TAFSIR LENGKAP

20
OPEN UNIVERSITI MALAYSIA NAMA :AINAA SAFIAH BT AZIZ NO.MATRIK :860922025272001 NAMA PENSYARAH :ZULKIFFLI BIN MOHD NOOR SUBJEK : ILMU TAFSIR HBQE3203

description

tafsirr

Transcript of TAFSIR LENGKAP

OPEN UNIVERSITI MALAYSIA

NAMA:AINAA SAFIAH BT AZIZNO.MATRIK:860922025272001NAMA PENSYARAH:ZULKIFFLI BIN MOHD NOORSUBJEK: ILMU TAFSIR HBQE3203

PENDAHULUANAl-Quran adalah kalam Allah ,yang disampaikan kepada nabi Muhammad dalam bentuk wahyu dengan perantaraan Jibril. Tujuan utama penurunan Al-Quran adalah sebagai panduan, petunjuk serta sebagai ikutan umat manusia sejagat. Kandungannya meliputi segala urusan duniawi berkaitan kehidupan manusia, merangkumi urusan pentadbiran, akhlak, hukum hakam, ibadat dan sebagainya. Antara kandungannya yang lain adalah tentang sejarah iaitu perkara yang telah berlaku, perkara yang sedang dan akan berlaku. Ayat- ayat yang diturunkan pula meliputi tujuan umum dan tujuan khusus. Ada antara ayat-ayat al-Quran yang diturunkan bagi menghuraikan tentang sesuatu perkara, atau menjelaskan hukum-hakam atau untuk menjawab soalan yang diajukan kepada nabi, Peristiwa yang berlaku di sebalik penurunan sesuatu ayat dinamakan Asbabun nuzul. Pengetahuan mengenai asbabun nuzul, memainkan peranan besar dalam menjelaskan atau menghurai kehendak ayat yang dikaji.Berikut huraian tentang asbabun nuzul mengenai surah al baqarah ayat 221 serta pengajaran ayat mengikut kitab ibnu khatsir dan ibnu jalalain.Firman Allah:

Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik daripada wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik daripada orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah perintah) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran. (QS. Al-Baqarah: 221)

HURAIAN AYATIni adalah pengharaman bagi kaum muslimin untuk menikahi wanita-wanita musyrik, para penyembah berhala. Jika yang dimaksudkan adalah kaum wanita musyrik secara umum yang mencakup semua wanita, baik dari kalangan ahlul kitab maupun penyembah berhala, maka Allah Taala telah mengkhususkan wanita Ahlul Kitab, melalui firman-Nya yang artinya:

(Dan dihalalkan menikahi) wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi al-Kitab sebelum kamu, jika kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak pula menjadikannya gundik. (QS. Al-Maa-idah: 5).Ada juga yang mengatakan: Bahkan yang dimaksudkan dalam ayat itu adalah wanita musyrik dari kalangan penyembah berhala, sama sekali bukan wanita Ahlul Kitab. Dan maknanya berdekatan dengan pendapat yang pertama. Wallahu alam.Setelah menceritakan ijma mengenai dibolehkannya menikahi wanita Ahlul Kitab, Abu Jafar bin Jarir rahimahullahu mengatakan: Umar melarang hal itu (menikahi wanita Ahlul Kitab) agar orang-orang tidak meninggalkan wanita-wanita muslimah atau karena sebab lain yang semakna.Imam Buhkari meriwayatkan, Ibnu Umar mengatakan: Aku tidak mengetahui syirik yang lebih besar daripada seorang wanita yang mengaku Isa sebagai Rabbnya. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).Dan firman-Nya: wa laa tunkihul musyrikiina hattaa tuminuu (Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik [dengan wanita-wanita mukmin] sebelurn mereka beriman.) Artinya, janganlah kalian menikahkan laki-laki musyrik dengan wanita-wanita yang beriman.shalihah. (HR. Muslim).Sebagaimana Allah Taala juga berfirman [yang artinya]: Mereka (wanita-wanita yang beriman) tidak halal bagi orang-orang kafir itu, dan orang-orang kafir itu tidak halal juga bagi mereka. (QS. Al-Mumtahanah: 10)Setelah itu Allah swt. berfirman: wa la abdum muminatun kahirum mim musyrikatiw walau ajabatkum (Sesungguhnya wanita budak yang mumin itu lebih baik daripada wanita musyrik, walaupun ia menarik hatimu.)Ertinya, seorang budak laki-laki yang beriman meskipun ia seorang budak keturunan Habasyi (Ethiopia) adalah lebih baik daripada seorang laki-laki musyrik meskipun ia seorang pemimpin yang mulia.Ulaa-ika yaduuna ilan naar (Mereka mengajak ke neraka.) Maksudnya, bergaul dan berhubungan dengan mereka hanya akan membangkitkan kecintaan kepada dunia dan kefanaannya serta lebih mengutamakan dunia daripada akhirat dan hal ini berakibat buruk.wallaaHu yadu ilal jannati wal maghfirati bi-idzniHi (Sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya.) Yaitu melalui syariat, perintah, dan larangan-Nya.Wa yubayyinu aayaatiHii lin naasi laallaHum yatadzakkaruun (Dan Allah menerangkan ayat ayat Nya [perintah-perintah] kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.)

Asbabun-nuzul (PENGAJARAN AYAT)

Ayat ke-221 diturunkan sebagai petunjuk atas permohonan Ibnu Abi Mustsid al-Ghanawi. Pada waktu itu ibnu murtsid meminta izin kepada Rasulallah saw untuk menikahi dengan seorang bangsawan yang kaya raya,cantik dan terpandang.sedangkan wanita itu masih dalam keadaan musyrik.sehubungan dengan itu Allah swt menurunkan ayat ini sebagai jawaban,bahwa menikahi seorang musyrik yang menarik hati dan kaya raya adalah lebih hina disbanding dengan menikahi budak belian yang beriman.(HR ibnu mundzir,ibnu abi hatimdan wahidi dari mutaqil).Imam safiI mengatakan Allah menghalalkan perempuan-perempuan mukminat yang merdeka,dan mengecualikan budak-budak perempuan mukminat yang halal untuk dinikahi.Namun dengan catatan orang yang hendak menikahi mukminat tidak memiliki kemampuan untuk menikahi perempuan merdeka sekaligus khawatir akan terjadi zina bila tidak menikahi mereka.Dengan demikian,kami bersekeras bahwa seorang budak muslimah tidak boleh dinikahi sebelum orang yang hendak menikahinya memenuhi dua syarat itu.(HR.Ibnu Mundzir,Ibnu Abi Hakim dan wahidi dari Muqatil)Abdillah bin Rawahah mempunyai seorang hamba sahaya wanita yang hitam kelam.Pada suatu ketika dia marah dan memukulnya.Abdilah bin rawahah merasa menyesal atas perbuatanya itu,kemudian pergi menghadap rasullah saw mencitakan perbuatannya yang dilakukan terhadap hamba sahayanya.Rasullah saw kemudian bertanya kepadanya:bagaimana keadaan hamba sahayamu itu?.Jawab Abdillh bin Rawahah:dia berpuasa,melakukan shalat,berwdhu dengan baik dan bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain allahdan engkau adalah utusan Allah SwaRasullah bersabda:Wahai Abdillh,dia itu seorang yang berimanMaka abdillah menipali sabda Rasullah:Demi zat yang mengutusmu dengan hak,aku memerdekakanya dan mengawininya,peristiwa perkawinan Abdillah bin Rawahah itu telah memancing penghinaan dan rasa sinis terhadap kaum muslimin yang lain.Mereka mengatakan:Abdillah bin Rawahah telah menikahi budaknya yang hina dan jelek.Sementara mereka senang menikahi wanita cantik,bangsawan lagi kaya,dari pada menikahi hamba sahaya yang beriman.Sehubungan dengan itu Alla Swt memberikanperingatan kepada mereka dengan menurunkan ayat ke-221dengan turunnya ayat itu Rasullah swa bersabda:Janganlah kamu menikahi wanita karena kecantikanya.sebab kecantikan itu pada suatu saat akan sirna.Janganlah kamu menikahi wanita karena harta kekayaannya,sebab pada suatu saatnanti kekayaan itu akan menyasatkan.Nlkahilah wanita itu karena agamanya.Seorang hamba sahaya yang hitam kelam dan jelek parasnya adalah lebih utama sepanjang dia beriman kepada tuhannya.Imam Bukhari dan muslim menegaskan pula sebuah hadist dari abi hurairah,bahwa Rasullah Saw bersabda: wanita dinikahi dengan empat perka:karena hartanya,keturunannya,kecantikannya,dank arena agamanya.Maka pilihlah yang mempunyai agama,tentu kamu berbahagia.(HR. Ibnu Abi Hatim dan Suddi)

ErtinyaJanganlah kalian menikahi perempuan-perempuan musyrik,sebelum mereka beriman(QS.Al-baqarah{2}:221) Dalam ayat ini dan ayat al-Mumtahanah Allah melarang orang-orang mukmin menikahi perempuan-perempuan musyrik,sebagaimana melarang menikahkan kaum lelaki mereka dengan wanita-wanita mukminatDia pun berkata kedua ayat ini artinya dalam dua pengertian:Pertama:yang dimaksud dalam kedua ayat itu adalah kaum musyrik penyembah berhala secara khusus.Dengan demikian,hokum yang terdapat didalamnya tidak dinash kan.tadak adak ada sesuatu yang dipermasalahkan didalamnya.Karena hukumnya berkenan dengan para penyembah berhala,yakni agar seorang muslim tidak menikahi seorang perempuan pun diantara mereka, sebagaimana tidak seorang lelaki pun diantara mereka yang boleh dinikahkan dengan seorang muslimah.Ada pula yang berpendapat bahwa hukum ini terkandung didalam ayat tersebut,dan ayat-ayat lain yang semisal menurut kami. Kedua:diertikan pula bahawa kedua ayat itu berkenan dengan seluruh kaum musyrikin.Kemudian keringanan (rukhshah)yanr turun setelahnya hanya khusus bagi perempuan yang ahli kitab yang merdeka,sebagai keringanan yang diberikan berkenan dengan sembelihan ahli kitab diantara orang-orang musyrik lainnya.Al-umm,bab al-muddaI wa al-muddaaalaihImam syafiI mengatakan Allah swt berfirman,: Artinya Janganlah kalian menikahi perempuan-perempuan musyrik,sebelum mereka beriman(QS,Al-baqarah 5:221)Dengan demikian,Dia mengharamkan perempuan musyrik secara keseluruhanmelanjutkan lalu Allah menghalalkan beberapa orang dari perempuan musyrik dengan dua syarat Imam syfiI:1. perempuan yang ahli kitab yang pernah menikah2. perempuan yang merdekakarena kaum muslimin tidak tidak berselisih pendapat bahwa firman Allah dibawah ini menyangkut perempuan-perempuan merdeka.

Islam Liberal

Berbagai-bagai penyakit menyerang jiwa, fikiran dan tingkah laku umat seolah Islam suatu barang dagangan. Fahaman bebas (liberal) misalnya mendakwa al-Quran itu adalah hasil daripada budaya dan sejarah dan tidak boleh diangkat sebagai panduan hidup sepanjang zaman. Senario ini jelas Felo Kehormat Institut Pemikiran dan Tamadun Antarabangsa (ISTAC), Dr. Muhammad Uthman El Muhammady, adalah suatu andaian yang sangat berbahaya sehinggakan ada cubaan menyingkirkan ibadah solat sebagai suatu kewajipan umat beragama. Berleluasanya fahaman ini akuinya berpunca daripada kerangka fikiran Ahlul Sunnah yang tidak mempengaruhi kalbu dan akal secara mendalam sehingga mengeluarkan anggapan bahawa Rasulullah s.a.w adalah manusia biasa.

Namun bagi beliau, hujahnya sudah cukup jelas, masakan Baginda seorang manusia biasa kerana manusia biasa tidak memiliki mukjizat dan tidak melalui pengalaman Israk Mikraj sepertimana yang dialami Baginda s.a.w. Mukjizat jelas Dr Muhammad Uthman adalah peristiwa luarbiasa yang Allah s.w.t izinkan berlaku kepada Rasul-rasul pilihan-Nya untuk menunjukkan bukti kerasulan tanda sebarang bantahan. Pengalaman ini jelasnya tidak mungkin dapat dialami manusia biasa, walaupun diungkapkan dengan kata-kata yang diulang beribu kali. Ini jelas menunjukkan betapa Islam adalah nizam (sistem hidup) yang kamil (lengkap) dan syamil (menyeluruh) dan terbina di atas asas yang kukuh.

Golongan Islam Liberal juga menurut beliau akan terus berusaha mencapai matlamatnya menjadikan umat manusia supaya tidak lagi berpegang kepada hukum Tuhan. Charles Kurzman, di dalam bukunya Liberal Islam, A Sourcebook, menyebut enam gagasan yang dipakai sebagai kayu pengukur pemikiran Islam Liberal iaitu: (1). melawan teokrasi, iaitu idea-idea yang hendak mendirikan negara Islam; (2). mendukung gagasan demokrasi; (3). membela hak-hak perempuan; (4) membela hak-hak non-Muslim; (5) membela kebebasan berfikir; dan (6) membela gagasan kemajuan. Siapa sahaja, menurut Kurzman, yang membela salah satu dari enam gagasan di atas, adalah seorang Islam Liberal.

Selain itu, Dr Muhammad Uthman turut menyenaraikan perkara yang menjadi pendirian aliran ini iaitu antaranya mempercayai bahawa hukum Islam adalah hasil fikiran manusia biasa yang dipengaruhi adat dan tamadun Kristian serta Yahudi. Mereka juga menekankan bahawa penafsiran al-Quran perlu menggunakan cara baru yang moden dan tidak mengikut metodologi yang ada. Mereka (golongan Islam Liberal) mengandaikan bahawa itulah sikap yang matang dalam beragama dan orang yang tidak berfikir seperti itu dianggap tidak matang. Ini bercanggah dengan akidah Ahlul-Sunnah yang mengajarkan bahawa terdapat ajaran yang mutlak dan tidak berubah-ubah seperti tauhid, wahyu, kenabian, dan akhirat, ada bentuk-bentuk ibadat yang tetap dan pasti, ada yang baik dan buruk yang tetap dan tentu. Pendirian ini juga berlawanan dengan sebagaimana tuduhan orientalis sebelum ini iaitu semasa pasca-modenisme yang mengajarkan semuanya tidak tetap, mutlak dan menentu, nilai-nilai baik dan buruk tidak boleh dipakai atau dipanggil sebagai penolakan wacana pemikiran agung.

Sesungguhnya, kesesatan nyata yang ditunjukkan ini tegas beliau, direka hanya untuk menyesuaikan agama dengan kehidupan Barat semata iaitu menuju demokrasi yang diadaptasikan dengan fahaman mereka. Yang mana matlamat akhirnya adalah menjadikan manusia jagat tidak lagi berpegang kepada hukum Tuhan yang ada hanyalah tafsiran akal manusia.

Kesan Buruk Islam Liberal

Mereka yang mendukung fahaman Islam Liberal ini juga cuba memaparkan fahaman mereka untuk diserap kepada masyarakat lain. Ini menurut Dr Muhammad Uthman akan membawa implikasi yang buruk bukan sahaja kepada agama tetapi juga kepada umat masyarakat kerana ia bercanggah dengan ajaran Islam sebenar. Sedangkan kita sedia maklum bahawa bila datangnya Islam disisi Allah, maka sistem kepercayaan yang lain walaupun yang berasal pada mulanya dari agama langit menjadi terbatal.

Kesannya akan wujud kacau-bilau dari segi akhlak kerana sifat baik dan buruk yang diajar dalam al-Quran dan Sunnah menjadi teralih dan berubah dengan digantikan dengan cara berfikir boleh jadi yang baik kepada seseorang, tidak baik kepada lain. Sedangkan Islam mengajar manusia beramal dengan sifat-sifat mulia yang berbentuk sarwajagat.

Selain daripada kekacauan akhlak, jati diri dan identiti Islam turut akan terhapus. Kerana jika semua agama dikatakan benar, keyakinan manusia terhadap kebenaran tiada sebarang erti lagi. Satu lagi bahaya daripada Islam Liberal ini menurut beliau adalah keruntuhan perpaduan dan persaudaraan Islam. Islam Liberal jika dibiarkan, tegas beliau akan menimbulkan pergeseran pendapat dan kesan daripada itu akan timbul pergeseran di antara ulul amri dan masyarakat sehingga akhirnya melemahkan kekuatan agama, negara dan masyarakat itu sendiri. Walhal dalam Islam, ulul amri dan masyarakat harus bekerjasama dalam kebaikan dan wajib ditaati. Dan jika ada perkara-perkara yang perlu diperbetulkan, jelasnya perlulah menggunakan kaedah addin an nasihah iaitu pendapat itu disalurkan pada saluran yang betul dan beradab bukan dengan cara berpiket di tepi jalan atau anti-establishment iaitu budaya menentang autoriti (pemimpin). Dalam Islam ini adalah haram. Autoriti hanya boleh ditentang jika benar-benar kafir secara zahir.

Budaya ini yang beliau gelar sebagai budaya kebiadaban intelektual dan rohani adalah perbuatan melanggar kaedah ajaran intelektual Islam arus perdana dan juga melanggar kewajipan rohani dalam agama. Tegasnya, masyarakat kini terpengaruh dengan ajaran liberal dari luar yang kemudiannya cuba menyebut ayat-ayat al-Quran dan Hadis seolah-olah ayat-ayat tersebut sesuai dengan aliran liberal dari luar itu. Jelas bahawa ini adalah salah. Sepatutnya jelas beliau, kita perlu melihat al-Quran dan Hadis itu dalam konteks seluruh huraian ilmu Islam itu dengan betul. Tidak boleh cabut-cabut keluar ayat al-Quran dan Hadis itu daripada rangka keseluruhan ilmu Islam dan kemudian menggunakannya untuk menyatakan fikiran dari luar itu betul. Kecuali fikiran dari luar itu benar-benar diakui kebenarannya.

Ini kerana sesuai dengan tujuannya, Islam Liberal mahu melihat umat Islam tiada keistimewaan dan sama dengan umat agama lain. Dalam bahasa mudah bermaksud tiada khairu ummatan. Sedangkan Allah telah menyatakan bahawa umat Islam adalah umat terbaik di antara umat-umat lain di dunia. Jika ada kelemahanpun hanya kelemahan peribadi sahaja bukannya kelemahan Islam. Hukum Allah tidak berubah sampai bila-bila. Misalnya hukum zina yang diputuskan haram akan kekal dengan huhkum haram sampai bila-bila. Malangnya sikap meremeh-remehkan hukum Allah telah ditunjukkan dengan isu-isu sosial seperti pembuangan bayi yang berleluasa kini.

Islam Liberal di dunia Melayu jelas Dr Muhammad Uthman telah melanggar sistem ilmu yang juga jalan orang Mukmin. Jika aliran ini berkembang, sistem ilmu Ahlul Sunnah akan terancam. Jika keadaan ini terjadi, urusan-urusan pentadbiran berkaitan agama seperti nikah kahwin dan pembahagian harta pusaka akan menjadi kacau-bilau. Bila ini berlaku, tegasnya akan mengakibatkan kekacauan dalam sistem tadbir dan perpaduan masyarakat.

Kita beriman dengan Allah dengan hati. Tidak wujud sebarang istilah dalam diri manusia yang digelar titik Tuhan. Oleh itu, beliau menyarankan agar umat Islam kembali kepada istilah kita tanpa perlu meminjam dari Barat. Kerana jelas beliau kitasedia maklum bahawa tamadun Barat tiada kebenaran dalam erti yang sebenar kecuali sains dan teknologi. Tiada kebenaran dalam erti rohani, dalam erti kata lain, pengertian akal yang sejahtera iaitu akal yang mampu beroperasi dengan baik tanpa diganggu oleh nafsu dan tiada sifat-sifat yang tidak elok yang menguasainya.

Tegasnya, umat Islam perlu berpegang dengan al-Quran, Sunnah Rasulullah dan ijmak ulamak. Untuk ini, beliau mengangkat pesanan Imam Ghazali mengenai psikologi rohani dalam salah satu kitabnya yang menyebut: Apabila sesuatu berlaku ke atas diri kamu, dalam batin kamu, hendaklah kamu guna tiga neraca. Yang pertama, hendaklah kamu rujuk kepada syariat pertanyaan sama ada betul atau tidak jika tidak betul, berpindahlah kepada neraca kedua iaitu menerusi kehidupan orang-orang soleh. Dan neraca seterusnya adalah nafsu. Allah menyebut dalam al-Quran bahawa nafsu menyuruh manusia untuk melakukan perkara yang mungkar kecuali mereka yang diberikan rahmat oleh Allah s.w.t.

Oleh itu, terbuktilah bahawa sistem Islam sudah cukup untuk memandu kehidupan manusia. Perkara yang bersangkut dengan kehidupan batin, tambahnya perlu merujuk kepada sistem Ahlul Sunnah. Begitu juga dengan kepentingan musyawarah. Ini kerana agama Islam itu sendiri adalah nasihat ini termasuklah bagi menjaga hubungan antara masyarakat dan pemimpin.

Menjawab penemuan ilmuan Barat mengenai teori mengosongkan fikiran dan minda untuk mencapai kebenaran hakiki, beliau dengan tegas menegah penemuan itu yang disifatkannya hanya mengundang unsur syaitan. Jelas beliau, Islam tidak pernah menggalakkan umatnya mengosongkan fikiran kerana umat Islam telah diajar supaya selalu mengingati Allah dalam semua keadaan kerana jika minda dan fikiran dikosongkan, akan menyebabkan unsur syaitan akan masuk. Kita juga digalakkan sentiasa membasahkan lidah dengan zikir. Amalan mengosongkan minda mungkin perlu ditukarkan dengan amalan zikrullah.

Menyentuh tentang isu sifat-sifat Tuhan, beliau menegaskan bahawa sesungguhnya sifat-sifat Tuhan tidak ada pada diri kita melainkan sifat-sifat itu diambil sebagai pengajaran dan panduan. Beliau juga memberi contoh, jika Allah itu penyayang, kita juga harus penyayang. Begitu juga jika Allah adil, kita perlu juga adil. Namun beliau menegaskan bahawa hal ini tidak bermakna sifat-sifat Allah ada pada kita. Ini kerana sifat Allah ada pada Allah, sifat kita ada pada kita. Tetapi pengajaran daripada makna atau erti-erti nama itu yang perlu kita ambil sebagai panduan hidup. Jika Allah Maha Halus Budi Bahasa-Nya, kita juga perlu halus budi bahasa kita. Tidak mungkin sifat Allah ada pada kita kerana sifat kita hanya sebagai hamba-Nya.

KESIMPULANIslam merupakan satu landasan hidup. Beramal dengan Islam bererti melahirkan individu yang mencerminkan akidah dan akhlak Islam, melahirkan masyarakat yang berpegang teguh dengan pemikiran dan cara hidup (manhaj) yang dibawakan oleh Islam, menegakkan sebuah daulah atau pemerintahan yang melaksanakan Islam sebagai syariat perundangan, peraturan dan perlembagaan hidup serta memikul amanah dakwah yang menjadi petunjuk dalam menegakkan kebenaran dan keadilan.Apabila manusia membebaskan hatinya daripada beriman kepada yang lain kecuali kepada Allah Yang Maha Esa serta berpegang teguh dengannya, manusia akan bebas daripada sebarang kongkongan ideologi lain. Pemikirannya hanya tertumpu kepada Allah s.w.t. Lenyaplah sebarang kekeliruan dan kekacauan yang menyesatkan manusia. Dia bebas daripada sebarang bentuk kemungkaran. Dia juga bebas daripada takut kepada kuasa-kuasa di dunia yang cuba menghalangnya untuk mengabdikan diri kepada Allah s.w.t semata-mata.

Namun, praktik hidup umat Islam kini sedang menolak keterangan al-Quran al-Karim dan Sunnah Rasulullah. Pelbagai hujahan menyesatkan dan mengelirukan dikeluarkan. Mereka menolak kekuasaan, kedaulatan dan janji-janji Allah s.w.t., menolak cara hidup yang diredai Allah s.w.t. untuk difahami, disedari, diyakini dan dilaksanakan.

Islam sebagai cara hidup turut diperdagangkan di dalam hati orang-orang yang mengaku beriman. Rasa cinta kepada Islam sebagai cara hidup yang Allah redai sudah tiada. Rasa keperluan kepada pembentukan masyarakat Islam juga tiada. Yang wujud ialah realiti mempertikaikan kehendak-kehendak Allah s.w.t. Ini bererti mempertikaikan ketaatan yang Islam kehendaki, mempertikaikan nilai-nilai syarak, mempertikaikan akhlak dan mempertikaikan keperibadian Islam.

RUJUKAN

Dr Ugi Oleh Suharto (UIA) , Isu-isu sentral dalam pemikiran Islam Liberal : Kes Indonesia dan Pengajarannya untuk Malaysia.

Muhamad Razak Idris , Aliran Islam Liberal : Cabaran baru Umat Islam , http://www.geocities.com/ummahonline/artikel/050517razak-islamliberal.htm

Dr Ugi Oleh Suharto (UIA) , Isu-isu sentral dalam pemikiran Islam Liberal : Kes Indonesia dan Pengajarannya untuk Malaysia.

http://mufti.perak.gov.my/isu/