Skripsi kesehatan

download Skripsi kesehatan

of 95

description

gastritis

Transcript of Skripsi kesehatan

PENGARUH KECANGGIHAN TEKNOLOGI, PARTISIPASI PENGGUNA DAN KEAHLIAN PENGGUNA TERHADAP EFEKTIVITAS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH :MOH. TEDDY GUSTIARC1C012047

UNIVERSITAS BENGKULUFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS S1 AKUNTANSI2016

1

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDULiDAFTAR ISIiiDAFTAR TABLEivDAFTAR GAMBARvDAFTAR LAMPIRANivBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang1 1.2 Rumusan Masalah61.3 Tujuan Penelitian71.4 Manfaat Penelitian71.5 Ruang Lingkup8BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Self Justification Theory92.2 Prospect Theory102.3 Penganggaran Modal122.4 Eskalasi Komitmen142.5 Information Framing162.6 Tanggung Jawab Manajer172.7 Penelitian Terdahulu192.8 Pengembangan Hipotesis252.8.1 Information Framing dan Eskalasi Komitmen252.8.2 Tanggung Jawab Manajer dan Eskalasi Komitmen262.8.3 Information Framing, Tanggung Jawab Manajer, dan Eskalasi komitmen272.9 Rerangka Hipotesis29BAB III METODE PENELITIAN3.1Jenis Penelitian303.2 Desain Penelitian303.3 Partisipan323.4 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel323.3.1 Variabel Dependen323.3.2 Variabel Independen333.3.2.1 Information Framing333.3.2.2 Tanggung Jawab Manajer343.5 Prosedur Pengumpulan Data dan Tugas Partisipan343.6 Metode Analisis Data363.7.1 Statistik Deskriptif363.7.2 Uji Normalitas Data373.7.3 Uji Homogenitas373.7.4 Uji Hipotesis37BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN4.1Hasil 384.1.1 Demografi Partisipan384.1.2 Statistik Deskriptif404.1.3 Uji Normalitas424.1.4 Uji Homogenitas434.1.5 Uji Hipotesis (Anova)434.2Pembahasan464.2.1 Information Framing terhadap Eskalasi Komitmen 464.2.2 Tanggung Jawab Manajer terhadap Eskalasi Komitmen464.2.3 Information Framing dan Tanggung Jawab Manajer terhadap Eskalasi Komitmen47BAB V PENUTUP5.1Kesimpulan495.2Implikasi505.3Keterbatasan505.4Saran51DAFTAR PUSTAKA52LAMPIRAN 55

DAFTAR TABEL

Tabel 2.7 Penelitian Terdahulu 21Tabel 3.2 Desain Penelitian Esperimen Factorial 2 x 2 Beetwen Subject 31Tabel 4.1.1 Demografis Partisipan 38Tabel 4.1.2 Statistik Deskriptif 40Tabel 4.1.3 Normalitas Data 42Tabel 4.1.4 Homogenitas Data 43Tabel 4.1.5 Uji Hipotesis 43 Tabel 4.1.5.1 Hasil Eksperimen dengan Nilai Means 45

DAFTAR GAMBARGambar 2.2 Fungsi Nilai Teori Prospek 11Gambar 2.9 Kerangka Penelitian 29

DAFTAR LAMPIRANLampiran 1 Penelitian EksperimenLampiran 2 Data PartisipanLampiran 3 Data Variabel Lampiran 4 Statistik Deskriptif Lampiran 5 Uji Normalitas Lampiran 6 Uji Homogenitas Lampiran 7 Uji Hipotesis

vi

BAB IPENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Perkembangan produk maupun jasa saat ini membuat persaingan antar perusahaan tidak dapat dihindari, sehingga menuntut perusahaan harus mampu bertahan dan berkompetisi dengan perusahaan lain. Bagi perusahaan dalam mencapai keunggulan kompetitif harus ada perencanaan dan keputusan yang baik dalam penganggaran modal. Menurut Sasongko dan Parulian (2010:142) penganggaran modal merupakan sebuah proses pengambilan keputusan oleh manajemen atas kegiatan yang akan memberikan tingkat pengembalian investasi (return on invesment) lebih dari satu tahun. Pengambilan keputusan terhadap investasi tidak hanya ditentukan pada proyek investasi yang baru dimulai, namun pengambilan keputusan tersebut juga dapat berlaku pada proyek investasi yang telah berjalan.

Dalam suatu organisasi terutama yang berorientasi profit penganggaran modal sangatlah penting, karena dimaksudkan untuk mengadakan analisis investasi dari beberapa alternatif investasi yang tersedia. Ketidaktepatan dalam menetapkan investasi akan menimbulkan kerugian-kerugian, baik kerugian material ataupun kerugian karena kehilangan kesempatan untuk memperoleh manfaat yang lebih menguntungkan. Dalam prakteknya tidak jarang manajer keliru dalam 1mengambil keputusan investasi, terutama terhadap investasi bertahap (jangka panjang). Homren dan Foster (1991 dalam Evelin, 2010), dalam mengambil keputusan investasi manajer semestinya harus melanjutkan investasi pada proyek yang menguntungkan dan menghentikan investasi pada proyek yang tidak menguntungkan. Pada kenyataannya seringkali manajer tetap melanjutkan atau mempertahankan keputusan investasi yang telah diambil, walaupun keputusan tersebut merugikan perusahaan. Hal tersebut dikarenakan seorang manajer dalam mengambil keputusan seringkali mempunyai rasa ikatan emosional dan rasa tanggung jawab yang kuat dengan keputusan yang telah diambil sebelumnya, sehingga mengakibatkan manajer tersebut kesulitan dalam memisahkan keputusan yang telah diambil sebelumnya dengan keputusan yang berhubungan dimasa mendatang (Bazerman, 1994 dalam Koroy, 2008).Fenomena komitmen seorang manajer dalam mempertahankan atau melanjutkan keputusan investasi disebut eskalasi komitmen. Menurut Robbin & Judge (2008:199), eskalasi komitmen merupakan sikap mempertahankan keputusan yang telah dibuat, walaupun kenyataannya keputusan tersebut salah. Oleh sebab itu, perilaku manajer tersebut dapat memberikan dampak buruk bagi perusahaan. Menurut Mool et al. (2003), ada tiga alasan seorang manajer melakukan eskalasi komitmen. Pertama perusahaan telah mengalokasikan sumber daya yang sangat besar, kedua kinerja pada proyek yang belum memenuhi harapan, dan ketiga manajer tidak ingin reputasi kerja yang baik menjadi rusak dan manajer ingin kemampuannya diakui oleh atasan dan bawahannya. Selain ketiga alasan tersebut yang dapat mempengaruhi eskalasi komitmen manajer untuk mempertahankan atau melanjutkan keputusan investasi adalah information framing. Menurut Gasiaswaty (2009 dalam Dewanti, 2010), Information framing merupakan titik referensi informasi keuntungan atau kerugian yang menjadi patokan dalam perbandingan pengambilan keputusan. Menurut Dewanti (2010), keputusan pada proyek yang mengindikasikan kegagalan, biaya yang telah dikeluarkan (sunk cost) bertindak sebagai titik referensi bagi manajer dalam membuat keputusan. Oleh sebab itu apabila information framing disajikan negatif, maka informasi kerugian akan lebih ditonjolkan. Sedangkan ketika information framing disajikan positif, maka informasi keuntungan yang akan lebih ditonjolkan. Menurut Bateman dan Zeithaml (1989 dalam Koroy, 2008), menyatakan bahwa ketika information framing disajikan secara negatif pengambil keputusan cenderung untuk mencari resiko dengan melanjutkan proyek. Sementara information framing disajikan secara positif pengambil keputusan akan cenderung menghindari resiko dalam melanjutkan proyek. Oleh karena itu informasi framing dapat dijadikan alasan dalam mempertimbangkan untuk mempertahankan atau melanjutkan keputusan investasi, karena apabila information framing disajikan secara negatif manajer akan cederung melakukan eskalasi komitmen dibandingkan informasi framing disajikan secara positif.Keputusan dalam melanjutkan atau mempertahankan investasi juga dipengaruhi oleh tanggung jawab yang dimiliki manajer. Tanggung jawab manajer merupakan kewajiban yang dimiliki oleh seorang pimpinan pada perusahaan. Menurut Staw (1981) dan Schulz & Cheng (2002), menyatakan bahwa level tanggung jawab pribadi manajer atas keputusan yang telah dibuat akan menyebabkan bias dalam pengambilan keputusan selanjutnya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ketika pengambil keputusan memperoleh informasi balikan negatif (kerugian) atas keputusan yang telah diambil, maka pengambil keputusan dengan level tanggung jawab tinggi akan mengalokasikan lebih banyak dana pada keputusan awal, dibandingkan pengambil keputusan dengan level tanggung jawab rendah. Sebaliknya jika pengambil keputusan memperoleh informasi balikan positif (keuntungan) atas keputusan yang diambil, maka tidak terdapat perbedaan alokasi dana pada keputusan kedua antara manajer dengan level tanggung jawab tinggi dan manajer dengan level tanggung jawab rendah. Hal ini terjadi dikarenakan adanya proses pembenaran diri yang dimiliki manajer dalam tanggung jawab yang dimilikinya. Dengan demikian apabila manajer diberikan tanggung jawab berbeda dengan dihadapkan pilihan berisiko, maka manajer yang memiliki tanggung jawab tinggi akan cenderung melanjutkan proyek yang tidak menguntungkan atau berisiko tersebut dibanding manajer yang memiliki tanggung jawab rendah.Penelitian ini ingin mengkonfirmasi kembali penelitian Koroy (2008) dan Bahrudin & Anisa (2011) dengan metode penelitian eksperimen. Partisipan penelitian Koroy (2008) adalah mahasiswa S1 Ekonomi. Sedangkan penelitian Bahrudin dan Anisa (2011) adalah manajer perusahaan manufaktur dikota Semarang. Pada penelitian Koroy (2008) menemukan hasil bahwa information framing baik yang disajikan secara negatif maupun positif tidak berpengaruh terhadap eskalasi komitmen. Sedangkan Bahrudin dan Anisa (2011) menemukan hasil bahwa information framing baik yang disajikan secara negatif maupun positif berpengaruh terhadap eskalasi komitmen. Berdasarkan latar belakang tersebut dengan adanya perbedaan hasil penelitian pada penelitian Koroy (2008) dan Bahrudin & Anisa (2011), maka peneliti ingin menguji kembali dan menambahkan variabel tanggung jawab pada penelitian Sahmuddin (2003) dan Handoko (2006). Hasil penelitian Sahmuddin (2003) dan Handoko (2006) menemukan bahwa tanggung jawab manajer baik tanggung jawab tinggi maupun tanggung jawab rendah berpengaruh terhadap eskalasi komitmen. Penelitian ini juga menggunakan partisipan mahasiswa Magister Akuntansi dan Magister Manajemen yang telah memiliki pengalaman bekerja dan mengambil keputusan mengenai keuangan bisnis atau pemerintah yang tidak dimiliki oleh mahasiswa S1 Ekonomi. Penelitian ini tidak menggunakan partisipan manajer perusahaan manufaktur karena dibatasi oleh waktu dan biaya, serta sedikitnya perusahaan manufaktur dikota Bengkulu. Maka dari penjelasan diatas tersebut membuat peneliti tertarik melakukan penelitian pada Magister Akuntansi dan Magister Manajemen mengenai Pengaruh Information Framing dan Tanggung Jawab Manajer terhadap Eskalasi Komitmen dalam Penganggaran Modal.1.2 Rumusan MasalahInformation framing dan tanggung jawab manajer dalam penelitian ini dikelompok menjadi 4 skenario kasus. Kelompok pertama information framing negatif dan tanggung jawab manajer yang tinggi, kelompok kedua information framing positif dan tanggung jawab manajer yang rendah, kelompok ketiga information framing negatif dan tanggung jawab manajer yang tinggi, serta kelompok keempat information framnig positif dan tanggung jawab manajer yang rendah. Berdasarkan uraian tersebut dan uraian-uraian yang telah disampaikan pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:1. Apakah information framing berpengaruh terhadap eskalasi komitmen? 2. Apakah tanggung jawab manajer berpengaruh terhadap eskalasi komitmen? 3. Apakah information framing negatif dan tanggung jawab manajer yang tinggi (kelompok 1) akan lebih besar menimbulkan eskalasi komitmen, dibandingkan information framing dan tanggung jawab manajer pada kelompok 2 , kelompok 3, dan kelompok 4 ?

1.3Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian-uraian pada rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:1. Untuk membuktikan information framing berpengaruh terhadap eskalasi komitmen. 2. Untuk membuktikan tanggung jawab manajer berpengaruh terhadap eskalasi komitmen. 3. Untuk membuktikan information framing negatif dan tanggung jawab manajer yang tinggi (kelompok 1) akan lebih besar menimbulkan eskalasi komitmen, dibandingkan information framing dan tanggung jawab manajer pada kelompok 2, kelompok 3, dan kelompok4. 1.4Manfaat Penelitian Berdasarkan uraian-uraian yang telah disampaikan pada rumusan masalah dan tujuan penelitian diatas, maka diharapkan hasil dari penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut :1. Bagi Praktisi Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan para manajer mengenai keputusan investasi modal yang mereka ambil melalui information framing dan tanggung jawab yang mereka miliki. Serta sebagai sumber informasi dan masukan dalam rangka menjaga dan meningkatkan kualitas keputusan yang diambil oleh manajer, agar keputusan yang diambil tidak merugikan organisasi atau perusahaan.

2.Bagi AkademisDari hasil yang ditemukan dalam penelitian ini dapat menambah atau memperkaya referensi penelitian akuntansi terutama pada akuntansi manajemen dan akuntansi keperilakuan mengenai information framing dan tanggung jawab manajer terhadap eskalasi komitmen dalam penganggaran modal.1.5Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini hanya sebatas mengkaji pengaruh information framing dan tanggung jawab manajer terhadap eskalasi komitmen dalam penganggaran modal yang mengindikasikan suatu kerugian atau tidak menguntungkan untuk mempertahankan atau melanjutkan investasi. Ruang lingkup penelitian ini terdiri atas :1. Information framing.2. Tanggung jawab manajer.3. Eskalasi komitmen dalam penggangaran modal.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1Self Justification TheorySelf justification theory merupakan salah satu teori yang berperan dalam perkembangan riset akuntansi. Menurut Brooks (1994 dalam Rakhmat, 2012) self justification theory merupakan teori persepsi yang bersifat fisik, sosial, & psikologis mengenai diri kita, yang didapat dari pengalaman dan interaksi kita dengan orang lain. Teori ini juga dikenal dengan teori pembenaran diri. Oleh sebab itu teori ini dapat menjelaskan tindakan manajer dalam pengambilan keputusan. Menurut Tanjung (2012), self justification theory merupakan teori yang menjelaskan manajer yang terlibat dari awal pada suatu proyek akan cenderung memilih untuk melanjutkan proyek hingga periode waktu proyek berakhir walaupun proyek tersebut mengalami kerugian. Selaras dengan Tanjung (2012), Endah, Bambang, & Gugus (2011) menjelaskan teori ini merupakan fenomena eskalasi komitmen yang terjadi karena seseorang terlibat dalam keputusan awal yang memiliki tanggung jawab yang lebih besar sehingga seseorang tersebut akan meningkatkan komitmennya untuk tetap melakukan investasi tahap kedua sebagai usaha memperbaiki keputusan awal pada periode selanjutnya dan membenarkan keputusan awal yang sebenarnya salah. Endah, Bambang, & Gugus (2011) menambahkan self justification theory juga menjelaskan kecenderungan seseorang untuk mengalokasikan sumber daya pada proyek investasi walaupun kinerjanya telah mengalami kemunduran karena seseorang tersebut merasa terpaksa untuk membenarkan dirinya bahwa keputusan yang dipilih sebelumnya adalah rasional atas tanggung jawab yang dimilikinya.Chong dan Suryawati (2010) mendukung penjelasan dari Endah, Bambang, & Gugus (2011) bahwa self justification theory merupakan teori yang menegaskan bahwa manajer yang memiliki tanggung jawab pada keputusan investasi sebelumnya tidak akan mengakui dirinya salah dalam penggunaan sumber daya untuk keputusan selanjutnya pada proyek investasi seiring dengan meningkatnya motivasi manajer dalam membenarkan dirinya. Berdasarkan penjelasan dari beberapa peneliti diatas, maka self justification theory merupakan suatu teori yang menjelaskan seorang manajer akan tetap membenarkan dirinya atas tindakan eskalasi komitmen dengan mempertahankan atau melanjutkan proyek tersebut, walaupun tindakan tersebut dapat merugikan perusahaan. Hal itu terjadi, karena manajer memiliki tanggung jawab atas keputusan investasi proyek tersebut. 2.2Prospect TheoryProspect theory juga merupakan salah satu teori yang berperan dalam perkembangan riset akuntansi. Menurut Kahneman dan Tverskys (1979 dalam Andi, 2010) prospect theory merupakan teori yang mampu menjelaskan kondisi ketidakpastian seseorang yang dihadapkan pada alternatif pilihan yang sama, sehingga teori ini dikenal sebagai teori alternatif penjelas. Sahmuddin (2003) menyebutkan bahwa prospect theory yang dikemukakan oleh Kahneman dan Tversky (1979) merupakan hasil keputusan (outcomes) digambarkan sebagai deviasi positif atau negatif (keuntungan atau kerugian) dari suatu titik referen yang bersifat netral yang ditetapkan nilainya sebesar nol.Kahneman dan Tversky (1879 dalam Sahmuddin, 2003) mengembangkan prospect theory yang menyatakan bahwa perubahan dalam kesejahteraan akan memberikan peningkatan perubahan dalam nilai. Evaluasi perubahan nilai merupakan fungsi dari dua argumen yaitu titik acuan dari mana evaluasi dibuat dan jumlah perubahan titik acuan. Selanjutnya Kahneman dan Tversky (1979 dalam Gudono dan Hartadi, 1998) berpendapat bahwa fungsi nilai (value function) hasil penilaian subjektif pembuat keputusan berbentuk S (lihat gambar 2.2), dimana kurva tersebut cekung pada saat di atas titik referen dan cembung pada saat dibawah titik referen. Dengan kurva yang berbentuk S, individu akan merasakan seolah-olah nilai kekalahan sejumlah uang tertentu dalam suatu taruhan lebih besar dari pada nilai kemenangan sejumlah uang yang sama. Oleh sebab itu dalam situasi rugi (dititik B di gambar 2.2), individu akan merasakan seolah-olah nilai kekalahan sejumlah uang tertentu dalam suatu taruhan lebih besar dari pada nilai kemenangan sejumlah uang yang sama. Itulah sebabnya dalam situasi rugi (dititik B di gambar 2.2), individu cenderung lebih nekat dalam menanggung risiko, karena kegagalan lebih lanjut akan menghasilkan nilai subjektif lebih rendah dibandingkan keberhasilan. Gambar 2.2Fungsi Nilai Teori Prospekvalue

+LossesGains

B

-

Sumber : Gudono dan Bambang Hartadi, 1998.

Dari penjelasan dan gambar di atas, dapat disimpulkan bahwa bilamana information framing disajikan secara negatif, maka pengaruh pengambilan keputusan terhadap eskalasi komitmen akan lebih besar jika dibandingkan dengan information framing yang disajikan secara positif.2.3 Penganggaran ModalMenurut Horne (2004:324) penganggaran modal adalah proses mengidentifikasi, menganalisa, dan memilih proyek investasi yang pengembaliannya (arus kas) diharapkan lebih dari satu tahun. Sedangkan menurut Sasongko dan Parulian (2010:142) penganggaran modal merupakan sebuah proses pengambilan keputusan oleh manajemen atas kegiatan yang akan memberikan tingkat pengembalian investasi (return on invesment) lebih dari satu tahun.Menurut Blocher et al. (2000 :476) proses penganggaran modal terdiri atas tiga tahap keberhasilan dalam pengambilan keputusan investasi yaitu identifikasi proyek, evaluasi dan seleksi, serta monitoring dan review. Pertama pada tahap pengidentifikasi, pihak manajemen melakukannya dengan memulai dari mendefinisikan proyek yang diusulkan, mengestimasikan biaya dan pendapatan, dan arus kas yang dimiliki oleh perusahaan. Tahap kedua melakukan evaluasi dan seleksi terhadap proyek yang diinvestasikan dengan tujuan dapat meramalkan pendapatan dan keuntungan, biaya, dan arus kas. Tahap ketiga memonitoring dan mereview secara berkelanjutan pada proyek investasi yang telah berjalan. Berdasarkan penjelasan tersebut penganggaran modal merupakan proses pengambilan keputusan proyek investasi jangka panjang atau lebih dari satu tahun. Oleh sebab itu pengambilan keputusan tidak hanya ditentukan pada proyek investasi yang baru dimulai, namun pengambilan keputusan tersebut juga berlaku pada proyek investasi yang telah berjalan. Hal inilah yang membuat penganggaran modal dapat memberikan analisa bagi manajer dalam mengambil keputusan untuk melanjutkan atau memberhentikan proyek investasi yang mengidikasikan kegagalan. Namun pada kenyataannya seringkali keputusan manajer menimbulkan eskalasi komitmen dalam penganggaran modal, karena dalam penggangaran modal melibatkan jumlah modal yang relatif besar dan mempertaruhkan reputasi kerja manajer terhadap atasan maupun bawahannya. 2.4Eskalasi KomitmenSetiap organisasi memiliki sumber daya yang terbatas yang akan digunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan profitabilitas jangka panjangnya. Oleh sebab itu keputusan investasi modal yang buruk dapat menimbulkan bencana bagi perusahaan dimasa mendatang. Dalam sebuah proyek investasi manajer sering kali terjebak pada dua pilihan tindakan keputusan dimana pilihan tindakan tersebut mengarah kepada melanjutkan atau menghentikan. Manajer yang memilih meningkatkan komitmennya untuk melanjutkan proyek investasi merupakan suatu tindakan Eskalasi Komitmen.Eskalasi komitmen adalah kecenderungan menjadi over commitment terhadap serangkaian tindakan yang gagal sehingga tetap bertahan dengan tindakan tersebut dalam upaya memenuhi tujuan dimasa depan (Khavul, 2009 dalam Dewanti, 2010). Menurut Tapifrios (2009 dalam Yuliusman, 2013), eskalasi komitmen adalah peningkatan terhadap keputusan sebelumnya walaupun ada bukti bahwa keputusan itu mungkin keliru. Sedangkan menurut Bazerman (1994 dalam Koroy, 2008), mendefinisikan eskalasi sebagai komitmen tidak rasional adalah derajat di mana individu mengeskalasikan komitmen untuk tindakan-tindakan tertentu yang dilakukan sebelumnya sampai satu titik yang melewati model pengambilan keputusan yang rasional. Individu atau manajer umumnya mempunyai kesulitan dalam memisahkan keputusan yang diambil sebelumnya dengan keputusan yang berhubungan ke masa depan. Sebagai konsekuensinya, individu akan cenderung membiaskan keputusannya oleh karena tindakan di masa lalu dan mempunyai tendensi untuk mengeskalasi komitmen terutama bila menerima umpan balik negatif.Menurut Kreitner dan Kinicki (2005:23) eskalasi komitmen adalah kecenderungan tindakan untuk bertahan atau berada pada situasi yang tidak efektif untuk jangka waktu yang lama. Perilaku Eskalasi Komitmen dapat terjadi ketika seorang manajer memilih untuk tetap melanjutkan proyek investasinya walaupun proyek investasi tersebut mengindikasikan kegagalan atau dengan kata lain proyek investasi tersebut tidak memberikan keuntungan yang maksimal bagi perusahaan. Sedangkan Menurut Robbin & Judge (2008:199) eskalasi komitmen merupakan sikap mempertahankan keputusan yang telah dibuat, walaupun kenyataannya keputusan tersebut salah. Dengan demikian fenomena perilaku manajer tersebut dapat memberikan dampak buruk bagi perusahaan. Menurut Mool et al. (2003) ada tiga alasan seorang manajer melakukan eskalasi komitmen. Pertama perusahaan telah mengalokasikan sumber daya yang sangat besar, kedua kinerja pada proyek yang belum memenuhi harapan, dan ketiga manajer tidak ingin reputasi kerja yang baik menjadi rusak dan manajer ingin kemampuannya diakui oleh atasan dan bawahannya. Sedangkan Menurut Staw (1981) eskalasi komitmen dapat terjadi ketika individu atau organisasi dihadapkan pada dua kesempatan atas serangkaian tindakan yang telah dilakukan dalam hal ini serangkaian tindakan yang telah diambil ternyata tidak berjalan seperti yang diharapkan. Individu atau organisasi tersebut berkesempatan untuk memilih bertahan atau menarik kembali serangkaian tindakan yang telah dilakukan. Kedua kesempatan tersebut sama-sama memiliki ketidakpastian dalam konsekuensinya. Staw (1981) mencontohkan, ketika organisasi mengetahui bahwa sebuah produk pengembangan yang baru memiliki kemungkinkan, yakni menguntungkan maupun tidak menguntungkan di masa yang akan datang, melanjutkan investasi pada produk tersebut adalah merupakan Eskalasi Komitmen. Dengan demikian eskalasi komitmen merupakan sebuah keputusan yang diambil oleh manajer untuk mempertahakan atau melanjutkan keputusan yang dapat merugikan perusahaan, hal itu terjadi karena manajer tidak melakukan pertimbangan secara rasional dalam mengidentifikasi proyek.2.5 Information Framing Menurut Main dan Lambert (1998 dalam Sahmuddin, 2003) information framing berkaitan dengan bagaimana individu merasakan atau menstruktur suatu keputusan. Sedangkan menurut Gasiaswaty dalam Dewanti (2010) menyebutkan bahwa information framing merupakan titik referensi informasi keuntungan atau kerugian yang dijadikan patokan dalam perbandingan keputusan investasi. Menurut Dewanti (2010) keputusan pada proyek yang mengindikasikan kegagalan, biaya yang telah dikeluarkan (sunk cost) bertindak sebagai titik referensi bagi manajer dalam membuat keputusan. Apabila information framing disajikan secara negatif, maka informasi kerugian akan lebih ditonjolkan. Sedangkan ketika information framing disajikan secara positif, maka informasi keuntungan yang akan lebih ditonjolkan. Oleh sebab itu menurut Bateman dan Zeithaml (1898 dalam Koroy, 2008) menyatakan bahwa ketika information framing disajikan secara negatif, pengambil keputusan cenderung untuk mencari resiko dengan melanjutkan proyek. Sementara pada information framing yang disajikan secara positif, pengambil keputusan akan cenderung menghindari resiko dalam melanjutkan proyek.2.6Tanggung Jawab Manajer Tanggung jawab manajer merupakan kewajiban seorang manajer dalam melaksanakan pekerjaan atau tugasnya. Manajer yang memiliki tanggung jawab tinggi atau wewenang penuh yang diberikan oleh pemilik perusahaan akan cederung membuat keputusan sendiri, sedangkan manajer yang memiliki tanggung jawab rendah akan cederung berkonsultasi terlebih dahulu dalam membuat keputusan. Hal inilah membuat tanggung jawab manajer menjadi bagian penting manajemen dalam mengambil keputusan, karena manajemen terdiri dari berbagai kegiatan, termasuk membuat keputusan, memberikan perintah, dan menetapkan kebijakan (Carter dan Usry, 2002). Menurut Shulz dan Cheng (2002), tanggung jawab manajer merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya eskalasi komitmen, dimana ketika pengambil keputusan memperoleh informasi balikan negatif (kerugian) atas keputusan yang telah diambil manajer yang memiliki tanggung jawab penuh atau tinggi cenderung mengalami tingkat eskalasi komitmen lebih tinggi dibandingkan manajer yang memiliki tanggung jawab pribadi yang lebih rendah. Beberapa studi terdahulu juga membuktikan pengaruh tanggung jawab terhadap kesuksesan atau kegagalan suatu proyek investasi dapat mempengaruhi keputusan berisiko yang dibuat oleh pengambil keputusan. Staw (1976); Staw dan Fox (1977); Cadwell dan OReilley (1982); Bazerman et. al (1984) sebagaimana dikutip oleh Amilin (2003) menemukan bukti bahwa individu yang memiliki tanggung jawab yang tinggi cenderung akan menambah investasi awal atau melakukan eskalasi komitmen meski proyek dalam kondisi berisiko. Proses justifikasi ini disebabkan oleh efek psikologis dari tanggung jawab pribadi dan efek sosial (Rutledge dan Harrell 1993). Oleh sebab itu faktor tanggung jawab yang dimiliki oleh manajer dapat mempengaruhi judgment pembuat keputusan, karena adanya perbedaan keputusan pada pilihan berisiko seorang manajer apabila diberikan tanggung jawab yang berbeda.

2.7Penelitian TerdahuluBeberapa penelitian mengenai eskalasi komitmen yang dapat mendukung dan membantu dalam memberikan pedoman penjelasan pada penelitian ini:1. Penelitian Sahmuddin (2003) Penelitian ini menguji pengaruh Framing, Tanggung Jawab dan Pengalaman dalam pembuatan keputusan pada mahasiswa S1 Universitas Hasanudin dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi dan Perbankan Makasar, dengan menggunakan penelitian eksperimen. Hasil dari penelitian ini adalah 1) Variabel information framing berpengaruh terhadap eskalasi komitmen, dimana informasi yang disajikan secara negative dan positive dapat mempengaruhi seorang manajer dalam mengambil keputusan. 2) Variabel tanggung jawab berpengaruh terhadap eskalasi komitmen, dimana tanggung jawab yang tinggi maupun tanggung jawab yang rendah yang dimiliki oleh manajer dapat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan. 3) Variabel pengalaman baik berpengalaman maupun tidak berpengalaman yang dimiliki oleh manajer tidak mempengaruhi dalam pengambilan keputusan. 2. Penelitian Jesica Handoko (2006)Penelitian ini menguji pengaruh Tanggung Jawab dan Locus of Control dalam pembuatan keputusan pada manajer perusahaan manufaktur di kota Semarang, dengan menggunakan penelitian eksperimen. Hasil dari penelitian ini adalah 1) Variabel tanggung jawab berpengaruh terhadap eskalasi komitmen, dimana manajer yang memiliki tanggung jawab tinggi maupun tanggung jawab rendah dapat mempengaruhi seorang manajer dalam mengambil keputusan. 2) Variabel locus of control berpengaruh terhadap eskalasi komitmen, dimana locus of control internal maupun locus of control eksternal yang dimiliki oleh manajer dapat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan.3. Penelitian Sany Dwita (2007)Penelitian ini menguji pengaruh adverse selection dan negatif framing terhadap eskalasi komitmen pada mahasiswa Magister Akuntansi dan Magister Manajemen, dengan mengunakan penelitian eksperimen. Hasil dari penelitian ini adalah 1) Variabel adverse selection tidak berpengaruh terhadap eskalasi komitmen dalam mengambil keputusan. 2) Variabel negative framing tidak berpengaruh terhadap eskalasi komitmen dalam pengambilan keputusan.4. Penelitian Tri Rahmayana Koroy (2008)Penelitian ini menguji pengaruh information framing dan pengalaman kerja terhadap eskalasi komitmen pada mahasiswa S1 Ekonomi, dengan menggunakan penelitian eksperimen. Hasil dari penelitian ini adalah 1) Variabel information framing tidak berpengaruh terhadap eskalasi komitmen dalam mengambil keputusan. 2) Variabel pengalaman kerja berpengaruh terhadap eskalasi komitmen, dimana berpengalaman maupun tidak berpengalaman yang dimiliki oleh manajer dapat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan.5. Penelitian Saiful Bahrudin dan Nuar Anisa (2011) Penelitian ini menguji pengaruh pembingkaian dan Locus of Control terhadap eskalasi komitmen pada manajer perusahaan manufaktur di kota Semarang, dengan menggunakan penelitian eksperimen. Hasil dari penelitian ini adalah 1) Variabel information framing berpengaruh terhadap eskalasi komitmen, dimana informasi yang disajikan secara negative maupun positive dapat mempengaruhi seorang manajer dalam mengambil keputusan. 2) Variabel locus of control berpengaruh terhadap eskalasi komitmen, dimana locus of control internal maupun locus of control eksternal yang dimiliki oleh manajer dapat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan.6. Penelitian Maria Rio Rita dan Milka Puspita Sari (2012) Penelitian ini menguji pengaruh adverse selection dan negative framing terhadap eskalasi komitmen pada mahasiswa S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, dengan menggunakan penelitian eksperimen. Hasil dari penelitian ini adalah 1) negative framing tidak berpengaruh terhadap eskalasi komitmen dalam mengambil keputusan. 2) adverse selection berpengaruh terhadap eskalasi komitmen dalam mengambil keputusan. 3) negative framing dan adverse selection berpengaruh terhadap eskalasi komitmen dalam mengambil keputusan.7. Penelitian Muhammad Sandi Arimawan (2014) Penelitian ini menguji pengaruh negative framing dan adverse selection terhadap eskalasi komitmen pada mahasiswa S1 UNY, dengan menggunakan penelitian eksperimen. Hasil dari penelitian ini adalah 1) Variabel negatif framing berpengaruh terhadap eskalasi komitmen dalam pengambilan keputusan. 2) Variabel adverse selection berpengaruh terhadap eskalasi komitmen dalam pengambilan keputusan. 3) pengaruh negative framing terhadap eskalasi komitmen tidak dimoderasi locus of control, pengaruh adverse selection terhadap eskalasi komitmen tidak dimoderasi locus of control. Beberapa penelitian terdahulu diatas dapat dilihat pada tabel 2.7 berikut ini:Tabel 2.7Penelitian TerdahuluNoPenelitianVariabelMetodeHasil

1

Sahmudin (2003)Variabel dependen dalam penelitian ini adalah escalation of commiment

Variabel independen dalam penelitian ini adalah framing,tanggung jawab manajer dan pengalaman kerjaEksperimen

Subjek penelitian ini adalah 240 mahasiswa S1 Universitas Hasanudin dan STIEP.Hasil penelitian ini menunjukan :1. Information Framing berpengaruh terhadap eskalasi komitmen.2. Tanggung jawab manajer berpengaruh terhadap eskalasi komitmen.3. pengalaman kerja tidak berpengaruh terhadap eskalasi komitmen

2Jesica Handoko (2006)Variabel dependen dalam penelitian ini adalah escalation of commiment

Variabel independen dalam penelitian ini adalah tanggung jawab manajer dan locus of controlEksperimen

Subjek penelitian ini adalah 95 mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi Universitas swasta di Surabaya.Hasil penelitian ini menunjukan :1. Tanggung jawab manjer berpengaruh terhadap eskalasi komitmen2. Locus of control berpengaruh terhadap eskalasi komitmen.

3Sany Dwita (2007)Variabel dependen dalam penelitian ini adalah escalation of commiment

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Adverse Selection dan Pembingkaian Negatif.Eksperimen

Subjek penelitian ini adalah 66 mahasiswa Magister Akuntansi dan Magister Manajemen. Hasil penelitian ini menunjukan :Adverse selection dan pembingkaian negatif tidak berpengaruh terhadap eskalasi komitmen.

4Tri Rahmayana Koroy (2008)Variabel dependen dalam penelitian ini adalah escalation of commiment

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Effec Framing dan Pengalaman Kerja.Eksperimen

Subjek penelitian ini adalah 93 mahasiswa S1 Ekonomi.Hasil penelitian ini menunjukan :1. Information framing tidak berpengaruh terhadap eskalasi komitmen.2. Pengalaman kerja berpengaruh terhadap eskalasi komitmen.

5

Saiful Bahrudin, Nur Anisa (2011)Variabel dependen dalam penelitian ini adalah escalation of commiment

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Locus of control dan PembingkaianEksperimen

Subjek penelitian ini adalah Manajer keuangan perusahaan manufaktur di kota semarangHasil penelitian ini menunjukan :1. Pembingkaian berpengaruh positif terhadap escalation of commitment2. Locus of control berpengaruh positif terhadap escalation of commitment

6Maria Rio Rita dan Milka Puspita Sari (2012)Variabel dependen dalam penelitian ini adalah escalation of commiment

Variabel independen dalam penelitian ini adalah adverse selection dan negative framing Eksperimen

Subjek penelitian ini adalah 80 mahasiswa S1 keuangan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya WacanaHasil penelitian ini menunjukan :1. Negative framing tidak berpengaruh terhadap escalation of commitment2. Adverse selection berpengaruh terhadap escalation of commitment

7Muhammad Sandi Arimawan (2014)Variabel dependen dalam penelitian ini adalah escalation of commiment

Variabel independen dalam penelitian ini adalah adverse selection dan negative framingEksperimen

Subjek penelitian ini adalah 171 mahasiswa S1 keuangan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas UNYHasil penelitian ini menunjukan :1. Negative framing berpengaruh terhadap escalation of commitment2. Adverse selection berpengaruh terhadap escalation of commitment

2.8 Pengembangan Hipotesis2.8.1Information Framing dan Eskalasi KomitmenInformation framing merupakan titik referensi informasi keuntungan atau kerugian yang menjadi patokan dalam perbandingan pengambilan keputusan (Gasiaswaty, 2009 dalam Dewanti, 2010). Teori prospek menggunakan information framing pada keputusan eskalasi, dimana biaya yang telah dikeluarkan (sunk cost) turut mendorong manajer untuk mempertimbangkan pilihan eskalasi.Penelitian Whyte (1997 dalam Dwita, 2007), menyebutkan bahwa sunk cost mempengaruhi manajer dalam pengambilan keputusan. Sunk cost pada information framing yang disajikan secara negatif, mengambarkan informasi kerugian yang pasti terjadi saat ini akan mendorong perilaku manajer menanggung risiko (risk seeking) yang dimanifestasikan sebagai eskalasi komitmen terhadap serangkaian tindakan yang gagal. Sedangkan sunk cost pada information framing yang disajikan secara positif, mengambarkan informasi keuntungan yang akan tercipta lebih besar dimasa mendatang akan mendorong manajer dalam melanjutkan keputusan investasi tersebut. Hasil penelitian tersebut juga didukung oleh penelitian Sahmuddin (2003) dan Bahrudin & Anisa (2011), menemukan hasil bahwa information framing berpengaruh terhadap eskalasi komitmen, dimana information framing baik yang disajikan secara negatif maupun positif berpengaruh terhadap eskalasi komitmen. Uraian tersebut membawa peneliti pada hipotesis :H1:Information framing berpengaruh terhadap eskalasi komitmen.2.8.2Tanggung Jawab Manajer dan Eskalasi KomitmenTanggung jawab manajer merupakan kewajiban yang dimiliki seseorang pimpinan pada perusahaan dan juga menggambarkan suatu pola perilaku yang melekat pada diri manajer dalam memimpin yang dapat mempengaruhi sebuah keputusan. Menurut Endah, Bambang, dan Gugus (2011), self justification theory dapat menjelaskan kecenderungan seseorang untuk mengalokasikan sumber daya pada proyek investasi walaupun kinerjanya proyek tersebut telah mengalami kemunduran, hal ini karena seseorang tersebut membenarkan dirinya bahwa keputusan yang dipilih sebelumnya adalah rasional atas tanggung jawab yang dimilikinya.Staw (1976) dan Schulz & Cheng (2002) berhasil memberikan bukti empiris bahwa level tanggung jawab pribadi atas keputusan yang telah dibuat akan menyebabkan bias dalam pengambilan keputusan selanjutnya. Hasil penelitiannya menunjukkan ketika pengambil keputusan memperoleh informasi balikan negatif atas keputusan yang telah diambil, pengambil keputusan dengan level tanggung jawab tinggi mengalokasikan lebih banyak dana pada keputusan awal yang telah dibuat dibandingkan pengambil keputusan dengan level tanggung jawab rendah. Sebaliknya jika informasi balikan hasil keputusan awal adalah positif, maka tidak terdapat perbedaan alokasi dana pada keputusan kedua antara subjek dengan level tanggung jawab tinggi dan subjek dengan level tanggung jawab rendah. Staw (1976) menyimpulkan bahwa mekanisme eskalasi merupakan suatu proses pembenaran diri (self-justification). Hasil penelitian tersebut juga didukung oleh penelitian Sahmuddin (2003) dan Handoko (2006) yang menujukan bahwa tanggung jawab yang dimiliki manajer berpengaruh terhadap eskalasi komitmen, dimana manajer yang memiliki tanggung jawab tinggi maupun manajer yang memiliki tanggung jawab rendah akan dapat mempengaruhi eskalasi komitmen. Uraian tersebut membawa peneliti pada hipotesis :H2:Tanggung jawab manajer berpengaruh terhadap eskalasi komitmen.2.8.3Information Framing, Tanggung Jawab Manajer, dan Eskalasi KomitmenPengambilan keputusan investasi merupakan hal yang penting untuk keberhasilan dan kegagalan seorang manajer. Keputusan manajer ini dipengaruhi oleh Information framing yang menjadi titik referensi informasi keuntungan atau kerugian dalam menentukan patokan perbandingan pengambilan keputusan. Menurut Dwita (2007) menyebutkan bahwa sunk cost menjadi titik referensi dalam mengambil keputusan, sehingga apabila sunk cost digambarkan sebagai suatu informasi kerugian yang pasti saat ini (negative framing), manajer cenderung mengambil risiko untuk menghindari kerugian yang pasti tersebut dibandingkan ketika outcomes digambarkan sebagai informasi keuntungan yang tidak pasti dimasa mendatang (positive framing).Selain information framing yang dapat mempengaruhi manajer dalam mengambil keputusan adalah tanggung jawab manajer. Tanggung jawab manajer merupakan kewajiban yang dimiliki oleh manajer pada perusahaan, terutama dalam hal mengambil keputusan. Oleh sebab itu menurut penelitian terdahulu Staw (1976); Staw dan Fox (1977); Cadwell dan OReilley (1982); Bazerman et. al (1984) dalam Amilin (2003), menemukan hasil bahwa individu yang memiliki tanggung jawab penuh atau tinggi cenderung akan menambah investasi awal meskipun proyek dalam kondisi berisiko, hal itu terjadi karena manajer menerima informasi balikan yang negatif (kerugian). Dengan demikian hasil tersebut menujukan bahwa manajer yang memiliki tanggung jawab tinggi akan cederung melakukan eskalasi komitmen dalam mengambil keputusan dibandingkan manajer yang memiliki tanggung jawab yang rendah ketika manajer menerima informasi kerugian pada proyek investasi. Hasil penelitian tersebut didukung oleh Sahmudin (2003) dan Arimawan (2014) yang menunjukan bahwa manajer yang memiliki information framing yang disajikan secara negatif akan cederung melakukan eskalasi komitmen dibandingkan manajer yang memilki information framing yang disajikan secara positif dan manajer yang memliki tanggung jawab yang tinggi akan cederung melakukan eskalasi komitmen dibandingkan tanggung jawab yang rendah. Uraian tersebut membawa peneliti pada hipotesis :H3: information framing negatif dan tanggung jawab manajer yang tinggi (kelompok 1) akan lebih besar menimbulkan eskalasi komitmen, dibandingkan information framing dan tanggung jawab manajer pada kelompok 2, kelompok 3, dan kelompok 42.9Kerangka PenelitianDari penjelasan pengembangan hipotesis yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dibuat sebuah paradigma penelitian mengenai penelitian ini sebagai berikut:NegatifInformation FramingX1

Eskalasi KomitmenY

Positif

TinggiTanggung Jawab ManajerX2

Rendah

Gambar 2.9 Kerangka Penelitian

Keterangan:X1 : Information Framing / Variabel bebasX2 : Tanggung Jawab Manajer / Variabel bebasY : Eskalasi Komitmen dalam Penganggaran Modal/Variabel terikat :Garis yang menjelaskan H1 dan H2 :Garis yang menjelaskan H3

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1Jenis PenelitianPenelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksperimen. Menurut Nahartyo (2013), penelitian eksperimen merupakan desain riset untuk menginvestigasi suatu fenomena dengan cara merekayasa keadaan atau kondisi lewat prosedur tertentu dan kemudian mengamati hasil perekayasaan tersebut serta menginterprestasikannya. Perekayassan kondisi tersebut dinamakan manipulasi. Ciri utama eksperimen adalah adanya kontrol yang dimiliki oleh peneliti terhadap variabel independen yang akan menyebabkan perubahan pada variabel dependen. Eksperimen dapat juga disebut sebagai metode riset aktif karena peneliti secara aktif memanipulasi variabel independen dan mengukur dampaknya pada variabel dependen. 3.2Desain PenelitianPenelitian ini dirancang dalam sebuah bentuk eksperimen dengan tujuan untuk mengetahui kecenderungan perilaku pembuatan keputusan atas proyek investasi yang mengindikasikan kegagalan. Penelitian pada eksperimen ini dimanipulasi dengan variabel information framing dan tanggung jawab manajer terhadap eskalasi komitmen dengan desain eksperimen factorial 2 x 2 between subject. Desain penelitian dapat dilihat pada tabel 3.2 di bawah iniTabel 3.2Desain Penelitian Esperimen Factorial 2 x 2 Beetwen SubjectPerlakuanTanggung Jawab

PerlakuanTinggiRendah

Information FramingNegatifKelompok 1Kelompok 3

PositifKelompok 2Kelompok 4

Partisipan pada kelompok 1 diberikan perlakuan information framing negatif dan tanggung jawab tinggi. Partisipan pada kelompok 2 diberikan perlakuan information framing positif dan tanggung jawab tinggi. Partisipan pada kelompok 3 diberikan perlakuan information framing negatif dan tanggung jawab rendah. Partisipan pada kelompok 4 diberikan information framing secara positif dan tanggung jawab rendah. Dalam penelitian ini juga melakukan randomisasi terhadap kondisi perlakuan untuk mengurangi pengaruh variabel yang dapat menggangu validitas hasil penelitian. Randomisasi dalam penelitian ini adalah setiap partisipan mendapatkan satu perlakuan dari kemungkinan kombinasi kasus. Information framing dan tanggung jawab manajer yang diberikan dalam empat versi skenario kasus. Penyebaran skenario kasus tersebut didistribusikan dalam jumlah partisipan yang sama.3.3PartisipanMenurut Arikunto (2003:10), partisipan merupakan orang-orang yang merespon atau menjawab pertanyaan penelitian baik tertulis maupun lisan. Penelitian ini menggunakan partisipan mahasiswa Magister Akuntansi dan Magister Manajemen Universitas Bengkulu yang telah memiliki pengalaman kerja dan telah mengambil keputusan mengenai keuangan bisnis atau pemerintah. Oleh sebab itu dapat diasumsikan bahwa mahasiswa Magister Akuntansi dan Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bengkulu sudah memahami tentang pengambilan keputusan investasi, sehingga partisipan dapat dijadikan pengganti manajer dalam mengambil keputusan atas suatu proyek investasi.3.4Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel3.4.1Variabel DependenVariabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel-variabel lain. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah eskalasi komitmen. Eskalasi komitmen adalah kecenderungan menjadi over commitment manajer untuk melanjutkan proyek investasi yang mengidikasikan kegagalan dalam menjaga reputasi baik kerjanya.Pengukuran variabel eskalasi komitmen menggunakan instrumen skenario kasus yang diadaptasi dari Rutledge (1995 dalam Koroy, 2008), pengukuran instrumen dilakukan dengan melihat pilihan jawaban partisipan dalam skala Likert 1-6. Dimana skala 1 sampai 3 mencerminkan jawaban partisipan yang memilih untuk menghentikan proyek yang mengindikasikan kegagalan. Pada skala 1 dengan tingkatan tinggi, skala 2 dengan tingkatan sedang, dan skala 3 dengan tingkatan rendah. Sedangkan pada skala 4-6 mencerminkan jawaban partisipan yang memilih tetap melanjutkan proyek yang mengindikasikan kegagalan (eskalasi). Pada skala skala 4 dengan tingkatan rendah, skala 5 dengan tingkatan sedang, dan skala 6 dengan tingkatan tinggi3.4.2Variabel IndependenVariabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen. Dalam penelitian ini ada dua variabel indpenden yaitu: Information Framing dan Tanggung Jawab Manajer.3.4.2.1Information Framing Information framing merupakan titik refrensi informasi keuntungan dan kerugian yang menjadi patokan dalam mengambil keputusan investasi, sehingga pada proyek mengidikasikan kegagalan maka biaya yang dikeluarkan akan menjadi titik referensi bagi manajer dalam mengambil keputusan. Apabila informasi tersebut disajikan negatif maka kerugian yang akan ditonjolkan, sebaliknya apabila informasi tersebut disajikan positif maka keuntungan yang akan ditonjolkan. Pengukuran variabel information framing yang disajikan secara negatif dan positif menggunakan instrumen skenario kasus yang diadaptasi dari Rutledge (1995 dalam Koroy, 2008), dalam instrumen tersebut dilakukan dengan menggunakan skor 0 dan 1. Apabila manajer mempunyai information framing yang disajikan secara negatif maka akan diberi skor 0, sebaliknya Apabila manajer mempunyai information framing yang disajikan secara positif maka akan diberi skor 1.

3.4.2.2Tanggung Jawab ManajerTanggung jawab manajer merupakan kewajiban seorang manajer dalam melaksanakan pekerjaan atau tugasnya pada perusahaan. Manajer yang memiliki tanggung jawab tinggi atau wewenang penuh yang diberikan oleh perusahaan akan cederung membuat keputusan sendiri, sedangkan manajer yang memiliki tanggung jawab rendah akan cederung berkonsultasi terlebih dahulu dalam membuat keputusan. Pengukuran variabel tanggung jawab manajer yang berupa tanggung jawab tinggi dan tanggung jawab rendah menggunakan instrumen skenario kasus yang diadaptasi dari Rutledge (1995 dalam Koroy, 2008). Pengukuran instrumen variabel tanggung jawab tinggi dan tanggung jawab rendah dalam instrumen dilakukan dengan dengan menggunakan skor 0 dan 1. Apabila manajer mempunyai tanggung jawab berupa tanggung jawab tinggi maka akan diberi skor 0, sebaliknya Apabila manajer mempunyai tangggung jawab berupa tanggung jawab rendah maka akan diberi skor 1.3.5 Prosedur Pengumpulan Data dan Tugas PartisipanPenelitian ini merupakan penelitian galat eksperimental yang memberikan manipulasi pada setiap instrumen penelitian (Nahartyo, 2013). Dalam penelitian eksperimen ini setiap partisipan penelitian hanya mendapat satu kondisi instrumen kasus dan partisipan diharapkan berperan menjadi seorang manajer yang sesungguhnya yang membuat keputusan mengenai investasi suatu proyek yang dilakukan dalam perusahaan. Prosedur pengumpulan data dan tugas partisipan dalam penelitian eksperimen ini dilakukan dalam beberapa tahapan :1. Menemui dan mengumpulkan partisipan yang memenuhi kriteria dengan memasuki 4 kelas yang berbeda secara bergantian untuk menentukan 4 kelompok penelitian.2. Partisipan dalam setiap kelompok diberi angket yang berisi mengenai data partisipan seperti nama, umur, jenis kelamin, angkatan, memiliki pengalaman bekerja dan mengambil keputusan keuangan bisnis atau pemerintah dan selanjutnya partisipan mengisi angket tersebut.3. Partisipan setiap kelompok akan diberi skenario kasus yang berisi mengenai information framing dan tanggung jawab manajer dengan empat tipe kasus yang berbeda yang telah dimanipulasi dengan perlakuan. Pada kelompok 1 akan diberikan skenario kasus 1 dengan perlakuan information framing negatif dan tanggung jawab tinggi, kelompok 2 akan diberikan skenario kasus 2 dengan perlakuan information framing positif dan tanggung jawab tinggi, kelompok 3 akan diberikan skenario kasus 3 dengan perlakuan information framing negatif dan tanggung jawab rendah, dan kelompok 4 akan diberikan skenario kasus 4 dengan perlakuan information framing positif dan tanggung jawab rendah.4. Sebelum partisipan membaca skenario kasus tersebut, partisipan pada setiap kelompok akan dikontrol dengan memberikan penjelasan dan pengarahan apa saja yang akan dilakukan saat penelitian eksperimen berlangsung seperti memberikan instruksi pada setiap perlakuan skenario kasus. Selanjutnya partisipan dipersilakan membaca skenario kasus tersebut.5. Setelah partisipan membaca skenario kasus tersebut, partisipan diminta untuk memilih melanjutkan atau menghentikan projek sesuai dengan keputusannya. 3.6 Metode Analisis Data 3.6.1Statistik Deskriptif Statistik deskriptif dalam penelitian pada dasarnya merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah untuk dipahami dan diinterpretasikan. Statistik deskriptif juga merupakan suatu metode dalam menganalisis data kuantitatif, sehingga diperoleh gambaran yang teratur mengenai suatu kegiatan. Ukuran-ukuran yang paling sering dilakukan dalam statistik deskriptif adalah mean, median, standar deviasi, dan varians (Ghozali, 2013:19). Dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif untuk data demografi yang menggambarkan karakteristik demografi partisipan yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, angkatan, memiliki pengalaman bekerja dan telah mengambil keputusan mengenai keuangan bisnis atau pemerintah. Serta statistik deskriptif untuk data seluruh variabel.3.6.2 Uji Normalitas Data Uji normalitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Untuk menggunakan analisis metode parametrik, maka persyaratan data berdistribusi normal harus terpenuhi. Dalam melakukan uji normalitas digunakan uji one partisipan kolmogorof-smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05. Data dikatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 0,05 (Wiyono, 2011: 149). Uji normalitas data dalam penelitian ini dihitung menurut empat jenis kasus yang digunakan.3.6.3Uji HomogenitasUji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah varian partisipan sama atau tidak. Uji homogenitas dilakukan sebagai uji prasyarat sebelum melakukan uji analysis of variance (anova). Sebagai kriteria pengujian homogenitas, jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok data adalah homogen (Wiyono, 2011: 152).3.6.4Uji HipotesisPengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan two ways anova dengan program spss versi 16. Two ways anova digunakan untuk menguji dua variabel independen yaitu information framing (negatif dan positif) dan variabel tanggung jawab manajer (tinggi dan rendah), serta variabel dependen yaitu eskalasi komitmen dalam penganggaran modal. Taraf signifikansi yang digunakan pada penelitian sebesar 5% (0,05). Apabila nilai Pvalue signifikansinya 0,05, maka hipotesis yang diajukan dapat diterima. Sedangkan apabila nilai Pvalue signifikansinya 0,05, maka hipotesis ditolak (Ghozali, 2013). Tahapan dalam memenuhi syarat melakukan uji two way anova adalah tahap pertama data pada penelitian tersebut harus berdistribusi normal dengan nilai signifikasi >0,05, kedua data penelitian tersebut harus homogen atau sama setiap kelompoknya dengan tingkat signifikasi >0,05, selanjutnya setelah data tersebut telah berdistribusi normal dan homogen atau sama maka penelitian tersebut masuk ketahap ketiga yaitu uji two ways anova.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil4.1.1Demografi PartisipanDemografi partisipan dalam penelitian ini merupakan semua informasi data partisipan yang diperoleh dari angket demografi yang dibagikan pada setiap partisipan. Informasi mengenai data demografi partisipan dapat dilihat pada tabel 4.1.1 dibawah ini:Tabel 4.1.1Demografis PartisipanNoJumlahPersentase (%)

1ProdiS2 Akuntansi4050

S2 Manajemen4050

2

Umur(tahun)20-292936,25

30-393442,5

401721,25

3

Jenis Kelamin

Laki-Laki4353,75

Perempuan3746,25

4

Angkatan

292025

302025

82025

92025

5

BekerjaYa80100

Tidak00

6Pengalaman Lama Bekerja1-3 tahun1923,75

4-5 tahun4657,5

6 tahun1518,75

7PekerjaanSwasta3948,75

Pegawai Pemerintah4151,25

8

Memiliki Pengalaman MengambilKeputusan mengenai KeuanganBisnis atau PemerintahYa80100

Tidak

0

0

9

Banyak mengambil keputusan dalam setahun bekerja1-3 kali3847,5

4-5 kali2936,25

6 kali1316,25

Sumber data primer diolah, 2016Berdasarkan tabel 4.1.1 diatas, dapat diketahui bahwa data partisipan berjumlah 80, yang terdiri dari 40 partisipan Program Magister Akuntansi dan 40 partisipan Program Magister Manajemen. Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa partisipan berjenis kelamin laki-lai sebesar 53,75% dan partisipan perempuan sebesar 46,25%. Dengan umur partisipan berkisar 20-29 tahun sebesar 36,25%, berkisar 30-39 tahun sebesar 42,5% , dan berkisar 40 tahun sebesar 21,25%.Berdasarkan pada tabel 4.1.1 diatas, dapat diketahui bahwa 100% partisipan telah bekerja. Dengan lama bekerja partisipan didominasi kisaran 4-5 tahun sebesar 57,5%, partisipan bekerja disektor swasta sebesar 48,75% dan sebesar 51,25% disektor pemerintah. Semua partisipan (100%) telah berpengalaman mengambil keputusan keuangan baik keuangan bisnis maupun pemerintahan, umumnya berkisar 1-3 kali atau sebesar 47,5% dalam setahun bekerja.Berdasarkan data-data nilai yang didapat diatas, dapat disimpulkan bahwa seluruh partisipan pada penelitian ini telah bekerja dan telah berpengalaman dalam mengambil keputusan keuangan. Hal ini berarti partisipan dianggap telah memiliki pemahaman mengenai pengambilan keputusan dalam penganggaran modal.4.1.2Statistik DeskriptifData statistik deskriptif penelitian ini dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi setiap kelompok. Data statistik deskriptif tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1.2 :Tabel 4.1.2Statistik DeskriptifDependent Variable: Eskalasi Komitmen

Information FramingTanggung jawab ManajerMeanStd. DeviationN

NegatifTinggi (Kelompok 1)5.6000.5982420

Rendah (Kelompok 3)4.6000.8207820

Total5.1000.8711940

PositifTinggi (Kelompok 2)4.8500.5871420

Rendah (Kelompok 4)4.5000.6882520

Total4.6750.6558440

Sumber data primer diolah, 2016Berdasarkan statistik deskriptif pada tabel 4.1.2 diatas dapat dilihat nilai mean eskalasi komitmen pada kelompok 1 sebesar 5,6000, kelompok 2 sebesar 4,8500, kelompok 3 sebesar 4,6000, dan kelompok 4 sebesar 4,5000. Hal ini menunjukan bahwa jawaban partisipan cederung melakukan eskalasi komitmen pada proyek yang mengidikasikan kegagalan dengan melihat nilai mean eskalasi komitmen lebih besar dari 3 pada setiap kelompok. Hal ini menunjukan bahwa adanya alternatif penjelas mengenai kerugian atau keuntungan perusahaan dan proses pembenaran diri atas kewajiban yang dimiliki oleh manajer dalam menjalankan & mencapai tujuan perusahaan untuk mempengaruhi melanjutkan keputusan investasi yang mengidikasikan kegagalan. Sedangkan pada nilai standar deviasi dari keempat kasus tersebut lebih rendah dari nilai mean, maka mengidikasikan jawaban partisipan untuk semua variabel tidak terlalu bervariasi.4.1.3Uji NormalitasUji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data primer yang akan diolah berdistribusi normal atau tidak dari residualnya. Hasil uji Normalitas data tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1.3 :Tabel 4.1.3Normalitas DataKolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)

1.173.128

a. Test distribution is Normal.

Sumber data primer diolah, 2016Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 4.1.3 diatas, menunjukan bahwa semua data dari empat jenis kasus eskalasi komitmen dalam pengambilan keputusan investasi berdistribusi normal. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi hasil uji normalitas lebih besar dari 0,05 (0,128>0,05).4.1.4 Uji HomogenitasUji homogenitas sebagai uji prasyarat sebelum melakukan uji hipotesis menggunakan anova (analysis of variance). Hasil uji Homogenitas tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1.4 :Tabel 4.1.4Homogenitas DataLevene's Test of Equality of Error Variancesa

Fdf1df2Sig.

1.872376.141

Sumber data primer diolah, 2016Berdasarkan hasil uji homogenitas pada tabel 4.1.4 diatas, menunjukkan bahwa nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (0,141>0,05) yang berarti varian dari empat jenis kelompok pada penelitian eksperimen ini adalah sama. Maka asumsi untuk menggunakan analisis uji hipotesis menggunakan anova telah terpenuhi dan dapat melanjutkan ke analisis two way anova.4.1.5Uji HipotesisHasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel 4.1.5 dibawah ini:Tabel 4.1.5 Hasil Pengujian Hipotesis Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:EK (Eskalasi Komitmen)

SourceType III Sum of SquaresDfMean SquareFSig.

Corrected Model14.837a34.94610.694.000

Intercept1911.01211911.0124.132E3.000

IF (Information Framing)3.61313.6137.811.007

TJM (Tanggung Jawab Manajer)9.11319.11319.703.000

IF * TJM2.11312.1134.568.036

Error35.15076.463

Total1961.00080

Corrected Total49.98779

a. R Squared = ,297 (Adjusted R Squared = ,269)

Sumber data primer diolah, 2016Berdasarkan tabel 4.1.5 diatas, dapat dilihat bahwa Coreccted Model dengan nilai Pvaleu 0.000