syarah-jurumiyyah

download syarah-jurumiyyah

If you can't read please download the document

Transcript of syarah-jurumiyyah

Riwayat Singkat Pengarang Matan JurumiyahPengarang matan al-ajrumiyyah adalah Abu 'Abdallah muhammad bin muhammad bin dawud ash-shanhaji, alfasi; dan dikenal dengan ibnu ajrumi yang artinya (dalam bahasa barbar) adalah al-faqir al-sufi. Beliau adalah seorang ahli ilmu nahwu, seorang qari', ahli dalam ilmu waris/faraidl, dan hisab (matematika) serta ilmu adab.Ibnu ajrumi dilahirkan di kota Fasi barat, tahun 672 H/1273 M dan wafat pada waktu ashar di bulan shafar tahun 723 H/1323 M

Bab Kalam :

Kalam dalam ilmu nahwu adalah lafadz yang memiliki susunan (murakkab) dan memberikan manfaat/arti/faedah (mufiid) dan bil wad'i: artinya di ucapkan/disampaikan dengan sengaja dan memiliki makna, serta menggunakan bahasa arab. oleh karena itu, ucapan seorang yang sedang tidur (igau) tidak disebut dengan kalam, begitu juga jika di ucapkan dengan bahasa non arab ('ajam), maka juga tidak disebut kalam.

Yang dimaksud dengan lafadz adalah semua ucapan yang keluar dari susunan huruf huruf hijaiyyah, contoh yang merupakan ucapan yang tersusun dari huruf za/zay, ya' dan dal.Sedangkan suara, seperti suara piano, maka bukan termasuk lafadz, karena tidak bisa disusun dengan huruf hijaiyyah. Tidak termasuk lafadz, meskipun dia mufiid (bermakna, berfaedah) akan tetapi tidak mengandung lafadz sama sekali seperti bahasa isyarat, tulisan, gambar, dan patung.

Murakkab, artinya setidaknya tersusun dari dua kata; contoh (telah berdiri, zaid) yang tersusun dari fiil (predikat/verb) yang diikitu fa'il/subyek/pelaku (fi'il-fa'il) dan (zaid adalah orang yang telah berdiri) dengan susunan mubtada'/pelaku/subyek dan diikuti khobar/keterangan. Setiap fa'il pasti dibaca rofa' begitu juga khobar. Oleh karena itu, tidak disebut murokkab jika hanya tediri dari satu kata seperti kata:

mufiid, artinya memberikan faedah, manfaat dan bermakna baik bagi penyucap maupun pendengarnya. Misalnya kalimat dan yang bermakna mengabarkan bahwa Zaid telah berdiri. Oleh karena itu, tidak juga dikatakan mufiid, yaitu kata yang tidak sempurna, yang tidak memberikan informasi secara lengkap, misalnya , anak laki laki Zaid, contoh lain yang juga tidak memenuhi kategori mufiid adalah (jika Zaid berdiri), tanpa ada kata lain yang menyambungnya, maka kalimat tersebut tidak disebut mufiid karena tidak lengkap informasi yang terkandung dalam kata tersebut (sehingga tidak berfaedah).

: . :

Pembagian KalamKalam, terdiri dari 3 bagian, yaitu isim, fi'il, dan hurf (huruf) yang masuk kepada arti dari kalimat yang lainnya.

Isim, atau sering disebut kata benda, merupakan kata yang bisa memberikan arti pada dirinya sendiri, serta tidak bergantung pada waktu maupun status/tempat. Contoh: , , .

Fi'il (kata kerja), yaitu kata yang bisa menunjukkan makna padanya, yang bergantung pada waktu dan tempat/status. Jika menunjukkan pada waktu yang telah lampau, maka di sebut fi'il madli, contohnya (telah berdiri), dan jika menunjukkan waktu sekarang dan waktu yang akan datang maka disebut fi'il mudlari', contoh: (sedang berdiri), dan jika menunjukkan suatu perintah atau permintaan maka disebut dengan fi'il 'amr ('amar), contoh:

Hurf, adalah kata yang menunjukkan makna di dalam kata yang lain, contoh: (pada), (apakah), (tidak), dsb. Hurf ini tidak disebut sebagai kalimat (kalam) jika ia tidak meberikan makna, misal untuk kalimat bermakna suatu pertanyaan, sedangkan berarti penafi'an (negasi).

Tanda Isim.Isim dikenali dengan adanya khafd/Jer, tanwin, masuknya alif-lam (AL) dan adanya huruf hafd/Jer.Contoh isim yang ditandai dengan:Khafd/Jer: , huruf dal pada zaidin di baca jer dengan kasrah tanwin (kasrotain)tanwin: , dengan tanwin (dhommatain) pada hurug dal.Alif-lam: (lelaki)huruf khafd/jer : , terdapat huruf jer ba'

: :

adapun yang termasuk huruf khafd adalah: (dari)

(ke)contoh: (aku berjalan dari Basrah ke Kufah), disini Basrah merupakan isim, ditandai dengan adanya huruf jer sebelumnya, begitu juga dengan kata Kufah, termasuk isim, terlihat dengan adanya huruf sebelumnya.

' (dari)contoh: (aku melontarkan anak panah dari busurnya), kata (busur) termasuk isim yang terlihat dari adanya huruf khafd yang ada sebelum kata tersebut.

(di atas)contoh: (saya berkendara diatas kuda), kata (kuda) adalah isim.

(di dalam)contoh: (seorang murid sedang berada di dalam sekolah), merupakan isim.

(terkadang)

, huruf ba' (dengan)

, huruf kaf (seperti)

, huruf lam (bagi)

huruf hurf qasam (huruf huruf untuk bersumpah), yaitu wawu qasam, ba' qasam, dan ta' qasam (semuanya bermakna demi).Contoh: (demi Allah)

( )

Fi'il diketahui dengan tanda adanya: (benar-benar)contoh pada fi'il madli: (Zaid benar benar telah datang), kata merupakan fiil, hal ini terlihat dengan adanya qad yang ada sebelum kata tersebut.Contoh pada fi'il mudlari : (Zaid benar benar akan datang), adalah fi'il

contoh : , kata adalah fi'il

contoh: , dengan memperhatikan adanya sebelum , maka dapat dipastikan adalah sebuah fi'il.

ta' ta'nits yang mati (di sukun)contoh: , maka kata adalah fi'il, yang mana terdapat ta' ta'nits mati di akhir katanya.

Huruf/Harf adalah kata yang didalamnya tidak ditemukan adanya tanda isim maupun tanda fi'il. Contoh: , , dimana tidak ada satupun tanda tanda isim maupun fi'il ada di sana.Sehingga, dapat dikatakan, tanda dari huruf/harf adalah ketiadaan tanda isim mapun fi'il yang masuk di dalam katanya.

:

Bab I'rabI'rab adalah perubahan akhir kata karena perbedaan amil amil yang masuk dalam kata tersebut, baik secara lafadz maupun secara taqdir/perkiraan/pengenalan.Perubahan yang dimaksud adalah perubahan harakat/syakal pada huruf terakhir pada sebuah kata.Contoh: kata sebelum masuknya amil, maka kata tersebut tidak mu'rab (tidak dii'rabiy), tidak mabni, tidak marfu' (tidak dianggap rofa'); akan tetapi, jika ada amil yang masuk, misalnya:amil yang merofa'-kan: (Zaid telah datang), zaidun (dengan dhommatain) pada kalimat tersebut, ada fi'il yang mengakibatkan kata zaidun menjadi fa'il, dan setiap fa'il dibaca rofa', sehingga kata dii'rabi marfu' (dibaca rofa') karena telah menjadi fa'il (pelaku, subyek) untuk kata (fi'il/kata kerja yang artinya datang)

amil yang menashabkan: (Aku melihat Zaid), (zaidan dengan fathatain) dii'rab nashab, karena posisinya sebagai maf'ul (obyek), dan setiap maf'ul di nashabkan.

Amil yang men-jar-kan (meng-khafd-kan): (aku bertemu (dengan) Zaid), (bi-zaidin dengan kasratain) di jer-kan karena adanya amil yang men-jer-kan yaitu huruf jer.

Perubahan harokat akhir kata (menjadi dibaca rofa', nashab, maupun jer) inilah yang disebut dengan i'rab; dan penyebab perubahan ini adalah karena adanya amil yang masuk pada kata tersebut.

I'rab bisa terjadi secara lafadz (terbaca dan terlihat jelas dari lafadz) maupun secara perkiraan (taqdiir); secara lafadz, sebagaimana telah di contohkan sebelumnya, terlihat jelas adanya perubahan harokat (dzommah, fathah, kasrah) pada kata setelah masuknya amil. Sedangkan secara perkiraan/taqdir, misalnya saat amil masuk pada sebuah isim yang berakhiran alif layyinah () atau ya' () seperti kata: (pemuda), saat amil masuk, baik amil yang merofa'kan, menashobkan, maupun men-jer-kan, secara lafadz (cara membacanya juga), kata tidak akan berubah, akan tetapi secara hukum dia telah dirofa'kan, di nashob, maupun di jerkan. Perhatikan kalimat berikut: rofa' : atau (seorang qadiy (hakim) telah datang)

nashob:

jer/khafd: atau

secara lafadz (dan cara membacanya), tidak ada perubahan maupun perbedaan, tapi secara perkiraan (hukum), maka kata kata tersebut telah di rofa'kan, di nashob, maupun di jer/khafd-kan.

: .

Terdapat 4 jenis I'rab, yaitu rafa', nashab, khafad/jer dan jazm. Sebuah isim (kata benda) dapat dii'rab rafa', nashab, dan khafad, tapi tidak mungkin di i'rab jazm. Sedangkan fi'il (kata kerja) hanya mungkin dii'rab rofa', nashab, dan jazm, serta tidak bisa di khafad-kan.Contoh isim yang di i'rab:rofa' : (Zaid telah datang), zaid sebagai fa'il/pelaku/subyek

nashab: (Aku melihat Zaid), zaid sebagai maf'ul (obyek)

khafad/jar: (aku bertemu (dengan) Zaid).

Contoh fi'il yang dii'rab:rofa' : ((seseorang) sedang memukul)

nashab: (aku akan memukul)

jazm: (jangan pukul)

:

Bab mengenal tanda tanda I'rab

I'rab rafa' memiliki 4 tanda (alamat), yaitu: dhommah, wawu, alif dan nun.Sebuah kalimat yang di i'rab rofa', tanda rofa'-nya adalah salah satu dari:dhommahcontoh: (Zaid telah datang) , kata zaidun (dengan dhommah tain) adah fa'il yang dibaca rofa', dengan tanda rofa' dhommah.

wawucontoh: (ayahmu telah datang), kata abuuw (wawu di antara ba dan kaf) adalah fa'il yang dibaca rofa', dengan tanda rofa'nya adalah wawu (ka adalah dhommir/kata ganti = kamu), contoh lainnya adalah ((banyak) Zaid telah datang)

alifcontoh: (telah datang 2 orang Zaid)

nuncontoh: ((dua orang) sedang/akan memukul), merupakan sebuah fi'il mudhari' yang marfu' dengan tanda rofa' nya adalah nun

:

Adapun dhommah, menjadi tanda rofa' pada 4 tempat (jenis kata), yaitu pada isim mufrad (kata benda tunggal/singular), jama' taksir (isim jama'/plural baik mudzakkar/muannats ), jama' muannats salim (isim jama'/plural muannats) dan fi'il mudhori' yang tidak bersambung pada akhirnya suatu (seperti tanda tatsniyyah (alif+nun) atau nun tanda muannats, dsb)

keberadaan dhommah sebagai tanda rofa' ini bisa jadi tampak pada lafadz (ada harokat/syakal dhommah) atau bisa juga secara perkiraan (taqdir)Contoh:Isim mufrod : (telah datang Zaid dan seorang pemuda), dhommah secara lafadz terlihat pada kata zaidun, dan hanya perkiraan/taqdir (tidak tampak pada lafadz) pada kata fataa. Kata zaidun & al-fataa merupakan fa'il jadi ber-i'rab rofa'

Jama' taksir: (telah datang banyak lelaki dan banyak tahanan), dhommah nampak pada kata al-rijaalu tapi hanya taqdir pada kata al-asaaraa. Kata al-rijaalu dan al-asaaraa, juga merupakan fa'il.

Jama' muannats salim: (telah datang Hindun Hindun (beberapa orang yang bernama Hindun)). Kata hindaatu adalah fa'il.

Fi'il mudlari': (Zaid sedang memukul) (Umar merasa takut) (Bakar sedang melihatku)

: :

adapun wawu, menjadi tanda rofa' bagi dua jenis kata, yaitu pada jama' mudzakkar salim, dan pada 'asmaul khamsah (5 nama): ,, , ,

jama' mudzakkar salim adalah kata benda maskulin (isim mudzakkar) yang berjumlah lebih dari dua (jamak), yang kata-nya terbentuk dari bentuk isim mufrad (tunggal) dengan penambahan wawu dan nun di akhirnya. Contoh: keberadaan wawu pembentuk jama' tersebut merupakan tanda rofa' (karena kata tersebut merupakan fa'il, jadi dii'rab rofa') sekaligus tanda jama' mudzakkar salim.

Adapun alif menjadi tanda rofa' hanya pada satu jenis kata, yaitu hanya pada isim tatsniyyah (kata benda yang menunjukkan jumlah (benda tersebut) dua).

Contoh: (telah datang dua orang Zaid), alif petunjuk arti dua (tatsniyyah) ini sekaligus sebagai tanda rofa' pada isim tatsniyyah (sebagai pengganti dhommah yang umumnya digunakan sebagai tanda rofa')

contoh lain: (Dan selain dari dua surga itu ada dua surga lagi , Ar-Rahman:62), kata (dua surga) merupakan isim tatsniyyah.

Adapun Nun menjadi tanda rofa' dalam fi'il modlori' yang bersambung dengan dlomir tatsniyyah (kata ganti tatsniyyah) dan dlomir jamak atau dhomir muannats mukhattabah (kata ganti lawan bicara perempuan).

Contoh:Fi'il mudlori yang bersambung dengan dhomir tatsniyyah: ,

Fi'il mudlori yang bersambung dengan dhomir jama' : ,

Fi'il mudlori yang bersambung dengan dhomir muannats mukhattabah: (contoh kalimat: , kamu (perempuan) sedang memukul)

pada masing - masing contoh tersebut, nun adalah tanda rofa' pada kata tersebut.

:

Tanda i'rab nashab ada 5, yaitu fathah, alif, kasrah, ya' dan membuang nun.

Aslinya, tanda i'rab nashab itu adalah fathah, sedangkan alif, kasrah, ya' dan membuang-nun, merupakan tanda nashab pengganti (sebagai wakil dari fathah). Contoh nashab dengan tanda: fathah:

alif :

kasroh:

ya' :

membuang nun:

:

Adapun fathah menjadi tanda nashab pada tiga tempat (3 jenis kata), yaitu pada isim mufrad (kata benda tunggal), jama' taksir, dan fi'il mudlori yang kemasukan (bertemu) amil yang menashabkan serta tidak bersambung diakhirnya dengan sesuatu.

Ketika tiga jenis kata ini bertemu dengan amil yang menashabkan, maka tanda nashabnya adalah fathah, contoh:isim mufrod: (aku melihat Zaid)

jama' taksir : (aku sedang melihat banyak lelaki)

fi'il mudlori (yang bertemu amil yang menashabkan): (aku tidak akan memukul) contoh lainnya: [Al-Insyiqaaq:14] (Sesungguhnya dia menyangka bahwa dia sekali-kali tidak akan kembali (kepada Tuhannya))

:

adapun alif menjadi tanda nashab pada asma' al-khamsah (5 isim tertentu penunjuk nama), contoh dan seterusnya.

Asma' al-khamsah yang mansub dengan tanda nashab alif contohnya:

sedangkan kasrah menjadi tanda nashab pada jama' muannats salim.

Jama' muannats salim, adalah isim yang menunjukkan arti perempuan banyak (jamak). Biasanya isim jama' muannats salim, dibentuk dari kata mufrodnya (tunggal-nya) dengan menambahkan alif dan ta' di akhir bentuk mufradnya.

Contoh: [al-ankabut:44] (Allah telah menciptakan langit)i'rab untuk kata tersebut adalah sebagai berikut: adalah fi'il madli (kata kerja lampau), sedangkan lafadz jalalah sebagai fa'il nya, sehingga marfu' dengan tanda rofa' dhommah, sedangkan adalah maf'ul sehingga manshub (dii'rab nashab) dengan tanda nashabnya adalah kasroh, karena kata tersebut adalah termasuk jama' muannats salim.

Adapun ya' menjadi tanda nashab pada isim tatsniyyah dan isim jama'.

Contoh: (aku melihat dua Zaid dan beberapa Zaid)

adapun membuang nun, menjadi tanda nashab pada af'al al-khamsah (af'alul khamsah) yang tanda rafa'nya adalah dengan nun.

Af'alul khamsah (5 jenis fi'il) adalah fi'il dengan pola akhirnya diakhiri dengan huruf 'illat (penyakit yaitu alif, wawu, dan ya') dan nun.

Contoh af'alul khamsah yang manshub:

:

I'rab khafad/jer memiki tiga tanda, yaitu kasrah, ya' dan fathah.

Tanda asli dari khafad/jer itu adalah kasrah, sedangkan ya' dan fathah adalah tanda pengganti dari kasroh.

: adapun kasrah menjadi tanda bagi khafad/jer pada 3 tempat (jenis kata), yaitu pada isim mufrad munsharif (menerima tanwin), jama' taksir munsharif (menerima tanwin), dan jama' muannats salim.

Contoh khafad pada:isim mufrad: (aku berjumpa dengan zaid dan seorang laki - laki)

jama' taksir: (aku bertemu dengan banyak laki laki dan banyak tahanan)

jama' muannats salim: (aku berjuma dengan dua orang Hindun)

: :

munsharif aritanya: yaitu yang menerima sharf, sedangkan yang dimaksud sharf adalah tanwin.

:

adapun ya' menjadi tanda khafad pada tiga tempat (jenis kata), yaitu dalam asma'ul khamsah, isim tatsniyyah dan isim jama'

ya' menjadi tanda khafad/jer pada 3 jenis kata ini menggantikan kasrah, sebagaimana contoh berikut:asma'ul khamsah :

isim tatsniyyah :

isim jama' :

dan adapun fathah menjadi tanda khafad/jer pada isim yang tidak menerima tanwin (ghairu munshorif).Contoh: ahmada majrur (di-jer-kan) oleh adanya huruf ba, begitu juga dengan ibraahiima. Tanda jer-nya adalah fathah.

Isim ghairu munshorif, terjadi karena adanya dua 'illat, baik secara lafadz maupun makna. Atau bisa juga disebabkan adanya satu 'illat tapi menggantikan (bermakna) dua 'illat. 'illat ini ada dua yaitu yang washfiyyah (sifat) maupun 'alamiyyah (nama/'alam). Yang termasuk washfiyyah misalnya: washfiyyah wa 'adl seperti kata , yang artinya tiga-tiga, empat-empat, sebenarnya kata ini terbentuk dari kata ulang ,

washfiyyah wa wazn fi'li (washfiyyah dengan wazan (pola kalimat) seperti kalimat fi'il) seperti: dan (jadi, ini adalah sebuah isim yang memiliki pola kata spt fi'il). Kata tersebut masing masing berasal dari kata (hijau) dan (utama)

washfiyyah dengan tambahan alif dan nun, seperti dan

sedangkan yang termasuk 'alamiyyah:'Alamiyyah wa Al-'Adl, seperti

'Alamiyyah wa waznu al-fi'li ('alamiyyah dengan wazan/pola kata fi'il), seperti

'Alamiyyah wa tarkibu al-mazjiyy ('alamiyyah dengan susunan campuran), seperti

'alamiyyah wa ta'nits ('alamiyyah dan ta'nits/menunjukkan perempuan/feminin), seperti , ,

'Alamiyyah waziyaadatu alif wa nun ('alamiyyah dengan tambahan alif dan nun), seperti

'alamiyyah wa 'ajamiyyah ('alamiyyah dan 'ajam (non arab)), contoh: (Hermawan)

Isim ghairu munsharif dengan satu 'illat yang menempati (mewakili) dua 'illat, ada dua:sighat muntahal jumu' (bentuk jamak), contoh (masjid masjid (jamak masjid)) merupakan bentuk jamak dari , dan (banyak lampu) yang merupakan bentuk jamak dari (lampu). Pola kata sighat muntahal jumu' mengikuti wazan atau

alif ta'nits mamdudah dan alif ta'nits maqsurah, masing masing contohnya adalah dan

beberapa contoh isim ghairu munsharif majrur (dijerkan/dikhafad-kan)'Alamiyyah wa 'ajamiyyah: (dan ketika mereka masuk ke (tempat) yusuf [QS. Yusuf:69]), kata yusuf, dii'rab jer/khafad karena adanya huruf jer dan tanda jer-nya adalah fathah.

Bentuk sighat muntahal jumu': (Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang,[QS. Al-Mulk:5]), kata majrur karena adanya huruf jer ba' dan tanda jer-nya adalah fathah

'alamiyyah wa wazn fi'li: (Dan karena kekafiran mereka (terhadap Isa) dan tuduhan mereka terhadap Maryam dengan kedustaan besar (zina), [QS. An-Nisa:156]), kata adalah isim (nama orang/bunda Maryam) berwazan , dan kata dimajrur kata ada huruf jer , tanda jer-nya adalah fathah.

: Tanda JazmI'rab jazm memiliki dua tanda, yaitu sukun dan membuang.

Aslinya tanda i'rab jazm adalah sukun (sukun adalah tanda utama, jadi bisa dikatakan jazm itu identik dengan sukun), sedangkan tanda yang lainnya adalah membuang (membuang huruf 'illat di akhir kata, atau membuang nun tanda rofa').Contoh:jazm dengan tanda sukun: (Zaid tidak sedang memukul), kata adalah fi'il mudlori' yang di jazm karena adanya kata

jazm dengan tanda membuang nun: (dua orang tidak sedang memukul), kata berubah menjadi (huruf nun di buang) karena di jazm-kan oleh adanya kata

jazm dengan membuang huruf 'illat: (Zaid tidak sedang takut), sebelum dijazmkan oleh keberadaan kata , kata berasal dari kata

Sukun menjadi tanda jazm pada fi'il mudlori' sahih akhir (yang sohih akhirnya).

Yang dimaksud shaih akhir, adalah tidak diakhiri dengan salah satu dari huruf 'illat (alif, wawu, nun), oleh karena itu fi'il mudlori seperti ((sedang merasa )takut),((sedang) memanggil) , dan (menuju) bukan termasuk fi'il mudlori' shohih akhir karena masing masingnya berakhiran huruf 'illat wawu, alif dan ya', sedangkan (memukul) termasuk fi'il mudlari sahih akhir, karena berakhiran huruf ba' yang bukan merupakan huruf 'illat.

Contoh fi'il mudlori majzum (dii'rab jazm): (Zaid tidak sedang memukul)

adapaun membuang (huruf 'illat atau nun tanda rafa') menjadi tanda jazm pada fi'il mudlori mu'tal akhir (diakhiri dengan huruf 'illat) dan pada af'al khamsah yang tanda rafa'-nya adalah dengan keberadaan nun.

Contoh fi'il mudlori mu'tal akhir yang majzum: , kata merupakan fi'il mudlori, yang dijazmkan oleh kata dengan dibuangnya alif, sedangkan fathah pada huruf syin adalah tanda adanya alif yang dibuang.

, kata merupakan fi'il mudlori yang di jazmkan, dengan tanda jazm dibuangnya huruf wawu (asal katanya adalah ), harakat dzommah pada 'ain adalah tanda keberadaan wawu sebelumnya.

Contoh af'al khamsah yang majzum dan , keduanya adalah contoh af'al khamsah yang dijazmkan, dengan tanda jazm dibuangnya huruf nun

dan , keduanya juga adalah af'al khamsah yang dijazm-kan dengan tanda jazm dibuangnya huruf nun diakhir kata.

:

Al-Mu'rabaat (kata kata yang dimu'rab / dii'rab-kan)PasalMu'rabaat (kata kata yang dimu'rabkan) dibagi menjadi dua, yaitu yang pertama di i'rab dengan harakat dan kedua kata kata yang di'rab dengan huruf.

Bagian ini merupakan pembahasan secara umum dari bagian terdahulu (yang telah dijelaskan dengan detail). Kata kata dii'rabkan dengan dua cara, yaitu dengan harakat misalnya dengan fathah, kasrah, dhommah atau sukun dan ada juga dengan huruf yaitu huruf wawu, ya atau nun, atau membuang huruf tersebut.

:

Kata kata (lafadz) yang di'irab-i dengan harakat.Kata kata yang dii'rabi dengan harakat ada empat, yaitu isim mufrad (kata benda bentuk tunggal), jamak taksir (kata jamak, dengan pola kata tak tentu), jamak muannats salim (bentuk jamak untuk benda feminin, dengan pola kata diakhiri dengan alif dan ta'), dan fi'il mudlori yang tidak bersambung diakhirnya dengan sesuatu (tidak berakhiran dengan huruf 'illat atau alif, wawu, ya' dan nun taukid).

Semua jenis kata tersebut dirofa'kan dengan dhommah, di nashabkan dengan fathah, dijer/khafad-kan dengan kasrah dan di jazm-kan dengan tanda sukun. Kecuali beberapa kata yang Insyaa Allah akan dijelaskan pada bagian selanjutnya.

Contoh ke empat jenis kata tersebut yangdirofa'kan : (Zaid, banyak lelaki, dan banyak wanita muslim sedang memukul.)kata adalah fi'il mudlori yang dirofa'kan dengan tanda rofa' dhommah, sedangkan adalah isim mufrad yang dirofa'kan karena kedudukannya sebagai fa'il, kata adalah kata sambung (athof) yang mengakibatkan kata sesudahnya berkedudukan sama (di'irab sama) dengan kata sebelumnya, sehingga kata yang merupakan bentuk jamak taksir juga adalah fa'il yang dirofa'kan dengan tanda dhommah, begitu juga dengan kata yang merupakan bentuk jamak muannats salim.

Dinashab :

dikhafad/dijer-kan :

:

pengecualian untuk ketentuan sebelumnya (tanda i'rab rofa' dengan dhommah, nashob dengan fathah, jer dengan kasrah dan jazm dengan sukun) bagi 3 keadaan, yaitu jama' muannats salim dinashobkan dengan kasrah, dan isim ghairu munsharif (yang tidak menerima tanwin) di jerkan dengan fathah, dan fi'il mudlori mu'tal akhir (diakhiri dengan huruf 'illat) dijazmk kan dengan membuang huruf terakhirnya.

Contoh:

jamak muannats salim yang manshub, dengan tanda kasrah: (al-ankabut:44)

isim ghairu munshorif yang majrur dengan tanda fathah:

fi'il mudhori' mu'tal akhir, majzum dengan tanda jazm, dibuangnya huruf terakhirnya:

: :

kata kata yang dii'rab dengan hurufkata kata yang dii'rab dengan huruf ada 4 jenis, yaitu isim tatsniyyah (kata yang juga menunjukkan dua/double), jamak mudzakkar salim, asma' al-khamsah (5 jenis isim), dan af'al khamsah (5 jenis fi'il) yaitu (yang mengikuti pola):

Adapaun isim tatsniyyah dirofa' kan dengan tanda alif, dan dinashob serta di khafad/jer kan dengan tanda ya.Sedangkan jamak mudzakkar salim, tanda rofa'-nya adalah wawu dan tanda nashobnya adalah ya'Asmaul khamsah memiliki tanda rofa wawu, dan tanda nashob serta khafad/jer nya adalah ya'dan adapun af'alul khamsah, dirofa'kan dengan tanda nun, dan tanda jazm-nya adalah dengan membuangnya (nun).

Contoh:

: , , , , . . :

Bab Jenis Jenis Fi'ilFi'il ada tiga jenis, yaitu fi'il Madli (kata kerja lampau/telah terjadi), fi'il mudlori' (kata kerja penunjuk sekarang atau akan datang), dan fi'il 'amar (untuk perintah[termasuk larangan meski kadang disebut fi'il nahyi untuk larangan]/kata ini juga menunjukkan kejadian yang akan datang), contohnya: (fi'il madli, artinya: telah memukul), (fi'il mudlori': sedang/akan memukul), (fi'il 'amar, artinya: pukullah!), fi'il madli selalu huruf terakhirnya selalu difathah, sedangkan fi'il amar selalu jazm selamanya.

Pembagian fi'il:fi'il madli

fi'il mudlori

fi'il 'amr

"" , , , , , , , , , , , , , , , , "" , , , , , , ,

Fi'il mudhori', yaitu fi'il yang diawali dengan salah satu dari huruf empat zaidah (tambahan) yang terkumpul dalam kata (hamzah, nun, ya', dan ta'); fi'il mudlori selalu dirofa'kan, selama tidak bertemu dengan amil yang menashobkan, atau men-jazm-kannya. Adapun amil yang menashobkan fi'il mudhori' ada sepuluh, yaitu: , , , , , , , ,,

Sedangkan amil yang men-jazm-kan fi'il mudhori ada delapan belas (18) yaitu:(hanya ketika digunakan dalam syair), , , , , "" , , , , , , ,

, , , , "" , "" , , , , ,

Bab isim isim yang dirofa'-kanisim dii'rob rofa' pada tujuh keadaan, yaitu saat berkedudukan sebagai fa'il (subyek), sebagai maf'ul (obyek) yang tidak disebutkan fa'il-nya, mubtada', khobar, isim dari (setelah) lafadz dan saudara saudaranya, khobar dari lafadz dan saudara saudaranya, dan kata yang mengikuti kata lain yang dirofa' kan yang terdiri dari empat macam yaitu na'at, athof, taukid dan badal.

Isim yang dii'rob rofa' ada 7:fa'il (subyek) contoh: kata merupakan fa'il yang dirofa'kan dengan tanda rofa' dhommah, sedangkan , dan juga dirofa'kan karena dihubungkan oleh athof (kata sambung) , tanda rofa' untuk masing masing kata tersebut juga dhommah akan tetapi hanya perkiraan (taqdir).

Maf'ul yang tidak disebutkan fa'il-nya (na'ibul fa'il), contoh: (Zaid telah dipukul (oleh seseorang)), kata merupakan maf'ul yang dirofa' karena kedudukannya dalam kalimat pasif yang tidak disebutkan subyek/fi'il dari kalimat tersebut.

Mubtada',

khobar, contoh : (zaid telah berdiri) , kata adalah mubtada' dan merupakan khobar dari kata

isim dari dan saudara saudaranya (kata kata yang semakna dengan ), contoh: , kata dirofa'kan karena kedudukannya sebagai isim dari dan adalah khobarnya (yang dii'rob nashob)

khobar dari dan saudara saudaranya (kata kata yang semakna dengan ), contoh: (sesungguhnya zaid telah berdiri), kata (di i'rob nashob) adalah isim dari sedangkan khobarnya yaitu kata di i'rob rofa'.

Kata kata yang mengikuti kata sebelumnya yang dirofa'kan, yang terdiri dari 4 macam:na'at (sifat): (telah datang Zaid, yaitu seorang yang utama), kata adalah na'at yang menerangkan sifat

'atof : (telah datang Zaid dan 'Amr), kata juga di rofa'kan karena mengikuti kata sebelumnya yang dihubungkan dengan huruf 'athof yaitu yang dirofa'kan karena kedudukannya sebagai fa'il

taukid : (Zaid telah datang sendirian), kata adalah taukid yang menegaskan keadaan (kedatangan) zaid.

badal, contoh: (telah datang Zaid (yang) saudaramu), kata dirofa'kan karena kedudukannya yang menjelaskan kata sebelumnya (badal), tanda rofa'nya adalah wawu (termasuk asmaul khomsah)

. ,

Bab Fa'ilFa'il adalah isim yang marfu' (dii'rab rofa') yang disebutkan sebelumnya fi'il nya. Fa'il dibagi ada dua, yaitu fail isim dzahir (tampak jelas katanya), dan fa'il isim dhomir (fa'il berupa kata ganti).

, , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Contoh fa'il yang dzohir : (Zaid telah berdiri), kata adalah fi'il dan adalah fa'il yang tampak secara jelas (dzohir), (zaid sedang/akan berdiri), (dua orang Zaid telah berdiri), (dua orang zaid sedang berdiri), (banyak Zaid telah berdiri), (banyak Zaid sedang berdiri), (banyak lelaki telah berdiri), (banyak lelaki sedang berdiri), (Hindun telah berdiri), (Hindun sedang berdiri) , (dua orang Hindun telah berdiri), (banyak Hindun telah berdiri), (banyak Hindun sedang berdiri), (telah berdiri orang orang India), (orang orang india sedang berdiri), (saudaramu telah berdiri), (saudaramu sedang berdiri), (anak lelakiku telah berdiri) , (anak lelakiku sedang berdiri), dan lain lain.

, ", , , , , , , , , , , "

Fa'il isim dhomir itu ada 12, contoh perkataanmu : (aku telah memukul) adalah kata ganti orang pertama yang merupakan fa'il, (kita telah memukul), (kamu (lk) telah memukul), (kamu (pr) telah memukul), (kamu berdua telah memukul), (kamu semua (banyak orang laki - laki) telah memukul), (kamu semua (banyak perempuan) telah memukul), (dia (lk) telah memukul), (dia (pr) telah memukul), (mereka berdua telah memukul), (mereka (banyak orang lelaki) memukul), (mereka (banyak perempuan) memukul)

.

, .

Bab Maf'ul (obyek) yang tidak disebutkan fa'il (subyek) nya (naaibul fa'il)

(naibul fa'il) adalah isim marfu' yang tidak disebutkan bersamanya fa'ilnya.Jika dia berada dalam fi'il madli, maka fi'il madli tersebut memiliki ciri huruf pertamanya di dhommah, dan satu huruf sebelum huruf terakhir di kasroh, sedangkan jika fi'ilnya adalah fi'il mudhori, maka fi'il tersebut di dhommah huruf awalnya dan huruf sebelum huruf terakhir di fathah.

, , " " " " " " " ". , " , , , , , , , , , , "

Naaibul fa'il dibagi menjadi dua, dzhahir (naa'ibul fail isim dzhahir) dan mudlmar (naibul fa'il isim dlomir), adapun naibul fa'il isim dzahir adalah seperti kata:

(Zaid telah dipukul = seseorang telah memukul Zaid), ('Amr telah dimulyakan) , ('Amr akan dimulyakan)

Naa'ibul fa'il isim dhamir ada 12 yaitu seperti perkataan: (aku telah dipukul), (kita telah dipukul), (kamu telah dipukul), (kamu [pr] teah dipukul), (kamu berdua telah dipukul), (kamu semua (lelaki jamak) telah dipukul), (kamu semua (perempuan jamak) telah dipukul), (dia telah dipukul), (dia (perempuan) telah dipukul), (dia berdua telah dipukul), (mereka semua (laki laki jamak) telah dipukul), (mereka semua (perempuan jamak) telah dipukul).

:

Bab Mubtada' dan Khobar

Mubtada: adalah isim marfu' yang bebas dari 'amil amil lafdziyy (jenis lafadz).

Mubtada' merupakan isim yang marfu' (dii'rob rofa') yang bebas; maksudnya kosong dari amil lafdziyyah layaknya fa'il dan na'ibul fail (ingat, fa'il & naibul fail marfu' karena kedudukan dan perubahan lafadznya). Mubtada' disebut mubtada' hanya oleh sebab satu alasan yaitu kedudukan kata (isim) tersebut yang berada di awal kalimat (mubtada' berasa dari kata ibtida' yang artinya permulaan, e.g madrasah ibtida'iyyah = sekolah permulaan ;) ). jadi, mubtada' pasti di awal kalimat.

, Khobar adalah isim marfu' yang musnad (disandarkan, ditautkan) dengan mubtada'-nya. Contoh: (Zaid berdiri), (dua orang Zaid berdiri (keduanya) ), (Zaid Zaid itu semuanya berdiri).

Khobar akan selalu berada setelah mubtada'; khobar bersandar kepada mubtada'nya; khobar umumnya adalah informasi (kabar) atas kondisi mubtada' (tapi khobar itu adalah isim). Mubtada' dan khobar selalu berpasangan (meski kedudukan katanya tidak selalu mubtada'-khobar, bisa jadi mubtada-na'at (kata sifat) khobar, dsb ; tetapi setiap mubtada' harus ada khobarnya, dan setiap khobar pasti ada mubtada'-nya). Keduanya mubtada' dan khobar pasti rofa' (khobar dirofa'kan oleh mubtada').Contoh: , kata merupakan isim mufrod (menunjukkan satu) yang merupakan mubtada' yang terletak di awal kalimat, kata tersebut dirofa'-kan dengan tanda rofa' dhommah pada huruf terakhirnya. Sedangkan kata adalah khobarnya, yang menjelaskan keadaan mubtada, yaitu berdiri.

, kata merupakan isim tatsniyyah, yang merupakan mubtada', sehingga harus dirofa'kan, tanda rofa'nya adalah alif (ingat alif menjadi tanda rofa' hanya pada isim tatsniyyah ;) ), sedangkan adalah khobarnya yang juga harus dalam bentuk tatsniyyah (double), tanda rofa'-nya adalah alif.

, kata adalah jama' mudzakkar salim, karena kedudukannya sebagai mubtada' dia dirofa'kan dengan tanda rofa' wawu. Sedangkan kata adalah khobarnya yang juga dalam bentuk jamak.

Perhatikan, bentuk khobar selalu mengikuti bentuk mubtada'nya; jika mubtada' dalam bentuk mufrod, khobar juga mufrod, jika mubtada' mutsanna (tatsniyyah) khobarnya juga demikian, begitu juga jika mubtada'nya adalah jamak.

Mubtada' dibagi menjadi dua, yaitu mubtada' dzahir dan mudlmar (dhomir/kata ganti). Mubtada' dzahir (isim dzahir) adalah sebagaimana yang telah dijelaskan dibagian sebelumnya.

Mubtada' isim dlomir sebagaimana contoh contoh yang telah lalu, seperti kata: , , .Dari contoh contoh tersebut jelas, bahwa mubtada'nya (Zaid) adalah zaid itu sendiri secara zahir (tanpa qarinah), yaitu zaid tidak mewakili sesuatu selain bentuk fisik seseorang yang bernama Zaid itu sendiri, hal ini akan berbeda jika kata yang digunakan adalah Aku karena kata aku adalah sebuah perwakilan/pengganti dari seseorang atau sebuah nama pembicara (misal Zaid). Kata pengganti seperti aku, kami dst termasuk dalam mubtada' isim dlomir (mudlmar) berikut:

( ) ( )

Mubtada' mudlmar (isim dlomir) ada 12 yaitu: (saya {orang pertama tunggal}),

(kita {orang pertama jamak}),

(kamu, orang kedua tunggal (lk)),

(kamu {orang kedua tunggal perempuan}),

(kamu berdua, orang kedua ganda/tatsniyah),

(kamu semua {orang kedua jamak laki-laki}),

(kamu semua {orang kedua jamak perempuan}),

(dia {orang ke-3 tunggal laki-laki}),

(dia {orang ke-3 tunggal perempuan}),

(orang ke-3 ganda/tatsniyyah),

(mereka {orang ke-3 jamak laki laki}),

(mereka {orang ke-3 jamak perempuan}). Contoh: (aku berdiri), kata merupakan mubtada' yang berupa dlomir mutakallim munfasil, dengan tanda rofa'-nya mabni sukun. Sedangkan marfu' oleh mubtada', tanda rofa'nya adalah dhommah. (kita semua berdiri), merupakan dlomir mutakallim munfasil berkedudukan sebagai mubtada' dengan tanda rofa' mabni dhommah, sedangkan adalah khobarnya yang dirofa'kan dengan tanda rofa wawu (ingat wawu menjadi tanda rofa' salah satunya pada jamak mudzakkar salim ;) ); dan seterusnya.

Mudlmar atau dlomir (kata ganti) bisa mewakili tiga situasi yaitu disebut dlomir mutakallim () atau kata ganti orang pertama (aku, kita), dlomir mukhattab () untuk kata ganti orang kedua, dan dlomir ghaaib () untuk kata ganti orang ketiga.Dlomir sendiri dibagi menjadi dua, yaitu dlomir muttasil () yaitu ketika kata pengganti tersebut tersambung dengan 'amil-nya (misal kata kerja/fi'il-nya) seperti dalam kata: .dan yang kedua adalah dlomir munfasil (), yaitu ketika tidak ada kata yang mendahului kata ganti tersebut. Contohnya telah disebutkan di atas. :

( ) : ( )

Khobar dibagi menjadi dua, yaitu khobar mufrod dan khobar ghoiru mufrod.Khobar mufrod contohnya: (Zaid berdiri)dan khobar ghoiru mufrad ada 4 macam: jer dan majrur, dhorof (kata keterangan), fi'il dan fa'ilnya, serta mubtada' dan khobarnya, contohnya seperti perkataanmu: (Zaid di dalam kampung, khobar berbentuk jer-majrur), (Zaid disampingmu, Zaid berupa dzorof makan (keterangan tempat)), (Zaid (itu) ayahnya telah datang, khobar dalam bentuk fi'il-fa'il), dan (Zaid, budak perempuannya pergi).

Yang dimaksud dengan khobar mufrad, yaitu khobar yang tidak berbentuk kalimat (jumlah) ataupun yang serupa dengan kalimat (syibhu/syibeh jumlah); khobar mufrad bisa berupa isim mufrad, isim tatsniyyah maupun jamak.

Sedangkan khobar ghairu mufrad, adalah sebaliknya, yaitu khobar berbentuk kalimat atau yang serupa dengan kalimat seperti berupa dzorof (kata keterangan) dan jer-majrur.Catatan tambahan:mengenal kembali isim.Isim ditinjau dari jenisnya dibagi menjadi dua, yaitu isim mudzakkar dan isim muannats.Isim mudzakkar merupakan isim yang menunjukkan arti laki laki (misal nama seorang laki laki seperti ) atau dianggap laki laki (seperti kata = dokter).Isim tatsniyyah, yaitu isim yang menunjukkan arti perempuan atau yang dianggap perempuan (seperti nama nama anggota tubuh manusia yang jumlahnya sepasang).

Contoh contoh isim mudzakkar

Bab Amil amil yang masuk pada mubtada' dan khobar

Amil amil yang masuk pada mubtada'-khobar ada tiga jenis, yaitu dan seudara saudaranya (kata yang semakna dengan ), yang kedua dan saudara saudaranya (kata kata yang semakna dengan ) dan yang ketiga adalah dan saudara saudaranya.Contoh: misalnya : (Zaid itu berdiri)

misalnya : (sesungguhnya siswa itu berdiri)

misalnya: (kukira Zaid berdiri)

, , , , , , , , , , , , , , , , , , , " , "

adapun dan saudara saudaranya, mengakibatkan rofa'nya isim dan menashobkan khobarnya ( ), yang termasuk saudara saudaranya adalah (ada/terjadi)

(masuk waktu sore)

(masuk waktu subuh/pagi)

(masuk waktu dhuha)

(menjadi / menetap)

(masuk waktu malam)

(menjadi)

(tidak/bukan)

(senantiasa)

dan bentuk perubahan dari kata kata tersebut (tashrif-nya). Seperti , , ; , , dan seterusnya.

Contohnya, seperti perkataaan: , dan lain sebagainya.Masuknya dan saudara saudaranya pada suatu kalimat berpola mubtada'-khobar, mengakibatkan mubtada' dari kalimat tersebut dibaca/dii'rab rofa', dan khobar nya dibaca nashob (tarfa'ul isma wa tanshibul khobar). Mubtada' tersebut setelah ada kata/huruf (dan saudara saudaranya) masuk di depannya, menjadi isim bagi , sedangkan khobarnya menjadi khobar .

Contoh: misalnya (dan Adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang: al-Ahzab:73) , i'rab-nya, merupakan fi'il madli naqis, yang menjadi 'amil yang merofa'kan lafadz jalalah dengan tanda rofa' dhommah, dan menashobkan khobarnya yaitu dengan tanda nashob fathah begitu juga dengan yang juga menjadi khobar.

misalnya (sore hari itu Zaid kaya)

misalnya (pagi hari (yang) dingin sekali)

contoh (waktu dluha seorang faqih (ahli ilmu) wira'i)

contohnya (Zaid itu menjadi puasa)

misalnya (malam hari Zaid terbangun)

contohnya (Sya'ir menjadi murah)

misalnya (tidaklah Zaid berdiri)

contohnya (Senantiasa Zaid berdiri)

misalnya ('Amr telah duduk)

misalnya (Bakar menjadi baik)

contohnya (Muhammad yang Mulya (akhlaqnya))

misalnya

dan bentuk perubahan dari kata kata tersebut, misalnya: , , , kata merupakan bentuk fi'il madli, dan adalah bentuk fi'il mudlori' dari sedangkan merupakan bentuk 'amar nya. Meski berbeda bentuk katanya (madli, mudlori maupun amar), kesemuanya merofa'kan isim dan menashobkan khobar (tarfa'ul isma wa tanshibul khobar) , begitu juga untuk bentuk perubahan seperti , , dan seterusnya.Contoh:dalam kondisi fi'il mudlori: (Zaid sedang dalam keadaan berdiri), merupakan fi'il mudlori' (bentuk perubahan dari (madli)) yang merofa'kan isim dan menashobkan khobar, merupakan isimnya yang dirofa'kan dengan tanda rofa' dhommah, sedangkan adalah khobar yang di nashobkan dengan tanda nashob fathah.

dalam bentuk fi'il 'amar: (berdirilah kamu), merupakan fi'il amar (bentuk perubahan dari (madli)) yang merofa'kan isim dan menashobkan khobar, isimnya adalah dlomir mustatir (kata ganti tersembunyi untuk (kamu) yaitu orang yang diperintah), sedangkan adalah khobarnya yang dinashobkan dengan tanda nashob fathah.

: :

adapun dan saudara saudaranya (wa akhwatuha) maka keberadaannya menashobkan isim dan merofa'kan khobar (tanshibul isma wa tarfa'ul khobar), yaitu: contoh perkataanmu: dan serta yang serupa dengan perkataan tersebut. dan bermakna taukid (penegasan), sedangkan bermakna istidrak (mempertentangkan), bermakana tasybih (penyerupaan), bermakna tamanniy (pengandaian), sedangkan bermakna taraji (pengharapan (kebaikan)) dan tawaqu' (ketakutan atas terjadinya keburukan/nasib buruk/suatu yang dibenci).

Contoh: i'rab-nya, merupakan huruf taukid yang keberadaannya akan menashobkan isim dan merofa'kan khobar, adalah isim yang dinashobkan dengan tanda nashob fathah, dan merupakan khobar yang dirofa'kan dengan tanda rofa' dhommah.

i'rab-nya merupakan huruf tamanni (pengandaian) yang keberadaannya akan menashobkan isim dan merofa'kan khobar, adah isim yang di nashobkan karena keberadaan dengan tanda nashob fathah, sedangkan adalah khobar yang dirofa'kan dengan tanda rofa' dhommah.

(Kaum datang, tetapi 'Amr duduk), kata merupakan fi'il-fa'il, adalah huruf istidrak, adalah isim yang dinashobkan dengan tanda nashob fathah, adalah khobar yang dirofa'kan dengan tanda rofa' dhommah.

(Zaid bagaikan seekor singa), adalah huruf tasybih dan huruf nashob, adalah isim yang dinashobkannya dan adalah khobar yang rofa' dengan tanda rofa' dhommah.

(Seandainya sang kekasih datang), merupakan huruf tarajji (pengharapan suatu kebaikan) dan sekaligus huruf nashob, adalah isim yang manshub dengan tanda nashob fathah, dan adalah khobar yang dirofa'kan.

(Seandainya Zaid meninggal/pergi), merupakan huruf tawaqu' (takut/khuwatir sesuatu yang tidak disukai terjadi) dan sekaligus huruf nashob, adalah isim yang manshub dengan tanda nashob fathah, dan adalah khobar yang dirofa'kan.

: :

Dan adapun dan saudara saudaranya, maka keberadaanya menashobkan mubtada' dan khobar karena keduanya (mubtada-khobar) menjadi maf'ul baginya ( dan saudara saudaranya). Yang termasuk dan saudara saudaranya adalah , , , (contohnya) perkataaan: (aku menduga Zaid berdiri), (aku melihat 'Amar pergi), dan sebaginya.

Contoh: , kata merupakan fi'il-fa'il (fa'il berupa dlomir muttasil ), sedangkan maf'ulnya adalah yang manshub dengan tanda nashob fathah, begitu juga

, ; , ,

Bab Na'at (Kata sifat)

Na'at mengikuti man'ut-nya (yang disifati) dalam fora' , nashob, khofad/jer, ma'rifat (definitif/tertentu) dan nakirohnya (indefinitif/umum). Contoh ucapan: , ,

Na'at atau kata sifat mengikuti i'rab man'ut-nya, jika man'utnya rofa', maka na'at juga dirofa'kan, jika man'ut dinashobkan (manshub) maka na'at juga di nashobkan, begitu juga jika man'ut-nya di khafad/jer. Na'at juga mengikuti man'ut-nya dalam bentuk ma'rifat dan nakirohnya, jika man'ut dalam bentuk ma'rifat, maka na'at juga ma'rifat begitu juga sebaliknya jika man'ut dalam bentuk nakiroh, maka na'at akan ikut berbentuk nakiroh.Contoh: (telah datang, Zaid yang berakal/pintar), kata adalah fi'il madli, adalah fa'il yang marfu' (dirofa'kan) dengan tanda rofa' dhommah, adalah na'at (kata sifat), yang mensifati (sebagai man'ut-nya), sehingga juga marfu' dengan tanda rofa dhommah.

(aku melihat Zaid yang berakal/pandai), merupakan fi'il-fa'il, merupakan maf'ul yang manshub dengan tanda nashob fathah, dan adalah na'at yang juga ikut di nashobkan.

(aku berjumpa dengan Zaid yang berakal/pandai), adalah fi'il-fa'il, dengan sebagai huruf jer/khafad yang menjer-kan kata , kata majrur (dijerkan) dengan keberadaan huruf jer , sedangkan adalah na'at yang juga di jerkan.

Ketiga contoh tersebut juga merupakan contoh na'at yang mengikuti man'ut dalam bentuk ma'rifat (definitif), kata Zaid ma'rifat karena jelas menunjukkan (nama) seseorang yang telah diketahui, dan kata ma'rifat dengan tanda keberadaan al-

sedangkan contoh na'at yang mengikuti man'ut dalam nakirohnya adalah seperti: (Telah datang seorang laki laki yang berakal/pandai), (aku melihat seorang laki laki yang pandai), (aku berjumpa dengan seorang laki laki yang berakal/pandai), kata berbentuk nakiroh, karena manut-nya juga nakiroh yaitu (seorang laki laki, yang tidak tertentu/belum tentu dikenali oleh orang yang diajak biacara/diberi informasi). Adapaun i'rab dari masing masing contoh tersebut adalah sebagaimana i'rab contoh sebelumnya (yang berbentuk ma'rifat).

, , , , , , .

adapun ma'rifat ada 5 jenis, yaituisim dlomir (kata ganti) contoh dan ,

isim alam (nama) contoh dan

isim mubham contoh , dan

isim yang terdapat alif-lam di awalnya, contoh dan

isim yang dimudlofkan (disandarkan) pada salah satu dari ke-4 jenis di atas.

Ma'rifat adalah yang menunjukkan pada sesuatu yang spesifik (definitif), yang terdiri dari 5 jenis yaitu:

Isim dlomir (kata ganti) baik mutakallim (orang pertama), mukhottab (orang kedua) atau ghaib (orang ke-3); contoh (saya) untuk dlomir mutakallim wahdah, (kita) merupakan dlomir mutakallim ma'al ghair (bersama yang lain) atau untuk mengagungkan diri, (kamu lk) merupakan dlomir mukhottob, (kamu pr) merupakan dlomir mukhattabah (orang ke-2 pr), (kamu berdua) merupakan dlomir mukhottobain (orang ke-2 dua orang), (kamu semua lk) dlomir mukhottobuun (jamak, orang kedua jamak lk), (kamu semua pr) dlomir mukhottobaati (jamak pr), (dia lk) merupakan dlomir ghoib, (dia pr) merupakan dlomir ghaibah, (dia berdua) dlomir ghoibiin (orang ke-3 dua orang), (mereka lk) dlomir ghoibuun (orang ke-3 lelaki jamak), dlomir untuk orang ke-3 perempuan jamak.

isim alam (nama), isim alam itu sendiri bisa dibagi menjadi dua, yaitu yang menunjukkan kepada benda yang berakal ('aaqil) atau tidak berakal, contoh: (Zaid) merupakan isim alam 'aaqil, dan (Makkah) merupakan isim alam yang tidak berakal (benda mati).

Isim mubham yang bisa berupa isim isyaroh (kata tunjuk), seperti (ini (lk)), (ini pr.), (ini semua (jamak)) dan isim maushul (yang menjelaskan isim isyarah) seperti (...yang mana (lk)...), (..yang mana (pr)...), (..yang mana (jamak)...) seperti kalimat (telah datang seseorang yang mana ayahnya (orang itu) berdiri)

isim yang terdapat al- di awalnya, seperti dan

isim isim yang diidhafah-kan pada ke-4 tersebut. Contoh: (anakku (lk)), (anak laki laki Zaid), (anak lelaki ini), (seorang anak laki laki yang mana ayah (anak tersebut) berdiri), (putra seorang laki - laki)

, ,

adapun nakiroh (umum) adalah semua isim yang umum jenisnya, yang tidak tertentu/khusus pada sesuatu apapun yang lainnya. Secara sederhana setiap isim yang bisa dimasuki/ditambahkan alif-lam (AL) itulah isim nakiroh. Contoh kata dan (dalam kitab telah ditambahkan al- sehingga menjadi ma'rifat, karena kedudukannya sebagai contoh untuk penjelasan sebelumnya)

, , , , , , , , ,

, , , " , , , "

Bab 'Athof

Huruf 'athof (kata hubung) ada 10 yaitu: wawu / (dan ), fa'/ (maka/selanjutnya), dan (kemudian), (atau), (ataukah), (jika saja), (tetapi), (tidak/bukan), (tetapi), (sehingga) pada sebagian tempat.

Maka kamu 'athaf-kan (hubungkan suatu kata) pada kata yang marfu' (dirofa'kan) maka (kata tersebut) ikut dirofa'kan, jika kata tersebut manshub (dinashob) maka akan ikut dinashobkan, atau jika di khofad/jer maka ikut dijerkan, begitu juga jika dijazm maka kata yang dihubungkan ikut dijazem-kan. Contohnya, perkataanmu (telah datang Zaid dan 'Amar), (aku melihat Zaid dan 'Amar), (aku bertemu dengan Zaid dan 'Amar), (Zaid tidak berdiri dan tidak pula duduk).

Huruf 'athof menyambungkan 'athof dan athof 'alaih, huruf 'athof ada sepuluh yaitu: (dan), contoh: (Zaid dan Umar telah datang), kata adalah fi'il madli, kata adalah fa'il yang marfu' dengan tanda rofa' dlommah, adalah huruf 'athof, dan adalah ma'thuf (tersambung/terhubung) kepada kata , marfu' dengan tanda dlommah. Setiap ma'thuf i'rabnya mengikuti ma'thuf 'alaih, baik dalam rofa', nashob, khofad/jer maupun jazm.

(maka), contoh (telah datang Zaid selanjutnya (telah datang pula setelah zaid) umar), maka kata adalah ma'thuf (tersambung/terhubung) kepada kata , marfu' dengan tanda dlommah.

(kemudian), contoh: (telah datang Zaid kemudian (datang pula) 'Amar).

(atau), contoh: (talah datang Zaid atau Amr)

(ataukah), contoh:

(jika saja/baik ia), misalnya (QS. Muhammad:4) , kata ma'thuf pada kata , dan huruf 'athof menyabungkan/masuk pada kata . huruf 'athof menunjukkan pemilihan/pilihan dari dua hal atau pembagian. Menurut pengarang kita ini, kata adalah 'athifah yaitu lebih lemah, sedangkan kata/huruf athof lebih kuat/jelas.

(tetapi), contoh

(bukan/tidak), contoh

(tetapi), contoh

(hingga) dalam sebagian kalimat, yaitu jika kata yang disambungkan adalah bagian dari kata yang disambungi, misalnya (aku memakan ikan hingga kepalanya ), kata ma'thuf pada kata yang manshub dengan tanda nashob fathah, sedangkan adalah mudhof ilaih.

Contoh lainnya yang menunjukkan huruf 'athof menyabungkan dua fi'il misalnya: keduanga rofa'

(nashob)

(jazm)

" ".

, , , , , , , , , , ,

Bab Taukid (Kata untuk menegaskan/menguatkan)

Taukid mengikuti muakkad (yang dijelaskan/ditegaskan) dalam rofa', nashob, khofad/jer dan ma'rifatnya. Kata kata taukid dikenali dengan lafadz lafadz yang umum seperti: (dirinya sendiri), , dan , dan , yang mengikuti kata seperti , , seperti contoh ucapanmu: (Zaid berdiri seorang diri), (aku melihat sebuah kaum semuanya), (aku bertemu dengan sebuah kaum semua(penduduk)nya)

Taukid merupakan kata yang ditambahkan pada suatu kalimat yang berfungsi memberikan kepastian kejelasan dan untuk menghilangkan makna yang bersifat kemungkinan.Misalnya sebuah kata: (Zaid telah datang), mungkin saja kalimat tersebut hanya berupa perkiraan saja, yang sebenarnya adalah (telah datang bukunya Zaid), jadi bukan Zaid-nya yang datang tapi hanya bukunya, atau bisa jadi maksud kalimat pertama tersebut, yang datang adalah utusannya Zaid, dsb. Oleh karena itu ditambahkan taukid menjadi (telah datang Zaid, dirinya sendiri) untuk memperjelas bahwa yang benar benar datang adalah Zaid sendiri (bukan bukunya atau wakilnya). Contoh yang lain misalnya kata: (telah datang sebuah kaum), mungkin saja yang dimaksud hanya sebagian kaum saja yang datang, akan tetapi dengan penambahan lafadz taukid (telah datang seluruh kaum), menjadi jelas bahwa yang datang adalah semua anggota kaum.

Taukid mengikuti muakkad (yang ditegaskan) dalam rofa', nashob, khofad/jer dan ma'rifatnya. Contoh taukid yang mengikuti dalah hal:rofa' : , kata adalah fi'il madli, adalah fa'il sehingga marfu' dengan tanda rofa' dhommah (ingat: fa'il berupa isim mufrod, sehingga tanda rofa'nya dhommah ;)) , dan adalah taukid yang menjelaskan kata , sehingga ikut di rofa'kan dengan tanda rofa' dhommah (pada huruf sin)

nashob: (aku melihat Zaid dirinya sendiri)

khofad/jer: (aku bertemu Zaid dirinya sendiri)

ma'rifat, contohnya telah disebutkan pada ke-3 contoh di atas.

semua lafadz taukid pasti ma'rifat, sehingga tidak disebutkan taukid mengikuti muakkad dalam nakirohnya (dan jarang sekali taukid menjelaskan sesuatu yang nakiroh/tak tentu/indefinite), contoh kasus yang boleh (kalimat seperti ini tidak salah): (aku berpuasa sebulan penuh), tak tidak mengapa dalam kalimat ini tidak dijelaskan (nakiroh) bulan apa yang dimaksud oleh pembicara.

Lafadz lafadz taukid diantaranya: (diri), dengan makna dzat-nya yang disebutkan

(diri), maknanya juga menunjukkan dzat-nya yang dijelaskan (muakkad)

(tiap tiap, masing masing), misalnya: (telah datang seluruh kaum), maksudnya telah datang tiap orang dalam kaum tersebut (semuanya), adalah fa'il, adalah taukidnya, huruf ha' ( ) adalah mudlof ilaih dan mim () merupakan tanda jamak.

(yang bersamanya, semuanya), contoh: (telah datang kaum semuanya). adalah fa'il dan adalah taukid yang marfu'

kata kata yang mengikuti seperti , , ketiga kalimat ini bermakna sama dengan contohnya kalimat: , ,

, , , , " , , , ",

Bab Badal (Pengganti)Ketika dibadalkan (diganti) sebuah isim dari isim yang lain, atau sebuah fi'il dari fi'il, maka badal mengikuti yang dibadali (mubdal-minhu) pada semua jenis i'rab-nya.Badal ada empat macam, yaitu badal syai'-min-syai' ( ) ; badal ba'd min kull ( ), badal isytimal ( ), dan badal gholath ( ), contohnya seperti perkataanmu: (telah berdiri Zaid saudaramu), (aku telah memakan roti sepertiganya), (ilmu/pengetahuannya zaid bermanfaat bagiku), (aku melihat Zaid (eh maaf maksudku aku melihat) kuda), maksudnya anda ingin mengatakan bahwa aku melihat kuda tapi anda salah ucap (dengan mengatakan Zaid) kemudian anda menggantinya (membadal-nya) dengan kata Zaid.

Badal merupakan lafadz/kata mengikuti maksudnya mengikuti hukumnya yang kata tersebut langsung berada setelah mubdal minhu tanpa perantara/penengah diantara dua kata tersebut; contoh: (telah datang Zaid saudaramu), kata adalah fa'il marfu' dengan tanda rofa' dhommah, sedangkan badal dari , badal seperti ini disebut badal syai' min syai, tapi juga sering disebut dengan badal kul-min-kul ( ) atau badal muthobiq ( ); karena kata yang dimaksudkan kata yang kedua adalah keseluruhan kata yang pertamanya (misalnya pada contoh tersebut, memaksudkan keseluruhan diri ).

contoh badal isim dengan isim: (kata dan keduanya adalah isim)contoh badal fi'il dengan fi'il :

badal mengikuti keseluruhan i'rab mubdal minhu baik ketika rofa', nashob, khofad/jer maupun jazm.

Badal ada 4 macam:badal syai'-min-syai' (sesuatu dengan sesuatu) atau badal kull-min-kull (seluruhnya-dari-seluruhnya)atau badal muthoobiq, karena kata kedua merupakan keseluruhan dari kata yang pertama contoh: (telah datang Zaid saudaramu)

badal ba'd-min-kull (sebagian-dari-seluruh), yaitu kata kedua adalah bagian dari kata pertama contoh: (aku telah memakan roti sepertiganya) yaitu aku hanya memakan sepertiga dari roti itu.

Badal isytimal (penyerta, inklusi, memperjelas), yaitu ketika kata kedua adalah menjelaskan kata pertama secara maknawi bukan lafadz/juz-nya (dzahirnya), misalnya: (bermanfaat bagiku zaid, ilmunya), dalam hal ini bukan zaid secara langsung yang bermanfaat tapi ilmu (misalnya yang telah diajarkannya kepadaku) memberiku manfaat.

Badal gholath (salah), yaitu ketika kata pertamanya merupakan salah sebut kemudian digantikan dengan kata kedua, contoh: (aku menunggang Zaid (eh maksudku) kuda), maksudnya seseorang salah ucap ketika ingin mangatakan aku menunggang kuda, dengan mengatakan aku menunggang zaid, kemudian langsung di ganti dengan kata kuda.

, , , , , , , , , , , , :

Bab Isim Isim yang di nashobkanIsim isim yang dinashobkan ada 15, yaitu: maf'ul bih (obyek), mashdar, dzorof zaman (keterangan waktu), dzorof makan (keterangan tempat), haal (keterangan keadaan), tamyiz, mustatsnaa (pengejualian), isim dari , munadaa (kata seru), maf'ul min ajlihi/maf'ul li ajlihi, maf'ul ma'ahu, khobar bagi , isim , dan tabi' (yang mengikuti) i'rabnya pada kata yang dinashobkan, yang terdiri dari 4 jenis yaitu: na'at (kata sifat), 'athof (kata sambung), taukid (penekanan/penegasan) dan badal (kata pengganti).

Contoh isim isim yang dinashobkan yang berupa:maf'ul bih & maf'ul muthlaq: (aku memukul Zaid), merupakan fi'il-fa'il (fa'il berupa dlomir mutakallim), adalah maf'ul bih yang manshoh dengan tanda nashob fathah karena berupa isim mufrod.

Mashdar (pembendaan kata kerja/fi'il): (aku memukul sebuah pukulan)

dzorof zaman: (aku berpuasa pada suatu hari)

dzorof makan: (aku duduk di depan Ka'bah)

haal: (telah datang zaid dengan menunggang (suatu tunggangan)/bisa juga diartikan: dengan berkendara).

tamyiz: (dan kami jadikan bumi memancarkan mata air mata air: al-Qamar:12)

mustatsna: (telah datang sebuah kaum kecuali zaid)

isim dari misalnya (tidaklah anak lelaki seorang lelaki hadir {anak lelaki seseorang tidak hadir})

munadaa: (wahai anak lelaki zaid)

khobar misalnya (zaid sedang berdiri)

isim contoh (bahwasanya zaid berdiri)

maf'ul min ajlihi (maf'ul liajlihi): (Zaid telah datang untuk menghormati 'amr)

maf'ul ma'ahu : (aku berjalan sepanjang/bersamaan dengan aliran sungai nil), contoh lainnya: (zaid pergi/safar bersamaan dengan waktu shubuh)

kata kata yang i'robnya tabi' pada kata yang yang di nashob (na'at, 'athof, taukid, badal):na'at : (aku melihat zaid yang berakal)

'athof : (aku melihat zaid dan 'Amr)

taukid : (aku melihat zaid, dirinya sendiri)

badal : (aku melihat zaid saudaramu)

, , ,

,

,

, , , , , , , , , , , ,

, , , , , , , , , , , ,

Bab Maf'ul bih

maf'ul bih adalah isim yang manshub (dinashobkan), yang merupakan sasaran dari suatu perbuatan/fi'il. (Maf'ul bih adalah obyek/penderita dalam istilah bahasa indonesia). Contoh: (aku telah memukul zaid),dan (aku telah menunggang kuda).Ma'ul bih dibagi menjadi dua, yaitu maf'ul bih dzhohir dan mudlmar/dlomir.Maf'ul bih dzohir adalah sebagaimana yang telah disebutkan contohnya sebelumnya.Maf'ul bih dlomir dibagi menjadi dua yaitu dlomir muttasil dan dlomir munfasil.maf'ul bih mudlmar/dlomir muttasil ada 12, yaitu seperti kalimat:

(dia lk. telah memukulku)

(dia lk. telah memukul kami)

(dia lk. Telah memukulmu lk.)

(dia lk. telah memukulmu pr.)

(dia lk. Telah memukul kamu perdua)

(dia lk telah memukul kamu semua lk.)

(dia lk telah memukul kamu semua pr.)

(dia lk telah memukul dia lk. (lainnya))

(dia lk telah memukul dia pr.)

(dia lk telah memukul mereka berdua)

(dia lk telah memukul mereka semua lk)

(dia lk telah memukul mereka semua pr)

maf'ul bih dlomir munfasil juga ada 12 yaitu seperti contoh: (kepadaku, pengganti dlomir anaa, mutakallim wahdah)

(kepada kita)

(kepadamu)

(kepadamu pr)

(kepada kamu berdua)

(kepada kamu semua lk)

(kepada kamu semua pr)

(kepada dia lk)

(kepada dia pr)

(kepada dia berdua)

(kepada dia semua lk)

(kepada dia semua pr)

Mulai dari bab ini sampai beberapa bab kedepan merupakan pembahasan detail satu persatu (kecuali yang telah dijelaskan sebelumnya seperti khobar kaana wa-akhowatuha, dan isim-nya inna wa-akhowatuha dan juga tawabi' {na'at, athof, taukid dan badal}) dari isim isim yang mashub yang telah disebutkan sebelumnya di bab manshubaatul asmaa'.

Maf'ul secara lughowi (bahasa) berarti sesuatu (isim) yang menjadi sasaran dari suatu perbuatan (fi'il), baik perbuatan itu dilakukan oleh anggota tubuh (panca indra) seperti (aku memukul zaid) dimana fi'il merupakan tindakan yang dilakukan oleh tubuh dan dapat diindra, mapun fi'ilnya berupa tindakan maknawi seperti (aku sedang mempelajari sebuah permasalah) dimana fi'il/perbuatan merupakan tindakan yang tidak butuh gerak fisik, yaitu hanya maknawi.

Secara istilah maf'ul bih bermakna isim yang dinashobkan (manshub) yang menjadi sasaran/pendertia suatu perbuatan/fi'il (yang dilakukan oleh pelaku/fa'il). Contoh: (aku memukul zaid), maka kata adalah maf'ul bih dari

(aku menunggang seekor kuda), kata merupakan maf'ul bih

dari contoh tersebut terlihat, bahwa maf'ul bih bisa saja makhluk/benda berakal seperti Zaid (orang) ataupun tidak berakal seperti kuda.

Maf'ul dibagi menjadi dua, yaitu maf'ul bih dzohir dan mudlmar (dlomir) sebagaimana fa'il (yang juga ada yang dzohir dan mudlmar/dlomir). Dua contoh terdahulu merupakan contoh maf'ul bih dzhohir (jelas).Maf'ul bih mudlmar/dlomir dibagi menjadi dua, yaitu:muttasil, yaitu yang tidak didahului suatu kata sebelumnya dan juga tidak ada kata lain sesudahnya kecuali dalam bentuk ikhtiyari (pilihan), contohnya adalah huruf kaf ()/kamu pada kata (aku melihatmu) dan tidaklah tepat kalimat seperti: (ka didahului sesuatu kata yang lain illaa), akan tetapi ada pengecualian yaitu jika digunakan pada sebuah syair.

Munfasil, yaitu maf'ul bih dlomir yang berada pada awal kalimat, contoh: (hanya kepada-Mu kami menyembah) di dalam kalimat tersebut maf'ul disebutkan terlebih dahulu, dan berada setelah illaa dalam kalimat yang menunjukkan pilihan, contoh: (tidaklah kami menyembah kecuali hanya kepada-Mu)

(maf'ul bih) dlomir muttasil ada 12 yaitu seperti kalimat(contoh bentuk kalimat):

(dia lk. telah memukulku), merupakan fi'il madli, nun merupakan wiqoyah, dan ya merupakan dlomir mutakallim, dan sekaligus sebagai maful bih yang mabni sukun dengan menempati nashob.

(dia lk. telah memukul kami), kata merupakan dlomir mutakallim ma'a ghoir (kita) atau untuk pengagungan diri sendiri, mabni sukun, nashob karena kedudukannya sebagai maf'ul bih.

(dia lk. Telah memukulmu lk.), merupakan dlomir mukhattab (kata ganti orang kedua laki laki tunggal), mabni fathah, nashob karena kedudukannya sebagai maf'ul bih.

(dia lk. telah memukulmu pr.), merupakan dlomir mukhattabah (kata ganti orang kedua perempuan tunggal) mabni kasroh, manshub karena kedudukannya sebagai maf'ul bih.

(dia lk. Telah memukul kamu perdua), merupakan dlomir mukhattabin (orang kedua, dua orang) mabni dlommah, nashob karena kedudukannya sebagai maf'ul bih, sedangkan adalah huruf 'imad.

(dia lk telah memukul kamu semua lk.), merupakan dlomir jamak laki laki mukhattabin (orang kedua, laki laki, jamak) mabni dlommah, nashob karena kedudukannya sebagai maf'ul bih, sedangkan merupakan tanda jamak.

(dia lk telah memukul kamu semua pr.), merupakan dlomir jamak perempuan mukhattabaati (orang kedua, perempuan, jamak) mabni dlommah, nashob karena kedudukannya sebagai maf'ul bih, sedangkan merupakan tanda jamak perempuan.

(dia lk telah memukul dia lk. (lainnya)), merupakan dlomir mudzakkar ghoib (orang ketiga laki laki tunggal), mabni dhommah, nashob karena kedudukannya sebagai maf'ul bih.

(dia lk telah memukul dia pr.), adalah dlomir muannats ghaibah (kata ganti orang ketiga perempuan tunggal), mabni sukun, nashob : maf'ul bih.

(dia lk telah memukul mereka berdua), merupakan dlommir untuk orang ketiga berdua, mabni dhommah, nashob: maf'ul bih. Sedangkan mim adalah huruf 'imad.

(dia lk telah memukul mereka semua lk), merupakan kata ganti jamak orang ketiga laki laki , mabni dhommah, nashob karena maf'ul bih. Sedangkan mim adalah tanda jamak.

(dia lk telah memukul mereka semua pr), merupakan dlomir jamak muannats mabni dhommah, nashob karena kedudukannya sebagai maf'ul bih. Sedangkan nun adalah tanda jamak perempuan.

(maf'ul bih) dlomir munfasil juga ada 12 yaitu (seperti kalimat):

(kepadaku, pengganti dlomir anaa, mutakallim wahdah), misalnya dalam kalimat (tidaklah kamu memulyakan kecuali kepadaku), merupakan huruf untuk menafikan, : fi'il-fa'il, huruf istisna' untuk mengecualikan, dlomir munfasil nashob mabni sukun yang merupakan maf'ul bih dari , dan terakhir adalah huruf yang menunjukkan mutakallim (orang pertama/aku)

(kepada kita), mutakallim ma'al ghoir, atau muadzim nafsahu (pengagungan diri)

(kepadamu), menunjukkan mukhottob

(kepadamu pr), menjukkan mukhottobaah

(kepada kamu berdua), menunjukkan dua orang laki laki.

(kepada kamu semua lk), jamak laki laki.

(kepada kamu semua pr), jamak perempuan.

(kepada dia lk), mufrod mudzakkar ghaib (orang ketiga laki laki tunggal)

(kepada dia pr), orang ketiga perempuan tunggal

(kepada dia berdua), orang ketiga ganda (dua orang)

(kepada dia semua lk), orang ketiga laki laki, jamak

(kepada dia semua pr), orang ketiga, perempuan, jamak.

, ,

, ,

, ,

Bab MashdarMasdar adalah isim yang manshub (dinashobkan), yang datang pada nomor tiga dalam tashrif fi'il; contoh (kata adalah mashdarnya).Masdar dibagi menjadi dua, yaitu masdar lafdziy dan ma'nawiy, jika lafadz/kata mashdar bersesuaian dengan lafadz fi'ilnya maka disebut mashdar lafdziy, contoh: dan jika lafadz mashdarnya bersesuaian dengan fi'ilnya dalam maknanya saja (tidak dalam lafadznya) maka disebut mashdar maknawi, contohnya: (kata jalasa dan qa'ada memiliki makna yang sama yaitu duduk), (kata qaama dan waqafa sama yaitu berdiri), dan sebagainya.

Mashdar juga disebut dengan maf'ul muthlak ( ).Mashdar adalah isim yang keberadaannya pada urutan ketiga dari tashrif fi'il. Yang dimaksudkan tashrif (fi'il) adalah perubahan dari satu sighat kepada sighat yang lainnya; misalnya:

pada urutan kata tersebut, perubahan dari sighat madli (), kepada sighat mudlori' () dan yang ketiga berupa sighat mashdar (). kalimat seperti , maka adalah fail dan adalah maf'ul muthlaq dari yang manshub karena kedudukannya sebagai maf'ul atau juga bisa disebutkan manshub karena keberadaanya berupa mashdar dari .

mashdar ada dua jenis yaitu mashdar lafdziy jika fi'il dan mashdarnya homonim, dan mashdar ma'nawaiy jika mashdarnya berupa sinonim dari bentuk mashdar fi'ilnya. Misalnya kata memiliki arti yang sama dengan (bentuk madli dari ) yaitu duduk. Contoh lainnya dari mashdar maknawi seperti .

"" , , , , , , , , , , ,

"" , , , , , , , , , , , , ,

Bab dzorof zaman (keterangan waktu) dan dzorof makan (keterangan tempat)

Dzorof zaman adalah isim menunjukkan waktu yang manshub dengan perkiraan artinya (pada waktu/di), contoh: (di hari ini), (di malam hari), (pagi hari) , (waktu pagi), (waktu sahur), (besok), (waktu sore atau waktu isya'), (waktu pagi), (di malam hari/di sore hari), (selamanya), (selama), (kadang kadang) dan sebagainya.

Dan adapun dzorof makan adalah isim menunjukkan tempat yang manshub dengan perkiraan leneradaan , contoh: (di depan), (di belakang), (di depan), (di belakang), (di atas), (di bawah), (di sisi), (bersama), (di depan/di muka), (di dekat), (di depan), (disana), (disebelah), dan sebagainya.

Contoh dzorof zaman: pada kalimat (aku perpuasa (pada) hari senin), kalimat tersebut seakan seperti kalimat (dengan penambahan fii): . kata manshub karena merupakan dzorof zamaniyyah (keterangan waktu).

pada kalimat (aku beri'tikaf di malah hari), kata adalah dzorof zaman dari fi'il yang manshub.

pada kalimat (aku akan mengunjungimu di malamhari), adalah fi'il mudlori dengan fa'il (aku) yang mustatir.

pada kalimat

pada contoh kalimat (aku akan mendatangimu di waktu sahur)

pada kalimat

pada contoh kalimat

pada contoh kalimat

pada kalimat , dimana adalah huruf nafi (laa nafiyah), adalah fi'il mudlori dengan fa'il (aku) yang mustatir, manshub karena dzorof zaman dari

pada kalimat

pada kalimat , dimana adalah fi'il-fail (fa'il dlomir muttasil mutakallim wahdah), manshub disebabkan sebagai keterangan waktu (dzorof zaman),

dan lain lain ( , , dan sebagainya).

Contoh dzorof zaman: pada kalimat (aku duduk dihadapan guru), adalah fi'il-fa'il , adalah dzorof makan (keterangan tempat) dari sedangkan adalah mudlof ilaihi.

pada kalimat (aku duduk dibelakang dia)

semakna dengan

semakna dengan

pada kalimat (aku duduk di atas permukaan (lantai)), adalah dzorof makan oleh karena itu manshub, dan adalah mudlof ilaihi (majrur)

pada kalimat (aku duduk di bawah atap), dzorof makan (manshub) dan adalah mudlof ilaih (majrur).

pada contoh kalimat (aku duduk didekat zaid)

pada kalimat (aku berkendara bersama zaid)

dengan makna (berhadapan), misalnya: (aku duduk menghadap/berhadap hadapan dengan zaid )

memiliki makna tempat yang dekat (di dekat) seperti kalimat (aku duduk di dekat zaid)

semakna dengan (berhadapan), misalnya

adalah isim isyarah (kata tunjuk) dengan makna tempat yang dekat, misalnya kalimat (aku duduk disebelah sini), mabni sukun dengan menempati i'rab nashob karena dzorof makan.

adalah isim isyarah untuk tempat yang jauh, contoh: (aku duduk disana), kata mabni fathah manshub karena dzorof makan.

Dan sebagainya, seperti dan sebagainya.

, , " " " " " "

, ,

Bab Haal

Haal adalah isim yang manshub, menerangkan pada yang kalimat yang masih samar (maksudnya), contohnya perkataanmu: (zaid telah datang dengan berkendara), dan perkataanmu (aku menunggang kuda berpelana) , dan sebagainya.Dan sebuah haal pasti nakiroh, dan hanya jatuh setelah sebuah kalimat sempurna, dan shohibul haal (yang dijelaskan/diterangkan) pasti dalam bentuk ma'rifat.

Maksudnya Haal itu adalah isim yang manshub yang menafsirkan atau menghilangkan kesamaran dari shohibul hal; hal secara makna bisa jadi seperti sifat dari shohibul haal, untuk mempertegas dan membatasi maksut dari shohibul haal. Contoh: (telah datang zaid dengan berkendara), kata adalah fi'il madli, adalah fa'ilnya, sedangkan adalah haal dari fail untuk menjelaskan situasai yaitu untuk memperjelas bahwa kedatangan zaid adalah dengan berkendara (misalnya bukan dengan berjalan kaki); adapun contoh haal dari maf'ul misalnya (aku menunggang kuda yang berpelana); kata adalah maf'ul dari sedangkan adalah haal dari , yaitu hal dari maf'ul.

Haal bisa juga berupa jumlah (kalimat), misalnya: (telah datang Zaid ketika matahari mulai terbit/meninggi), dalam contoh ini, huruf wawu dalam kalimat tersebut disebut wawu haal (wawu yang digunakan untuk menghubungkan haal jumlah/haal dalam bentuk kalimat dengan shahibul haal); kalimat adalah mubtada-khobar (jumlah ismiyah) yang menjadi haal, yang menempati i'rab manshub.

Meski disebutkan bahwa haal pasti nakiroh, dan shohibul haal pasti ma'rifat, akan tetapi dalam kasus tertentu, hal ini bisa dilanggar.

, , " ", " " " " " " " " " " " "

,

Bab Tamyiz

Tamyis adalah isim yang manshub, yang menjelaskan pada kalimat yang belum jelas dzat-nya (masih samar). Contoh perkataaanmu: (Zaid mencucurkan keringat), (Bakr menurunkan lemaknya (menurunkan berat badannya)), (Muhammad baik dirinya/orangnya), (aku telah membeli 20 budak laki laki), (aku memiliki 90 ekor kambing), (ayahnya zaid lebih mulya darimu), (lebih tampan daripada kamu, wajahnya dia)

tamyiz pasti nakiroh, dan tamyiz jatuh setelah sebuah kalimat lengkap (susunannya sudah berupa kalam).

Tamyiz manshub, yang menjelaskan (menafsirkan) dzat suatu yang disebutkan di fi'il, tamyiz bisa juga berupa informasi hitungan, takaran, timbangan, ukuran luas, jumlah sesuatu, dsb. Contoh: (Zaid mencucurkan keringat), adalah fi'il madli, adalah fa'il-nya sedangkan adalah tamyiz yang menjelaskan (menjelaskan bahwa yang dicucrukan zaid adalah kringat), yang manshub dengan tanda nashob fathah.

(Bakr menurunkan lemaknya (menurunkan berat badannya)), adalah fi'il dan adalah fa'il sedangkan adalah tamyiz-nya yang nashob dengan tanda nashob fathah.

(Muhammad baik dirinya/orangnya), fi'il madli, fa'il dan adalah tamyiz yang manshub.

(aku telah membeli 20 budak laki laki), adalah fi'il-fa'il, adalah maf'ul yang manshub dengan tanda nashob ya' karena berupa jamak mudzakkar salim, sedangkan adalah tamyiz bagi , yaitu untuk menjelaskan bahwa yang duapuluh itu adalah jumlah budak laki laki.

(aku memiliki 90 ekor kambing), adalah fi'il-fa'il, adalah maf'ul bih, manshub dengan tanda nashob ya' (berupa jamak mudzakar salim), dan adakag tamyiz bagi , yaitu untuk menjelaskan apa yang berjumlah 90; yaitu kambing.

(ayahnya zaid lebih mulya darimu), (Zaid) adalah mubtada', (lebih mulya) adalah khobarnya, (daripada kamu) adalah jer-majrur, (ayahnya) merupakan tamyiz. Adapaun asalinya kalimat ini adalah (ayahnya zaid itu lebih mulya daripada kamu)

(lebih tampan daripada kamu, wajahnya dia), kata adalah ma'tuf untuk mengagungkan, menempati posisi khobar (seseorang, misalnya Zaid), jadi sebenarnya kalimat tersebut aslinya seperti ini: , dimana adalah mubtada' , adalah khobarnya, adalah jer-majrur yang bersambung dengan , dan adalah tamyiz yang menerangkan mubtada'. Kalimat ini ( ) aslinya berbentuk

Tamyiz sebagaimana Haal, tidak mungkin kecuali dalam bentuk nakiroh, dan tidaklah tamyiz berada kecuali setelah sebuah kalimat yang sempurna.

: , , , , , , ,

"" , " " " " , " " " " , " " " " " "

, , , ,

, , , , " , " " " " "

Bab Istitsnaa' (Pengecualian)

Huruf istitsnaa (kata kata untuk mengecualikan) ada 8 yaitu: (kecuali), (selain), (tetapi/selain), (tetapi/selain), (tetapi/selain.), (selain), dan (selain) serta (selain)

adapun kata yang bertemu/setelah istitsna itu dinashobkan jika kalimat sebelumnya adalah kalimat yang lengkap dan mujab. Contoh: (telah datang sebuah kaum kecuali zaid), (telah keluar manusia, kecuali 'amr), dan jika kalimatnya berupa kalimat sempurna yang dinafikan maka boleh menashobkannya karena istitsna ini atau juga tabi' (i'robnya mengikuti) pada badal-nya. Contoh: (tidaklah berdiri sebuah kaum kecuali zaid, (hanya zaid yang berdiri)), dan (maksudnya bisa juga nashob ). dan jika kalamnya adalah naqish maka i'robnya sesuai dengan amilnya, contoh: (tidak ada yang berdiri kecuali zaid), (tidak ada yang kupukul kecuali zaid), dan (tidaklah aku bertemu kecuali dengan zaid).

Dan mustatsna dengan , , , majrur (dijerkan) bukan lainnya (artinya i'rabnya hanya dijerkan saja, tidak ada i'rab yang lainnya)

dan mustatsnaa dengan ,, maka boleh nashob dan juga boleh jer, contoh: , (lafadz zaid bisa dibaca zaidan maupun zaidin), dan .

Istitsnaa, yaitu mengecualikan dengan menggunakan kata dan salah satu dari saudara saudaranya, yaitu: contoh: (telah berdiri sebuah kaum, kecuali Zaid), adalah fi'il dan fa'il, kata adalah huruf istitsna' (untuk mengecualikan) dan dinashobkan sebab adanya sebagai pengecualian atas informasi yang disampaikan pada kalimat sebelumnya.

contoh: , kata manshub karena istitsna' dan majrur karena mudlof ilaih.

, , , contoh seperti kalimat: , kata manshub karena istitsna, dengan tanda nashob fathah, sedangkan adalah mudlof ilaih sehingga majrur (dijerkan).

, , seperti kalimat (telah berdiri sebuah kaum kecuali zaid, dan kecuali 'Amar, dan kecuali Bakar).

Mustatsnaa dengan menggunakan , maka kata sesudahnya (mustatsna) dinashobkan ketika kalimat tersebut adalah kalimat yang sempurna, yang terdapat mustatsnaa (pengecualian) dan mustatsnaa minhu (yang dikecualikan atasnya, maksudnya yang bagiannya ada dikecualikan oleh mustatsna') -nya, serta mujab, atau juga disebut kalimat mutsbat yaitu tidak mengandung arti/kata penafian, pelarangan (nahi), atau pertanyaan (istifham).

Jika suatu kalimat memenuhi kriteria kalimat sempurna dan mujab, maka mustatsnaa dalam kalimat seperti ini ada dua jenis, yaitu istitsnaa' muttasil dan munqati'. Istitsna muttasil adalah jika mutsanna nya sejenis dengan mutsanna minhu-nya, misalnya kalimat , dalam kalimat ini mutsanna sejenis dengan mutsanna minhu yaitu sama sama manusia dan zaid adalah bagian dari kaum. Sedangkan istitsna munqati () jika mutsanna-nya tidak sejenis dengan mutsanna minhu-nya, misalnya (telah berdiri sebuah kaum kecuali keledai).

Akan tetapi jika sebuah kalimat tidak memenuhi kedua kriteria diatas, misalnya sebuah kalimat mengandung kata nafi, dan juga syibaih nafi seperti nahyi (pelarangan) dan istifham (pertanyaan), maka diperbolehkan untuk meng-i'rab nashob karena istitsna' atau tabi' karena badal (pengganti). Contoh: (tidaklah berdiri sebuah kaum kecuali zaid), dalam kalimat ini rofa' mengikuti mubdal minhu . dan bisa juga kalimat tersebut diucapkan dengan dengan menashobkan karena istitsna'.Contoh bentuk nahi (pelarangan): (janganlah berdiri seorangpun kecuali Zaid) dan bisa juga di nashobkan menjadi contoh dalam bentuk istifham (pertanyaan): (apakah telah berdiri sebuah kaum kecuali Zaid?) dengan marfu' atau juga bisa dalam bentuk nashob namun hal ini hanya berlaku jika berupa istitsna muttasil, sedangkan jika berupa istitsna munqati' maka harus manshub, jadi kalimat tidak boleh di baca rofa menjadi . inilah pendapat jumhur orang arab, akan tetapi orang arab Bani Tamim juga menggunakannya dalam bentuk badal.

Jika kalimatnya dalam bentuk naqish, yaitu dengan tidak disebutkannya mustatsnaa minhu, maka i'rab mustatsnaa mengikuti amil yang berada sebelumnya. Contoh: (tidak ada yang berdiri kecuali Zaid), adalah untuk me-nafi-kan, adalah fi'il madli, adalah huruf istitsna' namun dibatalkan (batal menashobkan) karena tidak adanya mustatsnaa minhu-nya; sedangkan adalah fa'il yang marfu',

dalam kalimat ini manshub karena kedudukannya sebagai maf'ul bukan karena adanya . tidak menyebabkan mutsanna dinashob karena tidak adanya mutsanna minhu-nya

kata majrur karena adanya huruf jer ba' sebelumnya (jer-majrur). tidak menyebabkan mutsanna dinashob karena tidak adanya mutsanna minhu-nya

adapun mustatsnaa dengan kata istitsna , , , menjarkan mutsannanya, hal ini karena mudlof ilaih, syarat mustatsna dengan menggunakan kalimat kalimat tersebut serupa dengan ketika menggunakan yaitu kalimatnya sempurna dan mujab. Contoh: namun jika kalimatnya mengandung penafian, penahian atau istifham (pertanyaan), maka i'rabnya adalah boleh tabi' karena badal, atau jer. misalnya: , kata sebagai mudlof, dan sebagai mudlof ilaih; atau bisa juga dalam bentuk rofa' karena badal: , dengan dirofa'kan dengan tanda rofa' dlommah, dengan catatan istitsna' nya adalah istitsna' muttasil bukan munqati'. Sedangkan jika istitsna'nya adalah munqati' maka tetap harus dalam bentuk nashob, contoh . Contoh serta aturan pada kata untuk istitsna juga berlaku untuk kata , ,

istitsna dengan menggunakan salah satu dari kata ,, maka boleh menashobkan mustatsnaa-nya maupun men-jer-kannya. Contoh: , kata dinashobkan karena istitsna, atau juga bisa dalam bentuk , kata dijerkan karena adanya yang juga merupakan huruf jer/khofad.

"" "" " "

"" "

"" , " "

Bab Laa

ketahuilah bahwa itu menashobkan isim nakiroh dengan tanpa tanwin katika bertemu dengan isim nakiroh dan tidak perlu mengulang - ulang, contoh: (tidak ada lelaki di kampung).Adapun jika tidak bertemu langsung dengan isim nakiroh maka wajib rofa' (isim tersebut) dan harus mengulang ulang , contoh: (tidak ada di kampung itu laki laki dan tidak ada (pula) perempuan).Sedangkan jika berulang (dan bertemu isim nakiroh), maka boleh mengamalkan fungsi (yaitu menashobkan isim nakiroh) atau membiarkannya (ilgha'). Jika kamu kehendaki bisa juga mengucapkan kalimat: (tidak seorang laki lakipun (ada) di desa, dan tidak (ada pula) perempuan).

nafiyah liljinsi (menafikan dengan kata sejenis) berfungsi layaknya inna wa akhwatuha, yaitu menashobkan isim dan merofa'kan khobar, hanya fungsi ini hanya berlaku pada isim nakiroh saja, tidak berlaku pada isim ma'rifat. Selain itu juga disyaratkan, bila bertemu dengan isim nakiroh, dalam kalimat tersebut tidak berulang ulang. Dan juga menjadi amil yang menashobkan pada kalimat mufrod (tunggal), mudlof dan syibaih mudlof (yang serupda dengan mudlof). Isim sendiri mabni fathah (selalu fathah).Contoh: (tidak ada lelaki di kampung), adalah laa nafiyah liljinsi, menashobkan isim dan merofa'kan khobar, adalah isim , mabni fathah yang manshub; dan adalah jer-majrur.Contoh yang masuk pada syibaih mudlof: , kata adalah laa nafiyah liljinsi, isimnya yang manshub dengan tanda nashob fathah dzohir (namun bukan mabni). mudlof ilahi majrur. Sedangkan adalah khobarnya yang majrur.

Namun, jika bertemu dengan isim selain nakiroh, maka wajib rofa' (isimnya) dan wajib mengulang ulang. Contoh: (tidak ada di kampung itu laki laki dan tidak ada (pula) perempuan), untuk nafiyah, namun amilnya terbatalkan (tidak lagi menashobkan) karena tidak bertemu dengan isim nakiroh. merupakan jer-majrur yang merupakan khobar yang terletak di awal (khobar muqaddam), adalah mubtada yang diakhirkan/diletakkan setelah khobar (mubtada' muakkhar), sedangkan isim ma'thuf (di-athofkan/disambungkan dengan wawu 'athof) kepada

Sedangkan jika berulang (dan bertemu isim nakiroh), maka boleh mengamalkan fungsi (yaitu menashobkan isim nakiroh) karena kata tersebut dianggap sebagai isimnya atau membiarkannya (ilgha') karena kata tersebut adalah mubtada'. Contoh, kita boleh mengucapkan dengan menashobkan keduanya; dan juga boleh mengatakan

yaitu merofa'kan keduanya karena mubtada'.

: , , , ,

, " " " "

Bab Munaada (kata seru)Munada (kata seru) itu ada 5 jenis: mufrad alam, nakiroh maqsudah, nakiroh ghoiru maqsudah, mudlof, dan syibaih mudlof.Adapun mufrod alam dan nakiroh maqsudah maka keduanya mabni dhommah dengan tanpa tanwin, contoh: (hai Zaid), dan (wahai lelaki), dan munadaa ketiga yang lainnya adalah manshub (menashobkan) bukan yang lainnya (pasti menashobkan).

Yang dimaksud dengan:mufrod alam: yaitu isim mufrod yang menunjukkan nama selain mudlof dan syibaih mudlof (serupa dengan mudlof), contoh: (Zaid), ('Amr) dan nama nama yang lainnya. Contoh dalam kalimat seruan (nida): (wahai Zaid)

Nakiroh maqsudah ( ): yaitu kata yang menunjukkan keumuman (isim nakiroh) tapi ditujukkan pada seseorang/sesuatu tertentu, misalnya: (seorang wanita), (seorang laki laki), contoh:

nakiroh ghairu maqsudah: menujukkan nakiroh tapi tidak ditunjukkan kepada seseorang tertentu (tidak dipastikan), misalnya kalimat yang diucapkan oleh seorang buta: (hai lelaki, peganglah tanganku) - {khudz = ambil}, maksudnya seseorang tersebut meminta orang lain, siapapun, untuk membantunya/menuntun atau memapah, dsb.

mudlof: kalimat majemuk, misalnya (wahai utusan Allah)

syibaih mudlof: yang serupa dengan mudlof, misalnya: (hai yang mulya akhlaqnya)

, , " " " "

Bab maf'ul liajlihi (maf'ul min ajlihi)maf'ul liajlihi adalah isim yang manshub (dinashobkan), yang disebutkan untuk menjelaskan sebab terjadinya perbuatan/kejadian (fi'il). Contohnya ucapanmu: (telah berdiri Zaid (sebab) untuk menghormati 'Amr), dan (maksudku menghadapmu adalah untuk mengharap kebaikanmu)

i'rab dari : , kata : fi'il dan fail, adalah maf'ul liajlihi yaitu disebutkan untuk menjelaskan sebab fi'il , manshub/dinashobkan.

, kata marupakan fi'il, fa'il dan maf'ul bihi; adalah maf'ul liajlihi; adalah mudlof.

, , " " " " "" , "" , , ; Bab maf'ul ma'ahu

maf'ul ma'ah adalah isim yang manshub, yang disebutkan untuk menjelaskan sesuatu yang bersamanya dilakukan suatu perbuatan (fi'il).Contoh: (telah datang amir (pemimpin) bersama dengan pasukan), dan (Air mengalir bersama dengan kayu)adapun khobar dan saudara saudaranya, serta isim dan saudara saudaranya, maka telah dijelaskan pada pembahasan terdahulu dalam bab marfu'at (al-asma)/isim isim yang dirofa'kan, dan begitu juga tentang tawabi'/tabi' (kata kata yang i'robnya mengikuti, seperti na'at, athof, badal, dan taukid); semuanya telah dijelaskan disana.

Maf'ul ma'ahu adalah isim yang dinashobkan yang merupakan penjelasan dzat (benda atau orang, dsb) yang juga sedang dikerjakan/terjadi bersamaan dengan fi'il/pekerjaan. Maf'ul ma'ahu bisa juga disebut objek penyerta. Maf'ul ma'hu jatuh setelah adanya wawu ma'iyah (wawu ini artinya bersama bukan dan sebagaimana wawu athof).contoh: (telah datang pemimpin bersama pasukan), kata adalah fi'il, sedangkan adalah fa'il sedangkan adalah wawu ma'iyah dan maf'ul ma'ah, yang manshub.

(Zaid telah pergi bersamaan dengan waktu shubuh), adalah fi'il madli, adalah fa'il sedangkan adalah wawu ma'iyah dan maf'ul ma'ahu yang manshub.

, ,

, , , , , , , , , , , , , , , .

, " " , ; " " , " " " " "

Bab isim isim yang dikhofad (di-jer) kan.

Isim isim yang dikhofad/dijer-kan itu ada 3 jenis yaitu dijerkan dengan huruf (harf jer), dijerkan karena idhofah, dan tabi' pada kata yang dijerkan.

Adapun isim yang dijerkan dengan huruf, adalah kata yang berada setelah kata , , , , , , ,, , , ,, , ,,

sedangkan kata yang dikhofad dengan idlofah contohnya adalah perkataanmu: (anaknya zaid), idhofah ada dua bagian, yaitu yang pertama dengan perkiraan keberadaan huruf lam (huruf jer = milik), dan yang kedua dengan perkiraan keberadaan huruf min (dari); adapun idhofah dengan perkiraan keberadaan huruf lam contohnya (anak laki - laki (milik) zaid), sedangkan idhofah yang bermakan perkiraan keberadaan min, contohnya (pakaian (yang terbuat dari) sutra), dan (pintu (yang terbuat dari) kayu jati) dan (cicin (yang terbuat dari) besi).

Contoh yang dijerkan dengan huruf jer: contoh:

contoh:

contoh:

contoh:

contoh:

contoh:

ba' () contoh:

kaf' () contoh:

lam () contoh:

wawu qasam () contoh:

ba' qasam contoh:

ta' qasam:

rubba ( ) contoh:

contoh:

contoh:

contoh yang dikhofad/dijerkan dengan mudlof/idlofah: dengan makna perkiraan adanya huruf lam, sehingga seakan - akan kalimat tersebut seperti

seakan akan ada min seperti

idlofah dengan perkiraan adanya min ini jika mudlof dan mudlof ilaih-nya adalah sejenis. Dan keberadaan min itu adalah untuk menjelaskan jenis dari mudlof-nya.

Sebenarnya ada lagi idlofah yang seakan terdapat fiiy di dalamnya, hal ini jika mudlof ilaihi adalah dzorof/keterangan dari mudlof, mudlof & mudlof ilaihinya tidak sejenis, misalnya ayat al-Qur'an surah al-Baqarah:226 { } dengan makna seperti