Tafsir Ayat Tentang Pendidik

download Tafsir Ayat Tentang Pendidik

of 16

Transcript of Tafsir Ayat Tentang Pendidik

TAFSIR AL QUR'AN SUBYEK PENDIDIKAN==========================================================================================================================================A.SUBYEK PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF TAFSIR SURAT AR-RAHMAN : 1 41).Surat Ar-Rahman : 1 4(4)(3)(2)(1)Artinya :(1)Allah yang maha pemurah.(2) Yang telah mengajarkan Al-Quran.(3) Dia menciptakan manusia.(4) Mengajarnya pandai berbicara.

2).Tafsir Surat Ar-Rahman : 1 4Ayat 1 dan 2 : Pada ayat ini Allah yang maha pemurah menyatakan bahwa Dia telah mengajar Muhammad Al-Quran dan Muhammad telah mengajarkan umatnya. Ayat ini turun sebagai bantahan bagi penduduk Makkah yang mengatakan Sesungguhnya Al-Quran itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad).An-nahl-103Oleh karena ayat ini mengungkapan beberapa nikmat Allah atas hambaNya, maka surat ini dimulai dengan menyebut nikmat yang paling besar faedahnya danpaling banyak manfaatnya bagihamba-Nya, yaitu nikmat mengajar Al-Quran. Maka manusia dengan mengikuti ajaran Al-Quran akan berbahagialah di dunia dan di akhirat dan dengan berpegang teguh pada petunjuk-petunjuk-Nya niscaya akan tercapailah tujuan di kedua tempat tersebut. Al-Quran adalah induk kitab-kitab samawi yang diturunkan kepada sebaik-baik makhluk Allah yang berada di bumi ini.Ayat 3 dan 4 : Dalam ayat ini Allah menyebutkan nimat kejadian manusia yang menjadi dasar semua persoalan dan pokok segala sesuatu. Sesudah Allah menyatakan nikmat mengajar Al-Quran pada ayat yang lalu, maka pada ayat ini Allah menciptakan jenis makhluk-Nya ini dan diajarkan-Nya pandai membicarakan tentang apa yang tergores dalam jiwanya dan apa yang terpikir oleh otaknya, kalaulah tidak mungkin tentu Muhammad tidak akan mengajarkan Al-Quran kepada umatnya.Manusia adalah makhluk yang berbudaya, tidak dapat hidup kecuali dengan berjamaah, maka haruslah ada alat komunikasi yang dapat menghubungkan antara dia dengan saudaranya yang menulis kepadanya dari penjuru dunia yang jauh dan dari benua-benua serta dapat memelihara ilmu-ilmu terdahulu untuk dimanfaatkan oleh orang-orang kemudian dan menambah kekurangan-kekurangan yang terdapat dari orang-orang terdahulu.Ini adalah suatu anugerah rohaniah yang sangat tinggi nilainya dan tidak ada bandingannya dalam hidup, dari itu nikmat ini didahulukan sebutannya dari nikmat-nikmat yang lain. Pertama-tama dimulai dengan sesuatu yang harus dipelajari, yaitu Al-Quran yang menjamin kebahagiaan, lalu diikuti dengan belajar kemudian ketiga cara dan metode belajar, dan seteusrnya berpindah kepada membacakan benda-benda angkasa yang diambi manfaat darinya.

3).Subjek Pendidikan Menurut Surat Ar-Rahman Ayat 1 4a.Ar-RahmanAr-Rahman adalah salah satu dari sekian banyak sifat Allah, yang mengandung makna pengasih kepada seluruh makhluknya didunia tanpa terkecuali, baik makhluk yang taat ataupun yang mengingkarinya, bahkan kepada iblispun Allah masih sayang. Ayat pertama ini kaitannya dengan pendidikan adalah seorang pendidik atau guru harus mempersiapkan dirinya dengan sifat rahman, yaitu mempunyai sifat pengasih kepada seluruh peserta didik atau murid tanpa pandang bulu, baik kepada murid yang pintar, bodoh, rajin, malas, baik ataupun nakal.Dan semua yang disebutkan di atas masuk dalam kategori kode etik yang harus dimiliki seorang pendidik. Menurut Al-Gazhali, ada 17 kode etik yang diperankan pendidikbeberapadiantaranya :1. Menerima segala problem peserta didik dengan hati dan sikap yang terbuka dan tabah2. Bersifat lemah lembut dalam menghadapi peserta didik yang tingkat IQ-nya rendah, serta membinanya sampai pada taraf maksimal,3. Meninggalkan sifat marah dalam menghadapi problem peserta didik,4. Memperbaiki sikap peserta didik, dan lemah lembut terhadap peserta didik yang kurang lancar berbicara,5. Meninggalkan sifat yang menakutkan bagi peserta didik, terutama pada peserta didik yang belum mengerti atau mengetahui,6. Berusaha memperhatikan pertanyaan-pertanyaan peserta didik walaupun pertanyaannya terkesan tidak bermutu atau tidak sesuai dengan masalah yang diajarkan.7. Menjadikan kebenaran sebagai acuan dalam proses pendidikan, walaupun kebenaran itu datangnya dari peserta didik,8. Menerima kebenaran yang diajukan peserta didik.Dalam diri seorang pendidik, terhimpun sifat-sifat baik yang sepatutnya dimiliki manusia. Sifat-sifat baik itu merupakan dasar sikap dan tingkah laku yang patut diteladani subyek (anak) didiknya sebagai orang-orang yang dipimpinnya. Karena sungguh, sebagai pemimpin maka Allah akan memintai pertanggung jawaban dari apa yang dipimpinnya, Rasulullah Saw bersabda : Artinya :Tiap-tiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawabannya.Ilmu yang ditransfer dan diterapkan dengan dasar kasih sayang akan besar efeknya kepada murid, terutama dalam penyerapan ilmu yang ditransfer dan diinternalisasikan.Dimulainya surah ini dengan kata ar-Rahman bertujuan mengundang rasa ingin tahu mereka dengan harapan akan tergugah untuk mengakui nikmat-nikmat dan beriman kepada Allah.

b.Allamal QuranAl-quran adalah kalamullah atau firman Allah, bukan ucapan Nabi atau manusia lainnya. Tidak ada sepatah katapun ucapan Nabi dalam Al-quran. Pada saat Al-quran diturunkan, Nabi melarang para sahabatnya untuk menghafal atau mencatat, apalagi mengumpulkan ucapannya. Beliau hanya menyuruh untuk menghafal dan mencatat Al-quran. Hal ini semata-mata untuk menjaga kemurnian firma Allah. Sedangkan Syekh Ali Ash-Shabuni mengatakan, Al-quran adalah kalam Allah yang mujiz, diturunkan kepada Nabi dan Rasul penghabisan dengan perantaraan Malaikat terpercaya, Jibril, tertulis dalam mushhaf yang dinukilkan kepada kita secara mutawatir, membacanya merupakan ibadah, yang dimulai dari surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas. Al-quran merupakan sumber utama dalam pendidikan islam. Menurut Drs. Ahmad D Marimba dalam bukunya Pengantar Filsafat Pendidikan Islam menuliskan : Apakah dasar pendidikan Islam? Singkat dan tegas ialah firman Allah dan sunnah Rasulullah. Kalau pendidikan diibaratkan bangunan, maka isi Al-quran dan hadislah yang menjadi fundamennya.Al-quran dijadikan sebagai sumber pendidikan Islam yang pertama dan utama karena Al-quran memiliki nilai absolut yang diturunkan dari Tuhan. Allah Swt menciptakan manusia dan Allah pula yang mendidik manusia, yang mana isi pendidikan itu telah termaktub dalam wahyu-wahyu Nya. Tidak satu persoalanpun, termasuk soal pendidikan, yang luput dari jangkauan Al-quran.Maka benarlah sabda Rasulullah Saw mengenai Al-quran, yang Artinya : Dari Ustman r.a, Rasulullah Saw bersabda, Sebaik-baik kamu adalah orang yang berlajar Al-quran dan mengajarkannyaAl-quran adalah inti agama. Menjaga dan menyebarkannya berarti menegakkan agama, sehingga sangat jelas keutamaan mempelajari dan mengajarkannya, walaupun bentuknya berbeda-beda. Yang paling sempurna adalah mempelajarinya, dan akan lebih sempurna lagi jika mengetahui maksud dan kandungannya. Karena begitu pentingnya kedudukan Al-quran, maka Allah Ar-Rahman langsung yang mengajarkan al-Quran kepada Nabi Muhammad.Mengajarkan Al-quran. Ini menunjukan bahwa seorang guru harus terlebih dahulu mempersiapkan Al-quran, dalam konteks ini Al-quran diterjemahkan dengan materi pelajaran. Sebelum guru berada dihadapan siswa, guru harus terlebih dahulu mempersiapkan dalam artian menguasai, memahami materi yang akan disampaikan kepada siswa, baik materi pokok yang merupakan keahliannya maupun materi penunjang diluar keahliannya. Guru yang hanya menguasai bahan pokok akan melahirkan kegiatan belajar mengajar yang kaku.c.Kholakol InsanManusia adalah makhluk yang mungkin, dapat dan harus dididik, sesuai dengan hakekatnya sebagai makhluk ciptaan Allah Swt, yang hidup sebagai satu diri (individu) dalam kebersamaan (sosialitas) dalam masyarakat, dan karena memiliki kemungkinan tumbuh dan berkembang, di dalam keterbatasannya sebagai manusia. Pendidikan menjadi keharusan bagi manusia, karena empat fakta yang dihadapinya dalam kehidupan. Manusia hanya akan menjadi manusia karena pendidikan. Mendidik berarti memanusiakan.Dalam pendidikan Islam, pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik (subyek didik), baik potensi efektif (rasa), kognitif (cipta), maupun psikomotorik (karsa). Pendidik berarti juga orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan kepada peserta didik dalam perkembangan jasmani dan ruhaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah dan khalifah Allah dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang mandiri.Khalakol Insan (Menciptakan Manusia). Menilik tujuan utama dari pendidikan adalah mencetak manusia yang sempurna, yang berilmu, berakhlak dan beradab. Tentu tidak ada manusia yang sempurna, namun berusaha menjadi manusia yang sempurana adalah suatu kewajiban. Seorang guru apapun materi yang ia ajarkan hendaknya mengarahkan siswanya menjadi manusia yang berilmu, beradab dan bermartabat yang berujung kepada ketaqwaan kepada Yang Maha Esa, seorang guru bukan hanya mengarahkan pada aspek prestasi saja. Menurut Imam Al-Ghazali, tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan, menyucikan, serta membimbing hati manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.d.Allamahul BayanAllamahul Bayan (mengajarnya pandai berbicara). Al-Hasan berkata: "Kata al-Bayan berarti berbicara. Karena siyaq berada dalam pengajaran Al-Quran oleh Allah Ta'ala yaitu cara membacanya. Dan hal itu berlangsung dengan cara memudahkan pengucapan artikulasi, serta memudahkan keluarnya huruf melalui jalannya masing-masing dari tenggorokan, lidah dan dua buah bibir sesuai dengan keragaman artikulasi dan jenis hurufnya.Ayat ini kaitannya dengan proses pendidikan adalah seorang guru apapun pelajaran yang disampaikan, sampaikanlah dengan sejelas-jelasnya, sampai pada tahap seorang siswa (subyek didik) benar-benar faham. AI-Bayan berarti jelas. Namun ia tidak terbatas pada ucapan, tetapi mencakup segala bentuk ekspresi, termasuk seni dan raut muka. Suatu hal yang juga sangat perlu diperhatikan oleh seorang pendidik (guru) dalam mengajar, membimbing, dan melatih muridnya adalah kebutuhan dan kode etik muridAl-Qussy Membagi kebutuhan manusia (subyek didik) dalam dua kebutuhan pokok, yaitu :a.Kebutuhan primer, yaitu kebutuhan jasmani seperti makan, minum, seks, dan sebagainya.b.Kebutuhan sekunder, yaitu kebutuhan ruhaniah.

Sedangkan Al-Ghazali merumuskan sebelas pokok kode etik peserta didik, diantaranya adalah :a.Belajar dengan niat ibadah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari peserta didik dituntut untuk selalu menyucikan jiwanya dari akhlak yang rendah dan watak yang tercela.b.Bersikap tawadhu (rendah hati) dengan cara meninggalkan kepentingan pribadi untuk kepentingan pendidiknya.c.Belajar ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu yang lainnya, sehingga peserta didik memiliki spesifikasi ilmu pengetahuan secara mendalam.d.Peserta didik harus tunduk pada nasihat pendidik sebagaimana tunduknya orang sakit terhadap dokter.

B.SUBYEK PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF TAFSIR SURAT AN-NAJM : 5-61).Surat An-Najm Ayat 5 6 (5) (6) Artinya :( 5 ) Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. ( 6 )Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli.

2).Tafsir Surat An-Najm : 5 6Setelah ayat lalu menjelaskan bahwa apa yang diucapkan Nabi Muhammad Saw. adalah wahyu, kini dijelaskan siapa yang menyampaikannya kepada beliau. Allah berfirman bahwa: Ia, yakni wahyu yang diterimanya itu, di ajarkan kepadanya, yakni kepada Nabi Muhammad Saw., oleh malaikat Jibril yang sangat kuat, pemilik potensi akliah yang sangat hebat; lalu dia, yakni malaikat Jibril itu, tampil sempurna dengan menampakkan rupa yang asli. Sedang dia, yakni Malaikat Jibril itu, berada di ufuk langit yang tinggi berhadapan dengan orang-orang yang menengadahkan kepadanya.Kata Allamahu atau yang diajarkan kepadanya bukan berarti bahwa wahyu tersebut bersumber dari malaikat Jibril. Seorang yang mengajar tidak mutlak mengajarkan sesuatu yang bersumber dari sang pengajar.Kata mirrah terambil dari kalimat amrartu al-habla yang berarti melilitkan tali guna menguatkan sesuatu. Kata dzu mirrah digunakan untuk menggambarkan kekuatan nalar dan tingginya kemampuan seseorang. Al-Biqai memahaminya dalam arti ketegasan dan kekuatan yang luar biasa untuk melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya tanpa sedikit pun mengarah kepada tugas selainnya disertai dengan penuh keikhlasan. Ada juga yang memahaminya dalam arti kekuatan fisik, akal dan nalar. Penjelasan lain dari kata Dzu mirrah adalah yang mempunyai kecerdasan akal. Sifat Jibril yang pertama menggambarkan tentang betapa kuat pikiran dan betapa nyata pengaruh-pengaruhnya yang mengagumkan. Kesimpulannya, bahwa Jibril memiliki kekuatan-kekuatan pikiran,dan kekuatan-kekuatan tubuh. Sebagaimana telah diriwayatkan bahwa ia pernah mencukil kaum luth dari laut hitam yang waktu itu berada dibawah tanah, lalu memanggulnya pada kedua sayap dan diangkatnya dari negeri itu ke langit, kemudian dibalikkan. Pernah pula ia berteriak kepada kaum Tsamud, sehingga mereka meti semua.Ayat tersebut merupakan jawaban dari perkataan mereka yang mengatakan bahwa Muhammad itu hanyalah tukang dongeng yang mendongengkan dongeng-dongengan(legenda-legenda orang terdahulu).Penjelasan lain tentang wahyu yang diterima nabi Muhammad Saw.adalah bahwasannya yang mengajarkan wahyu itu kepada beliau adalah makhluk yang sangat kuat. Ibnu katsir dalam tafsirnya bahwa yang dimaksud dengan yang sangat kuat itu adalah malaikat Jibril.Yang mempunyai keteguhan(pangkal ayat 6), Mujahid, Al-Hasan dan Ibnu Zaid memberi arti: yang mempunyai keteguhan. Ibnu Abbas memberi arti: yang mempunyai rupa yang elok. Qatadah memberi arti: yang mempunyai bentuk badan yang tinggi bagus. Ibnu katsir ketika memberi arti berkata: tidak ada perbedaan dalam arti yang dikemukakan itu. Karena malaikat Jibril itu memeng bagus dipandang mata dan mempunyai kekuatan luar biasa. Lanjutan ayat ialah: fastawa, yang artinya: yang menampakkan diri yang asli.(ujung ayat 6)Menurut riwayat dari Ibnu Abi Hatim yang diterimanya dari Abdullah bin Masud, bahwasannya raulullah itu melihat rupanya yang asli itu dua kali. Yang pertama adalah ketika Rasulullah Saw.meminta kepada Jibril supaya sudi memperlihatkan diri menurut rupanya yang asli. Lalu kelihatanlah dia dalam keasliannya itu memenuhi ufuk. Yang kedua adalah ketika dia memperlihatkan diri dalam keadaannya yang asli itu, ketia Jibril akan menemani beliau pergi Isra dan Miraj. Dalam pernyataan diri dari keasliannya itu, Nabi melihatnya dengan sayap yang sangat banyak, yakni 600 sayap.Kaitannya dengan judul makalah kami yakni subyek pendidikan, yang dimaksud pengajar atau yang menjadi subyek disini adalah Malaikat Jibril, bukan berarti bahwa wahyu tersebut bersumber dari Malaikat Jibril. Seseorang yang mengajar tidak mutlak mengajarkan sesuatu yang bersumber dari sang pengajar. Bukankah kita mengajar seorang anak membaca, padahal bacaan itu juga bukan merupakan karya kita? Menyampaikan sesuatu secara baik dan benar adalahsatu bentuk pengajaran. Malaikat menerima wahu dari Allah dengan tugas menyampaikannya secara baik dan benar kepada Nabi Muhammad Saw., dan itulah yang dimaksud pengajaran disini.Sedangkan jika dikaitkan dengan pengajar atau pendidik yakni seorang guru, maka dapat di ambil beberapa kriteria guru yakni diantaranya adalah seorang guru itu harus mempunyai kekuatan, baik kekuatan secara jasmani maupun rohani. Kekuatan jasmani yakni berupa totalitas dalam mengajar, penampilan dan perilaku yang baik,karena perilaku kita akan dijadikan cerminan oleh murid-murid kita.Sedangkan yang dimaksud dengan kekuatan rohani yakni cerdas aqliyah maupun filiyah, kesungguhan dalam menyampaikan mata pelajaran kepada anak didik, serta kesabaran dalam mendidik dan menanamkan akhlakul karimah kepada peserta didik.

C.SUBYEK PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIFTAFSIR SURAT AN-NAHL: 43-441).SURAT AN-NAHL : 43-44

(43) (44)Artinya :(43)Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,( 44 )keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al Qur'an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.

2).PENJELASAN TAFSIRAYAT

= Tidakkah Kami mengutus para rasul sebelummu kepada umat-umat untuk mengajak mereka agar mentauhidkan Aku dan melaksanakan perintah-Ku, kecuali mereka itu adalah laki-laki dari Bani Adam yang Kami wahyukan kepada mereka, bukan para malaikat. Ayat ini menguraikan kesesatan pandangan mereka menyangkut kerasulan Nabi Muhammad SAW. Dalam penolakan itu mereka selalu berkata bahwa manusia tidak wajar menjadi utusan Allah, atau paling tidak dia harus disertai oleh malaikat.Allah SWT menyatakan bahwa Dia tidak mengutus Rasul sebelum diutusnya Nabi Muhammad saw terkecuali laki-laki yang diutusnya itu diberi wahyu. Ayat ini menggambarkan bahwa Rasul-rasul yang diutus untuk menyampaikan wahyu hanyalah laki-laki dari keturunan Adam as sehingga Muhammad saw diutus untuk membimbing umatnya agar mereka itu beragama tauhid dan mengikuti bimbingan wahyu. Maka yang pantas diutus ialah Rasul-rasul dari jenis mereka dan berbahasa seperti mereka. Pada saatRasulullah saw diutus orang-orang Arab menyangkalbahwa Allah tidak mungkin mengutus utusan yang berasal dari manusia seperti mereka, seperti disebutkan dalam firman Allah SWT:

Dan mereka berkata: "Mengapa Rasul ini memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar?. Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang malaikat agar malaikat itu memberikan peringatan bersama-sama dengan dia?". (Q.S Al Furqan: 7)

Dan firman-Nya:

Artinya :Patutkah menjadi keheranan bagi manusia, bahwa kami mewahyukan kepada seorang laki-laki di antara mereka: "Berilah peringatan kepada manusia dan gembirakanlah orang-orang beriman bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan mereka". Orang-orang kafir berkata: "Sesungguhnya orang ini (Muhammad) benar-benar tukang sihir yang nyata". (Q.S Yunus: 2)

Mengenai penolakan orang-orang Arab pada kerisalahan Muhammad karena ia seorang manusia biasa, dapatlah diikuti sebuah riwayat dari Adh-Dhahhak yang disandarkan kepada Ibnu Abbas bahwa setelah Muhammad saw diangkat menjadi utusan, orang Arablah yang mengingkari kenabiannya, mereka berkata: "Allah SWT lebih Agung bila Rasul Nya itu bukan manusia. Kemudian turun ayat-ayat surah Yunus.

= Maka tanyakanlah kepada ahli kitab dahulu diantara orang-orang Yahudi dan Nasrani, apakah para utusan yang diutus kepada mereka itu manusia ataukah malaikat? Jika mereka itu malaikat silakan kalian ingkari Muhammad SAW tetapi jika mereka itu manusia, jangan kalian ingkari dia.Sesudah itu Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang musyrik agar bertanya kepada orang-orang Ahli Kitab sebelum kedatangan Muhammad saw, baik kepada orang-orang Yahudi ataupun kepada orang-orang Nasrani. (Ahli dzikri): Ahli kitab yaitu orang-orang Yahudi dan Nasrani yang telah menerima kitab-kitab dan ajaran dari Nabi-nabi terdahulu. Di sini tersebut Ahlu-Dzikr, orang yang ahli peringatan, atau orang yang berpengetahuan lebih luas. Arti umum ayat menyuruhkan orang yang tidak tahu bertanya kepada yang lebih tahu, karena ilmu pengetahuan itu adalah umum sifatnya, berfaedah mencari kebenaran. Menurut yang diriwayatkan oleh Mujahid dari Ibnu Abbas bahwa ahlu-dzikri di sini maksudnya ialah Ahlul-kitab. Sebelum ahlu kitab ini dipengaruhi oleh nafsu ingin menang sendiri, mereka akan mengakui bahwa Nabi-nabi dan Rasul-rasul yang terdahulu itu semuanya adalah manusia belaka, manusia pilihan yang diberi wahyu oleh Allah.Apakah di dalam kitab-kitab mereka itu disebutkan suatu keterangan bahwa Allah pernah mengutus malaikat kepada mereka. Maka kalau disebutkan di dalam kitab mereka itu bahwa Allah pernah menurunkan malaikat sebagai utusan Allah bolehlah mereka itu mengingkari kerisalahan Muhammad. Akan tetapi apabila yang disebutkan di dalam kitab mereka Allah hanya mengirim utusan kepada mereka manusia yang sejenis dengan mereka maka tidak benarlah apabila orang-orang musyrik itu mengingkari kerisalahan Muhammad saw.Dengan ayat ini kita mendapat pengertian bahwasannya kita boleh menuntut ilmu kepada ahlinya, dimana saja dan siapa saja, sebab yang kita cari ialah kebenaran.

= keterangan-keterangan dan zubur, para rasul yang diutus sebelum itu semua membawa keterangan-keterangan yakni mukjizat-mukjizat nyata yang membuktikan kebenaran mereka sebagai rasul dan sebagian pembawa pula zubur yakni kitab-kitab yang mengandung ketetapan-ketetapan hukum dan nasihat-nasihat yang seharusnya menyentuh hati. Kata Zubur yakni tulisan, yang dimaksud disini adalah Taurat, Injil, Zabur dan Shuhuf Ibrahim as. Allah SWT menjelaskan bahwa rasul-rasul itu diutus dengan membawa keterangan-keterangan yang membuktikan kebenarannya, yaitu mukjizat dan kita-kitab. Yang dimaksud dengan keterangan di dalam ayat ini ialah dalil-dalil yang membukakan kebenaran kerisalahannya dan di maksud dengan Az Zabur ialah kitab yang mengandung tuntunan hidup dan tata hukum yang diberikan oleh Allah kepada hamba Nya.

= dan Kami turunkan padamu adz-dzikr agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka. Kata adz-dzikr disini adalah al Quran, dari segi bahasa adalah antonim kata lupa. Al Quran dinamai demekian karena ayat-ayatnya berfungsi mengingatkan manusia. Dan Allah SWT menerangkan pula bahwa Dia telah menurunkan al-Quran kepada Nabi Muhammad saw, agar beliau memberikan penjelasan kepada manusia apa saja yang telah diturunkan kepada mereka , yaitu perintah-perintah, larangan-larangan, aturan-aturan hidup lainnya yang harus mereka perhatikan, dan kisah-kisah umat-umat terdahulu agar supaya dijadikan suri tauladandalam menempuh kehidupan di dunia.

Pengulangan kata turun dua kali yaknidan mengisyaratkan perbedaan penurunan yang dimaksud, yang pertama adalah penurunan al Quran kepada Nabi Muhammad yang bersifat langsung dari Allah dan dengan redaksi pilihan-Nya sendiri. Sedang yang kedua adalah ditujukan kepada manusia seluruhnya. Juga agar Nabi saw menjelaskan kepada mereka hal-hal yang mereka anggap, yaitu menjelaskan hukum-hukum yang terkandung dalam Al-Quranserta memerinci kandungannya yang bersifat global sesuai dengan kemampuan berpikir dan kepahaman mereka terhadap tujuan-tujuan pembentukan syariat. = Supaya mereka berfikir, yakni agar mereka berfikir dan tidak mengikuti jejak para pendusta terdahulu sehingga mereka tidak ditimpa azab seperti yang telah ditimpakan kepada mereka. Allah tidak membinasakan mereka dengan azab yang cepat, akan tetapi dengan keadaan yang menakutkan seperti angin kencang, petir dan gempa. Disini terdapat penangguhan waktu yang mungkin didalamnya terdapat pengabaian, ini adalah salah satu dampak rahmat Allah terhadap hamba-Nya.Di akhir ayat Allah SWT menandaskan agar mereka suka memikirkan kandungan isi Al-Quran dengan pemikiran yang jernih baik terhadap prinsip-perinsip hidup yang terkandung di dalamnya, tata aturan yang termuat di dalamnya serta tamsil ibarat yang ada di dalam ayat-ayatnya, agar mereka itu memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat.

D. SUBYEK PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIFTAFSIR SURAT AL-KAHFI AYAT 66 TENTANG SUBYEK PENDIDIKAN

1).SURAT AN-KAHFI AYAT 66

(66)

Artinya: " Musa berkata kepadanya, "Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?". (QS al-Kahfi:66).

2). PENJELASAN TAFSIRAYAT

Dalam buku tafsir yang dikarang oleh Tim penafsir UII Yogyakarta, ayat ini menyatakan bahwa maksud Nabi Musa as datang kepada al-Khidir, yaitu untuk berguru kepadanya. Nabi Musa as memberi salam kepada al-Khidir seraya berkata, "Saya adalah Musa". Al-Khidir bertanya kepadanya (Nabi Musa as), "Musa dari Bani Isra'il?". Musa menjawab, "Ya benar!". Maka al-Khidir memberi hormat kepadanya seraya berkata, "Apa keperluannmu datang kemari?". Nabi Musa as menjawab, bahwa beliau datang kepadanya supaya diperkenankan mengikutinya dengan maksud supaya al-Khidir mau mengajarkan kepadanya sebagian ilmu yang telah Allah ajarkan kepada al-Khidir itu, yaitu ilmu yang bermanfaat dan amal yang shaleh.Dalam ayat ini Allah menggambarkan secara jelas sikap Nabi Musa as sebagai calon murid kepada calon gurunya dengan mengajukan permintaan berupa bentuk pertanyaan, itu berarti Nabi Musa as sangat menjaga kesopanan dan merendahkan hati. Beliau menempatkan dirinya seorang yang bodoh dan mohon diperkenankan mengikutinya supaya al-Khidir sudi mengajarkan sebagian ilmu yang telah Allah berikan kepadanya.Sedangkan di dalam tafsir al-Mishbah karangan Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab dijelaskan bahwa ucapan Nabi Musa as terhadap al-Khidir tersebut sangat halus. Beliau tidak menuntut untuk diajar tetapi permintaannya diajukan dalam bentuk pertanyaan, "Bolehkah aku mengikutimu?". Selanjutnya, beliau menamai pengajaran yang diharapkannya itu sebagai ikutan, yakni beliau menjadikan diri beliau sebagai pengikut dan pelajar. Beliau juga menggarisbawahi kegunaan pengajaran itu untuk dirinya secara pribadi, yakni untuk menjadi petunjuk baginya. Di sisi lain, beliau mengisyaratkan keluasan ilmu hamba yang shaleh itu sehingga Nabi Musa as mengharap kiranya dia mengajarkan sebagian dari apa yang telah diajarkan kepadanya. Dalam konteks itu Nabi Musa as tidak menyatakan "apa yang engkau ketahui wahai hamba Allah" karena beliau sepenuhnya beliau sadar bahwa ilmu pastilah bersumber dari satu sumber, yakni dari Allah Yang Maha Mengetahui. Memang, Nabi Musa as dalam ucapannya itu tidak menyebut nama Allah sebagai sumber pengajaran karena hal tersebut telah merupakan aksioma bagi manusia beriman. Di sisi lain, di sini kita menemukan hamba yang shaleh itu juga penuh dengan tata karma. Beliau tidak langsung menolak permintaan Nabi Musa as, tetapi menyampaikan penilaiannya bahwa nabi agung itu tidak akan bersabar mengikutinya sambil menyampaikan alas an yang sungguh logis dan tidak menyinggung perasaan tentang ketidaksabaran tersebut.

PenjelasanAgama Islam yang dibawakan oleh Nabi Muhammad SAW tidak lain adalah sebagai rahmatan li al-'Alamin (rahmatan bagi seluruh alam) dan diutusnya Nabi Muhammad SAW adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Dengan demikian tentunya agama Islam sangat memperhatikan aspek akhlak di mana pun, kapan pun, dan bagaimana pun, baik itu pada aspek ekonomi, politik, sosial, budaya, pendidikan, dan aspek lainnya. Namun, yang akan saya paparkan dalam makalah ini adalah betapa pentingnya memperhatikan etika-etika yang baik dalam aspek pendidikan. Pendidikan secara umum adalah sebuah proses transfer ilmu dari satu pihak ke pihak lain atau dari generasi yang satu ke generasi yang lain secara bertahap yang memiliki tujuan yang absah dan bernilai. Tujuan dasar pendidikan itu sendiri adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri seorang murid. Sedangkan tujuan akhirnya adalah menghambakan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa agar bahagia di dunia dan di akhirat. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah proses transfer ilmu (ajaran Islam) dari satu pihak ke pihak lain atau dari satu generasi ke generasi lain yang memiliki tujuan dasar yaitu perubahan tingkah laku pada diri seorang murid dan memiliki tujuan akhir, yakni menghambakan diri kepada Allah SWT untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.Kembali ke pokok bahasan ayat ini, penafsiran ayat di atas kurang lebihnya dapat dijelaskan, di antaranya adalah mengenai etika interaksi seorang pendidik dengan anak didiknya. Pendidik dan anak didik adalah komponen dasar dari sebuah pendidikan karena sangatlah mustahil pendidikan akan terjadi apabila salah satu dari komponen dasar tersebut tidak ada.Pendidik dan anak didik keduanya memiliki tugas atau kewajibannya masing-masing. Seorang pendidik berkewajiban untuk mengajarkan ilmunya kepada anak didik, sedangkan anak didik berkewajiban menuntut ilmu dari seorang pendidik. Karena peran seorang pendidik sangat besar terhadap anak didiknya, maka seorang anak didik harus menghormatinya.Dari sinilah terlihat bahwa penghoramatan terhadap seorang pendidik termasuk bagian dari aspek akhlak (etika). Penghoramatan seorang anak didik terhadap seorang pendidiknya telah dicontohkan oleh Nabi Musa as terhadap al- Khidir. Di antara bentuk-bentuk penghormatan Nabi Musa as terhadap al- Khidir adalah berbicara dengan lemah lembut, tidak banyak bicara, dan menganggap al-Khidir lebih tahu daripada dirinya.Dari gambaran kisah tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa ada beberapa bentuk penghoramatan seorang anak didik terhadap seorang pendidiknya yang harus diperhatikan dan diterapkan oleh seorang anak didik, sebagaimana yang terdapat dalam kitab Ta'lim Muta'alim karangan Syaikh Ibrahim bin Ismail, di antaranya adalah:1. Jangan berjalan di muka seorang pendidik2. Jangan menduduki tempat duduk seorang pendidik3. Jangan mendahului bicara di hadapan gurunya kecuali dengan izinnya4. Jangan banyak bicara di hadapan guru5. Jangan bertanya sesuatu yang membosankannya6. Jika berkunjung pada guru harus menjaga waktu, dan jika guru belum keluar maka jangan mengetuk-ngetuk pintu, tapi bersabarlah hingga guru itu keluar7. Selalu memohon keridhaannya8. Menjauhi hal-hal yang menimbulkan kemarahan guru9. Melaksanakan perintah guru asal bukan perintah maksiat10. Menghormati dan memuliakan anak-anak, famili dan kerabat gurunyaSelain itu intisari dari ayat tersebut di antaranya adalah bahwa seorang murid harus mempunyai tekad yang tinggi dan bersungguh-sungguh terhadap apa yang akan dipelajarinya, mengapa demikian? Karena dengan tekad yang tinggi dan usaha yang sungguh-sungguh maka apa yang ia cita-citakan akan tercapai seperti apa yang telah diucapkan oleh para 'Ulama, "Barangsiapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil".Seorang pendidik hendaknya menuntun anak didiknya dan memberi tahu kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi dalam menuntut ilmu, dan mengarahkannya untuk tidak mempelajari sesuatu jika sang pendidik mengetahui bahwa potensi anak didiknya tidak sesuai dengan bidang ilmu yang akan dipelajarinya. Di sinilah peran guru sangat penting sebagai penuntun bagi anak didiknya dan sebagai teladan bagi anak didiknya karena tujuan dasar dari pendidikan, yakni perubahan tingkah laku anak didik, salah satunya adalah tergantung dari pendidiknya. Jika pendidiknya memberikan teladan yang baik maka anak didiknya akan mengikutinya, begitu juga sebaliknya jika pendidiknya memberikan teladan yang tidak baik maka anak didiknya akan mengikutinya. Perlu dijelaskan kembali bahwa seorang pendidik tidak hanya memberikan teladan yang baik bagi anak didiknya saja melainkan menuntun anak didiknya. Dalam hal ini seorang tokoh pendidikan Indonesia yang juga disebut sebagai "Bapak Pendidikan" Indonesia Ki Hajar Dewantara berkata dalam sebuah ungkapannya yang terkenal:Ing Ngarso Sung TulodoIng Madyo Mangun KarsoTut Wuri HandayaniDi depan harus memberikan teladan yang baik, di tengah harus membangun semangat yang tinggi, dan di belakang harus menuntun ke arah yang baik. Begitu kiranya arti dari ungkapan Ki Hajar Dewantara tersebut untuk dapat diterapkan oleh seorang pendidik.Begitu juga keinginan menuntut ilmu timbul bukan atas tuntutan orang lain termasuk tuntutan dari seorang guru akan tetapi timbul atas tuntutan pribadi karena hal ini akan memupuk sikap bertanggungjawab atas dirinya sendiri, hal ini telah dicontohkan oleh Nabi Musa as seperti yang telah disebutkan di atas.Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan dikenai taklif yang menuntutnya untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah ia kerjakan selama hidup di dunia, maka orientasi dari pendidikan itu adalah mencetak manusia yang bertanggungjawab secara individual maupun secara sosial.

PELAJARAN AYAT DAN KAITANNYA DENGAN SUBYEKPENDIDIKANPelajaran yang terkandung dalam dua ayat di atas, antara lain :a. Wajib bertanya kepada orang yang berilmu bagi orang yang tidak tahu tentang urusanagamanya, baik itu masalah akidah, ibadah, maupun hukum.b. As-Sunnah merupakan kebutuhan mutlak, karena as-Sunnah menjelaskan secara rinci kandungan al-Quran yang bersifat global dan menjelaskan makna-maknanya.

Kaitannya dengan subyek pendidikan adalah bahwa orang-orang yang berilmu dan Rasulullah saw adalah sebagai pelaku pendidikan. Orang-orang yang berilmu harus menjawab pertanyaan orang-orang yang bertanya tentang urusan agamanya, baik dalam masalah akidah, ibadah maupun masalah hukum. Juga Rasulullah saw menjelaskan secara rinci kandungan al-Quran yang bersifat global, dan menerangkan makna-maknanya.Dalam proses pendidikan diperlukan subyek atau pelaku pendidikan, subyek ini bisa berupa pendidik (yang memberikan pengajaran atau pendidikan) dan peserta didik (yang mendapat pengajaran atau pendidikan). Seperti terdapat dalam ayat diatas, Nabi Muhammad mendapat pelajaran dari Allah dan menyampaikan kepada umatnya, dalam hal ini posisi Nabi Muhammad sebagai peserta didik dan juga sebagai pendidik karena Nabi menerima pelajaran sekaligus juga menyampaikan dan mengajarkannya kepada umatnya. Selain itu kita juga diperintahkan untuk bertanya kepada orang lain tentang sesuatu yang belum diketahui, walaupun orang tersebut tidak beragama Islam selama itu dilakukan demi kebenaran.Pendidik dan peserta didik sangat erat hubungannya, karena tanpa salah satu dari mereka maka proses pendidikan tidak akan berjalan. Dengan adanya proses pendidikan diharapkan siswa menangkap materi yang disampaikan oleh pendidik dengan baik dan mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan dalam kesehariannya.

Untuk menjadi seorang pendidik yang baik maka harus mempunyai sifat-sifat seperti : Kasih sayang kepada peserta didik, lemah lembut, rendah hati, adil, konsekuen, perkataan sesuai dengan perbuatan, sederhana, dan menghormati ilmu yang bukan pegangannya.Begitu pula sebaliknya seorang peserta didik juga harus mempunyai sikap tawadhu, ulet, sabar dan tekun dalam menuntut ilmu.

KESIMPULANDari uraian surat-surat diatas, dapat kami simpulkan beberapa hal yang berkaitan dengan subjek pendidikan.

Surat Ar-Rahman ayat 1 4 :1) Kata Ar-Rahman menunjukkan sifat-sifat pendidik adalah murah hati, penyayang dan lemah lembut, santun dan berakhlak mulia khususnya kepada peserta didik dan kepada masyarakat pada umumnya.2) Al-Quran merupakan sumber pendidikan Islam yang pertama dan utama, karena Al-Quran memiliki nilai absolut yang diturunkan dari Allah3) Tujuan utama dari pendidikan Islam adalah mencetak manusia yang sempurna, berilmu, berakhlak dan beradab.4) Ayat ini kaitannya dengan proses pendidikan adalah seorang guru apapun pelajaran yang disampaikan, sampaikanlah dengan sejelas-jelasnya, sampai pada tahap seorang siswa (subyek didik) benar-benar faham.

Surat An-Najm :5-6Seorang guru itu harus mempunyai kekuatan, baik kekuatan secara jasmani maupun rohani. Kekuatan jasmani yakni berupa totalitas dalam mengajar, penampilan dan perilaku yang baik,karena perilaku kita akan dijadikan cerminan oleh murid-murid kita.

Surat An-Nahl 43 - 44 :Q.S. An-Nahl ayat 43-44 terdapat hubungan yang sangart erat dengan pendidikan, khususnya tentang subyek pendidikan. Hal ini ditunjukkan dengan pengajaran yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril tentang ketauhidan dan sebagainya dan Allah menyuruh Nabi Muhammad untuk menyampaikannya kepada umatnya.