STRATEGI PENGKADERAN DA’I PONDOK · PDF fileSemua sumber yang saya gunakan dalam...
Transcript of STRATEGI PENGKADERAN DA’I PONDOK · PDF fileSemua sumber yang saya gunakan dalam...
STRATEGI PENGKADERAN DA’I PONDOK PESANTREN
DAARUL HIKMAH DESA PEKAYON SUKADIRI TANGERANG
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)
Oleh :
SISWORO DWI HENDARSYAH
NIM: 107053002686
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432/2011 M
STRATEGI PENGKADERAN DA’I PONDOK PESANTREN
DAARUL HIKMAH DESA PEKAYON SUKADIRI TANGERANG
Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi untuk memenuhi
syarat mencapai gelar Sarjana Komunikasi
Oleh :
Sisworo Dwi Hendarsyah
Nim : 107053002686
Di bawah bimbingan
Drs. Masran, M.Ag
NIP : 150275384
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul: “STRATEGI PENGKADERAN DA’I PONDOK PESANTREN
DAARUL HIKMAH DESA PEKAYON SUKADIRI TANGERANG” telah
diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari kamis tanggal 14 Juni 2011 skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi Islam
(S.Kom.I) pada Jurusan Manajemen Dakwah.
Jakarta, 14 Juni 2011
Sidang Munaqasah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,
Drs. Study Rizal LK, MA Drs. Sugiharto, MA
NIP. 19640428 199303 1 002 NIP. 19660806 199603 1 001
Anggota,
Penguji I, Penguji II,
Dr. Sihabudin Noor, MA H. Mulkanasir, BA., S.Pd. MM
NIP. 19690221 199703 1 001 NIP. 19550101 198302 1 001
Pembimbing,
Drs. Masran, M. Ag
NIP. 150275384
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana 1 UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan saya ini telah cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 14 juni 2011
Sisworo Dwi Hendarsyah
i
ABSTRAK
Sisworo Dwi Hendarsyah, Strategi Pengkaderan Da’i Pondok Pesantren Daarul Hikmah
Desa Pekayon Sukadiri Tangerang
Pondok Pesantren Daarul Hikmah berupaya dalam meregenerasi para santri untuk menjadi
seorang Da’i, dalam upaya ini Pondok Pesantren Daarul Hikmah mengadakan pengkaderan Da’i
yang merupakan suatu keharusan bagi para santri-santrinya. Mengacu kepada surat Ali Imran
ayat : 104 bahwa agama menganjurkan untuk menjadikan diantara umat tersebut segolongan umat
yang menyeru kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar. Oleh
sebab itu Pondok Pesantren Daarul Hikmah berusaha mewujudkan perintah agama tersebut
karena berdakwah dan mengajak kepada kebaikan hukumnya adalah fardhu ‘ain. Keterpaduan
dakwah didalam Pondok Pesantren sebagai salah satu strategi berupa pengembangan akhlakul
karimah dan kecintaan serta kepedulian terhadap moral – moral pemuda saat ini, ditunjukkan oleh
sebuah lembaga Pondok Pesantren Daarul Hikmah yang telah mencetak kader – kader Islam dan
ingin berdakwah untuk menjaga generasi muda sampai sekarang Kemampuan sebuah Pondok
Pesantren dalam menghadapi tantangan global terus ditingkatkan, jaringan komunikasi dibangun
dan dikembangkan melalui sistem dan kebiasaan kehidupan sehari – hari yang semakin hari
semakin besar peranannya dalam menciptakan regenerasi yang solid dalam beragama dan
semakin besar pula pengaruhnya dalam dunia dakwah dan masyarakat itu sendiri.
Perumusan masalah yang peneliti ambil adalah bagaimana langkah-langkah strategi Pondok
Pesantren Daarul Hikmah dalam pengkaderan Da’i dan bagaimana implementasi strategi Daarul
Hikmah dalam pengkaderan Da’i. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana langkah-
langkah strategi yang dilakukan Pondok Pesantren Daarul Hikmah Dalam pengkaderan Da’i dan
mengetahui Bagaimana Implementasi strategi Daarul Hikmah dalam pengkaderan Da’i.
Dalam hal ini penulis menggunakan metode pendekatan Kualitatif terhadap penulisan ini,
dan guna mendapatkan data-data yang penulis butuhkan, maka penulis menggunakan langkah-
langkah dalam mengumpulkan data seperti mencari data yang bersangkut paut dengan
pembahasan penulis di Perpustakaan yang telah disediakan oleh UIN Jakarta, lalu penulis pun
menggunakan metode observasi langsung ke Pondok Pesantren Daarul Hikmah guna melengkapi
data yang penulis butuhkan, dan yang bersangkut paut dengan judul penulis, disamping itu juga
penulis menggunakan metode wawancara dengan beberapa pengasuh Pondok Pesantren Daarul
Hikmah serta penulis mencantumkan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan analisis
SWOT, hal ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Dalam
hal ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis, dimana penulis memaparkan semua data
yang diperoleh dari pengamatan, kemudian menganalisisnya dengan berpedoman kepada hasil
wawancara dan sumber-sumber yang tertulis.
Dari hasil penelitian penulis, maka penulis dapat menyimpulkan langkah strategi yang
dilakukan Pondok Pesantren Daarul Hikmah dalam pengkaderan Da’i, Langkah strategi yang
dilakukan Pondok Pesantren Daarul Hikmah, yakni menciptakan dan membina para calon Da’i
yang handal dan di samping itu, setiap langkah-langkah yang di lakukan Pondok Pesantren
Daarul Hikmah memiliki Implementasi yang berbeda-beda, seperti Penerapan srtategi dalam
pengkaderan Da’i, yakni melalui program Muhadoroh guna menguatkan Ilmu dan mental para
santri. Adapun langkah-langkah strategi yang dilakukan Pondok Pesantren Daarul Hikmah dalam
menetapkan strategi, pertama menentukan program Pondok Pesantren Daarul Hikmah, kedua
membuat jadwal kegiatan program tersebut dan yang ketiga menentukan pembimbing dalam
mengawasi program-program. Dan Implementasi Pondok Pesantren Daarul hikmah dalam
pengkaderan Da’i dalam mencapai tujuannya mengandung Empat proses penting, Pertaman Need
Asessment. Kedua Sosialisasi dan Rekruitment. Ketiga, Proses Pelatihan. Keempat Follow Up.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kepada Tuhan pencipta alam raya ini yang
telah memberikan berjuta-juta Nikmat diantaranya nikmat sehat wal’afiat.
Shalawat dan Salam penulis sampaikan kepada Nabi akhir jaman, pemimpin umat
dia adalah Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari jaman
jahiliah hingga jaman reformasi seperti sekarang ini.
Bab demi bab skripsi ini telah penulis selesaikan dan dalam penulisan
skripsi ini tak sedikit kesulitan atau pun cobaan yang penulis hadapi, namun
dengan dorongan dan semangat dari orang-orang yang selalu ada untuk
menyemangati penulis, hingga karya ilmiah (skripsi) ini dapat penulis selesaikan.
Dengan itu seyogyanya penulisa ucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. H. Arief Subhan MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi.
2. Drs. Cecep Castrawijaya MA, selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah
dan H. Mulkanasir BA, SPd, MM. selaku Sekretaris Jurusan Manajemen
Dakwah, yang telah mempermudah penulis dalam menyusun karya ilmiah
ini, dan penulis akan selalu kenang jasa-jasa beliau yang telah memberikan
ilmunya kepada penulis.
3. Keluarga besar, Ayahanda dan bunda, kakak-kakakku, yang selalu
memberi dukungan, do’a-do’a yang tak pernah henti-hentinya, motifasi
dan kasih sayang yang tulus hingga akhir hayat, semoga Allah selalu
memberikan nikmat sehat kepada kedua orang tua penulis (amien) dan
semua keponakan yang selalu mencerahkan pikiran dimana saat
kejenuhan melanda pikiran penulis.
iii
4. Drs. Masran, M.Ag selaku pembimbing, yang telah berkenan meluangkan
waktu, pikiran, dan tenaganya serta sabar memberikan bimbingan,
petunjuk, arahan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini, hingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
lancar.
5. Ust. A. Zaky Yudhistira, SE selaku pengasuh Pondok Pesantren Daarul
Hikmah, yang telah meluangkan waktunya untuk penulis, guna
terlaksananya penelitian ini yang penulis laksanakan di Pondok Pesantren
Daarul Hikmah.
6. Seluruh Dosen-dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, khususnya
Jurusan Manajemen Dakwah. Yang telah memberikan ilmu yang
bermanfaat dari awal kuliah hingga selesai skripsi ini.
7. Seluruh staff perpustakaan (terima kasih telah memberi kemudahan dalam
segala hal yang berkaitan dengan perpustakan).
Akhirnya penulis menyadari, bahwa skripsi ini belum sepenuhnya dapat
memberikan pengetahuan yang sempurna, untuk itu penulis sangat berlapang
dada untuk menerima masukan dan kritikan yang membangun, semoga skripsi
ini dapat memberikan kontribusi yang positif, dan dapat memperluas wawasan
keilmuan serta menambah pengetahuan kita.
Jakarta, 07 Mei 2011
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah....................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 6
D. Metodologi Penelitian .............................................................. 7
E. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 11
F. Sistematika Penulisan………………………………………… 13
BAB II : TINJAUAN TEORITIS TENTANG STRATEGI,
PENGKADERAN DAN PELATIHAN DA’I
A. Strategi ...................................................................................... 14
1. Pengertian strategi……………………………………….... 14
2. Perbedaan Strategi dengan Taktik…….…………………... 16
3. Dimensi strategi…………………………………………… 17
4. Tahapan strategi ................................................................. 20
B. Pengkaderan dan Pelatihan ...................................................... 24
1. Pengertian pengkaderan ..................................................... 24
2. Ciri-ciri Organisasi Kader .................................................. 25
3. Hubungan Pengkaderan dan Pelatihan ............................... 27
4. Pengertian pelatihan ........................................................... 27
5. Langkah-langkah dalam melakukan pelatihan .................. 29
v
6. Pengertian sistem pelatihan………………………………. 31
7. Unsur-unsur pelatihan……………………………………. 32
8. Komponen-komponen pelatihan dakwah ........................... 34
C. Pengertian da’i ....................................................................... 38
BAB III : GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN DAARUL
HIKMAH
A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Daarul Hikmah ............ 41
B. Visi dan Misi Pondok Pesantren Daarul Hikmah .................... 46
C. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Daarul Hikmah ........... 47
D. Program-program Pondok Pesantren Daarul Hikmah.............. 51
E. Sarana dan Fasilitas…………………………………………... 54
BAB IV : ANALISIS STRATEGI PENGKADERAN DA’I PONDOK
PESANTREN DAARUL HIKMAH
A. Langkah-langkah Strategi Pondok Pesantren Daarul Hikmah
Dalam Pengkaderan Da’i ........................................................ 55
B. Strategi Pengkaderan Da’i Pondok Pesantren Daarul Hikmah 58
C. Analisa Strategi Pengkaderan Da’i Pondok Pesantren Daarul
Hikmah ..................................................................................... 61
D. Implementasi Strategi Pengkaderan Da’i Pondok Pesantren
Daarul Hikmah ......................................................................... 64
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 70
B. Saran-saran ............................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 73
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dakwah merupakan aktifitas umat Islam yang selalu dilakukan dalam
mengarungi samudera kehidupan. Dakwah dijalan Allah merupakan dakwah
tertinggi, karena merupakan bentuk risalah para nabi dan rasul-Nya yang
menjadi penunjuk dan pelopor perbaikan. Oleh karena itu, kegiatan dakwah
cakupannya sangat luas, sehingga Allah memberi peringatan pada setiap
manusia untuk melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar. Hal ini telah
dijelaskan dalam surah Ali Imran ayat 104:
Artinya: Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung (QS. Ali Imran : 104)
Dalam Al-Qur’an dan Sunah, terdapat penjelasan tentang Amar Ma’ruf
Nahi Munkar dan perintah terhadap mereka yang layak untuk membawa
bendera dakwah. Mereka yang mampu mengajarkan agama baik melalui
tulisan, ceramah maupun pengajaran sehingga individu dan masyarakat dapat
memahaminya.1
1 Musthofa ar-Rafi’i, Potret Juru Dakwah. (Jakarta : pustaka Al-kawsar,2002) hal. 51
2
“Tiada hari tanpa kegiatan dakwah”.2 Rafi’udin mengatakan bahwa:
Sebagai orang Islam, kita hendaknya sepakat dengan semboyan seperti itu.
Namun mengingat diri sendiri adalah yang terpenting, maka kita harus
berbekal diri dengan menambah khazanah ilmu pengetahuan serta mengetahui
berbagai ilmu dan kejadian yang berkembang dewasa ini. Ini berarti bahwa
disamping mempelajari ilmu agama, umat Islam juga dituntut untuk
menambah pengetahuan serta keterampilan untuk membawa dan mengarahkan
umat Islam lainnya. Karena pada dasarnya dakwah tidak hanya terletak pada
majlis dakwah dan pengajian umum semata, tetapi dapat dilakukan kapan saja
dan dimana saja. Misalnya pada suatu perjanjian atau tempat kita bekerja atau
beraktivitas kita melihat kemungkaran, maka kita harus mencegahnya. Itupun
sudah termasuk berdakwah.
Pada kenyataannya kalau diamati, generasi muda dewasa ini sangat
memprihatinkan. Sebagian dari remaja kita sudah kehilangan moral dan lepas
kendali agama. Hal ini dapat disaksikan dalam kehidupan sehari – hari.
Banyak diantara mereka yang lebih suka nongkrong di pinggir jalan tanpa
alasan yang jelas. Main di tempat hiburan, diskotik, dan bergaul bebas tanpa
batas. Mengonsumsi narkotika, ekstasi, nipam, heroin, dan minuman keras
serta beberapa perbuatan kriminal dan tawuran. Sebagai bagian dari bangsa
Indonesia, umat Islam menghadapi kenyataan ini tentunya memiliki rasa
tanggung jawab baik secara fisik, mental, maupun spiritual.
Pendidikan agama merupakan penuntun untuk hidup lebih arif dan
berakhlakul karimah. Seseorang yang tidak memiliki pendidikan agama, akan
2 Rafi’udin, Prinsip dan Strategi Dakwah (Bandung: Pustaka Setia, 2001) hal.13-14
3
rentan keimanan dan akidahnya. Bahkan ada yang terjerumus kedalam jurang
kehidupan yang nista penuh dosa. Keterpaduan dakwah didalam Pondok
Pesantren sebagai salah satu strategi berupa pengembangan akhlakul karimah
dan kecintaan serta kepedulian terhadap moral – moral pemuda saat ini,
ditunjukkan oleh sebuah lembaga Pondok Pesantren Daarul Hikmah yang
telah mencetak kader – kader Islam dan ingin berdakwah untuk menjaga
generasi muda sampai sekarang yang berlandaskan untuk perkembangan
dakwah di daerah Pekayon Sukadiri Tangerang dan sekitarnya.
Pondok Pesantren dituntut mampu dalam menghadapi tantangan global
ini harus terus ditingkatkan, jaringan komunikasi perlu dibangun dan
dikembangkan melalui sistem dan kebiasaan kehidupan sehari – hari yang
semakin hari semakin besar peranannya dalam menciptakan regenerasi yang
solid dalam beragama dan semakin besar pula pengaruhnya dalam dunia
dakwah dan masyarakat itu sendiri.
Peran dakwah dalam pembinaan umat adalah bagaimana aktifitas
dakwah dan progamnya diarahkan kepada pembinaan umat agar menjadi
orang – orang yang kuat iman, taqwa, dan keislamannya. Juga bagaimana
dakwah dapat berhasil menghimpun mereka menjadi sebuah kekuatan yang
mengusung tugas dakwah di tengah umat manusia serta mampu memutar roda
dakwah agar manusia mau tunduk kepada syariat Allah SWT. Dalam
menjalankan kehidupan yang tentunya harus sesuai dengan nilai – nilai yang
4
disyari’atkan agama kita, melalui dua sumber utama hukum bagi kita, yaitu:
Al-Qur’an dan Sunnah.3
Strategi menjadi sebuah keharusan dalam memajukan sebuah
organisasi, tatanan strategi yang tepat dan lengkap akan mengarahkan kepada
suatu pencapaian tujuan yang diinginkan.
Pada hakikatnya strategi merupakan serangkaian perencanaan atau
suatu keputusan menejerial untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan oleh suatu organisasi. Jika dikaitkan dengan proses dakwah,
strategi mempunyai peranan yang sangat penting bagi pergerakan kegiatan
dakwah, jika strategi yang diterapkan dalam berdakwah baik, maka aktivitas
dakwah akan tersusun secara sistematis dan teratur.
Dalam upaya menunjang keberhasilan dakwah, seorang Da’i dituntut
untuk memiliki strategi yang bijak dan memiliki metode sebagai proses dalam
pranata sosial dan kesadaran umat. Dengan format tersebut diharapkan
pembaharuan mental dan jiwa yang sehat dapat terealisasikan dalam sebuah
kegiatan dakwah, peranan da’i sangatlah esensial, tanpa seorang da’i ajaran
islam hanyalah sebuah idiologi yang tidak terwujud dalam kehidupan
masyarakat. Biar bagaimanapun baiknya idioloagi islam yang harus
disebarkan masyarakat, ia akan tetap sebagai ide, ia akan tetap sebagia cita-
cita yang tidak terwujud jika tidak ada manusia yang menyebarkannya.4
Sudah banyak da’i yang berkiprah dimasyarakat, namun kita sebagai
mad’u hanya tertarik menyimak perkataan, gaya, retorika, busana da’i tersebut
3 Yusuf Qardhawi, Membumikan Syariat Islam: keluwesan Aturan Ilahi Untuk Manusia,
(Bandung: Mizan Pustaka, 2003, cet. Ke- 1, hal. 13 4 Hamzah Ya’qub, pulisistik islam,(Bandung : cv, diponorogo, 1981), cet. Ke-2, hal.37
5
tanpa mengetahui bagaimana seorang da’i itu dapat mengembangkan
kemampuan yang ia miliki.
Banyak anak muda zaman sekarang ragu dan malu menjadi seorang
da’i, namun di Pondok Pesantren inilah para santri disadarkan begitu
fungsionalnya menjadi seorang da’i dalam kehidupan di masyarakat yang
sudah begitu banyak ke dzaliman dan kemaksiatan yang berkembang.
Tampaknya reformulasi pengkaderan menjadi kunci yang penting
untuk ditindaklanjuti dalam upaya penanganan krisis kader dan problem
kader. Perubahan sistem pengkaderan merupakan suatu keniscayaan. Oleh
karena itu perubahan sistem pengkaderan dalam organisasi untuk terus
mengembangkan, menyesuaikan dan menyempurnakan pengkaderannya agar
lebih cocok dengan dinamika perubahan zaman.
Atas dasar inilah penulis tertarik untuk mengkaji dan mengangkat
strategi apa yang diterapkan Pondok Pesantren Daarul Hikmah dalam aktifitas
dakwahnya, maka penulis mengangkat kajian ini dalam bentuk skripsi yang
berjudul “Strategi Pengkaderan Da’i Pondok Pesantren Daarul Hikmah
Desa Pekayon Kecamatan Sukadiri Tangerang”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan masalah
Agar pembahasan berfokus pada satu permasalahan penulis
membatasi kajian ini tentang Pelaksanaan Pengkaderan Da’i di Pondok
Pesantren Daarul Hikmah diikuti oleh seluruh santri Pondok Pesantren,
akan tetapi penelitian ini di batasi pada pelaksanaan program Pengkaderan
Da’i yang dilaksanakan Pondok Pesantren Daarul Hikmah. Yang
6
dimaksud pengkaderan Da’i dalam hal ini adalah pembekalan para santri
dengan materi dan teknis penyampaian dakwah.
2. Perumusan Masalah
Dan adapun perumusan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana Langkah-langkah Strategi yang dilakukan Pondok
Pesantren Daarul Hikmah dalam Pengkaderan Da’i?
b. Bagaimana Implementasi Strategi Daarul Hikmah dalam Pengkaderan
Da’i?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pembatasan dan perumusan masalah penulis
bertujuan dari penelitian ini :
a. Untuk Mengetahui Bagaimana Langkah-langkah Strategi yang
dilakukan Pondok Pesantren Daarul Hikmah dalam Pengkaderan Da’i.
b. Untuk Mengetahui Implementasi Strategi Pondok Pesantren Daarul
Hikmah dalam Pengkaderan Da’i.
2. Manfaat penelitian
Sebagaimana rumusan dan tujuan perumusan masalah di atas,
maka penulis mengharapkan manfaat dari penulisan ini adalah :
a. Dari segi teoritis : Dengan adanya penelitian ini di harapkan dapat
berguna bagi pembaca di dalam menyampaikan pesan kepada calon
da’i di Pondok Pesantren Daarul Hikmah.
7
b. Dari segi praktisi : Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi yang tepat bagi pengembangan strategi
pengkaderan da’i, baik dari segi materi atau pun dari segi praktisi.
c. Dari segi akademis : Dapat dijadikan bahan referensi dan
meningkatkan wawasan akademis khususnya bagi mahasiswa
manajemen dakwah.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Pada penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan
deskriptif kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati. Untuk memahami istilah penelitian kualitatif
ini, perlu kiranya di kemukan teori menurut Bogdan dan Taylor
mendefinisikan, metodologi kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-
orang perilaku yang dapat diamati.5 Dengan memilih metode kualitatif ini,
penulis mengharapkan dapat memperoleh data yang lengkap dan akurat.
Ditinjau dari sifat penyajian datanya, penulis menggunakan metode
deskriptif yang mana metode deskriptif merupakan penelitian yang tidak
mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau
prediksi.6
5Lexy J. Mleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
2000), cet. Ke 11, hal. 3 6Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi dilebfkapi Contoh Analisis Statistik.
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. 11, hal. 24
8
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah Pengasuh Pondok Pesantren
Daarul Hikmah atau sekelompok orang yang terkait dengan penyusunan
strategi dan pelaksanaan pengkaderan calon Da’i, mereka terdiri dari
kepala seksi bagian pengasuhan, pengajaran, dan para jajaran pengasuh
Pondok Pesantren Daarul Hikmah yang mengasuh serta membimbing para
santri. Sedangkan yang dijadikan objek penelitian ini adalah Strategi
Pondok Pesantren Daarul Hikmah dalam mengkader santri.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Daarul Hikmah Desa
Pekayon Kecamatan Sukadiri Kabupaten Tangerang yang berlangsung
kurang lebih selama 2 bulan mulai Tanggal 12 Maret 2011 sampai Tanggal
7 Mei 2011.
4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Dalam penelitian lapangan ini, penulis menggunakan beberapa
teknik untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan pembahasan di
antaranya sebagai berikut:
a. Observasi
Metode observasi merupakan teknik untuk menambah
kecermatan pengamatan. Pengamatan adalah mengenal dunia luar
dengan menggunakan inderamata.7 Dengan pengamatan langsung oleh
penulis terhadap kegiatan Pengkaderan Da’i untuk mendapatkan data
7Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2006), hal.8.
9
mengenai Strategi Pondok Pesantren Daarul Hikmah dalam
Pengkaderan Da’i., selama kurang lebih 2 bulan dengan observasi
langsung ke Pondok Pesantren Daarul Hikmah. Sehingga penulis dapat
mendapatkan jawaban atau bukti atas pelaksanaan pengkaderisasian
da’i. sedangkan alat yang digunakan berupa catatan-catatan.
b. Wawancara
Dalam hal ini wawancara diarahkan pada seputar Strategi
Pondok Pesantren Daarul Hikmah dalam Pengkaderan Da’i, untuk
mendapatkan informasi dengan bertanya langsung tentang
permasalahan penelitian yang akan dilaksanakan peneliti kepada
pimpinan pesantren secara mendalam, atau kepada subjek penelitian
dengan menggunakan teknik wawancara terpimpin yaitu penulis
mengajukan beberapa pertanyaan yang telah penulis persiapkan,
berupa pedoman wawancara. Kemudian di jawab oleh yang
diwawancarai dengan bebas dan terbuka. Termasuk didalamnya
kepada seorang pengurus Pondok Pesantren yang berkedudukan
sebagai Pengasuh Pesantren.
c. Dokumentasi
Dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui
dokumen-dokumen.8 Dokumentasi biasanya terbagi atas dokumen
pribadi yang terdiri dari buku harian, surat pribadi, otobiografi, dan
dokumen resmi. Dokumen resmi terdiri atas dokumen internal dan
8Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2003)CET. Ke-4, hal. 53
10
eksternal. Dokumen internal berupa memo, pengumuman, instruksi
aturan suatu lembaga masyarakat tertentu yang digunakan dalam
kalangan sendiri. Sedangkan, dokumen eksternal berisi bahan-bahan
informasi yang dihasilkan oleh kondisi lembaga sosial misalnya,
majalah, buletin, pernyataan, dan berita yang disiarkan kepada media
massa.9
Penulis mengumpulkan data atau informasi yang diperoleh dari
dokumentasi Pondok Pesantren Daarul Hikmah berupa foto, catatan
profil, dan sebagainya yang kiranya mendukung sebagai bahan
pembahasan skripsi ini.
Selanjutnya dalam menggunakan data-data tersebut, penulis
berusaha untuk memaparkan kerangka awal mengenai objek studi yang
ditulis dengan memahami seksama, kemudian memberikan interpretasi
sesuai kecenderungan dan frame of thinking.
d. Teknik analisis data
Dalam menganalisis data penulis menggunakan metode
deskriptif analisis, yaitu suatu teknik analisis data; di mana penulis
terlebih dahulu memaparkan semua data yang diperoleh dari
pengamatan., kemudian menganalisisnya dengan berpedoman kepada
hasil wawancara dan sumber-sumber yang tertulis.
e. Teknik Penulisan
9Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosyda Karya,
2006), hal. 219
11
Dalam penulisan ini, penulis berpedoman pada buku. Pedoman
penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi), yang disusun oleh
tim penulis UIN JAKARTA dan di terbitkan oleh CEQDA UIN
Jakarta pada tahun 2007.
E. Tinjuan Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini sebelum penulis mengadakan penelitian
lebih lanjut, kemudian menyusunnya menjadi karya ilmiah, maka langkah
awal yang penulis tempuh adalah mengkaji terlebih dahulu terhadap skripsi
terdahulu yang mengangkat judul tentang “Startegi Dakwah Pondok Pesantren
Daarul Hikmah di Desa Pekayon Kecamatan Sukadiri Tangerang dalam
Pengkaderan Da’i”, maksud pengkaji ini adalah agar dapat diketahui bahwa
apa yang penulis teliti sekarang tidak sama dengan penelitian dari skripsi
terdahulu.
Adapun setelah penulis mengadakan suatu kajian kepustakaan, penulis
akhirnya menemukan skripsi yang mengangkat tentang Strategi Dakwah
Majelis Taklim judul tersebut adalah karya dari Ida Damroh jurusan
Manajemen Dakwah Faakultas Dakwah dan Komunikasi dengan judul skripsi
“Strategi Dakwah Majelis Taklim Baiturrahman Pondok Jaya Tanggerang”
dengan bahasan bagaimana strategi yang dilakukan Majelis Taklim
Baiturrahman, Relevansi strategi dakwah Majelis Taklim Baiturrahman pada
zaman sekarang, faktor pendukung dan penghambat. Tetapi dalam penelitian
yang penulis lakukan dalam membuat strategi dakwah berbeda dengan skripsi
12
Ida Damroh yaitu dapat dilihat startegi dakwah yang dilakukan lembaga
tersebut dan dalam pengimplementasian startegi dakwah, dengan tidak
menerapkan konsep yang terdapat di dalam strategi dakwah Ida Damroh,
karena dalam skripsi penulis menerapkan konsep lebih berfokus pada strategi
dakwah Pondok Pesantren Daarul Hikmah.
Lain hal nya dengan skripsi yang kedua, “Peran Penyuluhan Agama
Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja”. Study Kasus Remaja Masjid Al
Mu’alla Rw 008 di Desa Ciheulang Tonggoh Cibadak Sukabumi, yang
disusun oleh Andu Junaedi, Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
lulusan tahun 1427 H/2006 M. Skripsi ini Andi Junaedi mengemukakan
bagaimana cara mengatasi kenakalan remaja. Dalam skripsi Andi Junaidi
walaupun ada kesamaan dalam judul penulisan tetapi yang membedakan
dengan skripsi penulis adalah metode nya dan pengimplementasiannya.
Demikian tinjauan pustaka ini penulis lakukan dimana perbedaan
bahasan atau materi antara apa yang akan penulis teliti dengan skripsi-skripsi
terdahulu, terlihat pada objek dan subjek penelitiannya. Bahwa penelitian
terdahulu hanya menjelaskan konsep strategi dakwah sedangkan penelitian ini
penulis memberikan cara pengimplementasian tentang strategi dakwahnya.
F. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Bahasan peneliti dalam bab ini adalah latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
13
penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan
sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORITIS
Landasan teori ini membahas tentang Strategi Pengkaderan Da’i
terdiri dari : Pengertian Strategi, Dimensi Strategi, Tahap-tahap
Strategi, Pengertian Pengkaderan/Pelatihan, Pengertian Da’i.
BAB III : GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN DAARUL
HIKMAH
Membahas tentang Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Daarul
Hikmah, Visi dan Misi Pondok Pesantren Daarul Hikmah,
Struktur Organisasi Pondok Pesantren Daarul Hikmah.
BAB IV: ANALISIS PENELITIAN
Analisa Strategi Pengkaderan Da’i Pondok Pesantren Daarul
Hikmah, analisa Implementasi Strategi Pondok Pesantren Daarul
Hikmah dalam Pengkaderan Da’i.
BAB V : PENUTUP
Penutup merupakan bab terakhir dari skripsi ini, yang membuat
kesimpulan dan saran – saran.
14
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Strategi
“Kata strategis berasal dari bahasa Yunani, yaitu Strategos, yang
berasal dari kata Stratos, yang berarti militer dan Ag yang berarti
memimpin. Dan pada konteks awalnya, strategi diartikan sebagai
generalship atau sesuatu yang dilakukan oleh para jenderal dalam membuat
rencana untuk menaklukkan musuh dan memenangkan perang.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan strategi adalah
seni atau ilmu yang menggunakan sumber daya untuk melaksankan
kegiatan tertentu. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai pengertian
strategi, penulis mengedepankan pengertian strategi yang dikemukakan
beberapa pakar diantaranya:
a. Menurut Sondang Siagian, strategi adalah cara terbaik untuk
mempergunakan dana, daya tenaga yang tersedia sesuai dengan
tuntutan perubahan lingkungan.1
b. Menurut Prof. Dr. A.M. Kardiman, strategi adalah penentuan tujuan
utama yang berjangka panjang dan sasaran dari suatu perusahaan atau
organisasi serta pemilikan cara-cara bertindak dan mengalokasikan
sumber daya-sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan
tersebut.
1 Sondang Siagian, Analisys serta Perumusan Kebijaksanaan dan Strategi Organisasi,
(Jakarta: PT. Gunung Agung, 1986), hal. 17
15
c. Menurut Stainer dan Minner, strategi adalah penetapan misi
perusahaan, penetapan sasaran organisasi, dengan mengingat kekuatan
eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu untuk
mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat,
sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai.2
d. Menurut William F. Glueck, yang dikutip dalam buku Amirullah, et.
Al, Strategi merupakan sesuatu yang dipersatukan, bersifat
kompeherensif terintegrasi yang menghubungkan atau lembaga
terhadap tantangan lingkungan dan dirancang untuk meyakinkan
bahwa sejarah dasar perusahaan atau organisasi akan dicapai dengan
pelaksanaan yang tepat oleh organisasi yang menerapkannya.3
Strategi adalah cara terbaik untuk mencapai beberapa sasaran.
Untuk menentukan mana yang terbaik tersebut akan tergantung dari kriteria
yang digunakan. Sedangkan taktik adalah pilihan-pilihan yang dimiliki
dalam mengimpelmentasikan sebuah strategi. Pilihan-pilihan ini akan
bekerja atau tidak bekerja tergantung dari kriteria yang digunakan dan
pilihan-pilihan tersebut adalah yang berlangsung lama, tidak mudah diubah
dan terstruktur.
Sasaran lebih nyata yaitu pencapaian hal-hal penting untuk
mencapai tujuan. Mencapai sasaran akan lebih mendekatkan pada tujuan.
Sasaran pada umumnya lebih spesifik dan harus dapat diukur dan biasanya
2 George Steinner dan John Minner, Manajemen Stratejik, (Jakarta: Erlangga, 2002), hal.
20 3 Amirullah dan Sri Budi Cantika, Manajemen Strategi, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2001),
Cet. Ke-I hal. 4
16
mencakup kerangka target dan waktu. Hubungan antara tingkat akhir
(tujuan dan sasaran) dengan alat pencapaiannya (strategi dan taktik)
tidaklah mudah. Keberadaan strategi tidak untuk mendikte tujuan,
sebaliknya tujuan dan sasaran harus dipengaruhi oleh peluang yang
tersedia. Strategi memperhatikan hubungan antara pelaku (orang yang
melakukan tindakan) dengan dunia luar.
1. Perbedaan Strategi dengan Taktik
Strategi menyebutkan satu persatu hubungan penyebab dan hasil
antara apa yang dilakukan pelaku dan bagaimana dunia luar
menanggapinya. Strategi disebut efektif jika hasil yang dicapai seperti yang
diinginkan. Karena kebanyakan situasi yang memerlukan analisa stratejik
tidak statis melainkan interaktif dan dinamis, maka hubungan antara
penyebab dan hasilnya tidak tetap atau pasti. Sebaliknya taktik adalah
tindakan nyata yang diambil oleh pelaku dan sepenuhnyua berada di bawah
pengawasan pelaku.
Keputusan strategi tidak berarti apa-apa tanpa implementasi.
Strategi tergantung pada kemungkinan dan taktik yang potensial.
Keputusan strategi harus dapat mencapai tujuannya.
Perbedaan strategi dengan taktik adalah disaat memutuskan apa
yang seharusnya kita kerjakan dalam memutuskan sesuatu, maka
diperlukan strategi. Sedangkan disaat memutuskan bagaimana untuk
mengerjakan sesuatu, disana berlaku taktik. Dengan kata lain, menurut
17
Drueker, strategi adalah memutuskan sesuatu yang benar sedangkan taktik
adalah mengerjakan sesuatu dengan benar.4
Dalam konteks manajemen, menurut Wright, Kroll, dan Parnel
(1996). Istilah strategis menunjukan bahwa menajemen strategis memiliki
cakupan proses manajemen lebih luas hingga pada tingkatan yang lebih
tepat dalam penentuan misi dan tujuan organisasi dalam konteks
keberadaannya di lingkungan eksternal dan eksternalnya.5
2. Dimensi Strategi
Berdasarkan pengertiannya diatas dapat dijelaskan bahwa strategi
memiliki beberapa dimensi yang perlu diperhitungkan dan diketahui untuk
mengurangi uraian dengan dan pemasukan dalam merumuskan dan
mengimplementasikan strategi tersebut, antara lain :
a. Dimensi Keterlibatan Manajemen Puncak
Keterlibatan manajemen puncak merupakan keharusan, karena
hanya pada tingkat manajemen puncak akan tampak segala bentuk
implikasi berbagai tantangan dan tuntutan lingkungan internal dan
eksternal, pada tingkat manajemen puncaklah terdapat cara pandang
yang holistik dan menyeluruh.6 Selain itu, hanya manajemen
puncaklah yang memiliki wewenang untuk mengalokasikan dana,
prasarana, dan sumber lainnya dalam mengimplementasikan kebijakan
yang telah diputuskan. Dengan kata lain, peranan manajemen puncak
4 Agustinus Sri Wahyudi, Manajemen Stratejik Pengantar Proses Berfikir Stratejik,
(Jakarta : Binarupa Aksara, 1996), hal. 16 5 M. Ismail Yusanto dan M. Karebet Widjajakusuma, Manajemen Strategis Perspektif
Syariah, (Jakarta: Khairul Bayan, 2003), hal. 5 6 Sondang P. Siagian, Manajemen Stratejik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hal. 18
18
sangat penting dalam merencanakan dan menentukan strategi yang
berisikan visi, misi, dan tujuan organisasi.
b. Dimensi Waktu dan Orientasi Masa Depan
Dalam mempertahankan strategi untuk mengembangkan suatu
eksistensi organisasi berpandangan jauh kedepan, dan berprilaku
proaktif dan antisipatif terhadap kondisi masa depan yang diprediksi
akan dihadapi.7 Keputusan strategi harus didasarkan pada antisipasi
dan prediksi yang akan terjadi bukan didasarkan yang sudah
diketahuinya. Antisipasi masa depan tersebut dirumuskan dan
ditetapkan sebagai visi organisasi yang akan diwujudkan di masa
mendatang. Dengan sikap menghadapi tantangan perubahan dan
perkembangan yang akan terjadi dan tidak akan dihadapkan pada
situasi dadakan.
c. Dimensi Lingkungan Internal dan Eksternal
Dimensi lingkungan internal dan eksternal adalah suatu kondisi
yang sedang dihadapi yang berupa kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman yang harus diketahui secara tepat untuk merumuskan rencana
strategis yang berjangka panjang.8 Dalam kondisi tersebut, manajemen
puncak perlu melakukan analisis yang objektif agar dapat menentukan
kemampuan organisasi berdasarkan berbagai sumber yang dimiliki.
7 Hadari Nawawi, Manajemen Stratejik Organisasi non Profit Bidang Pemerintahan
dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2000), hal.
153 8 Ibid, hal. 157
19
Setiap manajemen puncak perlu menyadari bahwa organisasi
yang dipimpinnya harus berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Setiap organisasi biasanya mempengaruhi lingkungannya dan tidak
akan terlepas dari kondisi eksternal yang faktor-faktornya pada
umumnya di luar kendali organisasi yang bersangkutan. Adapun
dimensi lingkungan eksternalfaktornya pada umumnya di luar kendali
organisasi yang bersangkutan. Adapun dimensi lingkungan eksternal
terdiri dari lingkungan operasional, lingkungan nasional, dan
lingkungan global yang terdiri dari berbagai aspek dan kondisi, seperti
sosial politik, sosial budaya, sosial ekonomi, kependudukan, kemajuan
ilmu teknologi, adat istiadat, agama, dan berbagai perubahan lain yang
senantiasa terjadi.9
Dengan demikian, manajemen puncak memahami terhadap
kondisi lingkungan internal dan eksternal bagi organisasi dan mampu
melakukan berbagai pendekatan juga teknik untuk merumuskan
strategi organisasi yang dipimpinnya.
d. Dimensi Konsekuensi Isu Strategi
Dalam mengimplementasikan strategi harus didasarkan
pada penempatan organisasi sebagai suatu system. Setiap keputusan
strategi yang dilaksanakan harus dapat menjangkau semua komponen
atau unsur organisasi, baik arti sumber daya maupun arti satuan-satuan
9 Ibid, hal. 158
20
kerja tersebut dikenal, seperti departemen, divisi, biro, seksi, dan
sebagainya.10
3. Tahapan Strategi
Penerapan strategi suatu organisasi merupakan suatu proses yang
dinamis, agar terjadinya keberlangsunagn dalm organisasi. Tahapan
tersebut secara garis besar adalah sebagai berikut:
a. Analisis Lingkungan
Analisis lingkungan merupakan proses awal menetapkan
strategi yang bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai yang
mempengaruhi kinerja lingkungan atau organisasi.
Secara garis besar analisis suatu organisasi mencakup dua
komponen pokok yaitu analisis lingkungan internal dan analisis
lingkungan eksternal. Adapun proses ini dikenal dengan analisis
SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threats).
Berikut akan dijelaskan tentang analisis SWOT:
1) Strength (kekuatan), adalah kekuatan yang dapat diandalkan oleh
organisasi. Dengan adanya kekuatan ini organisasi akan dapat
mengetahui cara (bagaimana) yang tepat dalam menyusun rencana
global.11
2) Weakness (kelemahan), adalah keterbatasan dan kekurangan yang
dimiliki sebuah organisasi. Dengan mengetahui kelemahan,
10
Sondang P. Siagian, Manajemen Stratejik,(Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hal. 19 11
Mulia Nasution, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Djambatan, 1996), hal. 30
21
organisasi diharapkan dapat mengantisipasi agar kelemahan itu
tidak menjadi penghalang dalam mencapai rencana global.
3) Opportunity (peluang), adalah situasi yang mengumtungkan
organisasi. Dengan mengetahui peluang, organisasi diharapkan
dapat memanfaatkannya menjadi potensi yang dapat mengantarkan
pada tujuan organisasi.
4) Threats (ancaman), adalah suatu keadaan yang tidak
menguntungkan organisasi. Ancaman ini perlu diketahui oleh
organisasi secara baik. Dengan mengetahui ancaman, organisasi
diharapkan dapat mengambil langkah-langkah awal agar ancaman
tersebut tidak menjadi kenyataan.12
Tujuan utama dilakukannya analisis lingkungan internal dan
ekstrernal suatu organisasi adalah untuk mengidentifikasi peluang
(opportunity) yang harus segera mendapat perhatian serius dan pada
saat yang sama organisasi menentukan beberapa kendala ancaman
(threats) yang perlu diantisipasi.13
Hasil analisis SWOT akan
menggambarkan kualitas dan kuantifikasi posisi organisasi yang
kemudian memberikan rekomendasi berupa pilihan strategi generik
serta kebutuhan atau modifikasi sumber daya organisasi.14
Proses dari
analisis lingkungan eksternal organisasi akan memberikan gambaran
tentang, peluang dan ancaman, sedangkan analisis internal organisasi
12
Ibid. hal.31 13
Amirullah dan Sri Budi Cantika. Manajemen Stratejik, (Yogyakarta: Graha Ilmu,2002)
hal. 127 14
M. Ismail Yusanto dan M. Karebet Widjajakusuma, Pengantar Manajemen Syariat,
(Jakarta: Khairul Bayan, 2002) hal. 83
22
akan mengetahui keunggulan dan kelemahan organisasi. Langkah ini
akan memberikan dampak terhadap pengkaderan yang merupakan
regenerasi organisasi.
b. Penetapan Misi dan Tujuan
Setiap organisasi macamnya pasti memiliki misi dan tujuan
dari organisasi itu. Misi dan tujuan ini menentukan arah mana yang
akan dituju oleh organisasi. Misi menurut pengertiannya adalah suatu
maksud dan kegiatan utama yang membuat organisasi memiliki jati
diri yang khas dan sekaligus membedakannya dari organisasi lain yang
bergerak dalam bidang usaha yang sejenis.15
Tujuan adalah landasan
utama untuk menggariskan kebijakan yang ditempuh dan arah tindakan
untuk mencapai tujuan perusahaan.16
Dengan demikian misi suatu
organisasi berfungsi sebagai raison d’etre, yaitu menjelaskan mengapa
organisasi tersebut ada, sedangkan tujuan organisasi berfungsi untuk
merefleksikan target yang akan dicapai oleh organisasi.17
c. Perumusan Strategi
Suatu strategi yang dirumuskan oleh manajemen puncak
merupakan sejumlah tindakan yang terintegrasi dan terkoordinasi
untuk mengembangkan kompetensi inti dan keunggulan bersaing.
Perumusan strategi dalam hal ini adalah proses merancang dan
menyeleksi berbagai strategi yang pada hakikatnya menuntun pada
15
Sondang P. Siagian, Manajemen Stratejik,(Jakarta: Bumi Aksara,2001), hal. 43 16
Amirullah dan Sri Budi Cantika. Manajemen Stratejik,(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2002),
hal. 11 17
Setiawan Hari Purnomo dan Zulkiflimansyah. Manajemen Strategi Sebuah Konsep
Pengantar, (Jakarta: LPFE UI, 1999), hal. 21
23
pencapaian misi dan tujuan organisasi. Strategi yang ditetapkan tidak
dapat lahir begitu saja. Diperlukan suatu proses dalam mamilih
berbagai strategi yang ada.
Menurut David Aker, sebagaimana dikutip oleh Kusnadi
terdapat beberapa criteria yang harus diperhatikan dalam merumuskan
atau memilih suatu strategi, yaitu:18
1) Strategi harus tanggap lingkungan eksternal.
2) Strategi melibatkan keunggulan kompetitif.
3) Strategi harus sejalan dengan strategi lainnya yang terdapat di
dalam organisasi.
4) Strategi menyediakan keluwesan yang tepat terhadap bisnis dan
organisasi.
5) Strategi harus sesuai dengan misi organisasi dan tujuan jangka
panjang organisasi.
6) Strategi secara organisasional dipandang layak (wajar).
d. Implementasi Strategi
Setelah memilih strategi yang ditetapkan, maka langkah
berikutnya adalah melaksanakan strategi yang telah ditetapkan
tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat
membutuhkan komitmen dan kerja sama dari dari seluruh unit, tingkat,
dan anggota organisasi. Tanpa adanya komitmen dan kerja sama dalam
pelaksanaan strategi, maka proses formulasi dan analisis strategi sulit
untuk dikembangkan.
Ada beberapa yang harus dilakukan dalam
mengimplementasikan strategi dalam suatu organisasi, adalah sebagai
berikut:
1) Sajikan citra yang baru.
18
Kusnadi, Pengantar Manajemen Strategi, (Malang: Universitas Brawijaya, 2001), hal. 215
24
2) Kurangi konflik dan tangani secara terbuka.
3) Bentuk persekutuan dengan berbagai pihak.
4) Mulai secara kecil-kecilan (Memulai dari hal yang terkecil).19
B. Pengertian Pengkaderan dan Pelatihan
Kader adalah tenaga binaan untuk dijadikan pimpinan suatu
organisasi, partai dan sebagainya.20
Pengertian kader menurut Zaimul
Bahry adalah tenaga binaan untuk dijadikan pimpinan suatu organisasi
atau pembinaan yang tetap sebuah pasukan inti (yang terpercaya) yang
sewaktu-waktu diperlukan.21
Adapun pengertiam kader apabila dilihat dari asal suku katanya
berasal dari bahsa Inggris yaitu, “ Cadre”. Cadre adalah:
a. Sekelompok pasukan inti yang terlatih dapat bertambah jumlahnya
apabila dibutuhkan.
b. Suatu kelompok pengawasan aatau kelompok inti yang terlatih dari
suatu organisasi.
c. Kelompok orang-orang yang sangat terlatih.22
Maka pengertian kader adalah pembinaan yang tetap sebuah
pasukan inti (yang terpercaya dan terlatih) untuk dijadikan pimpinan atau
regenerasi asuatu organisasi yang sewaktu-waktu diperlukan.
19
Sondang P. Siagian, Teory Pengembangan Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002),
hal. 92-93 20
Zainal bahry, Kamus Umum : Khususnya Bidang Hukum Dan Politik, (Bandung:
Angkasa, 1996), hal. 45 21
Angga Yogaswara, Aplikasi Perencanaan dan Pengorganisasian Partai Keadilan
Sejahtera (Jakarta: Sekripsi, MD, 2003), hal. 18 22
Ibid. hal. 18
25
1. Ciri-ciri Organisasi Kader
Dalam rangka membentuk organisasi yang dinamis, maka
organisasi perlu memperhatikan regenerasi estapeta organisasi tersebut.
Oleh karena itu organisasi kader memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Lebih mementingkan kualitas tiap-tiap individunya daripada
kuantitasnya.
b. Mempunyai pasukan atau kelompok inti.
c. Setiap individunya berperan aktif dalam memajukan organisasi,
sehingga adanya regenerasi kepengurusan.
d. Mementingkan keketatan organisasi dan disiplin kerja dari anggota-
anggotanya.23
Dalam pengembangan organisasi, kader merupakan ruh organisasi.
Karena itu pengkaderan di suatu organisasi sudah semestinya
diformulasikan secara sistematik dan terencana dengan baik, sehingga
menjadi ujung tombak, keberlangsungan dan kesinambungan dinamika
organisasi. Tersistematis artinya, pola pengkaderan mengandung esensi
dalam rangka memformulasikan tahapan jenjang kader yang dibangun di
atas kerangka pijakan yang jelas serta menyangkut muatan yang harus
dipunyai oleh kader.
Pengkaderan disuatu organisasi diproyeksikan bagi terlaksananya
pola kaderisasi berjenjang dan sesuai dengan visi dan misi organisasi.
Oleh karena itu, pengkaderan diarahkan bagi tersedianya human resources
penopang utama bagi keberlangsunagn organisasi yang disandarkan pada
23
Ibid, hal. 19
26
klasifikasi dan kualifikasi kader sesuai dengan tingkatannya demi
mengemban amanat, nilai-nilai, serta ide-ide besar organisasi.24
Supplai kader yang handal sangat dibutuhkan organisasi untuk
memenuhi kebutuhan disemua lini. Di setiap kepemimpinan organisasi
problem penyediaan sumber daya kader yang berbobot dalam jumlah besar
untuk mengisi posisi-posisi pada sentral organisasi menjadi dilema ketika
yang direkrut adalah mereka yang qualified, biasanya dengan konsekuensi
perangkapan jabatan serta tidak cukup waktu bagi organisasi. Sebaliknya
bagi mereka yang mempunyai kelonggaran waktu dan bersedia menekuni
organisasi, dari segi berbobot kualitas kurang dapat diandalkan.
Kemudian apakah kader itu perlu tersedia dalam jumlah yang
banyak atau harus seperti apa. Tentu jawabannya tergantung dari mana
melihatnya dan untuk apa kepentingannya. Untuk menjadi kader harus
menempuh berbagai pendidikan dan pelatihan serta harus teruji militansi
dan kemampuan anggota pada umumnya.25
Problem kaderisasi dan krisis
kader menjadi tanggung jawab berat bagi suatu organisasi. Oleh karena itu
ada beberapa hal yang penting dalam membentuk reformulasi system
pengkaderan, diantaranya :
a. Pengkaderan harus berbasis pada kompetensi.
b. Pengkaderan harus memperhatikan seting budaya masyarakat
tertentu.26
24
PP. Ikatan Remaja Muhammadiyah, Sistem Pengkaderan Ikatan Remaja
Muhammadiyah, (Yogyakarta: PP. IRM, 2004), hal. 1 25
Suara Muhammadiyah, edisi ke-89 (1-15) Maret. (Yogyakarta: SM, 2004), hal. 7 26
Ibid, hal. 7
27
Tampaknya reformulasi pengkaderan menjadi kunci yang penting
untuk ditindaklanjuti dalam upaya penanganan krisis kader dan problem
kader. Disinilah letak kaderisasi sebagai pengembangan organisasi dan
penyemai organisasi. Perubahan sistem pengkaderan merupakan suatu
keniscayaan. Oleh karena itu perubahan sistem pengkaderan dalam
organisasi untuk terus mengembangkan, menyesuaikan dan
menyempurnakan pengkaderannya agar lebih cocok dengan dinamika
perubahan zaman.
2. Hubungan Pengkaderan dan Pelatihan
Pengkaderan adalah pembinaan yang tetap sebuah pasukan inti
(yang terpercaya dan terlatih) untuk dijadikan pimpinan atau regenerasi
suatu organisasi yang sewaktu-waktu diperlukan.27
Sedangkan pelatihan
adalah upaya mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian
manusia.28
Jadi antara pengkaderan dan pelatihan berhubungan satu
dengan lainnya karena setelah adanya pengkaderan maka terwujudlah
pelatihan guna meregenerasi adanya tampuk kepemimpinan berikutnya.
3. Pengertian pelatihan
Pelatihan adalah suatu pembinaan terhadap tenaga kerja di
samping adanya upaya lain. Pelatihan merupakan proses belajar mengajar
dalam rangka meningkatkan kemampuan sumber daya manusia
melaksanakan tugasnya. Pelatihan juga merupakan upaya untuk
27
Angga Yogaswara, Aplikasi Perencanaan dan Pengorganisasian Partai Keadilan
Sejahtera (Jakarta : Skripsi MD, 2003) 28
Soekidjo Notatmojo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta : PT. Rieneka
Cipta, 2004), Hal. 25
28
mentransfer keterampilan dan pengetahuan kepada para peserta pelatihan
sedemikian rupa sehingga para peserta menerima dan melakukan
pelatihan pada saat melaksanakan pekerjaan.29
Pelatihan juga akan berhasil jika identifikasi kebutuhan pelatihan
dilakukan dengan benar. Pada dasarnya kebutuhan pelatihan itu adalah
untuk memenuhi kekurangan pengetahuan, meningkatkan keterampilan
atau sikap dengan masing-masing kadar kemampuannya.
Menurut pendapat Prof. DR. Soekidjo Notatmojo dalm bukunya,
“Pengembangan Sumber Daya Manusia,” yang dimaksud dengan
pelatiahan ialah Upaya mengembangkan kemampuan intelektual dan
kepribadian manusia.30
Penggunaan istilah pelatihan (training) dikemukakan para ahli
seperti D. Ale Yorder yang dikutip oleh Mangkunegara, menggunakan
istilah pelatihan untuk pegawai pelaksanaan dan pengawas, sedangkan
Wekley dan Yukl lebih memeperjelas mengenai penggunaan istilah
pelatihan. Mereka berpendapat bahwa ; “Pelatihan merupakan istilah-
istilah yang berhubungan dengan usaha-usaha berencana yang
diselenggarakan untuk mencapai penguasaan skill, pengetahuan dan
sikap-sikap pegawai atau anggota organisasi.
Untuk lebih jelasnya mengenai pengertian pelatihan Adrew E.
Sikula yang dikutip oleh Mangkunegara, pelatihan (Training) adalah suatu
proses pendidikan jangka pendek yang menggunakan prosedur sistematis
29
Abdurahman Fathoni, Orgnisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta:
Rieneka Cipta 2006), Cet ke-1 hal. 147 30
Soekidjo Notatmojo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT. Rieneka
Cipta, 2004), hal. 25
29
dan terorganisir di mana pegawai non-manajemen mempelajari
pengetahuan dan keterampilan teknis dalm tujuan terbatas.
Dengan demikian, istilah pelatihan ditunjukan kepada pegawai
pelaksana dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
teknis. Tujuan pelatihannya antara lain :
a. Meningkatkan penghayatan jiwa dan ideologi.
b. Meningkatkan produktifitas kerja.
c. Meningkatkan kualitas kerja.
d. Meningkatkan ketetapan perencanaan sumber daya manusia.
e. Meningkatkan sikap moral dan semangat kerja.
f. Meningkatkan rangsangan agar pegawai mampu berpartisipasi secara
maksimal.
g. Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja.
h. Menghindari keusangan (obsolescence)
i. Meningkatkan perkembangan pegawai.31
4. Langkah-langkah dalam melakukan pelatihan
Pelatihan sebagai bentuk pengembangan intelektual harus memiliki
konsep yang jelas di mana, perangkap atau konsep itu sendiri dilakukan
dengan baik agar tujuan pelatihan dapat dengan gemilang. Di bawah ini
contoh konsep pelatihan yang paling sederhana dan sering digunakan
badan atau lembaga pelatihan.
31
Anwar Prabu Mangku Negara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan (Bandung :
Rosda Karya, 2000), Hal. 44
30
a. Identifikasi Kebutuhan Pelatihan
Pelatihan akan berhasil jika kebutuhan pelatihan diidentifikasi
dengan benar. Pada dasarnya kebutuhan pelatihan itu adalah untuk
memenuhi kekurangan pengetahuan, meningkatkan keterampilan atau
sikap dengan masing-masing kadar kemampuan. Penelitian kebutuhan
pelatihan dilakukan dengan mengumpulkan dan menganalisa gejala-
gejala dan informasi-informasi yang diharapkan dapat menunjukkan
adanya kekurangan dan kesenjangan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap kerja karyawan.
b. Penetapan sasaran pelatihan
Pada dasarnya setiap kegiatan yang terarah tentu harus
mempunyai sasaran yang jelas, memuat hasil yang diinginkan dan
dicapai dalam melaksanakan kegiatan tersebut. Sasaran pelatihan yang
dirumuskan dengan jelas dapat dijadikan sebagai acuan penting dalam
menentukan atau menyiapkan materi yang akan disampaikan.
c. Merancang program pelatihan
Mendisain atau merencanakan pelatihan sebaiknya dilakukan
oleh orang yang ahli dalm bidangnya, karena rancanagn atau pelatihan
adalah suatu pegangan yang penting dalam rangka pelaksanaan suatu
Identifikasi kebuthan
Penetapan sasaran
Merancang Program
Pelaksanaan pelatihan
Evaluasi pelatihan
Feed back
31
kegiatan pelatihan di mana dalam rancangan ditentukan jenis
pelatihannya.
d. Pelaksanaan program pelatihan
Pelaksanaan program pelatihan terbagi tiga tahap, yaitu tahap
awal mencakup pengumpulan peserta, penyediaan fasilitas dan
logistic, orientasi, dan tes awal (persepsi peserta terhadap pelatihan).
Tahap kedua, penyampaian pelatihan dan tahap ketiga, merupakan
pelaksanaan post test terhadad hasil pelatihan.
e. Evaluasi pelatihan
Evaluasi pelatihan dilaksanakan untuk mengidentifikasi
keberhasilan suatu program pelatihan, termasuk di dalamnya panitia
pelaksanaan pelatihan biasanya criteria evaluasi berfokus pada hasil
akhir, di mana hal yang harus diperhatikan ialah reaksi peserta
terhadap proses dan isis kegiatan pelatihan, pengetahuan, perubahan
perilaku, secara individu maupun organisasi. Adapun mengenai fase
evaluasi menjadi umpan balik untuk melaksanakan rediksi atau
perkiraan kebutuhan pelatihan berikutnya.32
5. Pengertian Sistem Pelatihan
Sebagaimana telah dibahas diatas dilihat dari segi kebahasaan
(Etimologi) kata sistem berasal dari istilah yunani “sistema” yang
mengandung arti keseluruhan (a whole) yang tersusun dari sekian banyak
32
M. Manulang, Dasar-dasar Manajemen, (Yogyakarta : Gajah Mada University,
2004), hal. 229
32
bagian, berarti pula hubungan yang berlangsung diantara satuan-satuan
atau komponen-komponen secara teratur. Jadi sistem adalah sebuah
himpunan atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan
merupakan sesuatu keseluruhan.33
Sedangkan pelatihan adalah sesuatu
pembinaan terhadap tenaga kerja disamping adanya upaya lain. Pelatihan
proses belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan sumber
daya manusia melaksanakan tugasnya. Pelatihan juga merupakan upaya
untuk mentransfer keterampilan dan pengetahuan kepada para peserta
pelatihan sedemikian rupa sehingga para peserta menerima dan melakukan
pelatihan pada saat melaksanakan pekerjaan.34
Sistem pelatihan ialah suatu pembinaan terhadap tenaga kerja yang
dilakukan secara keseluruhan baik dengan cara belajar mengajar ataupun
melalui proses pelatihan.
6. Unsur-unsur pelatihan
Unsur-unsur pelatihan adalah komponen-komponen yang ada
dalam setiap kegiatan pelatihan. Unsur-unsur tersebut adalah trainer
(pelatih), Peserta (Mitra pelatih), materi pelatihan, metode pelatihan,
tujuan pelatihan, dan pengawas pelatihan.35
a. Trainer (pelatih)
33
Tatang M. Amin Pokok-pokok Tori system, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2001), Cek ke-7, hal, 15 34
Abdurohman Fathoni, Organisasi dan manajemen Sumber Daya Manusia,(Jakarta :
Rineka Cipta 2006), Cet ke-1, hal, 147 35
M. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta : Prenada Media, 2004), hal. 75
33
Trainer adalah orang, kelompok atau lembaga yang
mengadakan pelatihan yang mana dalam pelatihan tersebut trainer
sangat berperan untuk keberhasilan suatu pelatihan yang diterapkan.
Seorang trainer seharusnya memilki integritas keperibadian,
kemampuan, intelektual dan keterampilan yang memadai dalam rangka
mengubah input menjadi output.
b. Peserta
Unsur pelatihan selanjutnya adalah peserta, yaitu manusia yang
menjadi sasaran pelatihan atau manusia penerima pelatihan, baik
sebagai individu maupun sebagai kelompok.
c. Materi pelatihan
Materi pelatihan adalah isi, peran atau materi yang
disampaikan trainer kepada para peserta. Materi pelatihan merupakan
isi dari pelatihan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Materi
yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan pelatihan.
d. Media pelatihan
Media pelatihan adalah alat yang deperguanakan untuk
menyampaikan materi pelatihan kepada peserta.
e. Metode pelatihan
Hal yang erat dengan media pelatihan adalah metode pelatihan.
Metode pelatihan meruupakan suatu cara sistematis dapat diberikan
secara luas serta dapat membuat suatu kondisi tertentu dalam
34
penyelengaraan pelatihan guna mendorong peserta agar dapat
mengembangkan aspek kongitif, efektif, dan psikomotrik, terhadap
penyelesaian tugas dan pekerjaan yang akan dibebankan kepadanya.
f. Tujuan
Tujuan adalah hasil dari kegiatan pelatihan tersebut yaitu agar
para peserta yang mengikuti pelatihan dapat menjalankan tugas yang
diberikan kepadanya.
g. Pengawas
Agar berjalan dengan lancar pelatihan ini maka diperlukan
adalah pengawas. Pengawas adalah orang yang diberi tugas untuk
mengawasi segala tindak pelaksanaan pelatihan agar mencapai tujuan
yang diinginkan.
7. Komponen-Komponen Pelatihan Dakwah
Pelatihan dakwah mempunyai beberapa komponen, yaitu:
a. Tujuan Pelatihan Dakwah
Tujuan pelatihan dakwah mencakup 3 (Tiga) domain yaitu:
Pengetahuan (P), Sikap (S), dan Keterampilan (K).36
Dalam pelatihan
dakwah, tiga tujuan pelatihan ini akan sangat ditekankan untuk
mendapatkan seorang dai professional yang akan melaksanakan
dakwah islam.
36
Akhsin Muamar, Makalah Manajemen Dakwah Pelatihan Dakwah, Mengelola
Pelatihan Partisipatif, (Jakarta : MD VII, 2006)
35
b. Materi Pelatihan Dakwah
Pada dasarnya materi pelatihan dakwah adalah seluruh ajaran
Islam secara kaffah. Keseluruhan materi pelatihan dakwah bersumber
dari al-Quran dan al-Hadits. Namun materi lain seperti rethorika
sangat dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan seorang dai dalam
dakwah yang akan disampaikan. Materi yang disajikan dalam
pelatihan dakwah tentunya disesuaikan dengan tujuan pelatihan
dakwah itu sendiri. Sebagaimana contoh, ketika TNI Angkatan Laut
mencanangkan program “cinta laut’, mereka bekerja sama dengan
remaja Islam Mesjid Sunda Kelapa. Akhirnya dibuatlah format
pesantren kilat diatas kapal perang. Kapal yang digunakan adalah KRI
Tanjung Dalpele yang merupakan kapal terbesar yang dimiliki oleh
TNI AL.
Para peserta dibawa berlayar mengikuti rute patroli KRI
Tanjung Dalpele. Selama berlayar itulah kegiatan/materi pelatihan
“cinta laut” dipadukan dengan “tadabbur alam”. Para peserta setiap
pagi dan sore wajib melihat sunrise dan sunset. Tidak hanya itu,
mereka juga diajari ilmu Nautika (ilmu kapal) yang dipadukan dengan
ilmu keislaman yang mengarahkan peserta untuk merenungi
kekuasaan Allah.
c. Metode dan Media Pelatihan Dakwah
Metode (approach) pelatihan dakwah, yaitu cara-cara atau jalan
yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Metode dalam
36
pelatihan dakwah dapat berupa metode langsung, metode informasi,
motivasi, praktek, pemberian contoh, pemberian tugas, ceramah,
Tanya jawab, dan focus group diskusi.
Media secara etimologis berasal dari bahasa lati, yaitu
“Median” yang berarti perantara. Sedangkan secara terminologis
media berarti segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai
tujuan tertentu. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa metode
dan media pelatihan dakwah adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan.37
Metode dan media juga cara yang digunakan untuk memproses
materi atau isi pelatihan dakwah guna mencapai tujuan yang
diharapkan. Penetuan metode dan media in juga akan sangat
bergantung pada tujuan pelatihan yang dirumuskan. Seringkali metode
dan media tidak sinkron dengan tujuan pelatihan sehingga berbuah
kegagalan dan kerugian baik waktu, tenaga dan biaya yang tidak
sedikit. Contoh kegagalan program pesantren kilat yang
diselenggarakan oleh majelis taklim Baitu Qurro. Ketika itu tim kerja
menggunakan pendekatan yan keliru karena mendahulukan sasaran
yang akan dicapai daripada pendekatan pada para pendukung acara.
Lagipula tim kerja melakukan kekeliruan dengan serta merta membuat
kesepakatan dengan tempat yang akan digunakan sementara konsep
acara sempurna betul. Akhirnya dapat diduga para pendukung acara
37
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an (Bandung ; Mizan, 1994), hal. 193
37
menarik dukungannya dan akhirnya tim menanggung beban dan
kerugian, baik waktu, tenaga, pikiran dan biaya yang tidak sedikit.
d. Pelatih Dakwah
Instruktur dalam pelatihan dakwah merupakan orang yang
paham dan menguasai akan pengetahuan keislaman, patuh dan taat
terhadap perintah agama dan menguasai kelas. Dengan demikian
pelatihan akan memberikan materi hendaknya harus memenuhi
kualifikasi sebagai berikut; mempunyai keahlian yang berhubungan
dengan materi pelatihan, instruktur luar yang profesioanal dalam
bidang materi yang akan disampaikan, pelatih yang dapat memotivasi
dan mempunyai kepribadian yang baik di mata para peserta
pelatihan.38
e. Peserta Pelatihan Dakwah
Peserta pelatihan dakwah yaitu orang-orang yang mengikuti
pelatihan dakwah. Misalnya: remaja masjid, mahasiswa, santri, murid,
dan lain-lain. Adapun latar belakang pendidikan dan pengalamannya
turut menenutkan bagaimana metode pelatihan yang akan digunakan.
Peserta pelatihan yang berlatar belakang masih tingkat junior tentu
tidak mampu untuk mencerna materi yang diperuntukan untuk
kalangan senior.
38
Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan
(Bandung Rosda Karya, 2000), hal. 64
38
f. Evaluasi Pelatihan Dakwah
Evaluasi pelatihan dakwah dilaksanakan untuk memverifikasi
keberhasilan suatu program pelatihan dakwah yang dilaksanakan,
termasuk didalamnya panitia pelaksan pelatihan dakwah. Biasanya
criteria evaluasi berfokus pada outcome-nya (hasil akhir), dimana hal
yang harus diperhatikan ialah reaksi peserta terhadap proses dan isi
kegiatan pelatihan dakwah, pengetahuan keislaman, perubahan
perilaku, perbaikan yang dapat diukur secara individu maupun
organisasi. Adapun mengenai fase itu akan menjadi umpan balik
untuk melakukan prediksi atau perkiraan kebutuhan pelatihan dakwah
berikutnya.
C. Pengertian Da’i
Da’i menurut etimologi berasal dari bahasa arab, yaitu dari kata
(da’ain) yang mrupakan bentuk isim fail (kata menujukkan pelaku) yang artiya
orang yang melakukan dakwah. Sedangkan secara terminologis da’i yaitu
setiap muslim yang berakal mukallaf (aqil baligh) dengan kewajiban
dakwah.39
Da’i adalah orang yang melakukan atau melaksanakan dakwah secara
individu, kelompok atau berbentuk. Da’i sering juga disebut mubaligh (orang
yang menyampaikan ajaran Islam). Pada dasarnya semua pribadi muslim itu
39
Idris Abdul Somad, Diktat ilmu dakwah (Depok: T.pn.,2004), hal. 6
39
berperan secara otomatis sebagai mubaligh atau da’i dalam bahasa komunikasi
disebut komunikator.
Da’i adalah orang yang menyeru, memanggil, mengundang atau
mengajak.40
Yaitu memanggil untuk melaksanakan perintah yang baik dan
mencegah yang munkar (amar ma’ruf nahi munkar) sesuai dengan ajaran
agama Islam, panggilan tersebut merupakan tugas dan kewajiban setiap
muslim dianapun mereka berada menurut kadar kemampuannya.
Hal ini sesuai dengan firman Allah yang berbunyi:
Artinya: kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yng ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman
kepada Allah. Sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi
mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah
oang-orang yang fasik. (QS. Ali Imran 110)
Untuk melakukan aktifitas dakwah, seorang da’i perlu mempunyai
syarat-syarat dan kemampuan tertentu agar berdakwah dengan hasil yang baik
dan sampai pada tujuannya. Persyaratan dan kemampuan yang perlu dimiliki
oleh da’i secara umum bisa mencontoh kepada Rasulullah SAW. Merupakan
40
A.H hsanuddin, Retorika Dakwah Dan Publistik dalam Kepemimpinan (Surabaya:
Usaha Nasional 1982). Cet. Ke-1 hal. 33
40
standar atau uswatun hasanah bagi umatnya, maka tentunya hal itu pun
berlaku dalam dakwah Islam.41
Seorang da’i sebagai juru dakwah memiliki tanggung jawab yang lebih
besar terhadap diriya sendiri dari pada terhadap masyarakat. Karena apapun
yang disampaikannya kepada masyarakat haruslah sesuai dengan perbuatannya
sehari-hari.42
Adapun syarat-syarat dan kemampuan da’i secara teoritis di antaranya:
a. kemampuan berkomunikasi
b. kemampuan menguasai diri
c. kemampuan pengetahuan psikologi
d. pengetahuan-pengetahuan pendidikan
e. kemampuan di bidang al-Qur’an
f. kemampuan pengetahuan di bidang umum
g. kemampuan membaca al-Qur’an dengan fasih
h. kemampuan pengetahuan di bidang Hadist
i. kemampuan di bidang agama secara umum.43
41
Drs. H. Nawawi Rambe, Sejarah Dakwah Islam, (Jakarta: Wijaya 1985). Cet. Ke-13
hal. 10 42
Alwisral Imam Zaidallah dan Khaidir Khatib Bandaro, Strategi Dakwah Dalam
Membentuk Da’i dan Khotib Profesional, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002). Cet. Ke-1, hal. 97 43
Slamet Muhaemin Abda, Pinsip-prinsip Metodologi dan Dakwah, (Surabaya : Usaha
Nasional, 1994) Cet. Ke-1 hal.69-77
41
BAB III
GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN DAARUL HIKMAH
A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Daarul Hikmah
Pondok Pesantren Daarul Hikmah berdiri tahun 1997, adalah Pondok
Pesantren Modern yang berlokasi di kawasan pesisir utara Tangerang tepatnya
di Desa Pekayon, Kecamatan Sukadiri. Pondok ini memiliki perbedaan dengan
pondok lain di kawasan pesisir utara Tangerang yang umumnya bertema
Salafy dalam hal kegiatan. Pondok ini disebut Pondok Modern karena
memadukan sekolah dan mengaji dalam kegiatan Pondok dan berbeda dengan
Pesantren Salafy yang kegiatan umumnya hanya mengaji. Pondok ini didirikan
oleh alumni Pondok Pesantren Gontor, KH Afif el-Afify karena kondisi
masyarakat saat itu yang minim pendidikan.1
Sejak pertama didirikan, Pondok ini diterima oleh masyarakat sekitar
dengan banyaknya santri-santri yang mengikuti. Awalnya Pondok ini diikuti
sebanyak sekitar 80 santri. Namun, setelah 10 tahun berdiri, Pondok ini telah
diikuti 680 santri.
Yayasan Wakaf Bina Ummat yang berdiri ditahun yang sama
merupakan wadah dari lembaga pendidikan Pondok Pesantren Modern Daarul
Hikmah sekaligus memayungi lembaga pendidikan MTs Daarul Hikmah yang
diprakarsai oleh KH. Afif Afify. Beliau adalah pimpinan Yayasan Wakaf Bina
Umat. Tujuan didirikannya sekolah ini adalah untuk membantu masyarakat
1 Hasil Wawancara Penulis dengan KH. Afif Afify (Pimpinan Pondok Pesantren Daarul
Hikmah) di Pondok Pesantren Daarul Hikmah pada Tanggal 20 Maret 2011
42
dalam bidang pendidikan, mencerdaskan bangsa dengan suasana yang Islami
serta berpedoman pada kurikulum Depdiknas dan Departemen Agama.
Yayasan Wakaf Bina Umat yang lebih dikenal dengan Pondok
Pesantren Modern Daarul Hikmah tidak hanya bergerak dalam bidang
pendidikan, tetapi juga santunan anak yatim dan anak-anak yang kurang
mampu. Ketika mulai didirikkan atau dirintis, Yayasan ini hanya memiliki 3
(tiga) kelas yaitu kelas I sampai dengan kelas III. Sekarang telah memiliki 13
lokal ruang belajar siswa ditambah 10 ruang asrama.2
Pondok Pesantren Daarul Hikmah Letaknya cukup strategis dan
suasana yang nyaman karena dijangkau transportasi. Pondok Pesantren Daarul
Hikmah termasuk salah satu sekolah yang berkualitas, karena pada setiap
kelulusan hampir 97% dinyatakan lulus. Sehiggga hal ini dapat mempermudah
siswa dan siswi Pondok Pesantren Daarul Hikmah melanjutkan jenjang
pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi lagi.
Pondok Pesantren Daarul Hikmah dan beberapa pesantren alumni
Pondok Modern Daarussalam Gontor mengusung lima dan empat falsafah
yang disebut dengan "Panca Jiwa dan Motto Pondok". Panca jiwa adalah lima
prinsip dasar yang mesti tertanam dalam jiwa siapapun yang menjadi penghuni
pondok, entah itu kiyai, guru ataupun santri.
2 . Diktat Pesantren Daarul Hikmah pada tahun 2008.
43
Panca jiwa pondok itu adalah sebagai berikut : 3
1. Keikhlasan.
Jiwa ikhlas ialah perkara yang utama dan pertama yang mesti ada
dalam diri manusia. Ikhlas mempunyai makna yang sangat dalam, yaitu
membuang unsur-unsur yang mengarah kepada kepentingan pribadi yang
dapat mengotori tujuan hidup, serta juga tujuan pendidikan dan pengajaran.
Sebagai contoh dalam proses pendidikan dan pengajaran, guru mesti ikhlas
dalam memberikan ilmu sebagai wujud syukur dan diniatkan ibadah
kepada Allah sebagai pemilik ilmu. Manakala santri, mesti ikhlas dididik
dan diajarkan dengan tujuan untuk memahami hakekat dirinya sebagai
awal langkah untuk beribadah kepada Allah.
2. Kesederhanaan.
Maksudnya adalah melakukan sesuatu berdasarkan keperluan bukan
keinginan. Dengan demikian kesederhanan adalah sebuah sikap yang tidak
diukur oleh kuantitas, besar atau kecil, banyak atau sedikit, murah atau
mahal, tetapi karena ia diperlukan. Kesederhanaan juga berasaskan kepada
kemampuan bukan kemauan.
3. Berdikari.
Sifat ini menunjukan kebebasan seseorang dalam menentukan
sikap. Berdikari juga bermakna berusaha dengan kemampuan dirinya
sendiri tanpa menggantungkan diri kepada orang lain. Sifat ini juga sangat
penting untuk melahirkan jiwa-jiwa militan yang siap berjuang dan
3 . Dokumentasi Pondok Pesantren Daarul Hikmah
44
berbakti kepada masyarakat. Pondoknya pun demikian tidak
menggantungkan kepada bantuan orang lain.
4. Ukhuwah Islamiyah.
Maksud dari prinsip keempat ini adalah menjalin hubungan sesama
manusia yang berasaskan kepada prinsip dari ajaran Islam yang damai dan
toleran. Ukhuwah dalam Islam adalah nilai persaudaran dengan semangat
tolong menolong yang tidak melihat batas-batas tertentu, seperti golongan,
etnik bahkan agama atau keyakinan orang lain. Islam menyuruh umatnya
untuk menghormati siapapun, bekerjasama dan bergaul tanpa memandang
status sosial bahkan keyakinannya. Hal ini tentunya sangat selaras dengan
ajaran Islam sebagai agama yang menyebarkan kedamaian universal atau
rahmatan lil âlamîn.
5. Kebebasan.
Sikap bebas berarti melepaskan diri dari pengaruh orang lain baik
pikiran ataupun tindakan. Kebebasan bukan dimaksudkan berbuat sesuka
hati, tetapi kebebasan dalam menentukan sikap dan pendapat yang tidak
bertentangan dengan nilai-nilai dasar ajaran Islam. Kebebasan juga
bersikap moderat tanpa memihak, yang dibelanya adalah kebenaran sesuai
dengan ajaran agama.
45
Berikut ini adalah Motto Pondok:4
1. Berbudi luhur.
Ini adalah sifat yang harus ada dalam diri manusia terutama
generasi muda. Sifat ini sangat penting dan haruslah berada pada tingkat
pertama sebelum sifat-sifat lain yang akan dimiliki.
2. Berbadan Sehat.
Sebagai calon pemimpin masyarakat, kualitas fisik yang sehat dan
kuat juga sangat penting. Akhlak yang mulia, ditambah dengan fisik yang
prima akan melahirkan insan tangguh dalam menghadapi setiap tantangan
dan cobaan.
3. Berpengetahuan Luas.
Syarat ini tentunya tidak diragukan lagi. Ia juga syarat utama yang
mesti dimiliki oleh calon pemimpin masa depan. Kesempurnaan seorang
pemimpin dapat diketahui melalui budi pekerti, badan yang sehat serta
pengetahuannya yang luas.
4. Berpikir Bebas.
Kepribadian yang dibalut dengan akhlak, fisik yang sehat, ilmu
yang luas harus mampu menempatkan dirinya pada tempat yang bebas,
tidak terikat kepada siapapun. Yang dibelanya hanyalah kebenaran untuk
kemaslahatan umat.
4 . Dokumentasi Pondok Pesantren Daarul Hikmah.
46
B. Visi dan Misi Pondok Pesantren Daarul Hikmah
Dalam sebuah lembaga pendidikan haruslah memiliki visi dan misi
yang tepat yang merupakan arah dan acuan dasar pada lembaga tersebut.
Diantara visi Pondok Pesantren Daarul Hikmah adalah:5
1. Menjadi sekolah unggul yang mampu menghasilkan kader-kader muda
terbaik bagi bangsa dan ummat Islam Indonesia.
2. Mencetak kader umat yang berakhlakul karimah, tawadhu, berpengetahuan
luas, berfikir bebas, berjiwa ikhlas, berdikari.
Untuk mendukung visi yang telah di buat maka terteralah sebuah misi
pada Pondok Pesantren Daarul Hikmah yaitu6 :
1. Mempertebal keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
2. Membina Akhlakul Karimah.
3. Membudayakan kebersihan, ketertiban, kerja keras dan disipin yang tinggi.
4. Mengembangkan bakat minat peserta didik.
5. Mengkondisikan sekolah sebagai komunitas Pesantren.
6. Membantu jiwa mandiri, kreatif, dan inovatif.
5 . Hasil Wawancara Penulis dengan KH. Afif Afify (Pimpinan Pondok Pesantren Daarul
Hikmah) pada Tanggal 20 Maret 2011. 6 . Ibid
47
Kepala Sekolah/pengasuh
pesantren
A. Zaky Yudhistira, SE
Hub. Masyarakat
H. A Khaer Nawawi Lc
Bimbingan Konseling
Efita Amalia Afif, SH
Para Asatidz
Pengasuh ponpes
Wali kelas
Kaur TATA USAHA
Rizal Pranoto S,Pd
C. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Daarul Hikmah. 7
7 . Dokumentasi Pondok Pesantren Daarul Hikmah.
Santri
Kesiswaan
Jamal Fauzi S,Pd
Pimpinan Pesantren
KH Afif Afify
Kurikulum
Uus Rustaman
48
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PIMPINAN PESANTREN,
GURU DAN KARYAWAN PESANTREN8
1. Pimpinan Pesantren
a. Membuat/merencanakan kegiatan secara umum (General Planning)
b. Melaksanaan penataan Organisasi secara umum (General Organizing)
c. Menentukan kebijaksanaan umum (General Policy)
d. Menentukan instruksi-instruksi umum (general Intruction)
e. Bersama dengan Wakil Kepala mengadakan pengawasan secara umum
(general Supervisor)
f. Memberikan saran dan pandangan kepada Pimpinan Wilayah.
g. Bertanggung jawab langsung kepada Pimpinan Wilayah.
2. Kepala Sekolah MTs. Daarul Hikmah
Kepala Sekolah berfungsi sebagai dan bertugas dan edukator, menejer,
administrator dan supervisor, pemimpin/leader inovator dan motivator
a. Kepala Sekolah sebagai edukator melaksanakan proses belajar mengajar
secara efektif dan efesien (lihat tugas guru)
b. Kepala Sekolah sebagai menejer mempunyai tugas:
1) menyusun perencanaan
2) mengorganisasikan kegiatan
3) mengarahkan kegiatan
4) mengkoordinasi kegiatan
5) melaksanakan pengawasan
6) melakukan evaluasi terhadap kegiatan
7) menentukan kebijaksanaan
8) mengadakan rapat
9) mengambil keputusan
10) mengatur proses belajar mengajar
11) mengatur administrasi ketatausahaan, siswa, ketenagaan, sarana
prasarana dan keuangan (RAPBS)
12) mengatur Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)
13) mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat dan instansi terkait
3. Bidang Kurikulum
Diantara tugas-tugasnya adalah sebagai berikut:
a. menyusun dan menjabarkan kalender pendidikan
8 Dokumentasi Pondok Pesantren Daarul Hikmah.
49
b. menyusun pembagian tugas guru dan menjadwal pelajaran
c. mengatur penyusunan program pengajaran semester program satuan
pelajaran, dan persiapan pengajaran penjabaran dan penyesuaian
kurikulum
d. mengatur pelaksanaan kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler
e. mengatur pelaksanaan program penilaian kriteria kelulusan dan laporan
kegiatan belajar siswa serta pembagian raport dan STTB
f. mengatur pelaksanaan program perbaikan dan pengajaran
g. mengatur pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar
h. mengatur pengembangan MGMP dan koordinator mata pelajran
i. mengatur mutasi siswa
j. melakukan supervisi administrasi dan akademis
k. menyusun laporan
4. Bidang Kesiswaan
Di antara tugas-tugasnya adalah sebagai berikut:
a. mengatur program dan pelaksanaan bimbingan konseling
b. mengatur dan mengkoordinasikan pelaksanaan 9 K (keamanan,
kebersihan, ketertiban, keindahan, kekeluargaan, kesehatan, kerindangan
dan keindahan
c. mengatur dan membina program kegiatan OSIS meliputi kepramukaan,
Palang Merah Remaja (PMR), Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS), Patroli Keamanan Sekolah (PKS), Paskibra.
d. mengatur program pesantren kilat
e. menyusun dan mengatur pelaksanaan pemilihan siswa teladan sekolah
f. mengadakan cerdas cermat olahraga prestasi
g. menyeleksi calon untuk di usulkan mendapatkan beasiswa
5. Guru Bimbingan Konseling
Bimbingan dan konseling membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
a. penyusunan program pelaksanaan bimbingan konseling
b. koordinasi dengan wali kelas dalam rangka mengatasi masalah yang
dihadapi, oleh siswa tentang kesulitan belajar
c. memberikan layanan dan bimbingan agar lebih berprestasi dalam kegiatan
belajar
d. memberikan saran dan pertimbangan kepada siswa dalam memperoleh
gambaran tentang lanjutan pendidikan dan lapangan pekerjaan yang sesuai
e. mengadakan penilaian pelaksanaan bimbingan dan konseling
50
f. menyususun dan melaksanakan program tidak lanjut bimbingan dan
konseling
g. mengkoordinasikan dan melaksanakan 9 K
h. menyusun laporan pelaksanaan kegiatan pengurusan ketatausahaan secara
berkala
6. Wali Kelas
Wali Kelas membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
a. pengelolaan kelas
b. penyelenggaraan administrasi kelas meliputi:
1) denah tempat duduk siswa
2) papan absensi siswa
3) daftar pelajaran sekolah
4) daftara piket kelas
5) buku basensi siswa
6) buku pelajaran atau buku kelas
7) tata tertib siswa
c. penyusunan pembuatan statistik bulanan siswa
d. pengisian daftar keputusan nilai siswa (leger)
e. pembuatan catatan khusus tentang siswa
f. pencatatan mutasi siswa
g. pengisian buku laporan
h. pembagian buku laporan penilaian belajar
i. melaksanakan kegiatan belajar mengajar
j. melaksanakan evaluasi dan tindak lanjut
k. membantu mengarahkan minat dan bakat siswa
l. membuatlaporan pelaksanaan dan hasil kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan
7. Tata Usaha
Kepala tata usaha mempunyai tugas melaksanakan ketatausahaan dan
bertanggung jawab kepada kepala sekolah dalam kegiatan – kegiatan sebagai
berikut :
a. penyusunan progam kerja tata usaha sekolah
b. pengelolaan keuangan sekolah
c. pengurusan administrasi ketenagaan dan siswa
d. pembinaan dan pengembangan karir pegawai tata usaha sekolah
51
e. penyusunan administrasi perlengkapan sekolah
f. mengkoordinasikan dan melaksanakan 9K
g. penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan pengurusan ketatausahaan
secara berkala
D. Program-program Pondok Pesantren Daarul Hikmah
1. Pengembangan leadership dan manajemen organisasi
Santri pada umunya dituntut untuk menimba ilmu agama. Namun
para santri Pondok Pesantren Daarul Hikmah diajarkan dan dibina agar
kelak bisa menjadi pelopor agama Islam yang disegani dan pemimpin yang
bijak bagi seluruh ummat. Dalam keorganisasian para santri dituntun oleh
pengasuh Pondok Pesantren dalam menjalankan aktifitas serta disiplin-
disiplin yang ada dalam Pondok Pesantren.
Dalam tatanan system Pondok Pesantren Daarul Hikmah para santri
senior (kelas 5 yang sejajar dengan kelas 2 SMA) ditugaskan untuk
mengemban tanggung jawab menjadi seorang pengurus dengan tugas yang
telah ditetapkan oleh Pesantren dalam kurun waktu selama 1 tahun.
Organisasi di Pondok Pesantren Daarul Hikmah diantaranya:
Organisasi Santri Daarul Hikmah (OSDA), Paskibra, Drum Band,
Kepramukaan.
2. Penerapan Konsep Live Skill
Setiap manusia diberikan kelebihan yang berbeda-beda, oleh
karenanya pondok pesantren melihat kelebihan tersebut sebagai potensi
yang harus dikembangkan. Dalam wacana ini Pondok Pesantren Daarul
Hikmah menyediakan fasilitas, sarana dan pra sarana sebagai tempat untuk
52
mengasah kemampuan yang dimiliki para santri untuk terus menumbuh
kembangkan minat dan bakat serta kreatifitas yang bernilai positif bagi
santri, pondok pesantren dan masyarakat lainnya. Semua penerapan Live
Skill ini dibawah bimbingan dan pengawasan pengasuh/pengurus pondok
pesantren. Konsep Live Skill yang ada di pesantren diantaranya: kaligrafi,
seni baca Qur’an, Komputer, wirausaha, seni budaya, majalah dinding.
3. Pengkajian kitab-kitab kuning dan aplikasinya dalam keseharian
Didalam Islam wajib bagi setiap umatnya menjalankan seluruh
perintah agama yang berlandaskan pada al-Qur’an dan Hadist. Di dalam
program ini setiap santri mengikuti pengajaran kitab-kitab kuning seperti:
jurumiyah, fathul qorib, tafsir jalalain, safinatunnajah yang dilaksanakan
setiap hari senin sampai dengan sabtu pukul 17.00-18.00 bertempat
dimasjid pondok pesantren Daarul Hikmah, dan sebagai
pengajar/murobinya adalah pimpinan pesantren KH Afif Afify dan
pengasuh pesantren lainnya.
Kemudian para santri pun diberikan pengajaran tentang Tafsir dan
Hadist yang bertujuan untuk lebih mengerti dan memahami tentang ajaran
agama Islam. Ini pun sebagai bekal para santri ketika menjadi seorang da’i
agar dapat menyampaikan dalil-dalil secara fasih, lancar, dan lantang serta
mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari baik dalil yang
berasal dari al-Qur’an maupun al-Hadist.
4. Muhadhoroh (Latihan Berpidato)
Muhadhoroh/latihan berpidato adalah salah satu strategi Pondok
Pesantren dalam menciptakan seorang da’i atau muballigh. Strategi ini
53
terhitung ampuh dalam membina santri khususnya dalam mengolah vokal
berpidato dengan sasaran untuk membina mental para santri dalam
berpidato agar para santri terbiasa dalam menghadapi orang banyak ketika
berbicara di khalayak orang banyak. Para santri dipupuk untuk
mengembangkan potensi mereka masing-masing khususnya dalam
berpidato, setiap santri mengikuti program ini dengan tujuan memiliki
kemampuan saat menghadapi dan berbicara dengan orang banyak.
Santri diarahkan tentang bagaimana berpidato yang baik dan benar,
memupuk mental, retorika yang baik, dan memahami keinginan audience
agar para audience tertarik dan terhipnotis dengan ceramah atau pidato
yang kita berikan.
Muhadhoroh dilaksanakan dua kali dalam seminggu yakni pada
malam kamis dan malam minggu selepas sholat isya berjama’ah hingga
pukul 22.00 WIB. Pada malam minggu para santri bermuhadhoroh dengan
menggunakan Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia, sedangkan pada
malam kamis adalah muhadhoroh dengan menggunakan Bahasa Arab.
Pada malam kamis dan malam minggu selepas sholat isya
berjama’ah para santri sebanyak 230 santri diarahkan oleh bagian
pengajaran untuk bersegera ke ruang-ruang kelas yang sudah ditentukan.
Ruangan kelas yang sudah disiapkan oleh yang piket dalam bentuk dan
pengaturan ruangan. Bangku-bangku ditata sedemikian rupa sebagai media
para santri menjadi audience sedangkan meja guru terkadang menjadi
media mimbar bagi santri untuk berpidato.
54
Muhadhoroh menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
Pondok Pesantren yang berbasis modern. Pengawas/pembimbing
muhadhoroh yaitu para asatidz (pengasuh pondok pesantren) dan juga
bagian pengajaran. Bagian pengajaran adalah para santri senior yang
ditunjuk menjabat sebagai bagian pengajaran dengan salah satu
programnya adalah mengarahkan dan mengoreksi persiapan sebelum
muhadhoroh dari mulai pembuatan materi muhadhoroh, jadwal khutbah
santri, dan mengontrol jalannya muhadhoroh dengan didampingi oleh
ustadz yang bertugas.
E. Sarana dan Fasilitas
Sarana dan fasilitas difokuskan pada hal-hal yang terkait dengan
penyelenggaraan muhadhoroh, diantaranya adalah:9
1. Ruang sekolah, digunakan untuk menyelenggarakan muhadhoroh pada
setiap malam kamis dan malam minggu selepas sholat isya berjama’ah.
2. Mimbar dakwah, dalam hal ini para santri berinisiatif membuat mimbar
dengan menggunakan meja yang didirikan hingga sekilas seperti mimbar.
3. Masjid, digunakan oleh para santri untuk sholat berjama’ah dan sebagai
sarana pengajian kitab kuning oleh pimpinan Pesantren Daarul Hikmah
setiap sore hari kecuali hari minggu.
9 . Hasil Wawancara Penulis dengan Ust. Zaky Yudhistira pada Tanggal 27 Maret 2011
55
BAB IV
ANALISA STRATEGI PENGKADERAN DA’I PONDOK PESANTREN
DAARUL HIKMAH
A. Langkah-langkah Strategi Pondok Pesantren Daarul Hikmah Dalam
Pengkaderan Da’i
Seiring dengan jalannya waktu Pondok Pesantren Daarul Hikmah terus
menerus mengembangkan dan mencapai tujuan dari pengkaderan dai tersebut.
Membuktikan bahwa dalam menjalankan kegiatan terlebih kegiatan Dakwah
maka di perlukan wadah atau pun Organisasi karena dalam Organisasi yang
terorganisir maka tujuan dari pengkaderan Da’i tersebut akan berjalan baik dan
sampai pada tujuannya.
Strategi dalam suatu Lembaga atau Organisasi adalah bagian terpenting
untuk mencapai tujuan dari Organisasi tersebut, seperti halnya di sebuah
Pondok Pesantren ataupun lembaga Islam lainnya yang memiliki strategi
dalam pengkaderan Da’i. Seperti di Pondok Pesantren Daarul Hikmah,
Lembaga ini memiliki beberapa langkah strategi untuk menciptakan seorang
Da’i yang dapat dibanggakan di masyarakat, diantaranya :
1. Menentukan program Pondok Pesantren Daarul Hikmah.
2. Membuat jadwal kegiatan atas program.
3. Menentukan pembimbing dalam mengawasi program-program.1
1 Hasil wawancara Penulis dengan Ustadz Jamal Fauzi (Wakasek Kesiswaan) Pondok
Pesantren Daarul Hikmah pada tanggal 9 April 2011
56
Penjelasan terhadap kutipan tersebut adalah:
1. Menentukan Program Pondok
Dan yang dimaksud dengan menentukan program-program Pondok
Pesantren Daarul Hikmah disini adalah untuk menjembatani para Santri
dalam kehidupan di Pondok Pesantren supaya hidup terarah dan memiliki
tujuan yang jelas serta memberikan fasilitas kegiatan untuk
mengembangkan potensi yang ada pada diri para santri. Dari sini pulalah
santri diarahkan untuk mengetahui di mana kemampuan atau bakat para
santri sehingga para santri dapat mengasah kembali potensi yang mereka
miliki. Misalkan program Muhadhoroh, disini para santri dapat melatih
kemampuan dalam berpidato. Dan di dalam program ini pula, para santri
dapat mengkreasikan seni-seni retorika yang baik dan benar, sehingga para
santri memiliki bekal untuk berceramah di depan khalayak umum lainnya
atau masyarakat.
2. Membuat Jadwal Kegiatan
Langkah selanjutnya adalah menentukan atau membuat jadwal
kegiatan. Pondok Pesantren Daarul Hikmah memiliki aktifitas dan disiplin
yang padat sehingga para pengasuh Pondok Pesantren beserta pengurus
OSDA (Organisasi Santri Daarul Hikmah) membuat jadwal setiap kegiatan
yang ada sebagai rutinitas sistem dan displin yang ada di Pondok
Pesantren. Dalam hal ini setiap kegiatan di buat jadwal agar kegiatan yang
satu dengan kegiatan yang lainya tidak berbenturan, sehingga kegiatan-
kegiatan yang ada dapat berjalan dengan baik dan tertib.
57
JADWAL KEGIATAN PONDOK PESANTREN DAARUL HIKMAH
DALAM PENGKADERAN DAI
Hari Kegiatan Waktu Tempat
Senin s/d
sabtu
Kitab kuning 17.00 s/d 18.00 Masjid
Rabu malam Muhadoroh Bahasa Arab 20.00 s/d 21.30 Kelas
Sabtu malam Muhadoroh B.Inggris dan
B.Indonesia
20.00 s/d 22.00 Kelas
Setiap pagi
hari
Pemberian kosa kata
B.Arab dan B.Inggris
05.30 s/d 06.00 Depan
asrama
3. Menentukan Pembimbing Kegiatan
Langkah terakhir strategi yang dilakukan Pondok Pesantren dalam
menentukan strategi pengkaderan Da’i adalah menentukan Pembimbing
atau Pembina dalam mengawasi program yang ada. Maksudnya adalah
agar para santri mendapat arahan serta evaluasi kekurangan yang terjadi
ketika program tersebut berjalan agar kedepannya kegiatan yang
berlangsung dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan tanpa ada
kesalahan-kesalahan yang berarti. Dan yang menjadi pengawas atau
pembimbing adalah para ustadz atau pengasuh yang berada di areal
Pondok Pesantren Daarul Hikmah.
Dari langkah-langkah strategi inilah Pondok Pesantren Daarul Hikmah
dapat menentukan strategi dalam pengkaderan Da’i.
58
Dalam mengkaderisasi para santri untuk menjadi seorang Da’i Pondok
Pesantren Daarul Hikmah membutuhkan strategi dalam pengkaderan Da’i agar
tercapai tujuan dari pengkaderan Da’i di Pondok Pesantren tersebut.
Diantaranya strategi Pondok Pesantren Daarul Hikmah dalam pengkaderan
Da’i adalah Muhadhoroh (latihan berpidato 3 bahasa), Mendengarkan dan
memperhatikan Da’i yang sudah berpengalaman dalam berpidato, Pengajian
Kitab-kitab Kuning atau Salafi, Mempelajari ilmu Tafsir-Hadist, Membaca
ilmu agama dan ilmu-ilmu lainnya.2
1. Muhadhoroh (latihan berpidato 3 bahasa)
Strategi yang digunakan Pondok Pesantren Daarul Hikmah dalam
pengkaderan para calon Da’i dengan sistem atau strategi Muhadhoroh
maksudnya adalah melatih santri agar dapat berbicara atau berceramah di
depan masyarakat atau pun melatih para santri dalam mengolah kata, baik
dari retorika maupun intonasi berbicara, agar dalam berpidato tidak
membosankan atau pun melebar ke topik yang lain. Dan dalam
muhadhoroh para santri pun di didik bagaimana berpidato yang baik.
Penulis mewawancarai seorang Ustadz yang bernama Jumhanudin pada
Tanggal 16 April 2011 pukul 20.00, beliau mengemukakan bahwa
muhadhoroh adalah ladang untuk mendidik para santri dalam membina
mental serta mengasah imajinasi mereka dalam berkhutbah.3
2 . Ibid
3 . Hasil Wawancara Penulis dengan Ustadz Jumhanudin pada Tanggal 16 April 2011.
59
2. Mendengarkan dan memperhatikan Da’i yang berpengalaman.
Yang dimaksud dengan strategi ini adalah agar para santri dapat
mengetahui bagaimana gaya berbicara atau pun retorika dan intonasi Da’i
saat berceramah di depan masyarakat atau pendengar lainnya. Santri
diberikan gambaran dalam berpidato agar santri dapat mempraktekkannya
setelah diberi contoh oleh Da’i yang berpengalaman itu. Penulis
mewawancarai seorang santri (ketua OSDA) bernama Ujer Tirmidzi pada
tanggal 16 april 2011 jam 16.30 di Area Pondok Pesantren Daarul Hikmah,
ia berkata bahwasanya mendengarkan dan memperhatikan Da’i yang
berpengalaman akan memotifasi para santri untuk mengikuti kemampuan
seorang Da’i tersebut sebagai acuan dalam berceramah.4
3. Pengajian Kitab Kuning atau Salaf
Dari strategi pengajian kitab kuning ini maka para santri memiliki
pengetahuan atau pun di bekali dengan dasar-dasar agama dan hukum-
hukum yang ada dalam agama Islam agar para santri mengerti dan faham
tentang ajaran dan hukum agama Islam secara menyeluruh. Sehingga
ketika para calon Da’i ini terjun di masyarakat kelak mereka sudah
memiliki syarat dan pengetahuan yang luas tentang Islam. Penulis
mewawancarai seorang Ustadz bernama Nasrudin pada tanggal 16 april
jam 20.30, beliau mengatakan bahwa dengan bekal kitab kuning atau salaf
4 . Hasil Wawancara Penulis dengan Ujer Tirmidzi (Ketua OSDA) pada tanggal 16 April
2011
60
yang di pelajari oleh para santri dapat menjadikan mereka orang yang
mengerti agama dan bisa menjadi sebaik-baiknya umat.5
4. Mempelajari ilmu tafsir hadis.
Dalam hal ini para santri mengetahui bagaimana cara memahami
atau pun menjelaskan hadis-hadis dan tafsir Qur’an, agar dalam
penyampaian tafsir dan hadis yang di bacakan dapat dipahami oleh para
mad’u yang mendengarnya, di samping itu juga agar para santri tidak salah
mengartikan maksud arti dari tafsir dan hadis tersebut.
Dari keempat strategi tersebut maka Pondok Pesantren Daarul Hikmah
dapat mencapai tujuan dari pengkaderan Da’i tersebut, di samping itu juga
mewujudkan keberhasilan strategi yang dilakukan oleh Pondok Pesantren
Daarul Hikmah melakukan pendekatan kepada para santri yang memiliki
bakat dalam ceramah atau pun berpidato. Dan dalam rangka mencapai tujuan
dari pengkaderan dai yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Daarul Hikmah
dalam menghadapi para santri maka Pondok Pesantren Daarul Hikmah
mengadakan pendekatan yang lebih terhadap para calon dai, yakni dengan
penambahaan materi yang berguna bagi para dai ketika terjun ke masyarakat.
Yakni seperti penambahan materi seperti bahasa arab, bahasa ingris, ilmu fiqh
atau hukum islam dan lain-lain.
Sebagaimana penulis pahami bahwa Pondok Pesantren merupakan
bentuk lain dari organisasi keislaman yang merupakan basis Islam terbesar di
Indonesia, maka konsekuwensinya adalah pengelolaan organisasi dengan
5 . Hasil Wawancara pada Tanggal 16 April 2011
61
keberanekaragaman permasalahan yang harus diatasi. Dengan besar dan
luasnya area yang harus dijangkau maka stategi akan semakin rumit karena
harus memperhatikan berbagai aspek yang luas pula.
Dalam tahap ini Pondok Pesantren Daarul Hikmah setidaknya
melakukan pekerjaan analisa terhadap lingkunagn internal maupun ekternal
dan kemudian merumuskannya ke dalam suatu keputusan-keputusan stategis.
Adapun proses analisis yang dilakukan Pondok Pesantren Daarul Hikmah
meliputi identifikasi lingkungan didalam berupa kekuatan (strengts)
kelemahan (weaknesses) dan di luar Pondok Pesantren Daarul Hikmah peluang
(oportunities) dan ancaman (threats) yang dikenal dengan analisis SWOT.
Menurut Drs. H. Hisyam Alie yang dikutip oleh Rafiudin dan Maman
Abdul Djaliel untuk mencapai stategi yang stategis harus memperhatikan hal-
hal sebagai berikut:6
Strengts (kekuatan), yakni memperhitungkan kekuatan yang dimilki
yang biasanya menyangkut manusia, dana, beberapa piranti yang dimilki.
Dalam menentukan strategi pengkadran dai pondok pesantren darul hikmah
ditunjang oleh kekuatan diantaranya:
1. Dukungan yang kuat dari pimpinan pondok pesantren darul hikmah dan
sumber daya manusia yang baik, yang disediakan oleh pimpinan pesantren
dan jajarannya.
6 Rafiudin dan Mamman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2001), Cet. Ke-2, hal. 76
62
2. Perhatian dari para pengurus, yakni dengan berusaha memberi pendidikan
kepada para calon dai, melalui pengkaderan, pelayanan, pendidikan dan
metode berpidato yang baik, pada saat pelatihan atau pengkaderan da’i.
3. Banyaknya antusias para santri dan pengasuh pondok pesantren darul
hikmah yang mendukung jalannya kegiatan yang dilakukan oleh Pondok
Pesantren.
4. Kreatifitas dan istiqomah dari para pengurus yang telah bertanggung jawab
dalam kegiuatan pengkaderan Da’i yang dilakukan oleh Pondok Pesantren
Daarul Hikmah.
5. Kemampuan para pengasuh Pondok Pesantren dalam merancang program
kerja dan kegiatan Pondok Pesantren Daarul Hikmah.
6. Hubungan kuat yang terjaring oleh setiap alumni-alumni Pondok Pesantren
Gontor lainnya.
Weakness (kelemahan) yakni memeperhitungkan kelemahan-
kelemahan yang dimilikinya, yang menyangkut aspek-aspek yang dimiliki
sebagai kekuatan. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan terhadap kegiatan
yang dilakukan setiap minggunya, dalam menentukan strategi pengkaderan
Da’i di Pondok Pesantren Daarul Hikmah di hadapkan pada :
1. Belum adanya pengawasan yang optimal dari pengasuh Pondok Pesantren
Daarul Hikmah.
63
2. Belum adanya ketegasan baik dari pengasuh dan pengurus Pondok
Pesantren dalam menegakkan disiplin.7
Opportunity (peluang) seberapa besar peluang yang mungkin tersedia
di luar, hingga peluang yang sangat kecil dapat di terobos. Peluang atau
kesempatan yang dapat diraih oleh Pondok Pesantren Daarul Hikmah dalam
pelaksanaan kegiatan Pondok Pesantren dalam strategi pengkaderan Da’i di
dukung dengan :
1) Adanya dukungan dan kepercayaan dari masyarakat lingkungan Pondok
Pesantren Daarul Hikmah khususnya dan masyarakat luar umumnya.
2) Hubungan yang baik dengan Pondok Pesantren lainnya.
3) Kebutuhan masyarakat kepada para Da’i dalam mengisi acara kerohanian
agama sebagai penyejuk kalbu.
4) Semangat para santri untuk menjadi seorang Da’i profesional.
Threats (Ancaman), yakni memperhitungkan kemungkinan adanya
ancaman dari dalam maupun luar. Pondok Pesantren Daarul Hikmah dalam
perjalanan dakwahnya bukan berarti tidak pernah mendapatkan ancaman atau
hambatan dalam strategi pengkaderan Da’i dihadapkan pada:
1) Dalam pelaksanaan atau berjalannya pengkaderan Da’i, para santri tidak
semuanya mengikuti kegiatan tersebut dikarenaka sakit,izin pulang, piket
jaga kamar.
2) Belum terbiasanya santri baru mengikuti kegiatan atau pengkaderan Dai
sehingga mereka takut untuk mengikiti Muhadoroh.
7 Hasil Analisis Penulis dalam kegiatan Muhadhoroh di Pondok Pesantren Daarul Hikmah pada
tanggal 9 April 2011
64
Dari hasil analisis SWOT tersebut maka Pondok Pesantren Daarul
Hikmah mengetahui tentang kekuatan, kelemahan, peluaang dan ancaman
yang ada, sehingga Pondok Pesantren Daarul Hikmah dapat mengatasi setiap
kelemahan dan ancaman baik dari luar atau pun dari dalam Pesantren Daarul
Hikmah.
B. Implementasi Strategi Pengkaderan Da’i Pondok Pesantren Daarul
Hikmah.
Penerapan strategi pengkaderan Da’i dalam mewujudkan strategi
dibutuhkan langkah-langkah yang baik, yakni dengan Pondok Pesantren
Daarul Hikmah melakukan proses Pengkaderan Da’i dengan berjenjang yang
merupakan pembekalan terhadap para calon Da’i di masa depan nanti atau
guna mewujudkan tujuan dan cita-cita dari pengkaderan Da’i tersebut.
Tujuannya adalah untuk membentuk karakter seorang Da’i yang handal
dan untuk mengembangkan proses berfikir para santri. Pengkaderan Da’i
dalam mencapai tujuannya mengandung empat proses penting, pertama need
aasessment kader di tempat masing-masing, kedua sosialisasi dan rekruitment,
ketiga, proses pelatihan, keempat, follow up. 8 Masing-masing proses memiliki
tahapan dan mekanismenya sendiri-sendiri yang disesuaikan dengan
berdasarkan target, tujuan dan jenjang pengkaderan Da’i di Pondok Pesantren
Daarul Hikmah.
8 . Hasil Wawancara Penulis dengan Ustadz Jamal Fauzi (Wakasek Kesiswaan) Pondok
Pesantren Daarul Hikmah pada Tanggal 16 April 2011
65
Pengkaderan Da’i adalah proses awal atau dasar dari pengkaderan Da’i
menuju jenjang lebih lanjut, pengkaderan Da’i menekankan pada dua aspek
proses yaitu pertama pemahaman dan pengamalan Islam secara rill dan kedua
adalah pengenalan diri.9 Maksud dari pemahaman dan pengamalam Islam
secara rill yaitu belajar memahami dan mengamalkan Islam dengan kehidupan
sehari-hari, mulai dari memahami ayat-ayat Al-Quran, ibadah, sampai dengan
memperaktekan dan mengamalkannya di depan masyarakat atau para mad’u
umum. Dan ada pun yang di maksud dengan pengenalan diri adalah
mempelajari dan mengenali akan pribadi Masing-masing melalui pengetahuan
tentang hati suci sehingga muncul kesadaran yang tinggi terhadap potensi dan
penghargaan diri sendiri, orang lain dan masyarakat umum. Tujuan dari
pengkaderan dai ini adalah proses membentuk karakter kader (character
bulding) yaitu sidiq, amanah, tabligh, fathonah sebagai upaya penanaman
nilai-nilai dasar pergerakan dan perjuangan ikatan sebagaimana tujuan dari
Pondok Pesantren Daarul Hikmah atas pengkaderan Da’i tersebut.
Dan dalam pelaksanaan proses pengkaderan Pondok Pesantren terbagi
dalam beberapa bagian, yakni pengkaderan formal dan non formal.10
Dalam
pengkaderan formal biasanya diikuti oleh santri yang menetap dalam Pondok
Pesantren Daarul Hikmah, dan Pondok Pesantren membagi pengkaderan ini
menjadi beberapa bagian yakni perkenalan muhadhoroh (latiahan berpidato),
proses berpidato, dan pelatihan mental. Perkenalan muhadhoroh yakni agar
9 . Hasil Wawancara Penulis dengan Ustadz Nasrudin (Pengajar) Pondok Pesantren
Daarul Hikmah pada Tanggal 16 April 2011 10
. Hasil Wawancara Penulis dengan Ustadz Nasrudin (Pengajar) Pondok Pesantren
Daarul Hikmah pada Tanggal 16 April 2011
66
para santri baru mengetahui apa muhadhoroh itu dan bagaimana cara
aplikasinya, oleh sebab itu tujuan dari perkenalan muhadhoroh ini tertuju pada
anak baru atau pun para santri yang baru memasuki Pondok Pesantren Daarul
Hikmah.
Selanjutnya proses berpidato, yang mana pada proses ini para santri
benar-benar di didik untuk menjadi penceramah yang handal, dan dapat
mengatur pembicaraan yang ia akan sampaikan. Dan dalam ini pun para santri
dibekali ilmu yang bermanfaat baik dalam berpidato atau pun berguna di
dalam masyarakat kelak.
Pelatihan mental yakni para santri selalu diikuti lomba baik tingkat
pesantren atau pun tingkat JABODETABEK, agar pada saat mereka terjun ke
dalam masyarakat ataupun menghadapi masyarakat banyak, para santri tidak
lagi gerogi, dan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik yakni berceramah
dan menyampaikan inti dari pesan dalam berpidato tersebut.11
Pengkaderan Da’i yang non formal adalah pengkaderan yang dilakukan
hanya dalam kelas saja dan diikuti oleh para santri baik yang menetap atau
pun yang pulang pergi, dan pengkaderan Da’i non formal dilakukan hanya
penyampaian materi di dalam kelas saja, seperti penyampaian atau
pembelajaran tentang tafsir hadist, fiqh islam, kitab kuning dan lain-lainnya
dan semua ilmu tersebut pada dasarnya adalah materi dalam penyampaian
dasar dalam berpidato sehingga dalam penyampaian pidato didepan
11
. Hasil Wawancara Penulis dengan Ustadz Jamal Fauzi (Wakasek Kesiswaan) Pondok
Pesantren Daarul Hikmah) pada Tanggal 16 April 2011
67
masyarakat tidak menyempit tapi dapat menjelaskannya tentang ilmu lainnya
juga.
Tujuan umum dari pengkaderan Da’i di Pondok Pesantren Daarul
Hikmah adalah proses perumusan pemikiran para calon dai akan permasalahan
yang timbul di masyarakat atau suatu topik pembicaraan yang akan
disampaikan serta membangun strategi dengan gerakan Da’i nasional atau pun
setara internasional dalam rangka mendukung penyebaran agama Islam di
seluruh negara.
Tujuan khusus dari pengkaderan Da’i ini adalah : pertama terjadinya
proses kesadaran berdakwah dengan lisan serta merumuskan pemikiran
keislaman yang berhubungan dengan dakwah Islam sebagai tradisi dari jaman
rosul, kedua terjadinya proses kesadaran kritis dalam membaca dan memahami
realitas kehidupan sebagai wahana untuk merumuskan gerakan dakwah dalam
kaca internasional. 12
12
. Hasil Wawancara Penulis dengan KH. Afif Afify (Pimpinan Pondok Pesantren Daarul
Hikmah) pada tanggal 20 Maret 2011
74
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis, yang berhubungan dengan
Strategi Pengkaderan Da’i Pondok Pesantren Daarul Hikmah Desa Pekayon
Kecamatan Sukadiri Tangerang, maka penulis dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Langkah-langkah strategi yang dilakukan Pondok Pesantren Daarul
Hikmah dalam pengkaderan da’i yakni:
a. Menentukan program Pondok Pesantren Daarul Hikmah, yang mana
menentukan program adalah salah satu langkah dalam meningkatkan
bakat para santri di bidang masing-masing keterampilannya, seperti
halnya dalam muhadhoroh, disini para santri yang berbakat berpidato
dapat menyalurkan bakatnya dengan mengikuti program pelatihan
atau pengkaderan da’i di Pondok Pesantren Daarul Hikmah.
b. Membuat jadwal kegiatan atas program, selanjutnya langkah strategi
Pondok Pesantren Daarul Hikmah adalah menentukan atau membuat
jadwal jadwal, hal ini dilakukan agar dalam pelaksanaan kegiatan
yang di adakan Pondok Pesantren Daarul Hikmah tidak bertabrakan
atau berbarengan antara kegiatan yang satu dengan yang lainnya,
disamping itu penjadwalan di buat agar pelatihan atau kegiatan dapat
berjalan baik dan tertib.
75
c. Menentukan pembimbing dalam mengawasi program-program.
Menentukan pembimbing dalam mengawasi program-program hal ini
dilakukan agar dalam pelaksanaan program-program tersebut dapat
terkontrol atau berjalan dengan apa yang diharapkan, dan dapat
bimbingan yang benar dari para pembina baik masukan atau pun
evaluasi terhadap jalannya kegiatan program tersebut.
2. Implementasi strategi pondok pesantren Daarul Hikmah dalam
Pengkaderan Da’i untuk mencapai tujuannya mengandung empat proses
penting yaitu:
a. Need assessment kader di tempat masing-masing,
b. Sosialisasi dan rekruitment,
c. Proses pelatihan,
d. Follow up.
Dari keempat poin diatas pengimplementasian strategi di Pondok Pesantren
Daarul Hikmah berjalan dengan baik. Hingga tujuan umum dari pengkaderan
da’i tersebut tercapai baik dalam hal teori ataupun praktek di depan masyarakat
umum.
B. Saran
1. Seharusnya disiplin dalam Pondok Pesantren Daarul Hikmah lebih di
tingkatkan lagi, baik dalam hal peraturan atau pun dalam pendidikan
khususnya dalam hal muhadoroh atau berpidato.
76
2. Pembimbing lebih memperhatikan tugasnya dengan baik dan penuh
dengan rasa tanggung jawab guna mencapai tujuan yang diinginkan.
3. Para santri harus lebih meningkatkan lagi kreatifitas dalam
bermuhadhoroh karena muhadhoroh adalah salah satu sarana untuk
mengasah kemampuan dalam berceramah atau berpidato.
4. Para asatidz atau pengasuh Pondok Pesantren Daarul Hikmah lebih
memperhatikan lagi dalam pengawasan para santri di setiap disiplin yang
ada khususnya ketika bermuhadhoroh.
77
77
DAFTAR PUSTAKA
Abda Muhaemin Slamet, Prinsip-prinsip Metodologi dan Dakwah, (Surabaya:
Usaha Nasional, 1994)
Amin M. Tatang, Pokok-pokok Tori System, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2001)
Amirullah dan Cantika Budi Sri, Manajemen Statejik, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2002)
Ar-Rafi’i Musthofa, Potret Juru Dakwah. (Jakarta : pustaka Al-kawsar,2002)
Aziz Ali M., Ilmu Dakwah,(Jakarta: Prenada Media, 2004)
Bahry Zainal, Kamus Umum : Khususnya Bidang Hukum dan Politik, (Bandung:
Angkasa, 1996)
Fathoni Abdurahman, Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia,
(Jakarta: Rieneka Cipta 2006)
Hasanudin A, Retorika Dakwah dan Publistik dalam Kepemimpinan, (Surabaya:
Usaha Nasional, 1982)
Hidayati Nurul, Metodologi Penelitian Dakwah, (Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN Jakarta, 2006)
Kusnadi, Pengantar Manajemen Strategi, (Malang: Universitas Brawijaya, 2001)
Manulang M., Dasar-dasar Manajemen, (Yogyakarta: Gajah Mada University,
2004)
Mleong J. Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya 2000)
Muamar Akhsin, Makalah Manajemen Dakwah Pelatihan Dakwah, Mengelola
Pelatihan Partisipatif, (Jakarta: MD VII, 2006)
Nasution Mulia, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Djambatan,1996)
Nawawi Hadari, Manajemen Statejik Organisasi non Profit Bidang Pemerintahan
dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan, (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 2000)
Negara Mangku Prabu Anwar, Manajemen sumber Daya Manusia Perusahaan,
(Bandung: Rosda Karya, 2000)
78
Notatmojo Soekidjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT.
Rieneke Cipta, 2004)
PP. Ikatan Remaja Muhammadiyah, Sistem Pengkaderan Ikatan Remaja
Muhammadiyah, (Yogyakarta: PP. IRM, 2004)
Purnomo Hari Setiawan dan Zulkiflimansyah, Manajemen Strategi Sebuah
Konsep Pengantar, (Jakarta: LPFE UI, 1999)
Qardhawi Yusuf, Membumikan Syariat Islam: keluwesan Aturan Ilahi Untuk
Manusia, (Bandung: Mizan Pustaka, 2003)
Rafi’udin, Djaliel Abdul Maman, Prinsip dan Strategi Dakwah
(Bandung: Pustaka Setia, 2001)
Rahmat Jalaludin, Metode Penelitian Komunikasi dilebfkapi Contoh Analisis
Statistik. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002)
Rambe Nawawi Drs. H., Sejarah Dakwah Islam, (Jakarta: Wijaya, 1985)
Siagian P. Sondang, Teory Pengembangan Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara,
2002)
Siagian P. Sondang, Analisys serta Perumusan Kebijaksanaan dan Strategi
Organisasi, (Jakarta: PT. Gunung Agung,1986)
Shihab Quraish M., Membumukan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1994)
Somad Abdul Idris, Diktat Ilmu Dakwah, (depok: T.pn, 2004)
Steinner George dan Minner John, Manajemen Stratejik, (Jakarta: Erlangga, 2002)
Usman Husaini dan Akbar Setiady Purnomo, Metodologi Penelitian Sosial
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003)
Wahyudi Sri Agustinus, Manajemen Stratejik Pengantar Berfikir Statejik,
(Jakarta: Binarupa Aksara, 1996)
Ya’qub Hamzah, pulisistik islam,(Bandung: cv, diponorogo, 1981)
Yogaswara Angga, Aplikasi Prencanaan dan Pengorganisaian Partai Keadilan
Sejahtera, (Jakarta: Skripsi, MD, 2003)
Yusanto Ismail M. dan Widjajakusuma Karebet M., Manajemen Stategis
Perspektif Syariah, (Jakarta: Khairul Bayan, 2003)
Zaidallah Imam Alwisral dan Bandaro Khatib Khaidir, Strategi Dakwah Dalam
Membentuk Da’i dan Khotib Profesional, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002)
HASIL WAWANCARA
Pewawancara : Sisworo Dwi Hendarsyah
Nama : Jamal Fauzi, S. Pd
Jabatan : Wakasek dan Ustadz Pondok Pesantren Daarul Hikmah
Tempat : Pondok Pesantren Daarul Hikmah
Hari dan tanggal : 12 Maret 2011 s/d 7 Mei 2011
1. Kapan pondok pesantren darul hikmah berdiri ?
JAWAB : eeee..pondok pesantren darul hikmah berdiri pada tahun 1997 Pondok ini
didirikan oleh alumni Pondok Pesantren Gontor, KH Afif El-Afify karena kondisi
masyarakat saat itu yang minim pendidikan.
2. Bagaimana sejarah berdiri pondok pesantren daarul hikmah?
JAWAB : Awal sejarah berdirinya pondok pesantren darul hikmahya pondok ini diikuti
sebanyak sekitar 80 santri. namun, setelah 10 tahun berdiri, pondok ini telah diikuti 680
santri dan eee.. sebelumnya pondok pesantren ini bernama Yayasan Wakaf Bina Ummat
yang berdiri ditahun yang sama merupakan wadah dari lembaga pendidikan Pondok
Pesantren Modern Daarul Hikmah sekaligus memayungi lembaga pendidikan MTs
Daarul Hikmah yang diprakarsai oleh KH. Afif Afify. Beliau adalah pimpinan Yayasan
Wakaf Bina Umat.
3. Apa visi dan misi didirikannya pondok pesantren daarul hikmah ?
JAWAB : eee,,, itu bisa ente lihat di dokumentasi pondok pesantren daarul hikmah,
(sambil mengambil dokumentasi tersebut) dan di kalender pun ente bisa lihat.
4. Apa program pondok pesantren daarul hikmah?
JAWAB : kalau masalah program daarul hikmah sebenernya banyak ya, seperti...
muhadoroh, pemberian kosa kata setiap pagi, pergantian pengurus setiap tahunnya atau
ente bisa lihat juga di brosur atau buku pedoman pondok pesantren ini ( sambil memberi
brosur dan buku pedoman tersebut).
5. Bagaimana struktur organisasi pondok pesantren daarul hikmah?
JAWAB : sruktur organisasi pondok pesantren daarul hikmah, eeemm... pondok ini
dipimpin oleh kh afif afifi, atau ente bisa lihat jiga di buku npedoman pesantren ini yang
tadi saya kasih, disitu ada (sambil memberi tahu buku pedoman pesantren)
6. Apa saja langkah-langkah strategi pengkaderan dai di pondok pesantren daarul
hikmah ?
JAWAB : langkah yang di tempuh pondok pesantren daarul hikmah adalah dengan,
muhadhoroh, kuliah 7 menit pada malam minggu, pengajian kitab-kitab salafi pada sore
hari dan menyelipkan pelajaran tafsir yang langsung diajarkan oleh beliau pada kegiatan
belajar mengajar (KBM) pada pagi hari. Tentunya sebelum yang tadi berjalan ada
langkah-langkah awal dalam pelaksanaan program yang ada. Yaa klo ente membahas dan
membicarakan pengkaderan, tentunya ada langkah-langkah pengkaderan tersebut dong,,,
diantaranya menentukan program pesantren, membuat jadwal kegiatan tersebut, dan
menetukan pembimbing untuk mengawasi jalannya kegiatan yang ada.
7. Bagaimana strategi pondok pesantren daarul hikmah dalam pengkaderan dai ?
JAWAB : strategi Pondok Pesantren Daarul Hikmah dalam pengkaderan Da’i adalah
Muhadhoroh (latihan berpidato 3 bahasa), Mendengarkan dan memperhatikan Da’i yang
sudah berpengalaman dalam berpidato, Pengajian Kitab-kitab Kuning atau Salafi,
Mempelajari ilmu Tafsir-Hadist, Membaca ilmu agama dan ilmu-ilmu lainnya.
8. Bagaimana implementasi program-program pondok pesantren daarul hikmah?
JAWAB : kalau masalah program yaaa biasanya di atur oleh pembimbing para santri
yang sudah di tugaskan dari pondok, misalnya dalam program muhadoroh, disitu
dibimbing langsung oleh para ustadz yang bersangkutan untuk menjalankan program itu.
9. Materi apa saja yang di berikan dalam menciptakan dai di pondok psantren daarul
hikmah?
JAWAB : materi yang diberikan diantaranya,, eeemm seperti fiqh sunnah, ushul fiqh,
tafsir jalalaein, bhulugul marom, durrotun nashihin, ta’limul ta’lim, disamping itu ada
juga materi keagamaan yang disampaikan serta disiplin berbahasa arab dan inggris. Agar
para santri dapat memahami materi-materi tafsir atau pun materi yang berbahasa arab lain
dengan mudah.
10. Apa tujuan dari pengkaderan dai di pondok pesantren daarul hikmah?
JAWAB : tujuannya adalah menciptakan generasi yang paripurna, tetap mejaga nilai-nilai
keislaman yang sesuai dengan syariah, tapi tidak melupakan nilai universal. Jadi ketika
para santri udah pada lulus atau liburan pesantren, mereka dapat menjadi panutan dan
pemberi peringatan dilingkungannya. Di sisi lain kami pun ingin menciptakan kader dai
yang handal.
11. Da’i yang seperti apakah yang anda harapkan dalam pengkaderan dai ini?
JAWAB: yaa pastinya dai yang tahu dan mengerti tentang agama secara mendalam.
Tidak hanya berbicara saja namun bisa mempraktekannya dalam keseharian mereka.
Yang jelas mereka harus tawadhu, kita ambil contoh layaknya padi semakin berisi maka
dia semakin menunduk.
12. Fasilitas apa saja yang dibutuhkan pondok pesantren daarul hikmah dalam
pengkaderan dai?
JAWAB : sebenernya kalau masalah fasilitas yang di butuhkan dalam pengkaderan dai itu
banyak ya, seperti soundsistem, mimbar, karpet, dan lain sebagainya, namun di pondok
pesantren ini kita dapat menggunakan fasilitas yang sudah ada seperti ruang kelas dan
meja sebagai mimbarnya.
13. Apa faktor pendukung program ini?
JAWAB : antusias dari para santri yang ingin menjadi da’i yang handal kemudian
semangat mereka yang saya kira masih menggebu dan terobsesi untuk menjadi
orang/da’i yang populer.
14. Apa faktor penghambat program ini ?
JAWAB : rasa malas yang dialami santri dikarenakan kegiatan ini diadakan pada malam
hari sehingga para santri merasakan ngantuk, kemudian mereka pun masih merasa gerogi
dan gugup pada awal mengikuti muhadhoroh (pengkaderan da’i). Padahal disini kita
membina mental mereka agar siap menghadapi masyarakat di luar sana ketika
berceramah/berpidato.
Sukadiri, 07 Mei 2011
Yang Mewawancarai Yang Diwawancarai
Sisworo Dwi Hendarsyah Jamal Fauzi, S. Pd
Penulis bersama seorang pengasuh Ponpes Daarul Hikmah
Aktifitas santri saat bermuhadhoroh
Santri setelah mendapat arahan dari Pengasuh Pondok
Santri sedang mendengarkan arahan dari Pengasuh Pondok