SINOPSIS DISERTASI

58
Kemampuan Mengelola Pembelajaran SINOPSIS DISERTASI PENGARUH PEMBERIAN UMPAN BALIK DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP KEMAMPUAN MAHASISWA DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN MIKRO 1 (Studi Eksperimen pada Mahasiswa FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Lampung) THE EFFECT OF FEEDBACK AND LOCUS OF CONTROL TOWARDS THE STUDENTS’ ABILITY IN MANAGING MICRO INSTRUCTION An Exprimental Study at the Students of FKIP Muhammadiyah University of Metro, Lampung Karwono 2 Abstract The objective of the research is to find out the effect of feedback and locus of control towards the students’ ability in managing micro instruction. The method of the research is 2 x 2 factorial design which was conducted at FKIP Muhammadiyah Metro University with n = 48 students using random sampling technique. The result of this research are: (1) There is a significant difference of the students’ ability in managing micro instruction between those who are given immediate feedback and those who are given delayed feedback in micro instruction. The ability of the students who are given immediate feedback in manging micro instruction is higher than those who are given delayed feedback; (2) There is not any significant difference on the students’ ability in managing micro instruction between those who have internal locus of control and those who have external locus of control in micro instruction; (3) For the students who have internal locus of control, it was found that the students’ ability in managing micro instruction with immediate feedback is higher than those with delayed feedback; (4) For the students who have external locus of 1 Dipertahankan dihadapan Sidang Senat Guru Besar Universitas Negeri Jakarta dalam Promosi Doktor. 2 Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Metro Lampung Karwono ═════════════════════════════════════ 1

Transcript of SINOPSIS DISERTASI

Kemampuan Mengelola Pembelajaran

SINOPSIS DISERTASIPENGARUH PEMBERIAN UMPAN BALIK DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP KEMAMPUAN MAHASISWA

DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN MIKRO1

(Studi Eksperimen pada Mahasiswa FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Lampung)

THE EFFECT OF FEEDBACK AND LOCUS OF CONTROL TOWARDS THE STUDENTS’ ABILITY IN MANAGING MICRO INSTRUCTION

An Exprimental Study at the Students of FKIP Muhammadiyah University of Metro, Lampung

Karwono2

Abstract

The objective of the research is to find out the effect of feedback and locus of control towards the students’ ability in managing micro instruction. The method of the research is 2 x 2 factorial design which was conducted at FKIP Muhammadiyah Metro University with n = 48 students using random sampling technique.

The result of this research are: (1) There is a significant difference of the students’ ability in managing micro instruction between those who are given immediate feedback and those who are given delayed feedback in micro instruction. The ability of the students who are given immediate feedback in manging micro instruction is higher than those who are given delayed feedback; (2) There is not any significant difference on the students’ ability in managing micro instruction between those who have internal locus of control and those who have external locus of control in micro instruction; (3) For the students who have internal locus of control, it was found that the students’ ability in managing micro instruction with immediate feedback is higher than those with delayed feedback; (4) For the students who have external locus of control, it was found that the students’ ability in managing micro instruction with delayed feedback is higher than those with immediate feedback; (5) There is an influence of interaction between giving feedback and locus of control on the students’ ability in managing micro instruction at FKIP Muhammadiyah University of Metro.

It can be concluded that feedback and locus of control affect the students’ ability in managing micro instruction. Based on the students internal condition, it implies that if the management of micro instruction with feedback is well organized, the students’ ability in managing the instruction will increase.

1 Dipertahankan dihadapan Sidang Senat Guru Besar Universitas Negeri Jakarta dalam Promosi Doktor.2 Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Metro Lampung

Karwono ═════════════════════════════════════ 1

Kemampuan Mengelola Pembelajaran

PENDAHULUAN

Guru memainkan peran penting dalam transformasi budaya melalui sistem persekolahan, khususnya dalam menata interaksi peserta didik dengan sumber belajar untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan. Untuk itu diperlukan guru yang memiliki kemampuan akademik dan profesional yang memadai, mutu kepribadian yang mantap, serta menghayati profesinya sebagai guru. Profesi keguruan merupakan kegiatan yang membutuhkan berbagai kemampuan, sedangkan kemampuan tersebut memerlukan pelatihan, baik berupa latihan kemampuan yang terbatas maupun kemampuan yang terintegrasi dan mandiri.

Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, menyebutkan bahwa guru dan dosen harus menguasai empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dan dosen mengelola proses pembelajaran peserta didik. Seorang guru yang mempunyai kompetensi pedagogik minimal telah menguasai bidang studi tertentu, ilmu pendidikan, baik metode pembelajaran, maupun pendekatan pembelajaran. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian guru dan dosen yang mantap, berakhlak mulia, berwibawa, dan menjadi teladan bagi peserta didiknya. Kompetensi sosial ialah kemampuan seorang guru dan dosen untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisisen

dengan peserta didik, guru, orang tua, dan masyarakat sekitar. Kompetensi profesioanal adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam.

Implementasi Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan, antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Stándar Nasional Pendidikan, mengamanatkan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, yaitu: standar isi, standar proses, standar komptensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Dua dari delapan stándar nasional pendidikan tersebut yaitu Stándar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.

Bagaimana rumusan standar pendidik dan tenaga kependidikan masih diperlukan telaah lebih lanjut, namun setidak-tidaknya guru harus memiliki seperangkat kemampuan dasar yang diperlukan dengan bergesernya paradigma pembel-ajaran dari pembelajaran yang berorientasi pada guru kepada pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik. Guru dituntut memiliki kemampuan untuk menata interaksi peserta didik dengan

Karwono ═════════════════════════════════════ 2

Kemampuan Mengelola Pembelajaran

sumber belajar. Kemampuan tersebut mulai dari kemampuan pembelajaran yang memerlukan dominasi guru lebih besar, seperti kemampuan: membuka dan menutup pelajaran, menjelaskan, bertanya serta mengadakan variasi, sampai menata interaksi siswa dengan sumber belajar yang lebih memberi kesempatan bagi terjadinya kadar lebih tinggi keterlibatan dan prakarsa peserta didik seperti kemampuan: mengelola kelas, memberi penguatan, pembelajaran kelompok kecil, pembelajaran kelompok dan perorangan, serta penggunaan bahasa.

Guru sebagai pekerjaan profesional, menurut Yusufhadi Miarso (2003: 13) sedikitnya empat syarat yang harus dipenuhi: pertama pendidikan dan latihan yang memadai, kedua adaya komitmen terhadap tugas profesionalnya, ketiga adanya usaha yang senantiasa mengembangkan diri sesuai dengan kondisi lingkungan dan tuntutan zaman, dan keempat adanya standar etik yang harus dipenuhi. Karena Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) memainkan peran penting dalam pembentukan profesi keguruan khususnya pada segi-segi kecakapan guru, maka LPTK perlu ditata dan dikembangkan agar menghasilkan lulusan yang secara akademik dan profesional serta kepribadian yang berkelayakan. Pembinaan mutu kepribadian calon guru harus dilaksanakan secara terintegrasi dalam lingkungan lembaga pendidikan tenaga kependidikan yang secara karakteristik harus berbeda dengan lingkungan pendidikan non kependidikan. Untuk meningkatkan mutu guru melalui pendidikan pra-

jabatan di LPTK, penekanan diberikan kepada kemampuan guru agar dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran, mengatasi persoalan-persoalan praktis dalam pengelolaan pembelajaran dan meningkatan kepekaan guru terhadap perbedaan individual peserta didik yang dihadapinya.

John Goodlad melakukan penelitian di Amerika Serikat yang hasilnya menunjukkan bahwa peran guru amat signifikan bagi setiap keberhasilan proses pembelajaran yang efektif. Oleh sebab itu kemampuan mahasiswa calon guru perlu dikembangkan melalui latihan kemampuan dalam mengelola pembelajaran di laboratorium pembelajaran mikro sebelum melakukan pembelajaran di lapangan.

Pelatihan untuk kemampuan mengelola pembelajaran pada Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) selama ini belum memadai, baik dari segi curahan waktu maupun intensitas pelatihan pembelajaran. Hal ini dapat berakibat pada standard kemampuan yang dihasilkan belum optimal serta rendahnya komitmen guru terhadap profesinya. Untuk meningkatkan kualitas guru yang bertugas di sekolah pertama-tama ditentukan oleh pendidikan dan pelatihan pra-jabatan yang diperoleh di LPTK. Semakin baik mutu lulusan LPTK, maka semakin besar peluang sistem pendidikan untuk meningkatkan mutunya.

Karwono ═════════════════════════════════════ 3

Kemampuan Mengelola Pembelajaran

Dengan terbinananya kemampuan dan sikap keguruan sebagai modal awal, maka usaha-usaha lebih lanjut dalam pebinaan mutu guru melalui pendidikan dalam jabatan akan lebih mudah. Sebaliknya semakin rendah mutu lulusan LPTK akan semakin sulit sistem pendidikan untuk mencapai mutu yang diinginkan, dan semakin tidak mudah pembinaan mutu guru dilakukan.

Kemampuan mengelola pembel-ajaran merupakan suatu profesi yang unik dan komplek. Unik karena tidak ada dua orang guru yang mempunyai cara dan gaya yang sama dalam pembelajaran, meskipun mereka berasal dan dididik serta dilatih dari institusi yang sama. Dikatakan komplek karena aktualisasi kemampuan mengelola pembelajaran banyak dipengaruhi oleh aspek yang secara simultan dalam pembelajaran di kelas. Dalam pembelajaran terkandung secara serempak unsur-unsur teknologi, ilmu, seni dan bahkan nilai. Bagaimana unsur tersebut diaktualisasikan melalui pembelajaran di kelas, hal ini diperlukan pelatihan setiap komponen pembelajaran secara rinci terlebih dahulu. Hal ini senada dengan pendapat Raka Joni (1984: 1) bahwa kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran yang kompleks dapat dilepas dan dipisah menjadi unsur-unsur pembelajaran mikro, yang masing-masing dapat diletakkan jauh lebih efektif dan efisien, apabila dibandingkan dengan pendekatan latihan secara global saja.

Sejauhmana pengaruh pemberi-an umpan balik (faktor eksternal) dan locus of control (faktor internal) dalam

rangka pembentukan kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran. Selama ini belum banyak upaya yang dilakukan untuk menata pembelajaran mikro melalui eksperimen untuk menguji pengaruh umpan balik yang diberikan dalam rangka meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran. Melalui pembelajaran mikro kemampuan mengelola pembelajaran dapat dilakukan secara sistematik dengan latihan yang berjenjang yaitu latihan terbatas, latihan dengan bantuan teman sejawat (peer teaching) dan latihan lapangan.

Pembelajaran mikro adalah sebuah model pembelajaran yang dimikrokan, dalam arti segalanya serba terbatas meliputi; (a) jumlah mahasiswa antara 5 - 7 orang, (b) materi adalah sub topik yang sederhana (c) waktu antara 10 - 15 menit (d) kemampuan yang dilatihkan terbatas pada beberapa komponen utama pembelajaran, pengertian ini sekaligus merupakan ciri-ciri dari pembelajaran mikro. George Brown, (1975:4) menyaran-kan untuk melakukan evaluasi program pelatihan kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran diperlukan umpan balik. Pemberian umpan balik dapat dilakukan secara langsung maupun tak langsung. Teknik pemberian umpan balik dapat diberikan secara tertulis maupun secara lisan terhadap kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran. Dalam pembelajaran mikro,

Karwono ═════════════════════════════════════ 4

Kemampuan Mengelola Pembelajaran

pemberian umpan balik diharapan dapat berfungsi sebagai penguatan (reinforcement). Sedangkan tujuan pemberian penguatan adalah agar tingkah laku yang baik dapat diteruskan dan tingkah laku yang kurang baik dapat dicegah atau diperbaiki.

Realita yang ada kadang-kadang sebaliknya, pemberian umpan balik dimaksudkan agar terjadi nilai positif sebagai penguatan tetapi sering diterima oleh mahasiswa sebagai ejekan atau penghinaan dan sering menimbulkan rasa harga diri kurang. Untuk itu perlu adanya definisi konseptual atau operasional yang disepakati bersama tentang istilah pujian, antusiasme, dan kritisme. Konsepsi demikian dalam batas-batas tertentu terikat pada kebudayaan, sebagai ilustrasi pernyataan “that’s not bad “(itu tidak jelek)” dapat menjadi pujian di Inggris Utara, pernyataan netral di Inggris Selatan, dan penghinaan di New England. Begitu juga di daerah Lampung dalam tatanan kehidupan yang memiliki budaya jamak (multikultural), maka dalam pembel-ajaran mikro harus memperhatikan konsdisi tersebut. Kultur sangat berpengaruh terhadap penerimaan umpan balik yang diberikan oleh dosen pembimbing. Oleh sebab itu strategi pemberian umpan balik manakah yang tepat sesuai dengan karakteristik mahasiswa serta kapan umpan balik tersebut dapat berfungsi sebagai suatu reinforcement dalam pengelolaan pembelajaran mikro, menjadi penting.

Atas dasar pemikiran tersebut selanjutnya penelitian ini dilakukan untuk mengkaji tentang pemberian

umpan balik yang tepat dalam latihan kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran melalui matakuliah pembelajaran mikro. Apakah umpan balik yang berbeda akan memberikan pengaruh berbeda terhadap kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran. Manakah yang lebih efektif antara umpan balik langsung dan tak langsung, dan bagaimana pengaruh proses iternal yaitu locus of control mahasiswa terhadap kemampuan mengelola pembelajaran.

Dalam kaitan pemberian umpan balik, bagaimana interaksi antara pemberian umpan balik dengan locus of control, karena setiap mahasiswa memiliki cara dan gaya dalam mereaksi terhadap pemberian umpan balik. Apakah perbedaan locus of control pada mahasiswa akan membawa perbedaan terhadap kemampuan dalam mengelola pembelajaran. Hal ini menarik perhatian untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pegaruh Pemberian Umpan Balik dan Locus of Control terhadap Kemampuan Mahasiswa dalam Mengelola Pembelajaran Mikro di FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Lampung.”

Banyak variabel yang dapat memberikan kontribusi terhadap kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran mikro, baik variabel internal maupun variabel eksternal. Tidak semua variabel yang memberikan kontribusi tersebut menjadi konsentrasi dalam

Karwono ═════════════════════════════════════ 5

Kemampuan Mengelola Pembelajaran

penelitian ini, variabel utama yang menjadi fokus penelitian dibatasi pada:

(1) Kemampuan mahasiswa mengelola pembelajaran, dalam penelitian ini dibatasi pada aspek kecakapan sesorang mahasiswa calon guru untuk mengaplikasikan seperangkat komponen pembelajaran yang diperlukan bagi profesi guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran dalam kelas mikro. Kecakapan seseorang mahasiswa dapat diidentifikasi dari hasil yang dicapai yaitu berupa output dari proses mengelola pesan pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan ditunjukkan dengan nilai kemampuan pembel-ajaran. Adapun komponen, utamanya meliputi kemampuan: membuka pelajaran, bertanya, mengadakan variasi, menjelaskan, mengelola kelas, memberikan penguatan, menutup pelajaran, pembelajaran kelompok kecil, pembelajaran kelompok dan perorangan, penggunaan bahasa.

(2) Pemberian umpan balik adalah, informasi yang diberikan dosen pembina matakulih pembelajaran mikro kepada mahasiswa atas hasil yang dicapai dalam mengelola pembelajaran. Pemberian umpan balik dibatasi pada umpan balik langsung dan tak langsung. Pemberian umpan balik langsung adalah pemberian umpan balik yang diberikan setelah mahasiswa berakhir menyampaikan satu kali dalam pertemuan pembelajaran mikro, disampaikan secara lisan. Sedangkan pemberian umpan balik tak langsung yang dimaksud adalah pemberian umpan balik yang dilakukan setelah

berakhirnya satu pertemuan matakuliah pembelajaran mikro yaitu setelah beberapa mahasiswa menampilkan unjuk kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran dan diberikan melalui tulisan.

(3) Locus of Control adalah suatu konsep yang menggambarkan bagaimana seseorang menentukan pilihan dan atau membuat keputusan dalam hidup. Apakah yang menjadi faktor utama dalam menentukan pilihan dan atau keputusan itu datang dari dalam diri sendiri atau karena pengaruh dari luar. Terdapat dominasi bahwa peristiwa dalam hidup dikendalikan oleh aktivitas dan tanggung jawab individu (locus of control internal), dan peristiwa dalam hidup dikendalikan oleh kekuatan dari luar (locus of control eksternal).

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, selanjutnya dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut:

(1) Apakah terdapat perbedaan kemampuan mengelola pembel-ajaran antara mahasiswa yang diberi umpan balik langsung dan tak langsung dalam pembelajaran mikro di FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Lampung. (2) Apakah terdapat perbedaan kemampuan mengelola pembel-ajaran antara mahasiswa yang memiliki locus of control internal dan locus of control eksternal dalam

Karwono ═════════════════════════════════════ 6

Kemampuan Mengelola Pembelajaran

pembelajaran mikro. (3) Apakah terdapat perbedaan kemampuan mengelola pembelajaran antara mahasiswa yang diberi umpan balik langsung dan tak langsung pada kelompok mahasiswa yang memiliki locus of control iternal. (4) Apakah terdapat perbedaan kemampuan mengelola pembelajaran antara mahasiswa yang diberi umpan balik langsung dan tak langsung pada kelompok mahasiswa yang memiliki locus of control eksternal. (5) Apakah terdapat pengaruh interaksi antara pemberian umpan balik dan locus of control terhadap kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran mikro di FKIP Universitas Muhammadiyah Metro.

Melalui hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah khasanah pengembangan keilmuan, khususnya di bidang teknologi pembelajaran, dan bermanfaat sebagai pijakkan untuk penelitian lanjutan dalam upaya pengembangan model pembelajaran mikro. Bagi institusi LPTK dan dosen pembina matakuliah pembelajaran mikro, hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dalam mengelola pelatihan kemampuan mahasiswa mengelola pembelajaran. Disisi lain hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dalam upaya sertifikasi kompetensi keguruan seperti diamanatkan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

DESKRIPSI TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

Kemampuan Mahasiswa dalam Mengelola Pembelajaran Mikro

Kapasitas untuk belajar memungkinkan diperolehnya berbagai pola tingkah laku yang hampir-hampir tidak ada batasnya (Gagne, 1977a: 5). Oleh karena itu tugas teori belajar adalah mengenali asas-asas yang dapat menjelaskan hakekat belajar pada manusia yang kompleks itu dalam segala keragamannya. Melalui belajar dapat diperoleh berbagai, pengetahuan dan sikap serta nilai, karena itu belajar akan menghasilkan berbagai macam tingkah laku yang berlainan, yang oleh Gagne disebut sebagai kapabilitas. Kapabilitas diperoleh seseorang dari (1) stimulus yang berasal dari lingkungan (2) proses kognitif yang dilakukan oleh orang yang belajar. Hakekat pembelajaran secara umum dilukiskan Gagne sebagai upaya yang tujuannya adalah membantu orang lain belajar. Peristiwa pembelajaran terjadi apabila subyek didik secara aktif berinteraksi dengan sumber belajar.

Menurut Robbins (1996: 82) kemampuan, merujuk kepada suatu kompetensi seseorang untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan tertentu. Klausmeir (1951: 133) mendefinisikan bahwa kemampuan adalah kecakapan untuk melaksanakan tugas. Sedangkan menurut Cole (1995: 5), kemampuan adalah kapasitas individu untuk melakukan sesuatu yang dihasilkan dari proses belajar.

Karwono ═════════════════════════════════════ 7

Kemampuan Mengelola Pembelajaran

Pembentukan kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran memerlukan pengalaman lapangan yang dilakukan secara bertahap, sistematis mulai dari pengenalan medan, latihan kemampuan terbatas, sampai dengan pelaksanaan dan penghayatan tugas-tugas kependidikan secara utuh dan aktual. Menurut Raka Joni (1984: 1), bahwa pembelajaran mikro secara teknis bertolak dari asumsi bahwa kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran yang kompleks dapat dirinci dan dipisahkan menjadi unsur yang lebih kecil, dimana masing-masing dapat dilatihkan, hal ini akan jauh lebih efektif dan efisien, apabila dibandingkan dengan pendekatan latihan secara global.

Siklus pembelajaran mikro pada mulanya dikembangkan di Stanford pada awal 1960 an. Adapun siklusnya terdiri dari urutan-urutan kegiatan perencaaan pembelajaran - pengamatan (kritik) - perencanaan kembali - pembelajaran lagi - pengamatan kembali. Setiap siklus diarahkan bagi praktik salah satu komponen pembelajaran. Dewasa ini banyak variasi dari model asli Stanford yang di gunakan di University of Ulster (Word, 1970, Borg, 1970) yaitu perencanaan – pembelajaran – pengamatan, penekanannya diletakkan pada perencanaan dan persepsi serta unjuk kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran. Matakuliah pembel-ajaran mikro merupakan bagian integral dari program pengalaman lapangan (PPL), yang tujuan utamanya adalah memberikan kemampuan dasar

pembelajaran kepada mahasiswa. Kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran di kelas sebenarnya dapat dipredikasi melalui penampilan pembelajaran mikro.

Pembelajaran mikro merupakan simulasi untuk meniru suatu pola tingkah laku atau proses tertentu dengan tujuan untuk menguasai teknik tertentu. Jenis kemampuan mahasiswa yang dilatihkan melalui pembelajaran mikro meliputi kemampuan: bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, pembelajaran kelompok kecil dan perorangan, serta mengguna-kan bahasa lisan. Dalam pembelajaran mikro, seorang mahasiswa dapat bertindak sebagai peserta didik dan dapat bertindak sebagai guru serta sebagai observer tergantung dari tugas dan gilirannya. Waktu yang digunakan untuk satu orang mahasiswa dalam simulasi unjuk kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran dalam pembelajaran mikro antara 10 – 15 menit dengan menyajikan pokok bahasan tertentu.

Brown (1975: 4) menjelaskan bahwa, “The main objective of the micro-teaching session is to provide the participants with an environment for practice-based teaching to install self-evaluative skillss. These sessions are usually conducted with a small group (~ 4 presenters) from within a department. If there are

Karwono ═════════════════════════════════════ 8

Kemampuan Mengelola Pembelajaran

fewer than three presenters from a department, their session will be combined with that of another department. Presentations take about 15 minutes each (including presentation, feedback and transition time). Micro-teaching sessions should be held as early in the academic year as possible.”

Sasaran pembelajaran mikro adalah untuk menyediakan suatu lingkungan untuk praktek kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran melalui self-evaluation. Kegiatan ini pada umumnya diselenggarakan melalui suatu kelompok kecil (4 orang presenter) dalam suatu jurusan. Jika lebih kecil dapat digabungkan dengan jurusan lain. Presentasi masing-masing sekitar 15 menit (terdiri presentasi, umpan balik, dan pergantian waktu/transisi). Pembelajaran mikro disarankan dilaksanakan awal tahun akademik, diharapkan sudah menerima pembekalan kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran.

Tujuan pembelajaran mikro menurut Brown adalah: (a) mendorong peserta berpikir secara rinci tentang tujuan pembelajaran dalam kaitannya dengan bagaimana para peserta didik akan belajar dan bagaimana menyampaikan informasi (b) Untuk memberi kesempatan secara spesifik tentang bagaimana gaya pembelajaran dirasakan orang lain (c) Untuk menyediakan kesempatan mengamati dan mengevaluasi gaya pembelajaran yang dilakukan orang lain.

Sepuluh kemampuan yang dilatihkan dalam pelaksanaan pembelajaran mikro dimulai dari

pembelajaran yang biasanya digunakan dalam situasi pembelajaran yang lebih didominasi guru sampai dengan pembelajaran yang lebih memberi kesempatan bagi terjadinya kadar lebih tinggi keterlibatan dan prakarsa siswa. Kegiatan operasional pembelajaran mikro dimulai dari situasi pembelajaran yang lebih terstruktur yaitu kempuan untuk: membuka pelajaran, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pembelajaran, serta menggunakan bahasa. Kegiatan dilanjutkan dengan yang lebih terbuka memberi kesempatan bagi terjadinya kadar lebih tinggi keterlibatan dan prakarsa siswa, kegiatan ini meliputi: membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas dan pembelajaran kelompok kecil dan perorangan. Rentang kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran baik kegiatan pembelajaran yang memerlukan dominasi guru lebih besar maupun kegiatan yang memberi kesempatan bagi terjadinya kadar lebih tinggi keterlibatan dan prakarsa siswa, harus dikuasai mahasiswa calon guru dalam menata interaksi siswa dengan sumber belajar.

Kenyataan ini memberikan indikasi bahwa guru perlu menguasai kesepuluh jenis kemampuan dalam mengelola pembelajaran agar dapat memberikan kemudahan siswa dalam belajar, meskipun belajar yang berorientasi pada siswa (students oriented).

Karwono ═════════════════════════════════════ 9

Kemampuan Mengelola Pembelajaran

Pemberian Umpan Balik

Umpan balik dan penguatan adalah dua konsep yang sangat penting dalam belajar. Umpan balik melibatkan dan menyediakan peserta didik informasi tentang respon mereka, sedangkan penguatan mempengaruhi kecenderungan untuk membuat suatu respon spesifik lagi. Umpan balik dapat positif dan negatif atau netral. Penguatan positif dapat meningkatkan respon sedangkan penguatan negatif menyebabkan berkurangnya respon. Umpan balik hampir selalu merupakan kekuatan eksternal sedangkan penguatan dapat bersifat internal atau eksternal. Umpan balik pada dasarnya terdiri dari pujian untuk mendorong kinerja yang baik dan kritikan untuk memperbaiki situasi. Adapun fungsi utama umpan balik ada tiga yaitu; fungsi informasional, motivasi, dan komunikasi. Umpan balik pada dasarnya terdiri dari pujian untuk mendorong kinerja yang baik dan kritikan untuk memperbaiki situasi.

Kelanjutan pemberian umpan balik adalah upaya peningkatan atau perbaikan pembelajaran. Mahasiswa yang telah mencapai stándar pembelajaran mikro dapat berusaha sendiri atau bersama dosen untuk meningkatkan kemampuan pembel-ajarannya, upaya tersebut dikenal dengan istilah enrichment. Sebaliknya mahasiswa yang memperoleh nilai kurang atau belum mencapai stándar yang diharapkan dapat berusaha

sendiri atau bersama dosen untuk memperbaiki pembelajaran, upaya ini yang dikenal dengan istilah remedial atau improvement. Pemberian umpan balik dalam proses pembelajaran adalah untuk memonitor kemajuan si belajar dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.

Pemberian umpan balik dapat efektif apabila orang yang belajar punya kesempatan untuk menyatakan kemampuannya. Umpan balik dapat diberikan langsung atau tidak langsung dapat juga disampaikan melalui bentuk lisan maupun tulisan. Umpan balik yang diberikan segera akan lebih efektif daripada umpan balik tertunda (Anglin, 1991: 190) dan Heward, 1984: 114). Sedangkan menurut Adams dan Goetz (1973: 4), bahwa pembelajaran dengan umpan balik langsung lebih baik hasilnya daripada pembelajaran dengan umpan balik tertunda.

Teori pengolahan informasi cenderung untuk menekankan pentingnya umpan balik dalam belajar karena hasil ilmu pengetahuan adalah diperlukan untuk mengoreksi kekeliruan dan mengembangkan rencana baru. Pada sisi lain, teori tingkah laku seperti dikemukakan Hull, Guthrie, Thorndike, dan Skinner memusatkan pada peran penguatan dalam memotivasi individu untuk bertindak dengan cara tertentu. Secara umum, semakin segera umpan balik atau penguatan diberikan, semakin memudahkan pelajaran.

Karwono ═════════════════════════════════════ 10

Kemampuan Mengelola Pembelajaran

Selanjutnya Gagne dan Briggs dan Gropper (1977a: 3), menyatakan bahwa pemberian umpan balik yang sesuai mempunyai kemampuan untuk meningkatkan hasil  dan retensi belajar. Pemberian umpan balik dapat berfungsi sebagai penguatan (reinforcement) terhadap perilaku mahasiswa dalam latihan kemampuan mengelola pembelajaran. Pemberian umpan balik dapat berfungsi sebagai upaya peningkatan atau perbaikan mahasiswa dalam pembelajaran mikro.

Dalam latihan kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran, penguatan baik positif maupun negatif umumnya dipandang sebagai faktor penting dalam kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran. Menurut Paul J. Jerome (1994), rencana umpan balik bisa membantu setiap orang untuk berusaha meningkatkan pembelajaran mikro hubungan antar pribadi, memperbaiki kinerja individu dan tim, serta mengembangkan perbaikan berkelanjutan. Menurut Suke Silverius (1991: 148), umpan balik berkaitan erat dengan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dan dievaluasi dengan intrumen tertentu. Hasil evaluasi ini memberikan informasi sejauh mana penguasaan orang belajar terhadap materi yang dipelajari, oleh sebab itu pemberian umpan balik merupakan tindak lanjut dari evaluasi. Lebih lanjut Suke Silverius (1991: 151), menjelaskan bahwa pemberian umpan balik membantu mempermudah belajar apabila dipenuhi syarat-syarat berikut: (a) mengkonfirmasikan jawaban-jawaban benar yang diberikan si belajar dan menyampaikan kepadanya

seberapa jauh yang bersangkutan menguasai materi yang dipelajari, (b) mengidentifikasi kesalahan serta memperbaikinya atau menyuruh si belajar memperbaikinya sendiri.

Atas dasar berbagai pandangan tentang pemberian umpan balik, selanjutnya dapat dijelaskan secara operasional bahwa: pemberian umpan balik adalah penyampaian informasi yang diperoleh dari suatu penilaian terhadap kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran yang dilakukan. Tujuan pemberian umpan balik adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran, umpan balik dierikan dapat berupa kritik, saran, tanggapan, komentar. Umpan balik dapat diberikan secara langsung yaitu setelah seorang mahasiswa menampilkan unjuk kemampuan mengelola pembel-ajaran dan disampaikan secara lisan. Pemberian umpan balik tak langsung diberikan secara tertulis setelah berakhirnya satu pertemuan matakuliah pembelajaran mikro yaitu setelah beberapa orang mahasiswa menyelesaikan latihan kemampuan dalam mengelola pembelajaran. Waktu unjuk kemampuan pembelajaran mikro setiap mahasiswa selama 15 menit, sedangkan waktu pemberian umpan balik antara 5 – 8 menit).

Locus of Control

Konsep locus of control telah dikembangkan oleh Julian Rotter

Karwono ═════════════════════════════════════ 11

Kemampuan Mengelola Pembelajaran

(1973; 56), melalui teori belajar sosialnya sekitar tahun 1960-an. Rotter menghubungkan perilaku dengan psikologi kognitif serta percaya bahwa perilaku itu sebagian besar ditentukan oleh “penguatan” (hadiyah dan hukuman) dan melalui penguatan ini individu meyakini faktor penyebab tindakan mereka. Selanjutnya keyaninan ini dapat menuntun tentang sikap dan perilaku seperti apa yang bisa diadopsi dari orang lain. Rotter mendefinisikan locus of control sebagai persepsi seseorang terhadap sumber-sumber yang mengontrol kejadian-kejadian dalam hidupnya, dalam hal ini ada locus of control eksternal dan internal. Jika individu tersebut meyakini bahwa keberhasilan atau kegagalan yang dialami merupakan tanggung jawab pribadi dan merupakan usaha sendiri, maka orang tersebut dikatakan memiliki locus of control internal. Sedangkan locus of control eksternal merupakan keyakinan individu bahwa keberhasilan atau kegagalan ditentukan oleh kekuatan yang berada di luar dirinya yaitu nasib, keberuntungan atau kekuatan lain.

Seseorang yang memiliki locus of control internal mempunyai kecenderungan sifat lebih aktif dalam mencari, mengolah dan memanfaatkan berbagai informasi, serta memiliki motivasi intrisik untuk berprestasi tinggi, memiliki rasa percaya diri lebih tinggi, sehingga akan memiliki peluang yang lebih besar untuk berprestasi lebih baik jika dibandingkan mereka yang memiliki locus of control eksternal. Hal ini sejalan dengan kesimpulan yang diambil dari beberapa pendapat yang

dikemukakan Miller (1986: 186-69), Rotter (1973: 56) dan Owie (1978: 383-388), Jonassen (1996:916), bahwa unsur-unsur orientasi locus of control yang dimiliki peserta didik berkorelasi positif dengan prestasi belajar yang dicapai.

Secara empirik pengaruh locus of control terhadap hasil belajar ditujukan oleh beberapa hasil penelitian: (1) Penelitian Harris dan Yeany (1981: 221), menunjukan bahwa skor tes IPA dan tes retensi peserta didik SMP kelompok locus of control internal lebih unggul daripada kelompok locus of control eksterna, (2) Penelitian Mc. Ghee dan Grandall (dalam Harris dan Yeany, 1981: 221), menunjukan rerata prestasi belajar SMP kelompok internal locus of control lebih tinggi dari rerata prestasi peserta didik kelompok eksternal locus of control. (3) Penelitian Yeany Dost dan Mathews (1981:543) menunjukan bahwa kelompok internal locus of control memiliki rerata score tes sikap dan score akademik lebih tinggi daripada kelompok siswa yang memiliki locus of control eksternal.

Zimbardo, mengemukakan bahwa: locus of control refers to an individual's perception of what are the main causes of events in life.  More simply put, do you believe that you control your destiny or that it is controlled by others or fate?  According to Philip Zimbardo (a famous psychologist), "A locus

Karwono ═════════════════════════════════════ 12

Kemampuan Mengelola Pembelajaran

of control orientation is a belief about whether the outcomes of our actions are contingent on what we do (internal control orientation) or on events outside our personal control (external control orientation)." (Zimbardo, 1985: 275).

Seseorang yang memiliki locus of control interal cenderung memiliki kebutuhan berprestasi dan prestasi belajar yang lebih tinggi, bila dibandingkan dengan mereka yang memiliki locus of control eksternal. Hal ini bermakna pada pengaruh locus of control terhadap kemampuan transfer belajar karena hasil belajar merupakan variabel antara bagi terbentuknya kemampuan transfer belajar. Peserta didik yang memiliki locus of control internal kemampuan transfer belajar lebih tinggi daripada peserta didik yang memiliki locus of control eksternal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa locus of control adalah suatu konsep yang menggambarkan bagaimana seseorang menentukan pilihan dan atau membuat keputusan dalam hidup. Apakah pilihan dan atau keputusan itu datang dari dalam diri sendiri atau karena pengaruh dari luar.

Hasil Penelitian yang RelevanDalam sebuah penelitian yang

dilakukan Stanford (Fortune, Cooper dan Allen, 1967, Cooper dan Stround (dalam Brown, 1975: 18) terhadap duaratus peserta didik menemukan adanya perbaikan yang berarti dalam pembelajaran mikro terdiri dari

perencanaan, kejelasan menerangkan, penggunaan gagas-an murid dan reinforcement positif. Menurut Bloom, Madaus, dan Hastings, (1981: 156), untuk memperbaiki kebiasaan dan pembelajaran mikro yang muncul baru pada saat latihan diperlukan umpan balik, harapan yang diinginkan adalah untuk meningkatkan pembelajaran mikro yang dilakukan pada posisi yang lebih baik sesuai dengan tuntutan keguruan.

Kulhavy (2002: 3) dalam studinya menemukan bahwa umpan balik yang ditunda (delayed feedback) lebih efektif daripada umpan balik yang segera (immediate feedback). Delayed feedback adalah umpan balik yang diberikan paling lambat dua hari setelah tes. Immediate feedback memberikan infromasi tentang jawaban yang benar sementara dalam ingatannya masih terdapat jawabannya yang salah. Dengan demikian, jawaban yang benar maupun yang salah bercampur baur dalam ingatan peserta didik. Hal ini merupakan hambatan bagi peserta didik dalam mengingat jawaban yang benar. Selain itu yang menjadi alasan diterimanya pandangan bahwa delayed feedback lebih efektif daripada Immediate feedback adalah faktor kelelahan pada diri seseorang. Seseorang yang baru menyelesaikan unjuk kemamuannya masih lelah, sehinga apabila diberikan umpan balik segera, maka yang bersangkutan

Karwono ═════════════════════════════════════ 13

Kemampuan Mengelola Pembelajaran

tidak memberikan perhatian sepenuhnya terhadap umpan balik itu.

Van Houten (1990: 150) yang mempunyai pandangan sebaliknya. Van Houten menolok delayed feedback dan mengusulkan immediate feed back, dengan alasan: (a) faktor yang melatar belakangi pemunculan tingkah laku yang salah pada kegiatan pertama sudah dilupakan, (b) dalam waktu seusai kegiatan sampai dengan pemberian delayed feedback dapat terjadi seseorang mengulangi tingkah laku yang salah itu sehingga semakin sulit untuk dikoreksi. Seseorang sulit untuk menggantikan tingkah laku yang salah dengan yang benar karena telah berakar.

Secara empirik pengaruh locus of control terhadap hasil belajar ditujukan oleh beberapa hasil penelitian: (1) Penelitian Harris dan Yeany (1981: 221-224); Penelitian Miller dkk (1986: 161); menyatakan bahwa kelompok peserta didik yang memiliki locus of control internal lebih efektif dan lebih tinggi hasilnya dalam memecahkan masalah yang dihadapi daripada kelompok peserta didik yang memiliki locus of control eksternal. Kelompok peserta didik yang memiliki locus of control internal lebih punya rasa puas kalau dapat memecahkan masalah yang dihadapi daripada kelompok yang memiliki berorientasi locus of control eksternal. Hasil penelitian Mamlin, Harris, & Case, (2001: 2) ditemukan bahwa:

“males tend to be more internal than females, as people get older they tend to become more internal, people higher up in organizational

structures tend to be more internal”

Jadi ada kecenderungan pria lebih internal dibandingkan wanita, orang yang lebih tua cenderung lebih internal dari pada yang lebih muda dan atasan dalam organisasi cenderung lebih internal dari bawahannya. Terdapat pergeseran dalam jangka waktu yang panjang kearah locus of control internal. Hal ini ditandai semakin mandiri dan tingginya tangggung jawab seseorang menujukkan kearah locus of control internal. Secara umum penelitian psikologis yang disebutkan Hans, telah ditemukan bahwa bagaimanapun orang-orang yang locus of control internal kurang percaya pada kemujuran.

Kerangka Berpikir

Berdasarkan teori yang dipaparkan terdahulu, selanjutnya dapat disusun kerangka berpikir sebagai berikut:

1.Perbedaan Pengaruh Pemberian Umpan Balik Langsung dan Tak Langsung terhadap Kemampuan Mahasiswa dalam Mengelola Pembelajaran Mikro.

Agar sasaran pembentukan kemampuan mengelola pembelajaran mikro sesuai dengan harapan, yaitu diperolehnya seperangkat kemampuan dasar dalam pembelajaran maka diperlukan pelatihan yang terarah dan berulang-ulang. Tindakkan

Karwono ═════════════════════════════════════ 14

Kemampuan Mengelola Pembelajaran

korektif terhadap pemunculan tingkah laku yang tidak diharapkan dapat dilakukan melalui pemberian umpan balik. Umpan balik dapat diberikan secara langsung maupun tak langsung, agar terjadi perubahan perilaku sesuai dengan harapan. Melalui pemberian umpan balik langsung mahasiswa dapat mengetahui dengan segera kesalahan yang perlu diperbaiki. Pemberian umpan balik tak langsung sering menimbulkan persepsi yang berbeda terhadap tingkah laku yang ditampilkan, karena tingkah laku sudah berlalu sehingga mahasiswa sering lupa terhadap tingkah laku yang telah ditampilkan. Pada umumnya manusia mudah mengoreksi prilaku orang lain dibandingkan dirinya sendiri, oleh sebab itu setelah berakhirnya kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran tanpa ada koreksi maka mereka beranggapan bahwa apa yang ditampilkan sudah baik.

Lintas budaya juga berpengaruh terhadap model umpan balik yang diberikan, ada kelompok tertentu yang tidak dapat atau sulit untuk menerima kritikan langsung, tetapi ada kelompok tertentu kritikan langsung akan memberikan makna terhadap perubahan prilaku yang akan datang. Umpan balik yang diberikan segera akan lebih efektif daripada umpan balik yang diberikan tertunda. Umpan balik yang segera diberikan secara langsung akan semakin memudahkan untuk perbaikan atas tingkahlaku yang keliru dan untuk mengembangkan rencana baru.

Dengan demikian diduga bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

antara pemberian umpan balik langsung dan tak langsung terhadap kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran mikro. Kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran yang diberi umpan balik langsung hasilnya lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran yang diberi umpan balik tak langsung dalam pembelajaran mikro.

2. Perbedaan Kemampuan Mengelola Pembelajaran Mikro antara Mahasiswa yang memiliki Locus of Control Internal dan Eksternal.

Locus of control merupakan

kondisi internal yang berhubungan degan pengendalian diri seseorang yaitu menggambarkan bagaimana kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan dapat dipengaruhi. Apakah seseorang dalam menentukan pilihan dan atau membuat keputusan dalam hidup murni datang dari dalam diri sendiri atau karena faktor dari luar. Wanita lebih cenderung pada locus of control eksternal jika dibandingkan pria. Pria cenderung lebih mampu untuk mengendalikan diri di banding wanita. Seiring bertambahnya usia, orang akan lebih mampu menguasai perasaan, keinginan-keinginan dan hal-hal lain dalam hidup. Orang yang memiliki locus of control internal tidak mudah ditundukkan oleh kekuasaan, lebih tahan terhadap pengaruh-pengaruh dari luar. Dalam konteks pembelajaran,

Karwono ═════════════════════════════════════ 15

Kemampuan Mengelola Pembelajaran

mahasiswa yang memiliki locus of control internal mempunyai kecenderungan sifat lebih aktif dalam mencari, mengolah, dan memanfaatkan berbagai informasi. Mahasiswa yang memiliki locus of control internal dalam belajar akan memiliki rasa percaya diri lebih tinggi dan motivasi instrinsik yang lebih besar, sehingga akan memiliki peluang yang lebih besar untuk berprestasi lebih baik jika dibandingkan mahasiswa yang memiliki locus of control eksternal.

Atas dasar hal tersebut maka mahasiswa yang memiliki locus of control internal lebih responsif terhadap perangsang yang diberikan dari lingkungan dalam upaya memperbaiki kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran yang dilakukan. Bahwa unsur-unsur locus of control internal yang dimiliki mahasiswa berkorelasi positif terhadap kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran mikro. Kelompok mahasiswa yang memiliki locus of control internal lebih efektif dan lebih tinggi hasilnya dalam memecahkan masalah yang dihadapi daripada kelompok mahasiswa yang memiliki locus of control eksternal. Kelompok mahasiswa yang memiliki locus of control internal lebih memiliki rasa puas kalau dapat memecahkan masalah yang dihadapi daripada kelompok yang memiliki locus of control eksternal.

Selanjutnya mahasiswa yang memiliki locus of control interal punya kecenderungan kebutuhan berprestasi dan prestasi belajar yang lebih tinggi, bila dibandingkan dengan mahasiswa

yang memiliki locus of control eksternal. Mahasiswa yang memiliki locus of control internal kemampuan transfer belajar lebih tinggi daripada mahasiswa yang memiliki locus of control eksternal. Mahasiswa yang memiliki locus of control eksternal mempunyai kecenderungan untuk menyandarkan pada pihak luar, dimana keberuntungan dan kegagalan faktor yang mengendalikan hidup.

Dengan demikian diduga mahasiswa yang memiliki locus of control internal punya kemampuan dalam mengelola pembelajaran lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki locus of control eksternal dalam pembelajaran mikro.

3. Perbedaan Kemampuan Menge-lola Pembelajaran antara Mahasiswa yang diberi Umpan Balik Langsung dan Tak Langsung pada kelompok Mahasiswa yang memiliki Locus of Control Iternal

Pemberian umpan balik dimaksudkan sebagai penguatan (reinforcement), kadang-kadang diterima sesorang negatif bahkan sebagai suatu yang menyudutkan. Pemberian umpan balik langsung memberikan dampak positif dibandingkan dengan pemberian umpan balik tak langsung, hal ini dapat dimengerti karena kesalahan yang diperbuat oleh mahasiswa melalui umpan balik langsung segera dapat direspon untuk

Karwono ═════════════════════════════════════ 16

Kemampuan Mengelola Pembelajaran

diperbaiki pada tampilan berikutnya. Tetapi akan berbeda kalau pemberian umpan umpan balik diberikan tidak langsung, dimana semua saran, kritikan, komentar yang diberikan oleh supervisor (dosen) dihimpun setelah prilaku ditampilkan maka semangat untuk memperbaiki pembelajaran mikro yang dilakukan menjadi rendah. Hal ini dan akan berakibat pada unjuk kemampuan akhir pembelajaran yang dilakukan. Pemberiaan umpan balik yang diberikan dengan segera lebih efektif daripada yang ditunda. Sedangkan pembelajaran dengan umpan balik langsung lebih baik hasilnya daripada pembelajaran dengan umpan balik tertunda.

Namun demikian pemberian umpan balik sangat bergantung pada kondisi internal dalam diri individu untuk merespon perangsang yang diberikan dari pihak luar. Pemberian umpan balik yang jelas dan tepat dapat membantu mahasiswa dalam memahami peningkatan kinerja. Meskipun demikian diakui bahwa karakteristik mahasiswa yang berbeda akan berbeda dalam merespon terhadap umpan balik yang diberikan, terdapat mahasiswa yang tidak tahan menerima kritik, komentar, dan saran secara langsung, mereka akan merasa dihargai kalau saran itu diberikan tak langsung.

Pemberian umpan balik lagsung memberikan dampak lebih baik dalam pencapaian kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran dalam pembelajaran mikro. Pemberian umpan balik langsung maupun tak langsung mempunyai dampak yang positif dalam arti berbeda secara nyata pada

mahasiswa yang memiliki locus of control internal.

Dengan demikian diduga bahwa pemberian umpan balik langsung dan pemberian umpan balik tak langsung berbeda secara signifikan terhadap kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran dasar pada kelompok mahasiswa yang memiliki locus of control internal. Kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran untuk kelompok mahasiswa yang memiliki locus of control internal yang diberi umpan balik langsung lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan mahasiswa mengelola pembelajaran yang diberi umpan balik tak langsung. Hal ini dapat terjadi karena kelompok mahasiswa memiliki locus of control internal memiliki kecenderungan kebutuhan berprestasi dan prestasi belajar yang lebih tinggi, bila dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki locus of control eksternal. Hal ini akan berkontribusi terhadap kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran yang dilakukan.

4. Perbedaan Kemampuan Menge-lola Pembelajaran antara Mahasiswa yang diberi Umpan Balik Langsung dan Tak Langsung pada kelompok Mahasiswa yang memiliki Locus of Control Eksternal.

Locus of control merupakan kondisi interal pada diri mahasiswa

Karwono ═════════════════════════════════════ 17

Kemampuan Mengelola Pembelajaran

yang sangat berhubungan dengan faktor psikologis dan mencerminkan hubungan antara sikap, kebutuhan dan kepuasan manusia. Dorongan yang kuat untuk mencapai sukses dapat dipergunakan untuk memicu rintangan yang datang dari luar diri seseorang dan peka terhadap perangsang dari luar yang berupaya untuk memperbaiki diri. Locus of control merupakan tenaga peggerak aktivitas seseorang sebagai pengatur tingkah laku seseorang, dan penyokong tinggkahlaku. Kelompok mahasiswa yang memiliki locus of control eksternal cenderung tidak banyak upaya untuk memperbaiki diri guna mencapai tujuan yang dikehendaki. Oleh sebab itu perangsang dari luar seperti pemberian umpan balik dalam pembelajaran mikro sangat bermanfaat agar timbul insisiatif untuk memperbaiki diri terhadap kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran yang dilakukan.

Pemberian umpan balik langsung kurang efektif terhadap karakteristik mahasiswa yang memiliki locus of control eksternal di bandingkan dengan pemberian baikan tak langsung. Hal ini dapat dipahami karena mahasiswa yang memiliki locus of control eksternal kurang peka terhadap umpan balik yang diberikan langsung, karena memerlukan waktu untuk mencerna dan memperbaiki diri. Oleh sebab itu pemberian umpan balik yang tertunda cenderung untuk dilebih direspon. Locus of control merupakan sesuatu yang bersifat internal dan kompleks, keadaanya tidak dapat diamati secara langsung dari tingkah laku yang dihasilkannya. Hal inilah yang

menyulitkan pengukuran di samping banyak variabel yang ikut memberikan kontribusi terhadap kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran, sehingga sulit diprediksi apakah keberasilan yang dicapai seseorang karena dampak dari locus of control atau karena variabel lain. Harus diakui bahwa kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran banyak ditentukan oleh perbuatan mahasiswa itu sendiri untuk menata kondisi internal dalam rangka mencapai tujuan yang dikehendaki yang tercermin melalui kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran mikro. Seseorang yang memiliki locus of control eksternal punya kecenderungan rendah dalam upayanya untuk memperbaiki diri sehingga umpan balik langsung yang diberikan dari luar tidak akan banyak maknanya dalam upaya percapaian kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran bila dibandingkan dengan pemberian umpan balik tak langsung.

Dengan demikian diduga bahwa pemberian umpan balik langsung dan umpan balik tak langsung berbeda secara nyata bagi kelompok mahasiwa yang memiliki locus of control eksternal. Kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran untuk kelompok mahasiswa yang memiliki locus of control eksternal yang diberi umpan balik langsung lebih rendah dibandingkan dengan kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran yang diberi umpan

Karwono ═════════════════════════════════════ 18

Kemampuan Mengelola Pembelajaran

balik tak langsung. Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor kelelahan pada diri mahasiswa setelah menyelesaikan unjuk pembelajaran mikro, sehingga apabila diberikan umpan balik langsung dan segera maka yang bersangkutan tidak akan memberikan perhatian sepenuhnya terhadap umpan balik itu.

5. Interaksi antara Pemberian Umpan Balik dan Locus of Control terhadap Kemampuan Mahasiswa dalam Mengelola Pembelajaran Mikro

Kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran mikro dipengaruhi faktor internal dan faktor eksternal, berapa besar pengaruh tersebut sangat ditentukan bagaiamana interaksi keduanya. Meskipun diakui bahwa pengaruh variabel eksternal terhadap kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran sangat besar, namun sangat ditentukan bagaimana interaksi individu terhadap pengaruh dari luar tersebut. Locus of control sangat menentukan bagaimana interaksi individu terhadap pengaruh dari luar berupa pemberian umpan balik.

Pengaruh timbal balik antara pemberian umpan balik dan locus of control akan tergambar pada kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran yang ditampilkan yaitu interaksi antara kedua variabel tersebut. Mahasiswa yang memiliki locus of control internal punya kecenderungan untuk berusaha memperbaiki kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran yang ditampilkan. Untuk dapat memperbaiki

kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran yang ditampilkan respon akan mudah terhadap saran/kritik yang diberikan orang lain. Sebaliknya mahasiswa yang memiliki locus of control eksternal cenderung kurang ada upaya untuk mencapai prestasi keguruan yang dicapai, oleh sebab itu mereka tidak peka terhadap kritik dan umpak balik untuk memperbaiki diri sehingga umpan balik yang diberikan cenderung tidak banyak maknannya

Atas dasar pemikiran tersebut diduga terdapat interaksi yang positif antara pemberian umpan balik dengan locus of control terhadap kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran mikro.

Hipotesis Penelitian

Atas dasar kajian teoritis dan kerangka pikir, selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: (1) Kemampuan mengelola pembelajaran mahasiswa yang diberi umpan balik langsung hasilnya lebih tinggi dari mahasiswa yang diberi umpan balik tak langsung dalam pembelajaran mikro mahasiswa di FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Lampung. (2) Kemampuan mengelola pembelajaran mahasiswa yang memiliki locus of control internal hasilnya lebih tinggi dari mahasiswa yang memiliki locus of control eksternal dalam pembelajaran mikro. (3) Kemampuan mengelola

Karwono ═════════════════════════════════════ 19

Kemampuan Mengelola Pembelajaran

pembelajaran untuk mahasiswa yang diberi umpan balik langsung hasilnya lebih tinggi dari mahasiswa yang diberi umpan balik tak langsung pada kelompok mahasiswa yang memiliki locus of control iternal dalam pembelajaran mikro. (4) Kemampuan mengelola pembelajaran untuk mahasiswa yang diberi umpan balik tak langsung hasilnya lebih tinggi dari mahasiswa yang diberi umpan balik langsung pada kelompok mahasiswa yang memiliki locus of control eksternal dalam pembelajaran mikro. (5) Terdapat pengaruh interaksi antara pemberian umpan balik dan locus of control terhadap kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran mikro di FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Lampung.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di lingkungan FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Lampung selama satu semester. Bulan pertama untuk persiapan pengetesan sampel dalam penataan kelompok melalui instrumen locus of control. Empat bulan untuk uji lapangan (16 kali pertemuan dan diakhiri ujian). Satu bulan untuk pengumpulan dan analisis data, penelitian dimulai Pebruari sampai dengan Juli 2006.

Metode yang digunakan adalah exsperimen dengan rancangan faktorial 2 X 2. Ada tiga variabel penelitian ini, yakni variabel perlakuan, variabel atribut, dan variabel terikat. Variabel perlakuan yaitu pemberian

umpan balik yang dibedakaan menjadi pemberian umpan balik langsung dan tak langsung. Variabel atribut yaitu locus of control yang dibedakan menjadi mahasiswa yang memiliki locus of control internal dan locus of control eksternal. Variabel terikat berupa kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran mikro.

Komponen kemampuan maha-siswa dalam mengelola pembel-ajaran yang diamati meliputi: kemampuan bertanya, menjelaskan, mengadakan variasi, memberi penguatan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok, mengelola kelas, pembelajaran kelompok, dan perorangan, dan penggunaan bahasa, untuk mencapai standar pembelajaran mikro sesuai dengan kreteria yang telah ditetapkan.

Untuk mengatasi ancaman terhadap validitas eksperimen agar hasilnya dapat digeneralisasikan pada populasi, perlu dilakukan pengontrolan terhadap sejumlah variabel berkenaan dengan validitas internal maupun eksternal dalam eksperimen ini.

Perlakuan Penelitian adalah berupa pemberian umpan balik, yang diklasifikasikan menjdi dua yaitu pemberian umpan balik langsung dan umpan balik tak langsung. Umpan balik diberikan terhadap hasil unjuk kemampuan mengelola pembelajaran mikro. Proses pemberian perlakuan dan pengukuran pengaruh pemberian umpan balik dan locus of control terhadap kemampuan mahasiswa

Karwono ═════════════════════════════════════ 20

Kemampuan Mengelola Pembelajaran

dalam mengelola pembelajaran dilakukan dengan menganalisis data setelah perlakuan selesai dikerjakan, yaitu setelah selesainya eksperimen ini.

Teknik pengelompokan pemberian umpan balik dilakukan secara acak, untuk pemberian umpan balik langsung mahasiswa dikelompokkan menjadi dua sub kelompok yaitu mahasiswa yang memiliki locus of control internal dan locus of control eksternal. Untuk pemberian umpan balik tak langsung, mahasiswa juga dikelompokkan menjadi dua sub kelompok yaitu kelompok mahasiswa yang memiliki locus of control internal dan kelompok mahasiswa yang memiliki locus of control eksternal, masing-masing sub kelompok beranggotakan 12 orang.

Data locus of control mahasiswa diperoleh melalui questionnaire, selanjutnya data tersebut dipergunakan sebagai dasar untuk mengklasifikasikan mahasiswa ke dalam kategori locus of control internal dan eksternal. Teknik pemberian umpan balik langsung dilakukan setelah mahasiswa menyelesaikan satu unjuk kemampuan pembelajaran mikro, dan diberikan secara lisan terhadap hasil unjuk kemampuan pembelajaran mikro. Sedangkan pemberian umpan balik tak langsung dilakukan setelah selesainya satu kegiatan tatap muka perkuliahan (150 menit) atau setelah 6 orang mahasiswa melakukan unjuk kemampuan mengelola pembelajaran mikro. Materi pemberian umpan balik berupa tanggapan, saran, kritikan, komentar terhadap unjuk kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran mikro, dimaksudkan

untuk meningkatkan dan memperbaiki unjuk kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran yang dilakukan.

Waktu pemberian perlakuan kedua kelompok sama, yakni selama satu semester yaitu 16 kali perlakuan dengan rincian: 1 kali pertemuan untuk pengantar perkuliahan, 3 kali pembekalan materi perkuliahan dan 11 kali latihan (simulasi) unjuk kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran serta 1 kali untuk ujian komprehensif kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran. Waktu perkuliahan pembelajaran mikro 1 kali pertemuan 3 sks (150 menit) dengan pembagian waktu sebagai berikut: unjuk kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran setiap mahasiswa 15 menit, pemberian umpan balik antar 5 – 8 menit. Sehingga waktu unjuk pembelajaran mikro untuk 1 kali pertemuan adalah 6 mahasiswa X 15 menit = 90 menit, pemberian umpan balik 6 orang mahasiswa masing-masing 8 menit = 48 menit dan sisanya untuk menutup perkuliahan. Sedangkan untuk pemberian umpan balik tak langsung rincian waktu sama dengan pemberian umpan balik langsung, perbedaanya pemberian umpan balik tak langsung respon penilai diberikan setelah 6 orang mahasiswa berakhir melakukan latihan kemampuan mengelola pembelajaran dan diberikan secara tertulis.

Karwono ═════════════════════════════════════ 21

Kemampuan Mengelola Pembelajaran

Kemampuan mengelola pembel-ajaran yang disimulasikan oleh setiap mahasiswa meliputi 10 komponen, masing-masing komponen yang ditampilkan hasilnya diberikan umpan balik oleh dosen pembina. Simulasi unjuk kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran ada tiga tahap. Tahap satu latihan untuk simulasi pembelajaran mikro meliputi kemampuan: (1) membuka pelajaran (2) bertanya (3) mengadakan variasi (4) menjelaskan. Tahap kedua latihan yang disimulasikan meliputi kemampuan:(5) mengelola kelas (6) memberi penguatan (7) membimbing diskusi kelompok kecil. Tahap ketiga latihan yang disimulasikan meliputi kemampuan: (8) pembelajaran kelompok kecil dan perorangan (9) penggunaan bahasa (10) menutup pelajaran. Umpan balik diberikan pada setiap tahapan dan komponen yang disimulasikan. Ujian dilakukan setelah latihan setiap komponen telah mencapai standar yang dipersyaratkan.

Dosen pemberi perlakuan, penilai dan pemberi umpan balik adalah dosen pembina mata kuliah pembelajaran mikro. Ada empat orang dosen pembina yang diambil dari 7 orang dosen matakuliah pembelajaran mikro. Keempat orang tersebut dikelompokan menjadi dua yaitu dua orang untuk pemberian umpan balik langsung dan dua orang untuk pemberian umpan balik tak langsung dilakukan secara acak. Ujian kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran dilakukan untuk masing-masing mahasiswa 2 orang dosen penguji. Hasil akhir kemampuan mahasiswa

dalam mengelola pembelajaran adalah penjumlahan dari masing-masing dosen penilai.

Popolasi dan SampelPopulasi target penelitian ini

adalah mahasiswa di lingkungan FKIP Unversitas Muhammadiyah Metro Lampung. Sedangkan populasi terjangkau adalah mahasiswa FKIP yang mengikuti matakuliah pembelajaran mikro semester genap tahun akademik 2004/2005, yaitu terdiri Progran Studi Pendidikan Sejarah, Pendidikan Dunia Usaha, Pendidikan Matematika, Pendidikan Biologi, dan Pendidikan Fisika, BP.

Teknik pengambilan sampel dengan teknik random sampling, pengambilan samapel ini dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

(1) pertama dipilih secara acak (random) empat dari enam program studi yang menyajikan paket matakuliah pembelajaran mikro yaitu program studi: Pendidikan Sejarah, Pendidikan Dunia Usaha, Pendidikan Matematika, Pendidikan Biologi, Pendidikan Fisika, BP, tercatat ada 215 orang. (2) keempat kelompok tersebut dipilah menjadi dua secara random (undian) yaitu kelompok exsperimen dan kelompok kontrol. Dua program studi yang terpilih sebagai kelompok exsperimen yaitu program Studi Pendidikan Biologi dan Pendidikan Fisika berjumlah 46 orang, sedangkan dua program studi yang terpilih sebagai kelompok kontrol yaitu program studi

Karwono ═════════════════════════════════════ 22

Kemampuan Mengelola Pembelajaran

Pendidikan Matematika, dan Pendidikan Dunia Usaha (PDU) Ekonomi berjumlah 46 orang. (3) masing-masing kelompok di berikan questionnaire locus of control, selanjutnya skor yang diperoleh dibuat peringkat dan dipilah menjadi dua kelompok yaitu: kelompok beranggotakan mahasiswa yang memiliki locus of control internal dan kelompok beranggotakan mahasiswa yang memiliki locus of control eksternal. (4) tahap keempat, pengambilan anggota sampel dilakukan secara random untuk menentukan anggota sampel setiap kelompok sebanyak 24 orang mahasiswa.

Jumlah untuk masing-masing kelompok mengacu pada Frankel dan Wallen (1982: 425), bahwa jumlah sampel untuk setiap kelompok eksperimen minimal 30 orang, meskipun kadang-kadang studi eksperimental hanya dengan 15 orang pada kelompok masih bisa dipertahankan dan bisa dikontrol denga cermat.

Komposisi anggota sampel sebagai berikut:

Tabel 1 Komposisi Anggota Sampel Penelitian

Umpan Balik

Locus ofControl

Umpan Balik Langsung

Umpan Balik Tak Langsung

Total

Locus of control iternal

12 12 24

Locus of Control eksternal

12 12 24

Total 24 24 48

Pengelompokan mahasiswa ke dalam kelompok locus of control internal dan eksternal.

Karena konsep locus of control bukanlah konsep tipologik melainkan bersifat kontinum, artinya setiap orang memiliki locus of control internal maupun eksternal dengan kualitas yang berbeda. Hal ini berarti semakin dominan locus of control internal, maka semakin rendah locus of control eksternal seseorang, begitu pula sebaliknya. Oleh sebab itu penetapan kelompok locus of control internal dan locus of control eksternal diambil untuk kelompok yang paling ekstrim (dominasi) internal dan eksternal. Pegukuran locus of control yang dimiliki mahasiswa menggunakan intrumen baku dari Rotter (1966: 1) dengan tahapan sebagai berikut:

(a) Masing-masing kelompok diberikan questionnaire locus of control, yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya. Karena sebagian besar teori menjelaskan bahawa questionnaire untuk locus of control terdapat dua pilihan yang ekstrim yaitu pertanyaan yang mengarah locus of control internal dan eksternal, maka bagian yang mengarah pada locus of control eksternal yang di beri skor 0 (nol) dan pertanyaan yang mengarah locus of control internal diberi skor 1.

Karwono ═════════════════════════════════════ 23

Kemampuan Mengelola Pembelajaran

(b) Skor yang diperoleh selanjutnya dibuat peringkat dan dipilah menjadi dua kelompok yaitu: kelompok skor tinggi (atas) adalah untuk mahasiswa yang memiliki locus of control internal dan kelompok rendah (bawah) adalah untuk mahasiswa yang memiliki locus of control eksternal. Penetapan locus of control internal dan eksternal yang dimiliki mahasiswa dari anggota populasi, dengan cara mengambil 27 % kelompok atas untuk kelompok mahasiswa yang dinyatakan memiliki locus of control internal dan 27 % kelompok bawah yang dinyatakan kelompok yang memiliki locus of control eksternal.

Penetapan 27 % ini sesuai dengan saran Popham (1981: 296) bahwa kelompok tinggi dan kelompok rendah dirtentukan dengan memilih 27 % dari semua peserta. Dalam kerangka sampel jumlah peserta dibagi ke dalam kelompok tinggi dan kelompok rendah, tujuannya adalah untuk membedakan kelom-pok (Dali S. Naga, 1992: 51-54).

Instrumen Penelitian

Teknik Pengumpulan Data, ada dua data pokok yang dikumpulkan untuk kepentingan penelitian ini yaitu data tentang:

(1) Kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran mikro, instrumen yang digunakan berupa lembar observasi kemampuan

mahasiswa dalam mengelola pembelajaran.

Definisi konsep kemampuan mengelola pembelajaran mikro, yang dimaksud dalam penelitian ini adalah: kecakapan atau kekuatan intelektual sesorang mahasiswa calon guru dalam mengaplikasikan seperangkat komponen-komponen yang dibutuhkan bagi profesi guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik. Kecakapan seseorang mahasiswa dapat diidentifikasi dari hasil yang dicapai yaitu berupa output dari proses mengelola pesan pembelajaran peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pembel-ajaran yang telah ditetapkan dalam pembelajaran mikro.

Secara operasional kemampu- an mengelola pembelajaran mikro,adalah: nilai yang diperoleh seorang mahasiswa calon guru dalam mengaplikasikan komponen-komponen mengelola pembelajar-an yang dilakukan untuk mengelola pesan pembelajaran agar terjadi perubahan yang diharapkan pada peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam latar kelas mikro.

Aspeknya meliputi kemampuan: membuka pelajaran, bertanya, mengadakan variasi, menjelaskan, mengelola kelas, memberi penguatan, menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, Kemampuan mengelola pembelajaran kelompok dan perorangan, dan penggunaan bahasa lisan.

Karwono ═════════════════════════════════════ 24

Kemampuan Mengelola Pembelajaran

(2) Locus of control yang dimiliki mahasiswa, instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel ini berupa questionnaire locus of control. Instrumen locus of control yang diadaptasi dari instrumen baku Rotter (1966: 1), dengan disuaikan dengan hal-hal yang bersifat kontekstual.

Definisi konsep tentang Locus of Control Locus of control adalah suatu konsep yang menggambarkan bagaimana seseorang menentukan pilihan dan atau membuat keputusan dalam hidup. Apakah yang menjadi faktor utama dalam menentukan pilihan dan atau keputusan itu datang dari dalam diri sendiri atau karena pengaruh dari luar. Terdapat dominasi bahwa peristiwa dalam hidup dikendalikan oleh aktivitas dan tanggung jawab individu (locus of control internal), dan peristiwa dalam hidup dikendalikan oleh kekuatan dari luar (locus of control eksternal).

Secara operasional Locus of Control dapat didefinisikan sebagai persepsi individu terhadap sumber-sumber yang mengontrol kejadian-kejadian dalam hidupnya, yang dapat dibedakan menjadi locus of control eksternal dan internal. Locus of control internal adalah keyakinan individu bahwa keberhasilan atau kegagalan yang dialami adalah merupakan tanggung jawab pribadi dan merupakan usaha sendiri. Sedangkan locus of control eksternal merupakan keyakinan individu bahwa keberhasilan atau kegagalan ditentukan oleh kekuatan

yang berada di luar dirinya yaitu nasib, keberuntungan atau kekuatan lain.

Teknik Analisis Data, analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis varian (ANAVA) dua jalur. Pada akhir analisis, jika hasil analisis menunjukan perbedaan dan interaksi yang signifikan antar variabel, maka analisis dilanjutkan untuk menguji kelompok mana yang lebih tinggi dengan menggunakan uji Tukey. Untuk pengujian persyaratan analisis dilakukan dengan uji Liliefors, untuk uji normalitas dan homoginitas diuji dengan barlett (chi square).

HASIL PENELITIANDeskripsi Data Hasil Penelitian

Data hasil penelitian yang diperoleh melalui instrumen penelitian secara umum dapat dipaparkan seperti terangkum berikut: Tabel 2 Deskripsi Data Hasil

Kemampuan Pembelajaran

Karwono ═════════════════════════════════════ 25

Kemampuan Mengelola Pembelajaran

Pengujian Persyaratan Analisis

Pengujian persyaratan analisis, uji normalitas data dilakukan dengan uji Liliefors sedangkan untuk uji homoginitas diuji dengan barlett (chi square). Uji Normalitas dilakuan untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Sedangkan uji homoginitas dilaksanakan untuk mengetahui apakah data penelitian yang dikumpulkan berasal dari populasi yang homogin. Rangkuman hasil uji normalitas dan homoginitas adalah sebagai berikut:Tabel 3: Rangkuman Hasil Uji

Normalitas Sampel dengan Uji Lilliefors

Klp. Sam-pel

JlhSam-pel

Lo L t

= 0,05 Keteragan

A1 24 0,0735 0,173 Normal A2 24 0,0973 0,173 NormalB1 24 0,0686 0,173 NormalB2 24 0,0722 0,173 NormalA1B1 12 0,0843 0,242 NormalA2 B1 12 0,0698 0,242 NormalA1 B2 12 0,1127 0,242 NormalA2 B2 12 0,17070,242 Normal

Keterangan:

A1. Deskripsi data kemampuan mengelola pembelajaran kelompok mahasiswa yang diberi umpan balik langsung

A2. Deskripsi data kemampuan mengelola pembelajaran kelompok mahasiswa yang diberi umpan balik tak langsung

B1. Deskripsi data kemampuan mengelola pembelajaran kelompok mahasiswa yang memiliki Locus of control internal.

B2. Deskripsi data kemampuan mengelola pembelajaran

Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Homo-ginitas Kelompok Perlakuan dan Variabel Atribut

Kelom-pok

Varians F F Keterangan

A

A

126,56

79,35

1,59 3,81 Homogin

B

B

148,26

79,35

2,21 3,81 Homogin

Tabel: 5 Rangkuman Hasil Uji Homoginitas Varians Ke-empat Kelompok

Kelom pok

VaVarians VariansGabung-an

HHarga B χ 2 χ

(0,05)

Keterang-an

A 1 B

A B

A B

A B

49,42

49,61

43,36

58,99

50,3457

4,88 0,26 7,81Homo-gin

Hasil Pengujian HipotesisUji hipotesis penelitian ini

dilakukan dengan metode statistik dengan menggunakan formula ANAVA dua jalur. Berikut disajikan rangkuman hasil analisis varians data hasil kemampuan pembel-ajaran tercantum pada tabel 6

Tabel 6 Rangkuman Hasil Perhitungan ANAVA Data Hasil Kemampuan Pembelajaran

Karwono ═════════════════════════════════════ 26

Kemampuan Mengelola Pembelajaran

Sumber Varian JK db

RJK = JK/db

Fh =RK/ RKD Ft(=0,05) Ft(=0,01)

Antar Kolom(Pemberian Umpan balik)

385,33 1385,33 7,66 ** 4,06 7,34

Antar Baris(Locus of control)

168,75 1168,75 3,35 ns 4,06 7,34

Kolom dan Baris Interaksi 2352,74 12352,74 46,75 ** 4,06 7,34

Dalam Kelompok 2214,43 44 50,33 - - -

Total direduksi 5121,25 47 - - - -

Keterangan:JK = Jumlah Kuadratdb = Derajad KebebasanRKD = Rerata Kuadrat DalamFh = F hitung

Ft = F tabel

* = Signifikan ** = Sangat Signifikan ns = Non signifikan

Dari perhitungan ANAVA dua jalur pada tabel 3 di atas dan hasil Uji Lanjut dengan Uji Tukey, dapat dinyatakan bahwa:

Hipotesis Pertama, yang menyatakan bahwa ada perbedaan kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran antara mahasiswa yang diberi umpan balik langsung dan umpan balik tak langsung dalam pembelajaran mikro diterima kebenarannya. Hasil perhitungan ANAVA dua jalur dan dilanjutkan dengan uji Tukey, menunjukkan bahwa nilai Fhitung = 7,66 ternyata lebih besar dari F tabel = 4,06 untuk taraf kepercayaan 95 % dan Fhitung

= 7,66 ternyata lebih besar dari F tabel = 7,43 untuk taraf kepercayaan 99 % (Fh

= 7,66 > Ft = 4,06; 0,05 dan Fh = 7,66 > Ft = 7,43; 0,01). Kelompok mahasiswa yang diberi umpan balik langsung kemampuan mahasiswa dalam

mengelola pembelajaran reratanya 70,96 sedangkan kelompok mahasiswa yang diberi umpan balik tak langsung dalam pembelajaran mikro memperoleh rerata sebesar 65,29. Dengan demikian pemberian umpan balik langsung lebih unggul dibandingkan pemberian umpan balik tak langsung dalam pembelajaran mikro.

Hipotesis kedua, yang menyatakan bahwa kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran untuk mahasiswa yang memiliki locus of control internal hasilnya lebih tinggi dari mahasiswa yang memiliki locus of control eksternal dalam pembelajaran mikro, ditolak kebenarannya. Dimana nilai Fhitung = 3,35 ternyata lebih rendah dari F tabel

= 4,06 untuk taraf kepercayaan 95 % (Fh = 3,35 < Ft = 4,06; 0,05).

Dengan demikian kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran mahasiswa yang memiliki locus of control internal dan locus of control eksternal tidak ada perbedaan yang signifikan dalam kemampuan mengelola pembelajaran mikro di lingkungan FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Lampung.

Hipotesis ketiga, yang menyatakan bahwa kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran mikro untuk mahasiswa yang diberi umpan balik langsung hasilnya lebih tinggi dari mahasiswa yang diberi umpan balik tak langsung pada kelompok mahasiswa yang memiliki locus of control iternal, diterima

Karwono ═════════════════════════════════════ 27

Kemampuan Mengelola Pembelajaran

kebenarannya. Dimana kelompok mahasiswa yang memiliki locus of control internal dan diberi umpan balik langsung (A1B1) memiliki skor rerata sebesar 79,83, sedangkan kelompok mahasiswa yang memiliki locus of control internal diberi umpan balik tak langsung (A2B1) memiliki skor rerata 60,17 Rerata kuadrat dalam (RKD) pada perhitungan ANAVA sebesar 50,33. Qhitung lebih besar dari Q tabel baik pada taraf kepercayaan 0,05 maupun 0,01 (Qh 9,59, > Qtabel 0,05 = 2,86: dan (Qh = 9,59 > Qt 0,01 = 3,82). Hal ini berarti bahwa kelompok mahasiswa yang memiliki locus of control internal yang diberi umpan balik langsung memiliki skor lebih tinggi dari kelompok mahasiswa yang memiliki locus of control internal diberi umpan balik tak langsung.

Hipotesis keempat, yang berbunyi bahwa kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran mikro untuk mahasiswa yang diberi umpan balik langsung hasilnya lebih rendah dari mahasiswa yang diberi umpan balik tak langsung pada kelompok mahasiswa yang memiliki locus of control eksternal diterima kebenarannya. Dimana kelompok mahasiswa yang memiliki locus of control eksternal dan diberi umpan balik langsung (A1B2) skor rerata sebesar 62,08, sedangkan kelompok mahasiswa yang memiliki locus of control eksternal diberi umpan balik tak langsung (A2B2) skor rerata 70,42. Rerata kuadrat dalam (RKD) pada perhitungan ANAVA sebesar 50,33. Setelah dilakukan uji Tukey dan diperoleh Q hitung sebesar 4,07 lebih besar dari Q tabel untuk taraf

kepercayaan 0,05 = 2,86 dan Q tabel

untuk kepercayaan 0,01 = 3,82. Hal ini berarti bahwa kelompok mahasiswa yang memiliki locus of control eksternal yang diberi umpan balik tak langsung memiliki skor lebih tinggi daripada kelompok mahasiswa yang memiliki locus of control eksternal diberi umpan balik langsung.

Hipotesis kelima yang berbunyi bahwa ada interaksi antara pemberian umpan balik dan locus of control terhadap kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran mikro, dapat diterima kebenarannya. Dimana hasil perhitungan melalui ANAVA menguatkan indikasi nilai Fhitung = 46,75 ternyata lebih besar dari Ftabel

pada taraf kepercayaan 0,05 dan lebih besar dari F tabel =7,34 untuk kepercayaan 0,01 (Fh = 46,75 > Ft ;

0,05 = 4,06) dan (dan (Fh = 46,75 > Ft;0,01 = 7,34). Hal ini berarti tolak Ho dan terima H1 sehingga terdapat pengaruh interaksi pemberian umpan balik dan locus of control terhadap kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran, pengaruh interaksi tersebut dapat divisualisasikan sebagai berikut:

Karwono ═════════════════════════════════════ 28

Kemampuan Mengelola Pembelajaran

----------- = Pemberian Umpan Balik Langsung

------------ = Pemberian Umpan Balik Tak Langsung

KESIMPULAN

Berdasarkan uji hipotesis dan pembahasan seperti dipaparkan pada uraian terdahulu, selanjutnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Pertama, Terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan mengelola pembelajaran antara mahasiswa yang diberi umpan balik langsung dan tak langsung dalam pembelajaran mikro. Kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran dengan diberi umpan balik langsung hasilnya lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang diberi umpan balik tak langsung. Secara umum pembelajaran mikro lebih efektif dengan pemberian umpan balik langsung untuk mencapai kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran mikro di lingkungan FKIP

Universitas Muhammadiyah Metro Lampung.

Kedua, Tidak terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan dalam mengelola pembelajaran antara mahasiswa yang memiliki locus of control internal dan locus of control eksternal dalam pembelajaran mikro.

Ketiga, Kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran mikro dengan pemberian umpan balik langsung hasilnya lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian umpan balik tak langsung untuk kelompok mahasiswa yang memiliki locus of control internal. Hal ini berarti bahwa bagi kelompok mahasiswa yang memiliki locus of control internal, melalui pemberian umpan balik langsung hasilnya lebih efektif untuk meningkatkan kemampuan mengelola pembelajaran dibanding dengan pemberian umpan balik tak langsung.

Keempat, Kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran mikro dengan pemberian umpan balik tak langsung hasilnya lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian umpan balik langsung untuk kelompok mahasiswa yang memiliki locus of control eksternal. Hal ini berarti bahwa bagi kelompok mahasiswa yang memiliki locus of control eksterternal, melalui pemberian umpan balik tak langsung lebih efektif untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengelola

Karwono ═════════════════════════════════════

60

6462

6668707274767880

internal eksternal

79.83

70.42

62.0860.18

langsung

tak langsung

29

Kemampuan Mengelola Pembelajaran

pembelajaran mikro dibanding dengan pemberian umpan balik langsung.

Kelima, Terdapat pengaruh interaksi antara pemberian umpan balik dengan locus of control terhadap kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran mikro di FKIP Universitas Muhammadiyah Metro.

Secara umum kesimpulan penelitian ini adalah: Jika pengelolaan pembelajaran mikro dilakukan dengan pemberian umpan balik langsung ditata secara optimal, maka kemampuan mengelola pembelajaran akan meningkat. Kemampuan mengelola pembelajaran lebih banyak dipengaruhi penataan faktor eksternal berupa pemberian umpan bailik daripada pengaruh kondisi internal yaitu locus of control mahasiswa yang sifatnya given. Implikasi

Secara keseluruhan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian umpan balik langsung memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan mengelola pembelajaran mahasiswa dibandingkan dengan pemberian umpan balik tak langsung dalam pembelajaran mikro. Apabila locus of control merupakan karakteristik internal mahasiwa menjadi dasar pertimbangan dalam penataan kemampuan mengelola pembel-ajaran pada lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK), ternyata temuan penelitian ini menunjukkan bahwa bagi mahasiswa yang memiliki locus of control internal, dengan pemberian umpan balik langsung menghasilkan kemampuan mengelola pembelajaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan

pemberian umpan balik tak langsung. Upaya pemberian umpan balik tak langsung juga punya pengaruh lebih baik pada kelompok mahasiswa yang memiliki locus of control eksternal dibandingkan dengan pemberian umpan balik langsung.

Temuan penelitian ini mengindikasikan adanya interaksi antara pemberian umpan bailik dengan locus of control dan pengaruhnya terhadap kemampuan mengelola pembelajaran. Temuan penelitian tersebut memberikan implikasi sebagai berikut:

1. Pemilihan Strategi dalam Pengelolaan Pembelajaran Mikro

Strategi pengelolaan pembelajar-an dengan pemberian umpan balik langsung dapat meningkatkan kemampuan mengelola pembelajaran mikro dibandingkan dengan pemberian umpan balik tak langsung. Hal ini berarti bahwa terdapat interaksi antara pemberian umpan dan locus of control terhada kemampuan mahasiswa dalam pembelajaran mikro. Melalui pemberian umpan balik langsung kemampuan mengelola pembelajaran lebih unggul (tinggi), baik kelompok mahasiswa yang memiliki locus of control internal maupun eksternal, bila dibandingkan dengan pemberian umpan balik tak langsung.

Karwono ═════════════════════════════════════ 30

Kemampuan Mengelola Pembelajaran

Implikasi dari temuan penelitian ini adalah bahwa perlakuan dalam pembelajaran mikro dengan pemberian umpan balik langsung perlu lebih banyak dimanfaatkan dan dikembangkan daripada pemberian umpan balik tak langsung. Karena pengelolaan kemampuan dasar pembelajaran melalui pembelajaran mikro banyak menyangkut aspek kemampuan (skill), maka untuk mencapai perubahan standar yang dikehendaki seharusnya dilakukan langsung dan sulit dicapai melalui pemberian umpan balik yang tertunda yaitu berupa pemberian umpan balik tak langsung.

Pemberian umpan balik langsung akan menimbulkan respon langsung kepada mahasiswa dan akan membawa perubahan yang lebih cepat pada diri mahasiswa dibandingkan pemberian umpan balik tak langsung (tertunda). Melalui pemberian umpan balik tak langsung bagi mahasiswa memerlukan waktu untuk mencerna dan dapat menimbulkan kekeliruan mahasiswa dalam menafsirkan terhadap umpan balik yang diberikan oleh dosen secara tertulis. Melalui stimulus langsung maka mahasiswa belajar secara langsung berhubungan dengan kenyataan yang sebenarnya.

Melalui pemberian umpan balik langsung mahasiswa tidak hanya diberi kesempatan melakukan pengamatan tentang sesuatu atau kegiatan lainnya, tetapi juga berbuat sesuatu tentang apa yang diamati ataupun menerapkan konsep yang dipelajari untuk memperoleh hasil yang sebenarnya. Melalui umpan balik langsung akan memberikan dampak pengiring

(“nurturant effect”) yang cukup penting dalam pembentukan kemampuan yang melekat pada pribadi mahasiswa. Melalui cara ini mahasiswa secara tidak langsung telah membangun kepribadiannya yang sangat dibutuhkan dalam proses perkembangan selanjutnya menuju ke arah kemandirian. Pemberian umpan balik langsung akan menimbulkan interaktif secara langsung dan akan membawa dampak berupa perubahan perilaku yang diharapkan berupa perubahan standar perilaku yang diinginkan. Hal ini diperlukan agar memungkinkan mahasiswa dapat menerapkan masing-masing komponen pembelajaran yang dilakukan secara mandiri dan selanjutnya diintegrasikan masing-masing komponen dalam situasi kelas mikro.

2. Penataan Kondisi Eksternal dalam Pembelajaran Mikro

Kesimpulan penelitian menunjukan bahwa penataan faktor eksternal dalam pembelajaran mikro menjadi lebih penting daripada sekedar mempermasalahkan faktor internal yang sifatnya given. Oleh sebab itu kondisi internal yang bersifat given seharusnya diterima sebagaimana adanya, selanjutnya mencarikan sejumlah upaya berupa metode pembelajaran untuk mencapai perubahan yang diinginkan. Belum tercapainya perubahan perilaku yang diinginkan sesuai dengan standar, memberikan indikasi bahwa

Karwono ═════════════════════════════════════ 31

Kemampuan Mengelola Pembelajaran

pemanfaatan teknologi pembelajaran belum berhasil dengan baik. Mengingat karakteristik mahasiswa berbeda satu dengan yang lain, maka tidak mungkin dengan metode yang sama untuk mencapai hasil yang sama. Karena metode pembelajaran pada hakekatnya ada cara yang tidak sama untuk mencapai hasil yang sama ataupun berbeda sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai di bawah kondisi yang berbeda.

Meskipun bergesernya paradigma pembelajaran dari pembelajaran yang berorientasi pada guru kepada pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik, namun kehadiran guru dengan sejumlah kemampuan untuk mensiasati pembelajaran tetap diperlukan. Kehadiran guru diperlukan untuk menata variasi interaksi peserta didik dengan aneka sumber belajar agar belajar menjadi lebih mudah dan berarah tujuan. Variasi dominasi guru dalam pembelajaran diperlukan sesuai dengan karakteristik dan peserta didik dan bahan ajar. Seperangkat kemampuan dasar merupakan modal awal bagi guru untuk memainkan peranan dalam peristiwa pembelajaran yaitu (1) kemampuan yang berhubungan pengorganisasian materi agar memudahkan terjadinya pembel-ajaran (2) kemampuan berkomu-nikasi.

3. Interaksi secara langsung dalam Pembentukan Kemampuan mengelola Pembelajaran

Kelanjutan pemberian umpan balik adalah upaya peningkatan atau perbaikan kemampuan mahasiswa dalam mengelola pembelajaran.

Mahasiswa yang telah mencapai stándar kompetensi keguruan dapat berusaha sendiri atau bersama dosen untuk meningkatkan kemampuannya, upaya tersebut dikenal dengan istilah pengayaan (enrichment). Sebaliknya mahasiswa yang memperoleh nilai kurang atau belum mencapai stándar yang diharapkan dapat berusaha sendiri atau bersama dosen pembina untuk memperbaiki kemampuannya, upaya ini yang dikenal dengan istilah remedial atau improvement. Umpan balik yang diberikan segera akan lebih efektif daripada umpan balik tertunda, karena akan terjadi interaksi langsung pada diri mahasiswa dan perubahan perilaku yang terjadi adalah akibat interaksi tersebut.

Pemberian umpan balik dapat bertindak sebagai suatu penghubung antara stimulus dan respon yang diberikan sebelumnya. Respon yang ditunda pemberiannya dengan titik berat hubungan antara kesalahan dengan pembetulan yang harus dikerjakan mahasiswa selama latihan untuk memperbaiki kebiasaan yang muncul baru pada saat latihan menjadi kurang efektif. Karena untuk menukar perbuatan yang salah dengan yang benar diperlukan waktu untuk mencerna, kalau hal ini dipaksanakan maka semangat memperbaiki ada pada titik terendah. Pemberian umpan balik dapat dipergunakan sebagai rekayasa faktor eksternal agar terjadinya proses inernal dalam

Karwono ═════════════════════════════════════ 32

Kemampuan Mengelola Pembelajaran

rangka meningkatkan kemampuan mengelola pembelajaran.

Pemberian umpan balik dalam proses pembelajaran adalah untuk memonitor kemajuan si belajar dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Meskipun berbagai teknologi pembelajaran telah dikembangkan seperti metode simulasi melalui media, namun kehadiran dosen dalam pembentukan kemampuan dasar pembelajaran tatap menjadi penting.

4. Pengembangan Model Pembel-ajaran Mikro

Temuan penelitian ini dapat dijadikan pijakan awal untuk kegiatan penelitian lebih lanjut dalam rangka meningkatkan pengelolaan pembelajaran mikro dan Program Pengalaman Lapagan (PPL). Disisi lain temuan penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah model pengembangan profisi keguruan dalam rangka implementasi Undang-undang Nomor: 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Melalui Kemampuan dasar pembelajaran dapat dijadikan rujukkan pengembangan instrumen sertifikasi keguruan dalam rangka meningkatkan kualitas guru dalam pembelajaran.

Saran

Lepas dari kelemahan yang terdapat dalam penelitian ini, tiga buah saran yang dapat disampaikan atas temuan penelitian ini sebagai berikut:

Agar kemampuan mengelola pembelajaran dapat optimal, maka diperlukan startegi pengelolaan pembelajaran melalui pemberian

umpan balik yang sesuai dengan karakteristik mahasiswa (locus of control). Pemberian umpan balik langsung merupakan alternatif pilihan untuk melakukan rekayasa faktor eksternal untuk terjadinya proses inernal dalam rangka meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam pembelajaran.

Agar mahasiswa yang memiliki locus of control internal dapat memperoleh kemampuan mengelola pembelajaran yang lebih baik dalam kegiatan pembelajaran mikro, maka perlu dilakukan pemberian umpan balik secara langsung. Karena mahasiswa yang memiliki locus of control internal lebih responsif terhadap perangsang dari luar dalam rangka memperbaiki diri untuk mewujudkan harapan sebagai guru yang baik (profesional).

Untuk meningkatkan kualitas kemampuan dasar pembelajaran melalui pendidikan pra-jabatan guru, maka pengelolaan pembelajaran mikro sebagai wadah untuk mengoptimalkan potensi mahasiswa hendaknya lebih ditekankan untuk membangun kepercayaan pada diri mahasiswa. Oleh sebab itu memberikan penguatan positif melalui pemberian umpan balik akan lebih punya makna daripada penguatan negatif. Kondisi internal mahasiswa berupa locus of control internal dan eksternal merupakan sesuatu kondisi yang harus diterima adanya, maka upaya penataan interaksi pembelajaraan melalui metode yang sesuai dengan kondisi internal siswa agar menghasilkan guru profesional merupakan

Karwono ═════════════════════════════════════ 33

Kemampuan Mengelola Pembelajaran

rekayasa paedagogis yang menjadi tugas LPTK.

Karwono ═════════════════════════════════════ 34

Kemampuan Mengelola Pembelajaran

DAFTAR PUSTAKA

Thomas A. Classroom Research: Early Lessons From Success. New York: Maxwell Macmilla Internatioal Publishing G. 1991.

Anglin, Gary J. Instructional Technology Past, Present, and Future. Colorando: Libraries limited, Inc., Englewood, 1991.

Astin, Alexander W.Assesment For Excellence. New York: American Council on Education and The oryx Press Publishers. 1993.

Bastian Aulia Rezatian. Reformasi Pendidikan. Yogyakarta: Lappera Pustaka Utama. 2002.

Bell, M.E. A Systematic Instructional Design Strategy Derived From Information Processing Thery. 1981. Vol 21 (3) 32-35.

Bloom, Benyamin S, George F. Madaus, and J. Thomas Hastings. Evaluation To Improve learing. New York: McGraw-Hill Book Comppany, 1981.

Brown, G.A. Micro Teaching Program Keterampilan mengajar: terjemahan L. Kaluge.

(Surabaya: Airlangga University Press. 1990)

Brown, G.A. dan Gibbs, I. Some Students reactions to Micro teaching, unpublished mimeo, New university of Ulster. 1974.

Brown, George. Micro teaching A Programe of Teaching Skill. Methuen & co Ltd. 1975.

Cole, Paeter G. and Loma Chan. Teaching Principles and Practice. New York: Prentice-Hall Of australia Pry Ltd. 1994.

C. Turney dkk. Sidney Micro Skill. Handbook series 1 – 5. Sydney: Sydney University Press. 1973.

Degeng, Nyoman Sudana. 1994. Pengaruh Interaktif Antara Gaya kognitif, Motivas Berprestasi, dan Strategi Pengajaran Terhadap Hasil Belajar dan Retensi. Jurnal Teknologi Pembelajaran. Teori dan Penelitian Tahun 2. No. 1-2.

Entang, H.M. Motivasi Memacu prestasi Kerja. Jakarta: Pusdiklat Depnaker-LAN RI.

Frankel, Jack R and Norman E. Walle. How To Design and Evaluate Research in

Karwono ═════════════════════════════════════ 35

Kemampuan Mengelola Pembelajaran

Education. New York. McGraw-Hill Inc, 1993, 255-256.

Gable, Robert K. Instrument Development in Affective Domain. Boston : Kluwer-Nijhoff Publishing, 1986), p.39.

Gagne, Robert M, Leslie J., Briggs, and Walter W. Wagner. Principles of Intructional Design. Orlando: Harcourt Brace & Company, 1992.

Gagne, R.M, & Briggs, L.J. Principles of Instructional Design (edisi kedua). New York; Holt. Rinerhart and Winston. 1977a.

Gay, L.R. Education Evaluation and Measurement: Competencies for Analysis and Application, 2 nd cd Colombus: Charles E. Merril Publishing Co. 1985.

_______. Educational Research, 2 nd cd. Colombus: Charles E. Merril Publishing Co. 1981.

Gene H. Hoster, Clement, Jr, and Raymond T. Stefani .Design of Feed back Control System. Cicago: Sounders Callege Publishing, a Division of Hatt, Renert and Winston, Inc. 1989. p. 4.

Gredler, Margaret E, Bell. Belajar dan Pembelajaran. terjemahan Munandir. (Jakarta: CV Rajawali. 1986).

Guilford. J.P. Psychometric Method. New york: McGraw-Hill Company Inc. 1982. p. 425.

Haris, R.S and Yeany, R.H. Diagnosis, Remidiatoris and Locus of Cotrol: effecs o Immediate and Refai need Achievement and Attitude. Journal of Exsperimental Education, Vol. 49 (3) 221-224. 1981.

Hudoyo, Herman, H. Mengajar-Belajar Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Ditjen Dikti, P2LPTK. 1988.

(http://www.brown.edu/sheridan center/publication/preskils.html.p.1

Jonassen, David H. Handbook of Research for Educational Communication and Technology. New York: Simon & Macmillan. 1996. p. 916.

Jerome, Paul J. Coaching Through Effective feedback. Richard Chang Associates, Inc. 1994.

_______. Keterampilan Bertanya. Ditjen dikti; P2LPTK. Depdikbud. 1984.

_________ T. Keterampilan Memberi Penguatan. Ditjen Dikti. P2 LPTK Depdikbud. 1984.

Keefe, J.M. Learning Styl : Theory & Practive. Reston, Va: National

Karwono ═════════════════════════════════════ 36

Kemampuan Mengelola Pembelajaran

Association of secondary School Principals (NASSP). 1987.

Keller, J.M. Motivational and Istructioal Design in CM Regeluth (idit) Instructional Design Theories and Model: A Over View of Their Current Status, Lawrence: New Jersey: Erlbaum Associaties, Publishers, Hillsdele, 1983.

Kemp, J.E. The Instructional Design Process, New York. Haper & Raw, Publ. 1985.

Kerlinger, Fred N. Fundantion of Behavioral Reasearch third Edition. Winston Inc: Holt Rinerhart. 1986.

Lidgren, Henry Clay. Educational Psychology in the Classroom. New York: By Oxford University Press, Inc. 1980.

Miller, P.C, Lef Corent, H.M. olmes, J.G, Wore, Wore, E.E and Saleh, W.E. Marital Locus of control ad Marital problem Solving. Journal of Personality ad Social Psychology, Vol 51 (1) 161-169. 1986.

Nunnaly, Jum C. Introduction to Psychological Measurement. New York : Prentice-Hall Inc., 1979).

T. Raka Joni, Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran.

Jakarta: Ditjen Dikti. P2 LPTK, Depdikbud.

Owie, T. W. Locus of controli, Instructional Mode and Student achievement. Instructional Science, Vol 12 (2), 383-388.

Rotter. Some problem and misconcep tions related to the cotruct of iternal vercus external control reinforcemet, Journal of cosulting and clenical Psychology (43) 56-67. 1975.

Seels, Barbara B, Rita C. Richey. Teknologi Pembelajaran Definisi dan Kawasannya: Seri Pustaka Teknologi Pendidikan. Jakarta. 1994.

Soedijarto. Pendidikan Nasional untuk Menciptakan Kehidupan Bangsa dan Memajukan Kebudayaan Nasional melalui Sekolah sebagai pusat Pembudayaan. Makalah: Pra Kongres Kebudayaan V. Depasar: 2003.

Suyanto. Guru yang Profesional dan Efektif. Forum Otonomi Pendidikan. Kompas 16 Pebruari 2003.

Teevan, R.C and BD Smith. Motivation. New york: Mc. Graw Hill Bbook Company. 1967.

Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Karwono ═════════════════════════════════════ 37

Kemampuan Mengelola Pembelajaran

Watkens. The Management of Personal and Labor Relation. New York: Mc Graw-Hill Book Company. 1950.

Wildman,TM. The Cognitive Theory and the Design of Instruction. Educational Technology Vol 21 (2).

Wong, Martin R. and J. D Roulerson. Roulerson. A Guide to Systimatic Instructional Design. New Jersey Publication inc. engle Wood Cleffs. 1974.

Yelon Stephen. L and Groce w. Weinstein. A Teacher World Psychology in the Classroom

Sydney: Mc. Graw-Hill. Intructiona

Miarso, Yusufhadi. Peran Profesi Teknologi Pendidikan. Makalah seminar: Jurusan KTP Universitas Baturaja, 2003.

Zamroni. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Bigraf Pub. 2000.

Zainul Asmawi, Nasoetion Noehi. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: P2T Universitas terbuka, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1997.

Karwono ═════════════════════════════════════ 38

Kemampuan Mengelola Pembelajaran

RIWAYAT HIDUPKARWONO, lahir di Pujodadi Trimurjo Lampung

Tengah, 25 Maret 1953, merupakan putera pertama dari

Bapak Pawiro Sumadi dan ibu Sumarliyah (alm).

Menyelesaikan pendidikan di SD (1966), SMP (1969),

SPG (1972), di Metro dan S1 Jurusan Administrasi

Pendidikan di FKIP UNILA (1983) Bandar Lampung.

Pada tahun 1991 melanjutkan studi S2 pada Progrm

Studi Teknologi Pembelajaran IKIP Malang (UNM) dan

tahun 2003 mendapat kesempatan melanjutkan studi di S3 pada Program Studi

Teknologi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta (UNJ).

Profesi sebagai dosen ditekuni sejak tahun 1986 sebagai staf pengajar pada

Kopertis Wilayah II dpk pada FKIP Universitas Muhammadiyah Metro. Pernah

menjabat sebagai Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan, Ketua Juruan

Ilmu Pendidikan pada FKIP UM Metro, Pembantu Rektor I UM Metro dua

periode (1995 -1999 dan 1999 - 2003).

Di samping itu tahun 1998 – 2002 menjadi Urban Management Advisor

(UMA) pada Program Breakthrough Urban Initiatives for Local Development

(BUILD)-UNDP INS/97/018. Tahun 2004 sebagai Facilitator Capacity Building

Need Assessment (CBNA) Support for Decentralization Measures (SfDM) –

GTZ - German. Tahun 2005 sebagai HRD Specialist pada Sustainable Capacity

Building Decentralization Project (SCBDP) – ADB LOAN 1964 – INO. Tahun

2006 sampai sekarang sebagai Deputy Team Leader Field Team East pada

Project SCBDP – ADB LOAN 1964 – INO.

Penelitian terakhir yang ditangani adalah: “Pengembangan Model

Pendidikan Multikultural SMA Negeri Daerah Kawasan Pantai Provinsi

Lampung” (Penelitian Hibah Bersaing). Menikah dengan Hj. Sarmiati, tahun

1978 dan dikaruniai tiga anak yaitu: Eka Setiawati, (Sarjana Ekonomi), Eftianto

(Sarjana Arsitektur UGM), Wirawan Setiadi (mahasiswa Ilmu Tanah UGM).

Karwono ═════════════════════════════════════ 39

Kemampuan Mengelola Pembelajaran

Karwono ═════════════════════════════════════ 40