TAKWIL MIMPI KISAH NABI YUSUF DALAM TAFSIR AL ...repository.uinjambi.ac.id/2836/1/SKRIPSI NUR...

80
TAKWIL MIMPI KISAH NABI YUSUF DALAM TAFSIR AL IBRIZ KARYA BISYRI MUSTHOFA (ANALISIS PADA SURAH YUSUF AYAT 33-42) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Oleh: NUR KHASANAH UT 150218 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAMBI 2019

Transcript of TAKWIL MIMPI KISAH NABI YUSUF DALAM TAFSIR AL ...repository.uinjambi.ac.id/2836/1/SKRIPSI NUR...

  • TAKWIL MIMPI KISAH NABI YUSUF DALAM TAFSIR AL IBRIZ KARYA BISYRI MUSTHOFA

    (ANALISIS PADA SURAH YUSUF AYAT 33-42)

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

    Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir

    Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama

    Oleh:

    NUR KHASANAH

    UT 150218

    PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

    FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    JAMBI

    2019

  • ii

  • iii

  • iv

  • MOTTO

    Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya Demikianlah Kami

    memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.1

    1Tim Penyusun Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Tajwid dan Terjemah (Bandung: CV Penerbit

    Diponegoro, 2018), 143.

    iii

    v

  • ABSTRAK

    Banyak sekali kisah-kisah didalam Al-Qur‟an, salah satunya yaitu kisah Nabi yusuf didalam surah Yusuf. Dalam hal ini penulis terfokus pada takwil mimpi Nabi Yusuf didalam

    penjara, diceritakan bahwa Nabi Yusuf berada di penjara bersama dua orang pemuda. Di penjara inilah Nabi Yusuf menakwilkan mimpi dua orang pemuda, dan bagaimana Nabi Yusuf

    menerangkan dan apa makna dari mimpi dua orang laki-laki yang ada dalam penjara tersebut, maka dari itu penulis akan memaparkan tentang takwil mimpi tersebut dari tafsir Jawa yaitu Al-Ibriz karya KH. Bisyri Musthofa.

    Penelitian ini termasuk dalam jenis/kategori penelitian pustaka (library research) yaitu penelitian yang menitik beratkan pada literatur dengan cara menganalisis muatan isi dari

    literatur-literatur yang terkait dengan penelitian baikdari sumber data primer maupun sekunder. Data primer yang disajikan adalah segala yang berkaitan langsung dengan pokok kajian. Sedangkan data sekundernya adalah berupa referensi-referensi yang secara tidak langsung terkait

    dengan takwil mimpi dalam Al-Qur'an. Selain itu penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis yakni, menuturkan, menggambarkan, dan mengklasifikasi secara objektif data yang

    dikaji sekaligus menginterpretasikan dan menganalisa data. Dengan ini akan melihat bagaimana Al Ibriz menafsirkan takwil mimpi kisah Nabi

    Yusuf tersebut, apakah dalam penafsirannya terpengaruh oleh kebudayaan Jawa yaitu primbon

    Mimpi dan hikmah yang dapat diambil dari kisah tersebut. Dan setelah penulis telusuri tentang ayat yang penulis ambil, ternyata sama sekali tidak terdapat pengaruh budaya Jawanya. Yang

    mana KH.Bisyri Musthofa lebih menjelasakan tentang kisahnya, yang mana dari keunikanya tafsir ini. Ketika beliau menjelaskan tentany ayat maka KH. Bsyri Musthofa menngunakan kata Qissah sebelum menjelskan ayatnya. Dan menurut penulis tafsir Al Ibriz lebih berpengaruh pada

    Isra‟iliyanya, yang man beliau lebih menjelaskan tentang keluasan kisah yang terdapat pada ayat ini.

    vi

  • PERSEMBAHAN

    Bismillaahirrahmaanirrahiim…

    Dengan keridhoan Allah SWT dan shalawat kepada Rasulullah Saw, karya kecil ini saya

    persembahkan kepada :

    Seluruh keluarga besar terutama untuk dua malaikat tak bersayap, yang cintanya sempurna,

    kakekku Dasir dan Nenekku Tarsi. Terimakasih untuk doa, kasih sayang serta motivasi yang

    senantiasa selalu teruntai dan tercurah untuk anakmu ini.

    Ayahku tersayang Rusli terimakasih atas semangat dan dukungan yang diberikan, dan untuk

    almarhum ibuku tersayang Siti Sureni, terimakasih atas do‟amu ibu, tiada hal yang paling

    terindah kecuali dari do‟amu, semoga engkau tenang disana

    Abah Kyai. M. Rouyani Jamil, dan Umi Raden Roro Fatimah selalu memberikan bimbingan

    terhadap penulis dalam menempuh pendidikan. Teman-teman seperjuangan, Tafsir Hadits angkatan 2015 yang tidak bisa saya sebutkan satu

    persatu.

    Saya ucapkan terimakasih, semoga Allah membalas segala kebaikan kalian. Aamiin…

    Vii

  • viii

  • ix

  • DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ……………………………………………………..i

    NOTA DINAS …………………………………………………………ii

    SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ……………...iii

    PENGESAHAN ………………………………………………............ iv

    MOTTO ……………………………………………………………….. v

    ABSTRAK ……………………………………………………............. vi

    PERSEMBAHAN ……………………………………………………. vii

    KATA PENGANTAR ………………………………………….…… viii

    DAFTAR ISI ………………………………………………………….. x

    PEDOMAN TRANSLITERASI ………………………………..……xii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ………………………………1

    B. Permasalahan…………………………………………...6

    C. Batasan Masalah............................................................. 7

    D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ……………………….7

    E. Tinjauan Pustaka……………………………………….. 8 ………………………………………………........................... .

    F. Metode Penelitian……………………………………… 9

    G. Sistematika Penulisan…………………………… …… 11

    BAB II BIOGRAFI KH.BISYRI MUSTHOFA

    A. Biografi Bisyri Musthofa

    1. Riwayat Hidup……………………………………… 12

    2. Riwayat Pendidikan………………………………….14

    3. Karya-karya Intelektual…………………………. ...16

    B. Tafsir Al-Ibriz

    1. Latar Belakang Penulisan Tafsir…………………… 18

    2. Sistematika Penulisan Tafsir……………………….. 20

    3. Metode dan Corak Penafsirannya………………….. 26

    x

  • BAB III KISAH-KISAH DALAM SURAH YUSUF DAN TAKWIL MIMPI

    A. Kisah-kisah dalam surah Yusuf…………………………32

    B. Takwil mimpi Nabi Yusuf terhadap dua orang pemuda di dalam

    penjara...............................…………………………… 35

    C. Pengertian umum tentang takwil dan mimpi

    1. Pengertian takwil......................................................... 39

    2. Pengertian mimpi……………………………………. 40

    D. Takwil mimpi menurut pandangan Islam............................44

    BAB IV PENAFSIRAN AYAT-AYAT TENTANG TAKWIL MIMPI PADA KISAH

    NABI YUSUF MENURUT TAFSÎ R AL-IBRÎ Z

    A. Penafsiran KH.Bisyri Musthofa terhadap ayat 33-42 pada Surah

    Yusuf……………………………………………………47

    B. Hikmah tentang takwil mimpi pada Kisah Nabi

    Yusuf……………………………………………………57

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan

    B. Saran

    C. Penutup

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    CURRICULUM VITAE

  • PEDOMAN TRANSLITERASI

    A. Alfabet

    Arab Indonesia Arab Indonesia

    T ط ` ا ẓ ظ b ة ` ع t ث Gh غ ts د F ف j ج Q ق ḥ ح K ك kh خ l ل d د m و dz ر r ٌ n س w و z ص s ِ h ط ؍ ء sy ػ y ي ṣ ص ḍ ض

    B. Vokal dan Harkat

    Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia

    ī ِاي ā َا A َا aw َاو á َاي U ُا ay َاي ū ُاو I ِا

    x

    xii

  • C. Ta’ Marbutah

    Transliterasi untuk ta‟ marbutah ini ada dua macam:

    1. Ta‟ Marbutah yang mati atau mendapat harakat sukun, maka transliterasinya adalah/h/.

    contoh:

    Arab Indonesia

    Salãh صالة Mir‟ãh يشاة

    2. Ta‟Marbutah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah dan dammah, maka

    transliterasinya adalah/t/.

    Contoh:

    Arab Indonesia

    Wizãrat al-Tarbiyah وصاسة انخبيتانضيٍ يشاة Mir‟ãt al-zaman

    3. Ta‟ Marbutah yang berharakat tanwin maka transliterasinya adalah /tan/tin/tun.

    Contoh:

    Arab Indonesia

    Fajannatan فجئت

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Al-Qur‟an berisi petunjuk bagi manusia, ajaran-ajarannya disampaikan

    secara variatif, serta dikemas sedemikian rupa. Adapun ajaran-ajarannya ada yang

    berupa informasi, perintah, larangan, dan ada juga dikemas berupa deskripsi,

    kisah yang mengandung pelajaran yang dikenal dengan kisah-kisah Al-Qur‟an.

    Fenomena kisah dalam Al-Qura‟an diyakini memiliki realitas kebenaran termasuk

    peristiwa yang ada di dalamnya, sebagai mana tertera didalam surah Ali-Imran

    ayat 62:

    “Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak

    disembah) selain Allah; dan Sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”2(QS. Ali Imran:62)

    Tidak mengherankan jika kemudian Al-Qur‟an menyatakan dengan bahasa

    yang tegas tentang perlunya manusia bercermin ke pada masa lampau untuk

    mengambil pelajaran dari kisah kisah tersebut.3Diantara kisah-kisah dalam Al-

    Qur‟an, terdapat kisah para Nabi, yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa

    yang terjadi pada masa lalu. Kisah para Nabi merupakan bagian terbesar dari

    kisah-kisah yang terdapat didalam Al-Qur‟an.4Itulah sebabnya, Al-Quran selain

    memuat ajaran berupa akidah (keyakinan), akhlak, syari‟ah, janji dan ancaman,

    juga berisi kisah-kisah umat terdahulu seperti cerita para Nabi dan umatnya

    2Tim Penyusun Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Tajwid dan Terjemah (Bandung: CV

    Penerbit Diponegoro, 2018), 58. 3Bey Arifin, Rangkaian Cerita dalam Al-Qur‟an, (Bandung: Al Ma‟arif, 1995), 5.

    4Manna Khalil Al-Qaththan, Studi Ilmu Al-Qur‟an, terj.Mudzakir, (Jakarta, Litera Antar

    Nusa, 1992), 431.

  • 2

    sebelum Nabi Muhammad serta umat lainya yang hancur karena keangkuhan

    mereka.5

    “Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan

    mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum

    kami mewahyukannya adalah Termasuk orang-orang yang belum

    mengetahui.”.(QS. Yusuf: 3).6

    Lebih jauh lagi kisah-kisah Al-Qur‟an sangatlah istimewa, nilai-nilai yang

    terkandung amat mulia sehinga ketinggian nilainya mampu mengubah ahlak dan

    menyebarkan cahaya kebijaksanaan sehingga dapat mengubah suatu kaum.7Al-

    Qur‟an sendiri memang bukan kitab kisah ataupun kitab sejarah, tapi tidak bisa di

    pungkiri bahwa Al-Qur‟an memuat banyak kisah sejarah umat-umat masa lampau

    dan semuanya dapat diambil pelajaran bagi orang-orang yang berakal sesuai

    dengan surah Yusuf ayat 111

    “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan

    segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.(QS. Yusuf:111)8

    5Harun Nasution, Islam Rasional, (Penerbit Mizan : Bandung, 1998), 20-21.

    6Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsiran Al-Qur‟an, Al-Qur‟an Dan Terjemah,

    (Jakarta, Departemen Agama RI, 1971), 348. 7 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya,(Jakarta: Lentera Abadi, 2010), 500.

    8Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsiran Al-Qur‟an, Al-Qur‟an Dan Terjemah,

    (Jakarta, Departemen Agama RI), 1971.

  • 3

    Banyak sekali kisah-kisah didalam Al-Qur‟an salah satunya yaitu kisah

    Nabi Yusuf didalam surah Yusuf.9 Kisah Nabi Yusuf didalam Al-Qur‟an tidaklah

    sama seperti kisah-kisah biasa atau dongeng-dongeng yang banyak ditemukan dan

    menyebar pada masyarakat secara turun temurun, tetapi salah satu kisah didalam

    Al-Qur‟an yaitu pada surah Yusuf, surah ini terdiri dari 111 ayat, tergolong

    surah-surah Makkiyah karena turunnya dikota Mekkah sebelum hijrah, surah ini

    dinamakan surah Yusuf karena dari isinya mengenai riwayat Nabi Yusuf AS.

    Sebuah kisah yang sungguh unik jika disanding dengan kisah-kisah Nabi yang

    lainnya.10

    Kisah Nabi Yusuf ini diceritakan dalam surah tersebut, dan isi dari kisah

    Nabi Yusuf ini berlainan pula dari kisah-kisah nabi yang lain. Pada kisah Nabi

    yang lain, Allah menunjukkan kepada tantangan yang bermacam-macam dari

    kaum mereka, kemudian mengakhiri kisah itu dengan kemusnahan para penentang

    kepada para nabi tersebut, sedangkan didalam kisah Nabi Yusuf, Allah SWT

    menonjolkan buah dari kebaikan dan kesabaran bahkan mengajarkan kepada kita

    kesenangan itu datangnya sesudah penderitaan.11

    Pada penjelasan di atas kisah Nabi Yusuf terdiri beberapa kisah yang terjadi,

    yaitu mimpi Nabi Yusuf, Nabi Yusuf disingkirkan saudaranya, Nabi Yusuf dijual

    kepada orang Mesir, rayuan istri orang kepada Nabi Yusuf, jamuan makan, takwil

    mimpi Nabi Yusuf dalam penjara, mimpi sang raja dan kebebasan Nabi Yusuf,

    Nabi Yusuf menjadi pejabat pemerintah, pertemuan dengankeluarga, dan i‟tibar

    dari kisah Nabi Yusuf.12 Dalam hal ini penulis terfokus pada takwil13 mimpi Nabi

    Yusuf didalam penjara, diceritakan bahwa Nabi Yusuf berada di penjara bersama

    dua orangpemuda. Di penjara inilah Nabi Yusuf menakwilkan mimpi dua orang

    pemuda, dan bagaimana Nabi Yusuf menerangkan dan apa makna dari mimpi dua

    orang laki-laki yang ada dalam penjara tersebut, maka dengan ini penulis akan

    9AL-Khalidy Shalah, Kisah-Kisah Al-Qur‟an Pelajaran Dari Orang Dahulu ,

    (Jakarta:Gema Insani, 1999), 78. 10

    Ibnu Katsir,Kisah Para Nabi,(Jakarta, Buku Islam Rahmatan,2003),269. 11

    Muhammad Akrom, “Analisis Ketampanan Nabi Yusuf Dalam Perspektif Semiotika

    Al-Qur‟an”, Jurnal Pendidikan Bahasa Arab Dan Kebahasaaraban , Vol 1, No 2 (2014), 229. 12

    Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya,(Jakarta: Lentera Abadi, 2010), 500.. 13

    Di dalam kamus pintar Al-Qur‟an, karya Muhammad Chirzin. Takwil adalah

    keterangan atau penjelasan, penafsiran makna yang mengandung penertian yang tersirat

  • 4

    memaparkan penafsiran KH. Bisyri Musthofa dalam tafsir Jawa yaitu Al-Ibriz.

    Dengan ini penulis akan mengaitkan antara tafsir berbahasa Jawa dan kisah Nabi

    Yusuf yaitu tentang takwil mimpi dua orang pemuda. Telah kita ketahui, bahwa

    kebanyakan orang Jawa masih memegang erat kepercayaan mereka seperti salah

    satunya tentang primbon Jawa.14 Terutama dalam hal primbon mimpi, masyarakat

    Jawa pada umumnya bila mengalami mimpi yang menurut mereka sangat rancu,

    maka mereka akan berpatokan pada primbon mimpi tersebut. Salah satu

    contohnya bila seseorang bermimpi salah satu gigi mereka ada yang patah, maka

    menurut pendirian mereka akan ada salah satu dari anggota keluarganya akan

    meninggal. Maka dari itu penulis akan melihat bagaimana KH Bisri Musthofa

    menafsirkan takwil mimpi kisah Nabi Yusuf tersebut, dan hikmah dari kisah

    tersebut.15

    Tafsir Al-Ibriz merupakan tafsir khas pesantren, Dengan memberikanaksara

    pegon dan makna gandhul,16 yaitu mengartikan setiap kosa kata makna secara

    lughawi. selain itu, keunikan kitab ini juga nampak dari cara pemaknaan yang

    menampakkan ciri khas pesantren, seperti utawi, iku, kelawan, ing dalem, dan

    sebagainya. Tafsir ini memang menggunakan bahasa Jawa ngoko karena dengan

    carangoko, pembicara dan audiennya menghilangkan jarak sosial dalam

    berkomunikasi. Keduanya berdiri satu level, sehingga tidak perlu mengusung

    sekian basa-basi seperti ketika menggunakan kromo madyo atau kromo inggil.17

    14

    Fajrian Yazdajird Iwanebel, “Corak Mistik dalam Penafsiran KH. Musthafa Bisri”,

    Jurnal Risail, 1. No.1. (2014) ,28. 15

    Bay Aji Yusuf,”Konsep Ruang Dan Waktu Dalam Primbon Serta Aplikasinya Pada

    Masyarakat Jawa” Skripsi (Fakultas Ushuluddin Dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah, Jakarta, 2016), 8 16

    Aksara pegon adalah tulisan berbahasa Jawa dengan menngunakan huruf Arab, dan

    makna gundhul adalah makna kata yang dituliskan miring di bawah ayat dengan menggunakan

    huruf Arab berbahasa Jawa 17

    Saifulloh Ma‟sum, Karisma Ulama Kehidupan Ringkas 26 Tokoh NU, (Bandung:

    Mizan, 1998),328.

  • 5

    Selanjutnya contoh tafsir Al- Ibriz dari ayat dan membicarakan tentang

    kisah tercantum pada Surat Al Qamar: 3718

    “Dan Sesungguhnya mereka telah membujuknya agar menyerahkan tamnuya

    kepada mereka, lalu Kami butakan mata mereka, Maka rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku.”(QS. Al Qamar:37)

    KH. Bisyri Mustofa ketika menafsirkan ayat ini, beliau menggunakan kata

    Qishah dalam tafsirannya, untuk melengkapi dalam penafsiran beliau dan

    menunjukkan pada ayat ini terkandung kisah. Beliau menjelaskan ketika Nabi

    Luth kedatangan tamu yaitu malaikat yang meyerupai seorang pemuda, yang

    tampan-tampan rupanya, kaum Nabi Luth sangat bergembira dan bersuka ria dan

    merekapun cepat-cepat bergegas menuju kekediamannya Nabi Luth, kemudian

    mereka meminta terhadap Nabi Luth untuk berbuat cemar yaitu bisa disebut homo

    terhadap tamu tersebut. kaum Nabi Luth yang sejak dulu melakukan perbuatan

    keji (homo) suka sesama jenis, mendengar permintaan itu Nabi Luth malu dan

    sampai menangis seraya berkata “sesungguhnya didalam rumahku ini terdapat

    anak perempuanku, kalau kalian mau nikahi mereka, dan jagan ganggu tamu-

    tamuku ini”. Tapi kaum Nabi Luth membantah dan menolak perkataan Nabi Luth

    itu, kemudian mata mereka dihapus oleh malaikat jibril dan menjadikannya buta,

    bola mata mereka menjadi putih, seperti permukaan piring. Sungguh kamu

    melampiaskan syahwatmu kepada sesama laki-laki bukan perempuan.

    Dari sedikit pemaparan diatas maka peneliti ingin melihat bagaimana

    KH.Bisyri Musthofa dalam menafsirkan salah satu kisah Nabi Yusuf, yaitu

    tentang takwil mimpi Nabi Yusuf dengan nuansa tafsir Jawa yakni Al Ibriz Li

    Ma‟rifati Tafsir Al-Qur‟an Al Aziz yang sangat dipengaruhi oleh budaya Jawa.

    Apakah perbedaannya dengan tafsir-tafsir yang lain lalu pandangan beliau

    18

    Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsiran Al-Qur‟an, Al-Qur‟an Dan Terjemah,

    (Jakarta: Departemen Agama RI), 1971.

  • 6

    mengenai keteladanan yang dapat diambil dari kisah tersebut. Maka dari itu

    penulis mengangkat judul

    A. Permasalahan

    Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat disimpulkan rumusan

    masalah sebagai berikut:

    1. Apa pengertian takwil dan mimpi. Dan pandangan Islam tentang takwil

    mimpi ?

    2. Bagaimana KH. Bisyri Musthofa menafsirkan takwil mimpi Nabi Yusuf di

    dalam tafsir Al-Ibriz Li Ma‟rifati Tafsir Al-Qur‟an Al Aziz ?

    3. Apa Hikmah dari kisah takwil mimpi Nabi Yusuf didalam surah Yusuf ?

    B. Batasan Masalah

    Batasan masalah adalah memberikan batasan-batasan secara tegas terhadap

    permasalah penelitian sehingga hanya fokus pada suatu masalah, juga untuk

    menghindari pembahasan yang terlalu luas serta untuk menghindari

    kesimpangsiuran dalam penelitian ini.

    Maka penulis membahas pada penelitian ini, yang hanya berbicara tentang

    Takwil Mimpi Nabi Yusuf di dalam surah Yusuf saja, yakni dari ayat 33 sampai

    ayat 42 dan keteladanan yang dapat kita ambil dari kisah tersebut.

    C. Tujuan dan Kegunaan Penelitin

    1. Dengan berdasarkan rumusan masalah diatas maka penelitian ini memiliki

    tujuan sebagaiberikut:

    2. Mengetahui pengertian takwil dan mimpi, dan pandangan Islam tentang

    takwil mimpi

    3. Untuk mengetahui bagaimana penafsiran KH. Bisyri Musthofa terhadap

    takwil mimpi Nabi Yusuf.

    4. Hikmah dari takwil mimpi Nabi Yusuf

  • 7

    D. Tinjauan Pustaka

    Setelah melakukan penelusuran dan beberapa informasi, penulis

    menemukan beberapa tulisan berupa buku dan skripsi yang menceritakan secara

    umum tentang kisah-kisah Nabi, hal ini sekiranya patut untuk menjadi rujukan.

    Buku yang berjudul “Seri Tafsir anak muda Surah Yusuf” karangan

    Mohsen Qarati diterbitkan oleh Al Huda. Buku ini berisi tentang tafsiran surah

    yusuf dan pelajaran yang dapat diambil lalu ajakan untuk generasi muda yang

    akan menjadi tulang punggung masyarakat muslim masa mendatang yang merasa

    terabaikan, buku ynag memperhatikan generasi muda, dengan gaya bahasa yang

    formal mendalam dan rigit.19

    Skripsi karangan Ahmad Habibi Fakultas Dakwah dan Komunikasi

    Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul skripsi

    “Dimensi Sabar dalam Kisah Nabi Yusuf dan Implementasinya pada keterampilan

    Konsling” tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai-nilai sabar

    yang terkandung dalam kisah Nabi yusuf pada surah yusuf ayat 4-101 dan

    bagaimana implementasi nilai sabar dalam kisah Nabi yusuf pada keteranpilan

    seorang konselor.20

    Chatirul Faizah dari jurusan Tafsir Hadits, fakultas Ushuluddin Universitas

    Islam Wali Songo dengan judul skripsi “ Ajaran Moral dari Kisah Nabi Yusuf

    Analisis Semiotika Roland Barthes” tujuan dari penelitian ini menggunakan suatu

    metode semiotika yang berfungsi untuk mengungkap dan mereproduksi

    kemungkinan makna-makna dan mencari tingkatan makna yang ada, sesuai

    dengan makna semiotika komunikasi, sehingga menghasilkan maknamitis atau

    makna konotif yang juga dikandungnya

    Sarah Rizki Fajri dari jurusan pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah

    dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah dengan judul skripsi

    “Nilai-Nilai Pendidikan Pada Kisah Nabi Yusuf” tujuan penelitian ini mengambil

    19

    Mohsen Qaraati, Seri Tafsir Anak Muda,(Jakarta: Al Huda, 2005), 5. 20

    Ahmad Habibi,” Dimensi Sabar dalam Kisah Nabi Yusuf dan Implementasinya pada

    keterampilan Konsling ” Skripsi (Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri

    Sunan Kalijaga, 2016),7.

  • 8

    nilai-nilai yang terkandung dari kisah Nabi yusuf dan untuk menambah wawasan

    pengetahuan tentang nilai akhlak sebagai calon guru yaitu mahasiswa jurusan

    pendidikan agama Islam.

    Dadang Darmawan dari Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati

    Bandung artikel yang berjudul “Analisis Kisah Nabi Yusuf Dalam Al-Qur‟an

    Dengan Pendekatan Hermeneutika” Tujuan dari penelitian ini Artikel ini berusaha

    untukmenganalisa kisah Yusuf dalam Al-Qur‟an dengan pendekatan

    hermeneutik.Artikel ini menunjukkan bahwa dalamkisah Yusuf, rangkaian

    peristiwa yang dialaminya saling berkaitan antara satu dengan yang lain, ada suka

    dan duka.Kita dapat berkaca pada kisah Yusuf, boleh jadi kelelahan, kepedihan

    dan kemalangan yang mungkin kita alami saatini ada kebaikan yang belum kita

    lihat, ada rencana Allah yang masih menjadi rahasia.21

    M. Yusuf assagaf dari Jurusan Ilmu Hadis, Fakultas Ushuluddin, Filsafat

    dan Poliitik UIN Aauddin Makassar dengan judul skripsi “Mimpi dalam

    Perspektif Hadits Nabi Muhammad SAW kajian Tahlili terhadap Hadits 3 Macam

    Mimpi”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami hakikat mimpi,

    mengetahui kualitas hadis 3 macam mimpi dan memahami makna

    yangterkandungan pada hadis hadis 3 macam mimpi tersebut.22

    Dari paparan tinjauan pustaka diatas, sejauh penelusuran penulis belum

    menemukan judul yang sama, dan belum ada yang mengkaji tentang takwil mimpi

    dalam kisah Nabi Yusuf yang dilihat dari tafsir berbahasa Jawa, yaitu tafsir Al

    Ibriz karya Bisyri Musthofa, penulis akan meneliti pada surah Yusuf ayat 33-42,

    apakah terdapat budaya Jawa di dalamnya seperti kepercayaan masyarakat Jawa

    tentang primbon mimpi. Dari sedikit penjelasan yang penulis paparkan, maka

    penulis akan meneliti tentang TAKWIL MIMPI KISAH NABI YUSUF DALAM

    TAFSIR AL IBRIZ KARYA BISYRI MUSTHOFA (ANALISIS PADA SURAH

    YUSUF AYAT 33-42).

    21

    Dadang Darmawan “Analisis Kisah Nabi Yusuf Dalam Al-Qur‟an Dengan Pendekatan

    Hermeneutika” Artikel (Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung), 7. 22

    M. Yusuf assagaf “Mimpi dalam Perspektif Hadits Nabi Muhammad SAW kajian

    Tahlili terhadap Hadits 3 Macam Mimpi” Skripsi (Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Poliitik UIN

    Aauddin Makassar 2017),8.

  • 9

    E. Metode Penelitian

    1. PendekatanPenelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research).Yaitu

    suatu penelitian yang data-datanya diambil dari tulisan-tulisan berupa buku,

    majalah-majalah ilmiah, jurnal, Koran dan berbagai sumber pustaka lainnya yang

    berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti.23

    Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif

    analisis, yaitu bentuk penelitian yang meliputi proses pengumpulan data dan

    penyusunan data, kemudian data-data yang terkumpulkan tersebut dianalisis

    sehingga diperoleh pengertian data yang jelas dan akurat.

    2. Sumber dan Jenis Data

    Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan, maka sumber data yang

    penulis gunakan merupakan tulisan-tulisan berupa buku, majalah-majalah ilmiah,

    jurnal, ataupun artikel.

    Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yakni jenis data

    primer dan sekunder. Jenis data primer merupakan data pokok yang memiliki

    keterkaitan secara langsung dengan penelitian yang penulis teliti. Adapun data

    primer yang penulis gunakan yaitu, Al-Qur‟an dan Tafsir Al Ibriz Li Ma‟rifati

    Tafsir Al-Qur‟an Al Aziz.

    Sedangkan data sekunder merupakan data pendukung penelitian yang

    mengambil data dari bahan-bahan yang telah di publikasikan dalam bentuk jurnal,

    buku, dan lain-lain yang berhubungan dengan topik pembahasan sebagai

    pelengkap data penelitian tersebut.

    3. Teknik Pengumpulan Data

    Dalam mengumpulkan data yang diperlukan penulis melakukan penelusuran

    kepustakaan dengan mengkaji dan menelaah referensi yang bersumber dari

    tulisan-tulisan yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang penulis teliti.

    Pengumpulan data dilakukan dengan cara menghimpun data pokok

    persoalan yang akan diteliti yang selanjutnya data tersebut diolah dengan analisis,

    23

    Tim Penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah (Jambi: Fak Ushuluddin IAIN STS

    Jambi, 2016), 25.

  • 10

    interpretasi serta koparasi sehingga dapat memberikan pengertian dan kesimpulan

    sebagai jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang yang menjadi objek

    penelitian (analisis).

    4. Metode Analisis data

    Data yang diperoleh dalam penelitian ini, dianalisis melalui beberapa

    teknik, tetapi penulis lebih fokus pada metode Tahlili. Metode tahlili adalah

    metode tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat Al Qur‟an dari

    seluruh aspeknya, merunutkan ayat sesuai mushaf, menerangkan hubungan

    munasabah ayat baik antara satu ayat dengan ayat yang lain maupun satu surah

    dengan surah lain, menjelaskan asbabun nuzul ayat, menganalisis mufradat ayat

    dari sudut pandang bahasa Arab, paparan kandungan ayat secara umum dan

    maksudnya, menjelaskan hukum yang dapat ditarik dari ayat yang dibahas,

    khususnya apabila ayat yang ditafsirkan adalah ayat ahkam, dan menerangkan

    makna ayat dan maksud syara‟ yang terkandung dalam ayat yang bersangkutan.

    Sebagaimana sandaranya, mufasir mengambil manfaat dari ayat-ayat lainnya.

    Hadits Nabi, pendapat para sahabat dan tabi‟in disamping ijtihat mufasir sendiri.24

    G. Sistematika Penulisan Untuk memperoleh arah yang tepat dalam penulisan dan menjawab pertanyaan

    dalam penelitian ini, maka penelitian merujuk pada tekhnik penulisan yang

    disepakati pada Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi.

    Penelitian ini akan dibagi dalam beberapa bab, yaitu:

    Bab I Berisi tentang latar belakang masalah, permasalahan, batasan masalah,

    tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan

    sistematika penulisan.

    Bab II Berisi tentang biografi KH.Bisyri Musthofa, mulai dari latar belakang

    intelektual, karya-karya yang dihasilkanserta berbicara mengenai tafsirnya Al

    Ibris, yang di dalamnya membahas tentang latar belakang penulisan tafsir,

    sistematika penulisan tafsir, dan metode corak penulisan tafsir.

    24

    Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, (Tanggerang: Lentera Hati, 2013), 389-390.

  • 11

    Bab III membahas tentang kisah yang ada pada surah Yusuf dan takwil mimpi

    Nabi Yusuf, kemudian padangan Islam tentang takwil mimpi

    Bab IV membahas tentang penafsiran KH.Bisyri Musthofa terhadap ayat-ayat

    yang berkaitan tentang takwil mimpi Nabi Yusuf dan hikmah yang terkandung

    dari kisah tersebut.

    Bab V merupakan bab penutup, dalam bab ini penulis akan menyimpulkan hal-hal

    yang penting dari serangkaian penelitian yang telah penulis lakukan.

  • 12

    BAB II

    BIOGRAFI BISYRI MUSTHOFA DAN TAFSIR AL IBRIZ LI

    MA’RIFATI TAFSIR AL-QUR’AN AL AZIZ

    A. Biografi KH. Bisyri Musthofa

    1. Riwayat Hidup

    KH. Bisyri Musthofa dilahirkan di desa Pesawahan, Rembang, Jawa

    Tengah, pada tahun 1915. Dengan nama asli Mashadi, nama Bisyri ia pilih sendiri

    setelah kembali menunaikan ibadah haji di kota suci Mekah. Ia adalah putra

    pertama dari empat bersaudara, yaitu Mashadi, Salamah, Misbah, dan Ma‟sum

    dari pasangan H. Zaenal Musthofa dengan isteri yang bernama Hj. Khatijah.

    Tidak diketahui jelas silsilah kedua orangtua KH. Bisyri Musthofa ini, kecuali

    dari catatannya yang menyatakan bahwa kedua orangtuanya tersebut sama-sama

    cucu dari Mbah Syuro, seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai tokoh

    kharismatik di Kecamatan Sarang. Namun, sayang sekali, mengenai Mbah Syuro

    ini pun tidak ada informasi yang pasti dari mana asal usulnya. KH. Bisri Musthofa

    lahir dalam lingkungan pesantren, karena memang ayahnya seorang kyai. Ketika

    memasuki proses dewasa, Bisyri Mustofa belajar menekuni ilmu-ilmu Agama di

    pesantren Kasingan Rembang yang diasuh oleh Kyai Cholil. Selain di Kasingan

    Remabang ia juga pasanan (pengajian pada bulan puasa) dipesantern Tebu Ireng

    Jombang yang diasuh oleh Kyai H. Hasyim Asy‟ari. 25

    Ayah dari KH. Bisyri Musthofa yaitu H. Zainal Mustofa adalah anak dari

    Padjojo atau H. Yahya.Sebelum naik haji H. Zainal Mustofa bernama Djaja

    Ratiban, yang kemudian terkenal dengan sebutan Djojo Mustopo. Dari keluarga

    Ibu (Chodijah) Mashadi masih mempunyai darah Makasar, karena Chodijah

    merupakan anak dari pasangan Aminah dan E. Zajjadi. E. Zajjadi adalah kelahiran

    Makasar dari Ayah bernama E. Sjamsuddin dan Ibu Datuk Djijah.

    25

    A.Aziz Masyhuri, 99 Kyai Pondok Pesantren Nusantara (Yogyakarta: PT. Kutub,

    2006), 196.

    12

  • 13

    Di usianya yang kedua puluh, Bisyri dinikahkan Kiai Cholil dengan

    seorang gadis berusia 10 tahun bernama Ma‟rufah, yang tidak lain adalah putrinya

    sendiri, yang di karuniakan 8 orang anak yaitu;

    a) Cholil (lahir pada tanggal 12 Agustus 1942)

    b) Mustofa (lahir pada tanggal 10 Agustus 1943)

    c) Adib (lahir pada tanggal 30 Maret 1950)

    d) Faridah (lahir pada tanggal 17 Juni 1952)

    e) Najihah (lahir pada tanggal 24 Maret 1955)

    f) Labib (lahir pada tahun 1956)

    g) Nihayah (lahir pada tahun 1958),

    h) Atikah (lahir pada tanggal 24 Januari 1964).26

    KH. Bisyri berangkat lagi ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji

    bersama-sama dengan beberapa anggota keluarga dari Rembang. Namun, seusai

    ibadah haji, KH. Bsyri Musthofa tidak pulang ke tanah air, melainkan memilih

    bermukim di Mekah dengan tujuan menuntut ilmu di sana. Pada tahun 1936,

    kepada Kyai Bakir, Syaikh Umar, Khamdan Al-Magrib, Syaikh Malik, Syayyid

    Amir, Syaikh Hasan Masysyath, dan Kyai Abdul Muhaimin. 27

    KH. Bisyri Musthofa selain sebagai ulama‟ pengasuh pondok pesantren

    Roudhotut Tholibin, beliau juga terkenal sebagai penceramah yang handal, politisi

    yang disegani, serta penulis yang hebat. Selain menulis dan menerjemahkan buku-

    buku keagamaan diantaranya Tafsir dan Ilmu Tafsir, Hadits, Fiqih, akhlak,

    Tasawuf, dan Ilmu Bahasa seperti Nahwu, Shorof, Balaghah,, ia juga menulis dan

    mengubah syair-syair Islam, novel. Karya syairnya yang paling terkenal adalah

    Tombo ati dan Ngudi Susilo, serta Mitra sejati. M. Romli HS mencatat bahwa

    karya KH. Bisyri Musthofa banyak ditulis dalam bahasa aksara Jawa Pegon, dan

    disertai juga bahasa Arab Melayu dan Indonesia.

    26

    Achmad Zainal Huda, Mutiara Pesantren Perjalanan Khidmah KH Bisri Mustofa

    (Yogyakarta: PT. LkiS Pelangi Aksara, 2005), 9-10. 27

    Munawir Aziz, “Produksi Wacana Syiar Islam dalam Kitab Pegon Kiai Saleh Darat

    (Semarang dan Kiai Bisri Musthofa Rembang”, Jurnal Afkaruna, 9, No.2,2013) 199.

  • 14

    2. Riwayat Pendidikan

    Sejak umur tujuh tahun, beliau belajar di sekolah Ongko Loro di

    Rembang.Di sekolah ini, beliau hanya bertahan satu tahun, karena ketika hampir

    naik kelas dua beliau diajak orang tuanya untuk menunaikan ibadah haji ke tanah

    suci.Rupanya, ditempat inilah Allah memberikan cobaannya, dalam perjalanan

    pulang di pelabuhan Jedah, ayahnya yang tercinta wafat setealah sebelumnya

    menderita sakit di sepanjang pelaksanaan haji . Sepulang dari Makkah, KH. Bisyri

    Musthofa sekolah di Hollan Indische School (HIS) di Rembang. Tak lama

    kemudian, ia dipaksa keluar oleh Kiai Cholil dengan alasan sekolah tersebut milik

    Belanda. Akhirnya, Ia kembali ke sekolah OngkoLoro yang dulu Ia belajar di

    Ongko Loro hingga mendapatkan sertifikat dengan masa pendidikan empat tahun.

    Pada usia 10 tahun KH. Bisyri Musthofa melanjtukan pendidikannya ke pesantren

    Kajen, Rembang tepatnya pada tahun 1925.

    Selanjutnya pada 1930, belajar di Pesantren Kasingan pimpinan Kiai

    Cholil. Pondok Kasingan yang diasuh oleh Kyai Cholil ketika itu terkenal dengan

    pelajaran kitab Alfiyahnya, dan berbagai macam kita-kitab yang lain seperti

    Fathul Mu‟in, Fathul Wahhab, Iqna, Jam‟u Al- Jawa¯mil, Uqud Al-juma¯n.

    Setahun setelah dinikahkan oleh Kiai Cholil dengan putrinya yang bernama

    Marfu‟ah. Menjelang pernikahan KH. Bisyri Musthofa pada Bulan Sya‟ban saat

    itu beliau diperintahkan untuk oleh Kiyai Cholil untuk turut mengaji Kitab Shahih

    Bukhari dan Shahih Muslim kepada Hadratu Syekh KH. Hasyim Asy‟ari di

    Tebuireng di Jombang. Namun ketika itu kitab yang dibaca adalah soheh muslim

    dan tajrit Al-Bukhori, dan kyai Hasyim Asari jatuh sakit pada 10 ramadan,

    pengajian akhirnya dilanjutkan oleh Kyai H Ilyas dan Kyai H Baidhawi. Pada

    tahun 1936 Bisri pergi ke mekkah untuk melakukan ibadah haji sekaligus

    memperdalam ilmu. Bersama dua orang temannya, Suyuti Khalil dan Zuhdi dari

    Tuban, di Mekkah Bisri berguru kepada Kyai H Bakhir, Syaikh Umar Chamdan

    Al-Maghribi, Syaikh Maliki, Sayyid Amin, Syaikh Hassan masysyat, Sayyid

    Alwi, dan Kyai H Abdul Muhaimin. 28

    28

    Munawir Aziz. “Produksi Wacana Syiar Islam dalam Kitab Pegon Kiai Saleh Darat

    Semarang dan Kiai Bisyri Musthofa Rembang”, Jurnal Afkaruna, 9, No. 2 ( 2013), 20.

  • 15

    KH. Bisyri Musthofa berangkat lagi ke Mekah untuk menunaikan ibadah

    haji bersama-sama dengan beberapa anggota keluarga dari Rembang.Namun

    seusai haji, KH. Bisyri Musthofa tidak pulang ke tanah air, melainkan memilih

    bermukim di Mekah dengan tujuan menunutut ilmu di sana. Di Mekah, beliau

    belajar dari satu ke guru lain secara langsung dan privat. Tercatat beliau pernah

    belajar kepada Syeikh Baqil, asal Yogyakarta, Syeikh Umar,Khamdan Al

    Maghriby, Syeikh Ali Malik, Sayid Amid, Syeikh Hasan Massath, Sayid Alwi dan

    KH. Abdullah Muhaimin. Dua tahun lebih KH. Bisyri menuntut ilmu di Mekah.

    KH. Bisyri Musthofa pulang ke Kasingan tepatnya pada tahun 1938 atas

    permintaan mertuanya. Setahun kemudian, mertunya yakni Kiai Cholil meninggal

    dunia.29

    Sejak itulah KH. Bisyri Musthofa menggantikan posisi guru dan

    mertuanya itu sebagai pemimpin pesantren. Disamping kegiatan mengajar di

    Pesantren, beliau juga aktif mengaisi ceramah-ceramah (pengajian) keagamaan.

    Penampilannya diatas mimbar amat mempesona para hadirin yang hadir, sehingga

    beliau sering diundang untuk mengisi ceramah dalam berbagai kesempatan diluar

    daerah Rembang, seperti Kudus, demak, Lasem, Kendal, Pati, Pekalongan, Blora

    dan daerah lain di Jawa Tengah. Banyak kalangan mengatakan bahwa KH. Bisyri

    Mustofa dinilai memepunyai pemikiran yang cerdas dan moderat, dia adalah

    Ulama‟ suni yang memegang gigih memperjuangkan konsep ahli sunnah wal

    jama‟ah Selain sebagai KH. Bisyri Musthofa juga handal dalam hal politik, pada

    pemilu tahun 1977 beliau masuk daftar calon legislative dari PPP dari daerah

    pemilihan Jawa Tengah. Akan tetapi ketika masa kampanye kurang seminggu

    lagi, tepatnya hari rabu tangal 17 februari 1977 (27 Safar 1397 H) menjelang

    magrib beliau dipangil kehadapan Allah SWT untuk selamanya,30di Rumah Sakit

    Umum Dr. Karyadi Semarang karena serangan jantung, tekanan darah tinggi dan

    gangguan pada paru-paru. 31

    29

    Munawir Aziz. “Produksi Wacana Syiar Islam dalam Kitab Pegon Kiai Saleh Darat

    Semarang dan Kiai Bisyri Musthofa Rembang”, Jurnal Afkaruna, 9, No. 2 ( 2013), l21-22. 30

    Maslukhin, “Kosmologi Budaya Jawa Dalam Tafsîr Al-Ibrîz Karya KH.Bisyri

    Musthofa”, Jurnal Keilmuan Tafsir Hadis, 5, No 1, Juni (2015),77. 31

    A.Aziz Masyhuri, 99 Kyai Pondok Pesantren Nusantara (Yogyakarta: PT. Kutub, 2006),

    24.

  • 16

    Seminggu sebelumnya, pada tanggal 2 Pebruari 1977, KH Bisyri Mustofa

    masih menghadiri pengajian di Kragan Rembang. Tiga hari kemudian pada

    tanggal 5 Pebruari 1977, beliau berada di Gedung Olahraga Semarang Jawa

    Tengah untuk berpidato dalam rangka Harlah PPP (Partai Persatuan

    Pembangunan). Sehari kemudian KH. Bisyri Mustofa pergi ke Jakarta mengurus

    keberangkatan putranya yaitu, M. Adib Bisyri ke Arab Saudi yang akan

    melanjutkan studi ke Riyad.32

    Selain itu beliau juga menyelesaikan beberapa urusan dengan Majelis

    Syuro PPP. Sepulangnya dari Jakarta, pada tanggal 10 februari beliau langsung

    pergi ke Purwodadi, Grobogan. Dalam kondisi sakit beliau tetap memaksakan diri

    untuk mengajar di Pesantren. Sehabis mengajar santri-santrinya, yaitu pada

    tanggal 11 februari KH. Bisyri Mustofa pergi ke Jombang untuk suatu urusan

    dengan Rais „Am PBNU KH. M. Bisyri Syamsuri, Tidak ada tanda-tanda bahwa

    KH. Bisyri Mustofa akan wafat. Tapi beberapa orang yang dekat beliau

    mengatakan bahwa dibanyak kesempatan pidato dakwahnya pada hari-hari

    terakhir beliau banyak mengulas soal ukhrowi lebih dari biasanya. Sepulang dari

    Jombang, beliau benar-benar jatuh sakit, seminggu sebelum kampanye pemilu

    1977, pada hari Rabu Pahing tanggal 17 Pebruari 1977 menjelang magrib KH.

    Bisyri Mustofa kembali ke Sang Maha Pencipta. 33

    3. Karya-karya Intelektual

    Jumlah hasil karya-karya KH. Bisyri Mustofa yang ditinggalkan mencapai

    kurang lebih 54 buah judul, meliputi: tafsir, hadis, aqidah, fikih, sejarah Nabi,

    balaghah, nahwu, sharaf, kisah-kisah, syi‟iran, do‟a, tuntunan modin, naskah

    sandiwara, khutbah-khutbah dan lain-lain..34 Karya-karya tersebut dicetak oleh

    beberapa perusahaan percetakan yang biasa mencetak buku-buku pelajaran santri

    atau kitab kuning, diantaranya percetakan Salim Nabhan Surabaya, Progresif

    Surabaya, Toha Putera Semarang, Raja Murah Pekalongan, Al-Ma‟arif Bandung

    32

    A. Aziz Masyhuri, 99 Kyai Pondok Pesantren Nusantarah, 35-36. 33

    A. Aziz Masyhuri, 99 Kyai Pondok Pesantren Nusantarah, 51. 34

    http://pustaka.islamnet.web.id/Bahtsul_Masaail/Aswaja/Tanya%20Jawab%20Bersama%2

    0KH.%20Bisri%20Musthofa/Biografi.htm diakses 21 agustus 2018 13: 45.

    http://pustaka.islamnet.web.id/Bahtsul_Masaail/Aswaja/Tanya%20Jawab%20Bersama%20KH.%20Bisri%20Musthofa/Biografi.htmhttp://pustaka.islamnet.web.id/Bahtsul_Masaail/Aswaja/Tanya%20Jawab%20Bersama%20KH.%20Bisri%20Musthofa/Biografi.htm

  • 17

    dan terbanyak dicetak oleh Percetakan Menara Kudus35. Adapun beberapa karya-

    karya KH. Bisri Mustofa sebagai berikut :

    1) Tafsir Al- Ibriz Li Ma‟rifati Tafsir Al Aziz 30 Juz,

    2) Al-Iktsir Ilmu tafsir,

    3) Terjemahan Kitab Bulugh al-Marâm,

    4) Terjemahan Hadist Arbain al-Nawawi,

    5) Buku Islam dan Shalat,

    6) Buku Islam dan Tauhid,

    7) Akidah Ahlu as-Sunnah wal al Jamaah,

    8) Al- Baiquniyah/Ilmu Hadist,

    9) Terjemahan Syarah Alfiyah Ibnu Malik,

    10) Terjemahan Syarah al-Jurumiyah,

    11) Terjemahan Syarah Imriti,

    12) Terjemahan Sullamu al-Mu‟awanah,

    13) Safinah ash-Shalat,

    14) Terjemahan Kitab Faraidu al-Bahiyah,

    15) Muniyatul az-Zaman,

    16) Atoifu al-Irsyad,

    17) Al- Nabras,

    18) Manasik Haji,

    19) Kasykul,

    20) Ar-Risalat al-Hasanat,

    21) Al-Washaya Lil Ab‟ wal Abna,

    22) Islam dan Keluarga Berencana,

    23) Khotbah Jum‟at

    24) Cara-caranipun Ziyarah lan Sinten Kemawon Walisongo Puniko,

    25) At-Ta‟liqat al-Mufidah li al-Qasidah al-Munfarijah,

    26) Syair-Syair Rajabiyah,

    27) Al- Mujahadah wa ar-Riyadhah,

    35

    http://www.pondokpesantren.net/ponpren/index.187 diakses 14 sep 2018 20:05.

    http://www.pondokpesantren.net/ponpren/index.187

  • 18

    28) Risalat al-Ijtihad wa at-Taqlid,

    29) Al- Khabibah,

    30) Al-Qawa‟idu al-Fiqhiyah, dan Al-Aqidah al-Awam. 36

    Karya-karya KH. Bisyri Mustofa tersebut, pada umumnya ditujukan pada

    dua kelompok sasaran. Pertama, kelompok santri yang sedang belajar di

    Pesantren.Kedua, masyarakat umum di pedesaan yang giat dalam pengajian di

    Surau atau Langgar. Dalam hal ini karya-karya untuk mereka ini lebih banyak

    berupa ilmu-ilmu praktis yang berkaitan dengan soal ibadah.37

    B. Tafsir Al-Ibriz

    1. Latar Belakang Penulisan Tafsir

    Menafsirkan Al-Qur‟an berarti upaya untuk menjelaskan dan

    mengungkapkan maksud dan kandungan Al-Qur‟an. Karena obyek tafsir adalah

    Al-Qur‟an yang merupakan sumber pertama ajaran Islam sekaligus petunjuk bagi

    manusia, maka penafsiran merupakan keharusan. Pada abad ke-20 muncul tiga

    kitab Tafsir yang ditulis oleh dua orang kakak beradik. Ketiga Tafsir itu adalah

    Al-Ibriz li Ma‟rifati Tafsir Al-Qur‟an Al Aziz (Emas Murni untuk memahami

    makna Al-Qur‟an), Tafsir Al-Iklil fi Ma‟ani At-Tanzil (mahkota dalam memahami

    makna-makna Al-Qur‟an) yaitu karya KH. Bisyri Musthofa, lalu kitab yang ketiga

    karya adik KH. Bisyri Musthofa yang bernama Kiyai Misbach Musthofa, yaitu

    kitab Taj Al-Muslimin (mahkota bagi kaum muslim).38

    Tafsir Al-Ibriz karya KH. Bisyri Mustofa merupakan hasil pemahaman

    dan penafsiran atas teks suci al-Qur‟an. Ia merupakan gabungan reaksi

    pembacaan atas teks suci dan realitas lain yang mengitarinya. Seorang penafsir

    mencoba mengekspresikan pengalamannya dalam bentuk kata-kata atau tulisan

    yang memiliki makna objektif yang dapat dimengerti oleh pembacanya. Seorang

    penafsir saat memahami dan menafsirkan sebuah teks suci. Tidak dijelaskan

    secara eksplist mengenai alasan penulisan karya tafsir ini. Pengarang sendiri

    36

    A. Aziz Masyhuri, 99 Kyai Pondok Pesantren Nusantarah,56-58 37

    http://pustaka.islamnet.web.id/Bahtsul_Masaail/Aswaja/Tanya%20Jawab%20Bersama%2

    0KH.%20Bisri%20Musthofa/Biografi.htm diakses 22 feb 10:05. 38

    A. Aziz Masyhuri, 99 Kyai Pondok Pesantren Nusantara,70.

    http://pustaka.islamnet.web.id/Bahtsul_Masaail/Aswaja/Tanya%20Jawab%20Bersama%20KH.%20Bisri%20Musthofa/Biografi.htmhttp://pustaka.islamnet.web.id/Bahtsul_Masaail/Aswaja/Tanya%20Jawab%20Bersama%20KH.%20Bisri%20Musthofa/Biografi.htm

  • 19

    dalam mukadimahnya mengatakan bahwa pada dasarnya penafsiran telah

    dilakukan oleh banyak kalangan muslim, bahkan terjemahan dan tafsir dalam

    bahasa lokal pun juga sudah banyak ditemukan, seperti tafsir bahasa Jawa

    maupun yang lainnya, seperti tafsir bahasa Jawa yang dikarang oleh Kyai Soleh

    Darat yang berjudul Faidur Rahman. Salah satu alasan atau motivasi yang

    dijadikan landasan dalam kepengarangan Tafsir Ibriz adalah upaya khidmah KH.

    Bisyri Musthofa terhadap kitab suci Al-Qur‟an. Oleh sebab itu KH. Bisyri

    mencoba berjuang untuk memahami Al-Qur‟an pada masyarakat.Maka beliau

    menulis tafsir Al-Qur‟an dengan berbahasa Jawa, yang digunakan pun bahasa

    Jawa khas pesantren, yaitu Jawa pegon.39

    Tafsir ini juga bermula ketika KH. Bisyri Musthofa melakukan rutinitas

    pengajian, yakni yang diselenggarakan setiap hari selasa dan jum‟at. Menurut

    putra pertama beliau, Kholil Bisyri mengatakan bahwa kegiatan penulis kitab

    Tafsir Al Ibriz, diawali dengan kegiatan memaknai kitab kuning, yang dipelajari

    di pesantren.Dan dengan adanya kegiatan ini dan dorongan dari teman dan

    kerabat-kerabat beliau, maka beliau menulis Tafsir Al Ibriz. Dan kegiatan

    pengajian ini semakin meningkat dari waktu ke waktu. Apabila setelah beliau

    telah selesai mentafsirkan satu juz Al-Qur‟an, beliau mengajak para santrinya

    untuk berziarah makan Wali Songo. Dan ini mungkin juga salah satu motivasi

    beliau dalam penulisan tafsir ini.40

    Hal di atas menunjukkan kehati-hatian beliau dalam menafsirkan Al-

    Qur‟an, karena menafsirkan tidak hanya sekedar menafsirkan dari makna lafad,

    saja tetapi juga harus memahami maksud dari makna tersebut. KH. Bisyri

    menyelesaikan menulis kitab tafsir Al-Ibriz, saat menjelang subuh pada hari kamis

    tanggal 23 Rajab ( 28 Januari 1960). Beliau berkata bahwa tafsir ini segaja ditulis

    dengan sederhana dan ringan, agar mudah dipahami oleh masyarakat secara luas,

    khususnya para santri yang ingin mulai belajar kitab tafsir. Bahkan dengan rendah

    hati beliau mengatakan bahwa apa yang dilakukannya dalam menulis tafsir ini

    39

    Fajrian Yazdajird Iwanebel,“Corak Mistik dalam Penafsiran KH. Musthafa Bisrii”, Jurnal

    Risail, 1. No.1. (2014), 28 40

    Fajrian Yazdajird Iwanebel,“Corak Mistik dalam Penafsiran KH. Musthafa Bisrii”, Jurnal

    Risail, 1. No.1, 30

  • 20

    hanya membahasa Jawakan dan merujuk dari kitab-kitab terdahulu seperti kitab

    Tafsir Baidhawi, kitab Tafsir Khazin, kitab Tafsir Jalalain, dan kitab kitab tafsir

    lainnya yang tidak secara jelas disebutkan beliau.

    2. Sistematika Tafsir al-Ibriz

    a. Aksara Pegon Dan Sistem Makna Gandhul

    Tafsir Al Ibriz ditulis dengan bahasa Jawa berhuruf Arab atau disebut

    Aksara pegon. Tafsir Al Ibris juga menggunakan system makna gandhul atau

    dalam Istilah pesantren sering disebut makna utawi. Penggunaan aksara pegon dan

    makna gandhul merupakan suatu yang lazim di kalangan pesantren, bahkan

    menjadi ciri tersendiri. Namun penelitian tentang aksara pegon dan makna

    gandhul sangat terbatas. Aksara pegon adalah tulisan Jawa menggunakan huruf

    Arab.41

    Sedangkan sistem makna gandhul yang dimaksud disini adalah

    penerjemahan teks berbahasa arab kata perkata dengan cara menuliskan

    terjemahannya tepat di bawah kata yang bersangkutan menggunakan huruf Arab.

    Sistem Makna gandhul di lingkungan pesantren biasanya menggunakan kode-

    kode tertentu hang merupakan bagian dari analisis bahasa Arab. Misalnya kata

    utawi yang biasa disingkat dengan huruf mim yang diletakkan di bagian atas kata

    Arab yang diterjemahkan, berarti menandakan bahwa posisi kata tersebut sebagai

    mubtada‟(subjek kalimat). Demikian pula kata iku (khabar), sopo (fa‟il atau

    Predikat) dengan menggunakan kode fa‟, dan sebagainya. Menurut sumber lisan

    di kalangan pesantren, makna gandhul pertama kali dikenalkan oleh Kyai Kholil

    Bangkalan (W. 1923). Ada juga yang menyebutkan munculnya makna ghandul

    pertama kali diperkenalkan oleh Muhammad Shalih bin Umar As Samarani atau

    yang dikenal sebagai Kyai Sholeh Darat (1820-1903). Sepertiya pendapat ini

    cukup masuk akal, mengingat hampir semua karya Kyai Sholeh Darat ditulis

    dengan sistem makna gundhul.42

    Sedangkan aksara pegon sejauh ini belum diketahui kapan pertama kali

    munculnya dan siapa yang memperkenalkannya. Ahli sejarah Indonesia A.H.

    41

    Lajnah Pentahsin Mushaf Al-Qur‟an “suhuf” 9, No 2, 2016, 240. 42

    Lajnah Pentahsin Mushaf Al-Qur‟an “suhuf” 9, No 2, 2016, 259.

  • 21

    Johns, menyebutkan bahwa pembahasalokalan pada keilmuan Islam telah terjadi

    sejak abad ke-16 termasuk di dalamnya aksara Jawi (Arab Melayu). Seperti yang

    terlihat yaitu karya-karya Hamzah Fansuri, Nuruddin Ar Raniri, dan Abdurra‟uf

    Singkil di tulis dengan Aksara tersebut. Sangat mungkin pembahasalokalan ke

    dalam bahasa Jawa juga tidak jauh dari masa itu.

    Dalam tafsir Al Ibriz ayat-ayat Al- Qur‟an diterjemahkan atau diartikan

    kata per kata disertai kedudukan gramatika Bahasa Arab. Makna perkata itu

    ditulis miring kebawah persis di bawah redaksi ayat. Adapun uraian dari ayat

    ditafsirkan ditulis dengan aksara pegon di tepi halaman. Contohnya pada surah Al

    Fatihah, teks ayat ditulis horizontal, sedangkan tulisan miring disela-sela ayat

    adalah terjemahan kata perkata (makna gandhul). Kata pertama pada surah Al

    Fatihah adalah Bismillah di maknai dengan kelawan (dengan menyebut nama

    Allah). Sedangkan Arrahman dimaknai dengan kang Maha Welas (yang Maha

    Pengasih). Kata kang di sini penyebutkan kedudukan na‟at atau sifat yang biasa

    disingkat dengan Huruf Shod kecil yang diletakkan di sebelah kanan atas kata

    yang bersangkutan. Kemudian kata Arrahiim dimaknai dengan tur kang Maha

    Welas Asih (yang Maha Penyayang). Adanya kata tur kang di sini masih

    menunjukkan bahwa posisi Arrahiim masih sama sebagai na‟at sama seperti

    Arrahman.43

    Sedangkan kata Alhamdh dimaknai dengan utawi sekabehane puji (segala

    puji) , setiap kata utawi menunjukan bahwa kata tersebut sebagai mubtada‟(subjek

    kalimat) yang biasanya ditulis dengan menggunakan kode mim kecil yang ditulis

    di pojok kanan atas kata yang bersangkutan. Kemudian kata Allah dimaknai iku

    kangungane Allah ( itu kepunyaan Allah), kata iku menunjukkan bahwa posisi

    kata itu berkedududkan sebagai khabar (predikat). Jika diucapkan, kata iku

    biasanya disebut lebih dahulu, sebelum teks Arabnya, untuk menunjukkan bahwa

    setiap ada mubtada‟ pasti ada khabar. Adapun kata Rabbil „alamiin dimaknai

    dengan kang mengerani wong ndalem kabeh (yang menjadi Tuhan seluru Alam).

    43

    Ridhoul Wahidin,Hierarki Bahasa Dalam Tafsir Al Ibriz LI Tafsir Al Qur‟an Al Aziz

    Karya Bisri Musthofa, Suhuf, Vol 8, no 1, 2015, 200

  • 22

    Kata kang disini seperti telah dijelaskan diatas bahwa kata kang menunjukkan

    na‟at atau sifat.44

    b. Bahasa yang berhierarki

    Dalam Kamus Beras Bahasa Indonesia kata hierarki memiliki beberapa

    arti, diantaranya: (1) urutan tingkatan atau jenjang, jabatan, (2) organisasi dengan

    tingkat otoritas dari yang paling bawah sampai yang paling atas, (3) skala urutan

    sistem pengelompokan dari yang paling umum sampai yang paling khusus.45

    Terkait hierarki dalam bahasa Jawa, diketahui memiliki tingkatan, dimana

    tingkatan kehalusan dan kekasaran diksinya tergantung pada pihak-pihak yang

    berdialog. Ada empat tingkatan dalam bahasa Jawa yang digunakan dalam Tafsir

    Al Ibriz, yaitu: ngoko (kasar), madya (biasa), karma (halus), krama Inggil (sangat

    halus).46 Menggunakan bahasa hierarki atau Speech level bahasa Jawa yang

    digunakan dalam Tafsir Al Ibriz, orang Jawa dalam melakukan interelasi dan

    berkomunikasi, terikat oleh nilai-nilai budaya Jawa yang disebut tata unggah-

    ungguh yang disesuikan dengan kedudukan atau derajatnya. Dalam komunikasi,

    itu terdapat tiga pihak yang dilibatkan, yaitu penutur, lawan turur dan objek

    tuturan. Dalam konsep unggah-ungguh bahasa, pihak-pihak tersebut dapat

    mempengaruhi munculnya perbedaan bentuk tutur dalam berbahasa yang

    disebabkan oleh status masing-masing dalam berhubungan komunikasih.

    Hal ini juga berlaku di lingkungan pesantren tradisional, meskipun ada

    sedikit perbedaan. Di lingkungan pesantren tradisional, perbedaan bentuk tuturan

    bahasa dilihat dari faktor Agama, yaitu unggah-ungguh basa dibedakan

    berdasarkan soleh atau tidaknya lawan bicara atau pihak yang dibicarakan, dan

    tidak didasarkan pada kebangsawanan atau kedudukan seseorang. Lazimnya,

    dipesantren tradisional di Jawa ketika membaca kitab kuning para kiyai

    menggunakan bahasa yang berbeda untuk menyebut orang yang berbeda.ketika

    mereka menerangkan tentang nabi, para sahabat, orang-orang-orang saleh, atau

    44

    Lajnah Pentahsin Mushaf Al-Qur‟an “suhuf” vol 9, no 2, 2016, 267 45

    Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Pusat Bahasa, 2008), 543. 46

    Ridhoul Wahidin, Hierarki Bahasa Dalam Tafsir Al Ibriz LI Tafsir Al Qur‟an Al Aziz

    Karya Bisyri Musthofa, Suhuf, Vol 8, no 1, 2015,147.

  • 23

    orang yang dianggap mulia dalam agama, mereka menggunakan bahasa halus,

    sebaliknya jika mereka berbicara mengenai orang durjana, setan, iblis, serta

    musuh nabi dan orang Islam, mereka menggunakan bahasa kasar. Kata

    qala(berkata) jika berkata Nabi, diterjemahkan dengan ngendiko (berkata dalam

    bahasa Jawa) sementara jika yang berkata Abu Jahl diterjemahkan ngucap (bahasa

    jawa kasar). 47

    Seperti contoh: QS. Al-Baqarah 6-7 ini menggambarkan tingkat

    penggunaan bahasa yang berlawanan.

    Kanjeng Nabi yen ngersakaken hale wong-wong kafir iku prihatin, nganti ngrentes banget. Nuli katurunan ayat kangsarasane: wong kang wus katitik kafir

    iku dikapakkapakke podo wae dinasihati lanora dinasihati podo wae. Mesti ora bakal gelem iman jalaran atine uwis sasat dipatri kupinge sasat dibuntoni, lan

    amtane ditutupi. Wong kang koyo mengkono iku bakal nampa sangkang kedhe. Contoh di atas menggambarkan adanya dua arah bahasa yang saling

    berlawanan, ketika KH. Bisyri Mustafa menyebutkan Nabi Muhammad beliau

    mengguankan kata kanjeng, ngrasakaken, ngrentes, itu menunjukkan bahasa halus

    sementara yang berkaitan dengan orang kafir beliau mengguankan kata kacetak,

    dikapakkapakke, podo bae, sasat, kupinge, matane, kata-kata tersebut tergolong

    kata-kata kasar. Dengan kata lain penggunaan kata-kata halus dimaksudkan untuk

    menghormati, sementara penggunaan kata-kata kasar dimaksudkan untuk

    kebalikannya tampaknya bahasa di sini digunakan untuk tujuan sebagai identitas

    sosial.

    Dan didalam kitab tafsir ini terdapat kata-kata pelengkap dalam penafsiran

    dengan keterangan-keterangan tertentu yang berkaitan dari ayat. Kata tersebut ada

    yang disebutnya dengan Tanbih, Muhimmah, Qishah, dan Mujarab. Penjelasan

    tersebut dapat dibedakan dengan isi dari penjelasan ayat yang berkaitan.

    1) Jika ayat tersebut bersifat peringatan, maka beliau menyebutnya dengan

    Tanbih. Misalnya dalam surah Al Kahfi: 23-24

    Tanbih mulo wahyu ngati pedot limolas dino iku perlune kanggo

    mulang marang kanjeng Nabi, supoyo sak ba‟dane iku, ora kesupen

    moco Insyaallah.Semono ugo kito kabeh iki yen kondo-kondo iyo ojo

    47

    A. Aziz Masyhuri, 99 Kyai Pondok Pesantren Nusantarah, 45

  • 24

    lali muni Insyaallah.Nanging ojo salah paham, Insyaalh iku dadi

    Istisna‟, dadi mustasna‟ minhu ne kudu ditutur.Umpomo ono seng

    ngulemi marang sampeyan “mengkene mas.benjing injeng sampeyan

    kulo aturi rawung eng ngriyo kulo. Yen pancen sampean sanggup,

    wangsul nggeh”. “inggih Insyaallah, ojo nganti naming sampean

    wangsul. Insyaallah tok, luwih-luwih umpomo sampean sakbenera ora

    sanggup, dadak muni Insyaallah, kui ra keno.48

    2) Dan jika ayat tersebut bersifat pendidikan, baik berbentuk amaliyah,

    Nasihat, ataupun perumpamaan. Beliau akan menyebut dengan Faidah.

    Faidah ini biasanya diambil dari Hadits-hadits atau pendapat para

    ulama‟. Contohnya akhir surah Al Baqarah.

    Faidah, ono hadits kang nerangake sunoso mengkene seng sopo wong

    moco telung ayat sangking pungkasane surah Al Baqarah iki iyo iku

    wiwit Lillahi mafi as samawati, tumeko Fansurna ala al qaumil al

    kafirin, setan ora wani merek-merek omahe wong kang moco mau, sak

    ejrone telong wengi. Wallahu a‟lam.49

    3) Lalu jika ayat yang berkaitan tetang sosial keilmuan dan Asbabun An

    Nuzul, beliau menggunakan kata Muhimmah. Seperti dalam

    mererangkan surah Al Kahfi: 28 dan Ar ra‟du: 12

    Muhimmah, siji dino kanjeng Nabi ketamuan Uyainah Ibnu Hisnin sak

    kancane golongan wong-womg sugih. Naliko iku kanjeng Nabi nuju di

    rubung sahabat Salman sak kancane golongan wong-wong kang faqir

    kang jalaran faqire, wes mesti bahe sandangane iyo arang salin,

    gandane kecut kummel, nalika semono Uyainah matur marang kanjeng

    Nabi “menopo panjenengan mboten munek-munek mambet gandanipun

    tiyang-tiyang meniko, kulo meniko sejatanipun kepingin anderek

    panjenengan, nangingkaweratan, inggih jalaran kempal kaliyan tiyang-

    tiyang ngaten meniko, monopo mboten prayogi tiyang-tiyang

    panjenengan damelaken majlis piyambak, kawulo sedoyo panjenengan

    damelaken majlis piyambak?” jalarane anane peristiwa iki ayat nomer

    27 iki temurun. Wallahu a‟lam.50

    4) Dan ketika ayat tersebut bercerita tentang kisah atau hikayat Beliau

    menggunakan kata Qishah. Contoh didalam surah Al Lahab

    “Al Qissah bojone Abu Lahab yaitu Ummi Jamil iki bencine marang

    kanjeng Nabi, nemen banget.Sangking nemene, nganti direwangi golek

    carang-carang utowo kayu-kayu kang ono erine digendong dewe, siji

    48

    Bisyri Mustofa, Al Ibriz, 891. 49

    Bisyri Mustofa, Al Ibriz, 121. 50

    Bisyri Mustofa, Al Ibriz, 894.

  • 25

    dino, nuju dewek golek kayu, jalaran sayah leren ngasu. Tali saking

    lulup kang biasane kanggo nggendong kayi dikalungake gulune, dilalah

    ambuh kepriye, weruh-weruh Ummi Jamil wis mati ketekek. Mestine

    kang nekek iyo malaikat, sopo meneh”.51

    5) Dan adapun sebagian dari ayat yang menjelaskan amaliyah yang

    berkaitan dengan pengobatan. Beliau menggunakan kata Mujarab,

    seperti dalam suraj An Nahl: 69.

    Mujarab madu yen dicampur karo peresan jahe keno kanggo tombo

    loro weteng, madu amin lan endok pitik, taker podo di adeng kaya

    srikaya, biso nambah tenogo muda, lan liyane maneh.52

    KH. Bisyri Musthofa menjelaskan pada ayat ini, ketika madu yang

    dicampur dengan perasan jahe, dapat mengobati sakit perut, dan apabila madu

    samin dan telur ayam disedu dengan daun srikaya bisa untuk suplemen tubuh.

    Dari penjelasan beliau diatas, terlihat keunikan dari tafsir ini, ternyata didalam

    tafsirnya juga terdapat resep obat tradisional dengan bahan-bahan alami, seperti

    tercantum diatas. Dan ini nampak sekali kekentalan budaya Jawa pada saat itu.

    Tafsir Al-Ibriz dicetak tiga jilid, sama dengan jumlah juz dalam Al-

    Qur‟an. Ayat Al-Qur‟an yang diberi makna gandul ditulis di dalam kotak segi

    empat, bagian pinggirnya (biasanya disebut hamish) dipakai untuk menulis tafsir

    bahasa Jawa, yang ditulis dengan huruf Arab pegon. Walaupun kitab ini dibuat

    dalam tiga puluh jilid, tapi penomeran halamannya menyambung terus pada setiap

    jilidnya. Halaman pertama jilid ketiga dimulai dengan nomor 100 (karena jilid

    kedua selesai dengan 99 halaman), sedang jilid keempat dimulai dengan nomor

    145 (karena jilid ketiga cuma sampai halaman 144) begitu pula seterusnya sampai

    jilid ke tiga yang diakhiri dengan nomer 2347. 53

    Sistematika penulisan tafsir ini bisa dikatakan sedikit berbeda dari tafsir-

    tafsir sebelumnya. Diantaranya yaitu, pada awal setiap surah diberi penjelasan

    nama surah dan jumlah ayat, tafsir ditulis berurutan sesuai urutan surah dalam

    mushaf, ayat ditafsirkan dengan mengutip pendapat ulama‟, mencantumkan kisah

    pada akhir tafsiran beberapa ayat yang mengandung tentang kisah.

    51

    Bisyri Mustofa, Al Ibriz, 2266. 52

    Bisyri Mustofa, Al Ibriz, 805. 53

    Muhammad al-Hudarî, Hâshîyah ala SharhIbn Aqîl ala Alfîyat al-Imâm Ibn Mâlik ,

    (Beirut: Dâr al-Fikr, t.th.), 162.

  • 26

    3. Metode dan Sumber Penafsiran

    a. Metode Tafsir

    Al-Qur‟an laksana samudra yang keajaiban dan keunikannya tidak akan

    pernah sirnah ditelan masa, sehingga lahirlah macam-macam tafsir dengan metode

    yang aneka ragam pula. Kitab-kitab tafsir yang memenuhi perpustakaan

    merupakan bukti nyata yang menunjukkan betapa tingginya semangat dan

    besarnya perhatian para ulama untuk menggali dan memahami makna-makna

    kandungan ayat Al-Qur‟an. Para ulama mempersembahkan karya-karya mereka di

    bidang tafsir ini, dan menjelaskan metode-metode yang digunakan oleh masing-

    masing tokoh penafsir. Metode-metode tafsir yang dimaksud adalah metode

    tahlili, ijmali, moqaran dan maudhui.54

    1) Metode Tahlili

    Metode Tahlili adalah suatu metode tafsir yang bermaksud menjelaskan

    kandungan ayat-ayat Al-Qur‟an dari seluruh aspek. Di dalam tafsirnya, penafsiran

    mengikuti runtutan ayat sebagaimana yang telah tersusun di dalam mushaf.

    Mufasir memulai urutannya dengan kosa kata diikuti dengan penjelasan mengenai

    arti global ayat. Ia mengemukakan munasabah ayat-ayat serta menjelaskan

    hubungan maksud ayat-ayat tersebut satu sama lain. Begitu pula, mufasir juga

    menjelaskan asbabun nuzul dan dalil-dalil yang bersumber dari Rasul, sahabat,

    atau para tabi‟in. lalu akan ditambahkan pendapat para mufasir sendiri.55

    2) Metode Ijmali

    Tafsir ijmali adalah suatu metode tafsir yang menafsirkan ayat-ayat Al-

    Qur‟an dengan cara mengemukakan mkana global. Di dalam sistematika

    urutannya, mufasir akan membahas ayat-demi ayat sesuai denga susunan yang ada

    dalam mushaf. Kemudian mengamukakan makna global yang dimaksud oleh ayat

    tersebut. Makna yang diungkapkan biasanya diletakkan di dalam rangkaian ayat-

    ayat. Dengan demikian, mufasir mengikuti cara dan susunan Al-Qur‟an yang

    membuat masing-masing makna saling berkaitan dengan lainnya. Di dalam

    tafsirnya, mufasir menggunakan lafad bahasa yang mirip bahkan sama dengan

    54

    Al Farmawi,Metode Tafsir Mawdhu‟iy, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,1996, hal 11 55

    Al Farmawi,Metode Tafsir Mawdhu‟iyhal 12-14

  • 27

    lafad Al-Qur‟an, sehingga pembaca akan merasa bahwa uraiannya tersebut tidak

    jauh dari gaya bahasa Al-Qur‟an itu sendiri. Sehingga di satu sisi, karya ini

    dinilai betul-betul mempuyai hubungan erat dengan susunan bahasa Al-Qur‟an

    .cara penafsirannya dengan gaya bahasa yang demikian jelas bagi pendengar dan

    mudah dipahami.56

    3) Metode Muqaran

    Yang dimaksud dengan metode ini adalah mengemukakan penafsiran ayat-

    ayat Al-Qur‟an yang ditulis oleh sejumlah para mufasir. Di sini mufasir

    menghimpun beberapa ayat Al-Qur‟an, kemudian ia mengkaji dan meneliti

    penafsiran sejumlah mufasir mengenai ayat tersebut melalui kitab tafsir mereka.

    Dalam hal ini, seorang peneliti juga berusaha memperbandingkan arah dan

    kecenderungan masing-masing mufasir, dan menganalisis tentang apa yang

    melatar belakangi seorang mufaisr menuju arah dan memilih kecenderungan

    tertentu, sehinnga peneliti dapat melihat dengan jelas perbedaan diantara mufasir,

    metode ini memiliki ruang lingkup yang luas, dan metode ini dapat juga dilakukan

    dengan cara memperbandingkan sejumlah ayat Al-Qur‟an yang berbicara satu

    topik masalah, atau memperbandingkan ayat-ayat Al-Qur‟an dan hadits Nabi yang

    secara lahiriyah tampak berbeda.57

    4) Metode maudhu‟i

    Metode ini menghimpun ayat-ayat Al-Qur‟an yang mempunyai maksud

    yang sama dalam dari sama-sama membicarakan satu topik masalah dan

    menyusunnya berdasarkan kronologi serta sebab turunya ayat tersebut. Kemudian

    mufasir mulai membedakan keterangan dan penjelasan serta mengambil

    kesimpulan secara khusus, mufasir melakukan metode ini meneliti ayat-ayat

    tersebut dari seluruh seginya, dan melakukan analisis berdasarkan ilmu yang

    benar, yang digunakan oleh pembahasan untuk menjelaskan pokok permasalahan,

    sehingga ia memahami permasalahan tersebut dengan mudah dan betul-betul

    56

    Al Farmawi,Metode Tafsir Mawdhu‟iyhal29 57

    Al Farmawi,Metode Tafsir Mawdhu‟iyhal30-31

  • 28

    menguasai, sehingga memungkinkan baginya untuk memahami maksud yang

    terdalam.58

    Dari berbagai macam metode-metode yang telah dipaparkan diatas, bahwa

    didalam tafsir Al-Ibriz juga terdapat salah satu metode-metode diatas. Jika melihat

    klasifikasi metode penafsiran oleh al-Farmawi, Al-Ibriz dapat digolongkan pada

    jenis yang pertama, yaitu tahlili Melihat Al-Ibriz ditulis untuk menjelaskan

    makna-makna Al-Qur‟an dengan uraian bahasa yang mudah sehingga dapat

    dipahami oleh semua orang, baik yang berpengetahuan luas sampai yang

    berpengetahuan sekedarnya. Beliau didalam penafsiranya mengurutkan ayat

    sesuai dengan mushaf, dan mencantumkan asbabun nuzul, memberikan hadits

    dalam penafsirannya, dan memasukkan juga para ulama‟. Dengan ini tepat bila

    tafsir Al Ibriz menggunakan metode tahlili, memberikan keluasan pengetahuan

    bagi yang mempelajari tafsir ini, khususnya para santri.

    2. Corak Penafsiran

    Corak penafsiran menjadi unik dan penting dalam penafsiran. Apalagi jika

    seorang mufasir berada dalam kutub tertentu, semisal tradisional atau modern.

    Seperti KH. Bisyri Musthofa yang terlibat baik secara cultural, sosial maupun

    politik dengan organisasi terbesar di Inonesia yaitu Nahdhatul Ulama‟. Jelas latar

    belakang ini sedikit banyaknya berpengaruh terhadap penafsirannya. Keberadaan

    beliau sebagai seorang pengasuh dan pemimpin dalam sebuah lembaga pondok

    pesantren, dan ini menjadi dinamika tersendiri dalam hubungan dalam penafsiran.

    Disisi lain, beliau juga berhubungan secara erat dengan konteks Nasional yang

    multicultural dan modernitas. Aspek-aspek inilah yang perlu, menjadi tolak ukur

    dalam pengaruh corak penafsiran beliau. Dalam klasifikasinya terdapat beberapa

    corak dalam penafsirannya yaitu:

    a. Corak Ilmi

    Corak Ilmi adalah menafsirkan ayat-ayat Al-Qur‟an berdasarkan

    pendekatan Ilmiyah atau menggali kandungan Al-Qur‟an berdasarkan teori-teori

    ilmu pengetahuan. Alasan yang melahirkan penafsiran ilmiah adalah karena

    58

    Al Farmawi,Metode Tafsir Mawdhu‟iyhal 36-44

  • 29

    seruan Al-Quran pada dasarnya adalah sebuah seruan ilmiah. Didalam tafsir ibriz,

    terdapat corak tersebut dapat kita temukan pada surah Ar Ra‟du ayat 13, ini

    tentang penjelasan beliau tentang teori turunnya hujan, menyebutkan minurut

    keterangan-keterangan lan ahli Ilmu ono eng wektu ketigo jarak antarane

    srengenge lan bumi iku luweh perek ketimbang ana eng waktu rending. Srengenge

    kang saben dino tansa nyorot marang bumi daratan lan lautan biso nimbulake

    hawa panas kang kekandung ono eng bumi lan biso ngunggahake uap, kang nuli

    dadi mendung,59 dalam paparan diatas aspek Ilmiah tersebut nampak dari

    penjelasan beliau. Dalam teori tersebut dijelaskan bahwa, pada saat jara antara

    bumi dan matahari semakin dekat, sehingga menimbulkan hawa panas terhadap

    bumi, dan pada saat itu pula hawa panas bumi menguap dan lama-lama menjadi

    mendung. Dari penjelasan dapat kita ketahui bahwa dalam tafsir ini terdapat corak

    ilmi.60

    b. Corak adabi al-ijtimai

    Para mufassir mencoba mempelajari ayat-ayat Al-Qur‟an lalu

    menafsirkannya sesuai disiplin ilmu yang ditekuni. Sementara itu, sebagian

    mufasir ada yang mengkaitkan ayat-ayat Al-Qur‟an dengan permasalahan sosial.

    Apabila ditemukan korelasi antar ayat Al-Qur‟an dan masalah sosial.61tafsir Ibriz

    terdapat corak-corak yang telah di jelaskan diatas yaitu adabi wa al ijtima‟I

    karena dapat diketahui bahwa tafsir Ibriz menggunakan bahasa Jawa, memakai

    huruf Jawa pegon dan sistem makna ghandul.62Mengaitkan dalam dimensi sosial

    kemasyarakatan kepada penafsiranya, membuat keunikan tersendiri pada Tafsir Al

    Ibriz. Dan didalam tafsirnya pun terdapat bahasa yang berhierarki, yang mana

    didalam bahasa Jawa terdapat tingkatan bahasa, yang sudah dijelaskan pada

    pembahasan sebelumnya, pada sistematika penulisan Tafsir Al Ibriz. Dalam

    dicontohkan dalam tafsir beliau.

    59

    Bisyri Mustofa, Al Ibriz, 723. 60

    Fajrian Yazdajird Iwanebel ,“Corak Mistik dalam Penafsiran KH. Musthafa Bisrii”,

    Jurnal Risail, 28. 61

    http://makalahqwahyu.blogspot.com/2016/07/makalah-ulumul-tafsir-corak-tafsir.html

    diakses 28 feb 2019 10:36 62

    Samsurohman, Pengantar Ilmu Tafsir (Amzah: Jakarta, 2014), 190.

    http://makalahqwahyu.blogspot.com/2016/07/makalah-ulumul-tafsir-corak-tafsir.html

  • 30

    Tanbih mulo wahyu ngati pedot limolas dino iku perlune kanggo mulang marang

    kanjeng Nabi, supoyo sak ba‟dane iku, ora kesupen moco Insyaallah.Semono ugo kito

    kabeh iki yen kondo-kondo iyo ojo lali muni Insyaallah .63

    Dapat kita lihat dari penafsiran diatas, mengunakan bahasa Jawa dan

    menggunakan tingkat bahasa Jawa. Yang mana ketika beliau menyebutkan Nabi

    Muhammad, akan disertai dengan kata kanjeng, kata ini dalam tingkatan bahasa

    Jawa adalah tinggat yang paling tinggi disebut kromo inggil.

    c. Corak Sufi

    Penafsiran yang dilakukan oleh para sufi pada umumnya diungkapkan

    dengan bahasa misktik. Ungkapan-ungkapan tersebut tidak dapat dipahami

    kecuali orang-orang sufi dan yang melatih diri untuk menghayati ajaran taṣawuf.

    Didalam tafsir beliau terdapat penjelasan yang mengandung mistik tersebut.64Hal

    ini kemungkinan terlihat dari aspek lokal kecenderungan beliau dalam penafsiran

    ini, dicontohkan pada surah Al Kahfi ayat 22. Beliau menjelaskan bahwa tujuh

    nama Ashabul Kahfi dan nama anjing peliharaan Ashabul Kahfi, apabila ditulis

    dan ditempelkan pada pintu rumah, maka dengan seizin Allah tidak akan terbakar,

    dan apabila ditempelkan juga pada kapal ataupun perahu, maka perahunya tidak

    akan tenggelam. Beliau berkata sakweneh ulama‟ kunu ono eng ngendiko, beliau

    berkata bahwa penjelasan ini beliau dapat dari ulama‟ terdahulu yang

    menyebutkan hal itu.Dan penjelasan itu menyuguhkan bahwa pada masa itu

    betapa kental dengan budaya mistik, seperti hizib, jimat, ataupun puasa dan

    disertai dengan ziarah makan para wali. Hal ini merupakan bentuk dakwah Islam

    yang dikemas dalam bentuk budayah Jawa.65

    63

    Bisyri Mustofa, Al Ibriz, 5. 64

    Fajrian Yazdajird Iwanebel, “Corak Mistik dalam Penafsiran KH. Musthafa Bisrii”,

    Jurnal Risail, 1. No.1 (2014), 37. 65

    Bisyri Mustofa, Al Ibriz, 890.

  • 31

    BAB III

    KISAH-KISAH DALAM SURAH YUSUF DAN TAKWIL MIMPI

    A. Kisah-kisah dalam Surah Yusuf

    1. Bermimpi melihat sebelas Bulan, Bintang, dan Matahari

    Pada awal surah Yusuf, bercerita tentang Nabi Yusuf yang bermimpi

    melihat sebelas bintang, bulan dan matahari bersujud kepadanya. Ketika itu Nabi

    Yusuf menceritakan mimpi yang dialami kepada ayahnya, yaitu Nabi Ya‟kub.

    “Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas buah bintang, bulan,

    dan matahari, aku melihat semuanya bersujud kepadaku ayah”. Nabi Ya‟kub

    berkata: “wahai anakku jangan kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-

    saudaramu, sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata”. Dan demikian

    Allah telah memilih Nabi Yusuf menjadi seorang Nabi, walaupun usianya masih

    terbilang muda, tapi tanda-tanda kenabian telah Allah SWT tunjukkan kepada

    Nabi Yusuf melalui mimpi.66

    Kemudian beliau ceritakan kepada ayahnya tentang mimpi yang dialami,

    dan ayahnya telah menduga bahwa apa yang dialami anaknya suatu tanda

    kenabian, dan berpesan kepada anaknya untuk tidak menceritakan perihal mimpi

    tersebut kepada para saudaranya, karena mereka dikhawatirkan akan terjadi iri

    hati, dengki, kepada Nabi Yusuf.67

    2. Nabi Yusuf disingkirkan oleh para saudaranya

    Para saudara Nabi Yusuf mengetahui apa yang telah dialami oleh Nabi

    Yusuf, dan juga pesan-pesan ayahnya. Dan akhirnya mereka timbul rasa iri dan

    dengki terhadap Nabi Yusuf, Karen ayahnya Nabi Ya‟kub selalu menaruh

    perhatian dan kasih sayang yang sangat besar kepada Nabi Yusuf.

    Kemudian mereka mempunyai rencana untuk membunuh Nabi Yusuf, tapi

    sebagian mereka ada yang tidak setuju tentang rencana itu, adan akhirnya mereka

    membuat keputusan untuk membuang Nabi Yusuf kedalam sumur saja.Keesokkan

    66

    Fatchur Rochman, Kisah-Kisah Nyata dalam Al-Qur‟an (Surabaya: Apollo Lestari,

    1995), 112. 67

    Fatchur Rochman, Kisah-Kisah Nyata dalam Al-Qur‟a (Surabaya: Apollo Lestari,

    1995), 117.

    31

  • 32

    harinya mereka mengajak Nabi Yusuf pergi bersama-sama ke suatu tempat yang

    sangat jauh. Tapi sebelumnya mereka meminta izin kepada ayahnyauntuk

    membawa Nabi Yusuf pergi bersama, dengan rasa sedih ayahnya mengizinkan

    mereka pergi bersama. Namun ayahnya masih khawatir akan terjadi hal yang

    buruk pada Nabi Yusuf. Karena mengingat Nabi Yusf masih kecil.Tetapi mereka

    meyakinkan ayahnya untuk menjaga Nabi Yusuf.68

    Sesampainya mereka di tempat yang dituju, mereka mulai melaksanakan

    rencana yang telah mereka susun. Nabi Yusuf dimasukkan kedalam sumur yang

    sangat dalam. Setelah mereka melaksanakan rencana tersebut, mereka membuat

    kebohongan untuk menipu ayahnya, dengan merobek pakaian Nabi Yusuf dan di

    lumuri darah, agar ayah mereka percaya bahwa Nabi Yusuf telah dimakan oleh

    srigala, sore harinya mereka pulang dan menghadap ayahnya sambil menangis

    sedih seolah-olah mereka kasihan kepada Nabi Yusuf yang mati dimakan srigala.

    Kemudian mereka menceritakan kebohongan mereka kepada atahnya sambil

    menunjukkan bukti pakaian Nabi Yusuf yang berlumuran darah. Mendengar

    kejadian ini ayah Nabi Yusuf sedih, dan sepanjang hari yang dilakukan Nabi

    Ya‟kub hanya menangisi Nabi Yusuf.

    Setelah beberapa hari, lewatlah rombongan musafir yang melakukan

    perjalanan untuk berdagang, mereka singgih di sumur hendak mengambil air

    untuk minum ontanya. Ketika akan menganbil air, dilihatnya di dasar sumur, ada

    seorang pemuda, alangkah terkejutnya mereka, dan tak lama mereka

    menyelamatkan Nabi Yusuf.69

    3. Kisah Nabi Yusuf dengan Zulaikha

    Setelah menyelamatkan Nabi Yusuf dari sumur, rombongan mufasir

    tersebut menjual Nabi Yusuf. Setelah Nabi Yusuf dibeli oleh Raja Mesir (Qithfir)

    dan istrinya Zulaikha, maka beliau tinggal bersama-sama. Dan Zulaikha dengan

    tekun dan sabar merawat Nabi Yusuf seolah-olah anak kandungnya sendiri. Akan

    tetapi setelah Nabi Yusuf menginjak dewasa, Zulaikha mulai melihat ketampanan

    wajah Nabi Yusuf. Sehingga membuat Zulaikha menaruh hati pada Nabi Yusuf.

    68

    AL-Khalidy Shalah, Kisah-Kisah Al-Qur‟an Pelajaran dari Orang Dahulu, 344. 69

    Fatchur Rochman,Kisah-Kisah Nyata Dalam Al-Qur‟an,124

  • 33

    Dan suatu ketika Zulaikha menggoda Nabi Yusuf. Berkata Nabi Yusuf “Aku

    berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik,

    sesungguhnya orang-orang yang zalim tidak akan beruntung. Dengan kejadian ini

    dihadirkanlah saksi dari keluarga wanita itu untuk memberikan kesaksiannya, “

    Wahai Raja Qithfir jika baju yang di pakai Nabi Yusuf koyak dari depan, maka

    Zulaikha lah yang benar, Namun bila pakaian tersebut koyak dari belakang, maka

    Zulaikha termasuk orang yang berdusta”. Dan ternyata baju yang dikenalakan

    Nabi Yusuf robek dibagian belakangnya.Setelah terlihat bukti mana yang salah

    dan mana yang benar. Raja Qithfir mengetahui bahwa yang bersalah adalah

    istrinya, maka Raja Qithfir memerintahkan kepada Nabi Yusuf untuk

    merahasiakan peristiwa ini karena raja Qithfir merasa malu akan peristiwa ini.70

    4. Nabi Yusuf menafsirkan mimpi Raja Qithfir

    Pada suatu hari Raja Qithfir dalam tidurnya melihat tujuh ekor sapi betina

    yang gemuk-gemuk, dan tujuh ekor sapi betina kurus-kurus, dan melihat pula tuju

    butir gandum yang subur-subur dan tujuh butir lainnya yang kering. Kemudian

    keesokkan harinya Raja Qithfir mengumpulkan para penakwil mimpi di

    kediamannya. Setelah itu Raja Qithfir menceritakan tentang mimpi yang ia alami

    tadi malam, namun tak seorang pun diantara mereka yang mamapu menakwilkan

    mimpi raja. Dan berkata salah seorang pelayannya yang pernah selamat dari

    penjara, ia bercerita tentang seseorang yang pandai dalam hal menakwil mimpi.

    Mendengar cerita tersebut lalu raja memerintahkan kepada pelanyan tersebut

    untuk memangil orang yang pandai dalam menakwil mimpi tersebut.71

    Dan bergegaslah pelanyan tersebut menuju penjara dan menemui Nabi

    Yusuf dan berkata pelayan tersebut “wahai Nabi Yusuf takwilkanlah mimpi raja,

    karena semua para penakwil mimpi tidak sanggup menakwilkan mimpi itu”.

    Setelah berkata seperti itu pelayan tersebut membawa Nabi Yusuf kehadapan raja,

    dan Nabi Yusuf menjelaskan takwil mimpi dari pada raja, mimpi tersebut

    memiliki arti, bahwa harus bercocok tanam tujuh tahun lamanya, dan hasil cocok

    tanam tujuh tahun itu disarankan untuk menyimpannya, karena akan datang tujuh

    70

    Fatchur Rochman,Kisah-Kisah Nyata dalam Al-Qur‟an, 126. 71

    Katsir Ibnu, Kisah Para Nabi, 234.

  • 34

    tahun lamanya musim yang sulit untuk bercocok tanam, maka dengan itu hasil

    cocok tanam dari tujuh tahun sebelumnya akan menjadi penunjang selama masa

    paceklik tersebut. Ketika mimpi Raja Qithfir dapat ditakwilkan oleh Nabi Yusuf,

    maka Raja membebaskan semua tuduhan Nabi Yusuf, dan dikeluarkan dari

    penjara. Setelah itu Nabi Yusuf diangkat menjadi penjabat tinggi di Mesir.72

    5. Nabi Yusuf bertemu dengan saudara dan orang tuanya

    Ketika datang musim paceklik selama tujuh tahun lebih, maka banyak

    terjadi kelaparan dimana-mana, bahkan sampai pada wilayah Nabi Ya‟kub dan

    saudaranya.Untunglah peperintahan Mesir waktu itu memiliki persediaan makan

    yang banyak, karena nasehat dari Nabi Yusuf yang mengetahui perihal mimpi

    yang dialami Raja Qithfir. Semua orang dari semua penjuru Negeri berbondong-

    bondong datang kemesir untuk membeli makanan, termasuk juga saudara-saudara

    Nabi Yusuf, namun saat itu bunyamin tidak ikut serta, mengetahui banwa

    saudaranya juga datang kemesir untuk membeli makanan, Nabi Yusuf menemui

    para saudaranya itu, namun dari saudara-saudaranya tidak ada yang mengenali

    Nabi Yusuf. 73

    Dengan keadaan yang seperti itu, Nabi Yusuf mengajukan persyaratan

    bahwa mereka boleh membeli makanan ke Mesir apabila membawa satu

    saudaranya yang bernama Bunyamin. Setelah menerima persyaratan itu, mereka

    segera pulang dan menceritakan semua kejadian itu dan tentang persyaratan yang

    diajukkan untuk membawa Bunyamin ke Mesir, mendengar hal itu Nabi Ya‟kub

    sedih, beliau takut Bunyamin akan bernasib sama dengan Nabi Yusuf, Namun

    semua anak-anaknya menyakinkan Nabi Ya‟kub untuk menjaga Bunyamin

    dengan sungguh-sungguh. Dengan berat hati Nabi Ya‟kub mengijinkan Bunyamin

    untuk dibawa ke Mesir, sesampai disana, Nabi Yusuf menemui Bunyamin secara

    diam-diam agar tidak diketahui oleh semua saudaranya.

    Menyadari bahwa yang ditemui Bunyamin adalah Nabi Yusuf, dan melihat

    Nabi Yusuf baik-baik saja, gembiralah Bunyamin akan hal itu, dan meminta

    Bunyamin untuk tinggal di Mesir. Agar Bunyamin dapat tinggal di Mesir maka

    72

    AL-Khalidy Shalah, Kisah-Kisah Al-Qur‟an Pelajaran dari Orang Dahulu, 205. 73

    Katsir Ibnu, Kisah Para Nabi, 543.

  • 35

    Nabi Yusuf bersiasat, dengan pura-pura menuduh Bunyamin telah mencuri

    takaran emas milik kerajaan mesir, maka pulanglah saudara-saudaranya tanpa

    membawa bunyamin. Dan menceritakan kejadian itu kepada Nabi Ya‟kub.

    Bertambah sedih Nabi Ya‟kub mendengar berita yang menimpa Bunyamin

    anaknya.

    Dan Nabi Ya‟kub memerintahkan anak-anaknya untuk datang kembali

    agar membebaskan Bunyamin, sesampai disana mereka memohon kepada Nabi

    Yusuf untuk membebaskan bunyamin, Lalu Nabi Yusuf mengingatkan kepada

    saudaranya tentangnya dulu, dan tersadarlah mereka bahwa yang dihadapan

    mereka ini adalah Nabi Yusuf, kemudian Nabi Yusuf memberi pakaiannya untuk

    diberikan kepada ayahnya, mereka lalu pulang dan menceritkan semua kejadian

    itu. Mendengar bahwa Nabi Yusuf masih hidup, Nabi Ya‟kub ingin segera pergi

    ke Mesir untuk menemui Nabi Yusuf, sesampai disana gembira Nabi Ya‟kub bisa

    bertemu dengan anakanya. Dengan rasa hormat Nabi Yusuf mendudukkan kedua

    orang tuanya kesinggahsananya.74

    B. Takwil Mimpi Nabi Yusuf Terhadap Dua Orang Pemuda di dalam

    Penjaran

    Kisah Nabi Yusuf menggambarkan kisah yang paling sempurna dalam Al-

    Qur‟an. Kisah ini menampilkan kepribadian Nabi Yusuf sebagai pemeran utama

    dalam kisah ini. Kisah ini juga memaparkan berbagai macam cobaan.Yang

    dihadapi oleh pelaku utama. Disamping menampilkan pelaku utama, kisah ini

    menampilkan pula pribadi-pribadi lain yang mendapatkan peranan ynag berbeda.

    Seperi Al Aziz raja di Mesir pada saat itu, Zulaikha, saudara Nabi Yusuf, Nabi

    Ya‟kub dan dua orang pemuda di dalam penjara.75

    Diterangkanlah kisah Nabi Yusuf Terhadap dua orang pemuda yang

    sama-sama di masukkan kedalam penjara. Menurut riwayat, kedua orang pemuda

    itu adalah bekas seorang pembantu tukang siram kebun raja dan seorang lagi

    bekas bendahara raja. Pada suatu ketika, Nabi Yusuf melihat kedua orang pemuda

    74

    AL-Khalidy Shalah, Kisah-Kisah Al-Qur‟an Pelajaran dari Orang Dahulu, 345. 75

    Sayid Qutub, Fi Zhilalil Qur‟an (Jakarta: Darusy Syuruq Bairut, , 2003), 304-307.

  • 36

    tersebut duduk bersama dan dalam keadaan bersedih hati seperti orang melamun.

    Maka Nabi Yusuf menyapa kedua pemuda itu, “mengapa kalian dalam keadaan

    begini?” jawab mereka, “kami tadi malam bermimpi yang aneh dan ajaib,

    sehingga kami gelisah dan sedih seperti yang engkau lihat ini, kami tidak tahu apa

    takwil mimpi kami ini”. Nabi Yusuf berkata kepada keduanya, “Takwil mimpi

    kamu itu hanya Allahlah yang mengertahuinya, cobalah ceritakan kepadaku apa

    mimpi kalian”. Maka salah seorang dari mereka mulai bercerita tentang mimpi

    yang mereka alami dan berkata, “saya bermimpi bahwa saya berada di dalam

    sebuah kebun anggur yang sangat lebat buahnya dan mennghijau warnanya.

    Seakan-akan ditangan saya menggenggam gelas kepunyaan raja.76

    Maka dengan gelas itulah yang menampung air sesudah saya peras anggur

    itu untuk dijadikan minumnya. Setelah mendengar dari