SEKOLAH TlNGGl TEOLOGI AMANAT AGUNG
Transcript of SEKOLAH TlNGGl TEOLOGI AMANAT AGUNG
BANGKITNYA GERAKAN RENAISANS DAN
DAMPAKNYA
BAGI KEHIDUPAN GEREJA
TINJAUAN KRITIS TERHADAP BANGKITNYA GERAKAN RENAISANS DANKEHIDUPAN GEREJA ABAD PERTENGAHANDAN IMPLIKASINYA TERHADAP GEREJA
MASA KINI
TESIS
Diajukan kepada Sekolah Tinggi Teologi Amanat AgungUntuk memenuhi sebagian persyaratan stu i
guna memperoieh gelar
MASTER OF DIVINITY
OIeh :
SIWIEON SASMITONim : 2010011004
1997
Ls r T A
0299^*^
SEKOLAH TlNGGl TEOLOGI AMANAT AGUNGjakarta
2002
^f^RPUiTAKAAN
s: AMANAT AGUr-IÛ
^Y^£OLOG1997
SEKOLAH TINGGI TEOLOGIAMANAT AGUNG
Ketua STT Amanat Agung menyatakan bahwa tesis benudul:
BANGKITNYAGERAKAN RENAISANS DAN DAMPAKNYABAGI KEHIDUPAN GEREJA
dinyatakan luius setelah diujt oieh Tim Penguji pada tanggal 15 Agustus 2002
Dosen Pembimbing/Penguji
Pdt. Lotnatlgor SlhombinaM.Th
G.I. Andréas Himawan, M.Th
G.I. Yohanes Adrie Hartopo,Ph. D
Tanda Tangan
rf^flPUSTAKAAN
^ S AMANAT AGUNG
Jakarta, 15 agustus^—
G l. Yohanes Adrie Harfelketua
DAFTARESI
PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I: PENDAHULUAN 1
Pokok permasaJahan 1
Tujuanpenuiisan 3
Pentingnyapenulisan 3
Hipotesis 5
Metodologi dan prosedur penulisan 6
Penjelasanjudul 7
Sistematika penulisan 9
BAB H: LATARBELAKANGBANGKrrNYAGERAKANRENAISANS .... 10
A. KONTEKS JAUH H
1. Pengaruh masa kejayaan peradaban kiasik 11
a. Ganibaran umum peradaban kiasik 11
b. Perkembangan fllsafat kiasik 14
c. Puncak peradaban kiasik 20
B. KONTEKS DEKAT 23
1. Bangkitnya masa Skolastik 23
a Gambaran umum masa Skolastik 24
b. Perkembangan fllsafat kiasik 26
c. PuncaJc kejayaan Skolastik 31
2. Bangkitnya dominasi kepausan 39
a Sikap dominan kepausan 39(1) Dominasi kepausan dalam agama 40
(2) Dominasi kepausan dalam kekuasaan sekular 45
(3.) Dominasi kepausan dalam kebudayaan 47
BAB ni: BANGKrrNYA GERAKAN RENAIS ANS DAN DAMPAKNYA BAGI
B:BHrDUPAN GERRTA
A. PENGERTIAN DAN ISTILAH RENAISANS
B. KEBERAGAMAN K.AR.AKTERISTIK HUMANISME
C. PERAN PENTING BIAUM HUMANIS
1. Memecahkan kebekuaii Abad Peitengahan
2. Memecahkan dominasi gereja atas kebudayaan
3. Membaharui gereja dari sisi moral
D. DAMP AK GERAKAN RENAISANS TERHAD AP KEHIDUP AN
GEREJA
51
51
53
57
58
60
62
66
BAB IV: TINJAUAN KRITIS TERHAD AP GERABLAN RENAISANS DAN
KEHIDUPAN GEREJA
A. KONSEKUENSI LOGIS BANGKITNYA GERAKAN RENDAIS ANS
1. Berkaitan dengan nilai karakteristik kebudayaan
2. Berkaitan dengan nilai kai'akteristik kebebasan
B. KEKELIRUAN GEREJA PADA ABAD PERTENGAHAN
1. Kekeliruan gereja dai i segi teologis
2. Kekeliiiiaii gereja dalam bidang kebudayaan
3. Kekeliiiian gereja dalam hai kekuasaan
C. BŒKELIRUAN PAHAM GERAKAN RENAISANS
1. Bersifat anthroposentris
2. Bersifat athéisme
3. Berdampalî buruk bagi nilai kerohaniaii
73
73
74
76
79
79
84
86
90
91
95
99
BAB V: IMPLIBCASINYA BAGI GEREJA MASA KINI ..A. MAKNA SEJARAH
1. Pentingnyabel^ar sejarah
2. Spirit zaman terus bergerak majuB. BAGAIMANA GEREJA MENENTUKAN SÏKAP.
1. Pentingnya sikap konsistensi
104
104
105
108
113
114
111
2. Pentingnya melaksaiiakati mandat kebudayaan 118
3. Peiitingnyamelaksanakan mandat pemberitaaninjil 124
a. Pentingnya meniahami konteks zaman 127
b. Pentingnya membangun média bagi kesaksian gereja .... 130
BAB VI; FiESIMPULAN 135
DAPTAR KEPUSTAKAAN 138
IV
BAB 1
PENDAHULUAN
Para ahli fîlsafàt mengatakan bahwa lahimya abad Renaisans adalah babak baru
menuju abad modem.' Pada masa sebelum iahiraya gerakan Renaisans, dunia Barat
mengalami suatu masa yang disebut sebagai abad Kegelapan. Abad Kegelapan atau yang
sering juga disebut sebagai Abad Pertengahan adalah saat seluruh dimensi kehidupan
manusia beipuncak kepada dominasi kekuasaan kepausan (dalam bal ini gereja Roma
Katolik sebagai alatnya).
Sejarah telah mencatat sisi-sisi bunik dari abad Kegelapan ini. Gereja (kepausan)
pada masa itu bertindak sebagai "hakim" dunia, bukan saja mengklaim berwenang untuk
menentukan saiah benamya suatu teologi, tetapi juga menentukan salah benaraya suatu
bentuk filsafat (iimu pengetahuan), dan bahkan masalah-masalah kenegaraan pun ia turut
menentukan kebijakannya Dengan kata lain dapat dikatakan Paus pada masa itu•y
mempunyai kekuasan yang tidak terbatas.
Karena itu tidak mengherankan, jika generasi yang kemudian (para tokoh humanis)
menyebutnya sebagai masa-masa kegelapan Eropa Barat Karena mereka menganggap
tidak ada suatu nilai peradaban yang signifikan terjadi, melainkan hanya berkutat kepada
sekitar kekuasaan kepausan dan bagaimana menjaga otoritasya Tepat apa yang
dikemukakan oleh Alister E. McGrath mengenai perlunyapembaruan yang harus terjadi di
EropaBarat Dengan melihat dari sisi keagamaan, ia mengatakan, "Pada awal abad ke-16
^K. Bertens. PmgkaBan Sefarah Filsafat (Yogyakarta: Kanisius, 1986), hal. 44.îRudolf Sohm, QuUines of Church History. Teijemahan Bahasa Inggris: May Sinclaair (New York:
Beacon Paperback, 1962), hal. 129.
tampak jelas bahwa gereja di Ëropa Barat sekali lagi berada dalam keadaan 3^g sangat
memerlukan pembaruaa Jeritan untuk 'pembaruan yang menyelunih' meringkaskan baik
3hakikat dari krisis itu maupun penyelesaian yang dirasakannya"
Satu sisi lahîmya ide-ide renaisans yang terjadi di Italia (Eropa bagian Selatan)
yang setnakin berpenganih pada masa-masa Skolastik (abad ke-12 dan 13), terus meluas
ke selunih &opa sekitar abad ke-14 dan seterusnya Sehingga menjadi sebuah gerakan
yang membawa pembaruan peradaban seluruh Eropa BaraL Tetapi pada sisi lain gerakan
itu juga berdampak négatif bagi dasar kebenaran kekristenan yang sejati. Oleh sebab
filosofi gerakan itu diilhami oleh sikap kejayaan peradaban klasik (Yunani-Romawi) yang
bennental atheis-anthroposentris, yang dimotori oleh mereka yang menamakan diri
sebagai kaum Humanis.
Harus diakui bahwa di kalangan Kaum Humanis sendiri ada juga yang tetap setia
pada gereja. Dalam arti filosofi mereka mengenai nilai-nilai kesusastraan tet^ bertumpu
pada iman gereja Akan tetapi roh gerakan Renaisans itu sendiri secara murni dipelopori
oleh mereka yang anti kekristenan; yang terpaku mati pada peradaban klasik.
Sebagaimana diketahui bahwa bangkitnya spirit Renaisans itu telah berakibat jauh bagi
kehidi^an gereja, bukan saja mengubah arah teologi tetapi juga arah peradaban Eropa
Barat
Pertanyaan yang hendak di^ukan di sini adalah pertama, bagaimanakah
sebenamya keberadaan gereja pada masa Abad Pertengahan? Kedua, mengapa ide-ide
renaisans akhiraya menjadi sebuah gerakan yang dinamis yang berakibat jauh bagi
kehidupan gereja?
^Alister E. McGrath, Fie-jarah Pemikiran Reformasi. (lerj.) Liem Sien Kie (Jakarta: BPK GunungMulia, 2000), hal. 2.
Embuiru SVD., Qfireia Sepaniana Masa CFloresiNusa Indah, 1964), hal. 175.
Tujuan penulisan
Peradaban manusiayang terus berubah dan bergerak m^u merupakan konsekuensi
logis dari hidup manusia sebagai makhluk yang berakal budi. Sebagaimana Alkitab
dengan terang menyatakan bahwa ia adalah makhluk yang dicipta seturut dengan gambar
Allah sendiri, Kej 1:26,27. Dengan kata lain ia adalah wujud nyata dari ke-allah-an Allah
yang tak terbatas, tampak secara terbatas di dalam diri kemanusian manusia Hal îni
dimungkinkan karena Allah berkehendak agar manusia sanggup mengemban mandat yang
diberikannya, yaitu mengembangkan suatu nilai peradaban yang memuliakan Sang
Khaliknya, Kej 1: 28; 2:15-24.
Bericaitan dengan mandat kebudayaan ini, Alkitab menyatakan bahwa kejatuhan
manusia ke dalam dosa tidak membatalkan mandat itu, Kej 9:1-3. Sekalipun
kecenderungan hati manusia adalah jahat, Kej 8:21,22; Allah tet^ menghendaki agar
manusia terus mengembangkan peradabannya Karena itu Allah murka (menyatakan
kedaulatan-Nya) saat manusia mengabaikan mandat yang telah diperintahkannya, Kej
11:1-9.
Berkaitan dengan mandat peradaban yang harus diemban manusia inilah, maka
penulis sangat menyadari dan terdorong untuk mengungkap gerak msyu kebudayaan
manusia, sebagai konsekuensi logis yang harus dipahami gereja Sehingga gereja dapat
memerankan fungsi dan panggilannya secara tepat
Pentingnya penulisan
Beikenaan dengan gerak peradaban yang bersifat dinamis yang terus menuntut
perubahan. Dalam konteks ini gereja, sekalipun ia adalah lembaga ilahi yang berbeda
dengan semua lembaga yang ada di dunia ini, ia tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan3
oleh penibahan peradaban yang terus bergerak maju. Justni dalam konteks peradaban
manusia yang terus benibah dan bergerak mïyu inilah Tuhan men^endaki gereja-Nya
bersaksi, yaitu menggarajni dan menerangi peradaban itu, agar dunia tahu akan dosa yang
telah "meracuni" nilai kultur dan kultusnya.
Oleh sebab itu dapat dipastikan ada banyak masalali aktual yang teijadi, dan
karena itu periunya gereja bersikap kritis namun juga realitis beikenaan dengan
peikembangan peradaban di dunia ini. Misalnya muncuinya filosofi sekulerisme yang
beranggapan bahwa manusia tidak perlu mengakui otoritas di luar diriiQ^a,^ yang berarti ia
menyangkaJi eksistensi I^han; juga muncuinya paradigma-paradigma baru yang
berkaitan dengan pemahaman manusia mengenai aJam semesta; seperti pemyataan
Copemicus tentang sistim tatasmya, penemuan Galilée Galilei mengenai rumusan-
rumusan ilmu pasti dan ilmu alam yang membenarkan teori Coperaikus; muncuinya
pemyataan Darwin mengenai teori evolusi sampai diketemukannya teori kloning pada
akhir abad 20 belum lama ini; dan masih banyak lagi masalah-masalah aktual lainnya
yang berkaitan dengan perkembangan peradaban manusia yang perlu disikapi secara kritis
namun j uga realistis oleh gerej a
Oleh sebab itu mutlak bahwa keberadaan gereja bukan saja haros bersikap positif
terhadap kem^'uan, tetapi juga perlu sikap kritis dan realistis. Lebih dari itu malah
merupakan suatu keharusan gereja menjadi pelopor perobahan dan kemajuan peradaban.
Peradaban m^u yang tetap mengacu kepada kepentingan nilai-nilai kemanusiaan yang di
dalamnya kekudusan Tuhan tetap dihormati dan nama-Nya dipermuliakan. Karena segala
'kekayaan peradaban" yang telah dibangun oleh gereja Tuhan akan dipersembahkan
^ Herlianto, Humanisme dan Gerakan Zaman Baru (Bandung: Kalam Hiddup, 1990), hal. 25.4
kepadaKristus dalam kemuliaanNya di langit dan bumi bani, Why 21:24,16; Yes 60:1-14.
Kebenaran ini sehanisnya menjadi fokus pel^anan gerejaTuhan selamaberadadi dunia
ini.
Hipotesis
Kebudayaan yang m^u dan modern merupakan konsekuensi logis dari spirit zaman yang
tenis melakukan penibahan. Karena itu tak d^at dielakkan bahwa di dalam proses
perubahan itu membutuhkan niang, dan ruang itu adalah "kebebasan." Kebebasan di sini
yang dimaksud adalah adanya suatu proses yang w^'ar dan dinamis, yang memungkinkan
terciptanya suasana yang kondusif yang mendukung perubahan itu terjadi.
Oleh karena sifat atau karakteristik dari adanya perubahan untuk m^u itu adalah
adanya unsur atmospir yang dinamis, yang tidak d^at dikekang si&tnya Oleh sebab itu
gerak m^'u peradaban tidak d^at dibendung oleh suatu kekuatan atau lembaga ̂ îq)un,
dalam hal ini termasuk juga dominas! atau kekuasaan gereja sekalipun. Oleh karena itu
keliru besar jika gereja bertindak otoriter dan terus bersikap mecurigai dan, bahkan
menghalangi teihadap segala perubahan, hanya karena tidak mendukung pandangan
gereja Dalam hal ini sangat mungkin bahwa gereja sendiri mempunyai pandangan keliru
di dalam memahami nilai karakteristik kebudayaan manusia, dan karena itu pula gereja
bisa keliru di dalam mengantisipasi segala perubahan dan kemajuan yang terjadi.
Bangkitnya gerakan Renaisans yang terjadi pada Abad Pertengahan sangat
mungkin disebabkan salah satunya oleh sikîçï otoriter gereja (kepausan) yang keliru dalam
memahami dan menyik^i nilai karakteristik kebudayaan yang terus benibah dan bergerak
maja Karena itu tidak mengherankan jika pada akhimya gerakan itu membawa dampak
bagi kehidupan gereja (kepausan).
Metodologi dan prosedur penelitian
Fenulisan ini menggunakan metode deskriptif-analitis. Pilihan penggunaan metode
deskriptif ditentukan karena sangat sesuai deogan arah penelitian, yang memfokuskan
kepada masalah-masalah aktual.^ Masalah aktual yang dimaksud dalam makalah ini
adalah nilai-nilai kebudayaan itu sendiri yang tenis bergerak m^u dan mengalanu
pembahan. Satu sisi penibahan itu bisa bersi&t positif^ tet^i juga bisa negati£ Oleh sebab
itu akan banyak persoalan aktual yang teijadi yang berkaitan dengan nilai-nilai
kebudayaan yang bisa diungkap dan dianalisa. Dalam konteks inilah sikap gereja harus
jelas. Kalau tidak, gereja akan kehilangan eksistensinya dan juga pengaruhnya.
Segi lain dalam penulisan ini disertakan pula penggunaan metode analitis, sebab
data yang diperoleh akan dianalisa, menurut kriteria atau esensi tesis yang telah
ditetapkaa Langkah-langkah penelitian yang ditempuh dalam metode ini mengikuti
prosedur yang umumnya berlaku: mengumpulkan data, analisa data, interpretasi data, dan
penyimpulan data.
Data di sini diharapkan dapat diperoleh melalui studî literatur. Literatur yang
dimaksud adalah buku-buku, artikel-artikel baik itu dalam m^alah, koran dan média
lainnya yang mungkin dapat mendukung tujuan penulisan ini. Sedangkan studi etis-
teologis akan didasarkan padapengkajian Alkitab dan didukung dengan penggunaan
buku-buku referensi seperti: ensiklopedi, dictionary, buku-buku etika dan teologi atau
artikel-artikel lain yang relevan.
''Winamo g. Metode Penelitian Ilmiah œandung: Tarsito. 1990),hal. 140.
Penjelasanjudul
Kata "bangkif dapat berarti bangim (hidi^) kembali/ dan bila dikaitkan dengan
kata "gerakan" yang mempunyai pengertian sebagai "perbuatan atau kegiatan,"* maka
kedua kata ini dapat diartikan suatu kegiatan yang hidi^ (bangun) kembali, yang oleh
karena suatu hal ia selama ini tidak bergerak (hidup).
Kata "Renaisans" atau **Renaissance" berasal dari kataPerancis klasik yang berarti
kelahiran kembali; dalam bahasa Inggris "Renascence" berarti a new birtfa; revival; atau
renewal (ne = again, naissance = birth).' Dalam tulisan ini secara konsisten akan tetap
pakai kata "Renaisans," yang secara lebih luas dan bebas yang dimaksud adalah
menggambarkan apayang sedang terjadi di Eropasekitar abad ke-14 sampai dengan abad
ke-16. Dari ban3rak sumber yaag penulis amati, menerangkan suatu masa yang penuh
resiko dari banyak 'Svajah," yang menuntut terjadinya perubahan dari segala bidang
kehidupan. Oleh karena dasar perubahan yang teijadi mengacu kepada peradaban klasik
(Yunani-Romawi) sebagai orientasi pemikiran perubahan, maka lahirlah apa yang
kemudian dikenal sebagai gerakan Renaisans.
Dengan melihat batasan-batasan arti kata di atas, maka dq)at dirangkumkan
sebagai suatu pengertian, bahwa adanya suatu kekuatan yang négatif dari Gereja Katolik
Roma masa sebelum Reformasi, yang mengungkung nilai-nilai kebudayaan, yang pada
akhiraya malah menjadikan semangat gerakan Renaisans itu makin meninggi. Dikatakan
demikian karena kehidupan gereja (dalam hal ini dominasi kepausan), sepanjang Abad
Pertengahan besikap négatif teihad^ perubahan.
^ Sri Sukesi Adiwimarta, Hermanoe, dkk., Kamus Besar Bahasa Indoneîiia (Jakarta: Balai Pustaka,1989), hal. 664.
®Ibid., hal. 271-272.' Clarence L. Bamhart, Robert K Bamhart, The Worid Bock Dictionarv. vol. 2, L-Z, (Chicago;
Doubleday & Company, inc., 1978), hal. 1769.
Sedangkan gerakan Renaisans itu sendiri dimotori oleh kaum humanis, baik
kalangan humanis Eropa bagian Selatan yang bermental Atheis, maison kalangan
humanis yang bertumbuh subur di kalangan para akademisi Universitas pada masa
Skolastik di Eropa bagian Utara. Sekalipun perkembangan gerakan itu pada akhimya
mendapat reaksi keras dari kepausan, tet^i spirit gerakan itu tidak dapat dibendung oleh
gereja (kepausan).
Yang dimaksud dengan tiiyauan kritis adalah suatu usaha menganalisis secara
kritis dengan berdasarkan firman Tuhan secara benar dan konsisten. Apakah bangkitnya
gerakan Renaisans itu, dapat dibenarkan biia dianaiisis secara kritis berdasaiican
kebenaran firman Tuhan. Demikian juga bagaimana kehidiq>an gereja pada masa itu,
apakah sudah berdiri pada posisi yang tepat dan benar berkenaan dengan nilai-nilai
karakteristisk peradaban yang terus bergerak m^u, atau berada pada posisi yang kelun,
bila dianaiisis secara kritis berdasakan firman Tuhan (Alkitab) secara konsistea
Sedangkan yang dimaksud dengan implikasi dengan gereja masa kini adalah
penulis berusaha menarik suatu konklusi melalui peristiwa bangkitnya gerakan Renaisans
dan juga kehidupan gereja masa sebelum Reformasi, seb^ai suatu pel^aran seja'ah yang
sangat berharga. Pel^aran itu dapat dipei^unakan sebagai cermin bagi kehidupan gereja
Tuhan pada masa kini. Sehingga tidak raengulangi kesalahan yang sama, melainkan dapat
memposisikan secara tepat dan benar di dalam menghadapi situasi zaman yang terus
berubah m^u dan modem.
Sebagaimana diketahui bahwa penganih gerakan Renaisans yang teijadi pada
Abad Pertengahan - memiliki konsekuensi jauh bukan saja kepada dasar kebenaran
kekristenan yang mulai diragukan kebenarannya, tetapi juga kepada nilai-nilai
kemanusian itu sendiri semakin individualitis.
Sistematika penulisan
Fada bab pertama dikemukakan tentang alasan penulisan ini, di dalam bab ini penulis
mencoba memberi kerangka pemikiran yang hendak dicapai di dalam tujuan thesis ini.
Fada bab 2, akaii dikemukakan mengenai latar belakang kondisi sosial bangkitnya gerakan
Renaisans, yang dib^ ke dalam dua bagian, yaitu konteks jauh dan konteks dekat; yang
disusul kemudian pada bab 3 yang mengangkat gerakan Renaisan dan dan^>aknya bagi
gereja (kepauaan), dan yang juga beipengaruh besar bagi perubahan peradaban Eropa
Barat
Sedangkan pada bab IV, akan dikemukakan sekitar tinjauan kritis mengenai
bangkitnya gerakan Renaisans itu sendiri yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan
gereja pada masa Abad Fertengahan. Fada bab 5, sebagai implikasi yang akan ditarik
untuk gereja masa kini, bagaimana gereja sebenamya harus menentukan sikap yang tepat,
benar dan konsisten. Penulisan akan diakhiri dengan kesimpulan sebagai dasar k^ian yang
dapat ditindaklanjuti lebih lanjuL
HAB VI
lŒSEN'IPULAN
Sangat menarik - bila dicermali secara kritis, bagaimana sejarali peradaban manusia
antara 2000 tahun sebelum Kristus sampai dengan 2000 tahun setelali Kristus. Ada suatu
benang merah yang tidaJî terputus, yaitu nilai karakteristik kebudayaan Kainiah yaiig tems
eksis di dalam sejaiah liidup manusia. Hal ini meiupakaii suaUi bukii akan keberdosaan
manusia yang sekaligus tidak menyadari akan keberdosaannya. Dan sepeitinya malah -
seolah-olalj di daJam peradaban Kainiah itu, Allali tidak ada
Mentalitaç peradaban Kainiab ini secara eksplisit tenilann kembali dengan
bar.gkitnya generasi setelalt masa air bol, dengm. lebih nyata lagt mereka seolah-oloh
g menyamai dengan Tuhan dengan bangunan menaia sampai ke langit untuk
in.njataJfan kebesaran mereka. Kemginan manusia untuk menjadi sama dengan Allai,
dengan menganggap dirinya berdanlat telali menjadi nilai kai-akteRistik peradaban
Kainiah, sebagai bukti nyata pembrontakan yangpemah terjadi di taman Eden, kej 3.
Sekalipun intensitas perkembangan kultur (kebudayaan ) manusia tems
berkembang raaju, tetapi dari sisi kultusnya manusia tetap tersesat. Kebenaran ini dapat di^ati dengan bangkitnya kebudayaan-kebudayaan ontola-atis di mana raja dianggap
^^bagai représentatif dari hai-iial yang ilaliiah - secara absolut nienuntul untuk di sembali.
^atung-patung atau pusat-pusat penyembahan berhala yang didirikan oleh raja-raja pada^''insipnyj^ menipakan ekspersi daiupada mentalitas Kainiali - pemujtian diri sendiri
dinengalîaïkan periciptanya. Kebenaran lui dapat clilihat peradaban Yiinani-Roniawi
puiicak peradaban klasik, di nuiKci adalah kunos.
.1^
Menarik sekaJi Jika semangat Renaisans yang terjadi pada masa Abad Pertengan
miinjadi sebuaJi gerakan yang mengideaJkan peradaban klasik (Yunani-Romawi), inenjadi
suatu pencguhan yang hidup - benong merah yang menjadi nilai karakteristik peradaban
Kainiaii teius mewaniai sejarali kehidupan niaiiusia Mentalitas yang diekspresikan oleh
Manusia Renaisans inemberikan ciri yang saina, pemujaan kehebatan nianusia yang
direpresentasikan dengan kemampiian rasionya.
Kekiistenaji laliir ditengaii kemajuan peradaban manusia yang mengekspresikan
keniatangan nianusia kainiaJi dengan mentaJitas Menara Babil-nya yang tersesat.
Kekidstenan telah berhasil menyatalîan jati dirinya sebagai manusia bain vane berbeda
secara kultur dan kuitusnya dengan kultuj- dan kultus dmiia yang sudali tersesat. Sekalipun
teraniaya sepanjang hampir tiga abad, kekristenan tetap eksis oleh karena ada "tangan
yang teisebunyi yang menyafakan kedaulatan-Nya ̂ as sejarah hidup manusia Seperti
hainya dîlakukan kepada kehidupan Habei sebagai representantif nilai kultiir dan kultus
yang sejati - Allah membela akan penderitaannya oleh sebab kelalinian Kain, dengan
mengutuknya Berikutnyaterbukti baltwa bersfimaan dengan kebangkitan généras! Menara
Babil, Allah memanggil Abraliarn unluk menjadi alat-Nya.
Bei'saniaan dengan kebangkilaii geiakaii Renaisans yang memiija peradaban klasik,
Allah memimpin Marthin Luther melakukan gerakan Reformas! yang mengembalikan
seinangat kekristenan kepada kebenaran yang diyakini oleh gereja mula-mula. Daiâ titik
•'lilali sejai'aii peradaban Barat inaju dengan pesai. Satu aisi ilmu pengetaluian bei kembang
^^ngan pesât, di sisi lain pada saat yang bersamaan kekristenan menyebar ke sehiruh
Bila gereja Abad PertengaJian telali memegang kendali dan balikan sangat
dan maJali bersikap otonter terhada,i segaJa asfek kehidupan ̂ adalah penyebab
manduinya peradaban itu sendiri. Akan tetapi di tengah kemandulan kebiidayaan itu, ada
benih-benih renaisaiis yaae diiiasilkaii oleh masa Skolastik bersajiiaan dengaii Thomas
Aquinas - antara filsafal dengaii teologi keduaiiya saling niembuliilikan. Pengajaraii
filsafai telali melaliirkan mentalitas humania yang membaiigkitkaii gerakan Renaisaiis
yaiîg mengacu kepada kemuliaaii invidu yang otonom; sedangkan teologi telali melahirkan
gerakan Reforinasi yang mengacu kepada pembanian ajaran gereja yang sudah sesat.
Reformas! berhasii niengangkal kembali kemuiiaan manusia sebagai gainbai' Aliali yang
telahjatuh ke dalam dosa.
Dengan bangkitnya gerakan Renaisans dunia berkembang menjadi sangat konfras,
bukan lagi gei-eja yang memegajig kendali. tetapi mentaJitas paganisme klasik niuncul
kembali memegang kendali. Dimulai dengan pemujaan rasio pada abad Pencerahan yang
telah membawa Barat kepada era Modem yajig Sekularitis. Sekalipun demikian pada
masa-masa abad Pencerahan itu aerejajuga berkembang secara luas ke seliiruh dunia.
Secaia esensiaJ apa yang terjadi dengan gereja Tuhaii devvasa ini tidak berbeda
clengan gereja Tuhaii mula-mula, satu-satunya yaiîg membedakan adalali bungkusan
karakterintik kebudayaaimya yang semakin lebih modem, yang dapat ineng-kamuplase
'^'^ntalitas manusia yang berdosa. seolah-olaii inenjadi semakin tidak peiiu Tuhan.
^amun sebenarnya persoalan yang diliadapi dan dialami oleli manusia secara esensial
ddak benibalî, manusia yang ingin menjadi tuati atas dirinya sendiri dengan inengabaikan
^^daulataj, Allah, tetap perlu berita Injil. Oieh sebab itu Tuhan tetap menuntut gereja-Nya
tetap taat menjadi saksinya. Ketaatan di sini dalam pengertian lebih luas, mengacu
^ada kesaksian hidup orang percaya yang inte.giitasnya hariia lerbukti di dalam
^®®al<sian yang nyata Hanya dengan cara demikian duma sebagai -penlas kemuiiaandapat teipancai" dari kehidupan umat-Nya