studi pengendalian banjir sungai bogel di kecamatan sutojayan ...
Transcript of studi pengendalian banjir sungai bogel di kecamatan sutojayan ...
STUDI PENGENDALIAN BANJIR SUNGAI BOGEL
DI KECAMATAN SUTOJAYAN KABUPATEN BLITAR
JURNAL ILMIAH
TEKNIK PENGAIRAN KONSENTRASI
KONSERVASI SUMBER DAYA AIR
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Teknik
Disusun Oleh :
ANTHONY TRI PUTRA
NIM. 0910643002 - 64
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2016
LEMBAR PERSETUJUAN
STUDI PENGENDALIAN BANJIR SUNGAI BOGEL
DI KECAMATAN SUTOJAYAN KABUPATEN BLITAR
JURNAL ILMIAH
TEKNIK PENGAIRAN KONSENTRASI
KONSERVASI SUMBER DAYA AIR
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Teknik
Disusun Oleh :
ANTHONY TRI PUTRA
NIM. 0910643002 - 64
Menyetujui :
Dosen Pembimbing I
Ir. Heri Supriyanto, MS.
NIP. 19590625 198503 1 003
Dosen Pembimbing II
Dian Chandrasasi, ST. MT.
NIP. 78070206120139
STUDI PENGENDALIAN BANJIR SUNGAI BOGEL
DI KECAMATAN SUTOJAYAN KABUPATEN BLITAR
Anthony Tri Putra, Heri Supriyanto, Dian Chandrasasi
1Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2Dosen Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar Provinsi Jawa Timur merupakan kabupaten
yang selalu terjadi banjir tiap tahun.
Tahap Awal studi pengendalian banjir adalah analisis hidrologi yakni perhitungan
debit rancangan Q10 dan Q25 dan menentukan titik kontrol Sungai. Selanjutnya
menganalisis daya tampung Sungai berdasarkan topografi Sungai bogel, dan
membandingkan debit rancangan. Simulasi profil aliran menggunakan aplikasi HEC-
RASversi 4.10. Berdasarkan simulasi banjir yang dilakukan maka dibutuhkan membuat
penampang sungai yang baru.
Debit rancangan Q10 sebesar 349.45 m3/dt di bagian hulu dan bertambah menjadi
465.83 m3/dt di bagian hilir. Kapasitas tampungan di sebelah hulu 116.45 m3/dt dan hilir
402.76 m3/dt. Agar sungai dapat menampung debit banjir rancangan maka dilakukan
normalisasi pada seluruh patok dari patok 1 – 49 sepanjang 3639 m dengan dasar saluran
rencana 157.30 dpl pada bagian hulu dan 155.00 dpl pada bagian hilir, dan dengan
pelebaran dasar saluran pada bagian hulu menjadi 38.71 m pada patok 49, dan pelebaran di
bagian hilir menjadi 81.86 m pada patok 1. Dimensi tanggul yang direncanakan setinggi
1.10 m dengan tinggi jagaan 1 m, lebar mercu 4 m, dan kemiringan lereng 1:2.
Kata kunci: Sutojayan, Banjir, Normalisasi, HEC-RAS, Tanggul.
ABSTRACT
Sutojayan Subdistrict, Blitar regency of East Java Province is a district that would
be flooding every year.
Preliminary study of flood control is hydrological analysis by design-flood
discharge of Q10 and Q25, and determine river control points. Further analyze the
capacity of the Bogel’s river topography, and compare the existing discharge. Profile Flow
Simulation using HEC-RAS program package ver 4.10. Requered planning of manufacture
new dimension and built embankment on cross section 45 to 49.
Amount of design-flood discharge of Q25 is 349.45 m3/s in the upstream and
increased to 465.83 m3/s in the downstream. Storage capacity upstream side of 116.45 m3/s
and downstream 402.76 m3/s. So that the river can accommodate the design-flood
discharge of the normalization in the entire stakes of the cross section 1-49 along the 3639
m at the base channel plans 157.30 a.s.l on the upstream side and 155.00 a.s.l on the
downstream, and by widening the base line on the upstream side becomes 38.71 m on a
cross section 49, and a widening in the downstream becomes 81.86 m at cross section 1.
Dimension planned embankment height of 1.10 m with a height of surveillance 1 m, a
width of spill 4 m, and a slope of 1: 2.
Keywords: Sutojayan Subdistrict, Flood, Normalization, HEC-RAS, Embankment
1. PENDAHULUAN
Kali Bogel adalah salah satu
sungai yang mengalir di kabupaten Blitar
yang merupakan anak Sungai Brantas
yang bermuara di hulu bendung Lodoyo.
Keberadaan aliran sungai ini sangat
diharapkan oleh masyarakat di sekitar
daerah aliran sungai untuk menunjang
kebutuhan air yang utamanya guna
keperluan irigasi sawah dan lainnya.
Masyarakat memperlakukan Kali Bogel
sebagai sarana drainase, air baku untuk
air bersih, dan sebagai sumber air untuk
irigasi.
Banjir bandang di Blitar Selatan
yaitu di Kecamatan Sutojayan pertama
kali terjadi pada tahun 1999 akibat
kerusakan hutan Kepek, dan kemudian
terjadi secara berulang setiap 5 (lima)
tahun sekali. Banjir terbesar terjadi pada
tahun 2004 yang menyebabkan adanya
korban jiwa meninggal dunia. Banjir
bandang di Blitar Selatan terakhir terjadi
pada bulan Desember tahun 2013, yang
menimpa 3 (tiga) desa di Kecamatan
Sutojayan yaitu Bacem, Kalipang dan
Kelurahan Sutojayan.
Dalam Studi ini akan mengkaji
poin-poin berikut:
1. Bagaimana analisis hidrologi pada
DAS Bogel?
2. Berapa daya tampung Sungai Bogel
secara eksisting?
3. Berapa dimensi saluran setelah
normalisasi agar dapat menampung
Banjir rancangan dengan kala ulang
25 tahun?
4. Bagaimana stabilitas tanggul dan
lereng terhadap bahaya longsor ?
2. BAHAN DAN METODE
Kecamatan Sutojayan yang me-
rupakan lokasi inti dari Studi Penang-
gulangan Banjir di Kecamatan Sutojayan
Kabupaten Blitar secara geografis terle-
tak di antara 112°9’55” - 112°17’28”
Bujur Timur, dan 8°8’32” - 8°12’54’’
Lintang Selatan dengan batas wilayah
sebagai berikut:
Sebelah Utara: Kecamatan Kanigoro, dan
Kecamatan Talun
Sebelah Timur: Kecamatan Wlingi, dan
Kecamatan Binangun
Sebelah Selatan: Kecamatan Panggung-
rejo, Kecamatan Wonotirto.
Sebelah Barat: Kecamatan Wonotirto
dan Kecamatan Kademangan.
Gambar 1. Lokasi Studi
Gambar 2. Bagan Sungai
Data
Data yang digunakan untuk melakukan
penelitian ini meliputi:
PANGGUNG REJO WONOTIRTO
KADEMANGAN
SUTOJAYAN
KANIGORO TALUN
WLINGI
BINANGUN
S. Bogel
S. BRANTAS
LOKASI STUDI
1. Peta DAS Bogel di plot berdasarkan
peta rupa bumi BAKOSURTANAL
2. Data curah hujan digunakan adalah
data curah hujan yang diperoleh dari
Dinas Pengairan Kabupaten Blitar
yaitu dimulai Tahun 1997-2012. Sta-
siun Hujan yang digunakan dalam
studi ini adalah 3 stasiun hujan yaitu:
Bacem, Lodoyo, dan Judeg Pang-
gungrejo.
3. Data penampang memanjang dan
melintang sungai sepanjang 3639 m
dengan lebar di bagian hulu 9 m – 27
m dan bagian hilir 27 m – 56 m yang
dibagi dalam 49 potongan melintang
dengan jarak ±75 meter.
4. Data tanah yang digunakan adalah
data tanah yang telah di uji pada
laboratorium mekanika tanah Faku-
ltas Teknik Jurusan Pengairan Brawi-
jaya - Malang yang menggunakan
sampel dengan metode test pit.
Metodologi
Analisa Hidrologi
Metode Distribusi hujan yang
digunakan adalah metode Poligon Thei-
sen yaitu dengan menentukan lokasi ma-
sing-masing stasiun hujan dan membagi
area tangkapan secara merata dari DAS
Bogel.
Dalam penelitian ini diren-
canakan menggunakan distribusi Log-
Pearson Type III. Penggunaan metode
Log-Pearson Type III dilakukan dengan
menggunakan langkah – langkah berikut
(Triatmodjo, 2010):
1. Data debit banjir maksimum tahu-
nan disusun dalam tabel,
2. Hitung nilai logaritma dari data de-
bit banjir tersebut,
3. Hitung nilai rerata, simpangan baku,
koefisien kepencengan dan nilai lo-
garitma yi
4. Dihitung nilai yT untuk berbagai
periode kala ulang yang dikehen-
daki,
Analisa ini untuk menentukan
debit banjir rancangan untuk menghitung
Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu.
Dalam Studi ini titik kontrol debit
banjir rancangan dibagi menjadi 2, yaitu
di daerah hulu pada patok 49 dan daerah hilir setelah pertambahan dari Sungai
Rau pada patok 24.
Analisa Hidrolika Hec-Ras 4.1.0 merupakan pro-
gram yang dikembangkan oleh U.S.
Army. Program ini merupakan alat bantu
dalam menganalisis profil muka air. Per-
hitungan program ini berdasarkan pada
penyelesaian persamaan aliran satu di-
mensi melalui saluran terbuka. Aliran sa-
tu dimensi ditandai dengan besarnya ke-
cepatan yang sama pada seluruh penam-
pang atau digunakan kecepatan rata-rata
(U.S. Army, 2010).
Tahap awal dalam studi ini ada-
lah mensimulasikan aliran banjir eksis-
ting dengan debit Q10 dan Q25. Setelah
diketahui permasalahan dan kondisi ma-
sing masing titik maka dilakukan perbai-
kan berupa penggalian atau pelebaran
badan sungai. Setelah itu di simulasikan
hasil dari perbaikan sampai tidak ada
limpasan dan dinyatakan aman.
Perencanaan penampang dilaku-
kan dengan cara trial error dimana dica-
ri efektifitas lebar dan kedalaman air
yang efektif dari debit banjir rancangan.
Tahap akirdalam studi ini adalah
perancangan tanggul untuk masing ma-
sing titik yang dinilai rawan.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Curah Hujan Rancangan
Berdasarkan perhitungan distri-
busi hujan Metode Log Pearson Type III
dari 3 stasiun yang ada didapat curah hu-
jan rancangan sebagai berikut:
Tabel 1. Curah Hujan Rancangan
Dengan Berbagai Kala Ulang
Tr Pr (%) X
Tahun % (mm/hari)
1.0101 99 47.44
2 50 72.27
5 20 79.55
10 10 85.74
25 4 104.53
50 2 134.57
100 1 184.89
(Sumber: Hasil Perhitungan)
Koefisien Pengaliran Dari kondisi sungai yang ada dan
melalui perhitungan empiris maka dida-
pat Koefisien pengaliran sebagai berikut:
C = Cp + Ct + C0 + Cs + Cc
C = 0.30 + 0.05 + 0.00 + 0.20 + 0.20
C = 0.75
Dengan:
Cp = komponen C yang disebabkan oleh
intensitas hujan yang bervariasi
Ct = komponen C yang disebabkan oleh
faktor topografi
Co = komponen C yang disebabkan oleh
tampungan permukaan
Cs = komponen C yang disebabkan oleh
faktor infiltrasi
Cc = komponen C yang disebabkan oleh
penutup lahan
Waktu Konsentrasi
Berdasarkan hasil pengamatan
data sebaran hujan di Indonesia, hujan
yang ada di satu tempat berkisar antara 4
sampai 7 jam (Limantara: 98). Kirpich
berpendapat harga Tc adalah sebagai
berikut
𝑡𝑐 = 0.078 (𝐿0.77
𝑆385)
L = 15.42m
S = (ΔH/L)
ΔH = 123.75 m
S = 0.00802694
𝑡𝑐 = 0.078 ((15.42)0.77
(0.00802694)385)
tc = 4.11 jam dibulatkan menjadi 4 Jam
Distribusi Hujan Jam-Jaman
Curah hujan jam-jaman dari 1 hi-
ngga 4 jam per hari berikut contoh untuk
perhitungan curah hujan jam-jaman un-
tuk kala ulang 2 tahun:
It =𝑅
24(
24
𝑇60⁄
)
2
3
=𝟒𝟑.𝟑𝟔
24(
24
6060⁄
)
2
3
It = = 15.03 mm
Selengkapnya bisa di lihat pada Tabel 4:13
Tabel 2. Perhitungan Curah Hujan Jam-Jaman Metode Mononobe
Durasi Hujan jam-Jaman untuk kala ulang:
(menit) 1.01 th 2 th 5 th 10 th 25 th 50 th 100 th
35.58 54.20 59.67 64.30 78.39 100.93 138.67
60 12.34 18.79 20.69 22.29 27.18 34.99 48.07
120 7.77 11.84 13.03 14.04 17.12 22.04 30.28
180 5.93 9.03 9.94 10.72 13.07 16.82 23.11
240 4.90 7.46 8.21 8.85 10.79 13.89 19.08
Sumber : Hasil Perhitungan
Perhitungan debit banjir ranca-
ngan menggunakan metode HSS Naka-
yasu.
Berikut ini merupakan tahapan
perhitu-ngan Hidrograf Satuan Sintetik
Metode Nakayasu untuk sungai Kedung
Wungu:
Luas DAS (A) = 12.02 km2
Panjang sungai utama (L) = 8.76 km
Hujan Neto (Efektif) Ro = 1 mm/jam
Parameter Hidrograf (α) = 3 (antara 1
sampai 3)
Waktu Konsentrasi, Karena pan-
jang sungai utama Sungai Kedung Wu-
ngu < 15 km maka menggunakan Persa-
maan sebagai berikut:
TG = 0.21 L0.7
= 0.21 x (8.76)0.7
= 0.96 jam
TR = (0.5~1) TG
= 0.77 Jam, digunakan 0.8
TP = TG + 0.8 TR
= 0.96 + 0.8(0.77)
= 1.57 Jam
T0.3 = α . TG
= 3 . 0.96
= 2.88 Jam
TP + T0.3 = 1.57 + 2.88
= 4.45 Jam
Dari Persamaan (2-20) didapatkan:
𝑄𝑝 =𝐴 × 𝑅𝑜
3.6(0.3𝑇𝑝 + 𝑇0.3)
𝑄𝑝 =12.02 × 1
3.6(0.3(4.45) + 2.88)
= 1.00 m3/dt
Pada waktu kurva naik (0<t<TP) untuk t = 1
jam didapatkan :
Q(t) = (𝑡
𝑇𝑝)
2,4
× 𝑄𝑝
= (1
1.57)
2,4
× 1.00 = 0.34
m3/dt/mm
Pada waktu kurva turun (TP<t<(TP+T0.3))
untuk t = 2 jam didapatkan :
𝑄𝑡 = 𝑄𝑝 × 0.3(
𝑡−𝑇𝑝
𝑇0.3)
𝑄𝑡 = 1.00 × 0.3(
2−1.58
2.88)
= 0.81
m3/dt/mm
Selang Nilai (TP+T0.3)<t<(TP+T0.3+1.5
T0.3)) untuk t = 5 jam didapatkan
𝑄𝑡 = 𝑄𝑝 × 0.3(
𝑡−𝑇𝑝+0.5𝑇0.3
1.5×𝑇0.3)
𝑄𝑡 = 1.00 × 0.3(
5−1.58+0.5(2.88)
1.5×(2.88))
=
0.25 m3/dt/mm
Selang Nilai (TP+T0.3+1.5 T0.3)) < t untuk t
= 9 jam didapatkan
𝑄𝑡 = 𝑄𝑝 × 0.3(
𝑡−𝑇𝑝+1.5𝑇0.3
2×𝑇0.3)
𝑄𝑡 = 1.00 × 0.3(
9−1.58+1.5(2.88)
2×(2.88))
=
0.08 m3/dt/mm
Hasil tersebut kemudian dikoreksi
dengan control kedalaman hujan yang
didapat dari volume limpasan dibagi luas
DAS. Yaitu harus sama dengan 1.
Gambar 3. Ordinat HSS Nakayasu
Setelah Koreksi Sungai Kedung Wungu
Berdasarkan analisis hidrologi
yang telah dilakukan, diperoleh reka-
pitulasi debit banjir rancangan maksi-
mum pada berbagai kala ulang. Selan-
jutnya menghitung kapasitas eksisting
sungai untuk mengetahui besarnya lim-
pasan yang terjadi kemudian dijadikan
pedoman untuk perencanaan normalisasi
sungai pada tahap selanjutnya.
0.000
0.500
1.000
1.500
0 3 6 9 12 15 18 21 24D
ebit
Lim
pas
an (
m3/
dt)
Waktu mulai banjir (Jam)
Ordinat HSS Nakayasu Setelah Koreksi Sungai Kedung Wungu
Tabel 3. Rekapitulasi Debit Banjir Rancangan Masing-Masing Sungai
No.
Debit Sub Das
Rau
Sub Das Kedung
Unut
Sub Das Gesing
Sub Das Kedung Wungu
Titik Kontrol
1
Titik Kontrol
2 Kala
Ulang
m3/dt
1 Q1.01 66.00 56.99 87.06 55.98 197.78 263.41
2 Q2 99.42 85.23 130.25 83.89 296.09 394.61
3 Q5 109.24 93.52 142.94 92.09 324.97 433.15
4 Q10 117.56 100.56 153.70 99.04 349.45 465.83
5 Q25 142.86 121.93 186.39 120.17 423.88 565.15
6 Q50 183.31 156.12 238.68 153.95 542.89 723.99
7 Q100 251.06 213.36 326.24 210.53 742.19 989.96
Sumber: Hasil perhitungan.
Hasil Running HEC-RAS
keluaran program berupa permodelan melintang tiap cross, long section tiap sungai
dan permodelan tiga dimensi dengan debit tiap kala ulang yang telah ditentukan.
Gambar 4. Gambar potongan memanjang Hasil Simulasi Sungai Bogel Kondisi Eksisting
Dari gambar 4 terlihat Bahwa Ti-
nggi Tanggul (LOB, ROB) tidak sang-
gup menampung debit banjir, maka pe-
rencanaan ulang penampang sungai di-
butuhkan.
Perencanaan Penampang Sungai Pada
Normalisasi Sungai Bogel
Batas elevasi dasar pada Sungai
Bogel bagian hulu adalah 157.3 dpl. Ba-
tas elevasi dasar pada Sungai Brantas pa-
da muara sungai Bogel adalah 155 dpl.
Dengan mempertimbangkan kemung-
kinan perlebaran sungai terkait dengan
luas penampang, maka dasar sungai di
sebelah hulu yang dianjurkan tidak ku-
rang dari 157.3 dpl. Panjang sungai Bo-
gel adalah 3639.76 m maka Slope ran-
cangan adalah 6.319 x 10-4. Angka ini
bisa berubah-ubah tergantung dari disain
dan trial-error penentuan lebar dan
tinggi muka air.
Untuk mencegah melimpasnya
air, dan disertai desain yang efektif maka
harus diketahui dahulu batas tinggi
maksimum banjir. Jika tanggul terendah
pada daerah hulu adalah 164.88 dpl dan
batas pengerukan adalah 157.3 dpl itu
berarti diasumsikan batas tinggi air saat
banjir adalah (162.90-157.3) = 5.60
meter setelah pengerukan, itu adalah
batas tinggi air maksimum yang
diijinkan dan yang dapat direncanakan.
Untuk h = 5.60 meter
Diketahui:
Q10th = 349.45 m3/dt (Di titik D-hulu)
n = 0.025 (Angka Manning setelah
perbaikan)
S = 6.32 x 10-4
h = 5.60 m
z = 1 (perbandingan vertikal
trapesium penampang)
V = 1/n*R2/3*S1/2
A = (b + (z*h))h + (h-4)*(1+1)
= (b + (1*5.60)) 5.60 + 3.2
= 5.60b + 31.36 + 3.2
Q = A*V
349.45 = (5.60b + 31.36 + 3.2)*V
349.45
𝑉= 5.60b + 31.36 + 3.2
b =
349.45𝑉
−34.56
5.60
P = b + 2*z*h*(1+z2)1/2 + (1+1)
= b + 2*5.60*(1+1) ½ + (2)
= b + 11.2 √2 + (2)
R = A/P
= 5.60b + 34.56
b + 11.2 √2+ (2)
b coba-coba = 19.16 m
R = 5.60(19.16) + 34.56
(19.16)+ 11.2 √2+2
= 3.83 m
V = 1
0.25× (3.83)
23⁄ × √0.00063191
= 2.46
b =
349.45𝑉
−34.56
5.60
=
349.452.46
−34.56
5.60
= 19.16 m
Hasil dari nilai lebar dasar (b) yang
didapat dimasukan lagi, sampai nilai (b)
tidak berubah. Dengan trial-error oleh
paket program Excel Goal seek, didapat
nilai minimum lebar sungai untuk Q10th
adalah 19.16 m. Untuk Q25th dengan cara
serupa didapat lebar minimum 23.59 m.
dan pada bagian hilir untuk Q10th adalah
26.06 m. Untuk Q25th adalah 31.87 m.
Pada hulu patok 49, karena meru-
pakan pertemuan 3 sungai, maka dila-
kukan pelebaran yang cukup sig-nifikan
yaitu selebar 38.6 m dan untuk muara
sungai pada potongan 1, karena muara
berbentuk tegak lurus dan ada be-lokan
sebelum masuk, maka dilakukan pele-
baran juga sampai 81.85 m
Gambar 5. Peta situasi untuk potongan 49.
Gambar 6. Contoh Perencanaan
Normalisasi pada Potongan 49
Kapasitas Tampungan Sungai Setelah
Normalisasi
Setelah dilakukan Normalisasi,
Perlu juga dihitung seberapa besar tam-
pungan sungai rancangan, hal ini bertu-
juan agar melihat seberapa efisien per-
baikan sungai Bogel ini.
Perhitungan hidrolika menggu-
nakan Paket program HEC-RAS versi
4.10 dengan pendekatan aliran non uni-
form steady flow metode tahapan stan-
dart (Standart Step Method) dengan per-
samaan:
Dengan:
Y1, Y2 = Ketinggian air pada
cross section
V1, V2 = kecepatan rata-rata (Total
debit/ Total luas penampang)
a1, a2 = koefisien pemberat kecepatan
g = percepatan gravitasi
he = kehilangan tinggi energi
Gambar 7. Representasi bagan
kehilangan energi
Berikut rekapitulasi dari kapasi-
tas tampungan setelah normalisasi.
Tabel 4. Kapasitas Tampungan Setelah
Normalisasi
Patok
Debit
banjir
Q10
Kedalaman
Aliran
maksimum
Kapasitas
Tampungan Ket.
m3/dt h m3/dt
49 349.45 5.07 777.18 Aman
24 349.45 5.53 424.34 Aman
23 465.83 8.24 642.92 Aman
2 465.83 10.24 2400.14 Aman
Perencanaan Tanggul
Dalam tahap terakir agar air tidak
melipas pada titik titik tertentu, maka di-
berikan tanggul. Patok yang diberi tang-
gul adalah patok 45 sampai 49. Dengan
dimensi sebagai berikut:
El. Puncak Tanggul = +164.10
El. Muka Air banjir (Q25) = +163.10
El. dasar tanggul = +163.00
Tinggi air (h) = 5.69 m
Gambar 8. Gambar potongan memanjang Hasil Simulasi Sungai Bogel Setelah
Normalisasi dan Tanggul
Dari gambar 4 terlihat Bahwa
Tinggi air tidak melewati tinggi Tanggul
(LOB, ROB) Maka kondisi sungai Bogel
untuk Debit Banjir Rancangan Q10 ta-
hun dinyatakan aman.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari studi pe-
ngendalian banjir Sungai Bogel di Keca-
matan Sutojayan Kabupaten Blitar dida-
pat hasil sebagai berikut:
1. Hasil analisis hidrologi debit banjir
rancangan dengan metode Nakayasu
pada sungai Bogel bagian Hulu:
Q1.01th sebesar 197.78 m3/dt,
Q2th sebesar 296.09 m3/dt,
Q5th sebesar 324.97 m3/dt,
Q10th sebesar 349.45 m3/dt,
Q25th sebesar 423.87 m3/dt,
Q50th sebesar 542.89 m3/dt,
Q100th sebesar 742.19 m3/dt,
Dan bagian Hilir:
Q1.01th sebesar 263.41 m3/dt,
Q2th sebesar 394.61 m3/dt,
Q5th sebesar 433.15 m3/dt,
Q10th sebesar 465.83 m3/dt,
Q25th sebesar 565.15 m3/dt,
Q50th sebesar 723.99 m3/dt,
Q100th sebesar 989.96 m3/dt,
2. Pada kondisi eksisting bankfull
capacity sungai Bogel adalah seba-
gai berikut:
St. No.-49 sebesar 116.45 m3/dt,
St. No.-24 sebesar 62.38 m3/dt,
St. No.-23 sebesar 402.76 m3/dt,
St. No.-2 sebesar 1015.13 m3/dt.
3. Untuk memperbesar bankfull capa-
city maka dilakukan normalisasi
pada seluruh patok 1-49 sepanjang
3639 m dengan dasar saluran 157.30
dpl pada bagian hulu dan 155.00 dpl
pada bagian hilir, dan dengan
pelebaran dasar saluran pada bagian
hulu menjadi 38.71 m pada patok
49, dan pelebaran di bagian hilir
menjadi 81.86 m pada patok 1.
4. Agar tidak terjadi limpasan maka
diberi tanggul berupa urukan ta-nah
pada patok-patok cross section yang
dinilai berpotensi melimpas seperti
patok 45~49. (Hasil analisis HEC-
RAS)
Pada patok 49, yang dinilai paling
rawan yang disebabkan pertemuan
3 anak sungai. Memiliki tanggul se-
tinggi 1.10 m pada bagian kiri su-
ngai.
Hasil analisis stabilitas lereng tang-
gul adalah sebagai berikut.
- Lebar mercu tanggul = 4m
- Tinggi tanggul jagaan = 1m
- Kemiringan Lereng = 1:2
- Perhitungan Angka keamanan (Fk)
stabilitas lereng dengan metode Iri-
san-Bhisop
o Kosong:
2.88 (tanpa gempa) dan
2.77 (saat gempa)
o Banjir:
2.17 (tanpa gempa) dan
2.06 (saat gempa)
o Pasca Banjir:
2.21 (tanpa gempa) dan
1.94 (saat gempa)
Saran
Selain beberapa kesimpulan di
atas berikut berbagai saran yang dapat
mendukung pengendalian banjir pada
daerah Sutojayan:
1. Diupayakan melakukan reboisasi
pada kawasan gunung di bagian hu-
lu pada kecamatan Binangun, Pang-
gung Rejo, Wonotirto, dan Kade-
mangan, karena pada keempat keca-
matan tersebut merupakan hulu dari
anak Daerah Aliran Sungai Bogel.
2. Karena Daerah Aliran Sungai Bogel
masuk kategori kritis dengan erosi-
vitas yang besar, maka perlu bangu-
nan pengendali sedimen di daerah
hulu.
3. Beberapa patok sungai Bogel mele-
wati perkampungan dan penulis
mendapati beberapa warga Sutoja-
yan masih memiliki kebiasaan mem-
buang sampah di sungai, menggu-
nakan sungai sebagai tambak khu-
susnya di bagian hilir, dan bagian
delta sungai digunakan perkebunan,
karena itu dibutuhkan penyuluhan
agar masyarakat sadar akan risiko
banjir yang diakibatkan kegiatan-
kegiatan tersebut.
4. Perlunya dibuat drainase yang efek-
tif dan tepat sasaran.
5. Dibutuhkan studi non struktural
pada kawasan Daerah Aliran Sungai
Bogel yang dapat dilakukan dengan
perbaikan tata guna lahan di bagian
hulu dan hilir.
6. Pada lokasi pertemuan Sungai Bran-
tas dan Sungai Bogel diperlukan pe-
nyesuaian penampang supaya pe-
ngendalian banjir Sungai Bogel ber-
jalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Army Corps of Engineers. 2010.
Hydraulic Refrence manual HEC-
RAS 4.1. California : US Army
Corps of Engineers.
Army Corps of Engineers. 2010. User’s
manual HEC-RAS 4.1. California :
US Army Corps of Engineers.
Asdak, C. 2007. Hidrologi dan
Pengelolahan DAS. Yogyakarta:
Gajah mada University Press.
Chow, Van Te. 1997. Hidrolika Saluran
Terbuka. Jakarta : Erlangga.
Fakultas Teknik Universita Brawijaya,
2015. Pedoman Skripsi. Malang :
UPT Penerbitan Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya.
Handanaputra, Bayu Akbar K. 2014,
Kajian Pengendalian Banjir Sistem
Sungai Alopohu Kabupaten
Gorontalo Propinsi Gorontalo,
JURNAL ILMIAH.
Loebis, J., 1987. Banjir Rencana Untuk
Bangunan Air. Jakarta:Departemen
Pekerjaan Umum, Badan Penerbit
Pekerjaan Umum
Nugroho, Fajar. 2013.Studi Perencanaan
Saluran Banjir (Floodway) di
Muara Sungai Cenranae di Teluk
Bone Sulawesi Selatan. Skripsi
Tidak dipublikasikan. Malang:
Universitas Brawijaya.
Nugroho, Hadisusanto. 2011, Aplikasi
Hidrologi. Jogjakarta: Jogja Media
Utama.
Raju, Rangga. 1986. Aliran Melalui
Saluran Terbuka. Jakarta : Erlangga.
Soemarto, C.D. 1987. Hidrologi Teknik.
Surabaya: Usaha Nasional.
Sosrodarsono, S dan Takeda K 2006.
Hidrologi Untuk Pengairan.
Jakarta : Pradnya Paramita.
Sosrodarsono, S dan Tominaga, M. 1994.
Perbaikan dan Pengaturan Sungai.
Jakarta : Pradnya Paramita.
Sri, Harto. 1993 Analisis Hidrologi.
Jakarta PT.Gramedia Pustaka.
Subarkah, Imam. 1980. Hidrologi Untuk
Perencanaan Bangunan Air,
Bandung: Idea. Dharma.
Suripin. 2004 Sistem Drainase
Perkotaan yang Berkelanjutan.
Yogyakarta: Andi.
Triatmodjo, Bambang. 2003. Hidraulika
II. Jogjakarta: Gramedia Pustaka.
Triatmodjo, Bambang. 2008. Hidrologi
Terapan. Jakarta. PT. Gramedia
Pustaka.
Triatmodjo, Bambang. 2010. Hidrologi
Praktis. Jakarta. PT. Gramedia
Pustaka.