TAKWIL MIMPI KISAH NABI YUSUF DALAM TAFSIR AL ...repository.uinjambi.ac.id/2836/1/SKRIPSI NUR...
Embed Size (px)
Transcript of TAKWIL MIMPI KISAH NABI YUSUF DALAM TAFSIR AL ...repository.uinjambi.ac.id/2836/1/SKRIPSI NUR...
-
TAKWIL MIMPI KISAH NABI YUSUF DALAM TAFSIR AL IBRIZ KARYA BISYRI MUSTHOFA
(ANALISIS PADA SURAH YUSUF AYAT 33-42)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir
Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama
Oleh:
NUR KHASANAH
UT 150218
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
JAMBI
2019
-
ii
-
iii
-
iv
-
MOTTO
Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya Demikianlah Kami
memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.1
1Tim Penyusun Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Tajwid dan Terjemah (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2018), 143.
iii
v
-
ABSTRAK
Banyak sekali kisah-kisah didalam Al-Qur‟an, salah satunya yaitu kisah Nabi yusuf didalam surah Yusuf. Dalam hal ini penulis terfokus pada takwil mimpi Nabi Yusuf didalam
penjara, diceritakan bahwa Nabi Yusuf berada di penjara bersama dua orang pemuda. Di penjara inilah Nabi Yusuf menakwilkan mimpi dua orang pemuda, dan bagaimana Nabi Yusuf
menerangkan dan apa makna dari mimpi dua orang laki-laki yang ada dalam penjara tersebut, maka dari itu penulis akan memaparkan tentang takwil mimpi tersebut dari tafsir Jawa yaitu Al-Ibriz karya KH. Bisyri Musthofa.
Penelitian ini termasuk dalam jenis/kategori penelitian pustaka (library research) yaitu penelitian yang menitik beratkan pada literatur dengan cara menganalisis muatan isi dari
literatur-literatur yang terkait dengan penelitian baikdari sumber data primer maupun sekunder. Data primer yang disajikan adalah segala yang berkaitan langsung dengan pokok kajian. Sedangkan data sekundernya adalah berupa referensi-referensi yang secara tidak langsung terkait
dengan takwil mimpi dalam Al-Qur'an. Selain itu penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis yakni, menuturkan, menggambarkan, dan mengklasifikasi secara objektif data yang
dikaji sekaligus menginterpretasikan dan menganalisa data. Dengan ini akan melihat bagaimana Al Ibriz menafsirkan takwil mimpi kisah Nabi
Yusuf tersebut, apakah dalam penafsirannya terpengaruh oleh kebudayaan Jawa yaitu primbon
Mimpi dan hikmah yang dapat diambil dari kisah tersebut. Dan setelah penulis telusuri tentang ayat yang penulis ambil, ternyata sama sekali tidak terdapat pengaruh budaya Jawanya. Yang
mana KH.Bisyri Musthofa lebih menjelasakan tentang kisahnya, yang mana dari keunikanya tafsir ini. Ketika beliau menjelaskan tentany ayat maka KH. Bsyri Musthofa menngunakan kata Qissah sebelum menjelskan ayatnya. Dan menurut penulis tafsir Al Ibriz lebih berpengaruh pada
Isra‟iliyanya, yang man beliau lebih menjelaskan tentang keluasan kisah yang terdapat pada ayat ini.
vi
-
PERSEMBAHAN
Bismillaahirrahmaanirrahiim…
Dengan keridhoan Allah SWT dan shalawat kepada Rasulullah Saw, karya kecil ini saya
persembahkan kepada :
Seluruh keluarga besar terutama untuk dua malaikat tak bersayap, yang cintanya sempurna,
kakekku Dasir dan Nenekku Tarsi. Terimakasih untuk doa, kasih sayang serta motivasi yang
senantiasa selalu teruntai dan tercurah untuk anakmu ini.
Ayahku tersayang Rusli terimakasih atas semangat dan dukungan yang diberikan, dan untuk
almarhum ibuku tersayang Siti Sureni, terimakasih atas do‟amu ibu, tiada hal yang paling
terindah kecuali dari do‟amu, semoga engkau tenang disana
Abah Kyai. M. Rouyani Jamil, dan Umi Raden Roro Fatimah selalu memberikan bimbingan
terhadap penulis dalam menempuh pendidikan. Teman-teman seperjuangan, Tafsir Hadits angkatan 2015 yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu.
Saya ucapkan terimakasih, semoga Allah membalas segala kebaikan kalian. Aamiin…
Vii
-
viii
-
ix
-
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………..i
NOTA DINAS …………………………………………………………ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ……………...iii
PENGESAHAN ………………………………………………............ iv
MOTTO ……………………………………………………………….. v
ABSTRAK ……………………………………………………............. vi
PERSEMBAHAN ……………………………………………………. vii
KATA PENGANTAR ………………………………………….…… viii
DAFTAR ISI ………………………………………………………….. x
PEDOMAN TRANSLITERASI ………………………………..……xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………1
B. Permasalahan…………………………………………...6
C. Batasan Masalah............................................................. 7
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ……………………….7
E. Tinjauan Pustaka……………………………………….. 8 ………………………………………………........................... .
F. Metode Penelitian……………………………………… 9
G. Sistematika Penulisan…………………………… …… 11
BAB II BIOGRAFI KH.BISYRI MUSTHOFA
A. Biografi Bisyri Musthofa
1. Riwayat Hidup……………………………………… 12
2. Riwayat Pendidikan………………………………….14
3. Karya-karya Intelektual…………………………. ...16
B. Tafsir Al-Ibriz
1. Latar Belakang Penulisan Tafsir…………………… 18
2. Sistematika Penulisan Tafsir……………………….. 20
3. Metode dan Corak Penafsirannya………………….. 26
x
-
BAB III KISAH-KISAH DALAM SURAH YUSUF DAN TAKWIL MIMPI
A. Kisah-kisah dalam surah Yusuf…………………………32
B. Takwil mimpi Nabi Yusuf terhadap dua orang pemuda di dalam
penjara...............................…………………………… 35
C. Pengertian umum tentang takwil dan mimpi
1. Pengertian takwil......................................................... 39
2. Pengertian mimpi……………………………………. 40
D. Takwil mimpi menurut pandangan Islam............................44
BAB IV PENAFSIRAN AYAT-AYAT TENTANG TAKWIL MIMPI PADA KISAH
NABI YUSUF MENURUT TAFSÎ R AL-IBRÎ Z
A. Penafsiran KH.Bisyri Musthofa terhadap ayat 33-42 pada Surah
Yusuf……………………………………………………47
B. Hikmah tentang takwil mimpi pada Kisah Nabi
Yusuf……………………………………………………57
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
C. Penutup
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
-
PEDOMAN TRANSLITERASI
A. Alfabet
Arab Indonesia Arab Indonesia
T ط ` ا ẓ ظ b ة ` ع t ث Gh غ ts د F ف j ج Q ق ḥ ح K ك kh خ l ل d د m و dz ر r ٌ n س w و z ص s ِ h ط ؍ ء sy ػ y ي ṣ ص ḍ ض
B. Vokal dan Harkat
Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia
ī ِاي ā َا A َا aw َاو á َاي U ُا ay َاي ū ُاو I ِا
x
xii
-
C. Ta’ Marbutah
Transliterasi untuk ta‟ marbutah ini ada dua macam:
1. Ta‟ Marbutah yang mati atau mendapat harakat sukun, maka transliterasinya adalah/h/.
contoh:
Arab Indonesia
Salãh صالة Mir‟ãh يشاة
2. Ta‟Marbutah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah dan dammah, maka
transliterasinya adalah/t/.
Contoh:
Arab Indonesia
Wizãrat al-Tarbiyah وصاسة انخبيتانضيٍ يشاة Mir‟ãt al-zaman
3. Ta‟ Marbutah yang berharakat tanwin maka transliterasinya adalah /tan/tin/tun.
Contoh:
Arab Indonesia
Fajannatan فجئت
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur‟an berisi petunjuk bagi manusia, ajaran-ajarannya disampaikan
secara variatif, serta dikemas sedemikian rupa. Adapun ajaran-ajarannya ada yang
berupa informasi, perintah, larangan, dan ada juga dikemas berupa deskripsi,
kisah yang mengandung pelajaran yang dikenal dengan kisah-kisah Al-Qur‟an.
Fenomena kisah dalam Al-Qura‟an diyakini memiliki realitas kebenaran termasuk
peristiwa yang ada di dalamnya, sebagai mana tertera didalam surah Ali-Imran
ayat 62:
“Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Allah; dan Sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”2(QS. Ali Imran:62)
Tidak mengherankan jika kemudian Al-Qur‟an menyatakan dengan bahasa
yang tegas tentang perlunya manusia bercermin ke pada masa lampau untuk
mengambil pelajaran dari kisah kisah tersebut.3Diantara kisah-kisah dalam Al-
Qur‟an, terdapat kisah para Nabi, yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa
yang terjadi pada masa lalu. Kisah para Nabi merupakan bagian terbesar dari
kisah-kisah yang terdapat didalam Al-Qur‟an.4Itulah sebabnya, Al-Quran selain
memuat ajaran berupa akidah (keyakinan), akhlak, syari‟ah, janji dan ancaman,
juga berisi kisah-kisah umat terdahulu seperti cerita para Nabi dan umatnya
2Tim Penyusun Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Tajwid dan Terjemah (Bandung: CV
Penerbit Diponegoro, 2018), 58. 3Bey Arifin, Rangkaian Cerita dalam Al-Qur‟an, (Bandung: Al Ma‟arif, 1995), 5.
4Manna Khalil Al-Qaththan, Studi Ilmu Al-Qur‟an, terj.Mudzakir, (Jakarta, Litera Antar
Nusa, 1992), 431.
-
2
sebelum Nabi Muhammad serta umat lainya yang hancur karena keangkuhan
mereka.5
“Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan
mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum
kami mewahyukannya adalah Termasuk orang-orang yang belum
mengetahui.”.(QS. Yusuf: 3).6
Lebih jauh lagi kisah-kisah Al-Qur‟an sangatlah istimewa, nilai-nilai yang
terkandung amat mulia sehinga ketinggian nilainya mampu mengubah ahlak dan
menyebarkan cahaya kebijaksanaan sehingga dapat mengubah suatu kaum.7Al-
Qur‟an sendiri memang bukan kitab kisah ataupun kitab sejarah, tapi tidak bisa di
pungkiri bahwa Al-Qur‟an memuat banyak kisah sejarah umat-umat masa lampau
dan semuanya dapat diambil pelajaran bagi orang-orang yang berakal sesuai
dengan surah Yusuf ayat 111
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan
segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.(QS. Yusuf:111)8
5Harun Nasution, Islam Rasional, (Penerbit Mizan : Bandung, 1998), 20-21.
6Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsiran Al-Qur‟an, Al-Qur‟an Dan Terjemah,
(Jakarta, Departemen Agama RI, 1971), 348. 7 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya,(Jakarta: Lentera Abadi, 2010), 500.
8Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsiran Al-Qur‟an, Al-Qur‟an Dan Terjemah,
(Jakarta, Departemen Agama RI), 1971.
-
3
Banyak sekali kisah-kisah didalam Al-Qur‟an salah satunya yaitu kisah
Nabi Yusuf didalam surah Yusuf.9 Kisah Nabi Yusuf didalam Al-Qur‟an tidaklah
sama seperti kisah-kisah biasa atau dongeng-dongeng yang banyak ditemukan dan
menyebar pada masyarakat secara turun temurun, tetapi salah satu kisah didalam
Al-Qur‟an yaitu pada surah Yusuf, surah ini terdiri dari 111 ayat, tergolong
surah-surah Makkiyah karena turunnya dikota Mekkah sebelum hijrah, surah ini
dinamakan surah Yusuf karena dari isinya mengenai riwayat Nabi Yusuf AS.
Sebuah kisah yang sungguh unik jika disanding dengan kisah-kisah Nabi yang
lainnya.10
Kisah Nabi Yusuf ini diceritakan dalam surah tersebut, dan isi dari kisah
Nabi Yusuf ini berlainan pula dari kisah-kisah nabi yang lain. Pada kisah Nabi
yang lain, Allah menunjukkan kepada tantangan yang bermacam-macam dari
kaum mereka, kemudian mengakhiri kisah itu dengan kemusnahan para penentang
kepada para nabi tersebut, sedangkan didalam kisah Nabi Yusuf, Allah SWT
menonjolkan buah dari kebaikan dan kesabaran bahkan mengajarkan kepada kita
kesenangan itu datangnya sesudah penderitaan.11
Pada penjelasan di atas kisah Nabi Yusuf terdiri beberapa kisah yang terjadi,
yaitu mimpi Nabi Yusuf, Nabi Yusuf disingkirkan saudaranya, Nabi Yusuf dijual
kepada orang Mesir, rayuan istri orang kepada Nabi Yusuf, jamuan makan, takwil
mimpi Nabi Yusuf dalam penjara, mimpi sang raja dan kebebasan Nabi Yusuf,
Nabi Yusuf menjadi pejabat pemerintah, pertemuan dengankeluarga, dan i‟tibar
dari kisah Nabi Yusuf.12 Dalam hal ini penulis terfokus pada takwil13 mimpi Nabi
Yusuf didalam penjara, diceritakan bahwa Nabi Yusuf berada di penjara bersama
dua orangpemuda. Di penjara inilah Nabi Yusuf menakwilkan mimpi dua orang
pemuda, dan bagaimana Nabi Yusuf menerangkan dan apa makna dari mimpi dua
orang laki-laki yang ada dalam penjara tersebut, maka dengan ini penulis akan
9AL-Khalidy Shalah, Kisah-Kisah Al-Qur‟an Pelajaran Dari Orang Dahulu ,
(Jakarta:Gema Insani, 1999), 78. 10
Ibnu Katsir,Kisah Para Nabi,(Jakarta, Buku Islam Rahmatan,2003),269. 11
Muhammad Akrom, “Analisis Ketampanan Nabi Yusuf Dalam Perspektif Semiotika
Al-Qur‟an”, Jurnal Pendidikan Bahasa Arab Dan Kebahasaaraban , Vol 1, No 2 (2014), 229. 12
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya,(Jakarta: Lentera Abadi, 2010), 500.. 13
Di dalam kamus pintar Al-Qur‟an, karya Muhammad Chirzin. Takwil adalah
keterangan atau penjelasan, penafsiran makna yang mengandung penertian yang tersirat
-
4
memaparkan penafsiran KH. Bisyri Musthofa dalam tafsir Jawa yaitu Al-Ibriz.
Dengan ini penulis akan mengaitkan antara tafsir berbahasa Jawa dan kisah Nabi
Yusuf yaitu tentang takwil mimpi dua orang pemuda. Telah kita ketahui, bahwa
kebanyakan orang Jawa masih memegang erat kepercayaan mereka seperti salah
satunya tentang primbon Jawa.14 Terutama dalam hal primbon mimpi, masyarakat
Jawa pada umumnya bila mengalami mimpi yang menurut mereka sangat rancu,
maka mereka akan berpatokan pada primbon mimpi tersebut. Salah satu
contohnya bila seseorang bermimpi salah satu gigi mereka ada yang patah, maka
menurut pendirian mereka akan ada salah satu dari anggota keluarganya akan
meninggal. Maka dari itu penulis akan melihat bagaimana KH Bisri Musthofa
menafsirkan takwil mimpi kisah Nabi Yusuf tersebut, dan hikmah dari kisah
tersebut.15
Tafsir Al-Ibriz merupakan tafsir khas pesantren, Dengan memberikanaksara
pegon dan makna gandhul,16 yaitu mengartikan setiap kosa kata makna secara
lughawi. selain itu, keunikan kitab ini juga nampak dari cara pemaknaan yang
menampakkan ciri khas pesantren, seperti utawi, iku, kelawan, ing dalem, dan
sebagainya. Tafsir ini memang menggunakan bahasa Jawa ngoko karena dengan
carangoko, pembicara dan audiennya menghilangkan jarak sosial dalam
berkomunikasi. Keduanya berdiri satu level, sehingga tidak perlu mengusung
sekian basa-basi seperti ketika menggunakan kromo madyo atau kromo inggil.17
14
Fajrian Yazdajird Iwanebel, “Corak Mistik dalam Penafsiran KH. Musthafa Bisri”,
Jurnal Risail, 1. No.1. (2014) ,28. 15
Bay Aji Yusuf,”Konsep Ruang Dan Waktu Dalam Primbon Serta Aplikasinya Pada
Masyarakat Jawa” Skripsi (Fakultas Ushuluddin Dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2016), 8 16
Aksara pegon adalah tulisan berbahasa Jawa dengan menngunakan huruf Arab, dan
makna gundhul adalah makna kata yang dituliskan miring di bawah ayat dengan menggunakan
huruf Arab berbahasa Jawa 17
Saifulloh Ma‟sum, Karisma Ulama Kehidupan Ringkas 26 Tokoh NU, (Bandung:
Mizan, 1998),328.
-
5
Selanjutnya contoh tafsir Al- Ibriz dari ayat dan membicarakan tentang
kisah tercantum pada Surat Al Qamar: 3718
“Dan Sesungguhnya mereka telah membujuknya agar menyerahkan tamnuya
kepada mereka, lalu Kami butakan mata mereka, Maka rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku.”(QS. Al Qamar:37)
KH. Bisyri Mustofa ketika menafsirkan ayat ini, beliau menggunakan kata
Qishah dalam tafsirannya, untuk melengkapi dalam penafsiran beliau dan
menunjukkan pada ayat ini terkandung kisah. Beliau menjelaskan ketika Nabi
Luth kedatangan tamu yaitu malaikat yang meyerupai seorang pemuda, yang
tampan-tampan rupanya, kaum Nabi Luth sangat bergembira dan bersuka ria dan
merekapun cepat-cepat bergegas menuju kekediamannya Nabi Luth, kemudian
mereka meminta terhadap Nabi Luth untuk berbuat cemar yaitu bisa disebut homo
terhadap tamu tersebut. kaum Nabi Luth yang sejak dulu melakukan perbuatan
keji (homo) suka sesama jenis, mendengar permintaan itu Nabi Luth malu dan
sampai menangis seraya berkata “sesungguhnya didalam rumahku ini terdapat
anak perempuanku, kalau kalian mau nikahi mereka, dan jagan ganggu tamu-
tamuku ini”. Tapi kaum Nabi Luth membantah dan menolak perkataan Nabi Luth
itu, kemudian mata mereka dihapus oleh malaikat jibril dan menjadikannya buta,
bola mata mereka menjadi putih, seperti permukaan piring. Sungguh kamu
melampiaskan syahwatmu kepada sesama laki-laki bukan perempuan.
Dari sedikit pemaparan diatas maka peneliti ingin melihat bagaimana
KH.Bisyri Musthofa dalam menafsirkan salah satu kisah Nabi Yusuf, yaitu
tentang takwil mimpi Nabi Yusuf dengan nuansa tafsir Jawa yakni Al Ibriz Li
Ma‟rifati Tafsir Al-Qur‟an Al Aziz yang sangat dipengaruhi oleh budaya Jawa.
Apakah perbedaannya dengan tafsir-tafsir yang lain lalu pandangan beliau
18
Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsiran Al-Qur‟an, Al-Qur‟an Dan Terjemah,
(Jakarta: Departemen Agama RI), 1971.
-
6
mengenai keteladanan yang dapat diambil dari kisah tersebut. Maka dari itu
penulis mengangkat judul
A. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat disimpulkan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian takwil dan mimpi. Dan pandangan Islam tentang takwil
mimpi ?
2. Bagaimana KH. Bisyri Musthofa menafsirkan takwil mimpi Nabi Yusuf di
dalam tafsir Al-Ibriz Li Ma‟rifati Tafsir Al-Qur‟an Al Aziz ?
3. Apa Hikmah dari kisah takwil mimpi Nabi Yusuf didalam surah Yusuf ?
B. Batasan Masalah
Batasan masalah adalah memberikan batasan-batasan secara tegas terhadap
permasalah penelitian sehingga hanya fokus pada suatu masalah, juga untuk
menghindari pembahasan yang terlalu luas serta untuk menghindari
kesimpangsiuran dalam penelitian ini.
Maka penulis membahas pada penelitian ini, yang hanya berbicara tentang
Takwil Mimpi Nabi Yusuf di dalam surah Yusuf saja, yakni dari ayat 33 sampai
ayat 42 dan keteladanan yang dapat kita ambil dari kisah tersebut.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitin
1. Dengan berdasarkan rumusan masalah diatas maka penelitian ini memiliki
tujuan sebagaiberikut:
2. Mengetahui pengertian takwil dan mimpi, dan pandangan Islam tentang
takwil mimpi
3. Untuk mengetahui bagaimana penafsiran KH. Bisyri Musthofa terhadap
takwil mimpi Nabi Yusuf.
4. Hikmah dari takwil mimpi Nabi Yusuf
-
7
D. Tinjauan Pustaka
Setelah melakukan penelusuran dan beberapa informasi, penulis
menemukan beberapa tulisan berupa buku dan skripsi yang menceritakan secara
umum tentang kisah-kisah Nabi, hal ini sekiranya patut untuk menjadi rujukan.
Buku yang berjudul “Seri Tafsir anak muda Surah Yusuf” karangan
Mohsen Qarati diterbitkan oleh Al Huda. Buku ini berisi tentang tafsiran surah
yusuf dan pelajaran yang dapat diambil lalu ajakan untuk generasi muda yang
akan menjadi tulang punggung masyarakat muslim masa mendatang yang merasa
terabaikan, buku ynag memperhatikan generasi muda, dengan gaya bahasa yang
formal mendalam dan rigit.19
Skripsi karangan Ahmad Habibi Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul skripsi
“Dimensi Sabar dalam Kisah Nabi Yusuf dan Implementasinya pada keterampilan
Konsling” tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai-nilai sabar
yang terkandung dalam kisah Nabi yusuf pada surah yusuf ayat 4-101 dan
bagaimana implementasi nilai sabar dalam kisah Nabi yusuf pada keteranpilan
seorang konselor.20
Chatirul Faizah dari jurusan Tafsir Hadits, fakultas Ushuluddin Universitas
Islam Wali Songo dengan judul skripsi “ Ajaran Moral dari Kisah Nabi Yusuf
Analisis Semiotika Roland Barthes” tujuan dari penelitian ini menggunakan suatu
metode semiotika yang berfungsi untuk mengungkap dan mereproduksi
kemungkinan makna-makna dan mencari tingkatan makna yang ada, sesuai
dengan makna semiotika komunikasi, sehingga menghasilkan maknamitis atau
makna konotif yang juga dikandungnya
Sarah Rizki Fajri dari jurusan pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah dengan judul skripsi
“Nilai-Nilai Pendidikan Pada Kisah Nabi Yusuf” tujuan penelitian ini mengambil
19
Mohsen Qaraati, Seri Tafsir Anak Muda,(Jakarta: Al Huda, 2005), 5. 20
Ahmad Habibi,” Dimensi Sabar dalam Kisah Nabi Yusuf dan Implementasinya pada
keterampilan Konsling ” Skripsi (Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga, 2016),7.
-
8
nilai-nilai yang terkandung dari kisah Nabi yusuf dan untuk menambah wawasan
pengetahuan tentang nilai akhlak sebagai calon guru yaitu mahasiswa jurusan
pendidikan agama Islam.
Dadang Darmawan dari Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati
Bandung artikel yang berjudul “Analisis Kisah Nabi Yusuf Dalam Al-Qur‟an
Dengan Pendekatan Hermeneutika” Tujuan dari penelitian ini Artikel ini berusaha
untukmenganalisa kisah Yusuf dalam Al-Qur‟an dengan pendekatan
hermeneutik.Artikel ini menunjukkan bahwa dalamkisah Yusuf, rangkaian
peristiwa yang dialaminya saling berkaitan antara satu dengan yang lain, ada suka
dan duka.Kita dapat berkaca pada kisah Yusuf, boleh jadi kelelahan, kepedihan
dan kemalangan yang mungkin kita alami saatini ada kebaikan yang belum kita
lihat, ada rencana Allah yang masih menjadi rahasia.21
M. Yusuf assagaf dari Jurusan Ilmu Hadis, Fakultas Ushuluddin, Filsafat
dan Poliitik UIN Aauddin Makassar dengan judul skripsi “Mimpi dalam
Perspektif Hadits Nabi Muhammad SAW kajian Tahlili terhadap Hadits 3 Macam
Mimpi”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami hakikat mimpi,
mengetahui kualitas hadis 3 macam mimpi dan memahami makna
yangterkandungan pada hadis hadis 3 macam mimpi tersebut.22
Dari paparan tinjauan pustaka diatas, sejauh penelusuran penulis belum
menemukan judul yang sama, dan belum ada yang mengkaji tentang takwil mimpi
dalam kisah Nabi Yusuf yang dilihat dari tafsir berbahasa Jawa, yaitu tafsir Al
Ibriz karya Bisyri Musthofa, penulis akan meneliti pada surah Yusuf ayat 33-42,
apakah terdapat budaya Jawa di dalamnya seperti kepercayaan masyarakat Jawa
tentang primbon mimpi. Dari sedikit penjelasan yang penulis paparkan, maka
penulis akan meneliti tentang TAKWIL MIMPI KISAH NABI YUSUF DALAM
TAFSIR AL IBRIZ KARYA BISYRI MUSTHOFA (ANALISIS PADA SURAH
YUSUF AYAT 33-42).
21
Dadang Darmawan “Analisis Kisah Nabi Yusuf Dalam Al-Qur‟an Dengan Pendekatan
Hermeneutika” Artikel (Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung), 7. 22
M. Yusuf assagaf “Mimpi dalam Perspektif Hadits Nabi Muhammad SAW kajian
Tahlili terhadap Hadits 3 Macam Mimpi” Skripsi (Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Poliitik UIN
Aauddin Makassar 2017),8.
-
9
E. Metode Penelitian
1. PendekatanPenelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research).Yaitu
suatu penelitian yang data-datanya diambil dari tulisan-tulisan berupa buku,
majalah-majalah ilmiah, jurnal, Koran dan berbagai sumber pustaka lainnya yang
berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti.23
Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif
analisis, yaitu bentuk penelitian yang meliputi proses pengumpulan data dan
penyusunan data, kemudian data-data yang terkumpulkan tersebut dianalisis
sehingga diperoleh pengertian data yang jelas dan akurat.
2. Sumber dan Jenis Data
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan, maka sumber data yang
penulis gunakan merupakan tulisan-tulisan berupa buku, majalah-majalah ilmiah,
jurnal, ataupun artikel.
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yakni jenis data
primer dan sekunder. Jenis data primer merupakan data pokok yang memiliki
keterkaitan secara langsung dengan penelitian yang penulis teliti. Adapun data
primer yang penulis gunakan yaitu, Al-Qur‟an dan Tafsir Al Ibriz Li Ma‟rifati
Tafsir Al-Qur‟an Al Aziz.
Sedangkan data sekunder merupakan data pendukung penelitian yang
mengambil data dari bahan-bahan yang telah di publikasikan dalam bentuk jurnal,
buku, dan lain-lain yang berhubungan dengan topik pembahasan sebagai
pelengkap data penelitian tersebut.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data yang diperlukan penulis melakukan penelusuran
kepustakaan dengan mengkaji dan menelaah referensi yang bersumber dari
tulisan-tulisan yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang penulis teliti.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara menghimpun data pokok
persoalan yang akan diteliti yang selanjutnya data tersebut diolah dengan analisis,
23
Tim Penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah (Jambi: Fak Ushuluddin IAIN STS
Jambi, 2016), 25.
-
10
interpretasi serta koparasi sehingga dapat memberikan pengertian dan kesimpulan
sebagai jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang yang menjadi objek
penelitian (analisis).
4. Metode Analisis data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini, dianalisis melalui beberapa
teknik, tetapi penulis lebih fokus pada metode Tahlili. Metode tahlili adalah
metode tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat Al Qur‟an dari
seluruh aspeknya, merunutkan ayat sesuai mushaf, menerangkan hubungan
munasabah ayat baik antara satu ayat dengan ayat yang lain maupun satu surah
dengan surah lain, menjelaskan asbabun nuzul ayat, menganalisis mufradat ayat
dari sudut pandang bahasa Arab, paparan kandungan ayat secara umum dan
maksudnya, menjelaskan hukum yang dapat ditarik dari ayat yang dibahas,
khususnya apabila ayat yang ditafsirkan adalah ayat ahkam, dan menerangkan
makna ayat dan maksud syara‟ yang terkandung dalam ayat yang bersangkutan.
Sebagaimana sandaranya, mufasir mengambil manfaat dari ayat-ayat lainnya.
Hadits Nabi, pendapat para sahabat dan tabi‟in disamping ijtihat mufasir sendiri.24
G. Sistematika Penulisan Untuk memperoleh arah yang tepat dalam penulisan dan menjawab pertanyaan
dalam penelitian ini, maka penelitian merujuk pada tekhnik penulisan yang
disepakati pada Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi.
Penelitian ini akan dibagi dalam beberapa bab, yaitu:
Bab I Berisi tentang latar belakang masalah, permasalahan, batasan masalah,
tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
Bab II Berisi tentang biografi KH.Bisyri Musthofa, mulai dari latar belakang
intelektual, karya-karya yang dihasilkanserta berbicara mengenai tafsirnya Al
Ibris, yang di dalamnya membahas tentang latar belakang penulisan tafsir,
sistematika penulisan tafsir, dan metode corak penulisan tafsir.
24
Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, (Tanggerang: Lentera Hati, 2013), 389-390.
-
11
Bab III membahas tentang kisah yang ada pada surah Yusuf dan takwil mimpi
Nabi Yusuf, kemudian padangan Islam tentang takwil mimpi
Bab IV membahas tentang penafsiran KH.Bisyri Musthofa terhadap ayat-ayat
yang berkaitan tentang takwil mimpi Nabi Yusuf dan hikmah yang terkandung
dari kisah tersebut.
Bab V merupakan bab penutup, dalam bab ini penulis akan menyimpulkan hal-hal
yang penting dari serangkaian penelitian yang telah penulis lakukan.
-
12
BAB II
BIOGRAFI BISYRI MUSTHOFA DAN TAFSIR AL IBRIZ LI
MA’RIFATI TAFSIR AL-QUR’AN AL AZIZ
A. Biografi KH. Bisyri Musthofa
1. Riwayat Hidup
KH. Bisyri Musthofa dilahirkan di desa Pesawahan, Rembang, Jawa
Tengah, pada tahun 1915. Dengan nama asli Mashadi, nama Bisyri ia pilih sendiri
setelah kembali menunaikan ibadah haji di kota suci Mekah. Ia adalah putra
pertama dari empat bersaudara, yaitu Mashadi, Salamah, Misbah, dan Ma‟sum
dari pasangan H. Zaenal Musthofa dengan isteri yang bernama Hj. Khatijah.
Tidak diketahui jelas silsilah kedua orangtua KH. Bisyri Musthofa ini, kecuali
dari catatannya yang menyatakan bahwa kedua orangtuanya tersebut sama-sama
cucu dari Mbah Syuro, seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai tokoh
kharismatik di Kecamatan Sarang. Namun, sayang sekali, mengenai Mbah Syuro
ini pun tidak ada informasi yang pasti dari mana asal usulnya. KH. Bisri Musthofa
lahir dalam lingkungan pesantren, karena memang ayahnya seorang kyai. Ketika
memasuki proses dewasa, Bisyri Mustofa belajar menekuni ilmu-ilmu Agama di
pesantren Kasingan Rembang yang diasuh oleh Kyai Cholil. Selain di Kasingan
Remabang ia juga pasanan (pengajian pada bulan puasa) dipesantern Tebu Ireng
Jombang yang diasuh oleh Kyai H. Hasyim Asy‟ari. 25
Ayah dari KH. Bisyri Musthofa yaitu H. Zainal Mustofa adalah anak dari
Padjojo atau H. Yahya.Sebelum naik haji H. Zainal Mustofa bernama Djaja
Ratiban, yang kemudian terkenal dengan sebutan Djojo Mustopo. Dari keluarga
Ibu (Chodijah) Mashadi masih mempunyai darah Makasar, karena Chodijah
merupakan anak dari pasangan Aminah dan E. Zajjadi. E. Zajjadi adalah kelahiran
Makasar dari Ayah bernama E. Sjamsuddin dan Ibu Datuk Djijah.
25
A.Aziz Masyhuri, 99 Kyai Pondok Pesantren Nusantara (Yogyakarta: PT. Kutub,
2006), 196.
12
-
13
Di usianya yang kedua puluh, Bisyri dinikahkan Kiai Cholil dengan
seorang gadis berusia 10 tahun bernama Ma‟rufah, yang tidak lain adalah putrinya
sendiri, yang di karuniakan 8 orang anak yaitu;
a) Cholil (lahir pada tanggal 12 Agustus 1942)
b) Mustofa (lahir pada tanggal 10 Agustus 1943)
c) Adib (lahir pada tanggal 30 Maret 1950)
d) Faridah (lahir pada tanggal 17 Juni 1952)
e) Najihah (lahir pada tanggal 24 Maret 1955)
f) Labib (lahir pada tahun 1956)
g) Nihayah (lahir pada tahun 1958),
h) Atikah (lahir pada tanggal 24 Januari 1964).26
KH. Bisyri berangkat lagi ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji
bersama-sama dengan beberapa anggota keluarga dari Rembang. Namun, seusai
ibadah haji, KH. Bsyri Musthofa tidak pulang ke tanah air, melainkan memilih
bermukim di Mekah dengan tujuan menuntut ilmu di sana. Pada tahun 1936,
kepada Kyai Bakir, Syaikh Umar, Khamdan Al-Magrib, Syaikh Malik, Syayyid
Amir, Syaikh Hasan Masysyath, dan Kyai Abdul Muhaimin. 27
KH. Bisyri Musthofa selain sebagai ulama‟ pengasuh pondok pesantren
Roudhotut Tholibin, beliau juga terkenal sebagai penceramah yang handal, politisi
yang disegani, serta penulis yang hebat. Selain menulis dan menerjemahkan buku-
buku keagamaan diantaranya Tafsir dan Ilmu Tafsir, Hadits, Fiqih, akhlak,
Tasawuf, dan Ilmu Bahasa seperti Nahwu, Shorof, Balaghah,, ia juga menulis dan
mengubah syair-syair Islam, novel. Karya syairnya yang paling terkenal adalah
Tombo ati dan Ngudi Susilo, serta Mitra sejati. M. Romli HS mencatat bahwa
karya KH. Bisyri Musthofa banyak ditulis dalam bahasa aksara Jawa Pegon, dan
disertai juga bahasa Arab Melayu dan Indonesia.
26
Achmad Zainal Huda, Mutiara Pesantren Perjalanan Khidmah KH Bisri Mustofa
(Yogyakarta: PT. LkiS Pelangi Aksara, 2005), 9-10. 27
Munawir Aziz, “Produksi Wacana Syiar Islam dalam Kitab Pegon Kiai Saleh Darat
(Semarang dan Kiai Bisri Musthofa Rembang”, Jurnal Afkaruna, 9, No.2,2013) 199.
-
14
2. Riwayat Pendidikan
Sejak umur tujuh tahun, beliau belajar di sekolah Ongko Loro di
Rembang.Di sekolah ini, beliau hanya bertahan satu tahun, karena ketika hampir
naik kelas dua beliau diajak orang tuanya untuk menunaikan ibadah haji ke tanah
suci.Rupanya, ditempat inilah Allah memberikan cobaannya, dalam perjalanan
pulang di pelabuhan Jedah, ayahnya yang tercinta wafat setealah sebelumnya
menderita sakit di sepanjang pelaksanaan haji . Sepulang dari Makkah, KH. Bisyri
Musthofa sekolah di Hollan Indische School (HIS) di Rembang. Tak lama
kemudian, ia dipaksa keluar oleh Kiai Cholil dengan alasan sekolah tersebut milik
Belanda. Akhirnya, Ia kembali ke sekolah OngkoLoro yang dulu Ia belajar di
Ongko Loro hingga mendapatkan sertifikat dengan masa pendidikan empat tahun.
Pada usia 10 tahun KH. Bisyri Musthofa melanjtukan pendidikannya ke pesantren
Kajen, Rembang tepatnya pada tahun 1925.
Selanjutnya pada 1930, belajar di Pesantren Kasingan pimpinan Kiai
Cholil. Pondok Kasingan yang diasuh oleh Kyai Cholil ketika itu terkenal dengan
pelajaran kitab Alfiyahnya, dan berbagai macam kita-kitab yang lain seperti
Fathul Mu‟in, Fathul Wahhab, Iqna, Jam‟u Al- Jawa¯mil, Uqud Al-juma¯n.
Setahun setelah dinikahkan oleh Kiai Cholil dengan putrinya yang bernama
Marfu‟ah. Menjelang pernikahan KH. Bisyri Musthofa pada Bulan Sya‟ban saat
itu beliau diperintahkan untuk oleh Kiyai Cholil untuk turut mengaji Kitab Shahih
Bukhari dan Shahih Muslim kepada Hadratu Syekh KH. Hasyim Asy‟ari di
Tebuireng di Jombang. Namun ketika itu kitab yang dibaca adalah soheh muslim
dan tajrit Al-Bukhori, dan kyai Hasyim Asari jatuh sakit pada 10 ramadan,
pengajian akhirnya dilanjutkan oleh Kyai H Ilyas dan Kyai H Baidhawi. Pada
tahun 1936 Bisri pergi ke mekkah untuk melakukan ibadah haji sekaligus
memperdalam ilmu. Bersama dua orang temannya, Suyuti Khalil dan Zuhdi dari
Tuban, di Mekkah Bisri berguru kepada Kyai H Bakhir, Syaikh Umar Chamdan
Al-Maghribi, Syaikh Maliki, Sayyid Amin, Syaikh Hassan masysyat, Sayyid
Alwi, dan Kyai H Abdul Muhaimin. 28
28
Munawir Aziz. “Produksi Wacana Syiar Islam dalam Kitab Pegon Kiai Saleh Darat
Semarang dan Kiai Bisyri Musthofa Rembang”, Jurnal Afkaruna, 9, No. 2 ( 2013), 20.
-
15
KH. Bisyri Musthofa berangkat lagi ke Mekah untuk menunaikan ibadah
haji bersama-sama dengan beberapa anggota keluarga dari Rembang.Namun
seusai haji, KH. Bisyri Musthofa tidak pulang ke tanah air, melainkan memilih
bermukim di Mekah dengan tujuan menunutut ilmu di sana. Di Mekah, beliau
belajar dari satu ke guru lain secara langsung dan privat. Tercatat beliau pernah
belajar kepada Syeikh Baqil, asal Yogyakarta, Syeikh Umar,Khamdan Al
Maghriby, Syeikh Ali Malik, Sayid Amid, Syeikh Hasan Massath, Sayid Alwi dan
KH. Abdullah Muhaimin. Dua tahun lebih KH. Bisyri menuntut ilmu di Mekah.
KH. Bisyri Musthofa pulang ke Kasingan tepatnya pada tahun 1938 atas
permintaan mertuanya. Setahun kemudian, mertunya yakni Kiai Cholil meninggal
dunia.29
Sejak itulah KH. Bisyri Musthofa menggantikan posisi guru dan
mertuanya itu sebagai pemimpin pesantren. Disamping kegiatan mengajar di
Pesantren, beliau juga aktif mengaisi ceramah-ceramah (pengajian) keagamaan.
Penampilannya diatas mimbar amat mempesona para hadirin yang hadir, sehingga
beliau sering diundang untuk mengisi ceramah dalam berbagai kesempatan diluar
daerah Rembang, seperti Kudus, demak, Lasem, Kendal, Pati, Pekalongan, Blora
dan daerah lain di Jawa Tengah. Banyak kalangan mengatakan bahwa KH. Bisyri
Mustofa dinilai memepunyai pemikiran yang cerdas dan moderat, dia adalah
Ulama‟ suni yang memegang gigih memperjuangkan konsep ahli sunnah wal
jama‟ah Selain sebagai KH. Bisyri Musthofa juga handal dalam hal politik, pada
pemilu tahun 1977 beliau masuk daftar calon legislative dari PPP dari daerah
pemilihan Jawa Tengah. Akan tetapi ketika masa kampanye kurang seminggu
lagi, tepatnya hari rabu tangal 17 februari 1977 (27 Safar 1397 H) menjelang
magrib beliau dipangil kehadapan Allah SWT untuk selamanya,30di Rumah Sakit
Umum Dr. Karyadi Semarang karena serangan jantung, tekanan darah tinggi dan
gangguan pada paru-paru. 31
29
Munawir Aziz. “Produksi Wacana Syiar Islam dalam Kitab Pegon Kiai Saleh Darat
Semarang dan Kiai Bisyri Musthofa Rembang”, Jurnal Afkaruna, 9, No. 2 ( 2013), l21-22. 30
Maslukhin, “Kosmologi Budaya Jawa Dalam Tafsîr Al-Ibrîz Karya KH.Bisyri
Musthofa”, Jurnal Keilmuan Tafsir Hadis, 5, No 1, Juni (2015),77. 31
A.Aziz Masyhuri, 99 Kyai Pondok Pesantren Nusantara (Yogyakarta: PT. Kutub, 2006),
24.
-
16
Seminggu sebelumnya, pada tanggal 2 Pebruari 1977, KH Bisyri Mustofa
masih menghadiri pengajian di Kragan Rembang. Tiga hari kemudian pada
tanggal 5 Pebruari 1977, beliau berada di Gedung Olahraga Semarang Jawa
Tengah untuk berpidato dalam rangka Harlah PPP (Partai Persatuan
Pembangunan). Sehari kemudian KH. Bisyri Mustofa pergi ke Jakarta mengurus
keberangkatan putranya yaitu, M. Adib Bisyri ke Arab Saudi yang akan
melanjutkan studi ke Riyad.32
Selain itu beliau juga menyelesaikan beberapa urusan dengan Majelis
Syuro PPP. Sepulangnya dari Jakarta, pada tanggal 10 februari beliau langsung
pergi ke Purwodadi, Grobogan. Dalam kondisi sakit beliau tetap memaksakan diri
untuk mengajar di Pesantren. Sehabis mengajar santri-santrinya, yaitu pada
tanggal 11 februari KH. Bisyri Mustofa pergi ke Jombang untuk suatu urusan
dengan Rais „Am PBNU KH. M. Bisyri Syamsuri, Tidak ada tanda-tanda bahwa
KH. Bisyri Mustofa akan wafat. Tapi beberapa orang yang dekat beliau
mengatakan bahwa dibanyak kesempatan pidato dakwahnya pada hari-hari
terakhir beliau banyak mengulas soal ukhrowi lebih dari biasanya. Sepulang dari
Jombang, beliau benar-benar jatuh sakit, seminggu sebelum kampanye pemilu
1977, pada hari Rabu Pahing tanggal 17 Pebruari 1977 menjelang magrib KH.
Bisyri Mustofa kembali ke Sang Maha Pencipta. 33
3. Karya-karya Intelektual
Jumlah hasil karya-karya KH. Bisyri Mustofa yang ditinggalkan mencapai
kurang lebih 54 buah judul, meliputi: tafsir, hadis, aqidah, fikih, sejarah Nabi,
balaghah, nahwu, sharaf, kisah-kisah, syi‟iran, do‟a, tuntunan modin, naskah
sandiwara, khutbah-khutbah dan lain-lain..34 Karya-karya tersebut dicetak oleh
beberapa perusahaan percetakan yang biasa mencetak buku-buku pelajaran santri
atau kitab kuning, diantaranya percetakan Salim Nabhan Surabaya, Progresif
Surabaya, Toha Putera Semarang, Raja Murah Pekalongan, Al-Ma‟arif Bandung
32
A. Aziz Masyhuri, 99 Kyai Pondok Pesantren Nusantarah, 35-36. 33
A. Aziz Masyhuri, 99 Kyai Pondok Pesantren Nusantarah, 51. 34
http://pustaka.islamnet.web.id/Bahtsul_Masaail/Aswaja/Tanya%20Jawab%20Bersama%2
0KH.%20Bisri%20Musthofa/Biografi.htm diakses 21 agustus 2018 13: 45.
http://pustaka.islamnet.web.id/Bahtsul_Masaail/Aswaja/Tanya%20Jawab%20Bersama%20KH.%20Bisri%20Musthofa/Biografi.htmhttp://pustaka.islamnet.web.id/Bahtsul_Masaail/Aswaja/Tanya%20Jawab%20Bersama%20KH.%20Bisri%20Musthofa/Biografi.htm
-
17
dan terbanyak dicetak oleh Percetakan Menara Kudus35. Adapun beberapa karya-
karya KH. Bisri Mustofa sebagai berikut :
1) Tafsir Al- Ibriz Li Ma‟rifati Tafsir Al Aziz 30 Juz,
2) Al-Iktsir Ilmu tafsir,
3) Terjemahan Kitab Bulugh al-Marâm,
4) Terjemahan Hadist Arbain al-Nawawi,
5) Buku Islam dan Shalat,
6) Buku Islam dan Tauhid,
7) Akidah Ahlu as-Sunnah wal al Jamaah,
8) Al- Baiquniyah/Ilmu Hadist,
9) Terjemahan Syarah Alfiyah Ibnu Malik,
10) Terjemahan Syarah al-Jurumiyah,
11) Terjemahan Syarah Imriti,
12) Terjemahan Sullamu al-Mu‟awanah,
13) Safinah ash-Shalat,
14) Terjemahan Kitab Faraidu al-Bahiyah,
15) Muniyatul az-Zaman,
16) Atoifu al-Irsyad,
17) Al- Nabras,
18) Manasik Haji,
19) Kasykul,
20) Ar-Risalat al-Hasanat,
21) Al-Washaya Lil Ab‟ wal Abna,
22) Islam dan Keluarga Berencana,
23) Khotbah Jum‟at
24) Cara-caranipun Ziyarah lan Sinten Kemawon Walisongo Puniko,
25) At-Ta‟liqat al-Mufidah li al-Qasidah al-Munfarijah,
26) Syair-Syair Rajabiyah,
27) Al- Mujahadah wa ar-Riyadhah,
35
http://www.pondokpesantren.net/ponpren/index.187 diakses 14 sep 2018 20:05.
http://www.pondokpesantren.net/ponpren/index.187
-
18
28) Risalat al-Ijtihad wa at-Taqlid,
29) Al- Khabibah,
30) Al-Qawa‟idu al-Fiqhiyah, dan Al-Aqidah al-Awam. 36
Karya-karya KH. Bisyri Mustofa tersebut, pada umumnya ditujukan pada
dua kelompok sasaran. Pertama, kelompok santri yang sedang belajar di
Pesantren.Kedua, masyarakat umum di pedesaan yang giat dalam pengajian di
Surau atau Langgar. Dalam hal ini karya-karya untuk mereka ini lebih banyak
berupa ilmu-ilmu praktis yang berkaitan dengan soal ibadah.37
B. Tafsir Al-Ibriz
1. Latar Belakang Penulisan Tafsir
Menafsirkan Al-Qur‟an berarti upaya untuk menjelaskan dan
mengungkapkan maksud dan kandungan Al-Qur‟an. Karena obyek tafsir adalah
Al-Qur‟an yang merupakan sumber pertama ajaran Islam sekaligus petunjuk bagi
manusia, maka penafsiran merupakan keharusan. Pada abad ke-20 muncul tiga
kitab Tafsir yang ditulis oleh dua orang kakak beradik. Ketiga Tafsir itu adalah
Al-Ibriz li Ma‟rifati Tafsir Al-Qur‟an Al Aziz (Emas Murni untuk memahami
makna Al-Qur‟an), Tafsir Al-Iklil fi Ma‟ani At-Tanzil (mahkota dalam memahami
makna-makna Al-Qur‟an) yaitu karya KH. Bisyri Musthofa, lalu kitab yang ketiga
karya adik KH. Bisyri Musthofa yang bernama Kiyai Misbach Musthofa, yaitu
kitab Taj Al-Muslimin (mahkota bagi kaum muslim).38
Tafsir Al-Ibriz karya KH. Bisyri Mustofa merupakan hasil pemahaman
dan penafsiran atas teks suci al-Qur‟an. Ia merupakan gabungan reaksi
pembacaan atas teks suci dan realitas lain yang mengitarinya. Seorang penafsir
mencoba mengekspresikan pengalamannya dalam bentuk kata-kata atau tulisan
yang memiliki makna objektif yang dapat dimengerti oleh pembacanya. Seorang
penafsir saat memahami dan menafsirkan sebuah teks suci. Tidak dijelaskan
secara eksplist mengenai alasan penulisan karya tafsir ini. Pengarang sendiri
36
A. Aziz Masyhuri, 99 Kyai Pondok Pesantren Nusantarah,56-58 37
http://pustaka.islamnet.web.id/Bahtsul_Masaail/Aswaja/Tanya%20Jawab%20Bersama%2
0KH.%20Bisri%20Musthofa/Biografi.htm diakses 22 feb 10:05. 38
A. Aziz Masyhuri, 99 Kyai Pondok Pesantren Nusantara,70.
http://pustaka.islamnet.web.id/Bahtsul_Masaail/Aswaja/Tanya%20Jawab%20Bersama%20KH.%20Bisri%20Musthofa/Biografi.htmhttp://pustaka.islamnet.web.id/Bahtsul_Masaail/Aswaja/Tanya%20Jawab%20Bersama%20KH.%20Bisri%20Musthofa/Biografi.htm
-
19
dalam mukadimahnya mengatakan bahwa pada dasarnya penafsiran telah
dilakukan oleh banyak kalangan muslim, bahkan terjemahan dan tafsir dalam
bahasa lokal pun juga sudah banyak ditemukan, seperti tafsir bahasa Jawa
maupun yang lainnya, seperti tafsir bahasa Jawa yang dikarang oleh Kyai Soleh
Darat yang berjudul Faidur Rahman. Salah satu alasan atau motivasi yang
dijadikan landasan dalam kepengarangan Tafsir Ibriz adalah upaya khidmah KH.
Bisyri Musthofa terhadap kitab suci Al-Qur‟an. Oleh sebab itu KH. Bisyri
mencoba berjuang untuk memahami Al-Qur‟an pada masyarakat.Maka beliau
menulis tafsir Al-Qur‟an dengan berbahasa Jawa, yang digunakan pun bahasa
Jawa khas pesantren, yaitu Jawa pegon.39
Tafsir ini juga bermula ketika KH. Bisyri Musthofa melakukan rutinitas
pengajian, yakni yang diselenggarakan setiap hari selasa dan jum‟at. Menurut
putra pertama beliau, Kholil Bisyri mengatakan bahwa kegiatan penulis kitab
Tafsir Al Ibriz, diawali dengan kegiatan memaknai kitab kuning, yang dipelajari
di pesantren.Dan dengan adanya kegiatan ini dan dorongan dari teman dan
kerabat-kerabat beliau, maka beliau menulis Tafsir Al Ibriz. Dan kegiatan
pengajian ini semakin meningkat dari waktu ke waktu. Apabila setelah beliau
telah selesai mentafsirkan satu juz Al-Qur‟an, beliau mengajak para santrinya
untuk berziarah makan Wali Songo. Dan ini mungkin juga salah satu motivasi
beliau dalam penulisan tafsir ini.40
Hal di atas menunjukkan kehati-hatian beliau dalam menafsirkan Al-
Qur‟an, karena menafsirkan tidak hanya sekedar menafsirkan dari makna lafad,
saja tetapi juga harus memahami maksud dari makna tersebut. KH. Bisyri
menyelesaikan menulis kitab tafsir Al-Ibriz, saat menjelang subuh pada hari kamis
tanggal 23 Rajab ( 28 Januari 1960). Beliau berkata bahwa tafsir ini segaja ditulis
dengan sederhana dan ringan, agar mudah dipahami oleh masyarakat secara luas,
khususnya para santri yang ingin mulai belajar kitab tafsir. Bahkan dengan rendah
hati beliau mengatakan bahwa apa yang dilakukannya dalam menulis tafsir ini
39
Fajrian Yazdajird Iwanebel,“Corak Mistik dalam Penafsiran KH. Musthafa Bisrii”, Jurnal
Risail, 1. No.1. (2014), 28 40
Fajrian Yazdajird Iwanebel,“Corak Mistik dalam Penafsiran KH. Musthafa Bisrii”, Jurnal
Risail, 1. No.1, 30
-
20
hanya membahasa Jawakan dan merujuk dari kitab-kitab terdahulu seperti kitab
Tafsir Baidhawi, kitab Tafsir Khazin, kitab Tafsir Jalalain, dan kitab kitab tafsir
lainnya yang tidak secara jelas disebutkan beliau.
2. Sistematika Tafsir al-Ibriz
a. Aksara Pegon Dan Sistem Makna Gandhul
Tafsir Al Ibriz ditulis dengan bahasa Jawa berhuruf Arab atau disebut
Aksara pegon. Tafsir Al Ibris juga menggunakan system makna gandhul atau
dalam Istilah pesantren sering disebut makna utawi. Penggunaan aksara pegon dan
makna gandhul merupakan suatu yang lazim di kalangan pesantren, bahkan
menjadi ciri tersendiri. Namun penelitian tentang aksara pegon dan makna
gandhul sangat terbatas. Aksara pegon adalah tulisan Jawa menggunakan huruf
Arab.41
Sedangkan sistem makna gandhul yang dimaksud disini adalah
penerjemahan teks berbahasa arab kata perkata dengan cara menuliskan
terjemahannya tepat di bawah kata yang bersangkutan menggunakan huruf Arab.
Sistem Makna gandhul di lingkungan pesantren biasanya menggunakan kode-
kode tertentu hang merupakan bagian dari analisis bahasa Arab. Misalnya kata
utawi yang biasa disingkat dengan huruf mim yang diletakkan di bagian atas kata
Arab yang diterjemahkan, berarti menandakan bahwa posisi kata tersebut sebagai
mubtada‟(subjek kalimat). Demikian pula kata iku (khabar), sopo (fa‟il atau
Predikat) dengan menggunakan kode fa‟, dan sebagainya. Menurut sumber lisan
di kalangan pesantren, makna gandhul pertama kali dikenalkan oleh Kyai Kholil
Bangkalan (W. 1923). Ada juga yang menyebutkan munculnya makna ghandul
pertama kali diperkenalkan oleh Muhammad Shalih bin Umar As Samarani atau
yang dikenal sebagai Kyai Sholeh Darat (1820-1903). Sepertiya pendapat ini
cukup masuk akal, mengingat hampir semua karya Kyai Sholeh Darat ditulis
dengan sistem makna gundhul.42
Sedangkan aksara pegon sejauh ini belum diketahui kapan pertama kali
munculnya dan siapa yang memperkenalkannya. Ahli sejarah Indonesia A.H.
41
Lajnah Pentahsin Mushaf Al-Qur‟an “suhuf” 9, No 2, 2016, 240. 42
Lajnah Pentahsin Mushaf Al-Qur‟an “suhuf” 9, No 2, 2016, 259.
-
21
Johns, menyebutkan bahwa pembahasalokalan pada keilmuan Islam telah terjadi
sejak abad ke-16 termasuk di dalamnya aksara Jawi (Arab Melayu). Seperti yang
terlihat yaitu karya-karya Hamzah Fansuri, Nuruddin Ar Raniri, dan Abdurra‟uf
Singkil di tulis dengan Aksara tersebut. Sangat mungkin pembahasalokalan ke
dalam bahasa Jawa juga tidak jauh dari masa itu.
Dalam tafsir Al Ibriz ayat-ayat Al- Qur‟an diterjemahkan atau diartikan
kata per kata disertai kedudukan gramatika Bahasa Arab. Makna perkata itu
ditulis miring kebawah persis di bawah redaksi ayat. Adapun uraian dari ayat
ditafsirkan ditulis dengan aksara pegon di tepi halaman. Contohnya pada surah Al
Fatihah, teks ayat ditulis horizontal, sedangkan tulisan miring disela-sela ayat
adalah terjemahan kata perkata (makna gandhul). Kata pertama pada surah Al
Fatihah adalah Bismillah di maknai dengan kelawan (dengan menyebut nama
Allah). Sedangkan Arrahman dimaknai dengan kang Maha Welas (yang Maha
Pengasih). Kata kang di sini penyebutkan kedudukan na‟at atau sifat yang biasa
disingkat dengan Huruf Shod kecil yang diletakkan di sebelah kanan atas kata
yang bersangkutan. Kemudian kata Arrahiim dimaknai dengan tur kang Maha
Welas Asih (yang Maha Penyayang). Adanya kata tur kang di sini masih
menunjukkan bahwa posisi Arrahiim masih sama sebagai na‟at sama seperti
Arrahman.43
Sedangkan kata Alhamdh dimaknai dengan utawi sekabehane puji (segala
puji) , setiap kata utawi menunjukan bahwa kata tersebut sebagai mubtada‟(subjek
kalimat) yang biasanya ditulis dengan menggunakan kode mim kecil yang ditulis
di pojok kanan atas kata yang bersangkutan. Kemudian kata Allah dimaknai iku
kangungane Allah ( itu kepunyaan Allah), kata iku menunjukkan bahwa posisi
kata itu berkedududkan sebagai khabar (predikat). Jika diucapkan, kata iku
biasanya disebut lebih dahulu, sebelum teks Arabnya, untuk menunjukkan bahwa
setiap ada mubtada‟ pasti ada khabar. Adapun kata Rabbil „alamiin dimaknai
dengan kang mengerani wong ndalem kabeh (yang menjadi Tuhan seluru Alam).
43
Ridhoul Wahidin,Hierarki Bahasa Dalam Tafsir Al Ibriz LI Tafsir Al Qur‟an Al Aziz
Karya Bisri Musthofa, Suhuf, Vol 8, no 1, 2015, 200
-
22
Kata kang disini seperti telah dijelaskan diatas bahwa kata kang menunjukkan
na‟at atau sifat.44
b. Bahasa yang berhierarki
Dalam Kamus Beras Bahasa Indonesia kata hierarki memiliki beberapa
arti, diantaranya: (1) urutan tingkatan atau jenjang, jabatan, (2) organisasi dengan
tingkat otoritas dari yang paling bawah sampai yang paling atas, (3) skala urutan
sistem pengelompokan dari yang paling umum sampai yang paling khusus.45
Terkait hierarki dalam bahasa Jawa, diketahui memiliki tingkatan, dimana
tingkatan kehalusan dan kekasaran diksinya tergantung pada pihak-pihak yang
berdialog. Ada empat tingkatan dalam bahasa Jawa yang digunakan dalam Tafsir
Al Ibriz, yaitu: ngoko (kasar), madya (biasa), karma (halus), krama Inggil (sangat
halus).46 Menggunakan bahasa hierarki atau Speech level bahasa Jawa yang
digunakan dalam Tafsir Al Ibriz, orang Jawa dalam melakukan interelasi dan
berkomunikasi, terikat oleh nilai-nilai budaya Jawa yang disebut tata unggah-
ungguh yang disesuikan dengan kedudukan atau derajatnya. Dalam komunikasi,
itu terdapat tiga pihak yang dilibatkan, yaitu penutur, lawan turur dan objek
tuturan. Dalam konsep unggah-ungguh bahasa, pihak-pihak tersebut dapat
mempengaruhi munculnya perbedaan bentuk tutur dalam berbahasa yang
disebabkan oleh status masing-masing dalam berhubungan komunikasih.
Hal ini juga berlaku di lingkungan pesantren tradisional, meskipun ada
sedikit perbedaan. Di lingkungan pesantren tradisional, perbedaan bentuk tuturan
bahasa dilihat dari faktor Agama, yaitu unggah-ungguh basa dibedakan
berdasarkan soleh atau tidaknya lawan bicara atau pihak yang dibicarakan, dan
tidak didasarkan pada kebangsawanan atau kedudukan seseorang. Lazimnya,
dipesantren tradisional di Jawa ketika membaca kitab kuning para kiyai
menggunakan bahasa yang berbeda untuk menyebut orang yang berbeda.ketika
mereka menerangkan tentang nabi, para sahabat, orang-orang-orang saleh, atau
44
Lajnah Pentahsin Mushaf Al-Qur‟an “suhuf” vol 9, no 2, 2016, 267 45
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Pusat Bahasa, 2008), 543. 46
Ridhoul Wahidin, Hierarki Bahasa Dalam Tafsir Al Ibriz LI Tafsir Al Qur‟an Al Aziz
Karya Bisyri Musthofa, Suhuf, Vol 8, no 1, 2015,147.
-
23
orang yang dianggap mulia dalam agama, mereka menggunakan bahasa halus,
sebaliknya jika mereka berbicara mengenai orang durjana, setan, iblis, serta
musuh nabi dan orang Islam, mereka menggunakan bahasa kasar. Kata
qala(berkata) jika berkata Nabi, diterjemahkan dengan ngendiko (berkata dalam
bahasa Jawa) sementara jika yang berkata Abu Jahl diterjemahkan ngucap (bahasa
jawa kasar). 47
Seperti contoh: QS. Al-Baqarah 6-7 ini menggambarkan tingkat
penggunaan bahasa yang berlawanan.
Kanjeng Nabi yen ngersakaken hale wong-wong kafir iku prihatin, nganti ngrentes banget. Nuli katurunan ayat kangsarasane: wong kang wus katitik kafir
iku dikapakkapakke podo wae dinasihati lanora dinasihati podo wae. Mesti ora bakal gelem iman jalaran atine uwis sasat dipatri kupinge sasat dibuntoni, lan
amtane ditutupi. Wong kang koyo mengkono iku bakal nampa sangkang kedhe. Contoh di atas menggambarkan adanya dua arah bahasa yang saling
berlawanan, ketika KH. Bisyri Mustafa menyebutkan Nabi Muhammad beliau
mengguankan kata kanjeng, ngrasakaken, ngrentes, itu menunjukkan bahasa halus
sementara yang berkaitan dengan orang kafir beliau mengguankan kata kacetak,
dikapakkapakke, podo bae, sasat, kupinge, matane, kata-kata tersebut tergolong
kata-kata kasar. Dengan kata lain penggunaan kata-kata halus dimaksudkan untuk
menghormati, sementara penggunaan kata-kata kasar dimaksudkan untuk
kebalikannya tampaknya bahasa di sini digunakan untuk tujuan sebagai identitas
sosial.
Dan didalam kitab tafsir ini terdapat kata-kata pelengkap dalam penafsiran
dengan keterangan-keterangan tertentu yang berkaitan dari ayat. Kata tersebut ada
yang disebutnya dengan Tanbih, Muhimmah, Qishah, dan Mujarab. Penjelasan
tersebut dapat dibedakan dengan isi dari penjelasan ayat yang berkaitan.
1) Jika ayat tersebut bersifat peringatan, maka beliau menyebutnya dengan
Tanbih. Misalnya dalam surah Al Kahfi: 23-24
Tanbih mulo wahyu ngati pedot limolas dino iku perlune kanggo
mulang marang kanjeng Nabi, supoyo sak ba‟dane iku, ora kesupen
moco Insyaallah.Semono ugo kito kabeh iki yen kondo-kondo iyo ojo
47
A. Aziz Masyhuri, 99 Kyai Pondok Pesantren Nusantarah, 45
-
24
lali muni Insyaallah.Nanging ojo salah paham, Insyaalh iku dadi
Istisna‟, dadi mustasna‟ minhu ne kudu ditutur.Umpomo ono seng
ngulemi marang sampeyan “mengkene mas.benjing injeng sampeyan
kulo aturi rawung eng ngriyo kulo. Yen pancen sampean sanggup,
wangsul nggeh”. “inggih Insyaallah, ojo nganti naming sampean
wangsul. Insyaallah tok, luwih-luwih umpomo sampean sakbenera ora
sanggup, dadak muni Insyaallah, kui ra keno.48
2) Dan jika ayat tersebut bersifat pendidikan, baik berbentuk amaliyah,
Nasihat, ataupun perumpamaan. Beliau akan menyebut dengan Faidah.
Faidah ini biasanya diambil dari Hadits-hadits atau pendapat para
ulama‟. Contohnya akhir surah Al Baqarah.
Faidah, ono hadits kang nerangake sunoso mengkene seng sopo wong
moco telung ayat sangking pungkasane surah Al Baqarah iki iyo iku
wiwit Lillahi mafi as samawati, tumeko Fansurna ala al qaumil al
kafirin, setan ora wani merek-merek omahe wong kang moco mau, sak
ejrone telong wengi. Wallahu a‟lam.49
3) Lalu jika ayat yang berkaitan tetang sosial keilmuan dan Asbabun An
Nuzul, beliau menggunakan kata Muhimmah. Seperti dalam
mererangkan surah Al Kahfi: 28 dan Ar ra‟du: 12
Muhimmah, siji dino kanjeng Nabi ketamuan Uyainah Ibnu Hisnin sak
kancane golongan wong-womg sugih. Naliko iku kanjeng Nabi nuju di
rubung sahabat Salman sak kancane golongan wong-wong kang faqir
kang jalaran faqire, wes mesti bahe sandangane iyo arang salin,
gandane kecut kummel, nalika semono Uyainah matur marang kanjeng
Nabi “menopo panjenengan mboten munek-munek mambet gandanipun
tiyang-tiyang meniko, kulo meniko sejatanipun kepingin anderek
panjenengan, nangingkaweratan, inggih jalaran kempal kaliyan tiyang-
tiyang ngaten meniko, monopo mboten prayogi tiyang-tiyang
panjenengan damelaken majlis piyambak, kawulo sedoyo panjenengan
damelaken majlis piyambak?” jalarane anane peristiwa iki ayat nomer
27 iki temurun. Wallahu a‟lam.50
4) Dan ketika ayat tersebut bercerita tentang kisah atau hikayat Beliau
menggunakan kata Qishah. Contoh didalam surah Al Lahab
“Al Qissah bojone Abu Lahab yaitu Ummi Jamil iki bencine marang
kanjeng Nabi, nemen banget.Sangking nemene, nganti direwangi golek
carang-carang utowo kayu-kayu kang ono erine digendong dewe, siji
48
Bisyri Mustofa, Al Ibriz, 891. 49
Bisyri Mustofa, Al Ibriz, 121. 50
Bisyri Mustofa, Al Ibriz, 894.
-
25
dino, nuju dewek golek kayu, jalaran sayah leren ngasu. Tali saking
lulup kang biasane kanggo nggendong kayi dikalungake gulune, dilalah
ambuh kepriye, weruh-weruh Ummi Jamil wis mati ketekek. Mestine
kang nekek iyo malaikat, sopo meneh”.51
5) Dan adapun sebagian dari ayat yang menjelaskan amaliyah yang
berkaitan dengan pengobatan. Beliau menggunakan kata Mujarab,
seperti dalam suraj An Nahl: 69.
Mujarab madu yen dicampur karo peresan jahe keno kanggo tombo
loro weteng, madu amin lan endok pitik, taker podo di adeng kaya
srikaya, biso nambah tenogo muda, lan liyane maneh.52
KH. Bisyri Musthofa menjelaskan pada ayat ini, ketika madu yang
dicampur dengan perasan jahe, dapat mengobati sakit perut, dan apabila madu
samin dan telur ayam disedu dengan daun srikaya bisa untuk suplemen tubuh.
Dari penjelasan beliau diatas, terlihat keunikan dari tafsir ini, ternyata didalam
tafsirnya juga terdapat resep obat tradisional dengan bahan-bahan alami, seperti
tercantum diatas. Dan ini nampak sekali kekentalan budaya Jawa pada saat itu.
Tafsir Al-Ibriz dicetak tiga jilid, sama dengan jumlah juz dalam Al-
Qur‟an. Ayat Al-Qur‟an yang diberi makna gandul ditulis di dalam kotak segi
empat, bagian pinggirnya (biasanya disebut hamish) dipakai untuk menulis tafsir
bahasa Jawa, yang ditulis dengan huruf Arab pegon. Walaupun kitab ini dibuat
dalam tiga puluh jilid, tapi penomeran halamannya menyambung terus pada setiap
jilidnya. Halaman pertama jilid ketiga dimulai dengan nomor 100 (karena jilid
kedua selesai dengan 99 halaman), sedang jilid keempat dimulai dengan nomor
145 (karena jilid ketiga cuma sampai halaman 144) begitu pula seterusnya sampai
jilid ke tiga yang diakhiri dengan nomer 2347. 53
Sistematika penulisan tafsir ini bisa dikatakan sedikit berbeda dari tafsir-
tafsir sebelumnya. Diantaranya yaitu, pada awal setiap surah diberi penjelasan
nama surah dan jumlah ayat, tafsir ditulis berurutan sesuai urutan surah dalam
mushaf, ayat ditafsirkan dengan mengutip pendapat ulama‟, mencantumkan kisah
pada akhir tafsiran beberapa ayat yang mengandung tentang kisah.
51
Bisyri Mustofa, Al Ibriz, 2266. 52
Bisyri Mustofa, Al Ibriz, 805. 53
Muhammad al-Hudarî, Hâshîyah ala SharhIbn Aqîl ala Alfîyat al-Imâm Ibn Mâlik ,
(Beirut: Dâr al-Fikr, t.th.), 162.
-
26
3. Metode dan Sumber Penafsiran
a. Metode Tafsir
Al-Qur‟an laksana samudra yang keajaiban dan keunikannya tidak akan
pernah sirnah ditelan masa, sehingga lahirlah macam-macam tafsir dengan metode
yang aneka ragam pula. Kitab-kitab tafsir yang memenuhi perpustakaan
merupakan bukti nyata yang menunjukkan betapa tingginya semangat dan
besarnya perhatian para ulama untuk menggali dan memahami makna-makna
kandungan ayat Al-Qur‟an. Para ulama mempersembahkan karya-karya mereka di
bidang tafsir ini, dan menjelaskan metode-metode yang digunakan oleh masing-
masing tokoh penafsir. Metode-metode tafsir yang dimaksud adalah metode
tahlili, ijmali, moqaran dan maudhui.54
1) Metode Tahlili
Metode Tahlili adalah suatu metode tafsir yang bermaksud menjelaskan
kandungan ayat-ayat Al-Qur‟an dari seluruh aspek. Di dalam tafsirnya, penafsiran
mengikuti runtutan ayat sebagaimana yang telah tersusun di dalam mushaf.
Mufasir memulai urutannya dengan kosa kata diikuti dengan penjelasan mengenai
arti global ayat. Ia mengemukakan munasabah ayat-ayat serta menjelaskan
hubungan maksud ayat-ayat tersebut satu sama lain. Begitu pula, mufasir juga
menjelaskan asbabun nuzul dan dalil-dalil yang bersumber dari Rasul, sahabat,
atau para tabi‟in. lalu akan ditambahkan pendapat para mufasir sendiri.55
2) Metode Ijmali
Tafsir ijmali adalah suatu metode tafsir yang menafsirkan ayat-ayat Al-
Qur‟an dengan cara mengemukakan mkana global. Di dalam sistematika
urutannya, mufasir akan membahas ayat-demi ayat sesuai denga susunan yang ada
dalam mushaf. Kemudian mengamukakan makna global yang dimaksud oleh ayat
tersebut. Makna yang diungkapkan biasanya diletakkan di dalam rangkaian ayat-
ayat. Dengan demikian, mufasir mengikuti cara dan susunan Al-Qur‟an yang
membuat masing-masing makna saling berkaitan dengan lainnya. Di dalam
tafsirnya, mufasir menggunakan lafad bahasa yang mirip bahkan sama dengan
54
Al Farmawi,Metode Tafsir Mawdhu‟iy, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,1996, hal 11 55
Al Farmawi,Metode Tafsir Mawdhu‟iyhal 12-14
-
27
lafad Al-Qur‟an, sehingga pembaca akan merasa bahwa uraiannya tersebut tidak
jauh dari gaya bahasa Al-Qur‟an itu sendiri. Sehingga di satu sisi, karya ini
dinilai betul-betul mempuyai hubungan erat dengan susunan bahasa Al-Qur‟an
.cara penafsirannya dengan gaya bahasa yang demikian jelas bagi pendengar dan
mudah dipahami.56
3) Metode Muqaran
Yang dimaksud dengan metode ini adalah mengemukakan penafsiran ayat-
ayat Al-Qur‟an yang ditulis oleh sejumlah para mufasir. Di sini mufasir
menghimpun beberapa ayat Al-Qur‟an, kemudian ia mengkaji dan meneliti
penafsiran sejumlah mufasir mengenai ayat tersebut melalui kitab tafsir mereka.
Dalam hal ini, seorang peneliti juga berusaha memperbandingkan arah dan
kecenderungan masing-masing mufasir, dan menganalisis tentang apa yang
melatar belakangi seorang mufaisr menuju arah dan memilih kecenderungan
tertentu, sehinnga peneliti dapat melihat dengan jelas perbedaan diantara mufasir,
metode ini memiliki ruang lingkup yang luas, dan metode ini dapat juga dilakukan
dengan cara memperbandingkan sejumlah ayat Al-Qur‟an yang berbicara satu
topik masalah, atau memperbandingkan ayat-ayat Al-Qur‟an dan hadits Nabi yang
secara lahiriyah tampak berbeda.57
4) Metode maudhu‟i
Metode ini menghimpun ayat-ayat Al-Qur‟an yang mempunyai maksud
yang sama dalam dari sama-sama membicarakan satu topik masalah dan
menyusunnya berdasarkan kronologi serta sebab turunya ayat tersebut. Kemudian
mufasir mulai membedakan keterangan dan penjelasan serta mengambil
kesimpulan secara khusus, mufasir melakukan metode ini meneliti ayat-ayat
tersebut dari seluruh seginya, dan melakukan analisis berdasarkan ilmu yang
benar, yang digunakan oleh pembahasan untuk menjelaskan pokok permasalahan,
sehingga ia memahami permasalahan tersebut dengan mudah dan betul-betul
56
Al Farmawi,Metode Tafsir Mawdhu‟iyhal29 57
Al Farmawi,Metode Tafsir Mawdhu‟iyhal30-31
-
28
menguasai, sehingga memungkinkan baginya untuk memahami maksud yang
terdalam.58
Dari berbagai macam metode-metode yang telah dipaparkan diatas, bahwa
didalam tafsir Al-Ibriz juga terdapat salah satu metode-metode diatas. Jika melihat
klasifikasi metode penafsiran oleh al-Farmawi, Al-Ibriz dapat digolongkan pada
jenis yang pertama, yaitu tahlili Melihat Al-Ibriz ditulis untuk menjelaskan
makna-makna Al-Qur‟an dengan uraian bahasa yang mudah sehingga dapat
dipahami oleh semua orang, baik yang berpengetahuan luas sampai yang
berpengetahuan sekedarnya. Beliau didalam penafsiranya mengurutkan ayat
sesuai dengan mushaf, dan mencantumkan asbabun nuzul, memberikan hadits
dalam penafsirannya, dan memasukkan juga para ulama‟. Dengan ini tepat bila
tafsir Al Ibriz menggunakan metode tahlili, memberikan keluasan pengetahuan
bagi yang mempelajari tafsir ini, khususnya para santri.
2. Corak Penafsiran
Corak penafsiran menjadi unik dan penting dalam penafsiran. Apalagi jika
seorang mufasir berada dalam kutub tertentu, semisal tradisional atau modern.
Seperti KH. Bisyri Musthofa yang terlibat baik secara cultural, sosial maupun
politik dengan organisasi terbesar di Inonesia yaitu Nahdhatul Ulama‟. Jelas latar
belakang ini sedikit banyaknya berpengaruh terhadap penafsirannya. Keberadaan
beliau sebagai seorang pengasuh dan pemimpin dalam sebuah lembaga pondok
pesantren, dan ini menjadi dinamika tersendiri dalam hubungan dalam penafsiran.
Disisi lain, beliau juga berhubungan secara erat dengan konteks Nasional yang
multicultural dan modernitas. Aspek-aspek inilah yang perlu, menjadi tolak ukur
dalam pengaruh corak penafsiran beliau. Dalam klasifikasinya terdapat beberapa
corak dalam penafsirannya yaitu:
a. Corak Ilmi
Corak Ilmi adalah menafsirkan ayat-ayat Al-Qur‟an berdasarkan
pendekatan Ilmiyah atau menggali kandungan Al-Qur‟an berdasarkan teori-teori
ilmu pengetahuan. Alasan yang melahirkan penafsiran ilmiah adalah karena
58
Al Farmawi,Metode Tafsir Mawdhu‟iyhal 36-44
-
29
seruan Al-Quran pada dasarnya adalah sebuah seruan ilmiah. Didalam tafsir ibriz,
terdapat corak tersebut dapat kita temukan pada surah Ar Ra‟du ayat 13, ini
tentang penjelasan beliau tentang teori turunnya hujan, menyebutkan minurut
keterangan-keterangan lan ahli Ilmu ono eng wektu ketigo jarak antarane
srengenge lan bumi iku luweh perek ketimbang ana eng waktu rending. Srengenge
kang saben dino tansa nyorot marang bumi daratan lan lautan biso nimbulake
hawa panas kang kekandung ono eng bumi lan biso ngunggahake uap, kang nuli
dadi mendung,59 dalam paparan diatas aspek Ilmiah tersebut nampak dari
penjelasan beliau. Dalam teori tersebut dijelaskan bahwa, pada saat jara antara
bumi dan matahari semakin dekat, sehingga menimbulkan hawa panas terhadap
bumi, dan pada saat itu pula hawa panas bumi menguap dan lama-lama menjadi
mendung. Dari penjelasan dapat kita ketahui bahwa dalam tafsir ini terdapat corak
ilmi.60
b. Corak adabi al-ijtimai
Para mufassir mencoba mempelajari ayat-ayat Al-Qur‟an lalu
menafsirkannya sesuai disiplin ilmu yang ditekuni. Sementara itu, sebagian
mufasir ada yang mengkaitkan ayat-ayat Al-Qur‟an dengan permasalahan sosial.
Apabila ditemukan korelasi antar ayat Al-Qur‟an dan masalah sosial.61tafsir Ibriz
terdapat corak-corak yang telah di jelaskan diatas yaitu adabi wa al ijtima‟I
karena dapat diketahui bahwa tafsir Ibriz menggunakan bahasa Jawa, memakai
huruf Jawa pegon dan sistem makna ghandul.62Mengaitkan dalam dimensi sosial
kemasyarakatan kepada penafsiranya, membuat keunikan tersendiri pada Tafsir Al
Ibriz. Dan didalam tafsirnya pun terdapat bahasa yang berhierarki, yang mana
didalam bahasa Jawa terdapat tingkatan bahasa, yang sudah dijelaskan pada
pembahasan sebelumnya, pada sistematika penulisan Tafsir Al Ibriz. Dalam
dicontohkan dalam tafsir beliau.
59
Bisyri Mustofa, Al Ibriz, 723. 60
Fajrian Yazdajird Iwanebel ,“Corak Mistik dalam Penafsiran KH. Musthafa Bisrii”,
Jurnal Risail, 28. 61
http://makalahqwahyu.blogspot.com/2016/07/makalah-ulumul-tafsir-corak-tafsir.html
diakses 28 feb 2019 10:36 62
Samsurohman, Pengantar Ilmu Tafsir (Amzah: Jakarta, 2014), 190.
http://makalahqwahyu.blogspot.com/2016/07/makalah-ulumul-tafsir-corak-tafsir.html
-
30
Tanbih mulo wahyu ngati pedot limolas dino iku perlune kanggo mulang marang
kanjeng Nabi, supoyo sak ba‟dane iku, ora kesupen moco Insyaallah.Semono ugo kito
kabeh iki yen kondo-kondo iyo ojo lali muni Insyaallah .63
Dapat kita lihat dari penafsiran diatas, mengunakan bahasa Jawa dan
menggunakan tingkat bahasa Jawa. Yang mana ketika beliau menyebutkan Nabi
Muhammad, akan disertai dengan kata kanjeng, kata ini dalam tingkatan bahasa
Jawa adalah tinggat yang paling tinggi disebut kromo inggil.
c. Corak Sufi
Penafsiran yang dilakukan oleh para sufi pada umumnya diungkapkan
dengan bahasa misktik. Ungkapan-ungkapan tersebut tidak dapat dipahami
kecuali orang-orang sufi dan yang melatih diri untuk menghayati ajaran taṣawuf.
Didalam tafsir beliau terdapat penjelasan yang mengandung mistik tersebut.64Hal
ini kemungkinan terlihat dari aspek lokal kecenderungan beliau dalam penafsiran
ini, dicontohkan pada surah Al Kahfi ayat 22. Beliau menjelaskan bahwa tujuh
nama Ashabul Kahfi dan nama anjing peliharaan Ashabul Kahfi, apabila ditulis
dan ditempelkan pada pintu rumah, maka dengan seizin Allah tidak akan terbakar,
dan apabila ditempelkan juga pada kapal ataupun perahu, maka perahunya tidak
akan tenggelam. Beliau berkata sakweneh ulama‟ kunu ono eng ngendiko, beliau
berkata bahwa penjelasan ini beliau dapat dari ulama‟ terdahulu yang
menyebutkan hal itu.Dan penjelasan itu menyuguhkan bahwa pada masa itu
betapa kental dengan budaya mistik, seperti hizib, jimat, ataupun puasa dan
disertai dengan ziarah makan para wali. Hal ini merupakan bentuk dakwah Islam
yang dikemas dalam bentuk budayah Jawa.65
63
Bisyri Mustofa, Al Ibriz, 5. 64
Fajrian Yazdajird Iwanebel, “Corak Mistik dalam Penafsiran KH. Musthafa Bisrii”,
Jurnal Risail, 1. No.1 (2014), 37. 65
Bisyri Mustofa, Al Ibriz, 890.
-
31
BAB III
KISAH-KISAH DALAM SURAH YUSUF DAN TAKWIL MIMPI
A. Kisah-kisah dalam Surah Yusuf
1. Bermimpi melihat sebelas Bulan, Bintang, dan Matahari
Pada awal surah Yusuf, bercerita tentang Nabi Yusuf yang bermimpi
melihat sebelas bintang, bulan dan matahari bersujud kepadanya. Ketika itu Nabi
Yusuf menceritakan mimpi yang dialami kepada ayahnya, yaitu Nabi Ya‟kub.
“Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas buah bintang, bulan,
dan matahari, aku melihat semuanya bersujud kepadaku ayah”. Nabi Ya‟kub
berkata: “wahai anakku jangan kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-
saudaramu, sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata”. Dan demikian
Allah telah memilih Nabi Yusuf menjadi seorang Nabi, walaupun usianya masih
terbilang muda, tapi tanda-tanda kenabian telah Allah SWT tunjukkan kepada
Nabi Yusuf melalui mimpi.66
Kemudian beliau ceritakan kepada ayahnya tentang mimpi yang dialami,
dan ayahnya telah menduga bahwa apa yang dialami anaknya suatu tanda
kenabian, dan berpesan kepada anaknya untuk tidak menceritakan perihal mimpi
tersebut kepada para saudaranya, karena mereka dikhawatirkan akan terjadi iri
hati, dengki, kepada Nabi Yusuf.67
2. Nabi Yusuf disingkirkan oleh para saudaranya
Para saudara Nabi Yusuf mengetahui apa yang telah dialami oleh Nabi
Yusuf, dan juga pesan-pesan ayahnya. Dan akhirnya mereka timbul rasa iri dan
dengki terhadap Nabi Yusuf, Karen ayahnya Nabi Ya‟kub selalu menaruh
perhatian dan kasih sayang yang sangat besar kepada Nabi Yusuf.
Kemudian mereka mempunyai rencana untuk membunuh Nabi Yusuf, tapi
sebagian mereka ada yang tidak setuju tentang rencana itu, adan akhirnya mereka
membuat keputusan untuk membuang Nabi Yusuf kedalam sumur saja.Keesokkan
66
Fatchur Rochman, Kisah-Kisah Nyata dalam Al-Qur‟an (Surabaya: Apollo Lestari,
1995), 112. 67
Fatchur Rochman, Kisah-Kisah Nyata dalam Al-Qur‟a (Surabaya: Apollo Lestari,
1995), 117.
31
-
32
harinya mereka mengajak Nabi Yusuf pergi bersama-sama ke suatu tempat yang
sangat jauh. Tapi sebelumnya mereka meminta izin kepada ayahnyauntuk
membawa Nabi Yusuf pergi bersama, dengan rasa sedih ayahnya mengizinkan
mereka pergi bersama. Namun ayahnya masih khawatir akan terjadi hal yang
buruk pada Nabi Yusuf. Karena mengingat Nabi Yusf masih kecil.Tetapi mereka
meyakinkan ayahnya untuk menjaga Nabi Yusuf.68
Sesampainya mereka di tempat yang dituju, mereka mulai melaksanakan
rencana yang telah mereka susun. Nabi Yusuf dimasukkan kedalam sumur yang
sangat dalam. Setelah mereka melaksanakan rencana tersebut, mereka membuat
kebohongan untuk menipu ayahnya, dengan merobek pakaian Nabi Yusuf dan di
lumuri darah, agar ayah mereka percaya bahwa Nabi Yusuf telah dimakan oleh
srigala, sore harinya mereka pulang dan menghadap ayahnya sambil menangis
sedih seolah-olah mereka kasihan kepada Nabi Yusuf yang mati dimakan srigala.
Kemudian mereka menceritakan kebohongan mereka kepada atahnya sambil
menunjukkan bukti pakaian Nabi Yusuf yang berlumuran darah. Mendengar
kejadian ini ayah Nabi Yusuf sedih, dan sepanjang hari yang dilakukan Nabi
Ya‟kub hanya menangisi Nabi Yusuf.
Setelah beberapa hari, lewatlah rombongan musafir yang melakukan
perjalanan untuk berdagang, mereka singgih di sumur hendak mengambil air
untuk minum ontanya. Ketika akan menganbil air, dilihatnya di dasar sumur, ada
seorang pemuda, alangkah terkejutnya mereka, dan tak lama mereka
menyelamatkan Nabi Yusuf.69
3. Kisah Nabi Yusuf dengan Zulaikha
Setelah menyelamatkan Nabi Yusuf dari sumur, rombongan mufasir
tersebut menjual Nabi Yusuf. Setelah Nabi Yusuf dibeli oleh Raja Mesir (Qithfir)
dan istrinya Zulaikha, maka beliau tinggal bersama-sama. Dan Zulaikha dengan
tekun dan sabar merawat Nabi Yusuf seolah-olah anak kandungnya sendiri. Akan
tetapi setelah Nabi Yusuf menginjak dewasa, Zulaikha mulai melihat ketampanan
wajah Nabi Yusuf. Sehingga membuat Zulaikha menaruh hati pada Nabi Yusuf.
68
AL-Khalidy Shalah, Kisah-Kisah Al-Qur‟an Pelajaran dari Orang Dahulu, 344. 69
Fatchur Rochman,Kisah-Kisah Nyata Dalam Al-Qur‟an,124
-
33
Dan suatu ketika Zulaikha menggoda Nabi Yusuf. Berkata Nabi Yusuf “Aku
berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik,
sesungguhnya orang-orang yang zalim tidak akan beruntung. Dengan kejadian ini
dihadirkanlah saksi dari keluarga wanita itu untuk memberikan kesaksiannya, “
Wahai Raja Qithfir jika baju yang di pakai Nabi Yusuf koyak dari depan, maka
Zulaikha lah yang benar, Namun bila pakaian tersebut koyak dari belakang, maka
Zulaikha termasuk orang yang berdusta”. Dan ternyata baju yang dikenalakan
Nabi Yusuf robek dibagian belakangnya.Setelah terlihat bukti mana yang salah
dan mana yang benar. Raja Qithfir mengetahui bahwa yang bersalah adalah
istrinya, maka Raja Qithfir memerintahkan kepada Nabi Yusuf untuk
merahasiakan peristiwa ini karena raja Qithfir merasa malu akan peristiwa ini.70
4. Nabi Yusuf menafsirkan mimpi Raja Qithfir
Pada suatu hari Raja Qithfir dalam tidurnya melihat tujuh ekor sapi betina
yang gemuk-gemuk, dan tujuh ekor sapi betina kurus-kurus, dan melihat pula tuju
butir gandum yang subur-subur dan tujuh butir lainnya yang kering. Kemudian
keesokkan harinya Raja Qithfir mengumpulkan para penakwil mimpi di
kediamannya. Setelah itu Raja Qithfir menceritakan tentang mimpi yang ia alami
tadi malam, namun tak seorang pun diantara mereka yang mamapu menakwilkan
mimpi raja. Dan berkata salah seorang pelayannya yang pernah selamat dari
penjara, ia bercerita tentang seseorang yang pandai dalam hal menakwil mimpi.
Mendengar cerita tersebut lalu raja memerintahkan kepada pelanyan tersebut
untuk memangil orang yang pandai dalam menakwil mimpi tersebut.71
Dan bergegaslah pelanyan tersebut menuju penjara dan menemui Nabi
Yusuf dan berkata pelayan tersebut “wahai Nabi Yusuf takwilkanlah mimpi raja,
karena semua para penakwil mimpi tidak sanggup menakwilkan mimpi itu”.
Setelah berkata seperti itu pelayan tersebut membawa Nabi Yusuf kehadapan raja,
dan Nabi Yusuf menjelaskan takwil mimpi dari pada raja, mimpi tersebut
memiliki arti, bahwa harus bercocok tanam tujuh tahun lamanya, dan hasil cocok
tanam tujuh tahun itu disarankan untuk menyimpannya, karena akan datang tujuh
70
Fatchur Rochman,Kisah-Kisah Nyata dalam Al-Qur‟an, 126. 71
Katsir Ibnu, Kisah Para Nabi, 234.
-
34
tahun lamanya musim yang sulit untuk bercocok tanam, maka dengan itu hasil
cocok tanam dari tujuh tahun sebelumnya akan menjadi penunjang selama masa
paceklik tersebut. Ketika mimpi Raja Qithfir dapat ditakwilkan oleh Nabi Yusuf,
maka Raja membebaskan semua tuduhan Nabi Yusuf, dan dikeluarkan dari
penjara. Setelah itu Nabi Yusuf diangkat menjadi penjabat tinggi di Mesir.72
5. Nabi Yusuf bertemu dengan saudara dan orang tuanya
Ketika datang musim paceklik selama tujuh tahun lebih, maka banyak
terjadi kelaparan dimana-mana, bahkan sampai pada wilayah Nabi Ya‟kub dan
saudaranya.Untunglah peperintahan Mesir waktu itu memiliki persediaan makan
yang banyak, karena nasehat dari Nabi Yusuf yang mengetahui perihal mimpi
yang dialami Raja Qithfir. Semua orang dari semua penjuru Negeri berbondong-
bondong datang kemesir untuk membeli makanan, termasuk juga saudara-saudara
Nabi Yusuf, namun saat itu bunyamin tidak ikut serta, mengetahui banwa
saudaranya juga datang kemesir untuk membeli makanan, Nabi Yusuf menemui
para saudaranya itu, namun dari saudara-saudaranya tidak ada yang mengenali
Nabi Yusuf. 73
Dengan keadaan yang seperti itu, Nabi Yusuf mengajukan persyaratan
bahwa mereka boleh membeli makanan ke Mesir apabila membawa satu
saudaranya yang bernama Bunyamin. Setelah menerima persyaratan itu, mereka
segera pulang dan menceritakan semua kejadian itu dan tentang persyaratan yang
diajukkan untuk membawa Bunyamin ke Mesir, mendengar hal itu Nabi Ya‟kub
sedih, beliau takut Bunyamin akan bernasib sama dengan Nabi Yusuf, Namun
semua anak-anaknya menyakinkan Nabi Ya‟kub untuk menjaga Bunyamin
dengan sungguh-sungguh. Dengan berat hati Nabi Ya‟kub mengijinkan Bunyamin
untuk dibawa ke Mesir, sesampai disana, Nabi Yusuf menemui Bunyamin secara
diam-diam agar tidak diketahui oleh semua saudaranya.
Menyadari bahwa yang ditemui Bunyamin adalah Nabi Yusuf, dan melihat
Nabi Yusuf baik-baik saja, gembiralah Bunyamin akan hal itu, dan meminta
Bunyamin untuk tinggal di Mesir. Agar Bunyamin dapat tinggal di Mesir maka
72
AL-Khalidy Shalah, Kisah-Kisah Al-Qur‟an Pelajaran dari Orang Dahulu, 205. 73
Katsir Ibnu, Kisah Para Nabi, 543.
-
35
Nabi Yusuf bersiasat, dengan pura-pura menuduh Bunyamin telah mencuri
takaran emas milik kerajaan mesir, maka pulanglah saudara-saudaranya tanpa
membawa bunyamin. Dan menceritakan kejadian itu kepada Nabi Ya‟kub.
Bertambah sedih Nabi Ya‟kub mendengar berita yang menimpa Bunyamin
anaknya.
Dan Nabi Ya‟kub memerintahkan anak-anaknya untuk datang kembali
agar membebaskan Bunyamin, sesampai disana mereka memohon kepada Nabi
Yusuf untuk membebaskan bunyamin, Lalu Nabi Yusuf mengingatkan kepada
saudaranya tentangnya dulu, dan tersadarlah mereka bahwa yang dihadapan
mereka ini adalah Nabi Yusuf, kemudian Nabi Yusuf memberi pakaiannya untuk
diberikan kepada ayahnya, mereka lalu pulang dan menceritkan semua kejadian
itu. Mendengar bahwa Nabi Yusuf masih hidup, Nabi Ya‟kub ingin segera pergi
ke Mesir untuk menemui Nabi Yusuf, sesampai disana gembira Nabi Ya‟kub bisa
bertemu dengan anakanya. Dengan rasa hormat Nabi Yusuf mendudukkan kedua
orang tuanya kesinggahsananya.74
B. Takwil Mimpi Nabi Yusuf Terhadap Dua Orang Pemuda di dalam
Penjaran
Kisah Nabi Yusuf menggambarkan kisah yang paling sempurna dalam Al-
Qur‟an. Kisah ini menampilkan kepribadian Nabi Yusuf sebagai pemeran utama
dalam kisah ini. Kisah ini juga memaparkan berbagai macam cobaan.Yang
dihadapi oleh pelaku utama. Disamping menampilkan pelaku utama, kisah ini
menampilkan pula pribadi-pribadi lain yang mendapatkan peranan ynag berbeda.
Seperi Al Aziz raja di Mesir pada saat itu, Zulaikha, saudara Nabi Yusuf, Nabi
Ya‟kub dan dua orang pemuda di dalam penjara.75
Diterangkanlah kisah Nabi Yusuf Terhadap dua orang pemuda yang
sama-sama di masukkan kedalam penjara. Menurut riwayat, kedua orang pemuda
itu adalah bekas seorang pembantu tukang siram kebun raja dan seorang lagi
bekas bendahara raja. Pada suatu ketika, Nabi Yusuf melihat kedua orang pemuda
74
AL-Khalidy Shalah, Kisah-Kisah Al-Qur‟an Pelajaran dari Orang Dahulu, 345. 75
Sayid Qutub, Fi Zhilalil Qur‟an (Jakarta: Darusy Syuruq Bairut, , 2003), 304-307.
-
36
tersebut duduk bersama dan dalam keadaan bersedih hati seperti orang melamun.
Maka Nabi Yusuf menyapa kedua pemuda itu, “mengapa kalian dalam keadaan
begini?” jawab mereka, “kami tadi malam bermimpi yang aneh dan ajaib,
sehingga kami gelisah dan sedih seperti yang engkau lihat ini, kami tidak tahu apa
takwil mimpi kami ini”. Nabi Yusuf berkata kepada keduanya, “Takwil mimpi
kamu itu hanya Allahlah yang mengertahuinya, cobalah ceritakan kepadaku apa
mimpi kalian”. Maka salah seorang dari mereka mulai bercerita tentang mimpi
yang mereka alami dan berkata, “saya bermimpi bahwa saya berada di dalam
sebuah kebun anggur yang sangat lebat buahnya dan mennghijau warnanya.
Seakan-akan ditangan saya menggenggam gelas kepunyaan raja.76
Maka dengan gelas itulah yang menampung air sesudah saya peras anggur
itu untuk dijadikan minumnya. Setelah mendengar dari