Skripsi Pendidikan (139)
-
Upload
safran-hasibuan -
Category
Documents
-
view
3.801 -
download
1
Transcript of Skripsi Pendidikan (139)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi
perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa
dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan
tersebut mengenali, menghargai, dan memanfaatkan sumber daya manusia dan
hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada anggota
masyarakatnya, kepada peserta didik.
Sumber daya manusia yang berkualitas hanya dapat diciptakan lewat
lembaga pendidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal.
Kedua lembaga ini secara simultan memproses row input untuk dapat lebih
cerdas sebagaimana yang diamanatkan oleh Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 Alinea ke empat, “……mencerdaskan kehidupan bangsa……”
Indikator sumber daya manusia yang berkualitas, satu diantaranya adalah
munculnya produk kreatif seseorang. Produk kreatif akan muncul bila mana ada
motivasi baik motivasi intrinsik maupun ekstrinsik disertai komitmen yang tinggi
untuk mencapai prestasi serta adanya wahana yang memungkinkan munculnya
kreativitas. Semakin tinggi potensi kreativitas seseorang dan didukung
keterbukaan wahana untuk mengekspresikan kreativitasnya, maka semakin
terbuka pulalah peluang munculnya produk kreatif.
2
Berkenaan dengan hal diatas, maka fungsi sekolah sebagai wahana
menumbuh kembangkan kreativitas jiwa harus dioptimalkan. (Dedi Supriyadi,
1997:18). Guru harus piawai didalam menyusun skenario pembelajaran. Skenario
atau desain pembelajaran yang baik adalah yang memungkinkan siswa dapat
mengekspresikan kreativitasnya.
Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupanya. Pendidikan
merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui
proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (1)
menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, dan ayat
(3) menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta
ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan
undang-undang. Untuk itu, seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan
kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan negara Indonesia. Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003.
Tujuan pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan yang
memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuanya
secara optimal, sehingga ia dapat mewujudakan dirinya dan berfungsi
sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat.
Setiap orang mempunyai bakat dan kemampuan yang berbeda-beda pula.
Pendidikan bertujuan untuk memandu (yaitu mengidentifikasi dan membina serta
memupuk (yaitu mengemengembangkan dan meningkatkan) bakat tersebut,
3
termasuk dari mereka yang berbakat istimewa atau memiliki kemampuuan dan
kecerdasan luar biasa. (Munandar. 1999:6).
Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan. Penerimaan seseorang sebagai peserta didik dalam suatu satuan
pendidikan diselenggarakan dengan tidak membedakan jenis kelamin, agama,
suku, ras, kedudukan sosial, dan tingkat kemampuan ekonomi dengan tetap
mengindahkan kekhususan satuan pendidikan yang bersangkutan.
Adapun pendidikan formal seperti yang diuraikan pada pasal 14 UU RI No.
20 tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa jenjang pendidikan formal
terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
Berkaitan dengan usaha pemerintah meningkatkan kesiapan calon peserta didik
untuk jenjang pendidikan dasar, maka diberlakukan kebijakan pendidikan anak
usia dini.
Program pendidikan nasional, secara umum, meliputi tiga tahapan yaitu
pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar
dimulai ketika anak menginjak usia enam tahun atau lebih. Sementara itu ketika
anak berusia kurang dari enam tahun (antara empat sampai dengan lima tahun ),
anak umumnya telah mengikuti pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK),
walaupun menurut program pendidikan nasional, pendidikan TK ini bukan
merupakan jenjang pendidikan yang harus diikuti. Pendidikan di TK merupakan
bentuk pendidikan fakultatif dalam rangka mempersiapkan anak-anak masuk ke
pendidikan SD. Sekalipun bersifat fakultatif pendidikan di TK, tetap diakui
eksistensinya sebagai suatu jenis pendidikan yang penting karena keberadaanya
4
itu merupakan basis bagi pendidikan selanjutnya, terutama dalam bidang
pendidikan kreatif.
Dalam PP RI Nomor 27, tahun 1990 tentang pendidikan prasekolah
menjadi lebih kuat setelah munculnya dasar hukum tambahan. Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0486 / U / 1992
Bab I Pasal 2 Ayat (1) yang telah dinyatakan bahwa Pendidikan Taman Kanak-
kanak merupakan wadah untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rokhani anak didik sesuai dengan sifat-sifat alami anak (Soemantri
Patmodewo, 2000 :44).
Taman Kanak-kanak didirikan sebagai usaha mengembangkan seluruh segi
kepribadian anak didik dalam rangka menjembatani pendididkan dalam keluarga
ke pendidikan sekolah. TK merupakan salah satu bentuk pendidikan prasekolah
adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani anak didik diluar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan
dasar.
Kegiatan di Taman Kanak-kanak tentunya sangat berbeda dengan kegiatan
pembelajaran di Sekolah Dasar. Kegiatan di TK dilaksanakan dengan cara
bermain sesuai dengan prinsip TK yaitu “bermain sambil belajar, dan belajar
seraya bermain”, hal ini merupakan cara yang paling efektif, karena dengan
bermain anak dapat mengembangkan berbagai kreativitas anak didik di TK,
termasuk perkembangan motorik halus anak, meningkatkan penalaran dan
memahami keberadaan lingkungan, terbentuk imajinasi, mengikuti imajinasi,
mengikuti peraturan, tata tertib dan disiplin. Dalam kegiatan bermain anak
menggunakan seluruh aspek pancainderanya.
5
Dengan bermain anak dapat menemukan lingkungan orang lain, dan
menemukan dirinya sendiri, sehingga anak dapat bersosialisasi dengan
lingkungan tersebut, anak dapat menghargai orang lain, tenggang rasa terhadap
orang lain, tolong menolong sesama teman dan yang lebih utama anak dapat
menemukan pengalaman baru dalam kegiatan tersebut. Bermain dapat
memotivasi anak untuk mengetahui segala sesuatu secara lebih mendalam, dan
secara spontan anak dapat mengembangkan bahasanya, dengan bermain anak
dapat bereksperimen.
Kegiatan bermain di TK merupakan hal yang menyenangkan, kegiatan
belajar di TK adalah bermain yang kreatif dan menyenangkan. Dengan demikian
anak didik tidak akan canggung lagi menghadapi cara pembelajaran dijenjang
berikutnya. Dalam memberikan kegiatan belajar pada anak didik harus
diperhatikan kematangan atau tahap perkembang kreativitas anak didik, alat
bermain atau alat bantu, metode yang digunakan, serta waktu dan tempat
bermainya.
Kegiatan percobaan sains ini merupakan salah satu cara agar anak lebih
bersemangat mengikuti pembelajaran di TK, karena kegiatan percobaan sains
dapat mengembangkan aspek perkembangan anak didik, yakni aspek bahasa,
kognitif, kreativitas, psikososial, dan fisiologis, dalam kegiatan percobaan sains
anak akan diajak bereksplorasi, mengidentifikasi melakukan klasifikasi, prediksi,
eksperimen, dan melakukan evaluasi. (Depdiknas, 2003 :3)
Menurut Hildebrand (1986), bahwa anak TK mempunyai dorongan yang
kuat untuk mengenal lingkungan alam sekitar dan lingkungan sosialnya lebih
6
baik. Anak ingin memahami segala sesuatu yang dilihat dan didengar
(Moeslichatoen, 1999 : 10). Segala sesuatu yang diamati oleh inderanya. Untuk
menanggapi dorongan tersebut anak berusaha menemukan jawaban sendiri
dengan berbagai cara. Misalnya jawaban terhadap segala sesuatu yang dilihat,
didengar, dicium, dirasakan atau diraba itu. Tentang bagaimana terjadinya, dari
mana segala sesuatu itu berasal atau apa yang terjadi bila sesuatu itu dipegang,
diubah kedudukanya, dibanting dan sebagainya.
Untuk mendapatkan informasi dan pengalaman anak TK mempunyai
dorongan yang kuat untuk menjelajahi dan meneliti lingkunganya. Dengan
menggerakkan dan memainkan sesuatu, anak akan memperoleh pengalaman.
Anak juga mempunyai dorongan yang kuat untuk menguji dan mencoba
kemampuan dan ketrampilanya terhadap sesuatu. Kegiatan mencoba ini tidak
hanya memberikan kesenangan bagi anak melainkan juga memberi pengalaman
yang lebih baik tentang sifat-sifat yang dimiliki sesuatu benda. Karena itu, bila
anak TK diberi kesempatan untuk bereksperimentasi, mencoba, menguji dengan
berbagai sumber belajar mereka akan memperoleh penyempurnaan dalam cara
kerja mereka dan juga dapat mengapresiasi cara kerja anak lain.
Taman Kanak-kanak Hj. Isriyati Moenadi Ungaran, khususnya kelompok
A, dalam pembelajaran sains dari prestasi akademik sudah membanggakan. Hal
ini terbukti dengan nilai rata-rata ulangan harian selama semester I adalah 7,1. ini
berarti taraf serap siswa mencapai 7,1% (Dokumentasi Guru, 2004). Dengan
demikian Tujuan Pengembangan Produk masih sangat merisaukan. Dari daftar
Nilai Pengamatan, diperoleh rata-rata nilai anak didik untuk Kreativitas masih
7
5,4 yang berarti masih dibawah batas belajar tuntas, yakni 7,5% (Dokumentasi
Guru, 2004). Jumlah anak didik kelompok A adalah 44 anak, yang terdiri dari
kelompok A1 berjumlah 22 anak dan kelompok A2 berjumlah 22 anak, dengan
latar belakang sosial ekonomi orang tua lebih dari 80% mampu dan sudah sadar
akan pendidikan anaknya, sehingga setiap anak didik memiliki berbagai
perlengkapan untuk menunjang belajarnya di Sekolah.
Berpijak pada hal-hal tersebut diatas, secara khusus, patut dipertanyakan
pula bagaimana percobaan sains di TK itu berlangsung dan dengan kata lain
apakah percobaan sains dapat meningkatkan aspek perkembangan kreativitas
anak didik di Taman Kanak-kanak.
B. Fokus Permasalah
Dari uraian latar belakang diatas, dapat diidentifikasi permaslahan yang
timbul pada pembelajaran melalui percobaan sains di Taman Kanak-Kanak Hj.
Isriyati Moenadi Ungaran adalah sebagai berikut :
1. Percobaan sains di TK masih menekankan pada tujuan pengembangan produk
yang berupa prestasi akademik anak didik. Hal ini berarti baru potensi
kecerdasan anak didik yang dikedepankan.
2. Proses ilmiah, khususnya kreativitas anak didik belum dikembangkan
seoptimal mungkin.
3. Aktivitas guru dan siswa belum optimal, sehingga pembelajaran masih
berpusat pada guru.
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka permasalahan yang akan
diteliti dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut :
8
C. Rumusan Masalah
Dari fokus masalah tersebut diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
“Bagaimanakah peningkakan aspek perkembangan kreativitas anak didik di
Taman Kanak-kanak Hj. Isriyati Moenadi Ungaran setelah dilakukan percobaan
sains ?”
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum Penelitian Tindakan Kelas ini adalah meningkatkan kreativitas
anak didik di Taman Kanak-Kanak Hj Isriyati Moenadi Ungaran melalui
percobaan-percobaan sains
2. Tujuan Khusus Penelitian Tindakan Kelas ini adalah setelah penelitian ini
berahir, kreativitas siswa semakin meningkat secara bermakna yang
ditunjukkan oleh indikator-indikator sebagai berikut :
a. Sekurang-kurangnya guru terampil membuat rencana pembelajaran
melalui percobaan sains dengan metode eksperimen
b. Sekurang-kurangnya aktivitas guru selama percobaan sains dengan
metode eksperimen meningkat baik.
c. Sekurang-kurangnya aktivitas anak didik yang berupa gagasan kreatif dan
sikap ilmiah baik.
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :
9
1. Peneliti
Dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini peneliti memiliki
pengetahuan, keterampilan dan pengalaman tentang PTK, khususnya
penerapan metode eksperimen yang benar dan tepat, serta peneliti mampu
mendeteksi permasaslahan yang ada didalam proses pembelajaran sekaligus
mencari alternatif solusi yang tepat. Selain itu ,peneliti mampu memperbaiki
proses pembelajaran didalam kelas dalam rangka meningkatkan kreativitas
siswa.
2. Anak Didik
a. Anak Didik dapat berekspresi kreatif sesuai dengan potensi kreativitasnya
b. Mengurangi rasa ketakutan untuk berbeda pendapat, karena didalam
kreativitas memungkinkan adanya keberagaman.
3. Yayasan Lembaga Pendidikan Islam Taman Kanak-Kanak Hj. Isriyati
Moenadi Ungaran
a. Penelitian Tindakan Kelas ini merupakan aset penting karena hal ini
dalam rangka meningkatkan kreativitas siswa.
b. Sebagai acuan jika akan melakukan kegiatan sejenis.
F. Sistematika Skripsi
Skripsi ini penulis susun dalam sistematika sebagai berikut:
1. Bagian Awal, berisi : halaman judul, halaman persetujan pembimbing,
halaman pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, sari, daftar isi,
daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran.
10
2. Bagian isi, terdiri dari :
Bab I : Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, fokus masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
sistematika skripsi.
Bab II : Landasan teori.
Bab III : Metode penelitian, yang terdiri dari rancangan penelitian, data dan
teknik pengumpulanya, serta indikator kinerja.
Bab IV : Hasil penelitian dan pembahasan
Bab V : Penutup berisi : simpulan dan saran.
3. Bagian Ahir, berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tugas Perkembangan Anak Usia Dini
Awal masa kanak-kanak merupakan periode yang bahagia dalam
kehidupan. Kalau tidak, kebiasaan tidak bahagia dengan mudah akan
berkembang, dan sekali ini terjadi akan sulit dirubah. Berikut merupakan tugas-
tugas perkembangan untuk anak usia dini. (Hurlock, 1991: 140)
1. Awal masa kanak-kanak yang berlangsung dari dua sampai enam tahun, oleh
orang tua disebut sebagai usia yang problematis, menyulitkan atau mainan;
oleh para pendidik dinamakan sebagai usia prasekolah; dan oleh ahli
psikologi sebagai usia prakelompok, penjelajah atau usia bertanya.
2. Perkembangan fisik berjalan lambat tetapi kebiasaan fisiologis yang dasarnya
diletakkan pada masa bayi, menjadi cukup baik.
3. Awal masa kanak-kanak dianggap sebagai saat belajar untuk mencapai
pelbagai keterampilan karena anak senang mengulang, hal mana penting
untuk belajar keterampilan; anak pemberani dan senang mencoba hal-hal
baru; dan karena hanya memiliki beberapa keterampilan maka tidak
mengganggu usaha penambahan keterampilan baru.
4. Perkembangan berbicara berlangsung cepat, seperti terlihat dalam
perkembanganya pengertian dan berbagai keterampilan berbicara. Ini
mempunyai dampak yang kuat terhadap jumlah bicara dan isi pembicaraan.
5. Perkembangan emosi mengikuti pola yang dapat diramalkan, tetapi terdapat
keanekaragaman dalam pola ini karena tingkat kecerdasan, seks besarnya
keluarga, pendidikan anak dan kondisi-kondisi lain.
12
6. Awal masa kanak-kanak adalah usia prakelompok, saat diletakkanya dasar
perkembangan sosial yang merupakan ciri usia berkelompok diahir masa
kanak-kanak.
7. Bermain sangat dipengruhi oleh keterampilan motorik yang dicapai, tingkat
popularitas yang ia senangi diantara teman-teman sebaya, bimbingan yang
diterima dalam mempelajari berbagai pola bermain dan status sosial ekonomi
keluarga.
8. Ketidak tepatan dalam mengerti sesuatu, merupakan hal yang umum pada
awal masa kanak-kanak karena banyak konsep yang kekanak-kanakan
dipelajari tanpa cukup bimbingan dan karena anak sering didorong untuk
memandang kehidupan secara tidak realistis agar lebih menarik dan lebih
semarak.
9. Awal masa kanak-kanak ditandai oleh moralitas dengan paksaan, suatu masa
dimana anak belajar mematuhi peraturan secara otomatis melalui aturan
hukuman dan pujian. Periode ini juga merupakan masa penegakan disiplin
dengan cara yang berbeda, ada yang dikenakan disiplin yang otoriter, lemah
dan demokratis.
10. Minat umum anak meliputi minat terhadap agama, tubuh manusia, diri
sendiri, seks dan pakaian.
11. Awal masa kanak-kanak sering dianggap sebagai usia kritis dalam
penggolongan peran seks dikuasai terutama belajar arti stereotip peran-seks
dan menarima serta mamainkan peran-seks yang disetujui oleh kelompoknya.
13
12. Berbagai hubungan keluarga, orang tua anak, antar saudara dan hubungan
dengan sanak keluarga, berperan dalam sosialisasi anak dan perkembangan
konsep diri, dalam tingkat kepentingan yang berbeda.
13. Bahaya fisik yang penting meliputi kematian, penyakit, kecelakaan,
penampilan yang tidak manarik, kegemukan dan kidal.
14. Diantara bahaya psikologis yang terpenting adalah isi pembicaraan yang
bersifat tidak sosial, ketidakmampuan mengadakan kompleks empati, gagal
belajar penyesuaian sosial karena kurangnya bimbingan, lebih menyukai
teman khayalan atau hewan kesayangan, terlalu menekankan pada hiburan
dan kurang penekanan pada bermain aktif, konsep-konsep dengan bobot
emosi yang kurang baik, disiplin yang tidak konsisten atau disiplin yang
terlalu didasarkan pada hukum, gagal dalam mengambil peran seks sesuai
dengan pola yang disetujui oleh kelompok sosial, kemerosotan dalam
hubungan keluarga dan konsep diri yang kurang baik.
15. Kebahagiaan pada awal masa kanak-kanak bergantung lebih pada kejadian
yang menimpa anak di rumah dari pada kejadian diluar rumah.
Meskipun dasar dari tugas dalam perkembangan yang diharapkan sudah
dikuasai anak sebelum mereka memasuki sekolah diletakkan selama masa bayi,
tetapi masih banyak yang harus dipelajari dalam waktu empat tahun, yaitu dalam
periode awal masa kanak-kanak atau usia dini yang relatif singkat.
Tugas perkembangan pada ahir nasa kanak-kanak antara lain :
1. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan
umum.
14
2. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai mahluk yang
tumbuh.
3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya.
4. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat.
5. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis
dan berhitung.
6. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan
sehari-hari.
7. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, tata dan tingkatan nilai.
8. Mengembangkan siakap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-
lembaga.
9. Mencapai kebebasan pribadi.
Tujuan pendidikan yang ditarik dari tugas-tugas perkembangan yang harus
diselesaiakan itu tidak mungkin dilaksanakan sekaligus melainkan harus
dijabarkan kedalam tugas-tugas yang kecil yang dinamakan tujuan kegiatan. Bila
guru telah menetapkan tujuan kegiatan yang terlebih dahulu ditetapakan itu.
Ditinjau dari segi perkembangan anak pembentukan tingkah laku melalui
pembiasaan akan membantu anak tumbuh dan berkembang secara seimbang
artinya memberikan rasa puas pada diri sendiri dan dapat diterima oleh
masyarakat. Memungkinkan terjadinya hubungan antara pribadi yang baik, saling
percaya, saling mendorong, bekerja sama untuk kepentingan bersama.
Pembentukan tingkah laku hendaknya lebih banyak dinyatakan dalam perbuatan
dan tidak dalam ucapan saja. Hal ini bisa dilaksanakan dengan cara :
1. Mendorong anak bertingakah laku sesuai yang diharapkan dan
menghilangkan tingkah laku yang tidak diharapkan.
2. Tingkah laku yang diharapkan apabila dilakukan anak akan memberikan
konsekuensi yang menyenangkan, sedang tingkah laku yang tidak diharapkan
akan menumbuhkan penyesalan pada diri anak.
15
3. Tingkah laku yang diharapkan apabila dibina secara terus menerus pada
saatnya akan terjadi dengan sendirinya, atas prakarsa anak sendiri meskipun
tidak ada pengawasan dari guru.
4. Anak perlu mendapatkan kesempatan untuk mengubah tingkah laku yang
tidak diharapkan itu.
Dalam membina hubungan dengan anak lain ada beberapa pendekatan dengan
anak lain yang dapat dilaksanakan atau yang tidak dapat dilaksanakan berkaitan
dengan ketrampilam bergaul, membina hubungan, memecahkan pertentangan
dengan anak lain. Anak belajar cara yang dapat dilaksanakan dalam berbagai
bahan, perlengkapan dengan anak lain atau saling mengemukakan gagasan
dengan anak lain. Anak balajar mempertahankan diri, menuntut hak dengan cara
yang dapat diterima, menerima giliran, mengkomunikasikan keinginan dan
mengadakan negosiasi dengan cara yang dapat diterima kelompok:
mempertahankan barang miliknya, meminta menggunakan alat permainan,
menanti menggunakan alat permainan, menyatakan keinginan untuk melakukan
sesuatu kepada anak lain, mengadakan kesepakatan dalam menggunakan alat
permainan secara bergantian. Anak berusaha untuk dapat memberi informasi dan
contoh cara menggunakan atau melakukan kepada anak lain misalnya: dimana
membeli buku tulis yang dimilikinya, memberti contoh cara menggunakan alat
permainan yang dimiliki, selanjutnya anak belajar untuk mengantisipasi apa yang
bakal terjadi atau menghindari permasalahan berdasarkan pengharapan-
pengharapan yang realistis: dapat membayangkan apa yang terjadi bila air kalau
dipanasi menjadi hangat, akan berjalan disisi kiri jalan untuk menuju kesekolah.
Dalam membina hubungan dalam kelompok anak belajar untuk dapat berperan
serta, meningkatkan hubungan kelompok, meningkatkan hubungan antar pribadi,
mengenal identitas kelompok dan belajar bekerja dalam kelompok. disamping itu
anak balajar untuk mengikuti jadwal dan pola kegiatan sehari-hari, mengadaptasi
dengan hal-hal rutin di sekolah, serta mengenal peraturan dan pengharapan
sekolah, misalnya : kegiatan piket, menjadi bagian kelompok, bekerja sama
melaksanakan tugas guru, menaati jadwal dan kegiatan bermain dan kegiatan
yang lain, mengetahui apa yang harus dilakukan setiap hari disekolah, menaati
tata tertib dan peraturan sekolah (tidak boleh datang terlambat, jari-jari tangan
bersih, kuku tidak boleh panjang dan sebagainya). Anak juga belajar menghargai
hak, perasaan dan harta milik orang lain, serta belajar untuk bersabar menunda
dan menaati giliran untuk melakukan sesuatu perbuatan.
Dalam membina diri sebagai individu anak belajar untuk bertanggung jawab
membantu diri sendiri, menjaga diri sendiri dan berprakarsa untuk melakukan
kegiatan yang dipilihnya, misalnya anak menyiapkan alat tulis, menyiapkan bekal
makanan, membersihkan bangku setelah melakukan kegiatan, anak juga belajar
berdekatan dengan anak lain tanpa mengganggu, mengadakan kesepakatan,
16
berkomunikasi secara verbal dan non verbal, dan menerima penolakan, atau
perasaaan yang menyakitkan atau kekecewaan dengan cara yang diterima
kelompok misalnya, tidak merebut alat permainan teman didekatnya,
mengadakan kesepakatan dalam berbagai alat permainan, menyuruh anak lain
diam dengan menempatkan jari telunjuk pada mulutnya. Disamping itu anak juga
belajar untuk mengenal keterbatasan kondisi anak lain sehingga anak dapat
memahami bantuan apa yang bisa diberikan kepada anak tersebut.
B. Pembelajaran di Taman Kanak-kanak
Pentingnya bermain bagi perkembangan kepribadian telah diakui secara
universal, karena merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, baik bagi anak
maupun orang dewasa. Kesempatan bermain dan rekreasi memberikan anak
kegembiraan disertai kepuasan emosional. Bermain merupakan kegiatan yang
spontan dan kreatif, yang denganya seseorang dapat menemukan ekspresi dirinya
sepenuhnya. (Freeman & Munandar, 1997 :262).
Sebagaimana terdapat dalam Garis-Garis Besar Program Kegiatan Belajar
Taman Kanak-kanak (Depdikbud, 1994) tujuan program kegiatan belajar anak
TK adalah untuk membantu meletakkan dasar kearah perkembangan sikap,
pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik
dalam menyesuaikan diri dengan lingkunganya dan untuk pertumbuhan serta
perkembangan selanjutnya. Sedangkan ruang lingkup program kegiatan belajar
yang meliputi : pembentukan perilaku melalui pembiasaan dalam pengembangan
moral pancasila, agama, disiplin, perasaan/emosi, dan kemampuan
bermasyarakat, serta pengembangan kemampuan dasar melalui kegiatan yang
dipersiapkan oleh guru meliputi pengembangan kemampuan bahasa, daya pikir,
daya cipta, ketrampilan dan jasmani.
Pendidikan paling utama pada tataran kedua setelah pendidikan dikeluarga
adalah pendidikan di sekolah. Anak adalah investasi paling besar yang dimiliki
keluarganya, masyarakat dan bangsa. Anak memiliki sejuta kemampuan yang
akan berkembang melalui tahapan-tahapan tertentu sesuai perkembangan
kejiwaan anak. Namun demikian, perkembangan kemampuan itu tidak dapat
mencapai tahap optimal, apabila proses perkembanganya tidak dituntut dan
didesain secara sistematis.
Anak membutuhkan bantuan dalam mempelajari suatu hal, bagaimana
mangatasinya, dan sebagainya. Untuk membuat anak memecahkan masalah
dengan efektif dan efisien, maka orang tua harus mamahami dunia anak-anak.
Sehingga anak akan berada pada dunianya bersama teman sebaya.
Kemandirianya pada anak hendaknya selalu didasarkan perkembangan anak
dengan diberi kesempatan dan pengalaman dalam mengembangkan sifat-sifat
alamiah.
1. Belajar Melalui Bermain
17
Ahli pendidikan anak menyatakan bahwa cara belajar anak yang paling
efektif adalah dengan bermain. Dalam bermain anak dapat mengembangkan
otot besar maupun otot halusnya, meningkatkan penalaran, memahami
lingkungan, membentuk daya imajinasi, dunia nyata, dan mengikuti tata tertib
dan disiplin.
Unsur kebebasan pada pendidikan prasekolah, adalah penting sifatnya.
Hal ini berkaitan dengan tujuan pendidikan prasekolah yaitu mengembangkan
potensi anak secara optimal. Kebebasan dalam pendidikan anak prasekolah
dalam aplikasinya adalah bermain.
Secara alamiah bermain memotivasi anak untuk mengetahui sesuatu
lebih mendalam dan secara spontan anak mengembangkan kreativitasnya.
Dengan bermain anak mendapat banyak informasi tentang peristiwa, orang,
binatang, dan segala sesuatu yang ada disekitarnya. Anak punya kesempatan
bereksperimen, memahami konsep-konsep sesuai dengan perkembangan
anak.
“Bermain bukan bekerja, bermain adalah pura-pura, bermain bukan
sesuatu yang sungguh-sungguh, bermain bukan suatu kegiatan yang
produktif; dan sebagainya……bekerjapun dapat diartikan bermain sementara,
kadang-kadang bermain dapat dialami sebagai bekerja, demikian pula anak
yang sedang bermain dapat membentuk dunianya sehingga sering kali
dianggap nyata, sungguh-sungguh, produktif dan menyerupai kehidupan
sebenarnya” (Soemantri Patmodewo. 2000: 102).
Bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan
kemampuan anak didik. Bermain merupakan cara alamiah anak untuk
menemukan lingkungan, orang lain, dan dirinya sendiri. Pada prinsipnya
18
bermain mengandung rasa senang dan lebih mementingkan proses dari pada
hasil ahir. Perkembangan bermain sebagai cara pembelajaran hendaknya
disesuaikan dengan perkembangan, umur, dan kemampuan anak. Secara
berangsur-angsur dikembangkan dari bermain sambil belajar (unsur bermain
lebih besar) menjadi belajar sambil bermain (unsur belajar lebih banyak).
(Depdikbud 1994 :11).
Bermain sebagai bentuk belajar di Taman Kanak-kanak adalah bermain
yang kreatif dan menyenangkan. Dengan demikian anak didik tidak akan
canggung lagi menghadapi cara pembelajaran dijenjang pendidikan
berikutnya. Oleh karena itu,dalam memberikan kegiatan belajar pada anak
didik harus diperhatikan kematangan atau tahap perkembangan anak didik,
alat bermain atau alat Bantu, metode yang digunakan, serta waktu, tempat dan
teman bermainya.
Barmain adalah kegiatan yang spontan dan penuh usaha dan kegiatan
tersebut merupakan dasar dari perkembangan. Dalam beberapa bentuk
permainan terlihat adanya persamaan yang dilakukan oleh anak-anak. Setiap
anak dengan caranya sendiri dan menurut tingkat perkembangan sendiri akan
selalu mencari kegembiraan dan kepuasan dalam bermain. Untuk bermain,
anak membutuhkan tempat bermacam-macam alat permainan, waktu dan
kebebasan.
Melalui bermain, memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengembangkan potensi-potensi dan kemampuanya yang kreatif dan
konstruksi menurut pola perkembanganya sendiri secara wajar. Berkaitan
dengan itu, maka tugas guru adalah merencanakan dan memberi kesempatan
19
dan pengalaman-pengalaman dengan berbagai alat bantu permainan yang
fungsional untuk perkembangan harmonis anak.
Dalam tatanan pendidikan Taman Kanak-Kanak, bermain dapat
digambarkan sebagai suatu rangkaian kasatuan yang berujung pada bermain
bebas, bermain dengan bimbingan dan berahir pada bermain dengan
diarahkan. Bermain bebas dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan bermain
dimana anak mendapat kesempatan melakukan berbagai pilihan alat dan
mereka dapat memilih bagaimana menggunakan alat tersebut. Bermain
dengan bimbingan, model bermain dimana guru memilih alat permainan dan
diharapkan anak-anak dapat memilih guna menemukan konsep (pengertian
tertentu). Bermain diarahkan, guru mengajarkan bagaimana cara
menyelesaikan suatu tugas yang khusus. (Soemiarti Patmodewo, 2000:103).
Barmain juga merupakan tuntutan dan kebutuhan yang esensial bagi
anak TK. Melalui bermain anak akan dapat memuaskan tuntutan dan
kebutuhan perkembangan dimensi motorik, kognitif, kreativitas, bahasa,
emosi, sosial nilai dan sikap hidup.
Melalui kegiatan bermain anak dapat mengembangkan kreativitasnya,
yaitu melakukan kegiatan yang mengandung kelenturan; memanfaatkan
imajinasi atau ekspresi diri; kegiatan-kegiatan pemecahan masalah, mencari
cara baru dan sebagainya.
Sesuai dengan pengertian bermain yang merupakan tuntutan dan
kebutuhan bagi anak usia TK, menurut Hartley, Frank dan Goldenson
(Gordon & Browne, 1985:268) ada 8 fungsi bermain bagi anak:
20
a. Menirukan apa yang dilakukan oleh orang dewasa. Contohnya, meniru
ibu memasak di dapur, dokter mengobati orang sakit dan sebagainya.
b. Untuk melakukan berbagai peran yang ada di dalam kehidupan nyata
seperti guru mengajar dikelas, sopir mengendarai bus, dan lain-lain.
c. Untuk mencerminkan hubungan dalam keluarga alam pengalaman hidup
yang nyata. Contohnya ibu memandikan adik, dan lain-lain.
d. Untuk menyalurkan perasaan yang kuat seperti memukul-mukul kaleng,
menepuk-nepuk air, dan sebagainya.
e. Untuk melepaskan dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima seperti
berperan sebagai pencuri, menjadi anak nakal, dan lain-lain.
f. Untuk kilas balik untuk peran-peran yang biasa dilakukan seperti gosok
gigi, sarapan pagi, dan lain sebagainya.
g. Mencerminkan pertumbuhan seperti pertumbuhan misalnya semakin
bertambah tinggi tubuhnya dan lain-lain.
h. Untuk memecahkan masalah dan mencoba berbagai penyelesaian masalah
seperti menghias ruangan dan lain-lain.
Melalui bermain memberikan kesempatan pada anak untuk
mengembangkan potensi dan kemampuanya yang kreatif dan konstruktif
menurut pola perkembanganya sendiri secara wajar, serta mengembangkan
motorik dan daya pikir menjadi lebih meningkat.
2. Metode Pembelajaran di TK
Metode merupakan cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk
mencapai tujuan kegiatan. Sebagai alat untuk mencapai tujuan tidak
21
selamanya berfungsi secara memadai. Oleh karena itu dalam memilih suatu
metode yang akan dipergunakan dalam program kegiatan anak di Taman
Kanak-kanak seorang guru perlu mempunyai alasan yang kuat dan faktor
yang mendukung pemilihan metode tersebut seperti : karakteristik tujuan
kegiatan dan karakteristik anak yang diajar.
Untuk mengembangkan kognisi anak dapat dipergunakan metode-
metode yang mampu menggerakkan anak agar menumbuhkan berfikir dapat
menalar, mampu menarik dan dapat membuat generalisasi. Caranya dengan
memahami lingkungan disekitarnya, mengenal orang dan benda-benda yang
ada, memahami tubuh dan perasaan mereka sendiri, melatih memahami untuk
mengurus diri sendiri. Selain itu melatih anak menggunakan bahasa untuk
berhubungan dengan orang lain, dan melakukan apa yang dianggap benar
berdasar nilai yang ada dalam masyarakat.
Guru mengembangkan kreativitas anak, metode-metode yang dipilih
adalah metode yang dapat menggerakkan anak untuk meningkatkan motivasi
rasa ingin tahu dan mengembangkan imajinasi. Dalam mengembangkan
kreativitas anak metode yang dipergunakan mampu mendorong anak mencari
dan menemukan jawabannya, membuat pertanyaan yang membantu
memecahkan, memikirkan kembali, membangun kembali dan menemukan
hubungan-hubungan baru.
Guru mampu mengembangkan kemampuan bahasa anak dengan
menggunakan metode yang dapat meningkatkan perkembangan kemampuan
berbicara, mendengar, membaca dan menulis. Guru memberikan kesempatan
anak memperoleh pengalaman yang luas dalam mendengarkan dan berbicara.
22
Guru mengembangkan emosi anak dengan menggunakan metode yang
menggerakkan anak untuk mengekspresikan perasaan yang menyenangkan
perasaan yang menyenangkan secara verbal dan tepat.
Guru untuk mengembangkan kemampuan motorik anak dapat
dipergunakan metode-metode yang menjamin anak tidak mengalami cidera.
Oleh karena itu guru menciptakan lingkungan yang aman dan menantang,
bahkan alat yang dipergunakan dalam keadaan baik, tidak menimbulkan
perasaan takut, cemas dalam menggunakannya. Berbagai alat dan bahan yang
dipergunakan juga menantang anak untuk melakukan aktivitas.
Untuk mengembangkan nilai dan sikap anak dapat dipergunakan
metode-metode yang memungkinkan terbentuknya kebiasaan-kebiasaan yang
didasari oleh nilai-nilai agama dan moral Pancasila agar anak dapat menjalani
hidup sesuai dengan norma yang dianut masyarakat. Pemberian pengalaman
belajar yang memungkinkan terbentuknya kebiasaan kerja, kebiasaan
menghargai waktu dan kebiasaan memelihara lingkungan.
Selain dari tujuan kegiatan karakteristik anak juga ikut menentukan
pemilihan metode. Perlu diingat oleh guru bahwa anak Taman Kanak-kanak
pada umumnya adalah anak yang selalu bergerak, mempunyai rasa ingin tahu
yang kuat, senang bereksperimen dan menguji, mampu mengekspresikan diri
secara kreatif, mempunyai imajinasi dan senang berbicara.
Pola kegiatan yang dapat dipilih guru Taman Kanak-kanak untuk
mencapai tujuan kegiatan yaitu, kegiatan yang dilaksanakan dengan
pengarahan langsung oleh guru yakni kegiatan yang kondisinya berada dalam
jangka waktu tertentu. Kegiatan macam ini mempunyai ciri-ciri anaknya
duduk tenang dibangku masing-masing dan memperhatikan apa yang harus
23
dikerjakan sesuai dengan perintah guru. Selain itu juga anak diperintah
mengambil bahan yang dipergunakan dan memperhatikan peragaan guru
tentang bagaimana menggunakan bahan tersebut.
Dalam kegiatan yang berpola semi kreatif guru memberi kebebasan
kepada anak untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan karya berupa
suatu tiruan atau hasil mencontoh model. Masing-masing anak diberi
kesempatan untuk mewujudkan daya kreatifnya. Dalam hal ini anak telah
melaksanakan sesuatu berdasar pendapatnya sendiri. Dalam pola kegiatan
yang semi kreatif ini anak belum sepenuhnya kreatif karena masih mendapat
bimbingan guru, yaitu anak masih berbuat berdasar pengarahan guru. Oleh
karena itu kegiatan semacam ini dinamakan semi kreatif.
Kegiatan yang kreatif dilaksanakan dengan cara manghadapkan anak
pada berbagai masalah yang harus dipecahkan. Jadi, kegiatan memecahkan
masalah adalah kegiatan yang kreatif sebenarnya. Dalam kegiatan
menghadapkan anak untuk memecahkan masalah inilah yang merupakan
kegiatan belajar kreatif yang sebenarnya. Pemecahan masalah ini dapat
bersifat perorangan maupun kelompok. pola kegiatan kreatif memerlukan
berbagai macam sumber belajar dan media belajar yang memadai. Fungsi
guru dengan pola kegiatan kreatif adalah sebagai fasilitator yang selalau siap
memberikan bantuan petunjuk, bimbingan, pujian, perbaikan yang
dibutuhakan oleh anak.
Yang dimaksud dengan karakteristik tujuan adalah pengembangan
kognitif, pengembangan kreativitas, pengembangan bahasa, pengembangan
emosi, pengembangan motorik dan pengembangan sikap dan nilai.
24
Metode pembelajaran yang di gunakan di Taman Kanak-kanak adalah :
(a) Metode Bercerita (b) Metode Bercakap-cakap (c) Metode Tanya Jawab
(d) Metode Pemberian Tugas (e) Metode Karya Wisata (f) Metode
Demonstrasi (g) Metode Sosiodrama (h) Metode Eksperimen (i) Metode
Bermain Peran (j) Metode Proyek. ( Moeslichatun 1999)
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan metode eksperimen
dan metode demonstrasi yang berarti menunjukkan, mengerjakan dan
menjelaskan serta mencoba langsung. Jadi dalam demonstrasi kita
menunjukkan dan menjelaskan cara-cara mengerjakan sesuatu dan langsung
mencobanya. Melalui eksperimen dan demonstrasi diharapkan anak dapat
mengenal langkah-langkah dan membangkitkan kreativitasnya untuk bisa
mencoba. Percobaan sains disini dilakukan dengan metode demonstrasi dan
eksperimen secara langsung, dimaksudkan agar anak bisa mencobanya
sendiri setelah diberi contoh.
Demontrasi mempunyai makna penting bagi anak Taman Kanak-Kanak
yang antara lain :
a. Dapat memperlihatkan secara konkrit apa yang dilakukan /
dilaksanakan/diperagakan.
b. Dapat mengkomunikasikan gagasan, konsep, prinsip, dan peragaan.
c. Membantu mengembangkan kemampuan mengamati secara teliti dan
cermat.
d. Membantu mengembangkan kemampuan untuk melakukan segala
pekerjaan secara teliti, cermat dan tepat.
25
e. Membantu mengembangkan kemampuan peniruan dan pengenalan secara
tepat.
C. Konsep Kreativitas Anak
1. Pengertian Kretivitas
Mungkin hal yang paling penting disadari oleh orang tua dan guru ialah
bahwa setiap oarng memiliki potensi kreatif. Bebeapa orang memilikinya
lebih dari orang lain, tetapi tak ada orang yang tidak kreatif sama sekali.
Terutama anak-anak usia prasekolah sebetulnya sangat kreatif, mereka
memiliki kreativitas alamiah.
Sayangnya banyak orang tua dan guru yang kurang menyadari atau
kurang dapat menghargai kreativitas anak. Mereka lebih menginginkan anak
yang selalu patuh dan melakukan hal-hal yang diinginkan orang tua atau
melakukan hal-hal yang sama seperti anak lain. Orisinalitas kurang dapat
diterima, dianggap menyulitkan, dan bahkan dapat berbahaya. Tanpa
menyadarinya, orang dewasa yang bermaksud baik, dengan dalih
menanamkan disiplin dan kepatuhan, tidak memberi kesempatan benih-benih
kreativitas anak tumbuh dan berkembang.
Ini tidak berarti bahwa disiplin dan kepatuhan tidak penting. Di sinilah
sering terjadi kesalah pahaman tentang arti dan makna dari kreativitas.
Kreativitas tidak bertentangan dengan disiplin dan mengikuti peraturan yang
ditentukan.
Pengertian kreativitas menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti
hasil dari kemampuan mencipta. Banyak hal yang dilakukan manusia ada
26
unsur kreativitasnya. Hal ini sesuai dengan program kegiatan yang
dikembangkan di TK, yaitu pengembangan daya cipta. Kreativitas terjadi
karena kebiasaan mencipta sesuatu yang baru (Anggani Sudono: 1997 :1).
Dunia Taman Kanak-kanak adalah dunia pendidikan kreativitas, artinya
aktivitas guru senantiasa dituntut kreativitasnya. Secara ideal konseptual,
pendidikan di TK adalah proses pembelajaran yang dirancang secara sadar
dan sistematis untuk memberi peluang kepada anak didik agar dapat
mengembangkan potensi daya ciptanya untuk mengungkapkan apa yang ada
dalam diri ataupun apa yang ada diluar dirinya.
Kreativitas sebagai suatu produk dari hasil pemikiran atau perilaku
manusia. Kreativitas dapat pula dilihat sebagai suatu proses dan mungkin
inilah yang lebih esensial dan yang perlu dibina pada anak didik sejak dini
untuk bersibuk diri secara kreatif (Conny Semiawan, AS. Munandar, SCU
Munandar, 1990:8).
Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan suatu
komposisi, produk atau gagasan yang pada dasarnya baru (Hurlock, 1989 :4).
Kreativitas ini dapat berupa kegiatan imaginative atau sintesis pemikiran
yang hasilnya bukan hanya rangkuman, tapi mencakup pembentukan pola
baru dan gabungan informasi yang diperolah dari pengalaman sebelumnya,
yang dihubungakan dengan situasi baru. Kreativias ini mempunyai maksud
dan tujuan yang ditentukan bukan fantasi semata, tetapi merupakan hasil yang
sempurna dan lengkap. Kreativitas ini dapat berupa produk, kesusastraan,
seni produk ilmiah bahkan bisa bersifat metodologis dan prosedural.
Pendapat lain menyatakan bahwa kreativitas adalah merupakan
kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkanya
27
dalam pemecahan masalah. Kreativitas ini meliputi fleksibilitas atau
keluwesan, kelancaran, keaslian atau orisinalitas dalam pemikiran. Kreativitas
ini juga memiliki ciri lain yaitu afektif, seperti rasa ingin tahu, senang
mengajukan pertanyaan dan ingin mencari pengalaman baru (Munandar,
1992 :7). Dari pendapat ini menunjukkan bahwa kreativitas adalah suatu
proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, yang berupa gagasan atau
berupa suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan baru. Kreativitas sebagai
konsep baru dari dua konsep tersebut dapat berupa sesuatu yang abstrak atau
benda konkrit yaitu berupa produk atau jasa, cara serta tehnik atau berupa
metodologi.
Kreativitas dapat ditinjau dari emat aspek (4P), yaitu :
a. Kreativitas dari aspek pribadi, muncul dari keunikan pribadi individu
dalam interaksi dengan lingkunganya. Setiap anak mempunyai bakat
kratif, namun masing-masing dalam bidang dan kadar yang berbeda-beda.
Kreativitas sebagai kemampuan berpikir meliputi kelancaran, kelenturan,
orisinalitas dan elaborasi. Kelancaran disini berkaitan dengan
kemampuan untuk membangkitkat sejumlah besar ide-ide. Seseorang
yang kreatif dapat memiliki banyak ide, dengan hal tersebut akan semakin
besar kesempatan untuk menemukan ide-ide yang baik. Kelenturan atau
fleksibilitas adalah mampu melihat masalah dari beberapa sudut pandang.
Orang yang kreatif memiliki kemampuan untuk membangkitkan banyak
ide. Fleksibilitas secara tidak langsung, menunjukkan kemudahan
mendapatkan informasi tertentu atau berkurangnya kepastian dan
kekakuan. Fleksibilitas merupakan basis keaslian, kemurnian, dan
28
penemuan. Orisinalitas adalah kemampuan untuk menghasilkan ide-ide
luar biasa, memecahkan problem dengan cara yang luar biasa, atau
menggunakan hal-hal atau situasi dalam cara yang luar biasa. Individu
yang kreatif membuahkan tanggapan yang luar biasa, membuat asosiasi
jarak jauh, dan membuahkan tanggapan yang cerdik serta mempunyai
gagasan-gagasan yang jarang diberikan orang lain. Elaborasi adalah dapat
merinci dan memperkaya suatu gagasan. Orang yang kreatif dapat
mengembangkan gagasan-gagasannya secara luas. Penilaian merupakan
kemampuan dalam mengapresiasikan sebuah ide. Orang yang kreatif
memiliki cara-cara sendiri dalam menilai sebuah ide dan hal itu berbeda
dengan orang-orang pada umumnya. Kreativitas ditinjau dari aspek.
b. Pendorong menunjuk pada perlunya dorongan dari dalam individu
(berupa minat, hasrat, dan motivasi) dan dari luar (lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat) agar bakat kreatif dapat diwujudkan.
Sehubungan dengan hal ini pendidik diharapkan dapat memberi
dukungan, perhatian, serta sarana prasarana yang diperlukan.
c. Kreativitas sebagai proses ialah proses bersibuk diri secara kreatif. Pada
anak usia prasekolah hendaknya kreativitas sebagai proses yang
diutamakan, dan jangan terlalu cepat mengharapkan produk kreatif yang
bermakna dan bermanfaat. Jika pendidik terlalu cepat menuntut produk
kreatif yang memenuhi standar mutu tertentu, hal ini akan mengurangi
kesenangan dan keasyikan anak untuk berkreasi.
29
d. Kreativitas sebagai produk, merupakan suatu ciptaan yang baru dan
bermakna bagi individu dan /atau bagi lingkunganya. Pada seorang anak,
hasil karyanya sudah dapat disebut kreatif, jika baginya hal itu baru, ia
belum pernah membuat itu sebelumnya, dan ia tidak meniru atau
mencontoh pekerjaan orang lain. Dan yang penting, produk kreativitas
anak perlu dihargai agar ia merasa puas dan tetap bersemangat dalam
berkreasi.
Kegiatan kreatif ini bertujuan membentangkan alam pikiran dan
perasaan anak, menjangkau masa lalu, masa kini, dan masa depan, menantang
maka menjajaki bidang-bidang baru, memikirkan hal-hal baru yang belum
terpikir sebelumnya, mengantisipasi akibat-akibat dari kejadian-kejadian
hipotesis, menggunakan daya imajinasi dan firasatnya dalam memecahkan
masalah. (Freeman & Munandar, 1996 : 246).
2. Ciri-ciri Kreativias
Ciri kreativitas dapat dibedakan dalam ciri kognitif dan ciri non
kognitif. Menurut munandar (1990:51) menyatakan bahwa pemaduan ciri
kognitif dan ciri afektif dalam pengembangan kreativitas dimaksudkan agar
kreativitas yang dimiliki individu itu dapat terwujud secara nyata.
Pengembangan kreativitas individu tidak hanya membutuhkan ketrampilan
untuk berpikir kreatif saja, tetapi juga memerlukan pengembangan
pembentukan sikap, perasaan dan kepribadian yang mencerminkan
kreativitas. Menurut Munandar (1990:51), ciri kreativitas yang berhubungan
dengan afektif dan kognitif antara lain :
30
a. Ciri kreativitas yang berhubungan dengan affektif meliputi : rasa ingin
tahu, bersifat imaginativ, merasa tergantung oleh kemajemukan, sikap
berani mengambil resiko, sikap menghargai.
b. Ciri kreativitas yang berhubungan dengan kognitif meliputi : ketrampilan
berpikir lancar, ketrampilan berpikir luwes atau fleksibel, ketrampilan
berpikir orisional, ketrampilan merinci atau mengelaborasi serta
ketrampilan menilai.
Ciri kreativitas digolongkan kedalam dua bagian yaitu anak yang
kreativitasnya tinggi dan anak yang kreativitasnya rendah. Anak yang
kreativitasnya tinggi cenderung lebih ambisius, mandiri, otonom, cenderung
percaya diri, efisien dalam berpikir, tertarik pada hal-hal yang komplek dan
perspektif, mampu mengambil resiko. Sedangkan anak yang rendah
kreativitasnya kurang memiliki kesadaran diri akan arti hidup sehat dan
sejahtera, kurang bisa mengendalikan dirinya dan kurang efisien dalam
berpikir.
Pada dasarnya seorang anak selalu mencotoh orang tua dan ingin
mandiri seperti apa yang diperbuat orang tua. Dengan meniru orang tua, anak
akan menunjukkan kreativitasnya, anak yang kreatif biasanya lebih percaya
diri, penuh inisiatif, terbuka terhadap pengalaman yang baru, luwes dalam
berpikir dan selalu ingin mandiri. Anak yang ingin mandiri pada dasarnya
ingin mendapatkan pengakuan dari orang tua bahwa pada diri anak sudah
tumbuh menuju kearah kedewasaan. Anak sudah mulai tidak senang diatur
dan dikekang apalagi dipaksa. Kebebasan merupakan sesuatu yang
dibutuhkan dalam diri anak. Bahwa tujuan anak melakukan sesuatu yang
31
menarik perhatian orang lain karena anak ingin mengetahui bagaimana reaksi
orang lain karena anak tersebut ingin memperhatikan kepada orang tua
maupun orang yang ada disekelilingnya bahwa kehadiranya perlu
diperhatikan dan diakui. Hal itu mencerminkan kreativitas alamiah anak usia
dini.
Menurut Freeman & Munandar (1996) bahwa ada beberapa ciri
perilaku yang mencerminkan kreativitas alamiah anak usia prasekolah
menjadi nyata, seperti:
a. Senang menjajaki lingkunganya.
b. Mengamati dan memegang segala sesuatu, mendekati segala macam
tempat atau pojok, seakan-akan haus akan pengalaman.
c. Rasa ingin tahu mereka besar, karena itu mereka suka mengajukan
pertanyaan, dan seakan-akan tidak pernah puas dengan jawaban yang
diberikan.
d. Anak usia prasekolah bersifat spontan dan cenderung menyatakan pikiran
dan perasaannya sebagai mana adanya, tanpa merasakan hambatan,
seperti tampak pada orang dewasa.
e. Anak usia prasekolah selalu ingin mendapatkan pengalaman-pengalaman
baru; ia senang “berpetualang”, dan terbuka terhadap rangsangan-
rangsangan baru yang mana sering mencemaskan orang tuanya.
f. Mereka senang melakukan “eksperimen” hal ini tampak dari perilakunya
senang mencoba-coba dan melakukan hal-hal yang sering membuat orang
tuanya atau gurunya keheran-heranan dan tidak jarang pula merasa tidak
berdaya menghadapi tingkah laku anaknya.
32
g. Anak usia prasekolah jarang merasa bosan, ia senang melakukan macam-
macam hal, dan ada-ada saja yang ingin dilakukan.
h. Biasanya anak usia prasekolah mempunyai daya imajinasi tinggi, yang
nyata jika orang dewasa menyempatkan untuk mendengar ungkapan-
ungkapan dan mengamati perilakunya.
Ada pula cirri-ciri kreativitas yang lain yaitu memiliki rasa ingin tahu
yang mendalam, sering mengajukan pertanyaan yang berbobot (tidak asal
tanya), memberikan banyak gagasan (usul-usul terhadap suatu masalah),
mampu menyatakan pendapat secara spontan, mempunyai/ menghargai rasa
keindahan, menonjol dalam satu atau lebih bidang studi, dapat mencari
pemecahan masalah dari berbagai segi, mempunyai rasa humor, mempunyai
daya imajinasi (memikirkan hal-hal baru dan tidak biasa), mampu
mengajukan pikiran, gagasan pemecahan masalah yang berbeda dari orang
lain (orisinil), kelancaran dalam menghasilkan bermacam-macan gagasan,
serta mampu menghadapi masalah dari berbagai sudut pandangan. (Hawadi,
Wihardjo & Wiyono, 2001:14).
Dari beberapa pandangan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kreativitas merupakan suatu kemampuan yang dapat menghasilkan keadaan
yang baru, yang berupa gagasan-gagasan atau pemikiran-pemikiran yang
masih abstrak serta dapat pula benda-benda yang konkrit. Hal ini dilakukan
oleh anak agar mendapat pengakuan tentang keberadaan dirinya dan dianggap
sejajar dengan orang dewasa, sehingga anak akan selalu menampilkan
kreativitas yang sangat membantu perkembangan jiwanya. Dari kreativitas
tersebut anak mampu berpandangan jauh kedepan dan mempunyai motivasi
33
yang tinggi untuk hidup mandiri tanpa selalu menggantungkan diri pada
orang lain.
3. Perkembangan Kreativitas
Hidup dalam suatu masa di mana ilmu pengetahuan berkembang
dengan pesat, suatu adaptasi kreatif merupakan satu-satunya kemungkinan
bagi suatu bangsa yang sedang berkembang, untuk dapat mengikuti
perubahan-perubahan yang terjadi, untuk dapat menghadapi problema-
problema yang semakin kompleks. Oleh karena itu, pengembangan
kreativitas sejak usia dini menjadi sangat penting untuk terus dipupuk dalam
diri anak didik, mengapa demikian ?
Pertama, karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan
(mengaktualisasikan) dirinya, dan aktualisasi merupakan kebutuhan pokok
dalam hidup manusia (Maslow, 1967). Kreativitas merupakan manifestasi
dari individu yang berfungsi sepenuhnya.
Kedua, kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk
melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu
masalah.
Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat (bagi diri
pribadi dan bagi lingkungan) tetapi juga memberikan kepuasan kepada
individu.
Keempat, kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan
kualitas hidupnya. Dalam era pembangunan ini kesejahteraan dan kejayaan
masyarakat dan negara bergantung pada sumbangan kreatif, berupa ide-ide
baru, penemuan-penemuan baru, dan teknologi baru. (Munandar, 1999:31)
34
Perkembangan kreativitas antara anak yang satu dan yang lain berbeda-
beda baik jenis maupun derajadnya. Karena perkembangan kreativitas
muncul dalam setiap tahapan perkembangan manusia dari bayi sampai tahap
perkembangan lanjut usia. Karena munculnya kreativitas sejak bayi maka
kreativitas ini perlu dirangsang dan dikembangkan sejak awal mungkin.
Pengembangan kreativitas ini harus sesuai dengan tahapan individu. Oleh
karena itu rangsanganya perlu disesuaikan dan jangan dipaksakan. Karena
pemaksanan kreativitas yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan justru
akan membebani individu, sehingga individu tersebut tidak bekembang
normal.
Kreativitas akan tampak pada awal kehidupan dan pertama-tama
terlihat dalam permainan anak, lalu secara bertahap menyebar keberbagai
kehidupan lainya, seperti sekolah atau pendidikan, rekreasi dan pekerjaan.
Kreativitas mencapai puncaknya pada masa usia tiga puluhan sampai empat
puluhan.
Pada diri anak sering terjadi kegelisahan dan gejolak, karena pada masa
ini anak akan mulai menemukan identitasnya. Pada saat yang demikian, anak
membutuhkan kreativitas untuk menemukan identitasnya. Dalam mencapai
identitas tersebut, anak dituntut untuk berkarya melalui daya cipta
kreativitasnya. Dari kegiatan tersebut diperoleh jati diri serta hal yang cocok
maupun yang bertanggung jawab bagi anak. Secara tidak langsung anak akan
belajar mengendalikan diri dari kegiatan-kegiatan yang kurang bermanfaat.
Oleh karena itu perlu terus dikembangkan kreativitas pada diri anak, perlu
dipelihara rasa ingin tahu dan disalurkan melalui kesempatan mendapatkan
pengalaman berharga dan melalui model atau tiruan yang ada dilingkungan
35
anak sehingga akan memunculkan pengalaman-pengalaman baru pada diri
anak.
Tugas perkembangan anak yang mendukung kreativitas adalah bahwa
anak harus mampu mengembangkan ketrampilan-ketrampilan baru, anak
diharapkan jika berlatih dan mengembangkan ketrampilan baru sesuai dengan
tuntutan hidup. Sebaliknya anak yang tidak mampu mengembangkan
kreativitas atau ketrampilan akan menunjukkan cenderung sikap mudah putus
asa, merasa tidak aman sehingga menarik diri dari kegiatan dan takut
memperlihatkan usaha-usahanya. Seorang anak yang mampu memperhatikan
kreativitasnya akan mencapai masa produktif dan mempunyai peluang yang
baik untuk mengembangkan diri lebih jauh yang disertai keterlibatan yang
terus menerus dalam kegiatan kreatif disegala bidang .
Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kreativitas
mempunyai peran yang penting dalam menentukan perkembangan manusia.
Karena anak yang dapat menyalurkan kreativitasnya akan mempunyai makna
pada tahap perkembanganya.
4. Faktor yang Mempengaruhi Munculnya Kreativitas
Faktor yang mempengaruhi munculnya kreativitas pada anak adalah
jenis kelamin, urutan kelahiran, intelegensi dan tingkat pendidikan orang tua
(Hurlock, 1991:8).
a. Jenis kelamin
Jenis kelamin akan berpengaruh terhadap kreativitas. Anak laki-laki
cenderung lebih besar kreativitasnya dari pada anak perempuan, terutama
setelah masa kanak-kanak. Hal ini disebabkan adanya perbedaan
36
perlakuan antara anak laki-laki dan perempuan. Anak laki-laki dituntut
untuk lebih mandiri, sehingga anak laki-laki biasanya lebih berani
mengambil resiko dibandingkan anak perempuan.
b. Urutan kelahiran
Anak sulung, anak tengah dan anak bungsu akan berbeda tingkat
kreativitasnya. Anak yang lahir ditengah, belakang dan anak tunggal
cenderung lebih kreatif dari pada anak anak yang lahir pertama. Hal ini
terjadi karena biasanya anak sulung lebih ditekan untuk lebih
menyesuaikan diri oleh orang tua sehingga anak lebih penurut dan
kreativitasnya mati.
c. Intelegensi
Anak yang intelegensinya tinggi pada setiap tahapan perkembangan
cenderung menunjukkan tingkah kreativitas yang tinggi dibandingkan
anak yang intelegensinya rendah. Anak yang pandai lebih banyak
mempunyai gagasan baru untuk menyelesaikan konflik sosial dan mampu
merumuskan penyelesaian konflik tersebut.
d. Tingkat pendidikan orang tua
Anak yang orang tuanya berpendidikan tinggi cenderung lebih
kreatif dibandingkan pendidikanya rendah. Hal ini disebabkan karena
banyaknya prasarana serta tingginya dorongan dari orang tua sehingga
memupuk anak untuk menampilkan daya inisiatif dan kreativitasnya.
37
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kreativitas
tumbuh dan berkembang karena faktor internal dan faktor eksternal.
5. Desain Pembelajaran Kreatif
Dalam pembelajaran kretaif, terdapat teknik-teknik tertentu yang
penggunaanya harus disesuaikan dengan fungsi dan tahap pembelajaran.
Metode dan teknik kreatif berikut mengacu kepada model pembelajaran
kreatif dari Treffinger (1980) yang telah disusun oleh Conny R. Semiawan
(1997). Model pembelajaran kreatif oleh Treffinger dikelompokkan menjadi
tiga tingkat. Tingkat pertama, adalah pengembangan fungsi pemikiran
divergen; tingkat kedua, adalah pengembangan proses pemikiran dan
perasaan yang majemuk; Tingkat ketiga, adalah keterlibatan dalam tantangan
nyata. Uraian dari masing tingkatan-tingkatan tesebut disajikan sebagai
berikut :
a. Teknik-teknik kreatif tingkat pertama
Teknik pembelajaran kreatif tingkat pertama yang menekankan
pada fungsi-fungsi divergen ini antara lain menggunakan teknik
pemanasaan, pemikiran dan perasaan terbuka, sumbang saran dan
penangguhan kritik, daftar penulisan gagasan, penyusunan sifat, dan
hubungan yang dipaksakan. Metode pembelajaran kreatif tingkat pertama
ini mempunyai beberapa ciri umum sebagai berikut:
1) Pengahiran terbuka (oopen endedess).kegiatan-kegiatan pada tingkat
ini menghendaki ditemukanya sejumlah kemungkinan jawaban.
Bukan dikemukakanya sebuah jawaban yang benar.
38
2) Penerimaan banyak gagasan dan jawaban yang berbeda. Konsekuensi
dari bervariasinya jawaban yang diinginkan adalah ditemukanya
jawaban-jawaban yang bervariasi, yang kadang-kadang ada yang tidak
lazim, aneh, atau luar biasa. Terhadap yang demikian itu kita harus
membina dan menghargai, sebagimana kita menghargai gagsan yang
wajar.
3) Gagasan-gagasan tingkat satu meminta kita untuk menerima
pandangan yang baru dan melihat melebihi pemikiran biasa atau
pikiran yang terikat dengan kebiasaan kita.
4) Guru mencoba bertindak sebagai kamera yang menangkap sebanyak
mungkin dalam setiap situasi.
Beberapa teknik kreatif tingkat pertama seperti disebutkan diatas
diuraikan sebagai berikut:
1) Pemanasan
Teknik pemanasan ini pada intinya merupakan kegiatan
prabelajar yang digunakan pada tahap awal pelajaran. Tahap
pemanasan ini mengupayakan adanya kondisi pelepasan pikiran
pebelajar dengan cara pembebasan diri dari peraturan-peraturan dan
hukum-hukum berpikir yang berlaku. Pembelajar dikondisikan untuk
terbebas dari kebiasan menjawab dengan tepat, dari batasan-batasan
waktu, serta diarahkan untuk lebih banyak menghasilkan ide.
Dengan kegiatan pemanasan tersebut diharapkan pembelajar
sudah masuk pada suasana pemikiran yang siap untuk menelaah hal
39
dan masalah baru yang kan dipelajari pada tahapan pembelajaran
berikutnya.
2) Pemikiran dan perasaan berahir terbuka
Teknik pemikiran dan perasaan berahir ini pada intinya ingin
mengupayakan agar pembelajar terdorong memunculkan perilaku
divergen. Perilaku ini dapat dirangsang dengan cara mengajukan
pertayaan yang memungkinkan pembelajar mengungkapkan segala
peraaan dan pikiran sebagai jawaban. Adapun kegiatan pemikiran dan
perasaan pengahiran terbuka (oopen-ended thoughtand feeling) dapat
dicontohkan sebagai berikut :
a) Andaikata
Pertanyaan ini dapat diungkapkan melalui pertanyaan tentang
situasi yang tidak benar atau sesuatu yang bertentangan dengan
fakta. Contoh: andaikata reformasi tidak terjadi ditahun-tahun ini,
apa yang bakal terjadi ditahun 2004 nanti?
b) Peningkatan suatu produk.
Pertanyaan ini dapat dikemukakan melalui pengungkapn
pemikiran pengembangan atau peningkatan terhadap suatu kondisi
yang telah ada. Contoh: bagaimana cara memperbaiki cara belajar
yang biasa dilakukan sekarang.
c) Permulaan yang tidak selesai.
Pertanyaan ini dapat dikemukakan dengan menyajikan suatu
kondisi yang belum selesai atau belum sempurna, untuk dipikirkan
kemungkinan penyelesaian atau penyempurnaanya. Contoh:
40
penyelesaian sebuah kasus, cerita, desain, rancangan dan
sebagainya.
d) Pengguna baru dari objek-objek umum.
Pertanyaan ini dapat dikemukakan melalui penyajian suatu benda
atau hal untuk dipikirkan fungsi lainya dilain fungsi yang lazim.
Contoh: tali sepatu, kancing baju, kumis, dan lain sebagainya.
e) Alternatif judul.
Pertanyaan ini dapat dikemukakan melalui penyajian suatu
stimulasi untuk dipikirkan judulnya yang tepat. Contoh: kepada
pembelajar ditunjukkan naskah sebuah cerita, dan bisa lukisan
atau gambar-gambar tentang sesuatu.
f) Membantu siswa atau anak untuk mengajukan pertanyaan.
Kegiatan ini dilakukan mengingat pada biasanya siswa
beranggapan bahwa gurulah yang banyak mengajukan pertanyaan
dalam konteks pembelajaran. Di sini siswa diberikan kesempatan
banyak untuk memikirkan banyak pertanyaan. Melalui strategi
pemikiran dan perasan terbuka ini diharapkan pembelajar akan
terangsang untuk meningkatkan rasa ingin tahunya, dan
menguatkan minat untuk terlibat dalam aktivitas pembelajaran.
3) Sumbang Saran
Tekik sumbang saran (brainstorming) yang dikemukakakan oleh
Osborn ini mengkondisikan agar pembelajar lebih bersikap terbuka,
lebih terbuka terhadap lingkungan, dan produktif dalam melahirkan
gagasan-gagasan.
41
Agar teknik sumbang saran ni dapat membuahkan hasil yang
lebih baik, dalam pelaksanaanya perlu memperhatikan aturan-aturan
sebagai berikut:
a) Kritik harus tepat waktu
Dalam kegiatan pemecahan masalah dengan tehnik sumbang saran
ada dua tahapan yang penting diperhatikan, yaitu tahap
pengungkapan gagasan, dan tahap penilaian dan kritik. Urutan
tahapan ini harus dilaksana akan secara disiplin, karena sering kali
terjadi, begitu seseorang/siswa tertentu melontarkan gagasanya,
secepat itu muncul kritik dari pihak lain. Ini tidak dibenarkan,
karena kritik secara dini akan berakibat mematikan ide, atau akan
menghambat spontanitas pelahiran gagasan-gagasan baru. Karena
itu, kritik seharusnya dilakukan setelah acara keseluruhan
pembelajar telah menyampaikan ide atau gagasan-gagasanya.
b) Kebebasan dalam memberikan gagasan
Sangat penting untuk diketahui bahwa dalam teknik sumbang
saran ini keutamaanya terletak pada kuantitas ide, terlepas dari
kualitasnya. Karena itu, pembelajar perlu diberikan kesempatan
sebanyak-banyaknya untuk mencetuskan ide-gagasanya secara
murni dan berani. Tentu akan terlahir gagasan dan ide yang
beraneka ragam, yang sifatnya ada yang wajar, ada yang tidak atau
kurang wajar atau bahkan tidak masuk akal sama sekali. Hal
seperti itu tidak dipersoalkan, sebab dalam proses akan terjadi
rangsang-merangsang, artinya, dari ide yang aneh tadi akan
42
tertelaah oleh pihak lain yang dalam tingkat atau saat tertentu akan
mengakibatkan ide atau gagasan baru sebagai tindak lanjutnya.
c) Penekanan pada kuantitas
Hal terpenting dalam teknik ini adalah banyaknya ide-gagasan.
d) Kombinasi dan peningkatan gagasan
Berawal dari banyaknya gagasan sebagai orientasi dalam teknik
ini, ada peluang kemungkinan untuk mengkombinasi gagasan-
gagasan yang telah ada yang diperkirakan akan lahir gagasan yang
lebih bermutu.
e) Penekanan pada kualitas
Diantara banyaknya gagasan, diharapkan akan adanya gagasan
yang lebih berkualitas.
f) Tidak perlu mempersoalkan adanya gagasan yang sama. Hal
tersebut tidak dipersoalkan, mengingat bahwa adanya gagasan itu
akan lahir gagasan yang baru.
4) Daftar penulisan gagasan
Teknik daftar penulisan gagasan ini mengkondisikan agar
pembelajar menyalurkan kemampuanya untuk melihat hubungan-
hubungan baru, memanipulasi informasi dan gagasan agar
menghasilkan gagasan-gagasan baru yang orisinil. Dasar pemikiran
teknik ini ialah bahwa melalui kombinasi dari unsur yang sebelumnya
tidak ada hubungan, gagasan-gagasan yang kreatif itu lahir. Karena
43
itu, dalam teknik disiapkan daftar kata kerja dan masalahnya,
kemudian pembelajar diminta untuk menuliskan gagasan-gagasan
yang muncul sebagai hasil penghubungan dari kata kerja tersebut
dengan masalahnya. Untuk ini, Conny R.
Semiawan menyusun kata kerja menurut Osborn sebagai berikut:
a) Mengganti (substitute): siapa dan apa yang dapat diganti (unsur-
unsur, bahan, atau proses).
b) Mengkombinasi(combine): mengkombinasikan tujuan-tujuan, ide-
ide dan sebagainya.
c) Mengubah (modify): Mengubah arti, warna, corak baru, suara, dan
sebagainya.
d) Memperbesar (magnify): menambahkan apa saja seperti: waktu,
bentuk, kekeuatan, bahan, dan sebagainya.
e) Memperkecil (minify): apa saja yang dapat dikurangi seperti :
penden, lebih kecil, ringan, dan sebagainya.
f) Menyusun kembali (rearrange): komponen yang saling dapat
menggantikan seperti: pola, tata letak, urutan, dan sebagainya.
Pada dasarnya, kata kerja tersebut dapat disusun sendiri dengan
menyesuaikan dengan konteks atau masalah yang relevan.
5) Penyusunan sifat
Seperti halnya teknik yang lain, teknik penyusunan sifat ini
memiliki ciri guna tersendiri, yaitu untuk merangsang munculnya
44
banyak gagasan dalam memecahkan atau menganalisis satu objek.
Langkah-langkah penting dalam teknik ini adalah pertama,
mengidentifikasi sifat atau ciri suatu objek atau masalah; kedua,
meninjau satu persatu dari setiap ciri atau sifat untuk dipertimbangkan
kemungkinan perubahan yang bisa terjadi; ketiga, menampung adanya
berbagai gagasan dengan melakukan pencatatan; keempat, melakukan
penilaian terhadap setiap gagasan dengan catatan bahwa penilaian ini
baru boleh dilakukan apabila pencacatan terhadap semua gagasan
telah selesai.
Terdapat beberapa bidang atau masalah yang dapat didekati
dengan teknik penyusunan sifat ini antara lain:
a) Perbandingan, misalnya: membandingkan cara belajar siswa
perkotaan dan siswa pedesaan.
b) Analisis peristiwa atau pola-pola sejarah, misalnya: dampak
reformasi terhadap mutu pendidikan.
c) Menyadari nilai dan memperjelas perasaan, misalnya:
mempelajari ciri-ciri orang jujur, bahagia, penjahat, pengecut dan
sebagainya.
d) Menentukan kriteria penilaian, misalnya: ciri-ciri karya ilmiah,
karangan, novel, dan sebagainya
6) Hubungan yang dipaksakan
Teknik hubungan yang dipaksakan (forcedrelationships) kini
merupakan teknik kreatif yang mencakup beberapa cara untuk melihat
45
kemungkinan dan kombinasi baru dari objek atau gagasan, yang tidak
pernah kelihatan ada jika tidak dicoba untuk dipaksakan.
Ada babarapa cara yang dapat digunakan, antara lain adalah
teknik mendaftar dan teknik katalog.
b. Teknik-teknik kreatif tingkat kedua
Dalam teknik-teknik kreatif tingkat kedua ini pada intinya ingin
mengupayakan agar pembelajar lebih meluaskan pemikiranya serta
melakukan peran serta dalam kegiatan-kegiatan yang lebih majemuk dan
menantang. Dalam teknik ini akan lebih terasa betapa penting pola
berpikir divergen untuk memecahkan masalah secara efektif.
Secara seingkat berikut ini akan menguraikan beberapa teknik
kreatif tingkat kedua, antara lain: Teknik analisis morfologis, bermain
peran dan sosiodrama, serta synectics.
1) Teknis analis morfologis
Teknik analis morfologis ini merupakan gabungan teknik-teknik
kreatif tingkat pertama yang telah dikemukakan, yaitu teknik sumbang
saran, teknik hubungan yang dipaksakan, dan teknik penyusunan sifat.
Teknik ini bertujuan agar pembelajar mampu mengidentifikasi ide-ide
baru, dengan cara mengkaji secara cermat bentuk dan struktur
masalah. Dengan mencermati struktur dari bagian-bagian utama dari
masalah, pembelajar dapat mengembangkan berbegai alternatif atau
gagasan-gagasan dari kombinasi unsur-unsur yang baru.
2) Teknik bermain peran dan sosiodrama
46
Bermain peran dan sosiodrama merupakan teknik pembelajaran
untuk menghadapi proses pemikiran dan perasaan yang majemuk
secara efektif. Teknik ini mengupayakan agar pembelajar dapat
menangani konflik, stres, dan masalah yang timbul dari pengalaman
dalam kehidupanya.
3) Synectics
Oleh penemuan synectics ini W.j.j. Gordon (1980), teknik
synectics merupakan teknik mempertemukan bersama berbagai
macam unsur dengan menggunakan kiasan (metafor) untuk
memperoleh suatu pandangan yang baru. Ada dua prinsip dasar dalam
teknik ini adalah, pertama, membuat yang asing menjadi yang lazim;
dan kedua,membuat yang lazim menjadi yang asing, keduanya
melalui kiasan dan analogi. Analogi disini dimaksudkan sebagai suatu
pernyataan yang mengungkapkan kesamaan antara hal-hal atau
gagasan-gagasan atas dasar pembandingan.
c. Teknik kreatif tingkat ketiga
Dalam tingkat ketiga ini teknik kreatif mengupayakan keterlibatan
pembelajar dalam masalah dan tantangan nyata. Ini bermaksud agar
kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna bagi para pembelajar untuk
menghadapi masalah nyata dalam kehidupanya. Pada tahap ini pembelajar
telibat langsung dalam pengajuan pertanyaan secara mandiri dan
diarahkan sendiri. Adapun teknik yang digunakan dalam tingkat ketiga ini
adalah teknik pemecahan masalah (PMK) secara kreatif.
47
PMK ini merupakan teknik yang sistematik dalam mengorganisasi
dan mengolah keterangan dan gagasan, sehingga masalah dapat dipahami
dan dipecahkan secara imajinatif. Pemikiran yang logis, analitik dan
divergen akan terlibat keras dalam teknik ini.
Merancang suatu desain pembelajaran yang sifatnya amat khusus
bagi anak kreatif adalah tugas yang paling kompleks dan yang paling
sering diriset oleh para pakar, dan masih jauh dari pada sempurna. Namun
begitu ada beberapa petunjuk yang dapat kita peroleh dalam merancang
kegiatan ini.
Dengan beranjak dari pengertian bahwa anak kreatif terus menerus
memerlukan stimulasi mental untuk mencapai perkembangan unik yang
optimal, maka Renzulli ( Clark, 1986) memaparkan tujuh langkah kunci
dalam merancang suatu desain pembelajaran, yaitu mencakup :
1) Seleksi dan latihan guru;
2) Pengembangan kurikulum berdiferensiasi dalam berbagai bidang
untuk memenuhi kebutuhan belajar dalam segi akademis dan seni;
3) Prosedur identifikasi jamak;
4) Pematokan sasaran program yang sifatnya terdiferensiasi;
5) Orientasi staf dan peningkatan sikap kerja sama;
6) Rencana evaluasi
7) Peningkatan administrative.
Suatu panitia khusus dalam setiap sekolah perlu diadakan, terdiri
dari kepala sekolah, guru, orang tua, konselor dan pegawai administrasi
48
yang bertanggung jawab atas kegiatan sehari-hari perlu dibentuk dalam
merancang program ini.
Program seperti itu harus memenuhi beberapa kriteria kunci (Clark,
1986), yaitu program itu harus:
1) Memberi kesempatan dan pengalaman yang sifatnya khusus sehingga
mereka terus-menerus dapat mengembangkan potensinya;
2) Mengembangkan lingkungan bermutu untuk meningkatkan
intelegensi, bakat, perkembangan afektif dan intuitif;
3) Memberi peluang untuk pertisipasi aktif dan kooperatif antar siswa
maupun dengan orang tua;
4) Menyiapkan tempat, waktu, dan stimulasi bagi siswa berbakat untuk
menentukan sendiri kemampuanya;
5) Memberi peluang pada siswa berbakat untuk bertemu berbagai
individu berbakat untuk merasa tertantang mengembangkan dirinya;
6) Memberi stimulasi pada siswa berbakat untuk menentukan bidang
yang akan digelutinya dalam evolusi manusia dan menemukan apa
yang dapat mereka kontribusikan.
6. Proses Belajar Mengajar Kreatif
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengkondisikan suasana
yang mendukung tumbuh dan berkembangnya kreativitas anak dalam
kegiatan belajar, mengacu kepada pendapat Feldhusen dan Treffinger (1980)
seperti diurai oleh Utami Munandar (1992) adalah sebagai berikut :
a. Pengaturan fisik/lingkungan kelas
49
1) Pengturan fisik dalam kelas harus diperhatikan, seperti, pengaturan
tempat duduk untuk berdiskusi secara melingkar, atau sebagian siswa
dapat duduk dilantai dalam diskusi kelompok.
2) Menjadikan ruangan kelas menjadi ruang sumber yang mengundang
para siswa untuk membaca, menjajaki dan meneliti, misalnya
dipasang gambar-gambar, alat-alat laboratorium, alat paraga mata
pelajaran yang sesuai dan sebagainya.
3) Ruang kelas perlu dilengkapi dengan perpustakaan mini yang lengkap.
Akan lebih baik apabila dilengkapi dengan bahan peralatan yang
memungkinkan siswa dapat melakukan kegiatan konstruktif.
4) Ruang kelas perlu dilengkapi dengan ruang kerja mandiri bagi siswa
yang membutuhkan
5) Perlu diciptakan ruang kelas yang santai, tenang dan menyenangkan.
b. Persiapan dan perilaku guru dalam layanan pembelajaran.
1) Di dalam pembelajaran, guru lebih bertugas sebagai fasilitator.
Sebagai fasilitator, guru mempunyai tugas untuk mendorong siswa
untuk mengembangkan ide/inisiatif dalam menjajagi tugas-tugas baru.
2) Guru memberikan rangsangan dan dukungan dalam konteks yang
tepat dan tidak cepat memberikan kritik.
3) Gagasan-gagasan baru dari semua siswa harus diterima secara terbuka
serta berupaya untuk memahami.
4) Semua siswa harus disikapi dan diberi perilaku secara adil, seperti
tidak memuji siswa tertentu atau menolak siswa yang lain.
50
5) Menciptakan pelayanan pembelajaran yang menjadikan siswa merasa
bebas mengemukakan pikiran atau pendapat serta gagasan-gagasan
yang berbeda dengan yang lain yang aneh atau yang tidak lazim.
6) Guru bersedia memberikan dukungan, dorongan dan waktu yang
cukup bagi setiap atau seluruh siswa untuk memberikan sesuatu
masalah atau melakukan belajar secara mandiri.
7) Guru perlu memupuk kemampuan diri sendiri, mengkritik secara
konstruktif dan memberikan penilaian terhadap diri sendiri secara
objektif.
8) Guru berusaha tidak memberikan hukuman atau celaan terhadap
gagasan atau ide baru yang dirasa aneh bagi siswa.
9) Guru perlu memahami dan menerima perbedaan kecepatan antar
siswa dalam melahirkan ide-ide baru.
Dalam kaitan ini Conny R. Semiawan (1997) mengemukakan saran
untuk menciptakan iklim dan suasana yang mendorong dan menunjang
pemikiran kreatif sebagai berikut :
1) Bersikaplah terbuka terhadap minat dan gagasan anak atau siswa.
2) Berilah waktu kepada siswa untuk memikirkan dan mengembangkan
ide atau gagasan kreatif. Kreativitas tidak timbul secara langsung dan
spontan.
3) Ciptakan lah suasana saling menghargai dan saling menerima antar
anak atau siswa, antar anak dan orang tua, dan antara siswa dengan
51
guru atau pengasuh, sehingga antara mereka dapat belajar, bekerja
secara bersama maupun mandiri dengan baik.
4) Kreativitas dapat diterapkan disemua bidang kurikulum dan bukan
monopoli seni.
5) Doronglah kegiatan berpikir divergen dan jadilah nara sumber dan
pengarah.
6) Suasana yang hangat dan mendukung memberi keamanan dan
kebebasan untuk berpikir menyelidiki (eksploratif).
7) Berilah kesempatan kepada anak untuk berperan serta dan mengambil
keputusan.
8) Usahakanlah agar semua anak terlibat dan dukunglah gagasan atau
cara pemecahan masalah dari anak maupun rencana anak. Mendukung
bukan berarti menyetujui, melainkan menerima, menghargai dan jika
belum tepat mengusahakan mencari ketepatan secara bersama.
9) Bersikaplah positif terhadap kegagalan, dan bantulah anak/siswa
untuk meyadari kesalahan atau kelemahan serta usahakan peningkatan
gagaasan dan usahakan memeuhi syarat, dalam suasana yang
menunjang atau mendukung.
Uraian diatas merupakan syarat minimal yang harus diupayakan
guru khususnya dalam kaitanya dengan terciptanya suasana pembelajaran
yang kondusif bagi tumbuhnya kreativitas anak. Secara konseptual butir-
butir upaya tersebut harus dipahami, untuk selanjutnya diterapkan secara
nyata dalam praktek pembelajaran secara inovatif, kreatif, dan kontinu.
52
Dalam proses belajar mengajar kreatif digunakan baik proses
berpikir divergen (proses berpikir yang menghasilkan banyak ide-ide
pemecahan masalah) maupun proses berpiir konvergen (proses berpikir
mencari jawaban tunggal yang paling tepat).
Pendidikan formal sampai saat ini terutama melatih berpikir
konvergen, sehingga kebanyakan anak terhambat dan tidak mampu
menghadapi masalah-masalah yang menuntut imajinasi, pemikiran, dan
pemecahan masalah secara kreatif. Batapapun pentingnya belajar awal
pada usia prasekolah, belajar kreatif juga tak kurang maknanya.
Bermain kreatif mempunyai beberapa fungsi yang berguna dalam
hidup anak. Karena bermain merupakan :
1) Sumber kegembiraan dan belajar
2) Cara untuk mengembangkan persahabatan dan perasaan untuk anak
lain.
3) Cara untuk belajar mengendalikan dan menyalurkan perasaan
seseorang.
Guru dan orang tua memerlukan pemahaman dan dukungan untuk
memasukkan bermain dalam kurikulum. Mereka perlu memberi
kesempatan kepada anak untuk bermain dan belajar dari observasi dan
tindakan, dan tidak hanya dari petunjuk atau contoh bagaimana
melakukan berbagai hal. Bermain sebagai aktivitas dinamis dan
konstruktif perlu dan merupakan bagian terpadu dari masa kanak-kanak
sampai masa remaja.
53
Dalam merencanakan dan melaksanakan program kegiatan kreatif,
pendidik atau pembina perlu memperhatikan hal-hal berikut :
1) Menerima anak pada tingkat perkembangan saat ini, dengan
memahami kemampuan dan keterbatasan anak. Guru berupaya
memberikan kegiatan-kegiatan yang menantang, sehingga anak
senang dan penuh semangat mengerjakanya, tetapi jangan sampai
tugas itu terlalu sulit bagi anak mengingat tingkat perkembanganya.
Keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan membuat anak percaya
diri dan kompeten.
2) Upayakan lingkungan yang nyaman untuk tingkat usia anak. Anak
perlu merasa bebas dalam bersibuk diri secara kreatif, tanpa perlu
takut bahwa ia akan mengotori lantai, baju dan sebagainya.
3) Rencanakan kegiatan dan sediakan bahan-bahan kreatif sesuai dengan
tingkat umur dan kemampuan anak.
4) Jika anak membuat kesalahan, atau mengalami kegagalan, janganlah
menunjukkan kekecewaan tetapi doronglah anak untuk mencoba lagi,
sehingga ia memperoleh pengalaman keberhasilan.
5) Berilah pujian yang sungguh-sungguh untuk pekerjaan yang
dilaksanakan dengan baik. Hal ini mendorong anak untuk berusaha
sebaik-baiknya.
6) Kegiatan kreatif yang direncanakan dengan baik membantu anak
mengembangkan perasaan positif mengenai diri sendiri dan
kemapuan-kemampuannya. Dengan bekerja bersama-sama anak-anak
lain anak belajar keterampilan sosial, seperti penyesuaian diri,
54
komunikasi, toleransi dan kerjasama. (Freeman & Munandar,
1997:252).
Pada proses belajar mengajar kreatif guru diharapkan dapat
mengembangkan kurikulum. Dalam mengembangkan kurikulum untuk
anak berbakat guru dapat merasa terikat pada tuntutan kurikulum dan
Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP). Hal ini bukan merupakan
rintangan. Dengan memadukan komponen yang dituntut dengan
pendekatan yang baru, dapat timbul perpaduan yang memberikan
kesempatan pendidikan yang lebih baik bagi siswa.
Orang tua dan guru diharapkan tidak hanya menyadari pentingnya
bermain untuk pertumbuhan dan belajar anak, tetapi juga perlunya mereka
berpartisipasi atau melibatkan diri dalam permainan anak. Bermain
merupakan cara yang bermakna untuk menemukan, mengkomunikasikan,
dan mengekspresikan kreativitas anak. Oleh karena itu, perlu disediakan
peralatan dan bahan permainan yang memudahkan penemuan minat-
minat baru dan penyampaian gagasan, perasaan serta ekspresi daya kreasi
anak.
7. Penilaian Kreativitas
Ada lima pendekatan dalam menilai kreativitas yaitu (1) analisis objek
terhadap produk kreatif; (2) pertimbangan subjektif ; (3) inventori
kepribadian; dan (4) inventori biografis; serta (5) tes kreativitas. (Dedi
Supritadi, 1997 : 24).
Pertimbangan subyektif dengan cara mengamati orang atau produk
lewat lembar observasi atau pengamatan dan hasilnya digunakan sebagai
55
pertimbangan pengamat yang kompeten, guru, orang tua dan teman sebaya
untuk menilai kreativitas seseorang atau kelompok orang (Dedi Supriyadi,
1997:27). Kelebihan metode ini ialah penggunaan praktis, dapat diterapkan
pada berbagai bidang kegiatan kreatif, dapat menjaring orang atau produk
yang sesuai dengan kriteria kreativitas yang ditentukan oleh pengukur; dan
sesuai dengan prinsip bahwa pada ahirnya kreativitas sesuatu atau seseorang
ditentukan oleh apresiasi pengamat. Kelemahanya, setiap penimbang
mempunyai persepsi yang berbeda-beda terhadap apa yang disebut kreatif itu,
dan pertimbangan yang diberikan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
diluar konteks kreativitas yang dinilai.
Inventori kepribadian, merupakan suatu metode penelitian dengan cara
mengisi angket dengan butir pertanyaan yang jawabanya berbentuk Forced
Choice (ya/tidak) atau skala likert (sangat setuju, setuju, ragu, tidak setuju,
sangan tidak setuju).
Inventori biografis, merupakan suatu metode penelitian kreativitas
dengan cara menginventaris biografi kehidupan seseorang, antara lain
meliputi : identitas, latar belakang keluarga, riwayat pendidikan, riwayat
pekerjaaan, riwayat hidup, karakteristik fisik dan lain-laian.
Tes kreativitas merupakan metode penelitian kreativitas dengan
menekankan pada kemampuan berpikir kreatif. Tes kreativitas dibedakan
dalam dua hal, yakni tes verbal dan figural ( Torance dalam Dedi Supriyadi,
1997 :30). Tes verbal lebih menekankan pada aspek keunikan (Orisinalitas),
keluwesan yaitu sejauh manakah yang satu dengan yang lain berbeda-beda
56
dan tidak monoton. Kelancaran yaitu berapa banyak jumlah jawaban.
Penguraian yaitu seberapa rinci jawaban yang diberikan.
Dalam penelitian ini akan digunakan alat ukur tes verbal yang
dimodifikasikan dengan pertimbangan subyektif. Alat ini berupa instumen
aspek pengamatan yang dilengkapi dengan indikator-indikator spesifik,
sehingga pengamat secara individual tinggal memberikan tanda ( Check
Point) pada kolom yang tersedia.
Penilaian kreativitas merupakan hal yang sangat kompleks. Beberapap
pendapat menegaskan tentang penilaian kreativitas. Antara lain Anastasi
menyatakan, kreativitas merupakan lebih dari semata berpikir divergen,
karena kemajuan kreatif yang murni merupakan fase evaluasi kritis yang
muncul setelah produksi divergen yang tak terhalang(uninhibited).
Sejalan dengan pendapat ini, rancangan urun pikir (brainstorming
approach), sebagai mana dikemukakan oleh Alex Osbron dan Sidney Parnes
(khatena, 1992), yang harus diikuti dengan penilaian terhadap berbagai ide
dan juga yang ditindak lanjuti dengan evaluasi yang didasarkan pada
perangkat kriteria tentang nilai dan kegunaanya, merupakan langkah-langkah
dalam proses ber-pikir kreatif yang penilaianya tidak terlalu sulit untuk
dilaksanakan.
Rogers (Kitano & Kirby, 1986), menjelaskan proses kreativitas yang
menekankan produktivitas kreativitas adalah munculnya hasil ide yang
diperoleh melelui interaksi antara keunikan individu dengan berbagai
pengalamanya. ( Semiawan, 1997 : 104).
57
Kondisi yang diperlukan untuk itu, antara lain sebagai berikut.
a. Keterbukaan terhadap pengalaman; toleransi untuk makna ganda sesuatu;
dan fleksibilitas terhadap keterbatasan konseptual.
b. Lokus internal evaluasi; artinya dapat memperoleh kepuasan atas
evaluasinya sendiri tanpa terlalu tergantung dengan pikiran orang lain.
c. Kemampuan untuk bergulir dengan macam-macam ide dan konsep (
Khatena, 1994).
Penilaian berikutnya merupakan salah satu alat yang sering digunakan
dalam model pengayaan sekolah, yaitu suatu protokol interview bila terjadi
nominasi diri. Protokol interview nominasi diri itu mencakup pertanyaan
sebagai berikut (Richert, dalam Colangelo & Davis, 1991) :
a. Apa yang anda lakukan diluar sekolah bila boleh memilih sendiri kegiatan
itu ?
b. Berapa waktu digunakan untuk kegiatan yang anda gemari, senangi atau
minati ?
c. Dari mana anda belajar atau tahu tentang kegiatan ini ?
d. Adakah sesuatu dan apakah yang dihasilkan dari kegiatan itu ?
e. Bagaimana anda menilai kualitas, efektifitas dan originalitas dari yang
anda hasilkan itu ?
f. Adakah yang lain yang ingin anda ketahui berkenaan dengan kegiatan ini
?
g. Apakah anda mau bicara dengan pakar atau baca buku tentang kegiatan
ini ?
58
h. Kalau ada yang membantu anda dalam informasi tertentu yang terkait
dengan kegiatan ini, maukah anda mempersiapkan model proyek atau
karya ataupun menggunakan informasi baru untuk mengetasi masalah
baru ?
i. Masalah apa yang anda hadapi untuk kerja bebas ini, apakah berkenaan
dengan waktu ataupun berkenaan dengan kendala memperoleh informasi
sulit; atau susah menjelaskan ciri pekerjaan ?
j. Apa anda perlu pertolongan untuk kemajuan karya itu ?
Berikut ini akan dikemukakan Keberbakatan dan Perilaku Bermasalah
menurut Richent, dalam Colangelo & Davis (1991).
59
Keberbakatan dan Perilaku Bermasalah
Perilaku Terkait Dengan
1. Bosan dengan tugas rutin;
menolak membuat pe-
kerjaan rumah.
2. Tidak berminat terhadap
detail dan pekerjaan kotor.
3. Membuat lelucon atau
komentar pada saat tidak
tepat.
4. Menolak otoritas, tidak
koformistis; keras kepala.
5. Sukar beralih pada topik lain.
6. Emosional sensitive; over
acting; cepat marah atau
menangis kalau ada yang
salah.
7. Kecenderungan dominasi.
8. Sering tak setuju ide orang
lain atau tak setuju ide
gurunya.
9. Kritis terhadap diri, tak sabar
menghadapi kegagalan.
10. Kritis terhadap guru dan
orang lain.
Kreativitas
1. Toleransi tinggi untuk makna
ganda.
2. Berpikir bebas, divergen
3. Berani ambil resiko
4. Imaginative, sensitive.
Motivasi
1. Tekun dalam bidang yang
diminatinya.
2. Intens dalam menghayati
perasaan dan nilai.
3. Bebas
Berpikir kritis 1. Dapat melihat kesenjangan antara
kenyataan dan kebenaran
2. Mengacu pada hal-hal yang ideal
3. Mampu menganalisis dan
evaluasi.
Tabel. Keberbakatan dan Perilaku Bermasalah (Conny Semiawan,
1991:106)
D. Percobaan sains
1. Hakekat Percobaan Sains
Percobaan sains merupakan kegiatan bermain belajar, kegiatan
percobaan sains ini dapat mengembangkan berbagai kreativitas yang dimiliki
oleh anak didik, dengan kegiatan ini anak mencoba menemukan sesuatu yang
baru belum pernah diketahui sebelumnya melalui eksperimen-eksperimen
yang sederhana.
60
Kegiatan percobaan sains ini merupakan salah satu cara agar anak lebih
bersemangat mengikuti pembelajaran di TK, karena kegiatan percobaan sains
dapat mengembangkan aspek perkembangan kreativitas anak didik. Dalam
kegiatan percobaan sains anak diajak bereksplorasi, mengidentifikasi,
melakukan klasifikasi, prediksi, eksperimen dan melakukan evaluasi.
Percobaan-percobaan sains di TK tidaklah begitu rumit dan mendalam,
yang penting anak dapat terlibat langsung dalam kegiatan tersebut, anak dapat
memahami apa yang dia lakukan, hasil apa yang didapat dalam kegiatan
tersebut, dan anak melakukan dengan rasa senang tanpa paksaan, karena pada
intinya kegiatan percobaan sains ini merupakan kegiatan yang
menyenangakan dalam rangka memperoleh informasi dan pengalaman, juga
merangsang anak untuk lebih kreatif.
Kegiatan percobaan sains di TK tidak perlu menggunakan alat-alat yang
mahal dan canggih, karena hal ini membuat anak menjadi takut untuk
bereksperimen, tapi harus menggunakan alat peraga yang sudah dikenal anak,
alat peraga yang ada disekitar lingkungan anak, bahkan mungkin
menggunakan bahan-bahan bekas namun dibuat sedemikian rupa yang dapat
menarik minat, sehingga anak akan mencoba meraba, memegang, dan
melakukan kegiatan dengan penuh keberanian.
Penelitian ini akan memaparkan percobaan sains yang bisa dilakukan di
Taman Kanak-kanak, percobaan tersebut terbagi atas :
a. Percobaan-percobaan dengan menggunakan magnet(permainan
memancing, bermain magnet di bak pasir);
61
b. Percobaan-percobaan sains yang berkaitan dengan warna
c. Percobaan-percobaan tentang berat benda dalam air, baik itu air tawar
atau air yang mengandung garam.
d. Percobaan-percobaan lainya, seperti mengenal benda kasar dan halus
yang ada disekitar kita.
Percobaan sains di TK tidak perlu terlalu rumit atau menggunakan
teknologi canggih tetapi harus menggunakan alat peraga yang sudah dikenal
anak dalam kehidupanya sehari-hari, murah dan mudah didapat, sehingga
kegiatan sains bukan merupakan hal yang aneh bagi anak, dengan demikian
percobaan sains merupakan hal yang sangat menyenangkan, bukan
merupakan sesuatu yang menakutkan.
Kegiatan sains ini memerlukan peran serta guru untuk mewujudkannya.
Guru yang profesional, guru yang kreativitasnya tinggi, guru yang
komunikatif, sabar dan mempunyai wawasan yang luas tentang sains. Hal ini
akan sangat membantu tercapainya proses kegiatan percobaan sains.
Kreativitas sebagai suatu proses pemikiran berbagai gagasan dalam
menghadapi suatu persoalan atau masalah, sebagai proses bermain dengan
gagasan-gagasan atau unsur-unsur dalam pikiran, merupakan keasyikan yang
menyenangkan dan penuh tantangan bagi guru yang kreatif. Kreativitas dalam
hal ini merupakan proses berpikir dimana guru berusaha untuk menemukan
hubungan-hubungan baru, mendapatkan jawaban, metode atau cara baru
dalam memecahkan suatu masalah.
Sehubungan dengan percobaan sains di TK, ada beberapa alat peraga
yang dapat membantu terciptanya percobaan ini. Alat peraga ini sebagian
62
besar terbuat dari bahan-bahan bekas, yakni bahan-bahan yang sudah dikenal
oleh anak, murah dan mudah didapat karena ada dilingkungan anak.
(Depdiknas, 2003).
2. Fungsi Percobaan Sains
Melalui percobaan sains seorang pelajar dapat mengembangkan aspek
kreativitasnya. Selain itu melalui percobaan sains juga dapat meningkatkan
dan rasa ingin tahu serta daya imajinasinya. Dalam mengembangkan
kreativitas anak percobaan sains dapat digunakan karena mampu mendorong
anak mencari dan menemukan jawabanya, membuat pertanyaan dan
membantu memecahkan, memikirkan kembali, membangun kembali, dan
menemukan hubungan-hubungan baru. (Depdiknas, 2003).
63
BAB III
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
1. Latar dan Sasaran Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelompok A, di Taman Kanak-
Kanak Hj. Isriyati Moenadi Ungaran. Kelompok A terbagai menjadi dua
kelas yaitu A1 dan A2. Kelas A1 terdiri atas 11 putra dan 11 putri, sedangkan
A2 terdiri dari 11 putra dan 11 putri. Dari kedua kelas ini peneliti
menggunakan satu kelas, yaitu kelas A1 yang berjumlah 22 siswa. Adapun
latar belakang dipilihnya kelas tersebut sebagai objek penelitian adalah
sebagai berikut :
Minat siswa kelompok A, terhadap percobaan sains besar. Hal ini peneliti
anggap penting sebagai pertimbangan penggunaan percobaan sains.
Guru kelompok A1 merupakan guru senior di sekolah ini dan dari segi waktu
lebih prospek sehingga dapat membantu peneliti dalam melaksanakan
penelitian.
Berdasarkan studi penelitian yang lakukan, kreativitas siswa kelompok A
masih rendah dibandingkan siswa B sehingga perlu diadakan upaya untuk
meningkatkanya.
Selanjutnya sesuai dengan masalah yang dikemukakan sasaran kajian
dalam penelitian ini adalah meningkatkan aspek perkembangan kreativitas
anak didik melalui percobaan-percobaan sains yang dilakukan.
Pertama sasaran kajian diarahkan pada kondisi lingkungan fisik,
karakteristik guru dan murid dalam proses pembelajaran melalui percobaan-
percobaan sains. Kedua, sasaran kajian diarahkan pada proses pembelajaran,
materi pendidikan dimaksud, yang tercermin ada pola pengelolaan kelas,
64
penggunan sumber belajar, penggunaan metode dan media pembelajaran, dan
aktifitas belajar para murid. Ketiga, kajian diarahkan pada faktor pendorong
dan penghambat yang muncul dalam proses pelaksanaan percobaan sains.
Variabel Penelitian
Sutrisno Hadi mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi.
Gejala adalah objek penelitian, sehingga variabel adalah objek penelitian
yang bervariasi. Jadi variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi
titik perhatian suatu penelitian.
Ada dua hal yang menjadi variabel dalam Penelitian Tindakan Kelas
ini, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
a. Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang tergantung atau variabel
yang tidak bebas dan sebagai variabel akibat. Dalam Penelitian Tindakan
Kelas ini yang menjadi variabel terikat yaitu kreativitas siswa.
b. Variabel bebas (independent) adalah variabel yang mempengaruhi atau
disebut juga variabel bebas. Dalam Penelitian ini yang menjadi variabel
bebasnya yaitu percobaan sains.
Rencana Tindakan
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Secara singkat
penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk kajian
yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk
meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam
melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan
65
yang dilakukannya itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek-praktek
pembelajaran tersebut dilakukan (Depdikbud, 1999:6).
Penelitian ini berbentuk penelian kolaboratif. Penelitian bentuk ini
melibatkan guru kelas dan teman sejawat, untuk bersama-sama melakukan
penelitian. Guru kelas bertindak sebagai pengajar, sedangkan, rekan sejawat
serta peneliti sendiri adalah sebagai observer.
Lebih jauh dikatakan, bahwa penelitian tindakan kolaboratif terdiri dari
siklus-siklus dan tiap siklus terdiri empat tahapan, yakni (1) perencanaan (2)
Pelaksanaan (3) Observasi (4) analisis refleksi. Sebelum tahap perencanaan,
guru kelas merasakan adanya permasalahan di kelasnya, sehingga diperlukan
refleksi awal terhadap permaslahan-permasalahan dikelasnya.
Rencana tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tindakan
kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang
bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang mencakupi empat tahapan
pada setiap siklusnya, yaitu tahap perencanaan, tindakan, pengamatan dan
refleksi. Untuk menujuk siklus pertama dilakukan kegiatan refleksi awal.
Tahap ini berupa telaah terhadap permasalahan faktual yang teridentifiikasi
dalam percobaan sains di Taman Kanak-Kanak Hj. Isriyati Moenadi Ungaran.
Tolak ukur permasalahan ini adalah nilai kreativitas siswa yang masih cukup
rendah. Berpijak dari refleksi awal diatas maka perlu adanya peningkatan
kreativitas siswa dan perlu mendapat perhatian khusus tentang kreativitas
66
siswa dalam percobaan sains. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan pada
bagan berikut ini.
Gambar 1. Bagan Tahap Penelitian Tindakan Kelas
Siklus I
Siklus satu dilaksanakan selama tiga kali pertemuan dengan tahapan sebagai
berikut :
a. Perencanaan umum
Perencanaan ini merupakan refleksi awal berdasarkan hasil studi
pendahuluan. Refleksi ini ditandai dengan ditemukannya beberapa
kelemahan atau permasalahan berkaitan dengan kreativitas siswa,
sehingga perlu dilakukan upaya untuk menyelesaikan masalah tersebut
yaitu dengan cara meningkatkan kreativitas mereka melalui percobaan-
percobaan sains. Adapun yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini
yaitu sebagai berikut :
SIKLUS I SIKLUS II
3. Pengamatan 3. Pengamatan
4. Refleksi 4. Refleksi 2. Tindakan 2. Tindakan
1. Perencanaan 1. Perencanaan
67
1) Membuat desain percobaan sains dengan menggunakan metode
eksperimen yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya
kreativitas siswa.
2) Simulasi percobaan berdasarkan pada desain percobaaan.
3) Revisi desain percobaan berdasar masukan dari hasil simulasi.
4) Menyusun empat instrumen, yakni instrumen 1 tentang Rencana
Pembelajaran, instrumen 2 tentang aktivitas guru selama percobaan,
instrumen 3 tentang kreativitas siswa dalam percobaan sains, dan
instrumen 4 tentang sikap ilmiah siswa.
b. Tindakan
Tahap ini merupakan implementasi dari perencanaan yang telah
disimulasikan dan revisi, yaitu percobaan sains dengan menggunakan
metode eksperimen, yang menitik beratkan peluang munculnya kreativitas
siswa.
Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama ini, diawali dengan
mengkondisikan kelas dengan apersepsi dan penjajagan kemampuan awal
siswa sekaligus sebagai motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Tahapan berikutnya adalah guru memberi informasi singkat tentang
materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
Selanjutnya guru merumuskan permasalahan. Berangkat dari permasalahn
ini siswa bersama guru melakukan percobaan sains, yang dilakukan oleh
guru dan kemudian siswa. Dalam hal ini merupakan wahana untuk
menunjukkan gagasan kreatif dan produk kreatif siswa. Oleh karena itu
68
dalam pelaksanaan percobaan sains ini guru harus benar-benar
menempatkan diri sebagai mediator percobaan sekaligus motivator
dengan memberikan “perayaan bagi sang kreatif” dengan cara tepuk
tangan atau bentuk lain.
Guru melakukan kesimpulan dan harus mampu mengakomodasi
simpulan dari siswa, karena pada hakikatnya temuan siswa merupakan
temuan faktual oleh siswa sendiri, sehingga percobaan akan lebih
bermakna bagi siswa.
c. Pengamatan/observasi
Tahap observasi dilaksanakan bersamaan dengan tahap tindakan,
guru peneliti sebagai penyampai materi. Dalam tahap ini dilakukan pula
pengumpulan data-data. Setiap tindakan yang dilakukan siswa dan guru
akan diamati oleh observer yaitu peneliti dan guru dengan menggunakan
pedoman pengamatan. Pengamatan dilakukan juga ketika siswa secara
bergiliran mencoba melakukan percobaan sains yang telah diberikan.
Dalam hal ini menggunakan lembar penilaian yang telah disediakan.
Wawancara dilakukan setelah dilaksanakan proses percobaan. Pengisian
jurnal dilakukan oleh guru yang mengajar.
d. Refleksi
Tahap ini berisi diskusi dari peneliti bersama guru. Materi diskusi
berisi menitik beratkan tentang kekuatan dan kelemahan tindakan
(percobaan), sekaligus menentukan sikap apa yang harus ditempuh untuk
siklus selanjutnya.
69
Disamping itu dalam tahap ini juga dilakukan analisis data, untuk
mengetahui sejauh manakah tujuan yang telah ditetapkan, sehingga dapat
ditentukan apakah diperlukan siklus berikutnya atau tidak.
Siklus I ini ternyata belum mampu menjawab tujuan penelitian
tindakan kelas, sehingga masih diperlukan siklus II.
Siklus II
Siklus II dilaksanakan dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 2X40 menit
untuk satu kali pertemuan.
a. Perencanaan
Berangkat dari temuan faktual siklus I yang dibahas dalam analisis
dan refleksi, maka perencanaan pada siklus II ini pada dasarnya hanya
menyempurnakan siklus I. Perbedaaan yang dapat dikemukakan adalah
bahwa pada siklus II, observer dapat memperoleh laporan hasil
pengamatan secara utuh.
Pada tahap perencanan ini Guru peneliti membuat perangkat
pembelajaran, sebagaimana siklus I.
b. Tindakan
Tindakan pada siklus II dilakukan sesuai dengan rancangan
pembelajaran yaitu pada satuan kegiatan harian, seperti yang dilakukan
pada siklus I. Tetapi, pada siklus II akan dilakukan perbaikan untuk lebih
meningkatkan hasil yang didapat pada siklus I. Pada tahap ini siswa
melakukan percobaan setelah guru melakukan terlebih dahulu, dan
kemudian siswa mencobanya kembali.
70
c. Pengamatan/observasi
Pengamatan dilakukan pada setiap perubahan perilaku yang
dialami oleh siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung, dengan
membuat cacatan penting yang dapat dipakai sebagai data penelitian.
Sebagaimana pada siklus I, pengamatan dilakukan pula terhadap proses
mengajar dengan mengunakan pedoman pengamatan dan jurnal mengajar.
d. Refleksi
Setelah melakukan tindakan dan pengamatan peneliti kembali
melakukan refleksi terhadap hasil yang didapat pada tahap sebelumnya
pada siklus II. Tujuannya adalah untuk mengetahui peningkatan
kreativitas.
Data dan Teknik Pengumpulaan Data
1. Sumber Data
Sumber utama data adalah guru dan siswa Taman Kanak-Kanak Hj.
Isriyati Moenadi Ungaran. Disamping itu sumber data juga berasal dari dari
studi pustaka, antara lain Buku Daftar Nilai Pengamatan untuk mengetahui
Kreativitas siswa, dan Buku Daftar Nilai Harian untuk mengetahui nilai
harian siswa.
2. Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data utama
dan data pendukung. Data utama terdiri dari (1) rencana pembelajaran guru
pada percobaan sains, (2) aktivitas guru selama percobaan sains berlangsung,
71
(3) kreativitas siswa, yang terdiri dari gagasan kreatif dan produk kreatif, (4)
sikap ilmiah siswa. Sedangkan data pendukungnya adalah nilai kreativitas
harian siswa.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan metode
observasi dan Dokumen.
a. Metode observasi
Menurut Arikunto (1998:146-147) observasi adalah kegiatan
pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh
alat indera. Lebih lanjut dikatakan, bahwa observasi dibedakan menjadi
dua, yakni (1) observasi non sistematis, yakni observer didalam
melaksanakan pengamatan tanpa dilengkapi alat (instrumen) pengamatan;
dan (2) Observasi sitematis, yakni observer didalam bekerja
menggunakan instrumen pengamatan.
Dalam penelitian ini terdapat empat instrumen pengamatan, yakni
1) Kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran diperoleh
lewat instrumen 1
2) Aktivitas guru selama pembelajaran diperoleh lewat instrumen 2
3) Kreativitas siswa diperoleh lewat pengamatan selama berjalannya
percobaan sains diperoleh lewat instrumen 3.
4) Sikap limiah siswa selama percobaan sains diperoleh lewat
instrumen 4.
72
b. Metode Dokumen
Dokumen asal kata dokumen yang berarti barang-barang tertulis. Di
dalam melaksanakan studi dokumen, peneliti menyelidiki benda-benda
tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan,
notulen rapat, catatan harian dan sebagainya. ( Arikunto, 1998:149).
Dokumen digunakan dalam penelitian ini dengan alasan (1) selalu
tersedia di kantor/lembaga, (2) dokumen merupakan sumber data yang
data yang stabil, mudah didapat dan digunakan, (3) data/informasi yang
digunakan bersifat faktual dan realistis dalam arti memuat apa adanya
tentang hal-hal yang didokumenkan, (4) dokumen merupakan sumber
data yang kaya berkaitan dengan keadaan subyek penelitian.
Dalam penelitian ini dokumen yang diselidiki adalah Buku Daftar
Nilai Siswa Kelompok A1 Tahun Pelajaran 2004/2005 Taman Kanak-
Kanak Hj. Isriyati Moenadi Ungaran.
4. Teknik Pengolahan Data
Mengingat banyaknya instrumen dan masing-masing instrumen
memiliki karakteristik tersendiri, maka cara pengolahanya pun berbeda.
Adapun cara pengolahan data sebagai berikut :
a. Instrumen I : Rencana Pembelajaran
Instrumen I terdiri 3 item pertanyaan, masing-masing memiliki
indikator sendiri-sendiri. Item satu memilki 8 indikator, item kedua
memilki 10 indikator, dan item ketiga memiliki 10 indikator. Pengolahan
nilainya sebagai berikut :
73
100% Xmaksimal Skore
perolehan Skore(Kategori) Nilai Pengolahan Rumus =
100% XMaksimal Skore
Perolehan Skore(Kategori) Nilai Pengolahan Rumus =
1) Item Pertanyaan
Keterangan :
Kategori : Amat Baik (AB), Baik (B),
Cukup (C), Kurang
(K), dan Sangat Kurang (SK).
Skor Perolehan : Banyaknya indikator yang muncul
setiap item
pertanyaan.
Skor Maksimal : Banyaknya indikator masing-masing
item
pertanyaan,
2) Rencana Pembelajaran Secara Keseluruhan
Keterangan :
Kategori : Amat Baik (AB), Baik (B),
Cukup (C), Kurang
(K), Sangat Kurang (SK)
Skore Perolehan : Banyaknya indikator yang muncul
setiap item
pertanyaan.
74
100% XMaksimalSkor
PerolehanSkor (kategori) Nilai Pengolahan Rumus =
Skore Maksimal : Banyaknya indikator masing-masing
item
pertanyaan, yakni 28
b. Instrumen 2 : Aktivitas Guru selama Percobaan Sains
Instrumen 2 terdiri dari lima item pertanyaan, masing-masing
memiliki indikator tersendiri. Item membina siswa melakukan percobaan
sains ada 8 indikator, mengelola pelaksanaan praktikum ada 10 indikator,
peningkatan kreativitas siswa ada 6 indikator, mendorong siswa untuk
mengeluarkan pendapatnya ada 10 indikator, dan menempatkan guru
bukan satu-satunya sumber belajar ada 10 indikator. Secara keseluruhan
ada 44 indikator. Oleh karena itu pengolahan nilainya adalah sebagai
berikut:
1) Item Pertanyaan
Keterangan :
Kategori : Amat Baik (AB), Baik (B),
Cukup(C), Kurang
(K) dan Sangat Kurang (SK).
Skore Perolehan : Banyaknyan indikator yang muncul
setiap item
pertanyaan.
Skore Maksimal : Banyaknya indikator masing-masing
item
75
X100%MaksimalSkor
PerolehanSkor (Kategori) Nilai Pengolahan Rumus =
100% XMaksimalSkor
PerolehanSkor (kategori) Nilai Pengolahan Rumus =
pertanyaan.
2) Aktivitas Guru Secara Keseluruhan
Keterangan :
Kategori : Amat Baik (AB), Baik (B),
Cukup(C), Kurang
(K), dan Sangat Kurang (SK).
Skore Perolehan : Banyaknyan indikator yang muncul
setiap item
pertanyaan.
Skore Maksimal : Banyaknya indikator masing-
masing item
pertanyaan, yakni 44
c. Kreativitas Siswa
1) Item Pertanyaan
Instrumen 3 terdiri empat item pertanyaan yaitu: kepribadian kreatif
yang jumlah seluruhnya adalah 25 indikator, pendorong kreatif 5
indikator, proses kreatif 5 indikator, dan sikap ilmiah yang jumlah
seluruhnya adalah 22 indikator untuk sikap ilmiah. Oleh karena itu
pengolahan nilainya untuk skor maksimal disesuaikan dengan
banyaknya indikator.
Keterangan :
76
X100%MaksimalSkor
PerolehanSkor (kategori) Nilai Pengolahan Rumus =
X100%MaksimalSkor
PerolehanSkor (Kategori) Nilai Pengolahan Rumus =
Kategori : Amat Baik (AB), Baik (B),
Cukup(C), Kurang
(K), dan Sangat Kurang (SK)
Skore Perolehan : Banyaknyan indikator yang muncul
setiap item
pertanyaan.
Skore Maksimal : Banyaknya indikator masing-
masing item
pertanyaan
2) Kreativitas Siswa Secara Keseluruhan
Keterangan :
Kategori : Amat Baik (AB), Baik (B), Cukup(C), Kurang
(K), dan Sangat Kurang (SK).
Skore Perolehan : Banyaknyan indikator yang muncul setiap item
pertanyaan.
Skore Maksimal : Banyaknya indikator masing-masing item
pertanyaan, yakni 30.
d. Instrumen 4 : Sikap Ilmiah Siswa
Adapun pengolahan nilainya untuk instrumen tersebut adalah:
1) Item Pertanyaan
77
X100%MaksimalSkor
PerolehanSkor (kategori) Nilai Pengolahan Rumus =
Keterangan :
Kategori : Amat Baik (AB), Baik (B), Cukup(C), Kurang
(K), dan Sangat Kurang (SK)
Skore Perolehan : Banyaknyan indikator yang muncul setiap item
pertanyaan.
Skore Maksimal : Banyaknya indikator masing-masing item
pertanyaan
2) Sikap Ilmiah Secara Keseluruhan
Keterangan :
Kategori : Amat Baik (AB), Baik (B), Cukup(C), Kurang
(K), dan Sangat Kurang (SK)
Skore Perolehan : Banyaknyan indikator yang muncul setiap item
pertanyaan.
Skore Maksimal : Banyaknya indikator masing-masing item
pertanyaan
Hasil perolehan nilai untuk masing-masing instrumen kemudian
dikonversikan kedalam tabel prosentase pengolahan nilai, seperti
tersebut dibawah.
Tabel 1
78
Prosentase Pengolahan Nilai Nomor Interval (%) Kategori
1
2
3
4
5
85-100
70-84
55-69
40-54
0-39
Amat Baik (AB)
Baik (B)
Cukup (C)
Kurang (K)
Sangat Kurang (SK)
5. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa Taman Kanak-
Kanak Hj. Isriyati Moenadi Ungaran, kelompok A1 yang terdiri dari 22 orang
siswa yang terdiri dari 11 siswa putra dan 11 siswa putri.
C. Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah manakala
tujuan umum dan tujuan khusus penelitian ini sudah tercapai, yakni :
1. Umum
Kreativitas siswa dalam percobaan sains meningkat
2. Khusus
a. Sekurang-kurangnya guru terampil membuat rencana percobaan sains
dengan metode eksperimen.
b. Sekurang-kurangnya aktiuvitas guru selama percobaan sains meningkat
baik.
c. Sekurang-kurang kreativitas siswa yang berupa gagasan kreatif dan
produk kreatif baik.
79
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Taman Kanak-kanak Hj. Isriati Moenadi Ungaran, merupakan anggota
dari Yayasan Lembaga Pendidikan Islam Hj. Isriati moenadi. Terletak di Jalan
Letjen Suprapto No. 29 Ungaran yang dipimpin oleh Ibu Hanik Munfiatun,
S.Ag. TK ini mempunyai empat kelompok yaitu Kelompok A yang terdiri dari
A1 dan A2, dan kelompok B yang terdiri dari B1 dan B2. Penelitian dilakukan
pada kelompok A1 yang jumlah anak didiknya 22 anak. Model pembelajaran
disini adalah belajar seraya bermain, sesuai dengan prinsip belajar di Taman
Kanak-kanak yaitu belajar seraya bermain dan bermain seraya belajar. Dengan
fokus belajar yang didalamnya ada permainan-permainan untuk menunjang
belajarnya.
Penelitian dilaksanakan pada bulan maret sampai dengan april 2005.
Hasil penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I
dilaksanakan dalam tiga tindakan (pertemuan) dengan alokasi waktu 2X40
menit, dan siklus II dilaksanakan dalam dua kali tindakan dengan alokasi waktu
2X 40 menit untuk satu kali tindakan.
Hasil penelitian dari masing-masing tindakan adalah sebagai berikut :
1. Rencana Pembelajaran (Sistem Kredit Harian/SKH)
Selama penelitian guru menggunakan rencana pembelajaran yang
berjumlah lima buah. Rencana pembelajaran tersebut diamati dengan
instrumen I.
80
Fokus pengamatan dalam instrumen I meliputi : Perumusan tujuan,
pengembangan materi, metode dan media pembelajaran, serta merencanakan
skenario pembelajaran. Masing-masing fokus pengamatan dijabarkan dalam
beberapa indikator. Indikator pengamatan untuk perumusan tujuan pembelajaran
mampu merekam 8 indikator. Pengembangan materi, metode dan media
pembelajaran mampu merekam 10 indikator, sedangkan merencanakan skenario
pembelajaran mampu merekam 10 indikator. Jadi secara keseluruhan instrumen I
(terlampir) mampu merekam 28 indikator yang diharapkan muncul untuk tiap
kali pembelajaran dalam setiap siklusnya.
Hasil observasi rencana pembelajaran guru dari siklus I sampai dengan
silkus II dapat dilihat dalam tabel berikut. Berikut disajikan rerata prosentase
hasil observasi rencana pembelajaran guru dalam melakukan percobaan sains.
Tabel 2
Rerata Prosentase Rencana Pembelajaran Guru
dalam Percobaan Sains
Siklus I Siklus II Nomor
T 1 T 2 T 3 T 1 T 2
Jumlah 18 24 27 26 28
Rerata Prosentase 64.3% 85.7% 96.4% 92.9% 100%
Kategori Cukup Amat
Baik
Amat
Baik
Amat
Baik
Amat
Baik
Dari tabel I dapat dilihat bahwa rerata prosentase Rencana Pembelajaran
Guru dengan Percobaan Sains pada siklus I tindakan pertama, secara keseluruhan
indikator yang muncul berjumlah 18 dengan rerata prosentase 64.3% yang
termasuk dalam kategori Cukup (C). Siklus I tindakan kedua, secara keseluruhan
muncul 24 indikator dengan rerata prosentase 85.7%, dan termasuk dalam
81
kategori Amat Baik (AB). Pada siklus I tindakan ke tiga, secara keseluruhan
indikator yang muncul berjumlah 27, dan termasuk dalam kategori Amat Baik
(AB).
Pada siklus II tindakan ke pertama, secara keseluruhan indikator yang
muncul berjumlah 26 dengan prosentase 92.9% dan termasuk dalam kategori
Amat Baik (AB).
Tabel tentang pengolahan nilai instrumen I Rencana Pembelajaran Guru
dengan Percobaan Sains (Terlampir), dapat diketahui bahwa banyaknya indikator
yang muncul untuk aspek Perumusan Tujuan Pembelajaran pada siklus I tindakan
pertama adalah 5 buah, dengan prosentase 62.5 %, dan termasuk dalam kategori
Cukup (C). Pada siklus I tindakan kedua, muncul 6 buah indikator dengan
prosentase 75.0 %, dan termasuk dalam kategori Baik (B). Siklus I tindakan
ketiga muncul 8 buah indikator dengan prosentase 100%, ini termasuk dalam
kategori Amat Baik (AB). Pada siklus II tindakan pertama banyaknya indikator
yang muncul adalah 8 buah dengan angka prosentase 100%, dan termasuk dalam
kategori Amat Baik (AB). Siklus II tindakan kedua muncul 8 buah indikator
dengan angka prosentase 100%, dan ini termasuk dalam kategori Amat baik
(AB).
Secara keseluruhan aspek Perumusan Tujuan Pembelajaran banyaknya
indikator yang muncul untuk siklus I adalah 19 buah atau sama dengan 79.16%
yang berarti bahwa Perumusan Tujuan Pembelajaran pada siklus I termasuk
dalam kategori Baik (B). Sedang pada siklus II secara keseluruhan muncul 16
82
buah indikator atau sama dengan 100% yang berarti bahwa Perumusan Tujuan
Pembelajaran termasuk dalam kategori Amat Baik (AB).
Banyaknya indikator yang muncul untuk aspek Mengembangkan Materi,
Metode dan Media Pembelajaran pada siklus I tindakan pertama adalah 7 buah
dengan prosentase 70%, dan termasuk dalam kategori Baik (B). siklus I tindakan
kedua adalah 9 buah dengan prosentase 90%, dan termasuk dalam kategori Amat
Baik (AB). Siklus I tindakan ketiga adalah 10 buah dengan prosentase 100%, dan
termasuk dalam kategori Amat Baik (AB). Pada siklus II tindakan pertama
banyaknya indikator yang muncul adalah 9 buah dengan prosentase 90%, dan
termasuk dalam kategori Amat Baik (AB). Siklus II tindakan kedua banyaknya
indikator yang muncul adalah 10 buah dengan prosentase 100%, dan ini termasuk
dalam kategori Amat Baik (AB).
Secara keseluruhan aspek Mengembangkan Meteri, Metode, dan Media
Pembelajaran banyaknya indikator yang mucul untuk siklus I adalah 26 buah
dengan prosentase 86.6%, dan termasuk dalam kategori Amat Baik (AB).
Aspek Merencanakan Skenerio Pembelajaran, banyaknya indikator yang
muncul untuk siklus I tindakan pertama adalah 6 buah dengan prosentase 60%,
dan termasuk dalan kategori Cukup (C). Siklus I tindakan kedua adalah 9 buah
indikator dengan prosentase 90%, dan termasuk dalam kategori Amat Baik (AB).
Siklus I tindakan ketiga muncul 9 indikator dengan prosentase 90%, dan
termasuk dalam kategori Amat Baik (AB). Pada siklus II tindakan pertama
indikator yang muncul adalah 9 buah dengan prosentase 90%, dan termasuk
dalam kategori Amat Baik (AB). Siklus II tindakan kedua muncul 10 buah
dengan porosentase 100%, dan termasuk dalam kategori Amat Baik (AB).
83
Secara umum aspek Merencanakan Skenario Pembelajaran pada siklus I
adalah 24 indikator yang muncul, dengan prosentase 80%, dan ini termasuk
dalam kategori Baik (B). Pada siklus II muncul 19 buah indikator dengan
prosentase 95%, dan termasuk dalam kategori Amat Baik (AB). Dari uraian
tersebut telihat jelas adanya peningkatan Perencanaan Pembelajaran oleh Guru.
2. Aktivitas Guru Selama Pembelajaran dengan Percobaan Sains
Aktivitas guru selama Pembelajaran dengan percobaan sains direkam
melalai instrumen 2. Instrumen 2 pada dasarnya dibagi dalam dua fokus
pengamatan yaitu : Pertama, mendemontrasikan kemampuan khusus dalam
percobaan sains yang terdiri dari tiga aspek (item) pengamatan, yaitu (1)
Membimbing siswa melakukan percobaan; (2) Mengelola pelaksanaan
percobaan sains; dan (3) Hasil percobaan secara umum meningkatkan
kreativitas siswa.
Kedua, bersifat terbuka dan luwes dalam mengembangkan aktivitas
siswa, yang terdiri dari dua aspek pengamatan, yakni (1) Mendorong siswa
agar berani mengemukakan pendapat sendiri; dan (2) merasa guru bukan
satu-satunya sumber balajar.
Instrumen 2 (terlampir) mampu merekam 44 indikator yang diharapkan
muncul dalam setiap pembelajaran untuk tiap-tiap siklusnya, karena masing-
masing aspek pengamatan memiliki beberapa indikator tersendiri.
Hasil observasi Aktivitas Guru selama Pembelajaran dengan Percobaan
Sains, secara keseluruhan dapat dilihat dalam tabel 2 yaitu rerata prosentase
berikut ini.
84
Tabel 3
Rerata Prosentase Aktivitas Guru Selama Pembelajaran
dengan Percobaan Sains
Siklus Siklus Nomor
T 1 T 2 T 3 T 1 T 2
Jumlah 32 35 37 38 44
Rerata Prosentase 65.3% 71.4% 75.5% 77.6% 89.8%
Kategori Cukup Cukup Baik Baik Amat
Baik
Dari tabel tersebut rerata prosentase Aktivitas Guru Selama Pembelajaran
dalam Percobaan Sains. Pada siklus I tindakan pertama indikator yang muncul
berjumlah 32 buah dengan prosentase 65.3 %, dan termasuk dalam kategori
Cukup (C). siklus I tindakan kedua indikator yang muncul berjumlah 35 buah
dengan prosentase 71.4%, dan termasuk dalam kategori Cukup (C). Siklus I
tindakan ketiga indikator yang muncul berjumlah 37 d0engan prosentase 75.5%,
dan ini termasuk dalam kategori Baik (B). Pada siklus II tindakan pertama
banyaknya indikator yang muncul berjumlah 38 dengan prosentase 77.6%, dan
ini ternasuk dalam kategori Baik (B). Siklus II tindakan kedua indikator yang
muncul berjumlah 44 buah dengan prosentase 89.8%, dan ini termasuk dalam
kategori Amat Baik (AB).
Sementara dari tabel 2…(Terlampir), tentang pengolahan nilai Aktivitas
Guru selama Pembelajaran dengan Percobaan Sains dapat diketahui bahwa
aspek Membimbing siswa melakukan percobaan, banyaknya indikator yang
muncul pada siklus I tindakan pertama adalah 6 buah dengan prosentase 75%,
dan termasuk dalam kategori Baik (B). Tindakan kedua muncul 7 buah
dengan prosentase 87.5%, dan termasuk dalam kategori Amat Baik (AB).
85
Sedangkan tindakan ke tiga muncul 7 buah dengan prosentase 87.5, dan
termasuk dalam kategori Amat Baik (AB). Siklus II tindakan pertama
banyaknnya indikator yang muncul untuk aspek pengamatan Membimbing
Siswa Melakukan Percobaan adalah 7 buah atau 87.5%, dan termasuk dalam
kategori Amat Baik (AB). Tindakan kedua banyaknya indikator yang muncul
berjumlah 8 buah dengan prosentase 100%, dan ini termasuk dalam kategori
Amat Baik (AB). Secara keseluruhan aspek Membimbing Siswa Melakukan
Percobaan, banyaknya indikator yang muncul adalah 35 buah atau sama
dengan 87.5% yang berarti bahwa aspek Aspek Membimbing Siswa
Melakukan Percobaan termasuk dalam kategori Amat Baik (AB).
Aspek Mengelola Pelaksanaan Percobaan, banyaknya indikator yang
muncul pada siklus I tindakkan pertama adalah 7 buah, dengan prosentase
70%, dan termasuk dalam kategori Baik (B). Tindakan kedua muncul 7 buah,
dengan prosentase 70%, dan termasuk dalam kategori Baik (B). Tindakan
ketiga muncul 8 buah, dengan prosentase 80%, dan termasuk dalam kategori
Baik (B). Pada siklus II tindakan pertama muncul 9 buah, dengan prosentase
90%, dan termasuk dalam kategori Amat Baik (AB). Tindakan ke 2 muncul
10 buah, dengan prosentase 100%, dan termasuk dalam kategori Amat Baik
(AB). Secara keseluruhan aspek Mengelola Pelaksanaan Praktikum,
banyaknya indikator yang muncul adalah adalah 41 buah atau dengan
prosentase 82% yang berarti bahwa aspek Mengelola Pelaksanaan Praktikum
termasuk dalam kategori Baik (B).
86
Aspek Hasil Percobaan Secara Umum Meningkatkan Kreativitas
Siswa, banyaknya indikator yang muncul pada siklus I tindakan pertama
adalah 4 buah, dengan prosentase 66.7%, dan termasuk dalam kategori Cukup
(C). tindakan kedua muncul 5 buah, dengan prosentase 83.3%, dan termasuk
dalam kategori Baik (B). Tindakan ketiga muncul 5 buah, dengan prosentase
83.3, dan termasuk dalam kategori Baik (B). Pada siklus II tindakan pertama
indikator yang muncul berjumlah 6 buah, dengan prosentase 100%, dan ini
termasuk dalam kategori Amat Baik (AB). Tindakan kedua muncul 6 buah,
dengan prosentase 100%, dan ini termasuk dalan kategori Amat Baik (AB).
Secara keseluruhan aspek Hasil Percobaan Secara Umum Meningkatkan
Kreativitas Siswa, banyaknya indikator yang muncul adalah 26 buah atau
sama dengan 86.66% yang berarti bahwa aspek tersebut termasuk dalam
kategori Amat Baik (AB).
Aspek Pengamatan Mendorong Siswa Agar Berani Mengemukakan
Pendapat Sendiri, banyaknya indikator yang muncul pada siklus I tindakan
pertama adalah 8 buah, dengan prosentase 80% dan termasuk dalam kategori
Baik (B). Tindakan kedua muncul lagi 8 buah, dengan prosentase 80%, dan
termasuik dalam kategori Baik (B). Tindakan ketiga muincul 9 buah, dengan
prosentase 90%, dan ini termasuk dalam kategori Amat Baik (AB). Pada
skiklus II tindakan pertama muncul 8 buah, dengan prosentase 80%, dan ini
termasuk dalam kategori Baik (B). Tindakan kedua muncul 10 buah, dengan
prosentase 100%, dan termasuk dalam kategori Amat Baik (AB).
87
Aspek pengamatan Merasa Guru bukan Satu-satunya Sumber Belajar,
banyaknnya indikator yang muncul pada siklus I tindakan pertama adalah 7
buah, dengan prosentase 70% cdan termasuk dalam kategori Baik (B).
tindakan kedua muncul 8 buah, dengan prosentase 80%, dan termasuk dalam
kategori Baik (B). Tindakan ketiga adalah 8 buah, dengan prosentase 80%,
dan termasuk dalam kategori Baik (B). Pada siklus II tindakan pertama
indikator yang muncul berjumlah 8 buah, dengan prosentase 80%, dan
termasuk dalam kategori Baik (B). Tindakan kedua muncul 10 buah,dengan
prosentase 100%, dan termasuk dalam kategori Amat Baik (AB). Secara
keseluruhan aspek Merasa Guru Bukan Satu-satunya Sumber Belajar,
banyaknya indikator yang muncul berjumlah 41 buah dengan prosentase 82%
yang berarti bahwa aspek tersebut termasuk dalam kategori Amat Baik (AB).
Perilaku guru yang kurang relevan dalam pembelajaran pada siklus I
tindakan pertama muncul 2 buah indikator, tindakan kedua muncul 1 buah
indikator, dan tindakan ketiga muncul 1 buah indikator. Pada siklus II
tindakan pertama tidak ada satupun indikator yang muncul, demikian pula
pada tindakan kedua tidak ada indikator yang muncul.
3. Kreativitas Siswa
Kreativatas siswa diukur dan direkam melalui instrumen 3. dalam
instrumen 3 terdapat empat bidang yaitu: Pertama, kepribadian kreatif yang
terdiri dari lima fokus pengamatan, yakni (1) Kelancaran mengemukakan
gagasan/pendapat, yang disertai 5 kindikator yang diharapkan muncul; (2)
Keluwesan Gagasan yang disertai dengan 5 indikator yang diharapkan
88
muncul; (3) Kemampuan Berpikir Rasional yang disertai dengan 5 indikator
yang diharapkan muncul; (4) Penguraian Gagasan yang disertai dengan yang
diharapkan muncul; (5) Merumuskan Kembali Suatu Gagasasan yang diserta
dengan 5 indikator yang diharapkan muncul.
Kedua, pendorong kreatif yang diamati melalui 5 buah oindkikator
yang diharapkan muncul. Ketiga, proses kreatif yang diamati melalui 5 buah
indikator yang diharapkan muncul. Keempat, adalajh sikapm ilmiah yang
terdiri dari 5 fokus pengamtan, yakni (1) Sikap Kejujuran yang memunculkan
3 buah indikator; (2) Sikap Kedisiplinan hyang disertai 5 indikator yang
diharapkan muncul; (3) Sikap Tanggung Jawab yang disertai 5 indikator yang
diharapkan muncul; (4) Sikapo Percaya Diri yang disertai dengan 5 buah
indikator yang diharapkan muncul ; (5) Sikap Kerja Sama yang disertai 5
buah indikator yang diharapkan muncul.
Adapun hasil pengolahan nilai kreativitas siswa secara lengkap dapat
dilihat pada tabel 3… yakni tabel pengolahan nilai instrumen 4 Kreativitas
Siswa (Terlampir).
Secara rinci dengan melihat tabel 3…(Terlampir) tentang pengolahan
nilai instrumen 3 tentang kreativitas siswa dapat disampaikan sebagai berikut.
Fokus Pengamatan Kepribadian Kreatif
Fokus Pengamatan Kepribadian Kreatif dengan aspek Kelancaran
Pada siklus I tindakan pertama observer 1, banyaknya indikator yang
muncul adalah 229, observer 2 muncul 242. Tindakan kedua observer 1,
89
banyaknya indikator yang muncul adalah 254, observer 2 muncul 251. Tindakan
ketiga observer 1, banyaknya indikator yang muncul adalah 309, observer 2
muncul 311. Secara keseluruhan rerata skor untuk kelancaran pada siklus I adalah
266,00 dengan prosentase 48.4%, dan termasuk dalam kategori Kurang (K). Pada
siklus II tindakan pertama observer 1, banyaknya indikator yang muncul adalah
441, observer 2 muncul 411. tindakan kedua observer 1, banyaknya indikator
yang muncul adalah 464, observer 2 muncul 444. Secara keseluruhan rerata skor
untuk siklus II adalah 440,00, dengan prosentase 80.0% dan termasuk dalam
kategori baik (B).
2. Fokus Pengamatan Kepribadian Kreatif dengan Aspek Keluwesan
Pada siklus I tindakan pertama observer 1, banyaknya indikator yang
muncul adalah 212, observer 2 muncul 226. Tindakan kedua observer 1,
banyaknya indikator yang muncul adalah 248, observer 2 muncul 242. Tindakan
ketiga observer 1, banyaknya indikator yang muncul adalah 320, observer 2
muncul 308. Secara keseluruhan rerata skor untuk aspek keluwesan siklus I
adalah 260.33 dengan prosentase 47.3% dan termasuk dalam kategori Kurang
(K). Pada siklus II tindakan pertama observer 1, banyaknya indikator yang
muncul adalah 434, observer 2 muncul 406. Tindakan kedua observer 1,
banyaknya indikator yang muncul adalah 452, observer 2 muncul 442. Secara
keseluruhan rerata skor aspek keluwesan pada siklus II adalah 433.50 dengan
prosentase 78.8% dan ini termasuk dalam kategori Baik (B).
Fokus Pengamatan Kepribadian Kreatif dengan Aspek Kemampuan
Berpikir Rasional
90
Pada siklus I tindakan pertama observer 1, banyaknya indikator yang
muncul adalah 207, observer 2 muncul 216. Tindakan kedua observer 1,
banyaknya indikator yang muncul adalah 238, observer 2 muncul 239. Tindakan
ketiga observer 1, banyaknya indikator yang muncul 311, observer 2 muncul 305.
Secara keseluruhan rerata skor untuk aspek kemampuan berpikir rasional pada
siklus I adalah 252.67 dengan prosentase 45.9% dan termasuk dalam kategori
Kurang (K). Pada siklus II tindakan pertama observer 1, banyakknya indikator
yang muncul adalah 391, observer 2 muncul 405. Tindakan kedua observer 1,
banyaknya indikator yang muncul adalah 445, observer 2 muncul 444. Secara
keseluruhan rerata skor untuk aspek kemampuan berpikir rasional pada siklus II
adalah 421.25 dengan prosengtase 76.6% dan termasuk dalam kategori Baik (B).
4. Fokus Pengamatan Kepribadian Kreatif dengan Aspek Penguraian
Pada siklus I tindakan pertama Observer 1, banyaknya indikator yang
muncul adalah 218, observer 2 muncul 216. Tindakan kedua observer 1,
banyaknya indikator yang muncul adalah 234, observer 2 muncul 245.
Tindakan ketiga observer 1, bayaknya indikator yang muncul adalah 323,
observer 2 muncul 304. Secara keseluruhan rerata skor untuk aspek
penguraian siklus I adalah 256.67 dengan prosentase 46.7%, dan termasuk
dalam kategori Kurang (K). Pada siklus II tindakan pertama observer
pertama, banyaknya indikator yang muncul adalah 403, observer 2 muncjul
399. Tindakan kedua observer 1, banyaknya indikator yang muncul 436,
observer 2 muncul 441. Secara keseluruhan rerata skor untuk aspek
91
penguraian siklus II adalah 419.75 dengan prosentase 76.3% dan termasuk
dalam kategori Baik (B).
Fokus Pengamatan Kepribadian Kreatif dengan aspek Menilai.
Siklus I tindakan pertama observer 1, banyaknya indikator yang muncul
adalah 237, observer 2 muncul 226. Tindakan kedua observer 1, banyaknya
indikator yang muncul adalah 244, observer 2 muncul 240. Tindakan ketiga
observer 1, banyaknya indikator yang muncul 319, obserbver 2 muncul 302.
Secara keseluruhan rerata skor untuk aspek menilai siklus I adalah 261.33
dengan prosentase 47.5%, dan termasuk dalam kategori kurang. Pada siklus II
tindakan pertama observer 1, banyaknya indikator yang muncul adalah 443,
observer 2 muncul 408. Tindakan kedua observer 1, banyaknya indikator
yang muncul adalah 443, observer 2 muncul 449. Secara keseluruhan rerata
skor untuk aspek menilai siklus II adalah 435.75 dengan prosentase 79.2%,
dan termasuk dalam kategori Baik (B).
Jadi secara keseluruhan rerata skor untuk aspek kepribadsian kreatif
pada siklus I adalah 1297.00 dengan prosentase 47.2%, dan termasuk dalam
kategori kurang (K). Sedangkan pada siklus II adalah 2150.25, dengan
prosentase 78.2%, dan termasuk dalam kategori Baik (B). Dengan demikian
aspek kepribadian kreatif telah menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I
ke siklus II.
92
Fokus Pengamatan Pendorong Kreatif
Pendorong kreatif diamati melalui 5 buah indikator yang diharapkam
muncul. Fokus pengamatan pendorong kreatif tersebut dapat diamati sebagai
berikut.
Pada siklus I tindakan pertama observer 1, banyaknya indikator yang
muncul adalah 261, observer 2 muncul 257. Tindakan kedua obsever 1,
banyaknya indikator yang muncul adalah 271, observer 2 muncul 270. Tindakan
ketiga observer 1, bayaknya indikator yang muncul 273, observer 2 muncul 266.
Rerata skor untuk aspek tersebut pada siklus I adalah 266.33 dengan prosentase
48.4%, dan ini termasuk dalam kategori Kurang (K). Sedangkan pada siklus II
tindakan pertama observer 1, banyaknya indikator yang muncul adalah 444,
observer 2 muncul 404. Tindakan kedua observer 1, banyaknya indikator yang
muncul adalah 456. observer 2 muncul 426. Rerata skornya adalah 432.50
dengan prosentase 78.6%, dan termasuk dalam kategori Baik (B).
Jadi secara keseluruhan fokus pengamatan pendorong kreatif telah
menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II.
Fokus Pengamatan Proses Kreatif
Proses kreatif diamati melalui 5 buah indikator yang diharapkan muncul.
Fokus pengamatan proses kreatif tersebut dapat diamati sebagai berikut.
Pada siklus I tindakan pertama observer 1, banyaknya indikator yang
muncul adalah 266, observer 2 muncul 277. Tindakan kedua observer 1,
banyaknya indikator yang muncul adalah 286, observer 2 muncul 288. Tindakan
93
ke tiga observer 1, banyaknya indikator yang muncul adalah 308, observer 2
muncul 315. Rerata skornya adalah 290.00 dengan prosentase 52,7%, dan ini
termasuk dalam kategori Kurang (K). Pada siklus II tindakan pertama observer 1,
banyaknya indikator yang muncul adalah 444, observer 2 muncul 404. Tindakan
kedua observer 1, banyaknya indikator yang muncul adalah 456, observer 2
muncul 426. Rerata skornya adalah 432.50 dengan prosentase 78.6%, dan
termasuk dalam kategori Baik (B).
Fokus Pengamatan Sikap Ilmiah
Sikap ilmiah terdiri dari 5 fokus pengamatan dengan masing-masing
indikator yang diharapakan muncul yakni (1) Sikap Kejujuran yang
memunculkan 3 indikator; (2) Sikap Kedisiplinan yang disertai 5 indikator; (3)
Sikap Tanggung Jawab yang disertai 5 indikator; (4) Sikap Percaya Diri yang
disertai dengan 5 indikator serta; (5) Sikap Kerjasama yang juga disertai 5
indikator.
Fokus Pengamatan Sikap Ilmiah dengan Aspek Sikap Kejujuran
Pada siklus I tindakan pertama observer 1, banyaknya indikator yang
muncul adalah 151, observer 2 muncul 160. Tindakan kedua observer 1,
banyaknya indikator yang muncul adalah 174, observer 2 muncul 171.
Tindakan ketiga observer 1, banyaknya indikator yang muncul adalah 173,
observer 2 muncul 175. Rerata skornya adalah 167.33 dengan prosentase
50.7%, dan ini termasuk dalam kategori Kurang (K). Pada siklus II tindakan
pertama observer 1, banyaknya indikator yang muncul adalah 287, observer 2
muncul 248. Tindakan kedua observer 1, banyaknya indikator yang muncul
94
adalah 293, observer 2 muncul 262. Rerata skornya adalah 272.50 dengan
prosentase 82.6%, dan ini termasuk dalam kategori Baik (B).
Fokus Pengamatan Sikap Ilmiah dengan Aspek Sikap Kedisiplinan
Pada siklus I tindakan pertama observer 1, banyaknya indikator yang
muncul adalah 259, observer 2 muncul 256. Tindakan kedua observer 1,
banyaknya indikator yang muncul adalah 271, observer 2 muncul 270. Tindakan
ketiga kobserver 1, banyaknya indikator yang muncul adalah 276, observer 2
muncul 273. Rerata skornya adalah 267.50 dengan prosentase 48.6%, dan ini
termasuk dalam kategori Kurang (K). Pada siklus II tindalan pertama observer 1,
banyaknya indikator yang muncul adalah 423, observer 2 muncul 397. Tindakan
kedua observer 1, banyaknya indikator yang muncul adalah 456, observer 2
muncul 403. Rerata skornya adalah 419.75 dengan prosentase 76.3%, dan ini
termasuk dalam kategori Baik (B).
Fokus Pengamatan Sikap Ilmiah dengan Aspek Sikap Tanggung Jawab
Pada siklus I tinadakan pertama observer 1, banyaknya indikator yang
muncul adalah 276, observer 2 muncul 272. Tindakan kedua observer 1,
banyaknya indikator yang muncul adalah 291, observer 2 muncul 283.
Tindakan ketiga observer 1, banyaknya indikator yang muncul adalah 290,
observer 2 muncul 296. rerata skornya adalah 284.67 dengan prosentase
51.8%, dan ini termasuk dalam kategori Kurang (K). Pada siklus II tindakan
pertama observer 1, banyaknya indikator yang muncul adalah 443, observer 2
95
muncul 401. Tindakan kedua observer 1, banyakya indikator yang muncul
adalah 447, observer 2 muncul 432. Rerata skornya adalah 430.75 dengan
prosentase 49.6%, dan termasuk dalam kategori Baik (B).
Fokus Pengamatan Sikap Ilmiah dengan aspek Sikap Percaya Diri.
Pada siklus I tindakan pertama observer 1, banyaknya indikator yang
muncul adalah 269, observer 2 muncul 267. Tindakan kedua observer 1,
banyaknya indikator yang muncul 272, observer 2 muncul 275. Tindakan ketiga
observer 1, banyaknya indikator yang muncul adalah 277, observer 2 muncul
278. Rerata skornya adalah 273.00 dengan prosentase 49.6%, dan termasuk
dalam kategori Kurang (K). Pada siklus II tindakan pertama observer 1,
banyaknya indikator yang muncul adalah 432, observer 2 muncul 407. Tindakan
kedua observer 1, banyaiknya indikator yang muncul adalah 453, observer 2
muncul 407. Rerata skornya adalah 424.75 dengan prosentase 77.2%, dan
termasuk dalam kategori Baik (B).
Fokus Pengamatan Sikap Ilmiah dengan Aspek Sikap Kerjasama
Pada siklus I tindakan pertama observer 1, banyaknya indikator yang
muncul adalah 266, observer 2 muncul 270. Tindakan kedua observer 1,
banyaknya indikator yang muncul adalah 313, observer 2 muncul 307. Tindakan
ketiga observer 1, banyaknya indikator yang muncul adalah 315, observer 2
muncul 319. Pada siklus II tindakan pertama observer 1, banyaknya indikator
yang muncul adalah 423, observer 2 muncul 410. Tindakan kedua observer 1,
banyaknya indikator yang muncul adalah 449, observer 2 muncul 470. Rerata
96
skornya adalah 438.00 dengan prosentase 79.6%, dan termasuk dalam kategori
Baik (B).
B. Pembahasan
Berdasarkan Hasil Penelitian di atas dan Refleksi setiap siklus serta
temuan-temuan langsung Peneliti, maka pembahasan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Siklus I
Pada siklus I Peneliti sudah berusaha semaksimal mungkin untuk
menerapkan rancangan penelitian yang telah disusun. Diawali dengan menyusun
perangkat Pembelajaran yang meliputi Rencana Pembelajaran dan Skenario
Pembelajaran yang diinginkan, serta media Pembelajaran.
Rencana Pembelajaran Guru untuk Siklus I yang didesain dalam tiga kali
pertemuan; telah disusun sedemikian rupa, sehingga hasil perekaman Observer
terhadap Instruman 1 tentang Rencana Pembelajaran Siklus I ini secara umum
telah mencapai 82.13% dalam kategori Baik (B).
Rencana Pembelajaran yang Baik (B) tersebut ketika diterapkan dalam
pembalajaran, yakni pada anak didik di Taman Kanak- Kanak Hj. Isriyati
Moenadi Ungaran, ternyata hasilnya belum optimal. Aspek Tujuan Pembelajaran
pada tindakan pertama dari delapan indikator yang diharapakan muncul baru lima
indikator yang muncul. Secara umum tindakan pertama ini belum dapat
merangsang siswa untuk berekspresi kreatif. Demikian pula pada Tujuan
Pembelajran Khusus belum mencerminkan tiga ranah baik itu ranah kognitif,
97
afektif maupun psikomotorik, sehingga dalam hal ini Tujuan Pembelajaran
Khusus belum dapat diukur. Pada tindakan kedua ada sedikit peningkatan yaitu
muncul 6 indikator, namun dalam hal ini kelemahan pada Tujuan Pembelajaran
Khhusus dimana Tujuan Pembelajaran Khusus belum mengandung satu unsur
sehingga Tujuan Pembelajaran Khusus belum dapat diukur. Pada tindakan ketiga
semua indikator muncul sehingga perumusan tujuan pembelajaran sudah dapat
tercapai.
Pengembangan Materi, Metode dan Media. Pada tindakan pertama dari
sepuluh indikator yang diharapkan muncul baru tujuh indikator saja yang
muncul. Hal ini dikarenakan dalam pelaksanaan percobaan sains metode yang
dipilih belum mampu memperkuat pencapaian Tujuan Pembelajaran Khusus serta
penggunaan metode yang hanya satu buah menjadikan anak didik jenuh, dan juga
penggunaan media belum sesuai dengan metode yang disampaikan. Tindakan
kedua ada sedikit peningkatan yaitu ada sembilan indikator yang muncul. Hanya
ada satu indikator yang tidak muncul yaitu penggunaan metode yang seharusnya
lebih dari satu buah, akan tetapi guru masih mengunakan satu metode saja.
Dalam hal ini refleksi perlu dilakukan oleh guru untuk memperbaiki metode yang
digunakan lebih dari satu buah. Pada tindakan ketiga semua indikator sudah
muncul hingga tujuan pembelajaran disebut berhasil.
Merencanakan skenario pembelajaran pada tindakan pertama dari sepuluh
indikator baru muncul enam indikator. Hal ini karena guru dalam merencanakan
skenario pembelajaran belum dibuat secara hierarkis, bertahap dan logis. Alokasi
98
waktu yang digunakan belum sesuai dengan derajat kepentingan tiap tahap.
Fungsi guru belum sepenuhnya menjadi fasilitator dan dinamisator, serta
karakteristik dari percobaan sains belum nampak. Pada tindakan kedua indikator
yang muncul sebanyak sembilan buah, demikian pula pada tindakan ketiga, akan
tetapi disini dalam merencanakan skenario masih belum dibuat secara hierarkis,
bertahap, dan logis. Refleksi sangat perlu dilakukan untuk menungkatkan hasil
pada siklus berikutnya.
Siklus I Aktivitas Guru selama pembelajaran dapat dilihat dari masing-
masing aspek. Aspek membina siswa melakukan percobaan, tindakan pertama
dari delapan indikator yang diharapkan munjul ada enem yang muncul. Hal
tersebut dikarenakan alat dan bahan percobaan masih kurang memadai, begitu
pula karena minimnya penuntun ataun penduan percobaan. Tindakan kedua
mengalami peningkatan, terbukti dengan munculnya tujuh indikator demikian
pula pada tindakan ketiga. Namun sampai pada tindakan ketiga, adanya penuntun
atau panduan percobaan masih belum muncul, dalam artian pandun tersebut
maskih sangat kurang. Untuk itu perlu adanya refleksi pada indikator tersebut
supaya pada siklus berikutnya bisa menampakjkan hasil.
Aspek mengelola pelaksanaan percobaan, dari sepuluh indikator yang
diharapakan muncul, pada tinndakan pertama dan kedua muncul tujuh indikator,
dan pada tindakan ketiga muncul delapan indikator. Hal ini karena dalam
pelaksanaan percobaan sains guru masih membatasi pada ruang kelas saja.
Jalanya percobaan sains hanya berlangsung dirung kelas saja, serta masih adanya
99
kerickihan yang terjadi antar siswa walaupun sedikit namun tidak sampai
mengganggu jalanya percobaan sains.
Hasil Praktikum Secara Umum dapat Meningkatkan Kreativitas anak didik.
Pada aspek ini memiliki enem indikator yang diharapakan muncul. Tindakan
pertama sudah memunculkan empat indikator, pada tindakan kedua dan ketiga
sama yaitu lima indikator. Hal ini dikarenakan siswa belum merasa puas dengan
percobaan yang dilakukan meskipun percobaanya sudah mendekati benar.
Panduan praktikum yang seharusnya bermanfaat bagi siswa belum terpenuhi.
Mendorong Anak Didik Untuk Mengeluarkan Pendapat, dari sepuluh
indikator yang seharusnya muncul, pada tindakan pertama sudah muncul delapan
demikian pula pada tindakan ketiga sudah mengalami peningkatan yaitu sudah
muncul sembilan indikator. Dalam hal ini guru masih mengalami kesulitan dalam
mendorong siswa untuk bisa berpendapat. Pertanyan-pertanyaan yang muncul
masih didominasi oleh beberapa siswa saja, dan karena jawaban siswa yang
beraneka ragam maka guru sedikit kesulitan dalam membuat kesimpulan.
Menempatkan Guru Bukan Satu-satunya Sumber Balajar. Dari sepuluh
indikator pada tindakan pertama sudah muncul tujuh indikator. Tindakan kedua
dan ketiga sudah muncul delapan indikator. Tapi masih ada indikator yang belun
juga muncul dari tindakan pertama sampe tindakan ketiga yaitu guru tidak
memberikan kesempatan yang luas pada anak didik dalam mengadakan
percobaan. Guru kurang menghargai pendapat dari anak didik yang beragam
dengan alasan sebagai acun untuk penarikan kesimpulan, sedangkan anak didik
tidak memiliki sumber lain selain yang diberikan oleh guru.
100
Kreatifitas Siswa pada tindakan pertama masih 47.2% dalam kategori
Kurang (K). Gagasan Kreatif Siswa yanga meliputi kelancaran, keluwesan,
kemampuan berpikir rasional, penguraian dan menilai, baru nampak sedikit.
Suasana kelas masih gaduh, siswa tertentu berbicara sendiri dengan teman, dan
ada sebagian siswa yang mengganggu teman lain. Hasil tersebut mengindikasikan
bahwa kesungguhan siswa dalam mengikuti model pembelajaran yang
diujicobakan belum muncul. Dengan demikian dapat direfleksikan sebagai acuan
rencana tindakan pada siklus berikutnya untuk meningkatkan minat siswa
terhadap model pembelajaran yang disampaikan dengan mengemasnya menjadi
lebih menarik lagi, misalnya menyisipkan berbagai atraksi yang mempu
menimbulkan kesan tersendiri pada masing-masing siswa terhadap materi yang
sedang diajarkan.
Pendorong Kreatif pada siklus I dari masing-masing tindakan terjadi
peningkatan. Guru senantiasa membangkitkan dorongan-dorongan untuk
kreatif. Dorongan kreatif tersebut diharapkan dapat mencapai tahap yang
optimal pada siklus berikutnya.
Pada awal pelajaran anak didik masih “takut” akan kehadiran observer,
namun setelah selang beberapa waktu (ketika mulai percobaan) mereka justru
melakukan tindakan yang kurang relevan terhadap pembelajaran. Keadaan ini
masih dapat diterima karena model pembelajaran ini masih baru bagi mereka.
Anak didik memiliki rasa ingin tahu yang mendalam, sehingga dalam
melaksanakan percobaan anak didik memperhatkikan dengan seksama saat
101
percobaan sains sedang berlangsung. Mereka sangat bersemangat untuk
melakukan percobaan kembali namun karena waktu yang ditentukan dan guru
tidak memberikan waktu yang cukup luas, maka untuk melakukan percobaan
kembeli percobaan kembali terbatas. Dalam melakukan percobaan sains anak
didik menggunakan caranya sendir-sendiri dan dari sinilah kreativitas siswa
mulai terlihat saat anak didik mencobanya kembali.
Proses Kreatif pda siklus I ini terjadi peningkatan secara bertahap
dari masing-masing tindakan oleh observer. Hal ini karena pengamatan dan
juga refleksi yang dilakukan dalam setiap tindakan. Proses kreatif terjadi
dalam empat tahap yaitu: tahap persiapan, tahap inkubasi, tahap inspirasi, dan
tahap verifikasi. Pada tahap persiapan sebelum percobaan dmilakukan semua
alat dan bahan dkipersiapkan terlebih dahulu. Tahap inkubasi disini adalah
mengenai alokasi waktu yang harus jelas. Tahap inspirasi mengenai gagasan
dari masing-masing anak didik dalam memecahkan masalah. Tahap verifikasi
disini adalah anak didk dapat memahami menurut pemahamanya sendiri,
sesuai dengan keadaan nyata atau kondisi realita.
Sikap Ilmiah Siswa pada siklus I reratanya masih rendah dan semua masih
termasuk dalam kategori kurang (K). Terlihat pada setiap aspeknya seperti, sikap
kejujuran reratanya hanya 50.7%, sikap kedisiplinan reratanya hanya 48.6%,
sikap tanggung jawab reratanya hanya 51.8%, sikap percaya diri reratanya hanya
49.6%, sikap kerja sama reratanya hanya 54.2%. Namun demikian pada siklus I
ini telah terjadi peningkatan dari masing-masing tindakan oleh observer.
102
Pada Siklus I tindaka ketiga, aktivitas guru selama berlangsungnya
percobaan sains setiapa aspek mengalami peningkatan, hal ini telihat dengan
banyaknya indikator yang muncul. Aspek mendorong siswa untuk
mengeluarkan pendapat sendiri mengalami peningkatan dengan
memunculkan indikator sebanyak 9 buah dengan prosentase 90% dan
termasuk dalam kategori Baik (B).
Skenario Pembelajaran mengalami peningkatan, banyak indikator
yang muncul hingga mencapai 90%, dan ini termasuk dalam kategori Amat
Baik (AB). Hal tersebut disebabkan oleh adanya interaksi antara siswa dan
guru yang relatif meningkat.
Kreativitas Siswa selama pembelajaran pada tindakan kedua siklus I
mengalami peningkatan. Aspek gagasan kreatif sudah mulai menampakkan
hasil, meskipun masih belum optimal. Aspek kelancaran dan kemampuan
berpikir rasional masih merupakan pengamatan terlemah dan masih dalam
kategori Kurang (K).
Sikap Ilmiah Siswa tindakan ketiga siklus I mengalami peningkatan,
hal ini didongkrak oleh sikap tanggung jawab dan sikap kerjasama siswa
yang mulai meningkat.
Perilaku Siswa yang Kurang Relevan Selama Pembelajaran pada
siklus I adalah 434.33 dengan prosentase 79.0% dan ini termasuk dalam
kategori tinggi. Hal ini dikarenakan masih ada siswa yang tidak konsentrasi
dalam pelaksanaan percobaan sains, seperti halnya suka ngobrol sendiri dan
mengganggu teman lain.
103
Berdasarkan temuan pada sikus I tersebut menunjukkan bahwa gendala
yang menyebabkan masih rendahnya kreativitas siswa bersumber dari dalam
diri siswa itu sendiri. Dalam proses pembelajaran siswa masih menganggap
model pembelajaran yang sedang dikembangkan masih asing baginya
sehingga suasana kelas manjadi gaduh. Pernyataan tersebut senada dengan
pendapat Hurlock (1989:4) yang menyatakan bahwa proses kreatif adalah
suatu proses yang mengarahkan seseorang untuk dapat menghasilkan suatu
komposisi, produk atau gagasan yang pada dasarnya baru sehingga
diperlukan waktu untuk dapat beradaptasi. Secara umum dapat dijelaskan
bahwa untuk dapat meningkatkan kreativitas siswa diperlukan tahapan-
tahapan agar siswa dapat menghubungkan informasi yang diperoleh dari
pengalaman sebelumnya kedalam situasi yang baru. Dengan semakin
banyaknya pengalaman yang diperoleh siswa maka akan tumbuh rasa ingin
tahu dari dalam dirinya, perasaan untuk senang mengajukan pertanyaan guna
mendapatkan pengalaman baru.
2. Siklus II
Perencanaa Pembelajaras Guru pada siklus II tindakan kedua telah
mencapai tahap yang optimal, rata-ratanya telah mencapai 100% dan
termasuk dalam kategori Amat Baik (AB). Hal ini disebabkan oleh tajamnya
observer didalam memanfaatkan analisis dan refleksi pada siklus I.
Kegiatan kreatif yang direncanakan dengan baik membantu anak
mengembangkan perasaan positif mengenai diri sendiri dan kemampuan-
kemampuanya. Dengan bekerja bersama-sama anak lain, anak belajar
104
keterampilan sosial, seperti menyesuaikan diri, komunikasi, toleransi, dan kerja
sama. (Freeman & Munandar, 1997:252)
Rencana pembelajaran diupayakan mampu mengkondisikan suasana
yang mendukung tumbuh dan berkembangnya kreativitas anak dalam belajar.
Mengacu pada pendapat Feldhusen dan Treffinger (1990) seperti diuraikan
oleh Utami Munandar (1992), meliputi pengaturan fisik/lingkungan kelas
serta persiapan dan perilaku guru dalam layanan pembelajaran.
Aktivitas Guru selama pembelajaran pada siklus II tindakan kedua
mengalami peningkatan hingga mencapai 100% dalam kategori Amat Baik
(AB). Semua aspek baik itu Membina siswa melakukan percobaan,
mengeloloa pelaksanaan percobaan, peningkatan kreativitas siswa,
mendorong siswa untuk mengeluarkan pendapat serta menempatkan guru
bukan satu-satunya sumber belajar, telah mengalami peningkatan hingga
mencapai 100% dengan kategori Amat Baik (AB), dan ini sesuai dengan apa
yang diharapakan. Hal ini disebabkan oleh sudah mantapnya guru peneliti di
dalam melaksanakan tugasnya, karena sudah mendapat masukan yang
bermakna dari tim kolaborasi. Jadi aktivitas guru secara keseluruhan pada
siklus II adalah 89.8% dan termasuk dalam kategori Amat Baik (AB).
Dari hasil tersebut diatas kita mengacu pada pendapat Conny R. Semiawan
(1997) tentang saran untuk menciptakan iklim dan suasana yang mendorong dan
menunjang pemikiran kreatif dalam pembelajaran sebagai berikut :
Bersikaplah terbuka terhadap minat dan gagasan anak
Berialah waktu kepada siswa untuk memikirkan dan mengembangkan ide
atau gagasan kreatif
105
Ciptakanlah suasana saling menghargai dan saling menerima, sehingga antar
mereka dapat belajar, bekerja secara bersama maupun mandiri dengan
baik
Kreativitas dapat diterapkan disemua bidang kurikulum dan bukan monopoli
sini
Dornglah kegiatan berpikir divergen dan jadilah narasumber dan pengarah
Berikan suasana yang aman dan bebas untuk berpikir menyelidiki
(eksplorasi)
Berilah kesempatan pada anak untuk berperan serta dan mengambil
keputusan
Libatkan dan dukunglah gagasan dari semua anak
Bersikap positif terhadap kegagalan untuk meningkatkan gagasan
Kreativitas Siswa pada aspek kepribadian kreatif selama siklus II
juga mengalami peningkatan dalam setiap aspek baik itu aspek kelancaran,
keluwesan, kemampuan berpikir rasional, penguraian, serta menilai. Dari
tindakan pertama dan kedua reratanya sudah mencapau 78.2% dan ini
termasuk dalam kategori Baik (B), dan telah mencapai tahap yang optimal.
Lebih jelasnya peningkatan kreatifitas siswa tersebut dapat disajikan pada
gambar berikut ini :
106
Gambar 2. Peningkatan Kreatifitas Anak Didik
Dari gambar tersebut menunjukkan dengan jelas adanya peningkatan
kreativitas. Dari sinilah terlihat bahwa kreativitas mempunyai peran penting
dalam menentukan perkembangan manusia. Karena anak yang dapat
menyalurkan kreativitasnya akan mempunyai makna pada tahap
perkembanganya. Kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan
kualitas hidupnya. Dalam era pembangunan ini kesejahteraan dan kejayaan
masyarakat dan negara bergantung pada sumbangan kreatif, berupa ide-ide
baru, penemuan-penemuan baru, dan teknologi baru. (Munandar, 1999:31)
Pendorong Kreatif pada siklus II telah mengalami peningkatan hingga
mencapai 78.6% dan termasuk dalam kategori Baik (B). Hal ini karena guru
yang selalu memberikan dorongan pada siswa yang belum berhasil dengan
senantiasa disuruh untuk mencoba dan mencoba agar mencapai tahap yang
optimal. Lebih jelasnya peningkatan pendorong kreatif tersebut dapat dilihat
pada gambar 2 berikut :
107
Gambar 3. Peningkatan Pendorong Kreatif
Dalam pembalajaran yang berlangsung, guru menjadi sangat penting
dalam fungsinya sebagi fasilitator pendorong kreatif. Sebagai fasilitator guru
mendorong siswa (motivator) untuk mengembangkan inisiatif dalam
menjajagi tugas-tugas baru. Ia tidak capat memberikan kritik, tetapi
memberikan dukungan dan rangsangan di mana perlu. Guru harus terbuka
dan dapat menerima gagasan-gagasan dari semua anak (menerima tidak sama
dengan menyetujui; menerima disini berarti terbuka dan berusaha
memahami). Adlah tidak bijaksana memuji anak tertentu secara berlebihan
dan bersikap menolak gagasan-gagasan anak lain.
Guru harus berusaha manghilanghkan ketakutan dan kecemasan siswa
yang menghambat pemikiran dan pemacahaan masalah secara kreatif. Anak-
anak pun harus belajar menunjukkan penghargaan terhadap peekerjaan anak
lain dan tidak mengejek, mengkritik (dalam arti mencela), atau
menertawakan, sebagaimana mereka juga harus belajar menghargai pekerjaan
diri sendiri.
Jadi, dalam peran sebagai fasilitator seorang guru harus:
Mendorong balajar mandiri sebanyak mungkin
Dapat menerima gagasan-gagasan dari semua anak
Memupuk anak (dan diri sendiri) untuk memberikan kritik secara konstruktif
dan untuk memberikan penilaian diri sendiri
Berusaha menghindari pemberian hukuman atau celaan terhadap ide-ide yang
tidak biasa
108
Dapat menerima perbedaan menurut waktu dan kecapatan antar anak dalam
kemampuan memikirkan ide-ide baru.
Proses Kreatif pada siklus II juga telah mengalami peningkatan
hingga mencapai 79.2% dan termasuk dalam kategori Baik (B). Hal ini
karena guru senantiasa memberikan kesempatan pada anak didik untuk
bersibuk diri secara kreatif dengan membantu mengusahakan sarana dan
prasarana yang diperlukan. Dalam yang hal ini penting ialah memberi
kebebasan kepada anak untuk mengekspresikan dirinya secara kreatif. Lebih
jelasnya peningkatan proses kreatif tersebut dapat dilihat pada gambar 3
berikut :
Gambar 4. Peningkatan Proses Kreatif
Rogers (Kitano & Kirby, 1986), menjelaskan proses kreativitas yang
menekankan produktivitas kreativitas adalah munculnya hasil ide yang
109
diperoleh melalui interaksi antara keunikan individu dengan berbagai
pengalamanya. (Semiawan, 1997:104)
Kondisi yang diperlukan untuk itu, antara lain sebagai berikut.
Keterbukaan terhadap pengalaman; toleransi untuk makna ganda sesuatu; dan
fleksibilitas terhadap keterbatasan konseptual.
Lokus internal evaluasi; artinya dapat memperoleh kepuasan atas evaluasinya
sendiri tanpa terlalu tergantung dengan pikiran orang lain
Kemampuan untuk bergulir dengan macam-macam ide dan konsep.
(Khatena, 1994)
Sikap Ilmiah Siswa pada siklus II tindakan kedua juga mengalami
peningkatan hingga mencapai 72.2%, dan termasuk dalam kategori Baik (B).
hal itu terjadi pada setiap aspek ba ik itu sikap kejujuran, sikap kedisiplinan,
sikap tanggungjawab, sikap percaya diri, dan sikap kerjasama. Setiap aspek
tersebut telah mencapai tahap yang optimal hingga memunculkan produk
kreatif yang bisa dirasakan secara langsung. Hal ini dibuktikan dengan
diadakanya bazar pada ahir penelitian dengan memamerkan produk-produk
yang hasil karya anak didik selama penelitian. Lebih jelasnya peningkatan
sikap ilmiah siswa tersebut dapat dilihat pada gambar 2 berikut :
110
Gambar 5. Peningkatan Sikap Ilmiah Siswa
Berdasarkan temuan pada siklus II tersebut menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan metode demonstrasi yang diujicobakan telah mampu
meningkatkan kreatifitas untuk seluruh aspek yaitu kelancaran, keluwesan,
kemampuan berpikir rasional, penguraian, serta menilai. Pada sikus II ini
telah muncul rasa ingin tahu yang mendalam dari para siswa ditunjukkan dari
seringnya mereka mengajukan pertanyaan, mengajukan gagasan-gagasan, dan
mengajukan pendapat secara spontan saat proses pembelajaran. Pernyataan
tersebut didukung oleh pendapat Hawadi, Wihardjo & Wiyono (2001:14)
yang menyatakan bahwa munculnya sikap kreatif siswa ditandai dengan
munculnya rasa ingin tahu yang mendalam, sering mengajukan pertanyaan,
memberikan banyak gagasan, mampu menyatakan pendapat secara spontan,
dapat memecahkan masalah dari beberapa segi, mampu mengajukan gagasan
yang berbeda dengan orang lain, dan mampu menghadapi masalah dari
berbagai sudut pandang.
Dengan baiknya kreatifitas siswa setelah mendapatkan model pembelajaran
demontrasi, maka model pembelajaran ini terbukti mampu mengantarkan
siswa untuk mendapatkan pengalaman-pengalaman baru dalam setiap model
pembelajaran yang diikuti sebagai manifestasi kemampuan sesunguhnya dari
masing-masing siswa. Maslow (1967) menjelaskan bahwa dengan
111
munculnya sikap kreatif siswa menunjukkan bahwa secara keseluruhan
seluruh aspek kemampuan siswa yang meliputi ranah afektif, kognitif dan
psikomotor telah berfungsi sepenuhnya dan dapat memberikan kepuasan
tersendiri bagi siswa terhadap kemampuan yang telah dicapainya tersebut
dalam proses pembelajaran
Perilaku Siswa yang Kurang Relevan Selama Pembelajaran pada
siklus II ini adalah 339.00 dengan prosentase 61.6% dan termasuk dalam
kategori cukup. Hal ini karena siswa sudah mulai asik dengan pelaksanaan
percobaan sains dan guru mencoba menekan sekecil mungkin tindakan siswa
yang tidak relevan selama pembelajaran. Namun demikian tindakan itu masih
muncul walaupun kecil. Lebih jelasnya penurunan perilaku siswa yang
kurang relevan selama pembelajaran tersebut dapat dilihat pada gambar 5
berikut
112
Gambar 6. Penurunan Perilaku Siswa Yang Kurang Relevan Selama
Pembelajaran
Respon Siswa terhadap model pembelajaran ini sangat baik.
Responden merasa bahwa percobaan sains merupakan pembelajaran baru
bagi mereka, hampir semua responden merasa tertarik dengan model
pembalajaran ini dan mereka juga setuju jika model pembelajaran tersebut
diterapkam di dalam kelas.
Respon Observer terhadap percobaan sains mengatakan efektif untuk
pembelajaran sains di Taman Kanak-kanak, dan mereka tertarik dengan
model pembelajran ini serta setuju jika model pembalajaran ini dalam
pembalajaran dikelas.
Berdasarkan data-data diatas, penelitian ini mampu menjawab tujuan
penelitian, yakni bahwa penelitian tindakan kelas dengan menerapkan
perclobaan-percobaan sains dapat meningkatkan kreativitas anak didik di
Taman Kanak-kanak Hj. Isriyati Moenadi Ungaran tahun pelajaran
2004/2005 telah terbukti dapat meningkatkan kreativitasnya.
113
BAB V
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan data hasil penelitian beserta pembahasanya dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut ;
Penelitian ini mampu menjawab tujuan umum penelitian yakni meningkatkan
kreativitas anak didik dalam pembelajaran melalui percobaan-percobaan
sains di Taman Kanak-Kanak Hj. Isriyati Moenadi Ungaran.
Penelitian ini juga mampu menjawab tujuan khusus penelitian yakni setelah
penelitian ini berahir, kreativiras anak didik semakin meningkat secara
signifikan yang ditunjukkan oleh indikator-indikator sebagai berikut :
Guru terampil membuat rencana pembelajaran, yang terbukti dengan
perolehan rerata prosentase Siklus I 96.4%, Siklus II mencapai rerata
prosentase 100%.
Aktivitas guru selama percobaan sains meningkat baik, hal ini terbukti dari
perolehan rerata prosentase, dari Siklus I sampai Siklus II adalah 65.3%,
71.4%, 75.5%, 77.6%, 89.8%.
Kreativitas anak didik yang berupa kepribadian kreatif, pendorong Kreatif,
proses kreatif, sikap ilmiah semuanya mengalami peningkatan dari
masing-masing siklus. Untuk kepribadian kreatif siklus I 47.2% dan
siklus II 78.2%. Pendorong kreatif siklus I 48,4% dan siklus II 78.6%.
114
Proses kreatif siklus I 52.7% dan siklus II 79.2%. Sikap ilmiah Siklus I
46.9% dan siklus II 72.2%.
Penelitian tersebut telah mampu menjawap permasalahan yaitu dengan
percobaan sains dapat meningkatkan kreativitas anak didik di Taman
Kanak-Kanak Hj. Isriyati Moenadi Ungaran tahun pelajaran 2004/2005.
Saran
Kepada para guru, tumbuh kembangkan kreativitas anak didiknya, khususnya
melalui percobaan-percobaan sains.
Agar kreatifitas siswa tidak mati di tangan guru, pegang teguh hakikat percobaan
sains sebagai sikap ilmiah.
Kepada para anak didik di Taman Kanak-Kanak Hj. Isriyati Moenadi Ungaran,
jangan takut salah untuk selalu mencoba dan mencoba, karena didalam
kreativitas dimungkinkan adanya kesalahan-kesalahan yang justru dapat
membuat kita lebih kreatif.
Kepada Yayasan Lembaga Pendidikan Islam Taman Kanak-Kanak Hj. Isriyati
Moenadi Ungaran, kreatifitas siswa yang dibina dengan baik akan dapat
membawa nama harum sekolah. Oleh karena itu tumbuh kembangkan
kreativitas anak didik di lembaga tersebut.
115