shariah-compliant process: from bank muamalat malaysia berhad
TESIS STRATEGI PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DENGAN PENDEKATAN ANALYSIS HIERARCHY PROCESS (AHP)
-
Upload
wikarso-fahri -
Category
Documents
-
view
831 -
download
26
description
Transcript of TESIS STRATEGI PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DENGAN PENDEKATAN ANALYSIS HIERARCHY PROCESS (AHP)
-
i
STRATEGI PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DENGAN PENDEKATAN ANALYSIS HIERARCHY PROCESS (AHP) (Studi Pada Guru SMPN Komwil 05 Kabupaten Tegal)
TESIS
Diajukan Kepada Pengelola
Program Pasca Sarjana Magister Manajemen
STIE Bank BPD Jateng untuk memenuhi syarat guna
Memperoleh derajat S-2 Magister Manajemen
Oleh :
RENI DAHARTI, S.Pd
NIM : 2M1.11244
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
STIE BANK BPD JATENG
SEMARANG
2013
-
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
STRATEGI PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DENGAN PENDEKATAN ANALYSIS HIERARCHY PROCESS (AHP) (Studi Pada Guru SMPN Komwil 05 Kabupaten Tegal)
TESIS
Oleh :
RENI DAHARTI, S.Pd
NIM : 2M1.11244
Telah disetujui untuk diuji :
Tanggal Mei 2013
Pembimbing I
Prof. Dra. Indah Susilowati, M.Sc.Ph.D
Pembimbing II
Himawan Arif Sutanto, SE., M.Si
-
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : RENI DAHARTI, S.Pd
NIM : 2M1.11244
Judul Tesis : STRATEGI PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DENGAN PENDEKATAN ANALYSIS HIERARCHY PROCESS (AHP) (Studi Pada Guru SMPN Komwil 05 Kabupaten Tegal)
Program Studi : Magister Manajemen
Telah dipertahankan di depan Dewan penguji
pada tanggal ............. Mei 2013 dan dinyatakan ........... serta
memenuhi syarat untuk diterima
Dewan Penguji
Tim Penguji Tanda Tangan
1. Prof. Dra. Indah Susilowati, M.Sc.Ph.D
2.
3.
......................................................
......................................................
......................................................
Mengesahkan,
Ketua Program Studi Magister Manajemen
(Yanuar Rachmansyah, D, SE.MSi)
-
iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Reni Daharti, S.Pd
NIM : 2M1.11244
Program Studi : Magister Manajemen Konsentrasi Pendidikan
Menyatakan dengan sesungguhnya dan sejujurnya bahwa tesis saya yang berjudul
Strategi Peningkatan Kompetensi Guru Dengan Pendekatan Analysis Hierarchy
Process (AHP); (Studi Pada Guru SMPN Komwil 05 Kabupaten Tegal) adalah
asli hasil penelitian saya sendiri dan bukan plagiasi hasil karya orang lain.
Semarang, Juni 2013
Yang menyatakan,
Reni Daharti
-
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
1. Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (QS. Al Mujadalah: 11).
2. Seperti padi, kian berisi kian meunduk.
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan pada :
1. Ibunda tercinta (Bu Ratun) yang telah mendidik dan
menyayangiku.
2. Anak-anakku tercinta (Rakhma, Nurul, Muflikh dan Iffah)
yang telah memberikan semangat dalam hidupku.
3. Anak-anak menantuku tercinta (Watno dan Rais).
4. Cucu-cucuku tercinta (Putri dan Syafiq)
5. Teman-teman dan sahabatku.
6. Almamater Magister Manajemen STIE BPD Semarang.
-
vi
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat karunia-Nya penulis telah menyelesaikan Tesis yang berjudul
Strategi Peningkatan Kompetensi Guru Dengan Pendekatan Analysis Hierarchy
Process (AHP) (Studi Pada Guru SMPN Komwil 05 Kabupaten Tegal).
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa penyusun Tesis
ini jauh dari kesempurnaan, karena katerbatasan yang penulis miliki. Oleh karena
itu dengan senang hati penulis bersedia menerima segala kritik serta saran-saran
yang bersifat membangun untuk kesempurnaan penyusunan tesis ini.
Penyusun Tesis ini, penulis banyak menerima bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih banyak pada :
1. Bapak Dr. Djoko Sudantoko, S.Sos., MM., sebagai Ketua STIE BPD
Semarang.
2. Bapak Yanuar Rachmansyah, D, SE, Msi., selaku Direktur Magister
Manajemen STIE BPD Semarang.
3. Ibu Prof. Dra. Indah Susilowati, MSc., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing I
yang telah memberi petunjuk dan arahan kepada penulis sehingga tesis ini
selesai.
4. Bapak Himawan Arif Sutanto, SE., M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang
telah memberi petunjuk dan arahan kepada penulis sehingga tesis ini selesai.
-
vii
5. Bapak Kepala Badan Lingkungan Hidup dan Masyarakat Kabupaten Tegal.
6. Bapak Ketua Komwil 05 Tarub Kabupaten Tegal
7. Semu apihak yang telah membantu yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu, terima aksih atas dukungannya.
Besar harapan penulis semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca pada umumnya dan ilmu pengetahuan pada khususnya.
Semarang, Juni 2013
Penulis,
Reni Daharti
-
viii
ABSTRAKSI
Reni Daharti, 2013. Strategi Peningkatan Kompetensi Guru Dengan Pendekatan
Analysis Hierarchy Process (AHP), Program Studi Manajemen STIE Bank
Jateng Semarang.
Kata kunci : Strategi, Kompetensi Guru, Analysis Hierarchy Process.
Studi dalam penelitian mengenai strategi meningkatkan kompetensi guru dalam
mengajar melalui pendekatan Analysis Hierarchy Process (AHP) pada guru SMP
di Komwil 05 Tarub Kabupaten Tegal. Masalah yang diangkat dalam penelitian
ini adalah (1) kebijakan apa sajakah yang menjadi prioritas dalam meningkatkan
kompetensi professional guru, dan (2) bagaimanakah strategi meningkatkan
kompetensi professional guru melalui penentuan prioritas kebijakan.
Dalam penelitian ini menggunakan analisis Analysis Hierarchy Process (AHP).
Analisis ini digunakan untuk mengetahui kemampuan individu (guru) dan
organisasi (sekolah) sehingga dapat tanggap terhadap perubahan lingkungan yang
ada. Dari 165 orang guru yang lulus sertifikasi, jumlah sampel yang diambil
sebanyak 50 responden dengan teknik sampel random sampling terkuota dan
menggunakan kuisioner untuk memproses data.
Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa strategi peningkatan kompetensi
guru sertifikasi SMP di Komwil 05 Kabupaten Tegal. Aspek dan kriteria yang
menjadi bahan pertimbangan dalam peningkatan kompetensi guru di Kabupaten
Tegal menunjukkan bahwa Program Pre Service Education (PPSE) adalah
program yang perlu menjadi priorotas utama yaitu dengan melakukan penyaringan
yang ketat terhadap kualitas guru, moral dan tingkat pendidikan. Hal ini
dibuktikan dengan nilai bobot PPSE sebesar 0,378. Sedangkan prioritas yang
harus didahulukan untuk meningkatkan kompetensi guru yaitu calon guru (nilai
bobot 0,419), kualitas guru (nilai bobot 0,387), tingkat pendidikan guru (nilai
bobot 0,196) dan pemberian penghargaan (nilai bobot 0,194). Berdasarkan hasil
analisis Analysis Hierarchy Process (AHP), prioritas dalam meningkatkan
kompetensi guru di Kabupaten Tegal adalah : (1) melakukan penyaringan
terhadap moral calon guru, (2) melakukan penyaringan terhadap kualitas guru,
dan (3) mengirim guru mengikuti pelatihan pembangunan karakter.
Melihat masing-masing variabel memiliki pengaruh signifikan, maka disarankan :
(1) memperbaiki sistem perekutan guru di semua level untuk menjaga kualitas
pendidikan nasional; (2) membuat kurikulum bagi penyelenggara lulusan
keguruan yang sesuai dengan kondisi dan tingkatan pendidikan; dan (3)
melakukan pertemuan-pertemuan ilmiah sebagai wahan bagi guru dalam
memperoleh informasi terkini tentang pendidikan.
-
ix
ABSTRACT
Reni Daharti, 2013. The strategy for improving Teachers competence with using
Analysis Hierarchy Process (AHP) Approach, Management study program
of STIE Bank Jateng Semarang
Key words : Strategy, Teachers Competence, Analysis Hierarchy Process.
The research study was about the strategy for improving teachers competence in
teaching with using analysis hierarchy process (AHP) approach towards the
teachers of junior high school at commissioner area 05 Tarub, Tegal regency. The
problems discussed in this research were : (1) The kind of Policies could be the
priority for improving teachers professional competence through policy priority
decision.
This research used Analysis hierarchy process (AHP). This analysis was used to
know the individual competence (teacher) and organization (school) in order to
perceive toward the changing of the condition around from 165 teachers who
passed sertification program, 50 respondents were taken as sample with using
sample random sampling quota teachnigue for processing the data.
Descriptive analysis showed the result of strategy of improving certificated
teachers competence of junior high school at commissioner area 05 of tegal
regency. Aspect and criteria which could be the consideration for improving
teachers competence in tegal regency. The result of the research showed that
program preservice education (PPSE) was the program which could be the main
priority. It was conducted by doing firm selection of teachers quality,moral, and
level of education. It was proved by the score of PPSE as many 0,378. The
priorities should be conviced for improving teachers competence were teachers
candidate (the score 0,419), teachers (the score was 0,387), level of education (the
score was 0,196), and giving reward (the score was 0,194). Based on the analysis
hierarchy procces (AHP), the priorities for improving teachers competence in
tegal regency as the following:(1) Conducting selection to teachers candidate
morale; (2) Conducting selection to teachers quality and; (3) Sending the teachers
to follow character building training.
The study showed that each variable had significant influence, so it was suggested
(1) improving teachers recruitement system in all level for keeping the quality of
national education. (2) making curriculum for teachers education institution which
appropriate with condition and level of education. (3) conducting teachers forum
as the place for the teachers to get up to date information of education.
-
x
DAFTAR ISI
halaman
Halaman Judul ............................................................................................. i
Halaman Persetujuan ................................................................................... ii
Lembar Pengesahan ..................................................................................... iii
Halaman Pernyataan Keaslian ...................................................................... iv
Kata Pengantar ............................................................................................. v
Abstraksi ...................................................................................................... vi
Abtract ........................................................................................................ vii
Daftar Isi ...................................................................................................... viii
Daftar Tabel ................................................................................................. x
Daftar Gambar ............................................................................................. xi
Daftar Lampiran ........................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 8
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 8
1.4 Manfaat Hasil Penelitian ....................................................... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ................ 10
2.1 Teori Capacity Building ........................................................ 10
2.2 Kompetensi Profesi Guru ...................................................... 13
2.3 Pengertian Sertifikasi ............................................................ 30
2.4 Tujuan dan Manfaat Sertifikasi .............................................. 31
2.5 Proses Mengikuti Sertifikasi Guru ......................................... 31
2.6 Kerangka Pemikiran .............................................................. 35
2.7 Penelitian Terdahulu ............................................................. 37
BAB III METODLOGI PENELITIAN ........................................................ 41
3.1 Jenis dan Sumber Data .......................................................... 41
3.2 Populasi dan Sampel ............................................................. 41
3.3 Metode Pengumpulan Data ................................................... 43
-
xi
3.4 Teknik Analisis ..................................................................... 44
BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN ............................. 48
4.1 MKKS Kabupaten Tegal ....................................................... 48
4.1.1 Tugas dan Fungsi MKKS Kab. Tegal ......................... 48
4.1.2 Visi, Misi dan Tujuan MKKS Kab. Tegal .................. 48
4.2 Komwil 05 Tarub .................................................................. 49
4.3 Komposisi Pengurus .............................................................. 50
4.4 Lokasi Kantor ....................................................................... 51
4.5 Kegiatan Komwil 05 Kabupaten Tegal .................................. 51
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 52
5.1 Profil Responden ................................................................... 52
5.2 Kondisi Kompetensi Guru SMPN Komwil 05 Kab. Tegal ..... 52
5.3 Analisis Hierarchy Process ................................................... 52
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan ............................................................................... 62
6.2 Saran ..................................................................................... 62
Daftar Pustaka .............................................................................................. 64
Lampiran-lampiran ...................................................................................... 66
-
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah guru SMP Komwil 05 Kabupaten Tegal .................. 23
yang Mengikuti Sertifikasi
Tabel 3.1 Distribusi Sampel ................................................................ 42
Tabel 3.2 Skala Banding Berpasangan ................................................ 46
-
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tingkatan Pengembngan Kapasitas ..................................... 13
Gambar 2.2 Prosedur Sertifikasi Guru dalam Jabatan ............................. 33
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran ............................................................ 37
Gambar 5.1 Hirarki Peningkatan Kompetensi Guru ................................ 52
Gambar 5.2 Kriteria dalam Peningkatan Kompetensi Guru ..................... 54
Gambar 5.3 Prioritas Aspek Ekonomi dalam Peningkatan Kompetensi Guru 55
Gambar 5.4 Prioritas Sarpras dalam Peningkatan Kompetensi Guru ....... 56
Gambar 5.5 Prioritas Program In Service Education ............................... 57
Gambar 5.6 Prioritas Aspek Lingkungan dalam Peningkatan Kompetensi 58
Guru di Kabupaten Tegal
Gambar 5.7 Prioritas Kriteria dan Alternatif Strategi Peningkatan .......... 60
Kompetensi Guru
-
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuisioner ............................................................................ 66
-
1
B AB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Guru berperan dalam pembentukan Negara-Bangsa Indonesia yang
memiliki Bahasa Nasional yakni Bahasa Indonesia. Profesi guru pernah
menjadi profesi penting dalam perjalanan bangsa ini, terutama menanamkan
nasionalisme, menggalang persatuan dan berjuang melawan penjajahan.
Guru merupakan suatu profesi yang artinya suatu jabatan atau pekerjaan
yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini
mestinya tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang
kependidikan walaupun kenyataannya masih terdapat dilakukan orang di
luar kependidikan (Usman, 1991)
Guru merupakan suatu pekerjaan profesional, yang memerlukan
suatu keahlian khusus. Karena keahliannya bersifat khusus, guru memiliki
peranan yang sangat penting dan strategis dalam kegiatan pembelajaran,
yang akan menentukan mutu pendidikan di suatu satuan pendidikan. Oleh
karena itu, dalam sistem pendidikan dan pembelajaran dewasa ini
kedudukan guru dalam proses pembelajaran di sekolah belum dapat
digantikan oleh alat atau mesin secanggih apapun. Keahlian khusus itu pula
yang membedakan profesi guru dengan profesi yang lainnya. Dimana
perbedaan pokok antara profesi guru dengan profesi yang lainnya terletak
dalam tugas dan tanggung jawabnya. Tugas dan tanggung jawab tersebut
-
2
erat kaitannya dengan kemampuan-kemampuan yang disyaratkan untuk
memangku profesi tersebut. Kemampuan dasar tersebut tidak lain adalah
kompetensi guru (Saud, 2009 : 44).
Guru juga mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada
jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia
dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga
profesional tersebut dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Menurut
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru mendefinisikan bahwa
profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,
kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma
tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Guru sebagai pendidik profesioanl mempunyai citra yang baik di
masyarakat apabila dapat menunjukan kepada masyarakat bahwa ia layak
menjadi panutan atau tauladan masyarakat sekelilingnya. Masyarakat
terutama akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru sehari-hari,
apakah memang ada yang patut diteladani atau tidak. Bagaimana guru
meningkatkan pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya, memberi
arahan dan dorongan kepada anak didiknya, dan bagaimana cara guru
berpakaian dan berbicara serta cara bergaul baik dengan siswa, teman-
temannya serta anggota masyarakat, sering menjadi perhatian masyarakat
luas (Soetjipto, 2002)
-
3
Keutamaan seorang pendidik (guru) disebabkan oleh tugas mulia
yang diembannya. Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan
tanggung jawab moral yang cukup berat. Keberhasilan pendidikan pada
siswa sangat bergantung pada pertanggungjawaban guru dalam
melaksanakan tugasnya. Selain itu Guru juga sebagai ujung tombak
keberhasilan suatu sistem pendidikan. Untuk meningkatkan kesejahteran
guru mulai dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas, Pemerintah
akan mewajibkan para guru mengikuti Uji Kompetensi sebagai syarat untuk
memperoleh sertifikasi pendidik. Sehingga dengan diperolehnya sertifikat
pendidik para guru sudah memiliki kualifikasi akademik, yaitu berijazah S-1
atau memiliki Akta IV itu dinyatakan sebagai guru professional.
Sertifikasi guru merupakan salah satu cara dalam dunia pendidikan
untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas seorang guru, sehingga ke
depan semua guru harus memiliki sertifikat sebagai lisensi atau ijin mengajar.
Dengan demikian, upaya pembentukan guru yang profesional di Indonesia
segera menjadi kenyataan seperti yang diharapkan. Semakin meningkat kualitas
dan profesionalitas seorang guru, semakin baik pula kualitas negara tersebut.
Itulah asumsi secara umum terhadap program pendidikan suatu negara.
Pendidikan merupakan suatu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan
meningkatkan harkat dan martabat manusia melalui pendidikan diharapkan
dapat tercapai peningkatan kehidupan manusia kearah yang lebih sempurna.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia antara lain, melakukan program sertifikasi guru.
-
4
Menurut Mulyasa (2009: 17-22) bahwa sertifikasi guru adalah
untukmendapatkan guru yang baik dan professional, yang memiliki kompetensi
untuk melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah khususnya, serta tujuan
pendidikan pada umumnya, sesuai kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman.
Beberapa indikator yang dapat dijadikan ukuran karakteristik guru yang dinilai
kompeten secara professional: (1) mampu mengembangkan tanggung jawab
yang baik; (2) mampu melaksanakan peran pan fungsinya dengan tepat; (3)
mampu bekerja untuk mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah; (4) mampu
melaksanakan peran dan fungsinya dalam pembelajaran di kelas.
Prinsip-prinsip profesionalitas menurut UU No. 14/2005 Pasal 7 (1)
antara lain: (1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme; (2)
memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan dan akhlak mulia; (3) memiliki kualitas akademik dan latar belakang
pendidikan sesuai dengan bidang tugas; (4) memiliki kompetensi yang
diperlukan sesuai dengan bidang tugas; (5) memiliki tanggung jawab atas
pelaksanaan tugas profesionalitas; (6) memperoleh penghasilan yang ditentukan
sesuai dengan prestasi kerja; (7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; (8)
memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan; dan (9) memiliki organisasi profesi yang mempunyai
kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan
guru.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses
-
5
pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sedangkan sertifikat
pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru
dan dosen sebagai tenaga professional. Berdasarkan pengertian tersebut,
sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian pengakuan
bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan
pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang
diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Dengan kata lain, sertifikasi guru
adalah proses uji kompetensi yang dirancang untuk mengungkapakan
penguasaan kompetensi seseorang sebagai landasan pemberian sertifikat
pendidik (Mulyasa, 2009: 34-35).
Jumlah guru SMP Negeri yang telah lulus sertifikasi di lingkungan
Komwil 5 Kabupaten Tegal pada tahun 2011 masih realtif, yang dapat dilihat
dari jumlah guru SMP Negeri Komwil 5 Kabupaten Tegal yang dinyatakan
lulus sebanyak 165 orang (59,78%) dari 276 guru yang mengikuti sertifikasi
pada tahun 2011 seperti terlihat pada Tabel berikut:
Tabel 1.1
Jumlah Guru SMP Komwil 05 Kabupaten Tegal
yang Menginkuti Sertifikasi
No Sekolah Jumlah Peserta
(Orang)
Lulus
(Orang)
1 SMP N 1 Suradadi 30 17
2 SMP N 2 Suradadi 9 5
3 SMP N 1 Kramat 35 26
4 SMP N 2 Kramat 43 25
5 SMP N 1 Warurejo 43 28
6 SMP N 2 Warurejo 36 16
7 SMP N 3 Warurejo 4 4
8 SMP N 1 Tarub 41 25
9 SMP N 2 Tarub 35 15
Jumlah 276 171
Sumber: Dokumen Guru SMP Komwil 05 Kabupaten Tegal, 2011
-
6
Berdasarkan Tabel di atas dan pengamatan yang telah dilakukan di
SMP Negeri Komwil 5 Kabupaten Tegal menunjukkan (1) masih relatif
rendahnya lulusan guru yang mengikuti sertifikasi, (2) tidak semua guru
mendapat kesempatan mengikuti sertifikasi, dikarenakan adanya system
kuota dalam penetapan sertifikasi guru, (3) adanya kecenderungan guru
yang lulus sertifikasi melalui portofolio kinerjanya tida mengalami banyak
peningkatan, hal ini sesaui hasil kajian Ditjen PMPTK (2008) yang
menyimpulkan bahwa secara umum, kompetensi guru yang lulus sertifikasi
melalui penilaian portofolio tidak banyak mengalammi peningkatan dan
bahkan ada kecenderungan menurun. (4) guru yang lulus sertifikasi dengan
yang belum lulus sertifikasi, terdapat perbedaan kompetensi khususnya
keterampilan dalam mengajar. hal ini dapat dilihat dalam pembuatan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau pada saat guru memberikan
penejlasan di kelas.
Sertifikasi guru merupakan sebuah terobosan dalam dunia pendidikan,
yaitu untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas seorang guru, sehingga
ke depannya semua guru diharapkan harus memiliki sertifikat sebagai lisensi
atau ijin mengajar. Lewat program sertifikasi guru inilah upaya pemerintah
dalam meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu komponen dalam sertifikasi
guru adalah kompetensi professional guru. Kompetensi Profesional Guru,
yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru dalam perencanaan dan
pelaksanaan proses pembelajaran (www.m-edukasi.we.id).
-
7
Tuntutan terhadap peningkatan kompetensi secara
berkesinambungan disebabkan Karena substansi kajian dan konteks
pembelajaran selalu berkambang dan berubah menurut dimensi ruang dan
waktu (Saud, 2009 : 98). Di samping itu, keharusan bagi setiap guru untuk
mengembangkan kompetensinya secara terus-menerus dalam rangka
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab secara profesional, didorong juga
oleh perkembangan dalam kehidupan bermasyarakat, perkembangan
pemerintahan dan perubahan kurikulum pendidikan. Hal ini sejalan dengan
apa yang dikemukakan oleh Saud (2009 : 98), berikut ini.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan saat ini, maka
profesionalisasi guru (pendidik) merupakan suatu keharusan,
terlebih lagi apabila kita melihat kondisi objektif saat ini berkaitan
dengan berbagai hal yang ditemui dalam melaksanakan
pendidikan, yaitu : (1) perkembangan Iptek, (2) persaingan global
bagi lulusan pendidikan, (3) otonomi daerah, dan (4) implementasi
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa
guna mencapai tujuan pembelajaran, oleh karena itu guru dituntut mampu
menyampaikan bahan pelajaran dengan baik. Guru harus selalu
memperbarui dan menguasai materi pembelajaran yang akan disampaikan.
Di dalam pelaksanaan proses pembelajaran, guru harus memperhatikan
prinsip-prinsip didaktik metodik sebagai ilmu keguruan. Dengan adanya
sertifikasi diharapkan guru termotivasi untuk mengembangkan kemampuan dan
kompetensi professional guru. Dengan demikikan penelitian ini mengambil
jugul Strategi Peningkatan Kompetensi Guru dengan Analysis Hierarchy
Process (Studi pada SMP Negeri Komwil 5 Kabupaten Tegal)
-
8
1.2 Rumusan Masalah
Kompetensi professional harus dimiliki oleh setiap guru guna
meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia di Indonesia. Salah satunya
dengan meningkatkan kompetensi professional guru. Jumlah guru yang
belum lulus sertifikasi pada tahun 2012 di SMP Negeri Komwil 05 cukup
banyak yaitu 111 Guru atau 40%. Hal ini meunjukkan belum optimalnya
kompetensi professional Guru SMP Negeri Komwil 05 Kabupatn Tegal.
Oleh karena itu permasalahannya adalah Bagaimana strategi meningkatkan
kompetensi professional Guru SMP Negeri Komwil 05 Kabupaten Tegal.
Denan demikian pertanyaan penelitiannya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Profil Guru SMP Negeri Komwil 05 Kabupaten Tegal
2. Kebijakan apa sajakah yang menjadi prioritas dalam meningkatkan
kompetensi professional guru?
3. Bagaimanakah strategi meningkatkan kompetensi professional guru
melalui penentuan prioritas kebijakan?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam Penelitian ini adalah untuk
1. Mengetahui profil guru SMP Negeri Komwil 05 Kabupaten Tegal
2. Menganalisis prioritas kebijakan dalam meningkatkan kompetensi
professional Guru di daerah penelitian
-
9
3. Menentukan Strategi peningkatkan kompetensi professional guru
melalui prioritas kebijakan yang dapat diaplikasikan pada daerah
penelitian
1.4 Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis
sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis.
Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi implementasi teori
yang telah diperoleh dalam perkuliahan khususnya Sumber Daya
Manusia.
2. Manfaat Praktis.
Penelitian ini memberikan manfaat praktis sebagai bahan masukan
dalam menentukan kebijakan tentang sertikasi guru serta guru
memahami dan mengerti kompetensi yang diperlukan sebagai guru.
-
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
Dalam suatu penelitian maka lazim diperlukan suatu landasan kerja yang
berupa teori. Teori sebagai hasil perenungan yang mendalam, tersistem dan
terstruktur terhadap keterkaitan teori yang berfungsi sebagai pengarah dalam
kegiatan penelitian. Landasan terori yang dimaksudkan dalam penelitian ini
meliputi sertifikasi guru, dan kompetensi guru
2.1. Teori Capacity Building
Pengembangan sumber daya manusia dalam suatu organisasi merupakan
hal yang penting. Investasi dalam pengembangan sumber daya manusia
merupakan pengeluaran yang ditujukan untuk memperbaiki kapasitas produktif
dari manusia. Aspek-aspek dalam pengembangan sumber daya manusia
melingkupi beberapa hal yang cukup luas dalam organisasi. Werner dan
DeSimone (2009:4) mendefinisikan pengembangan sumber daya manusia (human
resources development) sebagai serangkaian aktivitas yang sistematis dan
terencana yang dirancang oleh organisasi untuk memberikan kesempatan kepada
anggotanya untuk mempelajari keahlian yang diperlukan untuk memenuhi
persyaratan kerja saat ini dan yang akan datang.
Peningkatan kapasitas banyak menekankan pada pendidikan, seperti
pernyataan Paulo Freire 's "Pendidikan untuk Kesadaran Kritis "(dalam Kemsos,
2011), menekankan bahwa pendidikan, tidak bisa diwariskan dari guru ke murid
yang sangat bodoh melainkan harus dicapai melalui proses dialog antara yang
-
11
sederajat. UNDP (Kemsos, 2011) mendefinisikan peningkatan kapasitas sebagai
proses jangka panjang yang terus-menerus yang melibatkan semua stakeholders,
termasuk kementerian, pemerintah daerah, organisasi non-pemerintah,
profesional, anggota masyarakat, akademisi dan lebih membangun kapasitas
menggunakan manusia suatu negara, kemampuan ilmiah, teknologi, organisasi,
dan kelembagaan dan sumber daya. Tujuan dari peningkatan kapasitas adalah
untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan kebijakan dan metode
pembangunan, sementara mempertimbangkan, membatasi potensi dan kebutuhan
orang-orang dari negara yang bersangkutan
Kapasitas sumber daya manusia adalah kemampuan seseorang atau
individu, suatu organisasi (kelembagaan), atau suatu sistem untuk melaksanakan
fungsi-fungsi atau kewenangannya untuk mencapai tujuannya secara efektif dan
efisien. Kapasitas harus dilihat sebagai kemampuan untuk mencapai kinerja, untuk
menghasilkan keluaran-keluaran (outputs) dan hasil-hasil (outcomes). Menurut
Tjiptoherijanto dalam Desi dan Ertambang (2008), untuk menilai kapasitas dan
kualitas sumber daya manusia dalam melaksanakan suatu fungsi, dapat dilihat
dari level of responsibility dan kompetensi sumberdaya tersebut. Tanggung jawab
dapat dilihat dari atau tertuang dalam deskripsi jabatan. Deskripsi jabatan
merupakan dasar untuk melaksanakan tugas dengan baik. Tanpa adanya deskripsi
jabatan yang jelas, sumberdaya tersebut tidak dapat melaksanakan tugasnya
dengan baik. Sedangkan kompetensi dapat dilihat dari latar belakang pendidikan,
pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti, dan dari keterampilan yang dinyatakan
dalam pelaksanaan tugas (Zuliarti, 2008)..
-
12
Peningkatan kapasitas lebih dari sekedar pelatihan tetapi mencakup
pengembangan SDM (Kemsos, 2011) yaitu (1) proses melengkapi
individuindividu dengan pemahaman, keterampilan dan akses terhadap informasi,
pengetahuan, dan pelatihan yang memungkinkan mereka untuk menampilkan
kinerja secara efektif. (2) Pengembangan organisasi, mengembangkan struktur
manajeman, proses dan prosedur, tidak hanya dalam organisasi tetapi juga
manajemen hubungan (management of relationships) antara perbedaan organisasi-
organisasi dan sektor-sektor (publik, privat/swasta dan komunitas). Kerangka
pengembangan kelembagaan dan peraturan yaitu membuat perubahan peraturan
dan regulasi yang memungkinkan organisasi-organisasi, lembaga-lembaga dan
agen-agen pada semua tingkatan dan semua sektor meningkatkan kapasitas
mereka.
Brown (dalam Karwono 2008) mendefinisikan capacity building sebagai
suatu proses yang dapat meningkatkan kemampuan seseorang, suatu organisasi
atau suatu sistem untuk mencapai tujuan yang dicita -citakan. Sedangkan Morison
(dalam Karwono2008) melihat capacity building sebagai suatu proses untuk
melakukan sesuatu, atau serangkaian kegiatan, perubahan multilevel di dalam
individu dan organisasi dan system dalam rangka untuk memperkuat kemampuan
penyesuaian individu dan organisasi sehingga dapat tanggap terhadap perubahan
lingkungan yang ada. Artinya tahapanpengembangan kapasitas dapat dilakukan
pada level individu, organisasi dan sistem. Pada level individu, pengembangan
kapasitas dilakukan pada aspek pengetahuan, keterampilan, kompetensi dan etika
individu. Pada level kelembagaan, pengembangan kapasitas dapat dilakukan pada
-
13
aspek sumberdaya, katatalaksanaan, struktur organisasi, dan sistem pengambilan
keputusan. Pada level sistem, pengembangan kapasitas dapat dilakukan pada
aspek peraturan perundangan dan kebijakan pendukung. Selanjutnya Karwono
(2008) menyampaikan tingkatan pengembangan kapasitas tersebut pada Gambar
2.1
Gambar 2.1
Tingkatan Pengembangan Kapasitas
Sumber: Karwono, 2008
2.2. Kompetensi Profesional Guru
Menurut keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara No. 26 tahun 1989 tentang angka kredit bagi jabatan guru dalam
lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pasal 1 ayat 1 bahwa
Pengetahuan, Ketermpilan,
Kompetensi, dan Etika
Sumberdaya Ketatalaksanaan Struktur Organisasi
System pengambilan
keputusan
Peraturan Perundangan
Kebijakan Pendukung
Kapasitas
Pemerintahan
Daerah
Tingkat Individu
Tingkat
Kelembagaan
Tingkat Sistem
-
14
guru adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas, wewenang, dan
tanggung jawab oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan
pendidikan di sekolah.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan adalah adalah kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Guru sebagai tenaga kependidikan merupakan komponen yang sangat
penting peranannya dalam proses pendidikan di samping komponen-
komponen lainnya. Kehadiran guru dalam proses mengajar belum bisa
digantikan oleh alat-alat lain, seperti dengan mesin, radio, tape recorder
bahkan dengan komputer sekalipun tetap kehadirannya tidak bisa
digantikan. Hal ini karena dalam proses belajar mengajar masih terlalu
banyak unsur-unsur kemanusiaan yang dibutuhkan, antara lain kepribadian,
perasaan, sikap, nilai motivasi, kebiasaan dan lain sebagainya yang dapat
mendukung dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Dilihat dari
pengabdiannya serta tugas-tugas yang harus dilaksanakannya, ternyatanya
jabatan guru bukan merupakan pekerjaan yang mudah, melainkan
memerlukan suatu keahlian khusus yang mungkin tidak dimiliki oleh setiap
orang.
Istilah profesionalisme berasal dari kata profession. Profession
mengandung arti yang sama dengan kata occupation atau pekerjaan yang
memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan
khusus (Arifin, 2000:105)
-
15
Goods dictionary of education mendefinisikan profesi sebagai suatu
pekerjaan yang meminta persiapan spesialisasi yang relatif lama di
perguruan tinggi dan dikuasai oleh suatu kode etik yang khusus (Sutisna,
1993). Secara sederhana pekerjaan yang bersifat profesional adalah
pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang secara khusus
disiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang
karena tidak dapat atau tidak memperoleh pekerjaan lainnya (Sudjana, 2001)
Dengan demikian pekerjaan yang bersifat profesional dapat diartikan
sebagai suatu bidang keahlian yang khusus untuk menangani suatu
pekerjaan tertentu. Profesionalisme juga dapat berarti suatu visi bahwa suatu
keahlian tertentu serta keahlian itu hanya didapat melalui pendidikan yang
khusus.
Pekerjaan profesional merupakan suatu pekerjaan yang sesuai
dengan hati nurani yang didukung oleh ilmu pengetahuan yang sesuai atau
yang mendukung pekerjaan tersebut, dengan kata lain pekerjaan profesional
bukan pekerjaan yang bersifat alternatif.
Secara populer seorang pekerja di bidang apapun asal dia mampu
bekerja dengan baik sering disebut sebagai orang yang profesional. Seorang
pekerja profesional dalam bahasa keseharian tersebut dapat diartikan mereka
yang bekerja dengan baik dan trampil, walaupun ketrampilan yang dimiliki
itu hanya dapat karena dorongan minat dan rasa senang juga didapat karena
belajar dari kebiasaan.
-
16
Pengertian jabatan profesional mesti dibedakan dengan jenis
pekerjaan yang bisa dilakukan lewat pembiasaan melakukan ketrampilan
tertentu dan pekerjaan yang bersifat sebagai warisan dari orang tua atau para
pendahulunya.
Menurut Nana Sudjana (2001) ada beberapa ciri pokok pekerjaan
yang bersifat profesional. Ciri pertama bahwa pekerjaan itu dipersiapkan
melalui proses pendidikan dan latihan secara formal. Ciri kedua pekerjaan
tersebut mendapat pengakuan dari masyarakat. Ciri ketiga adanya organisasi
profesi seperti IDI, PGRI, PERSAHI dan lainnya. Ciri keempat mempunyai
kode etik, sebagai landasan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab
pekerjaan profesi tersebut. Jadi suatu pekerjaan yang bersifat profesional
harus mempunyai ciri-ciri tertentu antara lain :
1. Orang-orang yang akan mengisi pekerjaan tersebut harus menjalani
suatu persiapan khusus dalam tempo tertentu untuk mempelajari serta
mendapat pengetahuan yang khusus mengenai konsep-konsep sekaligus
prinsip pekerjaan tersebut.
2. Pekerjaan tersebut diakui oleh masyarakat sehingga mendapat tempat
tersendiri.
3. Mempunyai organisasi profesi sebagai wadah dan sandaran hukum
profesi, sehingga segala ketentuan yang berkaitan dengan
keprofesiannya dapat selalu ditingkatkan karena adanya wadah untuk
menyalurkan pikiran-pikiran dari setiap anggotanya, seperti IDI dan
PGRI.
-
17
4. Mempunyai kode etik sebagai landasan dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawab pekerjaan profesi tersebut.
5. Tenaga kerja profesional dituntut untuk mempunyai wawasan nasional
yang luas, sehingga pilihan jabatan dan kerjanya didasari oleh
kemampuan serta pribadinya (tidak sekedar ikut-ikutan), bersikap
positif terhadap pekerjaannya dan mempunyai motivasi untuk berkarya
dengan sebaik-baiknnya.
6. Kualifikasi guru pendidikan agama Islam
Pekerjaan guru merupakan pekerjaan profesional yang
membutuhkan kualifikasi tertentu yang dimiliki oleh guru dan belum tentu
dimiliki oleh orang lain. Seseorang guru dapat dikatakan kompeten dalam
bidang pengajaran manakala mampu menguasai keahlian yang sesuai
dengan tuntutan belajar, sehingga ia berhak memiliki wewenang dan
tanggung jawab dalam pelayanan pembelajaran.
Kecakapan kerja yang dimiliki guru tersebut dapat diwujudkan
dalam perbuatan yang nyata serta bermakna, bernilai sosial, dan memiliki
kriteria tertentu yang dapat diakui oleh orang lain yang seprofesi maupun
oleh lingkungan masyarakat tempat ia bekerja.Pada dasarnya tenaga
profesional adalah mereka yang bekerja dengan bertumpu pada kompetensi.
Untuk mengembangkan profesionalisme pendidik maka dibutuhkan adanya
usaha untuk memantapkan kompetensi pendidik.
Kompetensi adalah kemampuan melaksanakan sesuatu yang
diperoleh melalui pendidikan dan latihan (Sahertian dan Sahertian, 2000)
-
18
Jadi kompetensi merupakan kemampuan yang memadai untuk
melaksanakan suatu pekerjaan yang didapat melalui jalur pendidikan dan
latihan.
Kompetensi keguruan merupakan salah satu hal yang harus dimiliki
serta dikuasai oleh para guru dalam jenjang pendidikan apapun. Dengan
kompetensi ini guru-guru dapat mengembangkan profesinya sebagai
pendidik yang baik, mereka dapat mengendalikan serta dapat mengatasai
berbagai kesulitan dalam melaksanakan kewajibannya. Di samping itu
mereka akan mengerti dan sadar akan tugas serta kewajiban yang
disandangnya sebagai pendidik yang baik yang didambakan oleh semua
masyarakat terutama yang menitipkan putera-puteri mereka untuk didik.
Cooper (2000) menyatakan empat kompetensi guru, yakni (a)
mengetahui pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia, (b)
mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya, (c)
mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat,
dan bidang studi yang dibinanya, dan (d) mempunyai keterampilan dalam
teknik mengajar (Cece dan Trabani, 2000). Berdasarkan pendapat Cooper
seperti tersebut di atas maka selayaknya setiap guru harus mempunyai
empat kompetensi, yaitu:
a. Setiap guru harus menguasai teknik mengenai cara-cara belajar yang
efektif dan efesien, mampu serta memahami kurikulum dengan baik,
dapat mengajar di kelas, mau dan mampu menjadikan dirinya sebagai
model untuk peserta didik, bisa memahami dan menguasai teknik-
-
19
teknik pemberian bimbingan, mampu membuat dan dapat
melaksanakan evaluasi dan lain-lainnya.
b. Setiap guru harus menguasai bidang studi yang diajarkannya. Guru
harus menguasai arti dan isi bidang studi yang dipegangnya. Guru harus
mengetahui media yang harus digunakan dalam proses belajar
mengajar. Jelasnya para guru dituntut untuk menguasai bidang studi
yang akan diajarkannya baik mengenai penguasaan materinya,
pengembangannya, keterampilan mengajarkannya, sanggup
menggunakan media pengajaran yang tersedia dan dapat mencari atau
membuat alat pengajaran darurat apabila alat pengajaran yang
diperlukan tidak tersedia, serta harus mengetahui tujuan bidang studi itu
diajarkan dan terampil dalam mengavaluasinya.
c. Setiap guru harus mempunyai kompetensi dalam bentuk kemampuan
mengenal dan menghayati perilaku serta etika dalam kehidupan sehari-
hari yang sesuai dengan pancasila dan ajaran agama serta mampu
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
d. Sebagai guru yang memiliki pengetahuan harus ikut bertanggung jawab
dan turut serta dalam usaha memajukan ilmu pengetahuan, terutama
ilmu pengetahuan yang telah menjadi spesialisasinya melalui berbagai
penelitian dan pengembangan.
Kompetensi itu bersifat kognitif, afektif maupun performance.
Kompetensi bersifat kognitif maksudnya adalah seorang guru harus
mempunyai pengertian serta pengetahuan tentang apa yang sedang
-
20
diajarkan. Kompetensi bersifat afektif maksudnya adalah seorang guru harus
memiliki sikap dan nilai-nilai yang terkandung dalam apa yang sedang
diajarkan. Yang dimaksud kompetensi bersifat performance adalah bahwa
seorang guru hendaknya mempunyai sikap dan perilaku yang dapat
mencerminkan pemahaman dan keterampilan profesinya
(Sahertian dan
Sahertian, 2000)
Secara lebih luas ketiga sifat kompetensi guru itu dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Kompetensi guru bersifat kognitif artinya kompetensi guru yang
berkaitan dengan masalah intelektualitas guru seperti pemahaman dan
penguasaan apa yang sedang diajarkan, pengetahuan tentang tata cara
mengajar, pengetahuan tentang belajar sekaligus tingkah laku individu
peserta didik, pengetahuan mengenai bimbingan penyuluhan,
pengetahuan mengenai administrasi kelas, pengetahuan mengevaluasi
belajar siswa, pengetahuan mengenai hidup kemasyarakatan, dan
pengetahuan umum.
b. Kompetensi bersifat afektif artinya kompetensi guru yang berhubungan
dengan masalah sikap guru dalam menjiwai apa yang diajarkan dan
berbagai hal yang berkaitan dengan tugas dan profesinya sebagai
pendidik. Seorang guru harus merasa senang denga bidang studi yang
diembannya, mempunyai keinginan yang keras dalam meningkatkan
hasil pekerjaannya.
-
21
c. Kompetensi guru bersifat performance artinya kompetensi guru dalam
berbagai keterampulan dan perbuatan, seperti keterampilan memakai
alat bantu pengajaran, keterampilan mengajar, menilai dan
membimbing, berkomunikasi bersama dengan peserta didik,
keterampilan dalam melaksanakan administrasi kelas, keterampilan
dalam membuat persiapan mengajar, dan lain sebagainya. Meskipun
ketiga sifat kompetensi itu kelihatan terpisah-pish, tetapi dalam
pelaksanannya saling berhubungan dan saling membutuhkan.
Secara umum kompetensi tenaga kependidikan terklasifikasi menjadi
tiga jenis, yaitu kompetensi pribadi, kompetensi profesional dan kompetensi
sosial (Rusyan, 1990 : 17). Ketiga kompetensi keguruan itu merupakan
landasan dalam upaya mengembangkan sistem pendidikan bagi para tenaga
pendidik.
1) Kompetensi pribadi
Kompetensi pribadi dari seorang guru merupakan modal dasar bagi
guru tersebut dalam melaksanakan tugasnya secara profesional. Pada
dasarnya kegiatan belajar mengajar merupakan interaksi antara guru
dengan muridnya dan murid dengan sesamanya. Setiap guru harus
mampu menghayati sekaligus mengamalkan nilai-nilai kehidupan.
Mengamalkan nilai-nilai kehidupan menandakan bahwa guru yang
bersangkutan mengetahui, mau, dan melaksanakan perbuatan konkrit
yang baik. Setiap guru hendaknya senantiasa berlaku jujur dan
-
22
bertanggung jawab atas segala yang dilakukan. Sikap jujur dan bersedia
bertanggung jawab atas segala tindakan keguruannya merupakan
realisasi kedewasaan dan kesusilaan hidupbya juga sebagai pengakuan
akan berbagai keterbatasan akan berbagai keterbatasan yang
dimilikinya yang senantiasa memerlukan pembenahan atau
pengembangan.
Sikap pribadi guru yang mencerminkan jiwa Pancasila, UUD 1945, dan
menjunjung nilai-nilai budaya bangsa, bersikap terbuka, berani
bertanggung jawab, dan mau serta mampu menilai diri sendiri, mereka
inilah yang berkompeten.
2) Kompetensi profesional
Kompetensi profesinal merupakan kemampuan dalam penguasaan
akademik. Secara garis besar kompetensi profesional keguruan
meliputi:
a) Penguasaan bahan yang diajarkan, meliputi:
- penguasaan bidang studi serta kurikulum sekolah
- penguasaan bahan ajar wajib (pokok), bahan ajar pengayaan,
dan bahan ajar penunjang untuk keperluan pengajaran.
b) Kemampuan dalam mengelola proses belajar mengajar, meliputi:
- kemampuan dalam merumuskan tujuan instruksional
- kemampuan dalam penguasaan methode mengajar
- kemampuan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar
c) kemampuan dalam mengelola kelas, meliputi:
-
23
- mampu menciptakan situasi kelas yang kondusif
- mampu mengatur tata ruang kelas
d) Kemampuan dalam menggunakan media dan sumber pengajaran
meliputi:
- dapat mengenal, memilih serta menggunakan media
pengajaran dengan baik
- bila dibutuhkan dapat membuat alat bantu pelajaran
e) Memahami landasan-landasan kependidikan. Guru diharapkan
dapat menjadi pengaraj dan penggerak agar pesrta didik dapat
menginvestasikan seluruh hasil belajarnya untuk perkembang lebih
lanjut.
f) Kemampuan dalam mengelola interaksi belajar mengajar. Guru
menguasai seni berkomunikasi, mengetahui cara-cara memotivasi
peserta didik untuk terus belajar.
g) Kemampuan dalam menilai hasil pembelajaran. Guru hendaknya
memahami teknik-teknik dan prosedur penilaian.
h) Mengenal fungsi layanan bimbingan dan penyuluhan
i) Mampu ikut penyelenggaraan administrasi sekolah
j) Mampu menafsirkan hasil-hasil penelitian untuk perbaikan
pengajaran.
3) Kompetensi sosial
Kompetensi sosial guru merupakan kemampuan guru yang
berhubungan dalam partisipasi sosial dalam kehidupan sehari-hari di
-
24
masyarakat. Guru diharapkan dapat mempersiapkan para peserta didik
untuk menjadi anggota masyarakat yang baik. Guru mampu berperan
dalam melestarikan budaya masyarakat. Bersikap kritis dan selektif.
Selalu aktif dalam berbagai kegiatan sosial, baik di lingkungan sekolah
maupun di lingkungan masyarakat pada umumnya. Guru selalu siap
untuk menyumbangkan kemampuan yang dimilikinya tanpa
memperhitungkan keuntungan diri sendiri secara berlebihan.
Guru mampu berperan sebagai pemimpin, baik di sekolah
maupun di masyarakat. Di sekolah ia mampu menciptakan situasi
sekolah yang kondusif untuk belajar mengajar, di masyarakat ia mampu
menjadi penggerak kemajuan masyarakat. Setiap orang dapat dengan
mudah untuk mengatakan bahwa seseorang itu memiliki kepribadian
yang baik dan menyenangkan, atau sebaliknya memiliki kepribadian
yang buruk yang senantiasa merugikan orang lain. Kepribadian yang
sesungguhnya adalah abstrak (maknawi), sukar dilihat atau diketahui
secara nyata, yang dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya
dalam segala segi dan aspek kehidupan (Zakiah, 2000) Kepribadian
yang didukung oleh seluruh anggota badan (pikiran, perasaan dan
perbuatan) dan dapat menghadapi setiap persoalan secara cermat dan
tepat. Pikirannya dapat bekerja dengan tenang, sehingga segala masalah
dapat dipahami secara wajar dan obyektif.
Melihat berbagai kelakuan murid-muridnya yang bermacam-
macam, ia dapat memahami secara sesuai dengan perkembangan jiwa
-
25
yang sedang dialami mereka. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan
murid-muridnya bisa ditanggapi secara obyektif, artinya tidak diikuti
dengan persangkaan atau emosi yang tidak menyenangkan. Perasaan
serta emosi guru yang dimiliki kepribadian yang terpadu akan kelihatan
stabil, optimis dan dapat menyenangkan orang lain, sehingga setiap
murid- muridnya merasa diakui juga disayangi oleh gurunya,
bagaimanapun sikap dan tingkah laku yang mereka perbuat.
Guru yang sering marah-marah akan membuat murid-muridnya
ketakutan. Ketakutan itu dapat mejadi bibit kebencian mereka kepada
guru tersebut. Jika keadaan ini terus berlanjut, maka bimbingan dan
pendidikan yang dijalankan oleh guru tersebut tidak akan berhasil.
Perilaku guru juga merupakan bagian dari kepribadian yang akan ditiru
oleh murid-muridnya terutama yang masih kecil seperti sekolah dasar.
Seorang guru tidak membeda-bedakan murid-muridnya. Sikap pilih
kasih merupakan suatu hal paling cepat dirasakan oleh murid-murid,
karena setiap murid senantiasa mengharapkan perhatian dan kasih
sayang gurunya.
Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan keterampilan dan
nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak. Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan
menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya. Standar kompetensi guru
adalah suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk
penguasaan pengetahuan dan perilaku perbuatan bagi seseorang guru
-
26
agar berkelayakan untuk menduduki jabatan fungsional sesuai bidang
tugas, kualifikasi dan jenjang pendidikan.
Seiring dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pada pasal 10 ayat (1)
menyatakan Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan
profesi. Bahwa guru yang profesional itu memiliki empat kompetensi
atau standar kemampuan yang meliputi kompetensi Kepribadian,
Pedagogik, Profesional, dan Sosial. Kompetensi guru adalah kebulatan
pengetahuan , keterampilan dan sikap yang berwujud tindakan cerdas
dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen
pembelajaran. Sebagai agen pembelajaran maka guru dituntut untuk
kreatif dalam mnenyiapkan metode dan strategi yang cocok untuk
kondisi anak didiknya, memilih dan menetukan sebuah metode
pembelajaran yang sesuai dengan indikator pembahasan. Dengan
sertifikasi dan predikat guru profesional yang disandangnya, maka guru
harus introspeksi diri apakah saya sudah mengajar sesuai dengan cara-
cara seorang guru profesional. Sebab disadarai atau tidak banyak
diantara kita para pendidik belum bisa menjadi guru yang profesional
sebagai mana yang diharapkan dengan adanya sertifikasi guru sampai
saat ini. Keempat kompetensi professional guru dapat dijelaskan
sebagai berikut.
-
27
1) Kompetensi Pedagogik, adalah kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan
berwibawaKemampuan pemahaman terhadappeserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,
dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya. Sub kompetensi dalam
kompetensi Pedagogik adalah :
a) Memahami peserta didik secara mendalam yang meliputi
memahami peserta didik dengan memamfaatkan prinsip-
prinsip perkembangan kognitif, prinsip-prinsip kepribadian,
dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.
b) Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan
pendidikan untuk kepentingan pembelajaran yang meliputi
memahmi landasan pendidikan, menerapkan teori belajar dan
pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran berdasarkan
karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan
materi ajar, serta menyusun rancangan pembelajaran
berdasarkan strategi yang dipilih.
c) Melaksanakan pembelajaran yang meliputi menata latar
( setting) pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran yang
kondusif.
d) Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran yang
meliputi merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment)
-
28
proses dan hasil belajar secara berkesinambungan denga
berbagai metode,menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil
belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery
level), dan memamfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk
perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.
e) Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensinya meliputi memfasilitasi peserta didik untuk
pengembangan berbagai potensi akademik, dan
memfasilitasipeserta didik untuk mengembangkan berbagai
potensi nonakademik.
2) Kompetensi kepribadian, Adalah kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak
mulia. Sub kompetensi dalam kompetensi kepribadian meliputi :
a) Kepribadian yang mantap dan stabil meliputi bertindak sesuai
dengan norma sosial, bangga menjadi guru, dan memiliki
konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.
b) Kepribadian yang dewasa yaitu menampilkan kemandirian
dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etod kerja
sebagai guru.
c) Kepribadian yang arif adalah menampilkan tindakan yang
didasarkan pada kemamfaatan peserta didik, sekolah dan
-
29
masyarakat dan menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan
bertindak.
d) Kepribadian yang berwibawa meliputi memiliki perilaku yang
berpengaruh positif terhadappeserta didik dan memiliki
perilaku yangh disegani.
e) Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan meliputibertindak
sesuai dengan norma religius (imtaq, jujur, ikhlas, suka
menolong) dan memiliki perilaku yang diteladani peserta
didik.
3) Kompetensi professional, adalah penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi
kurikulummata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang
menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan
metodologi keilmuannya. Sub kompetensi dalam kompetensi
Profesional adalah :
a) Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang
studi yang meliputi memahami materi ajar yang ada dalam
kurikulum sekolah, memahami struktur, konsep dan metode
keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar,
memahami hubungan konsep antar nmata pelajaran terkait, dan
menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-
hari.
-
30
b) Menguasai struktur dan metode keilmuan yang meliputi
menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk
membperdalam pengetahuandan materi bidang studi.
4) Kompetensi sosial, adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi
dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar
a) berkomunikasi lisan dan tulisan
b) menggunakan teknologi komunikasi dan inforrmasi secara
fungsional
c) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik
d) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
2.3. Pengertian Sertifikasi
Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru.
Sertifikasi ini diberikan kepada para guru untuk memenuhi standar
professional guru.Sertifikasi bagi guru prajabatan dilakukan melalui
pendidikan profesi di LPTK yang terakreditasi dan ditetapkan pemerintah
diakhiri dengan uji kompetensi. Sertifikasi guru dalam jabatan dilakukan
sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidkan Nasional Nomor 18 Tahun
2007, yakni dilakukan dalam bentuk portofolio. Penilaian portofolio ini
digunakan sebagai pengakuan atas standar profesionalitas guru dalam
bentuk kumpulan dokumen yang menggambarkan kualitas guru yang
-
31
mengarah pada sepuluh komponen,yaitu kualifikasi akademik, pendidikan
dan pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran, penilaian dari atasan dan pengawas, prestasi akademik, karya
pengembangan profesi, keikutsertaan dalam forum ilmiah, pengalaman
organisasi di bidang ke pendidikan dan sosial, penghargaan yang relevan
dengan bidang pendidikan.
2.4. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi
Menurut Undang-undang guru dan dosen, sertifikai sebagai bagian
dari peningkatan mutu guru dan peningkatan kesejahteraannya. Oleh karena
itu lewat sertifikasi ini diharapkan guru menjadi pendidik yang professional
yaitu dengan dibuktikan pemilikan sertifikan pendidik setelah dinyatakan
lulus uji kompetensi. Kompetensi guru teridi atas kemampuan:
1. Mengenal secara mendalam peserta didik yang hendak dilayani
2. Menguasai bidang ilmu sumber bahan ajar, baik dari segi disciplinary
content knowledge maupn pedagogical content knowledge
3. Kemampuan menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik
4. Mengembangkan kemampuan yang professional secara berkelanjutan
merupakan kompetensi akademik dari seorang guru (Muslich, 2007:8)
2.5. Proses Mengikuti Sertifikasi Guru
Program sertifikasi bagi guru diperuntukan bagi guru yang telah ada
baik negeri maupun swasta yang belum memiliki sertifikasi profesi guru.
-
32
Program sertifikasi ini dapat diikuti diperuguran tinggi yang memiliki
program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan
oleh pemerintah. Sebelum mengikuti tahap sertifikasi, guru harus
menyiapkan berbagai macam dokumen guna mendukung proses kelulusan
tes. Program sertifikasi guru dalam jabatan ini, sertifikat gru sebagai profesi
dapat diperoleh melalui:
1. Proses pendidikan profesi terlebih dahulu yang dilanjutkan dengan uji
sertifikasi (bila lulus uji sertifikasi)
2. Uji sertifikasi langsung sebagai bentuk kemampuan komptensi
keprofesian guru sebagai agen pembelajaran oleh perguruan tinggi
terakreditasi yang ditetapkan oleh pemerintah ( bila lulus dalam uji
sertifikasi (Sarimaya, 2008:25)
-
33
Gambar: Prosedur Sertifikasi Guru dalam Jabatan (Muslich, 2007:22)
Berdasarkan Gambar di atas, prosedur bagi guru dalam jabatan dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Guru peserta sertifikasi, menyusun dokumen portofolio dengan
mengacu pada panduan penyusunan perangkat sertifikasi bagi guru
dalam jabatan
2) Dokumen portofolio yang telah disusun diserahkan kepada dinas
penidikan Kabupaten atau Kota untuk diteruskan kepada LPTK induk
untuk di nilai oleh asesor di rayon tersebut.
Guru dalam
Jabatan S1/D4 Penilian
Portofolio
Sertifikat Pendidik
Kegiatan Melengkapi
Portofolio
DIKLAT PROFESI
GURU
Pelaksanaan
DIKLAT
DINAS PENDIDIKAN
Lulus
Ujian
Ulang
TIDAK LULUS
LULUS
LULUS
-
34
a. Hasil penilain portofolio perserta sertifikasi bila mencapai skor
minimal kelulusan dan dinyatakan lulus akan memperoleh sertifikat
pendidik
b. Hasil penilaian portofolio perserta sertifikasi yang belum mencapai
skor minimal kelulusan, rayon LPTK akan merekomendasikan
kepada pserta dengan alternative sebagai berikut:
i. Melakukan kegiatan untuk melengkapi kekurangan dokumen
portofolio
ii. Mengikuti pendidikan dan pelatihan profesi guru (diklat)
profesi guru atau DPG) yang diakhir dengan ujian
iii. Materi DPG mencakup 4 kompetensi yaitu kepribadian,
pedagogic, professional dan sosial
c. Pelaksanaan DPG diatur oleh LPTK penyelenggara dengan
memperhatikan skor hasil penilian portifolio dan rambu-rambu
yang ditetapkan oleh KSG
i. Peserta DPG yang lulus ujian akan memperoleh sertifikat
pendidik
ii. Peserta yang tidak lulus diberi kesempatan sebanyak dua kali,
dengan tenggang waktu sekurang-kuranngya dua minggu.
Apabila tidak lulus peserta diserahkan kembali ke dinas
pendidikan kabupaten atau Kota
-
35
d. Untuk menjamin standarisasi prosedur dan mutu lulusan maka
rambu-rambu mekanisme materi dan system ujian DPG
dikembangkan oleh konsorsium sertifikasi guru (KSG)
2.6. Kerangka Pemikiran
Kompetensi Profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru
dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru mempunyai
tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran, untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan
pelajaran dengan baik (www.m-edukasi.we.id). Untuk meningkatkan pro-
fesionalisme guru dibutuhkan peran serta semua pihak untuk saling
memberikan keteladanan sehingga guru yang belum profcesional menjadi
profcsional dan yang sudah profesional menjadi lebih professional (Idris,
2004). Paling tidak ada empat (4) program yang dapat dijadikan strategi
meningkatkan profesionalisme guru, yaitu:
1). Program Pre Service Education yaitu upaya meningkatkan profesion-
alisme dengan penyaringan yang selektif terhadap calon guru dengan
mcmperhatikan kualitas dan moralnya.
2). Program In Service Education yaitu memotivasi guru agar dapat
memperoleh pendidikan yang lebih tinggi melalui pendidikan lanjutan.
Tentu hal ini berangkat dari guru yang bersangkutan dalam artian
lembaga sekolah mengusahakan agar para guru mendapatkan
kesempatan untuk belajar yang lebih tinggi baik melalui program
http://www.m-edukasi.we.id/ -
36
beasiswa atau atas inisiatif sendiri. Guru harus didorong untuk
meningkatkan pengetahuannya tentang perkembangan masalahmasalah
pendidikan, untuk menghindari kemungkinan bahwa guru akan
ketinggalan dari kemajuan-kumajuan dibidang pendidikan. Karena itu
guru wajib memperbarui dan meningkatkan pendidikannya untuk
mempertinggi taraf keprofesionalnya.
3). Program In Service Training yaitu suatu aktivitas yang berupa pelatihan-
pelatihan, penataran, workshop, kursur-kursus, seminar, diskusi atau
mimbar, baik yang dilakukan oleh intrn kelembagaan atau ekstrn
kelembagaan.
4). Program On Service Training yaitu melalui kegiatan tindak lanjut atau
Follow Up yang dilakukan dengan mengadakan pertemuan berkala atau
rutin diantara para guru dan agar selalu memelihara hubungan sejawat
keprofesian, semangat kekeluargaan dan kesetiakwanan sosial.
Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut:
-
37
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
2.7. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang sesuai dengan penelian ini diantaranya
adalah sebagai berikut:
1). Ali Mahmudi (2009) dengan judul Mengembangkan Kompetensi Guru
Melalui Lesson Study. Makalah di muat pada Jurnal Forum
Kependidikan FKIP UNSRI Volume 28, Nomor 2, Maret 2009, ISSN
0215-9392. Hasil penelitian Salah satu metode yang diyakini dapat
mendukung tumbuhnya kompetensi guru, selain melalui pendidikan
Strategi Peningkatan Kompetensi
Profesional Guru
Profil Guru
Menentukan Kebijkan dalam meningkatkan
Kompetensi Guru SMP Negeri
Penentuan Prioritas Kebijkan dalam
meningkatkan Kompetensi Guru
Strategi Peningkatan Kompetensi Guru SMP
Negeri Komwil 05 Kab. Tegal
Deskriptif Statistik (Masson, 1995: Ningsih
(2011)
PPSE POST PISE PIST
Analysis Hierarchy
Process (AHP)
Focus Group
Discussion (FGD)
-
38
profesi, adalah kegiatan lesson study. Lesson study merupakan
kegiatan kolaboratif yang dilakukan oleh sekelompok guru dalam
rangka meningkatkan kinerja dan kualitas pembelajaran mereka yang
pada ujungnya dapat meningkatkan kompetensi dan profesioalisme
mereka.
2). Casmudi (2010) Kompetensi Guru Pasca Sertifikasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Kompetensi Guru pasca Sertifikasi angkatan
2006-2009, sebanyak 10% kompetensi Pedagogik pada indikator
pengelolaan kelas merupakan peroleh tertingi. indikator evaluasi
menggambarkan bagian dari tugas utama guru, namun masih
mengalami kendala pemahaman dan implementasinya. kompetensi
Akademik diperoleh angkat tertinggi dari indikator penguasaan materi
sesuai dengan kondisi aktual. kompetensi kepribadian dalam
menyelesaikan permalahan anak dapat dilaksanakand dengan baik.
kompetensi sosial pemanfaatan teknologi menjadi hambatan besar bagi
guru-guru yang mempunyai masa kerja lebih lama terlebih menjelang
purna tugas.
3). Sri Lestari (2010) dengan judul Dampak Sertifikasi Guru Terhadap
Kinerja Guru MTs N Mlinjon Filial Trucuk. Hasil dari penelitian ini
menyimpulkan bahwa (1) Sertifikasi di MTs N Mlinjon Filial Trucuk
Klaten dilaksanakan di bawah naungan Departemen Agama, (2)
Sertifikasi berpengaruh terhadap kinerja guru MTs N Mlinjon Filial
Trucuk Klaten.
-
39
4). Firman Parlindungan (2009) dengan judul Pengaruh Negatif Sertifikasi
Guru Berbasis Portofolio Terhadap Kinerja Dan Kompetensi Guru.
Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) Pengaruh negatif
sertifikasi guru berbasis portofolio terhadap kompetensi guru
disebutkan: Menjadi sosok yang Certificate-Oriented, miskin
keterampilan dan kreatifitas, degradasi semangat mengembangkan diri,
merosotnya kompetensi profesi, (2) Cara mengantisipasi pengaruh
negative sertifikasi guru berbasis portofolio terhadap kinerja dan
kompetensi guru menyebutkan: Mensosialisasikan dan meningkatkan
pengawasan sertifikasi, meningkatkan suguhan Up Grading untuk para
guru.
5). Koes Hendratno (2010) dengan judul Pengaruh Persepsi Sertifikasi
Guru dan Kompetensi Guru Terhadap Motivasi Kerja Guru Pada Guru
SMA Negeri 2 Surakarta. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa:
terdapat pengaruh persepsi sertifikasi guru terhadap motivasi kerja
guru, pengaruh kompetensi pedagogik guru terhadap motivasi kerja,
pengaruh persepsi sertifikasi guru dan kompetensi guru terhadap
motivasi kerja guru.
6). Endah Retno Dwi Haryati. (2012) dengan judul Pengaruh Sertifikasi
Guru melalui jalur Portofolio dan jalur Pendidikan dan Latihan Profesi
Guru (PLPG) Terhadap Profesionalisme Guru SMK Bisnis Manajemen
di Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2011/2012 menyimpulkan bahwa
http://pasca.uns.ac.id/?p=2415http://pasca.uns.ac.id/?p=2415http://pasca.uns.ac.id/?p=2415http://pasca.uns.ac.id/?p=2415http://pasca.uns.ac.id/?p=2415 -
40
sertifikasi guru melalui jalur Portofolio dan Pendidikan dan latihan
profesi Guru (PLPG) berpengaruh terhadap profesionlisme Guru.
7). Wisnu dan Athana (2010) Pengaruh sertifikasi terhadap kompetensi
guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Benjeng, Kabupaten Gresik.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa sertifkasi berpengaruh terhadap
kompetensi Guru Mengajar.
-
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data
subyek, yaitu data penelitian yang berupa opini, sikap atau karakter dari
seseorang atau sekelompok orang yang menjadi subyek penelitian/
responden (Indriantoro & Supomo, 2002). Sedangkan sumber data dari
penelitian ini adalah sumber data primer, yaitu data penelitian yang
diperoleh secara langsung dari sumber data yang dikumpulkan secara
khusus dan berhubungan langsung dengan masalah yang diteliti (Indriantoro
& Supomo, 2002). Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari
responden langsung dengan bantuan kuesioner.
Selain data primer penelitian ini juga menggunakan data sekunder.
Data sekunder adalah jenis data yang bukan diusahakan sendiri
pengumpulannnya oleh peneliti (Indriantoro & Supomo, 2002) Data
sekunder penelitian ini diperoleh dari Dinas Penidikan Kabupaten Tegal,
SMP Negeri Komwil 05 Kabupaten Tegal literature-literatur, jurnal-jurnal
ilmiah, maupun internet (webset) yang relevan dengan penelitian ini.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi merupakan kumpulan individu atau obyek penelitian yang
memiliki kualitas-kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan. Berdasarkan
-
42
kualitas dan ciri tersebut, populasi dapat dipahami sebagai sekelompok
individu atau obyek pengamatan yang minimal memiliki satu persamaan
karakteristik (Cooper & Emory, 1995). Sedangkan menurut Ferdinand
(2006). Populasi adalah kumpulan individu atau obyek penelitian yang
memiliki kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan, yang memiliki suatu
persamaan karakteristik. Populasi dalam penelitian ini adalah guru SMPN
Komwil 5 Kabupaten Tegal yang telah lulus sertifikasi sebanyak 171.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki karakteristik
relatif sama yang dianggap dapat mewakili populasi ditingkat kesalahan
maksimum yang dapat ditoleransi (Sugiyono, 2009; Nawawi, 2003). Dalam
penelitian ini terdiri dari sampel key person sebanyak 10 orang untuk
menentukan strategi peningkatna kompetensi dengan AHP dan responden
Guru sebanyak 50 guru untuk menjawab tujuan penelitian pertama dengan
simpel random sampling terkuota, secara lengkap dapat dilihat pada Tabel
3.1 berikut.
Tabel 3.1
Distribusi Sampel
No Sekolah Jumlah Guru
Tersertifikasi Jumlah Sampel
1 SMP N 1 Suradadi 17 5
2 SMP N 2 Suradadi 5 0
3 SMP N 1 Kramat 26 10
4 SMP N 2 Kramat 25 5
5 SMP N 1 Warurejo 28 10
6 SMP N 2 Warurejo 16 5
7 SMP N 3 Warurejo 4 0
8 SMP N 1 Tarub 35 10
9 SMP N 2 Tarub 15 5
Jumlah 171 50 Sumber: SMP Negeri Komwil 05 Kabupaten Tegal, 2011
-
43
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1) Wawancara. Teknik wawancara dilakukan dengan bantuan pedoman
daftar pertanyaan (kuesioner). Wawancara adalah metode
pengumpulan data dengan menggunakan Tanya jawab kepada
responden, yaitu dengan menggunakan kuesioner untuk diisi dengan
keterangan-keterangan oleh responden. Wawancara dilakukan
terhadap responden dengan media kuesioner yang telah dipersiapkan
sebelumnya, namun masih dimungkinkan adanya variasi
pertanyaan yang sesuai dengan situasi pada saat wawancara
dilakukan. Kuesioner adalah sejenis pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi responden dalam arti laporan
tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui (Arikunto, 2000).
2) Observasi, yaitu pengumpulan data untuk mendapatkan informasi
obyek penelitian dengan secara langsung mengamati
kegiatan/kejadian pada obyek penelitian. Dalam penelitian ini yang
diamati adalah kegiatan-kegiatan pada kantor dinas Kesehetan
Kabupaten Tegal.
3) Dokumentasi. Teknik ini digunakan untuk mengakomodasi latar
belakang penelitian dan keadaan daerah peneltian yang diperoleh
dengan cara mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan
penelitian baik dari instansi terkait maupun media cetak dan internet.
-
44
3.4 Teknik Analisis
Untuk menganalisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik
deskripitf untuk menjawab tujuan penelitian pertama dan Analisis Hierarchy
Process (AHP) untuk menjawab tujuan penelitian kedua dan ketiga.
Langkah-langkah dengan AHP dilakukan sebagai berikut:
1. Strategi peningkatan kompetensi guru mengacu pada Idris (2004) yang
terdiri dari (1) Program Pre Service Education yaitu upaya
meningkatkan profesionalisme dengan penyaringan yang selektif
terhadap calon guru dengan mcmperhatikan kualitas dan moralnya. (2)
Program In Service Education yaitu memotivasi guru agar dapat
memperoleh pendidikan yang lebih tinggi melalui pendidikan lanjutan
(3). Program In Service Training yaitu suatu aktivitas yang berupa
pelatihan-pelatihan, penataran, workshop, kursur-kursus, seminar,
diskusi atau mimbar, baik yang dilakukan oleh intrn kelembagaan atau
ekstrn kelembagaan, (4) Program On Service Training yaitu melalui
kegiatan tindak lanjut atau Follow Up yang dilakukan dengan
mengadakan pertemuan berkala atau rutin diantara para guru dan agar
selalu memelihara hubungan sejawat keprofesian, semangat
kekeluargaan dan kesetiakwanan sosial.
-
45
2. Melakukan Focus Group Discussion (FGD) untuk menentukan Kriteria
dan strategi kebijakan dalam meningkatkan kompetensi Guru. FGD
dilakukan dengan melibatkan semua komponen yang terlibat dalam
peningkatkan Kompetensi Guru SMPN Komwil 05 di Kabupaten Tegal
diantaranya adalah (1) Pemerintah yang diwakili oleh Dikpora
Kabupaten Tegal, (2) Kelompok musyawah Guru, (3) Akademisi dan
(4) Tokoh masyarakat yang peduli terhadap pendidikan di Kabupaten
Tegal. Hasil FGD berupa kerangka strategi peningkatan kompetensi
Guru SMP Negeri di Kabupaten Tegal yang kemudian digunakan untuk
Analisis AHP
3. Selanjutnya Menurut Syamsul (2003) urutan dalam menganalisis AHP
adalah: (1) Identifikasi sistem (2) Penyusunan hirarki (3) Penyusunan
matriks gabungan (4) Pengolahan vertikal (5) Penghitungan vektor
prioritas. Untuk menyelesaikan analisis tersebut akan digunakan
bantuan program komputer yakni Expert Choice Versi 9.0. Saaty
(1993) untuk menetapkan prioritas elemen-elemen dalam suatu
persoalan keputusan dengan membuat pembandingan berpasangan
(pairwise comparisons), yaitu setiap elemen dibandingkan
berpasangan terhadap suatu kriteria yang ditentukan. Bentuk dari
pada pembandingan berpasangan adalah matrik berikut:
C Al A2 A3 A4
Al I
A2 1
A3 1
A4
-
46
Dimana C adalah Kriteria dan A adalah Alternatif. Pengisian
matriks banding berpasang memakai bilangan yang menggambarkan
relatif pentingnya suatu elemen diatas yang lainnya. Skala itu
mendefinisikan dan menjelaskan nilai 1-9 yang ditetapkan bagi
pertimbangan dalam membandingkan pasangan elemen yang sejenis
di setiap tingkat hierarki terhadap suatu kriteria yang berada setingkat
diatasnya. Pengalaman telah membuktikan bahwa Skala dengan
Sembilan satuan dapat diterima dan mencerminkan derajat yang mampu
membedakan intensitas tata hubungan antar elemen.
Skala banding berpasangan yang digunakan dalam
penyusunan AHP untuk menentukan susunan prioritas alternatif dari
kriteria guna mencapai sasaran adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Skala Banding Berpasangan
Nilai 1 Kedua faktor sama pentingnya.
Nilai 3 Faktor yang satu sedikit lebih penting dari pada faktor yang
lainnya
Nilai 5 Faktor satu esensial atau lebih penting dari pada faktor lainnya.
Nilai 7 Satu faktor jelas lebih penting dari pada faktor lainnya.
Nilai 9 Satu faktor mutlak lebih penting dari pada faktor lainnya
Mai 2, 4, 6, 8 Nilai-nilai antara, diantara dua nilai pertimbangan yang
berdekatan
Nilai
Kebalikan
Jika untuk aktivitas i mendapat angka 2 jika dibandingkan
dengan
aktivitas j, maka j mempunyai nilai V2 dibanding dengan i.
Setelah semua pertimbangan diterjernahkan secara numerik,
validitasnya dievaluasi dengan suatu uji konsistensi. Pada persoalan
-
47
pengambilan keputusan, konsistensi sampai kadar tertentu dalam
menetapkan prioritas untuk elemen-elemen atau aktivitas-aktivitas
berkenaan dengan beberapa kriteria adalah perlu untuk memperoleh
basil-basil yang sahib dalam clunia nyata. AHP mengukur
konsistensi menyeluruh dari berbagai pertimbangan melalui rasio
konsistensi. Nilai rasio konsistensi hares 10 persen atau kurang
(CR
-
48
BAB IV
GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
4.1. MKKS Kabupaten Tegal
4.1.1.Tugas dan Fungsi MKKS Kabupaten Tegal
Berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga MKKS SMP
Kabupaten Tegal memiliki tugas pokok yaitu mewujudkan pengabdian melalui
peningkatan Profesionalisme dalam mengelola pendidikan dengan melakukan
fungsinya secara optimal sebagai Educator, Manager, Administrator, Supervisor,
Leader, Inovator, Motivator serta Enterpreneur untuk mengaktualisasikan tugas
pokok tersebut.
MKKS SMP Kabupaten Tegal melaksanakan fungsinya sebagai berikut :
1. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi anggota dalam melaksanakan program
pendidikan.
2. Mendukung dan melaksanakan kegiatan pendidikan di Kabupaten Tegal.
3. Mendorong terwujudnya tenaga kependidikan yang profesional dalam rangka
peningkatan mutu pendidikan.
4.1.2. Visi, Misi dan Tujuan MKKS Kabupaten Tegal
a. VISI
Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) membangun bidang
pendidikan dan pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat yang sedang dalam
proses transpormasi reformasi dan demokrasi menuju era globalisasi.
-
49
b. MISI
1. Menjalankan organisasi di era globalisasi dengan wawasan mandiri
2. Peningkatan layanan pendidikan pada masyarakat
3. Membangun mutu dan kualitas bidang pendidikan
TUJUAN
1. Kebijakan Pemerintah bidang pendidikan yang telah tertuang dalam UUD 1945
dan Undang-undang Nomor : 20 tahaun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dengan segala peraturan pelaksanaannya.
2. Strategi kebijaksanaan pembangunan pendidikan dari Kementrian Pendidikan
Nasional dalam rangka peningkatan mutu Sumber Daya Manusia bagi
kebutuhan pembangunan nasional.
3. Terciptanya pendidikan yang bermutu dan berkualitas
4.2. Komwil 05 Tarub
Komisariat wilayah (komwil) 05 Tarub merupakan salah satu dari 6
komwil di lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (DIKPORA)
Kabupaten Tegal. Komwil-komwil tersebut adalah;
1. Komwil 01 Margasari
2. Komwil 02 Bumijawa
3. Komwil 03 Slawi
4. Komwil 04 Adiwerna
5 Komwil 05Tarub
6. Komwil 06 Pangkah
-
50
Komwil 05 Tarub meliputi wilayah 4 kecamatan yaitu Kecamatan Tarub,
Kecamatan Kramat, Kecamatan Suradadi, dan Kecamatan Warureja. Komwil 05
Tarub beranggotakan 16 SMP Negeri dan Swasta, yaitu 8 SMP Negeri, 1 SMP
Negeri satu atap dan 7 SMP Swasta.
4.3. Komposisi Pengurus
4.3.1. Komposisi Pengurus MKKS
Ketua : M. Sofam, SP.d, MM
Wakil Ketua : Embong Sugiarto, S.Pd
Sekretaris : Abdullah Mufid, BA
Wakil Sekretaris : Subur Utomo, S.Pd
Bendahara : Sri Sabaningsih, S.Pd
Wakil Bendahara : M. Bachro, S.Pd
Anggota :
Sie Bagian Kurikulum : Walidi, S.Pd
Sie Ketenagaan : Drs. Chumaedi
4.3.2. Komposisi Pengurus Komwil 05 SMP Kabupaten Tegal
Ketua : Abdul Khalim, SP.d. Ina
Sekretaris : Jarkoni, SP.d
Bendahara : Suparso, S.Pd, MM
Seksi Kekeluargaan : Drs. Djaelani
Anggota :
1. Drs. Didik Haryadi, M.Pd
2. Drs Uripto, M.Pd
-
51
3. Drs. Afif Yulianto
4. Indit Indiarto, S.Pd
5. Drs. Wahyono
6. Sukarmanto, S.Ag
7. Zaenal Arifin, S.Pd
8. Sukirman
9. Drs. Bandanuri
10. Sofan Hamid, S.Ag
11. Jamroni, S.Ag
4.4. Lokasi Kantor (Komwil 05 Tarub)
Kantor Komwil 05 Tarub Kabupaten Tegal berlokasi di SMP Negeri 1
Tarub Kabupaten Tegal, beralamat di Jalan Projo Sumarto 2 Kecamatan Tarub
Kabupaten Tegal.
4.5. Kegiatan Komwil 05 Kabupaten Tegal
1. Mengadakan pertemuan antar anggota secara periodik (sebulan sekali).
2. Mengadakan pertemuan insidental bila ada kegiatan yang harus
dikoordinasikan (kegiatan Ujian, UTS dan Ujian Semester).
3. Mengadakan anjangsana/ silaturohim bila ada anggota yang sakit,
berangkat haji dan punya hajat.
4. Sebagai katalisator antara Dinas Dikpora dan guru-guru yang ada di
Komwil 05.
-
52
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Profil Responden
5.2 Kondisi Kompetensi Guru SMPN Komwil 05 Kabupaten Tegal
5.3 Analisis Hierarchy Process
Tujuan dalam AHP ini adalah Strategi peningkatan Kompetensi Guru di
SMPN Komwil 05 Kabupaten Tegal. Berdasarkan kriteria dari hasil prasurvey dan
diskusi terhadap key-person yang peduli terhadap kompetensi Guru di Kabupaten
Tegal diperoleh susunan kerangka hierarki prioritasnya (Gambar 5.1). Key-person
yang berkompeten di antaranya:
(1) Pemerintah yang diwakili oleh Pengawas Dinas Dikpora Kabupaten Tegal,
(2) Kepala Sekolah di SMP Komwil 05 Kabupaten Tegal
(3) Akademisi (Dosen Universitas Panca Sakti Tegal)
(4) Tokoh Masyarakat
(5) Anggota DPR Kabupaten Tegal
(6) Guru di SMPN Komwil 05 Kabupaten Tegal
Gambar 5.1 Hirarki Peningkatan Kompetensi Guru
STRATEGI PENINGKATAN
KOMPETENSI GURU
PIST PISE POST PPSE
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A11 A8 A9 A10 A7 A12 A13
-
53
Keterangan:
PPSE = Program Pre Service Education
PISE = Program In Service Education
PIST = Program In Service Training
POST = Program On Service Training
A1 = Melakukan penyaringan yang selektif terhadap moral calon guru
A2 = Melakukan penyaringan yang selektif terhadap kualitas calon guru
A3 = Melakukan penyaringan yang selektif terhadap tingkat pendidikan calon
guru
A4 = Memberikan Beasiswa Studi lanjut pada Guru
A5 = Mendorong Guru untuk selalu meningkatkan kemampuan KBM
A6 = Memberikan penghargaan bagi guru yang memiliki prestasi
A7 = Mengirimkan Guru mengikuti Pelatihan character Building
A8 = Mengirimkan guru untuk mengikuti workshop/seminar
A9 = Mendorong Guru melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
A10 = Mendorong Guru meningkatkan kemampuan IT
A11 = Perlu adanya jejaring social pendidikan (forum ilmiah guru)
A12 = Mengoptimalkan Forum musyawarah guru mata pelajaran (MGMP)
A13 = Mendorong guru untuk mengikuti forum-forum ilmiah
Berdasarkan Kerangka hirarki di atas, selanjutnya data dianalisis dengan
expert choice v.9 dengan hasil sebagai berikut:
(a) Landasan Aspek dan Kriteria yang Menjadi Bahan