tht bersin

16
1. Simtomatologi THT-KL TELINGA Keluhan utama telinga dapat berupa gangguan pendengaran, suara berdenging, rasa pusing yang berputar, nyeri dalam telinga, keluar cairan dari telinga. - Gangguan pendengaran, perlu ditanyakan apakah keluhan tersebut terjadi pada satu atau kedua telinga, timbul tiba- tiba atau bertambah berat secara bertahap dan sudah berapa lama diderita. Adakah riwayat trauma kepala, telinga tertampar, trauma akustik, terpajan bising, pemakaian obat ototoksik sebelumnya atau pernah menderita penyakit infeksi virus seperti parotitis, influenza, dan meningitis. Apakah gangguan pendengaran diderita sejak bayi sehingga terdapat juga gangguan bicara. - Telinga berbunyi (tinnitus), dapat berupa suara berdenging atau berdengung, yang dirasakan di kepala atau di telinga, pada satu sisi atau kedua telinga. - Pusing berputar (vertigo), merupakan gangguan keseimbangan dan rasa ingin jatuh yang disertai mual, muntah, rasa penuh di telinga. Diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung, anemia, dapat juga menimbulkan keluhan vertigo dan tinnitus. - Nyeri di dalam telinga (otalgia), pada kedua telinga atau salah satu telinga saja dan sudah berapa lama. Nyeri alih ke telinga dapat berasal dari rasa nyeri di gigi molar atas, sendi mulut, dasar mulut, tonsil, atau tulang servikal

description

kedokteran

Transcript of tht bersin

1. Simtomatologi THT-KLTELINGAKeluhan utama telinga dapat berupa gangguan pendengaran, suara berdenging, rasa pusing yang berputar, nyeri dalam telinga, keluar cairan dari telinga. Gangguan pendengaran, perlu ditanyakan apakah keluhan tersebut terjadi pada satu atau kedua telinga, timbul tiba-tiba atau bertambah berat secara bertahap dan sudah berapa lama diderita. Adakah riwayat trauma kepala, telinga tertampar, trauma akustik, terpajan bising, pemakaian obat ototoksik sebelumnya atau pernah menderita penyakit infeksi virus seperti parotitis, influenza, dan meningitis. Apakah gangguan pendengaran diderita sejak bayi sehingga terdapat juga gangguan bicara. Telinga berbunyi (tinnitus), dapat berupa suara berdenging atau berdengung, yang dirasakan di kepala atau di telinga, pada satu sisi atau kedua telinga. Pusing berputar (vertigo), merupakan gangguan keseimbangan dan rasa ingin jatuh yang disertai mual, muntah, rasa penuh di telinga. Diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung, anemia, dapat juga menimbulkan keluhan vertigo dan tinnitus. Nyeri di dalam telinga (otalgia), pada kedua telinga atau salah satu telinga saja dan sudah berapa lama. Nyeri alih ke telinga dapat berasal dari rasa nyeri di gigi molar atas, sendi mulut, dasar mulut, tonsil, atau tulang servikal karena telinga dipersarafi oleh saraf sensoris yang berasal dari organ-organ tersebut. Cairan keluar dari telinga (otorea), apakah cairan keluar dari kedua telinga atau salah satu telinga, disertai rasa nyeri atau tidak, dan sudah berapa lama. Secret yang sedikit biasanya berasal dari telinga luar. Sedangkan secret yang banyak dan mukoid berasal dari telinga tengah. Bila berbau busuk menandakan adanya kolestatom. Bila bercampur darah harus dicurigai adanya infeksi akut yang berat atau tumor.HIDUNGKeluhan utama di hidung antara lain sumbatan hidung, secret di hidung dan tenggorok, bersin, nyeri di daerah muka dan kepala, perdarahan dari hidung, dan gangguan penghidu. Sumbatan hidung, apakah terjadi terus menerus atau hilang timbul, pada satu atau kedua lubang hidung atau bergantian, adakah riwayat kontak dengan bahan allergen, trauma hidung, pemakaian obat tetes hidung, dalam jangka waktu lama, perokok berat. Secret di hidung pada satu atau kedua rongga hidung, bagaimana konsistensi secret tersebut, encer, bening, kental, nanah, atau bercampur darah. Apakah secret hanya keluar pada pagi hari atau waktu tertentu. Bersin yang berulang-ulang, apakah bersin timbul akibat menghirup sesuatu yang diikuti keluar secret yang encer dan rasa gatal di hidung, tenggorok, mata dan telinga. Rasa nyeri di daerah muka dan kepala, dahi, pangkal hidung, pipi, dan tengah kepala merupakan tanda-tanda infeksi sinus. Nyeri memberat bila menundukkan kepala. Perdarahan dari hidung (epistaksis), dapat berasal dari bagian anterior rongga hidung, atau posterior rongga hidung. Gangguan penghidu dapat berupa hilangnya daya penciuman (anosmia) atau berkurang (hiposmia).perlu ditanyakan adakah riwayat infeksi hidung, sinusitis, trauma kepala.TENGGOROK, KEPALA, LEHER Nyeri tenggorok, hilang timbul atau menetap, apakah disertai demam, batuk, serak, dan tenggorok terasa kering. Nyeri menelan (odinofagi), nyeri di tenggorok saat menelan. Dahak di tenggorok, keluhan yang sering timbul akibat adanya inflamasi di hidung dan faring. Apakah dahak berupa lender saja, pus, atau bercampur darah. Sulit menelan (disfagia), sudah berapa lama, apakah disertai muntah dan berat badan turun. Rasa sumbatan di leher, sudah berapa lama, tempatnya di mana. Suara serak (disfoni), atau tidak keluar suara sama sekali (afoni), sudah berapa lama, apakah sebelumnya menderita radang hidung atau tenggorok. Batuk, sudah berapa lama, apa yang dibatukkan, dahak kental, bercampur darah, jumlahnya, adakah factor pencetus.

A. ANATOMI HIDUNGNASUS (hidung)Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit,jaringan kulit,dan beberapa otot kecil.Kerangka terdiri dari: tulang hidung(os nasale), processus frontalis os maxilla, processus nasalis os frontalTulang rawan terdiri dari: sepasang kartilago nasalis latelaris superior, sepasang kartilago nasalis latelaris inferior (kartilago ala mayor), beberapa pasang kartilago ala minor, tepi anterior kartilago septum

Cavum nasi Masuk melalui nares, berhubungan dengan nasopharynx melalui choane. Dilapisi oleh membran mucosa kec. Vestibulum nasi. 2/3 inferior membran mucosa merupakan area respiratoria, sedangkan 1/3 superior merupakan area olfactoriaBatas batas : Atap : os nasale, spina nasalis os frontalis (depan), lamina cribrosa os ethmoidale (tengah, ditembus n olfactorius), os sphenoidale (belakang) Dasar : proc. Palatinus os maxillae dan lamina horizontalis ossis palatini. Medial : septum nasi (os vomer, lamina perpendicularis os. Ethmoidalis, cartilago septi nasi) Lateral : vestibulum, di bagian anterior (terdapat vibrisea), bag atas dan dorsal dibatasi limen nasi Atrium dan meatus nasi di bagian tengah Chonca dan meatus di bagian posterior

Chonca adalah penonjolan tulang yang memperluas cavum nasi, chonca nasalis ada 3 : Chonca nasalis superior Chonca nasalis media Chonca nasalis inferiorChonca nasalis inferior merupakan tojolan tulang independen, sedangkan Chonca nasalis media dan suprior merupakan tonjolan dari facies medialis labyrinthus ethmoidalis, ruangan di bawah chonca disebut meatus nasiMeatus nasi 1. Meatus nasi superior Meatus terkecil, dimuarai oleh cellulae ethmoidalis posteriores, di atas chonca naslis superior terdapat recessus sphenoethmoidalis yang merupakan lubang keluar sinus sphenoidalis2. Meatus nasi mediaPada sisi lateralnya terdapat peninggian yang disebut hiatus semilunaris, di sebelah atasnya tedapat peninggian yang disebut bulla ethmoidalis, di dekat hiatus semilunaris terdapat lubang sinus ethmoidalis anterior. Meatus nasi media dimuarai oleh sinus ethmoidalis anterior, sinus maxillaris, sinus frontalis (melalui infundibulum)3. Meatus nasi inferiorMerupakan meatus nasi terbesar, dimuarai oleh ductus nasolacrimalis. Vascularisasi dan innervasi

Vascularisasi : ArteriBag, bawah : cabang-cabang a. maxillaris interna: a. palatina major, a. sphenopalatinaBag. Depan : cabang-cabang a. facialisTerdapat anastomosis antara r. Septalis dari r. Labialis superior a. facialis dengan a. sphenopalatina membentuk plexus Kiesselbach (little area), yang merupakan tempat sering terjadi epistaxis Vena Vena mempunyai nama dan berdampingan dengan arterinya. Vena di vestinylum dan struktur- struktur di lauar hidung bermauara ke v. Ophtalmica yang berhubungan dengan sinus cavernosus.

Innervasi Serabut afferent: n. Ethmoidalis (n. Ophtalmicus) n. nasopalatinus (n. Maxillaris) symphatis dan parasymphatis: n. Facialis (VII): n. Petrosus superficialis major, plexus caroticus sel olfactorius (n. Olfactorius), keluar melalui lamina et foramina cribosa os. frontalis

B. HISTOLOGIHistologi HidungLuas permukaan cavum nasi kurang lebih 150 cm2dan total volumenya sekitar 15 ml. Sebagian besar dilapisi oleh mukosa respiratorius. Secara histologis, mukosa hidung terdiri dari palut lendir (mucous blanket), epitel kolumnar berlapis semu bersilia, membrana basalis, lamina propria yang terdiri dari lapisan subepitelial, lapisan media dan lapisan kelenjar profunda

a. EpitelEpitel mukosa hidung terdiri dari beberapa jenis, yaitu epitel skuamous kompleks pada vestibulum, epitel transisional terletak tepat di belakang vestibulum dan epitel kolumnar berlapis semu bersilia pada sebagian mukosa respiratorius. Epitel kolumnar sebagian besar memiliki silia. Sel-sel bersilia ini memiliki banyak mitokondria yang sebagian besar berkelompok pada bagian apeks sel. Mitokondria ini merupakan sumber energi utama sel yang diperlukan untuk kerja silia. Sel goblet merupakan kelenjar uniseluler yang menghasilkan mukus, sedangkan sel basal merupakan sel primitif yang merupakan sel bakal dari epitel dan sel goblet. Sel goblet atau kelenjar mukus merupakan sel tunggal, menghasilkan protein polisakarida yang membentuk lendir dalam air. Distribusi dan kepadatan sel goblet tertinggi di daerah konka inferior sebanyak 11.000 sel/mm2dan terendah di septum nasi sebanyak 5700 sel/mm2. Sel basal tidak pernah mencapai permukaan. Sel kolumnar pada lapisan epitel ini tidak semuanya memiliki silia.Sedangkan pada konka superior ditutupi olehepitel olfaktoriusyang khusus untuk fungsi menghidu/membau. Epitel olfaktorius tersebut terdiri atassel penyokong/sel sustentakuler, sel olfaktorius(neuron bipolar dengan dendrit yang melebar di permukaan epitel olfaktorius dan bersilia, berfungsi sebagai reseptor dan memiliki akson yang bersinaps dengan neuron olfaktorius otak),sel basal(berbentuk piramid) dankelenjar Bowmanpada lamina propria. Kelenjar Bowman menghasilkan sekret yang membersihkan silia sel olfaktorius sehingga memudahkan akses neuron untuk membau zat-zat.Cavum nasi bagian anterior pada tepi bawah konka inferior 1 cm dari tepi depan memperlihatkan sedikit silia (10%) dari total permukaan. Lebih ke belakang epitel bersilia menutupi 2/3 posterior kavum nasi Silia merupakan struktur yang menonjol dari permukaan sel. Bentuknya panjang, dibungkus oleh membran sel dan bersifat mobile. Jumlah silia dapat mencapai 200 buah pada tiap sel. Panjangnya antara 2-6 m dengan diameter 0,3 m. Struktur silia terbentuk dari dua mikrotubulus sentral tunggal yang dikelilingi sembilan pasang mikrotubulus luar. Masing-masing mikrotubulus dihubungkan satu sama lain oleh bahan elastis yang disebut neksin dan jari-jari radial. Tiap silia tertanam pada badan basal yang letaknya tepat dibawah permukaan sel Pola gerakan silia yaitu gerakan cepat dan tiba-tiba ke salah satu arah (active stroke) dengan ujungnya menyentuh lapisan mukoid sehingga menggerakan lapisan ini.. Kemudian silia bergerak kembali lebih lambat dengan ujung tidak mencapai lapisan tadi (recovery stroke). Perbandingan durasi geraknya kira-kira 1 : 3. Dengan demikian gerakan silia seolah-olah menyerupai ayunan tangan seorang perenang. Silia ini tidak bergerak secara serentak, tetapi berurutan seperti efek domino (metachronical waves) pada satu area arahnya sama (Ballenger 1996).Gerak silia terjadi karena mikrotubulus saling meluncur satu sama lainnya. Sumber energinya ATP yang berasal dari mitokondria. ATP berasal dari pemecahan ADP oleh ATPase. ATP berada di lengan dinein yang menghubungkan mikrotubulus dalam pasangannya. Sedangkan antara pasangan yang satu dengan yang lain dihubungkan dengan bahan elastis yang diduga neksin Mikrovilia merupakan penonjolan dengan panjang maksimal 2 m dan diameternya 0,1 m atau 1/3 diameter silia. Mikrovilia tidak bergerak seperti silia. Semua epitel kolumnar bersilia atau tidak bersilia memiliki mikrovilia pada permukaannya. Jumlahnya mencapai 300-400 buah tiap sel. Tiap sel panjangnya sama. Mikrovilia bukan merupakan bakal silia. Mikrovilia merupakan perluasan membran sel, yang menambah luas permukaan sel. Mikrovilia ini membantu pertukaran cairan dan elektrolit dari dan ke dalam sel epitel. Dengan demikian mencegah kekeringan permukaaan sel, sehingga menjaga kelembaban yang lebih baik dibanding dengan sel epitel gepeng.b.Palut LendirPalut lendir merupakan lembaran yang tipis, lengket dan liat, merupakan bahan yang disekresikan oleh sel goblet, kelenjar seromukus dan kelenjar lakrimal. Terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan yang menyelimuti batang silia dan mikrovili (sol layer) yang disebut lapisan perisiliar.Cairan perisiliar mengandung glikoprotein mukus, protein serum, protein sekresi dengan berat molekul rendah. Lapisan ini sangat berperanan penting pada gerakan silia, karena sebagian besar batang silia berada dalam lapisan ini, sedangkan denyutan silia terjadi di dalam cairan ini. Diduga mukoglikoprotein ini yang menangkap partikel terinhalasi dan dikeluarkan oleh gerakan mukosiliar, menelan dan bersin. Lapisan ini juga berfungsi sebagai pelindung pada temperatur dingin, kelembaban rendah, gas atau aerosol yang terinhalasi serta menginaktifkan virus yang terperangkap.Kedalaman cairan perisiliar sangat penting untuk mengatur interaksi antara silia dan palut lendir, serta sangat menentukan pengaturan transportasi mukosiliar.c.Membrana BasalisMembrana basalis terdiri atas lapisan tipis membran rangkap dibawah epitel. Di bawah lapisan rangkap ini terdapat lapisan yang lebih tebal yang terdiri atas kolagen dan fibril retikulin.d.Lamina PropiaLamina propria merupakan lapisan dibawah membrana basalis. Lapisan ini dibagi atas empat bagian yaitu lapisan subepitelial yang kaya akan sel, lapisan kelenjar superfisial, lapisan media yang banyak sinusoid kavernosus dan lapisan kelenjar profundus. Lamina propria ini terdiri dari sel jaringan ikat, serabut jaringan ikat, substansi dasar, kelenjar, pembuluh darah dan saraf.Mukosa pada sinus paranasal merupakan lanjutan dari mukosa hidung. Mukosanya lebih tipis dan kelenjarnya lebih sedikit. Epitel toraknya berlapis semu bersilia, bertumpu pada membran basal yang tipis dan lamina propria yang melekat erat dengan periosteum dibawahnya. Silia lebih banyak dekat ostium, gerakannya akan mengalirkan lendir ke arah hidung melalui ostium masing-masing. Diantara semua sinus paranasal, maka sinus maksila mempunyai kepadatan sel goblet yang paling tinggiC. BERSINBersin biasanya terjadi ketika partikel asing atau stimulan eksternal yang cukup melewati rambut hidung untuk mencapai mukosa hidung. Hal ini memicu pelepasan histamin, yang mengiritasi sel-sel saraf di hidung, sehingga sinyal yang dikirim ke otak untuk memulai bersin melalui jaringan saraf trigeminal. Otak kemudian berhubungan sinyal awal ini, mengaktifkan faring dan trakea otot dan menciptakan lubang besar dari hidung dan mulut, sehingga rilis yang kuat dari udara dan partikel kecil. Sifat kuat bersin dikaitkan dengan keterlibatannya berbagai organ tubuh bagian atas - itu adalah respon refleksif yang melibatkan otot-otot wajah, tenggorokan, dan dada. Bersin juga dipicu oleh stimulasi sinus saraf yang disebabkan oleh hidung tersumbat dan alergi. Terdapat dua fase dalam bersin, yaitu a)Inspirasi cepat mengisi paru-paru dengan udara ekstra. Epiglotis dan pita suara menutup rapat untuk membangun tekanan di paru-paru. Otot-otot ekspirasi pernapasan serta aksesori kontrak otot pernapasan paksa. Hal ini semakin meningkatkan tekanan di paru-paru. b) Ekspirasi,Setelah tekanan yang cukup tinggi tercapai, pita suara bersantai, epiglotis terbuka dan udara bergegas keluar dengan cepat. Karena kecepatan udara yang bergerak, meningkatkan tekanan udara sisa. Uvula tertekan dalam refleks bersin mendorong udara keluar meskipun hidung.

Daerah-daerah saraf yang terlibat dalam refleks bersin terletak di batang otak sepanjang bagian ventromedial dari inti trigeminal tulang belakang dan formasi reticular lateralis pons-medula yang berdekatan. Wilayah ini tampaknya mengontrol epipharyngeal, laring intrinsik dan otot pernapasan, dan aktivitas gabungan otot-otot ini berfungsi sebagai dasar untuk generasi bersin.Sebetulnya bersin merupakan gejala yang normal, terutama pada pagi hari atau bila terdapat kontak dengan sejumlah besar debu. Hal ini merupakan mekanisme fisiologik, yaitu proses membersihkan sendiri (self cleaning process). Bersin dianggap patologik, bila terjadinya lebih dari 5 kali setiap serangan, sebagai akibat dilepaskannya histamin. Disebut juga sebagai bersin patologis