUNG BARAT

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)

Pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam

Oleh :

Suhaimi

AS.150521

JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

TAHUN 2019

Page 2: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

ii

Page 3: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

iii

Page 4: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

iv

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Nama : Suhaimi

NIM : AS.150521

Pembimbing I :Prof. Dr. H. AdrianusChatib, SS., M.Hum

Pembimbing II : Aminuddin, S.Ag., M.Fil.I

Fakultas : Adab dan Humaniora

Jurusan : Sejarah Peradaban Islam

Judul Skripsi : “Sejarah dan Sistem Mata Pencaharian Suku Duano Di

Kampung Nelayan Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung

Jabung Barat”

Menyatakan bahwa karya ilmiah/skripsi ini adalah asli bukan plagiasi serta

telah diselesaikan dengan ketentuan ilmiah menurut peraturan yang berlaku.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan

apabila dikemudian hari, ternyata telah ditemukan sebuah pelanggaran plagiasi

dalam karya ilmiah/skripsi ini, maka saya siap diproses berdasarkan peraturan dan

perundang-undangan yang berlaku.

Page 5: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

v

Page 6: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

vi

PERSEMBAHAN

حِيمِ ِ الَّرَحْمنِ الرَّ بسِْمِ اللّه

SembahsujudsertasyukurkepadaAllah SWTataskasihsayangdankarunia-

Nya yang

telahmemberikankukekuatansertamembekalikudenganilmupengetahuansehinggadi

berikankemudahandalampenyusunanskripsiini.Sholawatdansalamselaluterlimpah

kankeharibaanRasulullahMuhammad

SAWsemogakelakkitamendapatkansyafaatdaribeliau. Aamiin..

Teristimewakupersembahkankaryakecilinikepadacahayahidup yang

sangatkusayangiAyahanda(Musa)danIbunda(Saripah)tercinta, terkasih, dan

yang tersayangsebagaitandabakti, hormatdanterimakasih yang setulusnya.Tiada

kata yang bisamenggantikansegalasayang, usaha, do’a, semangatdanmateri yang

telahdiberikanuntukpenyelesaiantugasakhirinidibangkukuliah.Semogainimenjadia

waluntukmembuatIbundadanAyahandabahagia.

Seluruhkeluargabesarku yang tercinta, untukAdikku yang tercinta

(Zulkifli, Taufik Hidayat, Anisa Rahma, dan Nur Sanainah, Dini puspita)

terimakasihatasdo’a, cinta, kasihsayangdanbantuan kalian selamaini. Serta

keponakan-

keponakankutersayangterimakasihuntuksenyumdantawanya.Hanyakaryakecilini

yang dapatkupersembahkan, semogadapatmenjadikebanggaan kalian semua.

TerkhususuntukAlmamaterdankampusbirutercinta.

TaklupauntuksahabatdantemanseperjuanganSPI’15.Serta sahabat,

kawan-kawansehidup, seperjuangandansependeritaandikontrakan,

Terimakasihuntukdo’a, nasehat, hiburan, kerjasama, ide, traktiran,

tebengandansemangat yang kalian

berikanselamaini.SuksesuntukkitasemuaAaminn..

Page 7: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

vii

KATA PENGANTAR

حِيمِ ِ الَّرَحْمنِ الرَّ بسِْمِ اللّه

AssalamualaikumWrWb

Alhamdulillah,pujidansyukurtakhenti-hentinyapenulisucapkankehadirat

AllahSWT,yangtelahmemberikananugrahkepadapenulissehinggapenulisdapatmen

yelesaikanskripsiinidenganjudu “Sejarah dan Sistem Mata Pencaharian Suku

Duano Di Kampung Nelayan Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung Barat”

Shalawatdansalampenulishadiahkankepadajunjunganalam,yakniRasulullah

MuhammadSAW,karenaberkatperjuanganbeliauummatnyaterbebasdarialamkegela

pan menuju alam yang terang benderang seperti yang dirasakansaatsekarangini.

Padakesempataninitaklupapenulismengaturkan rasa terimakasih yang sebesar-

besarnyakepada:

1. Yth. Bapak Dr. H.Hadri Hasan,MA Rektor UIN Sulthan Thaha Saifuddin

Jambi.

2. Yth. Bapak Prof. Dr. H. Sua’idiAsyari, MA., Ph.D, Yth. Bapak Dr. H. Hidayat,

M.Pd, Yth. Ibu Dr.Hj. Fadhilah.M.Pd Wakil Rektor I, II, dan III UIN Sulthan

Thaha Saifuddin Jambi.

3. Yth. Ibu Prof.Dr. Hj. Maisah, M.Pd.IDekanFakultasAdabdanHumaniora UIN

SulthanThahaSaifuddin Jambi.

4. Yth. Bapak Dr. Alfian,S.Pd., M.Ed , Yth. Bapak Dr. H. Muhammad Fadhil,

M.Ag, Yth. Ibu Dr.Roudhoh, S.Ag, SS., M.Pd.IWakil Dekan I, II, dan

IIIFakultasAdabdanHumaniora UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Page 8: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

viii

5. Yth. BapakAliyas, S.Th.I., M.Fil.I KetuaJurusanSejarahPeradaban Islam UIN

SulthanThahaSaifuddin Jambi.

6. Yth. Bapak Prof. Dr. H. Adrianus Chatib, SS., M.Humdan Yth. Bapak

Aminuddin, S.Ag., M.Fil.I Dosen Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah

membantu dan memberi kritikan maupun saran serta nasehat dalam

penyusunan skripsi ini.

7. Yth. Bapak Dr.Samsul Hadi, M.Ag Dosen Pembimbing Akademik.

8. Yth. Seluruh Dosen Fakultas AdabdanHumaniora UIN Sulthan Thaha

Saifuddin Jambiyang telah mengajar dan memberikan ilmu pengetahuan

kepada penulis.

9. Yth. Seluruh karyawan/ti di lingkungan FakultasAdabdanHumaniora UIN

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

10. Yth. Kepala Perpustakaan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi beserta stafnya

serta Kepala Perpustakaan Wilayah Jambi

11. Yth. Seluruh Guru-guru di SMAN 7 MendaharaIlir Tanjung Jabung Timur.

12. Keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi dan dorongan serta do’a

yang tiada hentinya agar dapat segera menyelesaikan skripsi ini.

13. Sahabat-sahabati SPI’15 yang sama-sama berjuang di Fakultas

AdabdanHumanioraUIN STS Jambi. Khususnya lokal SPI/B yang telah

menjadi partner diskusi yang baik bagi penulis.

14. Teman-teman Madrasah Aliyah MisbahulWathan dan Sekolah Menengah Atas

Negeri 7 Tanjung Jabung Timur yang sama-sama berjuang dibangku kuliah

Page 9: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

ix

UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang telah memberikan Motivasi dan

Nasehat selama berada dibangku kuliah.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini, semoga Allah

SWT memberikan keberkahan kepada kita semua. Akhir kata penulis sangat

berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Page 10: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

x

ABSTRAK

Suhaimi.2019.Sejarah dan Sistem Mata Pencaharian Suku Duanu Di Kampung

Nelayan Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung

Barat.JurusanSejarahPeradaban Islam FakultasAdabdanHumanioraUniversitas

Islam NegeriSulthanThahaSaifuddin Jambi.PembimbingI : Prof. Dr. H.

AdrianusChatib, SS., M.HumdanPembimbing II : Aminuddin, S.Ag., M.Fil.I.

PenelitianinimembahastentangSukuDuano, yang

lebihdikenaldengansukulautsebagaisalahsatusukutertua yang mendiamipesisir

Kuala Tungkaltepatnya di

KampungNelayan.Adapuntujuanpenelitianiniialahuntukmelihatasal-

usulkedatanganSukuDuano, mengetahuibagaimanasistemmatapencaharianseharai-

harinyasertaapasajaupaya yang dilakukanSuku Duano untukbertahanhidup.

Adapunmetode yang

digunakandalampenelitianiniialahmetodekualitatifdeskriptif.Penentuaninformande

nganmenggunakancaraPurposive

Samplingyaitumenentukansecarasengajasiapasaja yang

dianggappantasmengetahuimasalah yang akanditeliti.

HasilpenelitianinimenunjukanbahwaSuku Duano iniberasaldari Kepulawan Riau

kemudianberlayarhinggasampailah di Kampung Nelayan Kuala

Tungkal.Aktivitaskehidupansehari-harinyabiasanyadilalukan di

ataslautmenggunakanperahu, tapikinisebagiandarisukuinitidaklagihidupdilaut,

merekapindah di daerahpesisirpantaidanmenetapdisana.Mata

pencaharianmerekadulunyahanyabergantungpadalaut,

hampirsetiapharimerekamelautuntukmencarinafkah.Akan

tetapikiniselaindarimelautatausebagainelayanadajuga yang

berkebundansebagiankecilSuku Duano ini yang menjadi toke

ataubospenampunghasiltangkapandarilaut.

Kata Kunci :SukuDuano, Asal-usul, Sistem Mata pencaharian.

Page 11: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

xi

DAFTAR ISI

NOTA DINAS .......................................................................................................... I

PENGESAHAN ........................................................................................................ II

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................... III

MOTTO .................................................................................................................... IV

PERSEMBAHAN ..................................................................................................... V

KATA PENGANTAR .............................................................................................. VI

ABSTRAK ................................................................................................................ IX

DAFTAR ISI ............................................................................................................. X

DAFTAR TABEL .................................................................................................... XIII

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 6

D. Batasan Masalah ................................................................................. 7

E. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 7

F. Sistematika Penulisan ......................................................................... 8

G. JadwalPenelitian ................................................................................. 9

BAB II KERANGKA TEORI

A. KerangkaTeori .................................................................................... 12

1. Sejarah .......................................................................................... 12

2. Kebudayaan .................................................................................. 13

3. Sistem Mata Pencaharian ............................................................. 15

BAB III METODE PENELITIAN

A. PendekatanPenelitian .......................................................................... 18

B. Sumber Data ....................................................................................... 18

1. Sumber Primer ............................................................................. 18

2. Sumber Sekunder ......................................................................... 19

Page 12: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

xii

C. TeknikPengumpulanInforman ............................................................ 19

D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 20

1. Observasi ...................................................................................... 20

2. Wawancara ................................................................................... 20

3. Dokumentasi ................................................................................ 21

E. TeknikAnalisaData ............................................................................. 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran umum objek penelitian ...................................................... 27

1. Luas Daerah ................................................................................. 27

2. Iklim ............................................................................................. 27

3. Jumlah Penduduk ......................................................................... 28

4. Sumber Daya Alam ...................................................................... 30

5. Poleksosbud Hankam ................................................................... 31

6. Pendidikan .................................................................................... 32

7. Hankam ........................................................................................ 34

8. Keadaan Penduduk ....................................................................... 35

9. Pembangunan ............................................................................... 35

10. Lingkungan Hidup ..................................................................... 36

B. Hasildanpembahasan .......................................................................... 36

1. Sejarah Suku Duano dikampung Nelayan ................................... 36

2. Sistem Mata Pencaharian Suku Duano di Kampung Nelayan ... 44

a. Tongkah ................................................................................... 44

b. Pedagang ................................................................................. 53

c. Berkebun .................................................................................. 53

3.Alasan Masyarakat Mempertahankan sistem mata pencaharian

Sebagai Nelayan ............................................................................ 54

4. Upaya Yang Dapat dilakukan Masyarakat Suku Duano dalam

Mempertahankan Hidup dan Memajukan Perekonomian di

Kampung Nelayan Kuala Tungkal ................................................ 58

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 64

B. Kata Penutup ...................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA

CURRICULUM VITAE

Page 13: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

xiii

DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN

Tabel 1.1 JadwalPenelitian ........................................................................................ 8

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 4.1KelompokUsia ............................................................................................ 28

Tabel 4.2KelompokPendidikan .................................................................................. 28

Tabel 4.3KelompokTenagaKerja ............................................................................... 29

Tabel4.4Kelompok MataPencaharian ........................................................................ 29

Tabel 4.5SemberdayaAlam ........................................................................................ 30

Tabel 4.6PendidikanAnakUsiaDini............................................................................ 32

Tabel 4.7 SD/MI/Sederajat......................................................................................... 33

Tabel 4.8 SaranaIbadah .............................................................................................. 34

Tabel 4.9 Mata Pencaharian...................................................................................42

Page 14: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia memiliki wilayah yang luas, termasuk sebagai salah satu negara

yang srategis karena terletak di samudera india, fasifik dan juga dua benua asia

australia, hal ini memudahkan Indonesia terbuka terhadap perdagangan dan

berbagai macam kebudayaan yang masuk ke Indonesia. hal ini mempengaruhi

tingginya keanekaragaman suku bangsa pada negri ini.

Indonesia dikenal sebagai tempat yang memiliki berbagai macam

kebudayaan, baik itu berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Hal tersebut

menghasilkan sebuah proses akulturasi budaya.1 Selain kekayaan alamnya yang

berlimpah adanya keanekaragaman suku bangsa di Indonesia menjadikan negara

kita kaya akan budaya yang harus tetap dipertahankan kelestariannya.

Bangsa Indonesia yang terdiri atas suku-suku bangsa yang besar ataupun

yang kecil, masing-masing mengembangkan kebudayaan sebagai perwujudan

berbangsa aktif mereka terhadap lingkungan pendukungnya.2 Di antara tujuh

unsur kebudayaan salah satunya adalah sistem mata pencaharian. Berbicara

mengenai mata pencaharian erat kaitannya dengan sumber mata pencaharian

masyarakat dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Setiap daerah di Indonesia

1Akulturasi Budaya merupakan perpaduan dua kebudayaan atau lebih akibat dari interaksi

yang terjadi antara sekelompok masyarakat yang memilki kebudayaan tertentu, dengan kelompok

masyarakat lain sehingga terjadi perubahan pola kebudayaan yang original, namun tidak

menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan tersebut.

2Heni Gustini Nuraeni, Studi Budaya Di Indonesia, (Bandung : Pustaka Setia, 2012). hal.

35.

Page 15: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

2

tentunya memiliki sistem mata pencaharian yang berbeda-beda seperti beternak,

bertani, ataupun yang lebih modern lagi seperti industri. Clifford Geertz

menyederhanakan beragam kebudayaan yang berkembang di Indonesia dalam dua

tipe yang berbeda berdasarkan ekosistemnya, yaitu kebudayaan yang berkembang

di “Indonesia dalam” (Jawa, Bali). Kebudayaan yang berkembang di “Indonsia

dalam” ditandai oleh tingginya intensitas pengolahan tanah secara teratur dan

telah menggunakan sistem pengairan dan menghasilkan pangan padi yang ditanam

disawah.3

Dalam sistem mata pencaharian tersebut masyarakat menggunakan

teknologi yang bisa membantu masyarakat dalam berkerja. Tentunya dengan

pengetahuan dalam menggunakannya. Pengetahuan dan teknik-teknik suatu

bangsa yang digunakan untuk membangun materialnya. Dengan pengetahuan dan

teknik-teknik yang dimilikinya, suatu bangsa membangun lingkungan fisik, sosial

dan psikologis yang khas. Sebagai hasil penerapan ilmu, teknologi adalah cara

kerja manusia. Dengan teknologi manusia secara intensif berhubungan dengan

alam dan membangun kebudayaan dunia sekunder yang berbeda dunia primer

(alam). Dewasa ini teknologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap manusia,

tidak hanya terhadap cara hidup manusia tetapi juga menentukan teknologi

berikutnya.4

Unsur mata pencaharian atau aktivitas ekonomi melihat kehidupan

masyarakat dari sisi bagimana mata pencaharian mereka atau bagaimana sistem

perekonomian mereka mencukupi kebutuhan hidupnya. Sistem ekonomi

3Clifford Geertz, Tafsir Kebudayaan, (Yogyakarta: Kanius, 1992), hal. 113.

4Rafael Raga Maran, Manusia dan Kebudayaan, (Jakarta: PT. RINEKA CIPTA, 2007),

hal. 43.

Page 16: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

3

masyarakat tradisional antara lain seperti berburu, meramu, beternak, bercocok

tanam di ladang, menangkap ikan, ataupun bercocok tanam menetap dengan

sistem irigasi. Sistem ini merupakan mata pencaharian tertua dan dilakukan oleh

sebagian besar masyarakat lampau. Namun saat ini sudah banyak masyarakat

yang sudah beralih ke mata pencaharian yang lain. Meramu sudah lama

ditinggalkan karena terbatasnya sumber mata pencaharian karena semakin

banyaknya jumlah penduduk. Saat ini sistem mata pencaharian atau ekonomi

sudah berkembang pesat ditandai dengan munculnya berbagai profesi dalam

masyarakat.

Pada saat ini hanya sedikit sistem mata pencaharian atau ekonomi

masyarakat yang berbasiskan pada sektor pertanian. Artinya, pengelolaan sumber

daya alam secara langsung untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam

sektor pertanian hanya bisa ditemukan didaerah pedesaan yang relative belum

terpengaruh oleh modernisasi.5 dalam hal sistem teknologi yang digunakan untuk

mencari mata pencaharian, seperti halnya Suku Duano yang merupakan suku yang

mendiami daerah pesisir laut. Mereka adalah warga Suku Laut di Kampung

Nelayan Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi.

Dikenal juga dalam bahasa Melayu sebagai Suku Duano, yang artinya Suku Laut.

Mereka hampir mirip dengan nelayan Suku Duano di Kepulauan Riau dan pesisir

lain yang keberadaannya telah menyebar.

Suku Duano di Kampung Nelayan Kuala Tungkal Tanjung Jabung Barat ini

bahwa mereka juga berasal dari kepulauan Riau, Tidak diketahui pasti tepatnya

5Triyadi Haryanto, Antropologi, (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2012). hal. 48.

Page 17: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

4

pada tahun berapa mereka sampai di Tanjung Jabung Barat dan menetap disana.

Mereka mayoritas adalah nelayan yang hidup bergantung dengan laut. Sebagian

kehidupan mereka habiskan di tengah laut untuk mencari nafkah. Karena posisi

mereka melaut berpindah-pindah dari satu daerah kedaerah yang lain hingga

sampai pada daerah perairan Kampung Nelayan. Karena mereka melaut terlalu

jauh dari tempat asal mereka kepulauan Riau akhirnya mereka membangun

sebuah pemukiman di pesisir pantai Kampung Nelayan sebagai tempat

persinggahan mereka ketika melaut, namun karena dirasakan ada kenyaman

dengan tempat mereka yang baru yaitu Kampung Nelayan akhirnya mereka

menetap di sana hingga ke anak cucu mereka saat ini.6

Umumnya mereka berkulit gelap karena selalu berdamaian dengan teriknya

matahari. Rahang wajah juga menampakkan jiwa-jiwa yang gigih dan keras. Suku

Duano yang berada di Kampung Nelayan ini tetap memiliki kebudayaan yang

sama dengan kebudayan yang terdapat pada daerah kepulauan Riau. Namun pada

saat ini adat istiadat dan kebudayaan mereka seperti ritual-ritual yang dilakukan

pada saat acar-acara tertentu dan tata bahasanya mulai tidak terpakai lagi di

karenakan mulai membaur dengan masyarakat Melayu lainnya dan bahkan saat ini

tempat tersebut bukan hanya dihuni oleh Suku Duano dan Suku Melayu namun

juga telah terdapat beberapa suku seperti Jawa, Bugis, Banjar bahkan warga

Tionghoa, sehingga terjadi percampuran budaya. Oleh karena saat ini komunitas

Suku Duanuo lebih sedikit dibandingkan dengan masyarakat setempat atau

mereka menjadi suku minoritas di tengah masyarakat Melayu lainnya, sehingga

6Observasi tanggal 20-12-2018.

Page 18: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

5

perlahan-lahan kebudayaan mereka mulai tidak terpakai lagi dan mengikuti

kebudayaan atau kebiasaan masyarakat lainnya. Namun hal yang menarik adalah

ketika mereka yang saat ini sebagai minoritas namun masih bisa bertahan hidup di

Kampung Nelayan Tanjung Jabung Barat.7

Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk meneliti suku duanu di

Kabupaten Tanjung Jabung Barat dilihat dari sistem teknologi mereka dalam mata

pencaharian mereka sebagai nelayan, untuk mengetahui sistem teknologi atau alat

yang digunakan mereka dalam mencari rezeki sehingga dapat bertahan hidup

hingga sekarang walaupun alat yang digunakan masih sangat sederhana dan

tradisional seperti Papan Tongkah. Kegunaannya adalah menangkap Udang Nene’

dan Kerang. Inilah alat yang digunakan masyarakat setempat dalam membantu

mereka mencari Udang Nene’ dan Kerang di laut sebagai nelayan. Alat yang

digunakan tersebut sangat unik dan masih dipertahankan hingga saat ini. Selain itu

penulis ingin mengangkat kearifan budaya lokal Suku Duano dalam sistem

teknologi yang digunakan mereka sebagai nelayan agar dikenal bayak masyarakat

luas, sehingga masyarakat Suku Duano tetap diakui sebagai bagian dari Bangsa

Indonesia. Untuk diketahui bahwa masyarakat suku Duano ini lebih suka

dikatakan Suku Duano dari pada Suku Laut. Suku Duano ini mendiami di pesisir

pantai, selat, muara sungai, dan kuala di Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Kehidupan mereka inilah membuat mereka disebut suku laut. Membangun rumah

dipinggirlaut dan bermata pencaharian dan bergantung pada laut. Dari latar

7 Desma, Y. (2016). “ Sejarah Perkembangan Suku Duano di Tnjung Gundap Kelurahan

Tembesi Kecematan Sagulung Batam Tahun 1982-2012”. Historia, 1(2):139,151

Page 19: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

6

belakang di atas penulis tertarik untuk menelitinya dan mengangkat kedalam

sebuah skripsi dengan judul

“Sejarah dan Sistem Mata Pencaharian Suku Duano Di Kampung

Nelayan Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung Barat”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka yang menjadi fokus dari masalah

penelitian ini adalah mendeskripsikan sejarah dan sistem mata pencaharian

masyarakat suku Duano di Kampung Nelayan Kuala Tungkal. Dari masalah inti

satuan variabel yang akan digali lebih mendalam dan sekaligus sebagai ruang

lingkup penelitian ini yang berkaitan dengan:

1. Dari mana asal-usul Suku Duano di kampung Nelayan Kabupaten Tanjung

Jabung Barat?

2. Bagaimana Sistem Mata Pecaharian Suku Duano di kampung Nelayan

Kabupaten Tanjung Jabung Barat?

3. Upaya apa yang dilakukan masyarakat Suku Duano dalam mempertahankan

hidup di Kampung Nelayan?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Sejarah Suku Duano di Kampung Nelayan Kuala Tungkal

Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

2. Untuk mengetahui sestem mata pencarian Suku Duano di Kampung Nelayan

Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Page 20: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

7

3. Ingin mengetahui upaya yang dilakukan masyarakat Suksu Duano dalam

mempertahankan hidup di Kampung Nelayan Kuala Tungkal Kabupaten

Tanjung Jabung Barat.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagi kalangan akademisi, hususnya bagi mahasiswa dapat memperkaya

memperkaya pengetahuan dan dapat dijadikan referensi untuk penelitian lebih

lanjut baik yang berkenaan dengan kehidupan nelayan secara umum atau pun

masyarakat nelayan suku duanu hususnya.

2. Bagi masyarakat umum dapat menambah wawasan mengenai sturuktur sosial-

ekonomi nelayan Khusunya Nelayan Suku Duano.

3. Bagi pemerintah, khususnya Kementrian Kelautan dan Perikanan Kampung

Nelayan dapat menjadi suatu pertimbangan dalam meyusun program ekonomi

Nelayan yang berbasis kearifan lokal.

E. Batasan masalah

Mengingat begitu luasnya ruang lingkup kajian dalam penelitian ini, maka

penulis cukup membatasi permasalahan hanya terbatas pada sejarah kedatangan

suku duano, cara dan alat yang digunakan suku duano dalam sistem mata

pencahariannya.

F. Tinjauan Pustaka

Skripsi yang ditulis oleh Juliana, Sistem Pengetahuan Suku Duano di

Kelurahan Tanjung Solok Kuala Jambi Tanjung Jabung Timur (Sebuah Kajian

Page 21: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

8

Etnografi”. Penelitian tersebut membahas tentang sistem pengetahuan suku duano

yaitu untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan mereka tentang fauna dan

pengetahuan alam di sekitar mereka.8

Jurnal penelitian yang di tulis oleh Ichwan Azhari, Onggal Sihite dan Liana

Tanjung.Jurnal penelitian ini diterbitkan dalam Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu

Sosial penelitian pada tahun 2018 oleh mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah

dan Jurusan Seni Rupa Universitas Negeri Medan. Dengan judul “ Perubahan

Pola Pemukiman Orang Laut Suku Duano”. Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa

pemukiman Suku Duano yang ada di Tanjung Solok Kuala Jambi Tanjung

Jabung Timurini yang awalnya hanya tinggal di atas perahu-perahu kemudian

mengalami perubahan dan mulai tinggal dan menetap di daratan/pesisir.9

Skripsi penelitian yang di tulis oleh Nur Aini Jurusan Sejarah Kebudayaan

Islam, Fakultas Adab dan Humaniora Institut Agama Islam Negeri Sultan Thaha

Saifuddin Jambi 2015. Dengan judul “ Sistem Mata Pencarian Suku Duano di

Kuala Jambi Tanjung Jabung Timur. Penelitian tersebut menjelaskan cara

masyarakat suku Duano Mempertahankan hidup dengan cara mempertahankan

sistem mata pencaharian yang ada yaitu menongkah dan cara pola pikir mereka

masih bersifat tradisional.10

8 Juliana, Sistem Pengetahuan Suku Duanu di Kelurahan Tanjung Solok Kuala Jambi

Tanjung Jabung Timur (Sebuah Kajian Etnografi, (Skripsi Institut Agama Islam Negeri Sultan

Thaha Saifuddin Jambi, 2015). 9Ichwan Azhari, Onggal Sihite dan Liana Tanjung, Perubahan Pola Pemukiman Orang

Laut Suku Duano, (Universitas Negeri Medan : Jurnal Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial, 2018). Hlm.

223-234. 10

Nur Aini,Sistem Mata Pencarian Suku Duano di Kuala Jambi Tanjung Jabung Timur. (

Skripsi Institut Agama Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi 2015)

Page 22: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

9

Setelah mengkaji beberapa tulisan diatas, maka penulis berkesimpulan

bahwa ada beberapa hal yang dapat membedakan penelitian ini dengan penelitian

diatas. Pada penelitian dengan tema Suku Duano memang banyak yang mengkaji

akan tetapi permasalahan yang di angkat berbeda-beda dan juga wilayah

penelitian ini juga berbeda. Penelitan ini yang menfokuskan pada Sejarah Dan

Sistem Mata Pencaharian Suku Duano di Kampung Nelayan Kuala Tungka

Tanjung Jabung Barat.

F. Sistematika Penulisan

Penyusunan skripsi ini terbagi dalam lima bab, antara bab nya ada yang

terdiri dari sub-sub bab. Masing-masing bab membahas permasalahan tersendiri,

tetapi tetap saling berkaitan antara sub bab dengan bab yang berikutnya. Untuk

memberikan gambaran secara mudahagar lebih terarah dan jelas mengenai

pembahasan skripsi ini penyusunan menggunakan sistematika penulisan membagi

pembahasan sebagai berikut:

Bab I, merupakan pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah, tinjauan

pustakadan diakhiri dengan sistematika penulisan dan jadwal penelitian.

Bab II, merupakan bab yang membahas tentang kerangka teori penelitian.

Bab III, merupakan bab yang membahas tentang metode penelitian mulai

dari pendekatan penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik

analisa data.

Bab IV, merupakan bab pembahasan digunakan untuk memaparkan

pembahasan dan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan rumusan masalah

Page 23: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

10

dimulai dari menjawab pertanyaan pertama, dilanjutkan ke pertanyaan kedua dan

ketiga yaitu tentang sejarah suku duano, sistem mata pencaharian suku duano.

Bab V,pada bab ini berisikan kesimpulan, rekomendasi, saran-saran dan

diakhiri dengan kata penutup.

G. Jadwal Penelitian

Penelitian dilakukan dengan pembuatan proposal, kemudian dilanjutkan

dengan perbaikan hasil seminar proposal skripsi. Setelah pengesahan judul dan

riset, maka penulis mengadakan pengumpulan data, verifikasi, dan analisa data

dalam waktu yang berurutan. Hasilnya penulis akan berkonsultasi kepada dosen

pembimbing sebelum diajukan sidang munaqasah nantinya. Hasil sidang

munaqasah dilanjutkan dengan perbaikan dan pengadaan laporan skripsi.

Page 24: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

11

Tabel 1.I Jadwal Penelitian

No

Kegiatan

2018/2019

No

vem

ber

Desem

ber

Janu

ari

Feb

ruari

Maret

Ap

ril

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan

judul

x

2 Pengajuan

dosen

pembimbing

X

3 Bimbingan,

perbaikan

proposal dan

izin seminar

x

x

x

x

x

x

x

4 Seminar

proposal

x

5 Revisi hasil

seminar dan

Surat izin

riset

x

x

x

6 Pengumpulan

data

x x x x

7 Pengolahan

data

x x x x x

8 Penulisan

skripsi

x x x x x

9 Bimbingan

dan

perbaikan

x

x

x

x

10 Agenda dan

ujian skripsi

11 Perbaikan

dan

penjilidan

Page 25: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

12

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Kerangka Teori

1. Pengertian sejarah

Sejarah yang merupakan peristiwa yang benar-benar terjadi pada

masa lampau yang mempunyai bukti dan fakta-fakta sejarah.Sejarah juga

terbagi menjadi dua bagian yaitu sejarah sebagai kisah dan sejarah sebagai

peristiwa. Sejarah sebagai kisah ialah sejarah dalam pengertian subjektif

karena peristiwa masa lalu itu telah menjadi pengetahuan manusia.

Sedangkan sejarah sebagai peristiwa merupakan sejarah secara objektif

sebab peristiwa masa lampau itu sebagai kenyataan yang masih diluar

pengetahuan manusia. Sebab lapangan sejarah meliputi segala pengalaman

manusia yang mengungkap fakta mengenai apa, siapa, kapan, dimana dan

bagaimana peristiwa itu terjadi.11

Salah satu sumber yang dilakukan dalam penelitian sejarah adalah

sumber lisan. Terdapat dua kategori sumber lisan, yakni sejarah lisan (Oral

History) dan tradisi lisan (Oral tradition). Sejarah lisan atau disebut juga

dengan ingatan lisan merupakan ingatan tangan pertama yang dituturkan

secara lisan. Seorang veteran perang kemerdekaan Indonesia atau seorang

diplomat pada masa perang kemerdekaan Indonesia yang aktif berunding

dengan Belanda merupakan sumber sejarah lisan. Tradisi lisan merupakan

11

Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999),

Hlm.1

Page 26: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

13

narasi dan deskripsi tentang peristiwa pada masa lampau yang disampaikan

dari mulut kemulut.12

2. Pengertian kebudayaan

Kata kebudayaan berasal dari bahasa sangsekerta “budhayah”

ialah bentuk jamak dari “budhi” yang berarti budi atau akal. Dengan

demikian kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan

budi dan akal. Disamping itu ada juga ahli yang berpendapat bahwa kata

kebudayaan berasal dari budi dan daya. Budi berarti akal-pikiran dan daya

berarti tenaga, kekuatan dan kesanggupan. Maka kebudayaan mengandung

makna leburan dari pada dua makna tadi, dan artinya himpunan segala

usaha dan daya yang dikerjakan dengan menggunakan hasil pendapat budi,

untuk memperbaiki sesuatu dengan tujuan mencapai kesempurnaan.13

Kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia untuk

memenuhi kehidupannya. Dengan kata lain kebudayaan adalah

keseluruhan aktivitas manusia yang terdiri dari pengetahuan, kepercayaan,

seni, hukum, moral, dan adat istiadat sebagai anggota masyarakat.

Dengan memahami arti kebudayaan tersebut menunjukkan bahwa

segala aspek yang dibuat oleh manusia adalah kebudayaan, kecuali

agama.14

Menurut Endang Saifuddin Anshari, kebudayaan (kultur) adalah

hasil karya cipta pengolahan, dan pengarahan terhadap alam oleh manusia

12

Muhammad Arif, Pengantar Kajian Sejarah, (Bandung: Yrama Widya, 2011), Hlm. 36 13

Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, (Malang: UIN-Malang

Press, 2008), hal. 12.

14

Thoifuri, dan Suci Rahayu, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Ganeca Exact, 2013),

hal. 60

Page 27: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

14

dengan kekuatan jiwa, pikiran, kemauan, institusi, imajinasi dan Fakultas-

fakultas kerohanian lainnya dan raganya yang menyatakan diri dalam

berbagai kehidupan hidup rohaniah dan penghidupan hidup jasmaniah

manusia, sebagai jawaban atas segala tantangan tuntutan dan dorongan

dari antra diri manusia dan ekstra diri manusia, menuju arah terwujudnya

kebahagiaan dan kesejahteraan spiritual dan material manusia, baik

individu maupun masyarakat.15

Sedangkan menurut ilmu antropologi, “kebudayaan” adalah

keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam

rangka kehidupan masyarakat yang di jadikan milik diri manusia dengan

belajar.16

Secara umum kebudayaan adalah istilah untuk segala hasil karya

manusia yang berkaitan erat dengan pengungkapan bentuk. Kebudayaan

merupakan wadah tempat hakikat manusia mengembangkan diri. Antara

hakikat manusia dan pengembangan diri (kebudayaan) tersebut terjalin

hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Kebudayaan lahir dari akal budi,

jiwa atau hati nurani manusia. Bentuk kebudayaan tersebut selalu

mencerminkan nilai-nilai kehidupan yang diyakini, dirasa, dan diharapkan

memberikan kebaikan dalam hidup.17

Kebudayaan memiliki unsur-unsur yang terkandung didalamya

antara lain sebagai berikut:

a. Sistem Pengetahuan

b. Organisasi Sosial

15

Endang Saifuddin Anshori, Agama dan Kebudayaan, (Surabaya: Bina Ilmu,1981) hal. 8 16

Koenjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi, ( Jakarta: PT Rineka Cipta ) hal. 180 17

Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Erlangga, 2011), hal.185

Page 28: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

15

c. Sistem teknologi dan peralatan

d. Sistem mata pencaharian

e. Sistem Religi

f. Kesenian

g. Bahasa.18

Dari satu kesatuan unsur budaya inilah akan menghasilkan subuah

kajian etnografi yang menggambarkan dan mendeskripsikan aktivitas

kebudayaan yang terdapat dalam kehidupan suku-suku bangsa. Menurut

Koenjaraningrat ada tiga wujud kebudayaan, yaitu sebagai berikut:

a. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, nilai,

norma, peraturan dan sebagainya.

b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari aktivitas serta

tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.

c. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.19

3. Sistem Mata Pencaharian

Arti sistem mata pencaharian itu sendiri, berdasarkan Kamus

Umum Bahasa Indonesia edisi ketiga karangan Poerwandarminta, sistem

mata pencaharian terdiri dari dua unsur kata yaitu:20

a. Sistem

Pengertian sistem ada tiga yaitu:

18

Koenjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta; Renika Cipta, 2009) hal 165

19

Kontjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: PT Rineka Cipta ) hal. 150

20

Dessy Wahyuni, Fistival Menongkah; Revitalisasi Budaya Dan Bahasa Duano Menuju

Industri Kriatif (Diakses pada tanggal 16 mei 2019)

Page 29: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

16

1. Sekelompok bagian alat yang bekerja bersama-sama untuk

melakukan sesuatu urat saraf dalam tubuh-pemerintahan.

2. Sekelompok dari pendapatan, peristiwa, kepercayaan, Yang

disusun dan diatur baik-baik-filsafat.

3. Cara (metode) yang teratur untuk melakukan sesuatu pengajaran

bahasa.

b. Mata Pencaharian

Berarti, pekerjaan yang menjadi pokok penghidupan (sumbu

atau pokok), pekerjaan/pencaharian utama yang dikerjakan untuk

biaya sehari-hari. Misalnya; pencaharian penduduk desa itu nelayan

(Perikanan).

Dengan kata lain sistem mata pencaharian adalah cara yang

dilakukan oleh sekelompok orang sebagai kegiatan sehari-hari guna

usaha pemenuhan kehidupan, dan menjadi pokok penghidupan

baginya. Ada Berbagai macam sistem mata pencaharian tersebut

yaitu:21

c. Berburu dan meramu

d. Beternak

e. Bercocok tanam di ladang

f. Menangkap ikan/nelayan

g. Bercocok tanam menetap dengan irigasi.

21

Dessy Wahyuni, Fistival Menongkah; Revitalisasi Budaya Dan Bahasa Duano Menuju

Industri Kriatif (Diakses pada tanggal 16 mei 2019)

Page 30: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

17

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang berbentuk deskriptif kualitatif.

Metode penelitian desktiptif adalah suatu metode yang di gunakan untuk

menemukan pengetahuan tehadap subjek penelitian pada suatu saat tertentu.

Deskriptif berasal dari bahas latin yang berarti urayan. Penelitian deskriptif

merupakan penelitian yang di maksudkan untuk mengumpulkan informasi

mengenai subjek peneliti dan perilaku subjek penelitian pada suatu periode

tertentu. Peneliti kualitatif deskriptif berusaha mendeskripsikan seluruh gejala

atau keadaan yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat

penelitian di lakukan.22

B. Jenis Dan Sumber Data

1. Data primer

Data primer adalah data yang di peroleh langsung dari peneliti kepada

sumbernya tanpa adanya perantara. sumber yang di maksud, dapat berupa

dokumentasi dan lain sebagainya. Data primer yaitu data yang langsung di

kumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya. Data primer di peroleh

melalui hasil wawan cara kepada informan dan responden dari Masyarakat

Suku Duano yang mana target responden adalah sesepuh Suku Duano dan

masyarakat Suku Duano,

22

Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif,( Jakarta : Refrensi,2013). hal.

10-11

Page 31: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

18

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang bukan di usahakan sendiri

pengumpulannya oleh peneliti data dapat berupa majalah, koran, skripsi,

jurnal, keterangan-keterangan atau publikasi lainnya.

Pada prinsipnya sumber data dalam penelitian kualitatif terdiri dari tiga

bagian yaitu, sumber data berupa manusia, dokumen dan peristiwa yang

berhubungan dengan pembahasan penelitian.23

a. Sumber data berupa manusia, yaitu tokoh masyarakat suku duanu,

perangkat desa, serta masyarakat.

b. Sumber data berupa dokumen, yaitu buku dan dokumnetasi yang

berhubungan dengan permasaahan penelitian.

C. Tehnik Pemilihan Informan

Informan adalah orang yang memberikan informasi. Dalam peneltian,

seorang informan merupakan “orang nomor satu” setelah peneliti. Karena tanpa

informan, penulis mungkin akan buta dan kebingunan untuk mendapatkan

informasi yang berkaitan dengan penelitian ini. Untuk menentukan informan,

peneliti menentukan informan yang benar-benar paham terhadap budaya yang

dibutuhkan. Peneliti menggunakan teknik purposive sampling, artinya sejalan

dengan tujuan penelitian dan dalam pemilihan infroman berdasarkan seleksi

penulis dengan unsur kesengajaan.24

Dengan teknik purposive sampling ini, maka

23

Prof. A. Daliman, M. Pd. Metode Penelitian Sejarah, (Yokyakarta: Ombak, 2015), hal.

55. 24

Suardi endaswara, Metode Penelitian Kebudayaan, (Yokyakarta: Gadjah Mada

University Press, 2006 ), hal. 206.

Page 32: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

19

jumlah informan sudah jelas jumlahnya. Karakterisktik informan juga di tentukan

oleh peneliti, samapai data yang di peroleh mendapatkan kesatuan yang utuh.

Penyeleksian ini penulis lakukan karena informan yang akan di pilih sebagai

informan merupakan orang yang mengetahui tentang informasi yang penulis

butuhkan dalam penelitian ini.

D. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data.25

Pada

penelitian ini penulis menggunakan metode peneltian kualitatif (penelitian

lapangan). Metode yang digunakan penulis adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Metode observasi ini peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan

langsung yaitu dengan melakukan pengamatan dilokasi penelitian. Hasil

observasi tersebut selanjutnya dicatat dalam lembar catatatan peneltian. Teknik ini

dipergunakan untuk memperoleh data tentang bagaima kegiatan sehari-sehari

Suku Duanu yang berada di Kampung Nelayan Kuala Tungkal Tanjung Jabung

Barat mulai dari kehidupan beragama, mata pencaharian, sosial masyarakat,

hingga sosial budayanya.26

b. Wawancara

Teknik melalui wawancara adalah teknik memperoleh informasi secara

langsung melalui permintaan keterangan-keterangan kepada pihak pertama yang

25

Sugiono, Metode Kuantitatif Kualitatif , (Bandung: Alfabeta,2013) hal. 224 26

Prof. Dr. Mukhtar, M. Pd. Metode Praktis penelitian Deskriptif Kualitatif, (GP Press

group, 2013) hal. 118

Page 33: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

20

di pandang dapat meberikan keterangan atau jawaban terhadap pertanyaan yang di

ajukan. Dalam hal ini peneliti dibantu dengan alat perekaman atau Hp, dengan

wawancara bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang

telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

Pedoman wawancara yang diguanakan hanya brupa garis-garis besar

permasalahan yang akan ditanyakan.27

c. Dokumentasi

Pengumpulan data melalui dokumentasi, diperlukan seperangkat alat atau

instrument yang memandu untuk pengambilan data-data dokumen. Ini dilakukan,

agar dapat menyeleksi dokumen mana yang di pandang dibutuhkan secara

langsung dan mana yang tidak diperlukan. Data dokumen dapat berupa video,

foto, gambar dan sebagainya. Pengamatan peneliti dibantu dengan dokumentasian

melalui foto meliputi data yang sudah terdokumen. Namun peneliti tentunya

berhati-hati dalam pengambilan gambar. Peneliti melakukan konfirmasi dahulu

kepada informan dalam pengambilan gambar, untuk menentukan mana yang

boleh dan mana yang tidak boleh diambil.

E. Teknik analisis data

Analisa data adalah kegiatan mengatur, mengurutkan, mengelompokkan,

memberi kode atau tanda, dan mengkategorikan data tersebut. Semua data yang

berhasil diperoleh dari wawancara, observasi, dan dokumentasi dimasukkan

dalam analisa data. Analisa data berguna untuk mereduksi data menjadi

perwujudan yang dapat dipahami melalui pendeskripsian secara logis dan

27

Sugiono, Metode Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, 2013, hal. 233-234

Page 34: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

21

sistematis, sehingga fokus studi dapat di telaah, di uji dan di jawab secara cermat

dan teliti. Setelah penelitian ini, maka data yang diperoleh terlebih dahulu

diseleksi menurut kelompok variabel-variabel tertentu dan dianalisa melalui segi

kualitatif. Analisa data penelitian budaya berupa proses pengkajian hasil

wawancara, pengamatan, dan dokumen yang telah terkumpul. Data tersebut

sangat banyak jumlahnya, yang kurang relevan patut direduksi. Analisis bersifat

terbuka, open ended dan induktif.28

a. Analisis Domain (Domain Analysis)

Dalam proses penelitian kualitatif, peneliti melakukan tiga langkah

persiapan, yaitu memilih situasi sosial, melakukan observasi partisipan dan

membuat catatan etnografis. Setelah ketiga langkah awal ini di lakukan,

maka peneliti harus melakukan observasi deskriptif dan selanjutny

melakukan analisa data. Apabila peneliti telah mengumpulkan dan memiliki

catatan mengenai observasi deskriptif yang di lakukannya, dengan

pertanyaan-peratanyaan yang berupa grand-tour dan mini tour, maka

peneliti siap menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan dan

kemudian memngumpulkan data yang lebih baik. Secara umum domain

budaya ini dikelompokkan dalam 9 dimensi yaitu ruang, objek, tindakan,

kejadian, waktu, pelaku, tujuan dan perasaan.

28

Suardi Endaswara, Metode Penelitian Kebudayaan, (Yokyakarta: Gadjah Mada

University Press, 2006 ), hal. 215.

Page 35: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

22

b. Analisis Taksonomis (Taxonomic Analysis)

Seorang peneliti memulai suatu penelitian secara mendalam dengan

memilih beberapa atau satu dominan budaya untuk diteliti secara cermat.

Tujuan utamanya adalah untuk menemukan sejumlah domain yang

menungkinkan. Melalui hal ini peneliti belajar untuk mengeksplisitkan

perbedaan prilaku manusia dalam kehiduan sehari-hari. Dalam tahapan ini

seorang peneliti ingin mendapatkan penelitian secara medalam mengenai

domain budaya yang dihadapinya dengan cara mengorganisisr doamin

tersebut. Dengan demikian peneliti sebenarnya merupakan bagian dari

doamain yang lebih besar. Sebagaimana domain budaya, taksonomi

merupakan seperangkat kategori yang disusun berdasarkan hubungan

semantis yang tunggal. Perbedaan utama di anatara keduanya adalah bahwa

taksonomi menunjukkan hubungan yang lebih banyak diantara hal-hal yang

ada didalam domain budaya.

c. Analisi Komponensial (Componential Analysis)

Tujuan seorang peneliti yang melakukan peneltian kualitatif adalah

untuk menemukan pola budaya yang diguanakan masyarakat untuk

mengorganisasikan prilaku mereka, untuk membuat dan menggunakan

objek, untuk menyususn ruang dan untuk mengekspresikan pengalaman

mereka. Seorang peneliti memulai penelitiannya dengan memilih suatu

situasi sosial dan melakukan observasi secara tidak langsung. Budaya

merupakan seperangkat simbol yang memiliki makna kompleks yang ingin

diteliti oleh seorang. Sistem makna ini dapat dinyatakan secara tacit

Page 36: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

23

(tersembunyi) atau secara eksplisit, tergantung pada pengamata yang

dilakukan oleh penelti. Oleh karna itu, seorang penelti menemukan makna

dalam suatu budaya.

d. Menemukan Tema Budaya (Cultural Theme Analysis)

Seorang peneliti harus selalu ingat bahwa peneltian dilakukan pada

dua tingkatan pada waktu yang sama. Salah satunya menguji detail-detail

kecil dari sebuah budaya dan pada saat yang sama juga mencari gambaran

yang luas mengenai budaya tersebut. Deskripsi budaya ini meliputi analisis

secara mendalam mengenai domain yang terpilih dan juga meliputi

peninjauan terhadap budaya dan pernyataan yang disampaikan secara

keseluruhan. Beberapa peneliti menyampaikan hal ini dengan isitilah

pendekatan inventaris dan mereka mengindetifikasikan semua doamin yang

berbeda ini dalam sebuah budaya yang terdiri dari kategori seperti

“kekeluargaan”, “budaya material”, dan “hubungan sosial”. Hal ini perlu

untuk menemukan tema budaya yang telah dipelajari oleh anggota

masyarakat dan menggunakannya untuk menghubungkan domain-domain

yang ada. Tahap analisis untuk menemukan tema budaya ini merupakan

suatu langkah yang digunakan untuk memberikan suatu padanagan yang

menyeluruh tentag suatu budaya.29

29

Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis dan artikel Ilmiah, (Jakarta : Gaung Persada Press,

2007), hal. 165-166

Page 37: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

24

e. Triangulasi data.

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain. Dilaur data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. uji keabsahan

melalui triangulasi ini dilakukan karena dalam penelitian kualitatif untuk

menguji keabsahan informasi tidak dapt dilakukan dengn alat-alat uji

statistik. denzin telah mengemukakan empat model triangulasi yaitu dengan

penggunaan sumber, metode, peneltidan teoriyang ganda/berbeda. Dalam

hal ini peneliti memilih triangulasi sumber. Penelitian dengan sumber ini

dapat dilakukan dengan cara :

1. Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara.

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa

yang dikatakannya secara pribadi.

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi peneltian

dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

4. Membandigkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang seperti masyarakat biaya, orang

berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, dan pemerintah.

5. Menbandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.30

Berdasarkan teknik triangulasi tersebut diatas, maka dimaksud untuk

mengecek kebenaran data-data yang diperoleh dilapangan tentang

30

Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis dan artikel Ilmiah, (Jakarta : Gaung Persada Press,

2010), hal 116-129

Page 38: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

25

kebudayaan suku Duanu di KampungNelayan Kuala Tungkal Tanjung

Jabung Barat.

Page 39: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

26

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Gambaran umum objek penelitian

1. Luas Daerah

Luas wilayah hukum dan administrasi Kelurahan Kampung Nelayan

yaitu dengan Luas + 1,33 Km2, yang memiliki 16 Rukun Tetangga (RT)

dengan batas-batas serta jarak tempuh wilayah sebagai berikut.31

a. Sebelah Utara berbatas dengan : Sungai Pengabuan/ Kuala Baru

b. Sebelah Selatan berbatas dengan : Kelurahan Tungkal II

c. Sebelah Timur berbatas dengan : Desa Tungkal I

d. Sebelah Barat berbatas dengan : Kelurahan Tungkal II

e. Jarak ke ibu kota Kecamatan : 2,0 Km

f. Jarak ke ibu kota Kabupaten : 3,0 Km

g. Jarak ke ibu kota Provinsi : 135 Km

2. Iklim

Keadaan iklim diwilayah Kelurahan Kampung Nelayan tidak jauh

berbeda dengan dengan keadaan iklim didaerah sekitarnya, termasuk

kategori trofis basah karena temperatur udaranya cukup panas dan

kelembaban tinggi.Rata-rata curah hujan harian diwilayah Kelurahan

Kampung Nelayan berkisar 56 – 210 mm, curah hujan tertinggi terjadi

pada Bulan Februari yaitu 256,28 mm/bulan dan terendah terjadi pada

Bulan Juni yaitu 118,12 mm/bulan.

31

Profil kelurahan Kampung NelayanKuala Tungkal, Tanggal 20 Februari 2019, Hlm. 6.

Page 40: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

27

3. Jumlah Penduduk

a. Kelompok Usia

Tabel 4.1

Kelompok Usia

No UMUR LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 00 – 06 Tahun 512 Orang 431 Orang 943 Orang

2 07 – 17 Tahun 1.157 Orang 849 Orang 2.006 Orang

3 18 – 45 Tahun 1.819 Orang 2.442 Orang 4.261 Orang

4 46 – 60 Tahun 743 Orang 550 Orang 1.293 Orang

5 Di atas 60 Tahun 291 Orang 358 Orang 649 Orang

Jumlah 4.522 Orang 4.630 Orang 9.152 Orang

Dapat kita lihat dari tabel di atas angka pertumbuhan yang sangat bayak

adalah orang dewasa, remaja, lansia dan di lanjutkan anak-anak.32

b. Kelompok Pendidikan33

Tabel 4.2

Kelompok Pendidikan

No UMUR LAKI-LAKI

PEREMPUA

N JUMLAH

1 Belum Sekolah 220 Orang 205 Orang 425 Orang

2 Tidak Tamat Sekolah 827 Orang 723 Orang 1.550 Orang

32

Profil kelurahan Kampung NelayanKuala Tungkal, Tanggal 20 Februari 2019, Hlm. 7. 33

Profil kelurahan Kampung NelayanKuala Tungkal, Tanggal 20 Februari 2019, Hlm. 7.

Page 41: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

28

3 Play Group/TK /PAUD 55 Orang 38 Orang 93 Orang

4 Tamat SD/ Sederajat 549 Orang 475 Orang 1.024 Orang

5 Tamat SMP/ Sederajat 188 Orang 197 Orang 385 Orang

6 Tamat SMA/ Sederajat 217 Orang 180 Orang 397 Orang

7 Tamat Diploma 3 Orang 2 Orang 5 Orang

8 Tamat Sarjana 11 Orang 10 Orang 21 Orang

Jumlah 2.070 Orang 1.830 Orang 3.900 Orang

c. Kelompok Tenaga Kerja34

Tabel 4.3

Kelompok Tenaga Kerja

1 18-60 Tahun yang bekerja 2.023 Orang 1.112 Orang 3.135 Orang

2 18-60 Tahun yang tidak

bekerja

539 Orang 1.880 Orang 2.419 Orang

3 0-6 Tahun sekolah dasar 512 Orang 431 Orang 943 Orang

4 7-18 Tahun yang masih

sekolah

571 Orang 858 Orang 1.429 Orang

d. Kelompok Mata Pencaharian35

Tabel 4.4

Kelompok Mata Pencaharian

No MATA PENCAHARIAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 Petani 209 Orang 34 Orang 243 Orang

2 Buruh 88 Orang 17 Orang 105 Orang

34

Profil kelurahan Kampung NelayanKuala Tungkal, Tanggal 20 Februari 2019, Hlm. 8. 35

Profil kelurahan Kampung NelayanKuala Tungkal, Tanggal 20 Februari 2019, Hlm. 8.

Page 42: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

29

3 PNS 23 Orang 20 Orang 43 Orang

4 TNI 0 Orang 0 Orang 0 Orang

5 Polri 1 Orang 0 Orang 1 Orang

6 Bidan Swasta 2 Orang 10 Orang 12 Orang

7 Wiraswasta 212 Orang 34 Orang 246 Orang

8 Pedagang 24 Orang 5 Orang 29 Orang

9 Peternak 1 Orang 0 Orang 1 Orang

10 Nelayan 2800 Orang 97 Orang 2.897 Orang

11 Pegawai Swasta 600 Orang 137 Orang 737 Orang

12 Pembantu Rumah Tangga 1 Orang 390 Orang 391 Orang

13 Industri Rumah Tangga 37 Orang 26 Orang 63 Orang

14 Lain-Lain 3 Orang 1 Orang 4 Orang

Jumlah 4.001 Orang 771 Orang 4.772 Orang

4. Sumber daya alam

Kekayaan alam yang ada diwilayah Kelurahan Kampung

Nelayan,36

sebagian besar yaitu :

Tabel 4.5

Sumber Daya Alam

No SUMBER DAYA ALAM JENIS KETERANGAN

Ada Tidak

1

PERIKANAN

1. Penangkapan Ikan

2. Penangkapan Udang

3. Penangkapan Kerang

Ada

Ada

Ada

36

Profil kelurahan Kampung NelayanKuala Tungkal, Tanggal 20 Februari 2019, Hlm. 9.

Page 43: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

30

4. Penangkapan Udang Ketak Ada

2 PERTANIAN

3 PERKEBUNAN

4

PETERNAKAN

5 PERTAMBANGAN -

6 PARIWISATA -

7

INDUSTRI KECIL/

KERAJINAN

1. Kerupuk

2. Belacan

3. Keletek

8

INDUSTRI RUMAH

TANGGA

- Kerupuk RT.07

- Penjemur Ikan Bilis RT.04

Ada

Ada

5. Poleksosbud Hankam

a. Ideologi

Masyarakat Kelurahan Kampung Nelayan Kecamatan Tungkal Ilir

menganut Ideologi Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.37

b. Politik

Di Kelurahan Kampung Nelayan sampai saat ini keadaan politik

berjalan aman dan kondusif seperti dalam pelaksanaan Pemilu Legislatif dan

Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dimana pada pemilu tersebut berjalan

37

Profil kelurahan Kampung Nelayan Kuala Tungkal, tanggal 20 Februari 2019.Hlm, 11.

Page 44: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

31

aman, lancar dan damai sehingga tidak terjadi perpecahan dalam masyarakat

itu sendiri.

c. Ekonomi

Masyarakat Kelurahan Kampung Nelayan terdiri dari berbagai macam

suku sehingga akan mempengaruhi ke tingkat perekonomian dan mata

pencarian masing-masing atau individunya itu sendiri, mata pencarian

masyarakat Kelurahan Kampung Nelayan terdiri dari Nelayan, Buruh Harian,

Buruh Harian Lepas, PNS, Pedagang, Tukang ojek, Tukang Becak, Gerobak,

Pensiunan dll. Adapun bantuan perekonomian yang sudah dibantu dan diterima

oleh masyarakat yaitu baik dari Provinsi dan Kabupaten pada tahun 2014 ini

masyarakat sangat terbantu dalam rangka meningkatkan usahanyaseperti :

Pinjaman Modal dari Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat melalui

Dinas Koperasi dan UMKM dan dari Provinsi Jambi melalui Kube (Kelompok

Usaha Bersama).38

d. Sosial Budaya

6. Pendidikan

Sarana Pendidikan yang ada di Kelurahan Kampung Nelayan :

1) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

38

Profil kelurahan Kampung NelayanKuala Tungkal, Tanggal 20 Februari 2019, Hlm. 13.

Page 45: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

32

Tabel 4.6

Pendidikan Anak Usia Dini

No Nama Sekolah Lokasi Keterangan

1 Miftahul Khair JL. Musyawarah RT.07

2 Sakinah JL. Manunggal II RT. 11

3 Anggrek II JL. Sentral RT. 17

4 Daaruttaufiq Jl. Bahari RT. 16

2) SD/ MI /Sederajat

Tabel 4.7

SD/ MI /Sederajat

No Nama Sekolah Lokasi Keterangan

1 SD N 14 / V Kuala Tungkal JL. SD 14

2 SD N 24 / V Kuala Tungkal JL. SENANGIN

3 SD N 190/V Kuala Tungkal JL. NURUL BAYAN

4 MI Nurul Bayan JL. NURUL BAYAN

5 MI Mambaul Ulum LRG. KANDAU

6 MI Tarbiyatul Islamiyah JL. SENTRAL

Page 46: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

33

3) Sarana Ibadah

Tabel 4.8

Sarana Ibadah

No Nama Tempat Ibadah Lokasi Ket

1 IFTIFAQUL MUSLIMIN JL. TENGGIRI RT. 01

2 SYAHADATUL

MUKKARAMMAH

JL. BAWAL RT. 05

3 SYA’ADATUL ABADIAH JL. BAHARI UJUNG RT.13

4 BAITUL ATIQ LRG. KANDAU RT.07

5 NURHASANAH JL. DELIMA RT.17

7. Hankam

a. Hukum

Masyarakat Kelurahan Kampung Nelayan yang terdiri dari suku dan

etnis selalu hidup rukun dalam bingkai Negara Kesatuan Republik

Indonesia dan selalu mentaati terhadap hukum yang berlaku di Republik

Indonesia serta tidak mengabaikan tatanan adat setempat walaupun terdiri

dari berbagai suku/etnis hal tersebut tidak menimbulkan

perbedaan/pertentangan dalam kehidupan sehari-hari didalam pergaulan

dilingkungan masyarakat itu sendiri dan tidak menghambat penerapan

Page 47: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

34

hukum serta telah menyadari adanya KADARKUN (Keluarga Sadar

Hukum), Dengan adanya kesadaran masyarakat akan hukum maka di

Kelurahan Kampung Nelayan telah bekerja sama dan berkoordinasi

dengan BKTM, Babinsa, Ketua RT serta masyarakat di lingkungan nya

masing-masing, adapun sarana pendukung keamanan tersebut seperti :

1) BKTM Pol Air = 1 Orang

2) BKTM Kepolisian = 1 Orang

3) Babinsa = 1 Orang

4) RT = 16 Orang

8. Keadaan penduduk

Kelurahan Kampung Nelayan yang heterogen penduduknya terdiri

berbagai suku bangsa seperti Suku Duano/Suku Laut, Banjar, Bugis, Melayu,

Jawa, Batak, Minang, Palembang dan lan-lain, walaupun terdiri dari berbagai

macam suku bangsa namun tetap hidup berdampingan dan tidak adanya

konflik yang berkepentingan antar suku dan ras.

9. Pembangunan

Pembangunan yang telah dilaksanakan selama tahun 2014 khususnya

Pembangunan Kantor Kelurahan Kampung Nelayan melalui Program Gemma

Desa yang beralamat di Jalan Manunggal II RT. 11 sertatelah

dilaksanakannya bedah rumah yaitu melalui Program Samisake sebanyak

Rumah dan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya Tahun 2014.39

39

Profil desa Kampung Nelayan Kuala Tungkal,tanggal 20 Februari 2019.Hlm, 15.

Page 48: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

35

10. Lingkungan hidup

`Untuk mendukung program lingkungan hidup yang sehat, peran

Pemerintah sebagai motivator sangat diperlukan. Disamping itu peran

masyarakat yang hidup dan berdomisili rata-rata di perairan juga sangat

diharapkan. Hal ini ditandai dengan perencanaan gerakan lingkungn bersih

terutama berrsih laut hal ini dapat dilihat dari kegiatan telah dilaksanakan

oleh Dirjen Strategi Pertahanan Kementerian Pertahanan Republik Indonesia

dalam menyambut Hari Nusantara dengan melaksanakan gotong royong

bersama nelayan membersihkan pesisir pantai laut dan Kegiatan yang

dilaksanakan Pemprov Jambi bekerjasama dengan Pemkab Tanjab Barat

yakni kegiatan gerakan Bersih Laut dan adanya penyuluhan kebersihan

lingkungan kepada masyarakat yang dilaksanakan oleh Kelurahan dan

instansi terkait.

B. Hasil dan pembahasan

1. Sejarah Suku Duano di Kampung Nelayan Kuala Tungkal

Menurut keterangan dari Bapak Raja sesepuh Suku Duano di Kampung

Nelayan Kuala Tungkal Tanjung Jabung Barat asal mula Suku Duano ini dari

Kepulawan Riau yang pada saat itu melakukan peyebaran lewat perairan

dengan menggunakan perahu-perahu mereka karna suku ini tergolong suku

yang tidak menetap tempat tinggalnya yang selalu berpindah-pindah hingga

sampailah ke Kampung Nelayan Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung

Barat, ke datangan Suku Duano ini sekitar tahun 1930 han menurut

penyampaian Bapak Raja, kemungkinan besar Suku Duano datang pada tahun

Page 49: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

36

tersebut karena pada tahun 1615 Belanda masuk ke Kota Jambi. Dan Jambi

malukan perlawanan terhadap Belanda Pada Tahun 1858 pada masa Sulthan

Tahaha Saifuddin, karena pada saat itu mereka ikut melakukan perlawanan

terhadap penjajahan Belanda dalam hal ini Suku Duano juga ikut terlibat dalam

melawan penjajahan sebagai mana suku-suku lainya, namun Suku Duano yang

dikenal hanya mendiami perairan hidupnya dihabiskan di dalam perahu

membuat Suku Duano termaksud suku tergolong penakut dimasa Penjajahan,

karena pada masa penjajahan Suku Duano haya bisa bersembuyi di suak-suak

kecil untuk menghindari serangan penjajah pada masa itu dengan

menggunakan perahu-perahu mereka.

“Kami pada saat Penjajahan sudah ada di Kampung Nelayan ni namun

kami tidak seperti sekarang ni bertempat tinggal dipesisir pantai kami masih

berdiam di dalam perahu pada masa penjajahan menghindari serangan belanda

kami bersembuyilah di suak-suak kecil di pinggir-pinggir pantai”.40

Sebagian pendapat juga mengatakan salah satu Sesepuh Suku Duano

bahwa Suku Duano ini berasal dari Jeddah (arab), sewaktu rasullullah

mengislamkan manusia di sana yang belum Islam, jadi ada sebagian orang di

sana takut di sunat, takut mati dipotong kemudian lari, mereka buat perahu 7

buah perahu dan setelah lengkap peralatannya berangkatlah orang tadi dari

Jed’dah sementara yang lain tidak ikut, kemudian siang malam belayarlah

orang itu, mereka meminta angin yang kuat untuk agar mudah berlayar.

Dengan tujuan yang tidak menentu kemana mau dituju, selama 7 hari 7 malam

40

Wawancara dengan bapak Raja sesepuh di Kampung Nelayan Kuala Tungkal, tanggal

20 Februari 2019.

Page 50: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

37

mereka berlayar di lautan lepas hanya dengan mengikut kemana arah angin

yang mengemudikan perahu layar mereka.

Setelah begitu lama belayar dengan tiada tujuan yang pasti mereka

melihat air di laut itu ada yang keruh tidak sama dengan air laut biasa

kemudian mereka mengarahkan perahu kesana dan setelah sampai ketempat

yang berair keruh tersebut mereka menancapkan pendayung ke bawah, ternyata

sampai ke pasir,.41

Karena sudah terlalu kelelahan dan akhirnya tertidur di

perahu masing-masing, kemudian setelah bangun perahu-perahu mereka tidak

bergoyang-goyang lagi seperti semula dan mereka melihat ke sekeliling

ternyata mereka berada di atas amparan pasir yang luas di namakan Pulau

Perca dan perahu-perahu sudah kandas tidak berada di atas air lagi.

Namun cerita ini hanyalah di artikan masyarakat sebagai Mitos belaka

karena cerita pelayaran yang mereka lakukan selama 7 hari 7 malam dari

Jeddah (Arab) tidak mungkin dilakukan dengan kurun waktu sesingkat itu,

namun kita juga tidak bisa menghilangkan atau tidak menerima pendapat orang

lain yang mungkin cerita itu memang tidak dapat kita terima namun kita bisa

menjadikan sebuah cerita mitos belaka di masa itu dan menjadikan bahan

perbandingan untuk hasil penelitian kita.

Pulau Perca yang dimaksud itu adalah Kampung Laut, karena pemekaran

daerah maka sekarang Kampung Laut di bagi menjadi 2 kelurahan yaitu

Kelurahan Kampung Laut dan Kelurahan Tanjung Solok di bawah naungan

Kecamatan Kuala Jambi, masyarakat suku Duano yang ada di daerah tersebut

41

Wawancara dengan Bapak Raja Sesepuh Suku Duanu Kampung Nelayan, Tanggal 19

Februari 2019.

Page 51: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

38

tepatnya di Jl. Trio Perkasa RT.07 Kelurahan Tanjung Solok Kabupaten

Tanjung Jabung Timur pada saat sekarang, sementara sebagian dari mereka

yang terus berlayar sekarang kebanyakan menetap di Sungai Belah, Cuncung

luar, Cuncung Dalam, Kuala Enok, Tembilahan dan daerah lain disekitarnya

yang termasuk dalam naungan Provinsi Kepulauan Riau. Di Provinsi Jambi

selain di Tanjung Solok Kabupaten Tanjung Jabung Timur masyarakat Suku

Duano dapat juga kita temukan di Kampung Nelayan Kabupaten Tanjung

Jabung Barat.

Di awal kedatangan ke Indonesia Suku Duano dikenal juga sebagai Suku

Kuala, atau Melayu Mantang kadang juga disebut Suku Laut atau Suku

Nelayan. Suku Duano merupakan salah satu suku proto melayu. Di lihat dari

sejarah Suku Duano ini asal mula buyut ayah kami ialah Melayu Mantang

Namun komunitas dan cara hidup yang berbeda. Untuk membedakanya, maka

orang-orang di Kampung Nelayan Kuala Tungkal lebih sering meyebut

komunitas ini dengan Suku Laut. sebenarnya asal mula dari nenek moyang

kami adalah Melayu mantang pada dasarnya juga sama kehidupan kami di

habiskan dilaut. Istilah Duano sendiri, muncul belakangan ini. Istilah ini

merupakan Bahasa Belanda, dari kata Duano yang berarti upeti, pajak, atau

cukai. Di masa Kerajaan Lingga, orang-orang ini sering disuruh Raja Lingga

untuk memungut pajak kepada setiap pemilik kapal yang sedang berlabuh.

Bahasa Duano merupakan bahasa yang unik bagi kalangan masyarakat

luas. Kata-kata Duano sendiri ada yang berbeda dan unik untuk di ucapkan

bagi Masyarakat atau Suku lain. Kata rumah misalnya, diungkapkan orang

Page 52: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

39

Duano adalah Bonu. Kalau dalam Bahasa melayu hanya beda pengucapan.

misalkan makan dalam Bahasa Duano Engkan. Kata meja, dalam Bahasa

Duano Meju. Menanyakan apa kabar mu, Aeng Kaba mu.

Suku Duano di Kelurahan Kampung Nelayan Tanjung Jabung Barat ini

menurut hasil wawancara penulis bahwa mereka berasal dari kepulauan Riau,

mereka adalah mayoritas nelayan yang hidup begantung dengan laut. Sebagai

sumber mata pencarian kehidupan mereka, mereka habiskan di tengah laut

untuk menghidupi keluarga mereka, karena dulunya mereka tidak menetap dan

sering berpindah-pindah dari daerah ke daerah yang lain hingga sampai pada

perairan Kampung Nelayan Kuala Tungkal Tanjung Jabung Barat. Seperti yang

Di ungkapkan Bapak Raja berikut ini:

“Ya karna dahulunya pada zaman penjajahan Belanda kami bersembuyi di

suak-suak kecil bagian tepi pantai menghindari serangan Belanda pada masa

itu,oleh karna itulah orang kami Suku Duano suka berdiam di tepi pantai

dahulunya kami berdiam di dalam perahu dan melakukan aktifitas pun di

dalam perahu dengan berkembangan jaman kami pun meyesuaikan diri

mulailah kami membikin pemukiman di tepi-tepi pantai, karena merasa

nyaman diam di tepi pantai kami menetaplah di Kampung Nelayan Kuala

Tungkal”.42

Suku ini mempuyai berapa sebutan seperti pada kepulawan Riau dan

Kelurahan Tanjung Solok Kecamatan Kuala Jambi disebut dengan Suku Bajau

dan Suku Laut namun terdapat di Kelurahan Kampung Nelayan Kuala Tungkal

disebut dengan Suku Duano, berdasarkan ovservasi penelitian pada tanggal 20-

Februari-2019 menurut salah satu tokoh masyarakat Suku Duano, yang

menjadi perbedaan antara Suku Bajau dan Suku Duano adalah menurut salah

42

Wawancara dengan bapak Raja sesepuh di Kampung Nelayan Kuala Tungkal, tanggal

20 Februari 2019.

Page 53: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

40

satu masyarakat Suku Duano mengatakan sejarah Suku Bajau adalah suku yang

hidup di lautan mulai, semua aktifitas menikah, dan beranak di laut, singkatnya

mereka melakukan rutinitasnya dan kehidupanya di laut, berbeda dengan Suku

Duano mereka memang mencari nafkah di laut namun tidak menetap di laut

seperti Suku Bajau, mereka tetap tinggal di daratan tepatnya di pesisir pantai

dan berbaur dengan masyarakat dan suku-suku lainya yang juga bertempat

tinggal di pesisir pantai sementara orang tua yang mencari nafkah pergi ke laut

dengan membawa perbekalan mulai dari perbekalan makanan, pakaian, sebab

mereka melakukan perjalanan yang cukup lama sampai berminggu-minggu di

tengah laut dan kemudian kembali lagi kepemukiman mereka membawa dan

menjual hasil yang mereka peroleh, namun ada juga sebagian dari mereka yang

tidak melaut tetapi menjadi penadah yaitu sebagai penjual ikan atau kerang

hasil laut yang di jual di pasaran.

“ Saat ini kami tidak lagi melakukan aktifitas sehari-hari seperti memasak,

mencuci dan aktivitas yang lainnya di atas sampan atau perahu dilautan, kalau

dahu nenek moyang kami memang seperti itu, dan dulu nenek moyang kami

juga belum memiliki agama masih meyembah matahari, pohon dan lain-lain,

namun kami sekarang sudah mempuyai agam yaitu Agama Islam dan tidak lagi

bermukim atau bertempat tinggal di laut tetapi kami menetap tempat tinggal di

dekat dengan laut.”43

Jumlah penduduk di Kampung Nelayan 9.152 orang, terdiri dari 4.522

laki-laki dan 4.630 perempuan dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1.763

Sementara itu jumlah penduduk suku laut (Duano) itu sendiri berjumlah 837

jiwa terdiri dari 4.36 laki-laki dan 3.21 perempuan dengan jumlah 1.85 kepala

keluarga toko masyarakat Suku Duano

43

Wawancara dengan bapak Raja sesepuh di Kampung Nelayan Kuala Tungkal, tanggal

20 Februari 2019

Page 54: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

41

Masyarakat Suku Duano dengan mata pencarian sebagai nelayan atau

Menongkah Kerang dan Udang Nenek yang berada di Rt. 04, dapatlah di tebak

beberapa penghasilan mereka perharinya. Kadang pulang membawa hasil yang

banyak dan terkadang juga membawa hasil yang sedikit, tidak ada ketentuan

tentang pendapatan mereka disana. Mereka beranggapan hal itu dipengaruhi

oleh musim. Hal itu dapat dibuktikan dari kehidupan mereka sehari-hari yang

hanya bergantung pada hasil tangapan udang nenek dan kerang. dan banyak

pula di antara mereka yang menjadi buruh nelayan, yang kerjanya hanya

membersihkan udang dan kerang di gudang. Menurut penuturan dari Bapak

Lurah, banyak dari mereka yang tidak mempuyai tempat tinggal sendiri bahkan

ada yang menumpang di tanah orang lain. Kehidupan Suku Duano yang selalu

berhadapan dengan paparan sinar mata hari, rentan dengan ombak untuk

mencari nafkah untuk keluarga mereka, disaat musim gelombang dan angin

pada bulan Desember hingga Maret, seperti penuturan dari masyrakat Duano :

“itulah terkadang kami bingung saat musim ombak kuat dan angin di

bulan Desember hingga Maret nak berbuat ape, saat-saat itulah kami tidak bisa

mencari ikan atau kerang karnah musim yang tidak bersahabat dengan kami

sedangkan kami mau mengidupi keluarga dan anak-anak kami. Kami hanya

punye perahu dan pompong kecil yang memiliki layar tak memadai, belum lagi

ditambah jika BBM naik. Kalau sudah begitu dengan terpakse kami ke toke

atau bos tempat kami jual Udang Nenek dan kerang nak minjam duit, kalau dak

macam ini nak ngasi ape keluarge dirumah itulah kendala kami kalau lagi hari

yang tidak bersahabat dengan kami pada bulan desember hingga maret.”44

Suku Duano yang berada di Kampung Nelayan Kuala Tungkal telah

lama bermukim di perkampungan di pesisir pantai, pemukiman mereka yang

44

Wawancara dengan bapak Bahria nelayan di Kampung Nelayan Kuala Tungkal, tanggal

20 Februari 2019.

Page 55: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

42

juga tidak jauh beda dengan pemukiman masyarakat lainya, sehingga tetap

mudah menjalankan aktivitas melaut. Di antara kegiatan yang mereka lakukan

selain mencari bekal kehidupan keluarga sehari-hari, ada kebiasaan yang sering

mereka lakukan saat sore hari setelah pulang dari laut, setelah berhari-hari di

laut mereka berkumpul, bercerita, bergurau untuk melepaskan rasa lelah yang

ada selepas pulang dari mencari nafkah kebahagian ini hanya bisa merika

lakukan saat-saat ada waktu ketika berkumpul bersama keluarga saja. Anak

bagi mereka jika telah mampu dan sampai umurnya mereka ikut kelaut,

sehingga anak tak segan-segan ikut melaut bersama ayahnya, untuk membantu

orang tua mengais rezeki, bahkan tak menutupi kemungkinan bagi mereka

yang sudah tau mencari uang dan tidak mau lagi bersekolah, dan ada juga yang

rela bolos sekolah untuk agar mereka bisa membantu perekonomian keluarga.

2. Sistem mata pencaharian Suku Duana di Kampung Nelayan

KualaTungkalTanjung Jabung Barat

a. Tongkah

Menurut kamus besar bahasa indonesia Tongkah adalah salah satu alat

bantu yang tergolong unik yang digunakan untuk mencari kerang dan

udang nene di padang lumpur. Kegiatan ini adalah dengan menggunakan

sebuah papan sebagai tumpuan sebelah kakinya dan tempat

mengumpulkan kerang yang telah di dapatkan. Sementara sebelah kakinya

lagi adalah pengayuh tongkah. Sebuah tongkah biasanya terbuat dari

sebuah kayu besar dalam keadaan utuh, panjang tongkah rata-rata 2 M s/d

2,5 M dengan lebar 50 Cm dan ketebalan 3 Cm s/d 5 Cm. Tongkah

Page 56: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

43

umumnya terbuat dari jenis kayu pulai jelutung dan lain-lain, kedua ujung

tongkah berbentuk lonjong dan melentik ke atas, hal ini dimaksudkan agar

pergerakan lancar dan kalau kurang melentik sering kali tongkah

menghujam menancap ke dalam lumpur, bentuk tongkah secara umum

seperti papan selancar.

Tongkah ini adalah salah satu alat pencarian nafkah bagi Suku Duano

untuk mencari kerang dan udang nene memakai tongkah memang agak

sulit dan membutuhkan tenaga yang luar biasa karena kita melakukanya di

atas lumpur dengan berpangku kekuatan haya satu kaki saja, tongkah ini

sangat populir di gunakan oleh masyarakat Suku Duano, namun seiring

perkembangan teknologi suku ini mulai mengubah perupisi mereka, tak

banyak lagi masyarakat Suku Duano yang menggunakan tongkah dalam

mencari nafkah, banyak sudah di antara mereka merubah sistem mata

pencarian mereka dengan menggunakan jaring, belat, dan sondong, seperti

yang di lakukan oleh Bapak Rasid salah satu masyarakat Suku Duanao

yang kini menggunakan jaring untuk mencari udang ketak.

“kami merasa kami tertinggal dengan nelayan yang lain yang

menggunakan alat-alat lain untuk mencari kerang dan udang, dan juga

kami ingin tidak haya mencari kerang dan udang nene saje yang kami cari,

tapi kami juga mulai berpikir ingin mencari ikan, udang menggunakan

jaring atau alat tangkap lain dan memakai perahu atau pompong yang

digunakan nelayan lain dan kini kami merasa nyaman menggunakan alat

tangkap sekarang dibandingkan cara kami yang dulu yang harus berburu

diatas lumpur dengan menggunakan tongkah kini pun kami juga bisa

mendapar hasil yang lebih daari pada biasanya klau dulu kami menongkah

dapat 50/100 ribu perhari kini kami bisa menghasilkan 500/700 ribu

perharinya”45

45

Wawancara dengan bapak Bahria nelayan di Kampung Nelayan Kuala Tungkal, tanggal

20 Februari 2019.

Page 57: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

44

Berbicara mengenai sistem mata pencarian. Sistem mata pencarian

masyarakat yang masih bersifat tradisional tentu hanya berpusat dengan

berburu, berternak, bercocok tanam dan menangkap ikan. Seperti halnya

masyarakat Suku Duano mereka hanya berpusat dengan mata pencarian

mereka sebagai nelayan. Hanya saja bedanya mereka hanya menangkap

Udang jenis Nenek dan juga kerang menagkap ikan dan sejenisnya, lalu

hasil yang didapat mereka jual kepada pembeli (Tokeh).

Namun pada saat ini sistem mata pencarian sudah berkembang pesat

dengan ditandai dengan banyaknya prupisi dalam masyarakat. Begitu juga

masyarakat Suku Duano mulai bayak berpindah peropisi menjadi

pedagang, tokeh, nelayan namun sudah menggunakan pompong atau

terol,tidak lagi hanya bisa mengandalkan mata pencarian yang bersifat

tradisional saja sebagai nelayan yang cukup mengenal kemajuan zaman

pada saat ini. Karena mereka sudah mulai mengenal alat-alat modernisasi.

Adapun sistem mata pencarian yang dipilih oleh masyarakat Suku

Duano dahulunya menongka alat untuk mencari kerang atau udang nene

namun saat ini masyarakat Kampung Nelayan Kuala Tungkal tidak lagi

terpatok dengan menongka saja sebagai mata pencarian merika namun

bayak juga yang berperupisi sebagai pedagang, tokeh, menjaring, dan

menerol, karena kondisi geografis setempat yang merupakan laut sehingga

mendukung masyarakat setempat untuk menjadi seorang nelayan. Dan

diperkuat pula dengan sistem yang mereka anut seperti yang diwariskan

oleh nenek moyang mereka dan sesuai dengan kemampuan dan letak

Page 58: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

45

geografis yang mendukung mereka untuk menjadi seorang nelayan.

Seperti yang di ungkapkan oleh Bapak Raja berikut ini:

“ kami ni dibilang masyarakat orang laut memang diam dekat-dekat

pinggir pantai, dan kebetulan pule lokasi dan desa kami juga dekat dengan

laut sehingga kami hanya bise memamfaatkan kondisi yang ada, bagi

sebagian orang kami ada juga yang anaknya sekolah tinggi sudah, jadi dak

ada ikut melaut lagi tapi kerja lain.”46

Mata pencarian masyarakat Suku Duano sebagai nelayan, untuk

membantu masyarakat dalam bekerja, penulis melihat ada keunikan dari

alat yang digunakan masyarakat dalam bekerja ketika melaut. Bahwa pada

masyarakat tradisional yang berpindah-pindah atau masyarakat yang hidup

dari pertanian mengenal tujuh macam tehnologi tradisional yang salah

satunya adalah alat-alat produktif yaitu alat-alat untuk melaksanakan suatu

pekerjaan berupa alat sederhana seperti batu untuk menumbuk gandum

atau untu menumbuk padi dan alat-alat berteknologi kompleks seperti alat

untuk menenun kain. Jenis-jenis alat-alat produktif ini dapat dibagi

berdasarkan bahan mentahnya yaitu yang terbuat dari batu, kayu, logam,

bamboo, dan tulang binatang. Adapun alat teknologi tradisional yang

digunakan masyrakat Suku Duano disebut dengan Papan Tongkah. Jadi

masyrakat ketika melaut mereka harus menongkah untuk mendapatkan

udang atau kerang.

Menongkah berasal dari kata dasar Tongkah yang berarti sebilah

papan datar dari kayu alam. Tongkah adalah papan untuk tumpuan ( titian

) biasanya dipasang ditempat becek atau basah. Kuala Jambi, Tongkah

46

Wawancara dengan bapak Raja sesepuh di Kampung Nelayan Kuala Tungkal, tanggal

20 Februari 2019.

Page 59: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

46

adalah salah satu alat bantu yang tergolong unik yang digunakan untuk

mencari atau menangkap kerang dan udang nenek, Tiangan dalam ialek

Duano. Tongkah digunakan oleh masyarakat sedangkan aktifitasnya

disebut mengongkah (Mut tiangan- dalam dialek Duanu atau Mud Ski atau

Ski Lumpur).

Sementara menongkah kerang adalah tehnik suku Duano Islsm

menangkap udang nenek dan kerang di lumpur. Kegiatan ini adalah

dengan mengunakan sebilah papan sebagai tumpuan sebelah kakinya dan

tempat mengumpulkan kerang yang telah didapatkan. Sementara sebelah

kakinya lagi dalah sebagai pengayuh tongkah, sebuah tingkah biasanya

terbuat dari belahan kayu besar dalam keadaan utuh, tetapi tidak jarang

juga tongkah terdiri dari gabungan dari belahan papan.

“Kami sekarang tidak lagi bikin kayu papan tongkah tapi kami

sekarang bayak beli dengan orang kalian,beli yang sudah jadi tidak lagi

bikin dewek, Papan tongkah tu biasanye di buat dari kayu pulai tapi bise

juge pakai papan meranti tapi harus ditambah biak lebar, karena papan

meranti agak ringan sebagai penganti kayu pulai sebab kayu tu sudah

susah nyarinye, kalaupun ade harganye tu mahal. Care buat papan tongkah

dari kayu pulai tu pertame-tame kayu pulainye dibelah, selesai dibelah

barulah di pahat biak ujung-ujungnye tu melentik keatas, papannye juge

disugu biyak halus. Enaknye pakai papan tongkah yang dibuat dari kayu

pulai dak ade lubangnye, jadi dak banyak nian lumpur naik diatas papan

tongkah,paling hanya da disampingnye,lain kalau yang dibuat dari kayu

meranti lumpur bise naik dari tengahnye soalnye kalau buat dari papan

meranti ni due papan tu digabungkan supaya lebar tengah-tengah papan

tongkah tu ade lubang, di situlah lumpur naik, papan lambat, papannye

penuh oleh lumpur jadi berat papan tingkahnye.panjang papan tongkah tu

biasanye 2 M s/d 2,5 M lebar 50 Cm s/d 80 Cm dengaan ketebalan 3 Cm

s/d 5 Cm”47

47

Wawancara dengan bapak Umar nelayan di Kampung Nelayan Kuala Tungkal, tanggal

21 Februari 2019.

Page 60: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

47

Pada umumnya membuat tongkah dari jenis kayu pulai dan jelutung

dan lain-lain. Kedua ujung tongkah berbentuk lonjong dan melentik

keatas, dengan bertujuan agar pergerakannya dapat lancar jika papan

kurang lentik acapkali tongkah menghujam atau menancap de dalam

lumpur, bentuk dari tongkah itu sendiri secara umumnya seperti papan

selacar yang digunakan olahragawan air.

“ masyarakat Duano itu pada umumnya adalah sebagai nelayan dan

mereka adalah nelayan tangkap. Menongkah dengan alat tangkap

tongkahnya. Suku Duano atau Suku laut merupakan masyarakat yang

berpindah-pindah atau nomaden, yang dari satu tempat ketempat lain dari

satu pulau kepulau yang lain, dari satu ceruk keceruk lain dalam kerangka

untuk memenuhi kehidupan mereka sebagai nelayan”.48

Menongkah merupakan sebuah aktifitas yang unik, atau khusus yang

dimiliki oleh masyarakat Duano. Dalam mencari kerang, alat mata

pencaharian ini juga tidak dimiliki oleh komunitas-komunitas lain hanya

ada pada masyrakat Duano, karena mereka menongkah dengan sekeping

papan di atas hamparan pantai yang sangat becek dan cukup licin.

“care kite pake papan tongkah tu, badan kite di atas papan

tongkah,kaki sebelah didalam lumpur dipake untuk mendayung di lumpur,

dan kaki sebelah nye lagi tetap lah diatas papan tongkah, gunanye agar

mempermudah kite tu jalankan di atas lumpur, kalau dak pake papan

tongkah bejalan diatas lumpur tu susah bise-bise kite tebenam, soalnye

lumpur tu lembek”.49

Dengan demikian maka dapat kita ketahui masyarakat menggunakan

kayu pulai untuk membuat papan tongkah, terkadang masyarakat juga

mengunakan paralon, namun kwalitas dari kedua bahan tersebut berbeda.

48

Wawancara dengan bapak Raja sesepuh di Kampung Nelayan Kuala Tungkal, tanggal

20 Februari 2019. 49

Wawancara dengan bapak Umar nelayan di Kampung Nelayan Kuala Tungkal, tanggal

21 Februari 2019.

Page 61: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

48

jika mengunakan kayu pulai sebagai bahan untuk membuat tongkah akan

lebih mudah di gunakaan dan lebih awet sedangkan apabila mengunakan

paralon maka agak susah pergerakan dari tongkah itu sendiri dan

cenderung tidak tahan lama.

Untuk mengetahui lebih mendalam bagaimana prosesi ketika

masyarakat Duano melakukan aktifitas kerjanya (melaut). Berikut penulis

uraikan ke dalam dua tahapan, yaitu tahapan persiapan dan tahapan

melaut:

a) Tahap Persiapan

Sebelum masyarakat Suku Duano pergi melaut, biasanya

mereka terlebih dahulu mempersiapkan segala sesuatu yang

diperlukan seperti melihat mengecek mesin perahu atau pompong

yang akan mereka gunakan apakah dalam kondisi yang bisa

digunakan untuk dibawa melaut, mengisi Bahan Bakar Minyak jenis

solar terlebih dahulu untuk pompong, meyiapkan papan tongkah,

tempat atau bak yang digunakan untuk meletakkkan kerang mapun

udang nene, dan tak lupa mereka mempersiapkan alat penerang seperti

lampu untuk berjaga-jaga apabila nantik diperlukan jika mereka pergi

melaut di malam hari. Lalu mereka juga mempersiapkan pembekalan

untuk mereka makan dilaut jika sedang istirahat dari rutinitas kerja

mereka. Masyarakat Suku Duano masih mempergunakan cara

tradisional yaitu dengan cara menggunakan papan tongkah untuk

menangkap udang nene dan kerang. Pengunaan dari papan tongkah ini

Page 62: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

49

sendiri tergolong unik karena dalam proses pengunaannya sama

dengan seperti saat mengunakan alat untuk bermain Ski Air , hanya

saja papan tongkah di gunakan dilumpur. Gunanya dari papan tongkah

itu sendiri untuk mempermudah dari nelayan atau masyarakat Suku

Duano untuk mencari kerang dan udang nenek yang berada di lumpur.

b) Tahapan Melaut

1. Mencari Kerang

Dalam proses mencari kerang masyarakat Suku Duano

mengunakan alat utamanya yaitu papan tongkah agar dapat

mempermudah mereka berjalan diatas lumpur, mereka juga membawa

keranjang agar bisa menyimpan kerang yang telah mereka cari. Proses

mencari kerang pada umumnya tergolong sederhana, karna hanya

mengerakan papan tongkah ke arah kerang yang berada di dalam

lumpur dengan ditandai dengan adanya lubang-lubang kecil di atas

permukaan lumpur.

2. Mencari Udang Nenek

Proses dalam mencari udang Nenek pada dasarnya tidak jauh

berbeda dengan proses pencarian kerang, karena sama-sama

mengunakan papan tongkah dan bak/keranjang untuk menampang

udang nenek, namun dalam proses pencarian udang nenek ini biasanya

masyarakat Suku Duano mengunanakan kayu bulat panjang yang

ujungnya diberi alat yang berbentuk bukat dan berbahan plastik yang

tebal (alat pompah). Cara untuk menangkap udang nenek Masyarakat

Page 63: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

50

Suku Duano menaiki papan tongkah dan mengerakkan papan tongkah

ke arah lobang udang nenek bersarang. Biasanya untuk mengetahui ada

atau tidak nya udang nenek masyarakat Suku Duanuo mereka melihat

adanya lubang-lubang Di permukaan tebing ( pantai ).

Alat pompah digunakan setelah berada di lubang tempat udang

nenek berada dengan cara memompa di dalam lubangnya. Jika udang

nenek sudah keluar dari sarangnya barulah mereka mengambil udang

tersebut dan menyimpannya di dalam bak/keranjang yang sudah

disediakan sebelumnya. Masyarakat Suku Duano tidak bisa memastikan

pergi melaut, siang, sore atau malam dalam mencari kerang dan udang

nenek karena air laut surut tidak menentu. Seperti yang dikatakan oleh

Bapak Umar berikut ini:

“pergi melaut itu tidak tentu, kadang kami pegi pagi, sore juge

ade kadang-kadang malam pun kami pergi kelaut juge semuanye tu

tergantung air lautnye surut nye kapan. Bile air laut pasang kami tak

bise nongkah. Hasil yang kami dapat tu kami jual ke bos yang membeli

hasil tangkapan kami”50

.

Apabila air surut di malam hari nelayan menggunakan alat

penerang untuk mencari udang dan kerang jika sudah terkumpul

semuanya barulah kerang dan udang nenek di letakkan ditempat yang

telah disediakan. Dari paparan di atas dapat Kita simpulkan bahwa

masyarakat Suku Duano bisa melaut kapan saja dengan waktu yang

tidak tentu. Kadang siang, sore dan bahkan malam hari, semuanya

tergantung kepada cuaca saat itu dan keadaan surutnya air laut.

50

Wawancara dengan bapak Umar nelayan di Kampung Nelayan Kuala Tungkal, tanggal

21 Februari 2019.

Page 64: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

51

b. Pedagang

Pedagang adalah salah satu cara pemasaran produk meliputi semua

aktivitas yang melibatkan penjual barang secara langsung ke konsumen

akhir untuk penggunaan peribadi, seorang yang menjalankan bisnis ini

adalah pengencer pedagang juga mudah kita temui dimana saja tidak

haya di kota besar saja pedagang juga bisa kita temui di perdesaan,

banyak sekali masyarakat yang menjadi pedagang dalam mencari nafkah,

salah satunya adalah masyarakat Suku Duano yang kita tahu bahwasanya

masyarakat Suku Duano mata pencaharianya adalah Menongkah namun

banyak sudah diantara mereka yang berubah profesi menjadi pedagang.

Berdagang juga salah satu mata pencarian Suku Duano sebagian di

antara mereka, ada mempuyai warung kecil-kecilan untuk menambah

penghasilan merika selain nelayan saja seperti yang dilakukan Bapak

Jaka masyarakat Suku Duano beliau adalah dulunya seorang pelaut asli

salah satu Suku Duano namun karena sering laut yang tidak bersahabat,

angin kencang, obak kuat, membuat Bapak Jaka ini berpikir untuk

mencari usaha tambahan selain nelayan saja, dan hasil laut yang tidak

menentu setiap harinya membuat Bapak Jaka membuka usaha dagang

untuk menambah hasil perekonomian merika dan dagangan ini ditunggu

oleh istrinya namun beliau tetap melaut.

Page 65: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

52

Dari segi kehidupan melaut dengan hasil tangkap yang tidak kita

ketahui membuat Bapak Jaka berusaha berpikir untuk mencari

perekonomian tambahan tidak mudah mencari masyarakat Suku Duano

yang merubah profesi mereka sebagai nelayan yang mereka lakukan dari

nenek moyang mereka hingga dapat merubah mata pencaharian sebagai

pedagang dengan masih kentalnya pemikiran mereka nelayan sebagai

mata pencaharian mereka. Merasakan sebagai pedagang Bapak Jaka

juga merasakan kehidupanya lebih mudah dibanding dengan haya

menjadi nelayan saja dan merasa terbantu karna usaha yang di kelolanya

di jaga oleh istrinya dan ia pun menuturkan semenjak mempuyai warung

kecil-kecilan ini dirinya pun bisa istirahat untuk tidak melaut, karena ada

hasil kalaupun tidak pergi melaut untuk beberapa hari. Kalau dahulu

haya sekedar melaut saja boleh di katakan tidak ada istirahat untuk

melaut karna disitulah tempat mereka mencari nafkah.

“kami ni kan istri kami tinggal di rumah ngurus anak dan dak ada

yang di gawe pikir-pikir kami nambah-nambah penghasilan kami buka

warung lah supaya istri kami ni dak suntuk lah die diam dirumah sambil

bantu-bantu penghasilan kami lah yang melaut, kami ni anak 3 itu yang

pertama sudah sekolah MTS satunya lagi SD jadi bayak lah pengeluaran

kami perharinya yang kami pikirkan”51

c. Berkebun

Berkebun adalah salah satu kegiatan sosial yang mana perkebunan

dilakukan dengan cara memanfaatkan lahan non-produktif di perkotaan

dengan cara menanaminya dengan berbagai macam tanaman yang

51

Wawancara dengan bapak Jaka pedagang di Kampung Nelayan Kuala Tungkal, tanggal

21 Februari 2019.

Page 66: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

53

bermanfaat dan menjadikan sebagai kebun yang produktif, berkebun

juga bayak tahapan-tahapanya yang diisi oleh kegiatan yang sangat

menyita waktu dan butuh waktu yang lama, hampir separuh permukaan

bumi ini penuh dengan perkebunan karena dengan hasil panen yang

menjanjikan membuat sebagian orang bayak melakukan pergelutan ini,

walaupun di lakukan dengan kurun waktu yang cukup lama membuka

lahan juga harus bisa melihat posisi tempat kita membuka lahan

perkebunan karena harus bisa mempertimbangkan akses yang bisa

mempermudah kita untuk membuka lahan perkebunan, tidak sampai di

situ saja kita juga harus tau kadar tanah yang kita kelola karena lahan

yang baru dibuka kadar tingkat ke asamanya masih sangat tinggi

sehingga tidak baik untuk bibit yang kita tanam, adapun tahapan dalam

mengelola perkebunan sebagai berikut.

1. Merancap atau menebas

Meracap betujuan untuk membersihkan lahan-lahan dari semak-

semak dan pohon-pohon kecil pekerjaan ini dengan menggunakan

parang atau kapak yang berukuran kecil untuk membersihkan lahan

tersebut menebang pohon yang kecil-kecil dan menebas rumput-

rumput dilahan tersebut kegunaan dari Merancap adalah untuk

mempermudah nanti di waktu penebangan pohon-pohon besar.

2. Penebangan pohon

Penebangan dilakukan untuk secara selektif dengan dengan

menggunakan senso agar memudahkan pekerjaan kita dan bisa

Page 67: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

54

meyelesaikan kurun waktu yang cukup cepat, melakukan

penebangan juga harus menyisakan sejumlah pohon-pohon yang

berguna seperti kayu-kayu besar yang ukuranya jumbo gunanya

adalah nantinya akan di bikin menjadi papan, tongkat, pondasi

rumah, dan lain-lain yang bertujuan nantinya untuk membangun

pondok-pondok kecil di lahan yang kita buka untuk Perkebunan

tersebut yang digunakan adalah kayu tersebut.

3. Pemotongan cabang dan ranting

Pekerjaan ini dilakukan untuk memotong cabang-cabang dan

ranting-ranting pohon yang sudah ditebang. Potongan cabang dan

ranting lalu dikumpulkan di lokasi tertentu yang masih bisa

dijangkau matahari sehingga bisa mempermudah pengeringan

ranting yang tadinya kita kumpulkan lalu kita bakar saat-saat musim

curang hujan yang dibakar secara perlahan sedangkan kayu besarnya

dibiarkan begitu saja dengan lapuk sendirinya.

4. Tahapan penanaman bibit

Pada tahapan ini petani sudah melakukan penanaman yang mana

bibit yang sudah lama di bibitkan karena pada saat ini kadar asam

sudah kurang, dan tanah juga sudah normal penanaman bibit ini

dilakukan yang lebih baik saat-saat curah hujan yang cukup baik agar

bibit tidak kekeringan dan tidak mudah mati saat-saat penanaman

dilakukan.

Page 68: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

55

Dari hasil opservasi saya dilapangan saya menemukan salah satu

tokoh masyarakat Suku Duano yang tidak lagi melaut namun masih

bertempat tinggal pesisir pantai beliau tidak lagi melakoni pekerjaan

seperti masyarakat Suku Duano umumnya yang melaut, tapi bapak ini

membuka kebun sendiri dan membuka lahan orang lain,setelah empat

tahun mempuyai hasil dibagi dua dengan yang punya lahan yang di

kelola itu ditanami pinang dan kelapa, inilah yang di lakukan Bapak Lani

yang salah satu Suku Duano yang pindah profesi sebagai pekebun yang

dulunya profesinya melaut juga.

Dari yang kita ketahui bahwasanya Suku Duano yang dulu Mata

Pencaharianya adalah nelayan kini diantara mereka juga ada yang

berkebun, sama dengan masyarakat lainya yg berada di Kuala Tungkal

mereka juga berkebun pinang dan kelapa untuk memenuhi kehidupan

mereka, dan mulai berpikir bahwasanya tidak bisa hanya sekedar nelayan

saja sebagai sumber kehidupan bagi mereka

“angin kuat, cuaca yang dak bagus, hasil tangkapan yang tidak

menentu yang membuat kami ingin berkebun, kalau kita kerja laut ikan di

laut dak nampak dak tau hasilnya berapa apakah banyak atau tidak dan

kerja laut air yang nentukan kita kapan kita harus pergi kelaut, tetapi kalau

kita berkebun terserah kita mau pergi jam berapa, dan berkebun sudah

pasti ada hasil yang di tunggu setiap teripnya atau satu bulan sekalai atau

tiga bulan sekali kami nyabit pinang dan kelapa dan kerjanya pun bisa

santai”52

3. Alasan masyarakat mempertahankan sistem mata pencarian sebagai

nelayan

52

Wawancara dengan bapak Lani pekebun di Kampung Nelayan Kuala Tungkal, tanggal

22 Februari 2019.

Page 69: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

56

Di Provinsi Jambi terdapat Masyarakat Suku Duano mereka

bertempat tinggal di daerah pantai Kampung Nelayan, yaitu di Kuala

Tungkal Tanjung Jabung Barat. Suku Duano sudah lama menetap di

daerah tersebut mulai dari adanya pelayaran antar pulau mereka sudah

menempati Kampung Nelayan sampai saat ini. Jika ditinjau dari tingkat

pendidikan Suku Duano yang ada di Kampung Nelayan Kuala Tungkal

Tanjung Jabung Barat mulai mengenal pendidikan, sekarang anak-anak

mereka sudah mulai bersekolah ada yang masih Sekolah Dasar (SD) dan

ada juga yang sudah melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Secara Geografis Kampung Nelayan menghadap ke laut lepas.

Suku Duano yang ada di Kampung Nelayan Kuala Tungkal Tanjung

Jabung Barat ini sudah bisa hidup berdampingan dengan masyarakat

setempat, hal ini terbukti ada beberapa dari mereka menikah dengan

masyarakat suku lain yang menetap di daerah tersebut. Tanjung Solok

ditempati oleh berbagai macam suku/etnis diantaranya Suku Bugis,

Melayu, Jawa, Sunda, Banjar, Melayu Jambi, dan termasuklah Suku

Duano yang juga menempati daerah tersebut.

Suku Duano yang ada di Kampung Nelayan Kuala Tungkal

Tanjung Jabung Barat secara umum pekerjaan mereka sebagai nelayan

penangkap ikan laut. Hasil tangkapan yang diperoleh dalam sehari tidak

dapat dipastikan tergantung keadaan cuaca, jika cuaca bagus penghasilan

mereka akan banyak banyak begitu juga sebaliknya, sebagian besar

Masyarakat Suku Duano melaut bekerja sebagai buruh laut, mereka tidak

Page 70: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

57

mempunyai kendaraan dan alat tangkap sendiri sehingga pendapatan

mereka tersebut setelah dikurangi dengan ongkos minyak harus dibagi

antara pemilik dengan buruh laut. Pembagian hasil tangkapan antara

pemilik alat dengan para pekerja dengan cara: semua hasil tangkapan

dalam sehari dibagi dua terlebih dahulu antara pemilik alat dengan pekerja,

setelah itu baru dibagi lagi dengan berapa orang pekerja dalam satu alat

tangkap tersebut, hasil bagian antara beberapa pekerja tadi yang menjadi

pendapatan harian setiap pekerja buruh laut Masyarakat Suku Duano,

dengan penghasilan menjadi buruh laut yang tidak menentu, namun jarang

sekali kita temukan mereka bekerja dalam bentuk usaha lain seperti

bertani, berladang, berdagang, wirasuasta dan lain sebagainya.

Tetapi sekarang ada beberapa dari mereka yang sudah mulai

bekerja dalam bentuk usaha lain seperti berdagang ikan, udang, dan terasi

namun penghasilan yang mereka dapatkan tidak mencukupi untuk

memenuhi kebutuhan hidup mereka, pendapatan dari kegiatan berdagang

dan mencari ikan di laut hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup

mereka sehari-hari saja, tidak dapat menyisihkan uang untuk keperluan

lain. Misalnya menabung, sementara masyarakat lain yang mempunyai

pekerjaan sama dengan mereka bisa hidup lebih layak jika kita bandingkan

dengan kehidupan Masyarakat Suku Duano di daerah tersebut.

Profesi sebagai nelayan merupakan suatu profesi yang telah

diwariskan oleh nenek moyang dari masyarakat Suku Duano dan telah

menjadi keahlian dari masyarakat itu sendiri dalam mencari udang nenek

Page 71: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

58

dan kerang yang mengunakan papan tongkah sebagai alat utama dalam

rutinitas tersebut. Pendidikan dari masyarakat Suku Duano ini sendiri pada

umumnya berpendidikan rendah dimana mayoritas nya paling tinggi

tingkatan pendidikannya yaitu SMA sehingga menjadi salah satu

penghambat masyarakat Suku Duano yang berada di kuala jambi dan

memilih menjadi nelayan sebagai salah satu pekerjaan tetap mereka.

Mereka juga memiliki alasan tersendiri untuk tetap memilih pekerjaan

sebagai nelayan, alasannya yaitu penghasilan melaut terkadang tak

menentu terkadang mereka mendapatkan penghasilan yang banyak dan

cukup menguntungkan tetapi terkadang juga sedikit, seperti yang

diungkapkan oleh bapak Rudi berikut ini:

“ mayoritasnye dak ade yang mengenyam pendidikan same sekali.

Kami hanye bisa melaut itu pun masih make peralatan yang seadanye yang

masih bersifat tradisional care pakainye pun lebih mudah dan dipami oleh

masyarakat sini serta lebih murah dari peralatan yang modren,keadaan

gografis tempat kami juge mendukung buat kami menjadi seorang

nelayan. Mungkin pekerjaan sebagai nelayan ni sudah turun menurun dari

nenek moyang kami yang melaut juge dahulunye sehingge kami yang anak

cucunye ni meneruskan tradisi melaut untuk memenuhu perekonomian

keluarga kami”.53

Pendidikan yang rendah menjadi faktor dari masyarakat Suku

Duano dimana mereka hanya bisa menjadi nelayan, dan ditambah pula

dengan keadaan geografisnya memperkuat alasan untuk tetap bertahan

dengan profesi sebagai nelayan, selain alasan-alasan itu mereka juga tidak

mungkin bisa meninggalkan tradisi nenek moyang Suku Duano itu sendiri

karena hal tersebut sudah menjadi kearifaan budaya lokal yang perlu

53

Wawancara dengan bapakUmar nelayan di Kampung Nelayan Kuala Tungkal, tanggal

21 Februari 2019.

Page 72: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

59

dilestarikan, bahkan anak-anak nya yang beranjak remaja pun sudah

mengikuti jejak orang tuanya untuk melaut.

Selain itu alasan mengapa masyarakat Suku Duano masih

mempertahankan mata pencarian mereka yaitu karena alat yang digunakan

untuk melaut terbilang murah dapat dibuat sendiri tanpa mengeluarkan

banyak biaya, seperti yang diungkapkan oleh bapak Baharia berikut ini:

“Untuk buat tongkah dak ada susah dak cuman dari papan pulai be,

die juge lebih mudah digunakkan untuk ngambek kerang, lagian juge

papan tongkah ni sudah jadi turun temurun dari nenek moyang kami, tapi

kini bayak sudah orang kami makai jaring untuk cari udang tapi modalnya

agak besak tapi memudahkan kami, kalau dulu dilumpur kami sekarang di

dalam pompong be tinggal terjunkan jaring tapi tu lah jaring harus sering-

sering di ganti mudah rusak beda dengan tongkah bisa di pakai betahun-

tahun.”54

Papan tonggkah merupakan warisan dari nenek moyang suku

duano sehingga saat ini masih dipergunakan dan dipertahankan oleh

masyarakat sebagai alat untuk menunjang dalam rutinitas mereka

menangkap udang nenek dan kerang, masyarakat Suku Duano berangapan

hal semacam itu harus tetap dilestarikan serta dipertahankan.

“karna kegiatan kami ni cume ngambil kerang same udang nenek

pakai tongkah tu sudah jadi tradisi dan menjadi kebiasaan yang turun

menurun dari nenek moyang kami, oleh karna tu lah kami ni masih

mempertahankan dan mempelihara nye walapunterkadang tu penuh

dengan resiko, kadang kami kerap kali kene gigit ular , nemu ikan beracun

namun macam mane lah lagi kami masih tetap juge lah mempertahankan

papan tongkah ni, tak ada pilihan lain lagi selain itu dengan keterbatasan

pendidikan kami ni yang rendah jadi kami susah cari kerje lain”55

54

Wawancara dengan bapak Bahari nelayan di Kampung Nelayan Kuala Tungkal, tanggal

20 Februari 2019. 55

Wawancara dengan bapak Umar nelayan di Kampung Nelayan Kuala Tungkal, tanggal

21 Februari 2019.

Page 73: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

60

4. Upaya yang dapat dilakukan masyarakat suku duanu dalam

mempertahankan hidup dan memajukan perekonomian di Kampung

Nelayan Kuala Tungkal

Pekerjaan masyarakat suku duanu yang ada di Kampung Nelayan

Tanjung Jabung Barat ini secara umum adalah sebagai nelayan penangkap

ikan dan segala hasil tangkapan laut. Alat-alat yang digunakan seperti

Perahu, Pompong/ ketek, jala, jaring, belat dan alat-alat lainnya sebagian

besar bukan milik sendiri, Nelayan Suku Duano yang ada di Kampung

Nelayan Kuala Tungkal Tanjung Jabung Barat ini hanya sebagai pekerja

saja, namun pada saat ini bayak diantara merika yang memiliki alat

sendiri.

Penghasilan yang mereka dapatkan tergantung dari kondisi alam

sebab jika alam tidak bersahabat seperti angin kuat mereka tidak dapat

melaut walaupun dipaksakan mereka tidak juga mendapatkan hasil yang

sesuai. Pada kondisi seperti inilah mereka selalu mencari celah

pencaharian lain untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka, ada

sebagian kecil dari mereka yang berdagang, namun ada juga yang bekerja

sebagai tukang rumah dan tukang pompong/ketek, sementara masyarakat

yang tidak mempunyai keterampilan selain melaut mereka tetap melaut

setelah angin agak teduh.

Jika pada musim barat atau musim gelombang tinggi nelayan

sangat susah untuk mendapatkan ikan hasil tangkapan laut. pada saat itulah

Page 74: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

61

harga ikan meningkat, nelayan berusaha semaksimal mungkin untuk

mendapatkan hasil tangkapan ikan sebayak mungkin walaupun dengan

risiko yang sangat besar. Pada musim barat ikan sangat susah didapat hasil

tangkapan laut yang masih dapat diharapkan hanyalah kerang, pada waktu

sore hari angin teduh nelayan berlomba-lomba untuk menangkap kerang di

pantai sebanyak mungkin, namun jika semua cara itu tidak dapat mereka

tempuh jalan terakhir adalah meminjam uang ke toke/bos pembeli ikan

dan semua hasil tangkapan laut.

Koperasi belum ada sehingga mereka belum dapat menikmati

layanan dari koperasi, pernah ada rencana ingin mendirikan koperasi

hanya saja selalu menjadi kendala adalah modal. Modal yang sangat

minim sehingga keinginan untuk mendirikan koperasi hanya menjadi

impian saja, selain itu sumber daya manusia (SDM) untuk mengelola

koperasi masih sangat minim. Dengan kondisi perekonomian masyarakat

suku duano seperti ini perhatian pemerintah daerah masih saja belum

maksimal, ada bantuan yang digulirkan pihak pemerintah melalaui dinas

kelautan dan perikanan seperti bantuan alat bak penampung ikan untuk

masyarakat Suku Duano namun masih saja tidak mengenai sasaran dan

tidak dapat meringankan beban perekonomian yang mereka derita selama

ini. Bantuan yang diberikan tidak dapat memberi manfaat lebih misal

masyarakat lain mendapat bantuan 10 unit sedangkan masyarakat suku

duanu hanya mendapatkan 1 unit saja, sehingga mereka merasa kurang

diperhatikan oleh pihak pemerintah daerah.

Page 75: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

62

Secara umum masyarakat suku duanu yang menetap di Kampung

Nelayan Kuala Tungkal Tanjung Jabung Barat memiliki tingkat

perekonomian yang masih berada pada golongan kelas bawah, namun ada

juga sebagian kecil dari mereka yang mempunyai tingkat perekonomian

yang sudah baik mereka ini adalah para toke/bos ikan dan segala hasil

tangkapan laut, masyarakat suku duanu yang bekerja sebagai buruh laut

pendapatan mereka tergantung dari hasil tangkapan yang mereka dapat

sekali melaut, cara pembagian hasil tangkapan laut antara pemilik

pompong/ketek dan pekerja/buruh laut ini sebagai berikut:

Misal: sekali melaut mendapatkan hasil 800.000 dengan pekerja 2

orang buruh laut, hasil Rp.800.000 ini dibagi dua terlebih dahulu sebagian

untuk pemilik pompong/ketek dan sebagian lagi baru di bagi oleh

pekerja/buruh laut. Jika mereka berdua maka dibagi dua dan begitu

seterusnya.

Sebagian besar masyarakat suku duanu yang menempati daerah

Kampung Nelayan hanya menumpang dan tidak memiliki hak milik atas

tanah, namun ada sebagian kecil dari mereka yang memiliki hak milik atas

tanah yang mereka tempati, sampai saat ini belum ada kejelasan dari pihak

pemerintah tentang status tempat tinggal mereka sekarang. Pernah mereka

mengusulkan kepada pihak pemerintah daerah untuk pembebasan tanah di

daerah Parit 4 (empat) Kampung Nelayan sebagai lokasi perkampungan

mereka namun sampai pada saat ini belum juga ada realisasinya dari pihak

Pemerintah Daerah.

Page 76: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

63

Setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk dapat hidup

dengan aman dan dapat melakukan hal untuk mempertahankan hidup

sehingga teteap menjadi bagian dari wilayah NKRI. Begitu juga dengan

masyarakat suku duano yang berada di kuala tungkal jambi, mereka

mempunyai cara tersendiri untuk bertahan hidup dan memunuhi kebutuhan

ekonomi mereka. Hingga saat ini tidak banyak yang bisa dilakukan oleh

masyarakat suku duana untuk mempertahankan hidup dikuala tungkal,

kecuali hanya bisa melaut, hasil tangkapan mereka seperti kerang dan

udang di berikan kepada tokeh untuk ditukar dengan pundi-pundi

ekonomi, perangkat desa mereka juga meminta bantuan pemerintah

setempat untuk membantu memasarkan hasil nelayan, dan memberikan

peralatan nelayan kepada masyarakat.

Mayarakat juga tidak serta merta mengandalkan hasil dari

tangkapan udang nenek dan kerang melainkan mereka mencari tambahan

penghasilan dengan cara berdagang kecil-kecilan, bagi yang ibu-ibu nya

ada yang menjadi asisten rumah tangga bagi warga yang sedikit lebih

mampu, serta pekerjaan lain yang bisa dilakoni sebagai sampingan untuk

menambah pengasilan dan pasokan mereka untuk makan dan yang lainya.

“profesi sebagai nelayan merupakan rutinitas yang utama untuk

kelangsungan hidup kami,namanye juge mencari rezeki terkadang tu dak

mulu untung, udang dan kerang tu susah dicarinye kalau air tu lagi

konda/tohor,sehingga kami ni cari alternatif lain dengan care bedagang

kecil-kecilan,mencari nafkah ni bukan serta merte kami selaku kepala

Page 77: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

64

keluarga je yang mencari terkadang orang rumah kami pun ikut kerje juge

semcam jadi buruh cuci dan yang lain nye”56

Hal tersebut dapat kita pahami bahwa tidak terlalu banyak yang

bisa dilakukan oleh masyarakat untung menunjang perekonomian mereka,

mereka hanya bisa melakoni dan tetap setia menjadi profesi sebagai

nelayan tersebut. Memang penghasilanya tidak seberapa namun ada yang

menjadi hal terpentingnya yaitu mereka masih mempertahan kan kearifan

dari budaya lokal dari Suku Duano tersebut. Uluran tangan dari

pemerintah setempat sangat diharapkan untuk mengembangkan potensi

alam dari Kampung Nelayan terkhusunya bagi masyarakat suku duana.

Kebudayaan dari suku duano ini sendiri berbeda dengan kebudayaan

daerah lain yang ada di indonesia, baik itu dari segi peralatan hidup serta

mata pencariannya dimana masing-masing daerah memiliki kearifan

budaya lokal yang bukan hanya perlu dilestarikan namun juga perlu

dikembangkan. Didalam suatu mayarakat terdapat individu dan kelompok

masyarakat pendukung kebudayaan yang melestarikan kebudayaan

masyarakat tesebut.

Dengan keragaman kebudayaan, indonesia dapat dikatakan

mempunyai keungulaan dibandingkan dengan negara lainnya. Indonesia

mempunyai potret kebudayaan yang lengkap dan bervariasi. Beberapa

contoh seperti yang diuraikkan diatas dapat dijadikan penegasaan bahwa

indonesia pada dasarnya bangsa yang kaya raya, memiliki segalnya.

56

Wawancara dengan bapak Umar nelayan di Kampung Nelayan Kuala Tungkal, tanggal

20 Februari 2019.

Page 78: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

65

Indonesia penuh dengan kekayaan alam yang terlengkap didunia, di

ibaratkan sebagai sesuatu yang bagus dan menjadi rebutan bagi yang

menginginkaannya. Hal itu pun berlaku untuk masyarakat suku duano,

mereka memilki kearifan budaya lokal salah satunya dibidang mata

pencarian yang merupakaan bagian dari tujuh unsur kebudayaan. Kearifan

budaya lokal didalamnya yang berisi unsur kecerdasaan kreativitas dan

pengetahuan lokal dari para elite dan masyarakatnya, sangat menentukan

dalam perkembangan masyarakat. Bukan hanya perlu dilestarikan namun

juga perlu dikembangkaan.

Page 79: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

66

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil pembahasan dalam penelitian ini maka penulis

mendapatkan beberapa kesimpulan. Dalam penelitian yang berjudul

Sejarah dan Sistem Mata Pencarian Suku Duano di Kampung Nelayan

Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Beberapa kesimpulan

yang didapat adalah.

Pertama, menurut keterangan sesepuh Suku Duano Bapak Raja Suku

Duano yang berada di Kampung Nelayan Kuala Tungkal Tanjung Jabung

Barat asal mula Suku Duano ini dari Kepulawan Riau yang pada saat itu

melakukan peyebaran lewat perairan dengan menggunakan perahu-perahu

mereka karna suku ini tergolong suku yang tidak menetap tempat

tinggalnya yang selalu berpindah-pindah hingga sampailah ke Kampung

Nelayan Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung Barat, ke datangan

Suku Duano ini sekitar tahun 1930 han menurut penyampaian Bapak Raja.

Di awal kedatangan ke Indonesia Suku Duano dikenal juga sebagai Suku

Kuala, atau Melayu Mantang kadang juga disebut Suku Laut atau Suku

Nelayan Suku ini juga di katakan Suku Melayu tertua, orang ini dahulunya

belum islam masih meyembah matahari, bulan dan bintang, dan orang ini

melakukan aktifitas merika di habiskan di dalam perahu dari makan,

mandi, memasak, hingga melakukan hubungan suami istripun di dalam

perahu.

Page 80: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

67

Namun saat ini Suku Duano tidak lagi tinggal di perahu banyak

diantara mereka yang mempuyai tempat tinggal di pesisir pantai, dan

melakukan rutinitas seperti masyarakat umumnya.

Kedua, saat ini mata pencarian Suku Duano sebagian besar ada

Menongkah untuk mencari udang nene dan kerang yang dilakukan di

lumpur saat sedang air surut dengan menggunakan dua kaki. dari mereka

banyak juga yang mempuyai toko-toko kecil/berdagang yang di jaga

istrinya di rumah saat suaminya pergi melaut, untuk menambah

penghasilan mereka Berkebun Suku Duano juga ada yang membuka

perkebunan seperti berkebun sawit, kelapa, dan pinang di karnakan hasil

laut yang tidak memadai membuat mereka berubah profesi menjadi

pekebun.

Ketiga, Secara umum masyarakat suku duanu yang menetap di

Kampung Nelayan Kuala Tungkal Tanjung Jabung Barat memiliki tingkat

perekonomian yang masih berada pada golongan kelas bawah, untuk

mempertahankan hidup mereka masih bayak yang melaut, namun ada juga

sebagian kecil dari mereka yang mempunyai tingkat perekonomian yang

sudah baik mereka ini adalah para toke/bos ikan dan segala hasil

tangkapan laut, masyarakat suku duanu yang bekerja sebagai buruh laut

pendapatan mereka tergantung dari hasil tangkapan yang mereka dapat

sekali melaut, dan selanjutnya di bagi hasil dengan yang mempuyai

perahu, atau pompong, bagi Suku Duano melautlah tempat mereka

mencari nafkah untuk bertahan hidup.

Page 81: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

68

B. Kata Penutup

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang

telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya serta hidayah-Nya

berupa kesehatan dan kekuatan kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini tentunya banyak

sekali terdapat kekurangan dan kesalahan serta jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan adanya

kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak demi

kesempurnaan skripsi.

Akhirnya, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu dan berpartisipasi dalam

menyelesaikan skripsi ini. semoga Allah SWT senantiasa memberikan

petunjuk dan rahmat-Nya kepada kita semua. Amin yarabbal’alamin.

Page 82: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Dudung. 1999, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Logos Wacana

Ilmu.

Arif, Muhammad. 2011, Pengantar Kajian Sejarah, Bandung: Yrama Widya.

Arikunto, Suarmi, 2006.Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

A. Daliman, Prof. M. Pd. Metode Penelitian Sejarah, (Yokyakarta: Ombak,

2015), hal. 55

Aini, Nur, Sistem Mata Pencarian Suku Duano di Kuala Jambi Tanjung Jabung

Timur. ( Skripsi Institut Agama Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi 2015)

Endaswara, Suardi, 2006. Metode Penelitian Kebudayaan. Yokyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Fadil SJ, 2008,Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, Malang:

UIN-Malang Press.

Geertz, Clifford 1992. Tafsir Kebudayaan, Yogyakarta: Kanius.

Gustini Nuraen, Heni, 2012,Studi Budaya Di Indonesia, Bandung:Pustaka Setia.

Haryanto, Triyadi, Antropologi, (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2012).

hal. 48.

Ichwan Azhari, Onggal Sihite dan Liana Tanjung, 2018, Perubahan Pola

Pemukiman Orang Laut Suku Duano, Universitas Negeri Medan : Jurnal

Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial.

Juliana, 2015,Sistem Pengetahuan Suku Duanu di Kelurahan Tanjung Solok

Kuala Jambi Tanjung Jabung Timur (Sebuah Kajian Etnografi), Skripsi

Institut Agama Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

Kontjaraningrat. 2009. Pengantar Antropologi, Jakarta:Rineka Cipta.

Mahfud, Rois, 2011,Al-Islam Pendidikan Agama Islam, Erlangga.

Mukhtar, 2007, Bimbingan Skripsi, Tesis dan artikel Ilmiah, Jakarta : Gaung

Persada Press.

Mukhtar, 2013,Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, Jakarta : Refrensi

Raga Maran, Rafael, 2007. Manusia & Kebudayaan, Jakarta: Rineka Cipta.

Page 83: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

Sugiono, 2013, Metode Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Bandung: Alfabeta.

Saifuddin Anshori, Endang, 1981. Agama dan Kebudayaan, Surabaya: Bina Ilmu.

Thoifuri, dan Suci Rahayu, 2013,Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Ganeca

Exact.

Wahyuni, Dessy, Fistival Menongkah; Revitalisasi Budaya Dan Bahasa Duano

Menuju Industri Kriatif (Diakses pada tanggal 16 mei 2019)

Y, Desma. (2016). “ Sejarah Perkembangan Suku Duano di Tnjung Gundap

Kelurahan Tembesi Kecematan Sagulung Batam Tahun 1982-2012”. Historia,

1(2):139,151

Page 84: SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO …

CURRICULUM VITAE

Nama : SUHAIMI

Tempat dan Tanggal Lahir : Mendahara, 10 Mie 1995

NIM : AS. 150521

Fakultas : Adab dan Humaniora

Jurusan : Sejarah Peradaban Islam

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Status : Belum Menikah

Nama Ayah : Musa

Nama Ibu : Sarifah

Anak Ke : 1 dari 5 Bersaudara

Alamat Asal : Parit 10 Darat RT.10 Kel. Kuala Betara Kabupaten

Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi

Nomor Telepon : 082373120683

E-mail : [email protected]

Alamat Sekarang : JL Patimura

JENJANG PENDIDIKAN

Tahun 2003 – 2009 : SD N 144/X Mendahara

Tahun 2009 – 2012 : MTsN Parit 9 Darat

Tahun 2012 – 2015 : SMA Negri 7 Mendahara

Tahun 2015 – 2019 : Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin

Jambi