Sistem Perkemihan

download Sistem Perkemihan

of 19

description

Sistem Perkemihan

Transcript of Sistem Perkemihan

SISTEM PERKEMIHAN INFEKSI DAN INFLAMASI TRAKTUS URINARIUS

DOSEN : Ns. DINAR WULAN, S. KepOLEH :KELOMPOK 3KELAS 3A / SEMESTER VIPRODI S1 KEPERAWATAN REGULER

ARIS TRI WICAKSONOASPIYANTIAYI ANJANIAYU RESTIANIF. EKA FERAWATILA MUHAMMAD GM. ZAMHUR NNISWATUL JANNAHPUJI RESTI NOVIANTIRAJIS MAULANA MALIKRIDWANRIKA APRIYANTIYOHANES RINDOYULIANAYULI FAJAR SARIYUNDA ROHANINGSIH

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH PONTIANAKTAHUN AKADEMIK 2012 / 2013

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. WbPuji serta syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkah dan limpahan karunia Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW.Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami ini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini di sebabkan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran serta masukan yang konstruktif sangat kami harapkan guna kesempurnaan di masa mendatang.Selama menyelesaikan makalah ini tidak terlepas pula dari bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Penghargaan dan ucapan serta haturan terima kasih pada dosen pembimbing mata kuliah yang bersangkutan ini dan teman teman yang telah mendukung dalam pembuatan makalah kami ini.Harapan kami semoga dengan adanya makalah ini, dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman teman semua. Namun, apabila terjadi kekeliruan di dalam pembuatan makalah ini, kami mohon maaf sebesar besarnya.Karena kami hanya manusia yang daif dan mempunyai banyak kekurangan.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Pontianak,Maret 2013

Penyusun

BAB IPENDAHULUANA. LATAR BELAKANGInfeksi Traktus Urinarius atau Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001)Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada anak-anak remaja, dewasa maupun pada umur lanjut. Akan tetapi, dari dua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi umur, kurang lebih 5 15 %.Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal dari uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak antara uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi pria dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya UTI pada pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali ini menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius.Sekitar 15% wanita, mengalami (paling sedikit) satu kali serangan akut infeksi Traktus Urinarius selama hidupnya. Sebagian besar infeksi tersebut adalah asimptomatik, angka kejadiannya pada wanita hamil adalah 5%-6% dan meningkat sampai 10%pada golonan resiko tinggi.

B. MASALAH1. Apa pengertian Infeksi dan Inflamasi Traktus Urinarius ?2. Apa etiologi Infeksi dan Inflamasi Traktus Urinarius ?3. Apa tanda dan gejala Infeksi dan Inflamasi Traktus Urinarius ?4. Bagaimana mekanisme inflamasi Traktus Urinarius ?5. Apa pemeriksaan diagnostic dari Infeksi dan Inflamasi Traktus Urinarius ?6. Bagaimana penatalaksanaan dan terapi Infeksi dan Inflamasi Traktus Urinarius ?7. Bagaimana proses keperawatan Infeksi dan Inflamasi Traktus Urinarius ?

C. TUJUAN1. Untuk mengetahui pengertian Infeksi dan Inflamasi Traktus Urinarius.2. Untuk mengetahui etiologi Infeksi dan Inflamasi Traktus Urinarius.3. Untuk mengetahui tanda dan gejala Infeksi dan Inflamasi Traktus Urinarius.4. Untuk mengetahui mekanisme inflamasi Traktus Urinarius.5. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic dari Infeksi dan Inflamasi Traktus Urinarius.6. Untuk mengetahui penatalaksanaan dan terapi Infeksi dan Inflamasi Traktus Urinarius.7. Untuk mengetahui proses keperawatan Infeksi dan Inflamasi Traktus Urinarius.

BAB IITINJAUAN TEORIINFEKSI DAN INFLAMASI TRAKTUS URINARIUS

A. PENGERTIAN Infeksi adalah masuknya kuman atau bibit penyakit ke dalam tubuh. Infeksi traktus urinarius adalah infeksi dimana pada urin yang diperiksa ditemukan mikroorganisme dalam jumlah > normal.Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001).Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih. (Enggram, Barbara, 1998).Infeksi Traktus Urinarius adalah bila ada pemeriksaan urine ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml. urine yang diperiksa harus bersih, segar dan di ambil dari aliran tengah (midstream) atau diambil dengan pungsi suprasimpisis.Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001).Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama Escherichia coli ; resiko dan beratnya meningkat dengan kondisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998).

B. ETIOLOGIInfeksi saluran kencing merupakan jenis infeksi nosokomial yang paling sering terjadi sekitar 40% dari seluruh infeksi pada Rumah Sakit setiap tahunnya. (Burke dan Zavarsky, 1999).1) Dapat berasal dari organisme pada faeces yang naik dari perineum uretra dan kandung kemih, serta menempel pada permukaan mucosa. 2) Pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap . 3) Gangguan status metabolis (diabetes). 4) Refluks uretrovesikel adalah refluks (aliran balik) urine dari uretra ke dalam kandung kemih. 5) Refluks uretrovesikel dapat disebabkan oleh disfungsi leher kandung kemih uretra.Uretrovesikel atau refluks uretrovesikel adalah aliran balik urin dari kandung kemih ke dalam kedua ureter. 6) Kontaminasi fekal. 7) Hubungan seksual dapat berperan masuknya organisme dari perineum ke dalam kandung kemih. 8) Pemasangan alat ke dalam traktus urinarius.9) Statis urine.10) Mikroorganisme a. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ITU, antara lain: Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ITU complicated Escherichia Coli: 90 % penyebab ITU uncomplicated (simple) Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.b. Prevalensi penyebab ITU pada usia lanjut, antara lain: Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang kurang efektif Mobilitas menurun Nutrisi yang sering kurang baik Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral Adanya hambatan pada aliran urin Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostatC. TANDA DAN GEJALAGejala pada bayi dan anak yang masih kecil biasanya tidak spesifik. Pada anak terlihat: 1) Mudah menangis 2) Sulit makan 3) Muntah 4) Demam yang tidak mudah hilang meski telah diobati Pada bayi atau anak yang lebih kecil, ITU yang terjadi umumnya ITU bagian atas, sedangkam pada anak yang lebih besar, gejala yang terjadi tergantung letak. Bila yang terjadi UTI bagian bawah, maka gejala yang sering timbul: 1) Rasa nyeri, terbakar, atau seperti tersengat saat buang air kecil. 2) Rasa ingin buang air kecil terburu-buru/frekuensi buang air kecil, meskipun urin yang dikeluarkan sedikit. 3) Demam 4) Sering bangun malam untuk buang air kecil 5) Mengompol 6) Nyeri punggung bawah atau nyeri pada bagian bawah rongga perut, dibawah pusar. 7) Urin menjadi lebih keruh/ mungkin mengandung darah. Bila terjadi ITU di bagian atas, maka gejala yang timbul: 1) Demam 2) Sakit pinggang 3) Terdapat silinder leukosit pada urin 4) LED meningkat 5) Peninggian kadar protein C-reaktif 6) Menggigil7) Nyeri ketika berkemih8) Pusing9) Mual dan muntahD. PATOFISIOLOGIWanita lebih beresiko terkena ISK karena uretra yang pendek dan secara anatomi dekat dengan vagina, kelenjar periuretral dan rektum. Organisme yang sering menyebabkan ISK pada wanita adalah organisme yang secara normal ditemukan dalam traktus gastrointestinalis seperti : E. coli, Stafilokokus saprofitikus, dan Streptokokus faecalis. Organisme yang lain seperti : Proteus mirabilis, Klebsiella, Enterobacter, dan pseudomonas. Salah satu organisme diatas melakukan kolonisasi pada uretra distal dan vagina. Flora kemudian naik ke kandung kemih, tempat mikroorganisme melekat pada epitelium traktus urinarius. Perlekatan bakteri cenderung tinggi pada tahap awal penyakit, fase tergantung estrogen pada siklus menstruasi, setelah histerektomi total, dan seiring dengan proses penuaan, yang memperlihatkan bahwa status hormon ikut berperan. Selain itu atrofi epitelium uretral akibat proses penuaan dapat mengurangi kekuatan pancaran urin dan keefektifan pengeluaran bakteri melalui berkemih.ISK pada pria merupakan akibat menyebarnya infeksi yang berasal dari uretra, seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak uretra dari rektum pada pria, dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatik, melindungi pria dari ISK. E. coli adalah organisme utama yang menyebabkan ISK pada pria. Jika terjadi ISK pada pria, hal ini mengindikasikan adanya abnormalitas fungsi dan struktur traktus genitourinarius.

E. MEKANISME INFLAMASIInfeksi tractus urinarius terutama berasal dari mikroorganisme pada faeces yang naik dari perineum ke uretra dan kandung kemih serta menempel pada permukaan mukosa. Agar infeksi dapat terjadi, bakteri harus mencapai kandung kemih, melekat pada dan mengkolonisasi epitelium traktus urinarius untuk menghindari pembilasan melalui berkemih, mekanisme pertahan penjamu dan cetusan inflamasi.Inflamasi, abrasi mukosa uretral, pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap, gangguan status metabolisme (diabetes, kehamilan, gout) dan imunosupresi meningkatkan resiko infeksi saluran kemih dengan cara mengganggu mekanisme normal. Infeksi saluran kemih dapat dibagi menjadi sistisis dan pielonefritis.Pielonefritis akut biasanya terjadi akibat infeksi kandung kemih asendens. Pielonefritis akut juga dapat terjadi melalui infeksi hematogen. Infeksi dapat terjadi di satu atau di kedua ginjal. Pielonefritis kronik dapat terjadi akibat infeksi berulang, dan biasanya dijumpai pada individu yang mengidap batu, obstruksi lain, atau refluks vesikoureter.Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urine dari uretra ke dalam kandung kemih (refluks urtrovesikal), kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK1) Urinalisis Leukosuria atau piuria terdapat > 5 /lpb sedimen air kemih.Leukosuria atau piuria merupakan indikasi penting dugaan ISK. Leukosuria dinyatakan positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sedimen air kemih. Hematuria 5 10 eritrosit/lpb sedimen air kemih.Hematuria digunakan sebagai petunjuk ISK jika dijumpai 5-10 eritrosit/LPB sedimen air kemih.2) Bakteroilogis Mikroskopis ; satu bakteri lapangan pandang minyak emersi. 102 103 organisme koliform/mL urin plus piuria. Pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan air kemih segar tanpa diputar atau tanpa pewarnaan gram. Bakteri dinyatakan positif bermakna bilamana dijumpai 1 bakteri lapangan pandang minyak emersi. Biakan bakteri Pemeriksaan biakan bakteri contoh air kemih dimaksudkan untuk memastikan diagnosis ISK yaitu bila ditemukan bakteri dalam jumlah bermakna sesuai dengan kriteria Cattell yaitu :1. Wanita, simtomatik : 102 organisme koliform/ml urin plus piuria atau 108 organisme patogen apapun/ml urin atauadanya tumbuhnya organisme patogen apapun pada urin yang diambil dengan cara aspirasi suprapubik2. Lelaki, simtomatik 103 organisme patogen/ml urin3. Pasien asimtomatik 105 organisme patogen/ml urin pada 2 contoh urin berurutan Tes kimiawi; tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna pada uji carik.3) Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik 4) Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi. 5) Metode tes Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit. Tes Penyakit Menular Seksual (PMS) : Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek). Tes- tes tambahan : Urogram intravena (IVU), Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.G. PENATALAKSANAAN DAN TERAPISecara umum tujuan terapi medic ITU adalah menghilangkan gejala dengan cepat, mengeradikasi kuman patogen, meminimalisasi rekurensi dan mengurangi morbiditas serta mortalitas. Tujuan itu dapat tercapai dengan pemberian antibiotik sambil mencari penyebab.Antibiotik yang umum digunakan untuk mengobati ISK/ITU tidak berkomplikasi pada lansia adalah trimethoprim/sulfamethoxazol (TMP/SMX), fluorokuinolon, fosfomisin, dan nitrofurantoin.TMP/SMX telah menjadi obat lini pertama pada ISK non komplikata karena mampu membunuh banyak jenis mikroorganisme, kecuali Enterococcus. Kelebihan lain adalah TMP/SMX tersedia dalam bentuk sirup sehingga cocok digunakan pada lansia yang mempunyai kesulitan menelan. Akan tetapi sekarang sudah mulai tampak kecenderungan resistensi TMP/SMX pada E.coli.Fluorokuinolon sedikit demi sedikit mulai menggeser TMP/SMX karena tolerabilitas dan compliance-nya lebih baik. Antibiotik ini bisa digunakan pada Gram negatif dan positif tetapi lebih efektif pada Gram negatif. Kadar creatinin clearance perlu dipantau bila kita memutuskan memberi fluorokuinolon. Bila kreatinin klirens kurang dari 0,5 ml/detik, dosis dikurangi.Fosfomisin diberikan dalam dosis tunggal sehingga compliance pasien lebih baik. Fosfomisin efektif pada Gram negatif tetapi kurang pada Gram positif. Harganya cukup mahal.Nitrofurantoin tidak boleh diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal, yaitu kreatinin klirens kurang dari 0,67 ml/detik.Kaum lansia lebih rentan terhadap efek samping dan toksisitas antibiotik. Hal itu dikarenakan menurunnya fungsi metabolisme dan ekskresi. Akibatnya, kadar obat dalam serum tinggi dan berpotensi menyebabkan kerusakan ginjal. Oleh karena batas keamanan obat pada lansia sempit, pemilihan antibiotik harus berhati-hati dengan mempertimbangkan kelarutan obat, perubahan komposisi tubuh, status nutrisi (kadar albumin), dan efek samping.Di samping obat-obatan, terapi nonfarmakologi harus diterapkan. Sayangnya, langkah itu sering terlupakan. Terapi nonfarmakologi mencakup nutrisi dan imobilisasi. Asupan makanan dan cairan perlu disesuaikan hingga optimal sesuai kemampuan penderita. Kita perlu mengusahakan agar makanan yang diberikan habis dimakan. Pasien tidak boleh diimobilisasi terlalu lama untuk mencegah dekubitus.1. Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram negatif.a. Amoxicillin 20-40 mg/kg/hari dalam 3 dosis. b. Co-trimoxazole atau trimethoprim 6-12 mg trimethoprim/kg/hari dalam 2 dosis.c. Cephalosporin seperti cefixime atau cephalexin. d. Co-amoxiclav digunakan pada ISK dengan bakteri yang resisten terhadap cotrimoxazole. e. Obat-obatan seperti asam nalidiksat atau nitrofurantoin tidak digunakan pada anak-anak yang dikhawatirkan mengalami keterlibatan ginjal pada ISK/ITU. 2. Apabila pielonefritis kroniknya disebabkan oleh obstruksi atau refluks, maka diperlukan penatalaksanaan spesifik untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.3. Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas microorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita harus membilas dari depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi lubang urethra oleh bakteri faeces.Pengobatan simtomatik terhadap keluhan terhadap sakit kencing dapat diberikan penazofridin (piridium) 7-10 mg/kgBB/hari. Disamping ISK perlu juga mencari dan mengurangi atau menghilangkan faktor predisposisi sebagai obstipasi, alergi, investasi cacing dan memberikan kebersihan perineum meskipun usaha ini kadang tidak berhasil.Pengobatan khusus :Penanggulangan ITU ditujukan dengan 3 hal:1. Pengobatan terhadap infeksi akutPada keadaaan berat atau panas tinggi dan keadaan umum, pengobatan segera dilakukan tanpa menungggu hasil biakan urine dan uji resistensi kuman. Pada infeksi akut yang simpleks (uncomplicates infection) diberikan antibiotika atau kemoterapi oral. Obat yang sering dipakai sebagai pilihan utama ( primary drug ) ialah ampisilin, kontrimoksazol, sulfisoksazol, asam nalidiksat dan nitrofurantion. Sebagai pilihan kedua (secondary drug) dapat dipakai obat golongan aminoglikosit ( gentamisin, sisomisin, amikasin, dll), sefakleksin, doksisiklin dan sebagainya). Pengobatan diberikan selama 7 hari.2. Pencegahan dan pengobatan infeksi berulangDalam pengamatan selanjutnya 30-50% penderita akan menglami infeksi berulang dan sekitar 50% diantaranya tanpa gejala. Oleh karena itu perlu dilakukan biakan ulang pada minggu pertama sesudah selesai pengobatan fase akut, kemudian 1 bulan, 3 bulan dan seterusnya setiap 3 bulan selama 2 tahun. Setiap infeksi berulang harus diobati seperti pengobatan fase akut bila relaps atau reinfeksi terjadi lebih dari 2 kali, maka pengobatan dilanjutkan dengan pengobatan profilaksis dengan obat-obat anti septis urine, yaitu nitrofurantion, kontrimoksazol, sefaleksin atau metenamin mandelat. Pada umumnya diberikan dosis normal 1xsehai pada malam hari selama 3 bulan. Bila infeksi traktus urinarus disertai dengan kelainan anatomis atau disebut isk kompleks ( complicated urinary infection) maka pengobatan biasanya kurang memuaskan, pemberian obat disesuaikan dengan hasil uji resistensi dan dilakukan dengan terapi profilaksis selama 6 bulan dan bila perlu sampai 2 tahun.3. BedahKoreksi bedah sesuai dengan kelainan saluran kemih yang ditemukan untuk menghilangkan faktor predisposisi.

Tabel : Dosis antibiotika pareneteral (A), Oral (B), Profilaksis (C) ObatDosis mg/kgBB/hariFrekuensi/ (umur bayi)

(A) Parenteral

Ampisilin100

tiap 12 jam (bayi < 1 minggu)

tiap 6-8 jam (bayi > 1 minggu)

Sefotaksim150dibagi setiap 6jam.

Gentamisin5tiap 12 jam (bayi < 1 minggu)

tiap 8 jam (bayi > 1 minggu)

Seftriakson75sekali sehari

Seftazidim150dibagi setiap 6 jam

Sefazolin50dibagi setiap 8 jam

Tobramisin5dibagi setiap 8 jam

Ticarsilin100dibagi setiap 6 jam

(B) Oral

Rawat jalan antibiotik oral (pengobatan standar)

Amoksisilin20-40 mg/Kg/hariq8h

Ampisilin50-100 mg/Kg/hariq6h

Amoksisilin-asam klafulanat50 mg/Kg/hariq8h

Sefaleksin50 mg/Kg/hariq6-8h

Sefiksim4 mg/kgq12h

Nitrofurantoin*6-7 mg/kgq6h

Sulfisoksazole*120-150q6-8h

Trimetoprim*6-12 mg/kgq6h

Sulfametoksazole30-60 mg/kgq6-8h

* Tidak direkomendasikan untuk neonatus dan penderita dengan insufisiensi ginja

(C) Terapi profilaksis

Nitrofurantoin*1 -2 mg/kg(1x malam hari)

Sulfisoksazole*50 mg/Kg

Trimetoprim*2mg/Kg

Sulfametoksazole30-60 mg/kg

Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas:1. Terapi antibiotika AB dosis tunggal.2. Terapi antibiotika AB konvensional: 5-14 hari3. Terapi antibiotika AB jangka lama: 4-6 minggu4. Terapi dosis rendah untuk supresiPemakaian antimikrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, faktor kausatif (mis: batu, abses), jika muncul salah satu, harus segera ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif dosis rendah.Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin), trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri ini. Pyridium, suatu analgesic urinarius juga dapat digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi.

H. PROSES KEPERAWATAN1. Pengkajiana) Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toeb) Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko: Adakah riwayat infeksi sebelumnya? Adakah riwayat obstruksi pada saluran kemih?c) Adanya faktor predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial Bagaimana dengan pemasangan folley kateter ? Imobilisasi dalam waktu yang lama ? Apakah terjadi inkontinensia urine?d) Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi factor predisposisi terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah) Adakah disuria? Adakah urgensi? Adakah hesitancy? Adakah bau urine yang menyengat? Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi urine? Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian bawah ? Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas ? Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas.e) Pengkajian psikologi pasien: Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang telah dilakukan? Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap penyakitnya.

2. Diagnosa Keperawatan Yang Muncula) Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan sruktur traktus urinarius lain.b) Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.c) Hipertermi b/d proses penyakitd) Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.

3. Intervensia. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan struktur traktus urinarius lain.Kriteria Hasil : Nyeri berkurang / hilang saat dan sesudah berkemihIntervensi: Pantau perubahan warna urin, pantau pola berkemih, masukan dan keluaran setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis ulangRasional: untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) nyeri.Rasional: membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan penyebab nyeri Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan.Rasional: meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot. Berikan perawatan perinealRasional: untuk mencegah kontaminasi uretra Jika dipasang kateter, perawatan kateter 2 kali per hari.Rasional: Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasuki kandung kemih dan naik ke saluran perkemihan. Alihkan perhatian pada hal yang menyenangkanRasional : relaksasi, menghindari terlalu merasakan nyeri. Kolaborasi dalam pemberrian obat analgetik

b. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.Kriteria Hasil :Pola eliminasi membaik, tidak terjadi tanda-tanda gangguan berkemih (urgensi, oliguri, disuria)Intervensi Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristi urinRasional: memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi Dorong meningkatkan pemasukan cairanRasional: peningkatan hidrasi membilas bakteri. Kaji keluhan pada kandung kemihRasional: retensi urin dapat terjadi menyebabkan distensi jaringan (kandung kemih/ginjal) Observasi perubahan tingkat kesadaranRasional: akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada susunan saraf pusat Kolaborasi: Awasi pemeriksaan laboratorium; elektrolit, BUN, kreatininRasional: pengawasan terhadap disfungsi ginjal

c. Hipertermi b/d proses penyakitKriteria hasil :klien menunjukkan termoregulasi yang baik dengan kriteria : suhu kulit dalam rentang normal, suhu tubuh normal, nadi dan RR dalam rentang yang diharapkan, tidak ada perubahan warna kulit, tidak pusing.Intervensi : Kaji TTVRasional : Mengetahui TTV klien Berikan obat antipiretik sesuai kebutuhanRasional : Untuk menurunkan suhu tubuh klien Pantau hidrasi ( turgor kulit, kelembapan membran mukosa)Rasional : Untuk mengetahui klien apakah mengalami hidrasi atau tidak Kompres hangat

d. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.KriteriaHasil : Menyatakan mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, rencana pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif.Intervensi: Berikan waktu kepada pasien untuk menanyakan apa yang tidak di ketahui tentang penyakitnya.Rasional : Mengetahui sejauh mana ketidak tahuan pasien tentang penyakitnya. Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan datangRasional: memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan beradasarkan informasi. Berikan informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk mencegah penyebaran, jelaskan pemberian antibiotik, pemeriksaan diagnostik: tujuan, gambaran singkat, persiapan ynag dibutuhkan sebelum pemeriksaan, perawatan sesudah pemeriksaan.Rasional: pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan membantu mengembankan kepatuhan klien terhadap rencan terapetik. Anjurkan pasien untuk menggunakan obat yang diberikan, minum sebanyak kurang lebih delapan gelas per hari.Rasional: Pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda-tanda penyakit mereda. Cairan menolong membilas ginjal. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan dan masalah tentang rencana pengobatan.Rasional: Untuk mendeteksi isyarat indikatif kemungkinan ketidakpatuhan dan membantu mengembangkan penerimaan rencana terapeutik.

BAB IIIPENUTUP

A. KESIMPULANInfeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001).Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih. (Enggram, Barbara, 1998).Organisme penyebab infeksi ini berasal dari flora normal. Sekitar 90% dari strain E.coli yang menyebabkan pyelonefritis nonobstuktif, di samping kemungkinan kuman-kuman lain Enterobacter aerogenes, klebsiella, pseudomonas dan lain-lain.Secara umum tujuan terapi medic ITU adalah menghilangkan gejala dengan cepat, mengeradikasi kuman patogen, meminimalisasi rekurensi dan mengurangi morbiditas serta mortalitas. Tujuan itu dapat tercapai dengan pemberian antibiotik sambil mencari penyebab.

B. SARANSebagai calon perawat baiklah kita untuk lebih mengkaji lebih dalam mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan infeksi dan inflamasi traktus urinarius agar kita dapat mengangkat diagnosa diagnosa yang akan di ambil demi kualitas asuhan keperawatan di lapangan dan demi membangun kualitas keberasilan dari asuhan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M.E, Moorhouse, M. F, Geissler, A.C, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, JakartaEnggram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan KeperawatanMcCloskey, J.C, Bulechek, G.M, 1996, Nursing Intervention Classification (NIC), Mosby, St. LouisNANDA, 2001, Nursing Diagnoses : Definitions and Classification 2001-2002, PhiladelphiaNugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC.Parsudi, Imam A. (1999). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUIPrice, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit: pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGCSarwono, W., dkk, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, Balai Penerbit FKUI, JakartaSmeltzer, S.C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Vol.2, EGC, JakartaSwearingen, 2001, Keperawatan Medikal Bedah Ed.2, EGC, JakartaTessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.