sorak

9
Apakah itu Buddha? Agama Buddha terdiri daripada tiga aliran utama iaitu Theravada,Mahayana dan Vairayana.Agama Buddha merupakan agama dan falsafah yang berpaksikan ajaran Buddha Sakyamuni (Siddharta Gautama).Agama Buddha masok ke benua India selepas kurun ke-5 Baginda meninggal dunia.Selepas dua ribu tahun, agama Buddha telah tersebar ke tenggara,tengah dan timur Asia.Sekarang terdapat hampir 350 juta penganut Buddha dan agama ini merupakan salah satu agama yang terbesar di dunia.[1] Seorang Buddha ialah seorang yang mendapati alam semula jadi yang benar melalui pelajarannya yang bertahun-tahun, penyiasatan dengan pengamalan agama pada masanya dan pertapaan Penemuannya dikenali sebagai Bodhi (Pemahaman). Sesiapa yang bangun dari "Ketiduran Kejahilan" secara langsung yang mengenali alam semula jadi nyata yang sebenar dikenali sebagai Buddha. [1,2] Sakyamuni dikatakan sebagai Buddha yang terkini daripada banyak-banyak Buddha.Terdapat banyak Buddha yang akan dilahirkan selepas Sakyamuni.Menurut agama ini, jika seseorang itu memahami alam semula jadi nyata yang sebenar mereka akan digelar sebagai “Dharma”. Buddha harus membersihkan dan melatih minda sendiri dengan mengikut "Lapan Jalan Tepat", atau "Jalan Tengah" supaya memahami kenyataan yang sebenar lalu mencapai

description

sorak

Transcript of sorak

Apakah itu Buddha? Agama Buddha terdiri daripada tiga aliran utama iaitu Theravada,Mahayana dan Vairayana.Agama Buddha merupakan agama dan falsafah yang berpaksikan ajaran Buddha Sakyamuni (Siddharta Gautama).Agama Buddha masok ke benua India selepas kurun ke-5 Baginda meninggal dunia.Selepas dua ribu tahun, agama Buddha telah tersebar ke tenggara,tengah dan timur Asia.Sekarang terdapat hampir 350 juta penganut Buddha dan agama ini merupakan salah satu agama yang terbesar di dunia.[1] Seorang Buddha ialah seorang yang mendapati alam semula jadi yang benar melalui pelajarannya yang bertahun-tahun, penyiasatan dengan pengamalan agama pada masanya dan pertapaan Penemuannya dikenali sebagai Bodhi (Pemahaman). Sesiapa yang bangun dari "Ketiduran Kejahilan" secara langsung yang mengenali alam semula jadi nyata yang sebenar dikenali sebagai Buddha.[1,2] Sakyamuni dikatakan sebagai Buddha yang terkini daripada banyak-banyak Buddha.Terdapat banyak Buddha yang akan dilahirkan selepas Sakyamuni.Menurut agama ini, jika seseorang itu memahami alam semula jadi nyata yang sebenar mereka akan digelar sebagai Dharma. Buddha harus membersihkan dan melatih minda sendiri dengan mengikut "Lapan Jalan Tepat", atau "Jalan Tengah" supaya memahami kenyataan yang sebenar lalu mencapai kebebasan dari segala kesusahan, iaitu nirodha atau nirvna (Pli nibbna).[4]Buddhisme di malaysia Agama buddha merupakah salah satu agama utama yang paling banyak dianuti oleh rakyat Malaysia.Buddhisme Cina yang bertradisi Mahayana dipercayai telah dibawa masuk oleh saudagar-saudagar Cina yang bermaustautin di negara ini kira-kira pada kurun ke-17 lagi.Orang Cina hari ini sebenarnya tidak tahu untuk membezakan Buddhisme daripada aliran kepercayaan Cina yang lain seperti Taoisme dan Konfucianisme kerana Buddhisme Cina telah di campur adukkan dengan kepercayaan tradisional Cina.Bagi mereka dewa-dewi termasok Buddha sama sahaja dan ia disembah hanyalah untuk memenuhi keperluan rohani mereka.Keperluan rohani yang dimaksudkan di sini berhubung rapat dengan kebendaan seperti kekayaan, kesihatan yang baik serta keluarga yang bahagia.[2] Seterusnya,terdapat juga orang Thai,Singhala dan Burma beragama Buddha di Malaysia selain kaum Cina.Kelompok-kelompok ini membina rumah ibadah yang dipenuhi berhala bagi memenuhi keperluan rohani masing-masing.Daripada ketiga kelompok ini, orang Singhala paling berjaya dalam mengembangkan ajaran Buddha kepada Buddhis.Mereka menggunakan bahasa Inggeris sebagai bahasa pengantar dan berasaskan tradisi Theravada.Pada masa kini, mazhab Vajrayana (Adamantine Way) juga disukai dan diikuti oleh Buddhis di Malaysia Dari sudut pertubuhan dan organisasi, orang Buddhis di Malaysia boleh dikatakan masih kekurangan satu majlis tertinggi bagi mewakili dan menjaga hak-hak mereka.Terdapat dua persatuan nasionalis Buddha di negara kita iaitu Persatuan Belia Buddhis Malaysia dan Persatuan Buddhis Malaysia.Persatuan Buddhis Malaysia merupakan gabungan rumah berhala Buddhis Cina yang menjalankan kegiatan mereka dalam bahasa Cina manakala Persatuan Belia Buddhis pula Malaysia pula merupakan gabungan 180 buah persatuan belia Buddhis yang terdiri daripada semua aliran.Persatuan ini banyak memeberi pengaruh kepada golongan tua dan muda.Mereka acap kali mengadakan seminar,ceramah,kampen-kampen,kem latihan belia serat pengkhutbah Dharma pelbagai peringkat pertandingan dan amalam agama lain.Buku-buku penerbitan diberikan secara percuma diedarkan kepada pengant muda bagi membetulkan salah paham.Nmun, terdapat kekangan yang timbul iaitu kekurangan dari segi kewangan dan terdapat sedikit tenaga pelatih yang menjalankan kegiatannya.[3]Agama Buddha dan Islam di Afghanistan Menurut catatan-catatan Hinayana mengenai hikayat Buddha, seperti naskah Sarvastivada The Sutra of Extensive Play ( Sutra Lelakon Panjang, Skt. Lalitavistara Sutra ), Tapassu dan Bhallika, dua pedagang bersaudara dari Baktria, menjadi murid pertama yang menerima sumpah orang awam. Ini terjadi delapan minggu setelah pencerahan Shakyamuni, yang secara turun-temurun dianggap terjadi pada tahun 537 SM. Bhallika kemudian menjadi seorang biksu dan membangun sebuah wihara di dekat kota tinggalnya, Balkh, yang bertempat di dekat Mazar-i-Sharif sekarang. Ia membawa serta delapan helai rambut sang Buddha sebagai pusaka, yang untuknya sebuah tugu stupa ia dirikan. Kira-kira di masa ini, Baktria menjadi bagian dari Kekaisaran Iran Akhaemeniyyah. [3,4] Pada tahun 349 SM, beberapa tahun setelah Sidang Dewan Buddha Kedua, aliran Mahasanghika memisahkan diri dari Theravada. Banyak dari kaum Mahasanghika pindah ke Gandhara. Di Hadda, kota utama di sisi Afghanistan, yang bertempat di dekat Jalalabad sekarang, mereka akhirnya mendirikan Wihara Nagara; dan mereka membawa serta tengkorak dari jasad sang Buddha sebagai pusaka. Tak lama, seorang tetua Theravada, Sambhuta Sanavasi, ikut pindah dan mencoba membangun alirannya di Kapisha. Ia tidak berhasil, dan Mahasanghika menancapkan akar sebagai aliran Buddha utama di Afghanistan. Pada akhirnya, kaum Mahasanghika terbelah menjadi lima cabang-aliran. Salah satu yang besar di Afghanistan adalah Lokottaravada, yang kemudian memapankan diri di Lembah Bamiyan di Pegunungan Kush Hindu. Di sana, pada suatu masa antara abad ke-3 dan ke-5 M, para pengikutnya membangun patung Buddha berdiri terbesar, dalam rangka menjaga keyakinan mereka bahwa Buddha adalah sosok lintas-fana dan adimanusia. Taliban menghancurkan karya raksasa ini pada tahun 2001 M. Pada 330 SM, Alexander Agung dari Makedonia menaklukkan sebagian besar Kekaisaran Akhaemeniyyah, termasuk Baktria dan Gandhara. Ia bertepa-selira dengan agama-agama di daerah-daerah ini dan tampak minatnya hanya terpusat pada penaklukan militer. Para penerusnya membangun Wangsa Seleukia. Akan tetapi, di tahun 317 SM, Wangsa Maurya India merebut Gandhara dari Seleukia dan oleh karena itu wilayah tersebut hanya ter-Helenisasi secara permukaan saja selama kurun yang singkat ini. [2] Kaisar Maurya Ashoka (memerintah 273 232 SM) menyukai ajaran Buddha Theravada. Pada masa pemerintahannya kelak, ia mengirimkan utusan Theravada ke Gandhara, yang dipimpin oleh Maharakkhita. Ke selatan sampai sejauh Kandahar, utusan ini mendirikan sakaguru Ashoka dengan maklumat yang didasarkan pada asas-asas Buddha. Lewat utusan-utusan ini, Theravada menapakkan jejak kecil kehadirannya di Afghanistan.[2,3]Pelaksanaan Agama Buddha Dalam Kehidupan Sehari Hari Buddha Dhamma sebagai suatu agama atau sebagai suatu cara hidup yang benar dihargai oleh orang-orang berintelek tinggi di banyak bagian dunia ini. Alasan yang sederhana ialah bahwa Sang Buddha, pendiri agama ini, adalah guru yang telah mencapai penerangan sempurna dan berpandangan luas. Cara hidup menurut agama Buddha sangatlah sederhana; bebas dari kepercayaan membuta dan dogma-dogma. Sayang sekali banyak orang yang belum mengerti bagaimana menempuh cara hidup yang benar menurut agama Buddha. [1] Dewasa ini, di banyak bagian dunia ini, dan bahkan di antara masyarakat beragama Buddha sendiri, berbagai kepercayaan dan praktek masih dilakukan atas nama agama ini. Banyak diantara praktek-praktek ini sama sekali bukan ajaran asli Sang Buddha dan bahkan kadang-kadang bertentangan. Sebenarnya banyak orang telah mengabaikan dan melupakan cara hidup yang benar menurut agama Buddha. Banyak pula yang mempunyai pengertian yang keliru mengenai segi-segi panting tertentu dari agama ini. Dengan harapan untuk menghilangkan pandangan salah dan memberikan penerangan kepada masyarakat inilah, maka buku kecil ini diterbitkan.

Mengerti cara hidup menurut agama Buddha berarti harus menempuh cara hidup yang benar. Menghargai sifat kehidupan ini berarti mencapai suatu kehidupan nan bahagia dan damai.

Orang-orang tertentu yang disebut kaum intelektuil menggunakan Buddhisme hanya sebagai suatu dasar bagi pokok pembicaraan mereka dalam membahas segi-segi metafisika dan filsafat agama ini. Mereka mencemoohkan kebiasaan-kebiasaan kebudayaan umat Buddha yang telah diterima, bahkan menyalahkan kebiasaan-kebiasaaan demikian. Ini bukanlah sikap yang benar dan sehat dalam beragama. Suatu agama tanpa pengertian dan agama yang tidak meresap ke dalam kebudayaannya tak akan dapat bertahan, agama itu hanya akan menjadi filsafat kering dan menghilangkan beberapa waktu kemudian. Toleransi adalah hal utama dalam ajaran-ajaran Sang Buddha. Jika sesearang tidak dapat menerima pelaksanaan-pelaksanaan budaya tertentu, ia setidak-tidaknya harus membiarkan pelaksanaan-pelaksanaan tersebut. Dalam pada itu, seseorang harus meneliti makna dan arti yang mendasari pelaksanaan tersebut daripada ia mengeluarkan kata-kata yang gegabah dan tidak pada tempatnya.

Kebudayaan Buddhis telah meresap ke dalam setiap segi kehidupan kita. Kita mengetahui bahwa Buddhisme adalah suatu agama yang membimbing kita menuju kehidupan yang lebih baik di alam ini dan selanjutnya. Adalah tugas kita untuk menyelidiki, mempelajari, memahami dan melaksanakan hal-hal yang disediakan oleh agama kita untuk kita. Kita membutuhkan bimbingan agama kita untuk kehidupan sehari-hari. Upacara-upacara dan adat istiadat, meskipun diterima sebagai suatu bagian pelengkap bagi agama, tidaklah dengan sendirinya mengandung unsur agama. Pengembangan batin adalah segi terpenting dari agama. Untuk mencapai perkembangan batin ini, kita harus memulai dengan menumbuhkan dasar moral yang kuat sehingga kita mempunyai dasar yang teguh, dan dengan mengerti ajaran-ajaran Sang Buddha, kita dapat memperoleh inspirasi batin yang diperlukan. Rasa terima kasih dan penghormatan kita tertuju kepada Sang Guru Agung, Ajaran-ajaranNya dan Sangha tidak boleh dilupakan. Dengan demikian kita mempunyai tiga objek suci, Buddha, Dhamma dan Sangha, yang dalam bahasa Buddhis biasa kita sebut Tiratana yang harus kita hormati. Pencapaian pengembangan batin dan penghormatan pada Sang Tiratana adalah jalan yang dapat membawa kita kepada kehidupan yang benar menuju kedamaian, kebahagiaan dan keselamatan akhir. Inilah tujuan setiap umat Buddha. Sambil kita bercita-cita luhur, kita tidak boleh melupakan atau mengabaikan pelaksanaan atau kebiasaan agama sehari-hari yang mengingatkan kita pada tugas kita terhadap agama.[1,4]

RUJUKAN1. Macmillan Encyclopedia of Buddhism (2004), hlm. 1602. Davids, T.W. Rhys (ed.) (1878), "Buddhism", Encyclopdia Britannica3. Houlden, J. L. (2006), Jesus: The Complete Guide, hlm.140144, ISBN082648011X4. Numrich, Paul D. (2008), The Boundaries of Knowledge in Buddhism, Christianity, and Science, hlm.10, ISBN3525569874