STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

67
STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR TEH MANIS SKRIPSI diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari Oleh: LA ODE ZAHID AL HAJRI NUR SALAM DIA171518 UNIVERSITAS AL-GHIFARI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN FARMASI BANDUNG 2019

Transcript of STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

Page 1: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG

DICAMPUR TEH MANIS

SKRIPSI

diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Jurusan Farmasi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari

Oleh:

LA ODE ZAHID AL HAJRI NUR SALAM

DIA171518

UNIVERSITAS AL-GHIFARI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN FARMASI

BANDUNG

2019

Page 2: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …
Page 3: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas ridho dan

karuniaNya, penulis diberikan kekuatan dan kemampuan untuk menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Studi Stabilitas Kadar Parasetamol Drops yang Dicampur

Teh Manis”. Tujuan penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu

syarat mendapatkan gelar Sarjana Sains pada Jurusan Farmasi, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Al-Ghifari.

Penulis menyadari sepenuhnya akan segala keterbatasan pengetahuan dan

kemampuan yang penulis miliki, sehingga dalam penulisan ini masih banyak

kekurangan dan hasilnya masih jauh dari kesempurnaan. Penyusunan skispsi ini

tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan berbagai pihak, baik secara

moril maupun materil. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih

kepada :

1. Bapak Dr. H. Didin Muhafidin, S.I.P., M.Si, selaku Rektor Al-Ghifari

Bandung.

2. Bapak Ardian Baitariza, selaku Dekan Fakultas MIPA Universitas Al-Ghifari,

Bandung.

3. Bapak Patihul Husni, M.Si.,Apt, selaku pembimbing I yang telah memberikan

petunjuk dan bimbingan dalam penyelesain skripsi ini.

Page 4: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

4. Ibu Ginayanti Hadisoebroto M.Si.,Apt, selaku Ketua Jurusan Farmasi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari, Bandung

sekaligus menjadi pembimbing II yang telah memberikan petunjuk dan

bimbingan dalam penyelesain skripsi ini.

5. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmunya selama masa perkuliahan, dan

seluruh staf dan karyawan Universitas Al-Ghifari Bandung.

6. Kepada ibu, almarhum bapak dan keluarga tercinta yang telah memberikan

dukungannya selama masa perkuliahan.

7. Kepada teman-teman konversi, non regular maupun regular yang telah

bersama- sama menyelesaikan skripsi ini.

8. Sahabat bermain Playstation 3 Liga 1 Sumbersari yaitu Tri Purnomo, Sastra,

Rizki Holis, Karbinianus, Heribertus, Cristian Fernando, Toni Permadi dan

seluruh sahabat seperjuangan angkatan tahun 2017 yang telah bersama-sama

dalam menimba ilmu.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari kesalahan

dan kekurangan, karenanya kritik dan saran dangat diharapkan. Akhir kata, penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan

penulis pada khususnya amin.

Bandung, Agustus 2019

Penulis

Page 5: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

ABSTRAK

Parasetamol merupakan obat analgetik non narkotik dengan cara kerja

menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem Syaraf Pusat (SSP).

Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara baik dalam bentuk sediaan

tunggal sebagai analgetik-antipiretik maupun kombinasi dengan obat lain melalui

resep dokter atau yang dijual bebas. Pasien anak biasanya mendapatkan obat drops

atau sirup dan meminumnya bersama teh manis untuk menutupi rasa obat tersebut

karena sulitnya anak kecil meminum obat dalam bentuk tablet atau kaplet.

Konsumsi obat parasetamol drops berpotensi menimbulkan interaksi antara obat

dengan teh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan profil studi

stabilitas kimia parasetamol drops yang dicampur dengan teh dan disimpan pada

suhu ruang (≤30 ◦C) dan suhu dingin (2-8 C) menggunakan metode pengenceran

dan kemudian diukur menggunakan Spektrofotometri UV-Vis. Pengujian

dilakukan selama 3 jam disimpan pada suhu ruang dan 24 jam pada suhu dingin.

Dari hasil pengujian diperoleh pada suhu ruang terjadi penurunan konsentrasi

sebesar 39,64% dan pada suhu dingin terjadi penurunan sebesar 66,72%. Hasil uji

T tidak berpasangan diperoleh p 0,975> 0,05 yang berarti tidak ada perbedaan

konsentrasi yang signifikan pada suhu ruang dan suhu dingin.

Kata Kunci : Parasetamol, Teh manis, Spektrofotometri UV-Vis

i

Page 6: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

ABSTRACT

Paracetamol is a non-narcotic analgesic drugs by inhibiting prostaglandin

synthesis work primarily in Central Nerve System (CNS). Paracetamol is widely

used in various countries both in a single dosage form as an analgesic-antipyretic

or in combination with other drugs by prescription or OTC. Pediatric patients

usually get drops or syrup and drink it with sweet tea to cover the taste of the drug

because of the difficulty of young children to take drugs with tablet or caplet

preparations. Consumption of paracetamol drops has the potential to cause drug

and tea interactions. The purpose of this study was to determine the profile of the

chemical stability study of paracetamol drops mixed with tea and stored at room

temperature (≤30 ◦C) and cold temperature (2-8 C), using a dilution method and then

measured using UV-Vis spectrophotometry. The tests carried out for 3 hours stored at

room temperature and 24 hours at cold temperature. The study results showed that

at room temperature a decrease in concentration was 39,64% and in cold

temperatures a decreased in concentration was of 66,72%. The Independent T test

result obtained p 0.975>0.05, which means there were no significant differences

in concentration at room temperature and cold temperature.

Keywords : Paracetamol, Sweet tea, Spektrofotometri UV-Vis

ii

Page 7: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK……………………………………………………………….. i

ABSTRACT…………………………………………..…………………... ii

DAFTAR ISI………………………………………….………………….. iii

DAFTAR GAMBAR………………………………….…………………. v

DAFTAR TABEL…………………………………….………………….. vi

DAFTAR LAMPIRAN……………………………….………………….. vii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………… 1

1.2 Identifikasi Masalah………...……………………………… 3

1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………… 3

1.4 Manfaat Penelitian………………………………………….. 4

1.5 Waktu dan Tempat Penelitian…………………...…………. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Teh……...………………………………………... 5 2.1.1 Taksonomi………………………….………………. 5 2.1.2 Kandungan Kimia dan Khasiat…….……………….. 6 2.1.3 Jenis-jenis Pengolahan Teh………….……………... 7 2.1.4 Teh Hitam (Black Tea)……………….…………….. 8 2.1.5 Teh Celup…………………………….…………….. 11

2.2 Parasetamol…………………………………………………. 11

2.3 Spektrofotometri UV-Vis………………...………………… 14 2.3.1 Teori Spektrofotometri Ultraviolet…….…………… 14 2.3.2 Hukum Lambert Beer……………………………… 17 2.3.3 Penggunaan Spektrofotometri Ultraviolet.…………. 18

2.3.4 Peralatan untuk Spektrofotometri Ultraviolet….….. 20

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Alat Penelitian……………………………………………… 23

3.2 Bahan Penelitian……………………………………………. 23

3.3 Pengumpulan Sampel………………………………………. 23

3.4 Penyiapan Sampel………………………………………….. 23

3.5 Uji Stabilitas………………………………………………... 24 3.5.1 Penyiapan Sampel………………………………….. 24 3.5.2 Kondisi Studi Stabilitas…………………………….. 24 3.5.3 Metode Pengenceran……………………………….. 25 3.5.4 Metode Penetapan Kadar………………………….... 25 3.5.5 Pembuatan Larutan Standar ………………………... 25

iii

Page 8: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

3.5.6 Pembuatan Larutan

Parasetamol Drops (Sanmol Drops®)………………

25 3.5.7 Data dan Pengolahan Data…………………………. 26

3.6 Validasi Metode…………………………………………….. 26 3.6.1 Presisi………………………………………….…… 26

3.6.2 Akurasi………………………………………….….. 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pencampuran……………………..………………………… 28

4.2 Pengamatan Organoleptik……………..…………………… 28

4.3 Sentrifugasi………………...……………………………….. 29

4.4 Penetapan Panjang Gelombang Maksimum………………... 30

4.5 Penentuan Linearitas atau Kurva Baku Parasetamol……..… 31

4.6 Uji Presisi…………………..………………………………. 33

4.7 Uji Akurasi…………………..……………………………... 34

4.8 Larutan Parasetamol Drops (Sanmol Drops®) dan Uji Stabilitas………………………..

35

4.9 Sampel (Campuran Parasetamol Drops dan Teh Manis)…... 38

4.10 Uji Statistik…………………………………………………. 41

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan……………………………………………………. 43

5.2 Saran………………………………………………………... 43

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….………. 44 LAMPIRAN……………………………………………………….……... 48

iv

Page 9: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Teh Hitam………………………………………………… 5

Gambar 2.2 Struktur Parasetamol……………………………………… 12

Gambar 2.3 Reaksi Hidrolisis Parasetamol……………………………. 14

Gambar 4.1 Hasil Pencampuran

Parasetamol Drops dan Teh Manis………………………..

28

Gambar 4.2 Hasil Sentrifugasi…………………………………………. 30

Gambar 4.3 Penetapan Panjang Gelombang Maksimum (λ maks)……. 30

Gambar 4.4 Kurva Baku Parasetamol Murni………………………….. 32

Gambar 4.5 Kurva Kalibrasi Parasetamol Drops Suhu Ruang………… 36

Gambar 4.6 Kurva Kalibrasi Parasetamol Drops Suhu Dingin………... 37

Gambar 4.7 Kurva Hasil Penelitian Parasetamol

Drops Dicampur Teh Manis Suhu Ruang…………………

38

Gambar 4.8 Kurva Hasil Penelitian Parasetamol

Drops Dicampur Teh Manis Suhu Ruang…………………

39

v

Page 10: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Perbedaan Teh Hitam Ortodoks dan CTC..………………….. 11

Tabel 4.1 Pengamatan Sampel yang Disimpan pada Suhu Ruang……... 28

Tabel 4.2 Pengamatan Sampel yang Disimpan pada Suhu Dingin…….. 29

Tabel 4.3 Hasil Absorbansi Uji Linearitas……………………………... 32

Tabel 4.4 Hasil Uji Presisi……………………………………………… 34

Tabel 4.5 Hasil Uji Akurasi…………………………………………….. 35

Tabel 4.6 Hasil Penelitian Parasetamol Drops Suhu Ruang…………… 36

Tabel 4.7 Hasil Penelitian Parasetamol Drops Suhu Dingin…………… 37

Tabel 4.8 Hasil Penelitian Parasetamol Drops

Dicampur Teh Manis Suhu Ruang…………………………...

38

Tabel 4.9 Hasil Penelitian Parasetamol Drops

Dicampur Teh Manis Suhu Dingin…………………………..

39

Tabel 4.10 Group Statistic……………………………………………….. 41

Tabel 4.11 Independent Sample Test…………………………………….. 42

vi

Page 11: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Perhitungan Bahan………………………………………… 48

Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian……………………………………. 50

Lampiran 3. Sertifikat Analisis Kadar Baku Kerja ……………...……… 52

vii

Page 12: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam merupakan gejala bukan suatu penyakit. Demam adalah respon

normal tubuh terhadap adanya infeksi. Infeksi adalah keadaan masuknya

mikroorganisme ke dalam tubuh. Mikroorganisme tersebut dapat berupa virus,

bakteri, parasit, maupun jamur. Kebanyakan demam disebabkan oleh infeksi

virus. Demam bisa juga disebabkan oleh paparan panas yang berlebihan

(overheating), dehidrasi atau kekurangan cairan, alergi maupun dikarenakan

gangguan sistem imun (Lubis, 2009).

Mekanisme demam dapat juga terjadi melalui jalur non prostaglandin

melalui sinyal aferen nervus vagus yang dimediasi oleh produk lokal MIP-1

(machrophage inflammatory protein-1) ini tidak dapat dihambat oleh antipiretik

(Nelwan, 2006).

Demam pada anak dapat diukur dengan menempatkan termometer ke

dalam rektal, mulut, telinga, serta dapat juga di ketiak segera setelah air raksa

diturunkan, selama satu menit dan dikeluarkan untuk segera dibaca

(Soedjatmiko, 2005).

Adapun kisaran nilai normal suhu tubuh adalah suhu oral antara 35,5 °C

sampai 37,5 °C (Berman, 2009). Tindakan umum penurunan demam adalah

diusahakan agar anak tidur atau istirahat agar metabolismenya menurun.

Cukupi cairan agar kadar elektrolit tidak meningkat saat evaporasi terjadi.

1

Page 13: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

2

Aliran udara yang baik misalnya dengan kipas, memaksa tubuh berkeringat,

mengalirkan hawa panas ke tempat lain sehingga demam turun. Jangan

menggunakan aliran yang terlalu kuat, karena suhu kulit dapat turun mendadak.

Ventilasi/regulasi aliran udara penting di daerah tropik. Buka pakaian/selimut

yang tebal agar terjadi radiasi dan evaporasi. Lebarkan pembuluh darah perifer

dengan cara menyeka kulit dengan air hangat (tepid-sponging). Mendinginkan

dengan air es atau alkohol kurang bermanfaat (justru terjadi vasokonstriksi

pembuluh darah), sehingga panas sulit disalurkan baik lewat mekanisme

evaporasi maupun radiasi. Lagi pula, pengompresan dengan alkohol akan

diserap oleh kulit dan dihirup pernapasan, dapat menyebabkan koma

(Soedjatmiko, 2005).

Parasetamol (asetaminofen) merupakan metabolit fenasetin dengan efek

antipiretik yang sama dan telah digunakan sejak tahun 1893. Efek anti inflamasi

parasetamol hampir tidak ada. Asetaminofen di Indonesia lebih dikenal dengan

nama parasetamol dan tersedia sebagai obat bebas. (Wilmana dan Gan, 2007).

Parasetamol berasa pahit, sehingga untuk membuat sediaan obat yang

ditujukan kepada anak, sering ditambahkan pemanis. Sediaan obat untuk anak

umumnya bentuk sirup dan drops (Wiedyaningsih, 2014).

Teh hitam merupakan teh yang dibuat dari daun muda tanaman teh yang

telah mengalami pelayuan, penggulungan, fermentasi dan pengeringan.

Minuman yang dibuat dari teh hitam disebut teh seduhan. Teh hitam juga dijual

dalam berbagai bentuk, yaitu rajangan, teh celup atau teh instan. Masing-

masing jenis teh memberikan warna, rasa dan aroma yang berbeda-beda. Teh

Page 14: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

3

hitam merupakan salah satu jenis teh yang paling banyak dikonsumsi dan

digemari oleh sebagian masyarakat Indonesia, hal ini disebabkan oleh rasa dan

aroma yang dimilikinya (Setiani, 2014).

Dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian mengenai studi

stabilitas kadar parasetamol drops yang dicampur teh manis pada suhu ruang

(≤30 oC) dan suhu dingin (2-8 oC) dengan metode spektrofotometri UV-Vis

pada panjang gelombang 200-400 nm.

1.2 Identifikasi Masalah

a. Bagaimana pengaruh stabilitas kadar parasetamol drops yang dicampur

dengan teh manis pada suhu ruang (≤30 oC) dan suhu dingin (2-8 oC)

dengan metode spektrofotometri UV-Vis.

b. Apakah obat parasetamol drops terjadi penurunan kadar atau tidak setelah

dicampur dengan teh manis.

1.3 Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui stabilitas kadar parasetamol drops yang dicampur

dengan teh manis pada suhu ruang (≤30 oC) dan suhu dingin (2-8 oC)

dengan metode spektrofotometri UV-Vis.

b. Untuk mengetahui obat parasetamol drops terjadi penurunan kadar atau

tidak setelah dicampur dengan teh manis.

Page 15: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

4

1.4 Manfaat Penelitian

a. Mengetahui profil stabilitas kadar sediaan parasetamol drops yang

dicampur dengan teh manis.

b. Memberikan informasi kepada masyarakat apakah parasetamol drops yang

dicampur dengan teh manis kadarnya akan menurun atau tidak.

1.5 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juli 2019 di

Laboratorium Instrumen, Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Al-Ghifari, Bandung, Jawa Barat.

Page 16: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Teh

2.1.1 Taksonomi

Tanaman teh (Camellia sinensis) berasal dari daratan Asia Selatan

dan Tenggara, namun sekarang telah dibudidayakan di seluruh dunia, baik

daerah tropis maupun subtropis. Dari hasil identifikasi diketahui bahwa

teh diklasifikasikan sebagai berikut:

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Ericales

Famili : Theaceae

Genus : Camellia

Spesies : Camellia sinensis

Gambar 2.1 Teh Hitam (Anggraeni, 2018)

5

Page 17: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

6

2.1.2 Kandungan Kimia dan Khasiat

Komposisi kimia daun teh tergantung pada beberapa faktor

termasuk iklim, umur, jenis tumbuhan dan proses pasca panan. Teh

mengandung polifenol termasuk di dalamnya flavanoid. Subkelas dari

flavonoid meliputi flavones, flavanones, katekin, antosianin, dan iso-

flavones (Pambudi, 2000).

Sebagian besar polifenol yang terdapat pada teh hijau adalah

katekin, epi-katekin (EC), epigallo-catehin (EGC), epigallo-cathecin

gallate (EGCg), sedangkan pada teh hitam polifenol utamanya adalah

teaflavin dan tearubigin (Muktah dan Ahmad, 2000). Daun teh juga

mengandung kafein (2 – 3 %), teobromin, teofilin, tanin, xanthin, adenine,

minyak atsiri, kuersetin dan naringenin (Dalimartha, 2007).

Flavanoid merupakan suatu kelompok antioksidan yang secara

alamiah ada pada tumbuhan dimana flavanoid memberikan perlindungan

terhadap adanya stress lingkungan, sinar ultra violet, serangga, jamur,

virus dan bakteri, disamping itu juga flavanoid berfungsi sebagai

pengendali hormon dan enzim inhibisi (Pambudi, 2000).

Beberapa komponen aktif yang terkandung dalam teh memiliki

aktivitas sebagai antioksidan, menurunkan kolesterol, antivirus,

menghambat pertumbuhan tumor, kanker dan stimulan (Herawati, 2004).

Karena kandungan senyawa tersebut minuman teh disebut minuman

fungsional. Beberapa penelitian membuktikan diantaranya

sebagai berikut :

Page 18: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

7

1. Teh meningkatkan sistem pertahanan biologis tubuh terhadap kanker.

2. Teh mencegah timbulnya penyakit, seperti mengendalikan diabetes

dan hipertensi.

3. Teh membantu penyembuhan penyakit, misalnya mencegah

peningkatan kolesterol darah.

4. Teh dapat mengatur gerak fisik tubuh dengan mengaktifkan sistem

saraf karena kandungan kafeinnya.

5. Katekin teh merupakan antioksidan yang dapat menghambat proses

penuaan (Oguni, 1996).

2.1.3 Jenis –jenis Pengolahan Teh

Berdasarkan proses pengolahannya, teh diklasifikasikan menjadi

tiga jenis yaitu teh hitam (fermentasi), teh Oolong dan teh pouching (semi

fermentasi) serta teh hijau (tanpa fermentasi) (Rohdiana, 2007).

Teh hitam disebut juga sebagai teh merah oleh bangsa Cina,

Jepang dan Korea. Jenis teh ini merupakan teh yang paling populer dan

sering dikonsumsi di dunia termasuk Indonesia.

Teh hijau merupakan jenis teh yang paling populer di Cina dan

Jepang. Juga dianggap sebagai teh yang paling bermanfaat bagi kesehatan,

terutama karena khasiatnya melawan kanker. Teh hijau diperoleh dari 2-3

pucuk daun teh segar yang dikeringkan menggunakan oven selama 20

menit dengan tujuan menghentikan proses enzimatik yang dalam bahasa

china disebut ‘shaqing’ yang artinya ‘membunuh’. Daun yang telah

kering kemudian di steaming atau mengalami pemanasan dengan uap air

Page 19: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

8

pada suhu tinggi (Odom, 2007).

Teh oolong merupakan teh tradisional Cina yang mengalami

proses oksidasi atau fermentasi sebagian. Karena hanya setengah

fermentasi, bagian tepi daunnya berwarna kemerahan sedang bagian

tengah daunnya tetap hijau. Rasa seduhan teh oolong lebih mirip dengan

teh hijau, namun warna dan aromanya kurang kuat dibandingkan teh

hitam.

Konsekuensi logis dari perbedaan proses tersebut menyebabkan

lahirnya perbedaan produk teh baik secara fisik maupun kimia. Secara

kimia, perbedaan yang paling menonjol adalah perbedaan kandungan

komposisi senyawa polifenol (Rohdiana, 2007).

2.1.4 Teh Hitam (Black Tea)

Teh hitam merupakan hasil pengolahan melalui proses fermentasi.

Teh hitam banyak digunakan untuk keperluan ekspor. Berdasarkan

pengolahaan, teh hitam dibedakaan menjadi dua yaitu teh ortodoks dan

teh Crushing, Tearing, Curling (CTC). Pengolahan teh CTC adalah suatu

cara penggulungan yang memerlukan tingkat layu sangat ringan, dengan

sifat penggulungan yang sangat ringan. Ciri fisik yang terdapat pada teh

CTC antara lain ditandai dengan potongan-potongan yang keriting. Teh

CTC memiliki sifat cepat larut, air seduhan berwarna lebih tua dengan

rasa lebih kuat, sedangkan teh ortodoks mempunyai kelebihan dibagian

quality dan flavour (Soedradjat, 2003).

Pengolahan teh hitam dimulai dari proses pelayuan dan kedua

Page 20: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

9

penggulungan pucuk layu dan fermentasi, ketiga tahap pengeringan hasil

penggulungan dan keempat tahap sortasi kering, penyimpanan dan

pengepakan (Soedradjat, 2003).

Mutu teh hitam yang ditujukan untuk ekspor dibedakan menjadi 3

jenis yaitu: mutu khusus, mutu I, dan mutu II. Berdasarkan pada

kenampakan teh, warna, aroma dan rasa dari seduhan teh terdapat pula

perbedaan mutu dalam beberapa jenis. Rumusan untuk mutu teh dan jenis

mutu berikut:

1. Mutu Khusus

Teh mutu khusus mempunyai kenampakan dengan bentuk

besar, kurang besar atau kecil menurut jenisnya dan mengandung tip

(pucuk daun), warna daun kehitam-hitaman. Air seduhan berwarna

merah kekuning-kuningan, aroma harum dan rasanya kuat. Ampas

seduhan tehnya berwarna merah tembaga kehijauan dengan aroma

(Soedradjat, 2003).

2. Mutu I

Teh mutu I mempunyai kenampakan bentuk besar, kurang

besar, kecil menurut jenisnya dengan persentase daun lebih banyak,

warna merah kekuning-kuningan, aroma harum dan rasa kuat

(Soedradjat, 2003).

3. Mutu II

Teh mutu II mempunyai kenampakan bentuk besar, kurang

besar, kecil tergantung dari jenisnya dengan persentase daun lebih

Page 21: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

10

sedikit, warna kemerah-merahan dan kurang rata. Air seduhan teh

berwarna kuning merah, aroma kurang harum dan rasa kurang kuat.

Ampas kehitam-hitaman dan aromanya kurang harum (Soedradjat,

2003).

Menurut Herawati 1994, teh hitam hasil pengolahan secara CTC

(Crushing, Tearing, Curling) digolongkan pada 28 jenis mutu. Hasil

pengolahan teh hitam secara CTC lebih dari 75% cuplikan lolos ayakan

mesh 16 dan tertahan pada ayakan mesh 24 dan memiliki partikel yang

berbentuk butiran agak bulat. Sedangkan teh hitam hasil pengolahan

secara ortodoks termasuk jenis teh bubuk yang dalam proses sortasinya

lolos dari ayakan mesh 7 dan tertahan oleh ayakan mesh 20 serta memiliki

bentuk agak kecil, bagian-bagiannya pendek, hitam terpilin, terutama

berasal dari daun muda, mengandung sedikit pucuk atau tanpa pucuk tapi

lebih banyak mengandung serat.

Menurut Suryatmo 1994, teh hitam hasil pengolahan secara

ortodoks mempunyai cita rasa yang kuat dibandingkan dengan teh hasil

pengolahan secara CTC tetapi kecepatan melarutnya lambat, sedangkan

teh hitam hasil pengolahan CTC sebaliknya. Perbedaan hasil pengolahan

secara ortodoks dan CTC dapat dilihat pada tabel 1.

Page 22: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

11

Tabel 2.1 Perbedaan Teh Hitam Ortodoks dengan CTC

No. Uraian Ortodoks CTC

1. Bentuk Agak pipih Bulat

2. Cita rasa Kuat Kurang

3. Penyajian Lambat Cepat

4. Kebutuhan penyeduhan 400-500 cangkir/Kg 800-1000 cangkir/Kg

Sumber : Suryatmo, 1994.

2.1.5 Teh Celup

Teh celup adalah teh yang dikemas dalam kantong kecil yang

biasanya dibuat dari kertas dengan tali. Teh celup sangat popular karena

praktis untuk membuat teh, tetapi pecinta teh kelas berat biasanya tidak

menyukai rasa teh celup (Depkes RI, 2008).

Teh celup adalah produk teh kering (Camelia sinensis L) tunggal

atau campuran dari: teh hitam, teh hijau, teh oolong, teh putih, teh

beraroma lain, dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan

bahan tambahan pangan yang diijinkan sesuai ketentuan yang berlaku dan

dikemas serta siap diseduh (SNI, 2013).

2.2 Parasetamol

Parasetamol atau 4’-hidroksiasetanilida dengan bobot molekul

151,16 mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0 %

C8H9NO2, dihitung terhadap zat anhidrat. Parasetamol merupakan serbuk

hablur putih, tidak berbau, dengan rasa sedikit pahit (Ditjen POM, 1995).

Rumus molekul dapat dilihat pada gambar 2.

Page 23: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

12

Gambar 2.2 Struktur Parasetamol (Ditjen POM, 1995)

Satu bagian parasetamol larut dalam 70 bagian air, 7-10 bagian etanol

dan 13 bagian aseton, agak sukar larut dalam kloroform, praktis tidak larut

dalam eter (Clarke, 1986). Larut dalam natrium hidroksida 1 N (Ditjen

POM, 1995).

Parasetamol memiliki jarak lebur 169 oC-172 oC. Kelarutannya

adalah 1 gram dapat larut kira-kira 70 ml air pada suhu 25 oC, 1 g larut

dalam 20 ml air mendidih, dalam 70 ml alkohol, dalam 13 ml aseton, dalam

50 ml kloroform, dalam 40 ml gliserin dan dalam 9 ml propilenglikol. Tidak

larut dalam benzen dan eter dan larut dalam alkali hidroksida. Larutan jenuh

mempunyai pH kira-kira 6 dan pKa 9,51 (Connors dkk, 1986).

Serapan maksimum parasetamol pada daerah ultraviolet di larutan

asam adalah 254 nm (A 1%, 1cm = 668) dan dalam larutan basa adalah 257

nm (A 1%, 1cm = 715) (Clarke, 1986). A 1%, 1cm atau serapan jenis adalah

serapan dari larutan 1 % zat terlarut dalam sel dengan ketebalan 1 cm (Ditjen

POM, 1995).

Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik

yang telah digunakan sejak tahun 1893. Efek antipiretik ditimbulkan oleh

gugus aminobenzen. Parasetamol juga digunakan sebagai analgesik. Namun

Page 24: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

13

penggunaan parasetamol untuk meredakan demam (antipiretik) tidak seluas

penggunaannya sebagai analgesik. Efek analgesik dari parasetamol yaitu

meredakan rasa nyeri ringan hingga sedang (Wilmana, 1995).

Dosis untuk nyeri dan demam oral 2-3 dd 0,5-1 g, maksimal 4 g/hari,

pada penggunaan kronis maksimal 2,5 g/hari. Anak-anak: 4-6 dd 10 mg/kg,

yakni rata- rata usia 3-12 bulan 60 mg, 1-4 tahun 120-180 mg, 4-6 tahun 180

mg, 7-12 tahun 240-360 mg, 4-6 kali sehari. Dosis rektal 20mg/kg setiap

kali, dewasa 4 dd 0,5-1 g, anak-anak usia 3-12 bulan 2-3 dd 120 mg, 1-4

tahun 2-3 dd 240 mg, 4-6 tahun 4 dd 240 mg dan 7-12 tahun 2-3 dd 0,5 g

(Rahardja, 2007).

Stabilitas suatu obat perlu diuji untuk mengetahui apakah suatu obat

masih layak untuk dikonsumsi atau tidak. Stabilitas obat tergantung dari

beberapa faktor, antara lain temperatur. Semua obat pada dasarnya akan

rusak apabila disimpan dalam temperatur tinggi. Semakin tinggi suhu

penyimpanan maka waktu kadaluwarsa (t90) dan waktu paruh (t1/2) semakin

kecil. Dengan demikian menyatakan bahwa dengan semakin naiknya suhu

penyimpanan, parasetamol akan mengalami degradasi sehingga kadarnya

berkurang (Novianti, 2004).

Senyawa yang mengandung gugus amida dapat mengalami

hidrolisis dengan cara yang serupa dengan senyawa jenis ester. Pengganti

asam dan alkohol yang terbentuk pada hidrolisis ester, pemecahan hidrolisis

amida menghasilkan asam dan amida. Langkah penentu laju reaksi pada

reaksi yang terkatalisis ion hidroksida adalah serangan nukleofilik oleh ion

Page 25: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

14

hidroksida. Mekanisme hidrolisis asam pada amida memerlukan substituen

yang efek polarnya lemah, tetapi efek steriknya kuat jika letaknya sesuai

(Lachman dkk, 1986).

Jalur utama degradasi yang menyebabkan asetaminofen tidak stabil

adalah peristiwa hidrolisis yang memecah parasetamol menjadi p-

aminofenol dan asam asetat (Connors dkk,1986).

Gambar 2.3 Reaksi hidrolisis parasetamol (Connors dkk, 1986)

2.3 Spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur

energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, dan

diemisikan sebagai fungsi dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu.

Sedangkan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang

ditransmisikan atau yang diabsorbsi (Khopkar, 2008).

2.3.1 Teori Spektrofotometri Ultraviolet

Spektrofotometri serapan merupakan pengukuran suatu interaksi

antara radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia.

Teknik yang sering digunakan dalam analisis farmasi meliputi

spektrofotometri ultraviolet, cahaya tampak, inframerah dan serapan

atom. Jangkauan panjang gelombang untuk daerah ultraviolet adalah 190-

Page 26: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

15

380 nm, daerah cahaya tampak 380-780 nm, daerah infra merah dekat

780-3000 nm, dan daerah infra merah 2,5-40 µm atau 4000-250 cm-1

(Ditjen POM, 1995).

Radiasi ultraviolet dan sinar tampak diabsorpsi oleh molekul

organik aromatik, molekul yang mengandung elektron-π terkonjugasi dan

atau atom yang mengandung elektron-n, menyebabkan transisi elektron di

orbital terluarnya dari tingkat energi elektron dasar ke tingkat energi

elektron tereksitasi lebih tinggi. Besarnya serapan radiasi tersebut

sebanding dengan banyaknya molekul analit yang mengabsorpsi sehingga

dapat digunakan untuk analisis kuantitatif (Satiadarma, 2004).

Gugus fungsi yang menyerap radiasi di daerah ultraviolet dekat

dan daerah tampak disebut khromofor dan hampir semua khromofor

mempunyai ikatan tak jenuh. Pada khromofor jenis ini transisi terjadi dari

π→π*, yang menyerap pada λ max kecil dari 200 nm (tidak terkonjugasi),

misalnya pada >C=C< dan -C≡C-. Khromofor ini merupakan tipe transisi

dari sistem yang mengandung elektron π pada orbital molekulnya. Untuk

senyawa yang mempunyai sistem konjugasi, perbedaan energi antara

keadaan dasar dan keadaan tereksitasi menjadi lebih kecil sehingga

penyerapan terjadi pada panjang gelombang yang lebih besar.

Gugus fungsi seperti –OH, -NH2 dan –Cl yang mempunyai

elektron-elektron valensi bukan ikatan disebut auksokhrom yang tidak

menyerap radiasi pada panjang gelombang lebih besar dari 200 nm, tetapi

menyerap kuat pada daerah ultraviolet jauh. Bila suatu auksokhrom terikat

Page 27: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

16

pada suatu khromofor, maka pita serapan khromofor bergeser ke panjang

gelombang yang lebih panjang (efek batokhrom) dengan intensitas yang

lebih kuat. Efek hipsokhrom adalah suatu pergeseran pita serapan ke

panjang gelombang lebih pendek, yang sering kali terjadi bila muatan

positif dimasukkan ke dalam molekul dan bila pelarut berubah dari non

polar ke pelarut polar (Dachriyanus, 2004).

Secara eksperimental, sangat mudah untuk mengukur banyaknya

radiasi yang diserap oleh suatu molekul sebagai fungsi frekuensi radiasi.

Suatu grafik yang menghubungkan antara banyaknya sinar yang diserap

dengan frekuensi (panjang gelombang) sinar merupakan spektrum

absorpsi. Transisi yang dibolehkan (allowed transition) untuk suatu

molekul dengan struktur kimia yang berbeda adalah tidak sama sehingga

spectra absorpsinya juga berbeda. Dengan demikian, spectra dapat

digunkan sebagai bahan informasi yang bermanfaat untuk analisis

kualitatif. Banyaknya sinar yang diabsorpsi pada panjang gelombang

tertentu sebanding dengan banyaknya molekul yang menyerap radiasi,

sehingga spectra absorpsi juga dapat digunakan untuk analisis kuantitatif

(Gandjar dan Rohman, 2007).

Hal–hal yang harus diperhatikan dalam analisis spektofotometri

ultraviolet adalah:

1. Pemilihan Panjang Gelombang Maksimum

Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif

adalah panjang gelombang dimana terjadi serapan maksimum. Untuk

memperoleh panjang gelombang serapan maksimum, dilakukan

dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang

Page 28: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

17

gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu.

2. Pembuatan Kurva Kalibrasi

Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan

berbagai konsentrasi. Masing–masing absorbansi larutan dengan

berbagai konsentrasi diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan

hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi. Bila hukum

Lambert-Beer terpenuhi maka kurva kalibrasi berupa garis lurus.

3. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan

Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya

antara 0,2 sampai 0,6. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa pada

kisaran nilai absorbansi tersebut kesalahan fotometrik yang terjadi

adalah paling minimal (Gandjar dan Rohman, 2007).

2.3.2 Hukum Lambert Beer

Menurut Hukum Lambert, serapan berbanding lurus terhadap

ketebalan sel yang disinari. Menurut Hukum Beer, yang hanya berlaku

untuk cahaya monokromatik dan larutan yang sangat encer, serapan

berbanding lurus dengan konsentrasi (banyak molekul zat). Kedua

pernyataan ini dapat dijadikan satu dalam Hukum Lambert-Beer,

sehingga diperoleh bahwa serapan berbanding lurus terhadap konsentrasi

dan ketebalan sel, yang dapat ditulis dalam persamaan:

A = a.b.c g/liter atau A = ε . b. C mol/liter

Page 29: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

18

Keterangan:

A = serapan (tanpa dimensi)

a = absorptivitas (g-1 cm-1) b = ketebalan sel (cm)

C = konsentrasi (g. l-1)

ε = absorptivitas molar (M-1cm-1)

Jadi dengan Hukum Lambert-Beer konsentrasi dapat dihitung dari

ketebalan sel dan serapan. Absorptivitas merupakan suatu tetapan dan

spesifik untuk setiap molekul pada panjang gelombang dan pelarut

tertentu.

Menurut Roth dan Blaschke 1981, absorptivitas spesifik juga

sering digunakan sebagai ganti absorptivitas. Harga ini memberikan

serapan larutan 1% (b/v) dengan ketebalan sel 1 cm sehingga dapat

diperoleh persamaan:

A = . b . C

Keterangan :

= absorptivitas spesifik (ml g-1 cm-1)

b = ketebalan sel (cm)

C = konsentrasi senyawa terlarut (g/100 ml larutan)

2.3.3 Penggunaan Spektrofotometri Ultraviolet

Pada umumnya spektrofotometri ultraviolet dalam analisis

senyawa organik digunakan untuk:

1. Menentukan jenis khromofor, ikatan rangkap yang terkonjugasi dan

auksokhrom dari suatu senyawa organik.

2. Menjelaskan informasi dari struktur berdasarkan panjang gelombang

Page 30: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

19

serapan maksimum suatu senyawa.

3. Mampu menganalisis senyawa organik secara kuantitatif dengan

menggunakan hukum Lambert-Beer (Dachriyanus, 2004).

Analisis Kualitatif

Kegunaan spektrofotometri ultraviolet dalam analisis kualitatif sangat

terbatas, karena rentang daerah radiasi yang relatif sempit hanya dapat

mengakomodasi sedikit sekali puncak absorpsi maksimum dan minimum,

karena itu identifikasi senyawa yang tidak diketahui tidak memungkinkan.

Penggunaannya terbatas pada konfirmasi identitas dengan

menggunakan parameter panjang gelombang puncak absorpsi maksimum, λmax,

nilai absorptivitas, a, nilai absorptivitas molar, ε, atau nilai ekstingsi, A1%, 1cm,

yang spesifik untuk suatu senyawa yang dilarutkan dalam suatu pelarut dan pH

tertentu (Satiadarma, 2002).

Analisis Kuantitatif

Penggunaan utama spektrofotometri ultraviolet adalah dalam analisis

kuantitatif. Apabila dalam alur spektrofotometer terdapat senyawa yang

mengabsorpsi radiasi, akan terjadi pengurangan kekuatan radiasi yang

mencapai detektor. Parameter kekuatan energi radiasi khas yang diabsorpsi oleh

molekul adalah absorban (A) yang dalam batas konsentrasi rendah nilainya

sebanding dengan banyaknya molekul yang mengabsorpsi radiasi dan

merupakan dasar analisis kuantitatif. Penentuan kadar senyawa organik yang

mempunyai gugus khromofor dan mengabsorpsi radiasi ultraviolet-sinar

tampak, penggunaannya cukup luas. Konsentrasi kerja larutan analit umumnya

10 sampai 20 µg/ml, tetapi untuk senyawa yang nilai absorptivitasnya besar

Page 31: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

20

dapat diukur pada konsentrasi yang lebih rendah. Senyawa yang tidak

mengabsorpsi radiasi ultraviolet-sinar tampak dapat juga ditentukan dengan

spektrofotometri ultraviolet-sinar tampak, apabila ada reaksi kimia yang dapat

mengubahnya menjadi khromofor atau dapat disambungkan dengan suatu

pereaksi khromofor (Satiadarma, 2004).

2.3.4 Peralatan Untuk Spektrofotometri

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitans atau

serapan suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Alat ini terdiri

dari spektrometer yang menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang

gelombang tertentu dan fotometer sebagai alat pengukur intensitas cahaya

yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi (Khopkar, 1990; Day and

Underwood, 1981).

Berikut ini adalah uraian bagian-bagian spektrofotometer:

1. Sumber-sumber Lampu

Lampu 20anjang20m digunakan untuk daerah UV pada

panjang gelombang dari 190-350 nm, sementara lampu halogen

kuarsa atau lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel (pada

panjang gelombang antara 350-900 nm).

2. Monokromator

Digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang

monokromatis. Alatnya dapat berupa prisma ataupun grating. Untuk

mengarahkan sinar monokromatis yang diinginkan dari hasil

Page 32: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

21

penguraian.

a. Celah (Slit)

Celah monokromator adalah bagian yang pertama dan

terakhir dari suatu sistem optik monokromator pada

spektrofotometer. Celah monokromator berperan penting dalam

hal terbentuknya radiasi monokromator dan resolusi panjang

gelombang.

b. Filter Optik

Cahaya tampak yang merupakan radiasi elektromagnetik

dengan panjang gelombang 380-780 nm merupakan cahaya putih

yang merupakan campuran cahaya dengan berbagai macam

panjang gelombang. Filter optik berfungsi untuk menyerap warna

komplementer sehingga cahaya tampak yang diteruskan

merupakan cahaya yang berwarna sesuai dengan warna filter optik

yang dipakai.

c. Prisma dan kisi (grating)

Prisma dan kisi merupakan bagian monokromator yang

terpenting. Prisma dan kisi pada prinsipnya mendispersi radiasi

elektromagnetik sebesar mungkin supaya didapatkan revolusi

yang baik dari radiasi polikromatis.

3. Kuvet

Pada pengukuran di daerah tampak, kuvet kaca atau kuvet

kaca corex dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV

kita harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya

pada daerah ini. Umumnya tebal kuvet adalah 10 mm, tetapi yang

lebih kecil ataupun yang lebih besar dapat digunakan. Sel yang biasa

Page 33: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

22

digunakan berbentuk persegi, tetapi bentuk silinder dapat juga

digunakan. Kuvet yang bertutup digunakan untuk pelarut organik. Sel

yang baik adalah kuarsa atau gelas hasil leburan yang homogen.

4. Detektor

Detektor merupakan salah satu bagian dari spektrofotometer

yang penting oleh sebab itu detektor akan menemukan kualitas dari

spektrofotometer adalah mengubah signal elektronik. Peranan

detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada

berbagai panjang gelombang.

5. Suatu amplifier (penguat) dan rangkaian yang berkaitan yang

membuat isyarat listrik dapat untuk diamati.

6. Sistem pembacaan yang memperlihatkan besarnya isyarat listrik

(Khopkar, 1990; Rohman, 2007; Day and Underwood, 1981).

Page 34: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

23

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Alat Penelitian

Alat yang digunakan adalah labu ukur 100 mL (Iwaki pyrex), labu ukur

50 mL (Iwaki pyrex), labu ukur 25 mL (Iwaki pyrex), labu ukur 10 mL (Iwaki

pyrex), gelas kimia (Schott duran), corong, rotary vaporator (IKA), neraca

analitik (Shimadzu), spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu Corporation UV-

1800), Finn Tips, Finn Pipet (Corning) dan Vial.

3.2 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan adalah teh manis, methanol, aquadest, larutan

standar, parasetamol drops dan baku pembanding parasetamol BPFI.

3.3 Pengumpulan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah teh hitam dengan merek dagang

Sariwangi® dan Sanmol Drops®. Kedua sampel diperoleh dari salah satu

minimarket di kota Bandung, Jawa Barat.

3.4 Penyiapan Sampel

Dituangkan air hangat ±200 ml ke dalam gelas berisi kantong teh dan

ditambahkan gula pasir 1 sendok makan, biarkan hingga dingin.

23

Page 35: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

24

3.5 Uji Stabilitas

3.5.1 Penyiapan Sampel

Parasetamol drops dan teh manis dengan perbandingan 1:1

dimasukkan ke vial/gelas beker dan dicampur homogen. Banyaknya

campuran disesuaikan dengan jumlah total sampel yang dibutuhkan untuk

satu kali penetapan kadar. Sampel disiapkan masing-masing dalam wadah

yang diberi label sesuai interval sampling dan suhu uji stabilita (interval

waktu 0 menit, 5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit, 30 menit, 45 menit,

1 jam, 2 jam, 3 jam, dan 24 jam). Masing-masing pada suhu ruang (≤30

oC) dan suhu dingin (2-8 oC). Masing-masing sampel dibuat triplo.

3.5.2 Kondisi Studi Stabilitas

Campuran parasetamol drops dan teh manis disimpan pada suhu

ruang (≤30 oC) dan suhu dingin (2-8 oC). Pada interval waktu 0 menit, 5

menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit, 30 menit, 45 menit, 1 jam, 2 jam, 3

jam, dan 24 jam diamati organoleptis dan ditetapkan kadar parasetamol

dalam sampel menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Jika terjadi

perubahan/kerusakan fisik dari campuran seperti campuran membusuk,

basi dan lain sebagainya maka penetapan kadar parasetamol dalam

campuran tidak ditetapkan.

3.5.3 Metode Pengenceran

Ambil 1 ml pada campuran parasetamol Drops dan teh manis yang

telah disimpan sesuai interval waktu dan suhu berbeda lalu masukkan ke

tabung eppendrof, tambahkan 5 ml metanol dan kocok sampai homogen.

Page 36: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

25

Kemudian sentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 70 rpm. Ambil

1 ml larutan bening dari hasil sentrifugasi dan masukkan ke labu ukur 10

ml tambahkan pelarut sampai tanda batas dan kocok sampai homogen.

Ambil 0,05 ml ke dalam labu ukur 10 ml dan tambahkan pelarut sampai

tanda batas dan larutkan sampai homogen. Lalu dibuat kurva kalibrasi

yang merupakan plot antara absorbansi dengan konsentrasi.

3.5.4 Metode Penetapan Kadar

Diukur serapan larutan sampel menggunakan Spektrofotometri

UV-Vis pada panjang gelombang 200-400 nm. Kadar Parasetamol

dihitung menggunakan kurva kalibrasi yang telah didapat.

3.5.5 Pembuatan Larutan Standar

Ke dalam labu ukur 100 ml larutkan 10 mg parasetamol murni dan

pelarut (campuran metanol dan aquadest) sampai tanda batas dan kocok

sampai larut. Ambil 1 ml dan masukkan ke dalam labu ukur 10 ml lalu

tambahkan pelarut sampai tanda batas dan kocok sampai larut. Dari

larutan tersebut dibuat berbagai konsentrasi yaitu 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8

ppm, 10 ppm dan 12 ppm. Dibaca masing- masing insensitas serapan ke

dalam monitor, terlihat kurva yang menunjukan perbandingan antara nilai

ppm dan nilai absorbansinya sehingga didapat persamaan yb.x+a.

3.5.6 Pembuatan Larutan Parasetamol Drops (Sanmol Drops®)

Dipipet parasetamol drops sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam

vial dan diamkan berdasarkan interval waktu dari 0 menit sampai 24 jam

selanjutnya diambil sebanyak 1 mL ke dalam tabung eppendrof,

Page 37: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

26

ditambahkan metanol sebanyak 5 mL dan di sentrifugasi selama 15 menit

dengan kecepatan 70 rpm. Hasil sentrifugasi dipipet sebanyak 1 mL

dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL, diencerkan dengan pelarut, kocok

sampai larut, tambahkan sampai tanda batas, dipipet sebanyak 0,02µL,

dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL dan diencerkan dengan pelarut,

kocok sampai larut. Ukur dengan spekrofotometri UV-Vis. Hasil panjang

gelombang harus sama dengan hasil dari larutan standar.

3.5.7 Data dan Pengolahan Data

Data disajikan dalam bentuk rata-rata ± standar deviasi. Data

kadar diolah secara statistik menggunakan T-test tidak berpasangan.

3.6 Validasi Metode

3.6.1 Presisi

Presisi adalah suatu pengukuran kedekatan nilai data satu dengan

data yang lainnya dalam suatu pengukuran dalam kondisi analisis yang

sama. Presisi sering diukur sebagai persen Relative Standard Deviation

(RSD) atau Coefficient of Standard untuk sejumlah sampel yang berbeda

bermakna secara statistik. Kriteria presisi diberikan jika metode

memberikan nilai (CV) 2% atau kurang. Persyaratan RSD ≤ 2% dengan

rumus %RSD = SD X

x 100% (Harmita, 2004).

Keseksamaan (presisi) merupakan ukuran yang menunjukkan

derajat kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui sebaran hasil

individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang-ulang

Page 38: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

27

pada sampel yang diambil dari campuran yang homogen (Harmita, 2004).

3.6.2 Akurasi

Akurasi ditentukan dengan membuat konsentrasi 6, 8 ppm dan 10

ppm masing-masing diukur dan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali

dan diukur pada panjang gelombang maksimum 527 nm dan kemudian

menghitung % perolehan kembali = x 100%

Page 39: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

28

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pencampuran

Gambar 4.1 Hasil Pencampuran Parasetamol Drops dan Teh Manis

Hasil pencampuran parasetamol drops dan teh manis menunjukkan hasil

yang homogen. Homogenitas dapat tercapai disebabkan karena parasetamol

drops dan teh manis keduanya berbentuk larutan. Selain itu, menurut Clarke

1986, parasetamol dapat larut dalam 70 bagian air.

4.2 Pengamatan Organoleptik

Dilakukan pengamatan organoleptik terhadap hasil pencampuran

meliputi bentuk, aroma dan warna sesuai dengan interval waktu yang telah

ditentukan.

Tabel 4.1 Pengamatan Sampel yang Disimpan pada Suhu Ruang

I.W Bentuk Aroma Warna

0 Menit Cair Khas Merah

5 Menit Cair Khas Merah

10 Menit Cair Khas Merah

15 Menit Cair Khas Merah

20 Menit Cair Khas Merah

28

Page 40: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

29

30 Menit Cair Khas Merah

45 Menit Cair Khas Merah

1 Jam Cair Khas Merah

2 Jam Cair Khas Merah

3 Jam Cair Khas Merah

24 Jam Cair Apek Merah

Tabel 4.2 Pengamatan Sampel yang Disimpan pada Suhu Dingin

I.W Bentuk Aroma Warna

0 Menit Cair Khas Merah

5 Menit Cair Khas Merah

10 Menit Cair Khas Merah

15 Menit Cair Khas Merah

20 Menit Cair Khas Merah

30 Menit Cair Khas Merah

45 Menit Cair Khas Merah

1 Jam Cair Khas Merah

2 Jam Cair Khas Merah

3 Jam Cair Khas Merah

24 Jam Cair Khas Merah

Berdasarkan pengamatan organoleptik yang telah dilaksanakan,

seluruh sampel yang disimpan pada suhu ruang dan suhu dingin

menunjukkan bentuk cair, aroma khas parasetamol, sedikit aroma teh, dan

berwarna merah. Hal ini menunjukkan konsistensi yang stabil terkecuali

pada interval 24 jam suhu ruang yang beraroma apek yang kemungkinan

disebabkan oleh rusaknya sampel.

4.3 Sentrifugasi

Hasil sentrifugasi pada masing-masing interval menunjukkan hasil yang

sama yaitu larutan nampak keruh, ini terlihat pada gambar 4.2.

Page 41: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

30

Panjang Gelombang

Gambar 4.2 Hasil Sentrifugasi

4.4 Penetapan Panjang Gelombang Maksimum

Larutan standar dibuat dengan berbagai konsentrasi tertentu yaitu

dengan cara melarutkan bahan parasetamol murni dengan metanol ditambah air

dengan perbandingan 1:99. Penggunaan metanol sebagai pelarut karena

parasetamol larut dalam metanol. Selain itu juga, diketahui metanol memiliki

serapan panjang gelombang di bawah 210 nm. Sehingga metanol akan

meneruskan atau tidak akan menyerap sinar dengan panjang gelombang di atas

210 nm. Akibatnya metanol tidak akan mengganggu spektrum serapan dari

parasetamol.

Gambar 4.3 Penetapan Panjang Gelombang Maksimum (λ maks)

Abso

rbansi

Page 42: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

31

Panjang gelombang maksimum (λ maks) merupakan panjang

gelombang dimana terjadi eksitasi elektronik yang memberikan absorbansi

maksimum. Alasan dilakukan pengukuran pada panjang gelombang maksimum

adalah perubahan absorban untuk setiap satuan konsentrasi adalah paling besar

pada panjang gelombang maksimum, sehingga akan diperoleh kepekaan

analisis yang maksimum. Penentuan panjang gelombang pada penelitian ini

dilakukan dengan mengukur absorbansi dari parasetamol pada panjang

gelombang ultraviolet yaitu antara panjang gelombang 200 nm - 400 nm. Dari

hasil penelitian yang diperoleh panjang gelombang maksimum adalah 240,4

nm. Secara teoritis serapan maksimum untuk parasetamol adalah 244 nm.

4.5 Penentuan Linearitas atau Kurva Baku Parasetamol

Linearitas merupakan kemampuan metode untuk mendatangkan hasil

uji yang secara langsung sebanding dengan konsentrasi analit dalam suatu

rentang kerja yang diberikan (Harmita, 2004). Hal ini dapat dilakukan dengan

cara membuat kurva kalibrasi dari beberapa set larutan standar yang telah

diketahui konsentrasinya. Kurva kalibrasi merupakan metode standar yang

dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu analit berdasarkan hukum

Lambert-Beer. Pengukuran absorbansi larutan standar parasetamol pada

panjang gelombang maksimum dikarenakan pada daerah tersebut akan

diperoleh titik serapan terbesar untuk setiap larutan standar parasetamolnya.

Hasil absorbansi pada uji linearitas atau kurva baku terdapat pada tabel 4.3

dan gambar 4.4.

Page 43: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

32

Tabel 4.3 Hasil Absorbansi Uji Linearitas

No Konsentrasi (ppm) Abs

1 2 ppm 0,164

2 4 ppm 0,333

3 6 ppm 0,495

4 8 ppm 0,632

5 10 ppm 0,816

6 12 ppm 0,968

Gambar 4.4 Kurva Baku Parasetamol Murni

Setelah dilakukan kurva kalibrasi, maka diperoleh persamaan yang

digunakan untuk menghitung kadar parasetamol murni, aborbansi dari keenam

konsentrasi kurva kalibrasi berkisar antara 0,16 sampai 0,96 sehingga kurva

kalibrasi yang diperoleh hasilnya baik. Didapatkan persamaan garis y = 0,08012

x + 0,00705 dan koefisien kolerasi (R) dengan nilai 0,99910 . Nilai r yang baik

yang mendekati dan tidak lebih dari satu (Chan dkk, 2004). Dari hasil r yang

didapat yaitu 0,99910 menunjukan bahwa terjadi hubungan linear yang positif

dalam kurva baku linear yang sudah dibuat.

Page 44: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

33

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi

larutan standar parasetamol yang diukur maka semakin besar pula absorbansi

yang diperoleh. Hal ini dikarenakan pada konsentrasi yang semakin tinggi

tingkat kepekatan senyawa parasetamol juga semakin tinggi. Selain itu, hukum

Lambert-Beer menunjukkan bahwa perubahan konsentrasi suatu sampel

tertentu akan mengubah absorbansi pada tiap panjang gelombang dengan suatu

faktor yang konstan. Pembuatan kurva kalibrasi standar dilakukan dengan

memplot larutan standar parasetamol (sumbu x) dan absorbansi (sumbu y),

kemudian titik tersebut dihubungkan dengan garis lurus.

4.6 Uji Presisi

Keseksamaan (presisi) merupakan ukuran yang menunjukkan derajat

kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui sebaran hasil individual

dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang-ulang pada sampel yang

diambil dari campuran yang homogen (Harmita, 2004). Keseksamaan dapat

dinyatakan sebagai repeatability (keterulangan) atau reproducibility

(ketertiruan). Repeatability adalah keseksamaan metode jika dilakukan

berulang kali oleh analis yang sama ada kondisi sama dan dalam interval waktu

yang singkat. Reproducibility adalah keseksamaan metode jika dikerjakan pada

kondisi yang berbeda. Nilai presisi dihitung menggunakan standar deviasi (SD)

untuk menghasilkan Relative Standard Deviasion (RSD) atau Coeficient

Variation (CV). Kriteria seksama diberikan jika metode memberikan nilai

Page 45: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

34

%RSD ≤2%. Semakin kecil nilai standar deviasi yang diperoleh, maka makin

kecil pula nilai koefisien variasinya (Riyadi, 2009).

Tabel 4.4 Hasil Uji Presisi

Sampel Standar Konsentrasi (ppm)

8 ppm 7,775

8 ppm 7,712

8 ppm 7,86

8 ppm 7,762

8 ppm 7,725

8 ppm 7,837

8 ppm 7,823

SD 0,05699

Rata-rata 7,783

% RSD 0,732

Uji presisi dilakukan dengan menggunakan larutan standar parasetamol

8 ppm sebanyak tujuh kali pengulangan. Hasil pengujian presisi pada larutan

standar parasetamol menunjukkan nilai SD 0,05699 dan RSD 0,732 %. Dilihat

dari hasil (Tabel 5) bahwa hasil yang diperoleh 0,732 % dan tidak melebihi 2%

yang menunjukan hasil yang baik sesuai yang ditentukan dalam persyaratan.

4.7 Uji Akurasi

Akurasi merupakan kecermatan tingkat kedekatan hasil pengujian

metode dengan nilai yang sebenarnya atau nilai yang dinyatakan benar. Dari

hasil akurasi yang diperoleh nilai persen perolehan kembali dari konsentrasi

sebesar 4 ppm, 6 ppm dan 8 ppm yang diperoleh sebesar 95 – 105 %.

Page 46: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

35

Tabel 4.5 Hasil Uji Akurasi

Sampel Standar Konsentrasi (ppm) % Perolehan Kembali

4 ppm 4 100

4 ppm 3,925 98,1

4 ppm 3,937 98,4

6 ppm 6,062 101

6 ppm 5,9 98,3

6 ppm 5,95 99,1

8 ppm 7,775 97,1

8 ppm 7,712 96,4

8 ppm 7,86 98,2

Ketangguhan metode adalah derajat ketertiruan hasil uji yang diperoleh

dari analisis sampel yang sama dalam berbagai kondisi uji normal, seperti

laboratorium, analisis, instrumen, bahan pereaksi, suhu, hari yang berbeda, dan

lain-lain. Ketangguhan biasanya dinyatakan sebagai tidak adanya pengaruh

perbedaan operasi atau lingkungan kerja pada hasil uji (Rohman dan Gandjar,

2007). Penentuan ketangguhan metode dilakukan dengan mengukur serapan

larutan sampel pada panjang gelombang maksimum, panjang gelombang

maksimum +1. Range nilai persen (%) recovery analit yang dapat diterima

adalah 90-110%. Range tersebut bersifat fleksibel tergantung dari kondisi analit

yang diperiksa berdasarkan jumlah sampel dan kondisi laboratorium. Nilai

%recovery yang diperoleh masuk dalam range yang dapat diterima yaitu 90-

110%, sehingga dapat dikatakan metode ini memiliki akurasi yang baik.

4.8 Larutan Parasetamol Drops (Sanmol Drops®) dan Uji Stabilitas

Penelitian ini dilakukan untuk untuk mengetahui stabilitas kimia obat

parasetamol drops yang disimpan pada suhu ruang dan suhu lemari pendingin

Page 47: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

36

dengan tujuan untuk menentukan stabilitas kimia dan usia simpan. Studi ini

adalah penelitian eksperimental laboratorium yaitu evaluasi kestabilan

dipercepat untuk mengetahui stabilitas sediaan parasetamol drops dengan

menyimpannya pada suhu ruang (≤30 oC) dan suhu dingin (2-8 °C) selama 24

jam. Dari masing-masing sampel dilakukan secara triplo dan tiap sampel

ditentukan kadar parasetamol yang tersisa setiap 24 jam dengan mengukur

serapan menggunakan spektrofotometer UV-Vis.

Tabel 4.6 Hasil Penelitian Parasetamol Drops Suhu Ruang

Waktu Absorbansi Konsentrasi (ppm)

0 Menit 0, 995 61,665

5 Menit 0,963 59,680

10 Menit 0,959 59,410

15 Menit 0,956 59,210

20 Menit 0,938 58,100

30 Menit 0,933 57,760

45 Menit 0,931 57,640

1 Jam 0,934 57,653

2 Jam 0,930 57,585

3 Jam 0,909 56,310

24 Jam 0,917 55,625

Gambar 4.5 Kurva Kalibrasi Parasetamol Drops Suhu Ruang

Page 48: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

37

Tabel 4.7 Hasil Penelitian Parasetamol Drops Suhu Dingin

Waktu Absorbansi Konsentrasi (ppm)

0 Menit 0, 961 59,535

5 Menit 0,957 59,285

10 Menit 0,947 58,670

15 Menit 0,939 58,190

20 Menit 0,938 58,125

30 Menit 0,938 58,070

45 Menit 0,930 57,595

1 Jam 0,927 57,395

2 Jam 0,914 56,575

3 Jam 0,907 56,310

24 Jam 0,907 55,260

Gambar 4.6 Kurva Kalibrasi Parasetamol Drops Suhu Dingin

Berdasarkan hasil uji stabilitas dapat disimpulkan bahwa parasetamol

drops yang disimpan pada suhu ruang lebih stabil dibandingkan parasetamol

drops yang disimpan pada suhu dingin. Dimana konsentrasi parasetamol drops

pada suhu ruang lebih tinggi daripada konsentrasi parasetamol drops pada suhu

dingin. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Rosalina, 2018.

Page 49: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

38

4.9 Sampel (Campuran Parasetamol Drops dan Teh Manis)

Data hasil penelitian sampel parasetamol drops dicampur dengan

teh manis pada suhu ruang (≤30 oC) dapat dilihat pada tabel 4.8 dan

gambar 4.7.

Tabel 4.8 Hasil Penelitian Parasetamol Drops dicampur Teh Manis Suhu

Ruang (n = 3)

Waktu Faktor

Pengenceran

Absorbansi Konsentrasi (ppm) Konsentrasi

Rata-rata ± SD (ppm) A1 A2 A3 C1 C2 C3

0 Menit

2000

0,652 0,653 0,669 8,055 8,067 8,264 8,128 ± 0,117

5 Menit 0,644 0,627 0,639 7,954 7,743 7,886 7,861 ± 0,107

10 Menit 0,645 0,627 0,610 7,962 7,732 7,525 7,739 ± 0,218

15 Menit 0,629 0,619 0,606 7,763 7,641 7,471 7,625 ± 0,146

20 Menit 0,620 0,604 0,603 7,654 7,450 7,435 7,513 ± 0,122

30 Menit 0,571 0,582 0,587 7,042 7,178 7,244 7,154 ± 0,103

45 Menit 0,567 0,562 0,542 6,989 6,921 6,682 6,864 ± 0,161

1 Jam 0,473 0,453 0,494 5,814 5,566 6,072 5,817 ± 0,253

2 Jam 0,424 0,412 0,432 5,207 5,059 5,299 5,188 ± 0,121

3 Jam 0,399 0,407 0,394 4,888 4,996 4,834 4,906 ± 0,082

Gambar 4.7 Kurva Hasil Penelitian Parasetamol Drops dicampur Teh Manis

Suhu Ruang

Page 50: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

39

Data hasil penelitian sampel parasetamol drops dicampur dengan teh

manis pada suhu dingin (2-8 oC) dapat dilihat pada tabel 4.9 dan gambar 4.8.

Tabel 4.9 Hasil Penelitian Parasetamol Drops dicampur Teh Manis Suhu

Dingin (n = 3)

Waktu Faktor

Pengenceran

Absorbansi Konsentrasi (ppm) Konsentrasi

Rata-rata ± SD (ppm) A1 A2 A3 A1 A2 A3

0 Menit

2000

0,646 0,640 0,646 7,974 7,904 7,978 7.952 ± 0,042

5 Menit 0,617 0,634 0,648 7,606 7,819 8,000 7,808 ± 0,197

10 Menit 0,613 0,615 0,626 7,567 7,584 7,730 7,627 ± 0,090

15 Menit 0,603 0,623 0,613 7,435 7,692 7,568 7,565 ± 0,129

20 Menit 0,602 0,642 0,602 7,419 7,920 7,430 7,589 ± 0,286

30 Menit 0,617 0,630 0,589 7,612 7,770 7,258 7,546 ± 0,262

45 Menit 0,620 0,605 0,599 7,650 7,463 7,390 7,501 ± 0,134

1 Jam 0,574 0,569 0,576 7,077 7,011 7,107 7,065 ± 0,049

2 Jam 0,576 0,572 0,565 7,104 7,053 6,967 7,041 ± 0,069

3 Jam 0,409 0,401 0,465 5,017 4,914 5,720 5,217 ± 0,439

24 Jam 0,225 0,243 0,190 2,718 2,939 2,282 2,646 ± 0,334

Gambar 4.8 Kurva Hasil Penelitian Parasetamol Drops dicampur Teh Manis

Suhu Dingin

Page 51: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

40

Berdasarkan hasil penelitian parasetamol drops yang dicampur teh

manis dan disimpan pada suhu ruang maupun dingin dapat terlihat penurunan

kadar yang cukup besar. Adapun yang mengalami penurunan kadar paling besar

terjadi pada suhu ruang. Hal ini berbanding terbalik dengan hasil uji stabilitas

parasetamol drops dimana penurunan yang paling besar adalah pada suhu

dingin. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantara interaksi obat

dan kandungan kimia teh, suhu, atau bisa juga disebabkan oleh kandungan air

dalam sampel.

Daun teh mengandung berbagai kandungan kimia diantaranya polifenol,

flavonoid, kafein, teobromin, teofilin, tannin, xanthine, adenin, minyak atsiri,

kuersetin dan naringenin (Dalimartha, 2007). Menurut Donovan dan Devane

2001, parasetamol tidak dianjurkan dikonsumsi bersamaan dengan kafein

dalam jumlah banyak seperti yang terdapat dalam minuman dan makanan

misalnya kopi, teh, minuman cola, suplemen dan obat-obatan. Para peneliti dari

Department of Medicinal Chemistry, terutama Dr. Sid Nelson di University of

Washington Seattle telah melakukan uji toksikologi yang menduga bahwa

kombinasi parasetamol dan kafein dalam dosis besar dapat menyebabkan risiko

kerusakan hati atau hepatotoksik. Namun sampai saat ini belum ada jurnal

penelitian ataupun referensi yang mengatakan bahwa kafein ataupun kandungan

kimia lain dalam teh dapat menurunkan kadar parasetamol ketika dicampur.

Menurut Novianti 2004, semua obat pada dasarnya akan rusak apabila

disimpan pada temperatur tinggi. Semakin tinggi suhu penyimpanan maka

waktu kadaluwarsa (t90) dan waktu paruh (t1/2) semakin kecil. Dengan

Page 52: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

41

demikian, dengan semakin naiknya suhu penyimpanan, parasetamol akan

mengalami degradasi sehingga kadarnya berkurang. Inilah kemungkinan salah

satu faktor yang menyebabkan penurunan kadar parasetamol dicampur teh

manis pada suhu ruang lebih cepat terjadi penurunan kadar dibandingkan pada

suhu dingin.

Selain itu, kandungan air dalam sampel teh manis juga berperan dalam

penurunan kadar parasetamol secara signifikan. Menurut Connors dkk 1986,

jalur utama degradasi yang menyebabkan asetaminofen tidak stabil adalah

peristiwa hidrolisis yang memecah parasetamol menjadi p-aminofenol dan

asam asetat. Hal ini dapat terlihat melalui gambar berikut :

4.10 Uji Statistik

Tabel 4.10 Group Statistics

KELOMPOK N Mean Std.

Deviation

Std. Error Mean

SUHU

SUHU

RUANG 30 6.8798 1.12958 .20623

SUHU DINGIN

33 6.8690 1.54567 .26907

Page 53: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

42

Tabel 4.11 Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F

Sig.

t

Df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Equal

variances

assumed

.238

.627

.031

61

.975

.01074

.34403

-.67720

.69867

SUHU

Equal variances not

assumed

.032 58.401 .975 .01074 .33901 -.66777 .68924

Untuk melihat kebermaknaan perbedaan suhu dingin dan suhu ruang

pada kadar obat dari semua kelompok perlakuan, digunakan uji T tidak

berpasangan. Hipotesis perbandingan multi kelompok yang akan diuji adalah

sebagai berikut:

H0 = Tidak terdapat perbedaan konsentrasi yang berarti antara sampel yang

disimpan pada suhu ruang dan suhu dingin.

H1 = Ada perbedaan konsentrasi yang berarti antara sampel yang disimpan

pada suhu ruang dan suhu dingin.

Sebelum dilakukan uji T tidak berpasangan terlebih dahulu dilakukan

uji homogenitas. Uji ini dilakukan untuk melihat bahwa data sudah homogen

atau tidak. Dari uji didapatkan hasil bahwa data homogen, karena nilai

signifikansi 0,627 yang didapat lebih besar dari 0,05.

Dari hasil uji T tidak berpasangan didapat nilai signifikansi sebesar

0,975. Dengan = 0,05, nilai signifikansi yang diperoleh 0,975 > 0,05 sehingga

dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, artinya tidak terdapat

Page 54: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

43

perbedaan konsentrasi yang berarti antara sampel yang disimpan pada suhu

ruang dan suhu dingin.

Page 55: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

43

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu studi penentuan

profil stabilitas kadar parasetamol drops yang dicampur teh manis pada suhu

ruang (≤30 oC) dan suhu dingin (2-8 oC) dengan metode spektrofotometri UV-

Vis pada panjang gelombang 200-400 nm dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Penambahan teh manis mempengaruhi kadar parasetamol drops dan tidak

ada perbedaan yang berarti antara penyimpanan pada suhu ruang dan suhu

dingin.

b. Penurunan kadar parasetamol drops ditambah teh manis yang disimpan

pada suhu ruang bertahan selama 3 jam adalah 39,64%, sedangkan yang

disimpan pada suhu dingin bertahan selama 24 jam adalah 66,72%. Dan

apabila diukur pada 3 jam maka penurunan suhu dingin adalah 34,39%.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian selanjutnya mengenai interaksi yang

menyebabkan penurunan kadar parasetamol.

43

Page 56: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

43

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Rina., 2018., 11 Khasiat Teh Hitam.,

https://lifestyle.sindonews.com/read/1273634/155/11-khasiat-teh-hitam-

1515981972 (diakses tanggal 10 Agustus 2019)

Berman, A., 2009., Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier & Erb.,

EGC., Jakarta

Chan, Chung Chown, Lam, Y.C, Lee, Xue Ming Zhang., 2004., Analitical Method

Validation and Instrument Performance Verification., John Willey &

Sons, Inc.Publication., New Jersey

Clarke, e.G.C., 1986., Isolation and Identification of Drugs, Second Edition.,

The Pharmaceutical Press, London., hal. 849- 850

Connors, K.A., Amidon, G.L. and Stella, V.J., 1986., Chemical Stability of

Pharmaceutical., John Willey and Sons., New York., hal. 3-26, 163-

168

Dachriyanus., 2004., Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi.,

Andalas University Press., Padang

Dalimartha, S., 2007., Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid IV., Puspa Swara.,

Jakarta

Day and Underwood., Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima., Erlangga.,

Yogyakarta

Depkes RI., 2008., Artikel ”Minuman Teh Juga Memiliki Manfaat

Kesehatan”., http://www.depkes.go.id (diakses tanggal 7 Agustus 2019)

Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan., 2014., Farmakope Indonesia

Edisi V., Departemen kesehatan Republik Indonesia.., Jakarta

Donovan JL., Devane CL., 2001., A primer on caffeine pharmacology and its drug

interactions in Clinical Psychopharmacology. Psychopharmacology

Bulletin. 35 (3): 30-48

Gandjar, I.G., dan Rohman, A., 2007., Kimia Farmasi Analisis., Pustaka Pelajar.,

Yogyakarta

44

Page 57: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

45

Harmita., 2004., Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara

Perhitungannya., Majalah Ilmu Kefarmasian Vol I (3)., hal 117-135

Herawati.H dan Nurbaeti.B., 2004., Nilai Fungsional beberapa Beberapa

Komponen Aktif yang terkandung dalam Teh., Seminar Nasional

Pangan Fungsional : Hal 90-97

Khopkar, S. M., 2008., Konsep Dasar Kimia Analitik., UI Press., Jakarta

Khopkar, S. M., 2009., Konsep Dasar Kimia Analitik., UI Press., Jakarta

Kumar, V., Cotran, R.S., dan Robbins, S.L., 2007., Buku Ajar Patologi Edisi VII.,

EGC., Jakarta

Lachman, L., Lieberman, H. A., Kanig, J. L., 1986., Teori dan Praktek

Farmasi Industri Edisi Ketiga., diterjemahkan oleh: Suyatmi, S.,

Penerbit Universitas Indonesia., Jakarta., hal 760-779, 1514 – 1587

Lubis, N.L., 2009., Depresi Tinjauan Psikologis., Kencana., Jakarta

Mukhtar.H dan Ahmad.N., 2000., Tea Polyphenols: Prevention of Cancer and

Optimizing Health ¹²³., The American Journal Of Clinical Nutrition., hal 71

: 1689- 1702

Nelwan, R.H.H., 2006., Demam: Tipe dan Pendekatan., Dalam: Sudoyo, A.W.,

Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata M., dan Setiati, S., Editor: Buku Ajar

Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Keempat. Jilid Ketiga., Pusat Penerbit

Departemen Ilmu Penyakit Dalam., Jakarta., hal 1697-1699

Novianti, P., 2004., Pengaruh Suhu Terhadap Stabilitas Sirup Parasetamol

Paten., [email protected] (diakses tanggal 7 Agustus 2019)

Odom Debie., 2007., Camellia sinensis - The Tea Plant., The Camellia Journal.,

hal 18-20

Oguni, I., 1996., Green Tea and Human Health., Japan Tea Exporter’s

Association Shizuoka Japan

Pambudi Joko., 2000., Potensi Teh Sebagai Sumber Zat Gizi dan Perannya

Dalam kesehatan., Seminar Hidup Sehat dengan Teh., hal 21-33

Rahardja, Drs. K., 2007., Obat-Obat Penting Edisi IV., PT Elex Media

Komputindo., Jakarta., hal 318

Page 58: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

46

Riyadi, W., 2009., Validasi Metode Analisis., http://www.chem-is-

try.org/artikel_kimia/kimia_analisis/validasi-metode-analisis/ (diakses

tanggal 7 Agustus 2019)

Rohdiana.D., 2007., "Talk Show - Efek Teh Hitam dalam Mencegah dan

Mengatasi Risiko Penyakit Jantung Koroner".,

http://www.pjnhk.go.id/content/view/647/31/ (diakses tanggal 7 Agustus

2019)

Rohman, A .,Gandjar, G.H., 2007., Kimia Farmasi Analisis., Pustaka Pelajar.,

Yogyakarta

Rosalina, Vivi., Analisis Kadar Sedian Parasetamol Syrup Pada Anak

Terhadap Lama Penyimpanan Dan Suhu Penyimpanan., Jurnal Para

Pemikir., VOL. VII., NO. 2., Juni 2018., Stikes Bhakti Husada Mulia.,

Madiun

Roth dan Blaschke., 2004., Analisis Farmasi., UGM Press., Yogyakarta

Setiani, D., 2014., Studi Optimasi Pembuatan Kombucha dari Ekstrak Teh

Hitam Serta Uji Aktivitas Antioksidan., Skripsi Universitas Pendidikan

Indonesia., Bandung

Soedjatmiko., 2005., Penanganan Demam Pada Anak Secara Profesional.,

Dalam: Tumbelaka, et al., Editor., Pendidikan Kedokteran

Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak XLVII., Cetakan pertama., FKUI-

RSCM., Jakarta., hal 32-41

Soedradjat, R. Rulan., 2003., Pengolahan Teh Hitam di Indonesia., Makalah

BPTK., Gambung

Standar Nasional Indonesia 3836-2013., 2013., Teh Kering Dalam Kemasan.,

Badan Standarisasi Nasional

Suryatmo, T., 1994., Budidaya dan Pengolahan Pascapanen Teh. Kanisius.,

Yogyakarta

Sutiadarma., 2004., Analisis Struktur Organik secara Spektroskopi., UGM

Press., Yogyakarta

Wiedyaningsih, Chairun., 2014., Mengenal Parasetamol., Dalam Tribun Yogya.,

17 Agustus 2014., Jakarta

Page 59: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

47

Wilmana, P.F., 1995., Analgesik-Antipiretik Analgesik Anti-Inflamasi

Nonsteroid dan Obat Pirai, dalam Ganiswara., E., (ed).,

Farmakologi dan Terapi., Edisi 4., 213-215., Bagian Farmakologi

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia., Jakarta

Wilmana, P.F., dan Gan, S., 2007., Analgesik-Antipiretik Analgesik Anti

Inflamasi Nonsteroid dan Obat Gangguan Sendi Lainnya., Dalam: Gan,

S., Setiabudy, R., dan Elysabeth, eds. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5.

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI., Jakarta., hal 237-23

Page 60: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

48

LAMPIRAN 1. Perhitungan Bahan

Pembuatan Larutan Stok Parasetamol 100 ppm

ppm = Berat Parasetamol Murni yang Ditimbang (mg)

Volume Pelarut (L)

= 10 mg

100 mL

= 10 mg

0,1 L

= 100 ppm

Perhitungan Pengenceran :

2 ppm = V1 . N1

V1 . 100

V1

V1

= V2 . N2

= 10 . 2

= 20

100

= 0,2 mL

4 ppm = V1 . N1

V1 . 100

V1

V1

= V2 . N2

= 10 . 4

= 40

100

= 0,4 mL

6 ppm = V1 . N1

V1 . 100

V1

V1

= V2 . N2

= 10 . 6

= 60

100

= 0,6 mL

Page 61: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

49

8 ppm = V1 . N1

V1 . 100

V1

V1

= V2 . N2

= 10 . 8

= 80

100

= 0,8 mL

10 ppm = V1 . N1

V1 . 100

V1

V1

= V2 . N2

= 10 . 10

= 100

100

= 1 mL

12 ppm = V1 . N1

V1 . 100

V1

V1

= V2 . N2

= 10 . 12

= 120

100

= 1,2 mL

Page 62: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

50

LAMPIRAN 2. Dokumentasi Penelitian

Pembuatan larutan standar

Proses pengenceran larutan standar

Pencampuran parasetamol drops dan sampel teh

manis secara triplo untuk suhu ruang dan suhu

dingin

Penyimpanan pada suhu dingin

Page 63: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

51

Pengenceran setelah penyimpanan pada suhu

ruang dan suhu dingin

Sentrifugasi

Pembacaan panjang gelombang

Page 64: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

52

LAMPIRAN 3. Sertifikat Analisis Kadar Baku Kerja

Page 65: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

53

Page 66: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

54

Page 67: STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR …

55