Study Guide

download Study Guide

of 58

Transcript of Study Guide

  • STUDY GUIDE

    KEPERAWATAN JIWA

    Editor :

    Shanti Wardaningsih, M.Kep, Sp.Jiwa

    Nurul Hidayah, S.Kep, Ns

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KEPERAWATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2011

  • KATA PENGANTAR

    Kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, serta shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita, nabi Muhammad SAW.

    Buku Penuntun Belajar ini disusun dengan maksud untuk membimbing mahasiswa Program Pendidikan profesi dalam menjalankan proses pembelajaran klinik di bidang Keperawatan Jiwa untuk mencapai kompetensi tersebut. Mahasiswa diharapkan menjalani pendidikan klinik dengan terlebih dahulu selalu mempersiapkan pengetahuan dan ketrampilan klinis, seperti yang terdapat dalam Daftar Pertanyaan dan Daftar Ketrampilan Klinis, dengan membaca lagi buku catatan, textbook atau artikel ilmiah, sehingga Tujuan Pembelajaran Klinik dapat tercapai. Kami menyadari bahwa Buku Penuntun Belajar ini belum sempurna, untuk itu saran perbaikan sangat kami harapkan dari semua pihak. Akhirnya kami senantiasa berharap Semoga Allah SWT meridhai dan Buku Penuntun ini dapat memberikan manfaat sesuai dengan harapan kami.

    Yogyakarta, April 2011 Editor

  • DAFTAR ISI

    BUKU PENUNTUN BELAJAR STASE KEPERAWATAN JIWA

    KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN BAB II PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL DAN STATUS MENTAL KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN JIWA (PROSES,TEKNIK, SIKAP) BAB III IMPLEMENTASI PROSES KEPERAWATAN : STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN

    JIWA BAB IV PENGGUNAAN STRATEGI PELAKSANAAN BAB V GANGGUAN JIWA BAB VI GANGGUAN PERSEPSI SENSORI:HALUSINASI BAB VII GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM BAB VIII HARGA DIRI RENDAH KRONIS BAB IX ISOLASI SOSIAL BAB X RESIKO BUNUH DIRI BAB XI DEFISIT PERAWATAN DIRI BAB XII PERILAKU KEKERASAN BAB XIII TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK BAB XIV ANALISA PROSES INTERAKSI DAFTAR PUSTAKA

  • BAB I PENDAHULUAN

    Bismillahirrohmanirrohim

    1. Bagaimana meraih sukses menjadi KO Ners Keperawatan Jiwa?

    Selamat bergabung dalam komunitas pembelajar di bagian Keperawatan Jiwa (Psychiatrics Nursing learner community). Sukses bukan hanya meraih semua kompetensi sebagai bagian integral dari kompetensi perawat Indonesia namun juga berarti anda membentuk diri sebagai perawat muslim yang mempunyai karakter sesuai dengan tujuan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Akhirnya, sukses juga berarti terselesaikannya proses pembelajaran dan evaluasinya sesuai dengan waktu yang ditentukan.

    Bagaimana cara meraih sukses menjadi Ko Ners di bagian keperawatan jiwa ? dapat dinyatakan secara ringkas sebagai berikut :

    1. Yakinkan diri anda, bahwa anda adalah seorang sarjana keperawatan dan pastikan bahwa anda akan bersikap dan berpenampilan sebagai seorang sarjana keperawatan.

    2. Yakinkan bahwa pencapaian kompetensi profesional memerlukan upaya serius dan berkelanjutan.

    3. Yakinkan diri anda bahwa anda siap dan mampu mengatasi perubahan situasi pembelajaran tahap profesi.

    4. Yakinkan bahwa anda telah menguasai teori yang berhubungan dengan masalah klinik yang anda hadapi. Review ulang teori-teori tersebut dengan bertolak dari masalah klinik riil.

    5. Yakinkan bahwa anda siap untuk menjadi pembelajar seumur hidup ( long life learner). Perbaharui terus ilmu anda dengan mengikuti perkembangan teori dan dinamika penelitian di bidang keperawatan dengan mengakses artikel-artikel EBN yang relevan

    6. Jagalah motivasi anda. Siaplah untuk mengerjakan tugas atau prosedur yang sulit, mendiskusikan topik yang anda pilih, siap untuk mendapat pasien tambahan, siaplah untuk tinggal lebih lama di bangsal jika diperlukan.

    7. Kelola waktu dengan baik. Di bangsal, misalnya anda harus melakukan bed side teaching & tutorial. Waktu-waktu luang harus anda gunakan dengan sebaik-baiknya karena sebenarnya waktu yang tersedia lebih sedikit daripada hal yang harus anda kerjakan

    8. Temukan cara yang efektif untuk mengelola data pasien anda. Membuat catatan keperawatan adalah cara efektif untuk mempraktekkan langkah manajemen pasien.

    9. Biasakan sikap dan penampilan profesional, antara lain : a. Pakaian yang relevan dengan profesi: Selalu kenakan pakaian

    profesi dengan rapi.

  • b. Bersikap santun, berusaha untuk selalu tersenyum kepada pasien anda (apapun kondisi dan masalah yang anda hadapi), berusaha menghafal nama pasien dan menyapa mereka dengan nama mereka. Berikan empati kepada setiap pasien dan keluarganya

    c. Hargai supervisor, teman sejawat dan pegawai rumah sakit serta bekerja sama dengan mereka sebaik-baiknya, bahkan tenaga non medis mungkin akan menjadi guru anda yang baik sesuai dengan bidang mereka.

    d. Hargai hak-hak pasien, seperti kerahasiaan, hak otonomi mereka (misal untuk menerima atau menolak suatu terapi/tindakan). Jangan membicarakan masalah-masalah pasien di lorong rumah sakit atau kantin misalnya. Jangan mendiskusikan masalah pasien di depan orang lain tanpa seijin pasien.

    2. Bagaimana menggunakan buku panduan belajar ini ?

    Study guide atau buku panduan belajar ini merupakan panduan bagi mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan klinik di Rumah Sakit, untuk mempelajari kasus-kasus Gangguan Jiwa. Sebagai standar kompetensi dan keterampilan digunakan Daftar Kompetensi perawat lulusan S1 yang merupakan hasil rekomendasi Konas IV perawat jiwa tahun 2007 dan merupakan kompetensi minimal yang harus dikuasai pada saat pendidikan klinik.

    Panduan belajar ini menggunakan pendekatan terhadap gejala atau keluhan yang sering dirasakan oleh penderita dan terdapat pada Standar Kompetensi Perawat S1. Dengan pendekatan ini, mahasiswa diharapkan mampu berpikir sistematis dan menyeluruh dalam penatalaksanaan Gangguan Jiwa.

    Secara demikian, buku panduan belajar ini akan tersusun atas bagian-bagian berikut:

    Bab I Pendahuluan Implementasi proses keperawatan jiwa:SP Bab II Masalah Pasien dengan Defisit Perawatan Diri Bab III Masalah Pasien dengan Harga Diri Rendah Bab IV Masalah Pasien dengan Isolasi Sosial Bab V Masalah Pasien dengan Perilaku Kekerasan Bab VI Masalah Pasien dengan Gangguan Persepsi Sensori:Halusinasi Bab VII Masalah Pasien dengan Resiko Bunuh Diri Bab VIII Masalah Pasien dengan Ansietas Bab IX Masalah Pasien dengan Kehilangan BabX Masalah Pasien dengan Gangguan Konsep Diri Lampiran Bab XI Pelaksanaan Terapi Keluarga Bab XII Pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok Bab XIII Pembuatan Analisa Proses Interaksi

  • Sebelum anda mulai kegiatan profesi, sebaiknya anda mencoba untuk

    menjawab pertanyaan yang disediakan pada setiap bab. Secara demikian, anda akan lebih siap ketika menghadapi kasus.

    Langkah selanjutnya, perhatikan kompetensi ketrampilan klinik/ kompetensi skill yang harus anda capai. Beberapa ditampilkan dalam buku panduan belajar ini.

    Akhirnya untuk pengelolaan kasus, anda harus memperhatikan perkembangan (EBN) dan tidak berhenti pada alur penatalaksanaan yang ada dalam buku ini maupun buku standar pelayanan medik.

    Secara demikian, setiap bab pada bab II dan selanjutnya akan terdiri dari : 1. Tujuan pembelajaran 2. Pertanyaaan dan Persiapan Ko Ners 3. Pathway kasus (mekanisme, nursing problem) 4. Pemeriksaan penunjang (more info) 5. Intervensi keperawatan 6. Daftar ketrampilan klinis 7. Deskripsi keterampilan klinis

    Selamat menikmati proses pembelajaran ini. Setiap kesulitan yang anda hadapi

    dapat dirujuk kepada supervisor maupun referensi mutakhir. Semoga sukses

    3. Cara Menggunakan Study Guide Mahasiswa yang memasuki pendidikan klinik, diharapkan :

    1. memahami kompetensi pengetahuan dan ketrampilan yang harus dikuasai selama pendidikan klinik tersebut.

    2. memahami prinsip penegakan diagnosis Gangguan Jiwa yang meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (status internus dan status neurologis), pemeriksaan status mental dan berbagai pemeriksaan penunjang apabila diperlukan. Agar dapat menegakkan diagnosis Gangguan Jiwa, mahasiswa harus memahami tentang simtomatologi Gangguan Jiwa.

    3. setelah mampu memeriksa simtomp Gangguan Jiwa, mahasiswa diharapkan mampu menggunakan alur diagnosis berdasar keluhan/sebab dibawa ke pelayanan kesehatan, selanjutnya melakukan penatalaksanaan kasus sesuai pedoman yang ada.

    4. melakukan penatalaksanaan khususnya pemberian terapi sesuai dengan prinsip terapi di bidang Psikiatri.

    Selamat menikmati proses pembelajaran ini. Setiap kesulitan yang anda hadapi

    dapat dirujuk kepada supervisor maupun referensi mutakhir. Semoga sukses

  • BAB II DAFTAR KOMPETENSI KLINIK DAN KETRAMPILAN KLINIK

    Untuk membantu pencapaian kompetensi dalam setiap proses pendidikan

    kepaniteraan klinik setiap bagian maka disusun list of clinical pictures/diseases untuk tingkat pencapaian kompetensi knowledge atau pengetahuan tentang penyakit dan list of clinical skills untuk tingkat pencapaian ketrampilan klinis.

    List of clinical picture/disease setiap bagian disusun berdasarkan penyakit atau problem kesehatan terbanyak di Indonesia, sedangkan list of clinical skills merupakan ketrampilan klinis yang harus dikuasai disesuaikan dengan jenis dan kompetensi tindakan bagi seorang dokter umum.

    Tingkat pencapaian yang diharapkan level of expected ability dari penyakit (list of

    clinical pictures/disease). 1. Dapat mengenal gambaran klinis suatu penyakit, dikaitkan dengan

    pengetahuan dari literature dan mengetahui bagaimana mencari informasi lebih lanjut tentang penyakit tersebut. Level ini menunjukkan overview saja..

    2. Dapat membuat diagnosa klinik penyakit sendiri berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang sederhana seperli laboratorium sederhana dan roentgen, serta dapat menentukan kapan penderita perlu dirujuk segera kepada spesialis yang sesuai .

    3A. Dapat membuat diagnosa klinik penyakit sendiri berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang sederhana seperli laboratorium sederhana dan rontgen, serta dapat menentukan dan memberikan terapi awal atau initial treatment sebelum penderita dirujuk kepada spesialis yang sesuai pada kasus-kasus non-emergency

    3B. Dapat membuat diagnosa klinik penyakit sendiri berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang sederhana seperli laboratorium sederhana dan rontgen, serta dapat menentukan dan memberikan terapi awal atau initial treatment sebelum penderita dirujuk kepada spesialis yang sesuai pada kasus-kasus emergency

    4. Dapat membuat diagnosa klinik penyakit sendiri berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang sederhana seperli laboratorium sederhana dan rontgen, serta mampu mengelola sendiri suatu penyakit.

  • BAB III IMPLEMENTASI PROSES KEPERAWATAN JIWA:

    STANDAR ASUHAN

    Ruang lingkup dan Standar praktik keperawatan Klinis Kesehatan Jiwa menguraikan tingkat kompetensi asuhan keperawatan profesioanl dan menguraikan kinerja profesional yang umum untuk perawat yang terlibat di tiap tatanan praktik keperawatan kesehatan jiwa. Standar ini ditujukan keepada perawat yang memenuhi persyaratan pendidikan dan pengalaman praktik baik pada tingkat dasar atau tingkat lanjut keperawatan jiwa.

    Standar I Pengkajian Standar II Diagnosis keperawatan

    Standar III Identifikasi hasil

    Standar IV Perencanaan

    Standar V Implementasi Standar VI Evaluasi

    Kondisi keperwatan dan perilaku keperawatan yang berhubungan dengan tiap standar asuhan keperawatan jiwa terlihat pada gambar dibawah ini ;

    KONDISI KEPERAWATAN Kesadaran diri Observasi yang akurat Komunikasi terapeutik Dimensi responsive asuhan

    PERILAKU KEPERAWATAN Menetapkan kontrak keperawatan Mendapatkan informasi dari pasien dan keluarga Memvalidasi data dengan pasien Mengorganisasi data

    DIAGNOSIS KEPERAWATAN

    IDENTIFIKASI HASIL

    PENGKAJIAN

    KONDISI KEPERAWATAN Pembuatan keputusan yang logis Pengetahuan tentang parameter normal Pertimbangan induktif dan deduktif Kepekaan sosiokultural

    PERILAKU KEPERAWATAN Mengiidentifikasi pola data Membandingkan data dengan standar Menganalisis dan mensintetis data Mengidentifikasi masalah/kekuatan Memvalidasi masalah dengan pasien Merumuskan diagnosa keperawatan

    PENGKAJIAN

  • IMPLEMENTASI

    PERENCANAAN

    EVALUASI

    KONDISI KEPERAWATAN Aplikasi Teori Penghormatan terhadap pasien dari keluarga

    PERILAKU KEPERAWATAN Prioritas tujuan Mengidentifikasi aktifitas keperawatan Menvalidasi rencana dengan pasien

    KONDISI KEPERAWATAN Keterangan berpikir kritis Kemitraan dengan pasien dan keluarga

    PERILAKU KEPERAWATAN Penyusunan hipotesis Menjelaskan hasil yang diharapkan Menvalidasi dengan pasien

    KONDISI KEPERAWATAN Pengalaman klinis yang lalu Pengetahuan penelitian Dimensi responsif dan tindakan asuhan

    PERILAKU KEPERAWATAN Mempertimbangan sumber-sumber yang tersedia Mengimplementasikan aktifitas keperawatan Menghasilkan alternatif Koordinasi dengan anggota tim lain

    KONDISI KEPERAWATAN Supervisi Analisis diri Tinjauan sejawat Partisipasi pasien dan keluarga

    PERILAKU KEPERAWATAN Membandingkan respons pasien dan hasil yang diharapkan Meninjau proses keperawatan Memodifikasi proses keperawatan sesuai kebutuhan Berpartisipasi dalam aktifitas peningkatan kualitas

  • BAB IV. PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA BERDASARKAN PSIKODIMANIKA GANGGUAN JIWA

    Proses terjadinya gangguan jiwa dapat dijelaskan secara rinci berdasarkan pada Model Stres Adaptasi Stuart yang menggambarkan dimensi perilaku klien gangguan jiwa secara komprehensif. Dimensi tersebut meliputi: faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stresor, sumber koping, dan mekanisme koping (Stuart & Laraia, 2005)

    Gambar 1. Psikodinamika Gangguan Jiwa (Stuart & Laraia,2005)

    a. Faktor predisposisi

    Faktor predisposisi adalah faktor risiko dipengaruhi oleh jenis dan jumlah sumber risiko yang dapat menyebabkan individu dalam mengatasi stress, baik biologis, psikologis dan sosial budaya (Stuart & Laraia, 2005). Berikut ini penjelasan faktor predisposisi secara rinci:

    1) Faktor biologis

    Faktor biologis merupakan salah satu faktor yang perlu mendapatkan perhatian penting dalam pengkajian faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Proses terjadinya gangguan perilaku salah satunya gangguan dalam hubungan sosial, berdasarkan faktor biologis dapat disebabkan oleh adanya kondisi patologis seperti tumor otak, stroke, infeksi otak, selain itu juga terjadinya ketidakseimbangan dari beberapa

  • neurotransmiter misalnya dopamin, serotonin, norepineprin dan lainnya (Townsend, 2005)

    2) Faktor psikologis Faktor psikologis merupakan faktor penyebab kedua yang dapat mempengaruhi terjadinya gangguan jiwa. Menurut Stuart & Laraia (2005), faktor psikologis meliputi konsep diri, intelektualitas, kepribadian, moralitas, pengalaman masa lalu, koping dan keterampilan komunikasi secara verbal. Faktor psikologis mempengaruhi bagaimana pembentukan harga diri seseorang dimasa yang akan datang.

    b. Faktor presipitasi

    Faktor presipitasi yang akan dijelaskan berikut ini merupakan stimulus yang dapat mengancam integritas individu. Menurut Stuart dan Laraia (2005), faktor presipitasi terjadinya masalah isolasi sosial dan harga diri rendah yaitu sumber stressor, sifat stressor, waktu terjadinya stressor dan jumlah stressor. Berikut ini dijelaskan secara rinci mengenai faktor presipitasi terjadinya isolasi sosial dan harga diri rendah : 1) Sifat dari stresor tersebut apakah tergolong komponen biologis, misalnya:

    penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur otak. Komponen psikologis, misalnya: stresor terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan seperti adanya abuse dalam keluarga, atau adanya kegagalan-kegagalan dalam hidup. Selanjutnya komponen sosial budaya, misalnya: adanya aturan yang sering bertentangan antara individu dan kelompok masyarakat, tuntutan masyarakat yang tidak sesuai dengan kemampuan seseorang, ataupun adanya stigma dari masyarakat terhadap seseorang yang mengalami gangguan jiwa.

    2) Asal stresor: internal (dari individu itu sendiri; misalnya terjadinya proses penuaan), eksternal (dari luar individu; misalnya dari keluarga, kelompok masyarakat, dan lingkungan sekitar seperti terjadinya bencana alam, konflik antar masyarakat).

    3) Waktu atau lamanya terpapar stresor, yaitu terkait dengan sejak kapan, sudah berapa lama, serta berapa kali kejadiannya (frekuensi). Bila baru pertama kali terkena masalah, maka penanganannya juga memerlukan suatu upaya yang lebih intensif dengan tujuan untuk tindakan pencegahan primer. Dengan kata lain, bahwa semua sumber pendukung yang dimiliki oleh individu, sebaiknya terlibat secara intensif dalam perawatan.

    4) Jumlah stresor: berapa kali stresor tersebut pernah dialami oleh individu pada kurun waktu tertentu, karena semakin sering terpapar dan dalam waktu yang berdekatan, maka akan semakin buruk akibat yang akan diterima oleh individu.

    c. Penilaian terhadap stresor

    Penilaian terhadap stresor merupakan suatu proses evaluasi secara menyeluruh yang dilakukan oleh individu terhadap sumber stres dengan tujuan untuk melihat tingkat kemaknaan dari suatu kejadian yang dialaminya (Stuart & Laraia, 2005).

  • Penilaian terhadap stresor meliputi respon kognitif, afektif, fisiologik, perilaku dan sosial

    d. Sumber koping

    Sumber koping merupakan pilihan atau strategi bantuan untuk memutuskan mengenai apa yang dapat dilakukan dalam menghadapi suatu masalah. Individu dapat mengatasi stress dan ansietas dengan menggunakan sumber koping yang dimilikinya baik internal atau eksternal. Sumber koping internal, misalnya motivasi. Motivasi seseorang sangat dipengaruhi oleh berbagai aspek, yaitu untuk memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi, keinginan mencapai tujuan atau prestasi, dan adanya imbalan yang diterima atau prestasi yang didapat. Pada klien dengan isolasi sosial yang terjadi adalah kurangnya motivasi yang timbul dari dalam dirinya. Klien terjadi penurunan motivasi dan tidak percaya diri sehingga klien mengasingkan diri dari lingkungannya.

    Sumber koping eksternal berhubungan dengan adanya dukungan sosial, yang merupakan modal untuk menyelesaikan masalah. Dukungan sosial yang diterima dapat berupa dukungan emosional dalam bentuk berbagi perasaan dengan klien, peduli dan menunjukkan kasih sayang, memberikan umpan balik, menjadi pendengar yang baik dan teman bicara serta ketersediaan sarana dan prasarana (Stuart & Laraia, 2005

    e. Mekanisme koping

    Mekanisme koping adalah setiap upaya yang diarahkan pada tindakan untuk menghadapi stress, termasuk upaya penyelesaian masalah yang secara langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri dari pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respons neurobiologik. Menurut Lazarus dan Folkman (1984, dalam Rice, 2000), koping mempunyai dua fungsi utama yaitu mengatasi emosi yang menekan dan mengubah masalah antara individu dan lingkungan yang menimbulkan tekanan. Jika seorang individu mendapatkan tekanan emosi maka individu tersebut akan berusahan mengubah permasalahan yang dihadapi atau mengubah lingkungan sekitarnya Freud (1953 dalam Townsend, 2005) menyatakan bahwa mekanisme koping itu meliputi: kompensasi, denial, displacemet, identifikasi, intelektualisasi, introyeksi, isolasi, proyeksi, rasionalisasi, reaksi formasi, regresi, represi, sublimasi, supresi, undoing.

  • BAB V. GANGGUAN JIWA Gangguan jiwa adalah sindroma atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang berkaitan dengan distress atau penderitaan dan menimbulkan hendaya pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia. Pada bab ini akan disampaikan tentang gangguan jiwa yang sering dijumpai di rumah sakit jiwa, yaitu Skizofrenia, Depresi dan Demensia.

    A. KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA

    Gangguan jiwa diklasifikasi dalam bentuk penggolongan diagnosis. Di Indonesia penggolongan diagnosis gangguan jiwa ini disebut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) yang saat ini sudah pada edisi III. PPDGJ III disusun berdasarkan klasifikasi menurut International Classification of Disease (ICD) 10. PPDGJ mengklasifikasikan gangguan jiwa dalam kode numerik F00 sampai dengan F 99. F00 F09 adalah Gangguan Mental Organik, termasuk Gangguan Mental Simtomatik, terdiri dari:

    F00: Demensia pada penyakit Alzheimer

    F01: Demensia Vaskuler

    F02: Demensia pada penyakit lain YDK

    F03: Demensia YTT

    F04: Sindrom amnestik organik bukan akibat alkohol atau Zat psikoaktif lainnya

    F05: Delirium bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif lainnya

    F06: Gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik

    F07: Gangguan kepribadian dan perilaku akibat penyakit, kerusakan dan disfungsi otak

    F09: Gangguan mental organik atau simtomatik YTT F10 F19 adalah Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif, terdiri dari:

    F10: Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkohol

    F11: Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan opioida

    F12: Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kanabioida

    F13:Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan sedativa atau hipnotika

    F14: Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kokain

    F15: Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan stimulansia lain termasuk kafein

    F16: Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan halusinogenika

    F17: Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan tembakau

    F18: Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan pelarut yang mudah menguap

  • F19: Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat multiple dan penggunaan zat psikoaktif lainnya

    F20 F29 adalah Skizofrenia, Gangguan Skizotipal dan Gangguan Waham, terdiri dari:

    F20: Skizofrenia

    F21: Gangguan Skizotipal

    F22: Gangguan waham menetap

    F23: Gangguan psikotik akut dan sementara

    F24: Gangguan waham terinduksi

    F25: Gangguan skizoafektif

    F28: Gangguan psikotik non organik lainnya

    F29: Psikosis non organik F30 - F39 adalah Gangguan Suasana Perasaan (Mood (Afektif)) , terdiri dari:

    F30: Episode manik

    F31: Gangguan afektif bipolar

    F32: Episode depresif

    F33: Gangguan depresif berulang

    F34: Gangguan suasana perasaan (mood(afektif)) menetap

    F38: Gangguan suasana perasaan (mood(afektif)) lainnya

    F39: Gangguan suasana perasaan (mood(afektif)) YTT F40 F48 adalah Gangguan Neurotik, Gangguan Somatoform dan Gangguan yang Berkaitan dengan Stress, terdiri dari:

    F40: Gangguan ansietas fobik

    F41: Gangguan anxietas lainnya

    F42: Gangguan obsesif kompulsif

    F43: Reaksi terhadap stress berat dan gangguan penyesuaian

    F44: Gangguan disosiatif (konversi)

    F45: Gangguan somatoform

    F48: Gangguan neurotik lainnya F50 F59 adalah Sindrom Perilaku yang Berhubungan dengan Gangguan Fisiologis dan Faktor Fisik, terdiri dari:

    F50: Gangguan makan

    F51: Gangguan tidur non organik

    F52: Disfungsi seksual bukan disebabkan oleh gangguan atau penyakit organik

    F53: Gangguan jiwa dan perilaku yang berhubungan dengan masa nifas YTK

    F54: Faktor psikologis dan perilaku yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit YDK

    F55: Penyalahgunaan zat yang tidak menyebabkan ketergantungan

    F59: Sindrom perilaku YTT yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik

  • F60 F69 adalah Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa Dewasa, terdiri dari:

    F60: Gangguan kepribadian khas

    F61: Gangguan kepribadian campuran dan lainnya

    F62: Perubahan kepribadian yang berlangsung lama yang tidak diakibatkan oleh kerusakan atau penyakit otak

    F63: Gangguan kebiasaan dan impuls

    F64: Gangguan identitas jenis kelamin

    F65: Gangguan preferensi seksual

    F66: Gangguan psikologis dan perilaku yang berhubungan dengan perkembangan dan orientasi seksual

    F68: Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa lainnya

    F69: Gangguan kepribadian dan perilaku dewasa YTT F70 F79 adalah Retardasi Mental, terdiri dari:

    F70: Retardasi Mental ringan

    F71: Retardasi Mental sedang

    F72: Retardasi Mental berat

    F73: Retardasi Mental sangat berat

    F78: Reatrdasi mental lainnya

    F79: Retardasi mental YTT F80 F89 adalah gangguan Perkembangan Psikologis, terdiri dari:

    F80: Gangguan perkembangan khas berbicara dan berbahasa

    F81: Gangguan perkembangan belajar khas

    F82: Gangguan perkembangan motorik khas

    F83: Gangguan perkembangan khas campuran

    F84: Gangguan perkembangan pervasive

    F88: Gangguan perkembangan psikologis lainnya

    F89: Gangguan perkembangan psikologis YTT F90 F98 adalah Gangguan Perilaku dan Emosional dengan Onset Biasanya pada masa kanak dan remaja, terdiri dari:

    F90: Gangguan hiperkinetik

    F91: Gangguan tingkah laku

    F92: Gangguan campuran tingkah laku dan emosi

    F93: Gangguan emosional dengan onset khas pada masa kanak

    F94: Gangguan fungsi sosial dengan onset khas pada masa kanak dan remaja

    F95: Gangguan tic

    F98: Gangguan perilaku dan emosional lainnya dengan onset biasanya pada masa kanak dan remaja

    F99 adalah Gangguan jiwa YTT, terdiri dari:

    F99: Gangguan jiwa YTT

  • Daftar Diagnosis Gangguan Jiwa di Rumah Sakit dan Puskesmas

    F00# Gangguan Mental Organik

    Demensia (F00#)

    Delirium (F05)

    F10# Gangguan Penggunaan NAPZA

    Gangguan penggunaan Alkohol (F10)

    Gangguan Penggunaan Zat (F 11#)

    Gangguan Penggunaan Tembakau (F 17.1)

    F20# Skizofrenia dan GangguanPsikotik kronik lain

    F23 Gangguan psikotik akut

    F31 Gangguan Bipolar

    F32# Gangguan Depresif

    F40# Gangguan Neurotik

    Gangguan Fobik (F 40)

    Gangguan Panik ( F 41.0)

    Gangguan Ansietas Menyeluruh (F 41.1)

    Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi (F 41.2)

    Gangguan Obsesif Kompulsif (F 42)

    Gangguan Penyesuaian (F 43.2)

    Gangguan Somatoform (F 45)

    F70 Retardasi mental

    F80-90# Gangguan Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja

    Gangguan Perkembangan Pervasif (F 84)

    Gangguan Hiperkinetik (F90)

    Gangguan Tingkah Laku (F91#)

    Enuresis (F98.8)

    G 40# Epilepsi B. SKIZOFRENIA

    Skizofrenia merupakan penyakit atau gangguan jiwa kronis yang dialami oleh 1% penduduk Amerika atau sekitar 1-3 permil dari penduduk dunia. Gejala-gejala yang serius dan pola perjalanan penyakit yang kronis berakibat pada disabilitas orang yang menderita skizofrenia. Di rumah sakit jiwa sekitar 80%, pasien yang dirawat dengan gangguan skizofrenia. Pengobatan pada pasien skizofrenia membutuhkan perhatian yang seksama dan teratur sesuai yang dianjurkan akan mengurangi dan mengontrol gejala penyakit. Walaupun pengobatan menunjukkan hasil, pasien masih menghadapi konsekuensi penyakit ini yaitu kehilangan kesempatan bekerja, stigma dari masyarakat, dan gejala sisa serta efek samping obat.

  • 1. PENGKAJIAN a. Pengertian

    Skizofrenia adalah suatu gangguan jiwa berat yang ditandai dengan penurunan atau ketidakmampuan berkomunikasi, gangguan realitas (halusinasi atau waham), afek yang tidak wajar atau tumpul, gangguan kognitif (tidak mampu berpikir abstrak) serta mengalami kesukaran melakukan aktivitas sehari-hari .

    b. Penyebab

    Gangguan skizofrenia dapat terjadi karena : 1. Faktor genetik

    Faktor keturunan atau bawaan merupakan faktor penyebab yang tidak besar pengaruhnya bagi munculnya gangguan skizofrenia.

    2. Ketidakseimbangan neurotransmiter (dopamin dan glutamat). 3. Faktor lingkungan seperti :

    Kekurangan gizi selama kehamilan,

    Masalah dalam proses kelahiran,

    Stres pada kondisi lingkungan,

    Stigma (penyebab kekambuhan pasien skizofrenia) c. Tanda dan Gejala

    Gejala-gejala skizofrenia seperti di bawah ini: 1) Gejala Positif adalah : o Waham: Keyakinan yang salah, tidak sesuai dengan kenyataan,

    dipertahankan dan disampaikan berulang-ulang.(waham kejar, waham curiga, waham kebesaran)

    o Halusinasi: Gangguan penerimaan pancaindra tanpa ada stimulus eksternal.(Halusinasi pendengaran, penglihatan, pengecapan, penciuman dan perabaan)

    o Perubahan arus pikir: - Arus pikir terputus: Dalam pembicaraan terjadi tiba-tiba tanpa bisa

    melanjutkan isi pembicaraan. - Inkoheren : Berbicara tidak selaras dengan lawan bicara (bicara

    kacau) - Neologisme : Menggunakan kata kata yang hanya dimengerti oleh

    diri sendiri, tapi tidak dimengerti oleh orang lain o Perubahan perilaku - Hiperaktif : Perilaku motorik yang berlebihan - Agitasi : Perilaku yang menunjukkan kegelisahan

    - Iritabilitas : Mudah tersinggung.

    2) Gejala-gejala negatif adalah: o Sikap masa bodoh (apatis) o Pembicaraan terhenti tiba-tiba (blocking) o Menarik diri dari pergaulan sosial (Isolasi Sosial) o Menurunnya kinerja atau aktivitas sosial sehari-hari.

  • d. Fase skizofrenia dibagi dua yaitu: 1) Fase Akut

    Fase akut adalah fase mulai munculnya gejala sampai dengan sebelum 6 bulan, ditandai dengan : o Waham: o Halusinasi : o Perubahan arus pikir :

    - Arus pikir terputus : Dalam pembicaraan terjadi tiba-tiba tanpa bisa melanjutkan isi pembicaraan.

    - Inkoheren: Berbicara tidak selaras dengan lawan bicara (bicara kacau)

    - Neologisme: Menggunakan kata kata yang hanya dimengerti oleh diri sendiri, tapi tidak dimengerti oleh orang lain

    o Perubahan perilaku - Hiperaktif : Perilaku motorik yang berlebihan - Agitasi : Perilaku yang menunjukkan kegelisahan - Iritabilitas : Mudah tersinggung.

    2) Fase Kronik Diagnosa skizofrenia kronik ditandai dengan gejala akut, sudah berlangsung 6 bulan atau lebih dengan tanda atau gejala-gejala: a) Waham: b) Halusinasi : c) Perubahan arus pikir : o Arus pikir terputus : Dalam pembicaraan terjadi tiba-tiba tanpa

    bisa melanjutkan isi pembicaraan. o Inkoheren : Berbicara tidak selaras dengan lawan bicara (bicara

    kacau) o Neologisme : Menggunakan kata kata yang hanya dimengerti

    oleh diri sendiri, tapi tidak dimengerti oleh orang lain d) Perubahan perilaku

    Hiperaktif : Perilaku motorik yang berlebihan

    Agitasi : Perilaku yang menunjukkan kegelisahan

    Iritabilitas : Mudah tersinggung. Selain itu timbul gejala-gejala lainnya seperti:

    Sikap masa bodoh, apatis secara emosional

    Gangguan berpikir yang tampak dari pembicaraan yang tidak terangkai atau aneh.

    Menarik diri dari pergaulan sosial

    Bermasalah dalam pekerjaan

    Tidak memperhatikan kebersihan diri

    Gangguan motorik atau pergerakan (lampiran) e. Diagnosis

    Diagnosa skizofrenia akut ditetapkan sejak munculnya gejala sampai dengan sebelum 6 bulan, ditandai dengan salah satu atau lebih gejala berikut:

  • 1. Waham 2. Halusinasi Diagnosa skizofrenia kronik ditetapkan setelah 6 bulan atau lebih, diatandai dengan 2 atau lebih gejala berikut :

    a. Halusinasi b. Inkoheren atau neologisme c. Perubahan perilaku. d. Gejala negatif.

    f. Pengobatan Obat Antipsikotik digunakan untuk mengatasi gejala psikotik (misalnya perubahan perilaku, agitasi, agresif, sulit tidur, halusinasi, waham, proses pikir kacau). Obat-obatan untuk pasien skizophrenia yang umum digunakan adalah sebagai berikut: Chlorpromazine; Sediaan: Klorpromazin: Tablet 25 mg, 100 mg. injeksi:

    25 mg/ml Haloperidol: Sediaan: Haloperidol: Tablet 0,5 mg, 1,5 mg, 5 mg. Injeksi

    5 mg/ml. Triheksifenidil: Sediaan: Tablet 2 mg. 1) Pengobatan pada fase akut :

    Dalam keadaan akut yang disertai agitasi dan hiperaktif diberikan injeksi: Haloperidol 3 x 5 mg (tiap 8 jam) Intramuskuler. Chlorpromazine 25 50 mg diberikan Intramuskuler yang dalam,

    setiap 6 8 jam sampai keadaan akut teratasi, Kombinasi Haloperidol 5 mg IM, kemudian Diazepam 10 mg IM

    dengan interval waktu 1 2 menit. Dengan kombinasi ini jarang dibutuhkan suntikan kedua .

    Dalam keadaan tidak agitasi dan hiperaktif diberikan tablet: Haloperidol 2 x 1,5 2,5 mg sehari Klorpromazin 2 x 100 mg sehari Triheksifenidil 2 x 2mg sehari

    2) Pengobatan fase kronis :

    Obat diberikan dalam bentuk tablet

    o Haloperidol 2 x 0,5 1 mg sehari o Klorpromazin 1x 50 mg.sehari (malam) o Triheksifenidil 1 2 x 2 mg sehari

    F 20 # : SKIZOFRENIA DAN GANGGUAN PSIKOTIK KRONIK LAIN

  • 1) Tingkatkan perlahan-lahan, beri kesempatan obat untuk bekerja, disamping itu melakukan tindakan perawatan dan pendidikan kesehatan.

    2) Dosis maksimal: Haloperidol: 40 mg sehari (tablet) dan Klorpromazin: 600 mg sehari.(tablet)

    3. Efek dan Efek samping Terapi

    a. Klorpromazine :

    1) Efek : Mengurangi hiperaktif, agresif, agitasi

    2) Efek samping :

    Mulut kering Pandangan kabur Konstipasi Sedasi Hipotensi ortostatik

    b. Haloperidol:

    1) Efek : Mengurangi halusinasi

    2) Efek samping:

    o Mulut kering o Pandangan kabur o Konstipasi o Sedasi o Hipotensi ortostatik

    4. Tindakan keperawatan efek samping obat a. Klorpromazine :

    1) Mulut kering Tindakan : Berikan permen, es, minum air sedikit-sedikit dan membersihkan mulut secara teratur.

    2) Pandangan kabur Tindakan : Berikan bantuan untuk tugas ysng membutuhkan ketajaman penglihatan.

    3) Konstipasi : Tindakan : Makan makanan tinggi serat.

    4) Sedasi : Tindakan : Tidak menyetir atau mengoperasikan peralatan yang berbahaya.

  • 5) Hipotensi ortostatik: Tindakan : Perlahan-lahan bangkit dari posisi baring atau duduk

    b. Haloperidol 1) Mulut kering

    Tindakan : Berikan permen, es,minum air sedikit-sedikit dan membersihkan mulut secara teratur.

    2) Pandangan kabur : Tindakan : Berikan bantuan untuk tugas ysng membutuhkan ketajaman penglihatan.

    3) Konstipasi : Tindakan : Makan makanan tinggi serat.

    4) Sedasi : Tindakan : Tidak menyetir atau mengoperasikan peralatan yang berbahaya.

    5) Hipotensi ortostatik : Tindakan : Perlahan-lahan bangkit dari posisi baring atau duduk. Berikut ini adalah perbandingan efek samping obat Chlorpromazine dan Haloperidol dalam pengobatan skizofrenia.

    Efek samping Chlorpromazine Haloperidol

    Gejala ekstrapiramidal (Parkinsonisme) ++ +++

    Sedasi (mengantuk) +++ +/-

    Hipotensi +++ +

    Antikolinergik (mulut kering, mata kabur) +++ +/-

    Akatisia ++ ++

    Diskinesia tardiva ++ +++

    Sindrom neuroleptik maligna ++ +++

    C. DEPRESI

    Depresi dapat mengenai seluruh lapisan masyarakat tanpa membedakan status sosial, ekonomi dan pendidikan. Bahkan menurut WHO depresi adalah masalah yang serius karena merupakan urutan keempat penyakit di dunia. Sekitar 20 % wanita dan 12 % pria, pada suatu waktu dalam kehidupannya pernah mengalami depresi. Depresi adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan trias depresi kesedihan yang berkepanjangan, motivasi yang menurun dan kurang tenaga untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Kejadian bencana seperti di NAD dan Nias merupakan salah satu faktor risiko yang menyebabkan gangguan depresi akibat dari proses kehilangan.

  • 1. PENGKAJIAN

    a. Pengertian Depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, perasaan, aktivitas) seseorang yang ditandai dengan pikiran negatif pada diri sendiri, suasana hati menurun, kehilangan minat atau motivasi , pikiran lambat serta aktivitas menurun.

    b. Penyebab Ada beberapa aspek yang menjadi faktor penyebab depresi : 1) Faktor biologis

    a) Genetik Transmisi gangguan alam perasaan diteruskan melalui garis keturunan. Frekuensi gangguan alam perasaan meningkat pada kembar monozigot dibanding dizigot walaupun diasuh secara terpisah.

    b) Neurotransmitter

    o Katekolamin: penurunan dari katekolamin otak atau aktifitas sistem katekolamin menyebabkan timbulnya depresi.

    o Asetilkolin: peningkatan asetilkolin dapat menjadi faktor penyebab depresi.

    o Serotonin: defisit serotonin dapat merupakan faktor penyebab dari depresi.

    c) Endokrin Depresi berkaitan dengan gangguan hormon seperti pada hipotiroidisme dan hipertirodisme, terapi estrogen eksogen, dan post partum.

    2) Faktor Lingkungan o Kehilangan orang yang dicintai o Rasa permusuhan, kemarahan, kekecewaan yang ditujukan pada

    suatu objek atau pada diri sendiri o Sumber koping yang tidak adekuat o Individu dengan kepribadian dependen, obsesif kompulsif, dan

    histeris o Adanya masalah atau kesulitan hidup o Belajar perilaku dari lingkungan yang tidak berdaya dan tergantung o Pengalaman negatif masa lalu .

    c. Tanda dan gejala 1) Gejala Utama Afek depresif (sedih yang berkepanjangan) Kehilangan minat atau motivasi Kurang energi, lelah kronis dan aktivitas menurun.

  • 2) Gejala lainnya: Konsentrasi dan perhatian kurang Harga diri dan kepercayaan diri berkurang Suasana hati sedih dan rasa bersalah Rasa bersalah dan tidak berguna Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis Kehilangan minat melakukan kegiatan yang biasa dilakukan Ide atau percobaan bunuh diri

    Gangguan pola tidur (susah tidur atau tidur berlebih) Nafsu makan berkurang.

    Diagnosa

    Untuk menetapkan diagnosa gangguan dengan depresi, maka terdapat 3 tanda dan gejala yang dialami oleh pasien yaitu: Afek depresif (sedih yang berkepanjangan) Kehilangan minat atau motivasi Kurang energi, lelah kronis dan aktivitas menurun.

    F32#: GANGGUAN DEPRESIF

    Pengobatan

    Antidepresan yang terdapat di Indonesia dapat digolongkan menjadi: o Antidepresan trisiklik (TCA) misalnya: Amitriptilin, Imipramin, Klonipramin. o Antidepresan tetrasiklik (Mianserin, Maproptilin) o SSRI atau Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (Fluoxetin dan Sertralin). o Golongan lainnya (Mirtazapin, Trazodon, Stablon).

    1. Antidepresan trisiklik (TCA) Cara pemberian:

    Mulai dengan dosis rendah yang ditingkatkan secara bertahap setelah 7-10 hari tidak ada reaksi. Bila setelah 2 minggu masih tidak ada reaksi, dosis boleh ditingkatkan lagi. Reaksi klinik mungkin terlambat dan dicapai setelah 4 minggu pemberian. Pada usia lanjut dan pasien dengan gagal ginjal dan hepar, berikan dalam dosis kecil dan bertahap untuk meminimalkan toksisitas. Penghentian obat secara mendadak dapat menyebabkan efek samping kolinergik, oleh karena itu turunkan dosis secara bertahap sebanyak 25-50 mg setiap 3-7 hari.

  • Gambaran obat antidepresan trisiklik

    No Jenis obat Dosis mg sehari

    1 Amitriptilin 50-300 2 Klomipramin 25-250

    3 Imipramin 30-300

    Efek Pengobatan:

    1) Merupakan antidepresan generasi pertama untuk mengatasi pasien depresi.

    2) Belakangan ini kedudukan antidepresan trisiklik telah digeser oleh antidepresan baru karena alasan obat baru dapat ditolerir dengan lebih baik dan faktor keamanan.

    3) Pemberian secara oral diserap dengan baik dan level puncak dalam plasma dicapai setelah 2-6 jam, namun reaksi klinik optimum setelah 2-4 minggu pemberian.

    Efek Samping Obat: Sedasi Mulut kering Hipotensi ortostatik Konstipasi Takikardi Arrhythmia

    Tindakan Keperawatan untuk efek samping obat 1) Sedasi o Obat diberikan sebelum tidur sesuai anjuran dokter o Kolaborasi untuk menurunkan dosis obat dan minta obat yang

    kurang mengandung sedatif o Anjurkan pasien untuk tidak mengendarai kendaraan atau

    menjalankan mesin bila mengalami sedasi Mulut kering o Minum air sedikit-sedikit tapi sering ( lebih kurang 2 liter per

    hari), menghisap es batu. o Anjurkan pasien untuk perawatan mulut.

    Hipotensi ortostatik o Anjurkan pasien untuk bangkit dari posisi duduk dan berbaring

    secara perlahan-lahan o Monitor tekanan darah (berbaring dan berdiri). Catat perubahan

    yang bermakna. Konstipasi o Beri makanan tinggi serat o Tingkatkan latihan fisik o Tingkatkan masukan cairan.

    Takikardi atau Arrhythmia

  • o Monitor tekanan darah secara cermat dan teratur o Catat frekuensi, irama dan denyut nadi o Sampaikan perubahan yang bermakna kepada dokter.

    2. SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors) Beberapa jenis SSRI yang ada di Indonesia: fluoxetin dan setralin. SSRI diserap baik dengan pemberian oral, level puncak dalam darah setelah 6 jam. Penyerapan di usus tidak dipengaruhi oleh makanan. a. Cara Pemberian SSRI:

    1) Setralin: Tablet dengan dosis 25mg dan 100 mg. Dosis awal 50 mg sehari

    diberikan sebagai dosis tunggal di pagi atau sore hari. Bila reaksi belum efektif setelah pemberian 1 minggu atau lebih, dosis dapat dinaikkan secara bertahap sampai dosis maksimal 200 mg. Pada pasien usia lanjut atau gagal ginjal dan hepar, mulai dengan dosis 25 mg di pagi hari.

    2) Fluoxetin: Tablet dengan dosis 20 dan 40mg. Diberikan dalam dosis tunggal pada pagi hari. Dosis dapat ditingkatkan secara bertahap setelah 2 minggu pemberian menjadi 20 mg, 40 mg dan dosis maksimal adalah 60 mg. Untuk bulimia nervosa dosis awal 60 mg/hari.

    Gambaran obat antidepresan SSRI

    No Jenis obat Dosis mg/hari

    1 Fluoxetin 20-60

    2 Sertralin 50-200

    b. Efek Pengobatan SSRI:

    1) SSRI sangat efektif digunakan untuk mengobati depresi dan beberapa jenis gangguan cemas (misalnya gangguan obsesif kompulsif, gangguan panik dan sosial fobia).

    2) SSRI juga efektif digunakan pada komorbiditas depresi dengan gangguan fisik, misalnya penyakit jantung, kejang dan trauma kepala, stroke, demensia, penyakit Parkinson, asma, glaukoma dan kanker.

    c. Efek samping Obat SSRI: 1) Mengantuk, sedasi 2) Berkeringat 3) Sakit kepala 4) Mulut kering 5) Diare 6) Disfungsi seksual.

  • Efek samping lain dari SSRI:

    7) Cemas dan insomnia (fluoxetin) 8) Diare (sertralin).

    Tindakan Keperawatan untuk efek samping obat 1) Mengantuk, sedasi

    o Obat diberikan sebelum tidur sesuai anjuran dokter. o Kolaborasi untuk menurunkan dosis obat dan minta obat

    yang kurang mengandung sedatif o Anjurkan pasien untuk tidak mengendarai kendaraan atau

    menjalankan mesin bila mengalami sedasi 2) Sakit kepala

    o Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgetik. 3) Mulut kering

    o Minum air sedikit-sedikit tapi sering ( lebih kurang 2 liter per hari), menghisap batu es.

    o Anjurkan pasien untuk melakukan kebersihan mulut. 4) Diare

    o Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian anti diare o Anjurkan pasien untuk banyak minum o Anjurkan untuk konsumsi larutan gula garam.

    5) Mual dan muntah o Anjurkan pasien untuk banyak minum o Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti emetik

    6) Disfungsi seksual. o Beri pendidikan kesehatan tentang efek samping berkaitan

    dengan penggunaan obat o Libatkan pasangan dalam diskusi (pertimbangkan tentang

    kultur atau agama yang dianut pasien). D. DEMENSIA

    Proses penuaan yang terjadi pada manusia merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dihindarkan. Menurut data WHO tahun 2001, lebih kurang 10 juta penduduk dunia mengalami demensia. Demensia merupakan gangguan intelektual atau kognitif yang dapat dialami oleh semua orang dari berbagai latar belakang pendidikan, ekonomi, sosial, maupun kebudayaan. Keluarga mencari pertolongan awal, karena adanya gangguan daya ingat, perubahan kepribadian atau perilaku. Pada tahap lebih lanjut dari penyakitnya, mereka mencari pertolongan karena pasien kebingungan, keluyuran atau inkontinensia. Kebersihan diri yang buruk pada pasien usia lanjut bisa mengindikasikan hilangnya daya ingat.

    A. Pengkajian 1. Pengertian

    Demensia adalah satu penyakit yang diakibatkan oleh gangguan dan degenerasi sel-sel otak secara abnormal yang meliputi penurunan kemampuan

  • daya ingat, disorientasi pada waktu, orang dan tempat, serta hilangnya fungsi-fungsi intelektual lainnya (Carson, 2000).

    2. Penyebab Banyak faktor yang dapat menyebabkan demensia. Faktor utama timbulnya demensia adalah akibat gangguan dan degenerasi sel-sel otak secara abnormal akibat proses penuaan terutama pada orang tua yang telah berusia di atas 60 tahun. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan demensia: a. Genetik b. Penggunaan alkohol c. Cedera kepala d. Penyempitan pembuluh darah otak, yang menyebabkan berkurangnya

    aliran darah ke otak. e. Kerusakan jaringan otak yang berlangsung secara pelan dan bertahap f. Gangguan neurotransmitter (acetilcholine, norephinephrine dan

    glutamate). 3. Tanda dan Gejala

    Pasien yang mengalami demensia sedang sampai berat memiliki gejala-gejala sebagai berikut: a. Sukar melaksanakan kegiatan sehari-hari b. Daya ingat menurun atau hilang c. Tidak mengenal waktu, tempat dan orang. d. Sulit belajar dan mengingat informasi baru e. Pelupa (lupa barang miliknya, atau kejadian masa lalu) f. Cepat marah dan sulit diatur. g. Sering mengulang kata-kata h. Kurang konsentrasi i. Kurang kebersihan diri j. Tremor k. Kurang koordinasi gerakan l. Gangguan keseimbangan (rentan terhadap kecelakaan: misalnya jatuh).

    B. Diagnosa Diagnosa pasien lansia ditegakkan apabila pasien lansia mengalami minimal dua dari gejala di bawah ini: 1. Masalah kognitif, afektif dan intelektual akibat degenerasi sel-sel otak 2. Penurunan kemampuan daya ingat 3. Disorientasi waktu, orang dan tempat 4. Sukar melaksanakan kegiatan sehari-hari 5. Hilangnya fungsi-fungsi intelektual.

  • F00#: DEMENSIA

    C. Pengobatan

    Berikut ini adalah obat-obatan yang sering diberikan pada pasien demensia. Pemberiannya tergantung pada gejala yang dialami oleh pasien.

    1. Benzodiazepine Salah satu pengobatan demensia adalah dengan menggunakan obat sedatif atau hipnotik (benzodiazepine). Obat benzodiazepine yang tersedia di Puskesmas adalah:

    o Injeksi diazepam (valium): 10 mg

    o Tablet diazepam: 2mg dan 5 mg.

    a. Cara pemberian

    o Pemberian tablet : 2 mg 2-3 kali sehari

    o Pemberian injeksi: 10 mg sekali sehari.

    a. Efek obat yang diharapkan:

    1) Mengurangi kecemasan

    2) Menurunkan agitasi

    3) Mengurangi stress.

    b. Efek samping obat:

    o Sedasi atau mengantuk o Risiko ketergantungan o Risiko penyalahgunaan zat. Tindakan keperawatan untuk efek samping obat

    1) Sedasi atau mengantuk

    o Obat diberikan sebelum tidur sesuai anjuran dokter o Kolaborasi untuk menurunkan dosis obat dan minta obat yang

    kurang mengandung sedatif o Anjurkan pasien untuk tidak mengendarai kendaraan atau

    menjalankan kendaraan bila mengalami sedasi.

    2) Risiko ketergantungan dan penyalahgunaan zat

  • o Anjurkan pasien untuk menggunakan obat sesuai dengan resep dokter

    o Beri pendidikan kesehatan tentang akibat dari ketergantungan dan penyalah gunaan obat.

    2. Antipsikotik dosis rendah

    a. Cara pemberian: Haloperidol : Tablet 0, 5-1, 0 mg, 1-2 kali sehari. Atau

    Risperidon : Tablet 0,51 mg, 2 kali sehari

    b. Efek obat yang diharapkan:

    1) Untuk mengontrol agitasi

    2) Mengurangi gejala gangguan psikotik

    3) Menurunkan agresi atau perilaku kekerasan.

    c. Efek samping obat:

    Beberapa efek samping pengobatan dengan haloperidol pada pasien demensia yang perlu diwaspadai oleh perawat adalah:

    1) Mulut kering 2) Pandangan kabur 3) Konstipasi 4) Sedasi 5) Hipotensi ortostatik.

    Tindakan keperawatan untuk efek samping obat

    1) Mulut kering Tindakan : Berikan permen, es, minum air sedikit-sedikit dan membersihkan mulut secara teratur.

    2) Pandangan kabur : Tindakan : Berikan bantuan untuk tugas yang membutuhkan ketajaman penglihatan.

    3) Konstipasi : Tindakan : Makan makanan tinggi serat.

    4) Sedasi : Tindakan : Tidak menyetir atau mengoperasikan peralatan yang berbahaya.

    5) Hipotensi ortostatik : Tindakan : Perlahan-lahan bangkit dari posisi baring atau duduk..

  • 3. Antioksidants a. Cara pemberian:

    Jenis obat ini adalah vitamin E dosis tinggi 1000 units yang diberikan 2 kali sehari.

    b. Efek obat yang diharapkan: Efek obat adalah bermanfaat untuk mengurangi kerusakan pada fungsi peredaran darah untuk pasien dengan demensia vaskuler.

    c. Efek Samping Obat Efek samping penggunaan obat ini pada pasien demensia jarang terjadi.

  • BAB VI. GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana pasien mengalami perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pada proses pengkajian, data penting yang perlu saudara dapatkan adalah:

    1. Jenis halusinasi:

    Berikut adalah jenis-jenis halusinasi, data obyektif dan subyektifnya. Data objektif dapat Saudara kaji dengan cara mengobservasi perilaku pasien, sedangkan data subjektif dapat Saudara kaji dengan melakukan wawancara dengan pasien. Melalui data ini perawat dapat mengetahui isi halusinasi pasien.

    Jenis halusinasi

    Data Objektif

    Data Subjektif

    Halusinasi Dengar/suara

    Bicara atau tertawa sendiri Marah-marah tanpa sebab Menyedengkan telinga ke arah tertentu Menutup telinga

    Mendengar suara-suara atau kegaduhan. Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap. Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.

    Halusinasi Penglihatan

    Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.

    Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartoon, melihat hantu atau monster

    Halusinasi Penghidu

    Menghidu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu. Menutup hidung.

    Membaui bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang bau itu menyenangkan.

    Halusinasi Pengecapan

    Sering meludah Muntah

    Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses

    Halusinasi Perabaan

    Menggaruk-garuk permukaan kulit

    Mengatakan ada serangga di permukaan kulit Merasa seperti tersengat listrik

    2. Isi halusinasi

  • Data tentang isi halusinasi dapat saudara ketahui dari hasil pengkajian tentang jenis halusinasi (lihat nomor 1 diatas).

    3. Waktu, frekwensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi

    Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya halusinasi yang dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah pagi, siang, sore atau malam? Jika mungkin jam berapa? Frekuensi terjadinya apakah terus-menerus atau hanya sekali-kali? Situasi terjadinya apakah kalau sendiri, atau setelah terjadi kejadian tertentu. Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi khusus pada waktu terjadinya halusinasi, menghindari situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi. Sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya halusinasi.

    4. Respons halusinasi

    Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul. Perawat dapat menanyakan pada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan saat halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan kepada keluarga atau orang terdekat dengan pasien. Selain itu dapat juga dengan mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi timbul.

    C. Merumuskan Diagnosa Keperawatan

    Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan data subyektif dan obyektif yang ditemukan pada pasien

    GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI ..

    Diagnosa Keperawatan Halusinasi sering dijumpai pada klien dengan

    Diagnosa Medis Skizofrenia.

    D. Tindakan Keperawatan Pasien Halusinasi

    1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien a. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:

    1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya 2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya 3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal

    b. Tindakan Keperawatan

  • 1) Membantu pasien mengenali halusinasi. Untuk membantu pasien mengenali halusinasi Saudara dapat melakukannya dengan cara berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan respon pasien saat halusinasi muncul

    2) Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi Saudara dapat melatih pasien empat cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi. Keempat cara tersebut meliputi:

    a) Menghardik halusinasi

    Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak mempedulikan halusinasinya. Kalau ini dapat dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi tetap ada namun dengan kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk menuruti apa yang ada dalam halusinasinya. Tahapan tindakan meliputi:

    Menjelaskan cara menghardik halusinasi Memperagakan cara menghardik Meminta pasien memperagakan ulang Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien

    b) Bercakap-cakap dengan orang lain

    Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi distraksi; fokus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain tersebut. Sehingga salah satu cara yang efektif untuk mengontrol halusinasi adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain.

    c) Melakukan aktivitas yang terjadwal

    Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukkan diri dengan aktivitas yang teratur. Dengan beraktivitas secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang seringkali mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien yang mengalami halusinasi bisa dibantu untuk mengatasi halusinasinya dengan cara beraktivitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu.

  • Tahapan intervensinya sebagai berikut:

    Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi.

    Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien

    Melatih pasien melakukan aktivitas

    Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah dilatih. Upayakan pasien mempunyai aktivitas dari bangun pagi sampai tidur malam, 7 hari dalam seminggu.

    Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan penguatan terhadap perilaku pasien yang positif.

    d) Menggunakan obat secara teratur

    Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih untuk menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program. Pasien gangguan jiwa yang dirawat di rumah seringkali mengalami putus obat sehingga akibatnya pasien mengalami kekambuhan. Bila kekambuhan terjadi maka untuk mencapai kondisi seperti semula akan lebih sulit. Untuk itu pasien perlu dilatih menggunakan obat sesuai program dan berkelanjutan. Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat:

    Jelaskan guna obat Jelaskan akibat bila putus obat Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar

    (benar obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis)

    2.Tindakan Keperawatan Kepada Keluarga

    a. Tujuan:

    1. Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di di rumah sakit maupun di rumah

    2. Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.

    b. Tindakan Keperawatan

    Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi. Dukungan keluarga selama pasien

  • di rawat di rumah sakit sangat dibutuhkan sehingga pasien termotivasi untuk sembuh. Demikian juga saat pasien tidak lagi dirawat di rumah sakit (dirawat di rumah). Keluarga yang mendukung pasien secara konsisten akan membuat pasien mampu mempertahankan program pengobatan secara optimal. Namun demikian jika keluarga tidak mampu merawat pasien, pasien akan kambuh bahkan untuk memulihkannya lagi akan sangat sulit. Untuk itu perawat harus memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar keluarga mampu menjadi pendukung yang efektif bagi pasien dengan halusinasi baik saat di rumah sakit maupun di rumah. Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk keluarga pasien halusinasi adalah:

    1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien 2) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis

    halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, dan cara merawat pasien halusinasi.

    3) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien

    4) Buat perencanaan pulang dengan keluarga

    BAB VII. GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM

    A. Pengertian Waham

    Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat/terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan.

    B. Tanda dan Gejala waham adalah :

    Untuk mendapatkan data waham saudara harus melakukan observasi terhadap perilaku berikut ini: a. Waham kebesaran Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh: Saya ini pejabat di departemen kesehatan lho.. atau Saya punya tambang emas b. Waham curiga

    Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan/mecederai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.

    Contoh: Saya tahu..seluruh saudara saya ingin menghancurkan hidup

  • saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya c. Waham agama

    Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan Contoh: Kalau saya mau masuk surga saya harus menggunakan pakaian putih setiap hari

    d. Waham somatik Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh: Saya sakit kanker, setelah pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker namun pasien terus mengatakan bahwa ia terserang kanker.

    e. Waham nihilistik Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal,diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh: Ini khan alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh

    Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat saudara gunakan sebagai panduan untuk mengkaji pasien dengan waham :

    Selama pengkajian saudara harus mendengarkan dan memperhatikan semua informasi yang diberikan oleh pasien tentang wahamnya. Untuk mempertahankan hubungan saling percaya yang telah terbina jangan menyangkal, menolak, atau menerima keyakinan pasien.

    1. Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang diungkapkan dan menetap?

    2. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien cemas secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?

    3. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnya aneh dan tidak nyata?

    4. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada diluar tubuhnya? 5. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain? 6. Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang lain

    atau kekuatan dari luar? 7. Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan lainnya

    atau yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya?

  • C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

    Berdasarkan data yang diperoleh ditetapkan diagnosa keperawatan:

    GANGGUAN PROSES PIKIR: WAHAM

    Klien dengan masalah keperawatan gangguan proses pikir : waham sering dijumpai pada klien dengan diagnosa medis Skizofrenia

    D. TINDAKAN KEPERAWATAN

    1. Tindakan keperawatan untuk pasien

    a. Tujuan 1) Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap 2) Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar 3) Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan 4) Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar

    b. Tindakan 1) Bina hubungan saling percaya

    Sebelum memulai mengkaji pasien dengan waham, saudara harus membina hubungan saling percaya terlebih dahulu agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah:

    a). Mengucapkan salam terapeutik b). Berjabat tangan c). Menjelaskan tujuan interaksi d). Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu

    pasien. 2) Bantu orientasi realita

    a) Tidak mendukung atau membantah waham pasien b) Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman c) Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari d) Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya dengarkan

    tanpa memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti membicarakannya

    e) Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan realitas.

    3) Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah.

    4) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional pasien

    5) Berdikusi tentang kemampuan positif yang dimiliki 6) Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki 7) Berdiskusi tentang obat yang diminum

  • 8) Melatih minum obat yang benar

    2. Tindakan keperawatan untuk keluarga a. Tujuan : 1) Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien 2) Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang

    dipenuhi oleh wahamnya. 3) Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara optimal b.Tindakan :

    1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga saat merawat pasien di rumah.

    2) Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien 3) Diskusikan dengan keluarga tentang:

    a) Cara merawat pasien waham dirumah b) Follow up dan keteraturan pengobatan c) Lingkungan yang tepat untuk pasien.

    4) Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi, efek samping, akibat penghentian obat)

    5) Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera

    6) Latih cara merawat 7) Menyusun rencana pulang pasien bersama keluarga

    BAB VIII. HARGA DIRI RENDAH KRONIS A. PENDAHULUAN

    Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. Berikut ini adalah tanda dan gejala harga diri rendah :

    Mengkritik diri sendiri

    Perasaan tidak mampu

    Pandangan hidup yang pesimis

    Penurunan produktifitas

    Penolakan terhadap kemampuan diri

    Selain data diatas, saudara dapat juga mengamati penampilan seseorang dengan harga diri rendah, terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapih, selera makan kurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, bicara lambat dengan nada suara lemah.

  • B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

    Berdasarkan data diatas, yang didapat melalui observasi, wawancara atau pemeriksaan fisik bahkan melalui sumber sekunder, maka perawat dapat menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien sebagai berikut:

    Klien dengan masalah keperawatan gangguan proses pikir : waham sering dijumpai pada klien dengan diagnosa medis Skizofrenia dan Depresi

    C. TINDAKAN KEPERAWATAN

    Langkah kita selanjutnya untuk mengatasi masalah pasien dengan harga diri rendah adalah menetapkan beberapa tindakan keperawatan.

    1. Tindakan keperawatan pada pasien : a. Tujuan :

    1) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki 2) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan 3) Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan 4) Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan 5) Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah

    dilatih

    b. Tindakan keperawatan : 1) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien.

    Untuk membantu pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang masih dimilikinya , perawat dapat :

    Mendiskusikan bahwa sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, di rumah, dalam keluarga dan lingkungan adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.

    Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu dengan pasien penilaian yang negatif.

    2) Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan. Untuk tindakan tersebut, saudara dapat :

    Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan saat ini.

    Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri yang diungkapkan pasien.

    Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif

    Gangguan Konsep Diri: Harga diri rendah

  • 3) Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih

    Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah :

    Mendiskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari.

    Bantu pasien menetapkan kegiatan mana yang dapat pasien lakukan secara mandiri, mana kegiatan yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga dan kegiatan apa saja yang perlu batuan penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat pasien. Berikan contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat dilakukan pasien. Susun bersama pasien dan buat daftar kegiatan sehari-hari pasien.

    4) Melatih kemampuan yang dipilih pasien Untuk tindakan keperawatan tersebut saudara dapat melakukan:

    Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan yang dipilih

    Bersama pasien memperagakan kegiatan yang ditetapkan

    Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan pasien.

    5) Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih Untuk mencapai tujuan tindakan keperawatan tersebut, saudara dapat melakukan hal-hal berikut :

    Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan

    Beri pujian atas kegiatan/kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari

    Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap kegiatan

    Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih Berikan kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah pelaksanaan kegiatan

  • BAB IX. ISOLASI SOSIAL Pengertian

    Isolasi sosial adalah keadaan di mana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.

    Untuk mengkaji pasien isolasi sosial Saudara dapat menggunakan wawancara dan observasi kepada pasien dan keluarga.

    Tanda dan Gejala

    Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan wawancara, adalah:

    Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain

    Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain

    Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain

    Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu

    Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan

    Pasien merasa tidak berguna

    Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup

    Pengkajian Pertanyaan-pertanyaan berikut ini dapat Saudara tanyakan pada waktu wawancara untuk mendapatkan data subyektif:

    Bagaimana pendapat pasien terhadap orang-orang di sekitarnya (keluarga atau tetangga)?

    Apakah pasien mempunyai teman dekat? Bila punya siapa teman dekat itu?

    Apa yang membuat pasien tidak memiliki orang yang terdekat dengannya?

    Apa yang pasien inginkan dari orang-orang di sekitarnya?

    Apakah ada perasaan tidak aman yang dialami oleh pasien?

    Apa yang menghambat hubungan yang harmonis antara pasien dengan orang sekitarnya?

    Apakah pasien merasakan bahwa waktu begitu lama berlalu?

    Apakah pernah ada perasaan ragu untuk bisa melanjutkan kehidupan? Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat diobservasi:

    Tidak memiliki teman dekat

    Menarik diri

    Tidak komunikatif

    Tindakan berulang dan tidak bermakna

  • Asyik dengan pikirannya sendiri

    Tak ada kontak mata

    Tampak sedih, afek tumpul

    Diagnosa Keperawatan

    Isolasi Sosial

    Klien dengan diagnosa keperawatan Isolasi Sosial seringkali ditemukan pada klien dengan diagnosa medis Skizofrenia, Depresi dan Demensia.

    E. Tindakan Keperawatan

    1. Tindakan keperawatan untuk pasien. a. Tujuan: Setelah tindakan keperawatan, pasien mampu

    1) Membina hubungan saling percaya 2) Menyadari penyebab isolasi sosial 3) Berinteraksi dengan orang lain

    b. Tindakan

    1) Membina Hubungan Saling Percaya

    Tindakan yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling percaya, adalah :

    Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien

    Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang Saudara sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan pasien

    Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini

    Buat kontrak asuhan: apa yang Saudara akan lakukan bersama pasien, berapa lama akan dikerjakan, dan tempatnya di mana

    Jelaskan bahwa Saudara akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk kepentingan terapi

    Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien

    Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan

    Untuk membina hubungan saling percaya pada pasien isolasi sosial kadang-kadang perlu waktu yang lama dan interaksi yang singkat dan sering, karena tidak mudah bagi pasien untuk percaya pada orang lain. Untuk itu Saudara sebagai perawat harus konsisten bersikap terapeutik kepada pasien. Selalu penuhi janji adalah salah satu upaya yang bisa dilakukan. Pendekatan yang konsisten akan membuahkan hasil. Bila pasien sudah percaya dengan Saudara program asuhan keperawatan lebih mungkin dilaksanakan.

  • 2) Membantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial Langkah-langkah untuk melaksanakan tindakan ini adalah sebagai berikut :

    Menanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain

    Menanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain

    3) Membantu pasien mengenal keuntungan berhubungan dengan orang lain Dilakukan dengan cara mendiskusikan keuntungan bila pasien memiliki banyak teman dan bergaul akrab dengan mereka

    4) Membantu pasien mengenal kerugian tidak berhubungan Dilakukan dengan cara:

    Mendiskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan tidak bergaul dengan orang lain

    Menjelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien 5). Membantu pasien untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap

    Saudara tidak mungkin secara drastis mengubah kebiasaan pasien dalam berinteraksi dengan orang lain, karena kebiasaan tersebut telah terbentuk dalam jangka waktu yang lama. Untuk itu Saudara dapat melatih pasien berinteraksi secara bertahap. Mungkin pasien hanya akan akrab dengan Saudara pada awalnya, tetapi setelah itu Saudara harus membiasakan pasien untuk bisa berinteraksi secara bertahap dengan orang-orang di sekitarnya.

    Secara rinci tahapan melatih pasien berinteraksi dapat Saudara lakukan sebagai berikut:

    Beri kesempatan pasien mempraktekkan cara berinteraksi dengan orang lain yang dilakukan di hadapan Saudara

    Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang (pasien, perawat atau keluarga)

    Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi dengan dua, tiga, empat orang dan seterusnya.

    Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh pasien.

    Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi dengan orang lain. Mungkin pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau kegagalannya. Beri dorongan terus menerus agar pasien tetap semangat meningkatkan interaksinya

  • BAB X. RESIKO BUNUH DIRI A. Pengertian Bunuh Diri

    Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk mengakhiri kehidupannya. Berdasarkan besarnya kemungkinan pasien melakukan bunuh diri, kita mengenal tiga macam perilaku bunuh diri, yaitu:

    1. Isyarat bunuh diri

    Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan: Tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi jauh! atau Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.

    Pada kondisi ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Pasien umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah / sedih / marah / putus asa / tidak berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah

    2. Ancaman bunuh diri

    Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan untuk mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri. Walaupun dalam kondisi ini pasien belum pernah mencoba bunuh diri, pengawasan ketat harus dilakukan. Kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan pasien untuk melaksanakan rencana bunuh dirinya.

    3. Percobaan bunuh diri

    Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai atau melukai diri untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, pasien aktif mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi.

    Berdasarkan jenis-jenis bunuh diri diatas dapat dilihat data-data yang harus dikaji pada tiap jenisnya. Setelah melakukan pengkajian, saudara dapat merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan tingkat risiko dilakukannya bunuh diri (lihat pembagian tiga macam perilaku bunuh diri pada halaman sebelumnya).

  • Jika ditemukan data bahwa pasien menunjukkan isyarat bunuh diri, masalah keperawatan yang mungkin muncul adalah: Harga diri rendah. Bila saudara telah merumuskan masalah ini, maka tindakan keperawatan yang paling utama dilakukan adalah meningkatkan harga diri pasien (selengkapnya lihat modul harga diri rendah). B. Diagnosa Keperawatan

    Jika ditemukan data bahwa pasien memberikan ancaman atau mencoba bunuh diri, masalah keperawatan yang mungkin muncul :

    Klien dengan diagnosa keperawatan Risiko Bunuh diri sering ditemukan pada diagnosa medis Skizofrenia , Depresi dan Demensia. Bila saudara telah merumuskan masalah ini, maka saudara perlu segera melakukan tindakan keperawatan untuk melindungi pasien. C. Tindakan Keperawatan

    Ancaman/percobaan bunuh diri dengan diagnosa keperawatan : Risiko Bunuh Diri

    1. Tindakan keperawatan untuk pasien percobaan bunuh diri

    a. Tujuan : Pasien tetap aman dan selamat b. Tindakan : Melindungi pasien

    Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri, maka saudara dapat melakukan tindakan berikut: 1) Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat dipindahkan ketempat

    yang aman 2) Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet, gelas, tali

    pinggang) 3) Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika

    pasien mendapatkan obat 4) Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi

    pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri

    Risiko bunuh diri

  • BAB XI. DEFISIT PERAWATAN DIRI

    Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan toileting {Buang Air Besar (BAB)/Buang Air Kecil(BAK)} secara mandiri. Untuk mengetahui apakah pasien mengalami masalah kurang perawatan diri maka tanda dan gejala dapat diperoleh melalui observasi pada pasien yaitu:

    Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan bau, kuku panjang dan kotor.

    Ketidakmampuan berhias/berdandan, ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada pasien wanita tidak berdandan.

    Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai dengan ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada tempatnya.

    Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri, ditandai dengan BAB/BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK

    Diagnosa Keperawatan Berdasarkan data yang didapat ditetapkan diagnosa keperawatan :

    Kurang Perawatan Diri : - Kebersihan diri - Berdandan - Makan - BAB/BAK

    Tindakan keperawatan

    1. Tindakan keperawatan untuk pasien a. Tujuan:

    1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri 2) Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik 3) Pasien mampu melakukan makan dengan baik 4) Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri

    b. Tindakan keperawatan

  • 1) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri Saudara dapat melakukan tanapan tindakan yang meliputi: a) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri. b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri d) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri

    2) Melatih pasien berdandan/berhias

    Saudara sebagai perawat dapat melatih pasien berdandan. Untuk pasien laki-laki tentu harus dibedakan dengan wanita. Untuk pasien laki-laki latihan meliputi : a) Berpakaian b) Menyisir rambut c) Bercukur Untuk pasien wanita, latihannya meliputi : a) Berpakaian b) Menyisir rambut c) Berhias

    3) Melatih pasien makan secara mandiri

    Untuk melatih makan pasien Saudara dapat melakukan tahapan sebagai berikut:

    a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan b) Menjelaskan cara makan yang tertib c) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik

    4) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri Saudara dapat melatih pasien untuk BAB dan BAK mandiri sesuai tahapan berikut: a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK

  • BAB XII. PERILAKU KEKERASAN A. PENGERTIAN

    Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan.

    B. TANDA DAN GEJALA

    Data perilaku kekerasan dapat diperoleh melalui observasi atau wawancara tentang perilaku berikut ini: a. Muka merah dan tegang b. Pandangan tajam c. Mengatupkan rahang dengan kuat d. Mengepalkan tangan e. Jalan mondar-mandir f. Bicara kasar g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak h. Mengancam secara verbal atau fisik i. Melempar atau memukul benda/orang lain j. Merusak barang atau benda k. Tidak mempunyai kemampuan mencegah/mengontrol perilaku kekerasan. Data ini sesuai dengan format pengkajian untuk masalah perilaku kekerasan.

    C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

    Diagnosa keperawatan ditetapkan sesuai dengan data yang didapat, dan saat ini tidak melakukan perilaku kekerasan tetapi pernah melakukan perilaku kekerasan dan belum mempunyai kemampuan mencegah/mengontrol perilaku kekerasan tersebut.

    RISIKO PERILAKU KEKERASAN

  • D. TINDAKAN KEPERAWATAN

    1. Tindakan keperawatan untuk pasien a. Tujuan

    Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah

    dilakukannya Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang

    dilakukannya Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku

    kekerasannya Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik,

    spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.

    b. Tindakan 1) Bina hubungan saling percaya

    Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah: a) Mengucapkan salam terapeutik b) Berjabat tangan c) Menjelaskan tujuan interaksi d) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien

    2) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu

    3) Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan a) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik b) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis c) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial d) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual e) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual

    4) Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat marah secara:

    a) verbal b) terhadap orang lain c) terhadap diri sendiri d) terhadap lingkungan

    5) Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya 6) Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:

  • a) Fisik: pukul kasur dan batal, tarik nafas dalam b) Obat c) Social/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya d) Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien

    7) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik: o Latihan nafas dalam dan pukul kasur bantal o Susun jadwal latihan dalam dan pukul kasur bantal

    8) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal a) Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan

    baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik b) Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.

    9) Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual: a) Latih mengontrol marah secara spiritual: sholat, berdoa b) Buat jadwal latihan sholat, berdoa

    10) Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat: a) Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar

    (benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat

    b) Susun jadwal minum obat secara teratur 11) Ikut sertakan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi

    Persepsi mengontrol Perilaku Kekerasan

  • BAB XIII. TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK

    Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu. Fokus terapi kelompok adalah membuat sadar diri (self awareness), peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan atau ketiganya.

    Macam-macam terapi aktivitas kelompok :

    1. Terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi 2. Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori 3. Terapi aktivitas kelompok stimulasi realita 4. Terapi aktivitas kelompok sosialisasi

    Tujuan, tipe dan aktivitas dari terapi aktivitas kelompok

    NO TUJUAN TIPE AKTIVITAS

    1. Mengembangkan Stimulasi persepsi

    Biblioterapi Menggunakan artikel, buku, sajak, puisi, surat kabar untuk merangsang/menstimulasi berpikir dan mengembangkan hubungan dengan orang lain. Stimulus dapat berbagai hal yang tujuannya melatih persepsi

    2. Mengembangkan stimulasi sensoris

    Musik, seni, menari Menyediakan kegiatan mengekspresikan perasaan

    Relaksasi Belajar teknik relaksasi dengan cara nafas dalam, relaksasi otot, imajinasi

    3. Mengembangkan orientasi realitas

    Kelompok orientasi realitas, kelompok validasi

    Fokus pada orientasi waktu, tempat, dan orang; benar dan salah; Bantu memenuhi kebutuhan

    4. Mengembangkan sosialisasi

    Kelompok rem