Sinopsis Biografi - A.t. mahmud meniti pelangi

6

Click here to load reader

Transcript of Sinopsis Biografi - A.t. mahmud meniti pelangi

Page 1: Sinopsis Biografi - A.t. mahmud meniti pelangi

Judul : A.T. Mahmud Meniti Pelangi

Penulis : A.T. Mahmud

Penerbit : Grasindo

Ukuran buku : 94 halaman

Tahun terbit : 2003

Abdullah Totong Mahmud lahir di kota Palembang, Kampung 5 Ulu

Kedukan Anyar, pada tanggal 3 Februari 1930, anak kelima dari sepuluh bersaudara.

Ibunya bernama Masayu Aisyah, ayahnya bernama masagus Mahmud. Pada masa

kecil, ia tidak langsung diasuh oleh ibunya, melainkan diasuh oleh neneknya yang

tinggal bersama dengan orangtuanya. Selama di Palembang ia dan keluarganya tiga

kali pindah rumah karena kantor ayahnya yang ada di seberang Sungai Musi, dan

supaya tempat tinggal anak-anaknya tidak jauh dari sekolah.

Ayah A.T. Mahmud memasukkan ia pertama kali di Sekolah Rakyat ketika ia

tinggal di 9 Ilir. Setahun kemudian, setelah ia berumur 7 tahun, ia dipindahkan ke

Hollandse Indische School 24 Ilir. Ia sangat menyukai pelajaran musik karena

menurutnya pelajaran tersebut sangat menarik

Pada masa peralihan kekuasaan pemerintahan Hindia Belanda tahun 1942,

A.T. Mahmud yang duduk di kelas V HIS diminta oleh ayahnya untuk berangkat ke

Muaraenim. Ayahnya sudah pindah ke Muaraenim sejak tahun 1940, A.T. Mahmud

tinggal bersama bibinya di Palembang. Di Muaraenim, ia disekolahkan kembali di

Eks HIS yang telah berganti nama menjadi Kanzen Syogakko. Di sana ia berkenalan

dengan Ishak Mahmuddin yang mengajarkannya bermusik dan mengajaknya

bergabung dalam grup orkes yang diikutinya. Sejak saat itu, A.T. Mahmud ingin

masuk ke sekolah Indonesische Nasionaal School di Kayu Tanam, Sumatra Barat.

Sekolah tersebut memiliki bidang pendidikan musik. Keinginan A.T. Mahmud itu

ditolak oleh ayahnya karena jaraknya terlalu jauh dari rumah.

Setelah lulus sekolah dasar pada tahun 1944, ia sempat menghentikan

kegiatan bersekolahnya. Kemudian ia melanjutkan sekolahnya lagi di Mizoeho

Gakoe-en di Palembang. Disana ia diasramakan dan dididik secara militer. Disana ia

tidak pernah mendengarkan musik-musik seperti saat bersama Ishak. Disana ia

bertemu dengan Emil Salim yang menjadi kawannya. Pendidikan disana tidak

Page 2: Sinopsis Biografi - A.t. mahmud meniti pelangi

diselesaikan sesuai waktunya dikarenakan tanda kekalahan Jepang semakin terasa.

Setelah lulus, ia ditugaskan di kantor-kantor dan perusahaan-perusahaan Jepang di

luar kota Palembang menjadi juru bahasa.

Pada tahun 1945 Jepang kalah perang, ayahnya memintanya pulang ke

Tebingtinggi. Pada saat itu ayahnya bekerja sebagai Wedana di Bagian Pengadilan

Rapat untuk daerah Kewedanaan Musi Ulu, Rawas, dan Tebingtinggi di daerah

Lubuklinggau. Karena belum ada sekolah untuk melanjutkan pendidikan, ayahnya

memintanya bekerja di kantor kawedanaan sebagai juru ketik. Di Tebingtinggi ia

mulai berlatih menuliskan apa yang dipikirnya menjadi sebuah puisi atau prosa.

Pada akhir tahun 1945, ia berusaha mengumpulkan tabungan untuk membeli

tiket kereta ke Palembang sebagai penjual Koran. Itu dilakukannya agar ia dapat

meneruskan sekolahnya di Sekolah Umum Tingkat Pertama di Palembang.

Pada tanggal 1 Februari 1946 R.A. Rani, pimpinan sekolah, membuka resmi

sekolah Menengah Bagian Pertama (SMU, setingkat dengan SLTP). Disana A.T.

Mahmud bertemu dengan Emil Salim, Johnny Naro dan Achmad Bawaihi. Untuk

meningkatkan ketahanan sekolah, pimpinan sekolah mengambil prakarsa membentuk

organisasi intrasekolah Ikatan Pelajar Sekolah Menengah Pertama. Sekolah Guru

Menengah mendirikan Ikatan Pelajar Sekolah Guru Menengah. Taman Siswa

memiliki Persatuan Pelajar Taman Siswa. Kemudian ketiga organisasi tersebut

bersatu dan dijuluki Pelita atau Pelajar Lingkungan Tanah Air.

Pada bulan Maret 1946, gelombang kedua pasukan sekutu mendarat di kota

Palembang bersama tentara Belanda yang tergabung dalam NICA. Walau dalam

keadaan tembak-menembak, sekolah berjalan seperti biasa. Kendala pada waktu itu

adalah sulitnya memperoleh buku pegangan sehingga materi pelajaran biasanya

didektekan oleh guru dan murid menyalinnya. Disela kegiatan bersekolahnya, A.T.

Mahmud juga memanfaatkan waktu untuk bersantai bersama teman-temannya

dengan bernyanyi dan bermusik.

Mendekati masa agresi militer Belanda yang pertama, A.T. Mahmud diberi

tugas untuk membantu kegiatan pemberantasan buta huruf di Prabumulih. Dengan

peralatan dan tempat seadanya. Saat agresi militer Belanda pertama terjadi, A.T.

Mahmud meninggalkan Prabumulih menuju Lahat kareena Prabumulih sudah tidak

aman. Tetapi tidak lama setelah di Lahat diserang oleh tentara Belanda, ia pindah ke

Tebingtinggi bertemu dengan keluarga, sedangkan teman-temannya meneruskan

perjalanan ke Lubuklinggau tempat markas Tentara Nasional Indonesia Sub

Komando Sumatra Selatan (Subkoss).

Page 3: Sinopsis Biografi - A.t. mahmud meniti pelangi

Melihat para pejuang masih memperlihatkan sikap pantang menyerah mereka,

A.T. Mahmud tidak tinggal diam. Ia berkemas menuju Lubuklinggau walau dilarang

oleh keluarga. Ia berangkat bersama Ishak dan rombongannya dari Muaraenim. Pada

bulan September 1947, A.T. Mahmud dan rombongannya melapor ke Subkoos dan

diberi tugas membuat poster dan ilustrasi dengan tema semangat perjuangan. Saat

dibukanya SMP di wilayah setempat, A.T. Mahmud kembali bersekolah sambil

bertugas di kantor.

Ketika Tebingtinggi telah dikuasai oleh Belanda, dikhawatirkan

Lubuklinggau juga akan dikuasai. Akhirnya semua penghuni asrama meninggalkan

Lubuklinggau menuju kota yang masih dikuasai RI. Di perjalanan, A.T. Mahmud

sering menyanyikan lagu bersemangat dan menuliskannya saat waktu istirahat.

Setelah tiba di Muara Aman, A.T. Mahmud, Ishak Mahmuddin, dan Bawaihi

mendapat tugas untuk menyelenggarakan Radio Republik Indonesia – Suara

Indonesia Merdeka. Ia dan Ishak ditunjuk untuk mengumandangkan lagu-lagu

perjuangan yang dikirimkan kepada semua pasukan di semua medan pertempuran di

daerah Sumatra Selatan.

Menjelang akhir bulan Desember 1949 rombongan kembali ke Lubuklinggau

dan kembali ke tempat masing-masing. A.T. Mahmud kembali ke Tebingtinggi

menemui orangtua kemudian kembali lagi ke Palembang. Ia memilih keluar dari

ketentaraan dan kembali ke bangku sekolah. Pada tanggal 16 Agustus 1950 ia lulus

ujian akhir SMU Bagian Pertama. Setelah lulus, ia sempat tidak meneruskan sekolah

karena keterbatasan biaya. Ketika mengetahui di Palembang dibuka Sekolah guru

bagian A (SGA) yang memberi tunjangan pendidikan selama tiga tahun, ia memilih

melanjutkan sekolah di SGA. Setelah lulus pada tahun 1953, ia ditempatkan di

Tanjungpinang, Riau menjadi guru SGB. Disana ia digaji dengan uang dolar

sehingga hidupnya lebih dari cukup. Ia mengajar pendidikan jasmani. Di

Tanjungpinang, ia bertemu dengan Mulyani Sumarman, guru bahasa Inggris SMP

Negeri. Menjelang tahun ketiga di Tanjungpinang, ia ingin pindah Surabaya

melanjutkan pendidikan B I Jurusan Bahasa Inggris dan merundingkan tanggal

pernikahannya dengan Mulyani.

Pada tahun 1956, ia pindah ke Jakarta diangkat sebagai guru di SGB V

Kebayoran Baru. Kemudian, ia mendaftarkan diri pada B I Jurusan Bahasa Inggris.

Disana ia tinggal di rumah mertua abang tertuanya di Menteng. Ia menikah pada

tanggal 2 Februari di rumah orangtua Mulyani. Mulyani tinggal di rumah yang sama

dengan A.T. Mahmud sebelumnya. Kemudian, Mulyani ditempatkan di SMP 11

Page 4: Sinopsis Biografi - A.t. mahmud meniti pelangi

Kebayoran Baru. Dari perkawinannya itu, ia dikaruniai tiga anak, yaitu Ruri

Mahmud, Rika Vitriana, dan Revina Ayu. Sekitar tahun 1958, ia dan keluarganya

pindah ke Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Setelah menyelesaikan B I Jurusan Bahasa Inggris tahun 1959, ia dipindahkan

mengajar pada SGA Jalan Setiabudi, Jakarta Selatan. Pada awal tahun 1962, ia

ditugaskan kuliah di University of Sydney, Autralia untuk memperoleh sertifikat

mata kuliah The Teaching of English As A Foreign Language selama satu tahun.

Sekembalinya dari Autralia, awal 1963 ia mendaftarkan dirinya pada Fakultas

Keguruan Ilmu Pendidikan Jakarta melanjutkan pendidikan sampai sarjana. Pada

tahun yang sama, ia dipindah tugaskan pada Sekolah Guru Taman Kanak-Kanak

(SGTK) di Jalan Halimun, Jakarta Selatan.

Pada tahun 1964, ia beserta keluarga pindah ke Tebet. Pada tahun yang sama,

ia menyelesaikan ujian Sarjana Muda Ilmu Keguruan dan Pendidikan Jurusan Bahasa

Inggris. Tinggal selangkah lagi ia menjadi sarjana, tapi ia keluar dari Fakultas

tersebut. Ia lebih memilih untuk menekuni musik di SGTK. Pada tahun 1968, SGA

dan SGTK diintegrasikan menjadi satu lembaga, yaitu SPG 2 dan SPG 1. Kemudian

di sekolah tersebut, A.T. Mahmud membentuk kelompok paduan suara dengan

bantuan rekan-rekannya (Jamalus-dosen FKIP Jurusan Musik- dan istrinya)

Sekitar bulan Maret 1985, A.T. Mahmud dipanggil oleh Bapak F.X. Sutopo,

Direktur Kesenian Direktorat Jendral Departemen Pendidikan dan Kebudayaan untuk

mengikuti Lokakarya Pelatihan Guru Kesenian dalam bidang bahasan “ Metodologi

Interdispliner Pembelajaran Seni Bunyi, Gerak, dan Rupa”. Pelatihan dilaksanakan

mulai tanggal 1 Mei hingga 30 Mei 1985 di Manila, Filipina.

Pada tahun 1968, TVRI mengundang A.T. Mahmud untuk mengkoordinasi

acara musik anak-anak dengan nama Ayo Menyanyi dan dimulai pada tanggal 3 Juni

1968. Pada tahun 1969, ia mengusulkan kepada TVRI untuk mengadakan acara anak

yaitu lomba menyanyi perorangan yang diberi nama Lagu Pilihanku. Acara tersebut

ditanayangkan dua kali sebulan bergantian setiap minggu dengan Ayo Menyanyi.

Setelah berjalan dua puluh tahun, pada tahun 1988, TVRI meniadakan program

tersebut.

Pada tahun-tahun pertama hadirnya Ayo Menyanyi dan Lagu Pilihanku,

banyak pengusaha rekaman yang ingin merekam lagu anak-anak pada piringan

hitam. Ada sekitar 40-an lagu A.T. Mahmud tersebar pada 7 piringan hitam antara

tahun 1969, 1972 dan tahun setelahnya seperti Bintang Kejora, Aku Anak Gembala,

Ade Irma Suryani, dan Mendaki Gunung. Ia melakukan inventarisasi jumlah lagu

Page 5: Sinopsis Biografi - A.t. mahmud meniti pelangi

yang telah ia ciptakan sejak tahun 1964 hingga tahun 2000 adalah sekitar 500 lagu,

termasuk lagu islami. Dalam menulis lagu islami, ia dibantu oleh Ni Luh Dewi

Chandrawati dan Ibu Hj. Nibras O.R. Salim. Kemudian ia menghimpun seluruh

lagunya dalam bentuk buku dengan biaya cetak sendiri dan menyebarkan sendiri ke

sekolah-sekolah. Setelah itu, banyak penerbit yang mencetak lagu-lagunya, seperti

PT Sinar Bandung, Yudhistira, Ikhwan Jakarta, Balai Pustaka, Tiga Serangkai Solo,

PT Gramedia, dan PT Grasindo.

Proyek Penyediaan Buku Sekolah Guru Tahun ke 5 Pelita I tahun 1973/1974

mengundangnya untuk menjadi anggota Tim Penulis untuk buku musik SPG.

Menjelang tahun 2000, tiga orang mahasiswa/siswi mendatanginya dengan maksud

untuk menggali informasi dalam rangka penyelesaian tugas skripsi mereka dengan

judul yang mereka pilih berhubungan dengan A.T. Mahmud. Pada tanggal 4 Mei

2000 hingga 2001, beberapa lagu-lagu A.T. Mahmud diedarkan dengan label Sony

Wonder tiga kali berturut-turut dibawakan oleh Tasya diikuti tanggapan masyarakat

yang sangat antusias.

Pada bulan Oktober 1999, A.T. Mahmud menerima Hadiah Seni dari

pemerintah, yang diserahkan oleh Bapak Juwono Sudarsono selaku Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan RI. Pada bulan Februari 2001, ia menerima

penghargaan dalam bentuk lontar yang diserahkan oleh wakil presiden Ibu Megawati

Soekarnoputri. Pada bulan Mei 2001, ia mendapatkan trofi dari masyarakat Sumatra

bagian Selatan. Kemudian penghargaan yang diberikan oleh Siti Romlah, Renni

Kusnaeni dan Munifah berupa lagu karangan mereka sendiri yang berjudul “Di Hari

Ulang Tahunmu, Papa” dan “Untukmu A.T. Mahmud”.

Page 6: Sinopsis Biografi - A.t. mahmud meniti pelangi

yang telah ia ciptakan sejak tahun 1964 hingga tahun 2000 adalah sekitar 500 lagu,

termasuk lagu islami. Dalam menulis lagu islami, ia dibantu oleh Ni Luh Dewi

Chandrawati dan Ibu Hj. Nibras O.R. Salim. Kemudian ia menghimpun seluruh

lagunya dalam bentuk buku dengan biaya cetak sendiri dan menyebarkan sendiri ke

sekolah-sekolah. Setelah itu, banyak penerbit yang mencetak lagu-lagunya, seperti

PT Sinar Bandung, Yudhistira, Ikhwan Jakarta, Balai Pustaka, Tiga Serangkai Solo,

PT Gramedia, dan PT Grasindo.

Proyek Penyediaan Buku Sekolah Guru Tahun ke 5 Pelita I tahun 1973/1974

mengundangnya untuk menjadi anggota Tim Penulis untuk buku musik SPG.

Menjelang tahun 2000, tiga orang mahasiswa/siswi mendatanginya dengan maksud

untuk menggali informasi dalam rangka penyelesaian tugas skripsi mereka dengan

judul yang mereka pilih berhubungan dengan A.T. Mahmud. Pada tanggal 4 Mei

2000 hingga 2001, beberapa lagu-lagu A.T. Mahmud diedarkan dengan label Sony

Wonder tiga kali berturut-turut dibawakan oleh Tasya diikuti tanggapan masyarakat

yang sangat antusias.

Pada bulan Oktober 1999, A.T. Mahmud menerima Hadiah Seni dari

pemerintah, yang diserahkan oleh Bapak Juwono Sudarsono selaku Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan RI. Pada bulan Februari 2001, ia menerima

penghargaan dalam bentuk lontar yang diserahkan oleh wakil presiden Ibu Megawati

Soekarnoputri. Pada bulan Mei 2001, ia mendapatkan trofi dari masyarakat Sumatra

bagian Selatan. Kemudian penghargaan yang diberikan oleh Siti Romlah, Renni

Kusnaeni dan Munifah berupa lagu karangan mereka sendiri yang berjudul “Di Hari

Ulang Tahunmu, Papa” dan “Untukmu A.T. Mahmud”.