TBH 10

8
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BANGUNAN HIDROLIKA STUDI KASUS TENTANG BANGUNAN TERJUN DI BENDUNG PADI POMAHAN DAN KOLAM OLAK DI Oleh : KELOMPOK 4 1. Siti Rahmatika F44120011 2. Nauratul Aslah F44120034 3. Alfandias Seysna Putra F44120054 4. Yessie Julinanda F44120063 Dosen Pengajar : Dr. Ir. Prastowo, M.Eng Sutoyo, STP., M.Si. Dr. Rudiyanto Asisten Praktikum: 1. Raudhotul Jannah F44110012 2. Anugrah Susilowati F44110018 3. M. Rizky Ramadhan F44110036 .

description

TBH 10

Transcript of TBH 10

Page 1: TBH 10

LAPORAN PRAKTIKUMTEKNIK BANGUNAN HIDROLIKA

STUDI KASUS TENTANG BANGUNAN TERJUN DI BENDUNG PADI POMAHAN DAN KOLAM OLAK DI

Oleh :

KELOMPOK 4

1. Siti Rahmatika F441200112. Nauratul Aslah F441200343. Alfandias Seysna Putra F441200544. Yessie Julinanda F44120063

Dosen Pengajar :

Dr. Ir. Prastowo, M.Eng Sutoyo, STP., M.Si.

Dr. Rudiyanto

Asisten Praktikum:

1. Raudhotul Jannah F44110012 2. Anugrah Susilowati F44110018 3. M. Rizky Ramadhan F44110036

.

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2015

Page 2: TBH 10

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian di Indonesia yang cukup luas sangat membutuhkan system irigasi yang direncanakan dengan baik. Irigasi adalah penambahan kekurangan kadar air tanah secara buatan dengan cara menyalurkan air yang perlu untuk pertumbuhan tanaman ke tanah yang diolah dan mendistribusikannya secara sistematis. Dalam jaringan irigasi teknis, banyaknya debit air yang mengalir ke dalam saluran harus dapat diukur dengan seksama agar pembagian air dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Untuk itu diperlukan suatu bangunan yang fungsinya untuk mengukur debit air pada saluran irigasi yang disebut banguan ukur debit. Bangunan ukur biasanya difungsikan pula sebagai bangunan pengontrol. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan taraf muka air yang direncanakan dan untuk mengalirkan debit tertentu. Bangunan ukur dan pengontrol debit yang biasa digunakan pada umumnya merupakan suatu pelimpah dengan ambang lebar atau ambang tajam. Pengaliran pada bangunan pengontrol dilakukan dengan cara melalui atas bangunan (melimpah / overflow) atau melalui bawah pintu / celah. Kondisi hidraulik ini dimanfaatkan dalam desain dan perancangan pintu-pintu air, yang semuanya didasarkan pada sifat aliran sempurna. Jika ternyata aliran yang terjadi bukan aliran sempurna, maka dalam aplikasinya pintu-pintu tersebut diberi tabel-tabel koreksinya (Sukamto 1999). Air merupakan salah satu faktor penentu dalam proses produksi pertanian. Oleh karena itu investasi irigasi menjadi sangat penting dan strategis dalam rangka penyediaan air untuk pertanian. Dalam memenuhi kebutuhan air untuk berbagai keperluan usaha tani, maka air (irigasi) harus diberikan dalam jumlah, waktu, dan mutu yang tepat, jika tidak maka tanaman akan terganggu pertumbuhannya yang pada gilirannya akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). Kebutuhan akan air yang sesuai membuat para ahli berfikir untuk membentuk suatu sistem pengairan yang dapat mengatur kebutuhan tanaman terutama untuk areal pertanian yang cukup luas. Kebutuhan air tidak dapat lepas dari kehidupan sehari-hari. Sebagai komponen mutlak penopang kehidupan, maka manusia dengan berbagai macam upaya berusaha untuk memperoleh manfaat yang optimal dari pendayagunaannya serta berupaya mengendalikan untuk mencegah kerusakan dan kerugian yang mungkin ditimbulkan oleh air. Pemanfatan suatu sungai merupakan salah satu usaha untuk mencapai tujuan tersebut, dimana perlu dilakukan usaha-usaha pelestarian, pengendalian dan pengembangan wilayahnya. Sistem irigasi dalam penyalurannya membutuh bangunan hidrolika tambahan yang digunakan untuk menyalurkan pada daerah-daerah yang tidak dapat dilalui oleh saluran. Bangunan tambahan dapat berupa bangunan terjun dan kolam olak. Bangunan terjun adalah bangunan yang dibuat di tempat tertentu memotong saluran, dimana aliran air setelah melewati bangunan tersebut akan merupai terjunan sedangkan kolam olak adalah suatu konstruksi yang berfungsi sebagai peredam energi yang terkandung dalam aliran dengan memanfaatkan loncatan hidraulis dari suatu aliran yang berkecepatan tinggi

Page 3: TBH 10

1.2 Tujuan

Perancangan ini bertujuan untuk melakukan studi kasus menggunakan salah satu bendungan atau waduk di Indonesia untuk mengetahui jenis dari bangunan terjun dan kolam olak tersebut dan analisis bangunan terjun serta kolam olak dikawasan bendungan atau waduk yang dijadikan studi kasus.

II METODOLOGI

(GUE GA BISA NGERJAIN METODE KARENA GUE GATAU LO GIMANA NGOLAH KOLAM OLAKNYA JADI SELESAI LO BAHAS KOLAM OLAK BARU BISA GUE TAU APA AJA

METODENYA)

III HASIL DAN PEMBAHASAN

Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan permukaan tanah lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran yang diizinkan. Bangunan semacam ini mempunyai empat bagian fungsional, masing-masing memiliki sifat-sifat perencanaan yang khas, yaitu bagian hulu pengontrol, bagian dimana air dialirkan ke elevasi yang lebih rendah, bagian dimana energi diredam dan bagian peralihan saluran yang memerlukan lindungan untuk mencegah erosi. Bangunan terjun terdiri dari beberapa jenis yaitu Bangunan Terjun Miring, berupa Permukaan miring, yang menghantar air ke dasar kolam olak, adalah praktek perencanaan yang umum, khususnya jika tinggi energi jatuh melebihi 1,5 m. Pada bangunan terjun, kemiringan permukaan belakang dibuat securam mungkin dan relatif pendek. Jika peralihan ujung runcing dipakai di antara permukaan pengontrol dan permukaan belakang (hilir), disarankan untuk memakai kemiringan yang tidak lebih curam dari 1: 2. Jenis selanjutnya adalah Bangunan Terjun Tegak, Bangunan ini menjadi lebih besar apabila ketinggiannya ditambah. Juga kemampuan hidrolisnya dapat berkurang akibat variasi di tempat jatuhnya pancaran di lantai kolam jika terjadi perubahan debit. Bangunan terjun sebaiknya tidak dipakai apabila perubahan tinggi energi,diatas bangunan melebihi 1,50 m (KP 04). Penelitian kali ini dilakukan studi kasus tentang bangunan terjun di Bendung Padi Pomahan. Bendung Padi Pomahan terletak di Desa Padi, Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto. Bendung Padi Pomahan terletak di aliran sungai Pikatan dan memiliki fungsi utama untuk memenuhi kebutuhan irigasi daerah sekitar sungai. Pada bendung Padi Pomahan terdapat satu intake pengambilan debit sungai untuk mengaliri kebutuhan irigasi pada daerah irigasi (DI) Padi Pomahan. DI Padi Pomahan terdiri dari saluran primer Padi dengan saluran sekunder Gondang dan sekunder Jemanik. Pada saluran sekunder Gondang terdapat 6 bangunan terjun yang terletak berdekatan dengan beda elevasi sekitar 15 meter untuk saluran sepanjang 180 meter. Dengan beda elevasi saluran dan

Page 4: TBH 10

debit saluran primer sebesar itu, maka saluran sekunder Gondang berpotensi untuk digunakan sebagai pambangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH). Selain itu pada saluran primer Padi Pomahan memiliki beberapa bangunan terjun, namun yang dijadikan studi adalah 3 bangunan terjun (BT2-BT4) yang bila dijumlahkan memiliki beda ketinggian ±6,31 meter dan debit yang mengalir terus sepanjang tahun, sehingga menyebabkan kehilangan energi yang cukup besar. Kehilangan energi akibat bangunan terjun yang terdapat pada saluran primer Padi Pomahan dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga mikrohidro, sehingga dapat memberikan nilai tambah pada bangunan terjun tersebut. Pemilihan daerah ini dilatarbelakangi oleh keberadaan bangunan terjun di Desa Padi baik di saluran primernya maupun di saluran sekundernya. Analisis bangunan terjun yang dilakukan hanyalah yang terdapat pada saluran primer saja. Bangunan terjun desa Padi didasarkan pada bangunan terjun miring dengan ketinggian lebih dari 1,5 meter. Hal ini didasarkan pada selisih antara dua bangunan terjun yaitu BT2 dengan BT 4. Sketsa gambarnya dapat dilihat pada lampiran 1 dan lampiran 2. Serta berdasarkan sketsa gambar maka dapat dihitung tinggi jatuh efektifnya. Hal ini dapat dihitung berdasarkan selisih antara nilai elevasi upstream BT2 dengan elevasi upstream BT4 sehingga didapatkan H bruto. Nilai jatuh efektif yang didapat berdasarkan perhitungan yaitu sebesar 5,679 m. Perhitungan untuk mendapatkan tinggi jatuh efektif dapat dilihat pada lampiran 3. Jenis bangunan terjun yang terdapat di Bendung Padi Pomahan terletak di Desa Padi, Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto adalah jenis got miring, hal ini dikarenakan kemiringan lapangan yang panjang dan curam pada daerah tersebut , maka sebaiknya dibuat got miring. Aliran dalam got miring adalah superkritis dan bagian peralihannya harus licin dan berangsur agar tidak terjadi gelombang. Gelombang ini bisa menimbulkan masalah di dalam potongan got miring dan kolam olak karena gelombang sulit diredam (KP 04).

(TAROH PEMBAHASAN KOLAM OLAKNYA YA, KALAU ADA LAMPIRAN IKUTIN PEMBAHASAN GUE UDAH PAKE

LAMPIRAN NO NYA BERAPA AJA, PLUS GAMBAR DIKASI NO LAMPIRANNYA YA NTAR TIKA)

IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan studi kasus Bendung Padi Pomahan, Desa Padi, Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto, maka dapat dismpulkan bahwa jenis bangunan terjun yang digunakan di bendung tersebut adalah jenis got miring. Hal ini dikarenakan kemiringan lapangan yang panjang dan curam pada daerah tersebut, serta Nilai jatuh efektif yang didapat berdasarkan perhitungan yaitu sebesar 5,679 m. ( MASUKIN KESIMPULAN DARI YANG KOLAM OLAK YA TIKA)

4.2 Saran

Dalam perencanaan bangunan terjun dan kolam olak agar memperhatikan beberapa parameter yang sangat penting. Seperti kemiringan lapangan serta debit

Page 5: TBH 10

yang direncanakan pada saat terjadi hujan agar bangunan terjun dan kolam olak tersebut dapat berfungsi sperti yang diharapkan.

(DAPUS LO TAROH AJA SEMBARANGAN DISINI)

V DAFTAR PUSTAKAGunawan dan Rodhilla, Iftia. 2009. Rehabilitasi bendung jejeruk untuk irigasi.

Skripsi. Fakultas Teknik, Universitas DiponegoroMawardi E., dan Moch. Memed,. 2002. Desain Hidraulik Bendung Tetap.

Alfabeta. Bandung.Munson, Bruce R., Donal F, Young, Theodore H,Okiishi. 2005. MekanikaFluida

Jilid. 2 Edisi 4. Jakarta (ID): Erlangga.

E Sukamto. 1999. Bangunan Irigasi dan Drainase. Teknik sipil UGM

Khurmi R. S. 2000. A Textbook of Hydraulics, Fluid Mechanics and Hydraulic Mchine, S. Chand & Company Ltd,. Ramn Nagar, New Delhi.

Nalluri, C. dan Featherstone, R.e. 2001. Civil Engineering Hydraulics. Blackwell Science.

KP 04. Bangunan Pengatur Debit.

Putra G E. 2011. Pemanfaatan kehilangan energi pada bangunan terjun sebagai pembangkit listrik tenaga mikrohidro (studi kasus bangunan terjun (BT2 – BT4) pada saluran primer padi pomaan, D.I padi Pomahan, desa padi, kecamatan gondang, kabupaten mojokerto). [Terhubung berkala] http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-17506-paper.pdf 19 Mei 2015.

Page 6: TBH 10

LAMPIRAN

Lampiran 3. Contoh Perhitungan Debit Saluran Sekunder

H bruto = elevasi upstream BT2 - elevasi upstream BT4

= (+297,52 m) - (+291,21 m)

= 6,31 m

H losses = 10% x H bruto

= 10% x 6,31 m

= 0,631 m

H effective = H bruto – H losses

= 6,31 m – 0,631 m

= 5,679 m