SKRIPSI perbaikan
-
Upload
syuaibsyuaib88 -
Category
Documents
-
view
306 -
download
3
Transcript of SKRIPSI perbaikan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Islam, pentingnya pendidikan tidak semata-mata mementingkan individu,
melainkan erat kaitannya dengan kehidupan sosial kemasyarakatan. Konsep
belajar/pendidikan dalam Islam berkaitan erat dengan lingkungan dan kepentingan
umat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan senantiasa dikorelasikan dengan
kebutuhan lingkungan, dan lingkungan dijadikan sebagai sumber belajar. Seorang
peserta didik yang diberi kesempatan untuk belajar yang berwawasan lingkungan akan
menumbuh kembangkan potensi manusia sebagai pemimpin. Firman Allah :
Terjemahannya :“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: ‘Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’ mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’ Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.’ (QS Al Baqarah 30)1
. Kaitan dengan pentingnya pendidikan bagi umat, Allah berfirman:
Terjemahannya :“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Imran:104)2
1 Departemen Agama. Al-Qur’an dan Terjemahannya. (Jakarta : Departemen Agama, 2002)2 Departemen Agama. Op.Cit
1
Begitu pula dalam undang-undang republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 bab II
pasal 3 Tentang Tujuan Sistem Pendidikan Nasional sebagai berikut :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3
Pemisahan dan pengotakan antara agama dan sains jelas akan menimbulkan
kepincangan dalam proses pendidikan, agama jika tanpa dukungan sains akan menjadi
tidak mengakar pada realitas dan penalaran, sedangkan sains yang tidak dilandasi oleh
asas-asas agama dan akhlaq atau etika yang baik akan berkembang menjadi liar dan
menimbulkan dampak yang merusak. Murtadha Mutahhari seorang ulama, filosof dan
ilmuwan Islam menjelaskan bahwa iman dan sains merupakan karakteristik khas insani,
di mana manusia mempunyai kecenderungan untuk menuju ke arah kebenaran dan
wujud-wujud suci dan tidak dapat hidup tanpa menyucikan dan memuja sesuatu. Ini
adalah kecenderungan iman yang merupakan fitrah manusia. Tetapi di lain pihak
manusia pun memiliki kecenderungan untuk selalu ingin mengetahui dan memahami
semesta alam, serta memiliki kemampuan untuk memandang masa lalu, sekarang dan
masa mendatang (yang merupakan ciri khas sains). Dari penjelasan diatas telah nampak
dengan jelas pentingya ilmu pengetahuan kapanpun dan dimanapun dan hal ini juga
tidak akan tercapai tanpa kemampuan pemahaman yang baik. Dalam hal kemampuan
pemahaman, erat kaitannya dengan kemampuan otak dan keadaan jiwa seseorang saat
itu.
Di MI DDI Ujung Lare nampak sebagian besar murid sulit untuk menerima materi
pelajaran yang dijelaskan guru meski telah menggunakan berbagai metode dan variasi
3 Undang-undang republic Indonesia No. 20 tahun 2003 bab II pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2005. Jakarta. PT Armas Duta Jaya
2
hal ini ditunjukkan pada nilai hasil akhir semester dan pengalaman guru selama proses
belajar mengajar berlangsung. Tentu hal ini tidak boleh dibiarkan begitu saja karena
akan membuat murid jenuh dan akhirnya putus asa hingga acuh tak acuh dalam belajar
dan hanya ingin mengerjakan soal yang mudah-mudah saja4.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka Skripsi ini akan menguraikan
masalah tersebut hingga pada tahap proses mencegah dan memperbaiki atau
meningkatkan kemampuan pemahaman murid dengan memanfaatkan ibadah shalat
sebagaimana firman allah :
Terjemahannya :(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (Qs. Ar Ra’d : 28)5
Dengan shalat tentu kita akan mengingat allah dengan demikian hati menjadi tenteram
melalui proses yang bertahap.
B. Rumusan masalah
Dalam pembahasan yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi masalah pokok
dalam penulisan skrispi ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang menyebabkan murid MI DDI Ujung Lare Parepare sering mengalami
kesulitan dalam memahami materi yang dijelaskan meski telah digunakan
variasi dan metode mengajar yang beragam?
2. Apakah shalat dapat meningkatkan kemampuan pemahaman murid MI DDI
Ujung Lare Parepare ?
4 Bahri, Saiful. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka CiptaBudiastuti Widowati. 2001. Pembelajaran kooperatif. Penerbit Universitas negeri Surabaya: Surabaya.
5 Departemen Agama.loc.Cit
3
C. Hipotesis
Dari rumusan masalah diatas, maka dapat disusun suatu hipotesis sebagai jawaban
sementara terhadap rumusan masalah yang telah disebutkan diatas.
Berikut hipotesis dari rumusan masalah diatas,
1. Diduga penyebab mudrid MI DDI Ujung Lare sering mengalami kesulitan dalam
memahami materi yang dijelaskan oelh guru antara lain; jiwa anak terganggu oleh
keadaan anak di rumahnya yang banyak menonton film-film kartun sehingga ketika
belajar di sekolah mereka selalu mengingat dan membayangkan dilm-dilm tersebut.
2. Hal lain yang menyebabkan murid MI DDI Ujung Lare mengalami kesulitan
memahami materi pelajaran karena mereka diberikan pelajaran dalam jumlah yang
banyak dalam waktu yang sangat pendeng.
3. Shalat dapat menngkatkan kemampuan pemahaman murid MI DDI Ujung Lare
dalam menerima materi pelajaran. Hal ini dapat dilihat adanya kecenderungan
mereka yang rajin mengikuti shalat berjamaah baik di sekolah maupun di
rumahnya mereka mengalami peningkatan dan prestasi yang baik.
Shalat memang membawa setiap pelakunya merasakan tenang apabila dilakukan
secara khusyuk berdasarkan ungkapan Al-kisah diatas maka shalat ternyata membawa
efek ketenangan jiwa bagi setiap pelakunya.
D. Tujuan penelitian
Setiap tindakan memiliki tujuannya masing-masing. Untuk penelitian ini juga
memiliki tujuannya sendiri yaitu sebagai berikut ;
1. Mengaktifkan murid MI DDI Ujung Lare dalam melaksanakan shalat lima
waktu.
4
2. Meningkatkan kemampuan murid dalam memahami suatu materi.
3. Dapat menjadi salahsatu metode guru dalam proses belajar mengajar.
4. Untuk dijadikan referensi pada penelitian yang terkait.
E. Manfaat penelitian
Manfaat atau kegunaan penelitian iniyang menjadi sumbangsih tersendiri sebagai
pemecahan masalah bagi konteks yang lebih luas adalah sebgai berikut :
1. Bagi subjek : dapat meningkatkan atau memulihkan kemampuan pemahaman
murid MI DDI Ujung Lare.
2. Bagi guru : dapat membantu mengefektifkan PBM.
3. Bagi instansi pendidikan : dapat dijadikan acuan untuk menetapkan program
kerja baru dibidang psikologi anak dalam pendidikan.
4. Bagi peneliti : mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru yang berharga.
F. Garis-Garis Besar Isi Skripsi
Dalam rancangan penelitian skripsi ini, penulis akan memaparkan pendahuluan
yang akan diuraikan latar belakang masalah yang menjadi acuan mengapa diadakan
penelitian ini, kemudian untuk membatasi masalah yang akan diteliti maka akan
dirumuskan masalah pokok yang akan dibahas, kemudian diberikan hipotesis sebagai
jawaban sementara yang disinkronikan dengan latar belakang masalah dan rumusan
masa, lalu kemudian akan diuraikan pengertian judul agar supaya ada kesamaan
persepsi untuk para pembaca, kemudian setelah itu dijelaskan tujuan dan manfaat dari
penelitian yang menjadi sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan untuk
masyarakat, serta digambarkan garis besar isi skripsi.
5
Pada Bab kedua, penulis akan memaparkan tinjauan dari pustaka yang peneliti
gunakan untuk melogiskan hasil penelitian ini dan menjadi ukuran tingkat kredibilitas
hasil penelitian ini kepada pembaca yang berisi antara lain pengertian dan fungsi ibadah
shalat, pengaruh shalat terhadap tubuh dan jiwa, pentingnya otak, konsep kemampuan
pemahaman anak, dan definisi kecerdasan.
Kemudian pada Bab ketiga, akan dibahas mengenai metode penelitian yang
diuraikan didalamnya tentang pendekatan dan Jenis penelitian, sumber data, Teknik
Pengumpulan Data, dan Teknik analisis data untuk mengakuratkan validitas hasil
penelitian yang merujuk pada bidang studi khusus yang telah dipelajari di bangku
perkuliahan.
Selanjutnya pada Bab ke empat akan dibahas tentang analisis dan pembahasan hasil
penelitian, pada bagian ini di uraikanlah jawaban dari rumusan masalah yang diajukan
dengan menggunakan metode dan tekhnik analisis yang telah ditentukan dan
memproses data yang telah diperoleh dengan benar agar dicapai hasil yang akurat dan
terpercaya.
Pada Bab lima penutup, peneliti mengemukakan kesimpulan dan saran atas refleksi
dari penelitian ini untuk seluruh pembaca terutama untuk subjek dan peneliti sendiri dan
seluruh umat manusia.
Pada bagian akhir penulis menyediakan lampiran yang berisi tentang alat yang
digunakan selama penelitian berlangsung.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KAJIN PUSTAKA
1. Pengertian dan Fungsi Ibadah Shalat
a. Pengertian Ibadah Shalat
Agama islam memiliki satu ritual wajib yang dilakukan lima kali sehari, yaitu
shalat. Dalam sehari, ada lima waktu shalat yaitu saat subuh, dhuhur, ashar, maghrib
dan isya. Shalat juga merupakan rukun islam artinya sesuatu yang wajib dilakukan bila
manusia sudah memeluk agama ini. Rukun islam ada lima yaitu syahadat, shalat, zakat,
puasa dan berhaji.
Ada juga shalat yang sifatnya tidak wajib, yaitu shalat sunnah. Ada banyak ragam
shalat sunnah yang ada dalam islam. Namun karena sifatnya sunnah, maka shalat ini
bersifat melengkapi shalat-shalat wajib. Meskipun bersifat melengkapi, shalat sunnah
bila dilakukan secara khusyuk disertai dengan niat hanya mengharapkan keridhaan
allah, maka nilainya sungguh luhur. Saking hebatnya ibadah shalat, sehingga dikatakan
bahwa shalat adalah soko guru dan pondasi agama.
Shalat adalah bentuk komunikasi dengan sang maha terkasih allah, pencerahan,
rekreasi jiwa yang tidak bisa ditandingi kenikmatannya dengan cara apapun di alam
semesta. Masalahnya, kemana pikiran harus kita arahkan saat kita melakukan ibadah
shalat? Bila kita yakin bahwa shalat adalah meditasi tertinggi (meditasi transendental),
maka seyogyanya kita pahami bagaimana menciptakan titik pikiran secara tepat
sehingga shalat kita dikatakan khusyuk dan benar.
7
b. Fungsi ibadah Shalat
Ibadah shalat memiliki dimensi individual dan sosial. Dimensi individual adalah
bagaimana shalat itu dijadikan sarana untuk berkomunikasi dengan tuhan. Sementara
dimensi sosial shalat adalah bagaimana shalat membawa dampak positif bagi
lingkungan sosial masyarakat dimana individu yang melakukan shalat itu berada.
Pada dasarnya, hakikat shalat adalah mengajak manusia untuk menyadari
keberadaan tuhan itu dekat yang melampaui batasan ruang dan waktu sehingga
kemanapun manusia berada maka dia selalu hadir, mengawasi, menjadi teman paling
setia, dan menjadi kekasih yang tidak pernah absen sedikit pun untuk berbagi suka dan
duka sekaligus sebagai wujud ketundukan manusia pada dzat yang serba maha dan
infinitum ini.
Kesadaran hakikat shalat ini akan memiliki pengaruh kuat dalam mencegah
manusia dari melakukan perbuatan yang keji dan mungkar. Sebagaimana dijelaskan
dalam ayat 45 surat al-‘ankabut “sesungguhnya shalat itu mencegah (manusia) dari
perbuatan yang keji dan mungkar.” Ini sudah masuk dimensi sosial shalat.
Terjemahannya :“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs. Al Ankabuut : 45)6
2. Pengaruh Shalat Terhadap Tubuh dan Jiwa
Ketengan jiwa adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam perjalanan
kehidupan kita, pengaruhnya menelusup kedalam sisi-sisi keseharian bersikap dan
6 Departemen agama. Loc.cit
8
bersosialisasi bahkan terhadap sudut pandang dan kesehatan, bahkan akan menentukan
kekhusyuan kita dalam beribadah.
Disini saya akan menyebutkan beberapa pengetahuan modern yang berkenaan
dengan “Pengaruh ketenangan jiwa pada kesehatan jiwa dan fisik manusia dan pengaruh
Shalat pada ketenangan jiwa".
Dr.Y.Leibman mengatakan dalam bukunya berjudul ‘ketenangan jiwa’ :
“Ketenangan jiwa merupakan pemberian (anugerah) yang diberikan oleh Allah kepada hamba-hambaNya yang terpilih. Ketenangan jiwa memberikan banyak hal berupa kecerdasan, kesehatan, harta dan ketenaran. Ketenangan jiwa diberikan oleh Allah sebagai penghargaan. Setelah dilakukan uji coba selama seperempat abad, ditemukan bahwa ketenangan jiwa merupakan tujuan utama dalam mengarungi hidup. Ketenangan dapat tumbuh dan berkembang tanpa bantuan harta bahkan tanpa bantuan kesehatan. Potensi ketenangan jiwa mampu mengubah pondokan menjadi istana”.7
Sarjana Barat lainnya, Raymond Breil mengatakan,:
“Tidak dalam kemampuan seorang peramal (dukun) untuk menghitung umur seseorang. Tapi orang berilmu mampu membuat perhitungan dan grafik yang menjelaskan umur seseorang dalam hidupnya. Dari perhitungan dan grafik tersebut menjelaskan bahwa orang yang tidak dikuasai oleh amarah, kesusahan, dan kesedihan ia memiliki ketenangan jiwa. Ketenangan jiwa itulah yang merupakan factor terpenting terbentuknya kesempurnaan kesehatan”.8
Sementara itu, Dr. Harry Emerson mengatakan bahwa, “Pilar terpenting yang
menjadi inti kehidupan yang sehat yang terbebas dari penyakit fisik dan jiwa adalah
Ketenangan jiwa”.9
Dr. Herbert Stock, direktur Laboratorium Uji Kendali Mobil Amerika Serikat,
menyimpulkan bahwa :
“Mayoritas kecelakaan mobil yang menimpa sekitar dua juta orang , baik yang luka maupun yang tewas, dan menghancurkan lebih dari satu juta mobil di Amerika dalam satu tahun, diakibatkan oleh ketegangan (kekacauan) yang menimpa jiwa para pengemudi, atau karena pengaruh ketakutan, kesusahan,
7 Dr.Y.Leibman,2002 . Ketenangan Jiwa ; 8 Raymond breil,2002. 9 ibid
9
dan amarah para pengemudi. Hal yang paling diperlukan untuk menghindari kecelakaan tersebut adalah Ketenagan Jiwa”.10
Kaum muslim jaman dahulu telah memahami firman Allah SWT,
Terjemahannya :
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram.” (Qs. Ar Ra’d : 28)11
Mereka berlindung kepada Allah untuk menenteramkan hati mereka, dengan
mengingat Allah merekapun mendapat ketenteraman dengan rahmat Allah. Oleh karena
itu, kita tidak pernah mendengar para sahabat Rasul dan Tabi’in, bahwa mereka
menderita penyakit seperti orang-orang modern yang menderita berbagai penyakit
mematikan, baik penyakit jiwa maupun penyakit fisik.
Kehidupan mereka yang dipenuhi dengan nikmat, sehat, tenteram, dan mudah
yaitu dengan berserah kepada Allah, adalah bukti bahwa keimanan mereka bukan hanya
kata-kata, tetapi iman yang menancap di hati dan dilaksanakan oleh anggota badan.
3. Pentingnya Otak
a. Fakta otak
Otak manusia adalah suatu organ yang beratnya sekitar 1,5 kg atau sekitar 2% dari
dioperasikan dengan bahan bakar glukosa dan oksigen. Saat bayi dilahirkan, otaknya
telah berukuran ¼ dari ukuran otak orang dewasa. Otak menyerap sekitar 20% suplai
oksigen yang beredar di dalam tubuh manusia.
10 ibid11 Departemen Agama. Loc cit.
10
Semua manusia sejak lahir telah memiliki 100.000.000.000 (seratus miliar) sel
otak aktif dan didukung 900.000.000.000 (Sembilan ratus miliar) sel pendukung
lainnya. Jadi, total ada 1 triliun sel otak. Bandingkan dengan lebah yang hanya memiliki
7 ribu sel otak, lalat buah 100 ribu, tikus 5 juta, dan monyet 10 miliar.
Dengan jumlah sel otak yang hanya berjumlah 7.000, lebah dapat mencari madu,
pulang kesarangnya, dan memberi tahu teman-temannya lokasi madu tersebut. Lebah
dapat terbang kesana kemari tanpa perlu membaca peta dan mereka tidak pernah
tersesat. Selain itu, lebah juga membentuk suatu koloni dan ada pembagian tugas
diantara mereka. Ada lebah pekerja, ada lebah yang bertugas merawat ratu lebah dan
anak-anak lebah, dan ada lebah tentara yang bertugas melindungi sarang lebah dari
serangan makhluk asing. Hanya 7000 sel optak, lebah sudah sedemikian hebatnya.
Berbeda dengan lebah, manusia diberi otak yang sedemikian luar biasa
kemampuannya. Naum, ni barulah potensi. Potensi ini harus dikembangkan. Meskipun
memiliki jumlah sel otak yang sangat banyak, ini bukanlah jaminan seseorang dapat
menjadi makhluk yang cerdas. Kecerdasan seseorang sebenarnya tergantung pada
seberapa banyak koneksi sel otak memiliki kemungkinan koneksi dari 1 hingga 20.000
koneksi. Jadi, bias dibayangkan betapa besar potensi yang dimiliki manusia.
Koneksi antar sel otak akan terjadi bila kita menggunakan dan melatihnya, maka
akan semakin banyak terjadi koneksi. Koneksi hanya terjadi bila kita dapat menciptakan
arti pada apa yang kita pelajari.12
b. Gelombang otak
12 Adi.G.W, 2003. Born to be a genius : Otak Manusia, Mengenal Lebih Dekat Neck Top Computer Anda. 2003. Gramedia Pustaka Utama .Jakarta.
11
Beruntung, para ahli saraf (neurolog) telah menemukan jawabannya. Dan
jawabannya terletak pada empat level gelombang otak kita. Melalui serangkaian
eksperimen dan alat ukur yang bernama EEG (Electro EncephaloGram), mereka
menemukan ternyata terdapat empat level getaran dalam otak kita. Mari kita simak
bersama empat gelombang kesadaran itu.
Berdasarkan pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang disebut EEG
(electro encepalograph) kita mengenal ada empat jenis gelombang otak, yaitu beta, alfa,
theta, dan delta.
Pengukuran gelombang otak ini didasarkan pada getaran yang ditimbulkan oleh
otak kita dalam satu detik. Kita mungkin bias berada dalam dua gelombang yang
berbeda dalam satu waktu. Masing-masing gelombang ini menjelaskan suatu kondisi
operasi otak yang berbeda.
1) Gelombang Beta
Beta (14 – 100 Hz). Dalam frekuensi ini kita tengah berada pada kondisi aktif
terjaga, sadar penuh dan didominasi oleh logika. Inilah kondisi normal yang kita
alami sehari-hari ketika sedang terjaga (tidak tidur). Kita berada pada frekuensi
ini ketika kita bekerja, berkonsentrasi, berbicara, berpikir tentang masalah yang
kita hadapi, dll. Dalam frekuensi ini kerja otak cenderung memantik munculnya
rasa cemas, khawatir, stress, dan marah. Gambar gelombang otak kita dalam
kondisi beta adalah seperti dibawah ini.
Gambar 1.1 : Gelombang Beta
2) Gelombang Alfa
12
Alpha (8 – 13.9 Hz). Ketika otak kita berada dalam getaran frekuensi ini, kita
akan berada pada posisi khusyu’, relaks, meditatif, nyaman dan ikhlas. Dalam
frekuensi ini kerja otak mampu menyebabkan kita merasa nyaman, tenang, dan
bahagia.
Kondisi alfa adalah kondisi yang paling baik untuk belajar. Ada beberapa cara
untuk bias masuk kedalam kondisi ini dan kita dapat melakukannya secara
mudah. Beberapa cara yang biasa diguanakan adalah :
a) Meditasi
b) Teknik pernapasan
c) Relaksasi
d) Visualisasi
e) Mendengarkan music
f) Shalat
Kondisi alfa digunakan untk mencapai hasil pembelajaran yang sangat
maksimal. Teknik-teknik pembelajaran yang Adi W. Gunawan (pendiri
sekaligus direktur the accelerated learning institute and training center of
Indonesia) dalami seperti metode accelerated learning (system belajar
dipercepat), pembelajaran bahasa asing secara cepat dan mudah, dan membaca
dengan kecepatan 68.000 kata permenit (buku setebal 300 halaman habis
dibaca dalam waktu paling lama 10 menit), semuanya mengharuskan Adi
masuk kedalam kondisi Alfa sebelum melakukan kegiatan belajar.
Berikut gambar gelombang alpha.
13
Gambar 1.2 : Gelombang Alfa
3) Gelombang theta
Theta (4 – 7.9 Hz). Dalam frekuensi yang rendah ini, seseorang akan berada
pada kondisi sangat khusyu’, keheningan yang mendalam, deep-meditation, dan
“mampu mendengar” nurani bawah sadar. Inilah kondisi yang mungkin diraih
oleh para ulama dan biksu ketika mereka melantunkan doa ditengah keheningan
malam pada Sang Ilahi. Berikut gambar gelombang otak kita ketika berada
dalam kondisi theta.
Gambar 1.3 : Gelombang Theta
4) Gelombang Delta
Delta (0,1 – 3,9 Hz). Frekuensi terendah ini terdeteksi ketika orang tengah
tertidur pulas tanpa mimpi. Dalam frekuensi ini otak memproduksi human
growth hormone yang baik bagi kesehatan kita. Bila seseorang tidur dalam
keadaan delta yang stabil, kualitas tidurnya sangat tinggi. Meski tertidur hanya
sebentar, ia akan bangun dengan tubuh tetap merasa segar.
Gambar 1.4 : Gelombang Delta
Nah, penyelidikan menunjukkan bahwa proses penumbuhan keyakinan positif
dalam pikiran kita akan berlangsung dengan optimal jika otak kita tengah berada pada
14
kondisi Alpha (atau juga kondisi Theta). Dalam frekuensi inilah, kita bisa
menginjeksikan energi positif dalam setiap jejak sel saraf kita secara mulus. Apabila
kita merajut keyakinan positif dan visualisasi keberhasilan dalam kondisi alpha, maka
rajutan itu benar-benar akan menembus alam bawah sadar kita. Pada gilirannya, hal ini
akan memberikan pengaruh yang amat dahsyat pada pola perilaku kita ketika berproses
menuju puncak keberhasilan yang diimpikan.
Pertanyaannya sekarang adalah : bagaimana caranya agar kita bisa berada
kondisi alpha?
Bagi Anda yang muslim, ada satu langkah yang mujarab : sholat tahajud di
tengah keheningan malam (Jika Anda beragama Kristen, mungkin medianya adalah
dengan melakukan “retreat”).
Begitulah, para kaum bijak bestari berkisah, dalam momen-momen kontemplatif
ketika bersujud dihadapan Sang Ilahi, selalu ada perasaan keheningan yang
menggetarkan, perasaan khusyu’ yang sungguh menghanyutkan. Saya berpikir perasaan
ini muncul karena saat itu kondisi otak kita sedang berada pada gelombang alpha. Dan
percayalah, dalam momen itu, kita dengan mudah bisa memasukkan energi positif dan
spirit keyakinan dalam segenap pikiran kita. Dalam momen inilah, dalam hamparan
kepasrahan total pada Sang Pencipta dan rasa syukur yang terus mengalir, kita bisa
merajut butir-butir keyakinan positif itu dalam segenap raga kita. Dalam segenap jiwa
dan batin kita.
c. Rentang focus yang optimal
15
Otak ktia tidak dapat dipaksa untuk melakukan focus dalam jangka waktu yang
lama. Untuk mudahnya, kita bisa menggunakan patokan usia. Usia kita anggap menit
dengan maksimal 30 menit. Contohnya, untuk anak berusia 5 tahun, rentang waktu
focus optimal yang bias dilakukannya hanya 5 menit. Untuk orang dewasa yang berusia
24 tahun, focus optimalnya adalah 24 menit. Bila ia berusia 35 tahun atau 60 tahun,
maka focus optimalnya hanyalah 30 menit. Jadi, 30 menit adalah rentang waktu focus
maksimal agar tidak tidak terjadi kelelahan otak yang berlebihan.
Idealnya waktu 30 menit ini dibagi menjad 3 bagian. Yang pertama adalah masa
persiapan. Gunakan waktu selama 5 menit untuk melakukan relaksasi dan menetapkan
apa tujuan anda belajar, serta hasil apa yang ingin dicapai. Setelah itu gunakan 20 menit
untuk belajar. Sedangkan 5 menit yang tersisa digunakan untuk refleksi atas apa saja
yang baru dipelajari.
d. Tiga tingkat efektivitas otak dalam belajar.
Otak kita belajar dengan menggunakan urutan prioritas. Urutan prioritas ini akan
mempengaruhi tingkat perhatian dan konsentrasi dalam mempelajari sesuatu dan
seberapa kuat informasi itu akan tertanam di dalam ingatan kita. Perhatikan bagan
dibawah ini.
Gambar 2 : bagan tingkat efektivitas otak dalam belajarSumber : Adi W. Gunawan. Born To Be A Genius (2003)
Perhatian dan konsentrasi maksimal akan diberikan oleh otak terhadap informasi
yang berubungan dengan keselamatan diri. Semakin dianggap penting untuk
16
BELAJAR HAL YANG BARUBELAJAR HAL YANG BARU
MEMBANGKITKAN EMOSIMEMBANGKITKAN EMOSI
UNTUK KESELAMATAN HIDUPUNTUK KESELAMATAN HIDUP
keselamatan hidup, maka semakin tinggi perhatian dan semakin kuat konsentrasi yang
diberikan untuk informasi itu. Dengan demikian akan semakin kuat daya serap dan
ingatan yang terjadi.
Prioritas kedua adalah apabila informasi itu membangkitkan emosi, baik emosi
sedih maupun emosi gembira. Dalam proses belajar tentu saja kita akan lebih
memprioritaskan emosi-emosi yang positif. Semakin kuat semakin kuat informasi itu
membangkitkan emosi kita, maka akan semakin kuat pula perhatian dan konsentrasi
terhadap informasi tersebut.
Prioritas terakhir adalah informasi yang berhubungan dengan proses belajar
biasa. Informasi ini mendapat perhatian dan konsentrasi yang paling sedikit.
Dalam proses belajar tentu sangat sulit untuk membuat situasi dimaan informasi
yang kita pelajari seakan-akan sangat menentukan keselamatan hidup kita. Karena
inisulit terjadi, maka cara paling efektif adalah dengan menggunakan metode kedua,
yaitu informasi tersebut membangkitkan emosi. Ada beberapa cara untuk mengaitkan
informasi dengan emosi positif. Diantaranya adalah dengan permainan, menciptakan
suasana belajar yang kondusif, menetapkan tujuan belajar, dan hadiah yang akan
didapat bila tujuan itu tercapai, atau dengan mencari alasan emosional mengapa
informasi ini perlu dipelajari.
4. Konsep Kemampuan Pemahaman Anak
Kemampuan pemahaman setiap manusia dipengaruhi oleh tiga aspek penting,
yakni Afektif, Kognitif dan Psikomotorik. Afektif ialah yang berkaitan dengan sikap,
moral, etika, akhlak, manajemen emosi, dll. Kognitif ialah yang berkaitan dengan aspek
pemikiran, transfer ilmu, logika, analisis, dll. Sedangkan Psikomotorik adalah yang
17
berkaitan dengan praktek atau aplikasi apa yang sudah diperolehnya melalui jalur
kognitif
Pengertian (pemahaman) adalah kemampuan untuk menangkap sifat, arti atau
keterangan tentang sesuatu. Dapat juga diartikan sebagi kemampuan untuk memahami
tentang sesuatu sehingga muncul konsep-konsep. Macam konsep yang dimiliki anak-
anak antara lain :
1. Konsep tentang hidup atau mati.
Sampai usia 6 tahun anak memahami segala sesuatu yang bergerak memiliki
kesadaran atau hidup dan boneka hewan atau manusia adalah hidup. Mati adalah
pergi jauh.
2. Konsep tentang letak dan fungsi tubuh
Sampai usia 5 tahun anak masih salah tentang letak jantung atau hati. Demikian
juga tentang melahirkan dianggapnya lewat perut dengan cara operasi.
3. Konsep tentang hubungan sebab-akibat
Pemahaman tentang sebab yang sifatnya fisik lebih dapat dipahami daripada
sebab yang sifatnya psikis.
4. Konsep tentang waktu
Anak masih belum dapat memahami tentang 3 jam lagi, lusa, kapan, kemarin
dulu.
5. Konsep tentang jarak
6. Konsep tentang bilangan
Bilangan 1 sampai sepuluh dapat dipahami urutan besarannya namun untuk
puluhan belum.
7. Konsep tentang uang
18
Konsep tentang uang dikaitkan dengan kasih sayang, perhatian dari orang lain,
dan pengendali perilakunya.
8. Konsep tentang keindahan
Menganggap indah warna yang menyolok.
9. Konsep diri
Menggambarkan dirinya cantik dan disenangi orang dari penilaian orang lain
terhadap dirinya.
10. Konsep tentang peran sex (jenis kelamin)
Wanita harus sopan dan empati (menghibur dan laki-laki harus kuat atau suka
menolong.
5. Definisi kecerdasan
a. Definisi kecerdasan tergantung pada situasi, kondisi, tradisi, dan kebudayaan.
Setiap suku bangsa di dunia ini mempunyai criteria tertentu untuk menentukan
definisi kecerdasan. Criteria ini akan berbeda antara satu suku bangsa dengan suku
bangsa lainnya.
Bangsa yunani kuno sangat menghrgai orang cerdas yang mempunyai fisik kuat,
pemikiran yang rasional, dan menunjukkan perilaku yang baik dan bermoral.
Bangsa romawi pada sisi lain sangat menghargai keberanian. Bangsa cina,
dibawah pengaruh filsuf Confucius, sangat menghargai orang yang mahir dibidang
puisi, music, kaligrafi, ilmu perang, dan melukis. Sedangkan pada orang-orang keres,
dari suku Indian pueblo, sangat menghargai orang yang peduli dengan orang lain.
Bila seorang ahli bedah saraf terkemuka yang tinggal di newyork, amerika,
dibawa kebelantara gurun Australia dan tinggal bersama suku aborigin, lalu dokter ini
19
diminta untuk mengamati suatu hamparan dataran, apakah yang ia lihat? Mungkin saja
dokter ini hanya melihat hamparan dataran yang gersang ditumbuhi semak belukar dan
kontur dataran yang naik turun. Itu saja. Tetapi, suku aborigin ini hanya sekali pandang
saja akan tahu jenis tanaman yang ada, mana yang bisa dimakan dan mana yang
beracun, dimana bisa mendapatkan air minum, jenis hewan apa saja yang dapat dimakan
dan yang berbahaya. Suku aborigin juga akan tahu, berdasarkan jejak yang terdapat
ditanah, hewan apa saja yang baru lewat dan kemana hewan itu lari atau bersembunyi.
Dalam keadaan ini, siapakah yang lebih cerdasa?
Sekarang, bila kita balik keadaannya. Orang aborigin ini dibawa ke newyork
dengan segala kemajuan peradaban dan tekhnologinya. Kalau situasinya begini,
siapakah yang lebih cerdas? Dokter bedah ataukah si Aborigin?
Dari contoh diatas sebenarnya sulit untuk mengatakan siapa yang lebih cerdas.
Ini semua tergantung pada situasi, kondisi, tradisi, dan kebudayaan setempat.
b. Definisi kecerdasan menurut pakar psikologi
Pada tahun 1921, empat belas ahli ilmu jiwa ditanyai oleh editor “journal of
education psychology” mengenai arti kecerdasan. Walauun jawaban mereka bervariasi,
namun ada dua tema pokok yang sama dalam jawaban mereka.
Menurut mereka, kecerdasan adalah :
1) Kapasitas untuk belajar dari pengalaaman
2) Kemampuan untuk beradaptasi
Dua ddfinisi di atas merupakan hal yang sangat penting. Kapasitas untuk belajar
dari pengalaman berarti orang yang cerdasa juga dapat melakukan kesalahan. Malah
orang yang cerdas sesungguhnya bukanlah orang yang tidak pernah membuat
20
kesalahan. Orang yang cerdas adalah orang yang membuat kesalahan, belajar dari
kesalahan tersebut, dan tidak membuat kesalahan yang sama lagi.
Kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan berarti untuk menjadi cerdas
tidak tidaklah semata-mata bergantung pada nilai atau hasil suatu tes atau ujian
disekolah. Di sini menjadi cerdas meliputi kemampuan anda untuk menangani suatu
pekerjaan, bagaimana berhubungan dengan orang lain, dan bagaimana anda mengatur
hidup anda dengan orang lain, dan bagaimana anda mengatur hidup anda secara umum.
Enam puluh lima tahun kemudian atau pada tahun 1986, dua puluh empat pakar
yang berbeda diminta pandangannya mengenai arti kecerdasan. Sekali lagi, walaupun
mempunyai jawaban yang bervariasi, mereka setuju bahwa cerdas berarti dapat belajar
dari pengalaman dan mampu melakukan adaptasi atau penyesuaian terhadap
lingkungan, dengan penekanan pada aspek metakognisi-kemampuan berpikir tentang
proses berpikir itu sendiri.
c. Kecerdasan spiritual
1) Pengertian Kecerdasan Spiritual
Secara konseptual kecerdasan spiritual terdiri dari gabungan kata kecerdasan dan
spiritual. Kecerdasan berasal dari kata cerdas yaitu sempurna perkembangan akal budi
untuk berfikir dan mengerti.13 Sedangkan spiritual berasal dari kata spirit yang berasal
dari bahasa latin yaitu spritus yang berarti nafas. Dalam istilah modern mengacu kepada
energi batin yang non jasmani meliputi emosi dan karakter.14 Dalam kamus psikologi
spirit adalah suatu zat atau makhluk immaterial, biasanya bersifat ketuhanan menurut
aslinya, yang diberi sifat dari banyak ciri karakteristik manusia, kekuatan, tenaga,
13 Departemen Pendidikan & Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1993) cet. Ke-2, h. 186.
14 Toni Buzan, Kekuatan ESQ: 10 Langkah Meningkatkan Kecerdasan Emosional Spiritual, terjemahan Ana Budi Kuswandani, (Indonesia : PT Pustaka Delapratosa, 2003) cet. Ke-1, h. 6.
21
semangat, vitalitas energi disposisi, moral atau motivasi.15 Dengan demikian dapat
dimaknai bahwa yang dimaksud dengan kecerdasan spiritual adalah kemampuan yang
sempurna dari perkembangan akal budi untuk memikirkan hal-hal diluar alam materi
yang bersifat ketuhanan yang memancarkan energi batin untuk memotivasi lahirnya
ibadah dan moral.
Danah Zohar dan Ian Marshal mengatakan bahwa: “Kecerdasan spiritual adalah
kecerdasan untuk menghadapi perilaku atau hidup kita dalam konteks makna yang lebih
luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa hidup seseorang lebih bermakna bila
dibandingkan dengan yang lain. SQ adalah landasan yang diperlukan untuk
memfungsikan IQ dan EQ secara efektif bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi
manusia”.16
Dari kutipan di atas dapat dipahami bahwa kecerdasan spiritual adalah
kecerdasan yang paling tinggi, bahkan kecerdasan inilah yang dipandang berperan
memfungsikan dari kecerdasan IQ dan EQ. Sebelum kecerdasan ini ditemukan, para
ahli sangat bangga dengan temuan tentang adanya IQ danEQ, sehingga muncullah suatu
paradigma dimasyarakat bahwa otak itu adalah segala-galanya, padahal nyatanya
tidaklah demikian.
Rodolf Otto, sebagaimana dikutip oleh Sayyed mendefinisikan spiritual sebagai
“pengalaman yang suci”. Pemaknaan ini kemudian diintroduksi oleh seluruh pemikir
agama (spiritualis) dalam “pemahaman makna keyakinankeyakinan dalam konteks
sosial mereka”. Jadi tegasnya, spiritual diasumsikan bukan dalam pengertian
diskursifnya, at home atau in side, melainkan terefleksikan dalam perilaku sosialnya. Ini
15 J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta : Rajawali Pers, 1989) cet. Ke-1, h. 480.16 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spritual ESQ,
(Jakarta : Agra, 2001) cet. Ke-1, h. 57.
22
sekaligus menunjukkan klaim bahwa segala perilaku sosial manusia niscaya juga
diwarnai oleh “pengalaman yang suci” itu spiritualitasnya.17
Selanjutnya Ary Ginanjar Agustian mendefinisikan bahwa kecerdasan spiritual
adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah pada setiap perilaku dan kegiatan
melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia seutuhnya
(hanif), dan memiliki pola pemikiran tauhid (integralistik) serta berprinsip hanya karena
Allah.18 Dengan demikian berarti orang yang cerdas secara spiritual adalah orang yang
mampu mengaktualisasikan nilai-nilai Ilahiah sebagai manifestasi dari aktifitasnya
dalam kehidupan sehari-hari dan berupaya mempertahankan keharmonisan dan
keselarasan dalam kehidupannya, sebagai wujud dari pengalamannya terhadap tuntutan
fitrahnya sebagai makhluk yang memiliki ketergantungan terhadap kekuatan yang
berada diluar jangkauan dirinya yaitu Sang Maha Pencipta.
Kebutuhan akan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan keyakinan,
mengembalikan keyakinan, memenuhi kewajiban agama, serta untuk menyeimbangkan
kemampuan intelektual dan emosional yang dimilikiseseorang, sehingga dengan
kemampuan ini akan membantu mewujudkan pribadi manusia seutuhnya. Untuk
keperluan itu perlulah kiranya Allah mengutus seorang Rasul yaitu Muhammad SAW,
sebagaimana yang disebutkan dalam firmannya Q.S. Al-Jum’ah, 62:2
Terjemahannya: Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta
huruf dari kalangan mereka sendiri yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah (sunnah), meskipun sebelumnya mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.19
17 Ibid. h. 818 Ary Ginanjar Agustian, op. cit. h. 57.
23
Spiritual dalam Islam identik dengan kecerdasan ruhaniah yang pada dasarnya
tahap pencerdasan ruh ini dapat kita mulai sejak pra kehamilan, kemudian kita teruskan
pada saat kehamilan, dan dapat terus kita bangun sejak balita hingga dewasa.
Dalam memahami spiritual ini, sains pun tidak bisa berdiri sendiri. Sains tetap
membutuhkan instrumen-instrumen, lantaran “lain dari yang kelihatan” atau yang luar
biasa. Ada dua instrumen yang lazim digunakan dalam dunia spiritual ini yang satu
bersifat kolektif dan lainnya bersifat privasi. Yang bersifat kolektif itu bagi suku,
masyarakat, peradaban, atau tradisi adalah instrumen wahyu yang ada dalam teks suci,
sedangkan bagi masyarakat yang tidak kenal baca tulis (primitif), instrumen yang
digunakan adalah mitos yang termuat dalam legenda-legenda mereka. Jika seseorang
dibesarkan dalam tradisi tulis baca yang mengajarkan gambaran antropomorfis Tuhan
yang berasal dari teks-teks suci, ia niscaya menganggap kebenaran sebagai sesuatu yang
muncul dari pemahaman alam bawah sadarnya tentang teladan-teladan spiritual. Ini
terjadi karena pada akhirnyapetualangan manusia, ternyata roh (dimensi Ilahiyah yang
terdapat dalam dirimanusia) dan yang tidak terbatas (dimensi Ilahi yang yang terdapat
dalamfinalitas transpersonal Tuhan) adalah identik.20
Manusia itu adalah “serpihan” Ilahi sebenarnya. Artinya semakin disadari dan
dihayati hakikat diri, semakin tahu dan kenal akan Tuhan. Menghadirkan Tuhan ke
dalam setiap diri memang sangat tidak rasional menurut pandangan ilmiah, tetapi hal itu
harus didorong oleh keyakinan yang dalam bahwa seluruh aktifitas adalah gerakan
kekuatan yang ditransfer-Nya (dari kekuatan absolut). Setiap manusia yang memiliki
kemampuan transendental, maka kehidupannya adalah jelmaan dari hidup-Nya.
Sehingga disanalah kepantasaan manusia menyandang gelar makhluk mulia yang
19 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Edisi Khat Madinah, (Bandung : Syamil Cipta Media, 2005), h. 553.
20 Sayyed Hossein Nasr, op. cit., h. 10.
24
dibekali dengan pengalaman suci dan fitrah beragama semenjak ia dari kandungan
ibunya. Maka makna hidup manusia dengan demikian terletak pada tingkat spiritualitas
yang dimilikinya. Ada sebagian manusia berpendapat bahwa yang dicapai dalam proses
pembinaan spiritualitas tersebut itulah Tuhan yang sebenarnya. Bahkan sebagai tenaga
peggerak untuk membentangkan celah dari masa lalu ke masa depan, merupakan bagian
dari proses yang berlangsung selama milyaran tahun dan masih berlangsung hingga
sekarang yang dengan itu alam semesta terus membentuk debu-bintang menjadi
manusia. Perencanaan alam semesta adalah menyadari akan pengaruh pada
penyingkapan penciptaan. Jika perubahan kuantum dalam kesedaran semacam itu
benar-benar terjadi, itu akan mewakili kemenangan heroik atas determinisme, bukan
atas alam, melainkan akan batasan-batasan pikiran sendiri yang mencegah untuk bekerja
secara selaras dengan alam semesta.
2) Ciri-Ciri Kecerdasan Spiritual
Roberts A. Emmons sebagaimana dikutip oleh Jalaluddin Rakhmat, ada 5 ciri
orang yang cerdas secara spiritual.21
a) Kemampuan untuk mentransendensikan yang fisik dan material.
b) Kemampuan untuk mengalami tingkat kesadaran yang memuncak.
Dua karakteristik diatas disebut sebagai komponen inti kecerdasan spiritual.
Anak yang merasakan kehadiran Tuhan atau makhluk ruhaniyah
disekitarnya mengalami transendensi fisikal dan material. Ia memasuki dunia
spiritual, ia mencapai kesadaran kosmis yang menggabungkan dia dengan seluruh alam
semesta.
c) Kemampuan untuk mensakralkan pengalaman sehari-hari.
21 www. muthahhari.or.id/doc/artikel/sqanak.htm (tidak diterbitkan)
25
d) Kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber spiritual buat menyelesaikan
masalah. Anak yang cerdas secara spiritual tidak memecahkan persoalan
hidup hanya secara rasional atau emosional saja. Ia menghubungkannya
dengan makna kehidupan secara spiritual. Ia merujuk pada warisan spiritual
yaitu Al-Qur’an dan Sunnah.
e) Kemampuan untuk berbuat baik, yaitu memiliki rasa kasih yang tinggi pada
sesama makhluk Tuhan seperti memberi maaf, bersyukur atau
mengungkapkan terima kasih, bersikap rendah hati, menunjukkan kasih
sayang dan kearifan, hanyalah sebagai dari kebajikan.
Menurut Marsha Sinetar (2000), pribadi yang memiliki kecerdasan spiritual (SQ)
mempunyai kesadaran diri yang mendalam, intuisi dan kekuatan “keakuan” atau
“otoritas” tinggi, kecendrungan merasakan “pengalaman puncak” dan bakat-bakat
“estetis”.22 Dari dua pendapat tersebut diatas, penulis menyimpulkan bahwa anak yang
cerdas secara spiritual akan terlihat dalam beberapa ciri-ciri yang dimiliki oleh anak
tersebut. Diantara ciri-ciri anak yang memiliki kecerdasan spiritual adalah:
3) Memiliki Tujuan Hidup yang Jelas
Menurut Stephen R. Covey seperti yang dikutip oleh Toto Tasmara dalam
bukunya Kecerdasan Rohaniyah, visi adalah pengejawantahan yang terbaik dari
imajinasi kreatif dan merupakan motivasi utama dari tindakan manusia. Visi adalah
kemampuan utama untuk melihat realitas yang kita alami saat ini untuk menciptakan
dan menemukan apa yang belum ada.23
22 Monty P. Satiadarma & Fidelis E. Waruwu, Mendidik Kecerdasan, (Jakarta : Pustaka Populer Obor, 2003) cet. Ke-1. h. 46.
23 Toto Tasmara, Kecerdasan Rohaniyah Transcendental Intelegensi, (Depok : Gema Insani Pers, 2003) cet. Ke-3, h. 10
26
Visi adalah komitmen (keterikatan, akad) yang dituangkan dalam konsep jangka
panjang, yang akan menuntun dan mengarahkan kemana ia harus pergi, keahlian apa
yang kita butuhkan untuk sampai ketujuan, dan bekal apa yang dibutuhkan untuk
mencapai sasaran dan target yang telah ditetapkan.
Seseorang yang cerdas secara spiritual akan memiliki tujuan hidup berdasarkan
alasan-alasan yang jelas dan bisa dipertanggung jawabkan baik secara moral maupun
dihadapan Allah SWT nantinya. Dengan demikian hidup manusia sebenarnya bukan
sekedar memenuhi kebutuhan jasmani saja seperti; makan, minum, tidur, berkasih
sayang dan sebagainya, tetapi lebih jauh dari itu, manusia juga memerlukan kebutuhan
rohani seperti mendekatkan diri kepada Allah dengan cara beribadah yang tujuan
akhirnya adalah untuk mencapai ketenangan dan ketentraman dalam hidupnya.
Orang yang memiliki tujuan hidup secara jelas akan memperoleh manfaat yang
banyak dari apa yang telah dicita-citakannya, diantara manfaat tujuan hidup adalah:
1) Mendorong untuk berfikir lebih mendalam tentang kehidupan.
2) Membantu memeriksa pikiran-pikiran yang terdalam.
3) Menjelaskan hal-hal yang benar-benar penting untuk dilakukan.
4) Memperluas cakrawala pandangan.
5) Memberikan arah dan komitmen terhadap nilai-nilai yang diyakini.
6) Membantu dalam mengarahkan kehidupan.
7) Mempermudah dalam mengelola potensi dan karunia yang ada.
Kualitas hidup seseorang sangat tergantung kepada persepsinya terhadap tujuan
hidupnya. Persepsinya terhadap tujuan hidupnya amat dipengaruhi pula oleh
pandangannya terhadap dirinya sendiri, jika seseorang selalu pesimis dalam
melaksanakan aktivitas yang menjadi tujuannya, maka ia juga akan memperoleh hasil
27
yang tidak memuaskan. Demikian pula sebaliknya, orang yang selalu optimis dalam
kehidupan, maka keberhasilan juga akan selalu dekat dengannya. Firman Allah dalam
Q.S. Fushshilat (41), ayat : 46.
Terjemahannya: Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barang siapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hamba (Nya).24
4) Memiliki Prinsip Hidup
Prinsip adalah suatu kesadaran fitrah yang berpegang teguh kepada pencipta yang
abadi yaitu prinsip yang Esa. Kekuatan prinsip akan menentukan setiap tindakan yang
akan dilakukan dalam mencapai tujuan yang diinginkan, jalan mana yang akan dipilih,
apakah jalan yang benar atau jalan yang salah. Semuanya tergantung kepada
keteguhannya dalam memegang prinsip yang telah ditatapkannya. Seperti firman Allah
dalam surat Asy-Syams (91), 8-10.
Terjemahannya : Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya, (8) sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, (9) dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (10)25
Berdasarkan firman Allah di atas, manusia telah diberi potensi yang mengarah
kepada kebaikan oleh Allah, tinggal bagaimana seseorang menjadikan potensi tersebut
sebagai bekal untuk senantiasa berpegang kepada prinsip yang benar yaitu sesuai
dengan panggilan hati nuraninya.
24 Departemen Agama RI, Op. Cit., h. 481.25 Ibid, h. 595.
28
Orang yang cerdas secara spiritual adalah orang yang menyadarkan prinsipnya
hanya kepada Allah semata, dan ia tidak ragu-ragu terhadap apa yang telah diyakininya
berdasarkan ketentuan Ilahiah.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Fushshilat, ayat : 30.
Terjemahannya: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan); “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.26
5) Selalu Merasakan Kehadiran Allah
Orang yang memiliki kecerdasan spiritual selalu merasakan kehadiran Allah,
bahwa dalam setiap aktivitas yang mereka lakukan tidak satupun yang luput dari
pantauan Allah SWT. Dengan kesadaran itu pula, akan lahir nilai-nilai moral yang baik
karena seluruh tindakan atau perbuatannya berdasarkan panggilan jiwanya yang suci,
sehingga akan lahirlah pribadi-pribadi yang teguh memegang prinsip keimanannya.
Perasaan selalu merasakan kehadiran Allah dalam jiwa kita, tentu saja tidak datang
begitu saja, tanpa proses terlebih dahulu, tatapi melalui pembersihan jiwa dengan
memperbanyak ibadah-ibadah kepada Allah.
Firman Allah SWT dalam surah Ali ‘Imran ayat 191:
26 Ibid, h. 480.
29
Terjemahannya : (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. Ali ‘Imran (3) ayat 191).27
6) Cenderung kepada Kebaikan
Insan yang memiliki kecerdasan spiritual akan selalu termotivasi untuk
menegakkan nilai-nilai moral yang baik sesuai dengan keyakinan agamanya dan akan
menjauhi segala kemungkaran dan sifat yang merusak kepada kepribadiannya sebagai
manusia yang beragama. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat At-Taubah, 9 : 71.
Terjemahannya : Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.28
7) Berjiwa Besar
Manusia yang memiliki kecerdasan ruhiyah atau spiritual, akan sportif dan
mudah mengoreksi diri dan mengakui kesalahannya. Manusia seperti ini sangat mudah
memaafkan dan meminta maaf bila ia bersalah, bahkan ia akan menjadi karakter yang
27 Ibid, h. 75.28 Ibid, h. 198.
30
berkepribadian yang lebih mendahulukan kepentingan umum dari dirinya sendiri. Allah
menjelaskan hal ini dalam surat Ali Imran, 3 : 134.
Terjemahannya: (yaitu) orang-orang yang menafkankan hartanya), baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.29
8) Memiliki Empati
Manusia yang memiliki kegemilangan spiritual, adalah orang yang peka dan
memiliki perasaan yang halus, suka membantu meringankan beban orang lain, mudah
tersentuh dan bersimpati kepada keadaan dan penderitaan orang lain.
d. Pengaruh SQ terhadap IQ dan EQ
Kecerdasan klasik yang masih permanen sampai hari ini adalah pemisahan antara
SQ, IQ dan EQ, padahal ketiganya saling mempengaruhi. Dari literatur yang penulis
baca salah satu diantaranya adalah ESQ karangan Ary Ginanjar dalam tulisannya
menggambarkan bahwa hubungan IQ, EQ dan SQ bagaikan segitiga sama kaki, dimana
ketiga sudutnya tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Untuk lebih jelasnya penulis
akan mengilustrasikannya seperti dibawah ini:
29 Ibid, h. 67.
31
Gambar 3 : Ilustrasi Pengaruh SQ terhadap IQ dan EQ
Gambar segitiga ini menjelaskan bahwa SQ adalah landasan yang diperlukan
untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif, bahkan SQ merupakan kecerdasan
tertinggi yang menghasilkan ketenangan jiwa (jiwa muthma’innah).30 Ketenangan jiwa
yang dimiliki oleh Sang Pemilik Kecerdasan Ruh akan terpancar pada wajahnya berupa
kesejukan, pada sikapnya berupa ketawadhu’an, pada keinginannya berupa keinginan
membahagiakan orang lain, pada gerakannya berupa kebajikan, pada amalnya berupa
keshalihan, dan pada budi pekertinya berupa akhlaq yang mulia. Dari kutipan di atas
dapat disimpulkan bahwa fungsi SQ adalah mengoptimalkan fungsi IQ dan EQ, bila SQ
tidak ada maka IQ dan EQ juga tidak akan berfungsi secara efektif. Dengan demikian
jelaslah bahwa dalam kehidupan manusia SQ-lah yang mutlak harus dimiliki. Hal ini
adalah sebagai bantahan terhadap pendapat para tokoh yang mengatakan bahwa IQ dan
EQ saja yang memberi makna hidup dan mengarahkan aktifitas manusia. IQ dan EQ
ternyata tidak mampu mencapai kehidupan yang tenang dan abadi, karena setelah
30 Ary Ginanjar, op. cit., xliv.
32
keduanya dimiliki masih terasa kegelisahan jiwa. Fungsi dan peran yang paling
dominan dalam setiap kehidupan adalah kombinasi antara kecerdasan IQ, EQ dan SQ.
Berdasarkan atas cerdas dan tidaknya ketiga piranti kecerdasan tersebut, terdapat
beberapa kemungkinan pada diri seseorang. Pertama, dia cerdas otaknya, tapi tidak
memiliki kecerdasan hati maupun kecerdasan ruh yang tinggi. Kedua, dia cerdas
otaknya maupun hatinya, tapi tidak memiliki kecerdasan ruh yang tinggi.
Ketiga, dia cerdas keseluruhannya baik otak, hati, maupun ruhnya. Keempat, dia
cerdas hati dan ruhnya. Dan kelima, dia cerdas ruhnya.31
Orang yang cerdas otak tapi ‘jeblok’ hati dan ruhnya akan terganggu pergaulan
sosialnya dan ketenangan batinnya. Orang tersebut sangat mungkin untuk gagal dalam
karirnya sekaligus gelisah hidupnya. Orang yang cerdas otak dan hatinya akan dapat
memelihara pergaulan sosialnya meskipun mudah terganggu ketenangan batinnya.
Orang tersebut dapat berhasil dalam karirnya tetapi merasakan kekosongan dalam
jiwanya. Orang yang cerdas keseluruhannya akan mampu menjaga interaksi sosialnya
serta mampu memelihara ketenangan batinnya. Orang tersebut akan berhasil dalam karir
serta kehidupannya. Dengan demikian pada akhirnya akan terdapat tiga kondisi
kecerdasan yaitu; hanya cerdas otaknya saja, cerdas otak dan hatinya, serta cerdas
keseluruhannya. Yang demikian itu menjadikan hubungan antara ketiganya (IQ, EQ,
dan SQ) saling berhubungan. Namun SQ merupakan kecerdasan tertinggi yang
menghasilkan jiwa yang tenang.
e. Pentingnya Membina Kecerdasan Spiritual Dalam Keluarga
Keluarga merupakan institusi pendidikan utama dan pertama bagi anak. Karena
anak untuk pertama kalinya mengenal pendidikan didalam lingkungan keluarga sebelum
31 Dedhi Suharto, Ak. Qur’anic Quotient, (Jakarta:Yayasan Ukhuwah, 2003), cet ke-1, h. 53
33
mengenal masyarakat yang lebih luas. Disamping itu keluarga dikatakan sebagai peletak
pondasi untuk pendidikan selanjutnya. Pendidikan yang diterima anak dalam keluarga
inilah yang akan digunakan oleh anak sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan
selanjutnya disekolah. Orang tua sebagai pendidik utama dan utama bagi anak
merupakan penanggung jawab penuh terhadap pendidikan anak-anaknya. Tugas dan
tanggung jawab orang tua dalam keluarga terhadap pendidikan anak-anaknya lebih
bersifat pembentukan watak, agama dan spiritualnya. Secara psikososiologi keluarga
berfungsi sebagai:
1) Pemberi rasa aman bagi anak dan anggota keluarga lainya,
2) Memberi pemenuhan kebutuhan baik fisik maupun psikis,
3) Sumber kasih sayang dan penerimaan,
4) Model pola perilaku yang tepat bagi anak untuk belajar menjadi anggota masyarakat
yang baik,
5) Pemberi bimbingan bagi pengembangan perilaku yang secara sosial dianggap tepat,
6) Pembentuk anak dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dalam rangka
menyesuaikan dirinya terhadap kehidupan,
7) Pemberi bimbingan dalam belajar keterampilan motorik, verbal dan sosial yang
dibutuhkan untuk penyesuaian diri,
8) Stimulator bagi pengembangan kemampuan anak untuk mencapai prestasi, baik
disekolah maupun di masyarakat,
9) Pembimbing dalam mengembangkan aspirasi, dan
34
10) Sumber persahabatan atau teman bermain bagi anak sampai cukup usia untuk
mendapatkankan teman diluar rumah, atau apabila persahabatan diluar rumah tidak
memungkinkan.32
Sedangkan dari sudut pandang sosiologis, fungsi keluarga dapat diklasifikasikan
kedalam fungsi-fungsi berikut :
a) Fungsi biologis, artinya keluarga merupakan tempat memenuhi semua
kebutuhan biologis keluarga seperti; sandang, pangan dan sebagainya.
b) Fungsi ekonomis, maksudnya dikeluargalah tempat orang tua untuk memenuhi
semua kewajibanya selaku kepala keluarga.
c) Fungsi pendidikan, dimana dikeluargalah tempat dimulainya pendidikan semua
anggota keluarga.
d) Fungsi sosisalisasi, maksudnya keluarga merupakan buaian atau penyemaian
bagi masyarakat masa depan.
e) Fungsi perlindungan, keluarga merupakan tempat perlindungan semua
keluarga dari semua gangguan dan ancaman.
f) Fungsi rekreatif, keluarga merupakan pusat dari kenyamanan dan hiburan bagi
semua anggota keluarganya.
g) Fungsi agama, maksudnya keluarga merupakan tempat penanaman agama bagi
keluarga.
Fungsi ekonomi dijelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 233 :
Terjemahannya: “Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf (baik). Seseorang tidak akan dibebani
32 14 Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung:Rosda Karya, 2001), h. 38
35
(dalam memberi nafkah), melainkan menurut standar kemampuannya”. (QS: 2; 233)33
Fungsi pendidikan (edukatif) dijelaskan dalam hadits Rasulullah SAW, yang
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, yaitu :
Terjemahannya: “Telah menyampaikan kepada kami Adam, telah menyampaikan kepada kami Abi Zib’in dari Az-Zuhri dari Abi Salamah bin Abdirrahman dari Abu Hurairah R.A ia berkata: Bersabda Rasulullah SAW: Setiap anak dilahirkan diatas fitrahnya maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi, Nasrani atau Majusi”. (HR. Bukhari).34
Dalam Al-Qur’an al-Karim surat Surat Luqman ayat 12 :
Terjemahannya: ”Dan sesungguhnya telah kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu; ”Bersyukurlah kepada Allah”. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya, lagi Maha Terpuji”. (Luqman : 12)35
Terkait dengan penafsiran ayat-ayat diatas (surat Luqman ayat 12), Hamka
menafsirkannya, sebagaimana disarikan berikut ini: inti hikmat yang telah dikaruniakan
oleh Allah kepada Luqman telah disampaikan dan diajarkan kepada anaknya sebagai
pedoman utama dalam kehidupannya yaitu: supaya jangan mempersekutukan Allah
dengan yang lainnya karena mempersekutukan Allah merupakan dosa besar. Allah
memerintahkan kepada manusia agar mereka menghormati dan memuliakan kedua
33 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, edisi Khat Madinah. (Bandung : Syamil Cipta Media, 2005), h. 37.
34 Bukhari, Shahih Bukhari, (Beirut : Dar Ahya al-Turarts al-Arabiy, tt), h.12535 Departemen Agama RI, op. cit., h. 412.
36
orang tuanya. Karena melalui kedua orang tuanyalah mereka dilahirkan dimuka bumi
sehingga sewajarnyalah keduanya dihormati.
Jika akidah anak berbeda dengan kedua orang tuanya keduanya selalu dihormati,
disayangi, dicintai dengan sepatutnya dengan yang ma’ruf. Untuk memperkuat pribadi,
meneguhkan hubungan, memperdalam rasa syukur kepada Allah atas nikmat dan
perlindungan yang selalu kita terima, maka dirikanlah shalat. Dengan shalat kita
melatih lidah, hati, dan seluruh anggota badan untuk selalu ingat kepada Allah. Allah
tidak menyukai orangorang yang sombong. Dapat disimpulkan bahwa ayat-ayat ini
mengandung dasar-dasar pendidikan bagi seorang muslim, dapat dijadikan sumber
inspirasi dalam pendidikan anak-anak kaum muslimin, mengandung pokok akidah yaitu
kepercayaan terhadap Allah yang menimbulkan jiwa merdeka dan bebas dari pengaruh
benda dan alam serta merupakan dasar utama tegaknya rumah tangga sakinah,
mawaddah dan rahmah. Juga dijelaskan pedoman, jika terjadi pertikaian pendapat antar
orang tua dengan anak yang berbeda akidah. Kecintaan terhadap kedua orang tua tidak
boleh mengalahkan akidah. Ayat ini juga menganjurkan untuk berbuat baik, karena
sekecil apapun kebaikan akan mendapat balasan dari Allah.
Zakiah Darajat sebagaimana dikutip Syamsu Yusuf mengatakan, bahwa
kandungan surat Luqman ayat 12 s.d 19 meliputi:36 a) Pembinaan jiwa orang tua
(kewajiban bersyukur kepada Allah), b) Pembinaan atau pendidikan kepada anak yang
menyangkut aspek-aspek: iman dan tauhid (tidak mensyukuri Allah) akhlak atau
kepribadian (bersyukur kepada Allah dan kepada orang tua, bersifat sabar dalam
menghadapi musibah, tidak bersikap sombong atau angkuh kepada orang lain), ibadah
(menegakkan shalat, bertaubat, rajin beramal shaleh dan dakwah) dengan kata lain
36 Syamsu Yusuf LN, Op.Cit, h.40
37
memerintah atau mengajak orang lain untuk melakukan kebaikan dan melarang atau
mencegah orang lain berbuat kejahatan/keburukan.
Pertumbuhan anak dibawah asuhan ayah dan ibu merupakan sebaik-baik sarana
bagi pembinaan akhlaknya. Namun demikian, kurangnya pengetahuan anggota keluarga
juga dapat berpengaruh (negatif) bagi keturunan mereka. Kebiasaan dan tradisi yang
diperoleh seorang anak dari keluarganya akan diwarnai adat dan kebiasaan teman-
temannya. Oleh karena itu Islam melarang bergaul dengan teman yang jahat dan buruk..
Pendidikan keluarga dipandang sebagai pendidikan pertama dan utama karena
peranannya yang begitu besar sebagai peletak pondasi pengembanganpengembangan
berikutnya. Pendidikan yang diberikan orang tua terhadap anak mempunyai peran yang
besar sekali bagi kehidupan dan masa depan anak, karena pada dasarnya pendidikan
merupakan upaya untuk memanusiakan manusia. Hal ini mengingat bahwa pada
hakikatnya manusia diciptakan Allah berdasarkan Fitrah-Nya (QS Ar-Ruum : 30) :
Terjemahannya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Islam); (sesuai) Fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (Fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada penciptaan Allah. (itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” 37
Yang dimaksud dengan Fitrah pada QS. Ar-Ruum ayat 30 diatas adalah bahwa
diantara yang dibawa sejak lahir telah membawa potensi untuk didik dan mendidik.
Pendidikan anak dalam keluarga adalah tanggung jawab orang tua terutama ibu.
Peranan ibu dalam pendidikan anak lebih dominan dari peranan ayah, hal ini agaknya
dapat dipahami karena ibulah orang yang lebih banyak mengerti anak sejak seorang
37 Departemen Agama RI, op. cit., h. 407.
38
anak lahir, ibulah orang yang selalu ada di sampingnya, bahkan dikatakan bahwa
pengaruh ibu terhadap anaknya dimulai sejak dalam kandungan.38
Peranan ayah terhadap anaknya tidak kalah pentingnya dari peranan ibu. Ayah
merupakan sumber kekuasaan yang memberikan anaknya tentang manajemen dan
kepemimpinan, sebagai penghubung antara keluarga dan masyarakat dengan
memberikan pendidikan terhadap anaknya berupa komunikasi terhadap sesamanya
memberi perasaan aman dan perlindungan terhadap keluarganya.39 Hal ini dapat
dipahami berdasarkan QS. An- Nisaa’ Ayat: 34
Terjemahannya : Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar. 40
Secara garis besar ada dua kebutuhan anak yakni kebutuhan jasmani dan
kebutuhan rohani (spiritual). Kebutuhan jasmani anak seperti makanan, pakaian,
perumahan, kesehatan dan sebagainya. Antara kebutuhan jasmani dan rohani terdapat
keterkaitan satu sama lain. Dari satu sisi, dalam kedokteran dikatakan bahwa kualitas
makanan yang diberikan kapada anak balita akan menentukan kualitas kecerdasan dan 38 Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan, h. 18039 Rehani, Keluarga Sebagai Institusi Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an,(Baitul hikmah
Press,2001),cet. Ke-1, h. 9140 Departemen Agama RI, op. cit., h. 84
39
kemampuan anak. Upaya pencerdasan dapat dilakukan oleh siapa saja tidak memandang
apakah ibu yang hamil itu cerdas atau tidak. Sepertinya kepribadian dan kecerdasan
anak terbangun melalui transmisi spiritual, intelektual, emosional dan moral ibunya.
Karena itu ibu yang sedang hamil sangat dianjurkan untuk meningkatkan bobot
spiritual, emosional, moral dan intelektualitasnya. Peningkatan ini banyak ditempuh
dengan memperbanyak ibadah shalat sunat, membaca dan mentala’ah Al-Quran,
menjaga tutur kata, gemar berinfak dan bersedekah (dermawan) serta akhlak terpuji
lainya.41
Berdasarkan hal tersebut, orang tua (ayah dan ibu) hendaknya memperhatikan
keseimbangan antara kebutuhan jasmani dan rohani anak. Oleh sebab itu orang tua
harus memberikan makanan yang halal dan bergizi kepada anak balita agar otaknya
tumbuh dengan sempurna, disamping melakukan anak dengan penuh kasih sayang.
Faktor kasih sayang sangat menentukan perkembangan kepribadian anak. Namun
dewasa ini tidak sedikit para orang tua yang kurang memperhatikan keseimbangan
antara kebutuhan jasmani dan kebutuhan akan spiritual anak. Orang tua cendrung lebih
memperhatikan kebutuhan jasmani anak dari pada kebutuhan dalam mencerdaskan
spiritualnya. Hal ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa semakin banyaknya anak-anak
yang sehat dan cerdas tetapi spiritualnya belum tentu cerdas.
Pendidikan agama dan spiritual ini berarti membangkitkan kekuatan dan
kesediaan Spiritual yang bersifat naluri yang ada pada kanak-kanak melalui bimbingan
agama yang sehat dan mengamalkan ajaran-ajaran agama dan upacara-upacaranya.
Begitu juga dengan mengajarkan kepadanya caracara yang betul untuk menunaikan
syiar-syiar dan kewajiban agama, dan menolong mengembangkan sikap agama yang
betul, termasuk mula-mula sekali adalah iman yang kuat kepada Allah, Malaikat, Kitab-
41 Suharsono, Mencerdaskan Anak, (Jakarta : Intiusi Press,2000),h. 118
40
Kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari akhirat, takut kepada Allah dan selalu mendapat
pengawasan dari pada-Nya dalam segala perbuatan dan perkataan.42
Menurut Hurlock (1956:434), keluarga merupakan “training centre” bagi
penanaman nilai-nilai pengembangan fitrah atau jiwa beragama anak, seyogianya
bersamaan dengan perkembangan kepribadianya yaitu sejak lahir bahkan lebih dari itu
sejak dalam kandungan. Pandangan ini didasarkan pengamatan para ahli jiwa terhadap
orang-orang yang mengalami gangguan jiwa, ternyata dipengaruhi oleh keadaan emosi
atau sikap orang tua (terutama ibu) pada waktu anak masih dalam kandungan.43
Oleh karena itu, sebaiknya pada saat bayi masih berada dalam kandungan, orang
tua (terutama ibu) seyogianya lebih meningkatkan amal ibadahnya kepada Allah, seperti
melaksanakan shalat wajib dan shalat sunat, berdo’a, berzikir, membaca Al-Qur’an dan
memberi sedekah serta amalan shaleh lainnya. Dalam membina dan mengembangkan
spiritual anak dalam lingkungan keluarga, disamping upaya-upaya yang telah dilakukan
diatas, maka ada beberapa hal lagi yang perlu menjadi perhatian orang tua yaitu sebagai
berikut:44
1) Karena orang tua merupakan pembina pribadi yang pertama bagi anak, dan tokoh
yang diidentifikasi atau ditiru anak, maka seyogianya dia memiliki kepribadian
yang baik atau berakhlakul karimah (akhlak yang mulia). Kepribadian orang tua,
baik yang menyangkut sikap, kebiasaan berprilaku atau tata cara hidupnya
merupakan unsur-unsur pandidikan yang tidak langsung memberikan pengaruh
terhadap perkembangan fitrah beragama anak.
42 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan, (Jakarta : PT. Al Husna Zikra, 1995) cet. Ke-3, . h.372
43 Syamsu Yusuf LN, Op.Cit, h. 13844 Ibid, h. 139
41
2) Orang tua hendaknya memperlakukan anaknya dengan baik. Perlakuan yang
otoriter (perlakuan yang keras) akan mengakibatkan perkembangan pribadi anak
yang kurang diharapkan, begitu pula perlakuan yang permisif (terlalu memberi
kebebasan) akan mengembangkan pribadi anak yang tidak bertanggung jawab
atau kurang memperdulikan tata nilai yang dijunjung tinggi dalam
lingkungannya. Sikap dan perlakuan orang tua yang baik adalah yang mempunyai
karakteristik : a. Memberikan curahan kasih sayang yang ikhlas, b. Bersikap
respek atau menghargai pribadi anak, c. Menerima anak sebagaimana biasanya,
d. Mau mendengarkan pendapat atau keluhan anak, e. Memaafkan kesalahan
anak, meminta maaf bila ternyata orang tua sendiri salah kepada anak, f.
Meluruskan kesalahan anak dengan pertimbangan atau alasan-alasan yang tepat.
3) Orang tua hendaknya memelihara hubungan yang harmonis antar anggota
keluarga (ayah dengan ibu, orang tua dengan anak, dan anak dengan anak).
Hubungan yang harmonis penuh pengertian dan kasih sayang akan membuahkan
perkembangan perilaku anak yang baik. Sedangkan yang tidak harmonis, seperti
sering terjadi pertentangan atau perselisihan akan mempengaruhi perkembangan
pribadi anak yang tidak baik, seperti keras kepala, pembohong dan sebagainya.
4) Orang tua hendaknya membimbing, mengajarkan atau melatih ajaran agama
terhadap anak seperti: Syahadat, Shalat (bacaan dan gerakanya), Do’a-do’a,
Bacaan Al-Qur’an, lafaz zikir dan akhlak terpuji seperti bersyukur ketika
mendapat anugerah, bersikap jujur menjalin persaudaraan dengan orang lain, dan
menjauhkan diri dari perbuatan yang dilarang Allah. Untuk memelihara keluarga
dari segenap hal-hal yang dapat menjerumuskan kedalam neraka tentu tidak
mudah begitu saja. Karena itu dibutuhkan suatu proses pengertian dan
42
pemahaman yang mendalam terhadap tugas-tugas tersebut. Sebagai orang tua,
tidak hanya berkewajiban memenuhi kebutuhan jasmaniah anak semata tetapi
juga kebutuhan akan spiritual anak dalam mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat. Dengan cara membiasakan anak sejak dini dengan hal-hal yang sesuai
dengan nilai-nilai kesusilaan dan agama diharapkan akan terbentuk akhlak dan
pribadi yang baik pula dimasa-masa selanjutnya, sehingga pada gilirannya anak
dapat membedakan mana yang baik dan terbaik dan mana yang buruk dan
terburuk, mana yang benar dan mana yang salah dalam kehidupan sehari-hari.
a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembinaan Kecerdasan Spiritual
Ada beberapa faktor yang menentukan kecerdasan spiritual seseorang. Di
antaranya sumber kecerdasan itu sendiri (God-Spot), potensi qalbu (hati nurani) dan
kehendak nafsu. Ketiga hal ini perlu dikaji lebih jauh karena manusia dimanapun di
dunia ini selalu merindukan puncak keagungan yang ditandai dengan segala dimensi
eksistensinya; yaitu hubungan yang harmonis antara Tuhan, manusia dan alam sekitar.
Spiritual adalah jalan yang paling ideal yang memberikan makna hidup bagi manusia di
antara makhluk Allah yang lain.
Spiritual sebagai pengalaman horistik merupakan jati diri yang fundamental bagi
manusia, yang menuntun kejalan hidup yang tidak ambigu, fana dan paraksal. Namun
sekarang kemajuan teknologi dan sains yang betulbetul memanjakan kebutuhan material
menyebabkan manusia gagal mencapai puncak spiritual. Semua itu disebabkan oleh
hilangnya makna filosofis dan religius dari manusia dalam menjaga keseimbangan
dialektis antara dirinya, Tuhan dan alam. Akibatnya mereka tersesat di medannya sediri
dan hampa dalam menjalani hidup yang sedang dilaluinya. Agar terhindar dari
kesesatan hidup yang sedang di jalani ini, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut:
43
a. God- Spot ( Fitrah)
Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa seorang ahli syaraf
dari California University yaitu V.S. Ramachandran telah berhasil menemukan
eksistensi God-Spot dalam otak manusia, yang merupakan pusat spiritual terletak antara
jaringan saraf dan otak.45 Karena God-Spot adalah pusat spiritual, maka ia di pandang
sebagai faktor penentu. God-Spot di samping sebagai penentu spiritual, maka ia
dipandang sebagai sumber suara hati manusia. Suara hati tersebut selalu menganjurkan
agar selalu berbuat sesuai aturan yang telah ditetapkan Allah dan meninggalkan segala
kemungkaran dan kejahatan. Hal ini dapat dijumpai dalam Q.S. Al-A’raf ayat: 172.
Terjemahannya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anakanak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): ”Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: ”Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”.46
Dalam tafsir al-Maraghi ayat ini menerangkan bahwa manusia telah memiliki
janji naluri (fitrah) antara Allah dengan manusia. Manusia telah dibekali oleh Allah
dengan fitrah Islam yaitu dengan menaruh dalam hati mereka iman yang yakin.47 Bukti
adanya perjanjian ini menurut Muhammad Abduh ialah adanya fitrah iman dalam fitrah
manusia. Sedangkan menurut N. Dryarkara ialah adanya suara hati manusia. Suara hati
45 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ (Jakarta: Arga, 2001), cet. Ke-1, h. xxxviii
46 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, edisi Khat Madinah. (Bandung : Syamil Cipta Media, 2005) hal. 173.
47 Ahmad Mushthafa Al- Maragi, Tafsir Al-Maraghi, (terjemahan Anwar Rasyidi, 1987), cet. Ke-1, h. 189
44
itu adalah suara Tuhan yang terekam di dalam setiap jiwa setiap manusia.48 Sehingga
bila manusia berbuat tidak baik, maka suara hatinya akan menasehatinya. Seandainya
masih dilakukan hal yang tidak baik tersebut ia pasti akan menyesal. Mac. Scheler
mengatakan bahwa penyesalan adalah tanda kembalinya kepada Tuhan.49
Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa nasihat yang dikeluarkan oleh suara
hati membuat manusia selalu dalam keadaan benar. Ini adalah merupakan realisasi dari
kecerdasan spiritual. Kekuatan yang dibangun dalam jiwa merupakan manifestasi dari
god-spot sebagai tanda bahwa manusia adalah “bagian” dari Tuhan itu sendiri, artinya
tidak mungkin ada pemisah antara Tuhan dan manusia. God-Spot adalah kendali
kehidupan manusia secara spiritual, untuk itu god-spot dan suara hati adalah bagian
penting manusia yang mesti dipertahankan.
b. Potensi Qalbu
Menggali potensi qalbu, secara klasik sering dihubungkan denganpolemos,
amarah, eros, cinta dan logos pengetahuan.50 Padahal dimensi qalbu tidak hanya
mencakup atau dicakup dengan pembatasan katagori yang pasti. Menangkap dan
memahami pengertian qalbu secara utuh adalah kemustahilan. Itu hanyalah sebagai
asumsi dari proses perenungan yang sangat personal karena didalam qalbu terdapat
potensi yang sangat multi dimensional. Diantaranya adalah sebagai berikut:
c. Fu’ad
Merupakan potensi qalbu yang sangat berkaitan dengan indrawi, mengolah
informasi yang sering dilambangkan berada dalam otak manusia (fungsi rasional
kognitif). Fu’ad mempunyai tanggung jawab intelektual yang jujur kepada apa yang
48 Ibid., h.1149 Syahminan Zaini, Jalur Kehidupan Manusia Menurut Al-Qur’an, (Jakarta: Kalam Mulia,
1995), 150 Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah, (Jakarta: Gema Insani, 2001), cet. Ke-I, h. 93
45
dilihatnya. Potensi ini cenderung dan selalu merujuk pada objektifitas, kejujuran, dan
jauh dari sikap kebohongan. Fu’ad mampu menerima informasi dan menganalisisnya
sedemikian rupa sehingga diperoleh pelajaran dari informasi tersebut. Fu’ad yang
bersikap jujur dan objektif akan selalu haus dengan kebenaran dan bertindak atas
rujukan yang benar pula. Qalbu diberi potensi pikir yaitu hati dalam bentuk fu’ad.
Kemampuan untuk mengolah, memilih dan memutuskan segala informasi yang dibawa
oleh sentuhan indra. Fu’ad memberi ruang untuk akal, berpikir, bertafakur, memilih
dan memilah seluruh data yang masuk dalam qalbu. Sehingga lahirlah ilmu
pengetahuan yang bermuatan moral. Pengawas setia sang fu’ad adalah akal, zikir,
pendengaran dan penglihatan yang secara nyata yang sistimatis diuraikan dalam Al-
Qur’an. Fungsi akal adalah membantu fu’ad untuk menangkap seluruh fenomena yang
bersifat lahir, wujud, dan nyata dengan mempergunakan fungsi nazhar indra
penglihatan.51
d. Shadr
Shadr berperan untuk merasakan dan menghayati atau, mempunyai fungsi emosi
(marah, benci, cinta, indah, efektif). Shadr adalah dinding hati yang menerima limpahan
cahaya keindahan, sehingga mampu menerjemahkan segala sesuatu serumit apapun
menjadi indah dari karyanya. Shadr adalah pelita orang-orang yang berilmu. Shadr
mempunyai potensi besar untuk hasrat, kemauan, niat, kebenaran, dan keberanian yang
sama besarnya dengan keberanian untuk menerima kejahatan dan kemunafikan. Di
dalam ini pula tersimpan rasa cemas dan takut, berbeda dengan Fu’ad yang berorientasi
kedepan. Shadr memandang pada masa lalu, kesejarahan, serta nostalgia melalui rasa,
pengalaman dan keberhasilan sebagai cermin. Dengan kompetensinya untuk melihat
51 Ibid. h. 96
46
dunia masa lalu, manusia mempunyai kemampuan untuk menimbang, membanding dan
menghasilkan kearifan.52
Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa orang yang shadrnya terkendali,
karena ia mampu menyiasati hidup dengan membangun manajemen yang terkendali dan
mantap. Karena shadr bisa melihat masa silam sebagai pedoman pelaksanaan sebuah
manajemen hidup saat ini dan masa mendatang. Sehingga dengan demikian ada sebuah
kepastian menjalani hidup berikutnya. Dengan kata lain, shadr adalah sebuah sumber
kecerahan sebuah kehidupan. Pendidikan sebagai langkah awal mencapai kesejahteraan
dan keseimbangan hidup manusia, maka pendidikan itu sendiri juga berorentasi kepada
pembinaan shadr yang ada dalam setiap qalbu manusia. Pemeliharaan terhadap Fu’ad
dan Shadr juga penulis pandang sebagai proses perjalanan spiritual.
e. Hawaa
Merupakan potensi qalbu yang mengarahkan kemauan. Di dalamnya ada ambisi,
kekuasaan, pengaruh, dan keinginan untuk mendunia. Potensi hawaa cendrung untuk
membumi dan merasakan nikmat dunia yang bersifat fana. Fitrah manusia yang
dimuliakan Allah, akhirnya tergelincir menjadi hina dikarenakan manusia tetap terpikat
pada dunia. Potensi hawaa selalu ingin membawa pada sikap-sikap yang rendah,
menggoda, merayu dan menyesatkan tetapi sekaligus memikat. Walaupun cahaya di
dalam qalbu pada fitrahnya selalu benderang, tetapi karena manusia mempunyai hawaa
ini, maka seluruh qalbu bisa rusak binasa karena keterpikatan dan bisikan yang
dihembuskan setan kedalam potensi seluruh hawaa.53
Dari penjelasan ini, maka fu’ad dan shadr memiliki tugas berat untuk mengatasi
kekuatan hawaa yang selalu membawa kearah kebinasaan dan kehancuran sehingga
52 Ibid. h. 10153 Ibid. h. 104
47
lenyaplah kenikmatan yang kekal dan abadi yaitu keabadian disisi Tuhan Yang Maha
Esa. Sebagai penentu nasib setiap makhluk. Hawaa sebenarnya juga harus
dipertahankan dalam hidup manusia, karena berfungsi sebagai tenaga penggerak
kehidupan manusia. Namun fu’ad dan shadr harus mengendalikan kerjanya hawaa.
Tanpa hawaa tentu manusia berubah wujud menjadi malaikat yang kehidupanya statis,
yang kerjanya hanya mengabdikan segala hidupnya untuk suatu tugas tertentu saja.
Sementara manusia sebagai makhluk mulia telah diamanahi Allah dengan tugas yang
sangat banyak, diantaranya sebagai “khalifah fil ardi”. Sebagai seorang khalifah, tentu
banyak tugas yang mesti diselesaikannya dalam waktu yang sudah ditetapkan-Nya.
Demi penyelesaian seluruh tugas, maka setiap manusia kerja ekstra keras untuk
mewujudkan keseimbangan ketiga potensi tersebut, yaitu fu’ad, shadr dan hawaa
sebagaimana yang telah di jelaskan diatas. Ketiga hal itu juga di pandang sebagai faktor
dominan untuk mewujudkan spiritual dalam jiwa manusia. Manusia yang merupakan
bagian dari-Nya, semestinya patuh dan taat terhadap segala ketetapan-Nya. Tetapi
karena spiritual belum bekerja semaksimal mungkin dalam kehidupan seluruh jiwa,
maka dosa besar menyelimuti sehingga sinar Ilahi yang menyinari qalbu setiap manusia
memudar dan bahkan lenyap sama sekali.
Selanjutnya penulis akan mengungkapkan ada dua faktor utama yang
mempengaruhi kecerdasan secara umum yaitu:
1) Faktor genetik/ bawaan
Faktor ini lebih merupakan potensi kecerdasan yang sudah ada atau terberikan
karena terkait dengan saraf-saraf yang ada pada organ otak. Bagaimana kecepatan otak
mengola atau memproses masukan yang didapat amat tergantung pada kondisi dan
kematangan organ vital yang satu ini. Jika organ dalamnya baik, maka proses
48
pengolahan apapun yang diterima otak akan ditangkap dengan baik dan dijalankan
tubuh sesuai perintah otak. Hasilnya? Apa yang di kerjakan anak akan memberi hasil
terbaik.
2.) Faktor lingkungan
Kapasitas atau potensi kecerdasan yang sudah terberikan dalam diri setiap anak
tidak akan berarti apa-apa kalau lingkungan sama sekali tidak berperan dalam
merangsang dan mengasah potensi tersebut. Di sini ada empat faktor lingkungan yang
dapat mengasah potensi anak yaitu: 54
a.) Lingkungan rumah.
Lingkungan keluarga merupakan faktor pendukung terpenting bagi kecerdasan
anak. Dalam lingkungan keluarga anak menghabiskan waktu dalam masa
perkembangannya. Pengaruh lingkungan rumah ini berkaitan pula dengan masalah:
a.1) Stimulus. Untuk menjadikan anak cerdas, faktor stimulus menjadi sangat
penting, baik yang berkaitan dengan fisik maupun mental/emosi anak. Orang tua dapat
memberikan stimulus sejak anak masih dalam kandungan, saat lahir, sampai dia tumbuh
besar. Tentu saja dengan intensitas dan bentuk stimulasi yang berbeda-beda pula pada
setiap tahap perkembangan. Contohnya ketika masih dalam kandungan, stimulus lebih
diarahkan pada pendengaran menggunakan irama musik dan tuturan ibu dan ayah.
Setelah anak lahir, stimulus ini diperluas menjadi pada kelima indra maupun sensori-
motoriknya. Begitu stimulasi lainya yang dapat merangsang dan mengembangkan
kemampuan kognisinya maupun kemampuan lain.
54 Dedeh Kurniasih, Arti Sehat dan Bahagia, Bagi Anak, (http://www.tabloidnakita. com/Khasanah/khasanah06309-01.htm)
49
Secara mental orang tua juga menstimulasi anak dengan menciptakan rasa aman
dan nyaman sejak masa bayi. Caranya dengan mencurahkan kasih sayang,
menumbuhkan empati dan afeksi, disamping memberi stimulasi dengan menanamkan
nilai-nilai moral dan kebijakan secara konkret. Dengan itu dapat membuat potensi
kecerdasan anak mencapai maksimal.
a.2) Pola asuh. Pola asuh orang tua yang penuh kasih sayang diyakini dapat
meningkatkan potensi kecerdasan si anak. Sebaliknya, tidak adanya pola asuh hanya
akan membuat anak bingung, stres, dan trauma yang berbuntut masalah pada emosi
anak. Dampaknya apapun yang dikerjakannya tidak akan membuahkan hasil maksimal.
a.3) Memberi pangajaran. Orang tua harus aktif dan interaktif merangsang otak
anaknya. Ini pun lagi-lagi dapat dilakukan sejak ia masih dalam kandungan, Misalnya
dengan aktif mengajaknya bicara. Setelah anak lahir, ayah dan ibu dapat memberikan
beragam eksperimen kecil kepadanya yang berguna untuk merangsang keinginan dan
minat bereksplorasi.
b.) Kecukupan nutrisi.
Peran nutrisi bagi kecerdasan anak tak bisa diabaikan begitu saja. Untuk
menjadikan anak sehat secara fisik dan mental, sebetulnya perlu persiapan jauh-jauh
hari sebelum proses kehamilan terjadi. Tepatnya mesti dimulai ketika masa perencanaan
kehamilan, sepanjang masa kehamilan dan akan terus berlanjut selama masa
pertumbuhan anak. Mengapa demikian? Tak lain karena kecukupan nutrisi berkaitan
erat dengan perkembangan organ otak dan fungsinya yang akan menentukan kualitas
anak dimasa depan. Tanpa nutrisi yang baik dimasa-masa sebelumnya, kemungkinan
besar pertumbuhan dan fungsi otak terhambat sehingga potensi kecerdasan anak
50
menjadi rendah. Begitu pula kesehatannya secara keseluruhan. Tubuh yang lemah dan
sering sakit-sakitan tentu saja juga mempengaruhi potensi kecerdasannya.
c.) Interfensi dini.
Dampak interfensi dini terhadap anak akan baik jika itu dilakukan berdasarkan
pertimbangan tingkat kematangannya. Menyediakan berbagai fasilitas bagi kepentingan
anak merupakan salah satu bentuk interfensi orang tua. Agar efeknya selalu positif,
ingatlah selalu untuk menginterfensi anak dengan hal-hal kreatif. Contohnya mengajak
membuat mainan bersama guna merangsang kognisi anak.
d.) Pendidikan di sekolah.
Yang pasti kecerdasan dalam diri anak tidak muncul begitu saja. Diluar potensi
yang terberikan, sebetulnya cerdas juga berarti ketekunan mempelajari sesuatu. Selain
pendidikan yang diberikan orang tua di rumah, peran sekolah juga tidak kalah besar.
Boleh dikatakan sekolah merupakan rumah kedua bagi anak yang
memungkinkannya mentransfer pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai
kehidupan.
f. Kerangka Pikir
Ibadah shalat erat hubungannya antara fisik dan jiwa, berdasarkan kajian teori
diatas, dapat kita tentukan relasi antara shalat dengan fisik dan jiwa seseorang.
Ibadah shalat hubungannya dengan fisik tidak dapat dipungkiri lagi bahwa shalat
hanya dapat diakui jika kita melaksanakannya dalam bentuk fisik seperti
takbiratulihram, rukuk,I’tidal, sujud, duduk diantara dua sujud, dan seterusnya.
Ibadah shalat hubungannya dengan jiwa juga berhubungan erat karena shalat
selain menyehatkan juga menenangkan jiwa pelakunya karena pada saat shalat
51
dilakukan pelakunya ditekankan untuk khusyuk atau tenang sebagaimana diterangkan
dalam al-Qur’an surah al-mu’minun ayat 1-2 sebagai berikut :
Terjemahannya :
1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
2. (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya,55
Selain dalam kitab al-qur’an dalam nbi Muhammad dalam hadits Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: Suatu hari Rasulullah saw. mengimami salat kami. Usai salat
beliau bersabda: Hai fulan, mengapa engkau tidak membaguskan salatmu? Tidakkah
orang yang salat merenungkan bagaimana salatnya? Sesungguhnya ia salat untuk
dirinya sendiri. Demi Allah, sungguh aku dapat melihat belakangku, sebagaimana aku
melihat depanku. (Shahih Muslim No.642), firman allah dan sabda nabi tersebut diatas
mengisyaratkan kita untuk khusyuk dalam shalat agar kita tenang, dengan ketenangan
inilah sehingga otak berada pada kondisi alfa dan otak sendiri jika berada pada kondisi
alfa maka akan mudah bagi subjek untuk belajar. Hal ini dapat terus diterapkan
mengingat shalat adalah salahsatu rukun islam (wajib) bagi umat muslim, jadi apabila
shalat dilaksanakan terus menerus secara continue dan khyuk maka akan otak akan
terbiasa dengan keadaan gelombang alfa, akibatnya otak kita mudah untuk menjadi alfa
atau selalu berada dalam keadaan yang baik untuk belajar meski berada diluar shalat.
Penjelasan tersebut diatas dapat kita gambarkan kedalam bagan berikut ini,
55 Ibid
52
SHALAT
Otak berada pada kodisi ALFA(8 – 13.9 Hz).
BELAJAR
Otak berada pada kodisi BETA(14 – 100 Hz)
MINGGU 1
Otak berada pada kodisi ALFA(8 – 13.9 Hz).
Otak berada pada kodisi BETA(14 – 100 Hz)MINGGU 2
Sumber : Adi W. Gunawan. Born To Be A Genius (2003)
Diagram diatas menggambarkan perbedaan gelombang otak kita pada saat shalat
dan belajar. Shalat yang dilakukan secara rutin menghasilkan gelombang otak alfa yang
tertanam kedalam memory jangka panjang kita dan hasilnya meski kita tidak dalam
keadaan shalat, gelombang otak kita tetap berada pada kondisi alfa, hanya
membutuhkan waktu agar gelombang alfa tetap stabil, dan gelombang beta dengan
sendirinya akan tersingkir karena tidak mungkin otak berada pada dua model
gelombang dalam satu waktu.
Hal ini tidak jauh beda dengan keadaan kita pada saat baru belajar menjalankan
sepeda, pada saat itu anda harus berkonsentrasi pada kaki anda yang sedang menggayuh
dan juga pada setir sepeda dan jalan dilalui, mungkin akan dibutuhkan waktu dan luka
yang cukup banyak tapi setelah anda sudah terbiasa menjalankannnya dan mulai
terbiasa, anda tidak akan terfokus lagi pada kaki anda yang terus menggayuh secara
otomatis, hal ini juga terjadi pada keadaan pada saat kita shalat yang masuk kedalam
keadaan diluar shalat (belajar).
53
Otak berada pada kodisi ALFA(8 – 13.9 Hz).
Otak berada pada kodisi BETA(14 – 100 Hz)MINGGU 3
Otak berada pada kodisi ALFA (8 – 13.9 Hz).
Otak berada pada kodisi BETA(14 – 100 Hz)MINGGU 4
Otak berada pada kodisi ALFA (8 – 13.9 Hz).
Otak berada pada kodisi BETA(14 – 100 Hz)
MINGGU 5
Otak berada pada kodisi ALFA(8 – 13.9 Hz).MINGGU 6
Otak berada pada kodisi BETA(14 – 100 Hz)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
1. Pendekatan penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kombinasi
atau perpaduan antara pendekatan kualitatif dengan pendekatan kuantitatif.
Pendekatan kombinasi ini dilakukan untuk memudahkan peneliti untuk
mendapatkan data yang nyata secara alamiah dengan sedikit pembimbingan
sebagai langkah awal.
2. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan ialah Penelitian Eksplanatif. Penelitian
Eksplanatif ialah suatu penelitian dengan tujuan untuk menganalisis sifat suatu
hubungan, atau perbedaan antar kelompok, atau independensi dari dua atau lebih
faktor dalam suatu keadaan, intinya peneliti ingin menjelaskan.
B. Populasi dan Sampel
2. Populasi penelitian ini adalah seluruh sivitas sekolah yaitu kepala sekolah, guru,
dan orang tua murid.
3. Sampel dalam penelitian ini adalah murid kelas III hingga kelas VI di MI DDI
Ujung Lare Parepare. Penentuan dan penetapan sampel dalam setiap kelas
dilakukan dengan purposif sampling, yaitu dilakukan dengan penunjukan
langsung yang dianggap dapat mewakili dari seluruh populasi yang ada tiap
54
kelas IV sampai dengan kelas VI dengan petunjuk dari guru sebelumnya karena
guru tentu sudah tahu keadaan siswanya masing-masing.
C. Teknik Pengumpulan Data
Agar suatu penelitian dapat dipertahankan tingkat validitas datanya, maka
diperlukan suatu metode yang tepat dalam mengumpulkan data yang akan
diolah, oleh karena itu penulis menggunakan teknik penumpulan data melalui
penelitian kepustakaan, yaitu suatu penelitian yang sudah diterbitkan, baik
berupa buku, majalah ataupun tulisan-tulisan lain yang berhubungan dengan
masalah pokok skripsi ini.
Didalam mengumpulkan data melalui kepustakaan, penulis menggunakan
kutipan langsung, yaitu dengan mengintisarikan dan penulis mengubah
redaksinya dengan memberikan pengertian yang dimaksud. Kemudian dalam
mengumpulkan data dari objek dilakukan beberapa pendekatan, yaitu :
1. Observasi, yakni meninjau langsung ke objek melihat kondisi yang terjadi.
2. Dokumentasi, yakni mengambil data melalui administrasi yang ada di kantor
MI DDI Ujung Lare.
3. Wawancara, yakni dilakukan dialog langsung kepada responden dan atau
informan mengenai masalah yang diteliti.
D. Teknik analisis data
Setelah penulis mengadakan penelitian dengan jalan membaca berbagai macam
buku dan informan untuk mengumpulkan bahan yang ada kaitannya dengan
55
pembahasan skripsi ini, maka penulis mengolah dan menganalisis datadengan
menggunakan metode berikut :
1. Metode deduktif, yaitu metode yang digunakan untuk memperoleh data
dengan bertitik tolak dari peristiwa yang bersifat umum ke pernyataan
khusus.
2. Metode Induktif, adalah metode penganalisaan data berdasarkan peristiwa
yang bersifat khusus ke umum.
3. Metode Statistik, yaitu metode yang ditempuh penulis dalam mengolah data
dengan sistem perbandingan atau perubahan yang terjadi pada tiap siklus
56
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
a. Pra Tindakan
Sebelum peneliti memimbing murid melaksanakan ibadah shalat, terlebih dahulu
ditentukan garis besar penelitian yang akan dipedomani oleh peneliti yaitu sebagai
berikut :
1. Menentukan criteria murid yang akan dijadikan purposive sampling.
2. Menentukan purposive sampling pada murid kelas 3 – kelas 6 berdasarkan
data dari guru.
3. Mengukur tingkat kelemahan kemampuan pemahaman masing-masing murid.
4. Mencatat hal-hal yang berinteraksi kepada murid seperti keadaan socialnya,
dll.
5. Melakukan percobaan terhadap murid yang diobservasi tiap minggu.
6. Menarik kesimpulan.
7. Membuat laporan hasil penelitian.
Sebelum penelitian dilakukan, terlebih dahulu peneliti berkenalan dengan guru kelas
bersangkutan dan kepala sekolah, kemudian dilaksanakanlah penelitian.dalam penelitian
ini ditetapkan mata pelajaran yang digunakan adalah IPA, karena materi IPA dianggap
membutuhkan penalaran yang logis dan pemahaman yang baik.
1. Menentukan kritera murid yang akan dijadikan purposive sampling.
Kriteria murid yang akan dijadikan purposive sampling adalah sebagai berikut :
57
a. Berdasarkan data guru, murid yang sering Nampak kebingungan meski materi
telah dijelaskan berulang kali.
b. Rata-rata tugas harian yang rendah dibawah 5 (lima).
c. Murid yang malas memperhatikan penjelasan guru.
2. Menentukan purposive sampling pada murid kelas 3 sampai kelas 6 berdasarkan
data dari guru.
Berdasarkan data yang diperoleh dari guru kelas masing-masing berupa raport
(terlampir), daftar nilai harian (terlampir), penilaian sikap dari guru, status ekonomi,
(biodata murid.)
3. Mengukur tingkat kelemahan kemampuan pemahaman masing-masing murid.
Untuk mengukur tingkat kelemahan kemampuan pemahaman masing-masing murid saya
membuat table tingkat pemahaman murid dengan melakukan pengamatan di ruang kelas
pada saat proses pembelajaran dimulai, dan hasilnya adalah sebagai berikut :
No Nama Kelas
Aspek yang diamati
TEMAFocus saat
guru menjelaskan*)
Rata-rata Hasil belajar (IPA)
1 Muh. Adal III 8 3 Energi2 Ummi mawaddah IV 9 5 Energi3 Fikri magfirah V 8 2 Energi4 Wahbah suhaeli VI 9 4 Energi
Jumlah 52 14
Table 1 : Data Pra Shalat
*) 9-10 = sangat focus, tidak menghiraukan keadaan sekitarnya
7-8 = sering focus tapi masih terkadang merespon keadaan sekitarnya
5-6= terkadang focus jika ditegur oleh guru
3-4 = lebih sering tidak focus
58
1-2= tidak pernah memperhatikan penjelasan guru
Max = 80 (delapan puluh)
4. Mencatat hal-hal yang berinteraksi kepada murid seperti keadaan socialnya, dll.
Sebelum murid diberi instruksi/bimbingan shalat terlebih dahulu perlu diketahui hal-
hal yang berinteraksi langsung dengan murid untuk mengetahui apa saja yang
menjadi hambatan murid dalam meningkatnya kemampuan memahami suatu
permasalahan. Selain murid, guru disekolah juga perlu diamati, untuk menjaga
kesalahan penunjukan titik permasalahan.hal-hal yang perlu diperhatikan dari
Aspek tersebut kami bagi dalam tiga aspek (1) lingkungan sekolah, (2) lingkungan
rumah atau keluarga. (3) lingkungan diluar rumah.
a. Lingkungan sekolah
Lingkungan disekolah turut menentukan tingkat pemahaman siswa, sebagai
contoh, murid SD kelas tiga yang awalnya pada saat kelas satu dan dua selalu
mendapatkan ranking karena teman sebangkunya adalah murid yang mengerti
keadaan teman sebangkunya jika sedang focus mendengarkan penjelasan guru,
akan tetapi pada saat naik ke-kelas tiga, murid tersebut sudah tidak duduk
dengan teman sebangkunya yang pengertian, kini dia duduk bersama murid yang
banyak bicara dan malas mendengarkan penjelasan guru, pada saat guru
menjelaskan, anak yang dulunya terbiasa focus mendengarkan penjelasan guru
kini menjadi sulit karena selalu mendapat gangguan dari teman sebangkunya.
Adapun hal-hal yang menjadi dianggap turut membentuk tingkat pemahaman
murid adalah sebagai berikut :
1) Sikap Teman sebangkunya/sekelasnya terhadap dia
59
2) Gaya mengajar guru
3) Suasana alam sekitar sekolah
b. Lingkungan rumah/keluarga
Lingkungan rumah/ keluarga sangat berperan penting dalam membentuk
kemampuan pemahaman murid, contohnya ayah dari murid yang memiliki
akhlaq yang kurang baik, suka meminum minuman keras, tingkat perekonomian
rendah yang menyebabkan ayah memaksa anaknya untuk membantuk bekerja
yang tidak biasanya dikerjakan oleh anak-anak, atau salah membimbing
anaknya. Berikut aspek yang perlu diperhatikan dalam lingkungan kelurga
murid yang dianggap dapat mengubah tingkat pemahaman siswa :
1) Tingkat perekonomian
2) Suasana rumah
3) Perhatian/bimbingan orang tua
c. Lingkungan diluar rumah
Lingkungan diluar rumah terkadang menganggu aspek psikis murid yang
akibatnya murid malas belajar, sebagai contoh tetangga murid seorang anak
muda yang suka berkeliaran dan mengajak murid untuk melakukan hal yang
tidak boleh dilakukan seorang anak-anak seperti merokok, bergadang, mengadu
domba dengan sesame anak, menyuruh anak bolos dari sekolah, dsb, berikut
aspek yang perlu diperhatikan :
1) Warga sekitar yang selalu berinteraksi dengan murid
2) Keadaan Lingkungan Sosial
a. Pengamatan untuk siswa :
60
1) Pengamatan untuk murid yang bernama Muh. Adal,murid kelas III (tiga).
a) Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah Muh. Adal juga telah termasuk lingkungan
sekolah ummi mawaddah (kelas empat), fikri magfirah (kelas lima), dan
wahbah suhaeli (kelas enam) karena mereka berada dalam satu sekolah
yaitu MI DDI Ujung Lare kota Parepare.
Dalam lingkungan sekolah Muh. Adal kami terus mengamatinya
mulai dari teman-temannnya yang akrab dengannya dan sering bermain
atau belajar bersamanya. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa teman-
teman dari Muh. Adal semuanya biasa-biasa saja sama dengan anak lain
pada umumnya, tidak begitu hyperaktif atau memiliki kepribadian
special.
Kemudian peneliti beranjak kepada keadaan didalam kelas yang
dimulai dari gaya mengajar guru, gaya mengajar guru kelas tiga ternyata
kurang efektif, hal ini ditunjukkan dengan keadaan kelas yang kurang
kondusif dikarenakan manajemen kelas guru yang kurang.
b) Lingkungan rumah/ keluarga
Muh. Adal adalah anak ke-tiga dari empat orang bersaudara.
Ibunya seorang ibu rumah tangga tangga yang pemarah, sedangkan
ayahnya bekerja sebagai tukang ojek di dalam pasar Lakessi, ayah Muh.
Adal dapat kami golongkan sebagai ayah yang kurang pandai mendidik
anak, hal ini terlihat dari ahlaqnya yang kurang berbudi, tidak pernah
melaksanakan ibadah shalat dan juga pecandu alcohol yang cukup berat.
Hampir Setiap malam (berdasarkan wawancara peneliti dengan Muh.
61
Adal di sekolah) ayahnya pulang malam dalam keadaan mabuk,
bukannya menyuruh anaknya belajar atau tidur agar tidak terlambat ke
sekolah ke-esokan harinya justru ayah Muh. Adal menyuruh anaknya
membeli rokok lalu mencuci motor ayahnya. Beberapa hari ini ayah dan
ibu Muh. Adal bertengkar karena masalah uang yang selalu dihabiskan
untuk hal yang tidak dimengerti oleh Ibu Muh. Adal, dengan demikian
ibu Muh. Adal harus menyuruh anaknya untuk berjualan keliling
sepulang sekolah bersama saudara sulungnya.
Dari wawancara diatas peneliti dapat menganalisis keadaan
tersebut dan akibatnya terhadap kemampuan pemahaman sampling
(Muh. Adal), keadaan yang diceritakan oleh Muh. Adal dampaknya
sangat buruk terhadap bentuk kejiwaan Sampling, keadaan ini akan
membentuk kepribadiannya menjadi tidak sesuai dengan norma agama
dan tentu membuat jiwanya tidak setenang anak-anak yang rajin
melaksanakan shalat. dirumah juga nampaknya sampling ini lebih suka
menonton televisi dibandingkan belajar.
c) Lingkungan Diluar Rumah
Sampling dalam hal ini adalah Muh. Adal seorang anak yang
socials, terbukti dengan jumlah temannya yang banyak hampir selalu
datang kerumahnya mengajak bermain ataukah Muh. Adal yang
menemui teman-temannya.
keadaan lingkungan social Sampling dapat dikategorikan
lingkungan yang kurang mendapatkan perhatian pendidikan formal,
menurut sampling hampir rata-rata keluarga tetangganya putus sekolah
62
hingga tertinggi hanya SMU sederajat, kebanyakan pekerjaan mereka
adalah wiraswasta tingkat rendah seperti tukang batu, tukang ojek,
tukang becak, bartender, pedagang kaki lima, dan pedagang pasar
tradisional.
lingkungan seperti ini tentu menjadi contoh perilaku hidup bagi
sampling mengingat ia tumbuh dewasa di lingkungan ini, tidak ada
contoh lain selain lingkungan sekitarnya.
Dari tiga aspek yang diamati diatas maka peneliti memutuskan untuk
dilakukan riset.
2) Pengamatan untuk murid yang bernama Ummi Mawaddah, murid kelas IV
(Empat).
a) Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah Ummi.M juga telah termasuk lingkungan
sekolah ummi mawaddah (kelas empat), fikri magfirah (kelas lima), dan
wahbah suhaeli (kelas enam) karena mereka berada dalam satu sekolah
yaitu MI DDI Ujung Lare kota Parepare.
Dalam lingkungan sekolah Muh. Adal kami terus mengamatinya
mulai dari teman-temannnya yang akrab dengannya dan sering bermain
atau belajar bersamanya. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa teman-
teman dari Muh. Adal semuanya biasa-biasa saja sama dengan anak lain
pada umumnya, tidak begitu hyperaktif atau memiliki kepribadian
special.
Kemudian peneliti beranjak kepada keadaan didalam kelas yang
dimulai dari gaya mengajar guru, gaya mengajar guru kelas empat sudah
63
baik, hal ini ditunjukkan dengan keadaan kelas yang kondusif dan
nyaman dikarenakan manajemen kelas guru yang optimal.
b) Lingkungan rumah/ keluarga
Ummi.M adalah anak ke-tiga dari lima orang bersaudara, dia
satu-satunya saudara perempuan. Ibunya seorang ibu rumah tangga yang
hanya berada di rumah setelah pulang dari sekolah Sekolah Dasar
tempatnya mengajar sebagai guru Agama Islam, sedangkan ayahnya juga
pria yang kurang bias memberikan perhatian penuh kepada anak-
anaknya, ayah sampling yang satu ini bekerja sebagai kepala Madrasah
Ibtidaiyah DDI Ujung Lare (MI DDI Ujung Lare), ayah Ummi.M dapat
kami golongkan sebagai ayah yang kurang pandai mendidik anak, hal ini
terlihat dari tingkat kedisiplinan yang dia terapkan kepada anak-anaknya
yang cenderung koleris meski memiliki niat yang baik demi masa depan
anak-anaknya, kepribadian ini kurang memperhatikan aspek afektif dari
anak-anaknya, dia menganggap jika dia mampu maka semua orang juga
pasti mampu tanpa memperhatikan tiga aspek yang pada setiap manusia
berbeda-beda (Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik) hal ini membuat
anak juga akan menjadi koleris dan harus sangat disiplin yang
dampaknya menyerang tingkah laku anak menjadi keras kepala karena
batasan yang diberikan ayahnya untuk memikirkan lingkungan
sekitarnya yang beraneka ragam.
Dari data diatas peneliti dapat menganalisis keadaan tersebut dan
akibatnya terhadap kemampuan pemahaman sampling (Ummi.M),
keadaan yang diceritakan oleh Ummi.M dampaknya sangat buruk
64
terhadap bentuk kejiwaan Sampling, keadaan ini akan membentuk
kepribadiannya menjadi tidak sesuai dengan alamiahnya jiwa anak
seusianya dan tentu membuat jiwanya tidak setenang anak-anak yang
tidak terlalu ditekan. dirumah juga nampaknya sampling ini lebih suka
menonton televisi dibandingkan belajar.
c) Lingkungan Diluar Rumah
Sampling dalam hal ini adalah Ummi.M seorang anak yang
socialis, terbukti dengan jumlah temannya yang cukup banyak di
sekolahnya, hanya saja terkadang teman-temannya menjauhinya karena
sikapnya yang pemarah.
keadaan lingkungan social Sampling dapat dikategorikan
lingkungan yang mendapatkan perhatian pendidikan formal, menurut
sampling hampir rata-rata keluarga tetangganya adalah tenaga pendidik
diberbagai instansi.
Lingkungan seperti ini tentu menjadi contoh perilaku hidup bagi
sampling mengingat ia tumbuh dewasa di lingkungan ini, tidak ada
contoh lain selain lingkungan sekitarnya hanya saja terjadi controversial
berupa penekanan sikap oleh ayahnya dan kurang perhatian dari ibunya.
Dari tiga aspek yang diamati diatas maka peneliti memutuskan untuk
dilakukan riset.
3) Pengamatan untuk murid yang bernama Fikri Magfirah, murid kelas V
(Lima).
a) Lingkungan sekolah
65
Lingkungan sekolah Fikri.M juga telah termasuk lingkungan
sekolah ummi mawaddah (kelas empat), fikri magfirah (kelas lima), dan
wahbah suhaeli (kelas enam) karena mereka berada dalam satu sekolah
yaitu MI DDI Ujung Lare kota Parepare.
Dalam lingkungan sekolah Fikri.M kami terus mengamatinya
mulai dari teman-temannnya yang akrab dengannya dan sering bermain
atau belajar bersamanya. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa teman-
teman dari Muh. Adal semuanya biasa-biasa saja sama dengan anak lain
pada umumnya, tidak begitu hyperaktif atau memiliki kepribadian
special.
Kemudian peneliti beranjak kepada keadaan didalam lima yang
dimulai dari gaya mengajar guru. gaya mengajar guru kelas lima sudah
baik, hal ini ditunjukkan dengan keadaan kelas yang kondusif dan
nyaman dikarenakan manajemen kelas guru yang optimal dan hasilnya
murid lebih sering tenang.
b) Lingkungan rumah/ keluarga
Fikri.M adalah anak ke-dua dari empat orang bersaudara. Ibunya
seorang ibu rumah tangga yang harus bekerja sendirian mencari nafkah
untuk anak-anaknya atau konotasinya adalah seorang janda beranak
empat, ibu Fikri.M bekerja di sekolah MI DDI Ujung Lare sebagai
tenaga social dibidang Seni dan Kebudayaan (SBK). seperti yang
dituliskan diatas bahwa ibu Fikri.M adalah single parent (ibu tanpa
suami), tanpa seorang ayah yang dapat memberinya bimbingan disaat
yang berbeda dikala ibunya tidak ada, secara otomatis, ibunya harus
66
lebih merangkap jabatan sebagai pencari nafkah dan juga sebagai ibu
rumah tangga yang mengurusi anak dan memberi perhatian pada mereka
masing-masing, hal ini membuat emosi ibu Fikri.M lebih tidak stabil,
disamping pekerjaannya yang hanya bergaji kecil, juga harus berkeluh
kesah sendiri disaat ada masalah internal yang seharusnya ada seorang
suami yang memberinya semangat harus dia pikul sendirian.
Fikri.M sebagai anak pertama untuk perempuan harus lebih
sering bersama ibunya membantu di dapur atau pekerjaan lainnya yang
semestinya dikerjakan oleh seorang ayah juga harus dia kerjakan,
keadaan tersebut menekan waktu sampling untuk bermain sebagi jiwa
anak-anak menjadi waktu yang berat baginya karena harus bekerja
layaknya orang dewasa, ditambah gejolak jiwa ibunya yang tidak stabil
sehingga cenderung untuk memarahi sampling.
Dari data diatas peneliti dapat menganalisis keadaan tersebut dan
akibatnya terhadap kemampuan pemahaman sampling (Fikri.M),
keadaan yang diceritakan oleh Fikri.M dampaknya sangat buruk terhadap
bentuk kejiwaan Sampling, keadaan ini akan membentuk kepribadiannya
menjadi tidak sesuai dengan alamiahnya jiwa anak seusianya dan tentu
membuat jiwanya tidak setenang anak-anak yang memiliki kedua orang
tuanya.
c) Lingkungan Diluar Rumah
Sampling dalam hal ini adalah Fikri.M seorang anak yang socialis,
terbukti dengan jumlah temannya yang cukup banyak di sekolahnya,
67
hanya saja waktu sampling yang kurang untuk menuangkan jiwanya
pada tempatnya sebagai anak-anak .
Keadaan lingkungan social Sampling dapat dikategorikan
lingkungan yang mendapatkan perhatian pendidikan formal karena
tinggal di dalam kawasan pesantren DDI Ujung Lare.
Sebagaimana kita ketahui disetiap Lingkungan Pesantren tentunya
menekankan santrinya berakhlaq mulia sesuai tuntutan syariat Islam.
lingkungan ini juga menjadi perhatian khusus dari sampling karena para
santri selalu berlalu lalang didepan rumahnya melakukan kegiatan
pesantren.
Dari tiga aspek yang diamati diatas maka dapatlah peneliti.
4) Pengamatan untuk murid yang bernama Asfandi, murid kelas VI (Enam).
a) Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah Asfandi juga telah termasuk lingkungan
sekolah Ummi Mawaddah (kelas empat), Fikri Magfirah (kelas lima),
dan Asfandi (kelas enam) karena mereka berada dalam satu sekolah yaitu
MI DDI Ujung Lare kota Parepare.
Dalam lingkungan sekolah Asfandi kami terus mengamatinya
mulai dari teman-temannnya yang akrab dengannya dan sering bermain
atau belajar bersamanya. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa teman-
teman dari Asfandi semuanya biasa-biasa saja sama dengan anak lain
pada umumnya, tidak begitu hyperaktif atau memiliki kepribadian
special.
68
Kemudian peneliti beranjak kepada keadaan didalam kelas yang
dimulai dari gaya mengajar guru. gaya mengajar guru kelas enam sudah
baik, hal ini ditunjukkan dengan keadaan kelas yang kondusif dan
nyaman dikarenakan manajemen kelas guru yang optimal dan hasilnya
murid lebih sering tenang.
b) Lingkungan rumah/ keluarga
Asfandi adalah anak ke-empat dari empat orang bersaudara dan
tiga orang saudara tiri. Ibunya kandungnya telah wafat pada saat usianya
masih berumur empat tahun, kini Asfandi diberi seorang ibu tiri yang kurang
baik oleh ayahnya. Ayah Asfandi sendiri bekerja tidak menentu dengan
penghasilan yang tidak menentu pula, keluarga ini berada pada tingkat
perekonomian yang rendah karena pekerjaan kepala rumah tangga yang
tidak menentu dan jumlah tanggungan yang cukup besar. dirumah juga
nampaknya sampling ini lebih suka menonton televisi dibandingkan
belajar.
Dari data diatas peneliti dapat menganalisis keadaan tersebut dan
akibatnya terhadap kemampuan pemahaman sampling (asfandi), keadaan
yang diceritakan oleh asfandi perihal tingkat perekonomiannya yang
rendah dan sikap ibu tirinya yang buruk tidak sama dengan ibu
kandungnya yang telah wafat.
c) Lingkungan Diluar Rumah
69
Sampling dalam hal ini adalah asfandi seorang anak yang kurang
bergaul, terbukti dengan jumlah temannya yang sedikit di sekolahnya,
terkadang asfandi lebih suka duduk menyendiri seolah ia menjadi
pengamat atas tingkah teman-temannya, sikap ini menjadi balikan
teman-temannya yang juga tidak ingin mengajaknya bermain atau belajar
bersama, bahkan penulis biasa melihat sampling mendapat ejekan dari
teman-temannya karena sikapnya yang pediam.
Keadaan lingkungan social Sampling dapat dikategorikan
lingkungan berakhlaq buruk karena kebanyakan warga sekitar bersifat
premanisme dan berbagai akhlaq buruk lainnya seperti meminum
minuman keras di depan umum, menyapa dengan kata-kata yang tidak
sopan, dan lingkungan inilah yang kelak dicontohi oleh sampling dan
hasilnya tentu menurunkan tingkat SQ-Nya.
Dari tiga aspek yang diamati diatas maka peneliti memutuskan untuk
dilakukan riset.
b. Pengamatan untuk guru
Guru-guru di MI DDI Ujung Lare, pada kelas tiga menggunakan gaya
belajar yang monoton dan sulit dimengerti oleh muridnya karena, (1) terkadang
menjelaskan tanpa kata-kata atau keterangan, hanya menunjuk pada papan tulis
lalu mengerjakan tugas, (2) meminta siswa mengerjakan tugas tanpa penjelasan
sebelumnya, (3) memarahi murid jika bertanya tentang materi yang kurang
jelas.
Berbeda dengan guru-guru kelas empat, lima, enam, semuanya telah
sesuai dengan kurikulum madrasah MI DDI Ujung Lare.
70
b. Pelaksanaan tindakan (shalat lima waktu secara rutin dan khusyuk)
Sebelum rutinitas shalat dilakukan, peneliti terlebih dahulu mengajari sampling
tujuan, hukum, tata cara shalat yang benar, dan cara shalat khusyuk. Setelah sampling
telah faham semuanya maka dilaksanakanlah rutinitas shalat yang dilakukan observasi
per-Minggunya. Limit maximal hingga dikatakan berhasil adalah 100%
Agar hasil akhir dapat diukur maka peneliti memutuskan untuk menyajikan hasil
observasi dalam bentuk table.
a. Kelas III (Muh. Adal)
Persiapan peneliti sebelum pelaksanaan peneliti telah menentukan materi
khusus selama pelaksanaan penelitian berlangsung yaitu mata pelajaran IPA
(Ilmu Pengatahuan Alam) kelas tiga dengan materi Energi.
Sebelumnya peneliti telah memberikan petunjuk kepada guru untuk
memperbaiki kesalahan gaya mengajar guru dan memberikan solusi terbaik.
Agar peneliti dapat mengamati pelakasanaan shalat sampling maka
ditekankan kepada murid untuk shalat di masjid MI DDI ujung lare bersama
peneliti.
NamaAspek yang diamati
Jumlah (%)
(Jt = J+F+H)
3
Kehadiran shalat dimasjid/hari**) Focus *)
(F=f x10)
Hasil belajar (IPA)
(H=hx10)Muh. adal
sn sl rb km jm sb ahjml
Jml total(J = j x 20) 7
Minggu I 4 4 4 4 4 4 4 28 80 7 5 66,67Minggu II 3 3 4 4 4 4 3 25 71,4 8 6 70,47Minggu III 3 3 5 5 5 5 5 31 88,6 8 7 79,53Minggu IV 5 5 5 5 5 5 5 35 100 8 8 86,67
Table 2 : data hasil observasi Muh. Adal kelas III
*) 9-10 = sangat focus 7-8 = sering focus5-6 = terkadang focus3-4 = lebih sering tidak focus
71
1-2 = tidak pernah memperhatikan penjelasan guru
**) m = nt x 5, m/7 = xnt = jumlah total shalatm = jumlah persentase shalat dalam satu bulanx = rerata dalam persen
b. Kelas IV (Ummi Mawaddah)
Persiapan peneliti sebelum pelaksanaan peneliti telah menentukan materi
khusus selama pelaksanaan penelitian berlangsung yaitu mata pelajaran IPA
(Ilmu Pengatahuan Alam) kelas empat dengan materi Energi.
Agar peneliti dapat mengamati pelakasanaan shalat sampling maka ditekankan
kepada murid untuk shalat di masjid MI DDI ujung lare bersama peneliti
NamaAspek yang diamati
Jumlah (%)
(Jt = J+F+H)
3
Kehadiran shalat dimasjid/hari**) Focus *)
(F=f x10)
Hasil belajar (IPA)
(H=hx10)Ummi mawaddah
sn sl rb km jm sb ahjml
Jml total(J = j x 20) 7
Minggu I 4 4 4 4 4 4 4 28 80 7 6 70Minggu II 5 5 5 5 5 5 5 35 100 8 6 80Minggu III 4 3 5 5 5 5 5 32 91,4 8 7 80,47Minggu IV 5 5 5 5 5 5 5 35 100 8 10 93,33
Table 3 : data hasil observasi Ummi mawaddah kelas IV
*) 9-10 = sangat focus 7-8 = sering focus5-6 = terkadang focus3-4 = lebih sering tidak focus1-2 = tidak pernah memperhatikan penjelasan guru
**) m = nt x 5, m/7 = xnt = jumlah total shalatm = jumlah persentase shalat dalam satu bulanx = rerata dalam persen
c. Kelas V (Fikri Magfirah)
72
Persiapan peneliti sebelum pelaksanaan peneliti telah menentukan materi
khusus selama pelaksanaan penelitian berlangsung yaitu mata pelajaran IPA
(Ilmu Pengatahuan Alam) kelas empat dengan materi Energi.
Agar peneliti dapat mengamati pelakasanaan shalat sampling maka
ditekankan kepada murid untuk shalat di masjid MI DDI ujung lare bersama
peneliti
NamaAspek yang diamati
Jumlah (%)
(Jt = J+F+H)
3
Kehadiran shalat dimasjid/hari**) Focus *)
(F=f x10)
Hasil belajar (IPA)
(H=hx10)Fikri Magfirah
sn sl rb km jm sb ahjml
Jml total(J = j x 20) 7
Minggu I 3 3 3 3 3 3 3 21 60 7 6 63,33Minggu II 3 4 4 4 4 5 4 28 80 8 5 70Minggu III 4 4 5 5 5 5 5 33 94,3 8 7 81,43
Minggu IV
5 5 5 5 5 5 535 100 8 10 93,33
Table 4 : data hasil observasi fikri magfirah kelas V
*) 9-10 = sangat focus 7-8 = sering focus5-6 = terkadang focus3-4 = lebih sering tidak focus1-2 = tidak pernah memperhatikan penjelasan guru
**) m = nt x 5, m/7 = xnt = jumlah total shalatm = jumlah persentase shalat dalam satu bulanx = rerata dalam persen
d. Kelas VI (Asfandi)
Persiapan peneliti sebelum pelaksanaan peneliti telah menentukan materi
khusus selama pelaksanaan penelitian berlangsung yaitu mata pelajaran IPA
(Ilmu Pengatahuan Alam) kelas empat dengan materi Energi.
73
Agar peneliti dapat mengamati pelakasanaan shalat sampling maka ditekankan
kepada murid untuk shalat di masjid MI DDI ujung lare bersama peneliti
NamaAspek yang diamati
Jumlah
(Jt = J+F+H)
3
Kehadiran shalat dimasjid/hari**) Focus *)
(F=f x10)
Hasil belajar (IPA)
(H=hx10)asfandi
sn sl rb km jm sb ahjml
Jml total(J = j x 20) 7
Minggu I 3 3 3 3 3 3 3 21 60 7 6 63,33Minggu II 3 4 4 4 4 5 4 28 80 8 5 70Minggu III 4 4 5 5 5 5 5 33 94,3 8 8 84,77
Minggu IV
5 5 5 5 5 5 5 35 100 8 10 93,33
Table 5 : Data hasil observasi Asfandi kelas VI
*) 9-10 = sangat focus 7-8 = sering focus5-6 = terkadang focus3-4 = lebih sering tidak focus1-2 = tidak pernah memperhatikan penjelasan guru
**) m = nt x 5, m/7 = xnt = jumlah total shalatm = jumlah persentase shalat dalam satu bulanx = rerata dalam persen
c. pasca tindakan
Dari data yang diperoleh dari masing-masing sampling diatas maka dapatlah dibuat
rekapitulasi data untuk mengetahui selisih perubahan yang terjadi agar dapat ditarik
kesimpulan, berikut rekapitulasi data :
nama kelas
Jumlah per-Minggu Rata-rata Perubahan
perminggu (%)KetMinggu
IMinggu
IIMinggu
IIIMinggu
IV
Muh. Adal III 66,67 70,47 79,53 86,67 75,8 MeningkatUmmi.M IV 70 80 80,47 93,33 81 MeningkatFikri. M V 63,33 70 81,43 93,33 77 MeningkatAsfandi VI 63,33 70 84,77 93,33 77,9 Meningkat
74
Table 6 : Rekapitulasi Data Sampling
Dari data dan rekapitulasi data yang diperoleh diatas terlihat dengan sangat jelas
bahwa pada tiap minggu dilakukan observasi terjadi peningkatan yang simultan, hal ini
terjadi berdasarkan teori yang penulis peroleh dari berbagai sumber yang tertera pada
kajian pustaka ialah dua hal yang berhubungan erat yaitu keadaan gelombang otak
seperti yang diuraikan pada kerangka pikir skripsi ini dan kecerdasan spiritual atau
disingkat SQ (spiritual quotient).
B. Pembahasan
Dari deskripsi diatas dan data-data yang diperoleh hingga dilakukan rekapiltulasi
data, terlihat nilai yang diharapkan yaitu peningkatan yang simultan. peningkatan ini
tentu dikarenakan suatu sebab.
Penulis telah menganalisis sebelumnya dan memprediksikan hasilnya
berdasarkan teori-teori yang penulis peroleh dari berbagai sumber yang tertera pada
kajian pustaka skripsi ini.
suatu sebab menghasilkan akibat, akibat sehingga meningkatnya hasil belajar
pada sampling adalah dua hal, menurut penulis hal itu ialah keadaan gelombang otak
seperti yang diuraikan pada kerangka pikir skripsi ini dan kecerdasan spiritual atau
disingkat SQ (spiritual quotient). keadaan gelombang otak ada berbagai bentuk, yaitu
beta, alfa, theta, dan delta. keadaan otak yang paling menguntungkan ialah pada
keadaan Alfa dan keadaan alfa ini terjadi pada saat tertentu saja, salah satunya ialah
pada saat kita melakukan shalat dengan khusyuk.
75
Shalat dalam agama islam adalah wajib dilaksanakan selama lima kali sehari
semalam sebagaimana firman allah dalam surah hud ayat 114 dan al-ankabut ayat 45
berikut,
Terjemahannya :“Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.”56
Terjemahannya :“ Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”57
Dengan shalat yang khusyuk, gelombang otak berada pada keadaan alfa yang
menurut Adi W. Gunawan (2003) keadaan alfa dapat mempermudah kita untuk
mengingat pada memory jangka panjang, gelombang otak ini dapat dimanfaatkan meski
pelakunya tidak lagi sementara shalat, karena shalat dilakukan dengan rutin lima kali
sehari semalam, hal ini menyebabkan gelombang alfa akan mudah terbentuk dalam otak
karena telah terbiasa sehingga pada saat belajarpun otak dapat dengan otomatis berada
pada keadaan alfa, didukung juga dengan apa yang disebut dengan kecerdasa spiritual
atau God Spot. SQ adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ
secara efektif, bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi yang menghasilkan
56 Departemen Agama, Loc.Cit57 Ibid
76
ketenangan jiwa (jiwa muthma’innah).58 Ketenangan jiwa yang dimiliki oleh Sang
Pemilik Kecerdasan Ruh akan terpancar pada wajahnya berupa kesejukan, pada
sikapnya berupa ketawadhu’an, pada keinginannya berupa keinginan membahagiakan
orang lain, pada gerakannya berupa kebajikan, pada amalnya berupa keshalihan, dan
pada budi pekertinya berupa akhlaq yang mulia. Dari kutipan di atas dapat disimpulkan
bahwa fungsi SQ adalah mengoptimalkan fungsi IQ dan EQ, bila SQ tidak ada maka IQ
dan EQ juga tidak akan berfungsi secara efektif. Dengan berfungsinya IQ maka
kemampuan pemahaman dapat meningkat, itulah sebabnya terjadi peningkatan hasil
belajar pada sampling.
58 Ary Ginanjar, Loc. cit., xliv.
77
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penelitian ini dari pra tindakan, pelaksanaan, hingga pasca tindakan dan analisis
data maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ibadah shalat secara rutin lima kali sehari
semalam dengan khusyuk dapat meningkatkan hasil belajar murid, hal ini menunjukkan
bahwa kemampuan pemahaman murid pasti telah meningkat, terlihat perbedaan yang
jelas dari data yang diperoleh sebelum sampling melaksanakan shalat sesuai ketentuan
Al-Qur’an dan Hadits, pada data yang diperoleh per-Minggu setelah shalat dengan rutin
dan khusyuk.
Shalat adalah penyebab utama yang mengubah pola hidup setiap sampling selain
bimbingan dari peneliti demi kelancaran penelitian, dengan melaksanakan shalat lima
waktu, rentang waktu untuk menonton Televisi yang diduga juga menjadi salahsatu
penyebab terganggungnya murid untuk memahami materi yang terkait menjadi
berkurang karena shalat dan keinginan untuk belajar menyingkirkan waktunya untuk
menonton televisi lebih lama. Gaya mengajar guru juga telah diperbaiki yaitu dengan
lebih memperhatikan kemampuan tiga aspek utama pada murid yaitu kognitf, afektif
dan psikomotorik, sebagai contoh yaitu dengan tidak memberikan pelajaran dalam
jumlah yang banyak dalam waktu yang sangat pendek. hal-hal tersebut diataslah yang
telah meningkatkan kemampuan pemahaman murid.
B. SARAN
saran saya sebagai peneliti dalam kajian ini merasakan perlu perbaikan dalam
sistem pendidikan yang dibangun oleh pemerintah dan swasta yaitu dengan tidak
melupakan segi agama terlebih apabila itu adalah wajib bagi pemeluknya, dalam hal ini
78
adalah shalat lima waktu dengan khusyuk, tak rugi yang diperoleh darinya melainkan
kebaikan dan keuntungan didunia dan akhirat, bertambahnya ilmu dan amal serta
memperbaiki akhlaq yang buruk serta menularkannya keseluruh aspek lingkungan
pelakunya, semoga saran ini dapat terwujud dan bermanfaat, wallahu a’lam.
79
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim
Abdullah, Mas Udik. Ledakkan IESQ dengan Langkah Taqwa dan Tawakal. Jakarta : Zikrul Hakim, 2005. Cet. ke-1.
Abdullah, Nashih Ulwan. Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam. Jakarta : Asy-Syfa’, 1993.
Agustian, Ary Ginanjar. Rahasia Sukses Membangun Emosi dan Spiritual Berdasarkan Enam Rukun Iman dan Lima Rukun Islam. Jakarta : ArgaWijaya Persada, 2001.
___________, Rahasia Sukses Membangun ESQ Power. Jakarta : Arga Wijaya Persada, 2003.
Ahmadi, Abu. Ilmu Pendidikan.
Al-Maraghi, Ahmad Musthafa. Terjemahan Tafsir Al-Maraghi (21). Semarang : CV. Toha Putra, 1987.
Al-Syaibani, Muhammad Omar Al-Taumy. Falsafah Pendidikan Islam. Jakarta : Bulan Bintang, tt An Nida’ (Majalah Ilmu Pengetahuan Agama Islam), Pendidikan, Bahasa dan Kepemudaan. Pekanbaru : Pusat Penelitian IAIN Sultan Syarif Qasim,1997.
Bukhari. Shahih Bukhari. Beirut : Al-Ahya al-Turats al-Araby, tt.
Chaplin. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : Rajawali, 1989.
Darajat, Zakiah. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta : Bulan Bintang, 1976.
____________. Kesehatan Mental. Jakarta : PT Toko Gunung Agung, 2001.
Dedeh Kurniasih. Arti Sehat dan Bahagia Bagi Anak. (http://www.tabloidnakita. com/khasanah/khasanah06309-01.htm)
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Semarang : CV. Toha Putra, 1996.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka, 1999.
Hossein Nasr, Sayyed. Antara Tuhan Manusia dalam Alam; Jembatan Filosofis dan Religius Menuju Puncak Spiritual, terjemahan oleh Ali Noer Zaman. Yogyakarta : IRCISOD, 2003.
80
Hujjati, Muhammad Bagir. Pendidikan Anak dalam Kandungan. Bogor : Penerbit Cahaya, 2003.
Inayat Khan, Pir Vilayat. Membangkitkan Kesadaran Spiritualitas, terjemahan Rahmain Astuti. Bandung : Pustaka Hidayah, 2002.
Langgulang, Hasan. Manusia dan Pendidikan. Jakarta : Al Husna, 1986.
LN. Syamsu Yusuf. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT.Ramaja Rosda Karya, 2004.
Nata Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Logos Wacana Ilmu, cet. ke-1.
Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka, 1982.
Rajih, Hamdan. Spiritual Quotient for Children. Yogyakarta : Diva Press, 2005.
Ramayulis. Psikologi Agama. Jakarta : Kalam Mulia. Cet. ke-6.
Rehani. Keluarga Sebagai Intitusi Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an.Padang : Baitul Hikmah Press, 2001.
Satiadarma, Monti. P. dan Waruwu, Fidelis. E. Mendidik Kecerdasan. Jakarta : Pustaka Populer Obor, 2003. Cet. ke-1.
Suharsono. Mencerdaskan Anak. Jakarta : Gema Insani Press, 2001.
Suharto, Dedhi. Qur’anis Quotient. Jakarta : Yayasan Ukhuwah, 2003 cet. ke-1.
Sukidi. Kecerdasan Spiritual. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2004. Cet. ke-2.
Tasmara, Toto. Kecerdasan Rohaniyah Transcendental Intelegensi. Depok : Gema Insani Press, 2003. Cet. ke-3.
www.kompas.com/kompas-cetak/0305/18/keluarga/312326.htm
www.mail-archive.com/balita-anda/balita-anda.com/msg54237.html.
www.muthahari.or.id/doc/artikel/sqanak.htm
Zaini, Syahminan. Jalur Kehidupan Manusia Menurut Al-Qur’an. Jakarta : Kalam Mulia, 1995.
Zohar, Danah dan Marshall, Ian. SQ Memanfaatkan Kecerdasan Memaknai Kehidupan, terjemahan Rahmi Astuti, Ahmad Nadjib Burhani. Bandung : Kronik Indonesia Baru, 2001.
81
Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelas Tiga)
Nama Madrasah : MI DDI Ujung LareMata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan AlamKelas/Semester : III/2Alokasi Waktu : 12 jam pelajaranStandar Kompetensi : 4. Memahami berbagai cara gerak benda, hubungannya
dengan energi, dan sumber energiKompetensi Dasar : 4.2 Mendeskripsikan hasil pengamatan tentang pengaruh
energi panas, gerak, dan getaran dalam kehidupan seharihari
4.3 Mengidentifikasi sumber energi dan kegunaannyaIndikator : 1. Menunjukkan adanya pengaruh energi berdasarkan
pengamatan, misalnya panas dari sinar matahari, kincir angin berputar jika ditiup angin, dan memetik gitar menghasilkan bunyi
2. Menyimpulkan berdasarkan hasil pengamatan bahwa energi itu ada, tidak dapat dilihat, tetapi dapat dirasakan
3. Membuat daftar sumber-sumber energi yang terdapat di lingkungan sekitar kita, misalnya makanan, minyak tanah, kayu bakar, baterai, listrik, sinar matahari, air, dan angin
4. Menjelaskan tujuan penggunaan sumber energi
I. Tujuan PembelajaranSetelah mempelajari bab ini, diharapkan siswa dapat1. menunjukkan adanya pengaruh energi berdasarkan pengamatan, misalnya
panas dari sinar matahari, kincir angin berputar jika ditiup angin, dan memetik gitar menghasilkan bunyi;
2. menyimpulkan berdasarkan hasil pengamatan bahwa energi itu ada, tidak dapat dilihat, tetapi dapat dirasakan;
3. membuat daftar sumber-sumber energi yang terdapat di lingkungan sekitar kita, misalnya makanan, minyak tanah, kayu bakar, baterai, listrik, sinar matahari, air, dan angin;
4. menjelaskan tujuan penggunaan sumber energi.
II. Materi PembelajaranEnergi
III. Metode PembelajaranInformasi, pemberian tugas, demonstrasi, dan kegiatan laboratorium
IV. Langkah-Langkah PembelajaranPertemuan Ke-1Kegiatan Awal
82
1. Dengan dipandu guru, siswa mendeskripsikan pengertian energi, yaitu kemampuan untuk melakukan kerja.
2. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan berbagai macam energi yang ada dalam kehidupan sehari-hari, antara lain energi panas, energi cahaya, energi gerak, dan energi listrik.
Kegiatan Inti1. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan bukti adanya energi yang ada dalam
kehidupan sehari-hari.2. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan kegunaan energi panas, misalnya panas
matahari.3. Dengan dibimbing guru, siswa melakukan Kegiatan untuk membuktikan kegunaan
panas matahari.4. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan kegunaan panas dan cahaya matahari.Kegiatan AkhirGuru menyimpulkan dengan cara menjelaskan kegunaan panas dan cahaya matahari.Pertemuan Ke-2Kegiatan Awal1. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada sebelumnya.2. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan sumber energi panas yang ada dalam
kehidupan sehari-hari.Kegiatan Inti1. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan pemanfaatan energi panas dalam
kehidupan sehari-hari.2. Dengan dipandu guru, siswa menerangkan cara menghasilkan energi panas,
misalnya menggosokkan dua telapak tangan.3. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan bukti bahwa energi ada, dapat
dirasakan, tetapi tidak dapat dilihat.Kegiatan AkhirGuru menyimpulkan dengan cara menjelaskan bahwa energi ada, dapat dirasakan, tetapi
tidak dapat dilihat.Pertemuan Ke-3Kegiatan Awal1. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya.2. Dengan dipandu guru, siswa mendeskripsikan pengertian energi gerak dan energi
bunyi.Kegiatan Inti1. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan berbagai macam gerak benda.2. Dengan dibimbing guru, siswa melakukan percobaan untuk menunjukkan adanya
energi gerak, misalnya kincir angin berputar jika ditiup angin.3. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan berbagai macam sumber energy bunyi.4. Dengan dibimbing guru, siswa melakukan percobaan untuk menunjukkan adanya
energi bunyi, misalnya memetik gitar.Kegiatan AkhirGuru menyimpulkan dengan cara menjelaskan pengertian energi gerak dan energi bunyi
serta kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.Pertemuan Ke-4Kegiatan Awal
83
1. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.
2. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan alat rumah tangga yang menggunakan energi listrik dan energi kimia.
Kegiatan Inti1. Membuktikan bahwa energi itu ada, tidak dapat dilihat, tetapi dapat dirasakan.2. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan pengertian energi listrik dan energi
kimia.3. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan kegunaan energi listrik dan energy
kimia dalam kehidupan sehari-hari.Kegiatan AkhirGuru menyimpulkan dengan cara menjelaskan pengertian energi listrik dan energi kimia
serta kegunaannya.Pertemuan Ke-5Kegiatan Awal1. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya.2. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan berbagai sumber energi, misalnya
makanan, minyak tanah, kayu bakar, baterai, listrik, sinar matahari, air, dan angin.Kegiatan Inti1. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan kegunaan makanan bagi tubuh.2. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan kegunaan minyak tanah sebagai sumber
energi.3. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan kegunaan kayu bakar sebagai sumber
energi.4. Dengan dipandu guru, siswa mendeskripsikan baterai sebagai sumber energi.5. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan kegunaan baterai dalam kehidupan
sehari-hari.6. Dengan dipandu guru, siswa mendeskripsikan listrik sebagai sumber energi.7. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan kegunaan listrik dalam kehidupan
sehari-hari.Kegiatan AkhirGuru menyimpulkan dengan cara menjelaskan kegunaan makanan, minyak tanah, kayu
bakar, baterai, dan listrik dalam kehidupan sehari-hari.Pertemuan Ke-6Kegiatan Awal1. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya.2. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan kegunaan matahari, air, dan angin
sebagai sumber energi.Kegiatan Inti1. Dengan dipandu guru, siswa mendeskripsikan matahari, air, dan angin sebagai
sumber energi2. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan kegunaan matahari, air, dan angin
sebagai sumber energi dalam kehidupan sehari-hari.Kegiatan AkhirGuru menyimpulkan dengan cara menjelaskan kegunaan matahari, air, dan angin
sebagai sumber energi.
84
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar• Buku IPA 3B • Charta berbagai macam sumber energi• Charta berbagai macam penggunaan energi• Saputangan• Air• Kincir angin• Alat-alat tulis
VI. Penilaian• Keaktifan dalam menjawab pertanyaan, sikap, dan tingkah laku. • Mengerjakan tugas
Mengetahui Dilaksanakan, ..........................Kepala Sekolah, Guru Kelas,
(_______________________) (_______________________)NIP. ......................................... NIP. .........................................
85
Lampiran 2Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelas Empat)
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan AlamKelas/Semester : IV/2Alokasi Waktu : 12 jam pelajaranStandar Kompetensi : 8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara
penggunaannya dalam kehidupan sehari-hariKompetensi Dasar : 8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat
di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnyaIndikator : 1. Menyebutkan sumber-sumber energi panas, misalnya
gesekan benda dan matahari2. Mendemonstrasikan adanya perpindahan panas3. Menyebutkan sumber-sumber bunyi yang terdapat di
lingkungan sekitar4. Menyimpulkan bahwa bunyi dihasilkan oleh benda yang
bergetar5. Membedakan perambatan bunyi pada benda padat, cair,
dan gas
I. Tujuan PembelajaranSetelah mempelajari bab ini, diharapkan siswa mampu1. menyebutkan sumber-sumber energi panas, misalnya gesekan benda dan
matahari;2. mendemonstrasikan adanya perpindahan panas;3. menyebutkan sumber-sumber bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar;4. menyimpulkan bahwa bunyi dihasilkan oleh benda yang bergetar;5. membedakan perambatan bunyi pada benda padat, cair, dan gas.
II. Materi PembelajaranEnergi panas dan energi bunyi
III. Metode PembelajaranInformasi, pemberian tugas, demonstrasi, dan kegiatan laboratorium
IV. Langkah-Langkah PembelajaranPertemuan Ke-1Kegiataan Awal1. Dengan dipandu guru, siswa mendeskripsikan pengertian energi panas dan energi
bunyi.2. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan sumber energi panas dan energy bunyi
yang ada dalam kehidupan sehari-hari.Kegiatan Inti1. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan perpindahan panas.2. Dengan dipandu guru, siswa mendeskripsikan pengertian perpindahan panas secara
konduksi.3. Dengan dibimbing guru, siswa melakukan Kegiatan 10.1 untuk membuktikan
adanya perpindahan panas secara konduksi.
86
4. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan manfaat perpindahan panas secara konduksi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan AkhirGuru menyimpulkan dengan cara menjelaskan perpindahan panas secara konduksi dan
manfaat perpindahan panas bagi kesejahteraan manusia.Pertemuan Ke-2Kegiatan Awal1. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya.2. Dengan dipandu guru, siswa mendeskripsikan pengertian perpindahan panas secara
konveksi.Kegiatan Inti1. Dengan dibimbing guru, siswa melakukan Kegiatan 10.2 untuk membuktikan
adanya perpindahan panas secara konveksi.2. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan perpindahan panas secara konveksi yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari.Kegiatan AkhirGuru menyimpulkan dengan cara menjelaskan perpindahan panas secara konveksi dan
manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.Pertemuan Ke-3Kegiatan Awal1. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya.2. Dengan dipandu guru, siswa mendeskripsikan pengertian perpindahan panas secara
radiasi.Kegiatan Inti1. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan perpindahan panas secara radiasi yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari.2. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan manfaat perpindahan panas secara
radiasi bagi kesejahteraan kehidupan manusia.Kegiatan AkhirGuru menyimpulkan dengan cara menjelaskan perpindahan panas secara radiasi dan
manfaat perpindahan panas bagi kesejahteraan manusia.Pertemuan Ke-4Kegiatan Awal1. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya.2. Dengan dipandu guru, siswa mendeskripsikan pengertian energi bunyi.Kegiatan Inti1. Dengan dibimbing guru, siswa melakukan Kegiatan 10.3 untuk mengetahui benda
yang menghasilkan bunyi.2. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan benda yang dapat menghasilkan bunyi.Kegiatan AkhirGuru menyimpulkan dengan cara menjelaskan keadaan benda yang sedang
menghasilkan bunyi.Pertemuan Ke-5Kegiatan Awal
87
1. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.
2. Dengan dipandu guru, siswa mendeskripsikan cara perambatan bunyi melalui benda padat.
Kegiatan Inti1. Dengan dibimbing guru, siswa melakukan Kegiatan untuk membuktikan adanya
perambatan bunyi melalui benda padat.2. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan manfaat perambatan bunyi melalui
benda padat.3. Dengan dibimbing guru, siswa melakukan Kegiatan untuk membuat alat yang
memanfaatkan perambatan bunyi melalui benda padat.Kegiatan AkhirGuru menyimpulkan dengan cara menjelaskan perpindahan bunyi melalui benda padat
dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.Pertemuan Ke-6Kegiatan Awal1. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya.2. Dengan dipandu guru, siswa mendeskripsikan cara perambatan bunyi melalui
benda cair dan gas.Kegiatan Inti1. Dengan dibimbing guru, siswa melakukan Kegiatan untuk membuktikan adanya
perambatan bunyi melalui benda cair.2. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan manfaat perambatan bunyi melalui
benda cair.3. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan hal-hal yang membuktikan bahwa bunyi
merambat melalui gas.4. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan manfaat perambatan bunyi melalui gas.Kegiatan AkhirGuru menyimpulkan dengan cara menjelaskan perpindahan bunyi melalui benda cair
dan gas serta manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar• Buku IPA 4B• Air panas• Sendok logam• Sumpit• Biji jagung• Margarin• Gelas• Kaki tiga• Pemanas• Karet gelang• Kotak kosong
VI. Penilaian• Keaktifan dalam menjawab pertanyaan, sikap, dan tingkah laku• Mengerjakan soal latihan
88
Mengetahui Dilaksanakan, .........................Kepala Sekolah Guru Kelas,
(__________________) (__________________)NIP. ............................. NIP. .............................
89
Lampiran 3Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelas Lima)
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan AlamKelas/Semester : V/2Alokasi Waktu : 12 jam pelajaranStandar Kompetensi : 5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta
fungsinyaKompetensi Dasar : 5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak, dan energi
melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gesekan, dan gaya magnet)
Indikator : 1. Mengelompokkan benda-benda yang bersifat magnetis dan yang tidak magnetis
2. Menunjukkan kekuatan gaya magnet dalam menembus beberapa benda melalui percobaan
3. Memberi contoh penggunaan gaya magnet dalam kehidupan sehari-hari
4. Membuat magnet5. Membandingkan kecepatan jatuh dua benda (yang berbeda
berat, bentuk, dan ukuran) dari ketinggian tertentu6. Menyimpulkan bahwa gaya gravitasi menyebabkan benda
bergerak ke bawah7. Memprediksi seandainya tidak ada gaya gravitasi bumi8. Membandingkan gerak benda pada permukaan yang
berbeda-beda (kasar, halus)9. Menjelaskan berbagai cara memperkecil atau memperbesar
gaya gesekan10. Menjelaskan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan oleh
gaya gesekan dalam kehidupan sehari-hari
I. Tujuan PembelajaranSetelah mempelajari bab ini, diharapkan siswa mampu1. mengelompokkan benda-benda yang bersifat magnetis dan yang tidak magnetis;2. menunjukkan kekuatan gaya magnet dalam menembus beberapa benda melalui
percobaan;3. memberi contoh penggunaan gaya magnet dalam kehidupan sehari-hari;4. membuat magnet;5. membandingkan kecepatan jatuh dua benda (yang berbeda berat, bentuk, dan
ukuran) dari ketinggian tertentu;6. menyimpulkan bahwa gaya gravitasi menyebabkan benda bergerak ke bawah;7. memprediksi seandainya tidak ada gaya gravitasi bumi;8. membandingkan gerak benda pada permukaan yang berbeda-beda (kasar, halus);9. menjelaskan berbagai cara memperkecil atau memperbesar gaya gesekan;10. menjelaskan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan oleh gaya gesekan dalam
kehidupan sehari-hari.
90
II. Materi PembelajaranGaya
III. Metode PembelajaranInformasi, pemberian tugas, demonstrasi, dan kegiatan laboratorium
IV. Langkah-Langkah PembelajaranPertemuan Ke-1
Kegiatan Awal1. Dengan dipandu guru, siswa mendeskripsikan pengertian magnet.2. Guru menyiapkan alat-alat untuk melakukan Kegiatan dan Kegiatan Kegiatan Inti1. Dengan dibimbing guru, siswa melakukan Kegiatan untuk mengelompokkan benda
yang bersifat magnetis dan benda yang bersifat tidak magnetis.2. Dengan dipandu guru, siswa mendeskripsikan pengertian benda yang bersifat
magnetis dan benda yang bersifat tidak magnetis.3. Dengan dipandu guru, siswa mendeskripsikan pengertian gaya magnet.4. Dengan dibimbing guru, siswa melakukan Kegiatan untuk menunjukkan kekuatan
gaya magnet.5. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan macam-macam bentuk magnet.Kegiatan AkhirGuru menyimpulkan dengan cara menjelaskan benda yang bersifat magnetis dan benda
yang bersifat tidak magnetis, gaya magnet, serta berbagai macam bentuk magnet.Pertemuan Ke-2Kegiatan Awal1. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya.2. Dengan dipandu guru, siswa mendeskripsikan pengertian kutub magnet.Kegiatan Inti1. Dengan dibimbing guru, siswa melakukan Kegiatan untuk menentukan kutub
magnet, yaitu bagian magnet yang paling kuat menarik serbuk besi.2. Dengan dibimbing guru, siswa melakukan Kegiatan untuk menunjukkan jenis kutub
magnet.3. Dengan dibimbing guru, siswa melakukan Kegiatan untuk menunjukkan sifat-sifat
kutub senama dan tidak senama jika didekatkan.Kegiatan AkhirGuru menyimpulkan dengan cara menjelaskan pengertian kutub magnet dan sifat-
sifatnya.Pertemuan Ke-3Kegiatan Awal1. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya.2. Dengan dipandu guru, siswa mendeskripsikan pengertian medan magnet.Kegiatan Inti1. Dengan dibimbing guru, siswa melakukan Kegiatan untuk mengetahui medan
magnet. 2. Dengan dipandu guru, siswa mendeskripsikan pengertian garis gaya magnet.Kegiatan Akhir
91
Guru menyimpulkan dengan cara menjelaskan pengertian medan magnet dan garis gaya magnet.
Pertemuan Ke-4Kegiatan Awal1. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya.2. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan jenis magnet berdasarkan asalnya.Kegiatan Inti1. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan perbedaan magnet alam dan magnet
buatan.2. Dengan dibimbing guru, siswa melakukan Kegiatan untuk mengetahui cara
membuat magnet dengan cara gosokan.3. Dengan dibimbing guru, siswa melakukan Kegiatan untuk mengetahui cara
membuat magnet dengan cara induksi.4. Dengan dibimbing guru, siswa melakukan Kegiatan untuk mengetahui cara
membuat magnet dengan cara elektromagnet.5. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan kegunaan magnet.Kegiatan AkhirGuru menyimpulkan dengan cara menjelaskan cara membuat magnet dan kegunaannya.Pertemuan Ke-5Kegiatan Awal1. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya.2. Dengan dipandu guru, siswa mendeskripsikan pengertian gaya gravitasi.Kegiatan Inti1. Dengan dibimbing guru, siswa melakukan Kegiatan untuk mengetahui pengaruh
gaya gravitasi terhadap gerak jatuh benda-benda.2. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan pengaruh gaya gravitasi terhadap gerak
benda.Kegiatan AkhirGuru menyimpulkan dengan cara menjelaskan pengaruh gaya gravitasi terhadap gerak
benda.Pertemuan Ke-6Kegiatan Awal1. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya.2. Dengan dipandu guru, siswa mendeskripsikan pengertian gaya gesekan.Kegiatan Inti1. Dengan dibimbing guru, siswa melakukan Kegiatan untuk mengetahui pengaruh
gaya gesekan terhadap gerak benda.2. Dengan dibimbing guru, siswa melakukan Kegiatan untuk mengetahui cara
memperbesar dan memperkecil gaya gesekan.3. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan manfaat dan kerugian gaya gesekan.Kegiatan AkhirGuru menyimpulkan dengan cara menjelaskan pengertian gaya gesekan, cara
memperbesar dan memperkecil, manfaat, serta kerugiannya.
92
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar• Buku IPA 5B • Magnet• Paku• Jarum• Peniti• Pensil• Saputangan• Karet gelang• Uang logam• Kertas• Kaca• Plastik• Serbuk besi• Kompas• Tali• Statif• Penggaris• Charta bentuk magnet dan kegunaan magnet• Charta manfaat gaya gravitasi• Charta manfaat dan kerugian gaya gesekan• Alat-alat tulis
VI. Penilaian• Keaktifan dalam menjawab pertanyaan, sikap, dan tingkah laku. • Mengerjakan tugas
Mengetahui Dilaksanakan, .........................Kepala Sekolah, Guru Kelas,
(__________________) (__________________)NIP. ............................. NIP. .............................
93
Lampiran 4Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelas Enam)
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan AlamKelas/Semester : VI/2Alokasi Waktu : 12 jam pelajaranStandar Kompetensi : 7. Mempraktikkan pola penggunaan dan perpindahan energiKompetensi Dasar : 7.2 Menyajikan informasi tentang perpindahan dan perubahan
energi listrikIndikator : 1. Membandingkan peristiwa radiasi, konduksi, dan konveksi
berdasarkan percobaan2. Mencari contoh penerapan radiasi, konduksi, dan konveksi
dalam kehidupan sehari-hari3. Menunjukkan cara menghasilkan energi listrik4. Menunjukkan gejala kelistrikan, misalnya pengaruh
menggosok benda5. Membuat rangkaian listrik sederhana dengan berbagai
variasi6. Menunjukkan berbagai bentuk perubahan energi, misalnya
energi listrik menjadi energi gerak, bunyi, dan panas7. Mencari contoh alat rumah tangga yang memanfaatkan
perubahan energi listrik
I. Tujuan PembelajaranSetelah mempelajari bab ini, diharapkan siswa mampu1. membandingkan peristiwa radiasi, konduksi, dan konveksi berdasarkan percobaan;2. mencari contoh penerapan radiasi, konduksi, dan konveksi dalam kehidupan sehari-
hari;3. menunjukkan gejala kelistrikan, misalnya pengaruh menggosok benda;4. mengidentifikasi berbagai sumber energi listrik;5. membuat rangkaian listrik sederhana dengan berbagai variasi;6. menunjukkan berbagai bentuk perubahan energi, misalnya energi listrik menjadi
energi gerak, bunyi, dan panas;7. mencari contoh alat rumah tangga yang memanfaatkan perubahan energy listrik.
II. Materi PembelajaranPerpindahan energi panas dan listrik
III. Metode PembelajaranInformasi, pemberian tugas, demonstrasi, dan kegiatan laboratorium
IV. Langkah-Langkah PembelajaranPertemuan Ke-1Kegiatan Awal1. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan sumber energi panas yang ada di sekitar.2. Guru menyediakan charta perpindahan panas secara konduksi, konveksi, dan
radiasi.Kegiatan Inti
94
1. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan perpindahan panas secara konduksi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
2. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan perpindahan panas secara konveksi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
3. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan perpindahan panas secara radiasi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan AkhirGuru menyimpulkan dengan cara menjelaskan penerapan konduksi, konveksi, dan
radiasi dalam kehidupan sehari-hari.Pertemuan Ke-2Kegiatan Awal1. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya.2. Dengan dipandu guru, siswa mendeskripsikan pengertian energi listrik.Kegiatan Inti1. Dengan dibimbing guru, siswa melakukan Kegiatan untuk mengetahui cara
membangkitkan energi listrik.2. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan perbedaan benda yang bermuatan listrik
dengan benda yang tidak bermuatan listrik.3. Dengan dipandu guru, siswa mendeskripsikan pengertian listrik statis.Kegiatan AkhirGuru menyimpulkan dengan cara menjelaskan pengertian energi listrik dan cara
membangkitkannya.Pertemuan Ke-3Kegiatan Awal1. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya.2. Guru menyediakan charta berbagai sumber energi listrik.Kegiatan Inti1. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan sumber energi listrik, antara lain baterai,
aki, dinamo sepeda, dan generator.2. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan bagian-bagian baterai sehingga dapat
menghasilkan arus listrik.3. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan bagian-bagian aki sehingga dapat
menghasilkan arus listrik.4. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan bagian-bagian dinamo sepeda sehingga
dapat menghasil arus listrik.5. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan bagian-bagian generator sehingga dapat
menghasilkan arus listrik.Kegiatan AkhirGuru menyimpulkan dengan cara menjelaskan cara kerja berbagai sumber arus listrik.Pertemuan Ke-5Kegiatan Awal1. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya.2. Guru menyediakan charta rangkaian listrik.Kegiatan Inti1. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan berbagai macam rangkaian listrik.
95
2. Dengan dibimbing guru, siswa melakukan Kegiatan agar dapat membedakan rangkaian terbuka dan rangkain tertutup.
3. Dengan dibimbing guru, siswa melakukan Kegiatan agar dapat membedakan rangkaian paralel, rangkaian seri, dan rangkaian campuran.
4. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan kelebihan dan kekurangan rangkaian seri, rangkaian paralel, dan rangkaian campuran.
Kegiatan AkhirGuru menyimpulkan dengan cara menjelaskan perbendaan antara rangkaian terbuka dan
rangkaian tertutup serta rangkaian seri, paralel, dan campuran.Pertemuan Ke-6Kegiatan Awal1. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya.2. Guru menyediakan alat dan bahan untuk melakukan Kegiatan Kegiatan Inti1. Dengan dibimbing guru, siswa melakukan Kegiatan untuk mengelompokkan bahan
sebagai isolator atau konduktor listrik.2. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan kegunaan konduktor dan isolator dalam
kehidupan sehari-hari.Kegiatan AkhirGuru menyimpulkan dengan cara menjelaskan kegunaan bahan konduktor dan isolator
listrik.Pertemuan Ke-7Kegiatan Awal1. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya.2. Guru menyediakan charta berbagai alat yang menggunakan energi listrik.Kegiatan Inti1. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan alat yang menggunakan energy listrik.2. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan perubahan energi listrik menjadi energi
bentuk lain sebagai akibat penggunaan alat yang menggunakan energy listrik.3. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan istilah-istilah yang sering digunakan
pada saat menggunakan peralatan listrik.4. Dengan dipandu guru, siswa mendeskripsikan pengertian istilah yang sering
digunakan ketika menggunakan peralatan listrik.Kegiatan AkhirGuru menyimpulkan dengan cara menjelaskan perubahan energi yang disebabkan oleh
penggunaan energi listrik.
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar• Buku IPA 6B • Charta perambatan panas• Charta rangkaian listrik• Penggaris plastik• potongan-potongan kertas kecil• Kain• Bohlam• Baterai
96
• Alat-alat tulis
VI. Penilaian• Keaktifan dalam menjawab pertanyaan, sikap, dan tingkah laku. • Mengerjakan tugas
Mengetahui Dilaksanakan, .........................Kepala Sekolah, Guru Kelas,
(__________________) (__________________)NIP. ............................. NIP. .............................
97