SISTEM PENGELOLAAN ASRAMA TRANSIT CALON...

109
SISTEM PENGELOLAAN ASRAMA TRANSIT CALON JAMAAH HAJI PADA DITJEN PENYELENGGARA HAJI DAN UMRAH KEMENTERIAN AGAMA RI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos) Disusun Oleh : Muhammad Fikri ‘Ainun Najib NIM : 1113053000006 JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMROH FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017 M/1439 H

Transcript of SISTEM PENGELOLAAN ASRAMA TRANSIT CALON...

  • SISTEM PENGELOLAAN ASRAMA TRANSIT CALON

    JAMAAH HAJI PADA DITJEN PENYELENGGARA HAJI

    DAN UMRAH KEMENTERIAN AGAMA RI

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

    Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

    Disusun Oleh :

    Muhammad Fikri ‘Ainun Najib

    NIM : 1113053000006

    JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

    KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMROH

    FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

    HIDAYATULLAH JAKARTA

    2017 M/1439 H

  • SISTEPI PENGELOLAAN ASRAPIA TRANSIT CALONJAPlhAH HAJIPADA DITJEN PENⅦLENGGARA HAJI

    DAN■IMRAH KEMENTERIAN AGAMA RI

    Skripsi

    Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk MemenuhiPersyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

    Oleh:

    Muhammad Fikri`Ainun Nalib

    ll13053000006

    Di bawah Binibingan:

    JURUSAN MANAJEMEN DAKWAHKONSENTRASI MANAJEⅣ IEN HAJI DAN IIMROHFAKULTAS DAKWAH DANILMU KOMUNIKASI

    UNIVERSITASISLApI NEGERI SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA

    2017M/1439】I

    NIP。 19620817199032001

  • LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

    Skripsi yang berjudul Sistem Pengelolaan Asrama Transit Calon Jamaah Haji

    Pada Ditjen Penyelengara llaji da Umrah Kementerian Agama RI telah diujikan

    dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas

    Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 28 September 2017. Skripsi ini telahditerima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

    pada program studi Manajemen Dakwah Konsentrasi Manajemen Haji dan Umrah.

    Jakarta, 28 September 2017

    Sidang Munaqasyah

    Ketua Merangkap Anggota

    Penguji 1

    Anggota,

    Pembimbing

    Sekretaris Merangkap Anggota

    Penguji II

    Drso Cecep Castrawiiavan MA

    NIP:196708181998031002

    1996031001

    NIP:19620817199032001

  • LEⅣIBAR PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa :

    Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis yang diajukan untuk memenuhi salah satu

    persyaratan guna memperoleh Sarjana S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Semua sumber yang penulis gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai dengan

    ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Jika ditemukan dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli penulis atau

    merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

    yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Jakarta, 28 September 2017

    つ乙

    3.

    Muhammad Fikri Ainun Najib

  • i

    ABSTRAK

    M. Fikri „Ainun Najib, 1113053000006, “Sistem Pengelolaan Asrama Transit

    Calon Jamaah Haji pada Ditjen Penyelenggara Haji dan Umrah

    Kementerian Agama RI,”

    Pembangunan Asrama Haji di setiap provinsi didasarkan kepada tuntutan

    kebutuhan pemondokan untuk kesiapan operasional pemberangkatan dan

    pemulangan jamaah haji dalam rangkaian operasional pelayanan perjalanan haji

    dari tanah air sebelum berangkat ke Arab Saudi dan sebaliknya. Oleh karena itu,

    asrama haji mempunyai peranan dan fungsi yang sangat penting bagi upaya

    peningkatan pelayanan haji, yaitu sebagai sarana bagi kesiapan pemberangkatan

    calon jamaah, tempat processing CIQ (costum, migration, dan quarantine),

    mempersiapkan kondisi serta pemulihan fisik dan mental calon jamaah dalam

    rangka menghadapi perjalanan ibadah yang sangat melelahkan.

    Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana sistem pengelolaan

    Asrama Haji Transit Calon Jamaah Haji Pada Ditjen Penyelenggara Haji dan

    Umroh kementerian Agama RI dan Apa Faktor Penghambat dan Pendukung

    dalam Sistem Pengelolaan pada Ditjen Penyelenggara Haji dan Umroh

    Kementerian Agama RI. Bagaimana pelayanan Asrama transit Haji terhadap

    jamaah haji pada saat musim haji dan masyarakat umum saat diluar musim haji.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji secara seksama mengenai

    sistem pengelolaan asrama haji transit, sehingga secara praktis dan akademis

    dapat menjadi pengetahuan dan sebagai bahan masukan dalam teknis pengelolaan

    asrama haji.

    Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan kualitatif,

    yang menghasilkan data deskriptif dengan menggunakan teknik pengumpulan

    data berupa observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Peneliti mengamati

    langsung subjek yang diteliti dengan melakukan wawancara oleh pihak Karyawan

    dan Staff Kementerian Agama RI bagian Dalam Negeri khususnya bagian asrama

    Haji, dan bersumber pula pada buku-buku yang dapat menunjang kelengkapan

    data.

    Sistem pengelolaan asrama transit berjalan dengan baik, dan sangat

    maksimal, meskipun ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan rencana yang

    sudah dibuat sebelumnya, tetapi secara keseluruhan pengelolaan asrama haji yang

    dilihat dari tiga unsur yakni input, process, output berjalan dengan baik.

    Kata Kunci : Sistem, Pengelolaan, Asrama Haji.

  • KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, puji dan syukur Ilahi Rabbi penulis haturkan kepada Allah

    SWT atas karunia dan nikmat-Nya skripsi ini terselesaikan. Dengan sadar, penulis

    mengakui bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna. Penulis mengucapkan ribuan

    terima kasih kepada semua pihak khususnya para pembimbing yang telah

    mendorong penuis menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, penulis menyampaikan

    ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan setulus hati kepada

    beberapa pihak, khususnya:

    1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu

    Komunikasi, Bapak Suparto, M.Ed. Ph.D selaku Wakil Dekan I Bidang

    Akademik, Ibu Dr. Raudhonah, M. Ag. selaku Wakil Dekan II Bidang

    Administrasi Umum, Bapak Dr. Suhaimi M.Si Selaku Wakil Dekan III

    Bidang Kemahasiswaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA, selaku Ketua Jurusan Manajemen

    Dakwah, Bapak Drs. Sugiharto, MA, selaku sekretaris Jurusan Manajemen

    Dakwah, yang telah membantu penulis menyelesaikan studi di Konsentrasi

    Manajemen Haji dan Umrah.

    3. Bapak Dr. Sihabuddin Noor, MA selaku Dosen Pembimbing Akademik

    yang telah membantu memberikan arahan untuk memulai menyusun

    skripsi kepada penulis.

    4. Ibu Dra. Hj. Mastanah, M.Si selaku dosen pembimbing yang dengan sabar

    telah banyak memberikan saran dan masukan kepada penulis dan ikhlas

  • meluangkan waktunya untuk membimbing serta memberikan arahan dan

    petunjuk yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam penyusunan skripsi

    ini.

    5. Seluruh Dosen Penguji Munaqosyah, Ketua Sidang Munaqosyah,

    Sekretaris yang telah menguji skripsi penulis, memberikan kesempatan

    kepada penulis untuk mempersentasikan hasil skripsi ini.

    6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas

    Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya jurusan Manajemen

    Dakwah konsenterasi Manajemen Haji dan Umrah (MHU) yang selama ini

    telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis, semoga dapat

    bermanfaat dan penulis dapat mengamalkan kembali

    7. Para Pegawai Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan

    Perpustakaan Umum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    yang telah melayani peminjaman buku-buku sebagai bahan referensi

    dalam penyusunan skripsi.

    8. Para Pegawai dan staff di Kementerian Agama RI khususnya Ditjen

    Penyelenggaraan Haji dan Umroh yang sudah membantu proses

    pembuatan skripsi dengan penuh sabar melayani kami sampai berakhirnya

    skripsi.

    9. Kedua orang tuaku yang tercinta dan tersayang yakni Bapak saya Khoirul

    Huda dan Ibu Masruroh, mendoakan dengan setulus hati serta yang selalu

    memberikan bantuan baik secara materil maupun moril sehingga penulis

    dapat menyelesaikan Studi Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

  • 10. Untuk teman-teman seperjuangan MHU-2013. Dari kalianlah penulis bisa

    mendapatkan berbagai ilmu, pengalaman, inspirasi dan kenangan-

    kenangan yang tidak bisa dilupakan. Kalianlah yang sudah memberikan

    semangat kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

    11. Untuk Guru Sehat KAHFI BBC Motivtor School beserta Dosen Wali dan

    para asisten serta teman-teman dari angkatan 13-18 yang selalu

    memberikan ilmu, motivasi dan semangat untuk selalu berpikir dan

    berbuat posistif disetiap segala aktivitas,

    Tanpa dukungan mereka semua skripsi ini tidak akan terwujud. semoga

    doa dan dukungan dari semuanya dibalas oleh Allah SWT.

    Dan penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam

    memperkaya khasanah keilmuan ilmu di bidang Manajemen Dakwah. Penulis

    juga mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

    Jakarta, September 2017

    Muhammad Fikri Ainun Najib

  • DAFTAR ISI

    ABSTRAK ..................................................................................................... i

    KATA PENGANTAR ................................................................................. ii

    DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1 B. Batasan Masalah................................................................................. 4 C. Rumusan Masalah .............................................................................. 5 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................

    1. Tujuan Penelitian ......................................................................... 5 2. Manfaat Penelitian ....................................................................... 5

    E. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 6 F. Metodologi Penelitian ....................................................................... 7 G. Sistematika Penulisan ...................................................................... 10

    BAB II LANDASAN TEORI

    A. Sistem ............................................................................................... 12 1. Pengertian Sistem ....................................................................... 12 2. Karakteristik Sistem .................................................................. 14 3. Klasifikasi Sistem ...................................................................... 16

    B. Pengelolaan ..................................................................................... 17 1. Pengertian Pengelolaan .............................................................. 17 2. Fungsi Pengelolaan ................................................................... 18

    C. Asrama Haji .................................................................................... 19 1. Pengertian Asrama Haji ............................................................ 19 2. Klasifikasi Asrama Haji ............................................................. 20 3. Pengelolaan Asrama Haji .......................................................... 23

    D. Jamaah Haji ..................................................................................... 30 1. Pengertian Jamaah Haji ............................................................. 30 2. Persyaratan Masuk Asrama Haji ............................................... 32

    BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG DIREKTORAT JENDERAL

    PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMROH KEMENTERIAN AGAMA

    REPUBLIK INDONESIA

    A. Sejarah Berdirinya Ditjen PHU Kementerian Agama RI ................33 B. Visi, Misi Ditjen PHU Kementerian Agama RI............................... 39

    1. Visi Ditjen PHU Kementerian Agama RI ................................. 40 2. Misi Ditjen PHU Kementerian Agama RI ................................ 41

    C. Tugas Pokok dan Fungsi Ditjen PHU Kementerian Agama RI ....... 42 D. Tugas dan Fungsi Direktorat Pelayanan Haji Dalam Negeri .......... 43 E. Susunan Organisasi Ditjen PHU Kementerian Agama RI ............... 44 F. Kebijakan Direktorat Jenderal Penyelenggaran Haji dan Umrah

    dalam Pengelolaan Asrama Haji ..................................................... 45

  • BAB IV HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN

    A. Sistem Pengelolaan Asrama Transit................................................. 54 1. Input .......................................................................................... 56 2. Proses ........................................................................................ 64 3. Output ........................................................................................ 66

    B. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam System Pengelolaan ......... 1. Faktor Pendukung ..................................................................... 74 2. Faktor Penghambat .................................................................... 75

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ..................................................................................... 76 B. Saran ................................................................................................ 77

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah Secara terminologi, haji adalah perjalanan ibadah mengunjungi Ka’bah dan

    sekitarnya di kota Mekkah untuk melakukan berbagai ritual seperti thawaf, sa’i,

    wukuf di Arafah dan sebagainya. ibadah haji wajib ditunaikan oleh setiap muslim

    yang mampu sebagaimana yang telah termaktub dalam surah Ali Imran ayat 97 yang

    berbunyi:

    Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi)

    orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari

    (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (Tidak memerlukan sesuatu)

    dari semesta alam. (Q. S Al-Imran: 97)

    Ibadah haji merupakan rukun Islam kelima yang wajib dilaksanakan oleh

    orang Islam yang memenuhi syarat Istita’ah sebagaimana yang tertera di ayat diatas

    yakni mampu tidak hanya dari segi finansial melainkan juga dari aspek fisik dan

    mental. Di samping itu, kesempatan untuk menunaikan Ibadah Haji yang semakin

    terbatas juga menjadi syarat dalam menunaikan kewajiban haji. Sehubungan dengan

    hal tersebut, penyelenggaraan ibadah haji harus didasarkan pada prinsip keadilan

    untuk memberikan kesempatan yang sama kepada calon Jemaah haji dalam

    memberikan pelayanan yang terbaik.

  • 2

    Penyelenggaraan ibadah haji merupakan tugas nasional karena jumlah calon

    Jemaah haji yang sangat besar dan dapat dikatakan juga sangat kompleks dan terkait

    karena tidak hanya berkaitan dengan karakteristik jamaah yang beragam, dan

    melibatkan lembaga juga instansi baik dalam maupun luar negeri, serta berkaitan

    dengan hubungan bilateral Indonesia – Arab Saudi, persiapan pemberangkatan,

    akomodasi darat dan udara sejak di Indonesia dan selama berada di Arab Saudi,

    kesehatan,penunjukan tugas, pelayanan kesehatan, manasik haji, administrasi, dan

    masih banyak hal lain yang mendukung dan mensukseskan terselanggaranya ibadah

    haji, baik dalam segi pemberangkatan maupun pemulangan ibadah haji. Karena

    keperluan itu, penyelenggaraan ibadah haji kemudian diatur dalam undang-undang

    dan penyelenggaraannya dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat. Tantangan

    utamanya adalah bagaimana mengorganisasikan penyelenggaraan ibadah haji

    sehingga masyarakat/calon jamaah haji Indonesia yang menunaikan ibadah haji

    mendapatkan pelayanan yang sebaik-baiknya.1

    Adapun pelayanan yang harus dikelola dan salah satu yang begitu kompleks

    yakni terkait dengan pelayanan akomodasi calon jamah haji Indonesia. Akomodasi

    bagi Jamaah Haji merupakan kebutuhan dasar setelah konsumsi dan sandang yang

    banyak memakan biaya dalam komponen BPIH menempati urutan kedua setelah

    biaya angkutan udara. Sebelum pemberangkatan ke Arab Saudi, Jamaah Haji

    diasramakan dimasing-masing asrama haji embarkasi maksimal selama 24 jam

    sebelum penerbangan ke Arab Saudi.

    1 Muhammad M. Basyumi, Reformasi Manajemen Haji (Jakarta: FDK Press. 2008), h. 107

  • 3

    Fungsi Asrama Haji selain sebagai tempat pemulihan kesehatan (recovery)

    dan peristirahatan setelah melakukan perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan

    dari daerah asal masing-masing jamaah, juga sebagai tempat penyelesaian proses

    penerbangan untuk perjalanan keluar negeri (chek-in). kegiatan selama di asrama haji

    meliputi penyelesaian dokumen perjalanan paspor haji oleh pihak imigrasi,

    pemerikasaan barang bawaan oleh bea dan cukai, pemberian bekal hidup (living cost),

    pemeriksaan kesehatan akhir dan pemantapan manasik. Keperluan akomodasi dan

    konsumsi selama berada di Asrama Haji embarkasi ditanggung oleh pemerintah

    karena termasuk dalam komponen BPIH.

    Asrama Haji terdiri dari dua kelas, yaitu asrama Haji Embarkasi dan Asrama

    Haji Transit. Asrama Haji Embarkasi adalah tempat pemondokan sekaligus tempat

    operasional pemberangkatan dan pemulangan haji, sejak dari kegiatan penerimaan

    sampai pemberangkatan ke pelabuhan embarkasi dan sebalikanya penerimaan dari

    waktu kedatangan dan kesiapan kembali ketempat asal jamaah. Kebijakan

    pengasramaan di embarkasi ini disamping dimaksudkan untuk proses reservation

    termasuk kelengkapan dokumen perjalanan dan pemberian living cost, juga untuk

    pemulihan kebugaran jamaah dan pemberian bimbingan praktis manasik. Dewasa ini

    asrama haji embarkasi terdapat di sembilam tempat, yaitu: Banda Aceh, Medan,

    batam, Jakarta-Pondok Gede, Jakarta-Bekasi, Solo, Surabaya, Makassar, Balikpapan

    dan Menyusul Banjarmasin.2

    Namun seiring berjalannya waktu, menurut data dari Kementerian Agama RI,

    Direktorat Pelayanan Haji, Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh, dalam buku

    2 Muhammad M. Basyumi, Reformasi Manajemen Haji (Jakarta: FDK Press. 2008), h. 107

  • 4

    Profil Asrama Haji Embarkasi dan Transit, maka pada tahun 2009 Asrama Haji

    Embarkasi bertambah menjadi 13 Asrama, yaitu Padang, Palembang, Mataram.3

    Disamping Asrama Haji Embarkasi tersedia pula Asrama Provinsi atau

    Transit, yaitu tempat pemondokan sementara calon Jamaah Haji untuk kesiapan

    pemberangkatan ke Asrama Haji Embarkasi sesuai kloter atau jadwal penerbangan.

    Dalam rangka pengelolaan Asrama Haji, Kementerian Agama RI membentuk

    Badan Pengelola Asrama Haji di Lingkungan Kementerian Agama RI yang disingkat

    BPAH Embarkasi dan BPAH Transit. BPAH dibentuk dalam rangka mengamankan,

    memelihara dan menjaga asset pemerintah, sehingga dapat berdayaguna secara efektif

    terutama untuk kepentingan misi pelayanan Haji dan mengatur pemanfaatan diluar

    musim Haji secara swakelola dan swadana. Pembentukan BPAH dan manajemen

    pengelolaan Asrama Haji diatur Direktur Jendral Bimas Islam dan Penyelenggaraan

    Haji. Diluar musim Haji, Asrama Haji dapat dimanfaatkan oleh masyarakat terutama

    umat Islam, Lembaga Sosial, Intansi Pemerintah seperti untuk keperluan kegiatan

    pesta pernikahan, seminar, kongress, pelatihan atau penataran, penampungan atlit dan

    kegiatan lainya, termasuk untuk keperluan penelitian dari perguruan tinggi secara

    proporsional.4

    Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

    mengenai pengelolaan Asrama transit dan menuangkanya dalam bentuk skripsi yang

    3 Departemen Agama RI, Direktorat Pelayanan Haji, Ditjen Penyelenggaraan haji dan Umroh,

    Profil Asrama Haji Embarkasi dan Transit, (Jakarta: Ditjen haji dan Umroh, 2009), h.6 4 Muhammad M. Basyumi, Reformasi Manajemen Haji (Jakarta: FDK Press. 2008), h. 108-

    109

  • 5

    berjudul “Sistem Pengelolaan Asrama Transit Calon Jamaah Haji Pada Ditjen

    Penyelengara Haji dan Umrah Kementerian Agama RI”.

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

    Dalam hal ini penulis memberikan batasan dan perumusan masalah sebagai

    berikut:

    1. Pembatasan Masalah

    Dari berbagai macam pengelolaan yang ada di dalam asrama transit, seperti

    pengelolaan keuangan, pengelolaan karyawan, dll. Penulis membatai masalah

    pada penelitian ini diambil agar penelitian yang penulis lakukan lebih terarah

    dan terperinci, penulis akan membatasi permasalahan yakni pada sistem

    pengelolaan sarana dan prasarana asrama transit haji. penetian memfokuskan

    tentang sejauh mana sistem pengelolaan asrama transit haji.

    2. Rumusan Masalah

    Dari pembatasan masalah tersebut dapat dirumuskan bahwa pokok-pokok

    permasalahan yang dibahas adalah sebagai berikut:

    a. Bagaimana Sistem Pengelolaan Asrama Transit pada Ditjen Penyelenggara

    Haji dan Umrah Kantor Kementerian Agama RI?

    b. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam sistem pengelolaan pada Ditjen

    Penyelenggara Haji dan Umrah Kementerian Agama RI?

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, adapun tujuan

    dan manfaat skripsi ini secara umum adalah sebagai berikut:

  • 6

    1. Tujuan Penelitian

    Dari permasalahan yang dijelaskan di atas, ada dua tujuan yang menjadi acuan

    penulis, yaitu:

    a. Untuk mengetahui Sistem Pengelolaan Asrama Transit pada Ditjen

    Penyelenggara Haji dan Umrah Kantor Kementerian Agama RI.

    b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam Sistem

    Pengelolaan Asrama Transit pada Ditjen Penyelenggara Haji dan Umrah

    Kantor Kementrian Agama RI.

    2. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini memiliki nilai manfaat secara teoritis dan praktis diantaranya:

    a. Teoritis

    Menambah khasanah ilmu Pengetahuan dalam memperoleh informasi

    tentang sistem pengelolaan asrama transit yang disediakan untuk para

    calon jemaah haji.

    b. Praktis

    1) Asrama Transit Kementerian Agama

    Memudahkan pengurus/panitia penyelenggara ibadah haji dari

    kementerian agama mengelola secara menyeluruh calon ibadah haji

    yang hendak berangkat pada tahun keberangkatan.

    2) Calon Jamaah Haji

    Memudahkan calon jamaah haji untuk bisa beristirahat sejenak

    sembari menunggu kedatangan calon jamaah yang lain, sebelum

    berangkat ke asrama embarkasi.

  • 7

    D. Metodologi Penelitian

    1. Metode Penelitian

    Metode yang diguakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan

    deskriptif. Sebagaimana pendapat Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy

    Moleong adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

    berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

    diamati5. Penelitian kualitatif deskriptif, dimana peneliti mendiskripsikan tentang

    objek dengan mencatat apa yang ada dalam objek penelitian kemudian

    memasukkannya dengan sumber data yang ada dalam objek penelitian (Suharsimi

    Arikunto, 2006:12)

    Maka dengan ini dituntut keterlibatan peneliti secara aktif dalam

    pengumpulan data penelitian. Yang dimaksudkan mengetahui informasi terkait

    Sistem Pengelolaan Asrama Transit pada Ditjen Penyelenggara Haji dan Umrah

    Kementerian Agama RI. Sedangkan untuk memperoleh data yang berkenaan

    dengan judul penelitian, penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai

    berikut:

    a. Library Research (pengumpulan data melalui kepustakaan), membaca

    buku-buku atau literatur yang berkaitan dengan tema skripsi, dalam hal ini

    bacaan yang berkaitan dengan strategi pemasaran.

    b. Field Research (penelitian lapangan), dengan data langsung,

    mengunjungi, mempelajari dan melakukan wawancara pada Ditjen

    Penyelenggara Haji dan Umrah Kementrian Agama RI.

    5 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h.4

  • 8

    2. Sumber Data

    a. Primer

    Merupakan data yang didapat dari sumber pertama, dari individu

    yaitu hasil wawancara atau hasil pengisian kuisioner yang dilakukan

    peneliti, yakni peneliti melakukan sendiri observasi dilapangan maupun

    auditorium.6

    Dalam penelitian ini penulis memperoleh data langsung dari yang

    Kantor Kementrian Agama RI dengan wawancara langsung kepada pihak

    Kantor.

    b. Sekunder

    Merupakan data yang diperoleh pihak lain, yang telah diolah lebih

    lanjut dan disajikan oleh pihak lain, yang digunakan penulis untuk

    memberikan gambaran tambahan, gambaran pelengkap, ataupun untuk

    diproses lebih lanjut.7

    Dalam penelitian ini penulis mengutip dari buku-buku, majalah, internet,

    dan lain sebagainya yang berisikan informasi mengenai Kantor

    Kementerian Agama RI.

    6 Dergibson Siagian Sugiarto, Metode Statistika Untuk Bisnis dan Ekonomi, Jakarta : PT.

    Gramedia Pustaka Utama 2000), hlm. 16. 7 Dergibson Siagian Sugiarto, Metode Statistika Untuk Bisnis dan Ekonomi, Jakarta : PT.

    Gramedia Pustaka Utama 2000), hlm. 17.

  • 9

    3. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Adapun lokasi penelitian ini di Kantor Kementerian Agama RI, Jl.

    Lapangan Banteng Barat No. 3-4, Jakarta Pusat 10710. Penelitian

    dilaksanakan pada tanggal 10 September 2017 sampai 10 Oktober 2017.

    4. Teknik Pengumpulan Data

    a. Observasi

    Observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung ke

    lapangan dengan mendatangi narasumber yakni, pada Kantor

    Kementerian Agama RI, hal ini guna mengetahui keadaan sebenarnya

    yang terjadi pada lokasi penelitian berkaitan dengan Sistem Pengelolaan

    Asrama Transit pada Ditjen Penyelenggara Haji dan Umroh Kantor

    Kementerian Agama RI.

    Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan

    responden. Komunikasi langsung dalam bentuk tanya-jawab dalam

    hubungan tatap muka, dan meminta informasi atau menggali informasi

    secara langsung kepada Ditjen Penyelenggara Haji dan Umroh di Kantor

    Kementerian Agama RI, untuk mendapatkan data yang valid dan sah.

    b. Dokumentasi

    Dokumentasi merupakan bagian dimana peneliti meminta data

    kepada lembaga yang diteliti yakni Kantor Kementerian Agama RI sesuai

    judul yang dibahas.

  • 10

    5. Teknik Penulisan

    Sebagai pedoman dalam penulisan ini, penulis merujuk pada buku.

    “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (CeQDA)” Fakultas Dakwah dan

    Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.

    E. Tinjauan Pustaka

    Sebelum melakukan penelitian ini, penulis mengadakan tinjauan pustaka

    terhadap beberapa skripsi yang memiliki kemiripan dalam judul, antara lain:

    1. Nur Syamsiah (106053002010), “Analisis Politik, Ekonomi, Sosial, dan

    Teknologi (PEST) Pada Pengelolaan Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi

    ” Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta 2010 M/ 1431 H.

    Isi pokok dari skripsi ini membahas tentang bagaimana perspektif

    PEST (Politik, Ekonomi, Sosial, dan Teknologi) pada pengelolaan Asrama

    Haji embarkasi Jakarta-Bekasi. Dan pengaruh pendapatan terhadap

    pengelolaan asrama haji, serta mngetahui strategi pengembangan asrama haji

    dalam mewujudkan visi Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat.

    2. Rahmawati (1111053100017), “Manajemen Pelayanan Panitia

    Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Jakarta Pada Musim Haji

    Tahun 2014” Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Ilmu

    Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2015 M/1436 H.

    Isi skripsi ini membahas tentang penerapan manajemen pelayanan

    yang dilakukan oleh PPIH Embarkasi Jakarta Tahun 2014. Dinilai dari

    penerapan perencanaan, pengorganisasian yang sudah koordinasi,

  • 11

    penggerakan, pengawasan, dan evaluasi. Beberapa aspek pelayanan yang

    diberikan kepada jamaah haji adalah meliputi pelayanan masuk asrama,

    kesehatan, akomodasi, konsumsi, bimbingan manasik ibadah, paspor haji,

    gelang identitas, living cost, biaya hidup selama di Arab Saudi, dan

    keberangkatan ke bandara Halim Perdana Kusuma.

    3. Maisurih (1110053100029),“Manajemen Pelayanan Jamaah Haji Pada

    Asrama Haji Embarkasi DKI Jakarta Pondok Gede Tahun 2014.” Prodi

    Manajemen Dakwah Konsentrasi Manajemen Haji & Umrah Fakultas

    Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014 M

    Fokus skripsi ini membahas tentang penelitian yang bertujuan untuk

    mengetahui pelayanan jamaah haji pada asrama haji transit dalam

    memberikan pelayanan serta mengetahui yang menjadi faktor pendukung dan

    penghambat dalam memberikan pelayanan kepada calon jamaah haji.

    Dari ketiga kajian diatas, tidak ada yang membahas mengenai sistem

    pengelolaan asrama transit, terlebih dalam cakupan Kementerian Agama.

    untuk itu, penulis melakukan analisa ini.

    F. Sistematika Penulisan

    Sebagai gambaran tentang penulisan skripsi ini, penulisa telah menyusun

    menjadi lima bab. Masing-masing terdiri dari:

    BAB I : Pendahuluan

    Sebagai gambaran umum tentang penulisan skripsi. Pada bab ini

    diuraikan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan dan Batasan

  • 12

    Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Tinjauan

    Pustaka dan Sistematika Penulisan.

    BAB II: Landasan Teoritis tentang Sistem Pengelolaan Asrama Transit

    Terdiri dari : Pengertian, Karakteristik, dan Klasifikasi dari Sistem,

    Pengertian dan Fungsi Pengelolaan, Pengertian serta Klasifikasi

    Asrama Transit.

    BAB III: Gambaran Umum Ditjen Penyelenggara Haji dan Umrah

    Kementerian Agama RI

    Meliputi : Sejarah Singkat, Profil Perusahaan, Visi dan Misi, Struktur

    Organisasi, Prinsip Tata kelola Kementerian Agama RI.

    BAB IV: Analisis Sistem Pengelolaan Asrama Transit Calon Jamaah Haji

    Pada Ditjen Penyelenggara Haji dan Umrah Kementrian Agama

    RI.

    Membahas tentang Sistem Pengelolaan Asrama transit dilihat dari segi

    Input, Proses, dan Output, serta Faktor Pendukung dan Penghambat

    dalam Sistem Pengelolaan.

    BAB V: Penutup

    Memuat kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan

    memberikan saran yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas

    untuk memperoleh solusi atas permasalahan tersebut.

  • 13

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Definisi Sistem

    1. Pengertian Sistem

    Sistem merupakan sesuatu yang sangat dekat, selalu melekat dan

    selalu ada didalam kehidupan kita, baik kita sadari maupun tanpa kita

    sadari. Kita sendiri (manusia) bisa disebut dengan sistem khususnya

    sistem manusia, lingkungan tempat kita tinggal juga bisa disebut

    sistem bumi, proses belajar mengajar bisa disebut sebagai sistem

    proses belajar mengajar, kampus bisa disebut sebagai sistem

    universitas dan masih banyak contoh-contoh sistem lain yang terdapat

    disekitar kita.1

    Dilihat dari segi bahasa (etimologi) kata sistem berasal dari bahasa

    Yunani “Sistema” yang mengandung arti keseluruhan (a whole) yang

    tersusun dari sekian banyak bagian, berarti pola hubungan yang

    berlangsung diantara satuan-satuan atau komponen yang saling

    berhubungan secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan.2

    Gordon B. Davis dalam bukunya menyatakan, sistem bisa berupa

    abstrak atau fisik. Sistem yang abstrak adalah susunan yang teratur dari

    gagasan-gagasan atau konsepsi yang saling tergantung. Misalnya,

    sistem teologi adalah susunan yang teratur dari gagasan-gagasan

    1 Rohmat Taufiq, ST., M.Kom, Sisitem Informasi Manajemen, (Yogyakarta: Graha Ilmu,

    2013), Cetakan ke-1 h. 1 2 Tatang M. Amirin, Pokok-pokok Teori Sistem, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

    2001), cetakan ke-7 h. 15

  • 14

    tentang Tuhan, manusia, dan lain sebagainya. Sedangkan sistem

    yang bersifat fisik adalah serangkaian unsur yang bekerja sama untuk

    mencapai suatu tujuan. Norman L. Enger dalam bukunya menyatakan,

    suatu sistem dapat terdiri dari kegiatan-kegiatan yang berhubungan

    guna untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan seperti pengendalian

    inventaris atau penjadwalan produksi. Sedangkan Moenir menjelaskan

    “sistem sebagai suatu susunan atau rakitan komponen atau bagian-

    bagian yang membentuk suatu kesatuan yang utuh dengan sifat-sifat

    saling bergantung, saling mempengaruhi, dan saling berhubungan”.

    Sebagai suatu sistem, pengelola asrama berkewajiban mengolah input

    agar menghasilkan output. Suatu sistem dibangun atas beberapa unsur

    yang ada di dalamnya. Unsur-unsur yang terdapat dalam sistem

    mengacu pada model sistem tersebut. Unsur-unsur yang terdapat dalam

    model umum sistem diantaranya input, process, output.3

    Dengan demikian, definisi ini akan mempunyai peranan yang

    penting didalam pendekatan untuk mempelajari suatu sistem.

    Pendekatan sistem yang merupakan kumpulan elemen atau komponen

    atau subsistem merupakan definisi yang lebih luas. Definisi ini lebih

    banyak diterima karena kenyataannya suatu sistem dapat terdiri dari

    beberapa subsistem atau sistem-sistem bagian. Sebagai contoh, sistem

    akuntansi dapat terdiri dari beberapa subsistem, yaitu subsistem

    akuntasi penjualan, subsistem akuntasi pembelian, subsistem akuntansi

    penggajian, subsistem akuntansi biaya, dan lain sebagainya.

    3 H.A.S. Moenir, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, cet.IX, (Jakarta: Bumi

    Aksara, 2010), h.2.

  • 15

    Pendekatan sistem yang menekankan komponen akan

    memudahkan mempelajari suatu sistem untuk tujuan analisis dan

    perancangan suatu sistem. Suatu sistem mempunyai maksud tertentu.

    Ada yang menyebutkan, maksud suatu sistem adalah untuk mencapai

    suatu tujuan (goal) dan ada yang menyebutkan untuk mencapai suatu

    tujuan (objectives). Tujuan biasanya dihubungkan dengan ruang

    lingkup yang lebih luas dan sasaran dalam ruang lingkup yang lebih

    sempit. Bila merupakan suatu sistem yang utama, misalnya sistem

    bisnis, maka istilah goal lebih tepat diterapkan. Untuk sistem akuntansi

    atau sistem-sistem yang lain, yang merupakan bagian atau subsistem

    dari sistem bisnis, istilah objectives lebih tepat. Jadi, tergantung dari

    ruang lingkup dari mana memandang sistem tersebut.4

    Dengan ini penulis menyimpulkan bahwasanya yang dimaksud

    dengan sistem yang mengacu kepada pendapat Moenir adalah “Sistem

    sebagai suatu susunan atau rakitan komponen atau bagian-bagian yang

    membentuk suatu kesatuan yang utuh dengan sifat-sifat saling

    bergantung, saling mempengaruhi, dan saling berhubungan”. Dan

    unsur-unsur yang terdapat dalam model umum sistem diantaranya

    input, process, output.

    2. Karakteristik Sistem

    Setelah sistem memiliki karakteristik atau sifat-sifat tertentu, yang

    mencirikan bahwa hal tersebut bisa dikatakan sebagai suatu sistem.

    4 Tata Sutabri, S. Kom., MM, Sistem Informasi Manajemen, (Yogyakarta: ANDI, 2005),

    h. 9-11

  • 16

    Adapan karakteristik yang dimaksud adalah :

    a. Komponen sistem

    Suatu sisitem terdiri dari sejumlah komponen yang saling

    berinteraksi, artinya saling kerja sama membentuk satu kesatuan.

    b. Batasan sistem

    Ruang lingkup sistem merupakan daerah yang membatasi antara

    sistem dengan sistem atau sistem dengan lingkungan luarnya.

    c. Lingkungan luar sistem

    Bentuk apapun diluar lingkup atau batasan sistem yang

    mempengaruhi operasi sistem tersebut disebut lingkaran luar

    sistem.

    d. Penghubung sistem

    Media yang menghubungkan sistem dengan subsistem lain disebut

    penghubung sistem atau interface.

    e. Masukan sistem

    Energi yang dimasukkan ke dalam sistem disebut dengan masukan

    sistem, yang dapat berupa peralihan.

    f. Keluaran sistem

    Hasil energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran

    yang berguna. Keluaran ini merupakan masukan bagi subsistem

    yang lain.

    g. Pengolah sistem

    Suatu sistem yang mempunyai suatu proses yang akan mengubah

    masukan menjadi keluaran.

  • 17

    h. Sasaran sistem

    Suatu sistem memiliki tujuan dan sasaran yang pasti dan bersifat

    deterministic.

    3. Klasifikasi Sistem

    a. Sistem Abstrak dan Sistem Fisik

    Jika dilihat dari bentuknya, sistem bisa dibagi menjadi dua yaitu

    sistem abstrak dan fisik. Sistem abstrak merupakan suatu sistem

    yang tidak bisa dipegang atau dilihat secara kasat mata atau lebih

    sering disebut dengan prosedur. Sedangkan sistem fisik merupakan

    sistem bisa dilihat dan bisa dipegang oleh indera. Contoh dari

    sistem fisik yaitu sistem komputer, sistem akuntansi, sistem

    transportasi dan lain-lain.

    b. Sistem Dapat Dipastikan

    Sistem dapat dipastikan merupakan suatu sistem yang input proses

    dan output-nya sudah ditentukan sejak awal. Sudah di

    deskripsikan dengan jelas apa input-nya bagaimana cara prosesnya

    dan harapan yang menjadi output-nya seperti apa.

    Sedangkan sistem tidak dapat dipastikan merupakan sistem yang

    belum terdefinisi dengan jelas salah satu dari input-proses-output

    atau ketiganya belum terdefinisi dengan jelass.

    c. Sistem Tertutup dan Sistem Terbuka

    Sistem tertutup dan sistem terbuka yang membedakan adalah ada

    faktor-faktor yang mempengaruhi dari luar sistem atau tidak, jika

  • 18

    tidak ada faktor-faktor yang mempengaruhi dari luar itu bisa

    disebut dengan sistem tertutup. Tetapi jika ada pengaruh

    komponen dari luar disebut sistem terbuka.5

    B. Pengelolaan

    1. Pengertian Pengelolaan

    Pengelolaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu sebagai

    berikut:

    a. Proses, cara, perbuatan mengelola.

    b. Proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakan tenaga

    orang lain.

    c. Proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan

    organisasi.

    d. Proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat

    di kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.6

    Seperti dikutip dalam buku Rahardjo Adisasmita yang berjudul,

    pengelolaan pendapatan dan anggaran daerah, menurut Soekanto

    adalah suatu proses yang dimulai dari perencanaan, pengaturan,

    pengawasan, penggerak sampai dengan proses terwujudnya tujuan.

    Seperti dikutip dalam buku Rahardjo Adisasmita yang berjudul,

    pengelolaan pendapatan dan anggaran daerah, menurut Prajudi adalah

    suatu perencanaan diperlukan untuk penyelesaian suatu tujuan kerja

    tertentu.

    5 Rohmat Taufiq, ST., M.Kom, Sisitem Informasi Manajemen, (Yogyakarta: Graha Ilmu,

    2013), Cetakan ke-1 h. 8-9 6 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Indonesia, h. 534

  • 19

    Seperti dikutip dalam buku Rahardjo Adisasmita yang berjudul,

    pengelolaan pendapatan dan anggaran daerah, menurut Balderton

    adalah menggerakkan, mengorganisasikan dan mengarahkan usaha

    manusia untuk memanfaatkan secara efektif material dan fasilitas

    untuk mencapai suatu tujuan.7

    Penulis menyimpulkan bahwasanya pengelolaan merupakan suatu

    proses yang dijalankan untuk mengerjakan suatu hal yang didasari

    dengan perencanaan, pengaturan, pengawasan dan penggerakan, serta

    memanfaatkan sumberdaya manusia dan mengefektifkan material dan

    fasilitas untuk mendapatkan tujuan tertentu.

    2. Fungsi Pengelolaan

    Secara umum, pengertian manajemen dan pengelolaan hampir

    sama yaitu proses mengelola. Sama halnya dengan fungsi manajemen

    dengan fungsi pengelolaan.

    Berikut ini adalah empat fungsi manajemen atau fungsi

    pengelolaan dalam buku Siswanto yang berjudul pengantar manajemen

    menurut George Terry, yaitu:

    a. Perencanaan (Planning)

    Perencanaan yaitu sebagai dasar pemikiran dari tujuan dan

    penyusunan langkah-langkah yang akan dipakai untuk mencapai

    tujuan. Merencanakan berarti mempersiapkan segala kebutuhan,

    memperhitungkan matang-matang apa saja yang menjadi kendala

    7 Rahardjo Adisasmita, Pengelolaan Pendapatan Anggaran Daerah, (Yogyakarta: Graha

    Ilmu, 2006) h. 24

  • 20

    dan merumuskan bentuk pelaksanaan kegiatan yang bermaksud

    untuk mencapai tujuan.

    b. Pengorganisasian (Organization)

    Pengorganisasian adalah sebagai cara untuk mengumpulkan

    orang-orang dan juga menempatkan mereka sesuai keahlianya

    dalam pekerjaan yang sudah direncanakan.

    c. Penggerakkan (Actuating)

    Penggerakan yaitu untuk menggerakkan organisasi agar

    berjalan sesuai dengan pembagian kerja masing-masing serta

    menggerakkan seluruh sumber daya yang ada dalam organisasi

    agar pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan bisa berjalan sesuai

    rencana dan bisa mencapai tujuan.

    d. Pengawasan (Controlling)

    Pengawasan yaitu untuk mengawasi apakah gerakan dari organisasi

    ini sudah sesuai dengan rencana atau belum. Serta mengawasi

    penggunaan sumber daya dalam organisasi agar bisa terpakai

    secara efektif dan efisien tanpa ada yang melenceng dari rencana.8

    C. Asrama Haji

    1. Pengertian Asrama Haji

    Dalam kamus besar bahasa Indonesia Asrama berarti bengunan

    tempat tinggal bagi kelompok orang untuk sementara waktu, terdiri atas

    sejumlah kamar dan dipimpin oleh seorang kepala asrama.9

    8 Siswanto H.B, Pengantar Manajemen, (Bandung: Bumi Akasara, 2005), h. 57

    9 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

    Pustaka, 2005), Edisi ke-3, h.72

  • 21

    Sedangkan menurut Fachruddin HS, pengertian Haji adalah

    sengaja berkunjung menziarahi Ka’bah (baitullah) yang terletak dalam

    Masjidil Haram di Makkah Al Mukarramah, dengan niat menunaikan

    ibadah haji yaitu rukun Islam yang kelima memenuhi perintah Allah.10

    Berdasarkan pengertian di atas, Asrama Haji adalah asrama yang

    dibangun oleh Kementerian Agama sebagai tempat Akomodasi, dalam hal

    ini sebagai tempat pengasramaan dan sebagai tempat penyelesaian semua

    dokumen-dokumen perjalanan, pada waktu pemberangkatan dan

    pemulangan jamah haji.

    2. Klasifikasi Asrama Haji

    Adapun pengklasifikasian asrama haji dibagi menjadi dua macam, yaitu:

    a. Asrama Haji Embarkasi

    Asrama haji embarkasi adalah tempat pemondokan sekaligus

    pelayanan operasional pemberangkatan dan pemulangan haji, sejak dari

    kegiatan penerimaan waktu kedatangan dan kesiapan kembali ke tempat

    asal jamaah.

    Pengasramaan embarkasi, disamping dimaksudkan untuk proses

    CIQ (Custom Immigration and Quarantine) termasuk kelengkapan

    dokumen perjalanan dan pemberian uang living cost, juga untuk

    pemulihan kelelahan fisik jamaah (reservasi) dan pemberian bimbingan

    praktis manasik haji yang dipraktikkan langsung oleh sarana yang telah

    tersedia, maupun proses perjalanan haji.

    10

    Fachruddin, Bimbingan Mental Bimbingan Al-Qur’an, (Jakarta: Bina Aksara, 1984),

    h.107

  • 22

    Kebijakan pengasramaan di embarkasi ini disamping dimaksudkan

    untuk reservation termasuk kelengkapan dokumen perjalanan dan

    pemberian living cost, juga untuk pemulihan kebugaran jamaah agar para

    jamaah haji dapat menjalankan ibadah haji dengan kondisi siap dan sehat.

    Selain itu juga memberi bimbingan praktis manasik, yang mana di asrama

    haji ini bimbingan manasik hanya sebagai pengulangan dan pemantapan,

    karena pada umumnya jamaah haji sudah menerimanya ketika berada di

    daerah masing-masing.

    Jumlah Asrama Haji yang ada saat ini terdiri dari 13 Asrama haji,

    yaitu:

    Tabel 2.1 Data Jumlah Asrama Haji Embarkasi Tahun 2010

    No Asrama Haji Kapasitas

    1. Banda Aceh 660 orang

    2. Medan 1650 orang

    3. Batam 1110 orang

    4. Jakarta – Pondok Gede 3991 orang

    5. Jakarta – Bekasi 1700 orang

    6. Surakarta 2408 orang

    7. Surabaya 2550 orang

    8. Ujung Padang 2048 orang

    9. Balik Papan 672 orang

    10. Banjarmasin 770 orang

    11. Padang 900 orang

  • 23

    S

    u

    Buku Profil Asrama Haji tahun 201011

    b. Asrama Provinsi atau Transit

    Asrama Provinsi atau Transit yaitu tempat pemondokan sementara

    calon jamaah haji untuk kesiapan pemberangkatan ke Asrama haji

    embarkasi sesuai kloter atau jadwal penerbangan.

    Asrama Haji Transit TK.I atau Provinsi yang ada di Ibukota

    Provinsi yaitu:

    1) Asrama Haji transit Provinsi Riau

    (a) Pekanbaru (Rumabai)

    (b) Dumai (Asrama Haji awal Pelita I)

    2) Asrama Haji transit provinsi Jambi, Kodya Jambi

    a) Nama asrama : Asrama Haji Transit Prov. Jambi

    b) Alamat : Jln. K.H. Agus Salim Kota Baru Jambi

    c) Status Kepemilikan : Hak Pakai

    d) Luas tanah : 29.845 M2

    e) Status tanah : ---

    f) Tahun pembelian : ---

    g) Gedung penginapan : 13 Unit

    h) Kapasitas : 458 Orang

    3) Asrama Haji transit provinsi Bengkulu, Kodya Bengkulu

    11

    Profil Asrama Haji Transit, Direktorat Pelayanan Haji Ditjen Penyelenggara Haji dan

    Umroh Kementerian Agama RI, (Jakarta: 2010). H.5

    12. Palembang 829 orang

    13. Matraman 550 orang

    14. Gorontalo 320 orang

  • 24

    a) Nama asrama : Asrama Haji Transit Prov. Bengkulu

    b) Alamat : Jln. Depati Payung Negara Padang

    Kamiling

    c) Status Kepemilikan : ---

    d) Luas tanah : 40.000 M2

    e) Status tanah : ---

    f) Tahun pembelian : ---

    g) Gedung penginapan : 2 Unit

    h) Kapasitas : 400 Orang

    4) Asrama Haji transit Provinsi Lampung

    1. Raja Basa + Bandar Lampung

    a) Nama asrama : Asrama Haji Transit Lampung

    b) Alamat : Jln. Soekarno Hatta Raja Basa

    Bandar Lampung

    c) Status Kepemilikan : Hak Pakai

    d) Luas tanah : 1,5 Ha

    e) Status tanah : Hibah

    f) Tahun pembelian : 1985

    g) Gedung penginapan : 6 Unit

    h) Kapasitas : 590 Orang

    2. Lungsir + Teluk Betung (awalnya asrama haji laut)

    5) Asrama Haji transit provinsi D.I Yogyakarta di Yogyakarta

    a) Nama asrama : Asrama Haji Transit Yogyakarta

    b) Alamat : Jln. Lingkar Utara Sinduadi Melati Sleman

  • 25

    c) Status Kepemilikan : Kementerian Agama RI

    d) Luas tanah : 8.975 M2

    e) Status tanah : Hak Pakai

    f) Tahun pembelian : 1995

    g) Gedung penginapan : 3 Unit

    h) Kapasitas : --- Orang

    6) Asrama Haji transit provinsi Jawa Tengah di Semarang

    a) Nama asrama : Asrama Haji Transit Semarang Jawa

    Tengah

    b) Alamat : Jln. K.H. Abdurahman Saleh 285

    Manyaran Semarang

    c) Status Kepemilikan : Kementerian Agama Provinsi

    d) Luas tanah : 6.456 M2

    e) Status tanah : Tanah negara

    f) Tahun pembelian : 1979

    g) Gedung penginapan : 8 Unit

    h) Kapasitas : 350 Orang

    7) Asrama Haji transit provinsi Nusa Tenggara Timur di Kupang

    a) Nama asrama : Asrama Haji Transit Kupang

    b) Alamat : Jln. Raya Eltari Kupang

    c) Status Kepemilikan : ---

    d) Luas tanah : 5.932 M2

    e) Status tanah : ---

    f) Tahun pembelian : ---

  • 26

    g) Gedung penginapan : 6 Unit

    h) Kapasitas : 90 Orang

    8) Asrama Haji transit provinsi Kalimantan Barat di Pontianak

    a) Nama asrama : Asrama Haji Transit Pontianak

    b) Alamat : Jln. Letjen Sutoyo, Kel. Parit Tokaya Kec.

    Pontianak Selatan

    c) Status Kepemilikan : Milik Kementerian Agama

    d) Luas tanah : 23.034 M2

    e) Status tanah : Hak Guna Bangunan

    f) Tahun pembelian : ---

    g) Gedung penginapan : 5 Unit

    h) Kapasitas : 500 Orang

    9) Asrama Haji transit provinsi Kalimantan Tengah di Palangkaraya

    a) Nama asrama : Asrama Haji Transit Al-Mabrur Palangka

    Raya

    b) Alamat : Jln. G. Obos Palangka Raya

    c) Status Kepemilikan : Milik Ditjen PHU Kementerian Agama RI

    d) Luas tanah : 200.000 M2

    e) Status tanah : Hak Pakai

    f) Tahun pembelian : 1986

    g) Gedung penginapan : 9 Unit

    h) Kapasitas : 690 Orang

    10) Asrama Haji transit provinsi Sulawesi Tengah di Palu

    a) Nama asrama : Asrama Haji Transit Palu

  • 27

    b) Alamat : Jln. WR. Supratman No. 16 Palu Sulawesi

    Tengah

    c) Status Kepemilikan : Pemda Tk. I dan Kementerian Agama

    d) Luas tanah : 3 Ha

    e) Status tanah : Milik Pemda Tk. I Sulawesi Tengah

    f) Tahun pembelian : ---

    g) Gedung penginapan : 19 Unit

    h) Kapasitas : 558 Orang

    11) Asrama Haji transit provinsi Sulawesi Tenggara di Kendari

    a) Nama asrama : Asrama Haji Transit Lepo-lepo Kendari

    b) Alamat : Jln. Wulele Np. 02 Kendari

    c) Status Kepemilikan : Milik Pemda Tk. I Sultra

    d) Luas tanah : 40.000 M2

    e) Status tanah : Hak Pakai

    f) Tahun pembelian : 1988

    g) Gedung penginapan : 7 Unit

    h) Kapasitas : 318 Orang

    12) Asrama Haji transit provinsi Sulawesi Utara di Manado

    a) Nama asrama : Asrama Haji Transit Manado

    b) Alamat : Jln. Tuminting Manado

    c) Status Kepemilikan : Hak Pakai

    d) Luas tanah : 4 Ha

    e) Status tanah : ---

    f) Tahun pembelian : ---

  • 28

    g) Gedung penginapan : 4 Unit

    h) Kapasitas : 335 Orang

    13) Asrama Haji transit provinsi Maluku di Ambon

    a) Nama asrama : Asrama Haji Transit Prov. Maluku

    b) Alamat : Jln. Laksda Leo Wattimena Waiheru

    Dalam Ambon

    c) Status Kepemilikan : Hak Milik Kanwil Kementerian Agama

    Prov. Maluku

    d) Luas tanah : 20.217 M2

    e) Status tanah : Hak Milik Kanwil Kementerian Agama

    f) Tahun pembelian : 1996

    g) Gedung penginapan : 12 Unit

    h) Kapasitas : 276 Orang

    14) Asrama Haji transit provinsi Papua di Jayapura

    a) Nama asrama : Asrama Haji Transit Jayapura

    b) Alamat : Jln. Tuar Tuberi Kel. VIM Kotaraja Kota

    Jayapura Prov. Papua

    c) Status Kepemilikan : Kementerian Agama RI

    d) Luas tanah : 5.500 M2

    e) Status tanah : Kementerian Agama RI

    f) Tahun pembelian : 1991

    g) Gedung penginapan : 4 Unit

    h) Kapasitas : 188 Orang

    15) Asrama Haji transit provinsi Bali di Denpasar

  • 29

    Untuk pengelolaan asrama haji sebagai aset nasional, Departemen

    Agama membentuk Badan Pengelola Asrama Haji di Lingkungan

    Departemen Agama yang disingkat BPAH embarkasi dan BPAH transit.12

    D. Pengelolaan Asrama Haji

    1. Pengelolaan satu atap (one stop service)

    Jamaah setiba di asrama haji, pelayanan yang pertama kali

    diberikan kepada jamaah haji adalah pelayanan satu atap (one stop

    service), dimana pada pelayanan ini calon/jamaah haji meyelesaikan

    semua perlengkapan dokumen di dalam satu atap sebelum jamaah

    diberangkatkan ke Tanah Suci. Berikut adalah proses pelayanan satu

    atap (one stop service):

    a. Pembinaan

    Calon/jamaah haji masuk gedung dengan memperlihatkan

    SPMA (Surat Panggilan Masuk Asrama) dan bukti setor BPIH

    (Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji) warna biru kepada petugas

    jamaah haji. Calon/jamaah haji masuk asrama sesuai dengan

    jadwal dan jam yang tercantum dalam SPMA. Calon/jamaah haji

    memempati tempat yang sudah disediakan dan mendengarkan

    penjelasan dari petugas bidang pelayanan tentang proses pelayanan

    yang akan diberikan digedung oleh petugas pelayanan. Setelah

    mendengarkan penjelasan, jamaah menunggu giliran proses

    pelayanan. Barang bawaan jamaah yang sudah diserahkan kepada

    petugas bea cukai untuk ditimbang, dan barang bawaan beratnya

    12

    Profil Asrama Haji Transit, Direktorat Pelayanan Haji Ditjen Penyelenggara Haji dan Umroh Kementerian Agama RI, (Jakarta: 2010). h. 6

  • 30

    tidak boleh lebih dari 32 kg dan tidak boleh membawa benda

    tajam.

    b. Pemerikasaan kesehatan

    Calon/jamaah haji diperiksa buku kesehatan dan

    selanjutnya diperiksa fisiknya. Apabila dalam pemeriksaan

    calon/jamaah haji terbukti kurang sehat atau sedang hamil, maka

    akan diberikan gelang berwarna pink dan akan segera diperiksa

    secara teliti oleh petugas KKP.

    c. Penerimaan jamaah

    Calon/jamaah haji menyerahkan SPMA dan lembar

    berwarna biru BPIH (Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji) kepada

    petugas untuk diberikan kokarde/gedung dan kamar inap beserta

    kartu makan/katring.

    d. Gelang Identitas

    Calon/jamaah haji akan diberikan gelang identitas setelah

    memperlihatkan kartu makan/katring kepada petugas. Gelang

    identitas yang diberikan kepada calon/jamaah namanya sesuai

    dengan paspor dan digelang itu juga sudah ada negara asal serta

    nama tempat penginapan jamaah.

    e. Imigrasi

    Calon/jamaah haji menyerahkan kokarde kepada petugas

    untuk diperiksa oleh petugas imigrasi terkait kelengkapan

    dokumen pasport, setelah diperiksa dikembalikan lagi kepada

    calon/jamaah, didalam pasport yang dikembalikan diselipkan bukti

  • 31

    penerimaan living cost, Buku DAPIH (Dokumen Administrasi

    Perjalanan Ibadah Haji) dan boarding pass.

    f. Living Cost

    Calon/jamaah haji memperlihatkan pasport dan

    menyerahkan lembar bukti penerimaan living cost yang sudah

    ditandatangani calon/jamaah dan menyerahkan buku DAPIH untuk

    di stempel lunas oleh petugas sebagai tanda uang living cost sudah

    diterima, buku DAPIH dikembalikan kepada calon/jamaah yang

    bersangkutan.

    2. Pengelolaan Pengasramaan

    Pelayanan pengasramaan yaitu pelayanan yang diberikan oleh

    PPAH (Panitia Penyelenggara Asrama Haji) selama calon/jamaah haji

    berada di dalam asrama. Pelayanan penginapan berupa, persiapan

    kamar tidur, kamar mandi, seprai bantal, dan lain sebagainya. Selama

    berada di asrama haji, calon/jamaah haji tidak diperkenankan

    meninggalkan asrama dan menerima tamu didalam kamar serta tidak

    boleh membawa makanan dari luar, dan calon jamaah haji diharapkan

    berpakaian rapih, menutup aurat, sopan dan selalu mengenakan tanda

    pengenal jamaah.13

    Pelayanan asrama ini adalah pelayanan yang cukup penting, karena

    sebagai tempat beristirahat dari daerah asal masing-masing sebelum

    melakukan perjalanan yang lumayan panjang. Memberikan pelayanan

    pengasramaan yang memuaskan calon/jamaah haji sangatlah penting

    13

    Wawancara pribadi dengan bapak H. Syukri Ahmad Fanani, Jakarta Jumat 30 Juli

    2017.

  • 32

    jika dari segi pelayanan tempat tidur dan kamar mandi tidak

    memuaskan maka calon/jamaah haji tidak akan nyaman dan akan

    terganggu waktu istirahatnya. Oleh karena itu, PPAH sudah

    memberikan penginapan kepada calon/jamaah haji sesuai dengan

    fasilitas yang diinginkan jamaah seperti: kamar ber-AC, tempat tidur

    single bed dan lain sebagainya, fasilitas itu semua dari asrama haji dan

    diperuntukkan kepada calon/jamaah haji.

    3. Pengelolaan Kesehatan

    Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada calon/jamaah haji,

    Kementerian Agama RI telah menunjuk rumah sakit yang telah

    ditentukan untuk bekerjasama dengan asrama haji, selain di

    kecamatan, di asrama haji pun calon/jamaah haji juga menerima

    pelayanan pemeriksaan kesehatan akhir, hanya saja tidak terperinci

    seperti pelayanan kesehatan yang diterima sewaktu di kecamatan.

    Proses pelayanan kesehatan yang diberikan diasrama haji adalah

    sebagai berikut:

    a. Calon/jamaah haji diberikan kartu kesehatanya masing-masing

    apabila didalam buku kesehatan tertulis bahwa calon/jamaah haji

    mempunyai penyakit tertentu, maka calon/jamaah haji akan

    melakukan pemeriksaan kesehatan selanjutnya.

    b. Selain calon/jamaah diperiksa kesehatnya, petugas kesehatan juga

    memperhatikan dari segi fisik.

    c. Apabila calon/jamaah haji diketahui mempunyai penyakit tertentu

    maka akan diperiksakan kembali oleh petugas, apabila

  • 33

    calon/jamaah tidak memungkinkan untuk berangkat maka calon

    jamaah harus dirawat terlebih dahulu.

    d. Selanjutnya berkaitan dengan calon/jamaah haji yang dirawat,

    maka pemberangkatanya ke tanah suci akan ditunda terlebih

    dahulu, dan akan diberangkatkan kembali pada kloter berikutnya,

    dan bisa dipastikan penyakitnya sudah sembuh.

    Pelayanan kesehatan yang diadakan di Asrama Haji bertujuan

    untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada calon/jamaah haji

    dengan cara meneliti kebenaran isi buku kesehatan calon jamaah haji

    dan melengkapinya apabila ada kekurangan.

    4. Pengelolaan makan/katering

    Pelayanan katring sangat penting untuk calon/jamaah haji, dalam

    pelayanan katring ini perlu adanya pelayanan yang baik dan

    pengaturan pembagian makanan yang baik pula. Karena dengan tidak

    sedikitnya calon/jamaah haji bisa saja ada calon claon/jamaah haji

    yang tidak mendapatkan jatah, oleh karena itu PPIH mengatur dengan

    memberikanya kartu makan kepada calon/jamaah haji untuk digunakan

    selama berada diasrama dan digunakan setiap orang dengan 3x jatah

    makan.

    5. Pembinaan Manasik Haji

    Pembinaan manasik adalah pembinaan manasik yang diberikan

    oleh PPIH kepada calon/jamah haji agar para calon jamaah lebih

    mengetahui dan memahami ketika menunaikan ibadah haji.

    Calon/jamaah haji mendapatkan pembinaan manasik yang terakhir

  • 34

    kalinya, sebelumya calon jamaah haji mendapatkan pembinaan

    manasik haji sebanyak 7 (tujuh) kali di kanwil. Agar setiap

    calon/jamaah mendapatkan ilmu manasik dan jamaah benar-benar

    paham, maka petugas membentuk kelompok pada setiap calon/jamaah

    haji yaitu sebelas orang kemudian dikelompokka dalam satu regu dan

    satu orang bertindak sebagai kepala regu, dan setiap regu

    dikelompokkan menjadi empat kelompok maka setiap kelompok

    terdapat 44 calon jamaah. Pembinaan manasik ini dilakukan oleh

    setiap kloter, namun jam pelaksanaanya berbeda-beda karena setiap

    kloter yang datang di asrama haji dengan jam yang berbeda.

    Pada pembinaan manasik haji ini calon jamaah haji mempraktikkan

    langsung sama rukun-rukun haji, dengan adanya fasilitas yang tersedia

    seperti adanya bangunan Ka’bah dan tempat yang mirip dengan bukit

    Shafa dan Marwa dan bangunan-bangunan lainya yang berkaitan

    denga rukun haji. Dengan adanya fasilitas yang diberikan oleh PPAH

    diharapkan calon/jamaah haji dapat memahami semua kegiatan ibadah

    haji, dan diharapkan menjadi haji yang mandiri dan mabrur.

    Pelatihan dan pembinaan manasik kepada calon jamaah haji ini

    bersifat tidak diwajibkan, akan tetapi agar calon jamaah haji bisa lebih

    mengingat lagi dan lebih paham terkait hal-hal apa saja yang wajib

    dilakukan di tanah suci, maka dianjurkan kepada seluruh calon/jamaah

    haji untuk mengikuti pelatihan dan pembinaan manasik haji.

  • 35

    6. Pengelolaan Keamanan

    Keamanan adalah tanggung jawab bidang keamanan. Keamanan

    sangat diharapkan dari masing-masing calon jamaah haji. Dalam

    pelaksanaan tugasnya bidang keamanan berkonsultasi aktif dan

    bekerjasama dengan instansi keamanan setempat, agar keamanan

    berjalan tertib maka PPAH membentuk pengamanan menjadi dua

    kelompok, yaitu:

    a. Keamanan didalam asrama haji

    Keamanan didalam asrama haji dilaksanakan oleh satpam/petugas

    kamtib setempat dibawah koordinasi Kepala Bagian Keamanan

    dari pihak PPIH dan bekerjasama dengan kepolisian setempat.

    b. Keamanan diluar asrama haji

    Keamanan diluar asrama haji yaitu keamanan dari TNI yang

    mengawasi semua keAmanan diluar asrama haji.

    7. Pengelolaan Keimigrasian

    Bidang imigrasi mengkoordinasikan dan melaksanakan tugas

    pemeriksaan paspor haji, berupa memeriksa daftar penumpang (pax

    list), menyelesaikan permasalah jamaah haji yang termasuk cegah

    tangkal dan menyiapkan exit permit terhadap jamaah haji.

    Perencanaan yang dilakukan oleh asrama haji dan pihak imigrasi

    dilakukan agar dalam pemberian pelayanan keimigrasian ini berjalan

    lebih terarah dan teratur, sehingga tidak ada kendala-kendala yang

    signifikan dalam menjalankan pelayanan ini.

  • 36

    Pada saat calon jamaah haji masuk asrama haji semua petugas yang

    tergabung dalam pelayanan satu atap termasuk petugas imigrasi sudah

    berada didalam gedung, petugas imigrasi menyerahkan langsung

    paspor kepada calon jamaah haji dengan mencocokkan foto pada

    paspor bersama-sama dengan petugas dokumen lainya digedung

    tersebut.

    8. Pengelolaan Transportasi

    Pelayanan transportasi diberikan kepada calon jamaah haji pada

    saat calon/jamaah haji berada di asrama haji sampai keberangkatan ke

    bandara. Pemberangkatan calon/jamaah haji menuju bandara

    menggunakan bus Aerotrans Garuda Indonesia anak perusahaan PT.

    Garuda Indonesia dimana setiap kloternya menggunakan 10 unit bus

    dengan satu unit bus cadangan, fore reader oleh unit mobil patal

    kepolisian bandara.

    E. Jamaah Haji

    1. Pengertian Jamaah Haji

    Jamaah haji adalah warga negara Indonesia yang beragama Islam

    dan telah mendaftarkan diri untuk menunaikan Ibadah Haji sesuai

    dengan persyaratan yang ditetapkan, antara lain adalah sebagai

    berikut:14

    a. Seseorang yang melakukan setoran awal BPIH ke rekening

    Menteri Agama melalui BPS BPIH sebesar Rp. 25.000.000,-

    14

    Dikutip dari UU no.13 / th 2008, diakses pada tanggal 25 juli 2017, pukul 02.15 https://bimbinganhajiumroh.wordpress.com/tag/definisi-jamaah-haji/.

    https://bimbinganhajiumroh.wordpress.com/tag/definisi-jamaah-haji/

  • 37

    dengan membawa SPPH yang telah disahkan oleh Pejabat

    Kementerian Agama Kabupaten/Kota.

    b. Sudah mempunyai nomor porsi yang sudah diberikan kepada

    kantor kemenag kabupaten/kota disaat pendaftaran haji. Nomor

    porsi sebagaimana dimaksud hanya berlaku bagi jamaah yang

    bersangkutan dan tidak dapat digantikan oleh siapapun.

    c. Seseorang yang sudah melunasi BPIH (Biaya Penyelenggaraan

    Ibadah Haji), yang pelunasanNya dilakukan pada tahun

    keberangkatan setelah ada pengumuman tentang besaran biaya haji

    oleh presiden dan pengumuman daftar calon jamaah haji yang

    berhak melunasi BPIH pada tahun keberangkatan tersebut.15

    Allah berfirman didalam Al-Quran Surat Al-hajj ayat 27-28 yang

    berbunyi:

    Artinya :

    27. Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya

    mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan

    mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang

    jauh,

    28. Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan

    supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan

    atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang

    ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian

    15

    Dikutip pada hari selasa pukul 09.08 https://www.daftarhajiumroh.com/prosedur-pendaftaran-haji-reguler,

    https://www.daftarhajiumroh.com/prosedur-pendaftaran-haji-reguler

  • 38

    lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.

    (QS. Al-Hajj : 27-28)

    2. Persyaratan Masuk Asrama Haji

    Adapun persyaratan memasuki asrama haji, calon jamaah haji

    harus memenuhi persyaratan masuk asrama haji yang diantaranya

    yaitu:

    a. Calon/jamaah haji masuk gedung dengan memperlihatkan

    SPMA (Surat Panggilan Masuk Asrama).

    b. Membawa bukti setor BPIH (Biaya Penyelenggaraan Ibadah

    Haji) warna biru kepada petugas jamaah haji. 16

    16

    Wawancara Pribadi dengan Bapak H. Syukri Ahmad Fanani, Jakarta Jumat 30 Juli

    2017.

  • 39

    BAB III

    TINJAUAN UMUM TENTANG DITJEN PENYELENGGARAAN HAJI

    DAN UMRAH KEMENTERIAN AGAMA RI

    A. Sejarah Berdiri Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah

    Sejarah penyelanggaraan haji di Indonesia telah mengalami waktu yang

    sangat lama. Bermula dari masuknya agama Islam hingga masuknya pada masa

    reformasi. Menurut sejarah umat Islam Nusantara Indonesia menunaikan ibadah

    haji sejak Islam masuk Nusantara pada abad ke-10 pada saat itu ibadah haji

    dilakukan secara massal seperti saat ini.1

    Sejarah penyelenggaraan haji memiliki dinamika yang bermuara pada

    persoalan pokok yaitu peraturan menyangkut hubungan bilateral antara dua

    negara yang memiliki perbedaan sosio-budaya, bentuk pemerintahan, dan status

    kenegaraan. Indonesia menganut sistem pemerintahan, sementara Arab Saudi

    menganut sistem kerajaan.

    1. Penyelenggaraan Haji Masa Penjajahan

    Faktor dominan dalam masalah perjalanan haji pada masa ini (penjajahan)

    yaitu faktor keamanan di perjalanan dan fasilitas angkutan jamaah haji yang

    masih sangat minim. Akan tetapi, kendala itu tidak mengurangi keinginan

    umat Islam untuk melaksanakan ibadah haji, bahkan jumlahnya mulai

    meningkat cepat yang diperkirakan mulai pada tahun 1910 dengan melihat

    1 Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Haji dari Masa ke Masa, (Jakarta: Direktorat

    Penyelenggara Haji dan Umroh, 2012), h. 8

  • 40

    beberapa faktor tersebut, maka penguasa pada saat itu perlu mengadakan

    ketentuan yang mengatur pelaksanaan ibadah haji.2

    2. Penyelenggaraan Haji Pasca Kemeredekaan

    Penyelenggaraan pada masa ini dilakukan sepenuhnya oleh Penyelenggara

    Haji Indonesia (PHI) yang berada di setiap Karesidenan, karena saat itu

    karesidenan merupakan pemerintahan daerah yang mengatur dan mengelola

    serta mengadministrasikan segala urusan permasyarakatan, termasuk

    didalamnya memudahkan semua urusan yang berhubungan dengan calon

    jamaah haji.

    Dalam perkembangan selanjutnya, untuk lebih memberikan kekuatan

    legalitas penyelenggaraan haji, pada tanggal 21 Januari 1950 Badan Kongres

    Muslimin Indonesia (BKMI) mendirikan sebuah yayasan yang secara khusus

    menangani kegiatan penyelenggaraan haji, yaitu Panitia Perbaikan

    Penyelenggaraan Haji (PPHI) yang diketahui oleh KHM Sudjak..

    Kedudukan PPHI lebih dikuatkan lagi dengan dikeluarkannya surat

    Kementerian Agama yang ditanda tangani oleh Menteri Agama RIS K.H.

    Wahid Hasyim No. 3170, tanggal 6 Februari 1950, kemudian disusul dengan

    surat edaran Menteri Agama di Yogyakarta Nomor A.III/I/648 tanggal 9

    Februari 1950 yang menunjukan Panitia Perbaikan Penyelenggaraan Haji

    Indonesia (PPHI) sebagai satu-satunya wadah sah disamping pemerintah

    untuk mengurus dan menyelenggarakan perjalanan haji Indonesia.

    2 Achmad Nijam Alatif Hanan, Manajemen Haji, (Jakarta: Nizam Press, 2004), h.20

  • 41

    3. Penyelenggaraan Haji Masa Reformasi

    Era reformasi yang mulai menggema pada tahun 1999 merupakan awal

    dari sistem keterbukaan dan transparansi, menuntut setiap bentuk kebijakan.

    Setiap kebijakan yang menimbulkan ketidakpuasan masyarakat akan

    mendapat respond dan kritik yang gencar. Pemerintah di tuntut untuk

    menyempurnakan sistem penyelenggaraan haji dengan menekankan pada

    pelayanan, perlindungan dan pembinaan secara optimal.

    Perubahan lingkungan baik eksternal maupun sosial, budaya, politik,

    ekonomi, dan teknologi memacu pemerintah untuk melakukan perubahan

    dalam manajemen birokrasi tradisional yang diimplementasikan selama ini.

    Seperti penerapan sistem komputerisasi haji (pendaftaran online dan real

    time) serta informasi yang memanfaatkan media internet.

    Setelah 54 tahun payung hukum tentang penyelenggaraan ibadah haji

    adalah keputusan Presiden, maka pada tahun 1999 diterapkan undang-

    undang No. 17 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji. Isi dari

    undang-undang tersebut menekankan kepada pelayanan, pembinaan dan

    perlindungan kepada jamaah haji serta mengarah kepada sistem yang lebih

    professional.3

    Pada tahun 2008 pemerintah menerbitkan undang-undang No. 13 tahun

    2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji yang baru sebagai pengganti UU

    No. 17 tahun 1999. Penyempurnaan kebijakan paling mendasar dalam

    3 Achmad Nijam Alatif Hanan, Manajemen Haji, (Jakarta: Nizam Press, 2004), h. 53

  • 42

    undang-undang yang baru adalah penyelenggaraan haji. Ada 4 hal yang baru

    dalam undang-undang No. 13 tahun 2008 tersebut, yaitu:4

    1. Adanya komisi pengawas khusus dalam penyelenggaraan ibadah haji.

    Pemerintah yang dipresentasikan melalui Departemen Agama sebagai

    penyelnggara ibadah haji harus didampingi oleh suatu lembaga

    independen yang bertugas untuk mengawasi penyelenggaraan mulai dari

    pernecanaan, pengorganisasian, pelaksaaan, sampai selesai operasional

    haji. Lembaga yang harus mendampingi adalah Komisi Pengawas Haji

    Indonesia. (KPHI)

    2. Meningkatnya peran masyarakat dalam keuangan hasil dari efisiensi

    dari biaya penyelenggaraan ibadah haji. Sehingga adanya pembentukan

    Badan Pengelola Dana Abadi Umat (BPDAU). Pengelola DAU harus

    dilakukan oleh badan pengelola yang terdiri dari dua dewan

    pengelolaan, yaitu Dewan Pengawas dan Dewan Pelaksana.

    3. Adanya penguatan Hirarkis Kebijakan dalam undang-undang yang baru

    sehingga perlunya Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Presiden

    (Perpres), Keputusan Presiden (Keppres), Peraturan Menteri Agama

    (PMA) dan Peraturan Daerah yang mengatur transportasi di daerah.

    4. Semakin Menguatkan perlindungan kepada jamaah haji dan umrah. Hal

    ini merupakan bentuk komitmen dari undang-undang No. 13 tahun 2008

    yang menyebutkan, bagi penyelenggara haji khusus dan perjalanan

    4 Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Haji dari Masa ke Masa, (Jakarta:

    Direktorat Penyelenggara Haji dan Umroh, 2012), h. 86

  • 43

    umroh yang tidak bisa memenuhi ketentuan sesuai undang-undang no.

    13 tahun 2008 dan peraturan pemerintah maka akan dikenakan sanksi

    administratif.

    Selanjutnya undang-undang No. 13 tahun 2008 menyatakan bahwa

    Menteri Agama sebagai koordinator terhadap penyelenggaraan ibadah haji.

    dalam pelaksanaan teknis sehari-hari, Menteri Agama dibantu oleh Dirjen

    Penyelenggara Haji dan Umrah (DPHU), gubernur dibantu oleh Kepala

    Kanwil Kemenag Provinsi selaku kepala staf penyelenggara haji di tingkat

    Provinsi, Bupati/Walikota dibantu oleh Kepala Kantor Kemenag

    Kabupaten/Kota selaku kepala staf penyelenggara haji di tingkat

    kabupaten/kota. Sementara Duta Besar dibantu oleh Konjen RI selaku

    coordinator harian dan Konsul haji selaku Kepala Staf Penyelenggara Haji di

    Arab Saudi.5

    Akan tetapi undang-undang tahun 2008 diubah setelah ada kebijakan dari

    Pemerintah Arab Saudi yang menetapkan bahwa sejak tahun 1430 H jamaah

    haji dari seluruh negara yang akan menunaikan ibadah haji harus

    menggunakan paspor biasa. Maka dari itu, beberapa point pada undang-

    undang No. 13 tahun 2008 diubah dan ditetapkan undang-undang baru no.

    34 tahun 2009 untuk mengakomodir dan menghormati peraturan yang

    dikeluarkan Pemerintah Arab Saudi.

    5 Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Haji dari Masa ke Masa, (Jakarta: Direktorat

    Penyelenggara Haji dan Umroh, 2012), h. 180

  • 44

    Pengelolaan haji dikelola Kementrian Agama sudah berdiri sejak tahun

    1964 dan sudah mengalami 11 kali pergantian pemimpin sebagai berikut:

    Nama Jabatan Masa Bakti

    Prof. KH. Farid Ma’ruf Menteri Urusan Haji

    Dirjen Urusan Haji

    1964-1965

    1965-1973

    H.Burhani Tjokrohandoko Dirjen Urusan Haji

    Dirjen Bimas Islam

    dan Urusan Haji

    1973-1979

    1979-1984

    H.A. Qadir Basalamah Dirjen Bimas Islam

    dan Urusan Haji

    1984-1989

    H. Andi lolo Tonang, SH Dirjen Bimas Islam

    dan Urusan Haji

    1989-1991

    Drs. H. Amidhan Dirjen Bimas Islam

    dan Urusan Haji

    1991-1995

    Drs. H. A. Ghazali Dirjen Bimas Islam

    dan Urusan Haji

    1995-1996

    Drs. H. Mubarok, M.Si Dirjen Bimas Islam

    dan Urusan Haji

    1996-200

    Drs. H. Taufiq Kamil Dirjen Bimas Islam

    dan Urusan Haji

    2000-2005

    Drs. H. Slamet Riyanto,

    M.Si

    Dirjen Bimas Islam

    dan urusan Haji

    2005-2006

  • 45

    Dirjen Penyelenggara

    Haji dan Umroh

    2006-2012

    Dr. H. Anggito Abimanyu Dirjen Penyelenggara

    Haji dan Umrah

    2012-2014

    Prof. Dr. H. Abdul Djamil,

    MA

    Dirjen Penyelengga

    Haji dan Umrah

    2014-2017

    Prof. Dr. Nizar, M. Ag. Dirjen Penyelengga

    Haji dan Umrah

    2017- sekarang

    B. Visi dan Misi Ditjen PHU Kementerian Agama RI

    Direktorat jenderal sebagai unsur pelaksana Kementerian Agama dalam visinya,

    yaitu mewujudkan masyarakat Indonesia yang taat beragama, maju, sejahtera, dan

    cerdas serta saling menghormati antar sesama pemeluk agama dalam kehidupan

    bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam wadah Negara Kesatua Republik

    Indonesia, maka peningkatan kualitas penyelenggaraan haji dan umroh adalah

    prospek yang sangat penting di kembangkan.

    Untuk penyelenggaraan haji dan umrah melibatkan beberapa instansi pemerintah.

    Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (DITJEN PHU) menangani

    tugas pokok penyelenggaraan haji, pelayanan kesehatan ditangani oleh Pusat

    Kesehatan Haji (Puskeshaj) Kementerian Kesehatan, untuk transportasi jamaah haji

    ditangani oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (Kementerian Perhubungan).

  • 46

    Direktorat Jenderal Imigrasi melakukan penyediaan dokumentasi perjalanan, dan

    Kementerian Hukum dan Kementerian Hak Asasi Manusia (HAM).

    Mengacu pada keputusan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh:

    D/54 tahun 2010 tentang Visi dan Misi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan

    Umrah, maka ditetapkan:

    1. Visi

    Visi dan misi Ditjen PHU adalah gambaran dari harapan dan tantangan dalam

    mewujudkan harapan tersebut, pencapaian tersebut merupakan implementasi dari

    tugas pokok dan fungsi dan kewenangan Ditjen PHU melalui tujuan strategis dan

    pelaksanaan program dengan memperhatikan karakteristik, nilai, dan prinsip

    yang ditetapkan.

    Demi tercapainya peningkatan kualitas dan perbaikan pencapaian

    penyelenggaraan haji dan umrah di Indonesia maka DITJEN PHU menetapkan

    visi yaitu: terwujudnya pembinaan, pelayanan, dan perlindungan kepada jamaah

    haji dan umrah berdasarkan asas keadilan, transparansi, akuntabel, dengan

    prinsip nirlaba, dengan penjelasan sebagai berikut:

    a. Pembinaan diwujudkan dalam bentuk pembimbingan, penyuluhan, dan

    penerangan kepada masyarakat dan jamaah haji. Sedangkan pembinaan

    petugas diarahkan pada profesionalisme dan dedikasinya.

    b. Pelayanan diwujudkan dalam bentuk pemberian pelayanan administrasi dan

    dokumen, transportasi, kesehatan serta akomodasi dan konsumsi.

  • 47

    c. Perlindungan diwujudkan dalam bentuk jaminan keselamatan dan keamanan

    jamaah haji dari mendapat Surat Pemanggilan Masuk Asrama (SPMA), di

    Arab Saudi sampai pulang kembali ke tanah air.

    d. Asas Keadilan tergambar dari penyelenggaraan ibadah haji yang harus

    berpegang teguh pada kebenaran, tidak berat sebelah, tidak memihak, dan

    tidak sewenang-wenang dalam penyelenggaraannya.

    e. Transparan yaitu segala sesuatu yang dilakukan selama proses

    penyelenggaraan ibadah haji dapat diketahui oleh masyarakat dan jamaah

    haji.

    f. Akuntabel dengan prinsip nirlaba, adalah rangkaian penyelenggaraan ibadah

    haji dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan secara etik

    dan hukum dengan prinsip tidak mencari keuntungan atau laba.

    Untuk tercapainya visi tersebut perlu diciptakan kualitas sistem

    penyelenggaraan ibadah haji dan pembinaan ibadah haji dan umroh yang taat

    asas dan menciptakan kemandirian terampil, serta akhlak mulia.

    2. Misi

    a. Meningkatkan profesionalisme dan dedikasi petugas haji.

    b. Maningkatkan kualitas penyuluhan, bimbingan, dan pemahaman manasik

    haji.

    c. Memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan ibadah haji melalui

    pembinaan haji khusus, umrah, dan kelompok bimbingan ibadah haji.

    d. Meningkatkan kualitas dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya

    dalam penyelenggaraan ibadah haji dan umrah.

  • 48

    e. Meningkatkan pelayanan pendaftaran, dokumen, akomodasi, transportasi, dan

    katering sesuai standar pelayanan minimal penyelenggaraan ibadah haji.

    f. Memberikan perlindungan kepada jamaah sehingga mendapatkan rasa aman,

    adil, dan kepastian melaksanakan ibadah haji.

    g. Meningkatkan akuntabilitas dana haji serta pengembangan sistem informasi

    haji.

    C. Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan

    Umroh

    Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Ditjen PHU)

    menganut sistem kerja yang teratur dengan beberapa rencana strategis sebagai

    berikut:

    1. Tugas : Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah ( Ditjen

    PHU) mempunyai tugas untuk merumuskan sertas melaksanakan kebijakan

    dan standarisasi teknis dibidang penyelenggaraan haji dan pembinaan

    umroh berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri.

    2. Fungsi :

    a. Perumusan dan penetapan visi, misi dan kebijakan teknis di bidang

    penyelenggaraan haji dan umroh.

    b. Perumusan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang

    penyelenggaraan haji dan pembinaan umroh.

    c. Pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan haji dan pembinaan

    umroh.

    d. Pemberian pembinaan teknis dan evaluasi pelaksana tugas.

  • 49

    e. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal.6

    D. Tugas dan Fungsi Direktorat Pelayanan Haji Dalam Negeri7

    Sesuai dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 42 (PMA Nomor 42

    Tahun 2016) Bagian Kelima Direktorat Pelayanan Haji Dalam Negeri.

    Pasal 312

    Direktorat Pelayanan Haji Dalam Negeri mempunyai tugas melaksanakan

    perumusan dan pelaksanaan kebijakan, standarisasi, bimbingan teknis, dan

    evaluasi, serta pengawasan dibidang pelayanan haji di dalam negeri sesuai

    dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Pasal 313

    Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaskud dalam pasal 312,

    Direktorat Pelayanan Haji Dalam Negeri Menyelenggarakan fungsi:

    a. Perumusan kebijakan dibidang pelayanan haji dalam negeri;

    b. Koordinasi dan pelaksanaan kebijakan dibidang pelayanan haji dalam

    negeri;

    c. Peningkatan kualitas pelayanan haji dalam negeri;

    d. Fasilitas sarana dan prasarana serta pendanaan pelayanan haji dalam

    negeri;

    e. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria dibidang pelayanan haji

    dalam negeri;

    6 Pasal 224 Peraturan Menteri Agama No. 10 tahun 2010

    7 Kemenag RI, Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah

    (PMA Nomor 42 Tahun 2016), h. 17-18

  • 50

    f. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pelayanan haji dalam

    negeri;

    g. Pelaksanaan evaluasi dan laporan di bidang pelayanan haji dalam negeri

    dan;

    h. Pelaksanaan administrasi direktorat.

    E. Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan

    Umrah

    Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah (Ditjen

    PHU) dalam pelaksanaan teknis penyelenggaraan ibadah haji didasarkan atas

    Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 92 tahun 2011 tentang Perubahan

    Kedua atas Peraturan Presiden No. 24 tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas,

    dan Fungsi Kementrian Negara, serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi

    Eselon I Kementrian Negara serta Peraturan Mentri Agama (PMA) No. 42

    tahun 2016 tentang organisasi Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Agama.

    Sesuai Peraturan Menteri Agama (PMA) No. 42 tahun 2016, Ditjen

    PHU terdiri dari sekretariat, Direktorat Pembinaan Haji dan Umrah,

    Direktorat Pelayanan Haji, dan Direktorat Pengelolaan Dana Haji.

  • 51

    F. Kebijakan Direktorat Jenderal Penyelenggaran Haji dan Umrah dalam

    Pengelolaan Asrama Haji.

    Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Ditjen PHU)

    dalam pelaksanaan teknis pengelolaan Asrama haji didasarkan atas Peraturan

    Menteri Agama RI (PMA) No. 44 tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata

    Kerja Unit Pelaksanaan Teknis Asrama Haji.

    Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Agama (PMA) No. 44

    tahun 2014 diantara lain:8

    Pasal 1

    1. Asrama haji merupakan unit pelayanan penyelenggaraan ibadah haji di

    lingkungan Kementerian Agama yang berada di bawah dan bertanggung

    jawab kepada Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh.

    2. Asrama Haji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:

    a. Asrama Haji Embarkasi;

    b. Asrama Haji Embarkasi Antara; dan

    c. Asrama Haji Transit

    3. Asrama Haji Embarkasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a

    merupakan Unit Pelaksanaan Teknis Direktorat Jenderal Penyelenggaraan

    Haji dan Umroh.

    8 Kemenag RI, Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2014 tentang

    Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis Asrama Haji.

  • 52

    4. Asrama Haji Embarkasi dan Asrama Haji Embarkasi Antara sebagaimana

    dimaksud pada ayat (2) huruf a dan b secara teknis dibina oleh Direktur

    Pelayanan Haji Dalam Negeri dan secara administratif dibina oleh

    sekretaris Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh.

    5. Asrama Haji Transit Sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c secara

    teknis dan administratif dibina oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian

    Agama Provinsi.

    Pasal 2

    Asrama Haji Embarkasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (3) terdiri

    dari:

    a. Asrama Haji Aceh;

    b. Asrama Haji Medan;

    c. Asrama Haji Padang;

    d. Asrama Haji Jakarta;

    e. Asrama Haji Surabaya;

    f. Asrama Haji Banjarmasin;

    g. Asrama Haji Balikpapan;

    h. Asrama Haji Makassar; dan

    i. Asrama Haji Lombok.

  • 53

    Pasal 3

    Asrama Haji Embarkasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (3)

    mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan asrama haji dalam rangka

    penyelenggaraan ibadah haji serta pelayanan lain untuk masyarakat luas.

    Pasal 49

    Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Asrama

    Haji Embarkasi menyelenggarakan fungsi:

    a. Penyusunan rencana, program dan kegiatan dibidang pelayanan,

    pengelolaan, pemeliharaan, dan pengembangan usaha;

    b. Fasilitas layanan ibadah dan bimbingan manasik haji;

    c. Pelaksanaan layanan informasi, publikasi dan penyediaan akomodasi,

    serta komsumsi pelaksanaan ibadah haji.

    d. Fasilitas dan koordinasi pelayanan Bea Cukai, imigrasi, karantina,

    kesehatan, kemanan, transportasi, dan city chek in bekerjasama dengan

    instansi terkait;

    e. Pelaksanaan administrasi, keuangan, kepegawaian, barang milik negara,

    dan kerumahtanggaan; dan

    f. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan.

    Pasal 5

    Selain menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 4,

    Asrama Haji Embarkasi juga menyelenggarakan fungsi koordinasi Asrama

    9 Kemenag RI, Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2014 tentang

    Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis Asrama Haji.

  • 54

    Haji Embarkasi Antara, Asrama Haji Transit, dan Asrama Haji Embarkasi

    yang dikelola oleh pemerintah daerah provinsi.

    Pasal 6

    Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas dan fungsi Asrama Haji

    Embarkasi Antara dan Asrama Haji Transit ditetapkan oleh Direktur Jenderal

    Penyelengaraan Haji dan Umroh.10

    10

    Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2014 tentang Organisasi

    dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis Asrama Haji.

  • 55