STUDI DAMPAK REKLAMASI DI KAWASAN KENJERAN … · dirasakan oleh nelayan laut dangkal hilangnya...

12
STUDI DAMPAK REKLAMASI DI KAWASAN KENJERAN DENGAN PENEKANAN PADA POLA ARUS DAN TRANSPOR SEDIMEN Achmadi BAMBANG *1 , Kriyo SAMBODHO 2 ,SUNTOYO 3 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Kelautan FTK-ITS 2 Dosen Jurusan Teknik Kelautan FTK-ITS *E-mail: [email protected] ABSTRAK Kawasan reklamasi pantai merupakan kawasan hasil perluasan daerah pesisir pantai melalui rekayasa teknis untuk pengembangan kawasan baru. Di Surabaya akan direncanakan reklamasi pantai yang lokasinya terletak pada zona III Wilayah Laut Surabaya dari ujung timur laut sampai timur yang berada pada wilayah Kecamatan Bulak sampai Kecamatan Kenjeran dengan luas ± 320 ha. Tugas akhir ini meneliti tentang perubahan pola arus yang terjadi di kawasan Kenjeran akibat adanya reklamasi dengan parameter kecepatan arus yang terjadi pada tiap titik tinjauan dan tiap alternatif desain reklamasi yang dimodelkan dengan Mike 21. Pola arus dan transpor sedimen yang terjadi di kawasan Kenjeran mengalami perubahan. Besarnya sedimen pada kondisi eksisting yaitu -627.33 m 3 . Selisih volume sedimentasi sebelum dan sesudah dilakukannya reklamasi di Kenjeran dibagi dalam beberapa alternatif desain, untuk alternatif desain 1 didapatkan selisih - 73.97 m 3 , untuk alternatif 2 didapatkan -14.11 m 3 , untuk alternatif 3 didapatkan -45.43 m 3 . Walaupun sedimentasi bernilai negatif atau dengan kata lain terjadi erosi, namun angka yang terjadi tidak signifikan. Kata Kunci : reklamasi, pola arus, sedimentasi 1. Pendahuluan Wilayah pantai merupakan daerah yang sangat intensif dimanfaatkan untuk kegiatan manusia, seperti sebagai kawasan pusat pemerintahan, pemukiman, industry, pelabuhan, pertambakan, pertanian/perikanan,pariwisata dan sebagainya. Adanya berbagai kegiatan tersebut dapat menimbulkan peningkatan kebutuhan akan lahan, prasarana dan sebagainya, yang selanjutnya akan mengakibatkan timbulnya masalah-masalah baru seperti erosi dan sedimentasi Kota Surabaya merupakan kota yang sangat potensial dengan segala kelebihannya, baik secara ekonomi maupun kepariwisataan. Tingkat pertumbuhan penduduk Surabaya sebesar 1,2 % setahun, sehingga dibutuhkanlah lahan baru yang digunakan untuk hunian dan pengembangan pariwisata jangka panjang. Oleh sebab itu direncanakanlah reklamasi di wilayah Kecamatan Bulak dan Tambak Wedi seluah kira-kira 320 hektar. Gambar 1. Lokasi rrencana reklamasi. Dengan munculnya rencana reklamasi ini maka terdapat beberapa pertanyaan yang perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, yaitu: -Bagaimanakah pola arus dan transpor sedimen yang terjadi di kawasan Kenjeran setelah adanya reklamasi? -Berapakah selisih volume sedimentasi sebelum dan sesudah dilakukannya reklamasi di Kenjeran? Tulisan ini membahas tentang pola arus dan penjalaran material sedimen setelah direklamasi yang berpotensi mengakibatkan erosi di luar kawasan reklamasi pantai dengan bantuan software Mike Selat Madura

Transcript of STUDI DAMPAK REKLAMASI DI KAWASAN KENJERAN … · dirasakan oleh nelayan laut dangkal hilangnya...

STUDI DAMPAK REKLAMASI DI KAWASAN KENJERAN DENGAN PENEKANAN PADA POLA ARUS DAN TRANSPOR SEDIMEN

Achmadi BAMBANG*1, Kriyo SAMBODHO2,SUNTOYO3

1Mahasiswa Jurusan Teknik Kelautan FTK-ITS

2Dosen Jurusan Teknik Kelautan FTK-ITS *E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Kawasan reklamasi pantai merupakan kawasan hasil perluasan daerah pesisir pantai melalui rekayasa teknis untuk pengembangan kawasan baru. Di Surabaya akan direncanakan reklamasi pantai yang lokasinya terletak pada zona III Wilayah Laut Surabaya dari ujung timur laut sampai timur yang berada pada wilayah Kecamatan Bulak sampai Kecamatan Kenjeran dengan luas ± 320 ha. Tugas akhir ini meneliti tentang perubahan pola arus yang terjadi di kawasan Kenjeran akibat adanya reklamasi dengan parameter kecepatan arus yang terjadi pada tiap titik tinjauan dan tiap alternatif desain reklamasi yang dimodelkan dengan Mike 21. Pola arus dan transpor sedimen yang terjadi di kawasan Kenjeran mengalami perubahan. Besarnya sedimen pada kondisi eksisting yaitu -627.33 m3. Selisih volume sedimentasi sebelum dan sesudah dilakukannya reklamasi di Kenjeran dibagi dalam beberapa alternatif desain, untuk alternatif desain 1 didapatkan selisih -73.97 m3, untuk alternatif 2 didapatkan -14.11 m3, untuk alternatif 3 didapatkan -45.43 m3. Walaupun sedimentasi bernilai negatif atau dengan kata lain terjadi erosi, namun angka yang terjadi tidak signifikan. Kata Kunci : reklamasi, pola arus, sedimentasi 1. Pendahuluan

Wilayah pantai merupakan daerah yang sangat intensif dimanfaatkan untuk kegiatan manusia, seperti sebagai kawasan pusat pemerintahan, pemukiman, industry, pelabuhan, pertambakan, pertanian/perikanan,pariwisata dan sebagainya. Adanya berbagai kegiatan tersebut dapat menimbulkan peningkatan kebutuhan akan lahan, prasarana dan sebagainya, yang selanjutnya akan mengakibatkan timbulnya masalah-masalah baru seperti erosi dan sedimentasi Kota Surabaya merupakan kota yang sangat potensial dengan segala kelebihannya, baik secara ekonomi maupun kepariwisataan. Tingkat pertumbuhan penduduk Surabaya sebesar 1,2 % setahun, sehingga dibutuhkanlah lahan baru yang digunakan untuk hunian dan pengembangan pariwisata jangka panjang. Oleh sebab itu direncanakanlah reklamasi di wilayah Kecamatan Bulak dan Tambak Wedi seluah kira-kira 320 hektar.

Gambar 1. Lokasi rrencana reklamasi.

Dengan munculnya rencana reklamasi ini maka terdapat beberapa pertanyaan yang perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, yaitu: -Bagaimanakah pola arus dan transpor sedimen yang terjadi di kawasan Kenjeran setelah adanya reklamasi? -Berapakah selisih volume sedimentasi sebelum dan sesudah dilakukannya reklamasi di Kenjeran? Tulisan ini membahas tentang pola arus dan penjalaran material sedimen setelah direklamasi yang berpotensi mengakibatkan erosi di luar kawasan reklamasi pantai dengan bantuan software Mike

Selat Madura

21 untuk pemodelan numerisnya. Untuk memfokuskan penelitian, maka perlu adanya batasan masalah, yaitu kawasan yang diteliti hanya di kawasan Kenjeran, data sekunder tahun 2010, peta bathimetri tahun 2010, reklamasi disimulasikan dengan MIKE 21 dan Surfer 9 dengan tigs desain alternatif yang masing-masing seluas kira-kira 320 hektar. 2. Tinjauan Pusataka dan Dasar Teori 2.1. Tinjauan Pustaka Dampak lingkungan dari proyek reklamasi pantai adalah meningkatkan potensi banjir. Hal itu dikarenakan proyek tersebut dapat mengubah bentang alam (geomorfologi) dan aliran air (hidrologi) di kawasan reklamasi tersebut. Perubahan itu antara lain berupa tingkat kelandaian, komposisi sedimen sungai, pola pasang surut, pola arus laut sepanjang pantai dan merusak kawasan tata air. Potensi banjir akibat proyek reklamasi itu akan semakin meningkat bila dikaitkan dengan adanya kenaikan muka air laut yang disebabkan oleh pemanasan global. Reklamasi pantai yang dilaksanakan pada awal tahun 1980-an dan berlangsung sampai sekarang di Teluk Lampung telah berdampak negatif langsung terhadap nelayan yang wilayah usahanya pada laut dangkal (Sukaraja) maupun nelayan di Dusun Cangkeng –Kotakarang. Dampak yang dirasakan oleh nelayan laut dangkal hilangnya beberapa jenis ikan tangkapan seperti rebun, teri, dan kerapan, semakin jauhnya wilayah tangkapan, terumbu karang tersedimentasi oleh lumpur, dan usaha menangkap ikan dengan bubu tidak dapat dilakukan lagi. Akibat dari hal tersebut menurunkan hasil tangkap nelayan yang akhirnya berdampak terhadap kesejahteraan nelayan. (Hamisi, 2010) 2.2. Dasar Teori 2.2.1 Reklamasi Pantai Definisi reklamasi pantai menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.40/PRT/M/2007 adalah kegiatan di tepi pantai yang dilakukan oleh orang dalam rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara pengurugan, pengeringan (polder), atau drainase. Metode urukan dilakukan dengan cara menguruk tanah timbunan berupa pasir yang diperoleh dari dasar laut dan darat atau berupa tanah lempung, material sisa pembakaran batu bara, limbah padat, dan lainnya. 2.2.2 Transpor Sedimen Sedimen, yang tersusun dari batuan, mineral, dan material organik, secara alamiah selalu ada dalam sungai, danau, estuary, dan air laut. Sedimen ini terbawa oleh aliran air dari satu tempat ke tempat yang lain sampai mengendap pada lokasi tertentu. Sedimen yang bercampur air dalam jumlah sedikit tidak membuat warna air berubah, sedangkan pada air yang mengandung banyak sedimen dapat berwarna coklat keruh. Sedimen yang terendap pada suatu daerah mempunyai beberapa manfaat bagi kehidupan, antara lain dapat digunakan sebagai bahan konstruksi, bahan coastal restoration dan sebagai tempat berkembang biak beberapa spesies air. Sedimen yang terlalu sedikit dapat menyebabkan kerusakan lingkungan, hal ini terjadi di pantai Lousiana yang setiap tahun tergerus karena transpor sedimen yang berasal dari sungai Missisipi terlalu sedikit. Terlalu banyaknya sedimen juga dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan dan kerugian ekonomis, hal ini dapat dicontohkan pada pelabuhan yang mengalami sedimentasi dapat mengakibatkan pendangkalan, kapal kesulitan keluar masuk kolam labuh, dan kapal harus mengurangi muatan agar tidak kandas (Mc.Anally, 2004) Sedimentasi dapat diartikan sebagai proses terangkutnya/terbawanya sedimen oleh suatu limpasan/aliran air yang diendapkan pada suatu tempat yang kecepatan airnya melambat atau terhenti seperti pada saluran sungai, waduk, danau maupun kawasan tepi teluk/laut (Arsyad, 1989).

Ada tiga faktor utama yang mengontrol sebaran sedimen di daerah pantai, yaitu sumber sedimen, tingkat energi gelombang dan kemiringan pantai. Sebaran sedimen sepanjang profil pantai dihasilkan oleh variasi tegak lurus pantai terhadap ukuran sedimen. Selain itu semuanya tergantung pada gerakan air dan karakteristik material pantai yang terangkut. Pada daerah pesisir pantai gerakan dari air dapat terjadi karena adanya kombinasi dari gelombang dan arus. Gelombang dan arus memiliki peranan yang sama besarnya dalam mengaduk dan memindahkan material ke tempat lain. Fenomena diatas juga bergantung pada karakteristik dari material dasar pantai dan pengaruh gelombang dan arus. Material dasar laut yang terangkut dapat berupa bed load seperti misalnya pasir serta melayang untuk jenis material pantai yang dapat tersuspensi berupa lumpur dan lempung. 3. Pemodelan Reklamasi Kenjeran 3.1 Simulasi Model Hidrodinamis dan Validasi Data – data yang digunakan adalah data pasut pada wilayah Surabaya dan Karangkleta Bulan Januari 2010 untuk keperluan validasi model selama 24 jam dan simulasi model selama 15 hari. Data pasang surut Karangkleta digunakan sebagai input boundary condition yang ditunjukkan oleh warna merah pada gambar dibawah dan data pasang surut wilayah Surabaya digunakan untuk input boundary condition yang ditunjukkan oleh warna hijau. Sedangkan warna biru adalah garis pantai yang digunakan sebagai garis pantai dari model variasi

Gambar 2 Boundary condition Kenjeran

Berikut adalah grafik pasang surut Karangkleta dan Surabaya yang digunakan sebagai input boundary condition.

Gambar 3 Pasang surut Karangkleta dan Surabaya Januari 2010

Setelah data sekunder didapat maka tahap selanjutnya yaitu pemodelan hidrodinamis. Sebelum data sekunder dimasukkan sebagai input MIKE 21 HD perlu dilakukannya koreksi elevasi karena setiap peramalan baik data pasang surut maupun bathimetri berada pada posisi di bawah MSL (Mean Sea Level). Sehingga untuk meminimalisir kesalahan harus dilakukannya koreksi elevasi tersebut. Untuk validasi pemodelan digunakan output MIKE 21 HD berupa kecepatan arus yang dibandingkan dengan data kecepatan arus dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) di Kenjeran. Tabel 4.1 berikut adalah perbandingan kecepatan arus output MIKE 21 HD dengan kecepatan arus BMKG:

Tabel 1 Perbandingan kecepatan arus MIKE 21 dan BMKG

Jam Kecepatan Arus

Jam Kecepatan Arus

MIKE 21 BMKG Faktor MIKE 21 BMKG Faktor 100 100

1 0.159211 0.001592 0.159211 13 0.20124 0.002012 0.20124 2 0.148871 0.001489 0.148871 14 0.169291 0.001693 0.169291 3 0.115891 0.001159 0.115891 15 0.006739 6.74E-05 0.006739 4 0.038938 0.000389 0.038938 16 0.149535 0.001495 0.149535 5 0.080764 0.000808 0.080764 17 0.207531 0.002075 0.207531 6 0.115305 0.001153 0.115305 18 0.207039 0.00207 0.207039 7 0.034344 0.000343 0.034344 19 0.198672 0.001987 0.198672

8 0.067999 0.00068 0.067999 20 0.206572 0.002066 0.206572 9 0.154836 0.001548 0.154836 21 0.13922 0.001392 0.13922 10 0.208336 0.002083 0.208336 22 0.083155 0.000832 0.083155 11 0.25526 0.002553 0.25526 23 0.06697 0.00067 0.06697 12 0.264344 0.002643 0.264344 24 0.099727 0.000997 0.099727

Grafik perbandingan dari tabel perbandingan hasil simulasi dengan data BMKG diatas adalah seperti grafik 4.3 dibawah ini :

Gambar 4 Perbandingan kecepatan arus MIKE 21 dan BMKG

Dari tabel dan grafik di atas bisa kita ketahui bahwa kecepatan arus output MIKE 21 bernilai 100 kali lebih besar dari pengukuran BMKG, maka perlu dilakukan pemfaktoran agar mendapatkan hasil yang valid. Arus pengukuran BMKG bernilai 1/100 dari output MIKE 21, sehingga hasil sedimentasi yang terjadi di lapangan adalah nilai output MIKE 21 dikalikan dengan 1/100. Output MIKE 21 ini didapat dari input angka Manning sebesar 20 m1/3/s dan konstanta Smagorinsky sebesar 0.28

Selain cara diatas, validasi juga dapat dilakukan dengan menyesuaikan hasil perbandingan besar pasang surut yang terjadi antara Karangkleta dan Surabaya Pelabuhan, dimana dari perbedaan besar pasang surut akan menentukan arah arus yang terjadi. Arus akan mengalir dari pasang surut tinggi menuju pasang surut rendah. Data pasang surut yang digunakan yaitu pada tanggal 15 Januari 2010 dimana terjadi 3 kali pasang dan 2 kali surut. Berikut grafik perbandingan tersebut:

Gambar 5 Perbandingan Pasang Surut Karangkleta dan Surabaya

Model numeris yang dilakukan dengan bantuan MIKE 21 dapat dikatakan valid jika arah aliran menunjukkan seperti keadaan sesungguhnya. Untuk membuktikannya, dilakukan validasi pada beberapa waktu yang ditunjukkan pada gambar 6 berikut:

Gambar 6 Waktu Pengamatan untuk Validasi Model Tanggal 15 Januari 2010

Waktu-waktu yang diamati untuk validasi antara lain:

1. Pukul 06.00 (Garis kuning menunjukkan pada saat terjadi surut maksimum) 2. Pukul 08.00 (Garis hijau menunjukkan keadaan menuju pasang) 3. Pukul 12.00 (Garis ungu menandakan pasang) 4. Pukul 15.00 (Garis merah menandakan keadaan menuju surut)

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Kece

pata

n A

rus

(m/s

)

Jam

Validasi Data

MIKE 21 BMKG

-2.00

-1.50

-1.00

-0.50

0.00

0.50

1.00

1.50

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

pasu

t (m

)

jam

Perbandingan Pasut Karangkleta Surabaya 15 Januari 2010

karangkleta Surabaya

-2.00

-1.50

-1.00

-0.50

0.00

0.50

1.00

1.50

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

5. Pukul 22.00 (Garis hitam menandakan keadaan akan pasang) Pada garis kuning terjadi saat pukul 06.00 atau pada time step ke 29, sedangkan garis hijau pukul 08.00 atau pada time step 31

Gambar 7 Cuplikan Simulasi pada time step 29 Gambar 8 Cuplikan Simulasi pada time step 31

Garis ungu atau keadaan pasang terjadi pada pukul 12.00 atau time step ke 35, dan pada pukul 15.00 atau time step 38

Gambar 9 Cuplikan Simulasi pada time step 35 Gambar 10 Cuplikan Simulasi pada time step 38

Gambar 11 Cuplikan Simulasi pada time step 45

Dari kelima hasil pemodelan, dapat dilihat dari gambar dan grafik perbandingan pasut bahwa arus bergerak dari nilai yang tinggi ke nilai yang rendah, dengan demikian bisa dikatakan bahwa pemodelan dengan MIKE 21 HD ini valid dan bisa dilanjutkan untuk pemodelan sedimentasi Kenjeran. 4. Simulasi Model Reklamasi Kenjeran 4.1 Analisa Pola Arus Setelah melakukan validasi dengan menggunakan kondisi eksisting kenjeran, maka dilakukan running lagi dengan menggunakan input besaran yang digunakan dalam validasi yang akan dijadikan juga input untuk rancangan alternatif model reklamasi. Alternatif model reklamasi tersebut antara lain:

-2.00

-1.50

-1.00

-0.50

0.00

0.50

1.00

1.50

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

16 17 18 19 20 21 22 23 24

-2.00

-1.50

-1.00

-0.50

0.00

0.50

1.00

1 2 3 4 5 6 7 8

• Alternatif 1, area reklamasi dengan luas ±320 ha yang terpisah dari kenjeran dan dihubungkan dengan jembatan yang tidak dimodelkan dalam MIKE21

• Alternatif 2, area reklamasi dengan luas ±320 ha yang menyatu dengan pantai kenjeran • Alternatif 3, hampir sama dengan alternatif 1 akan tetapi penghubung antara area

reklamasi dan kenjeran dimodelkan dalam MIKE 21 Alternatif model ini digunakan untuk mencari model manakah yang memiliki pola arus yang tidak terlalu berbeda dengan keadaan sesungguhnya di kenjeran dan memiliki sedimentasi terendah, sehingga dapat diaplikasikan kedepannya. Waktu simulasi untuk masing – masing model adalah selama 15 hari untuk mendapatkan data kecepatan arus pada titik yang ditinjau dan mendapatkan besar volume sedimen untuk masing – masing model. Asumsi data pasang surut yang digunakan sebagai tinjauan pasang dan surut dalam pemodelan Mike adalah pasang surut Karangkleta. Titik yang ditinjau untuk semua model seperti pada tabel di bawah ini:

Gambar 12 Lokasi Titik Tinjauan

Asumsi pola arus pada tiap-tiap titik dan model ini tidak divalidasi karena ketiadaan data pengamatan, sehingga keluaran pola arus ini beracuan pada perhitungan dalam MIKE 21 Hydrodinamic Module. Time step yang ditinjau pada kondisi 2 pasang tertinggi dan 2 surut terendah pada saat dilakukan simulasi model pada Mike 21 dengan berpedoman pada grafik perbandingan pasut antara Karangkleta dan Surabaya, didapatkanlah time step ke 29, 46, 340, dan 357.

Gambar 13 Perbandingan Pasang Surut saat Pemodelan

Setelah ditetapkan titik pengamatan dan time step untuk ditinjau dalam pemodelan, maka didapatkan hasil simulasi MIKE 21 untuk kecepatan arus di tiap titik pengamatan dan time step tinjauan. Berikut adalah hasil running pemodelan pada kondisi eksisting atau belum ada reklamasi pada time step 29, dan alternatif 1 pada time step 46:

-2.00

-1.50

-1.00

-0.50

0.00

0.50

1.00

1.50

14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

pasa

ng s

urut

(m)

Tanggal

Perbandingan Pasut Karangkleta dan Surabaya

karangkleta Surabaya

Titik Easting Northing

1 697359 9201787 2 696059 9202951 3 699533 9197770 4 699233 9198057

Tabel 2 Koordinat titik tinjauan

Gambar 14 Hasil running pemodelan kondisi eksisiting time step 29 dan hasil running pemodelan alternatif 1 time step 46 Pada alternatif 1 ini bisa dilihat arus di sekitar area reklamasi mengalami perubahan karena adanya area reklamasi itu sendiri. Pada alternatif 2, titik tinjauan hanya 3 karena titik 1 merupakan bagian reklamasi, berikut gambarnya:

Gambar 15 Hasil running pemodelan alternatif 2 time step 340 dan hasil running pemodelan alternatif 3 time step 357

Arus yang terjadi pada alternatif 2 seperti arus pada kondisi eksisting, akan tetapi arus berbelok melewati area reklamasi, pada time step ini arus sedang berbaur karena merupakan surut maksimum. Untuk alternatif 3, bisa dilihat bahwa arus yang berada di antara pantai dan area reklamasi sangatlah kecil, karena terhubungnya area reklamasi dengan pantai, sehingga arus sebagian besar melewati daerah terluar dari area reklamasi. Berikut adalah tabel kecepatan arus tiap time step yang ditinjau dari 4 titik pengamatan dalam kondisi eksisting dan alternatif pemodelan:

Tabel 3 Kecepatan Arus Tiap Kondisi

Kondisi Titik Kecepatan arus pada tiap time step (m/s)

29 46 340 357

Eksisting

1 0.094323 0.097766 0.057652 0.206038

2 0.007687 0.018966 0.005804 0.029573

3 0.01671 0.009866 0.00305 0.015069

4 0.008089 0.011774 0.002269 0.006216

Alternatif 1

1 0.183935 0.123831 0.091286 0.260471

2 0.004564 0.01596 0.005242 0.016252

3 0.016388 0.00718 0.002522 0.014009

4 0.010334 0.007449 0.000366 0.001249

Alternatif 2

1 0 0 0 0

2 0.006402 0.014869 0.001083 0.015795

3 0.019563 0.006867 0.002929 0.011756

4 0.013846 0.006738 0.00317 0.001907

Alternatif 3

1 0.005699 0.026706 0.000388 0.009237

2 0.005536 0.013033 0.000368 0.007118

3 0.014269 0.002816 0.003365 0.01172

4 0.010031 0.00542 0.001644 0.000638

Apabila data dalam tabel tersebut disajikan dalam bentuk grafik, maka akan terlihat perbedaan kecepatan arus yang memperlihatkan terjadi perubahan pola arus dari sebelum ada reklamasi dan ada reklamasi. Berikut adalah grafik-grafiknya:

Gambar 16 Kecepatan arus pada titik tinjauan 1

Dari grafik di atas dapat kita lihat bahwa kecepatan arus bervariasi sesuai dengan keadaannya, patokan yang digunakan yaitu garis eksisting yang merupakan keadaan sebelum ada reklamasi. Sebelum ada reklamasi kecepatan arus di step 29 sebesar 0.094 m/s, meningkat menjadi 0.184 m/s setelah adanya reklamasi dengan desain reklamasi alternatif 1. Pada alternatif 2 bernilai 0 karena titik tersebut merupakan bagian reklamasi alternatif 2, sedangkan yang menarik yaitu pada alternative 3, arus disana sangat rendah karena desainnya yang terdapat penghubung atau jembatan kecil antara area reklamasi dengan Kenjeran yang ikut dimodelkan sebagai area reklamasi.

Gambar 17 Kecepatan arus pada titik tinjauan 2

Dari grafik titik tinjau 2 ini dapat diamati bahwa kecepatan arus di kondisi eksisiting lebih besar karena tidak ada penghalang atau dalam keadaan normal. Sedangkan untuk alternatif 1 sampai 3 lebih rendah karena di titik ini terpengaruh oleh adanya reklamasi.

Gambar 18 Kecepatan arus pada titik tinjauan 3

Gambar 19 Kecepatan arus pada titik tinjauan 4

Pada titik tinjau 3 dan 4 juga terjadi dinamika kecepatan arus apabila dibandingkan dengan kecepatan arus sebelum adanya reklamasi di tiap time step, ada yang bertambah besar ada pula yang bertambah kecil, sesuai dengan titik tinjauannya, hal ini mengindikasikan bahwa terjadi perubahan pola arus sebelum dan sesudah dilakukannya reklamasi. 4.2 Analisa Transpor Sedimen Dengan terjadinya dinamika kecepatan arus maka terjadi pula dinamika transpor sedimen, dibuktikan dengan berubahnya volum sedimen dari kondisi sebelum ada reklamasi sampai adanya

0

0.1

0.2

0.3

29 46 340 357

Kece

pata

n A

rus

(m/s

)

Time Step

Titik 1

Eksisting Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

0

0.02

0.04

29 46 340 357

Kece

pata

n A

rus

(m/s

)

Time Step

Titik 2

Eksisting Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

0

0.01

0.02

0.03

29 46 340 357

Kece

pata

n A

rus

(m/s

)

Time Step

Titik 3

Eksisting Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

0

0.002

0.004

0.006

0.008

0.01

0.012

0.014

0.016

29 46 340 357

Kecepa

tan Ar

us (m/

s)

Time Step

Titik 4

Eksisting Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

reklamasi dengan berbagai alternatif desain. Berikut adalah hasil-hasil tinjauan perhitungan sedimentasi pada tiap time step:

Gambar 20 Hasil running pemodelan kondisi eksisting time step 29 dan alternatif 1 time step 46

Perhitungan volum sedimen ini dibantu dengan bantuan software Surfer 9. Perhitungan volum sedimen ini diambil sesuai dengan time step-nya dengan skala warna yang sama, sehingga bisa terlihat perbedaan nilainya tiap time step, pada alternatif 1 dan 2 saja kita bias melihat bahwa terjadi perbedaan sedimentasi yang jelas tiap desain dan tiap time step.

Gambar 21 Hasil running pemodelan alternatif 2 time step 340 dan alternatif 3 time step 357

Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa perubahan pola arus yang terjadi di suatu kawasan akan mengakibatkan pula perubahan transpor sedimen. Tabel 4 berikut adalah nilai perubahan permukaan dasar tiap time step yang ditinjau dari 4 titik pengamatan dalam kondisi eksisting dan alternatif pemodelan

Tabel 4 Perubahan permukaan dasar tiap kondisi

Kondisi Titik Perubahan Permukaan Dasar (m)

29 46 340 357

Eksisting

1 0.00052 0.000922 0.004029 0.005744

2 1.26E-15 1.26E-15 2.12E-15 2.51E-14

3 4.75E-13 1.49E-12 1.87E-12 1.05E-11

4 4.51E-16 1.46E-15 2.09E-15 4.00E-14

Alternatif 1

1 0.01279 0.023593 0.097524 0.111957

2 2.04E-12 2.19E-12 3.64E-12 8.42E-12

3 3.62E-14 2.44E-13 2.62E-13 1.28E-12

4 4.93E-19 3.90E-18 4.41E-18 8.47E-17

Alternatif 2

1 0 0 0 0

2 1.13E-13 1.13E-13 1.13E-13 1.18E-13

3 3.63E-15 2.81E-14 2.98E-14 1.69E-13

4 1.20E-19 1.08E-18 1.17E-18 2.08E-17

Alternatif 3

1 4.29E-06 8.37E-06 2.64E-05 2.98E-05

2 1.44E-16 1.44E-16 1.45E-16 1.52E-16

3 7.32E-15 8.63E-14 8.90E-14 2.85E-13

4 9.73E-21 3.63E-19 3.81E-19 2.21E-18 Apabila data dalam tabel tersebut disajikan dalam bentuk grafik, maka akan terlihat perbedaan permukaan dasar yang memperlihatkan terjadi perubahan transpor sedimen dari sebelum ada reklamasi dan setelah ada reklamasi. Berikut adalah grafik-grafiknya:

Gambar 22 Perubahan permukaan dasar pada titik tinjau 1

Gambar 23 Perubahan permukaan dasar pada titik tinjau 2

Gambar 24 Perubahan permukaan dasar pada titik tinjau 3

Gambar 24 Perubahan permukaan dasar pada titik tinjau 4

Dari keempat grafik diatas dapat dilihat bahwa sedimentasi yang terjadi berbeda di setiap titik tinjaunya pada tiap time step-nya. 4.3 Perbandingan Sedimentasi Berbagai Alternatif desain Data besarnya sedimen didapatkan dari hasil running Mike 21 Sand Transport module pada time step terakhir atau pada hari ke 15, karena di hari tersebut kita bisa mengetahui transpor sedimen dari awal kita pemodelan sampai akhir. Besarnya sedimen pada kondisi eksisting yaitu -62732.99 m3. Untuk alternatif 1 yaitu sebesar -69722.23 m3, pada alternatif 2 sebesar -64586.15 m3, dan pada alternatif 3 yaitu sebesar -66941.38 m3. Kemudian untuk mengetahui perbandingan volume sedimen dari masing – masing desain akan digunakan Surfer 9 untuk dapat meng-overlay masing – masing kontur. Asumsi yang digunakan untuk melakukan overlay adalah time step terakhir, kemudian akan di-overlay antara desain yang satu dengan lainnya untuk mencari selisih sedimentasi sebelum dan sesudah adanya reklamasi di Kenjeran.

4.4 Kondisi Eksisiting

0

0.1

0.2

29 46 340 357

Peru

baha

n Pe

rmuk

aan

Das

ar (m

)

Time Step

Titik 1

Eksisting Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

0.00E+00

5.00E-12

1.00E-11

29 46 340 357

Peru

baha

n Pe

rmuk

aan

Das

ar (m

)

Time Step

Titik 2

Alternatif 1 Alternatif 2 Eksisting Alternatif 3

0.00E+00

5.00E-12

1.00E-11

1.50E-11

29 46 340 357

Peru

baha

n Pe

rmuk

aan

Das

ar (m

)

Time Step

Titik 3

Alternatif 1 Alternatif 2 Eksisting Alternatif 3

0.00E+00

29 46 340 357

Peruba

han Per

mukaan

Dasar

(m)

Time Step

Titik 4

Alternatif 1 Alternatif 2 Eksisting Alternatif 3

Gambar 25 Hasil Simulasi Sand Transport pada time step 360

Hasil perhitungan volum sedimen kondisi eksisiting pada Surfer 9 yaitu sebesar -62732.99 m3. Kondisi eksisting inilah yang nantinya akan menjadi penyelisih dari alternatif desain reklamasinya, sehingga akan terlihat selisih volum sebelum dan sesudah adanya reklamasi. 4.5 Selisih Alternatif 1 dengan Eksisiting Untuk mendapatkan selisih volum yang tepat, maka dikurangkan volum hasil output alternatif 1 dengan hasil output eksisiting dengan menggunakan boundary line alternatif 1 agar didapatkan hasil yang setara. Hasil selisih volume ini yaitu -7397.65 m3, tanda negatif (-) disini menunjukkan bahwa di daerah pemodelan yang didalamnya terdapat desain reklamasi alternatif 1 mengalami erosi. Lokasi erosi bisa dilihat pada gambar 25 berikut ini:

Gambar 26 Overlay Alternatif 1 dengan Eksisiting

4.6 Selisih Alternatif 2 dengan Eksisiting

Gambar 27 Overlay Alternatif 2 dengan Eksisting

Dengan metode overlay yang sama dengan alternatif 1, didapatkan selisih volum pada alternatif 2 sebesar -1411.48 m3 4.7 Selisih Alternatif 3 dengan Eksisiting

Gambar 28 Overlay Alternatif 3 dengan Eksisting

Seperti halnya selisih volum pada alternatif 2 dengan eksisting didapatkan nilai selisih sebesar -4543.64 m3 untuk selisih alternatif 3 dengan eksisting. Setelah nilai sedimentasi ditemukan maka difaktorkan dengan 1/100 seperti pada saat validasi data di atas, maka selisih volum yang terjadi yaitu:

- Volum Eksisting = - 627.33 m3 - Selisih volum alternatif 1 dengan eksisting = - 73.97 m3 - Selisih volum alternatif 2 dengan eksisting = - 14.11 m3 - Selisih volum alternatif 3 dengan eksisting = - 45.43 m3

5.Kesimpulan Dari pemodelan reklamasi Kenjeran dapat ditarik kesimpulan:

1. Pola arus dan transpor sedimen yang terjadi di kawasan Kenjeran setelah adanya reklamasi mengalami perubahan,.

2. Selisih volume sedimentasi sebelum dan sesudah dilakukannya reklamasi di Kenjeran dibagi dalam beberapa alternatif desain, untuk alternatif desain 1 didapatkan selisih - 73.97 m3, untuk alternatif 2 didapatkan - 14.11 m3, untuk alternatif 3 didapatkan - 45.43 m3. Nilai selisih tersebut bernilai negatif (-) berarti keadaan sedimentasi yang terjadi yaitu erosi, dan nilai selisih sangatlah kecil sehingga erosi yang terjadi setelah adanya reklamasi tidak terlalu signifikan.

Daftar Pustaka Dampak Reklamasi Pantai Terhadap Kondisi Ekonomi-Sosial Nelayan Di Teluk Lampung,

http://www.blog.unila.ac.id. (diunggah Januari 2010) DHI. 2007. MIKE 21 and MIKE 3 FM Scientific Document. Denmark: DHI Software Gustave. http://staff.unud.ac.id/~gustave_sp/?p=93 (diunggah Februari 2010) Hamisi, Darius A. Reklamasi Pantai dan Dampaknya Terhadap Wilayah Pesisir.

http://www.daxr.blogspot.com. (diunggah April 2010) http://www.surabaya.go.id (diakses jam tgl 31 des 201) McAnally,William H., Julia F. Haydel, Gaurav Savant.2004.Port Sedimentation Solutions for the

Tennessee-Tombigbee Waterway in Mississippi.Missisipi Peraturan Daerah Kota Surabaya No.3 Tahun 2007 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.40/PRT/M/2007 Poerbandono, N. 2005. Survey Hidrografi. Bandung : Refika Aditama Pratikto, W.A. Haryo D.A, Suntoyo. 1997. Perencanaan Fasilitas Pantai dan Laut.

Yogyakarta :BPFE Salim, Hang Tuah. Konsep Reklamasi Pantai Berwawasan Lingkungan. Indo Pos 7 Desember

2009. Susanti, Triana. 2005. Tugas Akhir : Pemodelan Kualitas Air Laut pada Saat Konstruksi Jembatan

Suramadu.Surabaya Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai. Yogyakarta : Beta Offset. U.S.Army Corp Engineering.1984.”Shore Protection Manual”.Missisipi, 4th ed.Vol I