SELAMAT ULANG TAHUN KE 50…..GEO UI Handayani, M.S. memberikan ma-teri terkait dengan pengenalan...

16

Transcript of SELAMAT ULANG TAHUN KE 50…..GEO UI Handayani, M.S. memberikan ma-teri terkait dengan pengenalan...

Page 1: SELAMAT ULANG TAHUN KE 50…..GEO UI Handayani, M.S. memberikan ma-teri terkait dengan pengenalan peta dan cara mem-baca peta. ... India Malaysia Singapura …
Page 2: SELAMAT ULANG TAHUN KE 50…..GEO UI Handayani, M.S. memberikan ma-teri terkait dengan pengenalan peta dan cara mem-baca peta. ... India Malaysia Singapura …

SELAMAT ULANG TAHUN KE 50…..GEO UI

Volume 8 / No. 1 / April 2010 Volume 8 / No. 1 / April 2010

Hajatan telah usai, Tahun 1959-2009 (50 tahun) bukan waktu yang sebentar...mulai angkatan pertama, hingga kini sudah akan hadir mahasiswa Geo UI Angkatan 2010….

Kiprah alumni sudah banyak, salah satunya adalah Majalah Geospasial yang diterbit tahun 2003 setelah reuni akbar bulan Mei, sehingga usia majalah ini sudah berjalan hamper Tujuh Tahun (7). Angka yang baik untuk terus berproses menajikan yang terbaik bagi para pembaca

Edisi April 2010 menyuguhkan rekaman kegiatan Reuni dan Ultah Geo ke 50 Tahun, info mengenai daerah: terdapat profil pulau terdepan dan potensi pengembagan wisata di Polewali Mandar Prov Su-lawesi Barat, Kampusiana ada pemberian materi kepada pengemudi taxi di Kota Depok dan kegiatan seminar tentang perubahan iklim. Pengalamam alumni dalam Manajemen Pegelolaan Kawasan Terpadu Berbasis SIG dan juga Sertifikasi Keahlian Geografi didiskusikan pada [email protected] (wadah komunikasi alumni geo ui di dunia maya)

TEAM REDAKSI

Redaksi KONTRIBUTOR

Adi Wibowo Staf Pengajar Departemen Geografi, FMIPA UI

Imam Wayhudi, S.Si, M.MA Alumni Geografi UI

Iqbal Putut Alumni Geografi UI

Tjiong Giok Pin Staf Pengajar Departemen Geografi, FMIPA UI

PENASEHAT - Dr. Rokhmatuloh

REDAKSI - Adi Wibowo, Iqbal Putut, Laju Gandharum, Ratri Candra, Weling Suseno.

STAFF AHLI - Astrid Damayanti, Sugeng Wica-hyadi, Supriatna, Triarko Nurlambang

ADMINISTRARSI - Ashadi Nobo

ALAMAT REDAKSI - Gd. Departemen Geografi, FMIPA Universitas Indonesia, Kampus UI Depok Telp. (021) 7721 0658, 702 4405 Fax. (021) 7721 0659

Diterbitkan oleh: Forum Komunikasi GeografiUniversitas Indonesia

Redaksi menerima artikel / opini / pendapat dan saran dari pembaca, utamanya yang berkai-tan dengan masalah keruangan. Kirimkan tuli-san ke alamat redaksi atau email dengan diser-takan nama, alamat lengkap, nomor telepon serta Biografi.

Daftar Isi

2 I Pelatihan Penggunaan GPS dan Cara

Membaca Peta kepada Pengemudi

Taksi di Kota Depok - Hibah Riset

DRPM UI

9 I Manajemen Pengelolaan Kawasan

Kota Terpadu Mandiri dengan Sistem

Informasi Geografis

21 I 50 Tahun Geografi UI - Kegiatan Reuni

Akbar

24 I Sertifikat Keahlian Geografi, Perlukah?

28 I The 5th World Institute on Climate

Change Mitigation and Adaptation

Strategies

Volume 8 / No. 1 / April 2010

Page 3: SELAMAT ULANG TAHUN KE 50…..GEO UI Handayani, M.S. memberikan ma-teri terkait dengan pengenalan peta dan cara mem-baca peta. ... India Malaysia Singapura …

PELATIHAN PENGGUNAAN GPS DAN CARA MEMBACA PETA KEPADA PENGEMUDI TAKSI DI KOTA DEPOK HIBAH RISET DRPM UI

Sebagai salah satu perwujudan visi “Research

University” yang dijunjung oleh Universitas Indonesia

adalah berbagai program hibah riset yang ditujukan UI

kepada civitas akademinya. Program tersebut terdiri

dari beberapa kategori yang salah satunya

diperuntukan pengembangan dan pengabdian

kepada masyarakat. Program hibah riset tersebut

tentunya akan melibatkan masyarakat umum dalam

tujuan atau objek dari kegiatan riset yang akan

dilakukan.

Terkait dengan hal tersebut, Departemen Geografi UI

telah mengajukan sejumlah tema kegiatan riset, dan

beberapa tema tersebut terpilih untuk dimasukkan ke

dalam program hibah riset Universitas Indonesia. Salah

satu kegiatan yang masuk ke dalam program hibah

riset Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Uni-

versitas Indonesia (DRPM-UI) adalah kegiatan Pelatihan

Penggunaan GPS dan Cara Membaca Peta kepada

Pengemudi Taksi di Kota Depok. Kegiatan tersebut ber-

langsung selama tiga hari (dimulai pada tanggal 27

Januari 2010) dan bertempat di Gedung Departemen

Geografi UI.

Kegiatan pelatihan tersebut bertujuan untuk membagi

pengetahuan tentang tata cara membaca peta kepada

para pengemudi taksi. Pengenalan teknologi GlobalPositioning System (GPS) yang sedang marak saat ini,

juga diberikan kepada para peserta. Hal ini tentunya

bermanfaat untuk menambah wawasan para

pengemudi taksi dalam bernavigasi di jalan raya.

Pelatihan tersebut mengundang peserta dari tiga

armada taksi yang beroperasi di wilayah Kota Depok,

yaitu TAXIKU, CELEBRITY TAXI, dan TAXI DIAMOND,

yang keseluruhannya berjumlah 12 orang. Kegiatan

dimulai pada pukul 08.00 dan berakhir pada pukul

16.30 WIB.

Volume 8 / No. 1 / April 2010

Foto 1. Peserta kegiatan pelatihan

Foto 2. Kegiatan pelatihan membaca peta

Kegiatan pelatihan dipandu oleh tiga orang staf pen-

gajar Departemen Geografi UI. Masing-masing pen-

gajar memberikan materi yang berbeda. Pada hari

pertama, Dra. Tuty Handayani, M.S. memberikan ma-

teri terkait dengan pengenalan peta dan cara mem-

baca peta. Pada hari kedua, Drs. Tjiong Gyok Pin, M.Si.

memberikan materi terkait dengan pengenalan GPS

dan cara pengoperasionalannya. Hari terakhir

kegiatan pelatihan ditutup dengan praktek lapangan

pembacaan GPS dan input data dalam peta, yang

dipandu oleh Adi Wibowo, S.Si, M.Si. Sebagai proses

evaluasi, pre test dan post test juga diberikan dalam

kegiatan pelatihan tersebut. Proses monitoring juga

dilakukan beberapa minggu setelah kegiatan pelati-

han guna melihat seberapa jauh materi pelatihan

tersebut diimplementasikan di lapangan. IIPA

Foto 3. Monitoring hasil kegiatan pelatihan di Celebrity Taxi

Foto 4. Monitoring hasil kegiatan pelatihan di TAXIKU

Foto 5. Monitoring hasil kegiatan pelatihan di Taxi Diamond

Volume 8 / No. 1 / April 2010

Page 4: SELAMAT ULANG TAHUN KE 50…..GEO UI Handayani, M.S. memberikan ma-teri terkait dengan pengenalan peta dan cara mem-baca peta. ... India Malaysia Singapura …

Volume 8 / No. 1 / April 2010

Sekilas Tentang Keberadaan Pulau-Pulau Terdepan

di Indonesia Berdasarkan survey terakhir yang dilaksanakan oleh

Dishidros TNI-AL, Indonesia mempunyai 17.499 pulau

(sebelumnya 17.508 pulau). Dari jumlah tersebut hanya

7.349 pulau yang sudah diberi nama, sedangkan 10.150

pulau belum diberi nama tersebar di seluruh wilayah

Nusantara. Akan tetapi baru-baru ini UNCLOS

menyatakan bahwa jumlah pulau Indonesia ialah sekitar

13.000-an pulau. Diantara pulau yang sudah diberi

nama terdapat 67 pulau yang berbatasan langsung

dengan negara tetangga yang memerlukan perhatian

secara khusus oleh pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah (sumber: Makalah Seminar Nasional

tanggal 17 April 2006 Pulau-Pulau Kecil Dipandang dari Sudut

Keamanan Wilayah NKRI Oleh Kolonel Laut (P) Marsetio, MM.,

Kepala Staf Guspurlaarmatim).

Diantara pulau-pulau ini terdapat pulau-pulau kecil

dengan kategori terluar. Menurut UU 27 Tahun 2007

ukuran pulau kecil adalah kurang dari hingga sama

dengan 2.000 KM2 (Dua Ribu Kilometer Persegi) yang

memiliki titik-titik dasar koordinat Geografis yang

menghubungkan Garis pangkal laut kepulauan sesuai

dengan hukum Internasional dan Nasional. Pulau-pulau

kecil terluar secara geograrfis berbatasan dengan laut

lepas dan perbatasan yang menjadi titik dasar (TD)

sebagai acuan dalam penetapan batas wilayah NKRI.

Pulau-pulau kecil perbatasan merupakan wilayah NKRI

yang berbatasan langsung dengan Negara tetangga,

sehingga memiliki arti strategis dalam pembangunan.

Menurut survey yang dilakukan TNI AL dan Departemen

kelautan jumlah pulau kecil terluar adalah 92 (sembilan

puluh dua). Diantara Pulau-pulau kecil terluar terdapat

12 pulau yang mendapat perhatian khusus atau mem-

peroleh prioritas penanganan (Tabel 1). Berikut adalah

pemaparan beberapa pulau yang termasuk dalam kate-

gori Pulau-Pulau Kecil Terdepan, yaitu: Pulau Salura,

Pulau Ndana, Pulau Mangudu, dan Pulau Kotak.

PULAU SALURA

Pulau Salura merupakan salah satu dari empat pulau

kecil yang terdapat di Kabupaten Sumba Timur. Secara

absolut Pulau Salura terletak pada 10o18’47” LS dan

120o11’33” BT. Daerah ini berbatasan dengan:

Pulau Sumba di bagian utara.

Samudera Hindia di bagian timur dan selatan.

Pulau Mangudu, Pulau Kotak dan Samudera Hindia di

bagian barat.

Secara administratif Pulau Salura termasuk dalam

wilayah Kecamatan Karera, Kabupaten Sumba Timur.

Luas pulau ini kurang lebih sekitar 620 hektar (sumber:

Pengolahan data, 2009).

Aspek Geografi Fisik

Pulau Salura masih berada dalam

satu gugusan pulau dengan Pulau

Sumba, oleh karena itu kenampakan

fisik yang terlihat di pulau ini tidak

jauh berbeda dengan yang terdapat

di Pulau Sumba.

SEKILAS PROFIL PULAU-PULAU TERDEPAN

INDONESIA (P. Salura, P. Ndana, P. Mangudu, dan P. Kotak)

No. Nama Pulau Penduduk Provinsi Batas Negara Ciri1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.

SekatungMaroreMiangasMerampitFaniFanildoBrasRondoBerhalaNipaBatekDana

Tidak Ada AdaAdaAdaTidak Ada Tidak Ada AdaTidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Ada

RiauSulutSulutSulutPapuaPapuaPapuaNADSumutRiauNTTNTT

VietnamPhilipina Philipina Philipina PalauPalauPalauIndiaMalaysiaSingapuraTimor Leste Australia

MercusuarMercusuarMercusuarMercusuar---MercusuarMercusuarMercusuarMercusuarMercusuar

Oleh: Iqbal Putut

Tabel 1. 12 pulau-pulau kecil terdepan yang mendapat perhatian khusus.

Seperti halnya Pulau Sumba, Pulau

Salura juga merupakan pulau

karang yang terangkat dan didomi-

nasi oleh bukit karang dan kapur,

dengan lembah yang terjal dan

sempit, serta batuan lepas.

Keadaan topografis secara umum

bagian barat pulau merupakan

daerah pesisir yang landai dengan

ketinggian tempat kurang dari 10

meter di atas permukaan laut. Se-

dangkan di bagian timur meru-

pakan daerah dataran tinggi den-

gan bukit-bukit yang ditutupi oleh

padang rumput serta hutan lebat di

bagian lembahnya, dengan titik

tertinggi yaitu sekitar 218 meter di

atas permukaan laut (sumber: Pengo-

lahan data, 2009).

Tidak jauh berbeda dengan yang

terlihat di Pulau Sumba (khususnya

Kabupaten Sumba Timur), keadaan

tanah di Pulau Salura juga men-

gandung pasir, kapur, dan batu

karang karena ratusan ribu tahun

yang lalu daerah ini berada di

bawah permukaan laut. Setelah

zaman es berlalu, daratan ini mun-

cul di atas permukaan laut, se-

hingga sering dijumpai berbagai

jenis hewan laut seperti kerang,

ikan dan tanaman laut yang telah

menjadi fosil di bukit-bukit karang.

Rumput-rumput pun tumbuh di

atas batu-batu karang.

Pulau ini beriklim tropis dengan

musim hujan yang relatif pendek

dan musim kemarau yang panjang

(delapan bulan). Suhu rata-rata

adalah 22,5 derajat sampai 31,7

derajat Celsius. Musim hujan bi-

asanya terjadi di bulan Desember

sampai Maret. Jumlah curah hujan

dalam setahun 1.860 milimeter,

sehingga daerah ini termasuk

daerah beriklim kering.

Aspek Geografi Sosial

Penggunaan tanah oleh masyara-

kat setempat sebagai tempat ber-

mukiman hanya terlihat di bagian

barat pulau, hal ini dikarenakan

bagian barat memiliki dataran ren-

dah dan pesisir yang paling luas

dibandingkan bagian pulau lain-

nya. Pemanfaatan tanah yang terli-

hat di bagian timur antara lain: pe-

rumahan, fasilitas pendidikan, serta

kebun/ladang. Tutupan hutan belu-

kar, hutan lebat, dan padang rum-

put terlihat mendominasi di bagian

tengah hingga bagian barat.

Daerah ini termasuk daerah yang

belum dimanfaatkan oleh pen-

duduk setempat, dikarenakan ket-

inggian tempat, serta bentuk

medan yang kurang mendukung

karena merupakan daerah perbuki-

tan dengan batuan-batuan lepas.

Menurut data statistik, jumlah pen-

duduk yang tinggal di pulau ini

mencapai 475 jiwa (sumber: Data

Statistik Sekretaris Desa, Desa Prai

Salura, 2009). Dengan jumlah pen-

duduk laki-laki sebanyak 240 orang

dan jumlah penduduk perempuan

sebanyak 235 orang. Terdapat 99

rumah yang ada di pulau ini, den-

gan jumlah Kepala Keluarga (KK)

sebanyak 110 (sumber: Data Statistik

Sekretaris Desa, Desa Prai Salura, 2009).

Dari segi penguasaan tanah, selu-

ruh wilayah pulau ini merupakan

tanah hak ulayat yang telah dikua-

sai oleh negara. Dari segi ke-

pemilikannya, belum satupun dari

bangunan-bangunan yang ada di

pulau tersebut, yang telah memiliki

sertifikat tanah.

Gambar 2. Morfologi P. Salura

Gambar 1. Lokasi P. Salura

Volume 8 / No. 1 / April 2010

Page 5: SELAMAT ULANG TAHUN KE 50…..GEO UI Handayani, M.S. memberikan ma-teri terkait dengan pengenalan peta dan cara mem-baca peta. ... India Malaysia Singapura …

PULAU NDANA

Pulau Ndana terletak pada 10°59'11"LS 122°51'52"BT. Memiliki luas

sekitar 1562 hektar, secara geografis pulau ini terletak di sebelah sela-

tan Pulau Rote dan merupakan pulau paling selatan dari NKRI. Pulau

ini mempunyai ketinggian tempat yang relatif rendah, dengan titik

tertingginya adalah 48 mdpl. Mempunyai bentuk medan yang relatif

datar namun sedikit bergelombang di bagian tengah pulau. Mempun-

yai tipe vegetasi hutan kering, dataran rendah, dan batuan kapur.

Penggunaan tanah di pulau ini didominasi oleh hutan belukar, yang

sebagian tumbuh di batuan karang yang terangkat ketika proses

pembentukan pulau ini, di bagian tengah pulau dan padang rumput

di pinggir pantainya. Terdapat 5 buah danau yang kesemuanya terle-

tak pada penggunaan tanah hutan belukar di bagian tengah pulau.

Penggunaan tanah yang lainnya di pulau ini adalah untuk pangkalan

militer TNI AL. Pemanfaatan tanah di pulau ini dimanfaatkan oleh TNI

AL untuk pos penjagaan serta untuk asrama atau mess jaga para per-

sonil TNI yang tinggal di pulau tersebut. Terdapat pula areal di sekitar

pos jaga yang dimanfaatkan untuk landasan helikopter (helipad).

Gambar 3. Lokasi P. Salura (inset: Morfologi P. Ndana, sumber: Dok. Pribadi, 2009)

Selain itu di pulau ini juga terdapat se-

bidang tanah yang dimanfaatkan untuk

menara suar yang tepatnya berada di

bagian selatan pulau ini. Dari segi pengua-

saan tanah, seluruh wilayah pulau ini meru-

pakan tanah hak ulayat yang telah dikuasai

oleh negara. Dari segi kepemilikannya

hanya 2 bidang tanah di pulau ini yang

telah bersertifikat yaitu asrama atau pos

TNI AL dan menara suar.

Gambar 4. Barak TNI AL (Sumber: Dok. Pribadi, 2009)

Gambar 5. Menara suar

(Sumber: Dok. Pribadi, 2009)

Volume 8 / No. 1 / April 2010

PULAU MANGUDU

Pulau Mangudu terletak pada 10°

19'48"LS dan 120°6'58"BT dengan

luas sekitar 145 hektar (sumber: Pen-

golahan data, 2009). Pulau ini berba-

tasan dengan Samudera Hindia di

bagian utara, barat, dan selatan,

serta berbatasan dengan Pulau Ko-

tak dan Pulau Salura di bagian

timurnya. Pulau ini juga diperkira-

kan sebagai pulau karang yang ter-

angkat. Bentuk medannya relatif

datar dengan ketinggian tempat

kurang dari 10 meter di atas per-

mukaan laut. Hampir seluruh

bagian pulau tertutup oleh padang

rumput dan semak belukar, dan

hanya terdapat sedikit hutan lebat

di bagian tengah pulau.

Terdapat beberapa bangunan yang

pernah digunakan sebagai tempat

tinggal/menetap (homestay), satu

bangunan dermaga, satu ban-

gunan suar yang masih berfungsi,

dan satu bangunan yang pernah

digunakan sebagai pos jaga oleh

Departemen Kelautan dan Peri-

kanan (DKP). Akan tetapi bangunan

-bangunan tersebut kini sudah ti-

dak terpakai lagi dikarenakan pulau

ini merupakan pulau yang tidak

berpenghuni. Dari semua ban-

gunan tersebut, hanya bangunan

suar yang mempunyai sertifikat

tanah, dan sisanya merupakan

tanah milik negara yang belum di-

manfaatkan lebih lanjut.

Gambar 8. Morfologi P. Mangudu, (Inset: Lokasi P. Mangudu, Sumber: Dok. Pribadi, 2009)

Gambar 7. Bangunan Homestay (Sumber: Dok. Pribadi, 2009)

Gambar 6. Bangunan Pos DKP (Sumber: Dok. Pribadi, 2009)

Volume 8 / No. 1 / April 2010

Page 6: SELAMAT ULANG TAHUN KE 50…..GEO UI Handayani, M.S. memberikan ma-teri terkait dengan pengenalan peta dan cara mem-baca peta. ... India Malaysia Singapura …

PULAU KOTAK

Pulau Kotak terletak pada 10°18'50"LS dan 120°9'48"BT.

Mempunyai luas sekitar 10 hektar. Pulau ini berbatasan

dengan Samudera Hindia di bagian utara dan selatan,

berbatasan dengan Pulau Mangudu di bagian barat,

serta berbatasan dengan Pulau Salura di bagian timur.

Mempunyai bentuk pulau seperti bukit, dengan daerah

pesisir yang sempit. Didominasi oleh tutupan padang

rumput, serta sedikit hutan belukar di bagian tengah.

Sebagian kecil daerah di bagian timur pulau ini diman-

faatkan sebagai kebun campuran. Secara keseluruhan,

pulau ini belum mempunyai sertifikat tanah, dan masih

berada sepenuhnya dalam kekuasaan negara. IIPA

Gambar 9. Lokasi P. Kotak (Sumber: Pengolahan Data, 2010)

Gambar 10. Morfologi P. Kotak (Sumber: Dok. Pribadi, 2009)

Gambar 11. Bangunan rumah (Sumber: Dok. Pribadi, 2009)

Volume 8 / No. 1 / April 2010 Volume 7 / No. 1 / April 2009

KONSEP KAWASAN KOTA TERPADU

MANDIRI

Kawasan Kota Terpadu Mandiri

(KTM) adalah kawasan transmigrasi

yang pembangunan dan

pengembangannya dirancang

menjadi pusat pertumbuhan yang

mempunyai fungsi perkotaan

melalui pengelolaan sumber daya

alam yang berkelanjutan.

Pengembangan kota sebagai pusat

pertumbuhan harus di ikuti oleh

pengembangan kawasan yang

merupakan tujuan awal dari

dikembangkannya konsep KTM ini.

Pelaksanaan pembangunan dan

pengembangan KTM di kawasan

transmigrasi dilakukan secara

bersama dan terpadu oleh

pemerintah, badan usaha/swasta

dan masyarakat. Untuk mendukung

pelaksanaan pembangunan dan

pengembangan KTM kawasan

transmigrasi yang lebih terarah baik

di tingkat pusat, propinsi,

kabupaten/kota diperlukan suatu

pengelolaan yang tepat-guna, baik

dalam tataran desain perencanaan,

organisasi, aktuasi, maupun

pengendalian (kontrol)

penyelenggaraan KTM.

MANAJEMEN PENGELOLAAN KAWASAN

KOTA TERPADU MANDIRI DENGAN

SISTEM INFORMASI GEOGRAFISOleh:Imam Wahyudi, SSi. MMA

ABSTRAK : Pengembangan Kawasan kota terpadu mandiri yang berbasis perta-

nian,peternakan atau perkebunan selain harus didukung oleh tersedianya infrastruk-

tur proses produksi dan pemasaran hasil-hasil pertanian, peternakan atau perkebunan

juga harus didukung oleh tersedianya data dan informasi yang akurat, serta terban-

gunnya sistem pengambilan keputusan yang tepat. Ketiga modal ini menjadi dasar

kebutuhan dalam pengembangan serta pembangunan kawasan KTM secara lestari

dan berkelanjutan, pada akhirnya nanti kinerja dari ketiga unsur ini akan mampu men-

ingkatkan kesejahteraan masyarakat yang ada di kawasan kota terpadu mandiri secara

sistematis dan terukur. Keberhasilan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di pe-

losok-pelosok negeri ini akan bermuara pada terciptanya kutub-kutub pembangunan

yang tersebar merata di seluruh Indonesia. Sistem informasi geografis yang menjadi

basis pengembangan sistem informasi spasial agribisnis di kawasan KTM merupakan

sistem yang tepat diterapkan dalam mendukung pengembangan dan pengelolaan

kawasan. Kemampuan SIG dalam melakukan inventarisasi secara spasial, mengolah

serta menganalisis akan mendukung sistem pengambilan keputusan (Decision Sup-port System) yang berbasiskan kawasan, serta dari aspek keruangan menjadi suatu

landasan yang tepat digunakannya sistem ini dalam manajemen pengelolaan kawa-

san kota terpadu mandiri di seluruh Indonesia.

Gambar 1. Kota terpadu mandiri di Indonesia

Page 7: SELAMAT ULANG TAHUN KE 50…..GEO UI Handayani, M.S. memberikan ma-teri terkait dengan pengenalan peta dan cara mem-baca peta. ... India Malaysia Singapura …

Untuk itu, diperlukan suatu sistem

manajemen penyelenggaraan

program KTM berbasis keruangan

lengkap dengan tim asistensi

teknis yang membantu dalam

kegiatan monitoring,

pengendalian dan evaluasi

terhadap pelaksanaan

penyelenggaraan pembangunan

dan pengembangan KTM kawasan

transmigrasi di lapangan, sesuai

dengan arah dan tujuan

pengembangan dan

pembangunan KTM.

PERAN INFORMASI SPASIAL

DALAM PENGEMBANGAN KAWA-

SAN

Pengembangan Kawasan kota

terpadu mandiri diarahkan untuk

lebih berbasis pada partisipasi

masyarakat sebagai mitra pemer-

intah dan pihak swasta sebagai

agen pembangunan atau dikenal

dengan CDD (Community Driven Development). Dalam CDD,

Masyarakat diposisikan sebagai

obyek dan subyek dari pemban-

gunan kawasan. Dalam tahap awal

pengembangan kawasan peran

serta masyarakat sangat dibu-

tuhkan, terutama dalam pen-

yediaan informasi tentang kawa-

san dan penentuan visi pemban-

gunan kawasan KTM kedepan

yang harus berbasis pada potensi

kawasan baik ditinjau dari sisi eko-

nomi maupun dari sisi spasial.

Di sisi lain, karena KTM ini salah

satu tujuannya ingin adanya

peran serta pihak swasta sebagai

bagian dari pembangunan kawa-

san KTM ini maka diperlukan

adanya data yang cepat, akurat

dan mampu menjawab kebutu-

han pihak swasta bila ingin mela-

kukan investasi di kawasan terse-

but. Kebutuhan akan suatu infor-

masi yang bersifat regional mau-

pun lokasional mau tidak mau

harus disajikan baik data maupun

informasinya dalam bentuk data

spasial. Where (dimana lokasinya?)

adalah pertanyaan yang akan tim-

bul bila pemerintah akan mem-

bangun prasarana KTM atau pihak

investor akan melakukan investasi

di lokasi KTM ini, jawaban dari

where ini akan menjadi hal yang

kompleks bila ingin menghasilkan

jawaban terbaik mengenai lokasi

yang tepat dan bisa dipertang-

gungjawabkan. Lanjutan dari

“where” tersebut adalah “why”

atau kenapa harus disana, whyinilah yang menggambarkan vari-

abel-variabel penyusun dalam

menentukan lokasi dan “who”

yang mengungkapkan subyeknya,

bisa status legal lokasi yang

dipilih, masyarakat yang mana

yang akan merasakan dampak

atau menjadi bagian dari ker-

jasama yang akan dilakukan pihak

swasta dalam melakukan investasi

tersebut, biasanya dalam tahap

implementasi akan diakhiri den-

gan “how” atau bagaimana pelak-

sanaannya. Semua konsep pertan-

yaan tersebut harus dapat dijawab

dengan suatu sistem informasi

yang mendukung terjadinya

proses pengambilan keputusan.

Peran pemerintah sebagai regula-

tor dan fasilitator pengembangan

kawasan diharapkan mampu men-

jembatani hubungan antara

masyarakat dengan pihak swasta,

dimana peran pemerintah di-

harapkan mampu meningkatkan

tingkat partisipasi masyarakat

dalam bekerjasama dengan pihak

swasta dalam pembangunan KTM,

disisi lain pemerintah juga ditun-

tut untuk memberikan pemicu

(trigger) agar kawasan KTM ini

menjadi suatu kawasan yang

menarik dan kompetitif bagi in-

vestor dan menjadikan masyara-

kat sebagai mitra bagi pihak

swasta .

Kota terpadu mandiri merupakan

suatu konsep pembangunan yang

berbasiskan kawasan, berbicara

masalah kawasan maka dalam

manajemen pengelolaannya tidak

akan terlepas dari masalah lokasi.

“What, where, why, who and how” adalah pertan-yaan yang akan kerap muncul dalam pengem-bangan lokasi berkaitan dengan perencanaan pembangunan kawasan KTM ini.

Penyajian data statistik yang bersi-

fat tabular tidak mampu secara

cepat dan akurat serta merepre-

sentasikan kebutuhan dalam men-

jawab pertanyaan tersebut. Dalam

penyajiannya data tabular hanya

mampu menyajikan data numerik

masing-masing satuan analisis,

tetapi tidak mampu menjadi me-

dia untuk melakukan analisis kore-

lasi antara satuan analisis yang

berdekatan, atau tidak mampu

menyajikan wilayah pengaruh bila

suatu keputusan atau kebijakan

dilaksanakan di satu lokasi.

Hubungan ketiga komponen ini

dalam membangun KTM ini mem-

butuhkan ketersediaan data dan

informasi. Kemudahaan dalam

membaca data, mengolah, mela-

kukan analisis serta menyajikan

informasi menjadi hal yang utama

dalam pengembangan sistem in-

formasi berbasis kawasan, karena

dalam sistem informasi tersebut

tidak hanya stake holder yang ter-

libat, tetapi juga didalamnya akan

melibatkan unsur masyarakat

serta pihak swasta sebagai inves-

tor di kawasan tersebut.

Volume 8 / No. 1 / April 2010

Hubungan ketiga unsur tersebut dapat digambarkan

dalam diagram di atas (gambar 2).

Sistem informasi yang tepat dalam menjawab kebutu-

han tersebut adalah sistem informasi berbasis data

spasial, sistem informasi ini nantinya akan menjadi tu-

lang punggung dari penerapan manajemen pengel-

olaan kawasan KTM ini. Sistem informasi yang berbasis

data spasial ini saat ini lebih dikenal dengan nama Sis-

tem Informasi Geografis (SIG). Sistem Informasi

Geografis (Geography Information System/GIS) meru-

pakan suatu konfigurasi sistem yang bekerja secara

sinergis dalam pengumpulan, pengolahan, analisis

data hingga penyajian hasil dalam membantu pen-

gambilan keputusan dalam bentuk penggabungan

berbagai bentuk data (numerik, spasial, tekstual, grafik

hingga foto/multimedia) dalam format data keruangan

atau data spasial.

Ketersediaan informasi spasial ini akan mampu mendu-

kung pengembangan sistem manajemen kawasan di-

mana sistem informasi informasi geografis ini akan

mampu menjawab “what, where, why, who and how”

yang kerap muncul dalam tahap perencanaan maupun

dalam tahap pelaksanaan pengelolaan Kawasan KTM.

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SEBAGAI SISTEM IN-

FORMASI DALAM PENGELOLAAN KAWASAN KTM

Manajemen pengelolaan berbasiskan kawasan dengan

Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam pelaksanaannya

nanti akan sangat membantu tidak saja untuk men-

jawab kebutuhan akan lokasi, tetapi juga akan mampu

menyajikan informasi tentang potensi kawasan KTM.

Bila dikembangkan lebih jauh, aplikasi SIG ini dapat

diterapkan dalam berbagai kebutuhan antara lain

seperti yang diungkapkan berikut ini.

Aplikasi SIG dalam perencanaan pengelolaan kawasan

Penerapan SIG dalam perencanaan pengelolaan kawa-

san terkait dengan perlunya inventarisasi potensi dan

daya dukung lingkungan kawasan. Potensi kawasan

menyangkut tersajinya informasi data spasial berupa

topografi kawasan, data demografi masyarakat, data

kegiatan usaha serta komoditas eksisting serta sarana

dan prasarana yang telah ada di kawasan tersebut. In-

formasi tersebut berguna dalam membantu perenca-

naan pengelolaan kawasan dalam bentuk analisis

pengembangan kawasan berupa analisis pengemban-

gan struktur ruang kawasan, analisis pola ruang, anal-

isis alokasi fungsi ruang, sistem pengembangan trans-

portasi kawasan, penentuan komoditas unggulan,

pengembangan sarana dan prasarana kawasan yang

optimal serta melakukan analisis dampak dan daya

dukung lingkungan.

Gambar 2. Pola hubungan pengembanganwilayah dan sistem informasi

Volume 8 / No. 1 / April 2010

Page 8: SELAMAT ULANG TAHUN KE 50…..GEO UI Handayani, M.S. memberikan ma-teri terkait dengan pengenalan peta dan cara mem-baca peta. ... India Malaysia Singapura …

Aplikasi SIG dalam pelaksanaan

pengelolaan kawasan

Pelaksanaan pengelolaan kawasan

membutuhkan strategi yang tepat

dalam menentukan skala prioritas

pembangunan kawasan, terutama

pembangunan fisik. Mengingat

keterbatasan dana dan waktu

maka skala prioritas menjadi hal

penting. Bagaimana melakukan

pembangunan fisik dalam rangka

pengembangan kemandirian eko-

nomi kawasan yang menghasilkan

dampak positif yang paling luas di

masyarakat. Terutama bagi pen-

ingkatan ekonomi masyarakat.

Indikator-indikator yang diguna-

kan untuk mengukur tingkat ke-

majuan sebelum dan sesudah pe-

laksanaan pembangunan juga

dipersiapkan, sehingga setiap

kegiatan pembangunan yang dila-

kukan dapat terukur tingkat kema-

juannya, terukur tingkat keberha-

silannya dan bisa dipertanggung-

jawabkan hasilnya.

Dalam tahapan ini peran informasi

yang terbangun secara sistematis

menjadi hal yang penting, dengan

tersedianya data yang lengkap

maka kebutuhan akan informasi

dalam rangka pengambilan kepu-

tusan skala prioritas pemban-

gunan kawasan dapat dilaksana-

kan dengan tepat sasaran.

Aplikasi SIG dalam monitoring dan

evaluasi pelaksanaan pengelolaan

kawasan

Pelaksanaan kegiatan pemban-

gunan perlu dilakukan pengawa-

san dan monitoring, sehingga

hambatan atau permasalahan

yang terjadi di lapangan dapat

diketahui sedini mungkin dan da-

pat diambil tindakan yang tepat.

Dengan bantuan teknologi infor-

masi internet dan telepon selular

maka kegiatan monitoring dapat

dilakukan tidak harus langsung di

lapangan, namun kegiatan moni-

toring dapat dilakukan secara real-time atau dapat dilakukan se-

waktu-waktu dibutuhkan dengan

menempatkan petugas pendamp-

ingan di lokasi KTM. Hasil monitor-

ing tersebut digunakan dalam

melakukan evaluasi selama pelak-

sanaan pembangunan ataupun

saat melakukan pengelolaan ka-Gambar 3. Konsep pengembangan kawasan kota terpadu mandiri

Volume 8 / No. 1 / April 2010

Aplikasi SIG dalam pengelolaan potensi pertanian dan

perkebunan

Hampir seluruh kawasan transmigrasi merupakan ka-

wasan pengembangan pertanian atau perkebunan,

dengan manajemen pengelolaan berbasiskan SIG ini

akan mampu menjawab tentang potensi pertanian

atau perkebunan di kawasan KTM ini, bagaimana sis-

tem irigasinya, dimana lokasi pembangunan sistem

irigasi yang memiliki dampak positif paling besar per-

tanian di kawasan tersebut, berapa luas lahan yang

akan di airi, berapa estimasi peningkatan hasil panen

dalam beberapa tahun ke depan setelah dilaksana-

kannya pembangunan sistem irigasi, di mana saja ter-

jadi alih fungsi lahan, dan sebagainya. Informasi yang

disajikan dengan konsep SIG ini selain bermanfaat

dalam perencanaan, juga akan sangat membantu

dalam tahap forecasting, monitoring serta services se-

lama pengembangan KTM ini berlangsung.

Aplikasi SIG dalam pemasaran kawasan

Berbicara tentang pengembangan kawasan secara

mandiri maka tidak terlepas dari upaya mendatangkan

pihak ketiga dalam hal ini pihak swasta untuk

menanamkan modalnya di kawasan ini dalam bentuk

investasi. Dalam rangka menarik investor untuk berin-

vestasi di kawasan KTM maka perlu dilakukan pendeka-

tan strategi agar kawasan ini menjadi suatu kawasan

yang sangat potensial untuk dijadikan lahan bisnis

mereka. Upaya untuk menciptakan daya tarik kawasan

bagi investasi ini perlu dilakukan secara sistematis den-

gan ketersediaan data yang akurat. Penyajian informasi

yang lengkap akan sangat membantu pihak pengelola

dalam menentukan langkah-langkah yang strategis

dalam memasarkan kawasan ini. Langkah-langkah

strategis yang dimaksud antara lain menentukan ko-

moditas unggulan kawasan, membangun sistem perta-

nian komoditas unggulan dengan teratur, terencana

dan berkesinambungan. Selanjutnya bila hal tersebut

sudah direncanakan, harus diikuti dengan melakukan

strategi pemasaran kawasan, strategi tersebut antara

lain dengan menentukan positioning dan diferensiasi

kawasan.

Positioning kawasan adalah suatu pendekatan untuk

menentukan konsep utama pengembangan kawasan

kota terpadu mandiri sehingga visi dan misi serta

pengembangan kawasan KTM ini mempunyai arah

yang jelas dan terukur. Positioning dikembangkan ber-

dasarkan diferensiasi produk unggulan yang membe-

dakan kawasan KTM ini dengan kawasan sekitarnya

atau dengan kawasan lainnya. Misalnya. KTM Lunang

Silaut sebagai KTM yang memiliki komoditas unggulan

kelapa sawit dan sapi. Maka positioning KTM ini seba-

gai KTM kelapa sawit yang ramah lingkungan. Kenapa

disebut ramah lingkungan/berwawasan lingkungan,

karena pengelolaan yang dilakukan dilahan-lahan milik

rakyat (bukan hasil bukaan hutan), pemupukannya

menggunakan pupuk organik dari sapi, pengangkutan

Tandan Buah Segar (TBS) dengan sapi, limbah kelapa

sawitnyapun diolah untuk menjadi pakan sapi. Energi

rumah tangga disuplai dengan teknologi biogas dari

kotoran sapi dan limbah kelapa sawit. Diferensiasi KTM

dengan konsep sawit ramah lingkungan menjadi

“Brand” bagi kawasan KTM ini. Bahkan selanjutnya da-

pat dilakukan sertifikasi produk oleh lembaga interna-

sional mengenai produk sawit ramah lingkungan ini. Di

pasaran Eropa, Amerika Utara dan Jepang, produk

yang memiliki sertifikasi ramah lingkungan akan lebih

mudah diterima mereka dan memiliki harga jual yang

lebih tinggi dibandingkan hasil kelapa sawit yang

dikelola secara konvensional, terkait begitu pekanya

masalah lingkungan saat ini. Ini merupakan salah satu

contoh membangun positioning, diferensiasi dan

brand dari masing-masing KTM, sehingga tiap-tiap

KTM tersebut memiliki konsep, visi, misi dan tujuan

yang jelas. Kebutuhan informasi dalam membangun

positioning, diferensiasi dan brand ini mutlak diperlu-

kan, terutama informasi tentang potensi kawasan yang

sesungguhnya. Informasi yang didisain untuk kebutu-

han positioning, diferensiasi dan brand digali berdasar-

kan data dan informasi yang dikembangkan secara

spasial.

Upaya memasarkan kawasan tersebut juga harus

mampu mengidentifikasikan siapa-siapa investor yang

potensial menanamkan modalnya di kawasan KTM,

untuk itu perlu dilakukan upaya segmentasi pihak in-

vestor potensial. Ke semuanya ini memerlukan penya-

jian informasi yang cepat, akurat, menarik dan mampu

melakukan integrasi kegiatan pembangunan serta me-

masarkannya melalui strategi pemasaran yang tepat.

Sistem Informasi Geografis akan menjadi bagian

penting dalam mendukung pengembangan strategi

pemasaran kawasan dimana informasi yang disajikan

oleh sistem ini mampu menjadi basis data dalam mem-

bangun positioning, diferensiasi dan brand serta sis-

tem informasi dalam pengambilan keputusan

(Decision Support System Management/DSSM).

Volume 8 / No. 1 / April 2010

Page 9: SELAMAT ULANG TAHUN KE 50…..GEO UI Handayani, M.S. memberikan ma-teri terkait dengan pengenalan peta dan cara mem-baca peta. ... India Malaysia Singapura …

Aplikasi SIG dalam memasarkan kawasan

Sistem Informasi Geografis tidak saja sangat mem-

bantu dalam perencanaan dan pengelolaan kawasan,

tetapi akan sangat membantu dalam memasarkan ka-

wasan kepada pihak swasta agar mau melakukan in-

vestasi di kawasan tersebut. Sistem informasi Geografis

yang menggabungkan data atribut maupun data

spasial mampu menyajikan kepada pihak investor in-

formasi tentang kondisi eksisting kawasan, infrastruk-

tur yang telah ada, daya dukung kawasan (SDM, ling-

kungan, status kepemilikan lahan), serta potensi dari

kawasan KTM. Kebutuhan informasi kawasan oleh in-

vestor menjadi hal yang penting karena akan akan me-

nentukan cost production mereka serta business planmereka. Pengembangan sistem informasi kawasan ini

akan menjadi aset yang penting bagi pengelola kawa-

san dalam upaya memberikan services yang lengkap

dan akurat bagi investor maupun calon investor di ka-

wasan KTM di seluruh Indonesia.

Aplikasi SIG dalam pemasaran komoditas unggulan

kawasan

Kemampuan SIG juga dapat diaplikasikan dalam mela-

kukan analisis daya dukung pasar dalam memasarkan

komoditas unggulan yang dikembangkan oleh pihak

investor di kawasan tersebut, mulai dari kegiatan pe-

metaan dan analisis mengenai preferensi konsumen,

daya jangkau pasar, keberadaan target market, com-petitivenes, cost and income analysis. Promosi pem-

bangunan KTM dengan konsep-konsep serta position-ing kawasan tersebut merupakan bagian yang juga

penting agar pembangunan dapat dilakukan tidak saja

oleh pemerintah dan masyarakat, tetapi juga menda-

pat dukungan oleh pihak swasta. Pemanfaatan SIG ini

akan membantu pihak yang berkompetan dalam mer-

ancang market strategy (segmentation, positioning, diferentiation) maupun marketing mix (produk, price, place and promotion).

PENUTUP

Dalam pelaksanaan perlu dilakukannya penyediaan

data spasial digital secara terintegrasi sebagai media

melakukan analisis dan evaluasi masterplan. Hingga

saat ini, penyediaan data spasial baru dalam tahap

penyediaan data base spasial dan beberapa model

informasi penyajian antara data spasial dengan data

tabular untuk masing-masing KTM. Berdasarkan hal

tersebut maka perlu dikembangkan suatu pusat

pengelolaan data dan informasi tentang Kawasan Kota

Terpadu Mandiri, mengingat cukup banyaknya Kaw.

KTM yang secara eksisting dikembangkan di Indonesia

dan akan banyak lagi yang akan dikembangkan di selu-

ruh Indonesia.

Kelengkapan dan ketersediaan data dan infor-

masi merupakan hal yang mutlak keberadaanya bila

ingin memperoleh hasil yang maksimal. Dalam pelak-

sanaannya terdapat kendala-kendala salah satunya

adalah “data ada dimana-mana, namun saat diperlukan

menjadi dimana-mana tidak ada data”. Kemudian

dalam penerapan pembanguan data spasial, terdapat

beberapa sumber kekeliruan yang sering terjadi dalam

membangun suatu Sistem Informasi Geografis bagi

perencanaan wilayah, hal ini perlu diwaspadai dalam

pelaksanaan pembangunan data, antara lain :

1. Penetapan variabel ; penguasaan masalah dalam

menentukan variabel dan mengelompokkan ting-

kat akurasi variabel. Penentuan suatu data men-

jadi variabel yang tidak sempurna/ tidak kompre-

hensif akan berdampak pada ketajaman output

yang dihasilkan. Peranan SDM yang profesional

diharapkan mampu mengeliminasi tingkat kesala-

han yang mungkin timbul.

2. Sumber informasi yang sudah kedaluarsa ; umum

terjadi di daerah berkaitan dengan updating data

yang tidak pernah dilaksanakan.

3. Penggunaan skala peta yang tidak sesuai pelak-

sanaan tumpang susun (overlay) informasi, walau-

pun secara teknologi GIS akan tetap mampu me-

lakukan prosesing data namun informasi yang

dihasilkan tidak seperti yang diinginkan.

4. Kesalahan Pembuatan model spasial dalam pen-

golahan sistem informasi spasial. Penetapan ru-

musan model dan mekanisme pengoperasian

model akan berpengaruh terhadap ketepatan

output yang dihasilkan. Peranan tenaga profe-

sional diharapkan lebih mampu memperkecil

tingkat kesalahan yang timbul.

Jelasnya, pemanfaatan teknologi Informasi yang didu-

kung oleh Sumber Daya Manusia yang profesional,

diharapkan akan mampu memberikan masukan ber-

harga bagi daerah dalam mengeksplorasi dan meren-

canakan menejemen pengelolaan SDA kawasan secara

arif, bijaksana dan berkelanjutan.***

Volume 8 / No. 1 / April 2010

Kabupaten Polewali Mandar

(Polman) adalah salah satu dari 5

kabupaten yang ada di Propinsi

Sulawesi Barat, yang terus giat

mencari potensi yang bisa dikem-

bangkan dalam berbagai sektor.

Pada saat dilakukan survei daerah

ini masih bernama Kabupaten

Polewali Mamasa (Polman). Sejak

1 Januari 2006, daerah ini resmi

bernama Kabupaten Polewali

Mandar, seiring dengan berdirinya

Kabupaten Mamasa dengan

proses pemekaran.

Untuk sektor pariwisata kabu-

paten ini giat menggali dan

mengembangkan kemungkinan

adanya lokasi pariwisata baru, baik

yang alam maupun yang budaya.

Dengan kondisi geografis yang

lengkap mulai dari wilayah pantai

sampai wilayah pegunungan, dan

dengan keadaan alam yang indah

dan mempesona serta keane-

karagaman seni budaya, menem-

patkan kabupaten ini menjadi

salah satu tujuan wisata yang

menarik. Wilayah pantai dengan

pasir putih dan terumbu karang

yang indah. Objek air panas, air

terjun dan pemandangan alam

pegunungan juga menjadi suatu

hal yang menarik

Selain daya tarik wisata alam yang

berupa wisata bahari dan

agrowisata, yang tidak kalah

menarik adalah wisata budaya

berupa peninggalan sejarah pur-

bakala. Hal ini ditunjang pula den-

gan aneka hasil kerajinan rakyat

untuk cenderamata berupa anya-

man, sulaman, kerang-kerang,

perabot rumah tangga, pembua-

tan tenunan sarung khas Mandar,

Perahu Sandeq dan kerajinan tan-

gan lainnya dari batang kelapa,

juga merupakan potensi wisata

yang menjanjikan. Berbagai hi-

dangan khas daerah ini juga bisa

dijadikan wisata kuliner untuk

para wisatawan baik domestik

maupun mancanegara.

Secara geografis letak wilayah Ka-

bupaten Polman terletak antara

12o5’00’’ BT sampai 12o50’00’’ BT

dan 2o40’00’’ LS sampai 3o32’00’’

LS. Jarak tempuh dari ibukota Pro-

pinsi Sulawesi Selatan 255 km.

Batas-batas wilayahnya antara

lain : sebelah Utara adalah Kabu-

paten Mamasa; di sebelah Selatan,

Teluk Mandar; di sebelah Timur,

Kabupaten Pinrang; dan di sebe-

lah Barat, Kabupaten Majene. Se-

bagian besar Kabupaten Polman

terdiri atas wilayah bergunung

sampai curam, dengan kemirin-

gan lereng berkisar antara 0 – le-

bih dari 40%. Wilayah datar dijum-

pai pada beberapa tempat, seperti

di Kecamatan Polewali dan tem-

pat-tempat lain dengan aktivitas

ekonomi yang tinggi. Luas Kabu-

paten Polman adalah 4.781,53

km2, sebelum pemekaran. Setelah

pemekaran luasnya berkurang

menjadi 3.240,56 km2.

Kabupaten Polman yang meru-

pakan bagian dari Pulau Sulawesi

yang kaya akan fauna dan flora

endemik dan unik, sebagai akibat

dari posisi peralihan dan evolusi di

dalam zona geologi yang kom-

pleks. Zona peralihan ini, yang

menghubungkan Benua Sunda

dan Sahul (Australo-Papua), oleh

para biologiwan dikenal sebagai

kawasan Wallacea. Pulau Sulawesi

secara biogeografis merupakan

wilayah perpaduan antara fauna

benua Asia dengan Australia dan

masih belum banyak diketahui

dengan baik Menurut seorang

biologiwan (Andrew, 1992) di pu-

lau ini terdapat 30 jenis burung

pemangsa diurnal, enam jenis di

antaranya endemik. Salah satu

burung pemangsa endemik yang

terdesak hidupnya adalah Elang

Sulawesi (Spizaetus lanceolatus ).1

Mangrove, Terumbu Karang dan

Pantai di Teluk Mandar

Pantai Teluk Mandar sebagai

bagian dari Kabupaten Polman

memiliki keindahan yang berbeda

dengan pantai lainnya. Hamparan

pantai yang berkarang dengan

pasir putihnya dan pulau-pulau di

sekitarnya yang memiliki terumbu

karang yang indah dan sebagian

lagi ditumbuhi mangrove men-

jadikan pantai ini punya karakter-

istik tersendiri.

PELUANG DAN KENDALA PENGEMBANGAN PARIWISATA

KABUPATEN POLEWALI MANDAR PROPINSI SULAWESI BARAT

Oleh:Tjiong Giok Pin Staf Pengajar Departemen Geografi, FMIPA UI

Volume 8 / No. 1 / April 2010

Page 10: SELAMAT ULANG TAHUN KE 50…..GEO UI Handayani, M.S. memberikan ma-teri terkait dengan pengenalan peta dan cara mem-baca peta. ... India Malaysia Singapura …

1 Elang Sulawesi Spizaetus lanceolatus Deskripsi singkat : Elang-alap berukuran sedang, 56-64 cm, tanpa bulu jambul yang mencuat. Bulu dewasa: sayap dan bagian belakang/punggung coklat gelap, sisi atas bulu ekor coklat gelap dengan empat palang hitam, sisi bawah abu-abu coklat dengan tiga palang hitam dan abu-abu coklat di ujung bulu ekor; kepala dan tengkuk coklat gelap; garis moustachial dan mesial coklat gelap sampai kehitaman pada tenggorokan abu-abu kecoklatan. Dada merah karat sampai coklat berangan dengan bintik-bintik hitam yang sangat kecil, perut dan bagian bawahnya coklat karat dengan berpalang putih; cakar cukup panjang dengan garis-garis halus coklat kotor dengan bulu penutup bawah kaki yang kuning terang (Brown & Amadon, 1968). Warna paruh dan kuku tidak diketahui, namun tam-paknya sama dengan spesies lain. Panjang sayap 335-402 mm, indeks ekor/sayap 69-74%, rata-rata indeks tarsus/sayap 23% (Sozer & Nijman, 1995). Sampai umur satu tahun pertama mengeluarkan suara berulang-ulang dengan cepat "kee-kee-kee" (42-50 kali per 10-11 detik: Van Balen, 1991).

Wilayah sebaran (range): Sulawesi (Indonesia) dan pulau-pulau di sekitarnya yaitu Muna, Butung, Banggai dan Sula (del Hoyo dkk,. 1994; Coates dkk., 1997)

Distribusi dan status: Hutan dataran rendah dan pegunungan dari 250m sampai lebih dari 1500m (White & Bruce, 1968); men-ghuni hutan primer dan hutan pamah sekunder yang tinggi, hutan perbukitan dan hutan pegunungan, kadang hingga pedesaan yang terbuka. Sedikit terpencar tapi tersebar luas mulai dari permukaan laut sampai 2300 m dpl (Coates dkk., 1997), Meyburg dan Van Balen (1994) menyatakan sebagai jenis yang tidak jarang.

Kebiasaan: Elang Sulawesi cenderung untuk berburu dari tajuk hutan sebaik di daerah terbuka dalam hutan. Tercatat ber-sarang pada bulan Agustus di pohon besar pada ketinggian 1600m (Burton, 1989).

Semua ini merupakan potensi ekowisata yang me-

madukan antara ekosistem hutan mangrove dan pano-

rama alam pantai yang belum seluruhnya digali dan

dimanfaatkan.

Hutan mangrove umumnya dijumpai di pesisir Teluk

Mandar, meskipun cukup memprihatinkan karena se-

bagian besar kondisinya sudah rusak, tetapi di be-

berapa pulau seperti di Pulau Panampeang, Pulau

Karamassang masih relatif baik. Pada umumnya kete-

balan hutan mangrove di kawasan ini berkisar antara

10-200 meter dari garis pantai.

Pulau Panampeang adalah pulau kecil yang meru-

pakan pulau karang yang terletak paling luar di

perairan Teluk Mandar yang ditumbuhi mangrove dan

memiliki pantai yang relatif landai. Sedangkan Pulau

Karamassang merupakan pulau kecil dan tidak berpen-

duduk, serta terletak di kawasan perairan Teluk Mandar

paling Selatan.

Pulau Battowae merupakan pulau yang paling besar di

kawasan Teluk Mandar, dan sudah banyak bangunan

permanen dan sekolah. Pulau Battowae merupakan

pulau yang memiliki hutan mangrove paling luas.

Pulau Salamah atau disebut juga Pulau Tanggae. Pulau

ini berdekatan dengan Pulau Battowae, tetapi luasnya

lebih kecil. Hutan mangrove di daerah ini tumbuh

sepanjang kawasan pesisir pulau, karena posisinya ter-

lindung oleh Pulau Battowae.

Di sepanjang pesisir Binuang juga banyak ditumbuhi

mangrove. Letaknya yang terlindung dari hempasan

gelombang dan subtratnya yang berasal dari lumpur

liat sangat menguntungkan untuk tumbuhnya man-

grove. Terumbu Karang dijumpai di beberapa pulau

antara lain di Pulau Battowae, Pulau Salamah, Pulau

Karamassang, Landea dan Panampeang.

Dengan potensi yang ada, berupa pantai pasir putih,

mangrove dan terumbu karangnya, pantai yang ada di

Kabupaten Polman ini dapat dikembangkan sebagai

daerah tujuan wisata. Sebagai daerah wisata yang ber-

basis pada potensi sumberdaya alamnya, maka peren-

canaan perlu dengan pendekatan yang multidisiplin.

Langkah awal untuk mengantisipasinya adalah dengan

membuat arahan secara lebih detail terhadap perma-

salahan perkembangan di kawasan pantai. Pengaturan

garis sempadan; penentuan peruntukan lahan; inten-

sitas pembangunan yang dikaitkan dengan daya tam-

pung kawasan agar tidak terjadi ketidakseimbangan

alam; dan sistem penghubung yang dapat menghasil-

kan suatu kegiatan lain; merupakan berbagai usaha

yang harus dilakukan untuk mengatur perkembangan

pariwisata dikemudian hari.

Pengaturan dan Penyusunan Rencana Tata Bangunan

dan Lingkungan di Kawasan Pantai di Teluk Mandar

merupakan salah satu usaha dalam mangantisipasi dan

diupayakan menjadi bagian dari suatu perangkat pe-

doman dan pengendalian pembangunan fisik yang

akan menjadi alat untuk membantu memecahkan per-

masalahan yang ada. Rencana Tata Bangunan dan

Lingkungan dimaksudkan untuk memberikan arahan

perwujudan fisik suatu kawasan yang mengacu pada

Rencana Tata Ruang yang lebih tinggi tingkatannya

agar tercipta suatu kawasan yang terkendali. Tujuan

dari penyusunan ini adalah untuk mewujudkan ling-

kungan kawasan yang kaya dengan variasi, jatidiri, dan

mempertahankan kondisi lingkungan agar tetap baik.

Dengan demikian dapat memberikan arahan pada

daerah tersebut yang dapat memenuhi kepentingan

atau aspirasi masyarakat, pemanfaatan sumberdaya

dan daya dukung lahan yang optimal.

Volume 8 / No. 1 / April 2010

Pantai-pantai di Balanipa dan Binuang

Pantai Balanipa adalah sebuah obyek wisata alam yang

menarik. Di pantai ini, tepatnya di Desa Sabang Subik,

Kecamatan Balanipa, dapat dijumpai sumur-sumur

pada tepi pantai yang bersumber dari mata air panas

dapat menjadi obyek wisata yang menarik. Obyek ini

juga berdekatan dengan lokasi pembuatan tenun tra-

disional Mandar dan lokasi pembuatan perahu Sandeq.

Di Desa Bala Kecamatan Balanipa terdapat fasilitas

wisata berupa Casebo, Pondok Wisata dan Panggung

Kesenian. Obyek wisata ini berada pada poros jalan

Propinsi (Trans Sulawesi bagian Barat). Pantai Palippis

dan Labuang yang terdapat di desa ini memiliki pano-

rama alam yang indah dan menarik. Di sana dapat di-

jumpai hasil paduan pasir putih, perbukitan, tebing

dan goa alam sepanjang pantai kurang lebih 3 km. Dari

tempat ini dapat disaksikan terbenamnya matahari di

laut lepas Selat Makassar.

Fasilitas rumah wisata dan Casebo juga terdapat di

Pantai Sappoang, Kelurahan Ammasangan, Kecamatan

Binuang. Panorama pantai yang indah juga dapat

disaksikan dari tempat ini. Lokasi obyek wisata lainnya

yang terdapat di Kecamatan Binuang adalah Pulau

Gusung Toraja. Lokasinya dikelilingi oleh Pulau

Karamasang, Pulau Tosalama, Pulau Battoa dan Pulau

Panampeang (Desa Tonyaman) Kecamatan Binuang.

Pulau tanpa penghuni ini dapat ditempuh dengan

perahu motor kurang lebih 15 menit. Pulau Gusung

Toraja mempunyai luas kurang lebih 1.5 Ha merupakan

salah satu obyek wisata dengan panaroma pantai yang

indah dihiasi oleh pasir putih dan coklat yang bersih,

cocok untuk tempat berjemur, berenang, memancing

dan rekreasi.

Air Terjun Kunyi dan Tapango

Obyek wisata air terjun ini terdapat di Desa Kunyi, Ke-

camatan Anreapi, dapat dijangkau dengan kendaraan

bermotor. Air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 30

meter dan bertingkat 3 dengan airnya yang jernih, dan

bersih. Dari tingkat 3 dapat melihat panorama alam

yang indah serta kota Polewali.Wisata alam di daerah

pegunungan ini sangat nyaman, dengan udara yang

segar dan potensi agrowisata yang beraneka, karena di

daerah ini banyak ditanam langsat, durian, rambutan ,

dan kopi.

Di tempat ini pula sedang dikembangkan pembangkit

energi alternatif dengan menggunakan turbin dengan

menggunakan aliran air dari sungai setempat. Obyek

wisata air terjun lainnya terletak di Desa Tapango, Ke-

camatan Tapango. Air terjun Tapango memiliki ke uni-

kan tersendiri.

Agrowisata Kanang

Daerah Kanang terletak di Desa Batetangnga, Kecama-

tan Luyo yang berjarak kurang lebih 1.5 km dari poros

jalan propinsi. Lokasinya dapat dicapai dengan kenda-

raan roda empat. Di daerah Kanang dapat dijumpai

perkebunan rakyat yang terdiri atas durian, langsat dan

rambutan yang luasnya sekitar 400 Ha.

Foto 1. Panorama Alam Pantai Balanipa (Sumber: Dokumentasi penulis)

Foto 2. Panorama Alam Pantai Kecamatan Binuang(Sumber: Dokumentasi penulis)

Volume 8 / No. 1 / April 2010

Page 11: SELAMAT ULANG TAHUN KE 50…..GEO UI Handayani, M.S. memberikan ma-teri terkait dengan pengenalan peta dan cara mem-baca peta. ... India Malaysia Singapura …

Ada juga perkebunan coklat. Di

sekitar perkebunan itu terdapat

sungai-sungai yang masih alami

dan dapat dinikmati oleh para

wisatawan sambil mencicipi buah-

buahan yang ada pada musimnya.

Buah durian dan langsat dari Pol-

man telah dikenal di Sulawesi

karena aroma dan manisnya, se-

hingga menjadi pemasok utama

durian dan langsat untuk Kota

Makassar.

Bendungan Sekka-Sekka

Bendungan Sekka-Sekka ini terle-

tak di Desa Batupanga, Kecamatan

Luyo. Letaknya sekitar 5 km dari

poros jalan propinsi, dan dapat

dijangkau dengan kendaraan roda

empat. Selain dimanfaatkan untuk

irigasi persawahan, bendungan ini

juga menjadi objek wisata tirta

yang memiliki panorama alam

indah. Sebagai tempat perman-

dian, olah raga air, memancing,

rekreasi bendungan yang dikelil-

ingi perbukitan ini sekaligus juga

dimanfaatkan sebagai tempat isti-

rahat yang nyaman. Dari tempat

ini pula, kalau kita beruntung da-

pat melihat Burung Elang Sulawesi

yang terbang melintas.

Atraksi Budaya Polman - SaeyangPattu’duSaeyang Pattu’du (Kuda Menari)

adalah salah satu atraksi budaya

yang unik Suku Mandar. yang bisa

melibatkan hingga 100 ekor kuda.

Saeyang Pattu’du ini ditunggangi

oleh gadis-gadis jelita diiringi pu-

kulan rebana dengan syair dan

lagu bernuansa Islam, di depan

seseorang yang melantunkan ka-linda’da (berbalasan pantun) yang

ditujukan kepada penunggang

kuda tersebut.

Setiap kali mendengar bunyi gen-

dang dan rebana, seketika kaki-

kaki kuda ini bergerak-gerak naik

turun, ke depan, ke belakang atau

ke samping. Gerakan kaki ini dii-

kuti dengan gerakan kepala

seperti mengangguk-angguk,

menggeleng-geleng, atau me-

neleng ke kiri dan kanan. Persis

seperti penari. Semakin cepat atau

semakin keras bunyi tetabuhan,

semakin cepat pula gerakan kaki

kuda-kuda itu.

Atraksi Saeyang Pattu’du dilak-

sanakan pada acara Maulid Nabi,

Perkawinan, Khatam Alqur’an dan

acara syukuran. Acara Saeyang Pattu’du bisa ditemui di sejumlah

desa di Kabupaten Polman, tepat-

nya di Desa Kappung Tulu dan

Tinambung, dan desa-desa lain

yang masih berada di Kecamatan

Balanipa dan Tinambung.

Foto 5. Panorama Alam Pantai Kecamatan Binuang (Sumber: Dokumentasi penulis)

Foto 4. Perkebunan coklat rakyat (Sumber: Dokumentasi penulis)

Volume 8 / No. 1 / April 2010

Pakkacaping Pakkacaping (Pemain Kecapi) adalah salah satu seni

budaya tradisonal Mandar berupa petikan kecapi diir-

ingi syair lagu romantis dan petuah/nasehat yang

bernilai sastra tinggi ditujukan kepada tomioro (gadis

jelata yang sedang duduk) dipersandingkan dengan

seorang pemuda dan pemuda tersebut melakukan

Mappamacco (menaruh uang di depan tomioro).

Awalnya Pakkacaping ini dipertunjukkan dalam istana

Raja, namun saat ini menjadi hiburan umum pada

acara Perkawinan, Nazar dan acara syukuran lainnya.

Tarian Pattu’duTari Pattu’du adalah salah satu seni budaya tari tra-

disional Mandar yang dianggap sakral. Tari ini sudah

dipertunjukkan dalam istana kerajaan, sejak Raja

Balanipa I (Todilaling) memerintah tahun 1520 M. Se-

belum menjadi Raja Balanipa, Todilaling

(Imanyambungi) diangkat sebagai pemimpin perang

kerajaan Goa, dan konon sewaktu Todilaling mangkat

44 orang penari Pattu’du, dayang-dayang dan penga-

wal yang setia turut serta masuk ke liang lahat.

Makam Raja Todilaling saat ini menjadi salah satu ob-

jek wisata budaya/ cagar budaya. Letaknya di atas

bukit dengan pohon beringin yang rindang di Desa

Napo Kecamatan Balanipa, sekitar 3 km dari poros

jalan Provinsi.

Salah satu makam lain yang sering diziarahi oleh para

wisatawan di Polman adalah makam Syech Al Ma’ruf.

Makam ini berada di Pulau Tosalama, Desa Ammasan-

gan, Kecamatan Binuang dan dapat ditempuh dengan

perahu motor sekitar 10 menit.

Syech Al Ma’ruf adalah penyiar agama Islam pertama

pada abad ke XVI di Binuang, memiliki pengetahuan

agama Islam yang dalam dan luas, sehingga diberi ge-

lar Tosalama (orang yang dikeramatkan).

Perahu SandeqPerahu Sandeq adalah tipe perahu layar tradisional

Suku Mandar. Perahu ini bercadik berukuran panjang 9

– 16 meter dan lebar 0.5 – 1 meter. Pada jaman dahulu

perahu ini digunakan untuk menangkap ikan sampai

ke laut dalam serta sebagai alat transportasi jarak jauh

menjelajahi seluruh nusantara bahkan sampai ke Ma-

laysia, Singapura, Jepang dan Madagaskar. Kecepatan

tempuh perahu ini dapat mencapai 15 – 20 Knot atau

30 – 40 km per jam. Perahu ini dikenal sebagai perahu

layar tercepat dan tercantik yang mampu mengarungi

laut lepas sekalipun ombak besar.

Foto 6. Perahu Sandeq yang hampir jadi (Sumber: Dokumentasi penulis)

Volume 8 / No. 1 / April 2010

Page 12: SELAMAT ULANG TAHUN KE 50…..GEO UI Handayani, M.S. memberikan ma-teri terkait dengan pengenalan peta dan cara mem-baca peta. ... India Malaysia Singapura …

Untuk melestarikan budaya lelu-

hur Suku Mandar dan menjadikan

sebagai obyek dan daya tarik

wisata, maka setiap peringatan

HUT Kemerdekaan RI, yaitu antara

tanggal 10 – 17 Agustus setiap

tahunnya diselenggarakan Lomba

Perahu Sandeq (Sandeq Race)

dengan rute Majene – Polewali –

Ujung Lero – Teluk Pare-Pare –

Barru dan berakhir di Pantai Losari

Makassar.

Sarung Tenun Sutera Mandar

Kain tenun khas Mandar yang

dikenal dengan Sarung Tenun

Sutra Mandar memiliki ciri dan

corak khas tersendiri, yaitu halus

dan cemerlang. Warnanya tidak

bisa luntur dan telah dikenal di

seluruh Nusantara.

Tenunan Sarung Sutra Mandar

telah menjadi industri kerajinan

rakyat dan terdapat di semua Ke-

camatan pesisir Kabupaten Pol-

man. Biasanya kain ini digunakan

pada acara perkawinan, upacara

adat, acara syukuran lainnya dan

bagi tamu dari luar, dijadikan

cenderamata.

Hasil kerajinan rakyat yang lain,

yang dapat dijadikan

cenderamata, diproduksi di berba-

gai sentra industri rumah tangga

di Kecamatan Polewali dan Tinam-

bung. Ada yang berupa anyaman,

sulaman, kerang-kerang, perabot

rumah tangga, ataupun kerajinan

tangan lainnya dari batang kelapa,

juga rotan.

Makanan Khas Mandar

Makanan khas Mandar cukup ber-

aneka ragam antara lain Loka An-joroi, Jepa dan Bau Peapi. Namun

yang sudah dikenal adalah GollaKambu terbuat dari gula aren,

beras ketan dan kelapa. Untuk

menambah aroma dan rasa yang

bervariasi, biasanya ditambah

durian, kacang dan wijen. Golla Kambu sebagai makanan khas

Mandar dapat diperoleh di Ke-

camatan Balanipa, Tinambung,

Campalagian dan Allu. Selain itu,

ikan asap dan ikan asin adalah

jenis makanan khas Mandar. Se-

mua jenis makanan khas mandar

bisa diperoleh di pasar-pasar tra-

disional.

Alat Transportasi

Alat transportasi yang terdapat di

Kabupaten Polman bervariasi, ada

yang masih tradisional ada pula

yang sudah modern. Delman atau

Dokar, yang dikenal dengan sebu-

tan Bendi, masih digemari

masyarakat sebagai alat angkut

yang menghubungkan antara ke-

camatan dengan daerah pede-

saan.

Foto 7. Pembuatan Sarung Tenun Mandar (Sumber: Dokumentasi penulis)

Foto 8. Kerajinan dari batang kelapa (Sumber: Dokumentasi penulis)

Volume 8 / No. 1 / April 2010

50 TAHUN GEOGRAFI UI KEGIATAN REUNI AKBAR

REUNI GEOGRAFI UI 50 TAHUN

(1959-2009) Departemen Geografi berulang

tahun ke 50 pada tanggal 27

November 2009 yang lalu.

Perayaan 50 tahun tersebut

dilaksanakan pada hari Sabtu, 12

Desember 2009, yang dibarengi

dengan acara reuni. Peringatan

ulang tahun emas tersebut

dimeriahkan dengan berbagai

kegiatan, seperti fun bike,

pameran oleh mahasiswa

Geografi, musik, dan potong kue.

Peserta kegiatan tersebut tercatat

sebanyak + 200 orang termasuk

alumni, mahasiswa dan staf

pengajar, serta beberapa

karyawan Departemen Geografi.

Acara dimulai pada pukul 08.15

dengan kegiatan fun bikeberkeliling kampus UI yang asri

dengan jalur sepeda yang

menantang. Pemandangan hutan

kota yang rimbun turut

menghanyutkan para alumni ke

dunia lain seperti suasana alam

bebas yang masih segar, tarikan

napas dan udaranya membuat

badan menjadi semangat. Setelah

berjalan sejenak, perjalanan

dihentikan sejenak di depan

pohon rindang yang belokasi

berdekatan dengan kandang

kijang, di sekitar area FISIP. Telah

menunggu dihadapan, jalur

sepeda menuju shelter FE yang

lebih menantang.

Mendekati gedung Geografi trek

sepeda menjadi sedikit menanjak,

dengan latar belakang gedung

Rektorat UI dan Balairung.

Beberapa peserta sudah menjadi

pejabat baik di pemerintah atau

swasta, semoga yang belum bisa

menyusul, seperti urutan sepeda

ada yang di depan dan yang di

belakang, dapat berganti sejalan

dengan waktu. Istirahat santai

sejenak setelah bersepeda

dimanfaatkan para peserta

sembari menunggu kedatangan

alumni yang lain. Acara santai

tersebut dimanfaatkan para pe-

serta untuk menikmati makanan

dan minuman yang tersedia, serta

mengunjungi gedung Geografi

untuk melihat beberapa publikasi

terkini Departemen Geografi dan

pameran yang diselenggarakan

oleh beberapa mahasiswa.

Foto 3. Pameran dan eksibisi oleh mahasiswa Departemen Geografi UI

Foto 2. Peserta kegiatan sepeda santai

Foto 1. Persiapan keberangkatan

Volume 8 / No. 1 / April 2010

Page 13: SELAMAT ULANG TAHUN KE 50…..GEO UI Handayani, M.S. memberikan ma-teri terkait dengan pengenalan peta dan cara mem-baca peta. ... India Malaysia Singapura …

Acara dilanjutkan dengan hiburan berupa musik dan

kesenian. Beberapa grup band mahasiswa Geografi

angkatan 2007, 2008, dan 2009 menampilkan

kebolehan dan bakat dalam bermusik. Aksi hiburan

tersebut mendapatkan sambutan yang hangat dari

hadirin, baik dari alumni ataupun dari mahasiswa yang

hadir. Para alumni dan dosen juga tidak ketinggalan

menunjukan kemampuannya dalam bermusik, seperti

Pak Raldi Hendro menampilkan kemampuan

memainkan gitarnya, serta Mas Tito Latif, Mas Hari Tb

yang menggabungkan tiga generasi (70-an, 80-an, dan

90-an) dalam musik yang dibawakan oleh mereka.

Mantap..

Waktu menunjukkan pukul 12.00 siang, acara

dilajutkan dengan santap siang (ISHOMA). Hidangan

sederhana tetapi Maknyuss segara disantap oleh para

peserta, momen tersebut juga diiringi dengan bincang

-bincang ringan serta foto bersama oleh para peserta

kegiatan. Obrolan seputar masalah terkini, hingga,

nostalgia masa yang lalu mengiringi santap siang

tersebut.

Puncak kegiatan Reuni menyambut 50 Tahun Geografi

UI ditandai dengan acara pemotongan kue ulang

tahun. Kue ulang tahun hasil racikan mba Vresty yang

berukuran cukup besar dihiasi dengan banyak lilin,

dihadirkan ke tengah-tengah panggung. Secara

bersama-sama peserta menyanyikan lagu “Selamat

Ulang Tahun” untuk mengiringi pemotongan kue

tersebut. Dengan ukuran yang cukup besar, kue

tersebut dapat dinikmati oleh seluruh peserta

kegiatan.

Foto 3. Grup musik alumni membawakan lagu-lagu lawas

Foto 6. Pemotongan kue ulang tahun

Foto 4. Peserta menikmati menu dan hidangan makan siang

Foto 5. Kue ulang tahun

Volume 8 / No. 1 / April 2010

Acara ditutup dengan pembagian

bingkisan (Doorprize) berupa be-

berapa perangkat survei lapang

seperti LaserAce dan GPS, serta

satu buah hardrive eksternal. Pem-

bagian bingkisan kembali diiringi

dengan alunan musik dan lagu

dari para alumni, seperti duet Mas

Awin dan Mas Gema serta trio Mas

Sam, Mas Selo, dan Mas Adi Wi-

bowo menutup sesi hiburan dari

para alumni. Pada sesi penutup

tersebut juga dilakukan pendo-

kumentasian para peserta yang

hadir. Pendokumentasian tersebut

berupa foto berdasarkan angka-

tan masing-masing, serta peleng-

kapan daftar hadir. Hal ini ten-

tunya menjadi penting dalam

melengkapi direktori dan rekam

jejak para alumni Geografi UI. AAWI

Volume 8 / No. 1 / April 2010

Page 14: SELAMAT ULANG TAHUN KE 50…..GEO UI Handayani, M.S. memberikan ma-teri terkait dengan pengenalan peta dan cara mem-baca peta. ... India Malaysia Singapura …

Volume 8 / No. 1 / April 2010

Yulius Antokida

Salam, kemarin lusa saya dan Bambang (G’95) bertemu

dengan Ibu Titiek di bakosurtanal. Di pertemuan itu,

kita sempat berbicara mengenai sertifikat keahlian,

yang selama ini banyak lulusan Geografi UI tidak

memilikinya karena lembaga profesi yang menaungi

profesi Geograf seperti IGI, tidak mengeluarkan sertifi-

kat keahlian itu. Kemudian Ibu Titiek menanyakan

kepada teman-teman beliau mengenai sertifikat keahl-

ian Geografi tersebut. Ternyataterdapat lembaga yang

mengeluarkan sertifikat itu, yakni ISI (Ikatan Surveyor

Indonesia) dengan 5 bidang keahlian yaitu Keahlian

Bidang Survey dan Pemetaan Teristris, Keahlian Bidang

Fotogramateri, Keahlian Bidang Remote Sensing,

Keahlian Bidang Survei Hidrografi dan Pemetaan

Bathymetry dan Keahlian Bidang Sistem Infromasi

Geografi.

Tetapi ISI mensyaratkan bahwa sertifikasi hanya dipe-

runtukan bagi lulusan Geodesi saja, sedangkan untuk

lulusan geografi tidak ada. Setelah menghubungi pi-

hak ISI dalam hal ini Bapak Agus (Kapus PPSDA BAKO-

SURTANAL), mereka dapay menerima dari lulusan

Geografi dan akan dirembugkan dalam rapat or-

ganisasi mereka. Pak Agus mengusulkan, sebelum ada

lembaga lain yang membuat sertifikat keahlian

Geografi, dapat mengikuti sertifikasi dari ISI, dan akan

dibantu prosesnya. Apabila terdapat lebih dari 50

orang yang akan mengikuti sertifkasi, maka beliau akan

membantu kemudahan proses dan biaya dalam pen-

gurusan sertifikasi tersebut.

Saya tertarik dengan usulan itu dan oleh karena itu

saya sounding kepada teman-teman Geografi UI, untuk

memiliki sertifkat keahlian agar memiliki nilai tambah

dan pengakuan profesi, yang paling nyata terutama

dalam mengikuti tender di instansi pemerintah yang

sekarang mulai meminta sertifikat keahlian untuk

tenaga ahli yang mengikuti kegiatan. Menurut rekan-

rekan bagaimana dengan ajakan tersebut ? Kita dapat

berdikusi di forum ini.

Catatan :

ISI telah menerbitkan sejumlah besar Sertifikat Keahl-

ian (SKA) dan te-registrasi di LPJK

Sertifikasi Tenaga Ahli Survei dan Pemetaan yang ber-

gerak dalam layanan Jasa Konstruksi dimaksudkan un-

tuk menyatakan kompetensi seseorang dalam suatu

disiplin keilmuan dan atau kefungsian dan atau keahl-

ian tertentu di bidang layanan Jasa Survei dan Pe-

metaan. Sedang tujuannya adalah memberikan infor-

masi obyektif kepada para pengguna jasa bahwa kom-

petensi Tenaga Ahli yang bersangkutan memenuhi

bakuan kompetensi yang ditetapkan untuk Klasifikasi

dan Kualifikasinya. Klasifikasi keahlian dikelompokkan

menjadi 5 ( lima ) kelas yaitu :

1. Keahlian Bidang Survey dan Pemetaan Teristris;

2. Keahlian Bidang Fotogramateri;

3. Keahlian Bidang Remote Sensing;

4. Keahlian Bidang Survei Hidrografi dan Pemetaan

Bathymetry

5. Keahlian Bidang Sistem Infromasi Geografi

Sedangkan kualifikasi Keahlian dibagi atas 3 (tiga) ting-

katan, yaitu : Surveyor Ahli Muda, Surveyor Ahli Madya,

Surveyor Ahli Utama.

Untuk memperoleh sertifikat, anggota ISI sebagai

pemohon harus membuat pernyataan sebagai syarat

pengajuan klasifikasi dan kualifikasi keahlian. Data

tersebut akan diperiksa dan ditelaah oleh para Asessor.

BSA ISI telah mempunyai 3 orang Asessor dan masing-

masing telah mengikuti pelatihan dari LPJK sebagai

berikut :

Ir. Djumawan Idik , MT (November 2006)

Ir. Rahardjono Taepur (Mei 2007)

Ir. Edy Martoyo , MT (Mei 2007)

SERTIFIKAT KEAHLIAN GEOGRAFI, PERLUKAH? DISKUSI ALUMNI GEOGRAFI UI @ spatial-net

Volume 8 / No. 1 / April 2010

Sapta Ananda

Saya tertarik dengan usulan itu

mas dan oleh karena itu saya

sounding ke teman-teman

geografi ui, untuk memiliki ser-tifkat keahlian agar memiliki nilai tambah dan pengakuan profesi,yang paling nyata terutama dalam

mengikuti tender di instansi pe-

merintah yang sekarang mulai

meminta sertifikat keahlian untuk

tenaga ahli yang mengikuti

kegiatan.

Raldi Hendro Koestoer

Rekan, sertifikasi banyak diperbin-

cangkan orang di setiap celah

pekerjaan dan juga di berbagai

jurusan. Hal ini wajar karena kebu-

tuhan teknis yang ada membu-

tuhkan pass card tersebut. Hal ini

biasanya terjadi pada bidang-

bidang 'kuli' (baca: teknis). Kalau

kita apply ke bidang-bidang teknis

tersebut, maka pasti dibu-

tuhkanlah sertifikat yang relevan.

Pada waktu yang lalu, rekan-rekan

Geo mengusulkan agar IGI

mengeluarkan sejenis i tu.

Pemikiran tersebut cukup berala-

san, karena beberapa aspek

Geografi sangat kental dengan

urusan teknis, maka bisa saja di-

usulkan untuk mengeluarkan ser-

tifikat tersebut, yang barangkali

bisa melalui Depnaker (2 instansi

yang bekerjasama) mengku-

kuhkan keabsahan sertifikat

luarannya, sepanjang beberapa

kriteria merujuk pada persyaratan

teknis dapat dipenuhi.

Seandainya rekan yang berke-

pentingan (terutama dari IGI)

ingin membuat sertifikat profesi

semacam ini untuk kepentingan

profesional, maka barangkali bisa

rembugan dulu pada unit-unit

yang relevan menangani ini. Un-tuk ijazah yang disebutkan seba-gai Sarjana Geografi tentunya di-

maksudkan bukan untuk aspek teknis, tapi justru kapasitas analisis keruangannya.

Laju Gandharum

Menurut hemat saya, sertifikat ahli

Geodesi semestinya menjadi wajar

karena mereka berkutat di dunia

engineering. Lantas bagaimana

dengan Geografi yang kita sebut

sebagai ilmu ini? Menilik di Depar-

temen Geografi UI ini semua dipe-

lajari. Bahkan yang diajarkan di

Geodesi pun juga dipelajari di

Geografi (seperti survei terestris

dan fotogrametri). Tentunya dalam yang berbeda, di Geografi perlu diperkenalkan hal-hal terse-but untuk mendukung ke-Geografiannya. Rasanya janggal

kalau ada sertifikat ahli Geografi,

yang isinya jangan-jangan cuma

spesifik GIS dan Remote Sensing,

atau capable mengoperasikan

software-software komersial

model produk-produk ESRI.

Triarko Nurlambang

Saya tambahkan dengan agak

sedikit menyeleneh. Kalau sarjana

diharapkan mampu menciptakan

peluang kerja melalui kreasi kon-

septualnya, tapi jika ingin menjadi

engineer silahkan cari sertifikat

ahli seperti yang diceritakan Mas

Toki dan Mbak Titi-BAKO. It’s a matter of choice, why we bother that much? Oleh karenanya bagi

yang berkeinginan menjadi ahli

“tukang insinyur” tadi Departe-

men Geografi UI saat ini sedang

berproses dengan Politeknik-

Jakarta (yang ada di dalam Kam-

pus UI-Depok) untuk membuka

program diploma untuk bidang

teknologi pemetaan. Mengapa

bergabung dengan Politeknik-

Jakarta? Karena pada akhirnya PNJ

akan bersatu dengan program

studi vokasi UI. Mereka lebih re-

sponsive dan suportif. Mereka

praktis rekan-rekan dari UI juga,

ada di dalam kampus sehingga

akan memudahka dalam mobilitas

staf pengajar. Mereka juga terbuka

dalam urusan properti intelektual

dan bisnis rielnya.

Supriatna

Sebetulnya pembicaraan men-

genai sertifikasi keahlian geografi/

SIG/penginderaan jauh pernah

kita bicarakan pada saat perte-

muan teman-teman di IGI Jabode-

tabek yang dipimpin Pak Asep

Karsidi. Jika tidak salah, pembi-caraan pada saat itu sampai menghasilkan suatu dfraft kompe-tensi dan mengarah kepada serti-fikasi. Modelnya Profesi IGI

(Jabodetabek) bekerjasama den-

gan PT (Geografi UI) mengadakan

suatu pelatihan kompetensi dan

sekaligus untuk sertifikasi. Ayo kita

beri dukungan teman-teman di IGI

Jabodetabek dan Pimpinan Dept.

Geografi UI untuk memikirkan

semangat dari teman-teman yang

memberikan saran/komentar.

Assodiri

Tema sertifikasi beberapa kali te-

lah diperbincangkan di forum ini,

namun terbentur beberapa ken-

dala misalnya; lembaga induk

mana yang pas dan pantas untuk

bisa memberikannya? atau konsep

yang memang belum ada. Sertifi-

kasi teknis yang selama ini sering

ditanyakan ketika ingin disertakan

dalam tender adalah sertifikasi

keahlian geografi (karena plano

punya, sipil ada, bahkan ahli trans-

portasi juga, ini anak geo

mana?). Tentunya berbeda den-gan sertifikasi GIS, RS dan survei. Sertifikasi GIS dan RS pun tergan-tung kita menggunakan teknologi apa? ESRI, Map info atau bahkan Open source.

Page 15: SELAMAT ULANG TAHUN KE 50…..GEO UI Handayani, M.S. memberikan ma-teri terkait dengan pengenalan peta dan cara mem-baca peta. ... India Malaysia Singapura …

Terlepas dari kebingungan itu semua, memang harus

segera direalisasikan suatu konsep sertifikasi yang ka-

tanya bisa sedikit memberi tameng dalam kancah

AFTA + china ini. Monggo para begawan, resi dan

orang tua geo untuk menaungi kebutuhan murid-

muridnya ini, kami siap menyokong arahan-arahan itu.

Triarko Nurlambang

Untuk lengkapnya, sesuai dengan pengetahuan dan

pengalaman saya menyelesaikan satu bidang sertifi-

kasi, syaratnya ada 4 pihak yang harus berkerja ber-sama yaitu akademisi (diantaranya dari Universitas), asosiasi profesi terkait, industri/masyarakat (penerima jasa profesi ybs.), dan pemerintah (Depnaker dan in-stansi terkait). Dulu (awal tahun 2000-an) dana yg dis-

ediakan oleh Depnaker adalah sekitar Rp 300 juta per

usulan bidang profesi. Program ini setidaknya juga ha-

rus didukung oleh BSN (Badan Sertifikasi Nasional; si-

lahkan hubungi Pak Sugiyanto alumni FEUI yang telah

banyak membantu UI dan kebetulan dekat dengan

Deputi Ventura UI dimana Mas Tris Eryando sebagai

Wakil Deputinya). Sertifikasi ini ada jenjangnya: jenjang

perusahaan (berlaku hanya di perusahaan ybs.), sertifi-

kasi lokal (berlaku hanya di daerah ybs.), sertifikasi na-

sional (dengan BSN sebagai penanggung jawab), dan

sertifikasi internasional (terdiri dari bilateral dan re-

gional atau global). Hal lain yang penting adalah

bahwa lembaga pemberi sertifikat (nantinya) harus

terpisah dengan lembaga yang mendidik profesi.

Darsono

Sekedar menambahkan:

1. Sertifikasi keahlian sifatnya menambahkan formali-

tas saja dari apa yang telah kita kuasai secara

khusus dan bersifat teknis.

2. Penggunaananya bermacam-macam tergantung

tujuan. tapi yang lagi segera dibutuhkan adalah

bagi temen-temen yang biasa ikut tender pemer-

intah.

3. Karena sertifikasi tersebut untuk keahlian ter-

tentu dan bersifat teknis, menurut saya tidak se-

lalu berbanding lurus dengan latar belakang keil-

muan.Ilmu apapun latar belakang kita, bisa

menambahkan kemampuan teknis melalui diklat

dan bisa mengajukan sertifikat ke lembaga sertifi-

kasi. jadi KEHORMATAN IJASAH latar belakang

bidang ilmu kita, barang kali tidak akan berkurang

dengan semangat temen2 cari sertifikat keahlian.

4. Kaitan dengan itu, menurut temen-temen yang

mengelola lembaga sertifikasi, idealnya ada dua

lembaga yang berperan yaitu:

Lembaga diklat (pendidikan dan pelatihan) yang

berperan memberikan kemampuan teknis ter-

tentu. misalnya GIS.

Lembaga sertifikasi yang berperan menguji ke-

mampuan teknis tersebut (misal GIS) dan

mengeluarkan sertifikat keahlian.

5. Dalam kenyataanya dua peran itu seringkali diga-

bungkan dalam satu lembaga dan bahkan lebih

konyol lagi, tanpa diklatpun dan tanpa diuji bisa

dapat sertifikat (asal bayar). Ingat MARKUS ada di

mana-mana.

6. Pertanyaan buat IGI: apakah mau membentuk lem-

baga diklat?apakah mau membentuk lembaga

sertifikasi? atau dua2nya?. yang penting jangan

jadi lembaga MARKUS

Nuzul Achjar

Dalam cerita Hamlet yang ditulis Shakespeare, ada se-

buah frase yang sering dikutip: Something is rotten in the state of Denmark. Tampaknya ada sesuatu yang tak

beres dalam institusi pendidikan tinggi Geografi dan

lembaga profesi Geografi.

Pragmatisme (antara lain munculnya keinginan sertifi-kasi) lulusan Geografi sama sekali tidak keliru, malah wajib adanya, karena ada realita kehidupan yang harus dihadapi. Namun pragmatisme tidak harus menggir-ing pendidikan tinggi Geografi dan profesi Geografi bersifat pragmatis. Berkali-kali pernah saya sampaikan

di milis ini, "planner" paling menonjol di Inggris justru

berlatar belakang Geografi. Sertifikat profesional seba-

gai planner dikeluarkan oleh "Institusi Planning," yang

tidak punya kaitan langsung dengan institusi profesi

Geografi.

Volume 8 / No. 1 / April 2010

Jika sebuah lembaga profesi

geografi harus mengeluarkan ser-

tifikasi, kira-kira apa yang paling

relevan? Salah satu contoh: sertifi-

kasi guru geografi untuk sekolah

menengah. Ada standar yang ha-

rus dipenuhi untuk jadi guru

Geografi. Bagaimana kalau lem-

baga profesi Geografi mengeluar-

kan sertifikat untuk pemetaan mis-

alnya. Tak salah, namun ada resiko

diketawakan orang. Ini adalah re-

alitas yang sangat pahit. Tapi mak-

sud saya, kalau mau ambil sertifi-

kat profesi tertentu, tak ada salah-

nya ambil di tempat lain, namun

jangan menggiring lembaga pro-

fesi Geografi mengeluarkan sertifi-

kat yang bukan "core compe-tence" Geografi. Akhirnya, apa

yang saya sampaikan di atas kem-

bali pada pertanyaan "what is the philosophy of academic geogra-phy"?

Triarko Nurlambang

Setuju dengan Bapak Nuzul.

Geografi UI semestinya mencetak

scholars bukan profesional. Seba-

gai contoh kalau ditanyakan

kepada saya, saya akan jawab pro-

fesi saya yang sebenarnya adalah

guru. Jadi sertifikasi kompetensi

profesi yang harus saya kejar

adalah sertifikasi guru. Tapi karena

saya lumayan sering diminta

memberikan saran untuk berbagai

bidang maka tidak jarang saya

berprofesi sebagai konsultan un-

tuk berbagai bidang tadi. Lantas

untuk jadi konsultan bersertifikat,

bidang konsultan mana yang ha-

rus disertifikati?

Sepertinya yang juga membuat

kisruh hal ini adalah kalangan lem-

baga pemerintah, industri, dan

suasana pasar tenaga kerja serta

perusahaan jasa ketenagakerjaan.

Karena dalam pengumuman

lowongan pekerjaan masih sering

dicantumkan lulusan S1 atau S2

atau S3 dst., dan baru bidang

pekerjaan tertentu yang pada

tingkat operator atau pelaksana

yang menyatakan kebutuhan

tenaga ahli A, B, C, dst. Lambat

laun situasi ini akan menjadi lebih

baik sejalan dengan persaingan

yang semakin ketat dan sistem

compliance yang juga semakin

ketat terhadap output pekerjaan

pada berbagai tingkat dan insti-

tusi pekerjaan tersebut.

Bondan Andriyanu

Sertifikasi di negara kita tercinta

memang isu klasik dan menarik

untuk ditelisik. Sertifikasi yang

saya maksud lebih bersifat penga-

kuan atas segala bentuk kemam-

puan dan apa yang bisa serta te-

lah diperbuat. Yang biasanya di-

luncurkan dan diresmikan oleh

instansi atau lembaga terkait.

Contohnya saja dalam bidang

ibadah haji, hanya indonesia

{sepengetahuan saya} yang

memiliki dan menerbitkan selem-

baran sertifikat bahwa telah mela-

kukan dan melaksanakan ibadah

haji. Cukup ironis sekali menurut

saya, jika hubungan hamba den-

gan sang PENCIPTANYA harus

dibuktikan dalam bentuk sertifi-

kat.

Kembali ke serifikasi keahlian

Geograf yang sedang hangat di

diskusikan. Menurut saya, ini

dikembalikan saja kepada niat dari

masing-masing individu yang

ingin diadakannya sertifikat terse-

but. Pada akhirnya akan terlihat

dengan sendirinya sejauh mana

ilmu geografi dari masing-masing

kita telah diejawantahkan diling-

kungan sekitar kita. bravo geograf

indonesia

Adi Wibowo

Terlepas dari sertifikasi jadi atau

tidak, prinsipya para alumni

Geografi UI telah mampu meyak-

inkan saya pribadi, bahwa ilmu ini

bermanfaat bagi masyarakat ban-

yak.

Volume 8 / No. 1 / April 2010

Merupakan mailing-list internal komunitas

Geografi, Universitas Indonesia. Merupakan wadah

informal untuk tukar-menukar informasi dan

diskusi. Diluncurkan sejak 29 Maret 1999. Saat ini

spatial-net telah memiliki 545 anggota, yang terdiri

dari alumni, staf pengajar, maupun mahasiswa

Departemen Geografi, Universitas Indonesia. Mail-ing-list ini dimoderatori oleh Laju Gandharum

([email protected]).

Group email addresses

Post message:

[email protected]

Subscribe:

[email protected]

Unsubscribe:

[email protected]

List owner:

[email protected]

SPATIAL-NET @ yahoogroups

Page 16: SELAMAT ULANG TAHUN KE 50…..GEO UI Handayani, M.S. memberikan ma-teri terkait dengan pengenalan peta dan cara mem-baca peta. ... India Malaysia Singapura …

The 5th APRUWORLD INSTITUTE on

Climate Change Mitigation and

Adaptation Strategies

Volume 8 / No. 1 / April 2010

The seminar "Climate Change Mitigation and Adapta-

tion Strategies" was one of international seminars held

by University of Indonesia as the member of Associa-

tion of Pacific Rim Universities. This seminar discussed

about some problems related to global climate change

from multi-disciplinary perspectives. This seminar is

expected to initiate the establishment of Study Center

that focuses on the effects of global temperature

changes in University of Indonesia area. The expected

outcome of this seminar is the innovation of mitigation

and adaptation strategies toward temperature

changes which could be implemented globally.

Panel speaker held on 18 March 2010. Three persons

panelis were represented three countries, i.e. Indone-

sia, United States of America, and Australia. Indonesia

was represented by Emil Salim (Professor of Economic

from University of Indonesia and also President’s advi-

sory council for environment and sustainable develop-

ment issues). United States of America was represented

by Cornelius Sullivan (Professor form Department of

Biological Science, USC College of Letters, Arts and Sci-

ence, University of Southern California). While, Austra-

lia was represented by Jim Falk (Climate Change Direc-

tor, APRU World Institute, Visiting Professor, United

Nations University, Institute of Advanced Studies &

Director, Australian Centre for Science, Innovation and

Society University of Melbourne).