SELAMAT ULANG TAHUN KE 50…..GEO UI Handayani, M.S. memberikan ma-teri terkait dengan pengenalan...
Transcript of SELAMAT ULANG TAHUN KE 50…..GEO UI Handayani, M.S. memberikan ma-teri terkait dengan pengenalan...
SELAMAT ULANG TAHUN KE 50…..GEO UI
Volume 8 / No. 1 / April 2010 Volume 8 / No. 1 / April 2010
Hajatan telah usai, Tahun 1959-2009 (50 tahun) bukan waktu yang sebentar...mulai angkatan pertama, hingga kini sudah akan hadir mahasiswa Geo UI Angkatan 2010….
Kiprah alumni sudah banyak, salah satunya adalah Majalah Geospasial yang diterbit tahun 2003 setelah reuni akbar bulan Mei, sehingga usia majalah ini sudah berjalan hamper Tujuh Tahun (7). Angka yang baik untuk terus berproses menajikan yang terbaik bagi para pembaca
Edisi April 2010 menyuguhkan rekaman kegiatan Reuni dan Ultah Geo ke 50 Tahun, info mengenai daerah: terdapat profil pulau terdepan dan potensi pengembagan wisata di Polewali Mandar Prov Su-lawesi Barat, Kampusiana ada pemberian materi kepada pengemudi taxi di Kota Depok dan kegiatan seminar tentang perubahan iklim. Pengalamam alumni dalam Manajemen Pegelolaan Kawasan Terpadu Berbasis SIG dan juga Sertifikasi Keahlian Geografi didiskusikan pada [email protected] (wadah komunikasi alumni geo ui di dunia maya)
TEAM REDAKSI
Redaksi KONTRIBUTOR
Adi Wibowo Staf Pengajar Departemen Geografi, FMIPA UI
Imam Wayhudi, S.Si, M.MA Alumni Geografi UI
Iqbal Putut Alumni Geografi UI
Tjiong Giok Pin Staf Pengajar Departemen Geografi, FMIPA UI
PENASEHAT - Dr. Rokhmatuloh
REDAKSI - Adi Wibowo, Iqbal Putut, Laju Gandharum, Ratri Candra, Weling Suseno.
STAFF AHLI - Astrid Damayanti, Sugeng Wica-hyadi, Supriatna, Triarko Nurlambang
ADMINISTRARSI - Ashadi Nobo
ALAMAT REDAKSI - Gd. Departemen Geografi, FMIPA Universitas Indonesia, Kampus UI Depok Telp. (021) 7721 0658, 702 4405 Fax. (021) 7721 0659
Diterbitkan oleh: Forum Komunikasi GeografiUniversitas Indonesia
Redaksi menerima artikel / opini / pendapat dan saran dari pembaca, utamanya yang berkai-tan dengan masalah keruangan. Kirimkan tuli-san ke alamat redaksi atau email dengan diser-takan nama, alamat lengkap, nomor telepon serta Biografi.
Daftar Isi
2 I Pelatihan Penggunaan GPS dan Cara
Membaca Peta kepada Pengemudi
Taksi di Kota Depok - Hibah Riset
DRPM UI
9 I Manajemen Pengelolaan Kawasan
Kota Terpadu Mandiri dengan Sistem
Informasi Geografis
21 I 50 Tahun Geografi UI - Kegiatan Reuni
Akbar
24 I Sertifikat Keahlian Geografi, Perlukah?
28 I The 5th World Institute on Climate
Change Mitigation and Adaptation
Strategies
Volume 8 / No. 1 / April 2010
PELATIHAN PENGGUNAAN GPS DAN CARA MEMBACA PETA KEPADA PENGEMUDI TAKSI DI KOTA DEPOK HIBAH RISET DRPM UI
Sebagai salah satu perwujudan visi “Research
University” yang dijunjung oleh Universitas Indonesia
adalah berbagai program hibah riset yang ditujukan UI
kepada civitas akademinya. Program tersebut terdiri
dari beberapa kategori yang salah satunya
diperuntukan pengembangan dan pengabdian
kepada masyarakat. Program hibah riset tersebut
tentunya akan melibatkan masyarakat umum dalam
tujuan atau objek dari kegiatan riset yang akan
dilakukan.
Terkait dengan hal tersebut, Departemen Geografi UI
telah mengajukan sejumlah tema kegiatan riset, dan
beberapa tema tersebut terpilih untuk dimasukkan ke
dalam program hibah riset Universitas Indonesia. Salah
satu kegiatan yang masuk ke dalam program hibah
riset Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Uni-
versitas Indonesia (DRPM-UI) adalah kegiatan Pelatihan
Penggunaan GPS dan Cara Membaca Peta kepada
Pengemudi Taksi di Kota Depok. Kegiatan tersebut ber-
langsung selama tiga hari (dimulai pada tanggal 27
Januari 2010) dan bertempat di Gedung Departemen
Geografi UI.
Kegiatan pelatihan tersebut bertujuan untuk membagi
pengetahuan tentang tata cara membaca peta kepada
para pengemudi taksi. Pengenalan teknologi GlobalPositioning System (GPS) yang sedang marak saat ini,
juga diberikan kepada para peserta. Hal ini tentunya
bermanfaat untuk menambah wawasan para
pengemudi taksi dalam bernavigasi di jalan raya.
Pelatihan tersebut mengundang peserta dari tiga
armada taksi yang beroperasi di wilayah Kota Depok,
yaitu TAXIKU, CELEBRITY TAXI, dan TAXI DIAMOND,
yang keseluruhannya berjumlah 12 orang. Kegiatan
dimulai pada pukul 08.00 dan berakhir pada pukul
16.30 WIB.
Volume 8 / No. 1 / April 2010
Foto 1. Peserta kegiatan pelatihan
Foto 2. Kegiatan pelatihan membaca peta
Kegiatan pelatihan dipandu oleh tiga orang staf pen-
gajar Departemen Geografi UI. Masing-masing pen-
gajar memberikan materi yang berbeda. Pada hari
pertama, Dra. Tuty Handayani, M.S. memberikan ma-
teri terkait dengan pengenalan peta dan cara mem-
baca peta. Pada hari kedua, Drs. Tjiong Gyok Pin, M.Si.
memberikan materi terkait dengan pengenalan GPS
dan cara pengoperasionalannya. Hari terakhir
kegiatan pelatihan ditutup dengan praktek lapangan
pembacaan GPS dan input data dalam peta, yang
dipandu oleh Adi Wibowo, S.Si, M.Si. Sebagai proses
evaluasi, pre test dan post test juga diberikan dalam
kegiatan pelatihan tersebut. Proses monitoring juga
dilakukan beberapa minggu setelah kegiatan pelati-
han guna melihat seberapa jauh materi pelatihan
tersebut diimplementasikan di lapangan. IIPA
Foto 3. Monitoring hasil kegiatan pelatihan di Celebrity Taxi
Foto 4. Monitoring hasil kegiatan pelatihan di TAXIKU
Foto 5. Monitoring hasil kegiatan pelatihan di Taxi Diamond
Volume 8 / No. 1 / April 2010
Volume 8 / No. 1 / April 2010
Sekilas Tentang Keberadaan Pulau-Pulau Terdepan
di Indonesia Berdasarkan survey terakhir yang dilaksanakan oleh
Dishidros TNI-AL, Indonesia mempunyai 17.499 pulau
(sebelumnya 17.508 pulau). Dari jumlah tersebut hanya
7.349 pulau yang sudah diberi nama, sedangkan 10.150
pulau belum diberi nama tersebar di seluruh wilayah
Nusantara. Akan tetapi baru-baru ini UNCLOS
menyatakan bahwa jumlah pulau Indonesia ialah sekitar
13.000-an pulau. Diantara pulau yang sudah diberi
nama terdapat 67 pulau yang berbatasan langsung
dengan negara tetangga yang memerlukan perhatian
secara khusus oleh pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah (sumber: Makalah Seminar Nasional
tanggal 17 April 2006 Pulau-Pulau Kecil Dipandang dari Sudut
Keamanan Wilayah NKRI Oleh Kolonel Laut (P) Marsetio, MM.,
Kepala Staf Guspurlaarmatim).
Diantara pulau-pulau ini terdapat pulau-pulau kecil
dengan kategori terluar. Menurut UU 27 Tahun 2007
ukuran pulau kecil adalah kurang dari hingga sama
dengan 2.000 KM2 (Dua Ribu Kilometer Persegi) yang
memiliki titik-titik dasar koordinat Geografis yang
menghubungkan Garis pangkal laut kepulauan sesuai
dengan hukum Internasional dan Nasional. Pulau-pulau
kecil terluar secara geograrfis berbatasan dengan laut
lepas dan perbatasan yang menjadi titik dasar (TD)
sebagai acuan dalam penetapan batas wilayah NKRI.
Pulau-pulau kecil perbatasan merupakan wilayah NKRI
yang berbatasan langsung dengan Negara tetangga,
sehingga memiliki arti strategis dalam pembangunan.
Menurut survey yang dilakukan TNI AL dan Departemen
kelautan jumlah pulau kecil terluar adalah 92 (sembilan
puluh dua). Diantara Pulau-pulau kecil terluar terdapat
12 pulau yang mendapat perhatian khusus atau mem-
peroleh prioritas penanganan (Tabel 1). Berikut adalah
pemaparan beberapa pulau yang termasuk dalam kate-
gori Pulau-Pulau Kecil Terdepan, yaitu: Pulau Salura,
Pulau Ndana, Pulau Mangudu, dan Pulau Kotak.
PULAU SALURA
Pulau Salura merupakan salah satu dari empat pulau
kecil yang terdapat di Kabupaten Sumba Timur. Secara
absolut Pulau Salura terletak pada 10o18’47” LS dan
120o11’33” BT. Daerah ini berbatasan dengan:
Pulau Sumba di bagian utara.
Samudera Hindia di bagian timur dan selatan.
Pulau Mangudu, Pulau Kotak dan Samudera Hindia di
bagian barat.
Secara administratif Pulau Salura termasuk dalam
wilayah Kecamatan Karera, Kabupaten Sumba Timur.
Luas pulau ini kurang lebih sekitar 620 hektar (sumber:
Pengolahan data, 2009).
Aspek Geografi Fisik
Pulau Salura masih berada dalam
satu gugusan pulau dengan Pulau
Sumba, oleh karena itu kenampakan
fisik yang terlihat di pulau ini tidak
jauh berbeda dengan yang terdapat
di Pulau Sumba.
SEKILAS PROFIL PULAU-PULAU TERDEPAN
INDONESIA (P. Salura, P. Ndana, P. Mangudu, dan P. Kotak)
No. Nama Pulau Penduduk Provinsi Batas Negara Ciri1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.
SekatungMaroreMiangasMerampitFaniFanildoBrasRondoBerhalaNipaBatekDana
Tidak Ada AdaAdaAdaTidak Ada Tidak Ada AdaTidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Ada
RiauSulutSulutSulutPapuaPapuaPapuaNADSumutRiauNTTNTT
VietnamPhilipina Philipina Philipina PalauPalauPalauIndiaMalaysiaSingapuraTimor Leste Australia
MercusuarMercusuarMercusuarMercusuar---MercusuarMercusuarMercusuarMercusuarMercusuar
Oleh: Iqbal Putut
Tabel 1. 12 pulau-pulau kecil terdepan yang mendapat perhatian khusus.
Seperti halnya Pulau Sumba, Pulau
Salura juga merupakan pulau
karang yang terangkat dan didomi-
nasi oleh bukit karang dan kapur,
dengan lembah yang terjal dan
sempit, serta batuan lepas.
Keadaan topografis secara umum
bagian barat pulau merupakan
daerah pesisir yang landai dengan
ketinggian tempat kurang dari 10
meter di atas permukaan laut. Se-
dangkan di bagian timur meru-
pakan daerah dataran tinggi den-
gan bukit-bukit yang ditutupi oleh
padang rumput serta hutan lebat di
bagian lembahnya, dengan titik
tertinggi yaitu sekitar 218 meter di
atas permukaan laut (sumber: Pengo-
lahan data, 2009).
Tidak jauh berbeda dengan yang
terlihat di Pulau Sumba (khususnya
Kabupaten Sumba Timur), keadaan
tanah di Pulau Salura juga men-
gandung pasir, kapur, dan batu
karang karena ratusan ribu tahun
yang lalu daerah ini berada di
bawah permukaan laut. Setelah
zaman es berlalu, daratan ini mun-
cul di atas permukaan laut, se-
hingga sering dijumpai berbagai
jenis hewan laut seperti kerang,
ikan dan tanaman laut yang telah
menjadi fosil di bukit-bukit karang.
Rumput-rumput pun tumbuh di
atas batu-batu karang.
Pulau ini beriklim tropis dengan
musim hujan yang relatif pendek
dan musim kemarau yang panjang
(delapan bulan). Suhu rata-rata
adalah 22,5 derajat sampai 31,7
derajat Celsius. Musim hujan bi-
asanya terjadi di bulan Desember
sampai Maret. Jumlah curah hujan
dalam setahun 1.860 milimeter,
sehingga daerah ini termasuk
daerah beriklim kering.
Aspek Geografi Sosial
Penggunaan tanah oleh masyara-
kat setempat sebagai tempat ber-
mukiman hanya terlihat di bagian
barat pulau, hal ini dikarenakan
bagian barat memiliki dataran ren-
dah dan pesisir yang paling luas
dibandingkan bagian pulau lain-
nya. Pemanfaatan tanah yang terli-
hat di bagian timur antara lain: pe-
rumahan, fasilitas pendidikan, serta
kebun/ladang. Tutupan hutan belu-
kar, hutan lebat, dan padang rum-
put terlihat mendominasi di bagian
tengah hingga bagian barat.
Daerah ini termasuk daerah yang
belum dimanfaatkan oleh pen-
duduk setempat, dikarenakan ket-
inggian tempat, serta bentuk
medan yang kurang mendukung
karena merupakan daerah perbuki-
tan dengan batuan-batuan lepas.
Menurut data statistik, jumlah pen-
duduk yang tinggal di pulau ini
mencapai 475 jiwa (sumber: Data
Statistik Sekretaris Desa, Desa Prai
Salura, 2009). Dengan jumlah pen-
duduk laki-laki sebanyak 240 orang
dan jumlah penduduk perempuan
sebanyak 235 orang. Terdapat 99
rumah yang ada di pulau ini, den-
gan jumlah Kepala Keluarga (KK)
sebanyak 110 (sumber: Data Statistik
Sekretaris Desa, Desa Prai Salura, 2009).
Dari segi penguasaan tanah, selu-
ruh wilayah pulau ini merupakan
tanah hak ulayat yang telah dikua-
sai oleh negara. Dari segi ke-
pemilikannya, belum satupun dari
bangunan-bangunan yang ada di
pulau tersebut, yang telah memiliki
sertifikat tanah.
Gambar 2. Morfologi P. Salura
Gambar 1. Lokasi P. Salura
Volume 8 / No. 1 / April 2010
PULAU NDANA
Pulau Ndana terletak pada 10°59'11"LS 122°51'52"BT. Memiliki luas
sekitar 1562 hektar, secara geografis pulau ini terletak di sebelah sela-
tan Pulau Rote dan merupakan pulau paling selatan dari NKRI. Pulau
ini mempunyai ketinggian tempat yang relatif rendah, dengan titik
tertingginya adalah 48 mdpl. Mempunyai bentuk medan yang relatif
datar namun sedikit bergelombang di bagian tengah pulau. Mempun-
yai tipe vegetasi hutan kering, dataran rendah, dan batuan kapur.
Penggunaan tanah di pulau ini didominasi oleh hutan belukar, yang
sebagian tumbuh di batuan karang yang terangkat ketika proses
pembentukan pulau ini, di bagian tengah pulau dan padang rumput
di pinggir pantainya. Terdapat 5 buah danau yang kesemuanya terle-
tak pada penggunaan tanah hutan belukar di bagian tengah pulau.
Penggunaan tanah yang lainnya di pulau ini adalah untuk pangkalan
militer TNI AL. Pemanfaatan tanah di pulau ini dimanfaatkan oleh TNI
AL untuk pos penjagaan serta untuk asrama atau mess jaga para per-
sonil TNI yang tinggal di pulau tersebut. Terdapat pula areal di sekitar
pos jaga yang dimanfaatkan untuk landasan helikopter (helipad).
Gambar 3. Lokasi P. Salura (inset: Morfologi P. Ndana, sumber: Dok. Pribadi, 2009)
Selain itu di pulau ini juga terdapat se-
bidang tanah yang dimanfaatkan untuk
menara suar yang tepatnya berada di
bagian selatan pulau ini. Dari segi pengua-
saan tanah, seluruh wilayah pulau ini meru-
pakan tanah hak ulayat yang telah dikuasai
oleh negara. Dari segi kepemilikannya
hanya 2 bidang tanah di pulau ini yang
telah bersertifikat yaitu asrama atau pos
TNI AL dan menara suar.
Gambar 4. Barak TNI AL (Sumber: Dok. Pribadi, 2009)
Gambar 5. Menara suar
(Sumber: Dok. Pribadi, 2009)
Volume 8 / No. 1 / April 2010
PULAU MANGUDU
Pulau Mangudu terletak pada 10°
19'48"LS dan 120°6'58"BT dengan
luas sekitar 145 hektar (sumber: Pen-
golahan data, 2009). Pulau ini berba-
tasan dengan Samudera Hindia di
bagian utara, barat, dan selatan,
serta berbatasan dengan Pulau Ko-
tak dan Pulau Salura di bagian
timurnya. Pulau ini juga diperkira-
kan sebagai pulau karang yang ter-
angkat. Bentuk medannya relatif
datar dengan ketinggian tempat
kurang dari 10 meter di atas per-
mukaan laut. Hampir seluruh
bagian pulau tertutup oleh padang
rumput dan semak belukar, dan
hanya terdapat sedikit hutan lebat
di bagian tengah pulau.
Terdapat beberapa bangunan yang
pernah digunakan sebagai tempat
tinggal/menetap (homestay), satu
bangunan dermaga, satu ban-
gunan suar yang masih berfungsi,
dan satu bangunan yang pernah
digunakan sebagai pos jaga oleh
Departemen Kelautan dan Peri-
kanan (DKP). Akan tetapi bangunan
-bangunan tersebut kini sudah ti-
dak terpakai lagi dikarenakan pulau
ini merupakan pulau yang tidak
berpenghuni. Dari semua ban-
gunan tersebut, hanya bangunan
suar yang mempunyai sertifikat
tanah, dan sisanya merupakan
tanah milik negara yang belum di-
manfaatkan lebih lanjut.
Gambar 8. Morfologi P. Mangudu, (Inset: Lokasi P. Mangudu, Sumber: Dok. Pribadi, 2009)
Gambar 7. Bangunan Homestay (Sumber: Dok. Pribadi, 2009)
Gambar 6. Bangunan Pos DKP (Sumber: Dok. Pribadi, 2009)
Volume 8 / No. 1 / April 2010
PULAU KOTAK
Pulau Kotak terletak pada 10°18'50"LS dan 120°9'48"BT.
Mempunyai luas sekitar 10 hektar. Pulau ini berbatasan
dengan Samudera Hindia di bagian utara dan selatan,
berbatasan dengan Pulau Mangudu di bagian barat,
serta berbatasan dengan Pulau Salura di bagian timur.
Mempunyai bentuk pulau seperti bukit, dengan daerah
pesisir yang sempit. Didominasi oleh tutupan padang
rumput, serta sedikit hutan belukar di bagian tengah.
Sebagian kecil daerah di bagian timur pulau ini diman-
faatkan sebagai kebun campuran. Secara keseluruhan,
pulau ini belum mempunyai sertifikat tanah, dan masih
berada sepenuhnya dalam kekuasaan negara. IIPA
Gambar 9. Lokasi P. Kotak (Sumber: Pengolahan Data, 2010)
Gambar 10. Morfologi P. Kotak (Sumber: Dok. Pribadi, 2009)
Gambar 11. Bangunan rumah (Sumber: Dok. Pribadi, 2009)
Volume 8 / No. 1 / April 2010 Volume 7 / No. 1 / April 2009
KONSEP KAWASAN KOTA TERPADU
MANDIRI
Kawasan Kota Terpadu Mandiri
(KTM) adalah kawasan transmigrasi
yang pembangunan dan
pengembangannya dirancang
menjadi pusat pertumbuhan yang
mempunyai fungsi perkotaan
melalui pengelolaan sumber daya
alam yang berkelanjutan.
Pengembangan kota sebagai pusat
pertumbuhan harus di ikuti oleh
pengembangan kawasan yang
merupakan tujuan awal dari
dikembangkannya konsep KTM ini.
Pelaksanaan pembangunan dan
pengembangan KTM di kawasan
transmigrasi dilakukan secara
bersama dan terpadu oleh
pemerintah, badan usaha/swasta
dan masyarakat. Untuk mendukung
pelaksanaan pembangunan dan
pengembangan KTM kawasan
transmigrasi yang lebih terarah baik
di tingkat pusat, propinsi,
kabupaten/kota diperlukan suatu
pengelolaan yang tepat-guna, baik
dalam tataran desain perencanaan,
organisasi, aktuasi, maupun
pengendalian (kontrol)
penyelenggaraan KTM.
MANAJEMEN PENGELOLAAN KAWASAN
KOTA TERPADU MANDIRI DENGAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFISOleh:Imam Wahyudi, SSi. MMA
ABSTRAK : Pengembangan Kawasan kota terpadu mandiri yang berbasis perta-
nian,peternakan atau perkebunan selain harus didukung oleh tersedianya infrastruk-
tur proses produksi dan pemasaran hasil-hasil pertanian, peternakan atau perkebunan
juga harus didukung oleh tersedianya data dan informasi yang akurat, serta terban-
gunnya sistem pengambilan keputusan yang tepat. Ketiga modal ini menjadi dasar
kebutuhan dalam pengembangan serta pembangunan kawasan KTM secara lestari
dan berkelanjutan, pada akhirnya nanti kinerja dari ketiga unsur ini akan mampu men-
ingkatkan kesejahteraan masyarakat yang ada di kawasan kota terpadu mandiri secara
sistematis dan terukur. Keberhasilan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di pe-
losok-pelosok negeri ini akan bermuara pada terciptanya kutub-kutub pembangunan
yang tersebar merata di seluruh Indonesia. Sistem informasi geografis yang menjadi
basis pengembangan sistem informasi spasial agribisnis di kawasan KTM merupakan
sistem yang tepat diterapkan dalam mendukung pengembangan dan pengelolaan
kawasan. Kemampuan SIG dalam melakukan inventarisasi secara spasial, mengolah
serta menganalisis akan mendukung sistem pengambilan keputusan (Decision Sup-port System) yang berbasiskan kawasan, serta dari aspek keruangan menjadi suatu
landasan yang tepat digunakannya sistem ini dalam manajemen pengelolaan kawa-
san kota terpadu mandiri di seluruh Indonesia.
Gambar 1. Kota terpadu mandiri di Indonesia
Untuk itu, diperlukan suatu sistem
manajemen penyelenggaraan
program KTM berbasis keruangan
lengkap dengan tim asistensi
teknis yang membantu dalam
kegiatan monitoring,
pengendalian dan evaluasi
terhadap pelaksanaan
penyelenggaraan pembangunan
dan pengembangan KTM kawasan
transmigrasi di lapangan, sesuai
dengan arah dan tujuan
pengembangan dan
pembangunan KTM.
PERAN INFORMASI SPASIAL
DALAM PENGEMBANGAN KAWA-
SAN
Pengembangan Kawasan kota
terpadu mandiri diarahkan untuk
lebih berbasis pada partisipasi
masyarakat sebagai mitra pemer-
intah dan pihak swasta sebagai
agen pembangunan atau dikenal
dengan CDD (Community Driven Development). Dalam CDD,
Masyarakat diposisikan sebagai
obyek dan subyek dari pemban-
gunan kawasan. Dalam tahap awal
pengembangan kawasan peran
serta masyarakat sangat dibu-
tuhkan, terutama dalam pen-
yediaan informasi tentang kawa-
san dan penentuan visi pemban-
gunan kawasan KTM kedepan
yang harus berbasis pada potensi
kawasan baik ditinjau dari sisi eko-
nomi maupun dari sisi spasial.
Di sisi lain, karena KTM ini salah
satu tujuannya ingin adanya
peran serta pihak swasta sebagai
bagian dari pembangunan kawa-
san KTM ini maka diperlukan
adanya data yang cepat, akurat
dan mampu menjawab kebutu-
han pihak swasta bila ingin mela-
kukan investasi di kawasan terse-
but. Kebutuhan akan suatu infor-
masi yang bersifat regional mau-
pun lokasional mau tidak mau
harus disajikan baik data maupun
informasinya dalam bentuk data
spasial. Where (dimana lokasinya?)
adalah pertanyaan yang akan tim-
bul bila pemerintah akan mem-
bangun prasarana KTM atau pihak
investor akan melakukan investasi
di lokasi KTM ini, jawaban dari
where ini akan menjadi hal yang
kompleks bila ingin menghasilkan
jawaban terbaik mengenai lokasi
yang tepat dan bisa dipertang-
gungjawabkan. Lanjutan dari
“where” tersebut adalah “why”
atau kenapa harus disana, whyinilah yang menggambarkan vari-
abel-variabel penyusun dalam
menentukan lokasi dan “who”
yang mengungkapkan subyeknya,
bisa status legal lokasi yang
dipilih, masyarakat yang mana
yang akan merasakan dampak
atau menjadi bagian dari ker-
jasama yang akan dilakukan pihak
swasta dalam melakukan investasi
tersebut, biasanya dalam tahap
implementasi akan diakhiri den-
gan “how” atau bagaimana pelak-
sanaannya. Semua konsep pertan-
yaan tersebut harus dapat dijawab
dengan suatu sistem informasi
yang mendukung terjadinya
proses pengambilan keputusan.
Peran pemerintah sebagai regula-
tor dan fasilitator pengembangan
kawasan diharapkan mampu men-
jembatani hubungan antara
masyarakat dengan pihak swasta,
dimana peran pemerintah di-
harapkan mampu meningkatkan
tingkat partisipasi masyarakat
dalam bekerjasama dengan pihak
swasta dalam pembangunan KTM,
disisi lain pemerintah juga ditun-
tut untuk memberikan pemicu
(trigger) agar kawasan KTM ini
menjadi suatu kawasan yang
menarik dan kompetitif bagi in-
vestor dan menjadikan masyara-
kat sebagai mitra bagi pihak
swasta .
Kota terpadu mandiri merupakan
suatu konsep pembangunan yang
berbasiskan kawasan, berbicara
masalah kawasan maka dalam
manajemen pengelolaannya tidak
akan terlepas dari masalah lokasi.
“What, where, why, who and how” adalah pertan-yaan yang akan kerap muncul dalam pengem-bangan lokasi berkaitan dengan perencanaan pembangunan kawasan KTM ini.
Penyajian data statistik yang bersi-
fat tabular tidak mampu secara
cepat dan akurat serta merepre-
sentasikan kebutuhan dalam men-
jawab pertanyaan tersebut. Dalam
penyajiannya data tabular hanya
mampu menyajikan data numerik
masing-masing satuan analisis,
tetapi tidak mampu menjadi me-
dia untuk melakukan analisis kore-
lasi antara satuan analisis yang
berdekatan, atau tidak mampu
menyajikan wilayah pengaruh bila
suatu keputusan atau kebijakan
dilaksanakan di satu lokasi.
Hubungan ketiga komponen ini
dalam membangun KTM ini mem-
butuhkan ketersediaan data dan
informasi. Kemudahaan dalam
membaca data, mengolah, mela-
kukan analisis serta menyajikan
informasi menjadi hal yang utama
dalam pengembangan sistem in-
formasi berbasis kawasan, karena
dalam sistem informasi tersebut
tidak hanya stake holder yang ter-
libat, tetapi juga didalamnya akan
melibatkan unsur masyarakat
serta pihak swasta sebagai inves-
tor di kawasan tersebut.
Volume 8 / No. 1 / April 2010
Hubungan ketiga unsur tersebut dapat digambarkan
dalam diagram di atas (gambar 2).
Sistem informasi yang tepat dalam menjawab kebutu-
han tersebut adalah sistem informasi berbasis data
spasial, sistem informasi ini nantinya akan menjadi tu-
lang punggung dari penerapan manajemen pengel-
olaan kawasan KTM ini. Sistem informasi yang berbasis
data spasial ini saat ini lebih dikenal dengan nama Sis-
tem Informasi Geografis (SIG). Sistem Informasi
Geografis (Geography Information System/GIS) meru-
pakan suatu konfigurasi sistem yang bekerja secara
sinergis dalam pengumpulan, pengolahan, analisis
data hingga penyajian hasil dalam membantu pen-
gambilan keputusan dalam bentuk penggabungan
berbagai bentuk data (numerik, spasial, tekstual, grafik
hingga foto/multimedia) dalam format data keruangan
atau data spasial.
Ketersediaan informasi spasial ini akan mampu mendu-
kung pengembangan sistem manajemen kawasan di-
mana sistem informasi informasi geografis ini akan
mampu menjawab “what, where, why, who and how”
yang kerap muncul dalam tahap perencanaan maupun
dalam tahap pelaksanaan pengelolaan Kawasan KTM.
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SEBAGAI SISTEM IN-
FORMASI DALAM PENGELOLAAN KAWASAN KTM
Manajemen pengelolaan berbasiskan kawasan dengan
Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam pelaksanaannya
nanti akan sangat membantu tidak saja untuk men-
jawab kebutuhan akan lokasi, tetapi juga akan mampu
menyajikan informasi tentang potensi kawasan KTM.
Bila dikembangkan lebih jauh, aplikasi SIG ini dapat
diterapkan dalam berbagai kebutuhan antara lain
seperti yang diungkapkan berikut ini.
Aplikasi SIG dalam perencanaan pengelolaan kawasan
Penerapan SIG dalam perencanaan pengelolaan kawa-
san terkait dengan perlunya inventarisasi potensi dan
daya dukung lingkungan kawasan. Potensi kawasan
menyangkut tersajinya informasi data spasial berupa
topografi kawasan, data demografi masyarakat, data
kegiatan usaha serta komoditas eksisting serta sarana
dan prasarana yang telah ada di kawasan tersebut. In-
formasi tersebut berguna dalam membantu perenca-
naan pengelolaan kawasan dalam bentuk analisis
pengembangan kawasan berupa analisis pengemban-
gan struktur ruang kawasan, analisis pola ruang, anal-
isis alokasi fungsi ruang, sistem pengembangan trans-
portasi kawasan, penentuan komoditas unggulan,
pengembangan sarana dan prasarana kawasan yang
optimal serta melakukan analisis dampak dan daya
dukung lingkungan.
Gambar 2. Pola hubungan pengembanganwilayah dan sistem informasi
Volume 8 / No. 1 / April 2010
Aplikasi SIG dalam pelaksanaan
pengelolaan kawasan
Pelaksanaan pengelolaan kawasan
membutuhkan strategi yang tepat
dalam menentukan skala prioritas
pembangunan kawasan, terutama
pembangunan fisik. Mengingat
keterbatasan dana dan waktu
maka skala prioritas menjadi hal
penting. Bagaimana melakukan
pembangunan fisik dalam rangka
pengembangan kemandirian eko-
nomi kawasan yang menghasilkan
dampak positif yang paling luas di
masyarakat. Terutama bagi pen-
ingkatan ekonomi masyarakat.
Indikator-indikator yang diguna-
kan untuk mengukur tingkat ke-
majuan sebelum dan sesudah pe-
laksanaan pembangunan juga
dipersiapkan, sehingga setiap
kegiatan pembangunan yang dila-
kukan dapat terukur tingkat kema-
juannya, terukur tingkat keberha-
silannya dan bisa dipertanggung-
jawabkan hasilnya.
Dalam tahapan ini peran informasi
yang terbangun secara sistematis
menjadi hal yang penting, dengan
tersedianya data yang lengkap
maka kebutuhan akan informasi
dalam rangka pengambilan kepu-
tusan skala prioritas pemban-
gunan kawasan dapat dilaksana-
kan dengan tepat sasaran.
Aplikasi SIG dalam monitoring dan
evaluasi pelaksanaan pengelolaan
kawasan
Pelaksanaan kegiatan pemban-
gunan perlu dilakukan pengawa-
san dan monitoring, sehingga
hambatan atau permasalahan
yang terjadi di lapangan dapat
diketahui sedini mungkin dan da-
pat diambil tindakan yang tepat.
Dengan bantuan teknologi infor-
masi internet dan telepon selular
maka kegiatan monitoring dapat
dilakukan tidak harus langsung di
lapangan, namun kegiatan moni-
toring dapat dilakukan secara real-time atau dapat dilakukan se-
waktu-waktu dibutuhkan dengan
menempatkan petugas pendamp-
ingan di lokasi KTM. Hasil monitor-
ing tersebut digunakan dalam
melakukan evaluasi selama pelak-
sanaan pembangunan ataupun
saat melakukan pengelolaan ka-Gambar 3. Konsep pengembangan kawasan kota terpadu mandiri
Volume 8 / No. 1 / April 2010
Aplikasi SIG dalam pengelolaan potensi pertanian dan
perkebunan
Hampir seluruh kawasan transmigrasi merupakan ka-
wasan pengembangan pertanian atau perkebunan,
dengan manajemen pengelolaan berbasiskan SIG ini
akan mampu menjawab tentang potensi pertanian
atau perkebunan di kawasan KTM ini, bagaimana sis-
tem irigasinya, dimana lokasi pembangunan sistem
irigasi yang memiliki dampak positif paling besar per-
tanian di kawasan tersebut, berapa luas lahan yang
akan di airi, berapa estimasi peningkatan hasil panen
dalam beberapa tahun ke depan setelah dilaksana-
kannya pembangunan sistem irigasi, di mana saja ter-
jadi alih fungsi lahan, dan sebagainya. Informasi yang
disajikan dengan konsep SIG ini selain bermanfaat
dalam perencanaan, juga akan sangat membantu
dalam tahap forecasting, monitoring serta services se-
lama pengembangan KTM ini berlangsung.
Aplikasi SIG dalam pemasaran kawasan
Berbicara tentang pengembangan kawasan secara
mandiri maka tidak terlepas dari upaya mendatangkan
pihak ketiga dalam hal ini pihak swasta untuk
menanamkan modalnya di kawasan ini dalam bentuk
investasi. Dalam rangka menarik investor untuk berin-
vestasi di kawasan KTM maka perlu dilakukan pendeka-
tan strategi agar kawasan ini menjadi suatu kawasan
yang sangat potensial untuk dijadikan lahan bisnis
mereka. Upaya untuk menciptakan daya tarik kawasan
bagi investasi ini perlu dilakukan secara sistematis den-
gan ketersediaan data yang akurat. Penyajian informasi
yang lengkap akan sangat membantu pihak pengelola
dalam menentukan langkah-langkah yang strategis
dalam memasarkan kawasan ini. Langkah-langkah
strategis yang dimaksud antara lain menentukan ko-
moditas unggulan kawasan, membangun sistem perta-
nian komoditas unggulan dengan teratur, terencana
dan berkesinambungan. Selanjutnya bila hal tersebut
sudah direncanakan, harus diikuti dengan melakukan
strategi pemasaran kawasan, strategi tersebut antara
lain dengan menentukan positioning dan diferensiasi
kawasan.
Positioning kawasan adalah suatu pendekatan untuk
menentukan konsep utama pengembangan kawasan
kota terpadu mandiri sehingga visi dan misi serta
pengembangan kawasan KTM ini mempunyai arah
yang jelas dan terukur. Positioning dikembangkan ber-
dasarkan diferensiasi produk unggulan yang membe-
dakan kawasan KTM ini dengan kawasan sekitarnya
atau dengan kawasan lainnya. Misalnya. KTM Lunang
Silaut sebagai KTM yang memiliki komoditas unggulan
kelapa sawit dan sapi. Maka positioning KTM ini seba-
gai KTM kelapa sawit yang ramah lingkungan. Kenapa
disebut ramah lingkungan/berwawasan lingkungan,
karena pengelolaan yang dilakukan dilahan-lahan milik
rakyat (bukan hasil bukaan hutan), pemupukannya
menggunakan pupuk organik dari sapi, pengangkutan
Tandan Buah Segar (TBS) dengan sapi, limbah kelapa
sawitnyapun diolah untuk menjadi pakan sapi. Energi
rumah tangga disuplai dengan teknologi biogas dari
kotoran sapi dan limbah kelapa sawit. Diferensiasi KTM
dengan konsep sawit ramah lingkungan menjadi
“Brand” bagi kawasan KTM ini. Bahkan selanjutnya da-
pat dilakukan sertifikasi produk oleh lembaga interna-
sional mengenai produk sawit ramah lingkungan ini. Di
pasaran Eropa, Amerika Utara dan Jepang, produk
yang memiliki sertifikasi ramah lingkungan akan lebih
mudah diterima mereka dan memiliki harga jual yang
lebih tinggi dibandingkan hasil kelapa sawit yang
dikelola secara konvensional, terkait begitu pekanya
masalah lingkungan saat ini. Ini merupakan salah satu
contoh membangun positioning, diferensiasi dan
brand dari masing-masing KTM, sehingga tiap-tiap
KTM tersebut memiliki konsep, visi, misi dan tujuan
yang jelas. Kebutuhan informasi dalam membangun
positioning, diferensiasi dan brand ini mutlak diperlu-
kan, terutama informasi tentang potensi kawasan yang
sesungguhnya. Informasi yang didisain untuk kebutu-
han positioning, diferensiasi dan brand digali berdasar-
kan data dan informasi yang dikembangkan secara
spasial.
Upaya memasarkan kawasan tersebut juga harus
mampu mengidentifikasikan siapa-siapa investor yang
potensial menanamkan modalnya di kawasan KTM,
untuk itu perlu dilakukan upaya segmentasi pihak in-
vestor potensial. Ke semuanya ini memerlukan penya-
jian informasi yang cepat, akurat, menarik dan mampu
melakukan integrasi kegiatan pembangunan serta me-
masarkannya melalui strategi pemasaran yang tepat.
Sistem Informasi Geografis akan menjadi bagian
penting dalam mendukung pengembangan strategi
pemasaran kawasan dimana informasi yang disajikan
oleh sistem ini mampu menjadi basis data dalam mem-
bangun positioning, diferensiasi dan brand serta sis-
tem informasi dalam pengambilan keputusan
(Decision Support System Management/DSSM).
Volume 8 / No. 1 / April 2010
Aplikasi SIG dalam memasarkan kawasan
Sistem Informasi Geografis tidak saja sangat mem-
bantu dalam perencanaan dan pengelolaan kawasan,
tetapi akan sangat membantu dalam memasarkan ka-
wasan kepada pihak swasta agar mau melakukan in-
vestasi di kawasan tersebut. Sistem informasi Geografis
yang menggabungkan data atribut maupun data
spasial mampu menyajikan kepada pihak investor in-
formasi tentang kondisi eksisting kawasan, infrastruk-
tur yang telah ada, daya dukung kawasan (SDM, ling-
kungan, status kepemilikan lahan), serta potensi dari
kawasan KTM. Kebutuhan informasi kawasan oleh in-
vestor menjadi hal yang penting karena akan akan me-
nentukan cost production mereka serta business planmereka. Pengembangan sistem informasi kawasan ini
akan menjadi aset yang penting bagi pengelola kawa-
san dalam upaya memberikan services yang lengkap
dan akurat bagi investor maupun calon investor di ka-
wasan KTM di seluruh Indonesia.
Aplikasi SIG dalam pemasaran komoditas unggulan
kawasan
Kemampuan SIG juga dapat diaplikasikan dalam mela-
kukan analisis daya dukung pasar dalam memasarkan
komoditas unggulan yang dikembangkan oleh pihak
investor di kawasan tersebut, mulai dari kegiatan pe-
metaan dan analisis mengenai preferensi konsumen,
daya jangkau pasar, keberadaan target market, com-petitivenes, cost and income analysis. Promosi pem-
bangunan KTM dengan konsep-konsep serta position-ing kawasan tersebut merupakan bagian yang juga
penting agar pembangunan dapat dilakukan tidak saja
oleh pemerintah dan masyarakat, tetapi juga menda-
pat dukungan oleh pihak swasta. Pemanfaatan SIG ini
akan membantu pihak yang berkompetan dalam mer-
ancang market strategy (segmentation, positioning, diferentiation) maupun marketing mix (produk, price, place and promotion).
PENUTUP
Dalam pelaksanaan perlu dilakukannya penyediaan
data spasial digital secara terintegrasi sebagai media
melakukan analisis dan evaluasi masterplan. Hingga
saat ini, penyediaan data spasial baru dalam tahap
penyediaan data base spasial dan beberapa model
informasi penyajian antara data spasial dengan data
tabular untuk masing-masing KTM. Berdasarkan hal
tersebut maka perlu dikembangkan suatu pusat
pengelolaan data dan informasi tentang Kawasan Kota
Terpadu Mandiri, mengingat cukup banyaknya Kaw.
KTM yang secara eksisting dikembangkan di Indonesia
dan akan banyak lagi yang akan dikembangkan di selu-
ruh Indonesia.
Kelengkapan dan ketersediaan data dan infor-
masi merupakan hal yang mutlak keberadaanya bila
ingin memperoleh hasil yang maksimal. Dalam pelak-
sanaannya terdapat kendala-kendala salah satunya
adalah “data ada dimana-mana, namun saat diperlukan
menjadi dimana-mana tidak ada data”. Kemudian
dalam penerapan pembanguan data spasial, terdapat
beberapa sumber kekeliruan yang sering terjadi dalam
membangun suatu Sistem Informasi Geografis bagi
perencanaan wilayah, hal ini perlu diwaspadai dalam
pelaksanaan pembangunan data, antara lain :
1. Penetapan variabel ; penguasaan masalah dalam
menentukan variabel dan mengelompokkan ting-
kat akurasi variabel. Penentuan suatu data men-
jadi variabel yang tidak sempurna/ tidak kompre-
hensif akan berdampak pada ketajaman output
yang dihasilkan. Peranan SDM yang profesional
diharapkan mampu mengeliminasi tingkat kesala-
han yang mungkin timbul.
2. Sumber informasi yang sudah kedaluarsa ; umum
terjadi di daerah berkaitan dengan updating data
yang tidak pernah dilaksanakan.
3. Penggunaan skala peta yang tidak sesuai pelak-
sanaan tumpang susun (overlay) informasi, walau-
pun secara teknologi GIS akan tetap mampu me-
lakukan prosesing data namun informasi yang
dihasilkan tidak seperti yang diinginkan.
4. Kesalahan Pembuatan model spasial dalam pen-
golahan sistem informasi spasial. Penetapan ru-
musan model dan mekanisme pengoperasian
model akan berpengaruh terhadap ketepatan
output yang dihasilkan. Peranan tenaga profe-
sional diharapkan lebih mampu memperkecil
tingkat kesalahan yang timbul.
Jelasnya, pemanfaatan teknologi Informasi yang didu-
kung oleh Sumber Daya Manusia yang profesional,
diharapkan akan mampu memberikan masukan ber-
harga bagi daerah dalam mengeksplorasi dan meren-
canakan menejemen pengelolaan SDA kawasan secara
arif, bijaksana dan berkelanjutan.***
Volume 8 / No. 1 / April 2010
Kabupaten Polewali Mandar
(Polman) adalah salah satu dari 5
kabupaten yang ada di Propinsi
Sulawesi Barat, yang terus giat
mencari potensi yang bisa dikem-
bangkan dalam berbagai sektor.
Pada saat dilakukan survei daerah
ini masih bernama Kabupaten
Polewali Mamasa (Polman). Sejak
1 Januari 2006, daerah ini resmi
bernama Kabupaten Polewali
Mandar, seiring dengan berdirinya
Kabupaten Mamasa dengan
proses pemekaran.
Untuk sektor pariwisata kabu-
paten ini giat menggali dan
mengembangkan kemungkinan
adanya lokasi pariwisata baru, baik
yang alam maupun yang budaya.
Dengan kondisi geografis yang
lengkap mulai dari wilayah pantai
sampai wilayah pegunungan, dan
dengan keadaan alam yang indah
dan mempesona serta keane-
karagaman seni budaya, menem-
patkan kabupaten ini menjadi
salah satu tujuan wisata yang
menarik. Wilayah pantai dengan
pasir putih dan terumbu karang
yang indah. Objek air panas, air
terjun dan pemandangan alam
pegunungan juga menjadi suatu
hal yang menarik
Selain daya tarik wisata alam yang
berupa wisata bahari dan
agrowisata, yang tidak kalah
menarik adalah wisata budaya
berupa peninggalan sejarah pur-
bakala. Hal ini ditunjang pula den-
gan aneka hasil kerajinan rakyat
untuk cenderamata berupa anya-
man, sulaman, kerang-kerang,
perabot rumah tangga, pembua-
tan tenunan sarung khas Mandar,
Perahu Sandeq dan kerajinan tan-
gan lainnya dari batang kelapa,
juga merupakan potensi wisata
yang menjanjikan. Berbagai hi-
dangan khas daerah ini juga bisa
dijadikan wisata kuliner untuk
para wisatawan baik domestik
maupun mancanegara.
Secara geografis letak wilayah Ka-
bupaten Polman terletak antara
12o5’00’’ BT sampai 12o50’00’’ BT
dan 2o40’00’’ LS sampai 3o32’00’’
LS. Jarak tempuh dari ibukota Pro-
pinsi Sulawesi Selatan 255 km.
Batas-batas wilayahnya antara
lain : sebelah Utara adalah Kabu-
paten Mamasa; di sebelah Selatan,
Teluk Mandar; di sebelah Timur,
Kabupaten Pinrang; dan di sebe-
lah Barat, Kabupaten Majene. Se-
bagian besar Kabupaten Polman
terdiri atas wilayah bergunung
sampai curam, dengan kemirin-
gan lereng berkisar antara 0 – le-
bih dari 40%. Wilayah datar dijum-
pai pada beberapa tempat, seperti
di Kecamatan Polewali dan tem-
pat-tempat lain dengan aktivitas
ekonomi yang tinggi. Luas Kabu-
paten Polman adalah 4.781,53
km2, sebelum pemekaran. Setelah
pemekaran luasnya berkurang
menjadi 3.240,56 km2.
Kabupaten Polman yang meru-
pakan bagian dari Pulau Sulawesi
yang kaya akan fauna dan flora
endemik dan unik, sebagai akibat
dari posisi peralihan dan evolusi di
dalam zona geologi yang kom-
pleks. Zona peralihan ini, yang
menghubungkan Benua Sunda
dan Sahul (Australo-Papua), oleh
para biologiwan dikenal sebagai
kawasan Wallacea. Pulau Sulawesi
secara biogeografis merupakan
wilayah perpaduan antara fauna
benua Asia dengan Australia dan
masih belum banyak diketahui
dengan baik Menurut seorang
biologiwan (Andrew, 1992) di pu-
lau ini terdapat 30 jenis burung
pemangsa diurnal, enam jenis di
antaranya endemik. Salah satu
burung pemangsa endemik yang
terdesak hidupnya adalah Elang
Sulawesi (Spizaetus lanceolatus ).1
Mangrove, Terumbu Karang dan
Pantai di Teluk Mandar
Pantai Teluk Mandar sebagai
bagian dari Kabupaten Polman
memiliki keindahan yang berbeda
dengan pantai lainnya. Hamparan
pantai yang berkarang dengan
pasir putihnya dan pulau-pulau di
sekitarnya yang memiliki terumbu
karang yang indah dan sebagian
lagi ditumbuhi mangrove men-
jadikan pantai ini punya karakter-
istik tersendiri.
PELUANG DAN KENDALA PENGEMBANGAN PARIWISATA
KABUPATEN POLEWALI MANDAR PROPINSI SULAWESI BARAT
Oleh:Tjiong Giok Pin Staf Pengajar Departemen Geografi, FMIPA UI
Volume 8 / No. 1 / April 2010
1 Elang Sulawesi Spizaetus lanceolatus Deskripsi singkat : Elang-alap berukuran sedang, 56-64 cm, tanpa bulu jambul yang mencuat. Bulu dewasa: sayap dan bagian belakang/punggung coklat gelap, sisi atas bulu ekor coklat gelap dengan empat palang hitam, sisi bawah abu-abu coklat dengan tiga palang hitam dan abu-abu coklat di ujung bulu ekor; kepala dan tengkuk coklat gelap; garis moustachial dan mesial coklat gelap sampai kehitaman pada tenggorokan abu-abu kecoklatan. Dada merah karat sampai coklat berangan dengan bintik-bintik hitam yang sangat kecil, perut dan bagian bawahnya coklat karat dengan berpalang putih; cakar cukup panjang dengan garis-garis halus coklat kotor dengan bulu penutup bawah kaki yang kuning terang (Brown & Amadon, 1968). Warna paruh dan kuku tidak diketahui, namun tam-paknya sama dengan spesies lain. Panjang sayap 335-402 mm, indeks ekor/sayap 69-74%, rata-rata indeks tarsus/sayap 23% (Sozer & Nijman, 1995). Sampai umur satu tahun pertama mengeluarkan suara berulang-ulang dengan cepat "kee-kee-kee" (42-50 kali per 10-11 detik: Van Balen, 1991).
Wilayah sebaran (range): Sulawesi (Indonesia) dan pulau-pulau di sekitarnya yaitu Muna, Butung, Banggai dan Sula (del Hoyo dkk,. 1994; Coates dkk., 1997)
Distribusi dan status: Hutan dataran rendah dan pegunungan dari 250m sampai lebih dari 1500m (White & Bruce, 1968); men-ghuni hutan primer dan hutan pamah sekunder yang tinggi, hutan perbukitan dan hutan pegunungan, kadang hingga pedesaan yang terbuka. Sedikit terpencar tapi tersebar luas mulai dari permukaan laut sampai 2300 m dpl (Coates dkk., 1997), Meyburg dan Van Balen (1994) menyatakan sebagai jenis yang tidak jarang.
Kebiasaan: Elang Sulawesi cenderung untuk berburu dari tajuk hutan sebaik di daerah terbuka dalam hutan. Tercatat ber-sarang pada bulan Agustus di pohon besar pada ketinggian 1600m (Burton, 1989).
Semua ini merupakan potensi ekowisata yang me-
madukan antara ekosistem hutan mangrove dan pano-
rama alam pantai yang belum seluruhnya digali dan
dimanfaatkan.
Hutan mangrove umumnya dijumpai di pesisir Teluk
Mandar, meskipun cukup memprihatinkan karena se-
bagian besar kondisinya sudah rusak, tetapi di be-
berapa pulau seperti di Pulau Panampeang, Pulau
Karamassang masih relatif baik. Pada umumnya kete-
balan hutan mangrove di kawasan ini berkisar antara
10-200 meter dari garis pantai.
Pulau Panampeang adalah pulau kecil yang meru-
pakan pulau karang yang terletak paling luar di
perairan Teluk Mandar yang ditumbuhi mangrove dan
memiliki pantai yang relatif landai. Sedangkan Pulau
Karamassang merupakan pulau kecil dan tidak berpen-
duduk, serta terletak di kawasan perairan Teluk Mandar
paling Selatan.
Pulau Battowae merupakan pulau yang paling besar di
kawasan Teluk Mandar, dan sudah banyak bangunan
permanen dan sekolah. Pulau Battowae merupakan
pulau yang memiliki hutan mangrove paling luas.
Pulau Salamah atau disebut juga Pulau Tanggae. Pulau
ini berdekatan dengan Pulau Battowae, tetapi luasnya
lebih kecil. Hutan mangrove di daerah ini tumbuh
sepanjang kawasan pesisir pulau, karena posisinya ter-
lindung oleh Pulau Battowae.
Di sepanjang pesisir Binuang juga banyak ditumbuhi
mangrove. Letaknya yang terlindung dari hempasan
gelombang dan subtratnya yang berasal dari lumpur
liat sangat menguntungkan untuk tumbuhnya man-
grove. Terumbu Karang dijumpai di beberapa pulau
antara lain di Pulau Battowae, Pulau Salamah, Pulau
Karamassang, Landea dan Panampeang.
Dengan potensi yang ada, berupa pantai pasir putih,
mangrove dan terumbu karangnya, pantai yang ada di
Kabupaten Polman ini dapat dikembangkan sebagai
daerah tujuan wisata. Sebagai daerah wisata yang ber-
basis pada potensi sumberdaya alamnya, maka peren-
canaan perlu dengan pendekatan yang multidisiplin.
Langkah awal untuk mengantisipasinya adalah dengan
membuat arahan secara lebih detail terhadap perma-
salahan perkembangan di kawasan pantai. Pengaturan
garis sempadan; penentuan peruntukan lahan; inten-
sitas pembangunan yang dikaitkan dengan daya tam-
pung kawasan agar tidak terjadi ketidakseimbangan
alam; dan sistem penghubung yang dapat menghasil-
kan suatu kegiatan lain; merupakan berbagai usaha
yang harus dilakukan untuk mengatur perkembangan
pariwisata dikemudian hari.
Pengaturan dan Penyusunan Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan di Kawasan Pantai di Teluk Mandar
merupakan salah satu usaha dalam mangantisipasi dan
diupayakan menjadi bagian dari suatu perangkat pe-
doman dan pengendalian pembangunan fisik yang
akan menjadi alat untuk membantu memecahkan per-
masalahan yang ada. Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan dimaksudkan untuk memberikan arahan
perwujudan fisik suatu kawasan yang mengacu pada
Rencana Tata Ruang yang lebih tinggi tingkatannya
agar tercipta suatu kawasan yang terkendali. Tujuan
dari penyusunan ini adalah untuk mewujudkan ling-
kungan kawasan yang kaya dengan variasi, jatidiri, dan
mempertahankan kondisi lingkungan agar tetap baik.
Dengan demikian dapat memberikan arahan pada
daerah tersebut yang dapat memenuhi kepentingan
atau aspirasi masyarakat, pemanfaatan sumberdaya
dan daya dukung lahan yang optimal.
Volume 8 / No. 1 / April 2010
Pantai-pantai di Balanipa dan Binuang
Pantai Balanipa adalah sebuah obyek wisata alam yang
menarik. Di pantai ini, tepatnya di Desa Sabang Subik,
Kecamatan Balanipa, dapat dijumpai sumur-sumur
pada tepi pantai yang bersumber dari mata air panas
dapat menjadi obyek wisata yang menarik. Obyek ini
juga berdekatan dengan lokasi pembuatan tenun tra-
disional Mandar dan lokasi pembuatan perahu Sandeq.
Di Desa Bala Kecamatan Balanipa terdapat fasilitas
wisata berupa Casebo, Pondok Wisata dan Panggung
Kesenian. Obyek wisata ini berada pada poros jalan
Propinsi (Trans Sulawesi bagian Barat). Pantai Palippis
dan Labuang yang terdapat di desa ini memiliki pano-
rama alam yang indah dan menarik. Di sana dapat di-
jumpai hasil paduan pasir putih, perbukitan, tebing
dan goa alam sepanjang pantai kurang lebih 3 km. Dari
tempat ini dapat disaksikan terbenamnya matahari di
laut lepas Selat Makassar.
Fasilitas rumah wisata dan Casebo juga terdapat di
Pantai Sappoang, Kelurahan Ammasangan, Kecamatan
Binuang. Panorama pantai yang indah juga dapat
disaksikan dari tempat ini. Lokasi obyek wisata lainnya
yang terdapat di Kecamatan Binuang adalah Pulau
Gusung Toraja. Lokasinya dikelilingi oleh Pulau
Karamasang, Pulau Tosalama, Pulau Battoa dan Pulau
Panampeang (Desa Tonyaman) Kecamatan Binuang.
Pulau tanpa penghuni ini dapat ditempuh dengan
perahu motor kurang lebih 15 menit. Pulau Gusung
Toraja mempunyai luas kurang lebih 1.5 Ha merupakan
salah satu obyek wisata dengan panaroma pantai yang
indah dihiasi oleh pasir putih dan coklat yang bersih,
cocok untuk tempat berjemur, berenang, memancing
dan rekreasi.
Air Terjun Kunyi dan Tapango
Obyek wisata air terjun ini terdapat di Desa Kunyi, Ke-
camatan Anreapi, dapat dijangkau dengan kendaraan
bermotor. Air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 30
meter dan bertingkat 3 dengan airnya yang jernih, dan
bersih. Dari tingkat 3 dapat melihat panorama alam
yang indah serta kota Polewali.Wisata alam di daerah
pegunungan ini sangat nyaman, dengan udara yang
segar dan potensi agrowisata yang beraneka, karena di
daerah ini banyak ditanam langsat, durian, rambutan ,
dan kopi.
Di tempat ini pula sedang dikembangkan pembangkit
energi alternatif dengan menggunakan turbin dengan
menggunakan aliran air dari sungai setempat. Obyek
wisata air terjun lainnya terletak di Desa Tapango, Ke-
camatan Tapango. Air terjun Tapango memiliki ke uni-
kan tersendiri.
Agrowisata Kanang
Daerah Kanang terletak di Desa Batetangnga, Kecama-
tan Luyo yang berjarak kurang lebih 1.5 km dari poros
jalan propinsi. Lokasinya dapat dicapai dengan kenda-
raan roda empat. Di daerah Kanang dapat dijumpai
perkebunan rakyat yang terdiri atas durian, langsat dan
rambutan yang luasnya sekitar 400 Ha.
Foto 1. Panorama Alam Pantai Balanipa (Sumber: Dokumentasi penulis)
Foto 2. Panorama Alam Pantai Kecamatan Binuang(Sumber: Dokumentasi penulis)
Volume 8 / No. 1 / April 2010
Ada juga perkebunan coklat. Di
sekitar perkebunan itu terdapat
sungai-sungai yang masih alami
dan dapat dinikmati oleh para
wisatawan sambil mencicipi buah-
buahan yang ada pada musimnya.
Buah durian dan langsat dari Pol-
man telah dikenal di Sulawesi
karena aroma dan manisnya, se-
hingga menjadi pemasok utama
durian dan langsat untuk Kota
Makassar.
Bendungan Sekka-Sekka
Bendungan Sekka-Sekka ini terle-
tak di Desa Batupanga, Kecamatan
Luyo. Letaknya sekitar 5 km dari
poros jalan propinsi, dan dapat
dijangkau dengan kendaraan roda
empat. Selain dimanfaatkan untuk
irigasi persawahan, bendungan ini
juga menjadi objek wisata tirta
yang memiliki panorama alam
indah. Sebagai tempat perman-
dian, olah raga air, memancing,
rekreasi bendungan yang dikelil-
ingi perbukitan ini sekaligus juga
dimanfaatkan sebagai tempat isti-
rahat yang nyaman. Dari tempat
ini pula, kalau kita beruntung da-
pat melihat Burung Elang Sulawesi
yang terbang melintas.
Atraksi Budaya Polman - SaeyangPattu’duSaeyang Pattu’du (Kuda Menari)
adalah salah satu atraksi budaya
yang unik Suku Mandar. yang bisa
melibatkan hingga 100 ekor kuda.
Saeyang Pattu’du ini ditunggangi
oleh gadis-gadis jelita diiringi pu-
kulan rebana dengan syair dan
lagu bernuansa Islam, di depan
seseorang yang melantunkan ka-linda’da (berbalasan pantun) yang
ditujukan kepada penunggang
kuda tersebut.
Setiap kali mendengar bunyi gen-
dang dan rebana, seketika kaki-
kaki kuda ini bergerak-gerak naik
turun, ke depan, ke belakang atau
ke samping. Gerakan kaki ini dii-
kuti dengan gerakan kepala
seperti mengangguk-angguk,
menggeleng-geleng, atau me-
neleng ke kiri dan kanan. Persis
seperti penari. Semakin cepat atau
semakin keras bunyi tetabuhan,
semakin cepat pula gerakan kaki
kuda-kuda itu.
Atraksi Saeyang Pattu’du dilak-
sanakan pada acara Maulid Nabi,
Perkawinan, Khatam Alqur’an dan
acara syukuran. Acara Saeyang Pattu’du bisa ditemui di sejumlah
desa di Kabupaten Polman, tepat-
nya di Desa Kappung Tulu dan
Tinambung, dan desa-desa lain
yang masih berada di Kecamatan
Balanipa dan Tinambung.
Foto 5. Panorama Alam Pantai Kecamatan Binuang (Sumber: Dokumentasi penulis)
Foto 4. Perkebunan coklat rakyat (Sumber: Dokumentasi penulis)
Volume 8 / No. 1 / April 2010
Pakkacaping Pakkacaping (Pemain Kecapi) adalah salah satu seni
budaya tradisonal Mandar berupa petikan kecapi diir-
ingi syair lagu romantis dan petuah/nasehat yang
bernilai sastra tinggi ditujukan kepada tomioro (gadis
jelata yang sedang duduk) dipersandingkan dengan
seorang pemuda dan pemuda tersebut melakukan
Mappamacco (menaruh uang di depan tomioro).
Awalnya Pakkacaping ini dipertunjukkan dalam istana
Raja, namun saat ini menjadi hiburan umum pada
acara Perkawinan, Nazar dan acara syukuran lainnya.
Tarian Pattu’duTari Pattu’du adalah salah satu seni budaya tari tra-
disional Mandar yang dianggap sakral. Tari ini sudah
dipertunjukkan dalam istana kerajaan, sejak Raja
Balanipa I (Todilaling) memerintah tahun 1520 M. Se-
belum menjadi Raja Balanipa, Todilaling
(Imanyambungi) diangkat sebagai pemimpin perang
kerajaan Goa, dan konon sewaktu Todilaling mangkat
44 orang penari Pattu’du, dayang-dayang dan penga-
wal yang setia turut serta masuk ke liang lahat.
Makam Raja Todilaling saat ini menjadi salah satu ob-
jek wisata budaya/ cagar budaya. Letaknya di atas
bukit dengan pohon beringin yang rindang di Desa
Napo Kecamatan Balanipa, sekitar 3 km dari poros
jalan Provinsi.
Salah satu makam lain yang sering diziarahi oleh para
wisatawan di Polman adalah makam Syech Al Ma’ruf.
Makam ini berada di Pulau Tosalama, Desa Ammasan-
gan, Kecamatan Binuang dan dapat ditempuh dengan
perahu motor sekitar 10 menit.
Syech Al Ma’ruf adalah penyiar agama Islam pertama
pada abad ke XVI di Binuang, memiliki pengetahuan
agama Islam yang dalam dan luas, sehingga diberi ge-
lar Tosalama (orang yang dikeramatkan).
Perahu SandeqPerahu Sandeq adalah tipe perahu layar tradisional
Suku Mandar. Perahu ini bercadik berukuran panjang 9
– 16 meter dan lebar 0.5 – 1 meter. Pada jaman dahulu
perahu ini digunakan untuk menangkap ikan sampai
ke laut dalam serta sebagai alat transportasi jarak jauh
menjelajahi seluruh nusantara bahkan sampai ke Ma-
laysia, Singapura, Jepang dan Madagaskar. Kecepatan
tempuh perahu ini dapat mencapai 15 – 20 Knot atau
30 – 40 km per jam. Perahu ini dikenal sebagai perahu
layar tercepat dan tercantik yang mampu mengarungi
laut lepas sekalipun ombak besar.
Foto 6. Perahu Sandeq yang hampir jadi (Sumber: Dokumentasi penulis)
Volume 8 / No. 1 / April 2010
Untuk melestarikan budaya lelu-
hur Suku Mandar dan menjadikan
sebagai obyek dan daya tarik
wisata, maka setiap peringatan
HUT Kemerdekaan RI, yaitu antara
tanggal 10 – 17 Agustus setiap
tahunnya diselenggarakan Lomba
Perahu Sandeq (Sandeq Race)
dengan rute Majene – Polewali –
Ujung Lero – Teluk Pare-Pare –
Barru dan berakhir di Pantai Losari
Makassar.
Sarung Tenun Sutera Mandar
Kain tenun khas Mandar yang
dikenal dengan Sarung Tenun
Sutra Mandar memiliki ciri dan
corak khas tersendiri, yaitu halus
dan cemerlang. Warnanya tidak
bisa luntur dan telah dikenal di
seluruh Nusantara.
Tenunan Sarung Sutra Mandar
telah menjadi industri kerajinan
rakyat dan terdapat di semua Ke-
camatan pesisir Kabupaten Pol-
man. Biasanya kain ini digunakan
pada acara perkawinan, upacara
adat, acara syukuran lainnya dan
bagi tamu dari luar, dijadikan
cenderamata.
Hasil kerajinan rakyat yang lain,
yang dapat dijadikan
cenderamata, diproduksi di berba-
gai sentra industri rumah tangga
di Kecamatan Polewali dan Tinam-
bung. Ada yang berupa anyaman,
sulaman, kerang-kerang, perabot
rumah tangga, ataupun kerajinan
tangan lainnya dari batang kelapa,
juga rotan.
Makanan Khas Mandar
Makanan khas Mandar cukup ber-
aneka ragam antara lain Loka An-joroi, Jepa dan Bau Peapi. Namun
yang sudah dikenal adalah GollaKambu terbuat dari gula aren,
beras ketan dan kelapa. Untuk
menambah aroma dan rasa yang
bervariasi, biasanya ditambah
durian, kacang dan wijen. Golla Kambu sebagai makanan khas
Mandar dapat diperoleh di Ke-
camatan Balanipa, Tinambung,
Campalagian dan Allu. Selain itu,
ikan asap dan ikan asin adalah
jenis makanan khas Mandar. Se-
mua jenis makanan khas mandar
bisa diperoleh di pasar-pasar tra-
disional.
Alat Transportasi
Alat transportasi yang terdapat di
Kabupaten Polman bervariasi, ada
yang masih tradisional ada pula
yang sudah modern. Delman atau
Dokar, yang dikenal dengan sebu-
tan Bendi, masih digemari
masyarakat sebagai alat angkut
yang menghubungkan antara ke-
camatan dengan daerah pede-
saan.
Foto 7. Pembuatan Sarung Tenun Mandar (Sumber: Dokumentasi penulis)
Foto 8. Kerajinan dari batang kelapa (Sumber: Dokumentasi penulis)
Volume 8 / No. 1 / April 2010
50 TAHUN GEOGRAFI UI KEGIATAN REUNI AKBAR
REUNI GEOGRAFI UI 50 TAHUN
(1959-2009) Departemen Geografi berulang
tahun ke 50 pada tanggal 27
November 2009 yang lalu.
Perayaan 50 tahun tersebut
dilaksanakan pada hari Sabtu, 12
Desember 2009, yang dibarengi
dengan acara reuni. Peringatan
ulang tahun emas tersebut
dimeriahkan dengan berbagai
kegiatan, seperti fun bike,
pameran oleh mahasiswa
Geografi, musik, dan potong kue.
Peserta kegiatan tersebut tercatat
sebanyak + 200 orang termasuk
alumni, mahasiswa dan staf
pengajar, serta beberapa
karyawan Departemen Geografi.
Acara dimulai pada pukul 08.15
dengan kegiatan fun bikeberkeliling kampus UI yang asri
dengan jalur sepeda yang
menantang. Pemandangan hutan
kota yang rimbun turut
menghanyutkan para alumni ke
dunia lain seperti suasana alam
bebas yang masih segar, tarikan
napas dan udaranya membuat
badan menjadi semangat. Setelah
berjalan sejenak, perjalanan
dihentikan sejenak di depan
pohon rindang yang belokasi
berdekatan dengan kandang
kijang, di sekitar area FISIP. Telah
menunggu dihadapan, jalur
sepeda menuju shelter FE yang
lebih menantang.
Mendekati gedung Geografi trek
sepeda menjadi sedikit menanjak,
dengan latar belakang gedung
Rektorat UI dan Balairung.
Beberapa peserta sudah menjadi
pejabat baik di pemerintah atau
swasta, semoga yang belum bisa
menyusul, seperti urutan sepeda
ada yang di depan dan yang di
belakang, dapat berganti sejalan
dengan waktu. Istirahat santai
sejenak setelah bersepeda
dimanfaatkan para peserta
sembari menunggu kedatangan
alumni yang lain. Acara santai
tersebut dimanfaatkan para pe-
serta untuk menikmati makanan
dan minuman yang tersedia, serta
mengunjungi gedung Geografi
untuk melihat beberapa publikasi
terkini Departemen Geografi dan
pameran yang diselenggarakan
oleh beberapa mahasiswa.
Foto 3. Pameran dan eksibisi oleh mahasiswa Departemen Geografi UI
Foto 2. Peserta kegiatan sepeda santai
Foto 1. Persiapan keberangkatan
Volume 8 / No. 1 / April 2010
Acara dilanjutkan dengan hiburan berupa musik dan
kesenian. Beberapa grup band mahasiswa Geografi
angkatan 2007, 2008, dan 2009 menampilkan
kebolehan dan bakat dalam bermusik. Aksi hiburan
tersebut mendapatkan sambutan yang hangat dari
hadirin, baik dari alumni ataupun dari mahasiswa yang
hadir. Para alumni dan dosen juga tidak ketinggalan
menunjukan kemampuannya dalam bermusik, seperti
Pak Raldi Hendro menampilkan kemampuan
memainkan gitarnya, serta Mas Tito Latif, Mas Hari Tb
yang menggabungkan tiga generasi (70-an, 80-an, dan
90-an) dalam musik yang dibawakan oleh mereka.
Mantap..
Waktu menunjukkan pukul 12.00 siang, acara
dilajutkan dengan santap siang (ISHOMA). Hidangan
sederhana tetapi Maknyuss segara disantap oleh para
peserta, momen tersebut juga diiringi dengan bincang
-bincang ringan serta foto bersama oleh para peserta
kegiatan. Obrolan seputar masalah terkini, hingga,
nostalgia masa yang lalu mengiringi santap siang
tersebut.
Puncak kegiatan Reuni menyambut 50 Tahun Geografi
UI ditandai dengan acara pemotongan kue ulang
tahun. Kue ulang tahun hasil racikan mba Vresty yang
berukuran cukup besar dihiasi dengan banyak lilin,
dihadirkan ke tengah-tengah panggung. Secara
bersama-sama peserta menyanyikan lagu “Selamat
Ulang Tahun” untuk mengiringi pemotongan kue
tersebut. Dengan ukuran yang cukup besar, kue
tersebut dapat dinikmati oleh seluruh peserta
kegiatan.
Foto 3. Grup musik alumni membawakan lagu-lagu lawas
Foto 6. Pemotongan kue ulang tahun
Foto 4. Peserta menikmati menu dan hidangan makan siang
Foto 5. Kue ulang tahun
Volume 8 / No. 1 / April 2010
Acara ditutup dengan pembagian
bingkisan (Doorprize) berupa be-
berapa perangkat survei lapang
seperti LaserAce dan GPS, serta
satu buah hardrive eksternal. Pem-
bagian bingkisan kembali diiringi
dengan alunan musik dan lagu
dari para alumni, seperti duet Mas
Awin dan Mas Gema serta trio Mas
Sam, Mas Selo, dan Mas Adi Wi-
bowo menutup sesi hiburan dari
para alumni. Pada sesi penutup
tersebut juga dilakukan pendo-
kumentasian para peserta yang
hadir. Pendokumentasian tersebut
berupa foto berdasarkan angka-
tan masing-masing, serta peleng-
kapan daftar hadir. Hal ini ten-
tunya menjadi penting dalam
melengkapi direktori dan rekam
jejak para alumni Geografi UI. AAWI
Volume 8 / No. 1 / April 2010
Volume 8 / No. 1 / April 2010
Yulius Antokida
Salam, kemarin lusa saya dan Bambang (G’95) bertemu
dengan Ibu Titiek di bakosurtanal. Di pertemuan itu,
kita sempat berbicara mengenai sertifikat keahlian,
yang selama ini banyak lulusan Geografi UI tidak
memilikinya karena lembaga profesi yang menaungi
profesi Geograf seperti IGI, tidak mengeluarkan sertifi-
kat keahlian itu. Kemudian Ibu Titiek menanyakan
kepada teman-teman beliau mengenai sertifikat keahl-
ian Geografi tersebut. Ternyataterdapat lembaga yang
mengeluarkan sertifikat itu, yakni ISI (Ikatan Surveyor
Indonesia) dengan 5 bidang keahlian yaitu Keahlian
Bidang Survey dan Pemetaan Teristris, Keahlian Bidang
Fotogramateri, Keahlian Bidang Remote Sensing,
Keahlian Bidang Survei Hidrografi dan Pemetaan
Bathymetry dan Keahlian Bidang Sistem Infromasi
Geografi.
Tetapi ISI mensyaratkan bahwa sertifikasi hanya dipe-
runtukan bagi lulusan Geodesi saja, sedangkan untuk
lulusan geografi tidak ada. Setelah menghubungi pi-
hak ISI dalam hal ini Bapak Agus (Kapus PPSDA BAKO-
SURTANAL), mereka dapay menerima dari lulusan
Geografi dan akan dirembugkan dalam rapat or-
ganisasi mereka. Pak Agus mengusulkan, sebelum ada
lembaga lain yang membuat sertifikat keahlian
Geografi, dapat mengikuti sertifikasi dari ISI, dan akan
dibantu prosesnya. Apabila terdapat lebih dari 50
orang yang akan mengikuti sertifkasi, maka beliau akan
membantu kemudahan proses dan biaya dalam pen-
gurusan sertifikasi tersebut.
Saya tertarik dengan usulan itu dan oleh karena itu
saya sounding kepada teman-teman Geografi UI, untuk
memiliki sertifkat keahlian agar memiliki nilai tambah
dan pengakuan profesi, yang paling nyata terutama
dalam mengikuti tender di instansi pemerintah yang
sekarang mulai meminta sertifikat keahlian untuk
tenaga ahli yang mengikuti kegiatan. Menurut rekan-
rekan bagaimana dengan ajakan tersebut ? Kita dapat
berdikusi di forum ini.
Catatan :
ISI telah menerbitkan sejumlah besar Sertifikat Keahl-
ian (SKA) dan te-registrasi di LPJK
Sertifikasi Tenaga Ahli Survei dan Pemetaan yang ber-
gerak dalam layanan Jasa Konstruksi dimaksudkan un-
tuk menyatakan kompetensi seseorang dalam suatu
disiplin keilmuan dan atau kefungsian dan atau keahl-
ian tertentu di bidang layanan Jasa Survei dan Pe-
metaan. Sedang tujuannya adalah memberikan infor-
masi obyektif kepada para pengguna jasa bahwa kom-
petensi Tenaga Ahli yang bersangkutan memenuhi
bakuan kompetensi yang ditetapkan untuk Klasifikasi
dan Kualifikasinya. Klasifikasi keahlian dikelompokkan
menjadi 5 ( lima ) kelas yaitu :
1. Keahlian Bidang Survey dan Pemetaan Teristris;
2. Keahlian Bidang Fotogramateri;
3. Keahlian Bidang Remote Sensing;
4. Keahlian Bidang Survei Hidrografi dan Pemetaan
Bathymetry
5. Keahlian Bidang Sistem Infromasi Geografi
Sedangkan kualifikasi Keahlian dibagi atas 3 (tiga) ting-
katan, yaitu : Surveyor Ahli Muda, Surveyor Ahli Madya,
Surveyor Ahli Utama.
Untuk memperoleh sertifikat, anggota ISI sebagai
pemohon harus membuat pernyataan sebagai syarat
pengajuan klasifikasi dan kualifikasi keahlian. Data
tersebut akan diperiksa dan ditelaah oleh para Asessor.
BSA ISI telah mempunyai 3 orang Asessor dan masing-
masing telah mengikuti pelatihan dari LPJK sebagai
berikut :
Ir. Djumawan Idik , MT (November 2006)
Ir. Rahardjono Taepur (Mei 2007)
Ir. Edy Martoyo , MT (Mei 2007)
SERTIFIKAT KEAHLIAN GEOGRAFI, PERLUKAH? DISKUSI ALUMNI GEOGRAFI UI @ spatial-net
Volume 8 / No. 1 / April 2010
Sapta Ananda
Saya tertarik dengan usulan itu
mas dan oleh karena itu saya
sounding ke teman-teman
geografi ui, untuk memiliki ser-tifkat keahlian agar memiliki nilai tambah dan pengakuan profesi,yang paling nyata terutama dalam
mengikuti tender di instansi pe-
merintah yang sekarang mulai
meminta sertifikat keahlian untuk
tenaga ahli yang mengikuti
kegiatan.
Raldi Hendro Koestoer
Rekan, sertifikasi banyak diperbin-
cangkan orang di setiap celah
pekerjaan dan juga di berbagai
jurusan. Hal ini wajar karena kebu-
tuhan teknis yang ada membu-
tuhkan pass card tersebut. Hal ini
biasanya terjadi pada bidang-
bidang 'kuli' (baca: teknis). Kalau
kita apply ke bidang-bidang teknis
tersebut, maka pasti dibu-
tuhkanlah sertifikat yang relevan.
Pada waktu yang lalu, rekan-rekan
Geo mengusulkan agar IGI
mengeluarkan sejenis i tu.
Pemikiran tersebut cukup berala-
san, karena beberapa aspek
Geografi sangat kental dengan
urusan teknis, maka bisa saja di-
usulkan untuk mengeluarkan ser-
tifikat tersebut, yang barangkali
bisa melalui Depnaker (2 instansi
yang bekerjasama) mengku-
kuhkan keabsahan sertifikat
luarannya, sepanjang beberapa
kriteria merujuk pada persyaratan
teknis dapat dipenuhi.
Seandainya rekan yang berke-
pentingan (terutama dari IGI)
ingin membuat sertifikat profesi
semacam ini untuk kepentingan
profesional, maka barangkali bisa
rembugan dulu pada unit-unit
yang relevan menangani ini. Un-tuk ijazah yang disebutkan seba-gai Sarjana Geografi tentunya di-
maksudkan bukan untuk aspek teknis, tapi justru kapasitas analisis keruangannya.
Laju Gandharum
Menurut hemat saya, sertifikat ahli
Geodesi semestinya menjadi wajar
karena mereka berkutat di dunia
engineering. Lantas bagaimana
dengan Geografi yang kita sebut
sebagai ilmu ini? Menilik di Depar-
temen Geografi UI ini semua dipe-
lajari. Bahkan yang diajarkan di
Geodesi pun juga dipelajari di
Geografi (seperti survei terestris
dan fotogrametri). Tentunya dalam yang berbeda, di Geografi perlu diperkenalkan hal-hal terse-but untuk mendukung ke-Geografiannya. Rasanya janggal
kalau ada sertifikat ahli Geografi,
yang isinya jangan-jangan cuma
spesifik GIS dan Remote Sensing,
atau capable mengoperasikan
software-software komersial
model produk-produk ESRI.
Triarko Nurlambang
Saya tambahkan dengan agak
sedikit menyeleneh. Kalau sarjana
diharapkan mampu menciptakan
peluang kerja melalui kreasi kon-
septualnya, tapi jika ingin menjadi
engineer silahkan cari sertifikat
ahli seperti yang diceritakan Mas
Toki dan Mbak Titi-BAKO. It’s a matter of choice, why we bother that much? Oleh karenanya bagi
yang berkeinginan menjadi ahli
“tukang insinyur” tadi Departe-
men Geografi UI saat ini sedang
berproses dengan Politeknik-
Jakarta (yang ada di dalam Kam-
pus UI-Depok) untuk membuka
program diploma untuk bidang
teknologi pemetaan. Mengapa
bergabung dengan Politeknik-
Jakarta? Karena pada akhirnya PNJ
akan bersatu dengan program
studi vokasi UI. Mereka lebih re-
sponsive dan suportif. Mereka
praktis rekan-rekan dari UI juga,
ada di dalam kampus sehingga
akan memudahka dalam mobilitas
staf pengajar. Mereka juga terbuka
dalam urusan properti intelektual
dan bisnis rielnya.
Supriatna
Sebetulnya pembicaraan men-
genai sertifikasi keahlian geografi/
SIG/penginderaan jauh pernah
kita bicarakan pada saat perte-
muan teman-teman di IGI Jabode-
tabek yang dipimpin Pak Asep
Karsidi. Jika tidak salah, pembi-caraan pada saat itu sampai menghasilkan suatu dfraft kompe-tensi dan mengarah kepada serti-fikasi. Modelnya Profesi IGI
(Jabodetabek) bekerjasama den-
gan PT (Geografi UI) mengadakan
suatu pelatihan kompetensi dan
sekaligus untuk sertifikasi. Ayo kita
beri dukungan teman-teman di IGI
Jabodetabek dan Pimpinan Dept.
Geografi UI untuk memikirkan
semangat dari teman-teman yang
memberikan saran/komentar.
Assodiri
Tema sertifikasi beberapa kali te-
lah diperbincangkan di forum ini,
namun terbentur beberapa ken-
dala misalnya; lembaga induk
mana yang pas dan pantas untuk
bisa memberikannya? atau konsep
yang memang belum ada. Sertifi-
kasi teknis yang selama ini sering
ditanyakan ketika ingin disertakan
dalam tender adalah sertifikasi
keahlian geografi (karena plano
punya, sipil ada, bahkan ahli trans-
portasi juga, ini anak geo
mana?). Tentunya berbeda den-gan sertifikasi GIS, RS dan survei. Sertifikasi GIS dan RS pun tergan-tung kita menggunakan teknologi apa? ESRI, Map info atau bahkan Open source.
Terlepas dari kebingungan itu semua, memang harus
segera direalisasikan suatu konsep sertifikasi yang ka-
tanya bisa sedikit memberi tameng dalam kancah
AFTA + china ini. Monggo para begawan, resi dan
orang tua geo untuk menaungi kebutuhan murid-
muridnya ini, kami siap menyokong arahan-arahan itu.
Triarko Nurlambang
Untuk lengkapnya, sesuai dengan pengetahuan dan
pengalaman saya menyelesaikan satu bidang sertifi-
kasi, syaratnya ada 4 pihak yang harus berkerja ber-sama yaitu akademisi (diantaranya dari Universitas), asosiasi profesi terkait, industri/masyarakat (penerima jasa profesi ybs.), dan pemerintah (Depnaker dan in-stansi terkait). Dulu (awal tahun 2000-an) dana yg dis-
ediakan oleh Depnaker adalah sekitar Rp 300 juta per
usulan bidang profesi. Program ini setidaknya juga ha-
rus didukung oleh BSN (Badan Sertifikasi Nasional; si-
lahkan hubungi Pak Sugiyanto alumni FEUI yang telah
banyak membantu UI dan kebetulan dekat dengan
Deputi Ventura UI dimana Mas Tris Eryando sebagai
Wakil Deputinya). Sertifikasi ini ada jenjangnya: jenjang
perusahaan (berlaku hanya di perusahaan ybs.), sertifi-
kasi lokal (berlaku hanya di daerah ybs.), sertifikasi na-
sional (dengan BSN sebagai penanggung jawab), dan
sertifikasi internasional (terdiri dari bilateral dan re-
gional atau global). Hal lain yang penting adalah
bahwa lembaga pemberi sertifikat (nantinya) harus
terpisah dengan lembaga yang mendidik profesi.
Darsono
Sekedar menambahkan:
1. Sertifikasi keahlian sifatnya menambahkan formali-
tas saja dari apa yang telah kita kuasai secara
khusus dan bersifat teknis.
2. Penggunaananya bermacam-macam tergantung
tujuan. tapi yang lagi segera dibutuhkan adalah
bagi temen-temen yang biasa ikut tender pemer-
intah.
3. Karena sertifikasi tersebut untuk keahlian ter-
tentu dan bersifat teknis, menurut saya tidak se-
lalu berbanding lurus dengan latar belakang keil-
muan.Ilmu apapun latar belakang kita, bisa
menambahkan kemampuan teknis melalui diklat
dan bisa mengajukan sertifikat ke lembaga sertifi-
kasi. jadi KEHORMATAN IJASAH latar belakang
bidang ilmu kita, barang kali tidak akan berkurang
dengan semangat temen2 cari sertifikat keahlian.
4. Kaitan dengan itu, menurut temen-temen yang
mengelola lembaga sertifikasi, idealnya ada dua
lembaga yang berperan yaitu:
Lembaga diklat (pendidikan dan pelatihan) yang
berperan memberikan kemampuan teknis ter-
tentu. misalnya GIS.
Lembaga sertifikasi yang berperan menguji ke-
mampuan teknis tersebut (misal GIS) dan
mengeluarkan sertifikat keahlian.
5. Dalam kenyataanya dua peran itu seringkali diga-
bungkan dalam satu lembaga dan bahkan lebih
konyol lagi, tanpa diklatpun dan tanpa diuji bisa
dapat sertifikat (asal bayar). Ingat MARKUS ada di
mana-mana.
6. Pertanyaan buat IGI: apakah mau membentuk lem-
baga diklat?apakah mau membentuk lembaga
sertifikasi? atau dua2nya?. yang penting jangan
jadi lembaga MARKUS
Nuzul Achjar
Dalam cerita Hamlet yang ditulis Shakespeare, ada se-
buah frase yang sering dikutip: Something is rotten in the state of Denmark. Tampaknya ada sesuatu yang tak
beres dalam institusi pendidikan tinggi Geografi dan
lembaga profesi Geografi.
Pragmatisme (antara lain munculnya keinginan sertifi-kasi) lulusan Geografi sama sekali tidak keliru, malah wajib adanya, karena ada realita kehidupan yang harus dihadapi. Namun pragmatisme tidak harus menggir-ing pendidikan tinggi Geografi dan profesi Geografi bersifat pragmatis. Berkali-kali pernah saya sampaikan
di milis ini, "planner" paling menonjol di Inggris justru
berlatar belakang Geografi. Sertifikat profesional seba-
gai planner dikeluarkan oleh "Institusi Planning," yang
tidak punya kaitan langsung dengan institusi profesi
Geografi.
Volume 8 / No. 1 / April 2010
Jika sebuah lembaga profesi
geografi harus mengeluarkan ser-
tifikasi, kira-kira apa yang paling
relevan? Salah satu contoh: sertifi-
kasi guru geografi untuk sekolah
menengah. Ada standar yang ha-
rus dipenuhi untuk jadi guru
Geografi. Bagaimana kalau lem-
baga profesi Geografi mengeluar-
kan sertifikat untuk pemetaan mis-
alnya. Tak salah, namun ada resiko
diketawakan orang. Ini adalah re-
alitas yang sangat pahit. Tapi mak-
sud saya, kalau mau ambil sertifi-
kat profesi tertentu, tak ada salah-
nya ambil di tempat lain, namun
jangan menggiring lembaga pro-
fesi Geografi mengeluarkan sertifi-
kat yang bukan "core compe-tence" Geografi. Akhirnya, apa
yang saya sampaikan di atas kem-
bali pada pertanyaan "what is the philosophy of academic geogra-phy"?
Triarko Nurlambang
Setuju dengan Bapak Nuzul.
Geografi UI semestinya mencetak
scholars bukan profesional. Seba-
gai contoh kalau ditanyakan
kepada saya, saya akan jawab pro-
fesi saya yang sebenarnya adalah
guru. Jadi sertifikasi kompetensi
profesi yang harus saya kejar
adalah sertifikasi guru. Tapi karena
saya lumayan sering diminta
memberikan saran untuk berbagai
bidang maka tidak jarang saya
berprofesi sebagai konsultan un-
tuk berbagai bidang tadi. Lantas
untuk jadi konsultan bersertifikat,
bidang konsultan mana yang ha-
rus disertifikati?
Sepertinya yang juga membuat
kisruh hal ini adalah kalangan lem-
baga pemerintah, industri, dan
suasana pasar tenaga kerja serta
perusahaan jasa ketenagakerjaan.
Karena dalam pengumuman
lowongan pekerjaan masih sering
dicantumkan lulusan S1 atau S2
atau S3 dst., dan baru bidang
pekerjaan tertentu yang pada
tingkat operator atau pelaksana
yang menyatakan kebutuhan
tenaga ahli A, B, C, dst. Lambat
laun situasi ini akan menjadi lebih
baik sejalan dengan persaingan
yang semakin ketat dan sistem
compliance yang juga semakin
ketat terhadap output pekerjaan
pada berbagai tingkat dan insti-
tusi pekerjaan tersebut.
Bondan Andriyanu
Sertifikasi di negara kita tercinta
memang isu klasik dan menarik
untuk ditelisik. Sertifikasi yang
saya maksud lebih bersifat penga-
kuan atas segala bentuk kemam-
puan dan apa yang bisa serta te-
lah diperbuat. Yang biasanya di-
luncurkan dan diresmikan oleh
instansi atau lembaga terkait.
Contohnya saja dalam bidang
ibadah haji, hanya indonesia
{sepengetahuan saya} yang
memiliki dan menerbitkan selem-
baran sertifikat bahwa telah mela-
kukan dan melaksanakan ibadah
haji. Cukup ironis sekali menurut
saya, jika hubungan hamba den-
gan sang PENCIPTANYA harus
dibuktikan dalam bentuk sertifi-
kat.
Kembali ke serifikasi keahlian
Geograf yang sedang hangat di
diskusikan. Menurut saya, ini
dikembalikan saja kepada niat dari
masing-masing individu yang
ingin diadakannya sertifikat terse-
but. Pada akhirnya akan terlihat
dengan sendirinya sejauh mana
ilmu geografi dari masing-masing
kita telah diejawantahkan diling-
kungan sekitar kita. bravo geograf
indonesia
Adi Wibowo
Terlepas dari sertifikasi jadi atau
tidak, prinsipya para alumni
Geografi UI telah mampu meyak-
inkan saya pribadi, bahwa ilmu ini
bermanfaat bagi masyarakat ban-
yak.
Volume 8 / No. 1 / April 2010
Merupakan mailing-list internal komunitas
Geografi, Universitas Indonesia. Merupakan wadah
informal untuk tukar-menukar informasi dan
diskusi. Diluncurkan sejak 29 Maret 1999. Saat ini
spatial-net telah memiliki 545 anggota, yang terdiri
dari alumni, staf pengajar, maupun mahasiswa
Departemen Geografi, Universitas Indonesia. Mail-ing-list ini dimoderatori oleh Laju Gandharum
Group email addresses
Post message:
Subscribe:
Unsubscribe:
List owner:
SPATIAL-NET @ yahoogroups
The 5th APRUWORLD INSTITUTE on
Climate Change Mitigation and
Adaptation Strategies
Volume 8 / No. 1 / April 2010
The seminar "Climate Change Mitigation and Adapta-
tion Strategies" was one of international seminars held
by University of Indonesia as the member of Associa-
tion of Pacific Rim Universities. This seminar discussed
about some problems related to global climate change
from multi-disciplinary perspectives. This seminar is
expected to initiate the establishment of Study Center
that focuses on the effects of global temperature
changes in University of Indonesia area. The expected
outcome of this seminar is the innovation of mitigation
and adaptation strategies toward temperature
changes which could be implemented globally.
Panel speaker held on 18 March 2010. Three persons
panelis were represented three countries, i.e. Indone-
sia, United States of America, and Australia. Indonesia
was represented by Emil Salim (Professor of Economic
from University of Indonesia and also President’s advi-
sory council for environment and sustainable develop-
ment issues). United States of America was represented
by Cornelius Sullivan (Professor form Department of
Biological Science, USC College of Letters, Arts and Sci-
ence, University of Southern California). While, Austra-
lia was represented by Jim Falk (Climate Change Direc-
tor, APRU World Institute, Visiting Professor, United
Nations University, Institute of Advanced Studies &
Director, Australian Centre for Science, Innovation and
Society University of Melbourne).