Siapakah an nafs al-muthmainnah tafsir qs al-fajr ayat 27-30

download Siapakah an nafs  al-muthmainnah tafsir qs al-fajr ayat 27-30

If you can't read please download the document

Transcript of Siapakah an nafs al-muthmainnah tafsir qs al-fajr ayat 27-30

1. Siapakah an-Nafs al-Muthmainnah? Tafsir QS al-Fajr/89: 27-30 (Disampaikan dalam acara Pengajian Bada Subuh, Ahad 24 November 2013, di Masjid Margo Mulyo, Nagan Tengah, Kelurahan Patehan, Kecamatan Kraton, Yogyakarta) Iftith An-Nafs (Jiwa) adalah potensi yang terdapat dalam diri setiap manusia. Semua orang akan mengalami perkembangan jiwanya, selaras dengan berjalannya waktu. Setiap orang yang senantiasa berkesediaan untuk bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah, dirinya akan merasakan ketenangan dan ketenteraman dalam jiwanya, tenang dan tenteram baik ketika ditimpa musibah maupun mendapatkan nikmat. Jika ia mendapatkan musibah, ia ridha terhadap taqdir Allah dan jika kehilangan sesuatu, ia tidak berputus asa. Bahkan jika ia mendapatkan nikmat, tidak lupa diri, Ia senantiasa berada dalam sikap sabar dan syukur. Inilah yang oleh Allah disebut sebagai an-Nafs al-Muthmainnah, jiwa yang tenang dan tenteram dalam keimanan, dan tak pernah tergoyahkan oleh keragu-raguan (syubhat). Jiwa yang senantiasa memiliki kerinduan untuk bertemu dengan Allah, Tuhan yang selalu ada di dalam hatinya. Dalam kaitannya dengan hal ini Allah berfirman, Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha (puas) lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku. (QS al-Fajr/89: 27-30) Tafsir Mufradat: Kata nafs merupakan satu kata yang memiliki banyak makna atau lazim disebut lafazh musytarak dan harus difahami sesuai dengan penggunaannya. Menjadi satu catatan penting bagi siapa pun yang ingin memahami lafazh musytarak untuk bisa memahami makna yang sebenarnya dituju hingga tidak mengurangi kualitas penafsirannya, juga 1 2. tidak menggunakan satu makna saja dalam berbagai kondisi yang berbeda. Lafazh musytarak terkadang digunakan dan mengandung pengertian beberapa makna, namun terkadang pula mengandung pengertian semua makna yang mewakilinya. Kata nafs dalam al-Quran memiliki beberapa makna. Pertama, artinya jiwa atau sesuatu yang memiliki eksistensi dan hakikat. Nafs dalam pengertian ini terdiri atas tubuh dan ruh, sebagaimana tampak dalam al-Quran, QS al-Midah/5: 45, Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (at-Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada kisasnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak qishash)-nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim. Atau pada QS as-Sajdah/32: 13, Dan kalau Kami menghendaki niscaya Kami akan berikan kepada tiap-tiap jiwa petunjuk, akan tetapi telah tetaplah perkataan dari padaKu: "Sesungguhnya akan aku penuhi neraka Jahannam itu dengan jin dan manusia bersama-sama." Kedua, artinya nyawa yang memicu adanya kehidupan. Apabila nyawa hilang maka kematian pun menghampiri. Nafs dalam makna ini tampak dalam QS al-An'm/6: 93, 2 3. Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: "Telah diwahyukan kepada saya", padahal tidak ada yang diwahyukan sedikit pun pun kepadanya, dan orang yang berkata: "Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah." Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakaratul maut, sedang para Malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu". Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya. Ketiga, berarti diri atau suatu tempat di mana hati nurani bersemayam. Nafs dalam artian ini selalu dinisbatkan kepada Allah dan juga kepada manusia sebagaimana tampak dalam QS li Imrn/3: 28, Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali [Wali jamaknya auliy: berarti teman yang akrab; juga bisa berarti pemimpin, pelindung atau penolong] dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barangsiapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali-(mu). Atau pada QS al-Midah/5: 116, 3 4.