tetanus (s)

22
OLEH: DR. NASRUL M, SP.S TETANUS

description

Kuliah Tetanus

Transcript of tetanus (s)

Page 1: tetanus (s)

OLEH:DR. NASRUL M, SP.S

TETANUS

Page 2: tetanus (s)

TETANUS

• Suatu toksemia akut yg disebabkan oleh neurotoksin yg dihasilkan oleh Clostridium tetani ditandai dgn spasme otot yg periodik dan berat

Page 3: tetanus (s)

ETIOLOGI

• Bakteri gram positif: clostridium tetani, berspora• Biasa dijumpai pada kotoran kuda dan tanah yg

terkontaminasi• Spora clostridium tetani luka• Toksik tetanuspasmin gejala:

- spasme otot- paralitik spastik- kejang

Page 4: tetanus (s)

PATOGENESA• Tetanospasmin- Mengintervensi fungsi dari arkus reflek dgn cara

menekan neuron spinal & menginhibisi thd batang otak

- Menghambat neuromuscular transmission dgn cara menghambat pelepasan Acethylocoline (Ach) dari terminal nerve di otot

- Pengikatan toksin oleh cerebral ganglioside kejang

- Gangguan pd sistem otonom:* berkeringat, hipertensi, aritmia jantung* peningkatan katekolamin dalam urin

Page 5: tetanus (s)

PATOGENESIS

Infeksi Clostridium tetani

toksin tetanus berikatan dgn

permukaan luar membran presinaps

menghambat

Pelepasan GABA

(α-aminobuiryc

acid)

Jumlah GABA

berkurang

Pencegahan

inhibisi impuls saraf

Eksitasi terus-

menerus

gejala

Page 6: tetanus (s)

GEJALA

• Ketegangan otot: terutama leher & rahang- Kesulitan membuka mulut (trismus, lock jaw)- Kuduk kaku (opistotonus, nuchal rigidity)- Risus sardonicus (alis tertarik ke atas, sudut

mulut tertarik ke luar & ke bawah, bibir tertekan kuat)

- Tangan ekstensi, lengan kaku mengepal- Dapat terjadi asfiksia & sianosis- kejang

Page 7: tetanus (s)

GRADING TETANUS

• Grading menggunakan kriteria Pattel Joag, yaitu:Kriteria 1: rahang kaku, spasme terbatas,

disfagia & kekakuan otot tulang belakang

Kriteria 2: spasme saja tanpa melihat frekuensi & derajatnya

Kriteria 3: inkubasi antara 7 hari atau kurangKriteria 4: kenaikan suhu tubuh hingga 37,6C

Page 8: tetanus (s)

DERAJAT TETANUS• Derajat 1: kasus ringan, minimal 1 kriteria k1 atau

k2, mortalitas 0%• Derajat 2: kasus sedang, minimal 2 kriteria

(k1+k2), biasanya inkubasi >7 hari, onset >2 hari, mortalitas 10%• Derajat 3: kasus berat, adanya minimal 3 kriteria,

biasanya inkubasi >7 hari, onset >2 hari, mortalitas 32%• Derajat 4: kasus sangat berat, minimal 4 kriteria,

mortalitas 60%• Derajat 5: bila terdapat 5 kriteria, termasuk tetanus

neonatorum & tetanus puerpurium, mortalitas 84%

Page 9: tetanus (s)

JENIS-JENIS TETANUS

1. Localited Tetanus (tetanus lokal)-Kontraksi otot pada tempat luka-Bisa bertahan beberapa bulan-Menghilang secara bertahap-Bisa berkembang menjadi tetanus umum

Page 10: tetanus (s)

2. Cephalid tetanus-Bentuk yg jarang dari tetanus-Masa inkubasi 1-2 hari-Berasal dari otitis media kronis-Luka pada wajah dan kepala-Benda asing dalam hidung

Page 11: tetanus (s)

3. Generalized Tetanus-Jenis yg paling sering-Gejala utama berupa trismus-Gejala lain: Risus sardomicus-Opistotonus, kejang dinding perut-Spasme laring & otot pernapasan-Asfiksia, sianosis-Bisa disertai disuria & distensi urin

Page 12: tetanus (s)

4. Neonatal Tetanus-Biasanya disebabkan infeksi C. tetani yg masuk melalui tali pusat-Kontaminasi dari penggunaan alat pertolongan persalinan yg tidak steril, obat tradisional yg tidak steril

Page 13: tetanus (s)

DIAGNOSIS

1. Gejala klinis2. Adanya Luka/riwayat luka yg mendahului3. Kultur C. Tetani (+)4. Lab: SGOT tinggi, myoglobinuria

Page 14: tetanus (s)

TATALAKSANA

1. Eradikasi bakteri kausatif2. Netralisasi antitoksin yg belum terikat3. Terapi supportif selama fase akut4. Rehabilitasi5. Imunisasi

Page 15: tetanus (s)

ERADIKASI BAKTERI KAUSATIF

• Antibiotik Metronidazol 500 mg oral atau i.v./6 jam selama 7-10 hari

• Pemberian TT & TIGdosis TT: - usia >7 tahun : 0,5 ml (5 IU) i.m.- usia <7 tahun : gunakan DTP atau DtaP sbg pengganti

Tt. Jika kontraindikasi terhadap pertusis, berikan DT 0,5 ml i.m

dosis TIG:- Profilaksis dewasa: 250-500 U i.m. pd ekstremitas

kontralateral lokasi penyuntikan Tt.- Profilaksis anak: 250 U i.m pd ekstremitas

kontralateral lokasi penyuntikan Tt.

Page 16: tetanus (s)

• Miokarditis & gangguan kardiovaskular lain disesuaikan dgn kelainan yg terjadi• Gangguan gastrointestinal pemberian antasida

: Ranitidin 150 mg/8 jam• Gangguan renal & elektrolit:- Kondisi hipovolemi & kehilangan darah- Infus i.v. Atau transfusi- KCL 20-80 mEq- Dextrose 5% jika hipernatremi• Miscellaneous penurunan BB• Diet kalori 3500-4500 kal/hr

Page 17: tetanus (s)

TERAPI SUPPORTIF

• Kekakuan otot dan rigirditas/spasme otot dgn pemberian benzodiazepin:

- Diazepam 0,5-10 mg/kgBB/8 jam• Kontrol disfungsi otonom:- Pemberian cairan 8L/hr- Benzodiazepin, antikonvulsan dan morfin• Komplikasi respirasi rawat ICU

Page 18: tetanus (s)

IMUNISASI

• Imunisasi pasif dgn:- Human Tetanus Immune Globuline (HTIG) 500 iu

i.m.- Anti Tetanus Serum (ATS) dosis 10.000 iu i.m.

Page 19: tetanus (s)

PERAWATAN LUKA

• Rekomendasi managemen luka traumatik1.Semua luka harus dibersihkan dan debridemen

sebaiknya dilakukan jika perlu2.Dapat riwayat imunisasi tetanus pasien jika

mungkin3.Tetanus toxoid (Tt) harus diberikan jika riwayat

booster terakhir >10 tahun. Jika riwayat tidak diketahui, Tt dapat diberikan

4.Jika riwayat imunisasi terakhir >10 tahun yg lalu, maka TIG harus diberikan. Keparahan luka bukan faktor penentu pemberian TIG

Page 20: tetanus (s)

TATALAKSANA TETANUS PADA JAM PERTAMA

• Periksa jalan napas, jika perlu dilakukan trakeostomi• Cek darah rutin, elektrolit, ureum, creatinin,

mioglobin urin, AGD, kultur bakteri• Mencari port de entry, inkubasi, periode onset,

status imunisasi• Oksigen diberikan bila tanda2 hipoksia, distress

pernapasan, sianosis• Diazepam i.v. 10 mg perlahan 2-3 mnt, diulang

jika diperlukan, ruangan tenang & gelap• Dosis pemeliharaan diberikan diazepam drip,

cairan dikocok/30 mnt utk mencegah kristalisasi

Page 21: tetanus (s)

DAFTAR PUSTAKA

1. Dittrich, K.C; Keilany, B. Tetanus: lest we forget. CJEM-CJMU. 2001. 3(1); 47-50.

2. Baecroft C. L; Enright S.M; O’Beirne H.A. Remifentanil in management of severe tetanus. 2005. 94(1): 46-8.

3. Bunch J.T; Thalji; M.K., Pellikka. Respiratory Failure in Tetanus. Chest. 2002. 122: 1488-92.

4. Alagappan K. Tetanus: an Overview. Hospital Physician. 2001. 23-6.

5. Cook T.M; Protherore R.T; Handle J.M. Tetanus: A review of the literature. BJA. 2001. 87(3): 477-87

Page 22: tetanus (s)

TERIMA KASIH