SKRIPSI ANALISIS PENGARUH INDEKS KEBAHAGIAAN DAN INDEKS …
Transcript of SKRIPSI ANALISIS PENGARUH INDEKS KEBAHAGIAAN DAN INDEKS …
SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH INDEKS KEBAHAGIAAN DAN
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA TERHADAP
KEMISKINAN DI INDONESIA DALAM TINJAUAN
MAQASHID SYARI’AH
Disusun Oleh:
NURUL VADILA SOVIRA
NIM. 160602160
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH
1441H/2020M
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertandatangan di bawah ini
Nama : Nurul Vadila Sovira
NIM : 160602160
Program Studi : Ekonomi Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan SKRIPSI ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas
karya ini.
Bila di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan
telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan dan
ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar
pernyataan ini, maka saya siap untuk dicabut gelar akademik saya atau
diberikan sanksi lain berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Ar-Raniry.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Banda Aceh, 10 Juli 2020
Yang Menyatakan,
Nurul Vadila Sovira
v
PERSETUJUAN SIDANG MUNAQASYAH SKRIPSI
Analisis Pengaruh Indeks Kebahagiaan dan Indeks Pembangunan
Manusia Terhadap Kemiskinan di Indonesia dalam Tinjauan
Maqashid Syari’ah
Disusun Oleh:
Nurul Vadila Sovira
NIM. 160602160
Disetujui untuk disidangkan dan dinyatakan bahwa isi dan formatnya
telah memenuhi syarat penyelesaian Program Studi Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh
Pembimbing I Pembimbing II
Cut Dian Fitri, S.E., M.Si., Ak. CA Winny Dian Safitri, S.Si., M.Si
NIP. 198307092014032002
Menghetahui
Ketua Program Studi Ekonomi Syariah
Dr. Nilam Sari, M.Ag
NIP. 197103172008012007
vi
PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH SKRIPSI
Analisis Pengaruh Indeks Kebahagiaan dan Indeks Pembangunan
Manusia Terhadap Kemiskinan di Indonesia dalam Tinjauan
Maqashid Syari’ah
Nurul Vadila Sovira
NIM. 160602160
Telah Disidangkan oleh Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Ar-Raniry Banda Aceh
dan Dinyatakan Lulus serta Diterima Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Menyelesaikan Program Studi Strata Satu (S-1) dalam
bidang Ekonomi Syariah
Pada Hari/Tanggal: Jum‟at, 10 Juli 2020 M
19 Zulkaidah 1441 H
Banda Aceh
Dewan Penguji Sidang Skripsi Ketua Sidang Sekretaris Sidang
Cut Dian Fitri, S.E.,M.Si.,Ak.CA. Winny Dian Safitri, S.Si., M.Si
NIP. 198307092014032002
Penguji I Penguji II
Prof. Dr. Nazaruddin A. Wahid, M. A. Azimah Dianah, SE., M. Si., Ak
NIP. 196403141992031003 NIDN. 2026028803
viii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh
Indeks Kebahagiaan dan Indeks Pembangunan Manusia Terhadap
Kemiskinan di Indonesia dalam Tinjauan Maqashid Syari’ah”
Shalawat beriring salam tidak lupa kita curahkan kepada junjungan Nabi
besar kita Nabi Muhammad SAW, yang telah mendidik seluruh umatnya
untuk menjadi generasi terbaik di muka bumi ini.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa ada
beberapa kesilapan dan kesulitan. Namun berkat bantuan dari berbagai
pihak alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Oleh
karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada:
1. Dr. Zaki Fuad, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
2. Dr. Nilam Sari, M.Ag dan Cut Dian Fitri, SE., Ak., M.Si
selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Ekonomi
Syariah.
3. Muhammad Arifin, M.Ag., Ph.D dan Rina Desiana, M.E
selaku dosen perwakilan Prodi Ekonomi Syariah di
Laboratorium Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Ar-
Raniry Banda Aceh.
ix
4. Cut Dian Fitri, S.E., M.Si., Ak. CA. selaku pembimbing I dan
Winny Dian Safitri, S.Si., M.Si selaku pembimbing II yang tak
bosan-bosannya memberi arahan dan nasehat bagi penulis demi
kesempurnaan skripsi ini.
5. Prof. Dr. Nazaruddin A. Wahid, M. A dan Azimah Dianah, SE.,
M. Si., Ak , selaku penguji I dan penguji II yang telah
memberikan kritik dan sarannya terhadap skripsi saya
sehingga penulisan skripsi ini jauh lebih baik.
6. Farid Fathony Ashal, Lc., M.A selaku Penasehat Akademik
(PA) penulis selama menempuh pendidikan di Program Studi
Ekonomi Syariah.
7. Terima kasih juga kepada seluruh dosen-dosen yang
mengajar pada Program Studi Ekonomi Syariah selama proses
belajar mengajar.
8. Orang tua tercinta dan terkasih ayahanda Sopita Yahya dan
Ibunda Zahara yang telah membesarkan, mendidik, dan
mengorbankan segalanya dalam menuntut ilmu serta memberikan
nasehat dan doa restu serta dukungan dan jasa yang tidak ternilai
harganya yang telah diberikan selama ini. Teruntuk kakak Mey
Tara Seilvia dan adik tersayang Putra Ananda Zavi Arrazak
yang telah memberikan semangat serta motivasi dalam
menjalankan perkuliahan dan menyelesaikan perkuliahan ini
guna untuk memperoleh gelar sarjana dan ilmu yang diperoleh
berguna bagi seluruh umat di muka bumi ini.
9. Sahabat-sahabat terbaik, Cut Nurul Hayatunnisa, Nabila Adelia,
Nabila Fakhrina Putri, Lizza Safira, Indri Rahmadani, Rahmi
Martina, Qurratu Humaira, Nurul Maulani, Cut Dhiya Thifa
x
Amira, Sheilla Savira, Nada Fitria, Chairunnisa, Octavia,
Rouzatul Sumita, Rifka dan Muhammad Rizky yang telah
membantu dalam proses pembuatan skripsi ini dari awal hingga
akhir.
10. Teman-teman seperjuangan yaitu mahasiswa S1 Ekonomi
Syariah atas segala dukungan yang pernah diberikan agar
penulis bisa dengan cepat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dan mohon maaf kepada semua pihak baik
yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Penulis menyadari bahwa
penulisan ini masih ada kekurangan, oleh karena itu penulis mengaharap
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan
skripsi ini. Dan semoga Tugas Akhir ini bermanfaat untuk semua pihak
yang membacanya.
Banda Aceh, 10 Juli 2020
Penulis,
Nurul Vadila Sovira
xi
TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN
Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri P dan K
Nomor: 158 Tahun 1987 – Nomor: 0543 b/u/1987
1. Konsonan
No Arab Latin No Arab Latin
Tidak ا 1
dilambangkan
Ṭ ط 16
Ẓ ظ B 17 ب 2
„ ع T 18 ت 3
G غ Ṡ 19 ث 4
F ؼ J 20 ج 5
Q ؽ Ḥ 21 ح 6
K ؾ Kh 22 خ 7
L ل D 23 د 8
M م Ż 24 ذ 9
xii
N ن R 25 ر 10
W و Z 26 ز 11
H ه S 27 س 12
‟ ء Sy 28 ش 13
Y ي Ṣ 29 ص 14
Ḍ ض 15
2. Vokal
Vokal Bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia,
terdiri dari vocal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap
atau diftong.
a. Vokal Tunggal
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda
atau harkat, transliterasinya sebagai berikut:
Tanda Nama Huruf Latin
Fatḥah A
Kasrah I
Dammah U
xiii
b. Vokal Rangkap
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa
gabungan antara harkat dan huruf, transliterasinya
gabungan huruf, yaitu:
Tanda dan Huruf Nama Gabungan Huruf
Fatḥah dan ya Ai ي
و Fatḥah dan wau Au
Contoh:
kaifa : كيف
haula : هوؿ
3. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat
dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:
Harkat dan
Huruf
Nama Huruf dan tanda
Fatḥah dan alif ا /ي
atau ya
Ā
ي
Kasrah dan ya Ī
Dammah dan wau ي
Ū
xiv
Contoh:
qāla : ق اؿ
ramā : ر م ى
qīla : ق يل
yaqūlu : يػ ق وؿ
4. Ta Marbutah (ة)
Transliterasi untuk ta marbutah ada dua.
a. Ta marbutah (ة) hidup
Ta marbutah (ة) yang hidup atau mendapat harkat
fatḥah, kasrah dan dammah, transliterasinya adalah t.
b. Ta marbutah (ة) mati
Ta marbutah (ة) yang mati atau mendapat harkat sukun,
transliterasinya adalah h.
c. Kalau pada suatu kata yang akhir katanya ta marbutah
,diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al (ة)
serta bacaan kedua kata itu terpisah maka ta marbutah
.itu ditransliterasikan dengan h (ة)
Contoh:
rauḍah al-aṭfāl/ rauḍatul aṭfāl : طف ال ة ال وض ر
al-Madīnah al-Munawwarah/ : ة ن ور ين ة الم د ا لم
al-Madīnatul Munawwarah
Ṭalḥah : ة ط لح
xv
Catatan:
Modifikasi
1. Nama orang berkebangsaan Indonesia ditulis seperti biasa
tanpa transliterasi, seperti M. Syuhudi Ismail, sedangkan
nama-nama lainnya ditulis sesuai kaidah penerjemahan.
Contoh: Ḥamad Ibn Sulaiman.
2. Nama negara dan kota ditulis menurut ejaan Bahasa
Indonesia, seperti Mesir, bukan Misr; Beirut, bukan Bayrut;
dan sebagainya.
3. Kata-kata yang sudah dipakai (serapan) dalam kamus Bahasa
Indonesia tidak ditransliterasi. Contoh: Tasauf, bukan
Tasawuf.
xvi
ABSTRAK
Nama : Nurul Vadila Sovira
NIM : 160602160
Fakultas/Program Studi : Ekonomi dan Bisnis Islam/Ekonomi
Syariah
Judul : Analisis Pengaruh Indeks
Kebahagiaan dan Indeks
Pembangunan Manusia Terhadap
Kemiskinan di Indonesia dalam
Tinjauan Maqashid Syari’ah
Pembimbing I : Cut Dian Fitri, S.E., M.Si. Ak. CA.
Pembimbing II : Winny Dian Safitri, S.Si., M.Si.
Kata Kunci : Indeks Kebahagiaan, Indeks
Pembangunan Manusia,
Kemiskinan, Maqashid Syari’ah.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh indeks kebahagiaan
dan indeks pembangunan manusia terhadap kemiskinan di Indonesia
dalam tinjauan Maqashid Syari’ah. Data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu data indeks kebahagiaan, indeks pembangunan
manusia dan data persentase kemiskinan tahun 2014 dan 2017 yang
berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) Nasional. Metode yang
digunakan udalam penelitian ini adalah metode analisis komponen utama
dan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
secara simultan variabel indeks kebahagiaan dan indeks pebangunan
manusia berpengaruh terhadap kemiskinan. Secara parsial berdasarkan
hasil analisis yang telah dilakukan maka sebaiknya pemerintah membuat
kebijakan dan dukungan yang tinggi agar angka kemiskinan di Indonesia
yang masuk dalam data Badan pusat Statistik dapat menurun. Penelitian
ini ditinjau dari Maqashid Syari’ah dimana dari unsur-unsur Maqashid
Syari’ah indeks kebahagiaan dan indeks pembangunan manusia meliputi
pemeliharaan agama, harta, jiwa, akal serta keturunan berpengaruh
terhadap kemiskinan yang meliputi pemeliharaan agama dan harta.
xvii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL KEASLIAN ..................................... i
HALAMAN JUDUL KEASLIAN ......................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH iv
PERSETUJUAN SIDANG MUNAQASYAH SKRIPSI ..... v
PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH SKRIPSI ...... vi
LEMBAR PUBLIKASI KARYA ILMIAH ......................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................ viii
TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN .... xi
ABSTRAK ............................................................................... xv
DAFTAR ISI ........................................................................... xvii
DAFTAR TABEL ................................................................... xx
DAFTAR GAMBAR .............................................................. xxi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................... xxii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................ 7
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................ 8
1.5 Sistematika Pembahasan .............................................. 9
BAB II LANDASAN TEORI ................................................. 11
2.1 Kemiskinan ................................................................... 11
2.1.1 Indikator Kemiskinan .......................................... 15
2.1.2 Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan .................. 19
2.1.3 Pengentasan dan Pandangan Islam terhadap
Kemiskinan ......................................................... 21
2.1.4 Kemiskinan dalam Pandangan Maqashid
Syari’ah ............................................................. 26
2.2 Indeks Pembangunan Mansusia ................................... 29
2.2.1 Komponen Indeks Pembangunan Manusia ......... 33
2.2.2 Manfaat Indeks Pembangunan Manusia .............. 36
2.2.3 Pembangunan Manusia dalam Islam ................... 37
2.3.4 Indeks Pembangunan Manusia dalam
Maqashid Syari’ah .............................................. 38
2.3 Indeks Kebahagiaan ..................................................... 40
xviii
Halaman
2.3.1 Konsep Indeks Kebahagiaan ................................. 42
2.3.2 Indeks Kebahagian dalam Maqashid Syariah ....... 43
2.4 Maqashid Syari’ah ......................................................... 44
2.4.1 Tingkatan Maqashid Syari’ah ............................... 45
2.4.2 Unsur Maqashid Syari’ah ..................................... 47
2.5 Keterkaitan Antar Variabel ........................................... 55
2.5.1 Hubungan Indeks Kebahagiaan terhadap
Kemiskinan .......................................................... 55
2.5.2 Hubungan Indeks Pembangunan Manusia
terhadap Kemiskinan ........................................... 55
2.6 Penelitian Terdahulu ..................................................... 56
2.7 Kerangka Pemikiran ...................................................... 61
2.8 Hipotesis Penelitian ....................................................... 62
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................... 63
3.1 Jenis Penelitian ............................................................... 63
3.2 Jenis Data ....................................................................... 63
3.3 Operasional Variabel ...................................................... 64
3.4 Sumber Data ................................................................... 64
3.5 Metode Penelitian ........................................................... 65
3.5.1 Analisis Komponen Utama (AKU) ....................... 65
3.5.2 Analisis Regresi Berganda .................................... 67
3.6 Tahapan Penelitian ............................................................... 72
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................. 74
4.1 Analisis Statistik Deskriptif ........................................... 74
4.1.1 Kemiskinan di Indonesia ....................................... 74
4.1.2 Indeks Kebahagiaan di Indonesia .......................... 77
4.1.3 Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia ......... 81
4.2 Analisis Korelasi ............................................................ 85
4.3 Analisis Komponen Utama (AKU) ................................ 86
4.4 Analisis Regresi .............................................................. 89
4.4.1 Asumsi Klasik ....................................................... 90
4.4.2 Model Analisis Regresi ......................................... 92
4.5 Pembahasan Penelitian ................................................... 96
xix
4.5.1 Pengaruh Indeks Kebahagiaan Terhadap
Kemiskinan dalam Tinjauan Maqashid
Syari’ah ................................................................ 96
4.5.2 Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia terhadap
Kemiskinan dalam tinjauan Maqashid Syari’ah .. 97
4.5.3 Pengaruh Indeks Kebahagiaan dan Indeks
Pembangunan Manusia terhadap Kemiskinan dalam
tinjauan Maqashid Syari’ah ................................. 99
BAB V PENUTUP .................................................................... 101
5.1 Kesimpulan ..................................................................... 101
5.2 Saran ............................................................................... 104
DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 106
LAMPIRAN .............................................................................. 111
xx
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ................................................... 59 Tabel 3.1 Definisi Variabel Penelitian ........................................ 64
Tabel 4.1 Hasil korelasi Rata-rata IK dan IPM Tahun 2014- ..... 86
Tabel 4.2 Pembakuan Variabel ................................................... 87
Tabel 4.3 Skor Komponen Utama ............................................... 88
xxi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kemiskinan di Indonesia Tahun 2014 dan 2017 .... 2
Gambar 1.2 IPM Indonesia Tahun 2014 dan 2017 .................... 4
Gambar 1.3 Indeks Kebahagiaan Indonesia Tahun 2014 dan
2017 ....................................................................... 5
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ............................................... 61
Gambar 4.1 Kemiskinan di Indonesia tahun 2014-2017 ............ 75
Gambar 4.2 Perbandingan Persentase Kemiskinan di
Indonesia Tahun 2014 dan 2017 ............................ 76
Gambar 4.3 Indeks Kebahagiaan di Indonesia Tahun 2014-
2017 ........................................................................ 78
Gambar 4.4 Perbandingan Indeks Kebahagiaan Indonesia
tahun 2014-2017 ................................................ 80
Gambar 4.5 Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2014-
2017 ........................................................................ 82
Gambar 4.6 Perbandingan Indeks Kebahagiaan Indonesia
Tahun 2014-2017 ................................................... 84
Gambar 4.7 Hasil Analisis Komponen Utama ........................... 89
Gambar 4.8 Plot Uji Asumsi Klasik ........................................... 90
Gambar 4.9 Hasil Analisis Regresi Berganda ............................ 92
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Persentase Kemiskinan ..................................... 111
Lampiran 2. Data Indeks Kebahagiaan ........................................... 112
Lampiran 3. Data Indeks Pembangunan Manusia ........................ 113
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kemiskinan merupakan suatu kondisi ketidakmampuan
yang dialami individu, kelompok dan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan standar hidup minimumnya. (Rustanto, 2015:2)
Kemiskinan dipandang sebagai suatu keadaan dimana seorang
individu atau sekelompok orang tidak mampu untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya, seperti makanan, pakaian, tempat berlindung,
pendidikan, dan kesehatan yang dianggap sebagai kebutuhan
minimal dan memiliki standart tertentu (BPS Indonesia, 2000).
Didalam Islam, kemiskinan dipandang sebagai masalah
yang membahayakan jiwa dan iman seseorang karena sangat dekat
dengan kekufuran. Dengan hidup miskin, seseorang tidak dapat
melaksanakan kewajiban agama secara maksimal, proses
pendidikan yang tidak baik, dan akses kehidupan dan kesehatan
yang tidak layak. Oleh karena itu, Islam melarang umatnya
meninggalkan keturunan dalam keadaan lemah, baik secara agama,
ilmu, maupun ekonomi (kesejahteraan) (Prasetyoningrum, 2018)
sebagaimana Allah berfirman dalam QS An-Nisa : 9 yang artinya
:“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang sekiranya
meninggalkan keturunan yang lemah dibelakang mereka yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka, dan hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka bertutur
kata yang benar” (Q.S. An-Nisa‟: 9).
2
Angka kemiskinan menjadi suatu tolak ukur dalam proses
pengambilan kebijakan pemerintah, baik di daerah maupun pusat.
BPS Indonesia dalam publikasinya menunjukkan angka kemiskinan
pada tahun 2014 sebesar 69.21% dan meningkat sebesar 70.75%
pada tahun 2017. Hal tersebut membuktikan bahwa tingkat
kemiskinan di Indonesia semakin meningkat secara signifikan
dalam selang waktu 3 tahun yang ditunjukkan pada grafik di bawah
ini.
Gambar 1. 1 Kemiskinan di Indonesia Tahun 2014 dan 2017
(%)
Sumber: Data diolah dari BPS RI (2019)
Grafik diatas menunjukkan bahwa masalah kemiskinan di
Indonesia harus segera diselesaikan. Peningkatan angka
kemiskinan terjadi karena kegagalan pada upaya pengentasan
kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah sehingga
menyebabkan munculnya berbagai persoalan sosial, ekonomi dan
politik. Masalah mengenai kemiskinan bukanlah suatu hal yang
baru di Indonesia. Oleh karena itu, masalah kemiskinan selalu
3
aktual untuk dibahas. Meskipun telah berjuang puluhan tahun
untuk membebaskan diri dari kemiskinan, namun kenyataan
tetap menunjukkan bahwa Indonesia belum bisa melepaskan diri
dari masalah kemiskinan ini.
Faktor penyebab kemiskinan di dalam teori lingkaran
kemiskinan yaitu adanya keterbelakangan dan ketertinggalan
sumber daya manusia yang tercermin oleh rendahnya Indeks
Pembangunan Manusia (Kuncoro, 1997). Sumber daya
manusia dapat dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
IPM bermanfaat untuk membandingkan kinerja pembangunan
manusia baik antar negara maupun antar daerah. IPM merupakan
indikator yang menjelaskan tentang keadaan suatu wilayah yang
mempunyai kesempatan untuk mengakses hasil dari suatu
pembangunan sebagai bagian dari haknya dalam memperoleh
pendapatan, kesehatan, pendidikan dan sebagainya. Dengan
masyarakat yang sehat dan berpendidikan yang baik, maka
produktifitas masyarakat akan meningkat sehingga meningkat
pula pengeluaran untuk konsumsinya. Peningkatan pengeluaran
untuk konsumsi menggambarkan bahwa tingkat kemiskinan
menurun (Kuncoro, 2006). Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM
dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi
tersebut mencakup umur panjang dan sehat, pengetahuan dan
kehiudpan yang layak.
4
Gambar 1. 2 IPM Indonesia Tahun 2014 dan 2017(%)
Sumber: Data diolah dari BPS RI (2019)
Indeks pembangunan manusia pada tahun 2014 ke 2017
mengalami peningkatan. Pada tahun 2014 Indeks Pembangunan
Manusia sebesar 68.9% dan meningkat sebesar 70.81% pada tahun
2017. Artinya terjadi perubahan yang lebih baik setiap tahunnya.
Dengan meningkatnya IPM Indonesia menjadikan ekonomi
yang semakin membaik dan membuat masyarakat menjadi
lebih sejahtera. Indikator kesejahteraan salah satunya diukur
dengan indeks kebahagiaan.
Indeks Kebahagiaan Manusia merupakan suatu indeks
yang menyatakan tingkat kebahagiaan seseorang yang ditinjau
dari tiga dimensi kehidupan, yaitu meliputi dimensi kepuasan
hidup (life satisfaction); dimensi perasaan (affect) dan dimensi
makna hidup (eudaimonia). Semakin tinggi nilai indeks
menunjukkan tingkat kehidupan penduduk yang semakin bahagia.
Sebaliknya, semakin rendah nilai indeks menunjukkan tingkat
5
kehidupan penduduk yang semakin tidak bahagia. Indeks
kebahagiaan adalah salah satu indikator yang digunakan untuk
mengukur kesejahteraan masyarakat berdasarkan tingkat
kebahagiaan masyarakat (BPS, 2017).
Gambar 1. 3 Indeks Kebahagiaan Indonesia Tahun 2014 dan
2017
Sumber: Data diolah dari BPS RI (2019)
Indeks kebahagiaan pada tahun 2014 sebesar 69.51%
dan pada tahun 2017 sebesar 70.69%. Angka diatas menunjukkan
bahwa indeks kebahagiaan indonesia mengalami peningkatan
indeks sebesar 1.18 poin. Dengan demikian, telah terjadi
kemajuan yang sangat baik setiap tahunnya. Peningkatan angka
indeks kebahagiaan ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan
penduduk yang sudah baik. Jika dilihat dari indiktor kesejahteraan,
tolak ukur yang utama yaitu angka kemiskinan yang kecil, IPM
yang terus meingkat dan indeks kebahagiaan yang terus meningkat
6
sehingga terciptalah suatu kehidupan yang sesuai dengan maqashid
syariah.
Maqashid Syari’ah merupakan pilar hukum Islam yang
membahas mengenai ekonomi Islam. Maqashid Syari’ah
menjelaskan tentang tujuan akhir syariat islam yang menghendaki
keadilan dan kemaslahatan secara total seperti dalam kehidupan
manusia. Keadilan dan kemaslahatan itu, bisa diukur melalui
Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Maqashid Syari’ah
mempunyai 5 pilar untuk mencapai kesejahteraan manusia yaitu
menjaga agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Terpenuhinya
lima kebutuhan dasar manusia tersebut akan berkorelasi pada
kesejahteraan. Apabila manusia tidak mampu memenuhi kebutuhan
dasarnya maka tidak terwujudnya tujuan dari maqashid syariah.
Hal ini akan mengakibatkan kehidupan tidak sejahtera yang akan
berdampak pada kualitas manusia itu sendiri.
Penelitian tentang kemiskinan, IPM dan indeks
kebahagiaan telah banyak dilakukan. Salah satunya dalam riset
yang dilakukan oleh Prasetyoningrum (2018) menjelaskan bahwa
IPM berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Artinya
berkurangnya tingkatnya kemiskinan karena IPM yang meningkat
mengindikasikan bahwa IPM dapat meningkatkan produktivitas
kerja manusia, yang akan meningkatkan pendapatan untuk
memnuhi kebutuhan hidup layak.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, peneliti
tertarik untuk membuktikan secara empiris hubungan antara Indeks
7
Kebahagiaan, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap
kemiskinan di Indonesia. Oleh karena itu, judul yang diambil
dalam penelitian ini adalah “Analisis Pengaruh Indeks
Kebahagiaan dan Indeks Pembangunan Manusia terhadap
Kemiskinan di Indonesia dalam Tinjauan Maqashid Syari’ah”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang sudah dijelaskan
di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh Indeks Kebahagiaan terhadap
Kemiskinan di Indonesia dalam tinjauan Maqashid
Syari’ah?
2. Bagaimana pengaruh Indeks Pembangunan Manusia
terhadap Kemiskinan di Indoensia dalam tinjauan
Maqashid Syari’ah?
3. Bagaimana pengaruh Indeks Kebahagiaan, Indeks
Pembangunan Manusia terhadap kemiskinan di Indonesia
dalam tinjauan Maqashid Syari’ah?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang sudah dijelaskan
di atas, maka dapat dijelaskan penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui pengaruh Indeks Kebahagiaan
terhadap Kemiskinan di Indonesia dalam tinjauan
Maqashid Syari’ah.
8
2. Untuk mengetahui pengaruh Indeks Pembangunan
Manusia(IPM) terhadap Kemiskinan di Indoensia dalam
tinjauan Maqashid Syari’ah.
3. Untuk mengetahui pengaruh Indeks Kebahagiaan, Indeks
Pembangunan Manusia(IPM)
4. terhadap kemiskinan di Indonesia dalam tinjauan Maqashid
Syari’ah.
1.4 Manfaat Penelitian
Selanjutnya, terdapat tiga manfaat dari hasil penelitian
ini yakni manfaat dari segi teoritis, praktis, dan bagi masyarakat.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan
mengembangkan wawasan mengenai pengaruh Indeks
Kebahagiaan dan Indeks Pembangunan Manusia terhadap
Kemiskinan di Indonesia dalam tinajuan Maqashid
Syari’ah. Penelitian ini juga dapat menambah referensi
mengenai pengaruh hal tersebut.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dan
informasi kepada para pengambil kebijakan pada
pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah serta instansi terkait dalam menentukan pengaruh
Indeks Kebahagiaan dan Indeks Pembangunan Manusia
9
terhadap Kemiskinan dan mengembangkan perekonomiann
di Indonesia.
3. Manfaat Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi dan referensi bagi masyarakat dan dapat
menanggulanginya apabila berada di dalam ekonomi yang
rendah.
1.5 Sistematika Pembahasan
Sistematika penulisan bertujuan untuk menggambarkan
mengenai susunan isi skripsi secara teratur. Penelitian ini disusun
dalam tiga bab yang masing-masing terdiri dari sub bab
pembahasan sebagai acuan berpikir secara sistematis.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi mengenai pendahuluan yang merupakan
gambaran umum penelitian yang terdiri dari : latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian
serta sistematika pembahasan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini merupakan kerangka teori dan landasan teori serta
pembangunan hipotesis yang terdiri dari teori, temuan penelitian
terkait, model penelitian atau kerangka berpikir, serta
pengembangan hipotesis penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini merupakan metode penelitian yang terdiri dari
penjelasan tentang jenis penelitian, jenis umber data, teknik
10
pengumpulan data, operasional variabel, metode analisis dan
tahapan penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bagian ini merupakan pelaporan hasil penelitian dan
pembahasan yang mengaitkan dengan kerangka teori atau
penelitian yang dilakukan.
BAB V PENUTUP
Bagian ini merupakan bab terakhir dari isi pokok
penelitian terdiri dari simpulan dan saran.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kemiskinan
Kemiskinan merupakan keadaan dimana terjadi
kekurangan hal-hal yang biasa untuk dimiliki seperti makanan,
pakaian, tempat berlindung dan air minum. Hal hal ini
berhubungan erat dengan kualitas hidup. Kemiskinan kadang
juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan
pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan
mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara.
Kemiskinan merupakan masalah global (Arfiani, 2009).
Kemiskinan didefinisikan sebagai ketidakmampuan
individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup
layak. Lebih lanjut disebutkan kemiskinan merupakan sebuah
kondisi yang berada di bawah garis nilai standar kebutuhan
minimum, baik untuk makanan dan non makanan yang disebut
garis kemiskinan atau batas kemiskinan (Rejekiningsih, 2011).
BPS Aceh (2017) mendefinisikan kemiskinan merupakan
suatu ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari
sisi pengeluaran. Penduduk miskin adalah penduduk yang
memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di bawah garis
kemiskinan. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai
pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan
12
dengan 2.100 kilo kalori per kapita per hari. Garis kemiskinan
Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk
perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan (BPS Aceh, 2017).
Berdasarkan Undang-undang No. 24 tahun 2004,
kemiskinan adalah kondisi sosial ekonomi seseorang atau
sekelompok orang yang tidak terpenuhinya hak-hak dasarnya
untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang
bermartabat. Kebutuhan dasar yang menjadi hak seseorang atau
sekelompok orang meliputi kebutuhan pangan, kesehatan,
pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber
daya alam, lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau
ancaman dari tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi
dalam penyelenggaraan kehidupan sosial dan politik.
Sebab-sebab kemiskinan dikelompokkan menjadi dua.
Pertama, kemiskinan yang terjadi disebabkan oleh faktor eksternal
atau faktor yang berada diluar jangkauan individu. Kondisi
masyarakat yang disebut miskin dapat diketahui berdasarkan
kemampuan pendapatan dalam memenuhi standar hidup
(Nugroho, 1995). Pada prinsipnya, standar hidup di suatu
masyarakat tidak sekedar tercukupinya kebutuhan pangan, tetapi
juga tercukupinya kebutuhan kesehatan, maupun pendidikan.
Tempat tinggal ataupun pemukiman yang layak meupakan salah
satu dari standar hidup atau standar kesejahteraan masyarakat di
suatu daerah. Berdasarkan kondisi ini, suatu masyarakat disebut
miskin apabila memiliki pendapatan jauh lebih rendah dari rata-
13
rata pendapatan sehingga tidak banyak memiliki kesempatan
untuk mensejahterakan dirinya (Suryawati, 2004)
Menurut Chambers hidup dalam kemiskinan bukan
hanya hidup dalam kekurangan uang dan tingkat pendapatan
rendah, tetapi juga banyak hal lain, seperti: tingkat kesehatan,
pendidikan rendah, perlakuan tidak adil dalam hukum,
kerentanan terhadap ancaman tindak kriminal,
ketidakberdayaan menghadapi kekuasaan, dan
ketidakberdayaan dalam menentukan jalan hidupnya sendiri
(Nasikun, 2001). Kemiskinan dapat dibagi dalam empat bentuk,
yaitu:
1. Kemiskinan Absolut, yaitu pendapatannya berada
dibawah garis kemiskinan atau tidak cukup memenuhi
kebutuhan hidup minimum atau kebutuhan dasar
termasuk pangan, sandang, papan, dan kesehatan
pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup
berkelanjutan.
2. Kemiskinan Relatif, yaitu kondisi miskin karena pengaruh
kebijakan pembangunan yang belum menjangkau seluruh
masyarakat, sehingga menyebabkan ketimpangan pada
pendapatan atau dapat dikatakan orang tersebut
sebenarnya telah hidup diatas garis kemiskinan namun
masih berada dibawah kemampuan masyarakat sekitarnya.
3. Kemiskinan Kultural, yaitu mengacu pada persoalan sikap
seseorang atau sekelompok masyarakat yang disebabkan
14
oleh faktor budaya, seperti tidak mau berusaha
memperbaiki tingkat kehidupan malas, pemboros, tidak
kreatif meskipun ada bantuan dari pihak luar.
4. Kemiskinan Struktural, yaitu situasi miskin yang
disebabkan karena rendahnya akses terhadap sumber
daya yang terjadi dalam suatu sistem sosial budaya dan
sosial politik yang tidak mendukung pembebasan
kemiskinan, tetapi menyebabkan suburnya kemiskinan.
Kemiskinan juga dapat dibedakan menjadi dua jenis
yaitu kemiskinan alamiah dan kemiskinan buatan (artificial).
1. Kemiskinan alamiah berkaitan dengan kelangkaan
sumber daya alam dan prasarana umum, serta keadaan
tanah yang tandus.
2. Kemiskinan buatan lebih banyak diakibatkan oleh sistem
modernisasi atau pembangunan yang membuat
masyarakat tidak dapat menguasai sumber daya,
sarana, dan fasilitas ekonomi yang ada secara merata
Suatu ukuran yang pasti untuk menentukan batas
kemiskinan tidaklah mudah, tetapi para fuqaha mazhab seperti
Malikiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah mendefinisikan miskin ialah
orang yang masih mampu berusaha memperoleh harta secara
halal, tetapi hasilnya tidak mencukupi bagi dirinya dan
keluarganya. Sedangkan golongan Hanafiyah mendefinisikan
miskin ialah yang tidak memiliki sesuatu (harta atau tenaga).
(Qadir, 2001)
15
2.1.1 Indikator Kemiskinan
Beberapa macam ukuran yang seringkali digunakan
sebagai indikator kemiskinan, antara lain: tingkat konsumsi beras
per tahun, tingkat pendapatan, indeks kesejahteraan masyarakat
dan indeks kemiskinan manusia (Setiadi, 2011).
1. Tingkat Konsumsi Beras
Secara umum Profesor Sayogyo menjelaskan
kemiskinan di ukur dengan menghitung jumlah penduduk
yang memiliki pendapatan per kapita yang tidak
mencukupi untuk mengkonsumsi barang dan jasa yang
nilainya ekuivalen dengan 20 kg beras per kapita per
bulan untuk daerah pedesaan, dan 30 kg beras untuk
daerah perkotaan. Standar kecukupan pangan dihitung
setara 2.100 kilo kalori per kapita per hari ditambah
dengan pengeluaran untuk kebutuhan non makanan
(perumahan, berbagai barang dan jasa, pakaian). (Sayogyo,
2000).Selama periode tahun 1970-an hingga awal tahun
1990-an Indonesia cukup berhasil menurunkan tingkat
kemiskinan.
Menurut World Bank tercatat pada periode
tersebut poverty head count rate di Indonesia turun sampai
dengan 28,6 persen. Ketika krisis ekonomi menimpa
Indonesia pada pertengahan tahun 1997, angka kemiskinan
kembali meningkat dan mencapai puncaknya pada tahun
1999 menjadi sebesar 23 persen, kemudian angka
16
tersebut kembali turun menjadi 16 persen pada tahun
2005.
Namun demikian tahun 2006 angka kemiskinan
kembali meningkat sebesar 1,75 persen sehingga menjadi
17,75 persen. Salah satu pemicu kenaikan angka
kemiskinan ini adalah naiknya harga beras sebagai akibat
dari larangan impor beras (World Bank: 2006). Dampak
dari adanya kenaikan harga beras dengan tingkat
kemiskinan memang sangat erat karena beras merupakan
makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia
terutama bagi mereka yang kurang mampu.
2. Tingkat Pendapatan
Batas garis kemiskinan antara daerah perkotaan
dan pedesaan, persentase penduduk miskin di Indonesia
laporan tahun 2013 yang dikeluarkan BPS menunjukkan
bahwa jumlah penduduk miskin yaitu penduduk dengan
pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis
kemiskinan.
Adanya kecenderungan bahwa jumlah penduduk
miskin sebagian besar terkonsentrasi di daerah pedesaan.
Hal ini mengidentifikasikan rendahnya kualitas hidup
masyarakat di pedesaan. Adanya ketimpangan dalam
pola pembangunan dan belum termanfaatkannya sumber
daya yang ada di pedesaan secara menyeluruh hanya
17
merupakan sedikit dari sekian banyak permasalahan yang
menyebabkan keterbelakangan di daerah tersebut.
Perbedaan yang mencolok pada penetapan garis
kemiskinan antara daerah pedesaan dan perkotaan karena
dinamika kehidupan yang berbeda antara keduanya.
Penduduk di daerah perkotaan memiliki kebutuhan yang
relatif sangat beragam dibandingkan dengan daerah
pedesaan. Sehingga mempengaruhi pola pengeluaran
mereka.
3. Kesejahteraan Masyarakat
Indikator kesejahteraan ini dilihat dari 9 komponen,
yaitu kesehatan, konsumsi makanan dan gizi, pendidikan,
kesempatan kerja, perumahan, jaminan sosial, sandang,
rekreasi dan kebebasan. Namun, yang sering digunakan
hanya 4 komponen, yaitu kesehatan, konsumsi makanan
dan gizi, pendidikan dan perumahan. Sedangkan indikator
yang lainnya sulit diukur dan sulit dibandingkan antar
daerah atau antar waktu.
4. Indeks Kemiskinan Manusia
Indeks ini diperkenalkan oleh UNDP (United
National Development Program) dalam salah satu
laporan tahunan yaitu Human Development Report.
Indeks ini terlahir karenan ketidakpuasan UNDP dengan
indikator pendapatan per dollar per hari yang digunakan
oleh Bank Dunia sebagai tolak ukur kemiskinan disuatu
18
wilayah atau Negara. Dengan adanya indeks ini, UNDP
sengaja mengganti ukuran kemiskinan dari segi pendapatan
dengan ukuran dari segi pendapatan kualitas hidup
manusia. Argumen umum yang di gunakan oleh UNDP
adalah bahwa tolak ukur kemiskan dari seseorang
adalah jika dia tidak mampu menjangkau terhadap sarana
publik dasar dan tingkat kualitas hidup mereka sendiri
adalah rendah.
Adapun Indikator Internasional Kemiskinan adalah : (1)
terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, (2) terbatasnya akses
danrendahnya mutu layanan kesehatan, (3) terbatasnya akses dan
rendahnya mutu layanan pendidikan, (4) terbatasnya kesempatan
kerja dan berusaha, (5) lemahnya perlindungan terhadap aset usaha,
dan perbedaan upah, (6) terbatasnya akses layanan perumahan dan
sanitasi, (7) terbatasnya akses terhadap air bersih, (8) lemahnya
kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah, (9) memburuknya
kondisi lingkungan hidup dan sumber daya alam, serta terbatasnya
akses masyarakat terhadap sumber daya alam, (10) lemahnya
jaminan rasa aman, (11) lemahnya partisipasi, (12) besarnya beban
kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan
keluarga, (13) tata kelola pemerintah yang buruk yang
menyebabkan inefisiensi dan infektivitas dalam pelayanan
publik, meluasnya korupsi dan rendahnya jaminan sosial terhadap
masyarakat. (Rustanto, 2015)
19
Ada tiga nilai pokok yang menentukan tingkat kemiskinan,
yaitu tingkat kehidupan, tingkat pendidikan dasar dan tingkat
kemampuan ekonomi. Oleh kaeran itu, nilai indeks kemiskinan
manusia mempresentasikan proporsi jumlah penduduk di suatu
wilayah yang kehilangan tiga nilai pokok tersebut. Indeks
kemiskinan manusia yang rendah menunjukkan tingkat
kemiskinan yang rendah pula, begitu juga sebaliknya (Arsyat,
2015).
Dalam Islam banyak muncul pengertian mengenai
kemiskinan disebabkan tolak ukur kemiskinan yang digunakan
berbeda antara satu negara dengan negara lainnya. Al-Ghazali
mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan seseorang
dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri, baik dari segi
kebutuhan material dan kebutuhan rohani. Islam menganggap
kemiskinan merupakan suatu hal yang mampu membahayakan
akhlak, kelogisan berfikir, keluarga dan juga masyarakat.
2.1.2 Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan
Kemiskinan di negara-negara berkembang disebabkan
karena kebutuhan manusia yang bermacam-macam, adanya
ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya, yang menimbulkan
distribusi pendapatan yang timpang, hal ini terlihat bahwa
mayoritas penduduk miskin hanya memiliki sumber daya alam
dalam jumlah yang terbatas. Selain itu, tingkat pendidikan juga
mempengaruhi kualitas sumber daya manusia. Tingkat
20
pendidikan yang rendah tentunya akan mengakibatkan
ketidakmampuan dalam mengembangkan diri dan menyebabkan
sempitnya peluang dalam mendapatkan lapangan pekerjaan,
sehingga mempengaruhi tingginya tingkat pengangguran.
Tingginya tingkat pengangguran disuatu Negara ini, yang
selanjutnya dapat menyebabkan kemiskinan.
Menurut pendapat Suyanto dalam Basri (2002), ada tiga
faktor penyebab terjadinya kemiskinan dipedesaan maupun
diperkotaan, yaitu:
1. Sempitnya penguasaan dan pemilikan lahan atau akses
produksi lain, ditambah lagi kurangnya ketersediaan modal
yang cukup untuk usaha.
2. Karena nilai tukar hasil produksi yang semakin jauh
tertinggal dengan hasil produksi lain, termasuk kebutuhan
hidup sehari-hari.
3. Karena tekanan perangkap kemiskinan dan ketidaktahuan
masyarakat, dengan artian mereka terlalu relatif terisolasir
atau tidak memiliki akses yang cukup untuk memperoleh
informasi-informasi yang dibutuhkan. Disamping itu
masyarakat secara fisik lemah karena kurang gizi, mudah
terserang penyakit dan tidak berdaya atau rentan.
4. Masalah kemiskinan di Indonesia tidak hanya melanda di
perkotaan saja namun juga di pedesaan, dimana sebagian
besar kemiskinan terjadi di wilayah desa. Faktor-faktor yang
telah dijelaskaan diatas merupakan permasalahan yang akan
21
memperparah kondisi perekonomian yang menyebabkan
kemiskinan. Salah satu ciri kondisi kemiskinan adalah tidak
adannya sarana prasarana yang dibutuhkan serta kualitas
lingkungan yang kumuh dan tidak layak huni. Kemiskinan
juga mencakup masalah struktural dan multidimensional
yang mencakup sosial dan politik.
Berdasarkan uarain di atas, dapat dikatakan bahwa faktor
penyebab kemiskinan sangat komplek dan saling mempengaruhi,
artinya kemiskinan terjadi bukan disebabkan oleh satu faktor saja,
tetapi multi faktor. Namun demikian, dapat dipahami bahwa faktor
dominan yang menyebabkan terjadinnya kemiskinan adalah
sempitnya lapangan pekerjan, rendahnya kualitas sumber daya
manusia, sumber daya alam terbatas dan kebijakan pemerintah.
2.1.3 Pengentasan dan Pandangan Islam terhadap Kemiskinan
Berbagai upaya untuk mengentasakan kemiskinan telah
dilakukan oleh pemerintah yang diaplikasikan dalam wujud
kebijakan dan program-program baik yang bersifat langsung
maupun tidak langsung. Kebijakan bersifat langsung yaitu
berupa program yang langsung diberikan kepada penduduk
miskin, contohnya bantuan tunai langsung (BLT) dan raskin,
sedangkan kebijakan tidak langsung, contohnya program
Jamkesmas, program IDT, dan dana BOS. Walaupun telah
dilakukan berbagai upaya namun kemiskinan tidak dapat
dihilangkan seluruhnya, artinya fenomena kemiskinan dengan
22
mudah dapat dijumpai di hampir seluruh wilayah baik di perkotaan
maupun di pedesaan.
Program pengentasan kemiskinan yang saat ini dilakukan
baik yang berasal dari pemerintah maupun non pemerintah
umumnya hanya sementara, artinya program tersebut akan
berjalan selama masih ada anggaran (dana), setelah dana habis
maka selesai pula kegiatan program. Dengan kata lain bahwa
program-program pengentasan kemiskinan yang selama ini
dilaksanakan berdasarkan pada pendekatan projek dan bukan
pendekatan program. Tidak heran jika program pengentasan
kemiskinan tidak berkelanjutan, akhirnya angka kemiskinan secara
absolut di Indonesiai tetap saja tinggi.
Tampaknya dalam merumuskan sebuah kebijakan
maupun program yang bertujuan untuk mengentaskan
kemiskinan perlu dilakukan beberapa tahapan kegiatan.
Misalnya, diawali dengan assesment, dalam tahap ini dilakukan
perumusan atau mengkatagorikan dimensi-dimensi dan faktor
penyebab kemiskinan, analisis kebutuhan dan potensi yang dapat
dikembangkan dan merumuskan bentuk-bentuk program yang di
inginkan oleh penduduk miskin. Selain itu, dirumuskan pula pihak-
pihak yang dapat dilibatkan dalam kegiatan atau program
kemiskinan, serta membuat jadwal pelaksanaannya. Setelah tahap
ini selesai, maka dilanjutkan ke tahap pelaksanaan kegiatan dan
diakhiri dengan tahap monitoring dan evaluasi.
23
Kebijakan dalam upaya pengentasan kemiskinan tentunya
dalam implementasi melalui program-program yang berbasis pada
penggalian potensi yang ada di masyarakat itu sendiri. Artinya
perlu melibatkan peran serta masyarakat dalam melaksanakan
program, dan pemerintah berperan sebagai fasilitator. Selain itu
perlu juga dirumuskan strategi untuk keberlangsungan program
(kegiatan) di masyarakat yang didukung dengan adanya koordinasi
antara instansi terkait (Nurwati, 2008).
Al-Qardhawi dalam Qadir (2001) mengemukan
pandangannya bagi upaya pengentasan kemiskinan melalui enam
solusi, yaitu:
1. Setiap orang Islam harus harus bekerja keras dan
meningkatkan etos kerja.
2. Orang-orang kaya menyantuni dan menjamin kehidupan
ekonomi keluarga dekatnya yang miskin.
3. Meningkatkan dan mengintensifkan pelaksanaan zakat
secara profesional.
4. Mengintensifkan pengumpulan bantuan dari sumber,
baik dari swadaya masyarakat maupun pemerintah.
5. Mendorong orang-orang kaya untuk mengeluarkan
sedekah kepada orang-orang yang sangat
membutuhkannya.
6. Bantuan-bantuan sukarela dan kebaikan hati secara
individual dan incidental.
24
Pengentasan kemiskinan melalui proses yang panjang
dapat ditempuh melalui pendekatan parsial dan pendekatan
struktural. Pendekatan parsial yaitu dengan pemberian bantuan
langsung berupa sedekah biasa dari orang-orang kaya dan dari
dana zakat secara konsumtif kepada fakir miskin yang tidak
produktif lagi (karena cacat jasmani atau mental). Pendekatan
struktural, model pendekatan ini bertujuan untuk mengentaskan
kemiskinan secara sistematis, dengan cara menghilangkan faktor-
faktor penyebab kemiskinan itu sendiri yang disebabkan oleh
faktor internal maupun eksternal. Faktor terpenting pengentasan
kemiskinan di kalangan umat Islam khususnya adalah
meningkatkan pemahaman zakat guna meningkatkan kesadaran
pengalamannya, dan mengintensifkan pelaksanaan dengan sistem
pengelolaanya yang baik secara proporsional dan profesional
(Qadir, 2001).
Islam memandang kemiskinan merupakan satu hal
yang mampu membahayakan akhlak, kelogisan berpikir,
keluarga, dan juga mayarakat. Islam pun menganggapnya sebagai
musibah dan bencana yang seharusnya memohon perlindungan
kepada Allah atas kejahatan yang tersembunyi di dalamnya. Jika
kemiskinan ini semakin merajalela, maka kemiskinan ini akan
membuat lupa adanya Allah dan juga rasa sosialnya kepada
sesama. Rasulullah SAW menjelaskan bagaimana bahayanya
kemiskinan (kefakiran), bahkan beliau menggambarkan
25
bahwasanya kefakiran mendekati kekufuran. Hal ini
sebagaimana hadis yang artinya :
“Dari Anas bin Malik r.a. Rasulullah SAW bersabda: kefakiran
mendekati kekufuran.” (HR. Abu Dawud)
Menurut Manawy dalam Huda, kekafiran dan kekufuran
mempunyai keterkaitan yang sangat kuat, karena kekufuran
merupakan satu langkah menuju kekafiran. Seorang yang fakir
miskin, pada umumnya akan menyimpan kedengkian kepada
orang yang mampu dan kaya. Adapun iri dan dengki akan mampu
melenyapkan kebaikan. Mereka pun mulai menumbuhkan
kehinaan di dalam hati mereka, di saat mereka mulai
melancarkan segala daya upayanya demi mencapai tujuan
kedengkian mereka tersebut. Kesemuanya ini mampu meniadai
agamanya dan juga menimbulkan adanya ketidakridhaan atas
takdir yang telah ditetapkan yang akhirnya tanpa sadar akan
membuatnya mencela rezeki yang telah datang padanya.
Walaupun ini semua belum termasuk ke dalam kekafiran, namun
sudah merupakan langkah untuk mencapai kekafiran itu sendiri.
Jadi dapat disimpulkan bahwa isu kemiskinan ini tidak
bisa dilepaskan dari konsep pemenuhan kebutuhan minimal.
Dalam Islam, definisi kebutuhan pokok ini bukan hanya terkait
dengan aspek kebutuhan materiil semata, namun juga terkait
dengan aspek kebutuhan spiritual dan beribadah kepada Allah.
Kemudian tujuan Islam dalam pengentasan kemiskinan yaitu Islam
menginginkan agar setiap manusia mempersiapkan kehidupan
26
terbaiknya serta mampu mendayagunakan segala apa yang ada di
dalamnya dengan sebaik mungkin. Dengan demikian, manusiapun
akan mampu beribadah kepada Allah SWT dengan penuh
kekhusyukan dan juga dengan persiapan yang sangat baik dan
akan lebih mampu mengkonsentrasikan diri untuk lebih mengenal
Allah SWT dan lebih mendekatkan diri kepada-Nya, serta lebih
mengenal kehidupan lain kehidupan akhirat yang lebih baik dan
lebih kekal.
2.1.4 Kemiskinan dalam Pandangan Maqashid Syari’ah
Permasalahan kemiskinan memang permasalahan yang
tiada pernah habisnya di Indonesia. Kesejahteraan tidak akan
tercapai bila kemeskinan belum dihilangkan. Maqashid As-syariah
berfungsi untuk melakukan dua hal yakni tahsil yaitu menggunaan
manfaat (maslahat) dan kedua Ibqa‟ (mencegah kerusakan) atau
mudharat dalam sosial masayrakat. Maslahat dalam kajian ini
adalah kesejahteraan masyarakat dan kesejahteraan negara, dimana
fungsinya adalah terciptanya keadilan ekonomi dan pembangunan
dan menghindari krisis ekonomi dan kemiskinan yang
berkepenjangan.Maqashid syariah terhadap kajian negara sejahtera
dibagi dalam lima fase yang mengedepankan kemaslahatan dan
kesejahteraan yakni menjaga agama, menjaga jiwa, menjaga akal,
menjaga keturunan dan menjaga harta (Hamdani, 2020).
27
Untuk terhindar dari kemiskinan dan mencapai
kesejahteraan maka harus mengamalkan 5 aspek maqashid syari‟ah
yaitu (Hamdani, 2020) :
1. Hifzh Addin (menjaga agama)
Dalam kaitannya dengan negara sejahtera, Hifzh Addin
adalah pemerintah harus memberikan kenyamanan dan
keamanan bagi warga negara dalam menganut agama
masing-masing. Agama harus menjadi sumber dan petunjuk
bagi warga negara dalam menjalani hidup didunia. Karena
tujuan negara sejehtera adalah warga negara merasakan
kebahagian dalam menjalani agama dan tidak merasa
terganggu. Kendati demikian, menjaga agama bukan
menjadikan negara beragama, tetapi warga negara dijamin
dalam memeluk agama.
2. Hifzh Annfis (Menjaga Jiwa)
Negara sejahtera harus memberikan kemaslahatan dan
kedamaian bagi warga negara dan penduduk bumi.
Kedamaian, saling gotong royong, menghindari konflik
sosial dan hidup bahagia adalah bagian dari tujuan negara
sejahtera. AsSyatibi menjelaskan menjaga jiwa adalah
setiap individu yang hidup di sebuah negara harus terjamin
dan tidak terancam jiwanya dalam menjalani hidup, baik
secara ekonomi, sosial dan berpolitik. Menjaga jiwa adalah
memberikan jaminan sosial kepada warga negara, seperti
BPJS, melindungi pendidikan, memberikan beasiswa
28
kepada orang miskin, memberikan sembako kepada orang
jumpo.
3. Hifzh Al-Amal (menjaga harta)
Negara sejahtera harus memberikan perlindungan kepada
warga negara, baik jiwa, harta dan martabatnya. negara
harus hadir melindungi dan memberikan keamanan
terhadap pengelolaan ekonomi masyarakat, termasuk pihak
swasta yang berinvestasi di sebuah negara. Perlindungan
ekonomi ini menurut As-Syatibi sangat luas, termasuk
melindungi setiap warga negara yang hendak melakukan
investasi, berbisnis, wirausaha dan mengelola ekonomi,
sehingga dengan keamanan yang diberikan negara,
masyarakat merasakan kehadiran negara.
4. Hifzh Nasl (menjaga Keturunan) Negara harus menjamin
terhadap kehidupan warganya termasuk keturunan dan bayi
yang baru lahir dengan cara memberikan perlindungan
terhadap ibu hamil dan bayi stuntik. negara juga
memberikan perlindungan kepada anak-anak jalanan dan
anak busung lapar, anak-anak yang terjangkit narkoba,
sehingga lahir konsep keluarga berencana. negara juga adir
memberikan perlindungan dengan konsep kota ramah anak,
kota wisata anak dan pendidikan anak-anak sejak usia dini.
Artinya negara menjaga keturunan demi generasi masa
depan.
29
5. Hifzh Al-Aql (Menjaga Akal)
Perlindungan dan peningkatan sumber daya manusia wajib
dilakukan oleh negara sejahtera. Hal ini menunjukan adanya
partisipasi dan visi yang kuat dalam meningkatkan
kemampuan setiap warga negara, baik dalam pendidikan,
vokasi dan keterampilan. Oleh karena itu, pendidikan
vokasi dan pendidikan karakter, life skiil, hart skill, wajib
diterapkan kepada masyarakat untuk mengelola sumber
daya alam di suatu negara. Menjaga akal juga negara hadir
dalam memberikan beasiswa pendidikan, dan perlindungan
pendidikan kepada pihak swasta dan masarakat.
2.2 Indeks Pembangunan Mansusia
Pembangunan adalah suatu proses perubahan yang
diupayakan secara terus menerus dan diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat menjadi lebih baik.
Pemerintah harus terus melakukan pembangunan di segala bidang,
baik bidang kesehatan, pendidikan,dan kehidupan yang lebih
layak. Pembangunan manusia didefinisikan suatu proses untuk
memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki oleh manusia. Di
antara banyak pilihan tersebut, pilihan yang terpenting adalah
untuk berumur panjang dan sehat, untuk berilmu pengetahuan, dan
untuk mempunyai akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan
agar dapat hidup secara layak (BPS, 2016). Pembangunan dapat
diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara/
30
wilayah untuk mengembangkan kualitas hidup masyarakatnya
(Rustiadi, 2011).
UNDP (United Nations Development Programme),
memberikan pengertian bahwa pembangunan manusia adalah
suatu proses untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi manusia.
Konsep atau definisi pembangunan manusia tersebut pada
dasarnya mencakup dimensi pembangunan yang sangat luas.
Dalam konsep pembangunan manusia, pembangunan seharusnya
dianalisis serta dipahami dari sudut manusianya, bukan hanya dari
pertumbuhan ekonominya (Human Development Report,
1995:103), sejumlah premis penting dalam pembangunan manusia
adalah:
a. Pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai
pusat perhatian
b. Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-
pilihan bagi penduduk, tidak hanya untuk meningkatkn
pendapatan mereka. Oleh karena itu, konsep pembangunan
manusia harus terpusat pada penduduk secara keseluruhan,
dan bukan hanya pada aspek ekonomi saja.
c. Pembangunan manusia memfokuskan perhatiannya bukan
hanya pada upaya meningkatkan kemampuan (kapabilitas)
manusia tetapi juga dalam upaya-upaya memanfaatkan
kemampuan manusia tersebut secara optimal.
31
d. Pembangunan manusia didukung oleh empat pilar pokok,
yaitu: produktifitas, pemerataan, kesinambungan, dan
pemberdayaan.
e. Pembangunan manusia menjadi dasar dalam penentuan
tujuan pembangunan dan dalam menganalisis pilihan-
pilihan untuk mencapainya.
Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan
manusia, ada empat hal pokok yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Produktifitas
Penduduk harus meningkatkan produktifitas dan partisipasi
penuh dalam proses penciptaan pendapatan dan nafkah.
Sehingga pembangunan ekonomi merupakan bagian dari
model pembangunan manusia.
2. Pemerataan
Penduduk memiliki kesempatan yang sama untuk
mendapatkan akses terhadap sumber daya ekonomi dan
sosial. Semua hambatan yang memperkecil kesempatan
untuk memperoleh akses tersebut harus dihapus, sehingga
mereka dapat mengambil manfaat dari kesempatan yang
ada dan berpartisipasi dalam kegiatan produktif yang dapat
meningkatkan kualitas hidup.
3. Kesinambungan
Akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial harus
dipastikan tidak hanya untuk generasi-generasi yang akan
32
datang. Semua sumber daya fisik, manusia, dan lingkungan
selalu diperbaharui.
4. Pemberdayaan
Penduduk harus berpartisipasi penuh dalam keputusan dan
proses yang akan menentukan (bentuk/arah) kehidupan
mereka serta untuk berpartisipasi dan mengambil
keputusan dalam proses pembangunan.
Indeks pembangunan manusia merupakan ukuran untuk
melihat dampak kinerja pembangunan wilayah yang mempunyai
dimensi yang sangat luas, karena memperlihatkan kualitas
penduduk suatu wilayah dalam hal harapan hidup, pendidikan
dan standar hidup layak. Indeks pembangunan manusia hadir
sebagai alat ukur yang mampu menggambarkan tingkat
kesejahteraan secara menyeluruh karena dapat menggambarkan
faktor ekonomi dan non-ekonomi (Melliana dan Zain, 2013).
Indeks pembangunan manusia berperan penting dalam
pembangunan perekonomian moders sebab pembangunan manusia
yang baik akan menjadikan faktor-faktor produksi mampu
dimaksimalkan. Mutu penduduk yang baik akan mampu untuk
berinovasi mengembangkan faktor-faktor produksi yang ada.
Selain dari pada itu pembangunan manusia yang tinggi
mengakibatkan jumlah penduduk akan tinggi pula sehingga
akan menaikkan tingkat konsumsi. Hal ini akan mempermudah
untuk menggalakkan pertumbuhan ekonomi (Sukirno, 2006).
33
Indeks Pembangunan Manusia dan pertumbuhan ekonomi
ini, memiliki hubungan yang erat. Indeks pembangunan manusia
(IPM) yang tinggi akan mendorong tercapainya pertumbuhan
ekonomi yang tinggi (Izzah, 2015).
2.2.1 Komponen Indeks Pembangunan Manusia
Sebagai ukuran kualitas hidup, indeks pembangunan
manusia (IPM) dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar.
Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat, pengetahuan
dan kehiudpan yang layak. Ketiga dimensi tersebut memiliki
pengertian sangat luas karena terkait bnyak faktor. Untuk
mengukur dimensi kesehatan, digunakan angka umur harapan
hidup. Selanjutnya untuk mengukur dimensi pengetahuan
digunakan gabungan indikator angka melek huruf dan rata-rata
lama sekolah. Adapun untuk mengukur dimensi hidup layak
digunakan indikator kemampuan daya beli (purchasing Power
Parity). (BPS, 2007).
1. Angka Harapan Hidup
Angka harapan hidup (AHH) adalah rata-rata perkiraan
banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selama
hidup. Indikator ini sering digunakan untuk mengevaluasi
kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan
penduduk dibidang kesehatan.
2. Tingkat pendidikan
34
Untuk mengukur dimensi pengetahuan penduduk
digunakan dua indikator, yaitu rata-rata lama sekolah dan
angka melek huruf. Kedua indikator ini dapat dimaknai
sebagai ukuran kualitas sumber daya manusia. Angka
melek huruf menggambarkan persentase penduduk umur
15 tahun ke atas yang mampu baca tulis. Sementara
indikator rata-rata lama sekolah menggambarkan rata-rata
jumlah tahun yang dijalani oleh penduduk usia 15 tahun ke
atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal.
3. Standar Hidup Layak
Standar hidup layak menggambarkan tingkat kesejahteraan
yang dinikmati oleh penduduk sebagai dampak semakin
membaiknya ekonomi. Indikator yang digunakan untuk
mengukur dimesni hidup layak adalah daya beli. Daya beli
merupakan kemampuan masyarakat dalam membelanjakan
uangnya untuk barang dan jasa. Kemampuan ini sangat
dipengaruhi oleh harga-harga rill antar wilayah karena nilai
tukar uang yang digunakan dapat menurunkan atau
menaikkan nilai daya beli
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
komponen-komponen yang mempengaruhi IPM antara lain:
1. Derajat kesehatan dan panjangnya umur yang terbaca
dari angka harapan hidup , parameter kesehatan dengan
indikator angka harapan hidup, mengukur keadaan sehat
dan berumur panjang.
35
2. Pendidikan yang diukur dengan angka melek huruf rata-
rata lamanya sekolah, parameter pendidikan dengan angka
melek huruf dan lamanya sekolah, mengukur manusia yang
cerdas, kreatif, terampil, dan bertaqwa.
3. Pendapatan yang diukur dengan daya beli
masyarakat (purchasing power parity), parameter
pendapatan dengan indikator daya beli masyarakat,
mengukur manusia yang mandiri dan memiliki akses untuk
layak.
Menurut Todaro (2006:187) pembangunan manusia
ada tiga komponen universal sebagai tujuan utama meliputi:
1. Kecukupan, yaitu merupakan kebutuhan dasar manusia
secara fisik. Kebutuhan dasar adalah kebutuhan yang
apabila tidak dipenuhi akan menghentikan kehidupan
seseorang, meliputi pangan, sandang, papan, kesehatan dan
keamanan. Jika satu saja tidak terpenuhi akan
menyebabkan keterbelakangan absolut.
2. Jati Diri, yaitu merupakan komponen dari kehidupan yang
serba lebih baik adalah adanya dorongan dari diri sendiri
untuk maju, untuk menghargai diri sendiri, untuk merasa
diri pantas dan layak mengejar sesuatu, dan seterusnya.
Semuanya itu terangkum dalam self esteem (jati diri).
3. Kebebasan dari Sikap Menghamba, yaitu merupakan
kemampuan untuk memiliki nilai universal yang
tercantum dalam pembangunan manusia adalah
36
kemerdekaan manusia. Kemerdekaan dan kebebasan di
sini diartikan sebagai kemampuan berdiri tegak sehingga
tidak diperbudak oleh pengejaran dari aspek-aspek
materil dalam kehidupan.
Dengan adanya kebebasan kita tidak hanya semata-mata
dipilih tapi kitalah yang memilih.
2.2.2 Manfaat Indeks Pembangunan Manusia
Menurut Maharany (2012) IPM dapat dimanfaatkan
untuk beberapa hal sebagai berikut:
1. Untuk mengalihkan fokus perhatian para pengambil
keputusan, media, dan organisasi non pemerintah dari
penggunaan statistik ekonomi biasa, agar lebih
menekankan pada pencapaian manusia. IPM diciptakan
untuk menegaskan bahwa manusia dan segenap
kemampuannya seharusnya menjadi kriteria utama untuk
menilai pembangunan sebuah negara, bukannya
pertumbuhan ekonomi.
2. Untuk mempertanyakan pilihan-pilihan kebijakan suatu
negara. Bagaimana dua negara yang tingkat pendapatan
perkapitanya sama dapat memiliki IPM yang berbeda.
3. Untuk memperlihatkan perbedaan di antara negara-
negara, di antara provinsi- provinsi (atau negara bagian),
di antara gender, kesukuan, dan kelompok sosial ekonomi
lainnya. Dengan memperlihatkan disparitas atau
37
kesenjangan di antara kelompok-kelompok tersebut, maka
akan lahir berbagai debat dan diskusi di berbagai negara
untuk mencari sumber masalah dan solusinya.
2.2.3 Pembangunan Manusia dalam Islam
Di dalam teologi pembangunan Islam dan konsep
pembangunan ekonomi Islam, terdapat salah satu prinsip bahwa
manusia merupakan faktor penting di dalam pembangunan.
Teologi pembangunan Islam juga menyatakan bahwa
pembangunan merupakan sebuah keniscayaan (Abdillah, 2001).
Pembangunan yang dilakukan secara holistik dan integralistik ini
tentu akan berdampak pada peningkatan berbagai kualitas dari
berbagai objek pembangunan yang ditandai dengan kemajuan
pembangunan itu sendiri, termasuk pertumbuhan ekonomi.
Manusia merupakan kekayaan suatu negara. Menurut
Kuncoro, yang menjadi fokus utama dalam pembangunan adalah
peningkatan kualitas manusia (Kuncoro, 2010). Di dalam konsep
dasar pembangunan ekonomi Islam, sumber daya manusia juga
menjadi fokus utama selain tauhid, tazkiah an-nafs, dan peran
pemerintah. Begitu juga menurut Abdillah, manusia merupakan
makhluk pembangunan yang merupakan mandataris Ilahi dalam
mengelola sumber daya alam dan lingkungan. Pengertian tugas
mandataris Ilahi yang dimaksud yaitu dalam melaksanakan
pembangunan. Tolak ukur manusia berkualitas dapat dilihat dari
produksi dan hasil karya manusia itu sendiri sehingga kualitas
38
manusia harus diperhatikan untuk esensi dan kemajuan bangsa
(Abdillah, 2001), sebagaimana yang dijelaskan dalam Q.S. Hud:
61
“Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh
berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada
bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi
(tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah
ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya
Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa
hamba-Nya)" (QS. Huud [11]:6)
Dalam surat Hud ayat 61 di atas, dinyatakan bahwa
manusia dijadikan Allah sebagai khalifah di muka Bumi yang
mengemban tugas untuk memakmurkannya. Dalam konteks
kehidupan manusia yang sesungguhnya, ayat tersebut dapat
dipahami dengan melaksanakan pembangunan (Capra, 2008).
2.3.4 Indeks Pembangunan Manusia dalam Maqashid Syari’ah
Manusia dalah makhluk yang mulia dan telah dilebihkan
oleh Allah SWT dari makhlukmakhluk lainnya. Allah telah
mengangkat harkat dan martabat manusia dengan memuliakannya
dan meninggikan derajatnya. Sebagaimana rumusan maqashid
39
syariah yang dirumuskan oleh Imanm AlGhozali dan diperkuatoleh
ulama-ulama lainnya ada lima tujuan umum dari syariah Islam,
kelima tujuan tesebut semuanya bertujuan untuk penjagaan,
pemeliharaan, dan pengembangan manusia. Bahkan, tiga dari lima
tujuan syariah itu menempel secara langsung pada diri manusia;
yaitu melindungi jiwa, melindungi akal, melindungi keturunan.
Sedangkan dua lainnya yaitu melindungi agama (keimanan) dan
melindungi harta (pendapatan) merupakan dua hal yang melekat
didalam kehidupan manusia, dimana tanpa dua hal tersebut
mustahil kehidupan manusia dapat berjalan dengan baik (Hasibuan,
dkk., 2018).
Adapun tujuan maqashid syariah yang kelima yaitu untuk
melindungi harta, sangat sering Allah SWT menyampaikan dalam
Al-Quran begitu juga Rasulullah SAW menyampaikan melalui
hadistnya tentang pentingnya harta bagi manusia, dan kewajiban
manusia untuk mencarinya. Secara logika dapat juga dipahami
bahwa tidak mungkin dapat melangsungkan kehidupan bagi
seorang manusia jika tanpa adanya harta. Dari apa yang
disampaikan oleh sarang seorang Ulama yang bernama Sa‟id Hawa
diatas, sangat jelas betapa pentingnya pemenuhan kebutuhan
kebutuhan pokok yang harus dillakukan oleh negara.
Bahkan dalam poin kedua secara jelas mengatakan bahwa
setiap warga negara baik muslim maupun non muslim harus
dijamin kebutuhankebutuhan pokoknya. Jika dahulu kebutuhan
pokok diartikan sebagai kebuthan harian seseorang untuk
40
melangsungkan kehidupan, maka sudah barang tentu waktu akan
membedakan kebutuhan dasar seseorang sesuai zamannya. Jika
dikelompokkan kepada kebutuhan-kebutuhan pokok yang mesti
diperoleh seorang manusia abad ini, maka tak kurang dari tiga
indikator yang terdapat dalam Indeks Pembangunan Manusia yaitu,
kesehatan, pendidikan, dan pendapatan. Adapun sandang, papan
dan pangan telah masuk kedalam pendapatan (Hasibuan, dkk.,
2018).
2.3 Indeks Kebahagiaan
Kebahagiaan merupakan kesenangan yang memiliki
komponen indrawi yang jelas dan komponen emosi yang kuat
atau biasa disebut perasaan – perasaan dasar (Seligman, 2005).
Kebahagiaan adalah keadaan yang sangat diidamkan setiap orang
dalam kehidupannya untuk mencapai hal tersebut tentu saja
manusia dengan segala upayanya akan selalu melakukan hal-
hal yang membuatnya bahagia atau menuntunnya kepada
kebahagiaan.
Kebahagiaan adalah sebuah pengalaman emosi positif
yang mengarah pada tinajuan perilaku. Hal ini sebagai keadaan
dimana orang merasakan emosi positif dan pengalaman suasana
hati yang dominan pada sebagian besar waktunya
(Lyubomirsky, 2005).
Kebahagiaan adalah emosi positif seseorang terkait
dengan hal-hal yang membahagiakan dan di bagi kedalam tiga
41
kategori, yaitu emosi positif terhadap masa lalu, emosi positif
terhadap masa kini dan emosi positif terhadap masa depan.
Emosi positif terhadap masa lalu adalah kepuasan, kelegaan,
kesuksesan, kebanggan, dan kedamaian. Sedangkan untuk emosi
positif terhadap masa depan adalah optimisme, harapan,
keyakinan, dan kepercayaan. Selain itu, untuk emosi positif
terhadap masa kini adalah kegembiraa, ketenangan, keriangan,
semangat ya ng meluap-luap, rasa senang dan kebahagiaan.
Sesuai dengan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
kebahagiaan adalah suatu kondisi dimana seseorang merasakan
emosi positif yang menyenangkan dari masa lalu, masa depan
dan masa sekarang sehingga membuat seseorang merasa nyaman,
memiliki perasaan negatif yang rendah, serta memiliki kepuasan
hidup yang tinggi.
Beberapa orang menganggap bahwa kebahagiaan sangat
berhubungan dengan materi. Semakin banyak harta yang dimiliki
semakin bahagia. Menurut Nova, kebahagiaan itu bukan selalu
materi melainkan ketika tercapainya kepuasan diri akan suatu
pencapaian diri sejati melalui kratifitas (Melati, 2011).
Kebahagiaan dalam hidup seseorang dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya secara obyektif dilihat dari
kehidupan orang miskin yang belum tercukupi atau terpenuhi.
Faktor-faktor tersebut adalah uang, perkawainan, kehidupan
sosial, emosi negatif, usia, kesehatan, pendidikan, iklim, ras,
jenis kelamin, dan agama (Seligman, 2005).
42
Indeks kebahagiaan Indonesia merupakan indeks
komposit yang dihitung secara tertimbang menggunakan dimensi
dan indikator dengan skala 0 -100. Semakin tinggi nilai indeks
menunjukkan tingkat kehidupan penduduk yang semakin
bahagia. Sebaliknya, semakin rendah nilai indeks
menunjukkan tingkat kehidupan penduduk yang semakin
tidak bahagia.
2.3.1 Konsep Indeks Kebahagiaan
Kebahagiaan merupakan konsep berupa hasil evaluasi
kehidupan yang menggambarkan kondisi kehidupan yang Good
Life dan Eudamonia. Disusun oleh tiga dimensi (konsep) yang
berbeda tetapi terkait yaitu: Kepuasan Hidup, Perasaan (Affect),
Makna Hidup (Eudaimonia).
1. Kepuasan Hidup (Life Statisfaction)
Kepuasan hidup merupakan evaluasi terhadap
kondisi obyektif 10 (sepuluh) domain kehidupan yang
esensial yang dialami penduduk. Kondisi obyektif 10
(sepuluh) domain kehidupan ini dapat diintervensi
dengan program pembangunan. 10 indikator tersebut
mencakup : Pendidikan dan Keterampilan,
Pekerjaan/Usaha/Kegiatan Utama, Pendapatan Rumah
Tangga, Kesehatan, Keharmonisan Keluarga, Ketersediaan
Waktu Luang, Hubungan Sosial, Keadaan Lingkungan,
Kondisi Keamanan, serta Rumah dan Fasilitas Rumah.
43
2. Perasaan (Affect)
Perasaan merupakan ukuran evaluasi/pengalaman
terkait perasaan dalam kehidupan secara keseluruhan yang
menggambarkan derajat 2 (dua) ukuran hedonisme
(perasaan positif atau negatif).
3. Makna Hidup (Eudaimonia).
Makna hidup merupakan konsep dalam good
psychological functioning atau flourishing dalam ranah
psikologi positif yang menggambarkan kebermaknaan
hidup yang melebihi diri seseorang.
2.3.2 Indeks Kebahagian dalam Maqashid Syariah
Sebagai agama yang sempurna Islam telah hadir untuk
membimbing manausia menuju kebahagiaan yang hakiki, jika
melihat kedalam Al Quran maka akan ditemukan sebanyak 40 kali
kata al falah diulang, dan sebanyak 29 kali kata al fauz diulang.
Bahkan salah satu seruan yang dikumandangkan ketika azan adalah
“mari menuju kemenangan (kebahagiaan)”, hal ini menunjukkkan
betapa pentingnya sebuah kebahagiaan dalam pandangan Islam,
sehingga risalah yang Allah turunkan kepada nabi Muhammad
sangat konsen untuk membawa umat manusia menuju kebahagiaan
yang sempurna, bahkan pengutusan Rasulullah SAW kepada alam
semesta memiliki visi sebagai rahmatan lil „alamin. Jika ditanya
kepada setiap manusia, kehidupan bagaimana yang menjadi
idamannya selama didunia ini, maka dapat dipastikan bahwa setiap
44
orang akan menjawab, kehidupan yang ia inginkan adalah
kehidupan yang bahagia. Jika kita bertanya kepada negara-negara
yang ada didunia, apa tujuan mereka berdemokrasi, maka
jawabannya adalah untuk menyejahterakan rakyatnya (Hasibuan,
dkk., 2018).
Adapun pilihan demokrasi dan bentukbentuk negara
hanyalah sebagai instrumen untuk mencapai kesejahteraan yang
mereka dambakan. Demikianlah pentingnya kebahagiaan yang
akan tetap menjadi cita-cita setiap orang, dan akan menjadi visi
sebuah bangsa dan negara. Seluruh masyarakat memiliki tujuan
yang sama yaitu kebahagiaan, namun mereka memiliki perbedaan
dalam menentukan langkah-langkah dan mengukur capaian
kebahagiaan yang diraih. Jika dibandingkan antara kesejahteraan
materi sejak berkahirnya perang dunia pertama dengan
sebelumnya, maka dapat dikatakan bahwa ada peningkatan
kesejahteraan dalam tubuh masyarakat abad ini. Hal ini dapat
diukur dengan bertambahnya pendapatan , namun pendapatan
hanya mampu menyentuh secara langsung kepada kebutuhan
bisologis saja, seperti makanan, air bersih, sandang, tempat tinggal
yang nnyaman, pelayanan kesehatan, transportasi, pendidikan, dan
lingkungan yang bersih dan sehat. (Hasibuan, dkk., 2018).
2.4 Maqashid Syari’ah
Maqashid syari’ah terdiri dari dua kata, maqashid dan
syariah. Kata maqashid merupakan bentuk jama' dari maqshad
45
yang berarti maksud dan tujuan, sedangkan syari'ah mempunyai
pengertian hukum-hukum Allah yang ditetapkan untuk manusia
agar dijadikan pedoman untuk mencapai kebahagiaan hidup di
dunia maupun di akhirat. Maka dengan demikian, maqashid al-
syari'ah berarti kandungan nilai yang menjadi tujuan pensyariatan
hukum. Maka dengan demikian, maqashid al-syari'ah adalah
tujuan-tujuan yang hendak dicapai dari suatu penetapan hukum
(Jaya, 1996).
Maqashid Syari’ah berarti tujuan Allah dan Rasul-Nya
dalam merumuskan hukum- hukum Islam. Tujuan itu dapat
ditelusuri dalam ayat-ayat al-Qur‟an dan Sunnah Rasulullah
sebagai alasan logis bagi rumusan suatu hukum yang berorientasi
kepada kemaslahatan umat manusia. (Effendi, 2009)
Menurut istilah, Maqashid Syari’ah adalah kandungan
nilai yang menjadi tujuan persyariatan hukum. Jadi, Maqashid
Syari’ah adalah tujuan-tujuan yang hendak dicapai dari suatu
penetapan hukum yang mempunyai tujuan untuk kemaslahatan
umat manusia.
2.4.1 Tingkatan Maqashid Syari’ah
Al-Syatibi membagi maqashid menjadi tiga kategori.
Pembagian ini berdasarkan peran dan fungsi suatu mashlahah
terhadap keberlangsungan kehidupan makhluk. Tiga kategori
tersebut antara lain:
1. Daruriyyat
46
Secara bahasa berarti kebutuhan yang mendesak
atau darurat. Dalam kebutuhan Daruriyyat, apabila tingkat
kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan mengancam
keselamatan umat manusia di dunia maupun di akhirat.
Dharuriyyat adalah memelihara kebutuhan-kebutuhan yang
bersifat esensial (pokok) bagi kehidupan manusia.
Kebutuhan yang esensial (pokok) itu meliputi agama, jiwa,
akal, keturunan dan harta. Apabila tidak terpeliharanya
kelima unsur tersebut dalam tingkat dharuriyat akan
berakibat fatal, seperti terjadinya kehancuran, kerusakan,
dan kebinasaan dalam hidup manusia baik di dunia
maupun di akhirat. Kebutuhan dharuriyat merupakan
kebutuhan yang paling utama.
2. Hajiyyat
Hajiyyat tidak termasuk kepada suatu yang pokok
dalam kehidupan melainkan termasuk kebutuhan yang
dapat menghindarkan manusia dari kesulitan hidup. Secara
bahasa berarti kebutuhan-kebutuhan sekunder. Jika
peringkat hajiyat tidak terpenuhi maka tidak akan
mengakibatkan kehancuran dan kemusnahan bagi
kehidupan manusia sebagaimana tidak terpenuhinya
kebutuhan dharuriyat tapi akan membawa kesulitan dan
kesempitan. Peringkat hajiyat ini berkaitan erat dengan
masalah rukhsoh (keringanan) dalam ilmu fiqh.
3. Tahsiniyyat
47
Tahsiniyyat merupakan kebutuhan yang
menunjang peningkatan martabat hidup seseorang dalam
masyarakat dan di hadapan Allah SWT sebatas kewajaran
dan kepatuhan. Apabila kebutuhan tingkat ketiga ini tidak
terpenuhi, maka tidak menimbulkan kemusnahan hidup
manusia sebagaimana tidak terpenuhinya kebutuhan
dharuriyat dan tidak akan membuat hidup manusia menjadi
sulit sebagaimana tidak terpenuhinya kebutuhan hajiyat
akan tetapi kehidupan manusia dipandang tidak layak
menurut ukuran akal dan fitrah manusia. Perkara yang
terkait dengan kebutuhan tahsiniyat ini terkait dengan
akhlak mulia dan adat yang baik.
2.4.2 Unsur Maqashid Syari’ah
Dalam ruang lingkup tujuan syariah, para ulama
merumuskan lima tujuan diturunkannya syariah Islam yang
dikenal dengan maqashid syari’ah (maksud dan tujuan syari‟ah).
Kelima maqashid tersebut adalah: (Abdurrahman, 2014).
1. Menjaga agama (hifdzu-din)
Menjaga agama merupakan tujuan pertama hukum
Islam. Sebabnya adalah karena agama merupakan pedoman
hidup manusia, dan didalam agama Islam selain komponen-
komponen akidah yang merupakan sikap hidup seorang
muslim, terdapat juga syariat yang merupakan sikap hidup
seorang muslim baik dalam berrhubungan dengan
48
Tuhannya maupun dalam berhubungan dengan manusia lain
dan benda dalam masyarakat.
Sebagai bentuk penjagaan Islam terhadap agama
(hifdzu-din), maka Allah SWT telah memerintahkan kepada
hamba-hamba-Nya untuk beribadah. Diantara bentuk
ibadah tersebut adalah shalat, zakat, puasa, haji, zikir, doa,
dan lain-lain. Dengan menjalankan ibadah-ibadah itu, akan
tegaklah din seseorang. Beragama merupakan kekhususan
bagi manusia, merupakan kebutuhan utama yang harus
dipenuhi karena agamalah yang dapat menyentuh nurani
manusia. Allah memerintahkan kita untuk tetap berusaha
menegakkan agama.
2. Menjaga jiwa (hifdzu-nafs)
Untuk tujuan ini, Islam melarang pembunuhan dan
pelaku pembunuhan diancam dengan hukuman Qishas
(pembalasan yang seimbang), sehingga dengan demikian
diharapkan agar orang sebelum melakukan pembunuhan,
berpikir panjang karena apabila orang yang dibunuh itu
mati, maka si pembunuh juga akan mati atau jika orang
yang dibunuh itu tidak mati tetap hanya cedera, maka si
pelakunya juga akan cedera.
Mengenai hal ini dapat kita jumpai dalam firman
Allah Swt dalam QS Al-Baqarah ayat 178 dan 179 yang
berbunyi :
49
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas
kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang
dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba
dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka
barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari
saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti
dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af)
membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara
yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu
keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat.
barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka
baginya siksa yang sangat pedih (178). Dan dalam
qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu,
Hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa
(179) (QS-Al-Baqarah [2]: (178-179).
50
3. Menjaga Pikiran (hifdzu al-„aql)
Manusia adalah makhluk Allah SWT, ada dua hal
yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Pertama,
Allah SWT telah menjadikan manusia dalam bentuk yang
paling baik, dibandingkan dengan bentuk makhluk-
makhluk lain dari berbagai makhluk lain. Hal ini telah
dijelaskan oleh Allah SWT sendiri dalam Al-Quran At-Tiin
Ayat 4 berbunyi :
Artinya: “sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia
dalam bentuk yang sebaik-baiknya”(QS At-Tiin [95] : 4)
Akan tetapi bentuk yang indah itu tidak ada
gunanya, kalau tidak ada hal yang kedua, yaitu akal
pikiran. Oleh karena itu Allah SWT melanjutkan Firman-
Nya dalam surat At- Tiin ayat 5 dan 6 yang berbunyi :
Artinya: “Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang
serendah-rendahnya (neraka)” (QS At-Tiin [95] : 5)
51
Artinya: “kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang
tiada putus-putusnya”(QS At-Tiin [95] : 6)
Sebagai alasan diwajibkannya menuntut ilmu
sepanjang hayat. Syariat Islam melarang khamr (minuman
keras), narkotika dan obat terlarang, dan apa saja yang
dapat merusak akal. Hal ini bertujuan menjaga akal
manusia dari apa saja yang dapat mengganggu
fungsinya. Islam memandang bahwa akal manusia adalah
anugerah dan nikmat Allah yang sangat besar. Dengan akal,
manusia menjadi lebih mulia daripada makhluk-makhluk
Allah lainnya. Untuk mensyukuri nikmat Allah tersebut,
syariat mewajibkan seseorang untuk memelihara akalnya
dari apa saja yang akan mengganggunya atau mengurangi
fungsi kerjanya. Sesuai hadis Rasulullah Abu Darda
berkata: “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi
wasallam bersabda: “Barangsiapa menempuh jalan untuk
mencari ilmu, maka Allah akan menuntunnya menuju surga
dan para malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya karena
senang kepada pencari ilmu, sesungguhnya orang berilmu
itu akan dimintakan ampunan oleh (makhluk) yang berada
di langit dan di bumi hingga ikan di air, keutamaan orang
yang berilmu atas ahli ibadah laksana keutamaan rembulan
atas seluruh bintang (HR. Tirmidzi: 2606)
52
Jadi, akal paling penting dalam pandangan Islam.
Oleh karena itu Allah SWT selalu memuji orang yang
berakal.
4. Menjaga Keturunan (hifdzu-nasl)
Perlindungan Islam terhadap keturunan adalah
dengan mensyariatkannya pernikahan dan mengharamkan
zina, menetapkan siapa- siapa yang tidak boleh dikawini,
bagaimana cara-cara perkawinan itu dilakukan dan syarat-
syarat apa yang harus dipenuhi, sehingga perkawinan itu
dianggap sah dan pencampuran antara dua manusia yang
berlainan jenis itu tidak dianggap sah dan menjadi
keturunan sah dari ayahnya. Sebagaimana firman Allah
SWT (Q.S An-Nisa [4] : 3-4)
Artinya: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana
kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain)
53
yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika
kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah)
seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang
demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat
aniaya”(QS An-Nisa [4] : 3)
Artinya: “Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh
kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu
sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka
makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan)
yang sedap lagi baik akibatnya” (QS An-Nisa [4] : 4)
Sebagai alasan diwajibkannya memperbaiki
kualitas keturunan, membina sikap mental generasi penerus
agar terjalin rasa persahabatan diantara sesama umat
manusia, dan diharamkannya zina serta perkawinan sedarah.
Allah SWT menyifatkan zina sebagai suatu kekejian dan
jalan yang buruk.
5. Menjaga Harta (hifdzu-mal)
Islam meyakini bahwa semua harta di dunia ini
adalah milik Allah SWT, manusia hanya berhak untuk
memanfaatkannya saja. Meskipun demikian Islam juga
mengakui hak pribadi seseorang. Oleh karena manusia
itu sangat tamak kepada harta benda, sehingga mau
mengusahakannya dengan jalan apapun, maka Islam
54
mengatur supaya jangan sampai terjadi bentrokan antara
satu sama lain. Untuk ini Islam mensyariatkan peraturan-
peraturan mengenai muamalah seperti jual beli, sewa-
menyewa, gadai menggadai, dan sebagainya, serta
melarang penipuan, riba dan mewajibkan kepada orang
yang merusak barang orang lain untuk membayarnya,
harta yang dirusak oleh anak-anak yang di bawah
tanggungannya, bahkan yang dirusak oleh binatang
peliharaannya sekalipun.
Dalam hal ini, Imam al-Ghazali berpendapat
bahwa: “Sesungguhnya mengambil manfaat dan menolak
mudharat adalah menjadi tujuan makhluk. Baik dan
buruknya makhluk sangat tergantung sejauh mana tujuan
makhluk tersebut telah berhasil dicapai. Namun yang
dimaksud dengan kemashlahatan disini adalah memelihara
tujuan syara‟. Tujuan syara‟ yang berhubungan dengan
makhluk meliputi: menjaga agama, jiwa, akal, keturunan
dan harta mereka. Setiap hal yang mengandung upaya
menjaga lima perkara pokok tersebut adalah maslahat.
Sebaliknya, setiap hal yang tidak mengandung lima
perkara pokok tersebut adalah mafsadah.”
55
2.5 Keterkaitan Antar Variabel
2.5.1 Hubungan Indeks Kebahagiaan terhadap Kemiskinan
Dalam konteks masyarakat sebagai objek pembangunan,
maka diperlukan suatu indikator untuk mengukur perkembangan
kehidupan atau tingkat kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Salah
satu indikator kesejahteraan adalah indeks kebahagiaan.
Pertumbuhan ekonomi adalah hal yang sering dikaitkan dengan
kesejahteraan masyarakat, karena pertumbuhan ekonomi menjadi
sasaran dalam pembangunan. Selain itu, kemiskinan juga
merupakan hal yang berkaitan dengan kebahagiaan. Kondisi
ekonomi yang rendah tidak selalu menyebabkan seseorang tidak
bahagia. Beberapa orang menganggap bahwa kebahagian sangat
berhubungan dengan materi. Semakin banyak harta yang
dimiliki semakin bahagia. Kebahagian itu bukan selalu materi
melainkan ketika tercapainya kepuasan diri akan suatu
pencapaian diri sejati melalui kreatifitas (Ashari, 2016).
2.5.2 Hubungan Indeks Pembangunan Manusia terhadap
Kemiskinan
Manusia merupakan kekayaan suatu negara. Menurut
Kuncoro, yang menjadi fokus utama dalam pembangunan
adalah peningkatan kualitas manusia (Kuncoro, 2010). Semakin
tinggi indeks pembangunan manusia di suatu daerah maka
semakin berkurang tingkat kemiskinan di suatu daerah tersebut.
56
Berkurangnya tingkat kemiskinan karena indeks pembangunan
manusia dapat meningkatkan produktivitas kerja manusia, yang
akan meningkatkan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan
hidup layak.
2.6 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang memiliki
keterkaitan dengan pengaruh Indeks Kebahagiaan dan Indeks
Pembangunan Manusia terhadap Kemiskinan.
1. Prasetyoningrum (2018) melakukan penelitian mengenai
analisis pengaruh indeks pembangunan manusia (IPM),
pertumbuhan ekonomi dan pengangguran terhadap
kemiskinan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk
mengatahui apakah indeks pembangunan manusia (IPM).
pertumbuhan ekonomi dan pengangguran berpengaruh
terhadap lemiskinan. Dalam penelitian ini metode yang
digunakan adalah metode SEM- PLS. Dimana ditemukan
bahwa indeks pembangunan manusia berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap kemiskinan.
2. Lubis (2017) melakukan penelitian mengenai analisis
pengaruh indeks pembangunan manusia (IPM), upah dan
pengangguran terhadap kemiskinan di kabupaten/kota
Ekskaresidenan Kedu, Banyumas dan Semarang tahun
2010-2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah indeks pembangunan manusia, upah dan
57
pengangguran berpengaruh terhadap kemiskinan di
kabupaten/kota Ekskaresidenan Kedu, Banyumas dan
Semarang tahun 2010-2015. Dalam penelitian ini metode
yang digunakan adalah metode Analisis Regresi. Dimana
ditemukan bahwa indeks pembangunan manusia
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
kemiskinan di kabupaten/kota Ekskaresidenan Kedu,
Banyumas dan Semarang.
3. Lestari (2017) melakukan penelitian mengenai analisis
pengaruh IPM, pengangguran dan PDRB terhadap
kemiskinan di provinsi Lampung. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui apakah indeks pembangunan manusia
(IPM), Pengangguran dan PDRB berpengaruh terhadap
kemiskinan. Dalam penelitian ini metode yang digunakan
adalah metode analisis regresi. Dimana ditemukan bahwa
Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan.
4. Ashari (2016) melakukan penelitian dengan judul Apakah
Orang Miskin Tidak Bahagia? Studi Fenomena Tentang
Kebahagiaan di Dusun Deliksari. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui gambaran kebahagiaan, faktor yang
mempengaruhi kebahagiaan, dan makna kebahagiaan pada
masyarakat miskin di Dusun Deliksari. Dalam penelitian ini
metode yang digunakan adalah Kualitatif. Dimana
ditemukan bahwa meskipun bearada dalam kondisi miskin
58
ditemukan bahwa mereka mampu menemukan kebahagiaan
dengan taat beribadah, menerima keadaan, bersyukur dan
kebersamaan dengan keluarga. Selanjutnya penelitian ini
menemukan penentu faktor-faktor diberikan kesehatan, taat
beribadah,bersyukur, humoris, pantang menyerah,
menerima keadaan, dan bahagia di mulai dari sendiri.
5. Herbyanti (2009) melakukan penelitian dengan judul
Kebahagiaan (Happiness) pada Remaja di Daerah Abrasi.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan
mendeskripsikan makna kebahagiaan (Happiness) dan
kesedihan pada remaja di daerah Abrasi. Dalam penelitian
ini metode yang digunakan adalah Kualitatif. Dimana
ditemukan bahwa makna kebahagiaan pada remaja di
daerah abrasi adalah kebahagiaan apabila berada dalam
sebuah keluarga yang utuh dengan kasih sayang serta
berada dalam lingkungan yang tentram dan harmonis,
memiliki fasilitas yang tercukupi, memiliki harapan yang
tercapai serta memiliki kesehatan. Adapaun faktor-faktor
yang membuat terciptanya kebahagiaan bersifat optimis dan
berusaha, adanya dukungan, bisa membahagiakan orang
tua, kebersamaan dalam keluarga dan juga kesehatan yang
terjamin.
6. Mahruz (2017) melakukan penelitian dengan judul
Analisis Pengaruh Kemiskinan terhadap Tingkat
Kebahagiaan Individu di Indonesia. Dalam penelitian ini
59
menggunakan data IFLS 5 dan metode ordered probit.
Dimana ditemukan bahwa individu miskin memiliki
probabilitas mengatakan sangat bahagia lebih rendah
dibanding dengan individu yang tidak miskin. Kemiskinan
relatif dapat menjelaskan lebih baik tingkat kebahagiaan
individu dibanding kemiskinan absolut (berdasarkan
pengeluaran per kapita per bulan.
Tabel 2. 1
Penelitian Terdahulu
No Judul Penelitian
dan Penulis
Variabel Metode
Analisis
Hasil Penelitian
1. Analisis Pengaruh
Indeks Pembangunan
Manusia (IPM),
Pertumbuhan Ekonomi
dan
Pengangguran terhadap
Kemiskinan di
Indonesia
(Prasetyoningrum dan
Sukmawati,2018)
a. Indeks
Pembangunan
Manusia (IPM)
b. Pertumbuhan
c. Ekonomi
d. Pengangguran
e. Kemiskinan
Metode
SEM- PLS
Indeks
Pembangunan
Manusia
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap
Kemiskinan.
2. Analisis Pengaruh
Indeks Pembangunan
Manusia (IPM),
Upah dan
Pengangguran
terhadap Kemiskinan
di Kabupaten/Kota
Ekskaresidenan
Kedu, Banyumas dan
Semarang tahun
2010-2015 (Lubis,
2017)
a. Indeks
b. Pembangunan
Manusia (IPM)
c. Upah
d. Penganggura
e. Kemiskinan
Analisis
Linear
Berganda
Indeks
Pembangunan
Manusia
berpengaruh
negatif dan tidak
signifikan
terhadap
kemiskinan di
Kabupaten/Kota
Ekskaresi denan
Kedu, Banyumas
dan Semarang.
3 Analisis Pengaruh
IPM, Pengangguran
dan PDRB terhadap
kemiskinan di
a. Indeks
b. Pembangunan
c. Manusia
d. Pengangguran
Analisis
Linear
Berganda
Indeks
Pembangunan
Manusia
berpengaruh
60
No Judul Penelitian
dan Penulis
Variabel Metode
Analisis
Hasil Penelitian
provinsi Lampung
(Lestari, 2017)
e. PDRB negatif dan tidak
signifikan
terhadap
tingkat
kemiskinan.
4. Apakah Orang Miskin
Tidak Bahagia? Studi
Fenomena Tentang
Kebahagiaan di Dusun
Deliksari (Ashari,
2016)
a. Kebahagiaan
b. Kemiskinan
Metode
Kualitatif
Meskipun bearada
dalam kondisi
miskin ditemukan
bahwa mereka
mampu
menemukan
kebahagiaan
dengan taat
beribadah,
menerima
keadaan,
bersyukur dan
kebersamaan
dengan keluarga.
5. Kebahagiaan
(Happiness) pada
Remaja di Daerah
Abrasi (Herbyanti,
2009)
a. Kebahagiaan Metode
Kualitatif
Kebahagiaan pada
remaja di daerah
abrasi adalah
kebahagiaan
apabila berada
dalam sebuah
keluarga yang
utuh dengan kasih
sayang serta
berada di
lingkungan yang
tentram dan
harmonis,
memiliki fasilitas
yang tercukupi,
memiliki harapan
yang tercapai
serta memiliki
kesehatan.
Tabel 2.1-Lanjutan
61
Tabel 2.1-Lanjutan
No Judul Penelitian
dan Penulis
Variabel Metode
Analisis
Hasil
Penelitian
6. Analisis Pengaruh
Kemiskinan
terhadap Tingkat
Kebahagiaan
Individu di
Indonesia (Mahruz,
2017)
a. Kemiskinan
b. Kebahagiaan
IFLS 5
dan
Metode
Ordered
probitv
Individu
miskin
memiliki
probabilitas
mengatakan
sangat
bahagia lebih
rendah
dibanding
dengan
individu yang
tidak miskin.
2.7 Kerangka Pemikiran
Penelitian ini ingin menganalisis Pengaruh Indeks
Kebahagiaan dan indeks Pembangunan Manusia terhadap
Kemiskinan di Indonesia dalam tinjauan Maqashid Syari’ah.
Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian sebagai berikut:
Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran
Indeks Kebahagiaan
(X1)
Kemiskinan
(Y) Indeks Pembangunan
Manusia (IPM)
(X2)
62
2.8 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian, temuan penelitian
terkait dan kerangka penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya,
maka yang menjadi hipotesis penelitian ini adalah:
H01 : Tidak ada pengaruh indeks kebahagiaan terhadap
kemiskinan
Ha1 : Ada pengaruh indeks kebahagiaan terhadap
kemiskinan
H02 : Tidak ada pengaruh indeks pembangunan manusia
terhadap kemiskinan
Ha2 : Ada pengaruh indeks pembangunan manusia
terhadap kemiskinan
H03 : Tidak ada pengaruh indeks kebahagiaan dan indeks
pembangunan manusia terhadap kemiskinan
Ha3 : Ada pengaruh indeks kebahagiaan dan indeks
pembangunan manusia terhadap kemiskinan
63
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan analisisnya
pada data numerik atau angka yang diperoleh dengan metode
statistika serta dilakukan pada penelitian inferensial atau dalam
rangka pengujian hipotesis sehingga diperoleh pengaruh sebab
dan akibat antara variabel penelitian.
3.2 Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder, yaitu data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain
dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Kuncoro,
2013). Data sekunder dengan kata lain merupakan data yang
diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi atau sudah dikumpulkan
dari sumber lain dan diperoleh dari pihaklain seperti buku-buku
literatur, catatan-catatan, data hasil publikasi pemerintah seperti
laporan dari BPS atau sumber yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti.
Data yang digunakan yaitu data Indeks Kebahagiaan,
Indeks Pembangunan Manusia dan Persentase Kemiskinan yang
bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS). Periode data yang
digunakan yaitu tahun 2017.
64
3.3 Operasional Variabel
Dalam penelitian ini variabel-variabel yang digunakan
yaitu Persentase Kemiskinan (Y), Indeks Kebahagiaan (X1), dan
Indeks Pembangunan Manusia (X2). Untuk memahami setiap
variabel yang digunakan, maka diberikan definisi variabel sebagai
berikut:
Tabel 3. 1
Definisi Variabel Penelitian
Variabel Notasi Deskkripsi
Kemiskinan
Y
Persentase penduduk miskin pada
setiap Provinsi di Indonesia tahun
2014 dan
2017.
Indeks
Kebahagiaan
X1
Persentase Indeks Kebahagiaan pada
setiap Provinsi di Indonesia tahun
2014 dan 2017
Indeks
Pembangunan
Manusia
X2 Persentase Indeks
Pembangunan Manusia pada
setap Provinsi di Indoensa tahun
2014 dan 2017
3.4 Sumber Data
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data BPS tahun 2014 dan 2017 yaitu, data Indeks Kebahagiaan
di Indonesia tahun 2014 dan 2017 yang diperoleh dari Badan
Pusat Statistik (BPS), data Indeks Pembangunan Manusia di
Indonesia tahun 2014 dan 2017 yang diperoleh dari Badan Pusat
Statistik (BPS) dan data Kemiskinan di Indonesia tahun 2014 dan
2017 yang diperoleh dariu Badan Pusat Statistik (BPS).
65
3.5 Metode Penelitian
Metode yang digunakan untuk menganalisis menggunakan
metode analisis komponen utama dengan bantuan software
MINITAB 16, Microsoft Excel, dan Eviews 8 . Sebelum
melakukan analisis, data ditransformasi kepeubah baku.
3.5.1 Analisis Komponen Utama (AKU)
Analisis komponen utama (AKU) merupakan metode yang
cukup baik untuk memperoleh koefisien penduga pada persamaan
regresi yang mempunyai masalah multikolinieritas. Peubah bebas
pada regresi komponen utama berupa hasil kombinasi linier dari
peubah asal Z, yang disebut komponen utama (KU). Koefisien
penduga dari metode ini diperoleh dari penyusutan dimensi
komponen utama, dimana subset komponen utama yang dipilih
harus tetap mempertahankan keragaman yang sebesar-besarnya.
Dimana Z adalah hasil normal baku dari peubah X. Adapun hasil
normal baku yang dimaksud adalah dengan mengurangkan setiap
peubah bebas asal Xj dengan rata-rata dan dibagi dengan
simpangan baku, dinotasikan :
= (1)
Cara penghapusan komponen utama dimulai dari prosedur
seleksi akar ciri dari suatu persamaan :
| AX – λI | = 0 (2)
66
Jika akar ciri λj diurutkan dari nilai terbesar sampai nilai
terkecil, maka pengaruh komponen utama Wj berpadanan dengan
pengaruh λj. Ini berarti bahwa komponen-komponen tersebut
menerangkan proporsi keragaman terhadap peubah tak bebas Y
yang semakin lama semakin kecil.
Komponen utama Wj saling orthogonal sesamanya dan dibentuk melalui suatu hubungan :
Wj = v1j Z1 + v2j Z2 + v3j Z3 + … + vp j Zp (3)
Dengan p adalah banyaknya peubah yang digunakan.
Vektor vj diperoleh dari setiap akar ciri λj yang memenuhi suatu sistem persamaan homogen:
| AX – λj I | vj = 0 (4)
Dimana vj = (v1j ,v2j, v3j,…, vpj)
Ada tiga metode yang umum digunakan untuk penentuan
banyaknya komponen utama yaitu:
1. Apabila banyaknya komponen utama yang dihasilkan
adalah q dimana q ≤ p, maka yang telah ditransformasi
(data skor komponen utama) mempunyai peubah sebanyak
q. Misalkan proporsi untuk akar ciri ke – i adalah :
Maka penentuan banyaknya komponen utama (q)
didasarkan pada proporsi komulatif dari akar-akar cirinya.
Jika proporsi komulatif dari q akar ciri pertama mencapai
80 % atau lebih, maka banyaknya komponen utama adalah
q ( Johnson dan Wichern, 1992).
(5)
67
2. Metode kedua ini hanya bisa diterapkan pada
penggunaan matriks korelasi. Ketika menggunakan
matriks ini, peubah asal ditransformasikan menjadi peubah
yang memiliki sama yaitu satu. Pemilihan komponen
utama didasarkan pada ragam komponen utama, yang
tidak lain adalah akar ciri. Menurut Jolliffe ( 1986 )
setelah melakukan studi mengatakan cut off yang lebih
baik adalah 0.7.
3. Metode yang ketiga adalah bahwa penggunaan grafik
yang disebut plot scree. Plot scree merupakan plot
antara akar ciri λk dengan k. Dengan menggunakan
plot ini, banyaknya komponen utama yang terpilih adalah
k, jika pada titik k tersebut plotnya curam ke kiri tapi tidak
curam ke kanan.
3.5.2 Analisis Regresi Berganda
1. Uji asumsi analisis regresi berganda
a) Uji Normalitas
Uji Normalitas merupakan uji yang sering
dilakukan sebagai prasyarat untuk melakukan analisis data
parametrik. Uji normalitas dilakukan untuk mengecek
apakah data penelitian yang dipakai berasal dari populasi
berdistribusi normal atau tidak. Ada beberapa cara untuk
menguji mormalitas distribusi data, salah satunya
68
menggunakan uji p plot yang di hasilkan dari program
SPSS (Setiawan, 2012).
b) Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas adalah keadaan dimana faktor
gangguan tidak memiliki varian yang sama.
Heterokedastisitas merupakan suatu fenomena estimator
regresi bias, namun varian tidak efisien (semakin besar
populasi atau sampel, semakin besar varian) (Widarjono,
2007). Pendeteksian grafik dengan pola acak
mengidentifikasikan asumsi Heterokedastisitas terpenuhi.
c) Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi adalah adanya suatu hubungan
linear yang sempurna (mendekati sempurna) antara
beberapa atau semua variabel bebas (Kuncoro, 2004). Alat
statistik yang sering digunakan untuk menguji gangguan
multikolinearitas adalah dengan Variance Inflation Factor
(VIF), korelasi person antara variabel-variabel bebas, atau
dengan melihat eigenvalues dan Condition Index (CI).
2. Uji Signifikansi koefisien Regresi
a) Uji simultan (Uji F)
Uji-F digunakan untuk melakukan uji hipotesis
koefisien (slope) regresi secara bersamaan, dengan kata lain
digunakan untuk memastikan bahwa model yang dipilih
layak atau tidak untuk mengintepretasikan pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat. Kriteria Uji-F
69
yaitu, jika P-value dan F-Statistics lebih besar dari α,
berarti variable bebas tidak signifikan mempengaruhi
variabel terikat, sedangkan apabila P-value dan F-Statistics
lebih kecil dari α, berarti variabel bebas signifikan
mempengaruhi variabel terikat.
Pengujian hipotesis pada uji F dapat diketahui
dengan membandingkan antara Fhitung dengan Ftabel sebagai
berikut:
a. H0 : β1=β2 = 0, tidak ada pengaruh secara signifikan
antara variabel-variabel X secara bersama-
samaterhadap Y
b. Ha : minimal βi ≠ 0, setidaknya ada 1 variabel bebas
X yang memiliki pengaruh secara signifikan
terhadap Y dimana i= 1,2,
Kriteria Uji F adalah:
a. Jika Fhitung <Ftabel, maka tidak dapat menolak H0
(keseluruhan variabel bebas X tidak berpengaruh
terhadap variabel terikat Y).
b. Jika Fhitung >Ftabel maka H0 ditolak (setidaknya
ada 1 variabel bebas X yang berpengaruh
terhadap variabel terikat Y).
b) Uji Parsial (Uji T)
Uji-t digunakan untuk menguji koefisien regresi
secara individu. Pengujian dilakukan terhadap koefisien
70
regresi populasi, apakah sama dengan nol, yang artinya
variabel bebas tidak mempunyai pengaruh signifikan
terhadap variabel terikat, atau tidak sama dengan nol, yang
artinya variabel bebas mempunyai pengaruh signifikan
terhadap variabel terikat.
Uji hipotesis dapat diketahui dengan
membandingkan antara thitung dengan ttabel sebagai berikut:
a. H0 : β1= 0, artinya masing-masing variabel X1
tidak memiliki pengaruh terhadap variabel Y,
dimana i= 1,2
b. Ha : βi ≠ 0. Artinya masing-masing variabel Xi
memiliki pengaruh terhadap variabel Y, dimana i=
1,2
Kriteria uji t adalah:
a. Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak (variabel
bebas X berpengaruh signifikan terhadap variabel
terikat Y)
b. Jika thitung < ttabel, maka tidak dapat
menolak H0 (variabel bebas X tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y)
Penelitian ini menggunakan tingkat kesalahan
sebesar 0,05 (5%) pada taraf signifikansi 95%.
71
3. Persamaan Analisis Regresi Berganda
Regresi Liniar berganda merupakan perluasan dari
regresi linier sederhana. Jika regresi linier sederhana
mempersoalkan tentang hubungan variabel tak bebas atau
variabel kriteria (respons) dengan suatu variabel bebas
(deteministik), maka pada regresi linier ganda mempersoalkan
hubungan linier antara satu variabel terikat dengan variabel
lainnya (Lungan, 2006).
Bentuk persamaan yang paling sederhana dari regresi
linier berganda adalah yang mempunyai dua variabel bebas X
dan sebuah variael tak bebas Y, maka model regresi populasi
dapat dinyatakan dengan :
Y= β0 + β1X1 + β2X2 + εi
Keterangan:
Y : Kemiskinan
X1 : Indeks Kebahagiaan
X2 : Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
β0,β1,β2: Koefisien regresi
εi : Galat
4. Koefisien determinasi (R2)
Koefisien determinasi sebagai alat ukur kebaikan
(goodness of fit) dari persamaan regresi yaitu memberikan proposi
atau persentase variasi total dalam variabel terikat Y yang
dijelaskan oleh variabel bebas X. Koefisien determinasi majemuk
72
dinyatakan dengan R2. Besarnya nilai R2 berada diantara 0 dan 1
yaitu 0 < R2 < 1.
3.6. Tahapan Penelitian
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Mencari data persentase penduduk miskin, persentase
indeks kebahagiaan dan persentase indeks pembangunan
manusia per provinsi di Indonesia yang ada di BPS.
2. Melakukan analisis deskriptif dari masing-masing variabel
yaitu deskriptif tentang kemiskinan yang terjadi di
Indonesia, indeks kebahagiaan dan indeks pembangunan
manusia di Indonesia.
3. Melakukan analisis korelasi variabel independen yaitu
indeks kebahagiaan (X1) dan indeks pembangunan
manusia (X2) untuk mendapatkan informasi tentang
adanya gejala multikolinieritas.
4. Melakukan AKU untuk mendapatkan skor komponen (W)
dengan tahapan awal membakukan peubah melalui Z-
score.
5. Melakukan uji asumsi klasik analisis regresi berganda
untuk skor komponen (W) diantaranya kenormalan,
heteroskedatisitas, multikolinieritas. Seluruh asumsi harus
dipenuhi seluruhnya agar dapat digunakan analisis regresi
berganda.
73
6. Melakukan analisis regresi berganda. Analisis regresi
berganda untuk mendapatkan model dan pengaruh antar
variabel terhadap variabel yang menjadi respon yaitu
indeks kebahagiaan (X1) dan indeks pembangunan
manusia (X2) terhadap kemiskinan (Y).
7. Menguji parameter analisis regresi secara parsial dan
bersama untuk melihat variabel yang signifikan terhadap
kemiskinan (Y).
8. Menguji kebaikan model regresi linier berganda yang
diperoleh, dapat dilihat dari koefisien determinan (R2).
Semakin besar persentase koefisien determinasi maka
semakin baik model yang diperoleh.
9. Menginterpretasikan hasil yang diperoleh dari model
kemiskinan di Indoensia.
74
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan suatu metode yang
digunakan untuk mengumpulkan, mengolah dan menyajikan suatu
data. Sehingga dapat memberikan informasi yang berguna dan
hanya bisa memberikan gambaran dari suatu sampel. Akan tetapi
tidak untuk menarik kesimpulan pada data yang lebih besar
(Walpole, 2005). Pada bab ini akan membahas tentang
karakteristik dari kemiskinan, indeks kebahagiaan dan indeks
pembangunan manusia.
4.1.1 Kemiskinan di Indonesia
Kemiskinan merupakan suatu ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat
berlindung, pendidikan dan kesehatan. Kemiskinan erat kaitannya
dengan masalah kesejahteraan masyarakat. Tolak ukur dai
kemiskinan yaitu berdasarkan standar hidup masyarakat di suatu
wilayah. Tingkat kemiskinan yang menjadi suatu masalah global
di setiap negara. Indonesia merupakan salah satu negara
dengan tingkat kemiskinan tertinggi di dunia. Gambaran rata-rata
kemiskinan Indonesia tahun 2014 hingga 2017 ditunjukkan pada
gambar 4.1
75
Gambar 4. 1 Kemiskinan di Indonesia tahun 2014-2017
Sumber: Data diolah dari BPS RI (2019)
Gambar 4.1 menunjukkan rata-rata persentase kemiskinan
tahun 2014 hingga 2017. Papua merupakan provinsi dengan rata-
rata persentase kemiskinan tertinggi dengan jumlah sebesar 28.31
persen. Hal ini disebabkan karena minimnya infrastruktur yang
terkait pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Semakin tinggi tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat
suatu kabupaten/kota diharapkan semakin sejahtera
masyarakatnya. Pada akhirnya inilah yang membuat
orang/keluarga dapat keluar dari garis kemiskinan.
Dari gambar 4.1 tersebut dapat dilihat bahwa ada 16
provinsi yang jumlah kemiskinannya di atas rata-rata I ndonesia.
Yaitu Provinsi Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur,
Maluku, Gorontalo, Aceh, Bengkulu, Nusa Tenggara Barat,
76
Sulawesi Tengah, Lampung, DI Yogyakarta, Jawa Tengah,
Sulawesi Tenggara, Jawa Timur dan Sulawesi Barat. Papua
merupakan provinsi yang memiliki rata-rata persentase
kemiskinannya tertinggi tahun 2014 hingga 2017 di Indonesia
yaitu sebesar 28.31 persen dari jumlah penduduk miskin.
Sedangkan provinsi dengan rata-rata persentase kemiskinan
terendah tahun 2014 hingga 2017 yaitu Provinsi DKI Jakarta
sebesar 3.89 persen. Provinsi DKI Jakarta dapat memberikan
contoh bagi provinsi lainnya terutama pada proses pembangunan
baik secara fisik/non fisik sehingga tercipta kesejahteraan.
Gambaran Perbandingan persentase kemiskinan Indonesia tahun
2014 hingga 2017 ditunjukkan pada gambar 4.2.
Gambar 4. 2 Perbandingan Persentase Kemiskinan di
Indonesia tahun 2014 dan 2017
Sumber: Data diolah dari BPS RI (2019)
Salah satu provinsi termiskin di Indonesia yaitu Pulau
Sumatera. Penyumbang kemiskinan terbesar yaitu Provinsi Aceh.
77
Dari 26,58 juta jumlah penduduk miskin di Indonesia, sebanyak
872,61 ribu termasuk dalam jumlah penduduk miskin di Provinsi
Aceh. Rata-rata persentase kemiskinan di Aceh tahun 2014 hingga
2017 yaitu sebesar 16,96 persen. Artinya, persentase kemiskinan
di Aceh berada di atas rata-rata kemiskinan nasional. Hal ini
disebabkan karena sebagian besar penduduk miskin di Aceh
bekerja di sektor pertanian dan mayoritasnya bekerja dengan status
berusaha sendiri. Selain itu, keterbatasan lapangan kerja juga
menjadi penyebab kemiskinan di Aceh karena hal ini dapat
meningkatkan pengangguran yang sangat berhubungan terhadap
kemiskinan. Pemberdayaan ekonomi masyarakat juga merupakan
hal yang sangat penting dalam kemiskinan. Aceh lebih
memprioritaskan pembangunan fisik, sehingga program
pemberdayaan ekonomi yang produktif seperti memprioritaskan
modal usaha sangat masih belum efektif. Kemudian buntunya
masyarakat Aceh dalam mengakses sumber daya ekonomi juga
menjadi penyebab meningkatnya kemiskinan di Aceh.
4.1.2 Indeks Kebahagiaan di Indonesia
Kesejahteraan dimasyarakat dapat tergambarkan dari
kehidupan yang layak dan bahagia. Pada tahun 2013 BPS mulai
mengukur indeks kebahagiaan melalui beberapa indikator yaitu:
dimensi kepuasan hidup (life satisfaction), dimensi perasaan
(affect) dan dimensi makna hidup (eudaimonia). Indeks
kebahagiaan merupakan indeks komposit yang dihitung secara
78
tertimbang menggunakan dimensi dan indikator dengan skala 0-
100. Semakin tinggi nilai indeks menunjukkan tingkat kehidupan
penduduk yang semakin bahagia. Sebaliknya, semakin rendah
nilai indeks maka semakin merasa tidak bahagia. Gambar 4.3
menjelaskan keadaan rata-rata indeks kebahagiaan di Indonesia
pada tahun 2014 hingga 2017.
Gambar 4. 3 Indeks Kebahagiaan di Indonesia Tahun 2014-
2017
Sumber: Data diolah dari BPS RI (2019)
Indeks Kebahagiaan setiap provinsi di Indonesia
mengalami trend kenaikan setiap tahunnya. Provinsi Maluku Utara
menempati rata-rata indeks kebahagiaan tertinggi di Indonesia
pada tahun 2014 hingga 2017. Rata-rata indeks kebahagiaan
provinsi maluku tahun 2014 hingga 2017 yaitu sebesar 75.33.
Salah satu faktor penyebab angka indeks kebahagiaan di Provinsi
Maluku Utara tinggi yaitu karena masyarakat Maluku Utara baik
yang tinggal di pedesaan maupun di perkotaan memiliki
79
keunggulan dari sisi hubungan sosial yang lebih baik dan nyaman.
Penilaian indeks kebahagiaan ini dapat dilihat dari berbagai faktor,
diantaranya adalah pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan.
Terdapat 17 provinsi di Indonesia yang nilai indeks
kebahagiaannya di atas rata-rata. Rata-rata indeks kebahagaiaan
Indonesia tahun 2014 hingga 2017 yaitu sebesar 70.80. Provinsi
tersebut adalah Maluku Utara, Gorontalo, Sulawesi Utara, Maluku,
Kalimantan Timur, Kep.Riau, Kep. Bangka Belitung, DI
Yogyakarta, Kalimantan Utara, Bali, Papua Barat, Sumatera
Barat, Aceh, Sulawesi Selatan, Riau, Sumatera Selatan dan DKI
Jakarta.
Provinsi Papua menempati rata-rata indeks
kebahagiaan terendah di Indonesia tahun 2014 hingga 2017.
Rata-rata indeks kebahagiaan Provinsi Papua pada tahun 2014
hingga 2017 yaitu sebesar 66.24. Hal ini disebabkan karena salah
satu indikator dari indeks kebahagiaan yaitu indeks kepuasan
hidup yang rendah. Indeks kepuasan hidup ini meliputi tingkat
pendidikan dan keterampilan personal, kualitas rumah, tingkat
pendapatan, pekerjaan, serta kesehatan. Selain itu, terdapat
beberapa aspek yang masih menjadi kendala di papua antara lain
keharmonisan keluarga, karena masih terjadi beberapa kasus
perceraian dan perselingkuhan, hubungan sosial yang kurang
terbuka dengan dunia luar dan pendatang, serta kondisi keamanan,
karena masih banyak kelompok-kelompok separatis yang selalu
membuat kerusuhan di wilayah Papua. Gambar 4.4 menjelaskan
80
perbandingan indeks kebahagiaan di Indonesia pada tahun 2014
hingga 2017.
Gambar 4. 4 Perbandingan Indeks Kebahagiaan Indonesia
tahun 2014-2017
Sumber: Data diolah dari BPS RI (2019)
Salah satu provinsi di Indonesia dengan tingkat
kemiskinan yang tinggi yaitu Provinsi Aceh. Namun, dalam hal
kebahagiaan, Provinsi Aceh termasuk dalam Provinsi terbahagia
di Indonesia. Indeks Kebahagiaan di Indonesia mencapai indeks
70,8 pada skala 0-100. Di Provinsi Aceh indeks kebahagiaan
mencapai 71,38 pada skala 0-100. Artinya, indeks kebahagiaan di
Aceh berada di atas indeks kebahagiaan Indonesia. Hal ini terjadi
karena faktor yang menyebabkan angka indeks kebahagiaan di
Aceh meningkat karena keadaan lingkungan yang kondusif,
ketersediaan waktu luang bersama keluarga, hubungan sosial
bersama masyarakat, dan perasaan senang tehadap diri sendiri.
Kebahagiaan bukanlah seberapa banyak kita mendapat proporsi
dari program aspirasi, namun lebih sejauh mana kemauan untuk
81
berbagi. Selain itu, tingkat kebahagiaan di Provinsi Aceh
cenderung lebih tinggi di wilayah perkotaan di bandingkan
penduduk di pedesaan. Hal ini dipengaruhi oleh fasilitas dan
infrastruktur penunjang yang dibutuhkan. Sementara itu, penduduk
di provinsi Aceh yang sudah menikah cenderung lebih bahagia
dibandingkan dengan penduduk yang belum menikah atau lajang.
Hal ini terjadi tentu karena berlakunya syariat Islam yang
mengatur pembatasan hubungan dan pergaulan bebas laki-laki dan
perempuan tanpa ikatan nikah.
4.1.3 Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia
Kualitas sumber daya manusia dari suatu daerah di
Indonesia diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
IPM merupakan suatu indikator penting untuk mengukur
keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia.
IPM dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu
wilayah/negara. (BPS RI, 2018). Gambar 4.5 akan menjelaskan
rata-rata indeks pembangunan manusia di Indonesia pada tahun
2014 hingga 2017.
82
Gambar 4. 5 Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2014-2017
Sumber: Data diolah dari BPS RI (2019)
Rata-rata indeks pembangunan manusia tahun 2014
hingga 2017 dapat terlihat pada gambar 4.5. Provinsi yang
menempati rata-rata indeks pembangunan manusia tertinggi tahun
2014 hingga 2017 yaitu Provinsi DKI Jakarta dengan nilai indeks
sebesar 79.22. Tingginya nilai indeks pembangunan manusia
disebabkan karena ketiga dimensi pembentuk indeks
pembangunan manusia di provinsi DKI Jakarta naik setiap
tahunnya, baik itu umur harapan hidup saat lahir (UHH), harapan
lama sekolah (HLS), rata-rata lama sekolah (RLS) dan
pengeluaran per kapita. Indeks pembangunan manusia berguna
untuk melihat pembangunan itu berdampak atau tidak terhadap
manusia.
Provinsi yang memiliki nilai rata-rata indeks
pembangunan manusia terendah tahun 2014 hingga 2017 yaitu
Provinsi Papua dengan jumlah indeks pembangunan manusia
83
sebesar 68.87. Walaupun indeks pembangunan manusia
provinsi Papua mengalami kenaikan setiap tahunnya. Namun
keberadaan Provinsi Papua tetap menempati posisi terendah di
Indonesia. Papua merupakan salah satu daerah yang kaya akan
sumber daya alam di Indonesia. Namun, kekayaan tersebut
belum mampu dimanfaatkan secara optimal. Banyaknya
penduduk miskin yang ada di Papua juga menjadi salah satu
penyebab rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
Dari 34 provinsi di Indonesia terdapat 22 provinsi yang
nilai indeks pembangunan manusianya di atas rata-rata
keseluruhan indeks pembangunan manusia tahun 2014 hingga
2017 yaitu sebesar 68.87. Sedangkan untuk 12 provinsi lainnya
yaitu Sumatera Selatan, Maluku, Lampung, Sulawesi Tengah,
Maluku Utara, Gorontalo, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara
Barat, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Timur, Papua Barat dan
Papua berada dibawah rata-rata keseluruhan indeks pembangunan
manusia. Gambar 4.6 menjelaskan perbandingan indeks
pembangunan manusia di Indonesia pada tahun 2014 hingga 2017.
84
Gambar 4. 6 Perbandingan Indeks Kebahagiaan Indonesia
Tahun 2014-2017
Sumber: Data diolah dari BPS RI (2019)
Salah satu provinsi yang mengalami peningkatan indeks
pembangunan manusia setiap tahunnya namun masih berada di
bawah rata-rata nasional yaitu Provinsi Aceh. Indeks pembangunan
manusia Indonesia mencapai angka 69,22. Namun untuk Provinsi
Aceh indeks pembangunan manusia berada pada angka 68.87.
Capaian tersebut mengindikasikan adanya kualitas manusia yang
semakin membaik dari aspek kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.
Tinggi rendahnya nilai IPM merupakan hasil dari program
pembangunan yang dilaksanakan pemerintah. Untuk meingkatkan
indeks pembangunan manusia di Provinsi Aceh, maka perlu
dilakukan beberapa hal di antaranya adalah pemerataan
pembangunan fasilitas kesehatan serta menjamin kecukupan jumlah
tenaga kesehatan hingga ke tingkat satuan daerah terkecil dan
daerah terpencil. Hal ini guna meningkatkan standar kesehatan dan
85
meningkatkan harapan hidup masyarakat. Selain itu, sarana
pendukung pendidikan seperti jumlah sekolah dan tenaga pengajar
juga harus ditingkatkan kuantitas maupun kualitasnya. Sehingga
dengan modal pendidikan yang tinggi yang berkualitas, bisa
tercipta masyarakat yang unggul dan mampu bersaing baik dengan
masyarakat dalam negeri maupun luar negeri. Kemudian yang tidak
kalah penting, yakni meningkatkan pertumbuhan ekonomi Aceh
secara merata dan berkelanjutan baik berupa tenaga kerja yang
produktif maupun sektor perkerjaan dan pendapatan yang layak
untuk semua. Dengan adanya peningkatan perekonomian,
diharapkan akan meningkatkan Produk Nasional Bruto (PNB) per
kapita yang berimbas secara tidak langsung pada bertambahnya
pengeluaran per kapita.
4.2 Analisis Korelasi
Analisis korelasi merupakan analisis statistika yang
membahas tentang hubungan antara dua variabel atau lebih.
Hubungan ini digambarkan dengan nilai koefisien korelasi. Pada
bab ini akan dilihat korelasi antara rata-rata indeks kebahagiaan
dan rata-rata indeks pembangunan manusia di Indonesia dari tahun
2014 sampai tahun 2017. Analisis korelasi digunakan untuk
melihat terjadinya multikolinearitas atau tidak yang menjadi salah
satu asumsi untuk menggunakan analisis regresi.
86
Tabel 4. 1
Hasil korelasi Rata-rata IK dan IPM Tahun 2014 dan 2017
IK IPM
IK 1 0,870
IPM 0,870 1
Hasil analisis korelasi pada tabel 4.1 menjelaskan bahwa
terdapat korelasi yang tinggi antara variabel indeks kebahagiaan
dan indeks pembangunan manusia yang mengindikasikan
adanya multikolinearitas. Nilai korelasi yang dihasilkan sebesar
0.87 yang artinya nilai korelasi tersebut mendekati 1 (besar).
Sehingga terdeteksi adanya multikolinearitas yang artinya terdapat
korelasi yang tinggi antar variabel independen. Hal ini harus
diatasi dengan analisis komponen utama sebelum dilakukannya
analisis regresi.
4.3 Analisis Komponen Utama (AKU)
Analisis Komponen Utama (AKU) merupakan suatu
teknik untuk membentuk variabel baru yang merupakan
kombinasi linear dari variabel asal. Jumlah maksimum dari
variabel baru yang dapat dibentuk adalah sama dengan jumlah
variabel asal dan antara variabel baru tidak berkorelasi (Sharma,
1996). Pada dasarnya analisis komponen utama bertujuan untuk
mentransformasikan peubah-peubah yang berkorelasi menjadi
peubah- peubah yang tidak berkorelasi. Hasil analisis terhadap
variabel indeks kebahagiaan dan indeks pembangunan manusia
87
dengan menggunakan Analisis Komponen Utama melalui
pembakuan variabel dengan tahapan sebagai berikut.
1. Pembakuan X ke
zji = (Zji − Z j)/Sjj
1/2
Tabel 4. 2
Pembakuan Variabel
Sumber Data Diolah: (2020)
No Z1 Z2 No Z1 Z2
1. 0,31532 0,20345 18. -0,08800 -0,83140
2. -1,78140 0,20709 19. -0,90037 -1,42656
3. 0,34393 0,34799 20. -0,76021 -0,79982
4. 0,23523 0,53261 21. -0,33114 -0,02126
5. -0,48275 0,06012 22. 1,43377 0,47188
6. 0,20377 -0,25810 23. -0,27679 -0,38807
7. -0,48275 0,03340 24. 0,26956 0,13300
8. -1,23505 -0,37228 25. -0,30826 0,02368
9. 0,62425 0,06377 26. 1,44521 -0,67472
10. 0,75584 1,22858 27. 0,26956 0,13300
11. 0,00067 2,51606 28. -0,30826 0,02368
12. -0,90323 0,21316 29. 1,44521 -0,67472
13. -0,38549 0,19009 30. -0,90609 -1,35976
14. 0,58707 2,18205 31. 1,37370 -0,34070
15. -0,25677 0,08199 32. 2,69237 -0,65042
16. -0,72875 0,43422 33. 0,38684 -1,63547
17. 0,42116 1,09861 34. -2,61951 -2,65939
88
2. Skor Komponen Utama (W)
Skor komponen utama (Wj)
Tabel 4. 3
Skor Komponen Utama
Sumber Data Diolah: (2020)
No W1 W2 No W1 W2
1. 0,36683 -0,07911 18. -0,65011 -0,52566
2. -1,11320 1,40607 19. -1,64539 -0,37207
3. 0,48926 0,00287 20. -1,10311 -0,02801
4. 0,54294 0,21028 21. -0,24918 0,21912
5. -0,29884 0,38387 22. -0,22266 0,14451
6. -0,03842 -0,32659 23. 1,77796 0,14675
7. -0,31773 0,36497 24. 0,39213 -0,26416
8. -1,13655 0,61007 25. 1,34749 -0,68016
9. 0,48650 -0,39632 26. -0,47013 -0,07868
10. 1,40319 0,33428 27. 0,28465 -0,09656
11. 1,77960 1,77865 28. -0,20122 0,23472
12. -0,48795 0,78941 29. 0,54482 -1,49901
13. -0,13817 0,40699 30. -1,60220 -0,32079
14. 1,95806 1,12782 31. 0,73044 -1,21226
15. -0,12359 0,23954 32. 1,44387 -2,36371
16. -0,20826 0,82234 33. -0,88292 -1,42999
17. 1,07464 0,47903 34. -3,73275 -0,02820
89
3. Menentukan Nilai Eigenvalue
Penentuan nilai eigenvalue dilakukan untuk melihat
porposi keragaman data yang di hasilkan dari analisis komponen
utama yang dapat dijelaskan oleh variabel indeks kebahagiaan
dan indeks pembangunan manusia terhadap kemiskinan.
Gambar 4. 7 Hasil Analisis Komponen Utama
Eigenanalysis of the Correlation
Matrix
Eigenvalue 0,7914
Proportion 0,890
Sumber Data Diolah: (2020)
Gambar 4.7 menunjukkan bahwa nilai eigenvalue lebih
kecil dari 1, yaitu 0.7914 dan nilai proportion sebesar 0.890.
Artinya komponen utama ini dapat menjelaskan 89 persen
keragaman data kemiskinan yang dapat dijelaskan olen indeks
kebahagiaan dan indeks pembangunan manusia. Maka dari itu,
dapat dilihat bahwa hasil dari komponen utama bagus dan
dilanjutkan dengan melakukan analisis regresi.
4.4 Analisis Regresi
Analisis regresi merupakan suatu analisis yang digunakan
untuk melihat pengaruh sebab akibat. Analisis regresi yang
digunakan dalam penelitian ini untuk melihat pengaruh dari indeks
kebahagiaan, Indeks pembangunan manusia terhadap kemiskinan.
90
tahapan-tahapan dari analisis regresi yaitu: asumsi klasik,
membentuk model, uji koefisien regresi dan melihat nilai R-Square.
4.4.1 Asumsi Klasik
Sebelum melakukan analisis regresi terhadap data
penelitian, perlu dilakukan prasyarat analisis yaitu normalitas data,
multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Karena
multikolinearitas sudah dilakukan pada tabel 4.1 dan menghasilkan
bahwa data tersebut mengalami multikolinearitas. Sehingga diatasi
dengan Analisis Komponen Utama. Maka asumsi yang selanjutnya
dilakukan pada bab ini yaitu analisis selain dari multikolinearitas.
Gambar 4.8 menjelaskan plot asumsi klasik.
Gambar 4. 8 Plot Uji Asumsi Klasik
630-3-6
99
90
50
10
1
Residual
Pe
rce
nt
3020100
5
0
-5
Fitted Value
Re
sid
ua
l
6420-2-4
10,0
7,5
5,0
2,5
0,0
Residual
Fre
qu
en
cy
302520151051
5
0
-5
Observation Order
Re
sid
ua
l
Normal Probability Plot Versus Fits
Histogram Versus Order
Residual Plots for kemiskinan
Sumber Data Diolah: (2020)
91
Dari gambar 4.8 terlihat bahwa asumsi klasik terpenuhi,
dimana normalitas dapat dilihat bahwa nilai residualnya di sekitar
garis regresi sehingga dapat disimpulkan bahwa asumsi
kenormalan data telah terpenuhi. Kemudian untuk
heterokedastisitas terlihat bahwa scatterplot berpola acak, maka
tidak mengalami masalah heterokedastisitas. Sehingga asumsi
tidak adanya heteroskedastisitas terpenuhi. Sedangkan untuk
Autokorelasi dapat dilihat bahwa nilai residual berada disekitar
garis 0 sehingga meningdikasi tidak terjadi autokorelasi. Maka
dapat disimpulkan bahwa asumsi klasik dari analisis regresi
terpenuhi.
92
4.4.2 Model Analisis Regresi
Model analisis regresi merupakan suatu model untuk
melihat pengaruh sebab akibat. Pengaruh sebab akibat yang
dilihat dari penelitian ini yaitu antara IK, IPM terhadap
kemiskinan yang akan ditunjukkan pada gambar 4.9
Gambar 4. 9 Hasil Analisis Regresi Berganda
Regression Analysis: kemiskinan versus W1; W2
The regression equation is
kemiskinan = 11,5 - 3,74 W1 - 2,27 W2
Predictor Coef SE Coef T P VIF
Constant 11,4742 0,4166 27,54 0,000 W1 -3,7376 0,3087 -12,11 0,000 1,000
W2 -2,2660 0,4754 -4,77 0,000 1,000
S = 2,42932 R-Sq = 84,5% R-Sq(adj) = 83,5%
Analysis of Variance
Source DF SS MS F P
Regression 2 999,47 499,73 84,68 0,000
Residual Error 31 182,95 5,90
Total 33 1182,42
93
1. Persamaan regresi Y terhadap W adalah
= 11,5 – 3,74 W1 – 2,27 W2 +
Nilai koefisien β0 sebesar 11.5 % , artinya jika
indeks kebahagiaan dan indeks pembangunan manusia 0
maka titik laju perubahan dari angka kemiskinan dimulai
dari 11.5%. Kemudian untuk nilai koefisien β1 sebesar -
0.374%, artinya apabila indeks kebahagiaan meningkat
1% maka akan menurunkan angka kemiskinan sebesar
3.74% dan indeks pembangunan manusia dianggap sebagai
konstan. Selanjutnya untuk nilai koefisien β2 sebesar -2.27
artinya apabila indeks pembangunan manusia meningkat
1% maka akan menurunkan angka kemiskinan sebesar
2.27% dan indeks kebahagiaan dianggap konstan.
2. Pengujian koefisien regresi
a) Uji bersama (statistik uji F)
H0 : , (tidak terdapat pengaruh secara
bersama-sama dari indeks
kebahagiaan (X1) atau indeks
pembangunan manusia (X2)
terhadap kemiskinan di Indonesia).
H1 : , (ada pengaruh secara
bersama-sama dari indeks
kebahagiaan (X1) atau indeks
94
pembangunan manusia (X2)
terhadap kemiskinan di Indonesia).
Berdasarkan hasil analisis regresi secara simultan
terlihat bahwa nilai P-value = 0.000 < (0.05) yang
memberikan keputusan menolak H0. Artinya terdapat
pengaruh secara bersama-sama antara indeks kebahagiaan
(X1) dan/atau indeks pembangunan manusia (X2) terhadap
tingkat kemiskinan (Y) di Indonesia.
b) Uji parsial (statistik uji t)
a. Indeks kebahagiaan (X1) terhadap kemiskinan (Y)
H0 : , (tidak terdapat pengaruh dari indeks
kebahagiaan (X1) terhadap tingkat
kemiskinan di Indonesia)
H1 : , (terdapat pengaruh dari dari indeks
kebahagiaan (X1) terhadap tingkat
kemiskinan di Indonesia)
Ditunjukkan bahwa nilai signifikansi dari koefisien β1 =
0.000 < (0.05) yang memberikan keputusan menolak
H0 dan disimpulkan bahwa terdapat pengaruh dari
indeks kebahagiaan (X1) terhadap tingkat kemiskinan di
Indonesia.
b. Indeks pembagunan manusia (X2) terhadap kemiskinan (Y)
H0 : , (tidak terdapat pengaruh dari indeks
pembangunan manusia (X2) terhadap
tingkat kemiskinan di Indonesia).
95
H1 : , (terdapat pengaruh indeks pembangunan
manusia (X2) terhadap tingkat kemiskinan
di Indonesia).
Ditunjukkan bahwa nilai signifikansi dari
koefisien β2 = 0.000 < (0.05) yang memberikan
keputusan menolak H0 dan disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh dari indeks pembangunan manusia (X2)
terhadap kemiskinan di Indonesia.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
bersama dan parsial menunjukkan bahwa terdapat
kesamaan kenyataan koefisien regresi pada uji parsial
dan hasil uji bersama yang secara statistik maka
disimpulkan bahwa variabel-variabel penjelas (X1, X2)
tidak saling berkorelasi atau tidak terdapat
multikolinieritas.
3. Koefisien Determinasi (R2)
Nilai R2 antara variabel indeks kebahagiaan dan
indeks pembangunan manusia sebesar 0.845. Artinya
persentase keragaman kemiskinan mampu dijelaskan oleh
variabel indeks kebahagiaan (X1) dan indeks
pembangunan manusia (X2) sebesar 84.5%. Hal ini
menunjukkan nilai yang tingegi dan terdapat hubungan
positif yang kuat antara indeks kebahagiaan dan indeks
pembangunan manusia dengan kemiskinan. Sisanya
sebesar 15.5% dijelaskan oleh variabel lain di luar model
96
yang tidak di teliti dalam penelitian ini. Selain itu, terdapat
nilai R2 (adj) sebesar 0.835, artinya 83.5% variabel indeks
kebahagiaan dan indeks pembangunan manusia dapat
menjelaskan pengaruh kemiskinan, selebihnya 16.5%
dijelaskan oleh variabel lain di luar model yang tidak di
teliti dalam penelitian ini.
4.5 Pembahasan Penelitian
Pada bab pembahasan ini akan dibahas pengaruh indeks
kebahagiaan terhadap kemiskinan, pengaruh indeks pembangunan
manusia terhadap kemiskinan dan pengaruh indeks kebahagian,
indeks pembangunan manusia terhadap kemiskinan yang ditinjau
dalam Maqashid Syari’ah.
4.5.1 Pengaruh Indeks Kebahagiaan Terhadap Kemiskinan
dalam Tinjauan Maqashid Syari’ah
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa secara parsial
variabel indeks kebahagiaan (X1) berpengaruh signifikan terhadap
kemiskinan (Y) di Indonesia. Hal ini diperoleh dari nilai signifikan
sebesar 0.000< α = 0.05. Semakin meningkatnya indeks
kebahagiaan maka akan menurunkan tingkat kemiskinan
begitupun sebaliknya, apabila nilai indeks kebahagiaan menurun
maka kemiskinan akan meningkat ditunjukkan dari nilai koefisien
regresi sebesar -0.374%. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Soesilowati (2018) yang menyatakan bahwa ukuran
kebahagiaan tidak hanya dilihat dari ukuran yang bersifat
97
material semata, tetapi diperoleh juga dari sinergitas dengan aspek
ketengangan dan ketentraman hidup. Ditinjau dari Maqashid
Syari’ah indeks kebahagiaan meliputi pemeliharaan agama, harta,
jiwa serta keturunan. Sebuah kebahagiaan didapatkan apabila
merasakan ketenangan jiwa dan raga. Kebahagiaan itu tidak
hanya diukur secara materi akan tetapi kebahagiaan dapat
diperoleh dengan taat beribadah, bersyukur dan memperbanyak
waktu bersama keluarga. Tercapainya tujuan dari maqashid
syari’ah yaitu pemeliharaan agama, harta, jiwa, serta keturunan
maka akan tercapainya tujuan hidup. Penjagaan kebutuhan
hidup dasar yang tergolong kedalam penjagaan jiwa tidak hanya
sekedar pembelaan diri, namun untuk menciptakan kualitas
kehidupan yang lebih baik bagi diri dan masyarakat sehigga
terpenuhinya eksistensi dari penjagaan hidup serta dapat
menjalankan proses penjagaan agama, harta dan keturunan yang
menjadi salah satu faktor meningkatnya kebahagiaan di
masyarakat Indonesia.
4.5.2 Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia terhadap
Kemiskinan dalam tinjauan Maqashid Syari’ah
Indeks pembangunan manusia terhadap kemiskinan dalam
tinjauan maqashid syari’ah dilihat dari pemeliharaan agama, harta,
jiwa, akal. Dalam Islam konsep pembangunan manusia merupakan
keseimbangan antara kebaikan hidup didunia dan di akhirat.
Sebagai seorang yang beriman maka setiap mukmin dalam
98
pemeliharaan agama harus menjadikan prioritas perbaikan kualitas
hidupnya dimulai dari perbaikan kualitas agamanya. Karena sektor
lain seperti kurangnya materi akan tetap bernilai apabila kualitas
keimanan seseorang tetap baik. Dalam pemeliharaan jiwa tidak
hanya tercermin dalam larangan membunuh, namun juga
tercermin dari memerintahkan menjaga keberlangsungan
kehidupan yaitu kesehatan. Kesehatan merupakan hal utama
yang sangat menentukan keberlangsungan hidup secara umum.
Maka dari itu kesehatan merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan
dari pembangunan manusia. Dalam pemeliharaan akal pendidikan
sangat penting bagi manusia, sehingga Islam yang sangat
memuliakan manusia telah menjadikan pendidikan sebagai
salah satu hal yang terpenting yang tidak boleh ditinggalkan,
karena pendidikan itu dirasakan sangat penting sehingga Allah
SWT mengkhususkan perintah agar tetap mencari ilmu bagi
sebahagian umat Islam walaupun sedang kondisi perang.
Sedangkan dalam pemeliharaan harta, pendapatan merupakan hal
terpenting bagi manusia karena peningkatan pendapatan tidak
hanya sekedar masalah kemauan kerja, namun sangat besar
dipengaruhi oleh kesempatan kerja. Tidak hanya mencuri dalam
Islam. Namun harta tersebut juga dapat dibangun melalui upaya
mencari karunia Allah yang sangat dianjurkan dalam Islam. Hal
ini dapat dipahami jika memandangnya dengan pandangan
pembangunan yang menyuburkan jiwa, akal, dan harta, tidak
dari sisi pencegahan hilangnya jiwa sehingga dilarang
99
membunuh, mencegah hilangnya akal sehingga dilarang minum
khamr dan mencegah hilangnya harta sehingga dilarang mencuri.
Konsep maqashid syariah sangat tepat jika dijadikan sebagai
tujuan pembangunan manusia, bahkan dapat menjadi konsep
pembangunan manusia yang lebih solid dan komperhensip.
Apabila tidak terpenuhinya penjagaan agama, jiwa, akal, dan
harta maka akan berpengaruh pada kemiskinan di Indonesia.
Dalam penelitian ini diperoleh pengaruh indeks
pembangunan manusia terhadap kemiskinan sebesar -2.27 artinya
setiap kenaikan indeks pembangunan manusia maka akan
menurunkan angka kemiskinan sebesar 2.27. Apabila indeks
pembangunan manusia meningkat maka akan menurunkan angka
kemiskinan begitupun sebaliknya, semakin berkurangnya indeks
pembangunan manusia maka akan meningkatkan angka
kemiskinan. Hasil penelitian ini memiliki persamaan dengan
penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa indeks pembangunan
manusia berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan
(Prasetyoningrum, 2018).
4.5.3 Pengaruh Indeks Kebahagiaan dan Indeks Pembangunan
Manusia terhadap Kemiskinan dalam tinjauan Maqashid
Syari’ah
Secara umum indeks kebahagiaan (X1) dan indeks
pembangunan manusia (X2) terhadap kemiskinan (Y) sangat
berpengaruh signifikan. Dalam penelitian, kemiskinan mampu
100
dijelaskan oleh indeks kebahagiaan dan indeks pembangunan
manusia sebesar 83.5% dan sisanya 16.5% dipengaruhi oleh
variabel lain diluar penelitian. Angka signifkansi sebesar 0.000 <
0.05 yang berarti bahwa adanya pengaruh antara indeks
kebahagiaan dan indeks pembangunan manusia terhadap
kemsikinan. Jika dilihat dalam tinjauan maqashid syari’ah indeks
kebahagiaan dan indeks pembangunan manusia merupakan satu
kesatuan yang sangat mendukung tujuan dari maqashid syari’ah.
Dalam penjagaan harta, ketika terlindunginya harta secara
otomatis, maka jiwa dan keturunannya juga akan terlindungi. Hal
tersebut akan didapat jika dilakukan dengan proses kebahagiaan.
Kebahagiaan itu mencerminkan ketentraman dari hati seseorang.
Begitu pula dengan indeks pembangunan manusia. Indeks
pembangunan manusia diukur dari 4 indikator yaitu harapan hidup
saat lahir (UHH), harapan lama sekolah (HLS), rata-rata lama
sekolah (RLS) dan pengeluaran per kapita yang mengandung
unsur dari penjagaan agama, harta, jiwa dan akal. Artinya secara
keseluruhan sangat bergantung dari proses manusia ketika
menjalani kehidupan. Sehingga untuk mendapatkan angka
kebahagiaan dan pembangunan manusia yang tinggi perlu adanya
upaya yang sangat kuat dari diri manusia sendiri dan interaksi
terhadap lingkungannya begitupula dukungan dari pemerintah
sehingga diperlukan kerjasama antar kelompok masyarakat dan
pemerintah.
101
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini menganalisis tentang pengaruh indeks
kebahagiaan dn indeks pembangunan manusia sebagai variabel
independen terhadap kemiskinan sebagai variabel dependen.
Penelitian ini dilakukan di seluruh Provinsi di Indoensia tahun
2014 dan 2017. Adapun kesimpulan dalam penelitian ini:
1. Variabel indeks kebahagiaan terdapat pengaruh yang
signifikan secara parsial terhadap kemiskinan di
Indonesia. Ditinjau dari Maqashid Syari’ah indeks
kebahagiaan meliputi pemeliharaan agama, harta, jiwa
serta keturunan. Sebuah kebahagiaan didapatkan apabila
merasakan ketenangan jiwa dan raga. Kebahagiaan itu
tidak hanya diukur secara materi akan tetapi kebahagiaan
dapat diperoleh dengan taat beribadah, bersyukur dan
memperbanyak waktu bersama keluarga. Tercapainya
tujuan dari maqashid syari’ah yaitu pemeliharaan agama,
harta, jiwa, serta keturunan maka akan tercapainya tujuan
hidup. Penjagaan kebutuhan hidup dasar yang tergolong
kedalam penjagaan jiwa tidak hanya sekedar pembelaan
diri, namun untuk menciptakan kualitas kehidupan yang
lebih baik bagi diri dan masyarakat sehigga terpenuhinya
102
eksistensi dari penjagaan hidup serta dapat
menjalankan proses penjagaan agama, harta dan
keturunan yang menjadi salah satu faktor meningkatnya
kebahagiaan di masyarakat Indonesia.
2. Variabel indeks pembangunan manusia terdapat
pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap
kemiskinan di Indonesia. Dalam hal ini pencapaian
maqashid syari’ah dilihat dari pemeliharaan agama, harta,
jiwa, akal. Dalam Islam konsep pembangunan manusia
merupakan keseimbangan antara kebaikan hidup didunia
dan di akhirat. Sebagai seorang yang beriman maka setiap
mukmin dalam pemeliharaan agama harus menjadikan
prioritas perbaikan kualitas hidupnya dimulai dari
perbaikan kualitas agamanya. Karena sektor lain seperti
kurangnya materi akan tetap bernilai apabila kualitas
keimanan seseorang tetap baik. Dalam pemeliharaan jiwa
tidak hanya tercermin dalam larangan membunuh, namun
juga tercermin dari memerintahkan menjaga
keberlangsungan kehidupan yaitu kesehatan. Dalam
pemeliharaan akal pendidikan sangat penting bagi
manusia, sehingga Islam yang sangat memuliakan manusia
telah menjadikan pendidikan sebagai salah satu hal
yang terpenting yang tidak boleh ditinggalkan, karena
pendidikan itu dirasakan sangat penting sehingga Allah
SWT mengkhususkan perintah agar tetap mencari ilmu
103
bagi sebahagian umat Islam walaupun sedang kondisi
perang. Sedangkan dalam pemeliharaan harta, pendapatan
merupakan hal terpenting bagi manusia karena peningkatan
pendapatan tidak hanya sekedar masalah kemauan kerja,
namun sangat besar dipengaruhi oleh kesempatan kerja.
Konsep maqashid syariah sangat tepat jika dijadikan
sebagai tujuan pembangunan manusia, bahkan dapat
menjadi konsep pembangunan manusia yang lebih solid
dan komperhensip. Apabila tidak terpenuhinya
penjagaan agama, jiwa, akal, dan harta maka akan
berpengaruh pada kemiskinan di Indonesia.
3. Secara bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan
antara indeks kebahagiaan dan indeks pembangunan
manusia terhadap kemiskinan di Indonesia. Hal ini sangat
bergantung dari proses manusia ketika menjalani
kehidupan. Sehingga untuk mendapatkan angka
kebahagiaan dan pembangunan manusia yang tinggi perlu
adanya upaya yang sangat kuat dari diri manusia
sendiri dan interaksi terhadap lingkungannya
begitupula dukungan dari pemerintah sehingga diperlukan
kerjasama antar kelompok masyarakat dan pemerintah.
Berdasarkan hasil penelitian diatas jika ditinjau dari unsur-
unsur maqashid syari’ah indeks kebahagiaan dan indeks
pembangunan manusia merupakan satu kesatuan yang
sangat mendukung tujuan dari maqashid syari’ah. Dalam
104
penjagaan harta, ketika terlindunginya harta secara
otomatis, maka jiwa dan keturunannya juga akan
terlindungi. Hal tersebut akan didapat jika dilakukan
dengan proses kebahagiaan. Kebahagiaan itu
mencerminkan ketentraman dari hati seseorang. Begitu
pula dengan indeks pembangunan manusia. Indeks
pembangunan manusia diukur dari 4 indikator yaitu
harapan hidup saat lahir (UHH), harapan lama sekolah
(HLS), rata-rata lama sekolah (RLS) dan pengeluaran per
kapita yang mengandung unsur dari penjagaan agama,
harta, jiwa dan akal.
5.2 Saran
1. Bagi pemerintah, adanya kebijakan dan dukungan yang
tinggi agar angka kemiskinan di Indonesia lebih menurun
lagi.
2. Jika dilihat dari sisi Maqashid Syari’ah, masih kurangnya
kebijakn pemerintah dalam pengendalian terhadap
penjagaan agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Bisa
dilihat dari tingginya kemiskinan yang di pengaruhi oleh
indeks kebahagiaan dan indeks pembangunan manusia di
Indonesia.
3. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk menambah
jumlah observasi dan jumlah variabel yang akan
digunakan juga disarankan untuk menggunakan metode
105
analisis lainnya agar memberikan hasil yang lebih
bervariasi.
106
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Mujiono. (2001). Agama Ramah Lingkungan:
Perspektif Al-qur’an. Jakarta: Paramadina.
Abdurrahman. (2014). HRD Syariah: Teori dan
Implementasi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Arfiani, Devi. (2009). Berantas Kemiskinan. Semarang:
AlprinArsyat, L. (2015). Ekonomi Pembangunan.
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Asafri, J. (1996). Konsep Maqashid al-Syariah Menurut al-Syatibi.
Jakarta: Raja Grafindo
Ashari, Okiana Budi. (2016). Apakah Orang Miskin Tidak
Bahagia? Studi Fenomena Tentang Kebahagiaan di
Dusun Deliksari. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Badan Pusat Statistik. (2000). Kemiskinan tahun 2000. Jakarta:
Badan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik. (2007). Indeks Pembangunan Manusia
tahun 2006-2007. Jakarta: Badan Pusat Statistik
Basri, F. (2002). Perekonomian Indonesia: Tantangan dan
Harapan Bagi Kebangkitan Ekonomi Indonesia.
Jakarta: Erlangga.
Capra, Umar. ( 2 0 0 8 ) . The Islamic Vision of Development in the
Light of Maqashid Al Shariah. Jeddah: Islamic Research
and Training Institute.
Effendi, Satria. (2009). Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group
107
Hamdani, H. (2020). Negara Sejahtera Dalam Perspektif Maqashid
Syariah. Al-Mabsut: Jurnal Studi Islam dan Sosial, 14(1),
28-41.
Hasibuan, I. H., Tanjung, H., & Ibdalsyah, I. (2019). Analisis
Maqashid Syariah Pada Indeks Pembangunan
Manusia. Kasaba: Jurnal Ekonomi Islam, 11(1), 88-101.
Herbyanti, Deni. (2009). Kebahagiaan (Happiness) Pada Remaja
di Daerah Abrasi. Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi.
Volume. 11, No. 2, Nopember 2009 : 60-73
Izzah, Nurul. (2015). Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) dan Inflasi terhadap Pertumbuhan Ekonomidi
Provinsi Riau Tahun1994-2013. Jurnal. Dosen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Padangsidimpuan.
Johnson, R.A dan Wichern, D.W. (1992). Applied Multivariate
Statistical Analisys, Second edition, Prentice – Hall
International, Inc., New Jersey.
Jolliffe,I.T.1986. Principal Component Analysis. New York :
Springer-Verlag.
Kartasasmita, Ginandjar. (1996). Pembangunan Untuk Rakyat,
Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan, Jakarta.
CIDES
Khasanah, Kharimatul. (2015). Hukum Ekonomi syariah, Indeks
Pembangunan Mnausia, Dan Kapitalisme Global.
Yokyakarta: UIN Sunan Kalijaga.
Kuncoro, Mudrajad, (1997), Ekonomi Pembangunan, Teori,
Masalah dan Kebijakan, Yogyakarta: UPP AMD YKPN
Kuncoro, Mudrajad, (2006), Ekonomi Pembangunan, Teori,
Masalah, dan Kebijakan, Yogyakarta: UPP AMP YKPN
108
Lestari, R.P. (2017). Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan
Manusia, Pengangguran, Produk Domestik Regional
Bruto terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi
Lampung dalam Perspektif Islam tahun 2011-2015.
Lubis, Hilda Nureni. (2017). Analisis Pengaruh Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), Upah dan Pengangguran
terhadap Kemiskinan di Kabupaten/Kota Eks-Karesiden
Kedu, Banyumas, dan Semarang Tahun 2010-2015.
Skripsi. Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Lyubomirsky, S. (2005). The Benefit of Frequent Positif Affect :
Does Happines Lead to success, Psyhological Buletin.
Vol 131. No 6, 8030855. American Psychological
Assosiation.
Maharany, Yunita. (2012). Pengaruh Indikator Komposit, Indeks
Pembangunan Manusia terhadap Pertumbuhan Ekonomi
di Sulawesi Selatan. Skripsi. Makassar: Universitas
Hasanuddin
Mahruz, Azwar. (2017). Analisis Pengaruh Kemiskinan
terhadap Tingkat Kebahagiaan Individu di Indonesia.
Skripsi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada
Malik N dan Syaifullah A. (2017). Pengaruh Indeks Pembangunan
Manusia dan Produk Domestik Bruto terhadap Tingkat
Kemiskinan di ASEAN-4. Jurnal Ilmu Ekonomi.
Volume 1 jilid 1, 107-119
Melati, Adinda, Juliana I. Saragih. (2011). Gambaran
kebahagiaan pada penyandang tuna daksa dewasa awal.
Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Melliana, A. & Zain, I. (2013). Analisis Statistika Faktor yang
Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia di
Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur dengan
109
Menggunakan Regresi Panel. Jurnal Sains dan seni
Pomits. Volume 2. Nomor 2. D237-D242
Narwati, N. ( 2008). Kemiskinan: Model Pengukuran,
Permasalahan dan Alternatif Kebijakan Jurnal
Kependudukan Padjadjaran. 10(1). 1-11.
Nasikun. (2001). Diktat Mata Kuliah. Isu dan Kebijakan
Penanggulanga n Kemiskinan . Magister
Administrasi Publik. Yogyakarta: Universitas Gadjah M ada
Nugroho, Heru. (1995). Kemiskinan, Ketimpangan dan
Kesenjangan. Yogyakarta: Aditya Media.
Prasetyoningrum A.K dan Sukmawati U.S. (2018). Analisis
Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran Terhadap
Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Ekonomi Syariah.
Volume 6, Nomor 2, 217-240
Putra, Stephanus Gilig Gautama. (2011). Kebahagiaan Pada
Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan. Skripsi. Fakultas
Psikologi Universitas Gunadarma.
Qadir, A. (2001). Zakat Dalam Dimensi Mahdah dan Sosial.
Jakarta: Raja Grafindo Prasada.
Rejekiningsih, T. W. (2011). Identifikasi Faktor Penyebab
Kemiskinan Di Kota Semarang Dari Dimensi Kultural.
Jurnal Ekonomi Pembangunan. 1. 28-44.
Rustanto, Bambang. (2015). Menangani Kemiskinan. Bandung :
PT Remaja Rosdakarya
Rustiadi, E., Saefulhakim, S., & Panuju, D. R. (2011).
Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Bogor:
Crestpent Press & Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
110
Sayogyo. (2000). Kemiskinan dan Indikator Kemiskinan. Jakarta:
Gramedia.
Seligman, Martin. (2005). Authentic Happines
menciptakan kebahagiaan dengan psikologi positif.
Diterjemahkan oleh Eva Yulia Nukman. Bandung:
Mizan
Setiadi, E.M. & Usman, K. (2011). Pengantar Sosiologi. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Sukirno, Sadono. (2006). Ekonomi Pembangunan: Proses
Masalah dan Dasar Kebijakan. www.google.com
Suryawati. (2004). Teori Ekonomi Mikro. Yogyakarta: UPP. AMP
YKPN.
Todaro, Michael.P. dan Stephen C. Smith. (2006). Pembangunan
Ekonomi Di Dunia Ketiga, Edisi Kedelapan, Jakarta:
Erlangga.UNDP. Human Development Report. (1995).
www.google.com
World Bank. (2006). Making the New Indonesia Work fpr the
Poor.
111
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Persentase Kemiskinan
Provinsi
Persentase Penduduk Miskin
Menurut Provinsi (Persen)
2014 2017
Aceh 17.52 16.41
Sumatera utara 9.62 9.75
Sumatera Barat 7.15 6.81
Riau 8.06 7.60
Jambi 8.16 8.05
Sumatera Selatan 13.77 13.15
Bengkulu 17.29 16.02
Lampung 14.25 13.55
Kep. Bangka Belitung 5.17 5.25
Kep. Riau 6.55 6.10
DKI Jakarta 4.01 3.78
Jawa Barat 9.31 8.27
Jawa Tengah 14.02 12.62
DI Yogyakarta 14.78 12.69
Jawa Timur 12.35 11.49
Banten 5.43 5.52
Bali 4.65 4.20
Nusa Tenggara Barat 17.38 15.56
Nusa Tenggara Timur 19.71 21.62
Kalimantan Barat 8.31 7.87
kalimantan Tengah 6.05 5.32
Kalimantan Selatan 4.75 4.72
Kalimantan Timur 6.37 6.14
Kaliamantan Utara 9.78 7.09
Sulawesi Utara 8.51 8.00
Sulawesi Tengah 13.77 14.18
Sulawesi Selatan 9.91 9.43
Sulawesi Tenggara 13.41 12.39
Gorontalo 17.43 17.40
Sulawesi Barat 12.39 11.24
Maluku 18.79 18.37
Maluku Utara 7.36 6.40
112
Lanjutan
Provinsi
Persentase Penduduk Miskin
Menurut Provinsi (Persen)
2014 2017
Papua Barat 26.70 24.11
Papua 28.93 27.69
Lampiran 2. Data Indeks Kebahagiaan
Provinsi
Indeks Kebahagiaan Menurut Provinsi
(Persen)
2014 2017
Aceh 70.79 71.96
Sumatera utara 67.01 68.41
Sumatera Barat 70.42 72.43
Riau 70.58 71.89
Jambi 69.51 70.45
Sumatera Selatan 70.38 71.98
Bengkulu 69.35 70.61
Lampung 67.82 69.51
Kep. Bangka Belitung 72.08 71.75
Kep. Riau 71.18 73.11
DKI Jakarta 70.32 71.33
Jawa Barat 68.91 69.58
Jawa Tengah 69.38 70.92
DI Yogyakarta 70.77 72.93
Jawa Timur 69.98 70.77
Banten 69.27 69.83
Bali 70.64 72.48
Nusa Tenggara Barat 70.64 70.70
Nusa Tenggara Timur 68.52 69.98
Kalimantan Barat 68.91 70.08
kalimantan Tengah 69.64 70.85
Kalimantan Selatan 68.75 71.99
Kalimantan Timur 72.11 73.57
Kaliamantan Utara 69.94 73.33
113
Lanjutan
Provinsi
Indeks Kebahagiaan Menurut Provinsi
(Persen)
2014 2017
Sulawesi Utara 72.97 73.69
Sulawesi Tengah 68.76 71.92
Sulawesi Selatan 70.68 71.91
Sulawesi Tenggara 69.35 71.22
Gorontalo 73.51 73.19
Sulawesi Barat 68.46 70.02
Maluku 72.68 73.77
Maluku Utara 75.38 75.68
Papua Barat 71.27 71.73
Papua 64.97 67.52
Lampiran 3. Data Indeks Pembangunan Manusia
Provinsi
Indeks Pembangunan Manusia
Menurut Provinsi
(Persen)
2014 2017
Aceh 68.81 70.60
Sumatera utara 68.87 70.57
Sumatera Barat 69.36 71.24
Riau 70.33 71.79
Jambi 68.24 69.99
Sumatera Selatan 66.75 68.86
Bengkulu 68.06 69.95
Lampung 66.42 68.25
Kep. Bangka Belitung 68.27 69.99
Kep. Riau 73.40 74.45
DKI Jakarta 78.39 80.06
Jawa Barat 68.80 70.69
Jawa Tengah 68.78 70.52
DI Yogyakarta 76.81 78.89
Jawa Timur 68.14 70.27
Banten 69.89 71.42
114
Lanjutan
Provinsi
Indeks Pembangunan Manusia
Menurut Provinsi
(Persen)
2014 2017
Aceh 68.81 70.60
Bali 72.48 74.30
Nusa Tenggara Barat 64.31 66.58
Nusa Tenggara Timur 62.26 63.73
Kalimantan Barat 64.89 66.26
kalimantan Tengah 67.77 69.79
Kalimantan Selatan 67.63 69.65
Kalimantan Timur 73.82 75.12
Kaliamantan Utara 68.64 69.84
Sulawesi Utara 69.96 71.66
Sulawesi Tengah 66.43 68.11
Sulawesi Selatan 68.49 70.34
Sulawesi Tenggara 68.07 69.86
Gorontalo 65.17 67.01
Sulawesi Barat 62.24 64.30
Maluku 66.74 68.19
Maluku Utara 65.18 67.20
Papua Barat 61.28 62.99
Papua 56.75 59.09