Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
-
Upload
widiana-safaat -
Category
Documents
-
view
117 -
download
1
description
Transcript of Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Laporan Akhir 1 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perencanaan dan penataan kawasan sentra pembangunan yang komprehensif
untuk pengembangan sektor-sektor strategis dan pengembangan wilayah
potensial sangat diperlukan dalam pencapaian hasil pembangunan yang optimal
di wilayah Kota Samarinda. Sebagai Ibu Kota Propinsi Kalimantan Timur, Kota
Samarinda merupakan kawasan yang memiliki potensi baik perekonomian, jasa,
dan wisata. Dengan dukungan perkembangan kota-kota disekitarnya, serta
sebagai simpul emas ke kota lainnya, yaitu Balikpapan, Kutai Kertanegara, dan
Bontang, Kota Samarinda mulai melengkapi sarana dan prasarana penunjang
yang diperlukan.
Permasalahan yang dihadapi dewasa ini adalah seringkali perencanaan tata
ruang yang ada belum mampu mewadahi dan mengimbangi perkembangan
serta potensi sektor strategis dan wilayah potensial yang pengembangannya
tidak terlepas dari sektor lain. Dampak yang muncul dari perkembangan kota
menimbulkan kecenderungan pola dan arah perkembangan kota dengan akibat
berkurangnya perhatian terhadap sektor pertanian, yang diantaranya ditandai
dengan pengalihan fungsi lahan, berkurangnya investasi sektor pertanian, serta
implementasi dan pengembangan sektor pertanian yang minim.
Oleh karena itu tujuan dari kegiatan rancang bangun dan perekayasaan
Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri berbasis pemberdayaan
masyarakat di Kota Samarinda, adalah memadukan penggunaan ruang dan
segenap sumberdayanya secara fungsional antar berbagai sektor untuk
mendorong sektor strategis/ potensial agar tercapai pertumbuhan wilayah yang
seimbang.
Rancang-bangun Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri ini
merupakan salah satu bentuk model perencanaan dan penataan ruang untuk
sektor strategis dan potensial yang diharapkan dapat mendorong percepatan
peningkatan nilai tambah yang diikuti peningkatan produksi wilayah pada
sentra-sentra produksi dari sektor-sektor agrokompleks yang didukung oleh
fasilitas, sarana dan prasarana fisik, yang dapat diandalkan.
Oleh karena itu, untuk mempercepat pertumbuhan dan perkembangan di Kota
Samarinda, dipandang perlu adanya penyusunan rencana pengembangan
Kawasan Industri Pertanian Masyarakat Kota (KIPMAKO) guna pengembangan
komoditas unggulan, yaitu sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan
pariwisata yang didukung oleh ketersediaan sumber energi listrik, air bersih,
Laporan Akhir 2 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
transportasi dan komunikasi yang memadai. Kawasan ini sebagai Sentra
Pengembangan Produksi mulai dari berskala kecil (mikro) hingga berskala besar
(makro) dan ekonomis. Ini dilakukan untuk meningkatan pertumbuhan ekonomi
di wilayah Kota Samarinda, serta pemerataan pembangunan ekonomi
masyarakat. Dalam jangka pendek upaya ini diharapkan dapat mendorong
pemanfaatan sumber daya wilayah dalam arti luas dan pengembangan
infrastruktur penunjangnya secara optimal.
Kajian tentang Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri di Kota
Samarinda ini, mempunyai peran penting sebagai arahan dan peluang lokasi
investasi bagi pemerintah maupun swasta dan masyarakat dalam mencapai
efisiensi, efektivitas, dan nilai tambah dari produk-produk yang dihasilkan
sentra-sentra produksi dari sektor agrokompleks. Kajian ini akan mencakup
tentang rencana induk, rencana aksi, dan rencana implementasi Kawasan
Industri Pertanian Masyarakat Kota (KIPMAKO) sebagai sentra produksi.
1.2 Tujun dan Sasaran
1.2.1. Tujuan Umum
Memberdayakan ekonomi daerah dan ekonomi masyarakat di Kota Samarinda
bertumpu kepada keunggulan sumberdaya wilayah melalui model
pengembangan KIPMAKO.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasikan dan merancang KIPMAKO di Kota Samarinda, dengan
komponen-komponennya adalah;
a. Kawasan Industri Pertanian Masyarakat Kota (KIPMAKO), yang terdiri
atas: Kawasan Sentra Produksi Pertanian (KSPP) dan Kawasan Sentra
Industri Pertanian (KSIP)
b. Kawasan Wisata/ Pusat Pendidikan Pertanian Masyarakat Kota (P3MK)
terdiri atas komponen utamanya;
Breeding center tanaman industri, pangan, perkebunan dan buah
tropika.
Mini-plant pengolahan pupuk organik
Breeding center hewan ternak
Mini-plant pengolahan pakan ternak.
c. Cluster fasilitas air bersih yang mengolah air hujan, air permukaan, dan air
bumi yang menyatu dengan system DAS yang ada.
Laporan Akhir 3 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
d. Cluster pusat informasi bisnis/ sub terminal agribisnis Kawasan Sentra
Penjualan Hasil Industri Pertanian (KSPIH).
2. Merekayasa strategi pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan model
Pertanian Berkebudayaan Industri dengan komoditas unggulannya sehingga
mempunyai posisi tawar yang memadai dan bernegosiasi dengan investor
bisnis.
3. Menghimpun teknologi pendukung pengembangan kawasan industri
Pertanian milik masyarakat berbasis agrokompleks di Kota Samarinda,
Khususnya;
a. Mencegah degradasi lingkungan dan menjaga keseimbangan ekologis;
b. Menjamin ketahan pangan khususnya di wilayah kota Samarinda;
c. Teknologi produksi yang berorientasi nilai tambah dan berkelanjutan;
d. Teknologi yang berbasis sumberdaya lokal dan ramah lingkungan.
1.2.3. Sasaran
Sasaran dari kegiatan Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri di Kota
Samarinda adalah:
1. Tertatanya Kawasan Industri Pertanian Masyarakat Kota dengan komoditi
unggulannya melalui pendekatan ruang dan pengisian ruang melalui skenario
pengembangan prioritas kawasan maupun jenis komoditas yang
dikembangkan dalam masing-masing kawasan industri tersebut.
2. Pemanfaatan ruang kawasan hutan dan sekitarnya dengan segenap
sumberdayanya sesuai dengan pengembangan sektor perikanan, pertanian,
perkebunan, peternakan dan pariwisata yang mendorong terwujudnya pola
dan struktur ruang yang mendukung perwujudan KIPMAKO
3. Tertatanya sarana jasa pelayanan perbankan/permodalan dan system
informasinya mengenai kendala dan persoalan dalam upaya pemberdayaan
kegiatan usaha produktif masyarakat
4. Tertatanya fasilitas sarana prasarana penunjang kawasan industri pertanian,
seperti tersedianya jaringan irigasi, listrik, air bersih, transportasi dan
telekomunikasi di kawasan sentra produksi dalam upaya pengembangan
komoditi unggulan wilayah.
Mendorong terwujudnya keterpaduan program dalam pengembangan KIPMAKO
yang bersifat lintas sektor dan lintas wilayah.
Laporan Akhir 4 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
1.3 Sistematika laporan Akhir
Laporan Akhir untuk pekerjaan ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :
Bab 1 : Pendahuluan
Materi ini menjelaskan tentang pejelasan umum, tujuan proyek dan
sistematika usulan teknis.
Bab 2 : Pendekatan & Metodologi
Materi ini membahas mengenai pendekatan dan metodologi penyelesaian
pekerjaan Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayan Industri, serta
strategi-strategi dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.
Bab 3 : Kebijakan Pengembangan Kawasan Industri Pertanian di Kota Samarinda
Materi ini merupakan analisa tentang kebijakan daerah mengenai
pengembanngan kawasan industri yang didasarkan pada Rencana Tata
Ruang Wilayah.
Bab 4 : Potensi Kota Samarinda
Materi ini menjelaskan potensi yang dimiliki Kota Samarinda khususnya
bidang pertanian beserta dengan jenis komoditas pertanian yang ada di Kota
Samarinda.
Bab 5 : Penentuan Kawasan Industri Pertanian Masyarakat Kota
Materi ini menjelaskan tentang kawasan - kawasan yang dapat dikembangkan
menjadi kawasan industri pertanian masyarakat kota di Kota Samarinda
Bab 6 : Startegi Pemberdayaan Masyarakat Untuk Pengembangan Model
KIPMAKO
Pada materi ini menjelaskan tentang strategi yang dapat dilaksanakan dalam
pemberdayaan masayarakat melalui model KIPMAKO
Bab 7: Kesimpulan dan Rekomendasi
Pada bab ini berisikan kesimpulan dari studi ini dan rekomendasi yang dapat
diberikan dalam pengembangan kawasan industri pertanian di Kota
Samarinda.
Laporan Akhir 5 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
BAB 2 PENDEKATAN & METODOLOGI
2.1 Pendekatan
Skenario Master Plan Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri disusun
melalui penyusunan program-program secara terarah dan benar ke dalam
tahapan-tahapan kegiatan yang harus dilalui (identifikasi, skenario, program
pengembangan dan program terpilih). Setiap tahapan program/ kegiatan harus
dapat mencerminkan alur proses input-output yang dapat dikendalikan dari
acuan dan atau parameter kinerja sehingga program yang dikembangkan
sebagai program terpilih mengikuti kerangka pemikiran Master Plan.
Skenario rencana tindak dan rencana implementasi yang merupakan
pengembangan lanjutan dari program Master Plan yaitu berupa program
terpilih, selanjutnya disusun secara sistematis untuk memahami muatan-muatan
apa saja yang dapat dijabarkan/diimplementasikan (dalam satuan; volume,
biaya, waktu, sumber pembiayaan dan pengelolaannya) dalam setiap program
berdasarkan sasaran. Dalam hal ini, program-program yang dimaksud adalah
program-program yang memiliki kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Setiap
program dilengkapi dengan pola-pola pengembangan pelaksanaan yang
mengacu dan memperhatikan seberapa besar dukungan yang ada untuk
mengetahui kemudahan-kemudahan maupun kendala-kendala pengembangan
usaha di suatu kawasan pengembangan.
Kepentingan tersebut diatas dimaksudkan untuk memberikan informasi awal
bagi masyarakat dan investor, misalnya adanya aspek pembiayaan dan
mekanisme insentif dan disinsentif. Di dalam program-program terpilih dari
satuan program, ada program yang dapat langsung dilaksanakan (action) tanpa
melalui tahapan profil investasi, misalnya program peningkatan sumberdaya
manusia melalui sistem pelatihan. Profil investasi dalam hal ini adalah suatu
tahapan program yang masih perlu diperkenalkan kepada para
pengusaha/investor melalui kegiatan promosi yang dapat diadakan oleh
Laporan Akhir 6 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Sekretariat Sentra Produksi untuk disosialisasikan kepada segenap lapisan
masyarakat.
2.1.1 Kelayakan Pertanian Berkebudayaan Industri (Agropolitan)
1. Kekuatan
a. Ketersediaan bahan baku potensial yang didukung oleh keunggulan
komparatif kondisi sumberdaya alam dan agroekologi
b. Sifat unggul agrokompleks hortikultura untuk pasar regional dan nasional
c. Ketersediaan sumberdaya alam wilayah yang unggul
d. Sarana/prasarana dan kelembagaan penunjang yang komitmennya tinggi
terhadap pengembangan agrokompleks
e. Potensi pasar yang sangat besar
2. Kelemahan
a. Kesenjangan hasil-hasil LITBANG ke aplikasi komersial
b. Industri pengolahan agroindustri bertindak juga sebagai ‖lembaga
pemasaran‖
c. Belum terbentuknya keterkaitan kemitraan yang adil antar pelaku (cluster)
produksi-industri dan distribusi agrokompleks
d. Produk hilir masih terbatas pada olahan sederhana
e. Tingginya komponen biaya transportasi dalam struktur biaya produksi
dan belum adanya transportasi darat yang memadai
3. Peluang
a. Pasar domestik (lokal, regional dan nasional) sangat terbuka, demikian
juga pasar global
b. Diversifikasi produk-produk agroindustri sangat potensial
c. Kebutuhan pengembangan keterkaitan antar cluster agribisnis dalam
kelembagaan
d. Kebutuhan pemberdayaan sistem kelembagaan agrokompleks
e. Pembangunan prasarana jalan dan jaringan transportasinya
4. Ancaman
a. Hambatan-hambatan sistem distribusi komoditi domestik dan ekspor
b. Persaingan dengan produk-produk hortikultura negara lain
c. Persaingan dalam penggunaan SDM yang masih terbatas
d. Hambatan-hambatan sistem industri agrokompleks, pola kemitraan dan
partsispasi masyarakat lokal
Laporan Akhir 7 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
2.1.2 Konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan
Agropolitan merupakan salah satu kerangka perencanaan wilayah yang secara
eksplisit menyebutkan perlunya keterpaduan pengembangan antara wilayah
perkotaan dengan perdesaan.
Konsep agropolitan mengindikasikan bahwa pengembangan perdesaan dapat
dilakukan dengan baik melalui keterkaitan perdesaan dengan perkotaan pada
tingkat lokal. Terdapat tiga isu strategis dalam pengembangan agropolitan, yaitu:
(a) aksesibilitas terhadap lahan dan irigasi; (b) devolusi otoritas administratif dan
politis ke tingkat lokal; serta (c) perubahan kebijakan pembangunan nasional yang
mendukung terciptanya diversifikasi produk pertanian.
Friedman (1992), menyebutkan bahwa tantangan terbesar dalam pengembangan
agropolitan adalah bagaimana kita mengintegrasikan local capacity building dan
partisipasi masyarakat kedalam suatu program untuk mempercepat mutually
benefits bagi kawasan perdesaan dan perkotaan dalam kerangka pembangunan
nasional.
Secara umum dalam pengembangan wilayah, konsep pengembangan kawasan
agropolitan merupakan suatu bentuk pengembangan wilayah yang lebih
mendasarkan kepada keterkaitan/jaringan di daerah desa (Regional Network). Jika
dibandingkan dengan teori pengembangan pusat pertumbuhan (Growth Pole)
terdapat sejumlah perbedaan baik dilihat dari sektor dasar, sistem kekotaan,
hubungan desa-kota, model perencanaan, dan wilayah kebijakannya.
Agribisnis meliputi seluruh kegiatan yang termasuk dalam manufaktur dan
distribusi input produksi, proses produksi pertanian, pengolahan dan pemasaran
komoditi pertanian dan jasa-jasa penunjang lainnya yang terkait. Dengan
demikian agribisnis meliputi sektor pertanian dan industri.
Memandang agribisnis sebagai suatu sistem maka kegiatan produksi pertanian
yang dilakukan oleh petani, serta kegiatan industri pengolahan dan pemasaran
yang dilakukan oleh petani di satu sisi, dan kegiatan industri pengolahan dan
Laporan Akhir 8 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
pemasaran yang dilakukan oleh pengusaha di sisi lain merupakan bagian yang
tidak terpisahkan, sehingga diperlukan sinkronisasi kedua pelaku ekonomi
tersebut untuk membangun agribisnis yang tangguh dan berdaya saing.
2.2 Rencana Strategis
Pendekatan Kawasan Industri Pertanian Masyarakat Kota (KIPMAKO)
memandang kawasan sebagai suatu sistem produksi, yakni input, proses dan
output. Dari sudut pandang ini KIPMAKO harus mempertimbangkan segala
sesuatu yang berkaitan dengan proses produksi bidang pertanian tanaman
pangan dan perikanan. Dengan demikian kajian yang berkaitan penyediaan input
di dalam KIPMAKO, pengelolaan sumberdaya dan jenis produk yang dihasilkan
perlu dilakukan, sehingga dapat ditentukan besaran komoditas yang akan
dikembangkan. Mengenali permasalahan yang dihadapi dalam rangka
pengembangan komoditas tersebut.
Kawasan sentra produksi di Kota Samarinda, Propinsi Kalimantan Timur lebih
difokuskan kepada kegiatan dan komoditas pertanian dan sub sektornya yaitu
perkebunan, peternakan yang telah ditetapkan sebagai sektor unggulan, temasuk
Agrowisata. Sektor unggulan ini selanjutnya dikembangkan sebagai sektor
penggerak utama dalam KIPMAKO.
Dalam kaitannya dengan rencana ruang yang ada, kegiatan ini merupakan upaya
untuk mengisi dan mengoptimalkan pemanfaatan ruang yang mengacu pada
rencana tersebut, sekaligus secara interaktif memberikan umpan balik bagi
penyempurnaan rencana itu sendiri. Sedangkan dari sisi output, dimaksudkan
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah, serta sekaligus
mengoptimalkan pemerataan pembangunan ekonomi wilayah.
Keberadaan KIPMAKO ini menjadi penting sebagai acuan lokasi investasi bagi
pemerintah dan swasta, khususnya dalam upaya untuk mencapai efisiensi,
efektifitas dan nilai tambah. Pendekatan ini diharapkan dapat menjadi salah satu
upaya untuk mengoptimalkan pemberdayaan tata ruang dan sumberdaya
Laporan Akhir 9 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
wilayah yang ada dan dapat mempermudah perumusan dukungan pembangunan
sarana dan prasarana penunjang kegiatan pertanian dalam arti luas.
2.2.1 Kegiatan Pembangunan Sistem Informasi Potensi Wilayah
Survei lapangan dilakukan Kota Samarinda yang secara administratif berada di
Wilayah Propinsi Kalimantan Timur, antara lain dimaksudkan untuk
memantapkan kondisi eksisting dan potensi pengembangan komoditas yang
berada pada wilayah tersebut.
Hasil kajian data eksisting, baik dari hasil suvei instansional maupun survei
lapangan, dianalisis menurut kriteria-kriteria berdasarkan tingkat kebutuhan
dalam pembuatan master plan pengmbangan Kawasan Industri Pertanian
Masyarakat Kota (KIPMAKO).
2.2.2 Kegiatan Pengembangan Agropolitan
Penentuan Kawasan Sentra Produksi dikembangkan dari pengertian fungsi
pertanian dalam arti luas. Semua wilayah kecamatan memiliki potensi yang sama
untuk diseleksi berdasarkan potensi tanaman pertanian, perikanan, peternakan
dan perkebunan berikut sarana dan prasarana penunjang yang terdapat di setiap
wilayah kecamatan.
Skenario pengembangan KSPP terpilih ditempuh melalui skala pengembangan
kawasan. Pertama, pemilihan KSPP prioritas ditujukan untuk memudahkan
pengarahan pemanfaatan ruang yang bergulir/ bertahap, terarah guna
mengantisipasi kemampuan pembangunan yang terbatas. Kedua, pengisian ruang
sejalan dengan kemampuan pembangunan yang terbatas, sehingga diperlukan
adanya skala prioritas. Dengan skenario tersebut, maka program sektor prioritas
pengembangan utama KIPMAKO melalui pengisian ruang kawasan terbangun
tersebut dapat disajikan secara terintegrasi dan menyeluruh.
Laporan Akhir 10 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
a. Persiapan
Identifikasi kawasan Agropolitan yang mendasarkan pada kebutuhan masyarakat
setempat, meliputi :
a. Lokasi kawasan agropolitan yang disertai peta lokasi.
b. Faktor penghambat perkembangan masyarakat/ kawasan, yang diprioritaskan
penanganannya.
c. Kebutuhan dan kapasitas sosial ekonomi masyarakat.
d. Sumberdaya Alam, Manusia dan Buatan dalam kawasan agropolitan yang
berpotensi untuk dikembangkan.
e. Koordinasi, konsolidasi dan integrasi database kawasan agropolitan yang
meliputi berbagai data dasar dan data penunjang, baik yang bersifat spasial,
numerik, digital dan analog, dalam kerangka meningkatkan kualitas kajian dan
analisis perencanaan untuk penanganan program kawasan agropolitan.
b. Perencanaan
Penyusunan rencana pengembangan kawasan agropolitan dengan melibatkan
tenaga profesional dan tenaga pendamping masyarakat di kawasan agropolitan
(LSM, tokoh masyarakat, organisasi kepemudaan).
c. Pelaksanaan
a. Menyusun rencana pengembangan kawasan agropolitan yang terfokus pada
peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat setempat. Untuk itu perlu disusun
strategi penanganannya dengan melibatkan stakeholders.
b. Menyusun rencana penanganan kawasan agropolitan yang terfokus pada
peningkatan kegiatan perekonomian masyarakat setempat.
c. Menyusun rencana penyediaan prasarana dan sarana (perhubungan,
transportasi darat/air, listrik dan air bersih berteknologi sederhana, dan
sebagainya) yang sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas atau tingkat sosial
ekonomi masyarakat kawasan agropolitan.
2.3 METODOLOGI
Laporan Akhir 11 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
2.3.1 Batasan istilah
(1). Sentra Pengembangan
Sentra Pengembangan adalah suatu hamparan komoditas bersekala ekonomi di
suatu wilayah agroekosistem, dimana wilayah terebut dilengkapi dengan
sarana–prasarana yang dibutuhkan, kelembagaan, pengolahan/ pemasaran, dan
sektor lain yang menunjang perkembangan dari sentra komoditas tersebut.
(2). Komoditas Andalan
Komoditas andalan adalah sejumlah komoditas yang dapat dibudidayakan
/dikembangkan di suatu wilayah kabupaten berdasarkan analisis kesesuaian
agroekologi (tanah dan iklim)
(3). Komoditas Unggulan
Komoditas unggulan adalah salah satu komoditas andalan yang paling
menguntungkan untuk diusahakan/dikembangkan di suatu wi-layah yang
mempunyai prospek pasar dan peningkatan pendapatan/kesejahteraan petani
dan keluarga serta mempunyai potensi sumberdaya lahan yang cukup besar.
(4). Komoditas Penunjuang
Komoditas penunjang ialah komoditas-komoditas lain yang dapat dipadukan
pengusahaannya dengan komoditas pokok (unggulan) yang dikembangkan di
suatu lokasi/sentra komoditas unggulan dalam rangka optimalisasi
pemanfaatan sumberdaya (lahan, tenagakerja, sarana / prasarana) dan
peningkatan penda patan petani melalui peningkatan produksi maupun
keterpaduan pengusahaannya akan meningkatkan efisiensi/saling memanfaat
kan.
(5). Agribisnis
Agribisnis merupakan suatu kegiatan penanganan komoditas secara
komprehensif mulai dari hulu sampai hilir (pengadaan dan penyaluran agro-
input, proses produksi, pengolahan dan pema saran).
2.3.2 Jenis dan Sumber Data
Laporan Akhir 12 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Data dan informasi yang dikumpulkan diarahkan untuk dapat memberikan
gambaran tentang tata ruang wilayah Kota serta peruntukannya untuk
pengembangan pertanian. Dari peta kesesuaian lahan yang dihasilkan oleh
RePPProT dan PPTA dapat diidentifikasikan kesesuaian lahan etersebut untuk
pengembangan komoditas pertanian. Identifikasi komoditas yang dapat
diusahakan pada kawasan pertanian tersebut juga penting sebagai bahan
pertimbangan untuk penyusunan rencana pengembangan.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara:
a. Menggunakan data sekunder, baik yang berasal dari data RUTR Kabupaten
yang telah dikumpulkan instansi pemerintah daerah setempat maupun yang
berasal dari studi-studi lain
b. Peta sistem lahan dari hasil Studi RePPProT
c. Peta Kesesuaian Lahan (kalau sudah ada).
d. Peta Status lahan/penggunaan lahan dari BPN
e. Mengumpulkan data langsung di wilayah melalui instansi/lembaga di
kabupaten atau pengamatan langsung di lapangan.
2.3.3 Metode Analisis
Dalam penyusunan Masterplan Kawasan Industri Pertanian Masyarakat Kota
(KIPMAKO) di Kota Samarinda, metode analisis yang dipakai antara lain :
1. Analisis Tata Ruang Kawasan
2. Analisis Ekonomi Wilayah (analisis basis ekonomi)
3. Analisis Sektor Pertanian dan Ekonomi Pertanian
- Analisis kesesuaian lahan
- Analisis iklim, hidrologi dan kemampuan lahan
- Analisis mekanisme pasar
4. Analisis SWOT, serta analisis sektor potensi sektoral dalam pengembangan
Agropolitan.
5. Analisis Pembiayaan Pembangunan terkait dengan pengembangan KIPMAKO.
Laporan Akhir 13 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
2.3.4 Studi Pustaka
Konsultan mengumpulkan hasil studi, perencanaan, data-data maupun laporan-
laporan yang berhubungan dengan pekerjaan ini. Studi Pustaka, berupa studi
kepustakaan terhadap semua peraturan yang terkait dengan pembangunan sektor
pertanian, laporan-laporan yang berhubungan dengan survai, investigasi dan
potensi pertanian di Kota Samarinda atau kota-kota lain yang pernah dilakukan.
Hasil studi ini akan dijadikan sebagai acuan untuk studi.
2.3.5 Survai Pendahuluan
Survai pendahuluan dilakukan untuk mengumpulkan informasi mengenai kondisi
lapangan yang sesungguhnya. Hal ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi kondisi
pertanian kota Samarinda dan permasalahan yang dihadapi saat ini serta analisa
awal penyebab permasalahan yang ada.
2.3.6 Penyusunan Rencana Kerja
Berdasarkan studi pustaka dan data yang tersedia dan data-data hasil survai
pendahuluan dan pengumpulan data sekunder akan disusun rencana kerja lebih
rinci, sesuai dengan lingkup pekerjaan yang diminta dalam Kerangka Acuan Kerja
(TOR). Rencana kerja tersebut meliputi tahapan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
tujuan dan lingkup pekerjaan, durasi waktu pelaksanaan, dan kondisi lapangan.
Dalam rencana survei akan ditentukan jenis data yang akan dikumpulkan, dan
formulir-formulir survei untuk setiap jenis survei dan daftar pertanyaan untuk
melaksanakan wawancara dengan penduduk yang tinggal di areal tersebut, para
pejabat pemerintah setempat, dan nara sumber lainnya yang menyangkut areal
tersebut. Rencana survei akan dibahas bersama dan disetujui oleh Direksi pekerjaan.
2.3.7 Pekerjaan Survai, Investigasi, Identifikasi dan Pengumpulan Data
Agar studi ini disusun dengan dukungan data yang akurat, diperlukan survai,
investigasi, identifikasi dan pengumpulan data sekunder. Survai lapangan
dimaksudkan untuk melihat kondisi dan identifikasi kondisi pertanian kota yang
ada, rencana-rencana dan laporan-laporan hasil studi terdahulu yang di anggap
berhubungan dengan studi pertanian berkebudayan industri serta menentukan
kebutuhan-kebutuhan bagi peningkatan dan penyempurnaan prasarana
persampahan dan prasarana lain yang sudah ada.
Laporan Akhir 14 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
BAB 3 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN
KAWASAN INDUSTRI PERTANIAN DI
KOTA SAMARINDA
3.1. Konsep Umum Pembangunan Kota Samarinda
Program pembangunan daerah disusun selaras dengan pembangunan nasional
yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata secara
materiil maupun spirituil. Program Pembangunan Kota Samarinda memiliki sasaran
pembangunan ekonomi yang seiring dengan peningkatan kualitas sumber daya
manusia dan didukung oleh bidang lain yang terkait.
Perubahan kebijakan pembangunan nasional memasuki paradigma baru dengan
menguatnya peranan daerah tentang desentralisasi kewenangan yang
menggantikan kebijakan sentralistik di masa lalu, khususnya di bidang
pembangunan ekonomi. Perubahan paradigma pembangunan nasional bergulir
dengan telah diberlakukannya Undang-Undang Rl Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Dalam pendekatan ini Pemerintah
Daerah memiliki kewenangan untuk mengembangkan pembangunan
perekonomian secara irtensif. Pembangunan daerah diarahkan untuk mampu
menggali potensi sumber daya lokal melalui upaya industrialisasi dengan
manajemen profesional dan mandiri, biasa disebut sebagai prograrn pembangunan
otonomi daerah (OTDA).
Namun pelaksanaan otonomi daerah Kota Samarinda harus dilaksanakan dengan
berhati-hati dan cermat. Perlu dikenali adanya karakteristik khusus yang harus
dilindungi, jangan sampai upaya mengejar pertumbuhan ekonomi dengan
mengeksploitasi habis sumber daya daerah, sehingga perlu dijaga dan dikelola
adanya karakter khusus sumberdaya daerah yang menjadi penopang perekonomian
secara berkesinambungan dalam jangka panjang. Karakter khusus daerah dapat
Laporan Akhir 15 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
berupa potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, teknologi produksi
maupun akses pemasaran.
Berdasar Program Pembangunan Daerah (Propeda) dan Rencana Strategis (Renstra)
Kota Samarinda periode 2006 — 2010, program pembangunan kota diarahkan
sebagai Kota Jasa, industri, Perdagangan dan Permukiman yang berwawasan
lingkungan guna mencapai masyarakat yang bertaqwa, berkualitas dan sejahtera.
Dengan tujuan pembangunan adalah:
Meningkatkan kemandirian sumberdaya manusia, masyarakat Kota Samarinda
dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan dan tekno1:igi (iPTEK) sebagai potensi
untuk mewujudkan kesejahteraan Iahir batin yang selaras, merata adil dan
makmur.
Menselaraskan Iaju pertumbuhan Kota antar wilayah kecamatan, kelurahan, antar
sektor yang sejalan dengan peningkatan efektivitas penataan ruang serta
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah.
Peningkatan pendapatan asli daerah dari sektor yang berasal dari sumber daya
alam (SDA) yang selama ini memberikan kontibusi yang cukup besar terhadap
pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) namun belum dinikmati
secara proporsional oleh Kota Samarinda.
Peningkatan investasi dan peran swasta yang mendorong penguatan ekonomi
rakyat dengan penyiapan unsur penunjang berupa informasi-informasi dari
pemerintah daerah mengenai proyek pembangunan yang berskala besar serta
penyederhanaan prosedur administrasi.
Meletakkan landasan pembangunan yang mantap untuk tahapan pembangunan
berikutnya dengan paradigma baru Indonesia masa depan dalam mewujudkan
citacita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Sasaran pembangunan Kota Samarinda bertumpu pada bidang Pengembangan
Wilayah yang seiring dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang
didukung pula oleh pembangunan di bidang sosial budaya dan pembangunan
ekonomi. Sasaran pembangunan ekonomi bertumpu pada Sektor Perdagangan dan
Sektor Industri Pengolahan sebagai dua sektor yang memiliki kontribusi dominan
terhadap perekonomian Kota Samarinda Kebijakan dan Program Pembangunan
Sektor Industri dan Perdagangan tahun 2006-2010 antara lain meliputi :
Laporan Akhir 16 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Permasalahan yang dihadapi :
Pengelolaan usaha/industri dan perdagangan pada umumnya belum ditangani
secara profesional, terutama industri dan perdagangan menengah kecil (termasuk
usaha rumah tangga). Kondisi usaha menengah kecil pada umumnya lemah
dalam aspek produktivitas, sumber daya manusia, manajemen, teknologi,
permodalan, dan pemasaran sehingga perkembangannya relatif rendah;
Ketergantungan pasokan dari daerah lain untuk memenuhi kebutuhan pokok,
barang penting dan barang strategis lainnya;
Terbatasnya struktur komoditas ekspor (non migas) dan negara tujuan ekspor;
Kerjasama kemitraan antara usaha besar, menengah dan kecil serta koperasi belum
sebagaimana yang diharapkan untuk menumbuhkembangkan ekonomi rakyat;
Terbatasnya infrastruktur pada daerah sentra produksi;
Kurang terserapnya tenaga-tenaga kerja lokal karena spesifikasi keahlian yang
dipedukan tidak sesuai;
Tujuan dan Sasaran
Peningkatan peran usaha industri dan perdagangan menengah dan kecil serta rumah
tangga (UKM/RT) dalam menumbuhkembangkan ekonomi kerakyatan;
Penguatan struktur industri dan pemanfaatan hasil pertanian melalui pembangunan agro
industri dan agrobisnis;
Peningkatan profesionalisme usaha industri dan perdagangan dalam aspek
produktivitas, sumber daya manusia, manajemen, teknologi, permodalan, dan
pemasaran;
Pengembangan industri berorientasi ekspor;
Terjaminnya distribusi dan kebutuhan pokok masyarakat;
Pengembangan infrastruktur pada daerah sentra produksi;
Kebijakan Pembangunan
Peningkatan industri berbasis sumber daya alam yang berkelanjutan dan lestari;
Mendorong perkembangan usaha industri;
Meningkatkan kesempatan usaha industri yang berbasis bahan baku
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM)
Laporan Akhir 17 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Program Pembangunan
Peningkatan industri kecil, menengah dan skala besar melalui pola kemitraan;
Peningkatan SDM di bidang industri;
Peningkatan derajat lingkungan industri;
Peningkatan infrastruktur bidang industri;
Peningkatan parasarana dan sarana di kawasan industri;
Pengembangan kawasan industri;
Peningkatan kemampuan penguasaan ilmu pengetanuan dan teknologi (IPTEK).
3.2. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Samarinda
3.2.1. Konsep Penataan Ruang Kawasan Industri Pertanian Masyarakat Kota
A. Dasar Pertimbangan
Saat ini telah berlangsung perubahan pada sektor sosial dan ekonomi yang
berpengaruh terhadap pola penataan ruang secara umum di Indonesia. Perubahan
ini tentu akan membawa dampak pada berbagai sektor pengembangan, dan
merubah tata ruang wilayah sejalan dengan pertumbuhan sektor industri berbasis
pertanian, manufaktur dan jasa.
Meningkatnya Pertumbuhan Penduduk dan Konversi Lahan
Banyak daerah di Indonesia yang saat ini sedang mengalami masa transformasi
ekonomi dan demografi yang mengarah kepada kehidupan perkotaan. Indonesia
merupakan salah satu negara yang memiliki laju pertumbuhan penduduk
perkotaan yang cukup tinggi di dunia. Sepuluh tahun mendatang, diperkirakan ada
sekitar 60% jumlah penduduk di Indonesia yang tinggal di kawasan
perkotaan.Kawasan perkotaan memberikan sumbangan yang berarti bagi
pertumbuhan ekonomi dan sosial. Kawasan perkotaan menjadi pusat jasa,
perdagangan eceran, bisnis modem, pelayanan kesehatan, pendidikan, kesenian dan
kebudayaan serta kegiatan-kegiatan yang sarat dengan inovasi teknologi.Bahkan
tidak jarang kawasan perkotaan menjadi lokasi bagi kawasan industri khususnya
industri manufaktur. Semua ini tentunya meningkatkan aspek ekonomi di kawasan
perkotaan yang bersangkutan. Namun demikian, kegiatan ekonomi pada akhirnya
menjadi pull factor yang meningkatkan jumlah penduduk perkotaan.
Laporan Akhir 18 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Meningkatnya penduduk perkotaan dibarengi dengan tuntutan yang lebih besar
akan sarana dan prasarana perkotaan. Kebutuhan lahan permukiman dan sarana
pendukungnya termasuk pelayanan dasar dan prasarana kota yang berkualitas,
berikut sarana transportasi seringkali mengakibatkan gejala urban sprawl dengan
mengkonversi lahan disekitar kawasan perkotaan menjadi lahan pendukung
masyarakat perkotaan. Daerah perkotaan cenderung berkembang dan berubah
seiring dengan tuntutan masyarakatnya. Disisi lain, daerah perdesaan juga memiliki
kecenderungan berubah. Sejalan dengan perubahan kehidupan yang mengarah
kepada kehidupan perkotaan, jumlah masyarakat di perdesaaan yang bekerja di
sektor pertanian memiliki kecenderungan berkurang. Kecenderungan saat ini
adalah berubahnya daerah perdesaan yang semula merupakan daerah pertanian
berubah menjadi lahan untuk kegiatan-kegiatan industri dan perumahan.Melihat
kecenderungan tersebut, maka pembangunan kawasan perkotaan dan kawasan
perdesaan diusahakan untuk saling menguntungkan dan memperkuat peranan
masing-masing. Kegiatan ekonomi kedua kawasan tersebut harus saiing
mendukung. Penduduk perdesaan merupakan passer bagi produk yang dihasilkan
kawasan perkotaan dan menyediakan input bagi sektor produksi dan konsumsi
perkotaan. Sedangkan daerah perkotaan merupakan sumber barang jasa untuk
kepentingan produksi daerah perdesaan sekaligus menjadi sumber inovasi dan
teknologi yang meningkatkan produktivitas perdesaan.
Globalisasi
Konteks perkembangan Indonesia dipengaruhi oleh perubahan lingkungan pada
saat sekarang. Dunia mengalami proses perubahan menuju globalisasi. Sebuah
perubahan yang dipacu oleh perkembangan teknologi terutama di bidang
informasi, komunikasi dan transportasi.Kemajuan teknologi akan berdampak pada
penataan ruang karena tersebamya kegiatan-kegiatan perkotaan yang didukung
oleh teknologi komunikasi dan transportasi. Kecenderungan kegiatan footloose
dapat terjadi dimana saja yang mendorong proses desentralisasi kegiatan
perkotaan.Berkaitan dengan globalisasi, terdapat fenomena perdagangan bebas
yang sekarang merambah ke banyak negara. Skema perdagangan bebas ASEAN
(AFTA) dimulai tahun 2003, demikian juga perjanjian perdagangan dalam kerangka
APEC (2020)ataupun WTO (2005). Hal ini membawa dampak semakin besamya
arus perdagangan dan investasi masuk ke negara dan ke daerah.
Laporan Akhir 19 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Dominasi Swasta Dalam Pembangunan Daerah
Akhir-akhir ini, peranan sektor swasta dalam pembangunan terus meningkat.
Banyak kegiatan yang selama ini dilakukan oleh pemerintah digantikan peranannya
oleh sektor swasta seperti pada pembangunan di bidang prasarana jalan tol,
jaringan telekomunikasi, pelabuhan, bandar udara, air bersih, rumah sakit dan
sekolah. Hal ini terutama terjadi di wilayah yang memiliki tingkat pertumbuhan
dan pendapatan yang tinggi. Hanya saja seringkali kalangan swasta kurang
responsif terhadap pertumbuhan golongan masyarakat yang lemah secara ekonomi.
Desentralisasi
Sejalan dengan proses desentralisasi di dalam era otonomi daerah maka pemerintah
daerah dituntut untuk memanfaatkan potensi daerah sebagai sumber pembiayaan
pembangunan. Daerah mempunyai kewenangan yang semakin besar pada saat
sekarang dan masa mendatang. Hal ini membawa dampak positif dan negatif. Salah
satu dampak positifnya adalah dengan meluasnya keleluasaan pengambilan
keputusan dan partisipasi masyarakat untuk model pembangunan dari bawah.
Sedangkan dampak negatifnya adalah kecenderungan eksklusifisme;
kecenderungan mementingkan daerah sendiri daripada mempertimbangkan
kerjasama dengan daerah lain. Dalam ranaka desentralisasi, sangatlah penting
untuk mengefektifkan peranan pemerintan daerah bagi kepentingan daerah dan
masyarakatnya, terutama dalam meningkatkan kualitas ruang yang dikuasainya
untuk sebesar-besamya kemakmuran rakyat.
Partisipasi Masyarakat
Peran serta masyarakat dalam pembangunan memiliki kecendeningan untuk
semakin meningkat. Hal ini sejalan dengan makin tingginya kesadaran masyarakat.
Dengan demikian akan semakin tanggap dan kritis terhadap segala hal yang
menyarig-kut kehidupannya.
Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan
Secara umum pembangunan harus menyesuaiakan diri terhadap kondisi sosiai
budaya, ekonomi dan terhadap ekologis setempat. Tuntutan model pembangunan
ini dapat memberi manfaat yang lebih maksimal terhadap siklus alamiah dan
Laporan Akhir 20 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
mampu meminimalisasi hambatan alam serta meningkatkan kemampuan ekosistem
dalam pembangunan sebagai bagian yang tidak terpisahkan
B. Menyongsong Pasar Bebas
Pasar bebas merupakan salah satu kegiatan perdagangan masa depan yang tidak
dapat kita pandang sebelah mata. Perdagangan pasar bebas membutuhkan kesiapan
seluruh elemen stakeholder, baik di level pengusaha maupun di level pemerintahan.
Untuk itu tujuan dari proses ini adalah untuk mewujudkan pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan dengan mensyaratkan adanya integrasi
antara pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan. Adapun model
pembangunan yang direncanakan harus memasukkan dimensi lingkungan secara
terpadu dan menyeluruh.
Perubahan lingkungan sebagaimana dijelaskan di atas berdampak kepada pola
penataan ruang. Dampak yang mempengaruhi terhadap penataan ruang Kota
Samarinda adalah sebagai berikut :
Ekonomi. Berkembangnya sistem pekonomian secara lebih baik, dipicu oleh
sektor swasta maupun pemerintah. Otonomi daerah membawa dampak
meningkatnya kapasitas keruangan daerah yang apabila peningkatan kapasitas
ini diimplementasikan ke dalam investasi sektor public, akan menarik investasi
yang lebih besar ke dalam wilayah daerah.
Sosial. Apabila tidak dikelola dengan instrument kebijakan yang tepat,
kesempatan otonomi daerah ini justru akan rneningkatkan kesenjangan sosial
yang sudah ada. Kesempatan bisa hanya diperoieh oleh pihak-pihak yang
mempunyai akses kepada informasi (knowledge-based). Jika ini terjadi,
masyarakat pada lapisan bawah semakin menderita.
Keruangan. Perkembangan cenderung terjadi di kawasan perkotaan daripada
wilayah perdesaan. Hal ini menambah kecenderungan pemusatan
perkembangan pada wilayah¬wilayah yang selama ini sudah berkembang.
Eksploitasi sumberdaya alam. Pemanfaatan sumberdaya alam akan meningkat
karena daerah dituntut untuk meningkatkan pendapatan asli daerah. Salah satu
jalan yang paling mungkin dan mudah adalah eksploitasi sumberdaya alam
sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi. Dalam jangka pendek boleh jadi
Laporan Akhir 21 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
bermanfaat tetapi dalam jangka panjang berakibat kepada menurunnya
kemampuan alam dalam mendukung pembangunan di masa depan.
Kelembagaan. Perubahan lingkungan strategis ini mengubah kelembagaan
masyarakat dan pembangunan. Partisipasi dan kontrol masyarakat semakin
besar. Pemerintah tidak lagi berperan sangat kuat dalam pembangunan,
khususnya dari aspek pembiayaan. Partisipasi dari pelaku pernbangunan lain,
masyarakat, swasta, kelompok masyarakat, dan organisasi non pemerintah
(NG0), akan semakin penting dalam rangka menciptakan good govemance
3.2.2. Tujuan Penataan Ruang
Tujuan yang diharapkan dari Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Samarinda adalah:
Menyempurnakan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Samarinda
seiring dengan perkembangan jumlah penduduk dan kegiatan sosial ekonomi di
wilayah Kota Samarinda;
Menyamakan pola pikir dan persepsi atau cara pandang mengenai substansi
dan tata cara penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Samarinda.
Meningkatkan pemberdayaan institusi/kelembagaan yang ada dan terkait
dengan penataan ruang wilayah Kota Samarinda.
• Meningkatkan pembinaan teknis kepada Pemerintah Kota Samarinda dalam
penataan ruang wilayah, khususnya dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kota Samarinda.
Sejalan dengan Misi Kota Samarinda maka dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kota Samarinda, akan menjadikan Kota Samarinda sebagai :
Kota Jasa; pembangunan Kota dititikberatkan pada bidang transportasi dan
perhotelan, restoran, rekreasi dan olah raga, kesehatan pendidikan yang
jangkauan pelayanannya diharapkan mampu menempuh sejauh mungkin di
luar batas wilayah administrasi Kota Samarinda, tidak hanya dalam batas
lingkup Kalimantan Timur dan Kalimantan, tetapi juga sebagian kawasan timur
Indonesia.
Kota Industri; Samarinda diharapkan mampu menangkap peluang investasi
baik dalam maupun luar negeri. Namun pencapaiannya diperkirakan dapat
Laporan Akhir 22 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
terealisai dalam jangka panjang, karena banyak factor pendukung yang
diperlukan untuk berkembangnya sector industri lebih-lebih industri yang
bersifat manufacturing seperti tersedianya bahan baku, tenaga kerja, pangsa
pasar lokal, regional dan global, akses pemasaran ke barbagai daerah di dalam
dan luar negeri , pelabuhan ekspor dan lain sebagainya. Selama ini industri
utama yang ada di samarinda adalah kayu lapis, sawn timber, partied board,
plywood, serta industri menengah lainnya.
Kota Perdagangan; Kota Samarinda diharapkan mampu berperan sebagai pusat
perdagangan yang akan didukung oleh dibangunnya bandar udara, dermaga,
dan Trans Kalimantan.
Kota Permukiman; pembangunan perumahan Kota Samarinda memiliki potensi
yang strategis, mengingat letak geografis Kota sangat mendukung untuk
dikembangkan menjadi kota pemukiman. Karena Kota Samarinda memiliki
lahan yang cukup kondisinya cukup strategis untuk dikembangkan sesuai tata
ruang kota. Dalam kurun waktu 5 tahun Kota Samarinda akan mampu
membangun pemukiman yang berwawasan lingkungan
A. Konsep Pengembangan
Pertumbuhan dan perkembangan wilayah Kota Samarinda dalam masa 10 tahun
mendatang akan diwarnai oleh perkembangan di bidang ilmu pengetahuan
teknologi serta seni, liberalisasi ekonomi dan perdagangan global, tuntutan
pembangunan dan demokratisasi di segala bidang, serta tuntutan pemanfaatan
sumberdaya alam yang semakin efektif dan efisien. Oleh karena itu, pendekatan
pembangunan yang dilaksanakan berupa pembangunan yang berkelanjutan serta
berkesinambungan baik dari sisi ekonomi, sosial, budaya, maupun ekologi yang
pengelolaannya dilaksanakan secara antar/multi disiplin dengan prinsip multi
decision-making process antar stakeholders yang akan tepat digunakan.
Situasi global yang serba kompleks dan kompetitif akan terbentuk bersamaan
dengan makin sensitifnya kondisi lokal dan lingkungan alam. Supaya mampu
berkompetisi, Kota Samarinda tidak hanya harus lebih baik, tapi juga harus mampu
menciptakan kondisi yang saling terkait dan saling menguntungkan dengan
wilayah lainnya.
Laporan Akhir 23 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Kota Samarinda dalam 10 tahun mendatang mempunyai visi “Terwujudnya Kota
Samarinda sebagai Kota Jasa, Industri, Perdagangan dan Pemukiman yang berwawasan
lingkungan guna mencapai masyarakat yang bertaqwa, berkualitas dan sejahtera.
Pembangunan Kota Samarinda pada dasarnya dilakukan oleh semua lapisan
masyarakat, baik itu yang berada dalam lembaga pemerintah, swasta, maupun
masyarakat sendiri secara perorangan. Dalam pelaksanaan pembangunan masing-
masing subjek tersebut mempunyai fungsi dan peranan yang berbeda, pemerintah
khususnya Pemerintah Kota Samarinda, sebagai konskuensi UU No. 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, mempunyai fungsi dan peranan pokok dalam
pelaksanaan pembangunan sebagai :
• Pengarah dan perencana pembangunan daerah
• Dinamisator pembangunan
• Katalisator pembangunan
• Pelaksana pembangunan
• Dan lain-lain.
Dengan fungsi dan perannnya yang demikian Pemerintah mempunyai keinginan
yang banyak dalam pembangunan, namun dengan segala keterbatasan yang
dimiliki terutama keterbatasan dana dan aparat semua keinginan tersebut sulit
untuk dicapai. Bertitiktolak dari kondisi yang terbatas, Pemerintah berusaha
melaksanakan perannnya agar lebih berdaya guna dan berhasil guna, untuk itulah
diperlukan strategi dalam pengembangan Kota Samarinda.
Dalam pengembangan wilayah Kota Samarinda, dipilih model yang secara
lingkungan bisa berkelanjutan, sebuah pengembangan wilayah yang memadukan
lingkungan hidup termasuk factor sumber dayanya sehingga dapat meningkatkan
mutu hidup masyarakatnya di masa kini dan masa mendatang. Untuk
mengakomodasi prinsip berkelanjutan tersebut, digunakannya konsep multiple
nuclei.
Konsep pengembangan wilayah yang dipilih ini mengarahkan perkembangan
wilayah dengan menciptakan pusat-pusat aktivitas dan mampu memberikan nilai
tambah bagi tercapainya hubungan antar ruang yang efisien dan efektif sehingga
Laporan Akhir 24 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
sedikit mungkin menimbulkan dampak negatif, yaitu ketimpangan antar wilayah.
Model ini digunakan terutama agar terjadi perkembangan wilayah yang lebih
merata di wilayah Kota Samarinda. Beberapa pusat aktivitas baru dikembangkan
sebagai "magnet" pada beberapa kawasan agar pertumbuhan wilayah tidak
bertumpu pada satu lokasi saja.
Beberapa kegiatan yang bisa dijadikan dasar dalam pengembangan pusat aktivitas
baru, yaitu :
Kegiatan berbasis pada pertanian
Kegiatan berbasis pada industri
Kegiatan berbasis pada permukiman
Kegiaian berbasis pada jasa dan perdagangan
Kegiatan berbasis pada pariwisata
Kegiatan berbasis pada pertambangan
Perlu diingat agar dalam pengembangan kawasan baru tersebut tetap
dipertimbangkan beberapa faktor seperti kondisi dan daya dukung lahannya, tata
ruang eksisting, aksesibilitas dan profil demografi. Ada beberapa keuntungan
dalam pengembangan dengan model seperti ini antara lain :
Dari sudut pandang keruangan, konsep tersebut memungkinkan untuk
mengurangi pemusatan kegiatan pada satu wilayah sehingga mencegah
timbulnya kondisi yang over populated pada wilayah tersebut (dalam kasus Kota
Samarinda, wilayah yang paling berkembang tersebut adalah kawasan pusat
kota). Dengan konsep ini diharapkan wilayah lain akan berkembang sesuai
dengan potensinya dan pada akhirnya dapat menciptakan keterkaitan wilayah
yang saling menguntungkan.
Dari sudut pandang ekonomi, pengembangan wilayah yang berbasis potensi lokal
akan menciptakan keunggulan yang spesifik dibandingkan wilayah lain.
Keunggulan spesifik ini juga harus bersifat fleksibel, sehingga masing-masing
wilayah tidak bergantung kepada satu sektor unggulan saja tetapi juga kepada
beberapa sektor. Sektor-sektor yang dikembangkan tersebut disesuaikan pada
potensi pasamya pada suatu saat tertentu.
Di dalam konsep ini, dialokasikan wilayah pengembangan baru. Berkaitan dengan
hai tersebut, dalam mengembangkan wilayah-wilayah baru tetap didasarkan pada
daya dukung fisik lahan. Oleh karena itu digunakan juga konsep semi cluster
Laporan Akhir 25 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
dimana bentang alam menjadi batasan akan wilayah-wilayah dikembangkan. Dari
sisi lingkungan, tentunya akan meminimaiisasikan dampak yang terjadi dari
perubahan sebuah bentang alam yang dominan.
Sebagai kota jasa, perdagangan, industri, dan permukiman yang juga sekaligus
menjadi ibukota propinsi, Kota Samarinda cenderung memiliki penduduk yang
terus bertambah. Hal ini menuntut lahan permukiman berikut lahan dan fungsi
pendukungnya. Mengingat kondisi tersebut, digunakan dua konsep
pengembnagan kawasan perkotaan yaitu pengembangan secara intensifikasi dan
ekstensifikasi lahan.
Konsep intensifikasi dengan pembangunan vertikal di beberapa lokasi wilayah
perkotaan memiliki nilai lahan tinggi. Selanjutnya, konsep ini juga diikuti dengan
intensifikasi lahan dengan menggunakan pola mix used area. Mix used area
direncanakan khususnya di tengah pusat kota yang ada sekarang yaitu di daerah
Pasar Pagi, Temidung dan pusat kota di daerah Samarinda Seberang yang akan
dipusatkan di Kelurahan Baka dan Loa Janan
Berkaitan dengan pengembangan wilayah baru, pada dasamya perkembangan
dibatasi untuk tidak mengkonversi lahan yang bisa menimbulkan pengaruh negatif
pada kawasan bawahannya. Khusus di wilayah Kota Samarinda, pengembangan
daerah terbangun dibatasi untuk tidak mengkonversi lahan di Bagian Utara wilayah
Kota Samarinda (bagian utara kecamatan Samarinda Utara) dan bagian Selatan
wilayah Kota Samarinda (bagian selatan kecamatan Palaran) dan beberapa wilayah
khusus (terutama pada daerah water natural stroge dan daerah geohazard).
Dalam hal estetika kota, pengembangan wilayah perkotaan memanfaatkan
karakteristik alam yang khas di Kota Samarinda. Kota Samarinda memiliki
karakteristik unik dengan keberadaannya di tepi sungai Mahakam. Hal ini
menjadikan Kota Samarinda memilki "uniqueness" berkaitan dengan nilai estetika
dan identitas kota. Berdasarkan pertimbangan ini, pengembangan Kota Samarinda,
khususnya pada bagian-bagian yang dilintasi sungai menerapkan konsep Water
Front City dengan menjadikan Sungai Mahakam dan sungai lainnya `muka' bagi
pengembangan kawasan-kawasan yang dilaluinya. Dengan konsep ini diharapkan
area sepanjang sisi sungai memiliki nilai estetika tinggi yang pada akhirnya akan
mendukung keindahan "wajah" Kota Samarinda.
Laporan Akhir 26 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
B. Kebijakan Bidang industri
Kebijakan bidang industri dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Samarinda meliputi :
Relokasi kawasan industri.
Menyediakan kawasan industri yang didukung oleh fasilitas iasa, perdagangan
dan permukiman.
Menyediakan kawasan industri yang didukung oleh pengelolaan utilitas kota.
C. Rencana Struktur Tata Ruang
Sebagian pusat-pusat permukiman dapat memberikan arahan pada pertumbuhan
wilayah Kota Samarinda dan penyebaran penduduk secara nasional dan menunjang
pembangunan bidang ekonomi, sosial, budaya, dan lainnya. Pusat-pusat
permukiman yang akan berkembang di masa mendatang tersebar di seluruh
kecamatan di wilayah Kota Samarinda yang terbagi atas beberapa hirarki kota,
yaitu:
Pusat kegiatan utama wilayah Kota Samarinda, yang merupakan pusat kegiatan
yang melayani seluruh wilayah Kota Samarinda.
Pusat kegiatan sub wiiayah, yang melayani wilayah bagian Kota Samarinda.
Pola pengembangan wilayah Kota Samarinda dibentuk oleh struktur ruang yang
telah ditetapkan dengan mengakomodasi kecenderungan, potensi, dan fasilitas yang
dimiliki oleh setiap wilayah. Struktur ruang yang ditetapkan sebagai rencana
diharapkan menjadi kerangka pengembangan keseluruhan wilayah secara seimbang
sesuai potensi dan keterkaitan antar wilayah. Struktur wilayah ini dibentuk oleh
pusat-pusat permukiman dan wilayah pelayanannya serta keterkaitan antar pusat
permukiman dan antara pusat permukiman dengan wilayah pelayanannya. Secara
keseluruhan Kota Samarinda dibagi menjadi beberapa daerah pengembangan yang
didasarkan kepada batas administrasi. Wilayah pengembangan (WP) tersebut
adalah WP Sungai Kujang, WP Samarinda Ulu, WP Samarinda Utara, WP
Samarinda llir, WP Palaran dan WP Samarinda Seberang.
Laporan Akhir 27 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Pusat kegiatan utama wilayah Kota Samarinda yang direncanakan berada di pusat
kota khususnya wilayah Kelurahan Pasar Pagi, Karang Mumus dan Pelabuhan
diarahkan untuk dikembangkan pada sektor jasa dan perdagangan. Pusat kegiatan
utama yang lain sebagai penyeimbang direncanakan di wilayah Kecamatan
Samarinda Seberang yang diarahkan pada sektor jasa perdagangan dan
pemerintahan di Kelurahan Baqa dan Mesjid. Sub pusat kegiatan diarahkan
menyebar ke sekeliling pusat kegiatan utama tersebut. Beberapa sub pusat kegiatan
direncanakan mendukung pengembangan kawasan permukiman baru di daerah
keiurahan Karang Asam dan Sungai Kapih, juga di daerah Keluarahan Mesjid dan
Baka Rapak Dalam. Sedangkan pusat kegiatan pada sektor industri diarahkan
berada di Kelurahan Bukuan yang diikufi oieh kawasan permukiman.
Adapun pengelompokkan yang diatur di dalam perencanaan tata ruang Kota
Samarinda ini adalah sebagai berikut :
• Kawasan Jasa dan Perdagangan
• Kawasan Industri
• Kawasan Perkantoran Pemerintah
• Kawasan Rekreasi dan Olahraga
• Kawasan Permukiman
• Kawasan Pendidikan
• Bandara, Pelabuhan, dan Terminal
• Kawasan Pertanian
• TPU
• TPA
D. Arah Pengembangan Kawasan Budidaya : Kawasan Industri
Kawasan industri yang direncanakan berada jauh dari pusat kota, yaitu di daerah
Bukuan dan Handil Bhakti, Kecamatan Palaran. Kawasan industri ini bersebelahan
dengan lokasi rencana Pelabuhan Barang dan Peti Kemas. Kawasan industri ini
direncanakan meliputi daerah seluas 1.685.064 Ha. Selain itu sesuai penetapan visi
pengembangan agrobisnis, maka dialokasikan juga kawasan industri yang
mengolah hasil-hasil pertanian di daerah Kelurahan Bantuas, kecamatan Palaran.
Kawasan industri pertanian ini direncanakan menempati areal seluas 624.4 Ha.
Laporan Akhir 28 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Lokasi industri yang akan dikembangkan berdekatan dengan sumber bahan
mentahnya atau kemudahan akses untuk mendapatkan sumber bahan mentah.
Sehingga, untuk industri yang berbasis hasil hutan dan pertanian akan ditempatkan
di kawasan pertanian atau kawasan hutan produksi, sementara untuk industri
berbasis tambang, ditempatkan di kawasan perdagangan.
Beberapa arahan yang dapat diterapkan :
Industri yang potensial dikembangkan adalah industri yang berbasis pada
pertanian dan manufaktur. 0leh karena itu, perlu penyiapan ketersediaan bahan
baku yang disupply oleh sektor pertanian.
Industri lain yang dikembangkan adalah industri yang berbasis pada potensi
tambang serta mineral, baik industri hulu maupun industri hilir.
Penyediaan iklim usaha yang kondusif, termasuk di dalamnya kemudahan
proses perijinan dan transparan.
Penyediaan infrastruktur yang memadai bagi proses pra produksi, masa
produksi dan distribusi barang yang memadai, prasarana jalan sesuai dengan
fungsi dan perannya, pelabuahn dan terminal pergantian antar moda yang
menjamin proses mendapatkan input dan pemasaran produk.
3.3. Pembangunan Kawasan Industri Pertanian Masyarakat Kota
Pengembangan kawasan industri pertanian masyarakat kota tidak lepas dari
rencana tata ruang wilayah terhadap lahan budidaya yang ditetapkan oleh Kota
Samarinda. Berdasarkan pada RTRW Kota Samarinda, maka kawasan budidaya di
bagi menjadi dua komponen utama yaitu kawasan budidaya pertanian dengan
kawasan budidaya non pertanian.
a. Kawasan Pertanian
Kawasan Budidaya Pertanian diklasifikasikan di wilayah Kota Samarinda menjadi
lima yaitu :
• Pertanian Tanaman Pangan Lahan Kering
• Pertanian Tanaman Pangan Lahan Basah
• Tanaman Tahunan
• Kawasan Peternakan
Laporan Akhir 29 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
• Kawasan Perikanan
Kriteria yang menjadi dasar pengembangan kawasan budidaya pertanian adalah
sebagai berikut :
Tanaman Lahan Kering
Areal lahan kering adalah areal lahan pertanian yang keadaan dan sifatnya fisiknya
sesuai bagi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan, dengan
sistem pengolahan lahan kering. Pada lahan kering diutamakan untuk
mengembangkan tanaman mengembangkan tanaman palawija dan holtikultura
(sayuran dan buah-buahan). Kriteria yang digunakan :
• Unit lahan yang mempunyai nilai kesesuaian lahan cukup sesuai sampai sesuai
marginal
• Unit lahan yang mempunyai kemiringan lahan 0-8 % atau 8-45 % yang telah
dilakukan tindakan
pencegahan erosi (teras) secara lengkap terutama untuk daerah penduduk
padat.
• Untuk tingkat kesesuaian lahan marginal atau bawah marginal dapat
dibudidayakan hijauan
makanan ternak.
Kawasan Petanian Lahan Basah
Areal tanaman pangan lahan basah adalah areal pertanian yang memerlukan air
terus menerus sepanjang tahun musiman atau bergilir dengan tanaman utama padi
atau mina padi, terutama pada areal sawah, sedangkan pada lahan basah yang
bukan merupakan sawah seyogyanya diarahkan bagi perkembangan air tawar.
Kriteria yang digunakan adalah :
• Unit lahan yang mempunyai nilai kesuaian lahan, sangat sesuai sampai dengan
cukup sesuai.
• Unit lahan yang mempunyai kemiringan lahan 0-30 %
• Pada areal yang telah ada dan akan dibangun sarana irigasi dan atau sarana
drainase.
Laporan Akhir 30 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Tanaman Tahunan/Perkebunan
Areal tanaman tahunan adalah areal pertanian dengan tanaman tahunan sebagai
tanaman utama yang dikelola dengan masukan teknologi sederhana sampai tinggi
dengan memperhatikan azas konservasi tanah dan air. Pada areal tanaman tahunan
ini diutamakan tanaman buah-buahan, perkebunan besar, perkebunan rakyat.
Kriteria yang digunakan :
• Unit lahan yang mempunyai nilai kesesuaian lahan cukup sesuai sampai
sesuai marginal.
• Unit lahan pada kemiringan lahan antara 0-40 %
• Mempertahankan sumber mata pencaharian masyarakat yang sudah ada.
• Mempertahankan areal perkebunan yang memiliki hak guna usaha
(HGU)/ Existing.
Kawasan Peternakan
Areal kawasan peternakan memerlukan ketersediaan makanan dan air secukupnya,
lokasi yang cocok memenuhi kriteria sebagai berikut :
• Unit lahan yang mempunyai nilai kesuaian lahan, sangat sesuai sampai dengan
cukup sesuai.
• Unit lahan yang mempunyai kemiringan lahan 0-40 %
Kawasan Perikanan
Pengembangan perikanan di Kota Samarinda adalah perikanan air tawar dan air
payau, lokasi yang sesuai untuk pengembangan perikanan ini adalah :
• Kemiringan 0-8%;
• Bentang alam datar;
b. Sebaran Lokasi Budidaya Pertanian
Tersebar hampir di seluruh bagian Kota Samarinda, terutama di wilayah yang datar,
untuk wilayah yang kelerengannya agak tinggi (dibawah 40%), dijadikan kawasan
pertanian dengan terasering.
Pertanian Tanaman pangan lahan kering diarahkan untuk penanaman komoditi padi
ladang dan palawija. Jenis Palawija yang berkembang dan menjadi komoditi yang
produksinya besar dan berpotensi adalah jenis jagung, ketela rambat dan ketela
Laporan Akhir 31 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
pohon. Palawija ini dapat dikembangkan di Kecamatan Samarinda Utara
(Kelurahan Sungai Siring, Kelurahan Sempaja), Kecamatan Samarinda Ulu
(Kelurahan Air Hitam, Kelurahan Air Putih), Kecamatan Samarinda Ilir (Kelurahan
Sambutan), Kecamatan Palaran (Kelurahan Bantuas).
Buah-buahan dapat dikembangkan di Kecamatan Samarinda Utara (Kelurahan
Sempaja, Kelurahan Lempake, Kelurahan Sungai Siring), Kecamatan Samarinda Ulu
(Kelurahan Air Hitam, Kelurahan Air Putih), Kecamatan Palaran (Kelurahan Handil
Bakti), Kecamatan Sungai Kunjang (Kelurahan Loa Buah), Kecamatan Samarinda Ilir
(Kelurahan Makroman, Kelurahan Sambutan).
Sayuran dapat dikembangkan di Kecamatan Samarinda Utara (Kelurahan Sungai
Siring, Kelurahan Sempaja), Kecamatan Samarinda Ulu (Kelurahan Air Hitam,
Kelurahan Air Putih), Kecamatan Samarinda Ilir (Kelurahan Sambutan), Kecamatan
Palaran (Kelurahan Bantuas). Pertanian tanaman pangan lahan basah yang berupa
komoditi padi sawah diarahkan untuk dikembangkan di Kecamatan Palaran
(Kelurahan Bantuas) dan Kecamatan Samarinda Ilir (Kelurahan Makroman).
Komoditi pertanian tanaman keras (tahunan/perkebunan) di Kota Samarinda
berupa komoditi kopi di Kecamatan Samarinda Utara (Kelurahan Sempaja,
Kelurahan Sungai Siring), Kecamatan Samarinda Ulu (Kelurahan Air Hitam,
Kelurahan Air Putih), Kecamatan Palaran (Kelurahan Handil Bakti, Kelurahan
Bantuas). Komoditi karet pengembangannya diarahkan di Kecamatan Samarinda
Utara (Kelurahan Sempaja, Kelurahan Sungai Siring), Kecamatan Samarinda Ulu
(Kelurahan Air Hitam, Kelurahan Air Putih), Kecamatan Palaran (Kelurahan Handil
Bakti, Kelurahan Bantuas).Coklat di Kecamatan Samarinda Utara (Kelurahan
Sempaja, Kelurahan Sungai Siring), Kecamatan Samarinda Ulu (Kelurahan Air
Hitam, Kelurahan Air Putih), Kecamatan Palaran (Kelurahan Handil Bakti,
Kelurahan Bantuas). Sedangkan kelapa/kelapa sawit di Kecamatan Samarinda
Utara (Kelurahan Sempaja, Kelurahan Sungai Siring), Kecamatan Samarinda Ulu
(Kelurahan Air Hitam, Kelurahan Air Putih), Kecamatan Palaran (Kelurahan Handil
Bakti, Kelurahan Bantuas).
Laporan Akhir 32 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Kawasan Perikanan, pengembangan perikanan sesuai dengan potensinya
dikembangkan di Kecamatan Palaranan (Kelurahan Bantuas, Kelurahan Handil
Bhakti, Kelurahan Simpang Pasir, Kelurahan Rawa Makmur, Kelurahan Bukuan),
Kecamatan Samarinda Ilir (Kelurahan Sambutan, Kelurahan Sungai Kapin,
Kelurahan Pulau Atas, Kelurahan Sindangsari, Kelurahan Makroman).
Kawasan Peternakan, kawasan peternakan, sesuai dengan potensi lokasi,
pengembangannya dilakukan dengan penyebaran sebagai berikut:
Pengembangan sentra unggulan sapi potong di Kecamatan Samarinda Utara
(Kelurahan Sungai Siring, Kelurahan Sempaja) dan Kecamatan Sungai Kunjang
(Kelurahan Air Hitam dan kelurahan Air Putih), Kecamatan Palaran (Kelurahan
Bantuas), Kecamatan Samarinda Ilir (Kelurahan Sambutan).
Pengembangan transit center di Kecamatan Palaran (Pelabuhan Palaran) sebagai
pusat peternakan yang dilengkapi dengan ruang karantina, pasar hewan, rumah
potong hewan, laboratorium, diklat, perumahan karyawan dan tempat
pengembangan bibit unggul dengan laus areal 200 Ha;
Ternak besar dikembangkan di Kecamatan. Samarinda Utara dan Kecamatan
Palaran, Kecamatan Samarinda Ulu dan Kecamatan Sungai Kunjang
• Ternak kecil dikembangkan tersebar di semua kecamatan
• Unggas dikembangkan tersebar di semua kecamatan.
Laporan Akhir 33 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
BAB 4 POTENSI KOTA SAMARINDA
4.1. Potensi Pertanian Kota Samarinda
Kota Samarinda merupakan merupakan salah satu daerah yang memiliki
keunggulan komparatif dan kompetitif dalam bidang pertanian. Berdasarkan
data BPS pada Tahun 2008 terlihat bahwa Kota Samarinda memiliki luas sebesar
718 km2, apabila dilihat dari penggunaan lahannya (Gambar 7.1) tampak bahwa
12 persen merupakan lahan sawah dan 55 persen merupakan lahan bukan sawah,
hal ini menunjukkan bahwa potensi lahan yang ada untuk mengembangkan
tanaman perkebunan dan tanaman hortikultura sebagai komoditi unggulan dalam
rangka pengembangan Kawasan Industri Pertanian Masyarakat Kota (KIPMAKO)
Samarinda masih terbuka lebar.
Gambar 4.1. Distribusi Penggunaan lahan di Kota Samarinda
Dari luasan lahan sebesar 718 km2, penggunaan lahan untuk rumah dan
pekarangan sebesar 32 persen, lahan kering sementara tidak diusahakan sebesar
17,98 persen, lahan tegal/ kebun/ ladang sebesar 12,36 persen, dan perkebunan
rahyat sebesar 6,25 %, adapun sisanya adalah hutan rakyat ringan, rawa, dan lain-
lain. Dari penggunaan lahan tersebut, terdapat porsi yang cukup tinggi yaitu
Laporan Akhir 34 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
36,59 persen lahan yang dapat dikembangkan dalam rangka pengembangan
KIPMAKO, yaitu lahan kering sementara tidak diusahakan, lahan tegal/ kebun/
ladang, dan perkebunan rakyat. Ketiga kategiro penggunaan lahan tersebut dapat
dikembangkan untuk budidaya tanaman industri, perkebunan dan tanaman
hortikultura khususnya tanaman buah-buahan.
Dari data BPS tahun 2008 yang didapatkan, terdapat beberapa potensi pertanian
yang dapat dikembangkan dalam rangka pengembangan KIPMAKO Samarinda,
diantaranya adalah komoditi buah-buahan, komoditi perkebunan yang dihasilkan
dari perkebunan rakyat utama dan perkebunan rakyat lainnya, dan komoditi
tanaman obat-obatan. Ketiga komoditi (buah-buahan, perkebunan, dan tanaman
obat-obatan) adalah komoditi potensial yang dapat dikembangan karena hasil dari
komoditi tersebut, baik produk pertama maupun turunannya memiliki nilai
ekonomis tinggi jika dikembangkan secara baik dan benar.
Komoditas Tanaman Pangan
Komoditas tanaman pangan merupakan salah satu komoditas yang memiliki luas
lahan yang cukup besar. Menurut BPS Tahun 2008, dari lahan yang tersedia untuk
produksi pertanian, luas lahan untuk tanama pangan sebesar 8.301 Ha. Dari
luasan tersebut didominasi oleh kebutuhan untuk komoditas padi baik sawah
maupun padi ladang, luas lahan untuk kedua komoditas ini sebesar 7.385 Ha,
kemudian disusul oleh komoditi Ketela pohon dengan luas lahan sebesar 442 Ha
dan yang paling kecil adalah luas lahan untuk komoditas kacang tanah yaitu
hanya sebesar 19 Ha. Dominasi yang tinggi oleh komoditi tanaman padi
menunjukkan bahwa Kota Samarinda menginginkan untuk melakukan
swasembada pangan daerah, sehingga tidak tergantung dengan daerah lain.
Laporan Akhir 35 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Gambar 4.2. Luas Tanaman Pangan menurut Jenis Tanaman Pada Tahun 2007
Jika dilihat dari luas lahan yang dibutuhkan tentunya akan memberikan
gambaran mengenai distribusi terhadap produksi masing-masing komoditi. Pada
Gambar 7.3 terlihat bahwa produksi yang paling tinggi masih didominasi oleh
komoditi padi/gabah yang dihasilkan. Menurut BPS tahun 2008 produksi padi
secara keseluruhan pada tahun 2007 sebesar 28.130 ton, sedangkan ketela pohon
produksinya mencapai 6.845 ton, sedangkan komoditas yang paling kecil ada
kacang tanah dengan total produksi pada tahun yang sama sebesar 20 ton.
Gambar 4.3. Produksi Tanaman Pangan menurut Jenis Tanaman Pada Tahun 2007
Laporan Akhir 36 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Gambar 4.4. Produktivitas Tanaman Pangan menurut Jenis Tanaman Pada Tahun 2007
Jika dilihat dari besaran produksi tampak bahwa komoditas padi merupakan
komoditi yang paling besar volume produksinya, namun jika dilihat dari tingkat
produktivitasnya tampak bahwa komoditi ketela pohon dan ketela rambat
merupakan komoditi yang paling besar dibandingkan dengan padi (Gambar 7.4).
Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan kedua komoditas ini sangat
dimungkinkan jika ingin mengembangkan produk yang berbasis pada tanaman
pangan, yaitu produk olahan dari ubi kayu dan ubi jalar
Komoditas Buah-buahan
Komoditi ini banyak diusahakan di Kota Samarinda. Dari Gambar 7.5 tampak
bahwa populasi empat komoditi buah-buahan yang paling dominan diusahakan
adalah pepaya, pisang, nanas, dan salak,. Keempat tanaman tersebut merupakan
tanaman yang memiliki potensi tinggi untuk dikembangkan sebagai komoditi
unggulan dalam rangka pengembangan KIPMAKO Samarinda.
Laporan Akhir 37 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Gambar 4.5. Luas Panen Buah-buahan menurut jenis tanaman tahun 2007
Dilihat dari produksi buah-buahan, dari gambar 7.6 di bawah ini , terlihat bahwa
produksi tertinggi komoditi buah-buahan di Kota samarinda adalah Pisang
(1.298,1 ton) , Salak (832,8 ton) , Pepaya (1.214,4 ton), dan Rambutan (601,2 ton).
Gambar 4.6. Produksi Buah-buahan Menurut Jenis Tanaman Tahun 2007
Jika kita lihat dari produktivitas komoditas buah-buahan (Gambar 7.7), maka
tampak bahwa produktivitas yang paling tinggi tidak didominasi oleh komoditas
Laporan Akhir 38 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
unggulan, namun didominasi oleh komoditas minoritas seperti rambutan, alpukat
dan mangga. Hal ini menunjukkan beberapa komoditas yang minoritas tersebut
dapat ditingkatkan dengan melakukan penanaman pohon, sehingga tingkat
produksinya akan mengalami kenaikan
Gambar 4.7. Produktivitas Buah-buahan Menurut Jenis Tanaman Tahun 2007
Komoditas Perkebunan
Ada dua macam perkebunan yang terdapat di Kota Samarinda, yaitu perkebunan
Rakyat Utama, dan Perkebunan Rakyat Lainnya. Perkebunan rakyat utama
dengan komoditi Karet, Kelapa, Coklat, Cengkeh, Kopi, dan Lada. Sedangkan
pada perkebunan Lainnya adalah Kelapa Hibrida, Kenaf/ Rosella, Kemiri, Aren,
Panili, dan Pala. Berdasarkan pada Gambar 7.8 terlihat bahwa luas lahan untuk
perkebunan rakyat utama didominasi oleh produk coklat (980,17 Ha), kelapa (960
Ha) dan karet (797,5 ton).
Laporan Akhir 39 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Gambar 4.8. Luas Tanaman Perkebunan Rakyat Utama Berdasarkan Jenis
Tanaman tahun 2007
Untuk perkebunan Utama, dari Gambar 7.9. di bawah ini, dari 100 persen luas
lahan perkebunan rakyat utama, terdapat tiga komoditi dominan, yaitu Kelapa,
Coklat, dan Karet. Dari gambar tersebut terlihat bahwa kelapa memiliki luasan
terbesar yaitu 29,32 %, diikuti Coklat dengan 28,52 %, dan kemudian Karet dengan
24,30 %.
Berdasarkan Gambar 7.4. diketahui bahwa dari luasan lahan tersebut, terdapat
luasan lahan pada tanaman karet sebesar 58,62 persen yang belum berproduksi,
jumlah tersebut adalah potensi yang dapat dikembangkan lebih lanjut. Pada
luasan tanaman kelapa, terdapat 25,53 persen lahan yang belum berproduksi, dan
4,69 persen yang tidak berproduksi, pada lahan yang belum berproduksi dan yang
sudah tidak berproduksi lagi, perlu diadakan usaha penanaman kembali untuk
memaksimalkan potensi lahan yang ada. Sedangkan intuk tanaman coklat, sebesar
25 persen lahan coklat belum berproduksi dan 4,69 persen tidak berproduksi lagi.
Hal ini perlu mendapatkan perhatian yang sama seperti halnya pada luasan
tanaman kelapa
Laporan Akhir 40 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Gambar 4.9. Persentase Luas Tanaman Perkebunan Rakyat Utama Yang Berproduksi, Belum Berproduksi, Dan Tidak Berproduksi Lagi Tahun 2006
Gambar 4.10. Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Utama
Jika dilihat dari produksi komoditi perkebunan rakyat utama dari tahun ke tahun,
terdapat dua komoditi dominan yang tidak mengalami perubahan signifikan,
yaitu Kelapa dan Karet. Pada tahun 2007, dua komoditi yang dominan, yaitu
Kelapa dengan jumlah produksi mencapai 807,40 ton, dan Karet dengan jumlah
produksi sebesar 281,4 ton. Dari data tersebut, maka perlu dilakukan kajian lebih
lanjut tentang Kelapa dan Karet khususnya mengenai produk pertama dan
Laporan Akhir 41 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
produk turunannya (khususnya pada komoditi kelapa) yang mempunyai nilai
ekonomis tinggi untuk dikembangkan lebih lanjut.
Gambar 4.11. Produktivitas Tanaman Perkebunan Rakyat Utama Kota Samarinda Tahun 2007
Produktivitas tanaman perkebunan ternyata juga masih didominasi oleh tanaman
karet dan kelapa, dimana masing –masing komoditas tersebut memiliki
produktivitas sebesar 5,28 Kw/Ha dan 5,25 Kw/Ha. Hal ini semakin memperkuat
bahwa kedua komoditas ini dapat diandalkan untuk menjadi komoditas unggulan
yang mampu diolah menjadi komoditas lebih lanjut.
Jika dilihat dari sisi petani sebagai produsen untuk memproduksi kelapa segar,
maka komoditas kelapa menjadi komoditas yang sangat strategis, hal ini
didasarkan pada data dari BPS yang menunjukkan bahwa jumlah petani kelapa
lebih banyak jika dibandingkan dengan petani dari komoditas perkebunan yang
lain.
Pada Gambar 4.12. tampak bahwa meskipun terjadi penurunan kuantitas pada
jumlah petani kelapa pada tahu 2006 namun pada tahun 2007 mengalami
peningkatan kembali dan jumlah dari petani kelapa ini memiliki kuantitas yang
lebih besar jika dibandingkan dengan dengan jumlah petani coklat dan karet,
sehingga kebijakan untuk meningkatkan sektor hilir dari pengolahan kelapa
Laporan Akhir 42 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
sangat tepat untuk meningkatkan pendapatan petani kelapa yang memiliki
kuantitas yang sangat besar (5.834 KK pada tahun 2007)
Gambar 4.12. Jumlah KK yang berusaha pada sektor Perkebunan Utama di Kota
Samarinda Tahun 2006
Komoditas Tanaman Obat-Obatan
Luas Panen tanaman obat-obatan di kota samarinda berdasarkan data BPS adalah
sebagaimana terdapat pada Gambar 7.8. Dari gambat tersebut terlihat bahwa
komoditi yang paling berpotensi untuk dikembangkan dalam rangka
pengembangan KIPMAKO adalah jahe, yaitu dengan luasan panen sebesar 476
m2.
Laporan Akhir 43 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Gambar 4.13. Luas Panen Tanaman Obat Obatan di Kota Samarinda
Dari data BPS tahun 2007, produksi tanaman obat-obatan di Kota Samarinda
adalah sebagaimana tersaji pada Gambar 7.14. dari gambar tersebut terlihat
bahwa tiga komoditi dengan jumlah produksi tertinggi yaitu Kunyit, Jahe, dan
Langkuas. Ketiga komoditi tersebut memiliki potensi yang cukup tinggu untuk
dikembangkan sebagai komoditi unggulan dalam pengembangan KIPMAKO
Samarinda.
Gambar 4.14. Produksi Tanaman Obat-obatan di Kota Samarinda tahun 2006
4.2. Kondisi Perekonomian Kota Samarinda
4.2.1. Produk Domestik Regional Bruto
Laporan Akhir 44 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Salah satu indikator ekonomi makro yang digunakan untuk mengevaluasi hasil-
hasil pembangunan di daerah dalam lingkup Kabupaten/Kota adalah jumlah nilai
tambah (barang dan jasa) yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu
daerah dalam satu tahun, atau disebut Produk Domestik regional Bruto (PDRB).
Dengan berjalannya otonomi daerah terjadi Kenaikan jumlah produksi dan harga
barang/jasa merupakan faktor utama pendorong kenaikkan nilai PDRB Kota
Samarinda, terlebih berjalannya otonomi daerah. Pertumbuhan ekonomi dalam
periode 2000-2007 telah mencapai rata-rata diatas 7 persen per tahun. Suatu
kondisi ekonomi Daerah yang sangat bagus bahkan optimis akan lebih baik lagi
pada tahun-tahun mendatang.
Laporan Akhir 45 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Tabel 4.1. Perkembangan PDRB dan Laju Pertumbuhan PDRBKota Samarinda Tahun 2000-2007 (Juta Rupiah)
TAHUN PDRB ADH
BERLAKU
PDRB ADH KONSTAN 2000
LAJU PERTUMBUHAN PDRB (%)
2000 6.077.497 6.077.497 -
2001 6.993.663 6.530.617 7,46
2002 8.414.777 7.204.787 10,32
2003 9.852.073 7.890.753 9,52
2004 11.588.177 8.601.033 9,00
2005 13.125.820 9.293.066 8,05
2006r) 14.500.247 9.803.725 5,50
2007*) 15.868.881 10.089.859 2.92
2000-2007 xxxx xxxxx 7,51
Pertumbuhan diatas 7 persen, tidak terlepas dari kontribusi beberapa sub sektor
yang mencatat angka pertumbuhan rata-rata dua digit antara lain : Bangunan dan
sektor Pertambangan dan Penggalian. Sektor yang memiliki kontribusi diatas rata-
rata pertumbuhan umum adalah sektor Perdagangan Besar dan Angkutan dan
Komunikasi. Struktur ekonomi yang dinyatakan dalam persentase menunjukkan
besarnya peranan masing-masing sektor ekonomi dalam menciptakan nilai
tambah. Hal ini menggambarkan ketergantungan daerah terhadap kemampuan
produksi masing-masing sektor ekonomi. Struktur ekonomi yang disajikan dari
waktu ke waktu memperlihatkan perubahan dan pergeseran sebagai indikator
adanya proses pembangunan. Pertumbuhan ekonomi yang tercipta merupakan
salah satu dampak positif pembangunan daerah, melalui peningkatan peran
Pemerintah Daerah dalam pembangunan. Akn tetapi pertumbuhan ekonomi ini
juga tidak terlepas dari peran swasta dalam melakukan aktivitas ekonominya di
Kota Samarinda. Sinergi serta kerjasama dari kedua pihak dalam menjamin
kelangsungan pertumbuhan ekonomi di Kota Samarinda masih diperlukan untuk
menciptakan lapangan pekerjaan serta kesejahteraan masyarakat.
Perkembangan PDRB atas dasar harga berlaku di Kota Samarinda selalu
menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan. Hal ini sebagai indikasi bahwa
ekonomi regional Kota Samarinda telah mencapai kondisi pemulihan ekonomi
Laporan Akhir 46 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
sejak tahun 1999. Pembentukan nilai tambah bruto (PDRB) atas dasar harga
berlaku tanpa migas pada tahun 2000 baru mencapai dari 6,07 trilyun rupiah,
selama enam tahun meningkat menjadi 15,87 trilyun rupiah (tahun 2007). Dari
pembentukan PDRB atas dasar harga berlaku ini masih mengandung inflasi atau
menurunnya nilai tukar uang terhadap barang dan jasa diwilayah Kota
Samarinda. Sedangkan pembentukan PDRB riil atau PDRB atas dasar harga
konstan tanpa migas setelah enam tahun disbanding tahun 2000 meningkat
menjadi 10,09 trilyun rupiah.
Secara umum, pembentukan perekonomian Kota samarinda (angka PDRB) secara
perlahan dan pasti menuju Kota Pelayanan (Service) meliputi sektor perdagangan,
hotel & restoran, Angkutan & Komunikasi, Keuangan, persewaan & jasa
perusahaan dan Jasa-jasa mencatat kontribusi (peranan) sebesar 54,62 perrsen
(2001) meningkat menjadi 63,96 persen (2007). Perubahan perekonomian Kota
Samarinda tersebut sangat dipengaruhi olah naik turunnya sektor-sektor tersebut.
Terlihat dengan adanya pergeseran kontribusi ekonomi Kota Samarinda dari
tahun ketahun, tampak seperti peranan sektor Pembuatan (Manufacture) dan
Pertanian (Agriculture) terus mengalami penurunan. Dilihat dari tiga sektor besar,
maka tampak adanya pergeseran yang signifikan antara Pertanian (agriculture),
Pembuatan (manufacture) dan Pelayanan (Service).
Tabel 4.2. Tabel Perkembangan Struktur Ekonomi Kota Samarinda Tahun 2000-2007 (Persentase)
Jenis Sektor 2000 2006r) 2007*)
Jumlah Persentase (%)
(Milyar Rupiah)
100,00
( 6.077 )
100,00
(13.125 )
100,00
(15.868)
Pertanian/Agriculture 2,38 2,20 2,27
Pembuatan/Manufacture 43,00 34,73 33,76
Pelayanan/Service 54,62 63,07 63,97
Selanjutnya PDRB per kapita merupakan gambaran nilai tambah bruto yang bisa
dihasilkan oleh masing-masing penduduk akibat dari adanya aktivitas komersiil
ekonomi. Nilainya bisa diperoleh dari PDRB dibagi dengan jumlah penduduk
tengah tahun. Sedang pendapatan per kapita merupakan gambaran rata-rata
Laporan Akhir 47 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
pendapatan yang diterima oleh masing-masing penduduk mempunyai andil
dalam proses produksi, angka ini diperoleh dengan cara membagi pendapatan
regional setelah dikurangi dengan penyusutan dan pajak tak langsung. Kedua
indikator ini digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk suatu
daerah dalam periode tahun tertentu.
Nilai PDRB per kapita Kota Samarinda selama tahun 2004-2007 mengalami
peningkatan secara nominal rupiah. Pada tahun 2005, PDRB per kapita atas`dasar
harga konstan menunjukkan nilai 16,13 juta rupiah (1.753 US $) per orang dan
meningkat menjadi 18,41 juta rupiah (2.000 US $) per orang. Secara nominal PDRB
per kapita atas dasar harga berlaku terus meningkat dari 22,78 juta rupiah per
orang (2.476 US $) hingga diperkirakan mencapai 26,72juta rupiah per orang
(3.025 US $) pada tahun 2007.
Tabel 4.3. PDRB Per Kapita Atas Harga Berlaku dan Konstan Tahun 2004 - 2007
Rincian 2004 2005r) 2006 2007t)
Pertanian/Agriculture 15.115.945 16.132.479 16.669.174 16.911.244
Pembuatan/Manufacture 20.312.998 22.786.023 24.654.623 26.723.071
Pelayanan/Service 7,96 6,72 3,33 1,93
4.2.3. Struktur Industri Pengolahan Pertanian
Gambaran Umum Keadaan Industri di Kota Samarinda
Keadaan industri di Kota Samarinda pada tahun 2007 (Gambar 7.15) lebih banyak
didominasi oleh industri Hasil Hutan, Kimia dan Percetakan dengan tingkat
dominasi hingga 44% dan unit usaha yang terdapat pada kategori ini sebesar 406
unit industri. Dominasi kedua didapat dari kategori industri logam, mesin dan
perekayasaan dimana kategori industri ini mencapai 30% dengan jumlah unit
industrnya pada tahun 2007 mencapai 271 buah.
Laporan Akhir 48 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Gambar 4.15. Keadaan Industri di Kota Samarinda tahun 2007
Pada tingkat penyerapan tenaga kerja ternyata tidak sama dengan dengan
distribusi sektor industri. Pada Gambar 7.16 Tampak bahwa prosentase distribusi
tenaga kerja yang paling besar besar adalah sektor industri hasil hutan, kimia dan
percetakan, namun nilai prosentase penyerapannya lebih besar dibandingkan
dengan prosentase jumlah unit industrinya, prosentase jumlah tenaga kerja
sebesar 45% sedangkan prosentase unit industrinya hanya mencapai 44% saja, ini
menunjukkan bahwa sektor industri termasuk dalam sektor padat karya.
Sedangkan sektor industri yang tidak padat karya adalah industri agro dengan
tingkat penyerapan hanya 15% dari seluruh distribusi tenaga kerja yang ada.
Gambar 4.16. Distribusi Tenaga Kerja pada berbagai sektor industri di Kota Samarinda tahun 2007
Laporan Akhir 49 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Jika dilihat dari tingkat penyerapan investasi (Gambar 7.17), tampak bahwa sektor
industri hutan, kimia dan percetakan memiliki nilai investasi yang paling tinggi
dibandingkan dengan industri yang lain, industri ini mampu menyerap investasi
sebesar 66% dengan nilai mencapai Rp. 93.057.202.000. Sektor industri yang
menempati posisi kedua terbesar adalah industri logam, mesin dan perekayasaan,
dengan tingkat penyerapan investasi mencapai 24%. Sementara sektor industri
agro hanya mampu menyerap nilai investasi sebesar 6% dengan nilai nominal
mencapai Rp. 8.363.803.200. Melihat kondisi ini tentu yang menjadi prioritas
untuk ditingkatkan adalah industri pertanian, agar kegiatan pembangunan dapat
berjalan seimbang antar sektornya.
Gambar 4.17. Distribusi Nilai Investasi pada berbagai sektor industri di Kota Samarinda tahun 2007
Gambaran Sektor Industri Agro Kota Samarinda
Unit usaha industri agro di Kota Samarinda memiliki perkembangan yang baik,
jika dilihat dari data perkembangan jumlah industrinya (Gambar 7.18) tampak
bahwa dari tahun 2002 hingga tahun 2007 jumlah unit usahanya selalu mengalami
kenaikan. Hal ini menunjukkan bahwa prospek untuk melakukan pengembangan
usaha memiliki prospek yang baik. Perkembangan unit usaha industri agro dari
tahun ke tahun mengalami kenaikan antara 3-8 unit usaha. Jika pada tahun 2002
Laporan Akhir 50 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
hanya 146 unit usaha maka pada tahun 2007 naik menjadi 173 usaha artinya rata-
rata kenaikan pertahunnya sebesar 5 unit usaha baru yang tumbuh.
Gambar 4.18. Perkembangan jumlah unit usaha industri Agro di Kota Samarinda dari Tahun 2002-2007
Peningkatan unit usaha ternyata juga di ikuti dengan peningkatan jumlah tenaga
kerja yang berkarya dalam bidang industri agro, selama kurun waktu 5 tahun
antara tahun 2002 hingga 2007 jumlah tenaga kerja yang bergerak dalam bidang
industri agro sebesar 159 orang, sehingga rata-rata pertahunnya ada kenaikan
jumlah tenaga kerja sebanyak 32 orang.
Gambar 4.18. Perkembangan jumlah tenaga kerja dalam industri Agro di Kota Samarinda dari Tahun 2002-2007
Laporan Akhir 51 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Perkembangan nilai investasi dalam industri juga mengalami peningkatan dengan
total pertambahan selama lima tahun terakhir sebesar Rp. 4.999.783.200 dengan
rata-rata pertambahan investasi sebesar Rp. 999.956.640.
Gambar 4.19. Perkembangan Nilai Investasi dalam industri Agro di Kota Samarinda dari Tahun 2002-2007
Laporan Akhir 52 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
BAB 5 PENENTUAN KAWASAN INDUSTRI
PERTANIAN MASYARAKAT KOTA
5.1. Penentuan Kawasan Sentra Produksi Pertanian
Kawasan sentra produksi pertanian merupakan kawasan yang akan
dikembangkan menjadi sebuah wilayah untuk pengembangan komoditas
unggulan tertentu. Jika penentuan kawasan ini didasarkan pada 4 jenis komoditi
andalan maka penentuan sentra produksi ini digunakan untuk menentukan sentra
produksi tanaman pangan, sentra produksi tanaman bauh-buahan, sentra
produksi tanaman perkebunan dan sentra produksi tanaman obat-obatan.
a. Kawasan Sentra produksi Tanaman Pangan
Penentuan kawasan sentra produksi tanaman pangan ditentukan berdasarkan
pada beberapa hal, diantaranya adalah sentra produksi tanaman pangan, tingkat
keseuaian lahan berdasarkan pada RTRW dan tingkat kesesuain lahan.
Berdasarkan pada beberapa kriteria tersebut maka pemetaan wilayah yang
dimungkinkan untuk pengembangan kawasan sentra produksi tanaman pangan
adalah seperti yang diilustrasikan pada Gambar 8.1. Berdasarkan pada gambar
tersebut, daerah yang memiliki warna hijau merupakan kecamatan yang sesuai
untuk dikembangkan menjadi sentra produksi tanaman pangan berupa padi,
karena komoditas padi merupakan komoditas yang paling dominan
dibandingkan dengan komoditas tanaman pangan yang lain.
Beberapa daerah yang layak untuk dikembangkan menjadi sentra adalah sebagai
berikut :
1. Kecamatan Palaran prioritas pertama karena memiliki hamparan tingkat
kesesuaian lahan yang paling besar
Laporan Akhir 53 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
2. Kecamatan Samarinda Ilir Prioritas kedua karena hamparan yang tersedia
masih kurang dari kecamatan samarinda ilir
3. Kecamatan Samarinda Utara Prioritas ketiga hal ini karena tingkat
kesesuaian lahan banyak yang terpisah antara satu daerah dengan daerah lain.
Gambar 5.1 Tingkat Kesesuain Lahan untuk pengembangan Tanaman Pangan di Kota Samarinda
b. Kawasan Sentra Produksi Buah-buahan
Komoditas buah-buahan merupakan salah satu komoditas yang layak untuk
dikembangkan, hal ini disebabkan karena komoditas ini jika dilakukan
pengolahan lebih lanjut akan memberikan nilai tambah yang lebih besar
dibandingkan dengan di pasarkan dalam bentuk segar. Komoditas yang paling
layak untuk dikembangkan menjadi sentra komoditas buah-buahan adalah
komoditas pisang, pepaya dan salak.
Berdasarkan pada Gambar 8.2. terlihat bahwa daerah yang memiliki warna merah
muda merupakan kawasan yang memiliki tingkat kesesuain untuk dikembangkan
Kec. Palaran
Kec. Samarinda Ilir
Kec. Samarinda Utara
Kec. Samarinda Seberang
Kec.Sungai Kunjang
Kec.Samarinda Ulu
Laporan Akhir 54 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
budidaya buah-buahan. Kecamatan yang memiliki prioritas untuk digunakan
sebagai sentra produksi buah-buahan adalah :
a. Kecamatan Samarinda Utara merupakan prioritas utama, karena memiliki
luasan yang paling sesuai untuk pengembangan komoditas buah-buahan
b. Kecamatan Samarinda Ulu prioritas kedua, karena pada daerah ini tidak
terlalu dominan jika dibandingkan dengan kecamatan samarinda Utara
c. Kecamatan Samarinda Seberang Prioritas Ketiga, ada potensi untuk
dikembangkan menjadi kawasan sentra produksi buah-buahan.
Gambar 5.2 Rencana Tata Ruang Wilayah untuk pengembangan Tanaman Buah-buahan di Kota Samarinda
c. Kawasan Sentra Produksi Perkebunan
Jika dilihat distribusi komoditas perkebunan tahun 2007, maka 3 komoditas
unggulan yang mendominasi komoditas ini adalah karet, kelapa dan coklat.
Petani yang mendominasi produk perkebunan ini adalah petani kelapa, sehingga
komoditas yang diunggulkan untuk dikembangkan adalah komoditas kelapa.
Kec.Samarinda Ulu
Kec.Samarinda Utara
Laporan Akhir 55 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Berdasarkan pada Gambar 8.3 terlihat bahwa daerah yang memiliki tingkat
kesesuaian lahan atau daerah yang diperuntukkan untuk pengembangan
komoditas perkebunan adalah :
a. Kecamatan Samarinda Ulu Prioritas pertama, hal ini didasarkan pada
tingkat kesesuaian lahan yang paling luas untuk pengembangan usaha
perkebunan
b. Kecamatan Samarinda utara Prioritas kedua, ada sebagian kecil dalam
wilayah kecamatan samarinda utara sebagai daerah yang memiliki kesesuaian
untuk sentra produksi tanaman perkebunan.
Gambar 5.3 Rencana Tata Ruang Wilayah untuk pengembangan Tanaman Perkebunan di Kota Samarinda
5.2. Penentuan Kawasan Sentra Industri Pertanian
Kawasan industri pertanian masyarakat kota (KIPMAKO) merupakan bentuk dari
intergrasi beberapa komponen input, proses dan output dalam satu kawasan.
Komponen input adalah bahan baku, proses adalah industri pengolahannya dan
output adalah model pemasaran dari produk tersebut. Oleh karena itu, untuk
menentukan daerah yang sangat memungkinkan untuk menjadi kawasan
KIPMAKO adalah daerah yang memiliki beberapa komponen input yang paling
Kec.Samarinda Ulu
Kec.Samarinda Utara
Laporan Akhir 56 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
besar. Jika diberikan skor 1-3 untuk masing-masing komoditi pertanian tersebut
maka daerah yang memungkinkan untuk dijadikan sebagai tempat untuk industri
pengolahan adalah sebagai berikut
Tabel 5.1. Nilai Skor kecamatan sebagai sentra produksi komoditas pertanian
No Kecamatan Komoditas Unggulan
Total Skor Tanaman Pangan
Tanaman Buah-buahan
Tanaman Perkebunan
1 Palaran 3 0 0 3
2 Samarinda Ilir 2 0 0 2
3 Samarinda Ulu 1 2 3 6
4 Samarinda Utara 0 3 2 5
5 Sungai Kunjang 0 0 0 0
6 Samarinda Seberang 0 1 0 0
Berdasarkan pada tabel diatas terlihat bahwa, kawasan yang mewakili produksi
pertanian adalah kecamatan Samarinda Ulu, karena pada kecamatan ini mewakili
3 komoditas andalan yaitu, tanaman pangan, buah-buahan dan perkebunan.
Bahkan untuk komoditas perkebunan memiliki skor paling tinggi jika
dibandingkan dengan daerah lain.
Pemilihan lokasi untuk pendirian industri didasarkan pada beberapa hal,
diantaranya adalah :
a. Dekat dengan bahan baku, di kecamatan Samarinda Ulu merupakan
kawasan yang memungkinkan adanya 3 sentra produksi pertanian.
b. Dekat dengan tenaga kerja untuk melakukan proses produksi, berdasarkan
pada Gambar 8.4. terlihat bahwa daerah yang memiliki warna kuning
merupakan kawasan pemukiman, sehingga lebih mudah untuk
mendapatkan tenaga kerja
c. Dekat dengan daerah pemasaran, kawasan yang berwarna ungu merupakan
kawasan perdagangan, diharapkan dengan adanyak kawasan perdagangan
dikecamatan ini akan mempercepat terjadinya pemasaran produk yang
dihasilkan dari daerah tersebut.
Kawasan Pemukiman
Kawasan Perdagangan
Kawasan Buffer
Laporan Akhir 57 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Gambar 5.4 Rencana Tata Ruang Wilayah untuk pengembangan Sentra Industri Pertanian di Kota Samarinda
5.3. Pusat Pendidikan Pertanian Masyarakat Kota (P3MK)
Breeding center tanaman industri merupakan salah satu bentuk Pusat Pendidikan
Pertanian Masyarakat Kota, fasilitas ini merupakan pendukung untuk membantu
meningkatkan produktivitas tanaman pangan yang dihasilkan. Breeding center ini
diharapkan berdekatan dengan sentra produksi komoditas tertentu. Jika
komoditas yang akan dikembangkan ada 3 hal yaitu, komoditas tanaman pangan,
komoditas tanaman perkebunan dan produktivitas tanaman buah-buahan. Maka
konsep dari breeding center ini harus mencakup ketiga komoditas diatas.
Tujuan dari diadakannya breeding center ini adalah :
a. Melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan terhadap tingkat
keseuaian lahan pertanian.
b. Melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan terhadap varietas
ungggulan lokal yang mempu berproduksi tinggi, sesuai dengan standar
pengolahan produk
Laporan Akhir 58 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
c. Sebagai sarana edukasi kepada masyarakat yang ingin meningkatkan
kemampuan masyarakat umum dalam bidang pertanian
5.4. Sub Terminal Agribisnis
Sub Terminal Agribisnis (STA), menurut konsep yang dibakukan oleh Badan
Agri¬bisnis Departemen Pertanian (2000), merupakan perwujudan atas fenomena
yang selama ini berkembang dalam pemasaran komoditas pertanian dan sekaligus
sebagai bagian dari rangkaian kegiatan agribisnis. Pemasaran komoditas
pertanian selama ini, pada umumnya mempunyai mata rantai yang panjang,
mulai dari petani produsen, pedagang pengumpul, pedagang besar hingga ke
konsumen, sehingga mengakibatkan kecilnya keuntungan yang diperoleh petani.
Konsumen membayar lebih mahal dari harga yang selayaknya ditawarkan
sehingga biaya pemasaran (marketing cost) dari produsen ke konsumen menjadi
tinggi.
Fenomena lain menunjukkan bahwa jaminan pasar merupakan prasyarat utama
yang menentukan tingkat keunggulan suatu komoditas, termasuk di dalamnya
indikasi ten- tang daya tampung dan potensi pengembangan pasar, tingkat
efisiensi distribusi, kesesuaian agroekosistem, ketersediaan dan peluang
pengembangan teknologi pertanian. Di sisi lain, pola pemasaran tidak mampu
menunjang upaya pengembangan berbagai jenis komoditas. Lemahnya posisi
rebut tawar petani serta semakin banyaknya produksi pesaing dari impor
komoditas yang sama di pasar dalam negeri, menuntut upaya peningkatan
efisiensi pemasaran dengan mengembangkan infrastruktur pemasaran.
STA sebagai suatu infrastruktur pasar, tidak saja merupakan tempat transaksi jual
beli, namun juga merupakan wadah yang dapat mengakomodasi berbagai
kepentingan pelaku agribisnis, seperti sarana dan prasara¬na pengemasan,
sortasi, grading, penyimpan¬an, ruang pamer (operation room), transpor¬tasi, dan
pelatihan. Selain itu, STA sekaligus merupa-kan tempat berkomunikasi dan saling
tukar informasi bagi para pelaku agribisnis.
Laporan Akhir 59 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Menurut Badan Agribisnis Departemen Pertanian, STA merupakan infrastruktur
pemasaran untuk transaksi jual beli hasil-hasil pertanian, baik untuk transaksi
fisik (lelang, langganan, pasar spot) maupun non fisik (kontrak, pesanan, future
market). STA diharapkan berfungsi pula untuk pembinaan peningkatan mutu
produksi sesuai dengan permintaan pasar, pusat informasi, promosi dan tempat
latihan atau magang dalam upaya pengembangan peningkatan sumberdaya
manusia.
STA merupakan infrastruktur pemasaran sebagai tempat transaksi jual beli hasil-
hasil pertanian baik transaksi fisik maupun non fisik yang terletak di sentra
produksi. Dengan demikian, penekanannya adalah bahwa STA merupakan sarana
pemasaran yang dilakukan pada sentra produsen. Sementara itu, batasan lain STA
merupakan suatu infrastruktur pasar, tempat transaksi jual beli baik dengan cara
langsung, pesanan, langganan atau kontrak. STA juga merupakan wadah yang
dapat mengakomodasikan berbagai kepentingan pelaku agribisnis, seperti
layanan informasi manajemen produksi sesuai dengan permintaan pasar,
manajemen pengadaan sarana produksi, manajemen pasca panen (pengemasan,
sortasi, grading, penyimpanan) serta kegiatan-kegiatan lainnya, seperti ruang
pamer, promosi, transportasi dan pelatihan. Tujuan dari STA adalah untuk
memperlancar pemasaran dan mengembangkan agribisnis.
Karakteristik STA dan batasannya yang lain bahwa STA adalah untuk membantu
transparansi pasar dengan cara kompilasi informasi tentang harga, serta jumlah
penawaran dan permintaan yang sangat bermanfaat baik bagi produsen maupun
bagi fihak manajemen pasar sehingga dapat menentukan tujuan dan waktu
penjualan. Informasi ini memungkinkan produsen mengundur panen atau
menyimpan produknya sampai harga lebih baik atau hingga fasilitas transportasi
tersedia. Selain itu dapat membantu untuk membuat perencanaan produksi
jangka panjang. Secara teoritis, pe-ningkatan transparansi pasar dapat bertindak
sebagai pemicu berfungsinya suatu pasar, membaiknya persaingan dan
meningkatnya adaptasi untuk memenuhi kebutuhan pena-waran dan oportuniti
pasar. Penekanan dari adanya STA dititik beratkan untuk lebih
mempertimbangkan manfaat terhadap pertum-buhan dan perkembangan wilayah
pedesaan.
Laporan Akhir 60 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Sub Terminal Agribisnis (STA) sebagai infrastruktur pemasaran berdasarkan
konsep dari Badan Agribisnis Departemen Pertanian pada intinya diharapkan
bermanfaat untuk: (1) Memperlancar kegiatan dan mening¬katkan efisiensi
pemasaran komoditas agri¬bisnis karena mencakup sebagai pusat transaksi hasil-
hasil agribisnis; memperbaiki struktur pasar, cara dan jaringan pemasaran;
sebagai pusat informasi pertanian serta sebagai sarana promosi produk pertanian.
(2) Mempermudah pembinaan mutu hasil-hasil agribisnis yang meliputi;
penyediaan tempat sortasi dan pengemasan; penyediaan air bersih, es, gudang,
cool room dan cold storage; melatih para petani dan pedagang dalam penanganan
dan pengemasan hasil¬hasil pertanian. (3) Sebagai wadah bagi pelaku agribisnis
untuk merancang bangun pengem¬bangan agribisnis, mengsinkronkan
perminta¬an pasar dengan manajemen lahan, pola tanam, kebutuhan saprodi dan
permodalan serta peningkatan SDM pemasaran. (4) Pe-ningkatan pendapatan
daerah melalui jasa pelayanan pemasaran, dan (5) Pengembangan agribisnis dan
wilayah.
Sasaran utama pembangunan Sub Terminal Agribisnis pada dasarnya adalah
untuk meningkatkan nilai tambah bagi petani dan pelaku pasar. Sasaran lainnya
adalah mendidik petani untuk memperbaiki kualitas produk, sekaligus mengubah
pola pikir ke arah agribisnis sehingga menjadi salah satu sumber pendapatan asli
daerah serta mengembang-kan akses pasar.
Pengelolaan STA dapat dilakukan oleh koperasi pelaku agribisnis, dalam hal ini
petani, nelayan, pengolah serta pedagang; gabungan dari koperasi pelaku
agribisnis dengan pemerintah daerah atau bahkan bisa dilakukan hanya oleh
pemerintah daerah. Pengelolaan juga dapat dilakukan oleh pengusaha swasta,
baik nasional maupun asing atau bahkan gabungan dari swasta asing dan
nasional dengan koperasi. Begitu pula dengan BUMN dan BUMD serta gabungan
dari pelaku pasar agribisnis lainnya. Dengan demikian dalam pengelolaannya,
STA dapat ditentukan sesuai dengan kepentingan serta kesepakatan dari para
pelaku agribisnis di dalamnya.
Dalam konsep KIPMAKO sub terminal agribisnis ini merupakan bagian yang
tidak terpisahkan untuk mendukung industri on farm maupun off-faram,
Laporan Akhir 61 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
kawasan yang akan digunakan untuk STA adalah kawasan yang sudah
ditentukan dalam RTRW Kota Samarinda yaitu didalam kawasan perdagangan
yang terdapat dalam kecamatan Samarinda Ulu. Pemilihan lokasi ini didasarkan
atas dasar :
a. Kedekatan dengan tempat budidaya komoditas pertanian, sehingga akan
mampu memperkecil biaya produksi.
b. Kedekatan dengan pasar, karena kawasan yang akan digunakan adalah
kawasan perdagangan yang berada di Kecamatan Samarinda Ulu.
Gambar 5.5. Lokasi yang sesuai untuk pendirian sub terminal agribisnis
Kecamatan Samarinda Ulu
Lokasi Sub
Termina Agribisnis
Laporan Akhir 62 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
BAB 6 STRATEGI PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT UNTUK
PENGEMBANGAN MODEL KIPMAKO
6.1. Model Pemberdayaan Secara Umum Masyarakat
Pemberdayaan rakyat atau masyarakat, pada intinya, didasari oleh prinsip
pemihakan kepada kelompok masyarakat yang marginal, tertindas, dan di bawah,
agar mereka mempunyai posisi tawar, sehingga mampu memecahkan masalah
dan mengubah posisinya. Pendampingan dengan konsep ini mencakup upaya
perbaikan kualitas hidup rakyat yang diukur tidak hanya dari peningkatan
kesejahteraan ekonomi saja, tetapi juga partisipasi dalam pengambilan keputusan
dan percaturan kekuasaan di semua tingkatan.
Pemberdayaan dengan prinsip di atas membutuhkan pemahaman tentang pola
relasi kelas dan relasi gender. Arah perubahan dari pemberdayaan ini adalah
terwujudnya masyarakat dengan pola relasi yang setara dan demokratis ,dimana
kelas bawah mempunyai kekuatan untuk memperjuangkan
kepentingannya,perempuan dan lelaki berbagi peran dan kekuasaan yang adil
dan setara,karena itu ,selain analisa kelas;wawasan dan analisa gender merupakan
bagian integral dari konsep pendampingan ini karena wawasan gender
memungkinkan upaya perwujudan demokrasitisasi,selain di tingkat
komunitas,masyarakat dan negara, juga di tingkat hubungan antara perempuan
dan lelaki di rumah tangga dan dalam hubungan pribadi orang perorang.
Strategi yang relevan diterapkan untuk pendampingan di atas adalah
pemberdayaan berkeadilan gender agar rakyat dapat mengubah realitasnya dan
menciptakan masyarakat dengan pola relasi kelas dan gender yang adil ,egaliter
dan demokratis. Pendampingan dapat di ukur dengan menggunakan lima
parameter yakni:
a). Kuasa /kekuasaan .
b). Partisipasi.
c). Kesadaran kritis .
Laporan Akhir 63 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
d). Akses atas sumber daya.
e). Kesejahteraan.
Pemberdayaan ini pada gilirannya adalah upaya untuk mengubah atau
meningkatkan kondisi yang berkaitan dengan semua unsur tersebut,yang saling
menunjang dan bergerak menyerupai spiral.
Gambar 6.1 Hirerki model pemberdayaan dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya
LIMA DIMENSI PEMBERDAYAAN
Pemberdayaan rakyat tidak hanya sekedar upaya peningkatan akses terhadap
sumberdaya dan meningkatkan kesejahteraan. Lebih dari itu, pendampingan
rakyat adalah suatu proses yang mengupayakan agar kedua hal itu bisa di dapat
dan terus berlangsung. Proses pendampingan rakyat, sebagaimana dipahami,
mengharuskan anggota kelompok yang didampingi untuk terlibat sebagai
partisipan dalam proses. Mereka tidak bisa hanya menjadi penerima pasif dari
kegiatan pendampingan/proyek, tetapi harus dapat meningkatkan kemampuan
mereka sendiri untuk memahami dan memecahkan permasalahan mereka.
Lebih jauh, pemberdayaan tidak akan terjadi secara sungguh-sungguh jika
mengabaikan permasalahan gender. Dalam hal ini peningkatan kesejahteraan dan
akses atas sumberdaya tidak boleh justru menimbulkan kekerasan fisik atau
marginalisasi (peminggiran atau pemiskinan), atau pun penambahan beban atas
salah satu jenis kelamin atau lainnya. Kesadaran kritis, partisipasi dan kuasa yang
Pemberdayaan
Keadilan Gender
Kuasa
Partisipasi
Kesadaran
Akses
Kesejahteraan
TIDAK ADA Subordinasi Stereotipi
TIDAK ADA Marjinalisasi Beban Ganda
Kekerasan
Laporan Akhir 64 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
bertambah juga harus dapat menghilangkan stereotipe dan subordinasi gender.
Dengan kata lain, terpenuhinya kebutuhan praktis dan strategis
seseorang/sekelompok orang haruslah dilakukan bersamaan dengan perubahan
pada pembagian beban, kuasa (tidak ada subordinasi), meratanya peluang,
hilangnya perlakuan kekerasan, dan stereotipe antara laki-laki dan perempuan.
Lima dimensi tersebut adalah katagori analisis yang bersifat dinamis, satu sama
lain berhubungan secara sinergis, saling menguatkan dan melengkapi. Kelima
dimensi tersebut merupakan tingkatan yang bergerak memutar laiknya spiral,
makin tinggi tingkat kesetaraan otomatis makin tinggi tingkat keberdayaan. Di
sini kesadaran kritis menjadi kunci karena memungkinkan berubahnya
kemapanan atau status quo.
DIMENSI TINGKAT I : KESEJAHTERAAN
Dimensi ini merupakan tingkat kesejahteraan material rakyat yang diukur dari
tercukupinya kebutuhan dasar seperti makanan, penghasilan, perumahan dan
kesehatan, yang harus dinikmati oleh perempuan dan laki-laki. Dengan
demikian, kesenjangan gender di tingkat kesejahteraan ini diukur melalui
perbedaan tingkat kesejahteraan perempuan dan laki-laki sebagai kelompok,
untuk masing-masing kebutuhan dasarnya. Misalnya, dalam tingkat penghasilan,
tingkat kematian atau gizi. Pemberdayaan tidak bisa terjadi dengan sendirinya di
tingkat ini, melainkan harus diaitkan dengan peningkatan akses terhadap sumber
daya yang merupakan dimensi tingkat ke dua.
DIMENSI TINGKAT KEDUA : AKSES
Kesenjangan di tingkat ini disebabkan oleh tidak setaranya akses terhadap sumber
daya yang dipunyai oleh mereka yang berada di kelas lebih tinggi dibanding
mereka dari kelas lebih rendah, yang berkuasa dan dikuasai, pusat dan pinggiran,
dan sebagainya. Dalam hal ini sumber daya yang digunakan untuk produksi,
antara lain waktu, tenaga, tanah, kredit, informasi, ketrampilan dan lain-lain.
Laporan Akhir 65 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Mengatasi kesejnangan ini berarti meningkatnya akses rakyat, bahkan
dikuasainya sumberdaya oleh rakyat. Pemberdayaan dalam hal ini berarti
dipahaminya situasi senjang ini dan terdorongnya rakyat melakukan tindakan
untuk mengubahnya dengan cara memperoleh akses lebih besar terhadap sumber
daya atau bahkan menguasainya.
Dalam hal gender, kesenjangan ini terlihat dari adanya perbedaan akses antara
perempuan dan lelaki terhadap sumberdaya. Lebih rendahnya akses mereka
terhadap sumberdaya semua contoh sumberdaya dan tenaga kerja mereka sendiri
menyebabkan produktivitas perempuan cenderung lebih rendah dari laki-laki.
Selain itu, dalam banyak komunitas, perempuan diberi tanggung jawab
melaksanakan hampir semua pekerjaan domestik sehingga tidak punya cukup
waktu lagi untuk mengurusi dan meningkatkan kemampuan dirinya. Akar
penyebab kesenjangan akses atas sumberdaya adalah diskriminasi sistemik yang
harus diatasi melalui penyadaran.
DIMENSI TINGKAT TIGA : KESADARAN KRITIS
Kesenjangan klas antara yang rendah dan lebih tinggi pada tingkat ini disebabkan
oleh adanya anggapan bahwa situasi sosial yang ada adalah bagian dari tatanan
alamiah yang telah berlangsung demikian sejak kapanpun, atau merupakan
―kehendak tuhan‖. Pemberdayaan rakyat pada tingkat ini berarti upaya
penyadaran bahwa kesenjangan sosial tersebut adalah bentukan sosial yang dapat
dan harus diubah.
Kesenjangan gender di tingkat ini disebabkan oleh adanya anggapan bahwa posisi
sosial ekonomi perempuan yang lebih rendah dari laki-laki dan pembagian kerja
gender tradisional adalah bagian dari tatanan abadi. Pemberdayaan di tingkat ini
berarti penumbuhan sikap kritis dan penolakan terhadap cara pandang di atas :
bahwa subordinasi terhadap perempuan bukanlah pengaturan alamiah, tetapi
hasil dari sistem diskriminatif dari tatanan sosial yang berlaku. Keyakinan bahwa
kesetaraan gender adalah bagian dari tujuan perubahan merupakan inti dari
kesadaran gender dan merupakan elemen idiologis dalam proses pemberdayaan
yang menjadi landasan konseptual bagi perubahan ke asar kesetaraan.
Laporan Akhir 66 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
DIMENSI TINGKAT EMPAT : PARTISIPASI
Kesenjangan klas pada tingkat ini jelas tampak dari kenyataan tidak terwakilinya
klas bawah dalam berbagai lembaga yang ada di masyarakat. Rakyat tidak
terlibat dalam pengambilan keputusan di semua tingkatan masyarakat, dari
dukuh sampai negara. Pemberdayaan pada tingkat ini adalah upaya
pengorganisasian rakyat, sehingga mereka dapat berperan serta dalam setiap
proses pengambilan keputusan sehingga kepentingan mereka tidak terabaikan.
Kesenjangan gender pada tingkat ini dapat diukur, misalnya dari partisipasi di
lembaga legislatif, eksekutif, organisasi politik, organisasi massa. Namun
partisipasi secara umum dapat dilihan dari adanya peran serta setara antara
peremuan dan laki-laki dalam pengambilan keputusan, baik di tingkat keluarga,
komunitas, masyarakat, maupun negara. Di tingkat program, ini berarti
dilibatkannya perempuan dan laku-laki secara setara dalam identifikasi masalah,
perencanaan, pengelolaan, implementasi, dan monitoring evaluasi. Meningkatnya
peran serta perempuan merupakan hasil dari pemberdayaan, sekaligus juga
sumbangan penting bagi pemberdayaan yang lebih besar.
DIMENSI TINGKAT LIMA : KUASA
Kesenjangan antar klas di tingkat ini tampak pada kesenjangan kuasa : klas
penguasa dan klas yang dikuasai. Ada bagian masyarakat yang menguasai segala
macam sumber daya, sementara bagian lain tidak. Pemberdayaan pada tingkat ini
adalah upaya untuk menguatkan organisasi rakyat sehingga mampu
mengimbangi kekuasaan klas atas dan mampu mewujudkan aspirasi mereka,
karena mereka ikut memegang kendali atas sumber daya yang ada.
Pemberdayaan pada tingkat inilah yang memungkinkan rakyat mendapatkan
hak-haknya secara berkelanjutan.
Kesenjangan gender di tingkat ini terlihat dari adanya hubungan kuasa yang
timpang antara perempuan dan laki-laki. Ini bisa terjadi di tingkat rumah tangga,
komunitas, dan di tingkatan yang lebih luas lagi. Kesetaraan dalam kuasa berarti
Laporan Akhir 67 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
adanya kuasa yang imbang antara perempuan dan laki-laki, satu tidak
mendominasi atau dalam posisi dominan atas lainnya. Artinya perempuan
mempunyai kekuasaan sebagaimana juga laki-laki, untuk mengubah kondisi dan
posisi, serta masa depan diri dan komunitasnya. Kesetaraan dalam kuasa
merupakan prasyarat bagi terwujudnya kesetaraan gender dan keberdayaan
rakyat dalam masyarakat yang sejahtera.
6..2. Pengembangan Model Pemberdayaan KIPMAKO
Pewilayahan yang komprehensif untuk pengembangan dan pembangunan sektor
strategis sangat diperlukan dalam pencapaian hasil pembangunan yang optimal
di suatu wilayah, seperti wilayah Kota Samarinda. Permasalahan yang dihadapi
dewasa ini adalah seringkali penataan ruang yang ada belum mampu mewadahi
dan mengimbangi perkembangan sektor pembangunan strategis secara
berkelanjutan. Oleh karena itu salah tujuan perencanaan kawasan Industri
Pertanian Masyarakat Kota (KIPMAKO) di suatu wilayah, adalah memadukan
penggunaan ruang dan segenap sumberdayanya secara fungsional untuk
mendorong sektor strategis agar tercapai pertumbuhan yang berkelanjutan dan
mempunyai linkages positif dengan wilayah sekitarnya. Dalam konteks ini, kriteria
―strategis‖ bukan hanya dari sudut pandang ekonomi produksi, melainkan juga
dikaitkan dengan pertimbangan kelestarian fungsi ekologis/hidrologis.
Perencanaan Kawasan Industri Pertanian Masyarakat Kota (KIPMAKO)
merupakan salah satu bentuk perencanaan ruang untuk sektor strategis yang
diharapkan dapat mendorong percepatan peningkatan nilai tambah produksi dari
sub-sektor kehutanan, subsektor pertanian dan hortikultura, subsektor
perkebunan, subsektor peternakan dan subsektor tradisional lainnya yang
didukung oleh sarana dan prasarana yang fungsional. Konsep KIPMAKO ini
dapat berdiri diri atau menyatu dengan Kawasan yang lebih luas, tergantung dari
potensi produksi serta faktor jarak geograffs dan faktor jarak aksesibilitas. Faktor
jarak aksesibilitas sangat berperan dalam menentukan orientasi produktif dari
suatu kawasan, terutama kawasan potensial yang jauh dari pusat
pengembangannya.
Laporan Akhir 68 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Pengembangan KIPMAKO harus didukung oleh komoditas unggulan dan
komoditi penunjangnya, yang diusahakan dalam suatu Sentra Produksi (SPr)
yang didukung oleh sentra Industri Pengolahan (SPg) dan sentra perdagangannya
(SPd), mulai dari berskala kecil (mikro) hingga bersekala besar (makro) dan
ekonomis. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di
KAMP dapat berlanjut, serta pemerataan kegiatan ekonomi wilayah. Dalam
jangka pendek upaya ini diharapkan dapat mendorong pemanfaatan sumberdaya
wilayah secara optimal dan lestari.
Prasyarat penunjang kegiatan pengembangan KIPMAKO adalah beberapa
komponen yang mendukung terbentuknya KIPMAKO menjadi kawasan yang
sangat ideal untuk dikembangkan lebih lanjut. Beberapa persyaratan penunjang
tersebut adalah :
Tersedianya informasi tentang penataan ruang dan Kawasan Sentra Produksi
yang ada dan pengisian ruang melalui skenario pengembangan prioritas
kawasan (berjenjang) maupun jenis komoditas yang dikembangkan pada
kawasan itu.
Tersedianya landasan formal pemanfaatan ruang dan lahan sesuai dengan
pengembangan subsektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura, sub-
sektor peternakan, subsektor kehutanan dan subsektor perkebunan
Informasi tentang potensi tenaga kerja siap pakai di wilayah, tidak hanya
terampil tetapi memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam berusaha
agribisnis.
Penyediaan benih /boibit unggul yang memiliki: siklus produksi pendek,
produktivitas tinggi dan ketahanan terhadap kondisi lahan marginal/kritis
yang tidak menentu (iklim dan curah hujan), serta resisten terhadap hama dan
penyakit.
Sarana produksi termasuk pestisida, hipertisida dan herbisida yang mudah
diperoleh di setiap kawasan, dan terjangkau oleh masyarakat petani setempat
dalam rangka mendukung peningkatan usaha agribisnisnya..
Sarana jasa pelayanan lembaga keuangan dan sistem informasinya mengenai
kendala dan persoalan dalam upaya pemberdayaan kegiatan usaha agribisnis.
Laporan Akhir 69 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Tersedianya sistem informasi pasar sebagai mitra petani /masyarakat dalam
meningkatkan daya-jual hasil-hasil produksi komoditi, dengan harga yang
layak.
Sistem transportasi dan pola aliran barang dari sentra produksi ke
penyimpanan sementara, ke tempat distribusi barang hingga sampai ke
tempat tujuan tujuan (pengolahan, pedagang) maupun pasar sebagai
konsumen akhir.
Besar kecilnya Kawasan ini tidak terlepas dari pada faktor potensi dan fungsi
kawasan, serta posisi geografisnya. Adanya perbedaan jarak yang panjang
memungkinkan perlunya pemisahan kawasan, sedangkan jarak terpendek antar
kawasan potensial cenderung membentuk satu kesatuan Kawasan.
Profil Komoditas unggulan Kota Samarinda
KIPMAKO Lembaga Penelitian dan Pengembangan
Sistem Informasi Pasar
Sentra Budidaya
Sentra Industri
Pengolahan
Sentra Perdagan
gan
Suatu Kawasan dengan luasan tertentu minimal 500 Ha
Outlet Pemasaran
Laporan Akhir 70 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Gambar 6.2. Model pengembangan kelembagaan KIPMAKO
Dalam kaitannya antara batas administratif dengan faktor jarak geografis
terhadap kemungkinan terbentuknya kawasan, ada kemungkinan ditemukannya
pemisahan dari suatu wilayah Kecamatan dan masuk membentuk kawasan baru
di wilayah kecamatan lainnya. Kemungkinan ini dapat saja terjadi di seluruh
wilayah kabupaten, terutama wilayah-wilayah yang berbatasan langsung secara
fisik.
Model kelembagaan KIPMAKO terdiri dari beberapa stakeholder yang saling
terkait, diantaranya adalah Kelembagaan dalam sentra produksi saprodi,
Kelembagaan dalam sentra industri pertanian, adanya Lembaga KIPMAKO, pusat
penelitian dan pengembangan dan kelembagaan yang mengurusi mengenai
sistem informasi pasar. Kelembagaan yang akan dibentuk sesuai dengan aliran
proses produksi, KIPMAKO di bentuk berdasarkan pada profil komoditas
unggulan dan pertimbangan terhadap rencana tata ruang wilayah dan kesesuaian
lahan. KIPMAKO ini akan ditunjang oleh lembaga penelitian dan pengembangan
yang berfungsi untuk memberikan informasi pasar dan pengembangan kegiatan
on-farm.
Kegiatan utama KIPMAKO adalah kegiatan produksi komoditas pertanian,
kegiatan industri pertanian dan kegiatan perdagangan hasil pengolahan hingga
kepada konsumen. Kegiatan perdagangan tidak hanya dilakukan untuk
memasarkan produk dalam bentuk olahan, namun kegiatan perdagangan yang
dimaksud dalam gambar diatas sekaligus juga kegiatan untuk memasarkan
produk dalam bentuk segar yang memiliki kualitas tertentu, sehingga nilai jualnya
menjadi lebih tinggi.
Laporan Akhir 71 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
BAB 7 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil kajian diatas maka beberapa hal yang dapat disimpulkan
adalah sebagai berikut :
1. Kota Samarinda memiliki beberapa potensi yang dapat diunggulkan, sehingga
sangat layak untuk didirikan Kawasan Industri Pertanian Masyarakat Kota,
beberapa potensi yang mendukung diantaranya adalah:
a. memiliki komoditas unggulan diantaranya padi(28.130 ton) untuk
tanaman pangan, komoditas pisang (1.298,1 ton) untuk tanaman buah-
buahan, komoditas kelapa (807,40 ton),
b. pertumbuhan ekonomi mencapai rata-rata 7 persen per tahun
dengan nilai PDRB pada tahun 2007 mencapai 15,87 triliun rupiah
dengan sedangkan PDRB per kapita untuk sektor pertanian pada
tahun 2007 mecapai Rp. 16.911.244
c. Industri agro selama 5 tahun terakhir selalu mengalami kenaikan
baik jumlah unit usaha (rata-rata kenaikan 5 unit usaha per
tahun), tenaga kerja (rata-rata kenaikan 32 orang per tahun), dan
nilai investasi (rata-rata kenaikan mencapai Rp. 999.956.640 per
tahun.
2. Kawasan Industri Pertanian Masyarakat Kota (KIPMAKO) di tentukan
berdasarkan pada komoditas unggulan dan tingkat kesesuaian lahan sesuai
dengan RTRW Kota samarinda, dimana kecamatan yang memiliki skor
tertinggi adalah kecamatan Samarinda Ulu, sehingga daerah yang layak untuk
dibangun Kawasan Industri Pertanian Masyarakat Kota di Kota Samarinda
(KIPMAKO) dengan rincian sebagai berikut :
a. kawasan sentra produksi pertanian (KSPP) maupun Kawasan Sentra
Industri Pertanian (KSIP) berada di kelurahan air putih untuk tanaman
perkebunan dan buah-buahan serta tanaman pangan.
Laporan Akhir 72 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
b. Kawasan wisata dan Pusat pendidikan masyarakat kota (P3MK) di
rencanakan juga ada di kelurahan air putih, karena kawasan ini adalah
pendukung dari KSPP dan KSIP.
c. Cluster air bersih dapat dilakukan di daerah dekat denga sungai Mahakam
dalam wilayah kecamatan ulu.
d. Cluster Kawasan Sentra Penjualan Hasil Industri Pertanian (KSPIH) juga
dekat dengan kawasan pendukung, KSIP dan KSPP yaitu di Kelurahan Air
Putih.
3. Strategi Pemberdayaan yang relevan untuk pengembangan Kawasan Industri
Pertanian Masyarakat Kota (KIPMAKO) adalah membentuk hubungan antar
stakeholder yang terlibat yaitu Lembaga KIPMAKO, Pengelola Sentra
Produksi, Pengelola Sentra Pengolahan, Pengelola Sentra Perdagangan, dan
Tim penelitian dan Pengembangan, semua stakeholder tersebut saling terkait
dan tidak dapat berdiri sendiri satu sama lain.
7.2. Rekomendasi
1. Kegiatan ini masih bersifat kajian, sehingga perlu dilakukan inisiasi terhadap
kawasan Industri Pertanian Masyarakat Kota dengan membuat daerah
percontohan pada kecamatan Samarinda Ulu.
2. Diperlukan kajian lebih lanjut mengenai pembentukan kawasan yang lebih
spesifik pada komoditas tertentu, dengan basis komoditas maupun wilayah,
sehingga masing-masing daerah memiliki keunggulan tertentu dan tidak
berbenturan dengan daerah lain di Kota Samarinda.
Laporan Akhir 73 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri