“TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR...

112

Click here to load reader

Transcript of “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR...

Page 1: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

1

“TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH”

(Studi Kritik Sanad dan Matan Hadis pada Surah al-Rahmân)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ushuluddin (S.Ud.)

Oleh

ASEP BADRU TAKIM

NIM: 102034024857

JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 2: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

2

TAKHRIJ HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH

(STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS-HADIS SURAH AL-RAHMÂN)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul TAKHRIJ HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH (Studi Kualitas Sanad dan Matan Hadis-Hadis pada Surah al-Rahmân) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Rabu 16 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu memperoleh gelar Sarjana Ushuluddin pada Program Studi Tafsir-Hadis.

Jakarta, 16 Juni 2010

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Prof. Dr. M. Ihsan Tanggok, M.Si Muslim, S.Th.I.

NIP. 19500804 198603 1 002

Anggota,

Penguji I Penguji II

Dr. Bustamin, M.Si. Drs. Hasanuddin Sinaga, M.A.

NIP. 19630701 199803 1 003 NIP. 19650207 199903 1 001

Pembimbing

Dr. M. Isa H.A. Salam M.Ag

NIP. 19531231 198603 1 010

Page 3: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

3

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 2 Juni 2010

Asep Badru Takim

Page 4: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

4

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahiim………

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Yang Maha Kuasa

dan telah memberikan berkah dan anugerahNya kepada penulis sehingga penulis mampu

melaksanakan tugas akhir untuk menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

Shalawat serta salam tak terhingga juga penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi

Besar Muhammad SAW.

Skripsi ini penulis buat sebagai syarat kelulusan dalam menempuh pendidikan

jenjang Strata-1 (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu

juga penulis berharap apa yang penulis teliti, yang dijelaskan di dalam skripsi ini, dapat

dipergunakan dengan baik oleh semua pihak yang membutuhkan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak

yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini :

1. Bapak Dr. Bustamin, M.Si. selaku ketua jurusan sekaligus pembimbing skripsi

penulis.

2. Bapak Dr. M. Isa H.A. Salam M.Ag. selaku pembimbing yang telah rela

meluangkan waktunya untuk mendukung dan membimbing penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak dosen penguji yang memberikan kritik dan saran pada skripsi ini.

4. Dosen-Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat yang telah mengajarkan kepada

penulis berbagai macam ilmu yang dapat penulis terapkan dalam penulisan

skripsi ini.

5. Kedua orang tua penulis, yang telah memberikan dukungan moril, semangat dan

materiil sehingga memperlancar proses penyusunan skripsi ini.

Page 5: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

5

6. Kakak dan adik penulis, yang bersama-sama dengan penulis lewati susah senang

bersama.

7. Teman-Teman seperjuangan TH UIN 2002, terutama TH-B-02 atas terutama

kepada Aziz, Hadi, Ali, Fitriah Dewi, dan semua temen-teman tidak bisa penulis

sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penelitian ini, baik

penulisan maupun aplikasinya sendiri. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan

kritik yang dapat membangun skripsi ini lebih baik lagi.

Jakarta, Juni 2010

Penulis

Asep Badru Takim

NIM. 102034024857

Page 6: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

6

PEDOMAN TRANSLITRASI

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan Tidak dilambangkan ا B Be ب T Te ت Ts te dan es ث J Je ج H h dengan garis bawah ح Kh ka dan ha خ D De د Dz de dan zet ذ R Er ر Z Zet ز S Es س Sy es dan ye ش S es dengan garis bawah ص D de dengan garis bawah ض T te dengan garis bawah ط Z zet dengan garis bawah ظ koma terbalik di atas, menghadap ke kanan ‘ ع G Ge غ F Ef ف Q Ki ق K Ka ك L El ل M Em م N En ن W We و H Ha ه Apostrof ` ء Y Ye ي

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan --- A Fathah --- I Kasrah --- U Dammah

Page 7: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

7

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan Ai a dan i ي ---و --- Au a dan u

Page 8: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

8

DAFTAR ISI

PENGESAHAN SIDANG MUNAKOSAH……........................……………….. i

LEMBAR PERNYATAAN……………………………………..............................… ii

KATAPENGANTAR…………………………………................................…………. iii

PEDOMAN TRANSLITERASI………………………………….............................. v

DAFTAR ISI………………………………………................................…………….. vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……………………………….……...1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah…………………..……..4

C. Kajian Pustaka…………………………………………...…....5

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian………………………….…..5

E. Metodologi Penelitian………………………………………....6

F. Sistematika Penulisan……………………………..…………. 7

BAB II M. QURAISH SHIHAB DAN TAFSIR AL-MISBAH

A. Riwayat Hidup M. Quraish Shihab…………………………..8

B. Mengenal Tafsir al-Mishbah……………………………........11

1. Pemilihan Nama al-Mishbah……………………….…….13

2. Sumber Penafsiran al-Mishbah………………………......15

3. Corak, Metode, dan Sistematika Penulisan Tafsir

Page 9: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

9

al-Mishbah…………………………………………….....16

C. Kandungan Surat al-Rahmân dalam Tafsir al-Mishbah...........19

BAB III KEGIATAN TAKHRIJ HADIS DALAM TAFSIR AL-MISHBAH

PADA SURAH AL-RAHMÂN

A. Hadis Pertama “ Pengantin al-Qur’ân adalah al-Rahmân”….............22

1. Teks Hadis dan Kegiatan Takhrij Hadis……………….....................22

2. Kegiatan I’tibar……………………………………...........................…......25

3. Kegiatan Penelitian sanad Kualitas periwayat serta

Menyimpulkan Hasil Penalitian Sanad ………...........................27

B. Hadis Kedua “Jawaban jin atas ayat (fa biayyi ala’i Rabbikuma

tukadzdzihan)”……………………………………………….............................40

1. Teks hadis dan Kegiatan Takhrij Hadis………….................………40

2. Kegiatan I’tibar……………………………………...........................……..41

3. Kegiatan Penelitian Sanad Kualitas Periwayat serta

Menyimpulkan Hasil Penalitian Sanad……..………..............…….43

C. Hadis Ketiga “Aku tinggalkan pada kamu ats-Tsaqalain yakni

kitabullah dan Keluargaku”……………………………......................……..50

1. Teks Hadis dan Kegiatan Takhrij Hadis………………......................50

2. Kegiatan I’tibar………………………….............................…………………58

3. Kegiatan Penelitian Sanad Kualitas Periwayat serta

Menyimpulkan Hasil Penalitian Sanad ....……………….................60

D. Kualitas Matan Hadis Surah al-Rahmân……………………..90

1. Hadis 1…………………………………………………….90

2. Hadis 2………………………………………………….....91

Page 10: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

10

3. Hadis 3………………………………………………….....92

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………94

B. Saran-saran……………………………………………….....95

DAFTAR PUSTAKA…………..………………………………………………96

Page 11: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hadis adalah segala perkataan, perbuatan, taqrir, dan hal ihwal yang

disandarkan kepada Nabi saw.1 Hadis menduduki tempat tertinggi dihati umat

Islam dan mendapat legitimasi dari al-Qur’ân sebagai sumber hukum Islam

setelah al-Qur’ân. Hadis merupakan penjelasan yang nyata terhadap ayat-ayat

al-Qur’ân yang masih global dan merupakan keterangan yang nyata bagi

keumuman ayatnya.2 juga merupakan sebagai sumber ketentuan agama Islam

sebagaimana ditentukan dalam agama Islam.3

Mengingat hadis adalah penjelas terhadap al-Qur’ân, Allah swt. telah

menerangkan di dalam al-Qur’ân seperti peran Nabi Muhammad saw. sebagai

mufassir al-Qur’ân Allah swt. berfirman dalam surat al-Nahl / 16: 44

لتبین للناس ما نزل إلیھم ولعلھم یتفكرونوأنزلنا إلیك الذكر

Artinya: “Dan kami turunkan kepada kamu al-Qur’ân agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan”.4

Ayat diatas, menjelaskan tugas Rasulullah saw. ialah menjelaskan baik

dengan lisan maupun perbuatan, hal-hal yang masih gelobal dan sebagainya

1 Mudasir, Ilmu Hadis, (Bandung: Pustaka Abadi, 2005), h. 13-14 2 Fugsi hadis dalam penjelas al-Qur’ân itu bermacam-macam. Malik bin Anas

menyebutkan lima macam Fungsi; bayan al Taqri, bayan al Tafsir, baying al Tafsil, bayan al Bast, bayan al Tasyri. (Ranuwijaya, Utang. Ilmu Hadis, (Jakarta: gaya media Pratama, 1996), cet, ke-1, h. 26-27)

3 Assa’id, Sadullah, Hadis-hadis Sekte, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), cet, ke1, h. 6 4 Departemen Agama R.I, al-Qur’ân dan Terjemahan, (Semarang: Toha Putra, 1989), h.

408

Page 12: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

12

yang terdapat dalam al-Qur’ân.5 Tugas ini berdasarkan perintah Allah swt.,

tentu saja penjelasan terhadap al-Qur’ân bukanlah sekedar membaca al-Qur’ân.

Banyak ayat yang mebutuhkan penjelasan praktis dan hal itu sudah dilakukan

oleh Rasulallah saw. Menolak penjelasan Rasulullah saw. sama saja dengan

menolak al-Qur’ân.6

Dari segi dalalahnya al-Qur’ân sama dengan hadis, masing-masing ada

yang Qath’i al Dilalah dan ada yang Zhanni al Dilalah. Hanya saja al-Qura’ân

bersifat global dan hadis bersifat terperinci. Namun dari sisi periwayatanya

jelas antara keduanya terdapat perbedaan. al-Qur’ân secara keseluruhan ayat-

ayatnya diriwayatkan secara mutawatir.7 sedangkan hadis tidaklah demikian.

Sebagian diriwayatkan secara mutawatir sebagian diriwayatkan secara ahad.8

Pada bentuk periwayatan mutawatir tentunya tidak termasuk dalam

bentuk penelitian karena telah diriwayatkan oleh banyak orang. Sebab,

menurut kebiasaan mustahil mereka akan sepakat berdusta dan kesalehannya

tidak diragukan lagi.9 Hadis semacam ini jelas akan ditetapkan setarap dengan

al-Qur’ân dari segi kehujahan dan pengamalannya

5 Menjelaskan tentang lafaz dan peraturan peraturannya, artinya menyampaikan ayat al-

Qur’ân tampa menyembunyikan satu ayat pun, sedemikian rupa, persis sebagaiman Allah swt. telah menurunkan wahyu tersebut kepada Nabi saw. Kemudian, menjelaskan arti kata, kalimat atau ayat yang memerlukan ketrangan, atau ayat-ayat yang bersifat mutlak. (Nashiruddin, Muhammad al Bani, Kedudukan Sunnah Dalam Islam, (Jkarta: PT Gagasan Indonesia), h. 9-10)

6 M.M Azami, Hadis Nabi, Sejarah dan Modifikasinya, (Jakarta: Pustaka Pirdaus, 1994), h. 27

7 Mutawatir dalam Ilmu Hadis yaitu: Hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah rawi yang tidak mungkin bersepakat untuk berdusta dari sejumlah rawi yang semisal mereka dan seterusnya sampai akhir sanad. Sedangkan untuk Al Qur’ân antara lain maksudnya yaitu ayat-ayat-Nya diturunkan oleh Allah swt kepada Nabi Muhammad saw. melalui Malaikat Jibril secara langsung (DR. Nuruddin ‘ITR, Pengantar Ilmu Hadis, (Jakarta, Pustaka Bandung 1991), h. 196. Para ulama membaginya menjadi dua : Mutawatir lafadznya dan Mutawatir Maknanya, Hasbi, As Siddieqy , Muhammad. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, (Jakarta: PT Pustaka Rizki putra, 1997), cet, ke-1, h. 177

8 Muhammad Ajjaj al Khatibi, Usul al Hadis Ulumuhu Wa Mustalahuhu, (Beirut: Dar el Fikr, 199 M ), h. 302

9 M. Syuhudi Ismail. Kaidah Keshahihan Hadis, (Jakarta: Bulan Bintang,1995), h. 4

Page 13: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

13

Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah hadis-hadis yang

diriwayatkan secara ahad, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh sedikit orang

atau beberapa orang akan tetapi tidak sampai pada derajat mutawatir,10

sehingga pemberitaannya pun masih menjadi perbincangan. Dalam konteks

seperti ini jelas sekali akan muncul kesahalan-kesalahan baik dari segi

periwayatan maupun dari segi penulisan dan ini dinamakan Zanni al Wurud.

Walaupun demikian tidak serta merta hadis ahad ditolak, sebab yang

membedakan hanyalah dari segi jumlah (kuantitas) periwayatannya saja.

Sedangkan benar dan salahnya suatu berita, bukanlah ditentukan dari aspek

tersebut, melainkan juga oleh tingkat kualitasnya, yaitu sejauh mana

kredebilitas (‘adil dan dhabit) yang dimiliki oleh periwayat.11

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian terhadap

sejumlah hadis ahad merupakan upaya para ilmuan untuk menilai apakah

hadis-hadis tersebut dapat dipertanggungjawabkan kesahihannya atau tidak.

Selanjutnya, kesahihan suatu hadis sangat diperlukan ketika hadis itu

disampaikan kepada masyarakat. Karena masyarakat, ketika mereka menerima

sebuah hadis, baik dalam ceramah agama di Majlis-Majlis ta’lim maupun yang

mereka baca dari kitab-kitab atau buku-buku, Mereka hanya menerima dan

memahami isi yang terkandung didalam hadis tersebut tanpa mereka

mengetahui secara detail teks hadis dan bahkan status dari hadis tersebut.

Salah satu contoh dari sekian banyak kitab atau buku yang beredar

dimasyarakat adalah kitab Tafsir al-Misbah karya M. Quraish Shihab. Sebuah

kitab tafsir yang menggunakan bahasa Indonesia baik dalam menafsirkan al-

10 Drs. Fatchur Rahman, Ikhtishar Musthalah Hadis, (Bandung: Al Ma’arif, 1995), h. 67 11 M.Syuhudi Ismail. Kaidah Keshahihan Hadis, (Jakarta: Bulan Bintang,1995), h. 4

Page 14: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

14

Qur’ân maupun dalam mencantumkan hadis beliau. Selain menggunakan

bahasa Indonesia dalam setiap hadis yang digunakannya beliau juga tidak

mencantumkan status hadis tersebut, yang padahal penggunaan hadis-hadis

tersebut erat kaitannya dalam proses pemahaman ayat-ayat Allah swt.,

sehingga menurut hemat penulis sangat diperlukan pejelasan tentang kondisi

hadis tersebut, terutama dari segi sanadnya.

Bertolak dari hal tersebut di atas, penulis akan mencoba menelaah hadis-

hadis yang terdapat di dalam Tafsir al-Misbah surah ar-Rahmân dan menjadi

alasan penulis memilih judul “Takhrij Hadis-Hadis Kitab Tafsir al-Misbah”

(Study Kritik Sanad dan Matan Hadis pada Surat ar-Rahmân)

A. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar pembatasan dan perumusan masalah ini lebih fokus serta dalam

menghindari kekaburan pemahaman, maka dapat diambil beberapa pokok

masalah yang akan dijadikan arah dan batasan, adapun pokok masalah adalah

Bagaimanakah kualitas sanad dan matan hadis-hadis surah ar-Rahmân dalam

kitab Tafsir al-Misbah karya M. Quraish Shihab?

Karena populasi hadis yang akan ditakhrij tidak merata dalam setiap

ayat, yakni dalam satu ayat terdapat satu atau dua hadis namun tidak jarang

pula tidak ada sama sekali, maka pengambilan sampel yang digunakan metode

purposive sampling, yakni pengambilan sempel populasi yang disandarkan atas

pertimbangan subjektif penulis. Dengan penetapan sampling, penulis

Page 15: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

15

menetapkan kriteria hadis yang akan diteliti (takhrij) kualitas sanad sebagai

berikut:

1. Hadis tersebut tidak disebut sama sekali sanadnya, yakni langsung

disandarkan kepada Nabi saw., atau kepada perawi generasi sahabat.

2. Hadis tersebut dijadikan hujah oleh penafsir untuk memperkuat tafsirannya

atau sekedar bahan tulisan yang ditulis sebagai bahan perbandingan.

3. Hadis tersebut merupakan potongan matan atau kutipan hadis yang ditulis

sesuai persi mufassir yang apabila dihadirkan matannya secara lengkap

tentunya lebih baik.

B. Kajian Pustaka

Melalui penelusuran kepustakaan kebeberapa tempat, penulis tidak

menemukan judul yang sama dengan judul yang penulis ambil. Oleh karena

itu, penulis mengambil judul: “Takhrij Hadis-Hadis Kitab Tafsir al-Misbah”

(Sebuah Kajian Analisis Sanad dan Matan Hadis Surah al-Rahmân)

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Sesuai dengan perumusan di atas, maka penulisan skripsi ini bertujuan

untuk memberikan sumbangan untuk kajian Islam terutama dalam bidang hadis

khususnya Ilmu Jarah Wa al Ta’dil, Selain itu penelitian ini mempunyai tujuan

formal, yaitu untuk memenuhi persyaratan guna meraih keserjanaan Strata I

(SI) pada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Jurusan Tafsir Hadis.

Page 16: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

16

D. Meodologi Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian

kualitatif. Sedangkan cara pengumpulan data melalui studi kepustakaan

(library research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara

mengumpulkan, mengklarifikasi serta menelaah beberapa literatur yang

berkaitan dengan inti permasalahan. Sedangkan pembahasan dalam skripsi ini

bersifat deskriptis analitis, yaitu suatu pendekatan melalui pengumpulan data

dan pendapat para ahli, kemudian ditelaah dan dianalisis sehingga menjadi

sebuah kesimpulan.

Kegiatan penulisan data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan

menggali informasi atau pesan dari bahan-bahan tertulis yang tersedia berupa

buku-buku, dokumen, majalah, surat kabar. Sumber data primer adalah kitab

Tafsir al-Misbah dan kitab-kitab yang berbentuk konkordasi yang merupakan

rujukan utama dalam penulisan skripsi ini.

Adapun sumber data sekunder berupa buku-buku kumpulan hadis di

antaranya kitab Kutubu Sitt’ah. selain itu penulis juga mengambil data dari

kitab-kitab ilmu hadis sebagai landasan teori dan kerangka acuan memahami

hadis. Karya-karya ini dijadikan bahan pembanding bagi sumber primer. Dari

sumber primer maupun sekunder, diharapkan akan memperoleh data kualitatif

sesuai yang diinginkan. Selanjutnya data-data yang telah dihimpun, diolah

dengan analisis, interpretasi dan studi konfarasi sehingga dapat memberikan

pengertian dan konklusi sebagai jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang

menjadi objek penelitian ini.

Page 17: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

17

Sedangkan teknik penulisan skripsi ini, penulis berpodoman pada buku

pedoman Akademik Ushuluddin dan Filsafat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2007/2008.

E. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah serta agar lebih sistematis dalam penulisan skripsi

ini, maka penulisan skripsi ini dilakukan dengan membaginya kedalam empat

bab. Sebagai berikut:

Bab Pertama merupakan Pendahuluan dalam bab ini meliputi: Latar

belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, metodologi penelitian,

tujuan dan kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan. Bab ini memberi

gambaran singkat tentang masalah yang akan dibahas pada bab-bab

selanjutnya.

Bab kedua adalah menjelaskan tentang M. Quraish Shihab dan Tafsir al-

Misbah yang terdiri dari riwayat hidup pengaran kitab, membahas sumber,

corak, metode, sistematika dalam penafsirannya terhadap al-Qur’ân, serta

kandungan surat al-Rahmân Dalam Tafsir al-Mishbah.

Bab ke tiga yaitu kegiatan takhrij hadis yang terdapat dalam Tafsir al-

Mishbah dalam surah al-Rahmân yang terdiri dari hadis pertama, hadis kedua,

dan hadis ketiga serta membahas kualitas matan hadis-hadis tersebut.

Bab keempat adalah bab terakhir penulisan skripsi ini, berisi kesimpulan

dan saran-saran yang didasarka pada seluruh pembahasan diatas.

Page 18: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

18

BAB II

M. QURAISH SHIHAB DAN TAFSIR AL-MISBÂH

A. Riwayat Hidup M. Quraish Shihab

Indonesia memiliki banyak mubaligh, ulama, intelektual, dan birokrat.

Akan tetapi yang menyatukan propesi itu pada satu kepribadian jelas tidak

banyak. Diantara yang sedikit itu adalah Prof Dr. M. Quraish Shihab, MA.

Beliau disebut mubaligh karena siraman rohani yang disampaikannya

menyejukan hati. Disebut ulama karena merupakan ahli tafsir lulusan

Universitas al-Azhâr. Disebut intelektual karena pandangan-pandangannya

selalu didasarkan pada penalaran sosial, dan disebut birokrat karena pernah

manjabat Menteri Agama, Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Duta

besar.

Setelah tugas Duta Besar untuk Mesir selesai, tokoh yang dikenal santun

ini mengembangkan lembaga Studi al-Qur’ân, satu-satunya lembaga studi

suasta di Indonesia yang secara spesifik menekuni kajian al-Quar’ân sebagai

fokus utamanya.

M. Quraish Shihab lahir pada tanggal 16 Februari 1944 di Rappang,

Sulawesi Selatan. Beliau merupakan salah satu putra dari Abdurrahman

Shihab (1905-1986), seorang wiraswasta dan ulama yang cukup popular.

Ayahnya adalah guru besar dalam bidang tafsir, dan pernah menjabat Rektor

Page 19: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

19

di IAIN Alauddin Makassar. Ia juga salah seorang penggagas berdirinya UMI

(Universitas Muslim Indonesia), Universitas swasta terkemuka di Makassar.12

Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya di Makassar, Quraish

melanjutkan studi ke Pondok Pesantren Darul Hadîs al-Faqihiyah, yang

terletak di kota Malang, Jawa Timur. Di kota yang sejuk itu, beliau nyantri

selama 2 tahun. Pada 1958, dalam usia 14 tahun, beliau berangkat ke Kairo,

Mesir. Keinginan berangkat ke Kairo ini terlaksana atas bantuan beasiswa

dari pemerintah daerah Sulawesi.

Sebelum melanjutkan studinya di Mesir, Quraish mendapat rintangan.

Beliau tidak mendapat izin melanjutkan minat studinya pada jurusan Tafsir

Hadis, karena nilai bahasa Arab yang dicapai dianggap kurang memenuhi

syarat. Padahal, dengan nilai yang dicapainya itu, sejumlah jurusan lain

dilingkungan al-Azhâr bersedia menerimanya, bahkan menurutnya, beliau

juga bisa diterima di Universitas Kairo dan Dârul Ulum. Untuk itu, beliau

mengulangi studinya selama satu tahun. Belakangan beliau mengakui bahwa

studi yang dipilihnya itu ternyata tepat. Selain merupakan minat pribadi,

pilihan untuk mengambil bidang studi al-Qur’ân rupanya sejalan dengan

besarnya “kebutuhan umat manusia akan al-Qur’ân dan penafsiran atasnya”.

Berkenaan dengan jurusan yang dipilihnya ini, sesuai dengan kecintaan

terhadap bidang tafsir yang telah ditanam oleh ayahnya sejak beliau kecil.

Mengenai hal ini, Quraish menulis sebagai berikut:

12 Arif Subhan, Tafsir yang Membumi”, Tsaqafah, 2003, Vol. 1, No. 3, lihat juga,

M.Quraish shihab, Membumikan al Qur’an, (Bandung: Mizan, 1992), h. 14

Page 20: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

20

“Seringkali beliau mengajak anak-anaknya duduk bersama. Pada saat-saat seperti inilah beliau menyampaikan petuah-petuah agama. Banyak dari petuah itu- yang kemudian saya ketahui sebagai ayat-ayat al-Qur’ân atau petuah Nabi saw., sahabat, atau pakar-pakar al-Qur’ân-yang hingga detik ini masih terngiang ditelinga saya,… dari sanalah benih kecintaan kepada studi al-Qur’ân mulai tersemai di jiwa saya”.13

Universitas al-Azhâr, seperti diketahui, selain merupakan pusat

gerakan pembaharu Islam, juga merupakan tempat yang tepat untuk studi al-

Qur’ân. Pelajar Indonesia yang melanjutkan studinya ke Mesir cukup banyak.

Mesir menjadi tujuan studi islam yang bersaing dengan Haramayn.14

Di Mesir, Quraish tidak banyak melibatkan diri dalam aktivitas

kemahasiswaan. Meskipun demikian, beliau sangat aktif memperluas

pergaulan terutama dengan mahasiswa-mahasiswa dari Negara-nagara lain.

Mengenai kegiatannya ini Quraish mengatakan, “bergaul dengan mahasiswa

dari negara lain, ada dua manfaat yang dapat diambil. Pertama, dapat

memperluas wawasan, terutama mengenai kebudayaan bangsa-bangsa lain

dan kedua, memperlancar bahasa Arab”.15

Belajar di Mesir sangat menekankan aspek hapalan. Hal ini juga

dialami oleh Quraish, beliau sangat mengagumi kuatnya hafalan orang-orang

Mesir, khususnya dosen-dosen al-Azhâr. Belajar dengan cara ini bukan tidak

ada segi positifnya, meskipun banyak mendapat kritik dari para ahli

pendidikan moderen. Bahkan menurutnya, nilai positif ini akan bertambah

13 M.Quraish shihab, Membumikan al Qur’an, (Bandung: Mizan, 1992), h. 14 14 M.Quraish shihab, Membumikan al Qur’an, (Bandung: Mizan, 1992), h. 14. lihat juga,

Hamdan anwar, “Telaah Kritis Terhadap Tafsir al-Mishbah Karya M. Quraish Shihab”, Mimbar Agama dan Budaya, Vol. XIX, No. 2, 2002, h. 170

15 Arif Subhan, Tafsir yang Membumi”, Tsaqafah, 2003, Vol. 1, h. 83

Page 21: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

21

jika kemampuan menghapal itu dibarengi dengan kemampuan analisis.

Masalahnya adalah bagaimana menggabungkan dua hal ini?.16

Pada tahun 1967, Quraish meraih gelar Lc (S1) dari Fakultas

Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadis Universitas al-Azhâr. Kemudian beliau

melanjutkan studinya di fakultas yang sama, dan pada tahun 1969 beliau

berhasil meraih gelar MA untuk spesialis bidang Tafsir al-Qur’ân. Dengan

tetisnya yang berjudul al-Ijâz al-Tasyr’I li al-Qur’ân al-Karim.17

Quraish pulang ke Indonesia untuk mendarmabaktikan ilmunya di

IAIN Alauddin Makasar. Kemudian pada tahun 1980, beliau kembali ke

Kairo untuk melanjutkan studinya pada jurusan yang sama. Pada tahun 1982

beliau berhasil meraih gelar doktor dalam bidang tafsir, setelah berhasil

mempertahankan disertasinya yang berjudul Nazhm al-Durâr li al-Biqâ’iy

Tahqiq wa Dirâsah. Gelar tersebut diraih dengan yudisium Summa Cum

Laude disertai dengan penghargaan tingkat 1 (Mumtaz ma’a martabat al-

Syaraf al-‘Ula).18

B. Mengenal Tafsir al-Mishbâh

M. Quraish Shihab merupakan sosok intelektual yang sangat

produktif. Ditengah kesibukannya yang luar-biasa sebagai dosen, pejabat

tinggi, dan aktifis organisasi, beliau masih sempat menulis berbagai karya

ilmiah yang bernuansa sejuk, sederhana dan mudah dipahami. Karya-

16 Arif Subhan, Tafsir yang Membumi”, Tsaqafah, 2003, h,. 3 17 M.Quraish shihab, Membumikan al Qur’an, (Bandung: Mizan, 1992), h. 6 18 M.Quraish shihab, Membumikan al Qur’an, (Bandung: Mizan, 1992), h. 6

Page 22: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

22

karyanya yang telah ditulis baik berupa artikel, rubrik, maupun buku-buku

sangat bayak.19 Diantara tulisannya yang terkenal adalah Tafsir al-Mishbâh.

Buku ini dapat dikatakan sebagai karya puncak usahanya dalam tulisan.

Terdiri dari 15 volume, tafsir ini mulai ditulis pada tahun 1999 hingga akhir

tahun 2003. Kehadiran tafsir ini kiranya semakin mengkukuhkannya sebagai

tokoh tafsir Indonesia bahkan Asia Tenggara dan dunia.

Di bawah ini disebutkan sebahagian karya-karyanya yang lain yang juga

sangat terkenal adalah:

1. Tafsir al-Manâr, Keistimewaan dan Kelemahannya. Diterbitkan di

Makassar pada tahun 1984.

2. Tafsir al-Amânah. Merupakan kumpulan artikel dari rubrik tafsir yang

diasuhnya pada majalah Amânah. Diterbitkan oleh Pustaka Kartini 1992.

3. Membumikan al-Qur’ân, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan

Masyarakat. Karya ini merupakan kumpulan makalah yang ditulisnya

dalam rentang waktu antara 1976 sampai 1992. Diterbitkan oleh Mizan

pada tahun 1992.

4. Tafsir al-Qur’ân al-Karîm. Isinya adalah tafsiran dari 24 surah pendek

yang didasarkan pada urutan turunnya dan mengunakan metode tahlili.

Karyanya ini diterbitkan oleh Pustaka Hidayah pada tahun 1997.

Dan masih banyak lagi karya tulisannya yang banyak dibaca dan

dijadikan rujukan oleh orang banyak terutama para mahasiswa.

19 Hamdan anwar, “Telaah Kritis Terhadap Tafsir al-Mishbah Karya M. Quraish Shihab”,

Mimbar Agama dan Budaya, Vol. XIX, No. 2, 2002, h. 173

Page 23: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

23

5. Pemilihan Nama al-Mishbâh

Karya ini diberinama al-Mishbâh: Pesan, kesan dan Keserasian al-

Qur’ân. Pemilihan nama al-Mishbâh bukan tanpa dasar sama sekali,

meskipun secara eksplist Quraish tidak menyebut dasar penamaan. Paling

tidak ada dua hal yang mendasari panamaan tersebut. Pertama, di dalam kata

pengantar ditemukan sedikit penjelasan. Sebagaimana diketahui, nama

tersebut berasal dari bahasa Arab yang artinya lampu, pelita, lentera atau

benda lain yang berfungsi serupa, yaitu memberi penerang bagi mereka yang

berada dalam kegelapan. Dengan demikian dapat diduga bahwa harapan

beliau adalah memberi penerang dalam mencari petunjuk dan pedoman hidup

terutama bagi mereka yang mengalami kesulitan dalam memahami makna al-

Qur’ân secara langsung karena kendala bahasa.20 Kedua, didasarkan pada

awal kegiatan Quraish dalam menulis di Jakarta. Kendati kegiatan tulis-

menulis beliau sudah terlihat di Makassar sebagaimana dibuktikan dari

karyanya, namun produktifitas sebagai penulis mendapat monumennya

setelah beliau bermukim di Jakarta. Pada tahun 1980-an beliau diminta

menjadi pengasuh rubrik “Pelita Hati” pada Harian Pelita. Uraian-uraian yang

disajiakannya menarik banyak pihak. Itu karena dalam setiap tulisannya,

beliau memberikan nuansa yang sejuk, tidak bersifat menggurui dan

menghakimi. Pada tahun 1994, kumpulan tulisannya itu diterbitkan oleh

Mizan dengan judul Lentera Hati, dari sinilah nampaknya pengambilan nama

al-Mishbâh itu berasal, yaitu bila dilihat dari maknanya. Analisis yang

dikemukakan adalah bahwa kumpulan tulisannya pada rubrik “Pelita Hati”

20 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh. Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’ân,

(Ciputat: Lentera Hati, 2000), Vol.1, h. 176-177

Page 24: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

24

diterbitkan dengan judul Lentera Hati. Lentera merupakan padanan kata dari

pelita yang arti dan fungsinya sama-sama memberikan penerang. Dalam

bahasa arab lentera, pelita atau lampu disebut dengan mishbâh dan inilah

yang dipilih sebagai nama. Penerbitnya juga mempergunakan nama yang

sama yakni Lentera Hati.21

Motifasi yang melatar belakangi adalah hal yang niscaya ada pada

suatu karya apa pun, Tak terkecuali Tafsir al-Mishbâh. Paling tidak ada dua

alasan yang melatar belakangi penuisannya. Pertama, motivasi itu didasarkan

pada tanggung jawab moral penulisnya sebagai ulama yang wajib

memberikan penerangan kepada umat sesuai bidangnya. Rasa tanggung

jawab ini muncul ketika menyadari bahwa al-Qur’ân yang merupakan

petunjuk bagi manusia harus dipahami dan dimengerti maknanya. Tetapi

kenyataan bahwa umat Islam Indonesia mempunyai keterkaitan yang besar

terhadap al-Qur’ân dan hannya berarti pada pesona bacaannya adalah fakta.

Hal ini disebabkan oleh kendala bahasa. Mengenai hal ini beliau menguraikan

sebagai berikut: “Adalah kewajiban para ulama untuk memperkenalkan al-

Qur’ân dan menyuguhkan pesan-pesan yang terkandung di dalamnya sesuai

dengan harapan dan kebutuhan itu”.22 Kedua, tidak sedikit umat Islam yang

mempunyai keterkaitan yang luar biasa terhadap makna-makna al-Qur’ân,

tetapi mengalami beberapa kendala, terutama waktu, ilmu-ilmu yang

mendukung, dan kelangkaan buku-buku rujukan yang memadai dari segi

kecakupan informasi dan kejelasannya.

21 Hamdani Anwar, “Telaah Kritis Terhadap Tafsir al-Mishbah Karya M. Quraish

Shihab”, Mimbar Agama dan Budaya, Vol. XIX, No. 2, h. 176-177 22 M.Quraish shihab, Membumikan al Qur’an, (Bandung: Mizan, 1992), h. 12

Page 25: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

25

Motifasi Quraish dalam menulis Tafsir Mishbâh tersebut tampak

sejalan dengan penegasan yang disampaikan oleh Ibn Katsir dalam

muqaddimah tafsirnya. “Adalah menjadi kewajiban para ulama untuk

mengungkapkan maksud dari kalam Ilahi, menafsirkannya, mempelajarinya,

dan mengajarkannya”.23

6. Sumber Penafsiran al-Mishbâh

Tafsir al-Mishbâh dapat digolongkan sebagai ta-tafsir bi al-ra’yi.24

Kesimpulan itu diambil dari pernyataan penulisnya yang diungkapkan pada

akhir “Sekapur Sirih” yang merupakan sambutan dari karya ini. Redaksi yang

ditulisnya adalah sebagai berikut:

“Akhirnya penulis perlu menyampaikan kapada pembaca bahwa apa yang dihidangkan disini bukan sepenuhnya ijtihad penulis. Hasil ulama-ulama terdahulu dan kontemporer, serta pandangan-pandangan mereka sungguh banyak penulis nukil khususnya pandangan pakar tafsir Ibrahim Umar al-Bi’qa’i (w. 885 H / 1480 M) yang karya tafsirnya masih berbentuk manuskrip menjadi bahan disertasi penulis di Universitas al-Azhâr, Kairo, dua puluh tahun yang lalu. Demikian juga karya tafsir Pemimpin Tertinggi al-Azhar dewasa ini, Sayyid Muhammad Thanthawi al-Sya’rawi dan tidak ketinggalan pula Sayyid Quthub, Muhammad Thahir ibn Asyur, Sayyid Muhammad Husein Thabathaba’i, serta pakar-pakar tafsir lainnya”.25

Pernyataannya di atas mengisyaratkan, paling tidak dua hal. Pertama,

Sumber penafsirannya adalah ijtihadnya sendiri. Kedua, adalah rujukan yang

berasal dari pendapat dan fatwa ulama, baik ulama yang terdahulu maupun

yang masih hidup. Sementara itu, selain mengutip pendapat para ulama,

Quraish juga mempergunakan ayat-ayat al-Qur’ân dan hadis Nabi saw.

23 Ibn Katsir, Tafsir Ibn Katsir, (Kairo: Mathba’ah al-Istiqâmah, 1958), jilid. 1, h. 3 24 Kata al-ra’yi secara etimologis, berarti keyakinan, qiyas dan ‘Ijtihad. Jadi tafsir bi al-

ra’yi adalah penafsiran yang dilakukan dengan cara ijatihad. Lihat Hamdani Anwar , OP. Cit., h. 180. Lihat juga, Supiana dan M. Karman, Ulumul Qur’ân dan pengenalan Methode Tafsir, (Bandung: Pustaka Islamika, 2002), h.306

25 M.Quraish shihab, Membumikan al Qur’an, (Bandung: Mizan, 1992), h. xii

Page 26: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

26

sebagai bahan dari penjelasan tafsir yang dilakukan. Karena itu, Tafsir al-

Mishbâh juga dapat dikelompokan kedalam tafsir bi al-ra’yi yang mahmudah

sebagaimana yang diungkapkan oleh al-Zarqani, berlaku pada tafsir bi al-

ra’yi yang memperhatikan norma-norma yang telah ditetapkannya.26

Sedangkan yang tidak merujuk seperti semestinya, maka penafsirannya

dinilai madzmumah.27

7. Corak, Metode dan Sistematika Penulisan Tafsir al-Mishbâh

Dalam litelatur studi tafsir dikenal beberapa corak tafsir. Misalnya;

tafsir falsafi, tafsir ilmî, tafsir lughawi, tafsir fiqhi, tafsir adâbi, tafsir ijtimâ’i.

dipandang dari sudut pandang itu, Tafsir al-Mishbâh dapat dikategorikan

dalam corak tafsir ijtimâ’i atau kemasyarakatan. Hal ini didasarkan pada

kecenderungan tafsir ini mengupas masalah-masalah sosial dan mamberikan

jalan keluar atasnya. Panilaian ini dapat menimbulkan pertanyaan mengingat

istilah yang digunakan cenderung berbeda dari teori dasar tafsir yang telah

dikemukakan pakar sebelumnya, yaitu corak adâb al-ijtimâ’i (corak sastra

dan kemasyarakatan). Hal ini sengaja dilakukan dengan pertimbangan bahwa

penulis bukanlah seorang yang pakar sastra, baik sastra bahasa Indonesia

maupun Arab.28

26 al-Zarkasyi, al-Burhan fi ‘Ulumul al-Qur’ân, (Kairo: Dar Ihya’ al-Kutub al-Arabiyah,

1957), jilid. II, h. 49 27 Al-Zarkasi telah menetapkan norma-norma bagi tafsir bi al-ra’yi yang tercela ini adalah

sebagai berikut: Tidak merujuk pada al-Qur’ân dan Sunnah, tidak merujuk pada riwayat sahabat, tidak memperhatikan kaidah dan aturan kebahasaan dengan tepat, dan tidak menafsirkan sesuai dengan konteks redaksi ayat. Lihat al-Zarkasyi, al-Burhan fi ‘Ulumul al-Qur’ân, (Kairo: Dar Ihya’ al-Kutub al-Arabiyah, 1957), jilid. II, h. 156-161

28 Lihat Hamdan Anwar, “Telaah Kritis Terhadap Tafsir al-Mishbah Karya M. Quraish Shihab”, Mimbar Agama dan Budaya, Vol. XIX, No. 2, 2002, h. 185

Page 27: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

27

Dari segi metodologi, Tafsir al-Mishbâh menggunakan metode tahlili.

Kesimpulan ini dapat dengan mudah dilihat dari cara penafsiran yang terdapat

dalam karya ini, yaitu dengan menjelaskan ayat demi ayat, surah demi surah,

sesuai dengan susunan dalam mushaf. Metode ini sengaja dilakukan oleh

penulisnya, karena beliau ingin mengungkapkan semua isi al-Qur’ân secara

rinci agar petunjuk-petunjuk yang terkandung di dalamnya dapat dijelaskan

dan dipahami oleh para pembaca.

Namun demikian, sebenarnya Quraish tidak begitu tertarik untuk

menggunakan metode tahlili. Di dalam beberapa kesempatan, beliau selalu

mengemukakan bahwa metode yang digunakannya itu memiliki beberapa

kelemahan. Menyadari hal tersebut, beliau memberikan tambahan lain dalam

karyanya. Beliau menilai bahwa cara yang paling baik dalam menghidangkan

pasan al-Qur’ân adalah dengan metode maudhu’i, yaitu dengan

mengungkapkan pesan al-Qur’ân sesuai dengan tema yang diinginkan. Selain

itu metode ini memiliki beberapa keistimewaan. Dengan dasar itu, beliau

berupaya menggunakan metode maudhu’i dalam tafsirnya. Sehubungan

dengan upayanya itu, beliau menyatakan sebagai berikut:

“Dalam konteks memperkenalkan al-Qur’ân dalam buku ini, penulis berusaha dan akan terus berusaha menghidangkan bahasan setiap surah pada apa yang dinamai tujuan surah, atau tema pokok surah. Memang, menurut para pakar, setiap surah ada tema pokoknya”.29

Berkaitan dengan sisitematika penulisan Tafsir al-Mishbâh, dapat

dikemukakan sebagai berikut:

29 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh. Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’ân,

(Ciputat: Lentera Hati, 2000), Vol.1, h. vii

Page 28: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

28

1. Tafsir dimulai dengan pengantar yang menjelaskan surah

secara global.

2. Penulisan ayat-ayat dikelompokan ke dalam tema-tema tertentu

sesuai dengan urutannya, kemudian diikuti dengan terjemahnya

3. Uraian kosa kata yang dipandang perlu dalam penafsiran

makna ayat.

4. Ayat dan hadis yang dijadikan penguat atau bagian dari

tafsirnya hanya ditulis dengan terjemahnya saja.

Adapun jumlah keseluruhan Tafsir al-Mishbâh adalah 15 volume

dengan pembagian sebagai berikut; Volume I berisi tafsiran surat al-Fatihah

dan al-Bâqarah. Volume II; surah al-Imrân dan an-Nisâ. Volume III; surah al-

Mâidah. Volume IV; surah al-An’âm. Volume V; surah al-A’râf, al-Anfâl,

dan at-Taubah. Volume VI; surah Yunûs, Hûd, Yusûf, dan ar-Râ’d. Volume

VII; surah Ibrâhim, al-Hijr, an-Nahâl, dan al-Isrâ. Volume VIII; al-Kahfi,

Maryâm, Thâhâ, al-Anbiyâ. Volume IX; surah al-Hâjj, al-Mu’minûn,an-Nûr,

dan al-Furqân. Volume X; surah asy-Syu,arâ, an-Naml, al-Qashâsh, dan al-

Ankabut. Volume XI; surah ar-Rûm, Lukman, as-Sajdâh, al-Ahzâb, Sabâ,

Fâthir, dan Yâsin. Volume XII; surah ash- Shâffat, ashad, az-Zumâr, Ghâfir,

Fushshilât, asy Syurâ, dan az-Zukhrûf. Volume XIII; surah ad-Dhukhân, al-

Jâtsiyah, al Ahqâf, Muhammad, al-Fâth, al-Hujurât, Qâf, adz-Dzâriyât, ath-

Thur, an-Nujm, al-Qomâr, ar-Rahman, dan al-Wâqi’ah. Volume XIV; al-

Hadid, al-Mujâdalah, al-Hasyr, al-Mumtahnah, ash-Shâff, al-Jumu’ah, al-

Munâfiqun, al-Taqhâbun, ath-Thalâq, at-Tahrîm, Tabârak, al-Qalâm, al-

Page 29: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

29

Hâqqah, al-Ma’ârij, Nûh, al-Jînn, al-Muzzammîl, al-Muddatstsîr, al-Qiyâmah,

al-Insân, dan al-Mursalât. Sementara volumr XV berisi Juz ‘Ammâ.

Demikian sistematika penulisan yang dilakukan M. Quraish Shihab dalam

karya ini.

C. Kandungan Surat ar-Rahmân dan Dalam Tafsir al-Mishbâh

Surah ar-Rahmân adalah surah makkiyyah menurut pendapat mayoritas

ulama, penamaannya dengan ar-Rahmân telah dikenal sejak zaman Nabi saw.

Nama tersebut diambil dari awal kata surah ini. Hal yang unik dalam al-

Qur’ân bahwa surah ini diawali dengan salah satu nama Allah swt. yaitu ar-

Rahmân - sesudah Basmalah.

Surah ar-Rahmân dikenal juga dengan nama ‘Arus al-Qur’ân yang

secara harfiah berarti pengantin al-Qur’ân. Penamaan surah itu karena

indahnya surah ini, dan karena di dalamnya terulang sekian kali ayat fa bi

ayyi âlâ’i Rabbikumâ tukadzdzibân, yang diibaratkan dengan aneka hiasan

yang dipakai oleh pengantin.30

Ayat pertama yakni ar-Rahmân tercantum apa adanya dan berdiri

sendiri yang menerangkan keseluruhan surat dan mengatur isi baik dari segi

arti maupun pesannya. Dalam surah ini Allah swt. dengan nama-Nya ar-

Rahmân muncul sebagai subjek yang diikuti oleh sebuah predikat kata kerja

yang mengandung arti pembatasan, dalam pengertian hannya dialah yang

melakukan ini dan itu. Dalam surah ini terdapat serangkaian predikat kata

30 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’ân,

(Ciputat: Lentera Hati, 2000), Vol. 13, muqaddimah surah ar-Rahmân

Page 30: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

30

kerja yang muncul berturut-turut tampa kata sambung yang semuanya

bergantung pada kata ar-Rahmân.

Pengaruh ayat pertama yakni ar-Rahmân terhadap ayat-ayat selanjutnya

semakin ditekankan oleh aspek suaranya. Sebab sebagi ayat yang berdiri

sendiri yang diakhiri oleh alif panjang dan nun, maka ayat ini menentukan

pola fashihah atau sajak pada akhir ayat-ayat selanjutnya yang pada

khususnya mengandung “an” dan pada beberapa ayat “am”, yang tidak

banyak merubah pola ini mengingat “n” dan “m” keduanya berbunyi

konsonan yang didengungkan (ayat 1-6 ditrasliterasikan untuk menunjukan

efek ini).31

Tema surah ini adalah uraian tentang nikmat-nikmat Allah swt.,

bermula dari nikmatnya yang terbesar dan teragung yaitu al-Qur’ân.

Thabathaba’i berpendapat bahwa surah ini mengandung isyarat tentang

ciptaan Allah swt. dengan sekian banyak bagian-bagiannya di langit dan

bumi, darat dan laut, manusia dan jin, di mana Allah swt. mengatur semua itu

dalam satu pengaturan yang bermanfaat bagi manusia dengan jin - bermanfaat

untuk hidup mereka di dunia yang akan binasa yang kekal abadi diakhirat.32

Paling tidak ada tiga hal isi surah ar-Rahmân yang di kelompokan

kedalam tiga kelompok ayat yakni:

1. Ayat 1-30 membahas tentang karunia Allah swt. di dunia. Namun

pada ayat ke 13 mengetengahkan tantangan terhadap lawan-lawan

31 Muhammad Abdul Halim, Memahami al-Qur’ân “Pendekatan Gaya dan Tema”,

(Bandung: Marza, 2002), Cet. 1 h. 218 32 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh. Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’ân,

(Ciputat: Lentera Hati, 2000), Vol.13, h, Muqaddimah surah ar-Rahmân

Page 31: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

31

bicara-Nya (manusia dan jin) “maka nikmat Tuhan kamu yang

manakah yang kamu dustai”, yang disebut secara berulang-ulang.

2. Ayat 31-45 berisi tentang tantangan kepada lawan bicara-Nya

untuk melarikan diri dari pengadilan - orang-orang yang berdosa

tidak akan mampu menyelamatkan dirinya dari hukuman yang

eksistensinya telah mereka dustakan.

3. Ayat 46-77 membahas tentang berbagai nikmat yang menjadi

balasan bagi dua golongan yang beriman.33

33 Muhammad Abdul Halim, Memahami al-Qur’ân “Pendekatan Gaya dan Tema”, (Bandung: Marza, 2002), h. 217

Page 32: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

32

BAB III

KEGIATAN TAKHRIJ HADIS-HADIS DALAM TAFSIR AL-

MISHBAH PADA SURAH AL-RAHMÂN

E. Hadis Pertama “ Pengantin al-Qur’ân adalah al-Rahmân”

4. Teks Hadis dan Kegiatan Takhrij Hadis

Dalam Tafsir al-Mishbah, mufassir mengambil matan hadis tertulis

sebagai berikut: Nabi saw. bersabda: “Segala sesuatu memiliki pengantin

dan pengantin al-Qur’ân adalah surat al-Rahmân”34. Jika ditranslit

kedalam bahasa Arab maka hadis tersebut berbunyi:

نمحالر نآرالق وسرع و وسرع ءيش لكل: النبي صلى اهللا علیھ و سلم یقول

Untuk menetahui kejelasan hadis di atas berserta sumber-

sumbernya, penulis tidak terlepas dari metode takhrij yang digunakan,

sebagaimana yang telah disingung di dalam bab 1, penulis mengawali

kegiatan takhrij ini dengan memilih berbagai macam cara ulama hadis

dalam pembukuan hadis mereka.

Diantara metode yang digunakan oleh ulama, ada yang

menyusunnya dengan abjad hijaiyah (alif, ba’,ta, dan sebagainya), ada

yang menyusunnya sesuai dengan tema hadis, seperti: tentang shalat, zakat

dan lain-lain, ada yang menyuusunnya menurut nama-nama perâwî

terakhir, adakalanya perâwî pertama itu sahabat bila hadisnya muttasîl35,

34 M. Quraish Shihab, “Tafsir al-Misbah” Pesan, Kesan dan keserasian al-Qur’ân,

Ciputat: Lentera Hati, 2000, h. 491. 35 Muttasîl maksudnya ialah para perawi yang tercantum pada sanad antara murid dan

guru bertemu (liqa). Baik itu dari segi masa hidupnya, daerah tempat tinggalnya dan profesinya sebagai muhaddisin. Lihat Endang Soetari, Ilmu Hadis, (Jakarta: Amal Bakti Press, 1997), Cet. 2, h.136.

Page 33: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

33

dan adakalanya tabî’in bila hadis itu mursal36. Hadis tersebut ada yang

ditulis lengkap dan ada pula yang hannya potongan saja. Ada pula yang

menyusun menurut kriteria-kriteria hadis.

seperti: hadis qudsi, mutawatir, maudu’37, mursal. Serta ada pula

yang disusun berdasarkan lafadz-lafadz yang terdapat dalam matan

hadis.38

Berangkat dari beragam ulama dalam pembukuan hadis serta

penyusunannya, maka dapat diperoleh berbagai metode takhrij yaitu:

a. Dengan cara mengetahui sahabat yang meriwayatkan hadis.

b. Dengan cara mengetahai lafadz pertama dari matan hadis.

c. Dengan cara mengetahui lafadz matan hadis yang sedikit berlakunya.

d. Dengan cara mengetahui pokok bahasan atau tema hadis.

e. Dengan cara meneliti keadaan-keadaan hadis baik dalam sanad atau

matan.39

Dari kelima metode di atas, tidak mengharuskan seorang peneliti

menggunakan semua metode, terkadang ditemukan hannya tiga atau dua

metode saja, jika memang metode yang dipilihnya itu sudah dapat

memadai usaha penelusuran hadis.

36 Yang dimaksud mursal ialah gugur pada sanad terakhir atau perawi pertama (sahabat),

yakni tabi’in menisbahkan matan hadis kepada Nabi saw, tanpa menyebutkan dari sahabat mana ia menerima hadis. Lihat:Endang Soetari, Ilmu Hadis, h. 149.

37 Hadis maudu’ ialah hadis bikinan, yang dibuat oleh orang lain selain Nabi saw., dan merupakan bentuk hadis da’if yang terburuk yang paling parah. Lihat Imam al-Nawawi, Dasar-Dasar Ilmu Hadis, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), Cet. 1, h. 35.

38 Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadis, (Jakarta: Gaya Media Pertama, 1996), Cet. 1, h. 116-122.

39 Mahmud at-Tahhan, Metode Takhrij dan Penelitian Sanad Hadis, terj, Ridwan Nasir, (Surabaya: Bina Ilmu, 1995), cet. 1, h. 25.

Page 34: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

34

Dalam skripsi ini, penulis hanya menggunakan dua metode:

Pertama, penulis menggunakan metode penelusuran hadis bi alfadz yakni

penelusuran hadis dengan mengunakan kata-kata pada matan hadis, baik

berupa fi’il atau isim. Adapun kitab yang digunakan adalah kitab al-

Mu’jam al-Mufahras li al-AlFadz al-Hadîts. Kedua, metode penelusuran

hadis dengan menggunakan awal khafaz matan hadis. Adapun kitab yang

digunakan adalah kitab Mausua’ah Atraf al-Hadîts al-Nabawî Syarîf.40

Matan hadis di atas, dapat ditemukan melalui metode takhrij hadis

pada awal matan melalui kitab Mausua’ah Atraf al-Hadîts al-Nabawî

Syarîf, maka kata-kata yang dapat ditelusuri adalah: لكل شيء عروس

Dalam kitab Mausua’ah Atraf al-Hadîts al-Nabawî Syarîf Nabawî

Syarîf:41

الرحمن عروس القرآنو لكل شيء عروس

٢١٨ مشكاة -

١٤٠: ٦ منثور -

٢٦٣٨ كنز -

١٥١: ١٧قرطبي -

Dari informasi di atas, dapat diketahui bahwa riwayat tersebut

terdapat di dalam kitab hadis:

1. Musyakâh al-Mashâbih li al-Tibrizî: 2180.

2. Al-Dâr al-Mantsûr li al-Suyûti: 6: 140.

40 Jika kedua metode penelusuran hadis yang digunakan tidak dapat menemukan secara

langsung hadis yang ingin diketahui, maka langkah yang akan dilakukan penulis selanjutnya adalah menelusurinya dengan berpegang kepada keterangan yang diperoleh dari kedua metode tersebut.

41 Abû Hâjir Muhammad al-Sa‘îd Basyûnî Zaglûl, Mausû’ah Atrâf al-Hadîts, (Beirut: Dar al-Fikr, 1989), cet. 1, jilid 6, h. 645.

Page 35: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

35

3. Kanz al-‘Umâl li al-Muttaqî al-Hindî: 2638.

4. Tafsir al-Qurtubî: 17: 151.

Dari kitab-kitab petunjuk di atas, dapat diketahui bahwa hadis

yang akan diteliti terdapat dalam kitab Syu’ab al-Îmân dan hanya memiliki

satu jalur. Oleh karena itu, penelitian sanad hadis terfokus pada riwayat

yang ada di dalam kitab Syu’ab al-Îmân disamping mengikuti keterangan

yang terdapat dalam kitab Tafsir al-Misbah. Teks hadisnya adalah:42

لحسن أخبرنا أبو عبد الرحمن السلمي ثنا علي بن الحسین بن جعفر الحافظ ببغداد ثنا أحمد بن ا

محمد بن یحیى بن جعفر الكسائي المقري ثنا ھشام الیزیدي ثنا علي بن حمزة دبیس المقرئ ثنا

الكسائي ثنا موسى بن جعفر عن أبیھ جعفر عن أبیھ عن علي بن الحسین عن أبیھ عن علي

لكل شيء عروس و عروس : النبي صلى اهللا علیھ و سلم یقول سمعت : رضي اهللا عنھ قال

القرآن الرحمن

5. Kegiatan I’tibar

Kegiatan i’tibar adalah memperlihatkan dengan jelas seluruh sanad

hadis yang diteliti, termasuk nama-nama periwayatnya, dan metode

periwayatan yang digunakan oleh masing-masing periwayat. Untuk

kepentingan tersebut maka diperlukan pembuatan skema untuk seluruh

sanad bagi hadis yang diteliti.

Lihat skemanya pada halaman berikut.

42 Riwayat al- Baihaqî hannya terdapat satu jalur, sebagaimana yang terdapat dalam kitab

aslinya. lihat, al-Baihaqî, Abû Bakar Ahamad bin Husain bin ‘Alî, Syu’ab al-Imân li-Baihaqî (Beirut: Dâr al-Kitâb al-‘Ilmiyah, t.t.), h. 257

Page 36: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

36

Page 37: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

37

Setelah dilihat dalam skema dapat diambil natijah bahwa: Dari

segi hubungan periwayatan, tidak semua perawi yang diteliti bersambung.

Dari segi perlambangan, hadis yang diteliti hampir keseluruhan sanadnya

mendapatkan hadis dengan cara bertemu dan mendengar langsung, dengan

menggunakan lambang ( أخبرنا ,ثنا ,عن ,سمعت ).

6. Kegiatan Penelitian Kualitas Periwayat serta Menyimpulkan

hasil Penelitian Sanad

Kegiatan penelitian sanad ini adalah untuk memperoleh informasi

mengenai keadaan perawi termasuk metode periwayatannya. Pada bagian

ini diperlukan kitab-kitab yang menerangkan keadaan perawi hadis, baik

dari sisi biografinya, pribadinya, kritik terhadap perawi yang bersangkutan

dan sebagainya.

Al-Baihaqî (w. 458 H)

Nama lengkap: Al-Imâm al-Hâfiz al-‘Allâmah al-Jalîl, al-Usûlî al-

Zâhid al-Wara‘, Syaikh‘ Khurasân, Sâhib al-Tasânif: Abû Bakar Ahmad

bin al- Husain bin ‘Alî bin ‘Abdillah bin Mûsâ al-Baihaqî al-Naisâbûrî43.

Gurunya: Al-Hâkim Abî ‘Abdullâh al-Hâfiz, ‘Abdullâh bin

Yûsuf al-Asbahânî, Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Ibnu Rajâ` al-

Adîb, Ishâq bin Muhammad bin Yûsuf al-Sûsî, Mansûr ibn al-Husain al-

Maqra’.

43 Abî Bakr Ahmad bin al-Husain bin ‘Alî al-Baihaqî, al-Sunan al-Saghîr, jilid 1, (Beirut:

Dâr al-Kitab al-‘Ilmiyah,1992), h. 3.lihat Abû ‘Abdillah Syams al-Dîn Muhammad al-Dzahabî. Tadzkirat al-Huffâz, jilid 3, (Beirût: Dar al-Kitab al-‘Ilmiyah, t.t.), h. 1132., lihat al-Dzahabî. Siyaru ‘Alâm al-Nubalâ i, jilid 18, h. 163-164.

Page 38: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

38

Muridnya: - 44

Pendapat ulama hadis tentang dirinya:

1. Al-Hâfiz ‘Abd al-Ghâfir bin ‘Ismâ‘îl di dalam târîkhnya: Al-Baihaqî

adalah seorang tokoh ulama ternama, beliau juga terkenal sebagai

orang yang zuhud dan wara‘. Beliau melanjutkan bahwa, Abû Bakar

al-Faqîh, al-Hâfiz, Usuluddîn, al-Wara‘, salah seorang yang hafal pada

masanya, dari pembesar al-Hâkim, beliau menambahkan berbagi

macam ilmu kepada al-Hâkim, menulis, melatih al-Hâkim menghafal

hadis, menguasai hingga mahir. Abû Bakar mengambil disiplin ilmu

Usuluddin, beliau pergi ke Iraq, Jabal Hijaz, kemudian mulai menulis,

karangannya hampir 1000 Juz, dari apa yang tidak pernah dilakukan

seorangpun, beliau memadukan/ mengumpulkan ilmu fikih dan hadis,

menjelaskan ‘ilal hadis, menaruh perhatian berbagai macam hadis,

banyak para imam belajar dari Baihaqî sampai Naisabur, untuk

mendengar berbagai macam kitab, menyelesaikan kitab selama 41

tahun 3 bulan, kemudian forum menyimpulkan untuk mendengarkan

(membedah) kitab ma‘rifah dan para imam pun menghadirinya.

2. Al-Qudat Abû ‘Alî Ismâ‘îl bin al-Baihaqî: Beliau adalah seorang

teman kita yang salih dan paling banyak bacaannya.45

3. Al-Sam‘ânî: Beliau imam yang faham, Hâfiz, yang mengumpulkan

ilmu hadis dan fiqih.46

44 Setelah penulis melacak kebeberapa kitab Rijal dan Tarikh, penulis tidak menemukan

keterangan tentang murid-muridnya. 45 Al-Syamsyu al-Dîn bin Muhammad bin Ahmad bin ‘Ustman al-Dzahabî. Siyaru A‘lâm

al-Nubalâ i, (Beirut: Muwasasah al-Risâlah, 1985) jilid 18, h. 167.

Page 39: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

39

4. Lahir 384 H. bulan Sya‘ban, dan meninggal pada hari ke sepuluh bulan

Jumâdi al-Awal tahun 458 H.47

Terdapat pertemuan dengan gurunya Abû ‘Abd al-Rahmân al-

Sulamî, para ulama menilainya positif (ta’dîl) tingkat pertama disamping

penilaian positif lainnya, Beliau menerima hadis dengan cara takhbir (

.Oleh karena itu, periwayatannya dapat diterima .( أخبرنا

Abû ‘Abd al-Rahmân al-Sulamî (w. 412 H)

Nama lengkap: Muhammad bin Abû ‘Abd al-Rahmân al-Sulamî,

Syaikh Sufiyah, Sâhib al-Târih dan Tabaqâh.

Gurunya: Al-Asam.

Muridnya: Al-Baihaqi.

Pandangan ulama kritikus hadis terhadap dirinya:

1. Al-Hâkim: Beliau adalah ahli Zuhud, tasawuf, كثیر الحدیث, متقنا

2. Al-Sirâj : Insya Allah tidak tergolong pendusta.

3. Al-Khatîb : Beliau wafat bulan Sya’ban tahun 412 H.48 الحدیثصاحب ,

Terdapat kemungkinan pertemuan dengan muridnya melalui tahun

wafatnya, penilaian para ulama positif (ta’dil) tingkat pertama, disamping

46 Abî Sa‘ad ‘Abd al-Karîm bin Muhammad bin Mansûr al-Tamîmî al-Sam‘ânî. Al-

Ansâb, jilid 2, (Kairo: Maktabah Ibnu Taimiyah, 1980), h. 381. 47 Syamsu al-Dîn Ahmad bin Muhammad bin Abî Bakr bin Khalkân. Wafâyat al-A‘yân,

jilid 1, (Beirût: Dâr Sâdr, t.t.), h. 76. 48 Al-Imam al-Hâfiz Syihâb al-Dîn Ahmad bin ‘Alî bin Hajar al-‘Asqalânî. Lisân al-

Mîzân, jilid 7, h. 140. Lihat juga Abî Bakr Ahmad ‘Alî al-Khatîb al-Baghdâdî. Târikh Baghdâd au Madînah al-Salâm, jilid. 2, (Beirût: Dar al-Fikr, t.t.), h.248

Page 40: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

40

penilaian positif lainnya, dan Beliau juga menerima hadis dengan cara

tahdits ( ثنا )49. Oleh karena itu, periwayatannya dapat diterima.

‘Alî bin Husein bin Ja’far al-Hâfiz (w. 276 H)

Nama lengkap: ‘Alî bin Husein bin Ja’far bin Karnîb al-Rasâfî,

Abû Hasan al-Bazâr. Nama tersebut adalah nama yang digunakan oleh

Ibnu Hajar.

Gurunya: Al-Baghandî, dan Hamid bin Syua’îb.

Muridnya : -50

Pandangan ulama hadis terhadap dirinya:

1. Al-Dâruqutnî: Apabila dalam namanya diberi pangkat al-Hâfiz dan al-

Ma’rifah maka hal tersebut benar-benar lemah. Ia wafat tahun 276 H.

2. Ibnu Abî al-Fuwaris: الكذاب (pembohong), dia orang yang suka

mencampur-campurkan hadis. Aku pernah melihat kitabnya yang

penuh dengan kebohongan, dia memotong tulisan diawal juz dan

mengganti dengan tulisannya sendiri.

3. Al-Khatîb: ضعیف , gelar al-Hâfiz dan al-Ma’rifah adalah bohong.

Tidak terdapat kemungkinan pertemuan baik dengan guru maupun

muridnya, para ulamapun menilainya negatif (al-Jarh), meskipun Beliau

menerima hadis dengan cara tahdits ( ثنا ). Oleh karena itu, periwayatannya

tidak diterima.

Ahmad bin Hasan Dubaisi

49 Kata ( ثنا ) tsannâ merupakan singkatan dari kata ( حدثنا ) Hadatssannâ, oleh karena itu

kata tsanaâ termasuk kata tahdîts. 50 Abî Bakr Ahmad ‘Alî al-Khatîb al-Baghdâdî. Târikh Baghdâd au Madînah al-Salâm,

jilid. 6, (Beirût: Dar al-Fikr, t.t.), h. 275

Page 41: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

41

Nama lengkap: Ahmad bin Hasan bin ‘Alî bin Husein, Abû ‘Alî al-

Muqrâi yang dikenal dengan sebutan Dubaisi, atau Ahmad bin Hasan bin

‘Alî al-Muqarî Dubaisi.51

Gurunya: Muhammad bin ‘Abd al-Nûr dan Muhammad bin

Musafî.

Muridnya: Abû Bakar bin al-Muqraî, Ibnu Mudzaffâr, dll.

Pandangan ulama hadis terhadap dirinya:

1. Al-Dâruqutnî berpendapat bahwa Ahmad bin Hasan: لیس ثقة

2. Al-Khatîb juga menilai bahwa beliau adalah 52.منكر الحدیث

Terdapat kemungkinan pertemuan, melalui tahun wafat antara ‘Alî

bin Husein bin Ja’far al-Hâfiz (w. 276 H) dengan Muhammad bin Yahyâ

bin Ja’far al-Kisâî (w. 280 H), namun para ulama menilainya negatif (al-

Jarh) tingkat kedua. Meskipun Beliau menerima hadis dengan cara tahdits

.periwayatannya tidak dapat diterima ,( ثنا )

Muhammad bin Yahyâ bin Ja’far al-Kisâî (w. 280 H)

Nama lengkap: Muhammad bin Yahyâ bin Zakariya, Abû ‘Atu

tibdullâh al-Muqraî yang dikenal dengan sebutan al-Kisâî al-Sagîr.

Gurunya: Khalaf bin Qisyâm al-Bazzâr, ‘Alî bin Mughirah al-

Atsrâm, Abâ Mishal Sâhib al-Kisaî, Abâ Hârits al-Laits bin Khâlid.

Muridnya: Abû Bakar bin Mujahid, ‘Alî Ahmad bin Hasan

Dubais.

Pandangan ulama hadis terhadap dirinya :

1. Ibnu al-Jazarî : 53. ثقة

51 Abî Bakr Ahmad ‘Alî al-Khatîb al-Baghdâdî. Târikh Baghdâd au Madînah al-Salâm, jilid. 4, (Beirût: Dar al-Fikr, t.t.), h. 77.

52 Al-‘Asqalânî, Lisân al-Mîzân, juz.1, h. 153.

Page 42: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

42

Terdapat pertemuan dengan muridnya: Abû ‘Alî Ahmad bin

Hasan Dubais, penilaian ulama positif (ta’dil) tingkat ketiga. Dan Beliau

juga menerima hadis dengan cara tahdits ( ثنا ). Oleh karena itu,

periwayatanya dapat diterima.

Hisyâm al-Yazîdî

Setelah penulis menelusuri kitab-kitab Rijal al-Hadis dan Tarikh,

penulis tidak menemukan nama tersebut, baik setelah menelusurinya

melalui perawi sebelumnya maupun sesudahnya. Perawi ini oleh penulis

dinilai majhul. Dia menerima hadis dengan cara tahdits ( ثنا ).

‘Alî bin Hamzah al-Kisâî (w. 189 H)

Nama lengkap: ‘Alî Abû Hamzah bin ‘Abdullâh bin Qais al-Asadî,

Abû Hasan al-Muqraî al-Kisâî.

Gurunya: Hamzah al-Ziyati, Abû Bakar bin ‘Iyâsy, Muhammad bin

Sahl.

Muridnya: Abû ‘Ubaid al-Qâsim bin Sallâm, Abû Zakariyâ al-

Farrâi, Ahmad bin Abî Suraij.54

Pandangan ulama hadis terhadap dirinya:

1. Ibnu Hibbân memasukkannya dalam kitab الثقات

2. Beliau adalah salah satu ulam ahli qiraat dan tajwid di Baghdad. Guru

qiraatnya adalah Hamzah al-Ziyâti, Sulaimân bin Arqâm, Ja’far al-

Sâdik, dan Ibnu ‘Uyaynah. Beliau juga menerima hadis dari guru-guru

53 Abî Bakr Ahmad ‘Alî al-Khatîb al-Baghdâdî. Târikh Baghdâd au Madînah al-Salâm,

jilid. 4, (Beirût: Dar al-Fikr, t.t.), h. 655. 54 Abî Muhamad ‘Abd al-Rahman bin Abî Hâtim Muhammad Idrîs bin al-Mundzir al-

Tamîmî al-Hanzalî al-Râzi, al-Jarh wa al-Tadîl Jilid 6, (Beirût: Dâr al-Kitab al-‘Ilmiyah,1953), h. 182.

Page 43: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

43

qiraatnya. Murid-muridnya dalam qiraat cukup banyak diantaranya,

Hafs bin ‘Umar al-Râzî.

3. Beliau pengarang kitab Ma’ânî al-Qurân dan al-Atsâr fî al-Qurân.

4. ‘Alî bin Hasan bin Bakar dari Ahmad bin Kamal al-Qâdî: Beliau wafat

hari Minggu tahun 189, dalam usia 70 tahun.55

Terdapat pertemuan dengan gurunya melalui tahun wafatnya, para

ulama menilai positif (ta’dil) tingkat pertama, disamping penilaian positif

lainnya, dan Beliau menerima hadis dengan cara tahdits ( ثنا ). Oleh karena

itu, periwayatannya dapat diterima.

Mûsâ bin Ja’far (128 - 183 H)

Nama lengkap: Muhammad bin ‘Alî bin Husein bin Alî Abî Tâlib

al-Quraisyî al-Hasyîmî al-‘Aluyyû (Abû Hasan al-Madânî al-Kazîm).

Gurunya: Ayahnya (Ja’far bin Muhammad al-Sâdik), ‘Abdullâh

bin Dinâr, ‘Abd al-Malik bin Qudamah al-Jumanî.

Muridnya: anaknya (Ibrâhîm bin Mûsâ bin Ja’far), ‘Alî bin

Hamzah al-Kasâî, Ismâ’îl bin Mûsâ bin Ja’far, Husein bin Mûsâ bin

Ja’far, Sâlih bin Yazîd, Mûsâ bin Ja’far Abû Hasan Ridâ, saudaranya

(Muhammad bin Ja’far), Muhammad bin Sadaqah al-Anbarî.

Pandangan ulama hadis terhadap dirinya:

1. Abû Hâtim: ثقة, صدوق. dan seorang Imam muslim.

2. Yûsuf bin Ya’kûb al-Syaibanî dari Zaid bin Hasan al-Hindî dari ‘Abd

al-Rahmân bin Muhammad al-Qazzâz dari Abû Bakar Ahmad bin ‘Alî

55Al-Khatîb al-Baghdâdî. Târikh Baghdâd au Madînat al-Salâm, jilid. 13, h. 345.

Page 44: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

44

bin Tsâbit al-Khabîbi mengatakan bahwa Mûsâ bin Ja’far lahir di

Madinah pada tahun 128 H. dan wafat pada tahun 183 H.56

Terdapat pertemuan dengan gurunya: Ayahnya (Ja’far bin

Muhammad al-Sâdik) dan muridnya: ‘Alî bin Hamzah al-Kasâî,

penilaian ulama positif (ta’dil) tingkat pertama, disamping penilaian

positif lainnya, dan Beliau menerima hadis dengan cara ‘an‘anah ( عن ).

Oleh karena itu,periwayatannya dapat diterima.

Abihi: Ja’far bin Muhammad al-Sâdik (80-148 H)

Nama lengkap: Ja’far bin Muhammad bin ‘Alî bin Husein bin ‘Alî

bin Abî Tâlib al-Quraisyî al-Hasyîmî (Abû ‘Abdullâh al-Madânî al-Sâdik).

Ibunya adalah Ummû Farwah binti Qâsim bin Muhammad bin Abû Bakar

al-Siddîk.

Gurunya: ‘Ubaidillâh bin Râfi’ Kâtibul ‘Alî, ‘Urwah bin Zubeir,

’itâi bin Abî Rabâh, kakeknya (Qâsim bin Muhammad bin Abî Bakar al-

Siddîk), ayahnya (Abî Ja’far Muhammad bin Qâsim), Muhammad bin

‘Alî al-Bâqir, Muhammad bin Muslim bin Syihâb al-Zuhrî, Muhammad

al-Munkadir, Muslim bin Abî Maryam, Nâfi’ (Maulâ) Ibnu ‘Umar.

Muridnya: Abân bin Taglab, Ismâ’îl bin Ja’far, Hâtim bin Ismâ’îl,

Hasan bin Sâlih bin Hayyî, Hasan bin ‘Îyâsy, Abû Bakar bin ‘Îyâsy, Hafs

bin Giyâsy, Zuhair bin Muhammad al-Tamîmî’ Zaed bin Hasan al-Anmâtî,

Sa’îd bin Sofyan al-Islamî, Sofyân Tsaurî, Sofyân bin ‘Uyanah, Sulaimân

bin Bulâl, Mûsâ bin Ja’far al-Kadîmî, Malik bin Anas.

Pandangan ulama hadis terhadap dirinya:

56 Al-Mizî, Jamal al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf, Tahdzib al-Kamal fi Asma al-Rijal, (Beirut:

Dar al-Fikr, 1995), jilid. 29, h. 43.

Page 45: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

45

1. Ahmad bin Salâmah al-Naisâbûrî dari Ishâq bin Rahâwiyah berkata:

Saya bertanya kepada Syafi’î, bagaimana menurutmu Ja’far bin

Muhammad? lalu Syafi’î mejawab: ثقة

2. Abbâs al-Daurî dari ‘Utsmân bin Sa’îd al-Dârimî dari Abû Bakar Ibnu

Abî Khutsaimah, Ahmad bin Sa’ad bin Abî Maryam dari Yahyâ bin

Ma’în berkata: ثقة

3. Abû Bakar al-Ji’âlî, Abû Bakar bin Manjuwiyah dan Abû Qâsim al-

Lalikâi. Mereka mengatakan: Ja’far bin Muhammad lahir pada tahun

80 H.

4. Hasan al-Madânî, Khalifah bin Khayyât dan Zubair bin Bakar mereka

mengatakan: Beliau wafat pada tahun 148 H.57

Terdapat pertemuan dengan muridnya: anaknya (Ja’far bin

Muhammad al-Sâdik) dan gurunya: ayahnya (Abî Ja’far Muhammad

bin Qâsim), para ulama menilainya positif (ta’dil) tingkat kedua, beliau

juga menerima hadis dengan cara ‘an‘anah ( عن ). Oleh karena itu,

periwayatannya dapat diterima.

Abihi: Abî Ja’far Muhammad bin Qâsim (w. 114/118 H)

Nama lengkap: Muhammad bin ‘Alî bin Husein bin ‘Alî bin Abî

Tâlib al-Quraisyî al-Hasyîmî, Abû Ja’far al-Bâqir. Ibunya adalah ‘Ummu

‘Abdullah binti Hasan bin ‘Alî bin Abî Tâlib.

Gurunya: Anas bin Mâlik, ‘Alî bin Husein bin ‘Alî, Jâbir bin

‘Abdullâh, kakeknya (Hasan dan Husein), ‘Abdullâh bin ‘Umar bin

Khattab, ‘Abdullâh bin Abbâs.

57 Al-Mizî, Tahdzib al-Kamal fi Asma al-Rijal, jilid. 5, h. 74-97

Page 46: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

46

Muridnya: Abân bin Taglib al-Kûfî, Abyad bin Abân, anaknya

(Ja’far bin Muhammad bin ‘Alî bin Husein), Rabi’ah bin ‘Abd al-

Rahmân, ‘Abdullâh bin ‘Atai, Syaibah bin Nisâh, Hakam bin ‘Utaybah.

Pandangan ulama hadis terhadap dirinya:

1. Muhammad bin Sa’ad: beliau adalah Tabaqah yang ketiga dari ahli

Madinah, wafat tahun 118 H.

2. Al-‘Ijlî: Tabi’in Ahli Madinah, ثقة

3. Ibnu Hibbân memasukkannya dalam kitab الثقات

4. Ibnu Barqî: Beliau adalah seorang ahli fikih pada masanya, wafat

tahun 114 H.58

Terdapat pertemuan dengan muridnya: anaknya (Ja’far bin

Muhammad bin ‘Alî bin Husein) dan gurunya: ‘Alî bin Husein, para

ulama menilai positif (ta’dil) tingkat pertama, disamping penilaian positif

lainnya, dan beliau juga menerima hadis dengan cara ‘an‘anah ( عن ). Oleh

karena itu, periwayatannya dapat diterima.

‘Alî bin Husein (w. 74 H)

Nama lengkap: ‘Alî bin Husein bin ‘Alî bin Abî Tâlib al-Qurasyî

al-Hasyîmî, Abû Husein.

Gurunya: pamannya (Hasan bin ‘Alî bin Abî Tâlib), ayahnya

(Husein bin ‘Alî bin Abî Tâlib), Dzakwan Abî ‘Amrû (Maulâ) ‘Aisyah,

Sa’îd bin Marjânah, Sa’îd bin Musayyib, ‘Abdullâh bin Abbâs, kakeknya

(‘Alî bin Abî Tâlib), dll.

58 Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ i al-Rijâl, jilid.26, h. 137

Page 47: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

47

Muridnya: Habîb bin Abî Tsâbit, Hakam bin ‘Utaibah, anaknya

(Zaed bin ‘Alî bin Husein), anaknya (‘Abdullâh bin ‘Alî bin Husein),

anaknya (Abû Ja’far bin ‘Alî bin Husein), ‘Abudullâh bin ‘Abd al-

Rahmân bin Mauhib, dll.

Pandangan ulama hadis terhadap dirinya:

1. Al-‘Ijlî : ثقة

2. ‘Umar bin Syabbât dari Ibnu ‘Aisyah dari ayahnya: Berkata Tawis:

Beliau adalah رجل صالح, dari ahlul Bait.

3. Ibnu Sa’ad: Wara’, ثقة مأمونا ,كثیر الحدیث

4. Abu Hâtim dan yang lainya: Aku tidak pernah melihat orang Hisyam

yang lebih utama yang lebih utama darinya.59

5. Al-‘Ijlî menambahkan: Aku tidak pernah melihat orang Hisyam yang

lebih utama yang lebih utama dari ‘Alî bin Husein.60

6. Ibnu Hibbân memasukkannya dalam kitab الثقات

7. Ma’mar dari Zuhrî: aku tidak pernah menemui Ahli Bait yang lebih

utama dari ‘Alî bin Husein bin ‘Alî. Abû Wahbi juga berpendapat

demikian.61

Terdapat pertemuan dengan gurunya ayahnya (Husein bin ‘Alî)

dan muridnya anaknya (Abû Ja’far bin ‘Alî), para ulama menilainya

positif (ta’dil) tingkat pertama, disamping penilaian positif lainnya, Beliau

juga menerima hadis dengan cara ‘an ‘anah ( عن ). Oleh karena itu,

periwayatannya dapat diterima.

59 Syihâb al-Dîn Ahmad bin ‘Alî bin Hajar al-‘Asqalânî. Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 7,

(Beirût: Dar al-Fikr, t.t.), h. 262-275. 60 Abî Hâtim Muhammad bin Hibân bin Ahmad al-Tamîmî al-Bustî. Al-Tsiqât, jilid 8,

cetakan pertama, (Haiderabâd al-Dakan: Majlis Dâirah al-Ma‘rifah, 1982), h. 514. 61 Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ i al-Rijâl, jilid.20, h. 383

Page 48: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

48

Abihi: Husein bin ‘Alî (w. 61 H)

Nama lengkap: Husein bin ‘Alî bin Abî Tâlib al-Qurasyî al-

Hasyîmî, Abû ‘Abdullâh al-Madânî.

Gurunya: kakeknya (Rasulullah saw), ayahnya (‘Alî bin Abî

Tâlib), ‘Umar bin Khattâb, ibunya (Fatimah binti Rasulullah saw).

Muridnya: anaknya (‘Alî bin Husein), Basyar bin Ghîlib al-Asadî,

saudaranya (Hasan bin ‘Alî bin Abî Tâlib), ‘Ikrimah (Maulâ) Ibnu ‘Abbâs,

Sa’îd bin Khâlid al-Kûfî, anak perempuannya (Fatimah binti Husein,

Sukainah binti Husein).

Pandangan ulama hadis terhadap dirinya :

1. Tidak hanya satu ulama yang berkata bahwa: Husein adalah cucu dari

Rasulullâh saw. anak dari ‘Alî Bin Abî Tâlib.

2. Khalifah bin Khiyât: Husein lahir tahun ke empat Hijriyah.

3. Zubeir bin Bakkâr, Muhammad bin Sa’îd: Husein lahir hari kamis

bulan Sya’ban tahun 4 H. wafat pada hari Jum’at bulan ‘Asyura tahun

61 H. beliau dibunuh di Karbala.

4. Ibnu Hibbân memasukkannya dalam kitab الثقات

5. Hafs bin Ghiyâts dari Ja’far bin Muhammad: Hasan dan Husein adalah

dua orang yang tidak perlu lagi dilakukan penelitian tentang mereka.

6. ‘Abdullâh bin Ziyâd al-Asadî dari ‘Amrû bin Tsâbit dari al-A’masy

dari Abî Wail Syaqîq bin Salamah dari ‘Ummu Salamah: Husein

sedang bermain-main di atas pangkuan Rasulullah ketika itu Malaikat

Page 49: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

49

Jibril datang dan berkata: Ada diantara umatmu yang akan membunuh

Husein. Mendengar hal itu Rasulullâh menangis.62

Dari sekian kritikus hadis tidak satu pun yang mencela Husein bin

‘Alî bin Abî Tâlib. Ia merupakan cucu Nabi, sehingga tidak diragukan lagi

ketsiqahannya, terdapat pertemuan dengan gurunya ayahnya (‘Alî bin

Abî Tâlib) dan muridnya anaknya (‘Alî bin Husein). Beliau menerima

hadis dengan cara ‘an ‘anah ( عن ). Oleh karena tidak diragukan lagi

ketsiqahannya, maka periwayatannya dapat diterima.

‘Alî bin Abî Tâlib ra. (w. 64 H.)

Nama lengkap: Abû Manaf bin ‘Abd Mutallib bin Hasyîm al-

Quraisyî.

Gurunya: Nabi Muhammad saw., Abû Bakar, ‘Umar bin Khatâb,

‘Usman bin affan, dll.

Muridnya: Khilâs bin ‘Amr al-Hajarî, anaknya Husein bin ‘Alî,

Husein bin Sofwân, Sa’îd bin Musyayyah, dll.

Pandangan ulama hadis terhadap dirinya:

1. Tidak hanya satu ulama yang berkata bahwa ‘Alî bin Abî Tâlib adalah

anak bungsu Abû Tâlib. ‘Alî lebih muda dari Ja’far dengan selisih 10

tahun (Ja’far lebih muda dari ‘Aqil dengan selisih 20 tahun) ‘Aqil

lebih muda dari Tâlib dengan selisih 10 tahun.

2. Abu Bakar bin ‘Abd al-Bâr berkata: Abû Ja’far Muhammad bin ‘Alî

bin Husein ditannya tentang sifat-sifat ‘Alî bin Abî Tâlib, maka ia

menjawab: ‘Alî adalah pria berkulit sawo matang pekat, berat tatapan

62 Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ i al-Rijâl, jilid.6, h.225

Page 50: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

50

matanya, perut gendut, botak kepala bagian depan, pendek, tidak

memakai semit, dan telah diriwayatkan terkadang beliau menyemir

kunung janggutnya.

3. Ishâq berkata: orang yang pertama kali iman kepada Allah dan

Rasulnya dari kalanyan pria adalah ‘Alî bin Abî Tâlib sebagaimana

pendapat ibnu Sihab, dan ia menambahkan dari kalangan pria setelah

Siti Khadizah dan demikian pendapat mayoritas tentang Khadizah ra63.

Dari sekian kritikus hadis tidak satu pun yang mencela ‘Alî ra., Ia

merupakan sahabat Nabi yang pertama masuk islam. Terdapat pertemuan

dengan gurunya: Nabi Muhammad saw. dan muridnya: Husein bin ‘Alî.

Oleh karena tidak diragukan lagi ketsiqahannya, maka periwayatannya

dapat diterima.

Penalitian sanad hadis riwayat al-Baihaqî melalui Abû ‘Abd al-

Rahmân al-Sulamî, sampai ‘Alî bin Abî Tâlib ra, dapat disumpulkan

bahwa sebahagian periwayat dalam keadaan bersambung antara guru

dengan muridnya, sebahagian lainnya tidak. Komentar-komentar para

kritikus hadis pun menyatakan bahwa tidak semua periwayat bersifat ‘adil

dan dabit, seperti ‘Alî bin Husein bin Ja’far al-Hâfiz dan Ahmad bin

Hasan Dubîsi yang dinilai pendusta dan mungkar al-hadis, dan Hisyâm al-

Yazîdî, yang majhul (tidak terlacak). Oleh karena tiga perarawi yang tidak

memenuhi persyaratan kesahîhan sanad hadis tersebut, maka sanad hadis

ini berkualitas da’if.

63 Al-Mizî, Tahdzib al-Kamal fi Asma’ al-Rijal, jilid. 13, h. 293-306. Lihat juga Al-

‘Asqalânî. Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 7, h. 297

Page 51: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

51

B. Hadis Kedua “Jawaban jin atas ayat (fa biayyi âlâ’i Rabbikumâ

tukadzdzibân)”

1. Teks hadis dan Kegiatan Takhrij Hadis

Dalam Tafsir al-Mishbah mufassir mengambil matan hadis tertulis

sebagai berikut: “Nabi saw. menegur sahabat-sahabatnya yang terdiam

saja ketiaka dibacakan ayat ini (fabiayyi âlâ’i Rabbikumâ tukadzdzibân)

kepada mereka. Beliau memuji jin yang menyambut setiap seruan dengan

berkata: tidak satu pun dari nikmat-Mu – wahai Tuhan kami – yang kami

ingkari, maka segala puji bagi-Mu”.64 Teks hadis di atas, sesuai dengan

matan hadis yang terdapat dalam kitab Sunan al-Tirmidzî, matan hadis

tersebut berbunyi:

على أصحابھ فقرأ علیھم سورة الرحمن فسكتوا فقال -علیھ وسلمصلى اهللا -خرج رسول اللھ فبأى آالء ( لھ لقد قرأتھا على الجن لیلة الجن فكانوا أحسن مردودا منكم كنت كلما أتیت على قو

65»قالوا ال بشىء من نعمك ربنا نكذب فلك الحمد ) بانربكما تكذ

Matan hadis di atas bila ditempuh dengan metode takhrij yang

digunakan, maka kata-kata yang dapat ditelusuri dalam kitab al-

Mu’jam al-Mufahras adalah kata “سكت”, dan dalam kitab Mausua’ah

Atrâf adalah: “فقرأ على أصحابھ سورة الرحمن فسكتوا ”

Adapun kata yang diperoleh dalam kitab al-Mu’jam al-Mufahrâs

adalah sebagai berikut:66

سكت

قرأ سورة الرحمن فسكتوا

64 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, h. 503. 65 Matan hadis ini merupakan matan hadis yang ditemukan dalam kitab sunan al-

Tirmidzi. 66 A.J. Wensinck, dan J.P.Mensing. Mu‘jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîts al-Nabawî,

(Leiden: E.J Briil, 1967), Jilid. 2, h. 489.

Page 52: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

52

۵۵: تفسیر سورة ٺ -

Dari informasi di atas, diketahui hadis tersebut terdapat di dalam

Sunan al-Tirmidzî, dan hanya memiliki satu jalur periwayatan. Oleh

karena itu, penelitian sanad hadis terfokus pada riwayat yang ada di dalam

kitab Sunan al-Tirmidzî disamping mengikuti keterangan yang terdapat

dalam kitab Tafsir al-Mishbah. Bunyi hadisnya adalah:

محمد عن حدثنا عبد الرحمن بن واقد أبو مسلم السعدى حدثنا الولید بن مسلم عن زھیر بنعلى -صلى اهللا علیھ وسلم-المنكدر عن جابر رضى اهللا عنھ قال خرج رسول اللھ محمد بن

لقد قرأتھا على الجن لیلة « أصحابھ فقرأ علیھم سورة الرحمن من أولھا إلى آخرھا فسكتوا فقال قالوا ال ) فبأى آالء ربكما تكذبان( انوا أحسن مردودا منكم كنت كلما أتیت على قولھ الجن فك

67. »بشىء من نعمك ربنا نكذب فلك الحمد

2. Kegiatan I’tibar

Skema gambar pada halaman berikutnya:

67 Riwayat al-Tirmidzî hannya terdapat satu jalur, sebagaimana yang terdapat dalam kitab

aslinya. lihat, Muhammad bin ‘Îsâ bin Sûrah bin Mûsâ bin al-Dahhâk Abû ‘Îsâ al-Tirmidzî, Sunan al-Tirmidzî, jilid 5, hadis no. 3302, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), h.190.

Page 53: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

53

Setelah dilihat dalam skema dapat diambil natijah bahwa: Dari

segi hubungan periwayatan, semua perawi yang diteliti bersambung. Dari

Page 54: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

54

segi perlambangan, hadis yang diteliti hampir keseluruhan sanadnya

mendapatkan hadis dengan cara bertemu dan mendengar langsung, dengan

menggunakan lambang ( حدثنا ,عن ).

3. Kegiatan Penelitian Kualitas Periwayat serta Menyimpulkan hasil

Penelitian Sanad

Al-Tirmidzî (w. 279 H)

Nama lengkap: Muhammad bin ‘Îsâ bin Saurah bin Mûsâ bin ad-

Duhâk (Abû ‘Îsâ al-Tirmidzî ad-Darîr al-Hâfiz, Sâhib al-Jâmi’.

Gurunya: Muhammad bin Basyâr, ‘Abd al-Rahmân bin Waqâd,

Muhammad bin ‘Abd al-A’lâ, Qutaibah, dll.

Muridnya: Abû Ja’far bin Muhammad bin Ahmad an-Nasafî, Makî

bin Nûh al-Nasafî, Husein bin Yûsuf al-Farabrî, dll.

Pandangan ulama hadis terhadap dirinya :

1. Idrîs: Beliau adalah seorang ulama yang menuntut ilmu hadis, seorang

pengarang kitab dan seorang sejarawan68.

2. Al-Hâkim Abû ‘Abdullâh: Saya mendengar ‘Umar bin ‘Akh berkata:

Imam Bukhârî wafat dan tidak meninggalkan seorang ulama pengganti

seperti Abû ‘Îsâ al-Tirmidzî dalam bidang ilmu, penghafal hadis, dan

sering berdiskusi dengan para ulama.

3. Ibnu Hibbân memasukkannya dalam kitab الثقات

4. Ibnu Hajar mengecam Ibnu Hazm dan menilainya sebagai

kesombongan Ibnu Hazm terhadap ulama terpercaya dan ternama.69

68 Al-Asqalânî, Tahdzib at-Tahdzib, jilid. 9, h. 344 69Al-Asqalanî, Tahdzib al-Tahdzib, jilid. 1, h. 387

Page 55: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

55

5. Al-Hâfiz Abû ‘Abbâs Ja’far bin Muhammad al-Mustagfirî: Beliau

wafat pada malam Selasa bulan Rajab tahun 279 H.70

Terdapat pertemuan dengan gurunya ‘Abd al-Rahmân bin

Waqâd, Para ulama menilai positif (ta’dil) tingkat pertama disamping

penilaian positif lainnya, dan Beliau juga menerima hadis dengan cara

tahdîts ( حدثنا ). Oleh karena itu, periwayatannya dapat diterima.

‘Abd al-Rahmân bin Waqâd (w. 247 H)

Nama lengkap: ‘Abd al-Rahmân bin al-Waqâd Muslim al-

Baghdadî (Abû Muslim al-Wâqidî al-‘Athârî).

Gurunya: ‘Abd al-Mâlik bin Wâlid bin Ma’dân. Abî Muslim bin

‘Ubaidillâh bin Sa’îd, Faraz bin Fadlah, Muhammad bin Ismâ’îl bin Abî

Fudaik, Muhammad bin Hasan al-Syaibanî.

Muridnya: al-Tirmidzî, Ibrâhîm bin ‘Abdullâh bin Junaidî, Abû al-

Azhâr Ahmad bin al-Azhâr al-Naisaburî, Ahmad bin Husein bin Ishâq al-

Shufî al-Sagîr, Ahmad bin Muhammad al-Duba’Î, Abû Bakar bin

‘Abdullâh bin Abî Dâud, ‘Abbâs bin Muhammad al-Darûrî.

Pandangan ulama hadis terhadap dirinya:

1. Ibnu Hibbân memasukkannya dalam kitab الثقات.

2. Hâjab bin al-Arkîn berkata : bahwa ‘Abd al-Rahmân bin al-Wâqad

wafat pada tahun 247 H.71

Terdapat pertemuan dengan gurunya Walîd bin Muslim dan

muridnya al-Tirmidzî, Para ulama menilainya positif (ta’dil) tingkat

pertama, disamping penilaian positif lainnya, dan beliau juga menerima

70Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ i al-Rijâl, jilid. 25, h. 220 71Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ i al-Rijâl, jilid. 15, h. 413-414. Lihat juga, al-

‘Asqalanî, Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 5, h. 72

Page 56: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

56

hadis dengan cara tahdîts ( حدثنا ). Oleh karena itu, periwayatannya dapat

diterima.

Walîd bin Muslim (w. 194 H)

Nama lengkap: Walîd bin Muslim al-Qurasyî (Abû Abbâs al-

Dimasqî Maulâ Banî ‘Ummayyah). Ada keterangan nama lain dari Walîd

yakni (Maulâ) ‘Abbâs bin Muhammad bin ‘Alî bin ‘Abdullâh bin ‘Abbâs

bin Abî Mutalib al-Hasyîmî.

Gurunya: Mulaikah, Abî Rafi’ bin Ismâ’îl bin Râfi’ al-Madanî,

Bakhtarî bin ‘Ubaid, ‘Abd al-Rahmân bin Tsâbit bin Tsubân, Malik bin

Anas, Lais bin Tsâbit, Zuhair bin Muhammad, Zaed bin Waqâd, Walîd

bin Muhammad al-Muwaqqarî, Abû Bakar bin ‘Abdullâh bin Abî

Maryam.

Muridnya: Ibrâhîm bin Ayûb al-Huranî, Ibrâhîm bin Mundzir al-

Hizâmî, Ahmad bin Hanbal, ‘Alî bin al-Madânî, Ishâq bin Abî Ibrahîm

Hujjâj bin al-Rayânî, Muhammad bin ‘Abdullâh al-Ramlî, Abû Ya’lâ

Muhammad bin al-Salâh al-Tawwazî, Abd al-Rahmân bin Waqâd al-

Wâqidî, Ya’kûb bin Ka’ab al-Halabî, Muhammad bin Yazîd al-Kûfî,

Mûsâ bin Ya’kûb al-Nasibî. Yazîd bin Qubais.

Pandangan ulama hadis terhadap dirinya:

1. Muhammad bin Sa’îd berkata: ثقة كثیر الحدیث

2. Ibnu Hibbân memasukkannya dalam kitab الثقات.

3. Abû Hatîm: ثقة.

4. Ahmad bin Hanbal dari ayahnya mengatakan bahwa tidak ada seorang

pun dari orang Syam yang lebih berakal kecuali Walîd bin Muslim.

Page 57: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

57

5. ‘Abdullâh bin ‘Alî berkata bahwa tidak ada seorang pun dari orang-

orang Syam yang menyerupainya karena dia telah dipenuhi oleh hadis-

hadis sahîh. Beliau lahir pada tahun 109 H. dan wafat pada tahun 194

H, pada usia 85 tahun.72

Terdapat pertemuan dengan muridnya ‘Abd al-Rahmân bin

Waqâd al-Wâqidî, Para ulama menilainya positif (ta’dil) tingkat pertama,

disamping penilaian positif lainya, Beliau juga menerima hadis dengan

cara ‘an‘anah ( عن ). Oleh karena itu, periwayatannya dapat diterima.

Zuhair bin Muhammad (w. 162 H)

Nama lengkap: Zuhair bin Muhammad al-Tamîmî al-Anbârî (Abû

Mundir Khurasân al-Marwazî al-Kharaqî ).

Gurunya: Abbân bin Abî ‘Ayyâs, Ismâ’îl bin Wardân, Asîd bin Abî

Asîd al-Marrâd, Ja’far bin Muhammad al-Sadîk, Humaid al-Tâwîl,

Muhammad al-Munkadir, Mûsâ bin Wardân, Mûsâ bin Zubair Mansûr

bin ‘Abd al-Rahmân al-Hajabî, Abû Hâzm Salâmah bin Dinâr.

Muridnya: Bisrî bin Mansûr al-Salamî, ‘Abd al-Malik bin

Muhammad al-San’ânî, Yahyâ bin Hârits al-Syairazî, Suaid bin ‘Abd al-

Azîz, Abû Khudaifah Mûsâ bin Mas’ûd bin Mûsâ al-Hindî.

Penilaian para ulama hadis terhadap dirinya:

1. Hanbal bin Ishâq dari Ahmad bin Hanbal : ثقة

2. Muhammad al-Bagdadî : صا لح ثقة

3. ‘Utsmân bin Sa’îd al-Dârimî : ثقة

4. Abu Bakar bin al-Marudî dari Ahmad bin Hanbal: لیس بھ بأس

72 Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ i al-Rijâl, jilid 31, h. 86-99. Lihat juga, al-

‘Asqalanî, Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid. 3, h. 302

Page 58: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

58

5. Ibrâhîm bin Ya’kûb al-Juzjani dari Ahmad: Mustaqim al-Hadîts.

6. Abû Bakar dari Yahyâ bin Ma’în: لیس بھ بأس, صا لح 73

Terdapat pertemuan dengan gurunya Muhammad al-Munkadir,

ulama menilai positif (ta’dil) tingkat pertama, dan beliau juga menerima

hadis dengan cara ‘an‘anah ( عن ). Oleh karena itu, periwayatannya dapat

diterima.

Muhammad al-Munkadir (w. 130/131 H)

Nama lengkap: Muhammad al-Munkadir bin ‘Abdullâh bin al-

Zuhair bin ‘Amr bin al-Hârits bin Harisah bin Sa’îd bin Taimî bin Murrah

al-Qarasyî al-Taimî (Abû ‘Abdullâh), (Abû Bakar al-Madanî).

Gurunya: Ibrahîm bin ‘Abdullâh bin Husein, Anas bin Malik,

Jâbir bin ‘Abdullâh, Humrân (Maulâ) ‘Utsmân Sa’îd al-Musîb,

‘Abdullâh bin Hunainî ‘Abdullâh bin ‘Umar bin al-Khâtib, ‘Urwah bin

Zubair Muhammad bin Ka’âb al-Quradzî, Mas’ûd bin al-Hâkam al-Zaraqî.

Muridnya: Ibnu Akhîhi (Ibrahîm bin Bakar al-Munkadir Asamah

bin Zaed al-Laits), ‘Îsmâil bin Rafi’ al Madanî, ‘Îsmâil bin Muslim al-

Makkî, Hasan bin ‘Atiyah, Rauh bin al-Qasim, Zuhair bin Muhammad

al-Tamîmî al-Anbârî, Sa’ad bin Ibrahîm, Sa’îd bin Salâmah bin Abî al-

Husâm. Abû Hazm Salâmah bin Dinâr, al-Mundir, anaknya (al-Munkadir

bin Muhammad bin al-Munkadir), Mûsâ bin ‘Uqbah, Abû ‘Awânah al-

Waddâh bin ‘Abdullâh, Yûnus bin ‘Ubaid.

Pandangan ulama hadis terhadap dirinya:

1. ‘Abdullâh bin Zubair al-Humaidî: حافظ

73 Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ i al-Rijâl, jilid. 9, h. 414.

Page 59: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

59

2. Ishâq bin Mansûr dari Yahyâ bin Mu’în: ثقة

3. Abû Hâtim: ثقة

4. Al-Wâqidî, Muhammad bin Sa’îd dan yang lainnya: Beliau wafat pada

tahun130 H.

5. Al-Bukhârî dari Hârûn bin Muhammad al-Farawî: Beliau wafat pada

tahun 131 H.74

Terdapat pertemuan dengan muridnya Zuhair bin Muhammad

dan gurunya Jâbir bin ‘Abdullâh. Para ulama menilai positif (ta’dil)

tingkat pertama, disamping penilaian positif lainnya, Beliau juga

menerima hadis dengan cara ‘an‘anah ( عن ). Oleh karena itu,

periwayatannya dapat diterima.

Jâbir bin ‘Abdullâh (w. 68 H)

Nama lengkap: Jâbir bin ‘Abdullâh bin ‘Umar bin Harâm bin

Sa’labah bin Ka’ab bin Ganâm bin Ka’ab bin Salâmah.

Gurunya: Rasulullah saw, selain mendapatkan hadis langsung dari

Rasulullâh saw, beliau juga mendapatkan hadis dari para sahahat yang

lainnya seperti Abu Bakar, Khalîd bin Wâlid, ‘Alî bin Abî Talib, ‘Umar

bin Khattâb, Mu’ad bin Jabbâr, Abî Sa’îd al-Hudrî.

Muridnya adalah: Ibrâhîm bin ‘Abdulllâh al-Qardzî, Ibrâhîm bin

‘Abd ar-Rahmân bin ‘Abdullâh al-Makhzumi, Haris bin Râfi’,

Muhammad bin Munkadir, Abû Bakar bin al-Munkadir, Wahâb bin

Kaisan, Yahyâ bin Kaitsîr.

Pandangan ulama hadis tentang dirinya:

74 Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ i al-Rijâl, jilid. 9, h. 414.

Page 60: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

60

1. Abû Muhammad al-Madanî: Beliau seorang Sahabat Nabi saw.

2. Ibnu Hibbân memasukkannya dalam kitab الثقات.

3. Mus‘ab bin ‘Abdullâh al-Zubairî: Beliau salah seorang yang bertaqwa,

dan seorang syahid pada perang Badr.

4. Jâbir meninggal dunia pada tahun 68 H. di Madinah75.

Terdapat pertemuan dengan muridnya Muhammad bin Munkadir

dan gurunya Rasulullah saw. Para ulama menilai positif (ta’dil)tingkat

pertama, disamping penilaian positif lainnya, Beliau menerima hadis

dengan cara ‘an‘anah ( عن ). Menurut kesepapkatan jumhur ulama para

sahabat Nabi semuanya ’adil, maka periwayatannya tidak diragukan lagi.

Penalitian sanad hadis riwayat al-Tirmidzî melalui ‘Abd al-

Rahmân bin Waqâd, hingga Jâbir bin ‘Abdullâh, dapat disumpulkan

bahwa seluruh periwayat dalam keadaan bersambung antara guru dengan

murid, kecuali antara Walîd bin Muslim dengan Zuhair bin Muhammad.

Komentar-komentar para kritikus hadis menyatakan bahwa semua

periwayat bersifat ‘adil dan dabit, namun Abî ‘Îsâ menyatakan bahwa

hadis riwayat al-Tirmidzî ini bersifat hadis gharib karena hadis ini hannya

memiliki satu jalur. Ahmad bin Hanbal mengatakan bahwa Zuhair bin

Muhammad di jalur ini adalah Zuhair yang menetap di Syam bukan Zuhair

yang menetap di Irak. Sepertinya ada keterbalikan nama antara Zuhair bin

Muhammad al-Manâkîr dengan Zuhair bin Muhammad al-Tamîmî.

Muhammad bin Ismâ’îl al-Bukhârî berkata bahwa ahli Syam

75 Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ i al-Rijâl, jilid. 4, h. 443-454. Lihat juga al-‘Asqalanî, Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 2, h. 37

Page 61: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

61

meriwayatkan dari Zuhair bin Muhammad al-Manâkîr, sedangkan ahli Irak

meriwayatkan hadis dari ulama hadis sekitar Irak. Hasan al-Banâ

mengomentari tentang kedudukan sanad hadis ini dengan penilaian Hasan

Gharîb.76 dari keterangan diatas penulis sependapat dengan Hasan al-

Banâ yang menilai sanad hadis ini dengan kualitas Hasan Gharîb.

C. Hadis Ketiga: “Aku tinggalkan pada kamu sekalian ats-Tsaqalain yaitu

Kitâbullâh dan Keluargaku”

4. Teks Hadis dan Kegiatan Takhrij Hadis

Dalam Tafsir al-Mishbah mufassir mengambil matan hadis tertulis

sebagai berikut: Nabi saw. bersabda : “Sesungguhnya aku tinggalkan buat

kamu ats-Tsaqlain yakni Kitab Allah dan keluargaku”77. Jika ditranslit ke

dalam bahasa arab maka hadis tersebut berbunyi:

فیكم الثقلین بكتاب اللھ وأھل بیتىإنى تارك

Matan hadis di atas bila ditempuh dengan metode yang digunakan,

maka kata-kata yang dapat ditelusuri dalam kitab al-Mu’jam al-Mufahrâs

adalah kata “ترك” dan kata ”ثقل” dan dalam kitab Mausua’ah Atrâf

adalah: إني تارك فیكم الثقلین

Adapun kata yang diperoleh dalam kitab al-Mu’jam al-Mufahrâs

dengan kata “78 ترك” dan kata ”79 ثقل” adalah sebagai berikut:

ترك

76 Muhammad bin ‘Îsâ bin Sûrah bin Mûsâ bin al-Dahhâk Abû ‘Îsâ al-Tirmidzî, Sunan al-

Tirmidzî, jilid 5, hadis no. 3302, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), h. 190 77 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, h. 508 78 A.J. Wensinck, dan J.P.Mensing. Mu‘jam al-Mufahrâs li Alfâz al-Hadîts al-Nabawî,

Jilid 1, h.270. 79 A.J. Wensinck, dan J.P.Mensing. Mu‘jam al-Mufahrâs li Alfâz al-Hadîts al-Nabawî,

Jilid 1, h.294.

Page 62: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

62

إني تارك فیكم الثقلین

– حم ٣ : ١٧١٤

ثقل

وأنا تارك فیكم ثقلین

- دمى فضاءل القران ١

- م فضاءل الصحابة ٣٦,٣٧

٤٣٧١,٣٦٧ .١٤,١٧ :٣ حم-

Keterangan dalam kitab Mausua’ah Atrâf adalah:80

إني تارك فیكم الثقلین

- م ١٧٨٤

٣٦٧: ٤ حم-

إني تارك فیكم ما إن تمسكتم بھ لن تضلوا بعدي

٣٧٨٨ ت -

مشكاة - ٦١٤٤

منثور - ٦٠:٢

١٥٠: ٢شفا -

لن تضلوا بعدي) تمسكتم بھ(إني تارك فیكم ما ان اخذكم

٧٨٨: ت -

٢:٢٥٠:شفا -

منثور – ٦٠:٢

٧٨٣كنز -

إني تارك فیكم الثقلین احدھا كتاب اهللا وعترتى

٢:٣٤٢مي -

80 Abû Hâjir Muhammad al-Sa‘îd Basyûnî Zaghlûl, Mausû’ah Atrâf al-Hadîts, cet.

pertama, jilid 3, (Beirut: Dar al-Fikr, 1989), 643

Page 63: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

63

١١٤: ١٠, ٣٠: ٧, ١٤٨: ٢ھق -

٢٣٥٨:خزیمة -

Dari infomasi ini, dapat di ketahui bahwa hadis tersebut terdapat

dalam kitab: Sahîh Muslim, Sunan al-Tirmidzî, Sunan al-Dârimî, Musnad

Ahmad bin Hambal, Al-Sunan al-Kubrâ li Baihaqî, Sahîh Ibn Khuzaimah,

Kanzul ‘Umâl, Dâr al- Mantsûr li al-Suyûti, Syifâ li Qâdî ‘Îyâd, dimana

masing-masing dari kitab tersebut memiliki satu jalur periwayatan kecuali

Muslim, Ahmad, dan al-Baihaqî, Dalam penelitian sanad ini penulis

hannya menelilti jalur yang diterangkan di dalam kitab Tafsir al-Mishbah,

yakni: Sahîh Muslim, Sunan al-Tirmidzî, Musnad Ahmad bin Hanbal, dan

al-Baihaqî, dari keempat mukharij tersebut, penulis hanya meneliti salah

satu jalur dari tiap-tiap mukharijnya, hal ini saya lakukan karena

keterbatasan waktu yang saya miliki. Adapun jalur-jalur yang akan saya

teliti adalah: riwayat Muslim melalui jalur Muhammad bin Bakar al-

Rayânî, riwayat al-Tirmidzî melalui jalur ‘Alî bin al-Mundir, riwayat

Ahmad melalui jalur Aswad bin ‘Âmar, dan terakhir riwayat al-Baihaqi

melaui jalur Muhammad bin ‘Abdullâh al-Hâfiz.

Teks-teks hasidnya sebagai berikut:

Riwayat Mulim

Teks hadis riwayat Muslim: 81

ن حدثنى زھیر بن حرب وشجاع بن مخلد جمیعا عن ابن علیة قال زھیر حدثنا إسماعیل ب -

یان حدثنى یزید بن حیان قال انطلقت أنا وحصین بن سبرة وعمر بن مسلم إبراھیم حدثنى أبو ح

81 Riwayat Muslim terdapat dua jalur periwayatan, sebagaimana yang terdapat di dalam

kitab aslinya lihat. Al-Nawâwî, Abû Zakâriyâ Yahyâ bin Syarâf, Sahîh Muslim bi Syarhi al-Imâm al-Nawâwî, (Beirut: Dar al-Fikr, 1981), Juz 15, h. 179-181.

Page 64: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

64

- رسول اللھ إلى زید بن أرقم فلما جلسنا إلیھ قال لھ حصین لقد لقیت یا زید خیرا كثیرا رأیت

وسمعت حدیثھ وغزوت معھ وصلیت خلفھ لقد لقیت یا زید خیرا كثیرا -صلى اهللا علیھ وسلم

یا ابن أخى واللھ لقد كبرت -قال - -صلى اهللا علیھ وسلم-حدثنا یا زید ما سمعت من رسول اللھ

فما -صلى اهللا علیھ وسلم-ى وقدم عھدى ونسیت بعض الذى كنت أعى من رسول اللھ سن

یوما فینا خطیبا -صلى اهللا علیھ وسلم-ثم قال قام رسول اللھ . حدثتكم فاقبلوا وما ال فال تكلفونیھ

أما بعد أال أیھا « عى خما بین مكة والمدینة فحمد اللھ وأثنى علیھ ووعظ وذكر ثم قال بماء ید

ولھما كتاب اللھ فیھ الناس فإنما أنا بشر یوشك أن یأتى رسول ربى فأجیب وأنا تارك فیكم ثقلین أ

« فحث على كتاب اللھ ورغب فیھ ثم قال . »الھدى والنور فخذوا بكتاب اللھ واستمسكوا بھ

فقال . »یتى أذكركم اللھ فى أھل بیتى وأھل بیتى أذكركم اللھ فى أھل بیتى أذكركم اللھ فى أھل ب

أھل 82ولكنلھ حصین ومن أھل بیتھ یا زید ألیس نساؤه من أھل بیتھ قال نساؤه من أھل بیتھ

قال . قال ومن ھم قال ھم آل على وآل عقیل وآل جعفر وآل عباس . بیتھ من حرم الصدقة بعده

.كل ھؤالء حرم الصدقة قال نعم

حدثنا اسحاق بن ابراھیم اخبرنا جریر كالھما ) ح(حدثنا ابو بكر بن ابي شیبة حدثنا ابن فضیل -

عن ابي حیان بھذا االسناد نحو حدیث اسمائیل و زاد في حدیث جریر كتاب اهللا فیھ الھدي

.ومن أخطاه ضلوالنور من استمسك بھ و اخذ بھ كان علي الھدي

وھو ابن مسروق -عن سعید -یعنى ابن إبراھیم -حدثنا محمد بن بكار بن الریان حدثنا حسان -

لقد صاحبت رسول . ھ لقد رأیت خیراعن یزید بن حیان عن زید بن أرقم قال دخلنا علیھ فقلنا ل –

« وساق الحدیث بنحو حدیث أبى حیان غیر أنھ قال . وصلیت خلفھ -صلى اهللا علیھ وسلم-اللھ

جل ھو حبل اللھ من اتبعھ كان علىالھدى ومن أال وإنى تارك فیكم ثقلین أحدھما كتاب اللھ عز و

وفیھ فقلنا من أھل بیتھ نساؤه قال ال وایم اللھ إن المرأة تكون مع . »تركھ كان على ضاللة

قھا فترجع إلى أبیھا وقومھا أھل بیتھ أصلھ وعصبتھ الذین الرجل العصر من الدھر ثم یطل

.حرموا الصدقة بعده

82 Menurut Al-Qâdhî al-‘Iyâd berkata: kata ولكن dalam hadis itu maksudnya adalah

“sesungguhnya”, jadi para wanita keturunan Nabi termasuk ahlul bait, Lihat Al-Jâmi’al-Shahîh al-Musamma Shahîh Muslim karya Imam Abî Husain Muslim bin al-Hijâj bin Muslim al-Qusyairî Al-Naisâbûrî,

Page 65: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

65

Riwayat al-Tirmidzî

Teks hadis riwayat al-Tirmidzî: 83

ضیل قال حدثنا األعمش عن عطیة عن أبى حدثنا محمد بن ف -كوفى -حدثنا على بن المنذر

-اللھ سعید واألعمش عن حبیب بن أبى ثابت عن زید بن أرقم رضى اللھ عنھما قاال قال رسول

كتم بھ لن تضلوا بعدى أحدھما أعظم من اآلخر إنى تارك فیكم ما إن تمس« -صلى اهللا علیھ وسلم

على كتاب اللھ حبل ممدود من السماء إلى األرض وعترتى أھل بیتى ولن یتفرقا حتى یردا

.»حوض فانظروا كیف تخلفونى فیھما

Riwayat al-Dârimî

Teks hadis riwayat al-Dârimî: 84

-قام رسول اللھ : حدثنا جعفر بن عون حدثنا أبو حیان عن یزید بن حیان عن زید بن أرقم قال

یا أیھا الناس إنما أنا بشر « :علیھ ثم قال یوما خطیبا فحمد اللھ وأثنى -صلى اهللا علیھ وسلم

یھ الھدى یوشك أن یأتینى رسول ربى فأجیبھ ، وإنى تارك فیكم الثقلین أولھما كتاب اللھ ، ف

وأھل بیتى أذكركم « :فحث علیھ ورغب فیھ ثم قال . »ذوا بھ والنور ، فتمسكوا بكتاب اللھ وخ

.ثالث مرات. »اللھ فى أھل بیتى

Riwayat Ahmad bin Hanbal

Teks hadis riwayat Ahmad bin Hanbal: 85

a. Musnad Ahmad bin Hanbal, Jilid 3, h. 17

83 Riwayat Al-Tirmidzî hannya terdapat satu jalur, sebagaimana yang terdapat dalam

kitab aslinya. Lihat, Abû Îsâ Muhammad bin Îsâ bin Saurat al-Tirmidzî, al-Tirmidzî Jâmi’u Sahîh (Bairut: Dar al-Ma’rifah, 2002), h. 1438

84 Riwayat al-Dârimî hanya terdapat satu jalur, sebagaimana yang terdapat dalam kitab aslinya. lihat, ‘Abdullâh bin ‘Abd al-Rahmân bin al-Fadl bin Bahrâm Ibnu ‘Abd al-Samad al-Tamîmî al-Samarqandî al-Dârimî, Sunan al-Dârimî, jilid 2, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), h. 43

85 Riwayat Ahmad Ibn Hanbal terdapat lima jalur periwayatan. Hal ini sesuai dengan teks hadis di dalam kitab aslinya. Lihat, Ahmad Ibn Hanbal, Abû ‘Abdillâh, “Musnad Ahmad bin Hanbal”, Bairut: Maktabul Islami, 1985

Page 66: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

66

عن األعمش عن -یعنى ابن طلحة -حدثنا عبد اللھ حدثنى أبى حدثنا أبو النضر حدثنا محمد

ن أدعى إنى أوشك أ« قال -صلى اهللا علیھ وسلم-عطیة العوفى عن أبى سعید الخدرى عن النبى

ن السماء إلى فأجیب وإنى تارك فیكم الثقلین كتاب اللھ عز وجل وعترتى كتاب اللھ حبل ممدود م

رقا حتى یردا على الحوض األرض وعترتى أھل بیتى وإن اللطیف الخبیر أخبرنى أنھما لن یفت

.»فانظروا بم تخلفونى فیھما

b. Musnad Ahmad bin Hambal, Jilid 3, h. 59

عطیة العوفى عن حدثنا عبد اللھ حدثنى أبى حدثنا ابن نمیر حدثنا عبد الملك بن أبى سلیمان عن

إنى قد تركت فیكم ما إن أخذتم « -صلى اهللا علیھ وسلم-أبى سعید الخدرى قال قال رسول اللھ

مدود من السماء إلى األرض بھ لن تضلوا بعدى الثقلین أحدھما أكبر من اآلخر كتاب اللھ حبل م

»وعترتى أھل بیتى أال وإنھما لن یفترقا حتى یردا على الحوض

anbal, Jilid 3, h. 26Hmad bin hc. Musnad A

عن عطیة -یعنى ابن أبى سلیمان -نا عبد الملك حدثنا عبد اللھ حدثنى أبى حدثنا ابن نمیر حدث

إنى قد تركت فیكم الثقلین « -صلى اهللا علیھ وسلم-عن أبى سعید الخدرى قال قال رسول اللھ

جل حبل ممدود من السماء إلى األرض وعترتى أھل بیتى أحدھما أكبر من اآلخر كتاب اللھ عز و

أال إنھما لن یفترقا حتى یردا على الحوض

d. Musnad Ahmad bin Hanbal, Jilid 3, h. 14

یعنى إسماعیل بن أبى -ن عامر أخبرنا أبو إسرائیل حدثنا عبد اللھ حدثنى أبى حدثنا أسود ب

إنى « -صلى اهللا علیھ وسلم-عن عطیة عن أبى سعید قال قال رسول اللھ -إسحاق المالئى

ر كتاب اللھ حبل ممدود من السماء إلى األرض وعترتى تارك فیكم الثقلین أحدھما أكبر من اآلخ

.»أھل بیتى وإنھما لن یفترقا حتى یردا على الحوض

e. Musnad Ahmad bin Hanbal, Jilid 4, h. 367

ا إسماعیل بن إبراھیم عن أبى حیان التیمى حدثنى یزید بن حدثنا عبد اللھ حدثنى أبى حدثن

ما جلسنا إلیھ حیان التیمى قال انطلقت أنا وحصین بن سبرة وعمر بن مسلم إلى زید بن أرقم فل

Page 67: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

67

وسمعت -صلى اهللا علیھ وسلم-ن لقد لقیت یا زید خیرا كثیرا رأیت رسول اللھ قال لھ حصی

من رسول حدیثھ وغزوت معھ وصلیت معھ لقد لقیت یا زید خیرا كثیرا حدثنا یا زید ما سمعت

فقال یا ابن أخى واللھ لقد كبرت سنى وقدم عھدى ونسیت بعض . -هللا علیھ وسلمصلى ا-اللھ

. فما حدثتكم فاقبلوه وما ال فال تكلفونیھ -صلى اهللا علیھ وسلم-الذى كنت أعى من رسول اللھ

یوما خطیبا فینا بماء یدعى خما بین مكة والمدینة -صلى اهللا علیھ وسلم-سول اللھ ثم قال قام ر

أن نا بشر یوشك فحمد اللھ تعالى وأثنى علیھ ووعظ وذكر ثم قال أما بعد أال أیھا الناس إنما أ

ل فیھ الھدى یأتینى رسول ربى عز وجل فأجیب وإنى تارك فیكم ثقلین أولھما كتاب اللھ عز وج

وأھل -قال -ب فیھ فحث على كتاب اللھ ورغ -والنور فخذوا بكتاب اللھ تعالى واستمسكوا بھ

فقال لھ . »یتى بیتى أذكركم اللھ فى أھل بیتى أذكركم اللھ فى أھل بیتى أذكركم اللھ فى أھل ب

ھ قال إن نساءه من أھل بیتھ ولكن أھل حصین ومن أھل بیتھ یا زید ألیس نساؤه من أھل بیت

قال . قال ومن ھم قال ھم آل على وآل عقیل وآل جعفر وآل عباس. بیتھ من حرم الصدقة بعده

. أكل ھؤالء حرم الصدقة قال نعم

anbal, Jilid 4, h. 3Hmad bin hMusnad Af.

غیرة عن على حدثنا عبد اللھ حدثنى أبى حدثنا أسود بن عامر حدثنا إسرائیل عن عثمان بن الم

فقلت لھ أسمعت بن ربیعة قال لقیت زید بن أرقم وھو داخل على المختار أو خارج من عنده

. قال نعم . »إنى تارك فیكم الثقلین « یقول -صلى اهللا علیھ وسلم-رسول اللھ

Riwayat al-Baihaqî

Teks hadis riwayat al-Baihaqi : 86

a. Sunan al-Kubrâ, Juz. 10, h. 114

بن نذیر بن جناح القاضى بالكوفة أنبأنا أبو جعفر محمد بن على بن أخبرنا أبو محمد جناح -

ى یعنى ابن دحیم الشیبانى حدثنا إبراھیم بن إسحاق الزھرى حدثنا جعفر یعنى ابن عون ویعل

86 Riwayat al-Baihaqî terdapat tiga jalur periwayatan. Hal ini sesuai dengan teks hadis di dalam kitab aslinya. Lihat al-Baihaqî, Abû Bakar Ahmad bin Husain bin ‘Alî, al-Sunan al-Kubrâ, Bairut: Dar al-Fikr, 1985

Page 68: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

68

قام : عن أبى حیان التیمى عن یزید بن حیان قال سمعت زید بن أرقم رضى اللھ عنھ قال عبید

بعد أما « :خطیبا فحمد اللھ وأثنى علیھ ثم قال -صلى اهللا علیھ وسلم-فینا ذات یوم رسول اللھ

ن أولھما كتاب أیھا الناس إنما أنا بشر یوشك أن یأتى رسول ربى فأجیبھ وإنى تارك فیكم الثقلی

تاب اللھ ورغب فیھ ثم فحث على ك. »اللھ فیھ الھدى والنور فاستمسكوا بكتاب اللھ وخذوا بھ

أخرجھ مسلم فى الصحیح من . ثالث مرات. »وأھل بیتى أذكركم اللھ تعالى فى أھل بیتى « :قال

.حدیث أبى حیان التیمى

b. Sunan al-Kubrâ, Juz 2, h. 148

الحسن بن یعقوب العدل حدثنا محمد بن : ا محمد بن عبد اللھ الحافظ أخبرنا أبو الفضل أخبرن -

یان عن عمھ یحیى بن سعید بن ح: عبد الوھاب الفراء أخبرنا جعفر بن عون أخبرنا أبو حیان

-صلى اهللا علیھ وسلم-قام فینا رسول اللھ : انطلقت إلى زید بن أرقم فقال : یزید بن حیان قال

أما بعد ، أال « :، ثم قال بماء یدعى خما بین مكة والمدینة ، حمد اللھ وأثنى علیھ ووعظ وذكر

قلین ، أیھا الناس ، فإنما أنا بشر یوشك أن یأتینى رسول ربى فأجیب ، وإنى تارك فیكم الث

فحث علیھ ورغب فیھ . »اللھ ، وخذوا بھ أولھما كتاب اللھ فیھ الھدى والنور ، فتمسكوا بكتاب

یا زید من أھل بیتھ ألیست : قال حصین . »وأھل بیتى ، أذكركم اللھ فى أھل بیتى « :ثم قال

اءه من أھل بیتھ ، ولكن أھل بیتھ الذین ذكرھم من حرموا بلى إن نس: نساؤه من أھل بیتھ؟ قال

وكل ھؤالء : قال . آل على وآل عقیل وآل جعفر وآل العباس: ومن ھم؟ قال : قال . الصدقة بعده

أخرجھ مسلم فى الصحیح من حدیث إسماعیل ابن علیة ومحمد بن . نعم: حرموا الصدقة؟ قال

.فضیل وجریر عن أبى حیان

C. Sunan al-Kubrâ, Juz 7 h. 30

محمد بن یعقوب : یى أخبرنا أبو عبد اللھ یحیى بن إبراھیم بن محمد بن یح: أخبرنا أبو زكریا -

سعید عن یزید حدثنا محمد بن عبد الوھاب أخبرنا جعفر بن عون أخبرنا أبو حیان وھو یحیى بن

صلى اهللا علیھ -قام فینا رسول اللھ : م رضى اللھ عنھ یقول بن حیان قال سمعت زید بن أرق

أما بعد أیھا الناس إنما أنا بشر یوشك أن « :ذات یوم خطیبا فحمد اللھ وأثنى علیھ ثم قال -وسلم

جیبھ وإنى تارك فیكم الثقلین أولھما كتاب اللھ فیھ الھدى والنور فتمسكوا یأتینى رسول ربى فأ

Page 69: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

69

. »ى وأھل بیتى أذكركم اللھ فى أھل بیت« :فحث علیھ ورغب فیھ ثم قال . »بكتاب اللھ وخذوا بھ

بلى إن نساءه من أھل بیتھ ولكن : ومن أھل بیتھ نساؤه من أھل بیتھ؟ قال : قال حصین لزید

جعفر وآل عباس آل على وآل عقیل وآل : ومن ھم؟ قال : أھل بیتھ من حرم الصدقة بعده قال

. أخرجھ مسلم فى الصحیح من حدیث أبى حیان. نعم: كل ھؤالء تحرم علیھم الصدقة قال : قال

المطلب بن ربیعة بن وھكذا بنو أعمامھم من بنى ھاشم بدلیل ما نذكره فى حدیث عبد} ق{

ن جبیر بن الحارث عن أبیھ وھكذا بنو المطلب بن عبد مناف بدلیل ما روینا فى الحدیث الثابت ع

و المطلب وبنو ھاشم شىء واحد إنما بن« :أنھ قال -صلى اهللا علیھ وسلم-مطعم عن رسول اللھ

.وأعطاھم من سھم ذى القربى. »

Riwayat Ibnu Khuzaimah

Teks hadis riwayat Ibnu Khuzaimah : 87

حدثنا یوسف بن موسى حدثنا جریر و محمد بن فضیل عن أبي حیان التیمي و ھو - 2357

انطلقت أنا و حصین بن سمرة و عمرو : یحیى بن سعید التیمي الرباب ـ عن یزید بن حیان قال

یا زید رأیت رسول اهللا صلى اهللا علیھ و : زید بن أرقم فجلسنا إلیھ فقال لھ حصین بن مسلم إلى

ا سلم وصلیت خلفھ و سمعت حدیثھ و غزوت معھ لقد أصبت یا زید خیرا كثیرا حدثنا یا زید حدیث

بلى ابن أخي لقد قدم عھدي و : هللا صلى اهللا علیھ و سلم و ما شھدت معھ قال سمعت رسول ا

كبرت سني و نسیت بعض الذي كنت أعي من رسول اهللا صلى اهللا علیھ و سلم فما حدثتكم

87 Riwayat Ibnu Khuzaimah hannya terdapat satu jalur, sebagaimana yang terdapat dalam

kitab aslinya. lihat, Abû Bakar Muhammad bin Ishâq bin Khuzaimah as-Salamî an-Naisâbûrî. Sâhih Ibnu Khuzaimah, Beirut: al-Maktab al-Islamî, Juz 4, h. 63, hadis 2357., bab 348, dalil ahli Nabi haram menerima sedekah. hadis 2357

Page 70: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

70

قام فینا رسول اهللا صلى اهللا علیھ و سلم یوما : ال ق: فاقبلوه و ما لم أحدثكموه فال تكلفوني قال

أما بعد أیھا الناس فإنما أنا : خطیبا بماء یدعى خم فحمد اهللا و أثنى علیھ و وعظ و ذكر ثم قال

یكم الثقلین أولھما كتاب اهللا فیھ الھدى و بشر یوشك أن یأتیني رسول ربي فأجیبھ و إني تارك ف

ل النور من استمسك بھ و أخذ بھ كان على الھدى و من تركھ و أخطأه كان على الضاللة و أھ

فمن أھل بیتھ یا زید ؟ ألیست نساؤه من : ین بیتي أذكركم اهللا في أھل بیتي ثالث مرات قال حص

: من ھم ؟ قال : بلى نساؤه من أھل بیتھ و لكن أھل بیتھ من حرم الصدقة قال : أھل بیتھ ؟ قال

نعم : و كل ھؤالء حرم الصدقة ؟ قال : قال حصین العباسآل علي و آل عقیل و آل جعفر و آل

Dalam penelitian sanad ini, penulis meneliti satu dari hadis-hadis

yang mukharijnya dikemukakan dalam Tafsir al-Mishbah yakni Muslim

melalui jalur Muhammad bin Bakar al-Rayani, al-Tirmidzî melalui jalur

‘Alî bin Mundir al-Kûfî, Ahmad bin hanbal malalui jalur Aswad bin

‘Âmmar, dan al-Baihaqî melalui jalur Abû ‘Abdillâh al-Hâfiz (l. 321 H).

hal ini dilakukan atas dasar pertimbangan penulis sendiri.

5. Kegiatan I’tibar

Skema hadis ketiga terdiri dari riwayat Muslim, al-Tirmidzî,

Ahmad bin Hanbal, al-Baihaqî, dan skema gabungan dari seluruh data

jalur rawi baik yang diteliti maupun yang tidak diteliti. Skema hadis

gabungannya adalah: lihat halaman selanjutnya:

Page 71: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

71

SKEMA HADIS GABUNGAN

Page 72: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

72

Muslim (l. 204 –w. 261 H)

Nama lengkap: Muslim bin Hijjâj bin Muslim al-Qusyairî, (Abî

Husein al-Naisâbûrî al-Hâfiz Sâhib al-Sahîh).

Gurunya: Ibrâhîm bin Khâlid al-Yasykurî, Ibrâhîm bin Dinâr al-

Tamar, Ahmad bin Ja’far al-Ma’qarî, ‘Ismâ’îl bin Uwais, Hajib bin Walîd

al-Manbijî, Husein bin ‘Ali al-Khallâl, Muhammad bin Bakar al-

Rayânî.

Muridnya: Al-Tirmidzî, Ibrâhîm bin Ishâq al-Sairîfî, Ibrâhîm bin

Muhammad bin Hamzah, ‘Abd al-Rahmân bin Abû Hâtim al-Râzî, Abû

Hâtim Makî bin ‘Abdân al-Tamîmî, Yahyâ bin Muhammad bin Sa’îd, ‘Alî

bin Husein bin Jinaidî al-Râzî.

Pandangan ulama hadis terhadap dirinya:

1. Abû Hâtim : ثقة , صدوق

2. Al-Hakim : ثقة

3. Abû Quraisy Muhammad bin Juma’ah Khalif dari Bandarân bin

Muhammad bin Basyâr: Ada empat orang yang paling hâfiz: Al-

Bukhârî, Muslim, al-Dârimî, Abû Zar’ah.

4. Muhammad bin Ya’kûb Abâ ‘Abdullâh al-Hâfiz: Beliau lahir pada

tahun 204 H. wafat pada hari minggu dan dikuburkan hari senin

bulan Rajab tahun 261 H88.

Terdapat pertemuan dengan gurunya Muhammad bin Bakar bin

al-Rayyânî. Para ulama menilai positif (ta’dil) tingkat pertama, disamping

88 Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ i al-Rijâl, jilid 27, h. 499-507

Page 73: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

73

penilaian positif lainnya, Beliau juga menerima hadis dengan cara tahdîts (

.Oleh karena itu, periwayatannya dapat diterima .( حدثنا

Muhammad bin Bakar bin al-Rayyânî (w. 138 H)

Nama lengkap: Muhammad bin Bakar bin al-Rayyânî al-Hasyimî

(Maulâhum) Abû ‘Abdullâh al-Bagdadî al-Risafî.

Gurunya: Asad bin ‘Amrû al-Bajilî al-Qâdî, Ismâ’îl bin Ja’far al-

Madanî, Ismâ’îl bin Zakariyâ, Ismâ’îl bin ‘Ulaiyyah, al-Jârih bin mâlih al-

Rausî, Jarîr bin ‘Abd al-Hamîd, Ja’far bin Sulaimân al-Dabi’Î, Hibbân bin

‘Alî al-‘Anazî, Hassan bin Ibrâhim al-Kirmânî, Râfi’ bin Sulaimân,

Sa’îd bin ‘Abd ar-Rahmân al-Juma’î, Saddâr bin Mas’âb al-Hamdanî.

Muridnya: Muslim, Abû Dâud, Ibnihi (Ibrâhîm bin Muhammad

bin Bakar bin al-Rayyânî), Ibrâhîm bin Hasyim al-Baghawî, Abû Bakar

bin Abî Khitsaimah, Mûsâ bin Hârûn al-Hâfidz, Muhammad bin Ishâq al-

Saganî, Muhammad bin Ishâq al-Syaqafî.

Pandangan ulama hadis terhadap dirinya:

1. Ahamad bin Hambal dari ayahnya: لیس بھ بأس

2. ‘Utsmân bin Sa’îd: Beliau adalah guruku dan لیس بھ بأس

3. ‘Abda Khâliq bin Mansûr berkata dari Yahyâ bin Ma’în, Abû Hasan

al-Dâruqutnî mengatakan bahwa: ثقة

4. Ibnu Hibbân memasukkannya dalam kitab الثقات.

5. Sâlih bin Muhammad al-Baghdadî: صدوق.

6. Bukhârî, al-Baghawî dan yang lainnya: Beliau wafat pada tahun 138

H.89

89 Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ i al-Rijâl, jilid 16, h. 140

Page 74: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

74

Terdapat pertemuan dengan gurunya Hassan bin Ibrâhim al-

Kirmânî, dan muridnya Muslim. Para ulama menilai positif (ta’dil)

tingkat pertama, Beliau menerima hadis dengan cara tahdîts ( حدثنا ). Oleh

karena itu, periwayatannya dapat diterima.

Hassân bin Ibrâhîm (86 - 186 H)

Nama lengkap: Hassân bin Ibrâhîm bin ‘Abdullâh al-Kirmânî

(Qâdî Kirmânî).

Gurunya: Abbân bin Taghlîb, Sufyân bin Sa’id al-Tsaurî, Sa’îd bin

Masrûk al-Tsaurî, Yûnûs bin Zaid al-‘Ayalî, Muhammad Fadl bin

‘Atiyah, ‘Abd al-Malik, Zuhrî bin Muhammad al-Anbarî, Mansûr bin

Mas’ûd, Khâlid bin Hârits, Abû Azîz bin Abî Rawwâd.

Muridnya: Azrâq bin ‘Alî, Ishâq bin Syahîn al-Wasitî, Basrî bin

‘Alî al-Kirmânî, Muhammad bin Abî Ya’kûb al-Kirmânî, Muhammad bin

Nasir bin Sa’îd al-Kirmânî, Abû Ibrâhîm Ismâ’îl bin Ibrâhîm al-

Tarjumanî, Muhammad bin Bakar bin al-Rayyânî, Muhammad bin ‘Isâ

bin Tabbâ’î. Yahyâ bin ayûb al-Maqabirî.

Pandangan ulama hadis terhadap dirinya:

1. Al-Dârimî, Ibrâhîm bin ‘Abdullâh bin Junaidî dari Yahyâ bin Ma’în,

Abû Zarâh : لیس بھ بأس

2. Harrâb bin Ismâ’îl al-Kirmânî mendengar dari Ahamad bin Hanbal

mengtsiqahkan Qâdî al-Kirmânî dengan ungkapannya bahwa

“hadisnya Hassân bin Ibrâhîm: ثقة

3. Al-Nasâ’î: لیس بالقوي (perawi yang tidak Kuat).

Page 75: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

75

4. Ahmad bin Hanbal mendengar keterangan gurunya dari ahli al-

Kirmânî bahwa beliau lahir pada tahun 86 H. dan wafat pada tahun 186

H.90

Terdapat pertemuan dengan gurunya Sa’îd bin Masruk dan

muridnya Muhammad bin Bakar bin al-Rayyânî. Para ulama mnilai

positif (ta’dil) tingkat ketiga, Beliau menerima hadis dengan cara ‘an‘anah

.Oleh karena itu, periwayatannya dapat diterima .( عن )

Sa’îd bin Masruk (w. 128 H)

Nama lengkap: Sa’îd bin Masruk al-Tsaurî al-Kûfî.

Gurunya: ’Ikrimah (Maulâ) Ibnu Abbâs, ‘Aun bin Rafi’, al-

Mughirah bin Syabîl, Mandar al-Tsaurî, Yazîd bin Hibbân, Yûsuf bin

Abî Bardah, Abî Mûsâ al-Asy’ârî, Abî Sâlih al-Hanafî.

Muridnya: Isrâ’îl bin Yûnus, Ismâ’îl bin Salam al-‘Abdî, Jarrâh bin

Mâlih al-Rausî, Hassân bin Ibrâhîm al-Kûfî, Hammâd bin Syaib al-

Hammanî, Dâud bin ‘Isâ al-Kûfî, Ruba’î bin ‘Ulaiyyah, Zaidah bin

Qadamah, Zubeir bin Mu’âwiyah, (Ibnuhu) Sufyân Tsaurî, Sulaimân al-

‘Amasy, Abû al-Ahwash Salâm bin Sulaimân, ‘Amr bin ‘Ubaid al-

Tanafisî, Abû Hammâd al-Mufadal bin Sidqâh al-Hanafî.

Pandangan ulama hadis terhadap dirinya

1. Ishâq bin Mansûr dari Yahyâ bin Ma’în, Abû Hatîm, al-‘Ijlî dan al-

Nasâ’î mengatakan bahwa : ثقة

2. Abû Bakar bin ‘Asim mengatakan: Beliau wafat pada tahun 126 H.

90 Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ al-Rijâl, jilid 6, h.8-12. Lihat juga Al-‘Asqalânî.

Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 2, h. 214

Page 76: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

76

3. Ahmad bin Hanbal: Beliau wafat pada tahun 128 H. seluruh ulama

terutama Ulama Kutub al-‘Asyarah meriwayatkan hadis dari Sa’îd bin

Masrûk.91

Terdapat pertemuan dengan gurunya Yazîd bin Hayyân dan

muridnya Hassân bin Ibrâhîm. Para ulama menilai positif (ta’dil) tingkat

pertama, Beliau menerima hadis dengan cara ‘an‘anah ( عن ). Oleh karena

itu, periwayatannya dapat diterima.

Yazid bin Hayyân (w. )

Nama lengkap : Yazîd bin Hayyân at-Taymî al-Kûfî (Ummu Abî

Hayyân at-Taimî).

Gurunya: Zaed bin Arqâm, Syubrumah bin al-Tûfail, ‘Anbâs bin

‘Uqbah, Kudair al-Dabiyyî.

Muridnya: Sa’id bin Masrûq, Sulaimân al-‘Amasy, Fitri bin

Khulaifah, Abû Hayyân al-Taimî.

Pandangan ulama hadis terhadap dirinya:

1. Al-Nasâ’î: ثقة

2. Ibnu Hibbân memasukkannya dalam kitab 92.الثقات

Terdapat pertemuan dengan gurunya Zaed bin Arqâm dan

muridnya Sa’id bin Masrûq. Para ulama menilai positif (ta’dil) tingkat

pertama, Beliau menerima hadis dengan cara ‘an‘anah ( عن ). Oleh karena

itu, periwayatannya dapat diterima.

Zaed bin Arqâm (w. 68 H)

91 Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ al-Rijâl, jilid 7, h. 249. Lihat juga Al-‘Asqalânî.

Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 4, h.73 92 Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ al-Rijâl, jilid 32, h. 113

Page 77: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

77

Nama lengkap: Zaed bin Arqâm bin Zaed bin Qais bin al-Ni’man

bin Malik bin al-Agarrâ bin Tsa’labah bin Ka’ab bin al-Khazraj bin Hârits

bin Khazraj al-Ansarî al-Khazraj Abû ‘Amrû. Salah satu sahabat Nabi

saw.

Gurunya: Beliau selain meriwayatkan hadis dari Nabi saw, juga

meriwayatkan hadis dari ‘Alî bin Abî Tâlib

Muridnya: ‘Anas bin Malik, Habîb ibnu Yasâr al-Kindî, Abû ‘Amr

bin Sa’id bin Iyâs as-Saybanî, Syuhaibah (Maulâ) Ummu Salamah, Habîb

bin Abî Tsâbit, Abû ‘Abdullâh bin al-Basri (Ibnu Sirîn), ‘Atiyah, Zaed

bin Hibbân al-Taymî, Yazîd bin Hayyân, Abû Muslim al-Banjalî, Abû

Waqas, Nufa’î Abû Dâud al-A’mâ.

Pandangan ulama hadis terhadap dirinya:

1. Semua Sahabat Nabi saw. adalah ‘adil termasuk Zaed bin Arqâm,

beliau bersama dengan Nabi saw. selama 17 tahun.

2. Khalifah bin Khayyazh, beliau meninggal di Kuffah tahun 66 H. dan

menurut Hisyâm bin ‘Adi dan kebanyakan ulama berpendapat bahwa

beliau wafat pada tahun 68 H.93

Terdapat pertemuan dengan muridnya Yazîd bin Hayyân dan

gurunya Nabi saw. Para ulama menilai positif (ta’dil) tingkat pertama.

Beliau menerima hadis dengan cara ‘an‘anah ( عن ). Oleh karena itu,

periwayatannya dapat diterima.

Dari hasil penelitian sanad, yaitu melalui jalur Muslim kemudian

melalui Muhammad bin Bakar bin al-Rayyânî hingga Zaed bin Arqâm.

93 Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ al-Rijâl, jilid 10, h. 9. Lihat juga Al-‘Asqalânî.

Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid. 3, h. 340

Page 78: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

78

Dapat disimpulkan bahwa seluruh periwayat dalam keadaan bersambung

antara guru dan murid. Komentar para kritikus hadis pun menyatakan

bahwa semuanya bersifat ‘adil dan dabit. Oleh karena itu sanad hadis

riwayat muslim ini berkualitas sahih. Dan ke-sahih-an sanad Muslim

tersebut dapat mengangkat kualitas sanad-sanad dari mukharij lainnya,

sehungga dapat dijadikan hujjah.

Lihat skema sanad ini pada halaman berikutnya:

Page 79: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

79

Al-Tirmidzî (w. 279 H)

Page 80: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

80

Lihat pada pembahasan sebelumnya tentang al-Tirmidzî, halaman

47. Terdapat pertemuan dengan gurunya ‘Alî bin Mundir al-Kûfî. Beliau

menerima hadis dengan cara tahdîts ( حدثنا )

‘Alî bin Mundir al-Kûfî (w. 256 H)

Nama lengkap: ‘Alî bin Mundir bin Zaid bin al-Awdî al-Kûfî.

Gurunya: Ahmad bin al-Mufadal al-Hafari, Ishâq bin Mansûr al-

Salulî, ‘Utsmân bin Sa’îd al-Zayyât, Muhammad bin Fudail, Walîd bin

Muslim, Muhammad bin ‘Alî bin Sâlih bin Yahyâ, Waki’ bin Jarah.

Muridnya: Al-Nasâ’î, al-Tirmidzî, Muhammad bin Asrâm al-

Bajalî, Abû Bakar ‘Abdullâh bin Abî Dâud.

Pandangan ulama hadis tentang dirinya:

1. Abû Hâtim: ثقة

2. Al-Nasâ’î : ثقة

3. Ibnu Nu’mair: ثقة

4. Ibnu Hibbân memasukkannya dalam kitab الثقات.

5. Abû Hâtim: Beliau wafat bulan Rabi’ul Awwâl tahun 256 H.94

Terdapat pertemuan dengan muridnya al-Tirmidzi dan gurunya

Muhammad bin Fudail. Para ulama menilai positif (ta’dil) tingkat

pertama, Beliau menerima hadis dengan cara tahdîts ( حدثنا ).

Muhammad bin Fudail (w. 194 H)

Nama lengkap: Muhammad bin Fudail bin Gazwân bin Jarîr al-

Dabbiyyî (Maulâhum) Abû ‘Abd al-Rahmân al-Kûfî.

94 Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ al-Rijâl, jilid 21, h. 145-147. Lihat juga Al-

‘Asqalânî. Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 7, h. 377

Page 81: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

81

Gurunya: Ismâ’îl bin Khâlid, Ismâ’îl bin Muslim al-Makî, Tsâbit

bin Abî Sofyah Abî Hamr al-Tsamalî, Habîb bin Abî ‘Amrah Hasan bin

‘Ubaidillâh, Hasan bin ‘Amrû al-Faqimî, Salam bin Ibni Hafsah, (Maulâ)

Ibn Abbâs, Ruqayyah bin Musqalah, Sulaimân al-A’masy, ‘Ashîm bin

Kulaib, ‘Abdullâh bin Sa’îd bin Abî Hindî, Abd ar-Rahmân bin Ishâq al-

Kûfî, Yahyâ bin Sa’id al-Tamimî.

Muridnya: ‘Alî bin al-Mundir al-Târiq, Ibrâhîm bin Sa’îd al-

Jauharî, Ahmad bin Hanbal, Salah bin Zanjlâh al-Razî, ‘Alâ bin

Muhammad al-Thanafisî, Qutaubah bin Sa’îd, Muhammad bin Abân al-

Balkhî, Hannâd bin al-Sarrî, Wasal bin ‘Abd al-A’lâ, Yûsuf bin Mûsâ.

Pandangan ulama hadis terhadap dirinya:

1. Abû Hâtim: Beliau adalah guruku.

2. Al-Nasâ’î: لیس بھ بأس

3. Ibnu Hibbân memasukkannya dalam kitab الثقات.

4. Abû Zar’ah: صدوق , min ahlil Ilmi.

5. ‘Utsmân bin Sa’îd al-Dârimî: ثقة

6. Muhammad bin Sa’îd dan Abû Dâud: Beliau wafat pada tahun 194 H.

7. Al-Bukhârî, Muhammad bin Hajjâj al-Dabî, Ibnu Hibbân: Beliau wafat

pada tahun 195 H.

8. Seluruh Ulama hadis terutama Ulama yang tergabung dalam Kutub al-

‘Asyarah menerima hadis melalui riwayatnya.95

Terdapat pertemuan dengan muridnya ‘Alî bin al-Mundir dan

gurunya Sulaimân al-A’masy. Para ulama menilai positif (ta’dil) tingkat

95 Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ al-Rijâl, jilid 17, h. 155-158

Page 82: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

82

pertama, disamping penilaian positif lainnya, Beliau menerima hadis

dengan cara tahdîts ( حدثنا ). Oleh karena itu, periwayatannya dapat

diterima.

Sulaimân al-A‘masy (w. 148 H)

Nama lengkap: Sulaimân bin Mihrân al-Imâm Syaikh al-Islâm,

Syaikh al-Muaqrâ`în wa al-Muhadditsîn, Abû Muhammad al-Asadî al-

Kâhilî.96

Gurunya: Abân bin ‘Ayyâsy, Anas bin Mâlik, Abî Zabyân Husain

bin Jundab al-Janbî, Habib bin Abî Tsâbit, Abî Sufyân Talhah bin Nâfi‘,

’Atiyah, ‘Ata` bin Abî Rabâh97.

Muridnya: Asbât bin Muhammad al-Qurasyî, Muhammad bin

Fudail, Isrâ`îl bin Yûnus, Sufyân al-Tsaurî, Syu‘bah al-Hajjâj, Fudail bin

‘Iyad, Yahyâ bin Sa‘îd al-Qattân.

Pandangan ulama hadis terhadap dirinya:

1. Ibnu al-Madînî: Yang hafal ilmu pada umat Nabi Muhammad ada 6:

‘Amr bin Dînâr di Makah, al-Zuhrî di Madinah, Abû Ishâq al-Sab‘î

dan al-‘Amasy di Kufah, Qatâdah dan Yahyâ bin Abî Katsîr di

Basrah.98

2. ‘Amr bin ‘Alî: Al-A‘masy sering dinamai al-Mushaf, karena

kejujurannya.

96 Al-Dzahabî. Siyaru ‘Alâm al-Nubalâ, jilid 6, h. 226-227. 97 Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ al-Rijâl, jilid 12, h. 77-80. Lihat juga Al-‘Asqalânî.

Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 1, h.297 98 Al-‘Asqalânî. Taqrîb al-Taqrîb, jilid 3, h. 229.

Page 83: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

83

3. Ibnu Ma‘în: ثقة

4. Al-Nasâ`î: ثقة ثبت

5. Ibnu Hibbân memasukkannya dalam kitab الثقات.

6. Al-‘Asqalânî: حافظ ,ثقة dia mengetahui tentang qira`at (bacaan al-

Qur`ân), dan wara‘, akan tetapi mudallas, beliau Meninggal 148 H 99

Terdapat pertemuan dengan muridnya Muhammad bin Fudail

dan gurunya Habîb bin Abî Tsâbit. Para ulama menilai positif (ta’dil)

tingkat kedua karena kemudalasannya, Beliau menerima hadis dengan cara

‘an‘anah ( عن ). Oleh karena itu, periwayatannya dapat diterima.

Habîb bin Abî Tsâbit (w. 119 H)

Nama lengkap: Qâis bin Dinâr (Qais bin Hindî, Hindî al-Asadî

Abû Yahyâ al-Kûfî (Maulâ) Banî Asâd bin ‘Abd al-‘Izzî).

Gurunya: Ibrâhîm bin Sa’îd bin Abî Aqâs, Anas bin Malik,

Sa’labah bin Yazîd al-Himmanî, Hâkim bin Hazam, Abî Mûsâ al-Hadda’,

‘Alî bin Husein bin ‘Alî bin Abî Talib Zaed al-‘Abidîn, ‘Abdullâh bin

Abbâs, Sa’îd bin Abd ar-Rahmân bin Abazî, Zaed bin Arqâm, Zaed bin

Wahhâb, ‘Ikrimah (Maulâ) Ibn Abbâs, ‘Urwah bin Zubair, ‘Abdâh bin Abî

Lubâbah.

Muridnya: Abû Yûnus Hâtim bin Abî Saghîr, ‘Ubaid bin Abî

‘Umayyah, Wâlid bin ‘Umar bin ‘Ubaid al-Tanafisî, Sulaimân al-‘Amasy

dan Sofwân Saurî.

99 Al-‘Asqalânî. Taqrîb al-Taqrîb, jilid 1, h. 229.

Page 84: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

84

Pandangan ulama hadis terhadap dirinya:

1. Abu Hâtim: ثقة , صدوق

2. Al-Nasâ’î: ثقة, صدوق

3. Al-‘Ijlî: مفتي في الكفي,تابع ثقة ,

4. Ibnu Hajar al-Asqalani: فقیھ , ثقة, namun Tadlîs.

5. Ibnu Hibbân: ثابتا للحدیث ,فقیھ, namun Tadlîs.100

6. Ahmad bin Sa’ad bin Abî Maryam dari Yahyâ bin Ma’în: ثقة , حجة .

7. Hisyam bin ‘Adi: Beliau wafat pada tahun 122 H.101

8. Ahmad bin Sulaimân mendengar dari Abâ Bakr bin ‘Iyâs: Beliau wafat

pada bulan Ramadan tahun 119 H.102

Terdapat pertemuan dengan muridnya Sulaimân al-‘Amasy dan

gurunya Zaed bin Arqâm. Para ulama menilai positif (ta’dil) tingkat

kedua karena Beliau juga dikenal sebagai seorang tadlis. Dan Beliau juga

menerima hadis dengan cara ‘an‘anan (ن ,Oleh karena itu .(ع

periwayatannya dapat diterima.

‘Atiyah (w. 111 H)

Nama lengkap: ‘Atiyah bin Sa’ad bin Junadah al-‘Aufî al-Jadalî al-

Qaisî Abû al-Hasan al-Kûfî.

Gurunya: Zaed bin Arqâm, ‘Abdullâh bin Abbâs, ‘Abdullâh bin

‘Umar bin Khattâb, ‘Abd al-Rahmân bin Jundab, Abî Sa’îd al-Khudrî.

100 Ibnu Hibbân. Al-Tsiqât, jilid 2., h. 282 101 Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ al-Rijâl, jilid. 5, h. 358 102 Abî ‘Abdullâh Ismâ‘îl bin Ibrâhîm al-Ja‘fî al-Bukhârî. Al-Târikh al-Kabîr, jilid 1/2, h.

314.

Page 85: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

85

Muridnya: Abân bin Taghlab al-Maqra’î, Idrîs bin Yazîd al-Audî,

Ismâ’îl bin Abî Khâlid, Abû Sahhâf Dâud bin Abî ‘Aûf, Sulaimân al-

A’masy, Malik bin Mighal.

Pandangan ulama hadis terhadap dirinya:

1. Al-Bukhârî: Berkata kepadaku ‘Alî bin Yahyâ: Ibnu Sa’ad, ‘Atiyah,

Abû Hârun dan Bisyrî bin Harrâb bagiku sama saja.

2. Husyaim juga berkata demikian.

3. Abbâs al-Darriyû dari Yahyâ bin Ma’în: صالح

4. Ibnu Tahmân dari Yahyâ: ضعیف tetapi aku menulis hadis darinya .

5. Abû Hâtim: ضعیف

6. Al-Nasâ’î: ضعیف

7. Abû Ahmad bin ‘Adi mengatakan: Riwayat ‘Atiyah dari Sa’id al-

Khudrî dinilai ثقة. jalur ini juga digunakan oleh seluruh ulama hadis.

8. Muhammad bin ‘Abdullâh al-Hadramî: Beliau wafat pata tahun 111

H.103

Terdapat pertemuan dengan muridnya Sulaimân al-‘Amasy dan

gurunya Abî Sa’îd al-Khudrî. Para ulama menilai positif (ta’dil) tingkat

ketiga. Beliau menerima hadis dengan cara ‘an‘anah (عن).

Zaed bin Arqâm (w. 68 H)

Lihat pada pembahasan sebelumnya tentang Zaid bin Arqâm

halaman 71. Bertemu dengan muridnya Habîb bin Abî Tsâbit dan

gurunya Nabi Muhammad saw. Beliau menerima hadis dengan cara

‘an‘anah (عن).

103 Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ al-Rijâl, jilid 20, h. 145-149.

Page 86: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

86

Abî Sa‘îd al-Khudrî (w. 74 H)

Nama lengkap: Sa‘ad bin Mâlik bin Sinân bin ‘Ubaid bin

Tsa‘labah bin ‘Ubaid al-Abjarî, Khudrah bin ‘Auf bin al-Hârits bin al-

Khazraj al-Ansârî, Abû Sa‘îd al-Khudrî, Sahabat Nabi S.a.w.

Gurunya: Nabi Muhammad saw, Jâbir bin ‘Abdullâh, Zaid bin

Tsâbit, ‘Abdullah Ibn ‘Abbâs, ‘Utsmân bin ‘Affân, ‘Alî bin Abî Tâlib,

‘Umar bin al-Khattâb, Abî Bakr al-Sâdiq, ayahnya Mâlik bin Sinân, Abî

Mûsâ al-‘Asy‘arî.

Muridnya: Hasan al-Basrî, Jâbir bin ‘Abdullâh, Sa‘îd bin Jubair,

Sa‘îd bin al-Musayyab, Sâlih bin Dînâr al-Tamâr, ‘Ata` bin Yasâr, Abû

Nadrah al-‘Abdî, Abû Yahya al-Aslamî, Abû al-Mutsannâ al-Juhanî.

Pandangan ulama hadis terhadap dirinya:

1. Abû Muhammad al-Madanî: Beliau seorang Sahabat yang banyak

menerima hadis dari Rasulullah.

2. Hanzalah bin Abî Sofyân dari gurunya: Tidak ada seorang pun dari

sahabat Nabi yang lebih ’alim dari pada beliau.

3. Yahyâ bin Bukair dan Ibnu Numair: Beliau wafat di Madinah pada

tahun 74 H.104

Terdapat pertemuan dengan muridnya ‘Atiyah dan gurunya Nabi

Muhammad saw. Para ulama menilai positif (ta’dil). Beliau menerima

hadis dengan cara ‘an‘anah ( عن ). Tidak ada keraguan lagi terhadapnya

karena beliau adalah salah satu sahabat Nabi.

104 Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ al-Rijâl, jilid 10, h. 229

Page 87: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

87

Dari hasil penalitian sanad, yaitu jalur al-Tirmidzî melalui ‘Alî bin

Mundir al-Kûfî hingga Zaed bin Arqâm dan Abî Sa‘îd al-Khudrî, dapat

disimpulkan bahwa seluruh periwayat dalam keadaan bersambung antara

guru dan murid. Komentar para kritikus hadis pun menyatakan bahwa

semuanya bersifat ‘adil dan dabit. Oleh karena itu, sanad hadis ini sahih ,

dan ke-sahih-an sanad al-Tirmidzî ini dapat mewakili atau mengangkat

sanad-sanad dari mukharij lainnya.

Lihat skema sanad hadis riwayat al-Tirmidzî pada halaman

berikutnya:

Page 88: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

88

Ahmad bin Hanbal (w. 241 H)

Page 89: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

89

Nama lengkap: Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilâl bin

Asad al- Syaibanî atau Abû ‘Abdullâh al-Murzawî al-Baghdadî

.Gurunya: Ibrâhîm bin Khâlid al-San’anî, Ibrâhîm bin Sa’ad al-

Zuhrî, Ismâ’îl bin ‘Ulyah, Aswad bin ‘Amar Syadan, Jâbir bin Nûh, Jarîr

bin ‘Abd al-Hamid al-Razî, Ja’far bin ‘Aûn, Husein bin ‘Alî al-Ju’fî, ‘Abd

al-Razak, Abû Nadar, Hasyim bin Qasyim, Abû Nu’aim al-Fadl bin

Dukain.

Muridnya: Al-Bukhârî, Muslim, Abû Dâud, Ibrâhîm bin Ishâq al-

Harabî, Abû Qadamah ‘Ubaidillâh bin Sa’îd, Abû Bakar ‘Abdullâh bin

Muhammad bin Abî Duniyâ.

Pendapat ulama hadis terhadapnya:

1. Yahyâ bin Ma’în: Saya tidak pernah melihat orang sebaik Ahmad bin

Hanbâl.

2. ‘Abd al-Razâq: Saya tidak pernah melihat orang se-faqih dan se-wara'

Ahmad.

3. Al-Madînî: Tidak ada diantara sahabat-sahabat kita yang lebih hafidz

dari Ahmad.

4. Al-‘Ijlî: ثقة ثبت

5. Al-Syâfi‘î: Ketika saya keluar dari Baghdad, saya tidak menemukan

orang yang paling Faqih, paling Zuhd, paling Wara‘, paling mengerti

kecuali Ahmad bin Hanbal.

Page 90: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

90

6. Al-‘Abâs al-‘Anbarî: حجة

7. Qutaibah: Ahmad adalah seorang imam (mujtahid).

8. Ishâk bin Rahwah: Ahmad bin Hanbal adalah pemberi حجة dalam

masalah ilahiyah dan hamba-hambaNya di dunia.

9. Al-Dzahabî: Cukuplah (kita menunjuk) Imam Ahmad sebagai pemuka

ahli fikih, hadis, orang-orang yang ikhlas dan wara‘. Imam Ahmad bin

Hanbal wafat di Bagdad tahun 241 H, dalam usia 77 tahun 105.

Terdapat pertemuan dengan gurunya Aswad bin ‘Âmmar. Para

ulama menilai positif (ta’dil) tingkat pertama, disamping penilaian positif

lainnya, Beliau menerima hadis dengan cara tahdîts ( حدثنى ). Oleh karena

itu, periwayatannya dapat diterima.

Aswad bin ‘Âmmar

Nama lengkap: Aswad bin ‘Âmmar Syâdân Abû ‘Abd al-Rahmân

al-Samy.

Gurunya: Sofyân bin Sa’îd, Hasan bin Salih bin Yahyâ, Ja’far bin

Ziyâd al-Ahmar, ’Abdullâh bin al-Mubârak, Huraim bin Sopyân, Hisyam

bin Hassan, Zuhair bin Mu’âwiyah.

Muridnya: Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, Ahmad bin

Muhammad Ibrâhîm bin Mu’ayyâd, ‘Abbâs bin ‘Abd al-‘Azîm.

Pandangan ulama hadis terhadap dirinya:

105 Al-‘Asqalânî. Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 1, h. 98-100.

Page 91: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

91

1. Muhammad bin Ahmad bin Hanbal: ثقة

2. Al-Dârimî: ثقة

3. Abû Khâtim al-Râzî: صدوق

4. Hanbal bin Ishâq dari ayahnya: ثقة

5. Yahyâ bin Ma’în: 106 لیس بھ بأس

Terdapat pertemuan dengan muridnya Ahmad bin Hanbal dan

gurunya Abû Isrâ’îl. Para ulama menilai positif (ta’dil) tingkat kedua,

Beliau menerima hadis dengan cara takhbir ( أخبرنا ). Oleh karena itu,

periwayatannya dapat diterima.

Abû Isrâ’îl (w. 169 H)

Nama lengkap: Ismâ’îl bin Khalifah al-Absyiyî (Abû Isrâ’îl bin

Abî Ishâq al-Mulaiyyî al-Kûfî, (Maulâ) Sa’ad bin Hudaifah, ’Abd al-

Azîz).

Gurunya: Ibrâhîm bin Hasan bin ‘Alî bin Abî Tâlib, Ismâ’îl bin

Abî Khâlid, Hârits bin Hashirah, Hâkim bin ‘Utaibah, Mujâhid bin Rumî,

Maimûn bin Mihrân, ’Atiyah bin Sa’îd al-Kûfî, ’Utsman bin al-

Mughirrah, ‘Alî bin Badimah, Fudail bin ‘Amrû al-Fuqaimî.

Muridnya: Ahmad bin ‘Abdullâh bin Yûnûs, Ismâîl bin Abbân al-

Warrâq, Ismâ’îl bin Sahib al-Yasykûrî, Muhammad bin Sâbiq, Aswad bin

‘Âmmar, Abû Ahmad Muhammad bin ‘Abdullâh bin Zubair al-Zubairî,

Mûsâ bin Ayân, Wâki’ bin Jarah, Yahyâ bin ’Abd al-Hamîd al-Himmanî.

Pandangan ulama hadis terhadap dirinya:

106 Al-‘Asqalânî. Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 1, h.297

Page 92: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

92

1. Abû Bakar al-Asrâm dari Ahmad bin Hanbal mengatakan bahwa ia

pernah menulis hadisnya.

2. Ishâq bin Mansûr dari Yahyâ bin Ma’în: صالح الحدیث.

3. Mu’awiyah bin Salih dari Yahyâ: ضعیف

4. ‘Amrû bin ‘Alî mengatakan bawha: لیس من االھل كذب.

5. Abu Hâtim: 107جدید االفائ ,حسن الحدیث.

6. Al-Nasâ’î: ضعیف

7. Muhammad bin ‘Abdullâh al-Hadramî: Beliau wafat tahun 169 H.

Terdapat pertemuan dengan muridnya Aswad bin ‘Âmmar dan

gurunya ‘Utsman bin al-Mughîrah. Para ulama menilai positif (ta’dil)

tingkat ketiga, Beliau menerima hadis dengan cara ’an ’anah ( عن ). Oleh

karena itu, periwayatannya dapat diterima.

‘Utsmân bin al-Mughîrah (w. )

Nama lenngkap: ‘Utsmân bin al-Mughîrah al- Tsaqafî, Abû

Mughirah al-Kûfî, (Maulâ) Abî ‘Aqil at-Tsaqîfî, ‘Utsmân bin Abî Zur’ah.

Gurunya: Iyâs bin Ramlah al-Syammî, Zaed bin Wahbi al-Juhânî,

Salim bin Abî Sa’îd, Sa’îd bin Zubeir, ‘Alî bin Rabî’ah bin Nadlah al-

Walibî, Muhâjir al-Syammî.

Muridnya: Ismâ’îl bin Yûnus, Aswad bin ‘Âmmar, Bakar bin

Wail, Hasan bin ‘Umarah, Sofyân Tsaurî, Syarîk bin ‘Abdullâh, Sâlih bin

Hayyî, Syu’bah bin Hijjâj.

Pandangan ulama hadis terhadap dirinya:

107 Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ al-Rijâl, jilid 3, h. 77

Page 93: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

93

1. Sâlih bin Ahmad bin Hanbal: ‘Utsmân bin al-Mughîrah adalah

‘Utsmân al-Tsaqîfî, adalah ‘Utsmân bin Abî Zur’ah, tidak ada seorang

pun yang diriwayatkan darinya melalui jalur Syuraik.

2. Abû Hâtim: ثقة.

3. Al-Nasâ’î: ثقة.

4. Ibnu Hibbân : ثقة.

5. Yahyâ bin Ma’în : ثقة.

6. Telah meriwayatkan ahli hadis darinya kecuali Muslim.108

Terdapat pertemuan dengan muridnya Abû Isrâ’îl dan gurunya

‘Alî bin Rabî’ah. Para ulama menilai positif (ta’dil) tingkat pertama,

Beliau menerima hadis dengan cara ’an ’anah ( عن ). Oleh karena itu,

periwayatannya dapat diterima.

‘Alî bin Rabî’ah

Nama lengkap: ‘Alî bin Rabî’ah bin Nadlah al-Walibî al-Asadî,

Banjalî, Abû Mugîrah al-Kûfî.

Gurunya: ‘Utsman bin Hakim al-Fazari, ‘Utsman bin Kharijah bin

Hisni bin Hudaifah bin Badar al-Fazarî, Salman al-Farisî, Sulaimân bin

Samurah bin Jundub, ayahnya (Samurah bin Jundub), ‘Abdullâh bin

‘Umar bin Khattâb, al-Mughirah bin Syu’bah, Zaed bin Arqâm, K.

Muridnya: Ismâ’îl bin ‘Abd al-Mâlik bin Abî Sufaira’i, Badru bin

Khalîl al-Asadî, Hâkim bin ‘Utaibah, Sa’îd bin ‘Ubaid al-Tâ’iyî, Sulaimân

bin Khulâl, ‘Abd al-‘Azîz bin Rufa’I, ‘Utsmân bin al-Mugîrah,

Mu’awiyah bin Abî Abbâs, dll.

108 Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ al-Rijâl, jilid 19, h. 497-499. Lihat juga, Al-

‘Asqalânî. Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 7, h. 141

Page 94: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

94

Pandangan ulama hadis terhadap dirinya:

1. Abu Iskaq bin Mansûr dari Yahyâ bin Ma’în : ثقة.

2. Al-Nasa’I : ثقة.

3. Abu Hâtim : 109 صالح

4. Ibnu Hibbân memasukkannya dalam kitab الثقات.

Terdapat pertemuan dengan muridnya ‘Utsmân bin al-Mugîrah

dan gurunya Zaed bin Arqâm. Para ulama menilai positif (ta’dil). Beliau

menerima hadis dengan cara ’an ’anah ( عن ).

Zaed bin Arqâm (w. 68 H)

Lihat pada pembahasan sebelumnya tentang Zaid bin Arqâm

halaman 71. Para ulama menilainya positif (ta‘dîl), bertemu dengan

muridnya Habîb bin Abî Tsâbit dan gurunya Nabi Muhammad saw.

Beliau mendengar langsung hadis dari Nabi saw.

Dari hasil penalitian sanad, yaitu melalui jalur Ahmad bin Hanbal

kemudian melalui Aswad bin ‘Âmmar hingga Zaed bin Arqâm. Dapat

disimpulkan bahwa seluruh periwayat dalam keadaan bersambung antara

guru dan murid. Komentar para kritikus hadis pun menyatakan bahwa

semuanya bersifat ‘adil dan dabit. Oleh karena itu sanad hadis ini sahih.

Lihat skema hadis riwayat Ahmad bin Hanbal pada halaman

berikutnya:

109 Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ al-Rijâl, jilid 20, h. 431.

Page 95: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

95

Page 96: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

96

Page 97: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

97

Al-Baihaqî

Lihat pada pembahasan Al-Baihaqî pada hadis partama, halaman

29. Bertemu dengan gurunya Abû ‘Abdillâh al-Hâfiz. Beliau menerima

hadis dengan cara takhbir ( أخبرنا ).

Abû ‘Abdillâh al-Hâfiz (l. 321 H)

Nama lengkap: Muhammad bin ‘Abdullâh bin Muhammad bin

Hamdûwiyah bin Nu’aim bin al-Hâkim, al-Imâm al-Hâfiz, al-Nâqidu al-

‘Alâmah, Syaikh al-Muhadditsîn, Abû ’Abdillâh bin al-Bayyî‘ al-Dabbî al-

Tahmânî al-Naisâbûrî, al-Syâfi‘î, yang mempunyai karangan/tulisan.110

Beliau dilahirkan pada hari senin ketiga, pada bulan Rabî‘ al-Awal,

pada tahun 321 H. di Naisaburi.

Gurunya: ‘Abd al-Bâqî bin Qâni‘, Muhammad bin Mu`ammal al-

Mâsarjisî, Muhammad bin Ya‘qûb al-Asam, Abî ‘Alî al-Husain bin ‘Alî

al-Naisâbûrî al-Hâfiz.

Muridnya: Muhammad bin Ahmad bin Ya‘qûb, Abû Dzar al-

Harawî, Abû Ya‘lâ al-Khalîlî, Abû Bakr al-Baihaqî, Abû Sâlih al-

Mu`adzin.

Pandangan ulama hadis terhadap dirinya:

1. Abû Hâzim ‘Amr bin Ahmad al-‘Abdûyî al-Hâfiz: Saya mendengar al-

Hâkim Abâ ‘Abdullâh Imâm ahli hadis di jamannya, beliau berkata:

Saya minum air zamzam, dan meminta/berdo‘a kepada Allah supaya

diberi rizqi kebaikan dalam mengarang/menulis.

110 Al-Dzahabî. Siyaru A‘lâm al-Nubalâ i, jilid 17, h. 162-163.

Page 98: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

98

2. Al-‘Abdûyî: Saya mendengar Abâ ‘Abd al-Rahmân al-Sulamî berkata:

“Saya bertanya kepada al-Dâruqutnî tentang siapa orang yang lebih

hâfiz antara Ibn Mandah dan Ibn al-Bayyî‘ ( al-Hâkim )? Maka ia

menjawab Ibn al-Bayyi‘ lebih hâfiz dari Ibn Mandah.

3. Ibn Tâhir: Saya bertanya kepada Sa‘ad bin ‘Alî al-Hâfiz, tentang empat

orang ahli hadis yang unggul, kalian tahu? Beliau berkata: Siapa? Saya

menjawab: Al-Dâruqutnî, ‘Abd al-Ghânî, Ibn Mandah, al-Hâkim.

Beliau kemudian menjawab: Al-Dâruqutnî adalah orang yang paling

mengerti dalam ‘ilal, ‘Abd al-Ghânî orang yag paling mengerti tentang

nasab, Ibn Mandah orang yang paling mengerti dan banyak hadisnya,

sedangkan al-Hâkim orang yang paling baik karyanya.

4. Al-Sam‘ânî: Beliau yang unggul dalam ilmu dan ma‘rifat, hafal, dan

faham. Padanya ilmu-ilmu hadis, dan yang lainnya, bagus

karangannya.111

5. Al-Baghdâdî: 112.ثقة

Terdapat pertemuan dengan muridnya Al-Baihaqî dan gurunya

Abû Fadhl. Para ulama menilai positif (ta’dil) tingkat pertama, disamping

penilaian positif lainnya. Beliau menerima hadis dengan cara takhbir (

.Oleh karena itu, periwayatannya dapat diterima .( أخبرنا

Abû Fadhl (w. 342 H)

Nama lengkap: Hasan bin Ya’qûb bin Yûsuf al-‘Adl, Abû Fadhl

111 Al-Sam‘ânî. Al-Ansâb, jilid 2, h. 370. 112 Abî Bakr Ahmad bin ‘Alî bin Tsâbit al-Khâtîb al-Baghdâdî. Târikh Madînah al-

Salâm, Jilid 3, (Beirût: Dâr al-Gharab al-Islâmî, 2001), h. 510.

Page 99: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

99

Gurunya: Muhammad bin ’Abd al-Wahhâb, Abâ Hâtim al-Râzî,

Ibrâhîm bin ’Abdullâh al-Qassâri, Abâ Yahyâ bin Abâ Musarrah, Yahyâ

bin Abî Mutallib, dll.

Muridnya: Abû ‘Ali al-Hâfiz, Abû Ishâq al-Muzakkî, Abû

’Abdullâh al-Hâkim, Ibnu Munadah, Yahyâ bin Ibrâhîm al-Muzakkî, dll.

Pandangan ulama hadis terhadap dirinya:

Al-Hâkim: Beliau memiliki sifat yang bagus, dia selalu

menginfakkan hartanya untuk para ulama dan orang-orang salih. Dia

selalu berdiam di masjid. Beliau wafat tahun 342 H.113

Terdapat pertemuan dengan muridnya Abû ‘Ali al-Hâfiz dan

gurunya Muhammad bin Abd al-Wahhâb. Para ulama menilai positif

(ta’dil). Beliau menerima hadis dengan cara tahdîts ( حدثنا ).

Muhammad bin Abd al-Wahhâb (w. 272 H)

Nama lengkap: Muhammad bin ‘Abd al-Wahhâb bin Habîb bin

Mihrân al-Abdî, Abû Ahmad al-Farrâi al-Naisâbûrî.

Gurunya: Ibrâhîm bin Rustum, Ahmad bin Hanbal, Âdam bin Abî

Iyâs, Ishâq bin Râhawiyah, Ja’far bin ‘Aun, Hafs bin ‘Abd al-Rahamân

al-Balkhî, Khâlid bin Makhlad al-Qatlawânî.

Muridnya: Al-Nasâ’î, Ibrâhîm bin Ja’far bin Walîd, Ahmad bin

Sa’îd al-Dârimî, Ahmad bin Muhammad bin al-Hûsain, Hasan bin

Ya’kûb al-‘Adl, Muhammad bin Ya’qûb al-Asam.

Pandangan ulama hadis terhadap dirinya:

1. Al-Nasâ’î: ثقة

113 Al-Dzahabî. Siyaru A‘lâm al-Nubalâ i, jilid 15, h. 433

Page 100: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

100

2. Muslim bin Hijjâj: ثقة صدوق

3. Ibnu Hibbân memasukkannya dalam kitab الثقات.

4. Hasan bin Ya’kûb al-‘Adl berkata bahwa: Saya menulis hadis darinya,

Hasan bin Ya’kûb melanjutkan, beliau wafat pada tahun 272 H.114

Terdapat pertemuan dengan muridnya Hasan bin Ya’kûb al-‘Adl

dan gurunya Ja’far bin ‘Aun. Para ulama menilai positif (ta’dil) tingkat

pertama. Beliau menerima hadis dengan cara takhbir ( أخبرنا ). Oleh

karena itu, periwayatannya dapat diterima.

Ja’far bin ‘Aun (w. 206 H)

Nama lengkap: Ja’far bin ‘Aun bin Ja’far bin ‘Amarû bin Hurais

al-Qursyî al-Makhzumî (Abû ‘Aun al-Kûfî).

Gurunya: Ismâ’îl bin Abî Khâlid, Ibrâhîm bin Muslim al-Hajarî,

‘Abd al-Rahmân bin Ziyad bin An’um al-Afriqî, ‘Abd al-Rahmân bin

‘Abdullâh al-Mas’ûd, Yahyâ bin Sa’îd (Abû Hayyân), Abû Hanifah al-

Nu’main bin Tsâbit, Hasyim bin Sa’ad, Hasyim bin ‘Urwah dan ‘Abd al-

Malik bin ‘Abd al-‘Azîz bin Juraiz, dll.

Muridnya: Ahmad bin Hanbal, Ahmad bin Sulaiman al-Rûhâwî,

Muhammad bin ‘Abd al-Wahhâb, Ishâq bin Mansûr al-Ramâdî,

Muhammad bin Hisyâm al-Marrudzî, Hârûn bin ‘Abdullâh al-Hammâl,

dll.

Pandangan ulama hadis terhadap dirinya:

1. Ahmad bin Hanbal dari Ayahnya yang mengatakan bahwa: لیس بھ

صالح , بأس

114 Al-‘Asqalânî. Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 9, h. 284

Page 101: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

101

2. Abû Hâtim: صدوق

3. ‘Utsmân bin Sa’îd ad-Dârimî dari Yahyâ bin Ma’in: ثقة

4. Ibnu Hibbân memasukkannya dalam kitab الثقات.

5. Al-Bukhari: Beliau wafat di Kuffah pada tahun 206 H.115

Terdapat pertemuan dengan muridnya Muhammad bin ‘Abd al-

Wahhâb dan gurunya Abû Hayyân. Para ulama menilai positif (ta’dil)

tingkat pertama, Beliau menerima hadis dengan cara takhbir ( أخبرنا ).

Oleh karena itu, periwayatannya dapat diterima.

Abî Hayyân (w. 145 H)

Nama lengkap: Yahyâ bin Sa’îd bin Hayyân, Abû Hayyân al-

Taimî.

Gurunya: ayahnya (Sa’îd bin Hayyân at-Taimî), pamannya (Yazîd

bin Hayyân at-Taimî), Abî Zur’ah bin ‘Umar bin Jarîr, ‘Ikrimah (Maulâ)

Ibni Abbâs, dll.

Muridnya: Ibrâhîm bin ‘Uyaynah, Ismâ’îl bin ‘Ulyah, Sulaimân al-

A’masy, Wuhaib bin Khâlid, Jarîr bin ‘Abd al-Hamîd, Ja’far bin ‘Aun,

‘Îsâ bin Yûnus, Sofyân Tsaurî, dll.

Pandangan ulama hadis terhadap dirinya:

1. Muhammad bin ‘Imran al-Khanasî dari Muhammad bin Fudail: صدوق

2. Muhammad bin ‘Abdullah al-‘Ijli: Sâhib al-Sunnah, ثقة ,صالح

3. Abû Hatim: صالح

4. Al-Tirmidzî: ثقة

5. Ibnu Hibbân memasukkannya dalam kitab الثقات

115 Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ al-Rijâl, jilid 5, h.73-73

Page 102: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

102

6. Ibnu Hibbân menambahkan: Beliau wafat pada tahun 145 H.116

Terdapat pertemuan dengan muridnya Ja’far bin ‘Aun dan

gurunya Yazîd bin Hayyân. Para ulama menilai positif (ta’dil) tingkat

pertama, Beliau menerima hadis dengan cara ’an ’anah ( عن ). Oleh karena

itu, periwayatannya dapat diterima.

Yazîd bin Hayyân

Lihat pada pembahasan Yazîd bin Hayyân sebelumnya halaman

69. Bertemu dengan muridnya Abu Hayyân dan gurunya Zaed bin

Arqâm. menerima hadis dengan cara ‘an‘anah ( عن ).

Zaed bin Arqâm (w. 68 H)

Lihat pada pembahasan Zaed bin Arqâm sebelumnya halaman 71.

Para ulama menilainya positif (ta‘dîl), bertemu dengan muridnya Yazîd

bin Hayyân dan gurunya Nabi Muhammad saw. Beliau mendengar

langsung hadis dari Nabi saw .

Penalitian sanad hadis riwayat al-Baihaqî melalui Abû ‘Abdillâh

al-Hâfiz hingga Zaed bin Arqâm dapat disimpulkan bahwa seluruh

periwayat dalam keadaan bersambung antara guru dan murid. Komentar

para kritikus hadis pun menyatakan bahwa semuanya bersifat ‘adil dan

dabit. Oleh karena itu, sanad hadin ini sahih.

Lihat skema sanad hadis riwayat al-Baihaqî pada halaman

berikutnya:

116 Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ al-Rijâl, jilid 31, h. 323-325

Page 103: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

103

D. Analisis Kualitas Matan Hadis Surah al-Rahmân

Page 104: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

104

Sebelum penulis menganalisis kualitas matan hadis-hadis surah al-

Rahmân, penulis akan menguraikan beberapa kriteria diterimanya matan

hadis. Al-Khâtib al-Baghdâdî (w. 463 H) menjelaskan tentang kriteria

matan hadis yang dapat diterima adalah sebagai berikut:

1. Tidak bertentangan dengan akal sehat.

2. Tidak bertentangan dengan hukum al-Qur’an yang muhkam.

3. Tidak bertentangan dengan hadis mutawatir.

4. Tidak bertentangan dengan amalan ulama salaf.

5. Tidak bertentangan dengan dalil qat’i.

6. Tidak bertentangan dengan hadis ahad yang ke-sahîh-annya lebih

kuat.117

Ibnu Jauzi (w. 459 H) mengantakan ada dua kriteria ke-sahîh-an

hadis, yaitu jika satu matan hadis tidak bertentangan dengan akal sehat,

dan tidak bertentangan dengan pokok-pokok kaidah agama maka sudah

dapat dinilai sahîh.118 Kriteria tersebut juga ditambah oleh Sâlah al-Dîn al-

Adabî dengan tidak bolehnya kandungan matan hadis bertentangan dengan

fakta sejarah.119 Dan terakhir adalah uraian Bustamin dan M. Isa. H. A.

Salam dengan pendekatan bahasa dan sejarah.120

Hadis pertama

Dari pendekatan bahasa, dalam Tafsir al-Mishbah teks hadisnya

berbunyi: Nabi saw. bersabda: “Segala sesuatu memiliki pengantin dan

117 Abu Bakar Ahmad Ibnu ‘Ali Tsâbit al-Khâtib al-Baghdadi, al-Kifayah fi ‘Ilmi al-Riwayah, (Mesir: Matba’ah al-Sa’adah,1972), h.206-207.

118 ‘Abd al-Rahmân Ibnu Jauzî, al-Maudû’ât, (Beirut: Dâr al-Afaq al-Jadîdah, 1983), h. 258.

119 Salah al-Dîn Ibnu Ahmad al-Adabî, Manhaj Naqd al-Matan, (Beirut: Dâr al-Afaq al-Jadîdah, 1983), h. 25.

120 Bustamin, M. Isa. H. A. Salam, Metodologi Kritik Hadis, (Jakarta: PT Raja Grapindo Persada), h. 76.

Page 105: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

105

pengantin al-Qur’ân adalah surat al-Rahmân”.121 ‘Urus yang berarti

pengantin adalah bahasa yang digunakan dalam redaksi hadis ini sudah

dikenal sejak masa Nabi, bukan merupakan bahasa baru. Karena itu, hadis

ini secara bahasa dapat diterima.

Dilihat dari segi pengertian, penulis melihat bahwa segala sesuatu

memiliki pengantinnya disini maksudnya adalah nilai keindahan yang

berbeda dan sangat menonjol seperti seorang pengantin yang terlihat

indah, enak dipandang, Begitu pula dengan al-Rahmân yang disebut

sebagai pengantin al-Qur’ân karena indahnya surah ini, dan karena di

dalamnya terulang sekian kali ayat (fa bi ayyi âlâ’i Rabbikumâ

tukadzdzibân), yang diibaratkan dengan aneka hiasan yang dipakai oleh

pengantin.122

Matan hadis tersebut juga tidak bertentangan dengan al-Qur’ân dan

dengan hadis manapun. Justru sebaliknya matan hadis ini seolah menjadi

pendukung bagi al-Qur’ân terutama untuk surah al-Rahmân.

Dengan demikian berdasarkan kriteria diterimanya sebuah matan

hadis di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa hadis ini bisa

diterima. Hadis ini tidak bertentangan dengan prinsip pokok agama yakni

tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan dengan hadis manapun, tidak

bertentangan dengan akal sehat serta fakta sejarah dan bahasa.

Hadis kedua

121M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, vol 13, h. 491 122 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, vol 13, Muqaddimah surah al-Rahmân

Page 106: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

106

Dari pendekatan bahasa, dalam Tafsir al-Mishbah teks hadisnya

berbunyi: Nabi saw. menegur sahabat-sahabatnya yang terdiam saja ketika

dibacakan ayat (fabiayyi âlâ’i Rabbikumâ tukadzdzibân) kepada mereka.

Beliau memuji jin yang menyambut setiap seruan dengan berkata: “Tidak

satu pun dari nikmat-Mu – wahai Tuhan kami – yang kami ingkari, maka

segala puji bagi-Mu”.123 Bahasa yang digunakan dalam redaksi hadis

kedua ini sudah dikenal sejak masa Nabi; bukan merupakan bahasa baru.

Oleh karena itu, hadis ini secara kosakata dapat diterima.

Dilihat dari segi pengertian, penulis melihat bahwa adanya sebuah

anjuran untuk menjawab ayat (fabiayyi âlâ’i Rabbikumâ tukadzdzibân)

yang tersirat dari teguran Nabi saw. kepada para sahabatnya karena

terdiam ketika dibacakan ayat tersebut. indikasi adanya anjuran dalam

hadis tersebut terlihat jelas ketika Nabi saw. memuji jin yang menjawab

ayat tersebut.

Matan hadis tersebut tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan

dengan hadis.

Dengan demikian, berdasarkan kriteria diterimanya sebuah matan

hadis di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa hadis kedua ini bisa

diterima. Hadis ini tidak bertentangan dengan prinsip pokok agama yakni

tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan dengan hadis, tidak bertentangan

dengan akal sehat serta fakta sejarah dan bahasa.

Hadis ketiga

123 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, vol 13, h. 503.

Page 107: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

107

Dari pendekatan bahasa, dalam Tafsir al-Mishbah teks hadisnya

berbunyi: Nabi saw. bersabda: “Sesungguhnya aku tinggalkan buat kamu

ats-Tsaqlain yakni Kitab Allah dan keluargaku”.124 Ats-Tsaqalain adalah

bentuk jamak dari kata ats-Tsaqal adalah bahasa yang digunakan dalam

redaksi arabnya sudah dikenal sejak masa Nabi; bukan merupakan bahasa

baru. Oleh karena itu, hadis ini secara bahasa dapat diterima.

Dilihat dari segi pengertian, ats-Tsaqalain adalah bentuk jamak

dari kata ats-Tsaqal yang berarti berat, mengindikasikan sesuatu yang

biasa ditimbang, dipikul ditanggung. Berarti ats-Tsaqalain adalah

tanggung jawab yang harus dipikul oleh setiap orang muslim. Al-Qur’ân

dan ahlul bait yang dimaksud dari kata ats-Tsaqalain adalah peninggalan

yang dititipkan oleh Nabi saw. kepada umatnya agar dilaksanakan sebaik-

baiknya yakni agar umatnya benar-benar menjalankan perintah Allah swt.

dan menjauhi larangan-Nya, dengan mengikuti tuntunan yang ada dalam

al-Qur’ân dan hadis, serta mencintai dan menjaga menghormati ahlul bait/

keturunan Nabi saw.

Dari segi perbedaan redaksi hadis yang sejalur, sejauh ini ulama

menyatakan bahwa adanya perbedaan redaksi hadis dengan hadis yang

sejalur dengannya karena periwayatan secara makna dapat ditolerir, baik

itu dari pengertian kata maupun karena perbedaan stuktural. Begitu juga

dengan susunan matan hadis ketiga.125 Penulis mendapatkan adanya

perbedaan hadis yang dimaksud. Untuk memperjelas adanya perbedaan

matan tersebut berikut ini penulis kemukakan contohnya:

124 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, vol. 13, h. 508. 125 Perbandingan hadis dengan hadis lain yang lebih Sahîh, hanya pada hadis ketiga saja

karena hadis pertama dan kedua adalah hadis gharîb.

Page 108: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

108

اتبعھ كان علىالھدى أال وإنى تارك فیكم ثقلین أحدھما كتاب اللھ عز وجل ھو حبل اللھ من

وفیھ فقلنا من أھل بیتھ نساؤه قال ال وایم اللھ إن المرأة . »ومن تركھ كان على ضاللة

ا وقومھا أھل بیتھ أصلھ تكون مع الرجل العصر من الدھر ثم یطلقھا فترجع إلى أبیھ

.وعصبتھ الذین حرموا الصدقة بعده

ق

م أما بعد أیھا الناس إنما أنا بشر یوشك أن یأتى رسول ربى فأجیبھ وإنى تارك فیك« :ال

فحث على . »ا كتاب اللھ فیھ الھدى والنور فاستمسكوا بكتاب اللھ وخذوا بھ الثقلین أولھم

. ثالث مرات. »وأھل بیتى أذكركم اللھ تعالى فى أھل بیتى « :كتاب اللھ ورغب فیھ ثم قال

.سلم فى الصحیح من حدیث أبى حیان التیمىأخرجھ م

Kedua matan hadis126 di atas tampak jelas adanya perbedaan. Hal

tersebut dapat memberi petunjuk bahwa hadis yang diriwayatkan oleh

periwayat yang sama-sama tsiqah-pun dapat terjadi perbedaan matan hadis

yang diriwayatkan. Perbedaan matan hadis yang diriwayatkan oleh perawi

tsiqah saja yang dapat ditolerir, sementara hadis yang diriwayatkan oleh

periwayat yang tidak tsiqah tidak termasuk hadis riwayat bi al-Ma’na yang

dapat ditolerir.127 Kedua contoh matan hadis diatas adalah matan hadis

yang diriwayaatkan oleh periwayat yang tsiqah, maka perbedaan matan

hadis diatas adalah dapat ditolerir.

Matan hadis tersebut tidak pula bertentangan dengan al-Qur’ân dan

dengan hadis manapun.

Dengan demikian berdasarkan kriteria diterimanya sebuah matan

hadis di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa hadis ketiga ini bisa

126 Kedua matan hadis diatas adalah matan hadis riwayat Muslim dan matan hadis riwayat al-Tirmidzî. Sebenarnya matan seluruh hadis yang ada berbeda satu sama lain, namun kedua matan hadis yang penulis ambil merupakan contoh yang cukup jelas perbedaannya disamping kedua hadis tersebut memiliki kualitas yang sama.

127 Bustamin dan Isa Salam, Metodoligi Kritik Hadis, h. 67-68.

Page 109: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

109

diterima. Hadis ini tidak bertentangan dengan prinsip pokok agama yakni

tidak bertentangan dengan al-Qur’ân dan dengan hadis manapun, tidak

bertentangan dengan akal sehat serta fakta sejarah apa pun.

Page 110: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

110

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari tiga hadis yang penulis teliti, hadis-hadis surah al-Rahmân kitab

Tafsir al-Mishbah kualitas sanad dan matannya dalah sebagai berikut:

1. Sanad hadis kesatu riwayat ‘Alî bin Abî Tâlib adalah da‘îf. ‘Alî bin

Husein bin Ja’far al-Hâfiz dan Ahmad bin Hasan Dubaisi yang dinilai

pendusta dan mungkar al-hadis, serta Hisyâm al-Yazîdî, yang majhul

(tidak terlacak), dari tiga alasan tersebutlah yang menyebabkan sanad

hadis ini menjadi da‘îf.

2. Sanad hadis kedua riwayat Jâbir bin ’Abdullâh adalah Hasan Gharîb.

Walîd Muslim dinilai tadlis urutan keempat, namun sebagian ulama

menilainya tsiqah. Ahmad bin Hanbal mengatakan bahwa Zuhair bin

Muhammad yang menetap di Syam bukan Zuhair yang menetap di Irak.

Sepertinya ada keterbalikan nama antara Zuhair bin Muhammad al-

Manâkîr dengan Zuhair bin Muhammad al-Tamîmî. Muhammad bin

Ismâ’îl al-Bukhârî berkata bahwa ahli Syam meriwayatkan dari Zuhair bin

Muhammad al-Manâkîr, sedangkan ahli Irak meriwayatkan hadis dari

ulama hadis sekitar Irak. Dan kesimpulan dari keterangan diatas saya

mengikuti pendapat Hasan al-Banâ yang mengomentari kedudukan sand

hadis ini dengan penilaian Hasan Gharîb.

3. Sanad hadis ketiga riwayat Muslim, al-Tirmidzî, Ahmad bin Hanbal, dan

al-Baihaqî semuanya sahîh. Karena hadis ketiga ini terdapat riwayat

Page 111: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

111

Muslim. Penulis mengikuti pendapat ijma‘ ulama yang menyatakan bahwa

riwayat al-Bukhârî dan Muslim dalam kitab sahîhnya adalah sahîh, yang

apabila ada hadis melalui jalur lain secara makana derajatnya tidak sahîh,

maka akan terangkat derajatnya dengan adanya riwayat Muslim ini.

4. Matan semua hadis, baik hadis pertama, kedua, dan ketiga dinilai sahîh,

karena semua matan tersebut tidak bertentangan dengan al-Qur’ân, Hadis

lain yang sahîh, akal sehat, bahasa, serta fakta sejarah.

Namun demikian, bukan berarti kesimpulan yang penulis hasilkan ini

sebagai kesimpulan final. Walau bagaimana pun, kesimpulan yang penulis

hasilkan merupakan kesimpulan yang bersifat subjektif. Dalam artian bahwa

kesimpulan yang subjektif memungkinkan adanya ketidak sepakatan dari

orang lain, yang melihat dari perspektif lain.

B. Saran-saran

1. Dalam melakukan kegiatan penelitian hadis, hendaknya memperhatikan

kaidah-kaidah yang telah ditetapkan ulama hadis, juga diperlukan

kesabaran, ketekunan, dan ketelitian.

2. Hendaknya umat Islam lebih hati-hati dalam mengutip/mengungkapkan

hadis yang belum jelas kualitasnya.

3. Perlunya pengembangan sistematika penelitian hadis, supaya mahasiswa

dapat lebih mudah memahami hadis baik dari segi sanadnya, ataupun

matannya.

Page 112: “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3665/1...1 “TAKHRIJ HADIS-HADIS KITAB TAFSIR AL-MISHBAH” (Studi Kritik Sanad dan

112

4. Penulis berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khusunya,

dan umumnya bagi pembaca.