STATUS PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/prosiding/8...A....

12
A. Haris Talanca: Status Penyakit Bulai ….. 76 STATUS PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN JAGUNG DAN PENGENDALIANNYA A. Haris Talanca Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Penyakit bulai merupakan penyakit utama pada tanaman jagung, sehingga syarat pelepasan suatu varetas jagung hibrida maupun komposit adalah calon varietas harus mempunyai sifat tahan terhadap penyakit bulai. Penyakit ini disebabkan oleh 10 jenis spesies, namun di Indonesia baru ditemukan tiga spesies yaitu Peronosclerospora maydis, P. phillipinensis, dan P. sorgi masing-masing dengan daerah penyebaran di Pulau Jawa, Sulawesi, dan Tanah karo di Sumatera Utara, Batu di Malang. Pelepasan konidia cendawan terjadi sekitar pukul 5 pagi hari dan sekaligus disebarkan oleh angin dan bila jatuh dipermukaan daun terutama di daerah titik tumbuh, maka akan terjadi infeksi yang gejalanya bersifat sistemik, selanjutkan akan dapat mematikan tanaman jagung. Penyakit bulai sudah menjadi penyakit endemik di beberapa daerah terutama di Pulau Jawa yaitu Jawa Timur (Kabupaten Kediri, Jombang, dan Blitar), Kalimantan Barat (Kabupaten Bengkayang). Kehilangan hasil dapat mencapai 100% (puso) bila penyakit ini menginfeksi tanaman jagung diumur muda (10-15 HST.). Gejala khas penyakit bulai adalah adanya warna khlorotik memanjang sejajar tulang daun, dengan batas yang jelas dari daun yang masih sehat berwarna hijau normal. Daun permukaan bawah terdapat warna putih seperti tepung, hal ini sangat tampak dipagi hari. Upaya pengendalian penyakit bulai dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu penggunaan varietas tahan, sanitasi lingkungan pertanaman jagung, pergiliran varietas jagung atau rotasi ke tanaman lain, dan penggunaan fungisida yang efektif dengan perlakuan benih (seed treatment). Kata kunci: penyakit bulai, Peronosclerospora, varietas, dan pengendalian. PENDAHULUAN Jagung di Indonesia merupakan makanan pokok kedua setelah beras dan salah satu dari lima komoditas program utama pemerintah dengan menitikberatkan pada swasembada yang berkelanjutan. Hal ini dilakukan karena permintaan jagung secara nasional terus meningkat sejalan dengan berkembangnya usaha industri pakan ternak dan makanan olahan, bahkan menurut Mawardi et al. (2007) kedepan jagung akan menjadi sumber energi. Berbagai upaya peningkatan produksi jagung nasional telah dilakukan diantaranya penggunaan bibit unggul baru dengan potensi hasil tinggi seperti jagung hibrida dan komposit, pemupukan berimbang sesuai kebutuhan tanaman dan status hara tanah, termasuk penggunaan Bagan Warna Daun (BWD), pemanfaatan lahan

Transcript of STATUS PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/prosiding/8...A....

Page 1: STATUS PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/prosiding/8...A. Haris Talanca: Status Penyakit Bulai ….. 76 STATUS PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN

A. Haris Talanca: Status Penyakit Bulai …..

76

STATUS PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN JAGUNG DAN

PENGENDALIANNYA

A. Haris Talanca

Balai Penelitian Tanaman Serealia

ABSTRAK

Penyakit bulai merupakan penyakit utama pada tanaman jagung, sehingga syarat pelepasan

suatu varetas jagung hibrida maupun komposit adalah calon varietas harus mempunyai sifat

tahan terhadap penyakit bulai. Penyakit ini disebabkan oleh 10 jenis spesies, namun di

Indonesia baru ditemukan tiga spesies yaitu Peronosclerospora maydis, P. phillipinensis, dan P.

sorgi masing-masing dengan daerah penyebaran di Pulau Jawa, Sulawesi, dan Tanah karo di

Sumatera Utara, Batu di Malang. Pelepasan konidia cendawan terjadi sekitar pukul 5 pagi hari

dan sekaligus disebarkan oleh angin dan bila jatuh dipermukaan daun terutama di daerah titik

tumbuh, maka akan terjadi infeksi yang gejalanya bersifat sistemik, selanjutkan akan dapat

mematikan tanaman jagung. Penyakit bulai sudah menjadi penyakit endemik di beberapa

daerah terutama di Pulau Jawa yaitu Jawa Timur (Kabupaten Kediri, Jombang, dan Blitar),

Kalimantan Barat (Kabupaten Bengkayang). Kehilangan hasil dapat mencapai 100% (puso) bila

penyakit ini menginfeksi tanaman jagung diumur muda (10-15 HST.). Gejala khas penyakit bulai

adalah adanya warna khlorotik memanjang sejajar tulang daun, dengan batas yang jelas dari

daun yang masih sehat berwarna hijau normal. Daun permukaan bawah terdapat warna putih

seperti tepung, hal ini sangat tampak dipagi hari. Upaya pengendalian penyakit bulai dapat

dilakukan dengan beberapa cara yaitu penggunaan varietas tahan, sanitasi lingkungan

pertanaman jagung, pergiliran varietas jagung atau rotasi ke tanaman lain, dan penggunaan

fungisida yang efektif dengan perlakuan benih (seed treatment).

Kata kunci: penyakit bulai, Peronosclerospora, varietas, dan pengendalian.

PENDAHULUAN

Jagung di Indonesia merupakan makanan pokok kedua setelah beras dan

salah satu dari lima komoditas program utama pemerintah dengan menitikberatkan

pada swasembada yang berkelanjutan. Hal ini dilakukan karena permintaan jagung

secara nasional terus meningkat sejalan dengan berkembangnya usaha industri pakan

ternak dan makanan olahan, bahkan menurut Mawardi et al. (2007) kedepan jagung

akan menjadi sumber energi.

Berbagai upaya peningkatan produksi jagung nasional telah dilakukan

diantaranya penggunaan bibit unggul baru dengan potensi hasil tinggi seperti jagung

hibrida dan komposit, pemupukan berimbang sesuai kebutuhan tanaman dan status

hara tanah, termasuk penggunaan Bagan Warna Daun (BWD), pemanfaatan lahan

Page 2: STATUS PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/prosiding/8...A. Haris Talanca: Status Penyakit Bulai ….. 76 STATUS PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN

Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013

77

sawah setelah padi dan lahan kering, serta IP-400 jagung, yang penerapannya sesuai

konsep inovasi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) jagung.

Kegiatan usahatani jagung dilapang terkadang mengalami berbagai hambatan

diantaranya kesiapan benih saat tanam, pupuk tidak tepat waktu dan ketersediaan air

irigasi (pompanisasi), serta gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT)

terutama penyakit bulai. Penyakit ini merupakan penyakit utama pada tanaman jagung

di Indonesia dan di negara-negara penghasil jagung lainnya di dunia. Kerusakan yang

diakibatkan oleh infeksi penyakit bulai pada tanaman jagung umur muda (10-15) dapat

mencapai 100%, terutama pada jagung varietas rentan (peka).

Beberapa daerah di Indonesia sebagai sentra produksi jagung nasional

menunjukkan bahwa penyakit bulai sudah menjadi endemik, sehingga keberadaannya

selalu mengancam pertanaman jagung. Kasus endemik penyakit bulai terjadi di

Kabupaten Kediri, Kecamatan Langenharjo, Desa Plemahan dengan intensitas

serangan penyakit bulai tinggi mencapai 95%. Selanjutnya di Kabupaten Blitar,

Kecamatan Kademangan, berkisar 60-80% (Tabel 1).

Penyebab utama tingginya serangan bulai di daerah tersebut oleh karena

umumnya petani menanam jagung kapan saja sehingga tidak serempak tanam. Hal ini

memungkinkan karena lahan mereka ditunjang oleh pengairan teknis, sehingga

penanaman jagung dapat dilakukan setiap saat. Akibatnya dijumpai pertanaman

jagung pada berbagai tingkat umur (umur muda sampai umur panen), yang berakibat

pada keberadaan sumber inokolum bulai selalu tersedia, sehingga pertanaman jagung

berikutnya berpotensi terserang berat oleh penyakit bulai, yang pada akhirnya

berpengaruh terhadap turunnya produksi.

Kondisi ini kalau dibiarkan terus tanpa ada musyawarah diantara kelompok tani

untuk serempak tanam jagung, maka penyakit bulai akan menjadi ancaman serius.

Pada hal diketahui bahwa Kabupaten Kediri adalah salah satu sentra produksi jagung

yang potensial di Jawa Timur, karena memiliki lahan yang cukup luas.

Page 3: STATUS PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/prosiding/8...A. Haris Talanca: Status Penyakit Bulai ….. 76 STATUS PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN

A. Haris Talanca: Status Penyakit Bulai …..

78

Tabel 1. Intensitas serangan penyakit bulai pada tanaman jagung di Kabupaten Kediri

dan Blitar, Jawa Timur.

No. Kab Blitar (1) Intensitas

(%) No. Kab. Kediri (2)

Intensitas (%)

Kecamatan Desa dan Kecamatan 1. Udanawu 10-40 1. Sekaran/Kayen Kidul 25 2. Wates 50-80 2. Cangkring/Pare 50 3. Bakung 20-30 3. Langenharjo/Plemahan 1 95 4. Wonodadi 5-20 4. Langenharjo/Plemahan 1 15 5. Wonotirto 25-50 5. Langenharjo/Plemahan 1 33 6. Sutojayan 40-50 7. Panggungrejo 5-20 8. Binangun 10-50 9. Kademangan 60-80 Sumber: 1) Soenartiningsih (2010) dan 2) Burhanuddin (2010)

Penyebab dan Inangnya

Penyakit bulai pada tanaman jagung disebabkan oleh 10 jenis spesies

cendawan dari tiga genera yaitu: 1) Genus Peronosclerospora, terdiri dari tujuh spesies

(P.maydis, P.philliipinesis, P.sorghi, P. sacchari, P.heteropogoni, P.miscanthi, dan P.

spontanea, 2) Genus Scleroptora ada dua spesies (S. macrospora, dan S.rayssiae),

dan 3) Genus Sclerospora hanya satu spesies S.graminicola (Wakman dan Djatmiko

2002; Wakman 2004; Shaw 1978; Titatarn dan Syamanada 1978).

Konidia cendawan Peronosclerospora sp. (Gambar 1) berkembang pada

permukaan daun jagung menghendaki air guttasi, lingkungan gelap, suhu tertentu dan

saat berkecambah akan keluar melalui stomata daun jagung di malam hari. Menurut

Wakman dan Burhanuddin (2007) cendawan P.maydis P. phillipinesis, P.sorgi,

P.sacchari, P.rayssiae, S.graminicola dan S.macrospora menghendaki suhu untuk

berkecambah masing-masing 240C, 21-260C, 24-260C, 20-250C, 20-220C, 17-340C dan

24-280C.

Gambar 1. Bentuk konidia cendawan Peronosclerospora sp.

Sumber: Marcia (2011)

Page 4: STATUS PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/prosiding/8...A. Haris Talanca: Status Penyakit Bulai ….. 76 STATUS PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN

Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013

79

Konidium cendawan P.maydis yang masih muda berbentuk bulat, sedangkan

yang sudah masak dapat menjadi jorong. Ukuran konidium 12-19 x 10-23 µm dengan

rata-rata 19,2-17,0 µm. Konidium P Phillipinesis lebih oval dengan diameter sekitar 14-

15 x 8-10 µm dan tumbuh membentuk bulu berkecambah (Semangun 1996 dan

Shurtelf 1980). Proses infeksi cendawan Peronosclerospora sp. dimulai dari konidia

yang tumbuh dipermukaan daun dan masuk kedalam jaringan tanaman muda melalui

stomata, selanjutnya terjadi lesion lokal dan berkembang ketitik tumbuh yang

menyebabkan infeksi sistemik sehingga terbentuk gejala bulai yang khas.

Penyakit bulai selain menyerang tanaman jagung juga menyerang jenis rumput-

rumputan lain, terutama golongan Andropogoneae dan Maydeae. Inang tersebut

adalah Andropogon sp, Avena sp., Agropyron sp., Agrotis sp., Alopecurus sp.,

Axonopus sp., Brachiania sp., Bromus sp., Cyperus sp., Digitaria sp., Echinochloa sp.,

Eleusine sp., Elytrophorus sp., Erasgrotis sp., Euchlaena sp., Eulalia sp., Festuca sp.

Glyceria sp., Heteropogon sp., Holcus sp., Hordeum sp., Iseilema sp., Lolium sp.,

Miscanthus sp., Oryza sp., Paspalum sp., Panicum sp., Pennisetum sp., Phalaris sp.,

Phragmites sp., Poa sp., Saccharum sp., Saccolaeis sp., Schizachyrium sp., Secae

sp., Setaria sp., Sorghum sp., Stenotapharum sp., Tripsacum sp., dan Triticu sp.

GEJALA DAN PENYEBARANNYA

Gejala khas penyakit bulai adalah adanya warna khlorotik memanjang sejajar

tulang daun, dengan batas yang jelas dari daun yang masih sehat berwarna hijau

normal. Daun permukaan bawah dan atas terdapat warna putih seperti tepung, hal ini

sangat tampak dipagi hari. Tanaman jagung yang terserang penyakit bulai sejak umur

muda sekitar (10-15 HST), maka akan terjadi infeksi yang sistemik dan intensitas

serangan berat, sehingga dapat menyebabkan kegagalan panen (Gambar 2).

Page 5: STATUS PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/prosiding/8...A. Haris Talanca: Status Penyakit Bulai ….. 76 STATUS PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN

A. Haris Talanca: Status Penyakit Bulai …..

80

Gejala lainnya adalah tanaman akan terhambat pertumbuhannya, termasuk

pembentukan tongkol, bahkan sama sekali tongkol jagung tidak terbentuk. Selanjutnya

daun-daun menggulung dan terpuntir, bunga jantan berubah menjadi massa daun

yang berlebihan dan daun mengalami sobek-sobek.

Menurut Semangun (1973) dalam Wakman (2005), penyakit bulai di Indonesia

umumnya disebabkan oleh P.maydis, kecuali di Minahasa (Sulawesi Utara) yaitu

P.phillipinesis. Selanjutnya Wakman (2001b); Wakman (2001c); dan Wakman (2002)

melaporkan bahwa P.phillipinesis tidak hanya terdapat di Minahasa, juga sudah

tersebar di beberapa tempat di Sulawesi Selatan. Hasil identifikasi berdasarkan pada

bentuk morfologi konidia cendawan peronosclerospora sp., di Sulawesi Selatan dan

Lampung menunjukkan bulat panjang atau lonjong (P. phillipinesis), sedangkan

dibeberapa daerah di Jawa ditemukan konidia berbentuk bulat (P.maydis), serta

P.sorghi dengan bentuk konidia oval dijumpai di Sumatera Utara, tanah karo (Brastagi)

dan Batu Malang Jawa Timur (Wakman dan Hasanuddin 2003).

Penyakit bulai sudah tersebar luas diseluruh dunia, meliputi Afrika, Amerika,

Asia, Australia, dan Eropa, dengan penyebaran spesies berbeda-beda. Spesies

P.maydis, P.heteropogoni, dan P. spontanea dilaporkan keberadaannya di Indonesia,

India, dan Thailand. Di Indonesia penyakit ini sudah tersebar luas hampir disemua

daerah sentra pertanaman jagung (Anonim 1994). Lokasi penyebaran dan identifikasi

spesies Peronosclerospora sp., berdasarkan pada bentuk konidia, maka telah

diketahui jenis spesies di 20 Kabupaten dan Kota di Indonesia (Tabel 2).

Gambar 2. Gejala serangan penyakit bulai

pada tanaman jagung.

Page 6: STATUS PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/prosiding/8...A. Haris Talanca: Status Penyakit Bulai ….. 76 STATUS PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN

Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013

81

Tabel 2. Penyebaran tiga jenis spesies cendawan Peronosclerospora sp. di beberapa

daerah di Indonesia berdasarkan bentuk konidia.

No. Kabupaten Bentuk Konidia

Spesies No. Kabupaten Bentuk Konidia

Spesies

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Tanah Laut Yogyakarta Bogor Pemalang Purwokerto Pekalongan Bone Gowa Takalar Lampung

Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Lonjong Lonjong Lonjong Lonjong

P.maydis P.maydis P.Maydis P.Maydis P.Maydis P.Maydis P.Maydis P.Maydis P.Phillipinensis P.Phillipinensis

11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.

Maros Enrekang Gorontalo Tomohon Wajo Minahasa Soppeng Sidrap Malang-Batu T.Karo (Brastagi) Tanah laut

Lonjong Lonjong Lonjong Lonjong Lonjong Lonjong Lonjong Lonjong Oval Oval Oval

P.Phillipinensis P.Phillipinensis P.Phillipinensis P.Phillipinensis P.Phillipinensis P.Phillipinensis P.Phillipinensis P.Phillipinensis P.sorgi P.sorgi

P. sorgi

Sumber: Wakman et al. (2006) dalam Burhanuddin (2010)

Beberapa laporan menyebutkan bahwa telah terjadi serangan berat penyakit

bulai di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat (Wakman et al. 2007 dan 2008),

dan Kabupaten Kediri, Jawa Timur (Burhanuddin 2010) serta Blitar, Jawa Timur

(Soenartiningsih, 2010). Hal ini menunjukkan bahwa penyakit bulai sangat penting

untuk diketahui termasuk teknologi pengelolaannya agar terhindar dari kegagalan

panen akibat serangan berat oleh penyakit ini.

SPORULASI DAN SIKLUS PENYAKIT

Proses sporulasi organ reproduksi P.maydis telah dilaporkan oleh Masdiar et

al. (1981), dimulai pada tengah malam yaitu ditandai dengan munculnya bakal tangkai

konidia dari mulut daun, kemudian tangkai-tangkai konidia tersebut semakin

memanjang dan membentuk cabang-cabang. Selanjutnya terbentuk bakal konidia

pada masing-masing ujung ranting konidia, akhirnya tangkai dan bakal konidia

semakin membesar sampai mencapai pertumbuhan maksimal, kemudian menjadi

masak dan lepas dari tangkai-tangkai konidianya (Gambar 3).

Page 7: STATUS PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/prosiding/8...A. Haris Talanca: Status Penyakit Bulai ….. 76 STATUS PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN

A. Haris Talanca: Status Penyakit Bulai …..

82

A.Tangkai konidia P.phillippinensis B.Tangkai dan bakal konidia (Sampel diambil jam 02.00) (Sampel diambil jam 03.00)

C. Konidia P.phillippinensis sempurna D.Konidia terlepas dari tangkainya (Sampel diambil jam 04.00) (Sampel diambil jam 05.00)

Gambar 3. Proses sporulasi organ reproduksi cendawan Peronosclerospora sp.

Sumber: Burhanuddin (2010)

Proses infeksi cendawan Peronosclerospora sp (Gambar 4) di mulai dari

konidia yang terlepas pada tangkai konidia (konidiofor), kemudian disebarkan oleh

angin dan jatuh pada permukaan daun jagung berumur muda. Selanjutnya konidia

akan berkecambah dengan membentuk apressoria, lalu masuk kedalam jaringan

tanaman melalui stomata. Kecepatan infeksi cendawan ini sangat ditentukan oleh

tingkat ketahanan varietas, ketersediaan sumber inokolum (konidia) bulai, kondisi

lingkungan terutama suhu dan kelembaban serta adanya air guttasi pada corong

tanaman jagung.

Page 8: STATUS PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/prosiding/8...A. Haris Talanca: Status Penyakit Bulai ….. 76 STATUS PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN

Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013

83

Gambar 4. Siklus infeksi penyakit bulai pada tanaman jagung

Selanjutnya akan terjadi lesion lokal dan berkembang sampai pada titik tumbuh,

yang menyebabkan infeksi sistemik keseluruh bagian daun tanaman jagung, sehingga

terbentuk gejala khas yaitu terjadinya khlorotik dipermukaan dan bawah daun.

PENGENDALIAN

Beberapa komponen pengendalian penyakit bulai secara terpadu dianjurkan

adalah 1). Penggunaan varietas tahan, 2). Periode lahan bebas tanaman jagung

(bero), 3). Sanitasi lingkungan pertanaman jagung, 4). Pergiliran varietas jagung atau

rotasi ke tanaman lain, dan 5). Perlakuan benih dengan fungisida metalaksil, serta 6).

Kombinasi antara varietas tahan dengan perlakuan benih (seed treatment).

Badan Litbang Pertanian, telah melepas beberapa varietas jagung hibrida dan

komposit dengan hasil tinggi serta tahan penyakit bulai (Tabel 3). Penggunaan varietas

tahan merupakan teknik pengendalian yang paling aman terhadap lingkungan dan

mudah dilakukan serta murah. Hal ini sangat cocok diterapkan terutama di daerah

endemik penyakit bulai dimana petani tidak serempak tanam jagung, akibatnya terjadi

variasi umur jagung yang berbeda-beda (tanaman muda sampai panen), sehingga

Page 9: STATUS PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/prosiding/8...A. Haris Talanca: Status Penyakit Bulai ….. 76 STATUS PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN

A. Haris Talanca: Status Penyakit Bulai …..

84

keberadaan sumber inokolum bulai selalu tersedia, dan ini sangat potensial untuk

sumber infeksi pada tanaman jagung berikutnya.

Untuk mengefektifkan penggunaan varietas tahan bulai dilapang hendaknya

dilakukan penanaman jagung dengan waktu tanam serempak pada hamparan yang

luas. Hal demikian diharapkan mampu mengurangi, bahkan menghilangkan sumber

inokulum bulai, sehingga tingkat infeksi pada pertanaman jagung berikutnya dapat

diperkecil atau tanpa infeksi sama sekali. Ciri penting ketahanan genetik tanaman

jagung terhadap suatu penyakit adalah sifat kestabilannya dalam berproduksi, baik

saat ada penyakit maupun tidak ada. Tingkat ketahanan genetik tanaman terhadap

penyakit diduga ditentukan oleh gen-gen minor atau gen modifier yang ikut berinteraksi

dengan gen-gen mayor.

Upaya untuk menerapkan waktu tanam serempak disuatu hamparan

pertanaman jagung luas, maka diperlukan kesepakatan antara kelompok tani agar

menjadwal ulang waktu tanam mereka dengan ketentuan lahannya diberokan selama

beberapa hari sampai semua lahan bebas tanaman jagung, kemudian sama-sama

menanam jagung secara serempak. Hal ini dimaksudkan agar siklus penyakit bulai

terputus, sehingga ketersediaan sumber inokulum bulai akan hilang.

Selanjutnya sanitasi lingkungan tanaman jagung juga sangat diperlukan

terutama untuk menghilangkan atau membersihkan gulma-gulma yang tumbuh di

sekitar pertanaman jagung, karena tidak menutup kemungkinan gulma-gulma tersebut

merupakan inang penyakit bulai yang dapat menjadi sumber infeksi pada tanaman

jagung.

Tabel 3. Tingkat ketahanan beberapa jenis varietas jagung hibrida dan komposit

terhadap penyakit bulai

No. Varietas Kategori No. Varietas Kategori

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.

HIBRIDA Bima-1 Bima-2 Bima-3 Bima-4 Bima-5 Bima-6 Bima-7 Bima-8 Bima-9 Bima-10 Bima-11 Semar-4 Semar-5

Agak tahan Agak tahan Tahan Agak tahan Agak peka Agak tahan Agak tahan Tahan Tahan Agak peka Peka Tahan Tahan

14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.

Semar-6 Semar-7 Semar-8 Semar-9 Semar-10 KOMPOSIT Sukmaraga Kresna Lamuru Gumarrang Lagaligo Wisanggeni

Tahan Tahan Tahan Tahan Agak tahan Agak tahan Agak tahan Agak tahan Agak tahan Tahan Agak tahan

Sumber: Anonim, (2011)

Page 10: STATUS PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/prosiding/8...A. Haris Talanca: Status Penyakit Bulai ….. 76 STATUS PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN

Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013

85

Penggiliran varietas jagung atau rotasi dengan tanaman lain seperti kacang-

kacangan atau palawija lainnya sangat berperan dalam pengendalian penyakit bulai.

Hal ini di sebabkan karena tindakan tersebut dapat memutus penyediaan sumber

inokulum sebagai salah satu rantai infeksi. Selanjutnya pemilihan fungisida yang efektif

(Bahan aktif metalaksil) untuk perlakuan benih (seed treatment) dengan dosis 2.5 -

5,0g fungisida/kg benih jagung, dapat menjaga tanaman jagung dari infeksi awal

penyakit bulai.

Selanjutnya kombinasi antara Varietas tahan yang akan ditanam dengan

penggunaan fungisida efektif (perlakuan benih) penting dilakukan terutama di daerah

endemik bulai dan tidak serempak tanam agar terhindar dari serangan bulai.

PENUTUP

Penyakit bulai merupakan penyakit utama pada tanaman jagung yang dapat

menurunkan produksi jagung di Indonesia yang disebabkan oleh jenis cendawan

peronosclerospora sp. Di Indonesia sudah ditemukan tiga spesis yaitu P. maydis, P.

phillipinensis, dan P. sorghi, dengan bentuk masing-masing bulat, lonjong, dan oval.

Penyakit ini selain menyerang tanaman jagung, juga menyerang jenis rumput-

rumputan terutama golongan Andropogoneae, Maydeae, dan sorgum serta gandum.

Gejala khas penyakit bulai ditandai adanya warna khlorotik memanjang sejajar

tulang daun, dengan batas yang jelas dan daun sehat berwarna hijau normal. Pada

daun jagung dipermukaan bawah terdapat warna putih seperti tepung yang di sebut

konidiofor, hal ini sangat jelas dipagi hari.

Perkembangan penyakit bulai pada tanaman jagung sangat dipengaruhi oleh

adanya sumber inokulum dengan kondisi lingkungan yang sesuai terutama suhu dan

kelembaban. Pelepasan konidia dari tangkainya biasanya terjadi di pagi hari, kemudian

oleh angin konidia bulai disebarkan kepertanaman jagung disekitarnya sehingga

terjadilah infeksi.

Upaya pengendalian penyakit bulai dapat di lakukan dengan beberapa cara

yaitu penggunaan varietas tahan, sanitasi lingkungan pertanaman jagung, pegiliran

varietas jagung atau rotasi ke tanaman lain, dan penggunaan fungisida yang efektif

dengan perlakuan benih (seed treatment).

Page 11: STATUS PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/prosiding/8...A. Haris Talanca: Status Penyakit Bulai ….. 76 STATUS PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN

A. Haris Talanca: Status Penyakit Bulai …..

86

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1994. Evaluasi kerusakan tanaman jagung karena organisme pengganggu

tahun 1993.

Anonim. 2011. Deskripsi varietas unggul jagung, sorgum dan gandum. Balai Penelitian

Tanaman Serealia, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat

Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 34 hlm.

Burhanuddin. 2010 a. Proses sporulasi Peronosclerospora phillipinensis pada tanaman

jagung. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI

Komisaris Daerah Sulawesi Selatan. Hlm. 365-369.

Burhanuddin, 2010 b. Pengamatan Penyakit di Kabupaten Kediri. Prosidin Seminar

Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XX Komisariat Daerah Sulawesi

Selatan. Hlm 183-187.

Masdiar, B., Bahagiawati, A.H., dan D.M. Tantera. 1981. Proses sporulasi

Peronosclerospora maydis (RAC) SHAW. dan faktor luar yang

mempengaruhinya. Kongres Nasional PFI ke Vl di Padang. 13 hlm.

Marcia, P. B. 2011. Rintisan Penelitian Berbasis Marka Molekuler Tanaman Serealia

(Jagung, Gandum dan Sorgum) untuk Perakitan Varietas Unggul. Laporan hasil

penelitian Balai Penelitian Tanaman Seralia (belum dipublikasi).

Mawardi, E.T., Sudaryono, M.Ali dan Imran 2007. Penelitian pengembangan agribisnis

jagung dan kedelai di Pasaman Barat. Laporan Hasil Penelitian, Kerjasama

BPTP Sumatera Barat dan Bappeda Pasaman Barat.

Semangun, H. 1993. Penyakit-penyakit tanaman pangan di Indonesia (Food crop

diseases in Indonesia). Gajah Mada University Press. 449p.

Shaw, C.G. 1978. Peronosclerospora spesies and ather downy mildew of the

gramineae. Mycologia. 70(3):594-604.

Soenartiningsih, 2010. Perkembangan penyakit bulai (Peronosclerospora maydis)

pada jagung tahun 2008-2009 di Kabupaten Blitar. Prosiding Seminar Ilmiah

dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan.

Hlm 100-106.

Sudjono, M.S. 1988 Penyakit jagung dan pengendaliannya. Dalam Subandi, M. Syam,

dan A.Widjono. Jagung. Puslitbangtan bogor.

Titatarn, S dan Syamanada, 1978. The occurrence of Sclerospors spontaneae on

Saccharun spontaneum in Thailand. Plant Disease Reporter. 62(1):29-31.

Page 12: STATUS PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/prosiding/8...A. Haris Talanca: Status Penyakit Bulai ….. 76 STATUS PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN

Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013

87

Wakman dan Burhanuddin. 2007. Jagung, Teknik Produksi dan Pengembangan.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Pangan. Hlm.305-335.

Wakman, W., dan H.A. Djatmiko. 2002. Sepuluh Spesies Cendawan Penyebab

Penyakit bulai pada Tanaman jagung. Makalah Seminar Perhimpunan

Fitopathologi Indonesia (PFI). Universitas Soedirman Purwokerto.

Wakman, W. dan Hasanuddin. 2003 Penyakit Bulai (Peronosclerospora sorghi) pada

jagung didataran tinggi Karo, Sumatera Utara. Seminar Nasional PFI di

Bandung, 10 hlm.

Wakman, W. 2004. Penyakit Bulai pada tanaman jagung, tanaman inang lain, daerah

sebaran dan pengendaliannya. Seminar mingguan Balai Penelitian Tanaman

Serealia lain. Jumat 23 Juli 2004. Hlm 27-32.

Wakman, W. 2005. Bentuk morfologi konidia Peronosclerospora sorghi penyebab

penyakit bulai pada jagung di Kecematan Junrejo, Kodya Batu, Malang. Risalah

Penelitian Jagung dan Serealia lain. Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian, Balai Penelitian Serealia. Vol. 10:27-32.

Wakman, W.2004a. Bentuk morfologi konidia Peronosclerospora sorghi penyebab

penyakit bulai di Kecamatan Junrejo Kota Madya Malang. 6 hlm.

Wakman, W.2004b. Metode pembuatan fotokonidia dan konidiofor cendawan

Peronosclerospora sp. Seminar mingguan Balitsereal. 5 hlm.

Wakman, W.2004c. Penyakit bulai pada tanaman jagung di Indonesia: Masalah,

penelitian dan cara mengatasinya. Prosiding seminar ilmiah dan Pertemuan

Tahunan XV PEI, PFI, dan HPTI Komda Sulawesi Selatan.