Teknik Pemahaman Individu
-
Upload
cintia-pebri -
Category
Documents
-
view
16 -
download
0
description
Transcript of Teknik Pemahaman Individu
TEKNIK-TEKNIK DASAR PEMAHAMAN INDIVIDU
(Pendalaman dari pengumpulan data: aspek-aspek yang perlu dipahami serta teknik
pemahamannya)
A. MATERI
1. Pengertian Pemahaman Individu
Pemahaman objek yang akan dikerjakan atau digarap dituntut dilakukan hampir pada
semua jenis pekerjaan. Dalam bimbingan dan konseling objek yang “digarapnya” atau
dibantunya adalah klien atau para peserta didik yang merupakan individu. Sebelum
konselor memberikan layanan atau bantuan bimbingan dan konseling terlebih dahulu perlu
melakukan pemahaman individu. Pemahaman tentang potensi, kemampuan, karakteristik,
kebutuhan dan masalah-masalah yang dihadapinya. Jenis layanan dan teknik bimbingan
yang diberikan harus disesuaikan dengan hasil-hasil pemahaman tersebut. (Sukmadinata,
Nana Syaodih. 2007:147-148).
Subjek sasaran bimbingan dan konseling adalah individu sebagai pribadi dengan
karakteristiknya yang unik. Artinya tidak ada dua orang individu yang memiliki
karekteristik yang sama. Atas dasar karakteristik pribadinya, guru pembimbing memberikan
bantuan agar individu dapat berkembang optimal melalui proses pemahaman diri,
penerimaan diri, pengarahan diri dan aktualisasi diri. Untuk itu seyogyanya Guru
Pembimbing memahami pribadi setiap individu yang dibimbing sehingga dapat melakukan
tugasnya membantu siswa ke arah perkembangan yang optimal (Moh Surya.1998: 4.1)
Pemahaman individu oleh Aiken (1997:454) diartikan sebagai “Appraising the
presence or magnitude of one or more personal characteristic. Assessing human behavior
and mental processes includes such procedures as observations, interviews, rating scale,
check list,inventories, projective techniques, and tests”. Pengertian tersebut diartikan bahwa
pemahaman individu adalah suatu cara untuk memahami, menilai atau menaksir
karakteristik, potensi, dan atau masalah-masalah (gangguan yang ada pada diri individu
atau sekelompok individu. Cara yang digunakan meliputi observasi, interview, skala
penilaian, daftar cek, inventori, teknik projektif, dan beberapa jenis tes. Adapun data yang
perlu dihimpun dalam pemahaman individu, menurut Sukmadinata, Nana Syaodih
(2007:223)meliputi aspek-aspek yaitu:
a) Kepribadian: konsep aku dan kesadaran diri, kesehatan mental, watak, temperamen,
kecenderungan intropert-ekstravert, kelainan penyimpangan mental, dll.
b) Kecakapan: kecerdasan (umum dan khusus), bakat skolastik dan vokasional-
profesional, prestasi belajar dalam semua mata pelajaran.
c) Sosial: interaksi sosiao, penyesuaian diri, komunikasi, bahsa, kepemimpinan,
kemandirian, disiplin, tanggung jawab, dll.
d) Afektif; perasaan, emosi, sikap, minat, motivasi
e) Fisik dan kesehatan: kondisi fisik, pancaindra, kesehatan, kebugaran, penyakit
menetap/lama diderita, alergi, cacat fisik, dll.
f) Cita-cita: harapan masa depan, rencana lanjutan studi, pengembangan karir,
pekerjaan.
g) Keunggulan-keunggulan dalam bidang: akademik, keagamaan, olahraga, kesenian,
keterampilan, sosial, dll
h) Pengalaman istimewa dan prestasi yang pernah diraih.
i) Struktur, kondisi dan kehidupan keluarga.
j) Lingkungan, pergaulan sosial, dan kegiatan sebaya.
k) Kebiasaan: hidup, belajar, bekerja, kebiasaan buruk, dll
Dengan demikian, pemahaman individu adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang untuk mengerti dan memahami individu lain. Dalam konteks bimbingan dan
konseling, mengerti dan memahami tersebut dilakukan oleh konselor terhadap konseli, atau
menemukan sumber data yang bisa memberikan keterangan tentang konseling.
2. Langkah Bimbingan dan konseling
Dalam memahami individu perlu adanya langkah-langkah yang dilalui sebelum
konselor melakukan pendekatan yaitu 1) Mengidentifikasi masalah, 2) Diagnosis, 3)
Menetapkan Prognosis, 4) Pemberian bantuan, dan 5) Evaluasi dan tindak lanjut. (Ulum,
Syaiful.2010:4)
Mengidentifikasi masalah adalah langkah yang penting yang tidak boleh di tinggalkan
bagi seorang guru bimbingan dan konseling yang ingin berhasil dalam memberikan bantuan
kepada anak didiknya. Pada langkah ini, yang harus diperhatikan oleh seorang guru atau
konselor adalah mengenal gejala gejala awal dari suatu masalah yang sedang dihadapi oleh
anak didik. Gejala gejala awal ini biasanya dapat diketahui dari tingkah laku yang berbeda
atau menyimpang dari kebiasaan yang sebelumnya dilakukan oleh peserta didik.
Melakukan diagnosis setelah masalah dapat diidentifikasi, pada langkah diagnosis ini
adalah menetapkan masalah tersebut bedasarkan analisis latar belakang yang menjadi
penyebab timbulnya masalah pada anak didik. Hal yang paling penting dari tahapan
diagnosis ini adalah kegiatan pengumpulan data mengenai berbagai hal yang
melatarbelakangi atau menyebabkan gejala yang terjadi. Setelah informasi terkumpul
selanjutnya dilakukan analisis maupun sistesis kemudian dilakukan keterkaitan antara
informasi latar belakang dengan gejala yang nampak atau yang terjadi pada peserta didik.
Menetapkan prognosis dalam tahapan prognosis ini seorang guru bimbingan dari
konseling menetapkan alternatif tindakan bantuan yang akan diberikan kepada anak didik.
Prognosis ini ditetapkan berangkat dari diagnosis atau masalah yang sedang dihadapi oleh
peserta didik. Dari rumusan jenis dan bentuk masalah yang sedang dihadapi peserta didik,
selanjutnya dibuat alternatif tindakan bantuan.
Pemberian bantuan merupakan langkah penting dalam pelayanan bimbingan dan
konseling kepada anak didik setelah menetapkan prognosis adalah merealisasikan langka-
langkah alternatif bentuk bantuan bedasarkan masalah dan latar belakang yang dilakukan
guru bimbingan dan konseling efektik dalam mencapai keberhasilan.
Evaluasi dan Tindak Lanjut Pelayanan bimbingan dan konseling kepada anak didik di
sekolah yang baik harus ada evaluasi. Tanpa adanya evaluasi akan sulit pelayanan
bimbingan dan konseling mencapai keberhasilan. Evaluasi ini dilakukan apabila guru
bimbingan dan konseling dan anak didik melakukan beberapa kali pertemuan. Evaluasi
dapat dilakukan selama proses bimbingan dan konseling berlangsung sampai akhir
pemberian bantuan. Sedangkan, bahan untuk melakukan evaluasi adalah data data primer
yang muncul atau terkumpul selama pertemuan dengan anak didik dan data data sekunder
yang terus dikumpulkan selama proses pemberian bimbingan dan konseling.
3. Prinsip-prinsip dan Pengumpulan Data dalam Pemahaman Individu
Menurut Sukmadinata, Nana Syaodih (2007) dalam program bimbingan dan konseling,
data mempunyai fungsi yang sangat penting, banyak layanan dan bantuan bimbingan dan
konseling yang diberikan harus didasarkan atas data yang tepat. Tim atau seksi bimbingan
dan konseling di sekolah hendaknya memiliki program pengumpulan dan penyimpanan
data yang lengkap, relevan, akurat, efisien, dan efektif.
Kelengkapan data
Data yang lengkap dapat mendukung kelancaran dan keberhasilan pemberian layanan
dan konseling sehingga dapat mendukung semua kebutuhan pemberian layanan
bimbingan dan konseling. Data yang lengkap hendaknya mencakup beberapa hal, yaitu:
a. data potensi dan data kekuatan atau kecakapan-kecakapan yang dimilikinya,
b. aspek intelektual, sosial, emosional, fisik dan motorik,
c. kebutuhan,
d. tantangan ancaman dan masalah yang dihadapi,
e. karakteristik permanen ataupun temporer.
Relevansi data
Data yang dihimpun hendaknya data yang sesuai atau relevan dengan kebutuhan
layanan bimbingan dan konseling.
Keakuratan data
Data yang akurat berhubungan dengan prosedur dan teknik pengumpulan data. Empat
hal yang berkenaan dengan pengumpulan data ini, yaitu:
a. Validitas data
b. Validitas instrumen
c. Proses pengumpulan data yang benar
d. Analisis data yang tepat
Efisiensi penyimpanan data
Data yang sudah diolah, selanjutnya disimpan dalam kartu atau buku catatan pribadi
atau cumulative record. Sekarang data tersebut disimpan secara elektronik dalam
komputer (soft file/CD) sehinggatidak memerlukan tempat yang banyak dan ruang data
yang luas.
Efektivitas penggunaan data
Data yang tersedia hendaknya dapat memberikan dukungan terhadap pemberian
layanan bimbingan dan konseling, sehingga layanan tersebut dapat memebrikan dampak
atau hasil secara optimal.
4. Teknik Pemahaman Individu
Menurut Sukmadinata, Nana Syaodih (2007) banyak cara atau teknik pemahaman
individu yang berkaitan dengan pengumpulan data yang dapat digunakan dalam program
bimbingan dan konseling. Secara garis besar teknik-teknik tersebut dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu teknik pengumpulan data yang bersifat mengukur (teknik tes) dan
menghimpun atau tidak mengukur (teknik non tes).
1) Teknik Tes
Pengumpulan data yang bersifat mengukur atau pengukuran (measurement) kadang-
kadang disebut juga pengumpulan data dengan teknik tes, menggunakan instrument
standar atau yang sudah distandarisasi. Karena instrumen yang digunakan bersifat
mengukur, maka hasil pengumpulan data atau hasil pengukurannya berupa skor atau
angka-angka hasil ukur.
Teknik pengukuran data berdasarkan aspek yang diukur atau dites dibedakan antara
tes kecerdasan, bakat, hasil belajar, dan tes kepribadian, berdasarkan bentuk tesnya ada
tes objektif, uraian, skala, dan tes proyeksi.
a) Tes Kecerdasan
Kecerdasan dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir yang bersifat abstrak.
Dapat juga diartikan sebagai kemampuan umum individu untuk berperilaku yang
jelas tujuannya, berpikir rasional, dan berhubungan dengan lingkungannya secara
efektif. Tingkat kecerdasan(IQ) dengan klasifikasinya:
Superior atau genius adalah murid yang dapat bertindak jauh lebih cepat dan
dengan kemudahan dibandingkan dengan murid yang lainnya
Normal adalah murid yang rata-rata atau pada umumnya
Subnormal atau mentally deffective atau mentally retarded adalah murid yang
bertindak jauh lebih lambat dari kecepatannya, dan jauh lebih banyak
ketidaktepatannya dan kesulitannya, dibandingkan dengan murid yang lain.
Dibedakan lebih lanjut kedalam kategori murid-murid;
Debil (moron) yang masih mendekati murid normal yang berusia sekitar 9-190
tahun.
Imbecil mendekati murid normal sekitar usia 5-6 tahun.
Idiot mendekati murid normal berusia dibawah 4 tahun.
b) Tes Bakat
Tes bakat mengukur kecerdasan potensial yang bersifat khusus murid. Ada dua jenis
bakat, yaitubakat sekolah dan bakat pekerjaan-jabatan. Bakat sekolah berkenaan
dengan kecakapan potensial khusus yang mendukung penguasaan bidang-bidang
ilmu atau mata pelajaran. Sedangkan bakat pekerjaan-jabatan berkenaan dengan
kecakapan potensial khusus yang mendukung keberhasilan dalam pekerjaan.Untuk
mengetahui bakat murid, telah dikembangkan beberapa macam tes, seperti:
Rekonik adalah tes yang mengukur kemampuan fungsi motorik, persepsi dan
berpikir mekanis.
Tes bakat musik.
Tes bakat artistik.
Tes bakat klerikal (perkantoran).
Tes bakat yang multifactor adalah tes bakat mengukur berbagai kemampuan
khusus.
c) Tes Prestasi Belajar (Achievement Tests)
Tes prestasi belajar adalah suatu perangkat kegiatan atau alat yang dimaksudkan
untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah dirancang
sebelumnya dalam domain kogniitif, afektif dan psikomotor. Penggunaan teknik tes
khususnya tes prestasi belajar bagi guru bertujuan untuk:
Menilai kemampuan belajar murid.
Memberikan bimbingan belajar kepada murid.
Mengecek kemajuan belajar murid.
Memahami kesulitan-kesulitan belajar murid.
Memperbaiki teknik mengajar guru.
Menilai efektifitas (keberhasilan) mengajar guru.
Tes prestasi belajar ini disusun untuk mengukur hasilpembelajaran atau kemajuan
belajar murid. Tes ini meliputi:
Tes diagnostik, yang dirancang agar guru dapat menentukan letak kesulitan
murid, dalam mata pelajaran yang diajarkan.
Tes prestasi belajar kelompok yang baku.
Tes prestasi belajar yang disusun oleh para guru, misalnya dalam bentuk
ulangan sehari-hari.
d) Tes Kepribadian
Beberapa ahli mengartikan bahwa tes kepribadian adalah tes yang berkenaan
dengan aspek-aspek diluar kecerdasan, bakat dan keterampilan, atau aspek sosial-
afektif. Atau pengertian lebih sempit nya merupakan tes yang berkenaan dengan
karakteristik atau sifat-sifat yang hanya menyangkut karakter (watak) temperamen.
Pada aspek-aspek kepribadian tidak ada atau tidak dapat dibuat standar atau
criteria, sebab aspek-aspek tersebut menunjukkan karakteristik, sifat-sifat.
Kumpulan sifat-sifat seseorang dalam satu aspek atau segi kepribadian hanya
menunjukkan kecenderungan. Kecenderungan tersebut tidak dapat dinilai menurut
criteria umum apakah dalam ketgori tinggi, sedang, maupun rendah.
Kecenderunan-kecenderungan tertentu mungkin dinilai sesuai atau tidak sesuai
atau cocok atau tidak cocok untuk sesuatu tugas, jabatan, pekerjaan, atau ukuran
lingkungan tertentu.
2) Teknik Non-tes
Pengumpulan data yang bersifat menghimpun, umumnya tidak menggunakan
instrument yang bersifat mengukur, tetapi menghimpun atau mendeskripsikan. Instrumen
yang digunakan mungkin juga telah distandarisasi tetapi cara penstandarisasiannya
berbeda dengan instrument pengukuran.
Instrumen tersebut tidak menghasilkan data hasil ukur, skor, atau angka-angka dengan
kualifikasi standar tertentu, tetapi berupa deskripsi atau gambaran. Namun, untuk tujuan
tertentu suatu deskripsi dapat saja disederhanakan dengan menggunakan angka. Teknik
bukan pengukuran ada beberapa macam yaitu wawancara, observasi, angket atau
inventori, catatan anekdot, otobiografi, sosiometri, studi kasus, dan konferensi kasus.
a) Observasi (pengamatan)
Memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Dilakukan sesuai dengan tujuan yang dirumuskan terlebih dahulu.
Direncanakan secara sistematis.
Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan.
Perlu diperiksa ketelitiannya.
Teknik observasi dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis:
Observasi sehari-hari (daiily observation).
Observasii sistematis (systematic observation).
Observasi partisipatif (participative observation).
Observasi non-partisipasif (non participative observation).
b) Wawancara (interview)
Wawancara merupakan teknik untuk mengumpulkan informasi melalui komunikasi
langsung dengan responden (orang yang minta informasi). Kelebihan dan
kekurangan wawancara diantaranya adalah sebagai berikut:
Kelebihan wawancara yaitu
Merupakan teknik yang paling tepat untuk mengungkapkan keadaan pribadi
murid secara mendalam
Dapat dilakukan terhadap setiap tingkatan umur
Dapat diselenggarakan serempak dengan observasi
Digunakan untuk pelengkap data yang dikumpulkan dengan teknik lain.
Kelemahannya dari wawancara yaitu
Tidak efisien, yaitu tidak bisa menghemat waktusacara singkat
Sangat tergantung pada kesediaan kedua belah pihak
Menuntut penguasaan bahasa dari pihak pewawancara.
Dalam bimbingan dan konseling dikenal beberapa macam wawancara, yaitu:
o Wawancara pengumpulan data (informational interview)
o Wawancara konseling (counseling interview)
o Wawancara disiplin (diciplinary interview)
o Wawancara penempatan (placement interview).
c) Angket
Angket (kuesioner) merupakan alat pengumpul data melalui komunikasi tidak
langsung, yaitu melalui tulisan.
Beberapa petunjuk untuk menyusun angket :
o Gunakan kata-kata yang tidak mempunyai arti rangkap
o Sususnan kalimat sederhana tapi jelas
o Hindarkan kata-kata yang bersifat negatif dan menyinggung perasaan
responder.
d) Catatan Anekdot
Catatan anekdot, yaitu catatan otentik hasil observasi. Dengan mempergunakan
catatan anekdot, guru dapat:
o Memperoleh pemahaman yang lebih tepat tentang perkembangan murid
o Memperoleh pemahaman tentang penyebab dari gejala tingkah laku murid
o Memudahkan dalam menyesuaikan diri dengan kbutuhan murid.
Catatan anekdot yang baik dimiliki syarat sebagai berikut :
Objektif, yaitu catatan yang dibuat secara rinci tentang perilaku murid
Deskriftif, yaitu catatan yang menggambarkan diri murid secara lengkap
tentang suatu peristiwa mengenai murid
Selektif, yaitu dipilih suatu situasi yang dicatat.
e) Otobiografi (Riwayat atau Karangan) dan Catatan Harian
Karangan pribadi ini merupakan ungkapan pribadi murid tentang pengalaman
hidupnya, cita-citanya, keadaan keluarga, dsb. Yang Penggunaan otobiografi
mempunyai bebrapa kelemahan. Pertama, seringkali murid hanya menuliskan
peristiwa-peristiwa yang berarti bagi murid tapi belum tentu berarti untuk guru
dalam kepentingan layanan bimbingan dan konseling. Kedua, peristiwa-peristiwa
lama seringkali banyak yang terlupakan. Ketiga, ada kecenderungan murid
membuang hal-hal yang kurang sesuai dengan harapan murid dan menggantinya
dengan halyang sesuai. Keempat, seringkali murid tidak mau memberikan
otobiografinya untuk dibaca oleh orang lain. Karangan pribadi ini dalam
pembuatannya dibagi ke dalam dua jenis, yaitu terstruktur dan tidak terstruktur.
o Terstruktur yaitu karangan pribadi disusun berdasarkan tema (judul)
yang telah ditentukan sebelumnya
o Tidak terstruktur yaitu murid diminta untuk membuat karangan pribadi
secara bebas.
f) Sosiometri
Teknik ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang hubungan atau interaksi
sosial (saling penerimaan atau penolakan) di antara murid dalam suatu kelas,
kelompok, kegiatan ekstrakurikuler, organisasi kesiswaan, dll. Melalui teknik ini
guru dapat mengetahui tentang:
Murid yang populer
Yang terisolir
Klik (kelompok kecil dengan anggota 2-3 orang murid).
Sosiometri dapat digunakan untuk :
o Memperbaiki hubungan insani
o Menentukan kelomppok belajar/kerja
o Meneliti kemampuan memimpin seorang individu (murid) dala
kelompok.
g) Studi Kasus
Studi kasus merupakan teknik mempelajari perkembangan seorang murid secara
menyeluruh dan mendalam serta menggungkap seluruh aspek pribadi murid yang
datanya diperoleh dari berbagai pihak. Dalam melaksanakan studi kasus ini dapat
ditempuh langkah-langkah :
o Menentukan murid yang bermasalah
o Memperoleh data
o Menganalisis data
o Memberikan layanan bantuan.
h) Konferensi Kasus
Konferensi kasus merupakan suatu pertemuan di antara beberapa unsur di sekolah
untuk membicarakan seorang atau beberapa murid yang mempunyai masalah.
Unsur-unsur yang dapat turut berpartisipasi dalam konferensi kasus dapat terdiri
atas, konselor, guru-guru yang mengenal benar murid yang menjadi kasus, kepala
sekolah, psikolog, dokter, petugas perpustakaan, orang tua siswa atau personel
lain yang mengenal dekat dengan murid.
B. ANALISIS
Suatu bentuk layanan bimbingan dan konseling bertujuan untuk dapat menyelesaikan
masalah atau hambatan yang sedang dihadapi individu dalam hal ini yaitu peserta didik
yang dengan adanya layanan bimbingan dan konseling, diharapkan masalah atau
hambatan yang sedang dihadapi tersebut dapat teratasi. Namun, untuk dapat mengatasi
permasalahan atau hambatan yang sedang dialami peserta didik ini seorang konselor atau
guru yang dapat membantu mengatasi masalah tentunya harus dapat mengenali dan
memahami terlebih dahulu individu yang akan diberikan layanan bimbingan dan
konseling. Karena setiap individu mempunyai aspek-aspek pribadi yang unik yang
berbeda antara individu satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, meskipun seorang
peserta didik mempunyai masalah yang sama tapi untuk dapat mengatasi permasalahan
yang sedang dihadapi nya tidak dapat diselesaikan dengan jenis, layanan, dan teknik
bimbingan dan konseling yang sama karena harus disesuaikan juga dengan aspek-aspek
pribadi yang dimiliki peserta didik tersebut.
Maka selain melakukan identifikasi masalah, diagnosis, prognosis, dan treatment juga
dilakukan teknik pemahaman individu. Teknik pemahaman individu ini adalah suatu cara
yang digunakan untuk dapat memahami aspek-aspek pribadi yang terdapat pada individu
sehingga tujuan layanan bimbingan dan konseling dapat tercapai sesuai dengan
kemampuan dan potensi yang ada pada individu tersebut.
Di dalam memahami individu ini terdapat 2 cara yaitu ada yang dengan teknik tes dan
ada yang dengan non-tes. Penggunaan teknik tes dan non tes ini tergantung pada aspek-
aspek pribadi atau informasi yang akan diperoleh dari individu dan juga instrument yang
digunakan. Apabila aspek-aspek pribadi tersebut dapat diketahui melalui skor atau angka
yang dapat menunjukkan tingkat kemampuan dan dapat menggunakan instrument
pengukuran maka teknik pemahaman individu yang dilakukan dengan cara test,
sedangkan apabila aspek individu yang diperoleh tidak dapat diukur dan tidak dapat
menggunakan instrument pengukuran maka teknik pemahaman individu menggunakan
teknik non tes. Pada teknik non tes ini dihasilkan suatu deskripsi atau gambaran tentang
aspek-aspek pribadi dari seorang individu.
Teknik pemahaman individu ini perlu dilakukan oleh seseorang konselor maupun
guru mata pelajaran atau wali kelas karena teknik pemahaman individual ini merupakan
suatu langkah awal untuk dapat menentukan treatment atau layanan bimbingan dan
konseling berdasarkan data-data yang diperoleh. Sehingga treatment atau layanan
bimbingan dan konseling yang diberikan kepada peserta didik yang sedang mengalami
masalah atau hambatan dapat teratasi dengan tepat dan terarah.
C. REFERENSI
Aiken, L. R. (1997). Psychological testing and assessment. (edition). Tokyo: Allin an
d Bacon.
Sukmadinata. Nana Syaodah. (2005). Landasan Psikologi proses pendidikan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Surya,H.M. (1998). Buku Materi Pokok Bimbingan dan Konseling. Yakarta.
Universitas Terbuka.
Ulum, Syaiful. (2010). Bimbingan dan Konseling. [online] tersedia
http://www.academia.edu/8337664/Bimbingan_Konseling [12 Maret 2015]