Sistem Pencitraan Untuk Menangkap Citra Polarisasi

30
Sistem Pencitraan untuk Menangkap Citra Polarisasi Mohammad Iqbal Sarifuddin Madenda Djati Kerami LE2I, Le Creusot, 2009

description

di presentasikan pada SENTIA 2009, Malang tanggal 12 Maret 2009

Transcript of Sistem Pencitraan Untuk Menangkap Citra Polarisasi

Page 1: Sistem Pencitraan Untuk Menangkap Citra Polarisasi

Sistem Pencitraan untuk Menangkap Citra Polarisasi

Mohammad IqbalSarifuddin Madenda

Djati Kerami

LE2I, Le Creusot, 2009

Page 2: Sistem Pencitraan Untuk Menangkap Citra Polarisasi

Pendahuluan

Sistem Pencitraan (Imaging system) : suatu sistem yang digunakan untuk menangkap

citra 3D pada alam nyata, untuk ditransformasikan kepada bidang 2D pada scene kamera.

yang pada umumnya akan memanfaatkan informasi intensitas dan warna dari suatu citra dengan sebaik mungkin

agar nantinya akan lebih memudahkan dalam proses pengolahan citra selanjutnya.

Page 3: Sistem Pencitraan Untuk Menangkap Citra Polarisasi

Pendahuluan

Polarisasi Cahaya adalah fenomena optik yang sering terjadi di bumi yang disebabkan oleh 3 keadaan, yaitu : proses scattering (hamburan) cahaya matahari

dengan atmosfir bumi, proses scattering cahaya matahari pada air (terjadi

pada dunia bawah laut) proses refleksi (pantulan) dari permukaan yang

mengkilap (seperti permukaan air), atau pantulan dari permukaan dielektrik seperti tanah, bebatuan maupun tumbuh-tumbuhan.

Page 4: Sistem Pencitraan Untuk Menangkap Citra Polarisasi

Fundamental Sistem Pencitraan

Pencahayaan

Lensa dan filter

Kamera

Convensional vs telecentric lens

Jenis sensor : • Tech :CCD, CMOS• Method : Liniear,

matricial, color

Page 5: Sistem Pencitraan Untuk Menangkap Citra Polarisasi

Fundamental Sistem Pencitraan

1. Pencahayaan : Berdasarkan jenis sumber cahaya : cahaya

menyebar (lilin, matahari, lampu), cahaya terarah (laser pointer)

Berdasarkan interaksi antara cahaya dengan obyek : pemantulan, penyerapan dan trasmisi cahaya.

Frontal

AxialLatar

Page 6: Sistem Pencitraan Untuk Menangkap Citra Polarisasi

Fundamental Sistem Pencitraan

2. Lensa dan filter parameter utama dalam lensa :

focal length (jarak antara kamera sensor dengan lensa, dalam satuan milimeter)

focus (berkaitan dengan jarak, satuannya meter) aperture (besaran lensa dalam membuka dan menutup

yang berhubungan dengan berapa banyak cahaya yang masuk ke sensor kamera).

besaran sensor (S) yang sangat mempengaruhi besarnya area obyek yang bisa ditangkap (FOV=Field Of View)

parameter yang berhubungan dengan focus yaitu area kerja (WD=Working distance).

Page 7: Sistem Pencitraan Untuk Menangkap Citra Polarisasi

Fundamental Sistem Pencitraan

filter digunakan untuk memberikan efek tertentu kepada informasi intensitas yang akan ditangkap oleh suatu imaging system. Dalam area polarization imaging, filter yang digunakan adalah polarizer, yang akan menambahkan informasi polarisasi pada citra yang ditangkap.

Page 8: Sistem Pencitraan Untuk Menangkap Citra Polarisasi

Fundamental Sistem Pencitraan

3. Kamera Kamera akan mentransformasi obyek pada

alam nyata pada suatu bentuk citra tertentu. Obyek imaging cell piksel Parameter citra : Resolusi piksel (piksel per

inch) dan kedalaman warna (bit depth, 8,16, 24 bit)

Res. 1/1 460x362 Res. 1/20 23x18 8 bit 256 Greylevel 24 bit 16juta warna

Page 9: Sistem Pencitraan Untuk Menangkap Citra Polarisasi

Fundamental Sistem Pencitraan

Parameter kamera : exposure (kombinasi otomatis shutter speed dan

aperture) gain (mengatur output kontras) brightness (mengatur graylevel/offset citra) sharpness (memperjelas citra yang mengalami blur) gamma (mengatur middle graylevel) saturation (mengatur saturasi warna) hue(mengatur pergeseran nilai warna) white balance (mengatur variasi warna merah dan

biru dalam citra yang ditangkap).

Page 10: Sistem Pencitraan Untuk Menangkap Citra Polarisasi

Fundamental Sistem Pencitraan

Parameter kamera (lanjutan) : Untuk penangkapan citra terpolarisasi hanya

menggunakan parameter shutter, gain, brightness.

Filter warna seperti bayer serta pengaturan sensor yang menghasilkan citra warna RGB tidak dibutuhkan sehingga parameter seperti gamma, saturation, hue dan white balance pun tidak perlu diatur.

Page 11: Sistem Pencitraan Untuk Menangkap Citra Polarisasi

Fundamental Sistem Pencitraan

Kombinasi Aperture dan shutter speed untuk menangkap citra dalam situasi lingkungan cahaya yang berbeda

Page 12: Sistem Pencitraan Untuk Menangkap Citra Polarisasi

Fundamental Polarisasi Cahaya

Dua Penyebab Utama Polarisasi Cahaya

Polarisasi oleh pantulan cahaya dari suatu permukaan

Hukum Fresnel digunakan sebagai dasar untuk menghitung status polarisasi akibat pantulan.

Polarisasi oleh hamburan cahaya pada atmosfir di langit atau pada bawah air

Berdasarkan teori Rayleigh, derajat polarisasi akan mencapai 100 % jika sudut hamburnya 90° (panel bawah kiri), dan sebagian sudut hambur yang lainnya akan menyebabkan cahaya terpolarisasi dengan derajat polarisasi yang lebih rendah (panel kanan bawah).

Page 13: Sistem Pencitraan Untuk Menangkap Citra Polarisasi

Fundamental Polarisasi Cahaya

1. Menghitung Status Polarisasi Metode Wolff

Fase Polarisasi

Intensitas Polarisasi

Polarisasi Parsial (Derajat Polarisasi)

I0, I45 dan I90 adalah intensitas cahaya yang dipilih sebagai referensi untuk memperoleh parameter derajat polarisasi dan fase polarisasi.

Page 14: Sistem Pencitraan Untuk Menangkap Citra Polarisasi

Fundamental Polarisasi Cahaya

2. Menghitung Status Polarisasi Metode Morel Polarisasi cahaya pun dapat dihitung dengan

memanfaatkan stokes parameter.

= Fase Polarisasi I = Intensitas Polarisasi = Polarisasi Parsial (Derajat Polarisasi)

Metode ini dapat meningkatkan detail informasi polarisasi yang bisa ditangkap dengan memanfaatkan metode least mean square terhadap rangkaian citra intentitas dengan sudut lensa polarizer yang berbeda.

Page 15: Sistem Pencitraan Untuk Menangkap Citra Polarisasi

Fundamental Polarisasi Cahaya

Manfaat Ekstrak Informasi Polarisasi : Klasifikasi Material deskriminasi dielektrik

(karet, plastik, keramik) dengan metal Shape from Polarization rekonstruksi 3D

dari polarisasi akibat pantulan Kompas cahaya Dan lain-lain

Page 16: Sistem Pencitraan Untuk Menangkap Citra Polarisasi

Sistem Pencitraan untuk Polarisasi

Skenario Umum pengambilan citra polarisasiSkenario Umum pengambilan citra polarisasi Dilakukan dengan mengambil citra minimal tiga

kali (Wolff, 1995) atau lebih, dengan filter polarisasi diset pada sudut yang berbeda-beda orientasinya.

Jika hanya mengambil tiga citra, biasanya orientasi polarizer diset pada 0°, 45° dan 90°. Namun jika lebih dari dari itu, polarizer stepnya diatur dengan perbedaan mulai 5° ,10° dan seterusnya sesuai dengan keperluan.

Page 17: Sistem Pencitraan Untuk Menangkap Citra Polarisasi

Sistem Pencitraan untuk Polarisasi

1. Akuisisi Optik-mekanik1. Akuisisi Optik-mekanik Menggunakan kamera dengan

menambahkan komponen filter polarisasi linier yang dapat dirotasikan secara mekanis di depan lensa kamera tersebut.

Desain kamera seperti ini kemudian digunakan untuk menangkap beberapa jenis citra obyek yang sama dengan orientasi polarisasi yang berbeda, dengan cara mengubah orientasi filternya.

Page 18: Sistem Pencitraan Untuk Menangkap Citra Polarisasi

Sistem Pencitraan untuk Polarisasi

2. Akuisisi Optik-elektronik2. Akuisisi Optik-elektronik kamera yang digunakan

dilengkapi dengan sensor yang mengatur orientasi polarisasi secara elektronis.

Teknik ini, menggunakan liquid crystal (Wolff & Andreou, 1995), yaitu dengan memanfaatkan dua twisted nematic (TN) liquid crytal yang diletakkan di depan CCD kamera.

TN adalah suatu alat elektro-optik yang akan mengendalikan komponen cahaya parsial linear polarisasi yang bergerak melaluinya. Komponen polarisasi dari citra akan segera

diketahui secara seri tanpa perlu melakukan rotasi secara mekanik filter polarisasi.

Page 19: Sistem Pencitraan Untuk Menangkap Citra Polarisasi

Sistem Pencitraan untuk Polarisasi

2. Akuisisi Optik-elektronik 2. Akuisisi Optik-elektronik (Lanjutan)(Lanjutan)

Cara lain optik elektronik ini adalah dengan mengkombinasikan kamera dengan kristal buatan yaitu PLZT.

(Miyazaki, 2005)

PLZT adalah merupakan kristal buatan elektro-optik yang transparan dengan material keramik dan memiliki sifat-sifat birefringence (cahaya yang memiliki resolusi) yang membuat PLZT dapat berfungsi sebagai retarder dengan mengubah medan listrik.

Page 20: Sistem Pencitraan Untuk Menangkap Citra Polarisasi

Sistem Pencitraan untuk Polarisasi

3. Akuisisi Stereo3. Akuisisi Stereo Sistem stereo akan

memberikan perluasan pandangan dari suatu obyek, sehingga memungkinkan untuk mendapatkan informasi tidak hanya secara dua dimensi tetapi juga mendapatkan kedalaman dari suatu obyek.

Hal ini sangat penting untuk aplikasi-aplikasi rekonstruksi 3D dan juga segmentasi area.

Page 21: Sistem Pencitraan Untuk Menangkap Citra Polarisasi

Sistem Pencitraan untuk Polarisasi

3. Akuisisi Stereo 3. Akuisisi Stereo (Lanjutan)(Lanjutan)

Riset ini pada awalnya dilakukan oleh Wolff (1995) yaitu menggunakan pasangan stereo kamera dan pemisah berkas cahaya (beam splitter).

Setelah cahaya datang akan dipecah kedua arah dengan komponen polarisasi yang berbeda satu sama lain ke dua CCD kamera oleh beam splitter.

Satu jenis membawa informasi pantulan cahaya 45° dan satu lagi membawa informasi transamisi cahaya. Dengan 2 informasi ini, maka didapatkan 2 jenis komponen polarisasi yaitu P (komponen polarsasi paralel dengan arah cahaya datang) dan S (komponen polarisasi tegak lurus dengan arah cahaya datang).

Page 22: Sistem Pencitraan Untuk Menangkap Citra Polarisasi

Sistem Pencitraan untuk Polarisasi

4. Akuisisi berdasarkan status 4. Akuisisi berdasarkan status CahayaCahaya

polarisasi cahaya umumnya diakibatkan oleh pantulan dan hamburan. Berdasarkan dua keadaan penyebab fenomena optik ini, para peneliti melakukan berbagai manipulasi lingkungan cahaya datang dengan mengatur sistem pencahayaan pada saat akuisisi citra.

Page 23: Sistem Pencitraan Untuk Menangkap Citra Polarisasi

Sistem Pencitraan untuk Polarisasi

4. Akuisisi berdasarkan status 4. Akuisisi berdasarkan status Cahaya Cahaya (Lanjutan)(Lanjutan)

polarisasi cahaya akibat oleh pantulan

Riset yang dilakukan oleh Hua chen (1998) dan Megumi (1999) ini, bertujuan untuk mengestimasi bentuk dari obyek transparan.

Proses instalasi dilakukan dengan meletakkan sumber cahaya pada posisi yang berlawanan dengan kamera yang diberi polarizer linier di depan lensanya

Hukum Fresnel : Sudut cahaya datang

dan sudut cahaya pantul dari obyek

sama.

Page 24: Sistem Pencitraan Untuk Menangkap Citra Polarisasi

Sistem Pencitraan untuk Polarisasi

4. Akuisisi berdasarkan 4. Akuisisi berdasarkan status Cahaya status Cahaya (Lanjutan)(Lanjutan)

polarisasi cahaya akibat oleh pantulan

Riset selanjutnya yang dilakukan oleh Miyazaki (2005) menambahkan sumber cahaya lebih dari satu untuk rekonstruksi 3D Obyek transparan

Page 25: Sistem Pencitraan Untuk Menangkap Citra Polarisasi

Sistem Pencitraan untuk Polarisasi

4. Akuisisi berdasarkan status 4. Akuisisi berdasarkan status Cahaya Cahaya (Lanjutan)(Lanjutan)

polarisasi cahaya akibat oleh hamburan Riset ini dilakukan oleh Usher et all (2001)

untuk mendapatkan informasi polarisasi dari langit biru.

Dengan cara mengambil referensi maksimal dan minimal terhadap pola polarisasi (e-vector) di langit, dimana sudut filter polarisasinya ortogonal (tegak lurus) terhadap sudut filter polarisasi yang pertama. Ini berarti mengambil polarisasi horisontal (0°) dan mengambil sudut polarisasi 90° (polarisasi vertikal), yaitu referensi dimana kita bisa melihat e-vector di langit dengan jelas, dan dimana kita tidak bisa melihatnya sama sekali. lalu citra akan diambil setiap 10°

Page 26: Sistem Pencitraan Untuk Menangkap Citra Polarisasi

Sistem Pencitraan untuk Polarisasi

4. Akuisisi berdasarkan status Cahaya 4. Akuisisi berdasarkan status Cahaya (Lanjutan)(Lanjutan)

polarisasi cahaya akibat oleh hamburan

Teknisnya :

1. Lensa fisheye ini lebih mudah dibandingkan dengan menggunakan kamera CCD biasa, karena lensa ini akan memungkinkan kita mendapatkan sudut penglihatan 180° terhadap langit.

2. Pada kamera juga dipasang filter polarisasi linier dalam bentuk cakram yang memiliki 3 sudut polarisasi yang berbeda (0°, 45°,90°) yang skalanya dapat diukur dengan mudah. (István Pomozi1, 2001)

filter polarisasi linier

Lensa FishEye

Page 27: Sistem Pencitraan Untuk Menangkap Citra Polarisasi

Sistem Pencitraan untuk Polarisasi

Teknisnya :

1. Pemasangan filter polarisasi yang sama dengan yang dilakukan pada kamera lensa fisheye

2. Pengambilan citra dengan menangkap tiga citra dengan sudut transmisi filter polarisasi yang berbeda-beda yang diatur dari rotator cakram filter polarisasi seperti pada fisheye.

3. Kamera diletakkan dengan posisi lensa tegak lurus menghadap sistem catadioptric.

4. Akuisisi berdasarkan status Cahaya 4. Akuisisi berdasarkan status Cahaya (Lanjutan)(Lanjutan)

polarisasi cahaya akibat oleh hamburan

Page 28: Sistem Pencitraan Untuk Menangkap Citra Polarisasi

Kategorisasi Teknik Sistem Pencitraan

set filter (mekanik dan elektronik), kuantitas kamera yang digunakan (kamera tunggal,

kamera stereo), metode ekstraksi informasi polarisasi (menghitung tiga

citra intensitas dengan orientasi berbeda dan menghitung stokes vektor),

Status cahaya datang (terdiri dari pantulan atau hamburan cahaya),

jenis lensa yang digunakan (lensa biasa, lensa fish eye, dan sistem Catadioptric).

Kumpulan teknik sistem pencitraan untuk menangkap citra terpolarisasi ini dapat dikategorikan dalam lima bagian, yaitu teknik berdasarkan :

Page 29: Sistem Pencitraan Untuk Menangkap Citra Polarisasi

Perbandingan Sistem Pencitraan untuk Polarisasi cahaya

Page 30: Sistem Pencitraan Untuk Menangkap Citra Polarisasi

Terima Kasih