TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf
Transcript of TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf
7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 1/29
0
TIDUR DAN TERJAGA
(sleep and wakefulness )
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Faal
Dosen pembimbing : dr. Nanang Wiyono, M.Kes.
Disusun oleh:
Gamma Inggita M. (G0114048)
Farhan Fadhilah (G0114044)
Fidelia Indah (G0114046)
Ika Hana Pertiwi (G0114054)
Jayanthi Baetta H. (G0114059)
Julia Nurfitri A. (G0114061)
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 2/29
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidur merupakan sebuah kebutuhan dasar manusia yang bersifat penting dan
fisiologis. Setiap individu membutuhkan istirahat dan tidur untuk memulihkan
kembali staminanya (kozeir,2004). Sama halnya dengan yang dikemukakan oleh
Departemen Kesehatan bahwa tidur adalah bagian dari ritme biologis tubuh untuk
mengembalikan stamina. Normalnya kebutuhan tidur setiap orang berkisar antara
6-8 jam per hari (Siregar,2011). Selain untuk mengembalikan stamina, tidur juga
dapat mejadi penunjang proses pembentukan sel-sel tubuh yang rusak atau yang
sering dikenal dengan Natural Healing. Tak hanya itu, tidur juga dapat
mempengaruhi fungsi emosional dan mental seseorang (Rafknowledge,2004).
Sehingga tak heran apabila seseorang mengalami gangguan dalam tidurnya, maka
kesehariannya pun akan terganggu.
Tidur dan terjaga merupakan hal yang menarik untuk dikaji karena
merupakan mekanisme fundamental dalam hidup kita. Bagaimana pun juga,aktivitas tersebut kita alami sehari-hari, sehingga sangat bermanfaat bagi kita
untuk menggali bagaimana mekanisme yang terjadi dalam tubuh sehingga setiap
hari kita mengalami fase tidur dan terjaga. Berbagai proses biologis internal yang
terjadi juga berkaitan dengan stimulus eksternal kita. Selain itu, gangguan tidur
dan terjaga kadang terjadi pada beberapa individu sehingga sangat perlu untuk
mengidentifikasi proses-proses yang terjadi dalam diri kita.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
a. Mengetahui kajian mengenai aktivitas tidur dan terjaga.
b. Mengetahui mekanisme biologis internal yang terjadi pada saat tidur maupun
terjaga.
c. Mengetahui beberapa gangguan dalam tidur dan terjaga serta optimasinya.
7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 3/29
2
C. Ruang Lingkup Materi
Dalam makalah ini, penulis membahas mengenai berbagai mekanisme
internal kaitannya dengan tidur dan terjaga. Berbagai materi yang dibahasmeliputi ritme tidur dan bangun, tahapan dalam tidur dan mekanisme otak, dan
kajian mengenai fungsi tidur, tidur REM, dan bermimpi. Dalam subbab ritme dan
bangun, penulis memaparkan siklus endogen tubuh, pengaturan dan pengaturan
ulang jam biologis, dan mekanisme jam biologis. Dalam subbab tahapan dalam
tidur dan mekanisme otak, kami memaparkan tahapan dalam tidur, tidur REM,
mekanisme otak terhadap keterjagaan dan kegairahan, fungsi otak pada tidur
REM, dan berbagai gangguan tidur. Selanjutnya, dalam subbab terakhir yaitu
mengenai fungsi dari tidur, tidur REM, dan bermimpi.
7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 4/29
3
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN
A. Ritme Tidur dan Bangun
Tubuh kita secara spontan menghasilkan ritme tidur dan terjaga dengan
sendirinya. Namun, para psikolog terdahulu menentang keras gagasan tersebut.
Ketika paham behaviorisme mendominasi psikologi eksperimental selama
pertengahan tahun 1900an, banyak psikolog meyakini bahwa setiap perilaku dapat
dicari hubungannya dengan stimuli eksternal. Misalnya, pergiliran antara terjaga
dan tidur harus bergantung pada sesuatu di dunia luar, misalnya perubahan cahaya
maupun suhu matahari. Penelitian Curt Richter (1922) dan rekannya
mengindikasikan bahwa tubuh menghasilkan siklus aktif dan inaktif. Sedikit demi
sedikit bukti semakin menguat bahwa hewan mempunyai siklus bangun dan tidur
sekitar 24 jam dalam lingkungan konstan.
1. Siklus Endogen
Seekor hewan yang menghasilkan seluruh perilaku berdasarkan respon
terhadap stimulus, akan sangat merugi. Hewan-hewan harus bersiap pada
perubahan cahaya matahari dan temperatur sebelum mereka berubah.
Perubahan perilaku tidak hanya didasarkan pada respons terhadap stimulus,
melainkan juga disebabkan oleh mekanisme internal. Berbagai perubahan yang
terjadi disebabkan oleh tubuh yang menghasilkan sebuah ritme. Ritme tersebut
dikenal dengan ritme sirkaunal endogen. Endogen berarti berasal dari dalam,
sirkanual berasal dari kata “circum” yang berarti sekitar dan “annum” yang
berarti tahun. Semua hewan yang diteliti juga menghasilkan ritme sirkadian
endogen yang berarti ritme yang berlangsung sekitar satu hari. Sikardian
berasal dari bahasa Latin “circum” yang berarti sekitar dan “dies” yang berarti
hari. Ritme sirkadian endogen merupakan pengendali tidur dan terjaga.
Mamalia, termasuk juga manusia, memiliki ritme sirkadian yang mengatur
kapan kita tidur maupun terjaga, frekuensi makan dan minum, suhu tubuh,
sekresi hormon, volume urin yang dikeluarkan, sensitivitas terhadap obat, serta
7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 5/29
4
variabel-variabel lain. Misalnya, kita tahu bahwa suhu tubuh normal manusia
adalah 37ºC, namun dapat berfluktuasi dari titik terendah 36,7ºC hingga
37,2ºC.
Namun demikian, siklus sirkadian tiap orang berbeda-beda. Sebagian
individu yang bangun lebih awal (individu pagi) dapat menjadi lebih cepat
produktif namun tingkat kewaspadaannya dapat berkurang seiring dengan
berjalannya waktu. Sedangkan individu yang sulit bangun pagi (individu
malam) dapat mencapai puncak performa yang tinggi pada sore hari atau
menjelang malam dan dapat begadang. Namun demikian, tidak semua individu
dikategorikan dalam kedua kelompok tersebut. Cara termudah untuk
membandingkan antarindividu adalah dengan mengajukan pertanyaan
mengenai jam tidur mereka.
2. Pengaturan dan Pengaturan Ulang Jam Biologis
Ritme sirkadian manusia memiliki durasi yang mendekati 24 jam, tetapi
belum sempurna. Kita harus mengatur ulang kerja internal setiap hari agar fase
tersebut tetap berlangsung. Di akhir minggu ketika sebagian besar manusia
bebas mengatur jadwalnya sendiri, di malam hari kita terpapar oleh cahaya,
suara, dan kegiatan lainnya, serta keesokan paginya bangun lebih lambat.
Ketika hari Senin tiba dan jam menunjukkan pukul 7.00, jam biologis kita
menganggapnya pukul 5.00 pagi. Oleh karena itu, kita akan terburu-buru.
Walau tanpa adanya cahaya, ritme sirkadian tetap berlangsung tanpa ada
gangguan. Stimulus yang mengatur ulang ritme sirkadian dikenal dengan
istilah bahasa Jerman, zeitgeber yang artinya penambah waktu. Cahaya
bukanlah satu-satunya zeitgeber bagi manusia. Terdapat faktor lain, misalnya
olahraga, suara, konsumsi makanan, dan suhu lingkungan. Akan tetapi,
zeitgeber-zeitgeber tambahan tersebut memiliki dampak yang lemah terhadap
ritme sirkadian. Sebagai contoh, individu-individu yang bekerja di Antartika
selama musim dingin tanpa adanya matahari, tiap individu menghasilkan ritme
sirkadiannya sendiri. walaupun mereka tinggal bersama dalam satu tempat dan
7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 6/29
5
berusaha mempertahankan durasi ritme 24 jam, namun ritme yang dihasilkan
sekitar 24,5 hingga 25 jam.
Bagaimana dengan tuna netra yang terpaksa mengatur ritme sirkadian di bawah pengaruh zeitgeber selain cahaya? Hasilnya beragam. Sebagian individu
mengatur ritme sirkadian bedasarkan suara, suhu, kegiatan, dan stimulus-
stimulus lain. Individu yang kurang sensitif terhadap zeitgeber-zeitgeber
tersebut akan menghasilkan ritme sirkadian dengan durasi sedikit lebih lama
dari 24 jam. Jika fase di dalam ritme sejalan dengan jadwal kegiatan harian,
maka akan baik-baik saja. Namun jika tidak selaras, akan menimbulkan
insomnia di malam hari dan rasa kantuk di siang hari.
a. Jet Lag
Sebuah gangguan terhadap ritme sirkadian akibat dari pelintasan zona
waktu disebut Jet Lag . Gangguan ini sering dialami oleh wisatawan yang
mengeluhkan munculnya rasa kantuk di sepanjang siang, kesulitan tidur di
malam hari, depresi, dan gangguan konsentrasi. Semua masalah itu muncul
akibat ketidaksesuaian antara waktu sirkadian internal dan waktu eksternal.
Sebagian besar individu dapat lebih mudah menyesuaikan diri terhadap
perlintasan zona waktu apabila perjalanan dilakukan ke arah barat daripada ke
arah timur. Apabila perjalanan dilakukan ke arah barat, di malam harinya kita
akan tidur lebih larut dan keesokannya akan bangun lebih lambat. Hal ini
merupakan sebagian bentuk penyesuaian diri terhadap zona waktu baru karena
kita telah melakukan penundaan fase ritme sirkadian. Setementara perjalanan
ke arah barat membuat kita memajukan ritme sirkadian dengan cara tidur lebih
awal dan bangun lebih awal.
Bagi beberapa individu, penyesuaian terhadap jet lag dapat menyebabkan
stres. Stres menyebabkan peningkatan hormon kortisol di dalam darah.
Dampak mengenai peningkatan kortisol dalam jangka waktu panjang dapat
menyebabkan hilangnya neuron dalam hipokampus, yaitu area otak yang
berperan dalam memori. Salah satu studi tentang pramugari wanita yang telah
bekerja selama 5 tahun, telah melintasi tujuh atau lebih zona waktu. Rata-rata
7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 7/29
6
mereka memiliki volume hipokampus dan struktur di sekitarnya yang lebih
kecil daripada individu normal dan menunjukkan adanya gangguan ingatan.
Hal tersebut menunjukkan adanya bahaya yang ditimbulkan pada penyesuaian
berulang ritme sirkadian.
b. Waktu Bekerja
Individu yang memiliki ketidakteraturan jadwal tidur, seperti pilot, supir truk,
dokter jaga dan buruh pabrik akan menyadari bahwa durasi tidur mereka
bergantung pada kapan mereka tidur. Ketika harus tidur pada pagi atau siang hari,
durasi tidur mereka relatif lebih singkat, walaupun terjaga selama 16 jam lebih.
Pekerja dengan waktu bekerja di malam hari, harus tidur di siang harinya.
Sebagian besar individu belum dapat menyesuaikan diri secara penuh. Mereka
mungkin mengalami kelelahan saat bekerja, kesulitan tidur nyenyak di siang hari,
dan meningkatnya suhu tubuh pada saat berusaha tidur. Secara umum, pekerja
yang bekerja pada melam hari mengalami kecelakaan lebih banyak daripada
pekerja siang hari.
Bekerja di malam hari belum tentu mengubah ritme sirkadian karena sebagian
besar ruangan kerja mereka menggunakan pencahayaan dengan intensitas 150-180
lux. Intensitas cahaya tersebut tidak terlalu efektif dalam mengatur ulang ritme
sirkadian. Pekerja malam hari lebih dapat beradaptasi lebih baik jika di siang hari
tidur dalam ruangan yang sangat gelap dan di malam hari mereka bekerja di
ruangan cahaya yang terang benderang.
3. Mekanisme Jam Biologis
Pada tahun 1967 Curt Richter memperkenalkan sebuah konsep bahwa otak
menghasilkan ritmenya sendiri, hal inilah yang disebut dengan jam biologis.
Menurut Curl Richter, jam biologis tersebut tidak sensitif terhadap sebagian besar
gangguan. Setelah dilakukan penelitian lebih lanjut, setiap individu memiliki
ritme sirkadian yang konstan. Ritme sirkadian tidak akan berubah meskipun
dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal seperti makanan (jumlah makanan
dikurangi atau ditambah), terkena sinar X, obat bius, alkohol, anestesi,
kekurangan oksigen dan beberapa faktor internal seperti kerusakan otak atau
7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 8/29
7
penghilangan kelenjar hormon. Bahkan, setelah dilakukan induksi hibernasi
selama satu jam, hal tersebut seringkali gagal mengatur ulang jam biologis. Jadi,
jam biologis merupakan suatu hal yang kuat dan teguh.
a. Nukleus Suprakiasma ( Suprachiasmatic Nucleus – SCN)
Nukleus Suprakiasma (Suprachiasmatik nucleus) adalah bagian dari
hipotalamus yang menghasilkan ritme sirkadian tubuh untuk tidur dan suhu
tubuh. Disinilah jam biologis manusia diatur. Nukleus Suprakiasma atau
biasa disebut dengan SCN ini terletak diatas kiasma optik. Apabila SCN
dirusak, maka ritme tubuh menjadi kurang konsisten dan tidak lagi peka
dengan pola gelap-terang lingkungan. Nukleus Suprakiasma menghasilkan
ritme sirkadian berdasarkan informasi genetik tanpa adanya proses
pembelajaran.
Ada beberapa penelitian mengenai terjadinya mekanisme SCN.
Menurut peneliti apabila hubungan SCN dengan otak dipotong atau
dikeluarkan dari tubuh dan disimpan dalam kultur jaringan, maka SCN masih
akan terus menghasilkan ritme sirkadian dalam bentuk potensial aksi.
Bahkan, sebuah sel yang dapat diisolasi oleh SCN masih dapat
mempertahankan ritme sirkadian tingkat menengah. Sel-sel SCN
berkomunikasi satu sama lain untuk mempertajam akurasi ritme sirkadian.
Komunikasi dijalankan sebagian melalui neurotransmiter dan sebagian
melalui sinapsis listrik. Penelitian selanjutnya yaitu mengenai pembuktian
bahwa ritme sirkadian berasal dari SCN. Penelitian ini menggunakan hamster janin dan hamster dewasa. Hamster janin yang termutasi gennya memiliki
gen mutan, sehingga SCNnya memproduksi ritme sirkadian dalam dalam
kurun waktu 20 jam daripada ritme 24 jam. Peneliti membedah janin hamster
untuk mengeluarkan jaringan SCN kemudian mentransplantasikan jaringan
SCN dari hamster janin tersebut ke otak hamster dewasa. Jika peneliti
mentransplantasikan SCN yang menghasilkan ritme sirkadian 20 jam, maka
resipien juga akan menghasilkan ritme sirkadian 20 jam, jika resipien
7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 9/29
8
menerima transplantasi SCN dengan ritme 24 jam maka resipien juga akan
menghasilkan ritme sirkadian 24 jam. Dengan demikian, dapat disimpulkan
ritme sirkadian berasal dari SCN.
Mekani sme Pengaturan SCN oleh Cahaya
Neuron Suprakiasma pada manusia terletak diatas (supra) kiasma optik.
Neuron Suprakiasma dan retina dihubungkan secara langsung oleh cabang
optik kecil yang disebut retinohypotalamic. Akson-akson lintasan
retinohypotalamic inilah yang mengatur SCN. Sebenarnya SCN diatur oleh
input cahaya yang masuk dan diterima oleh kita. Lintasan retinohypotalamic
menerima sebagian kecil cahaya dari dari reseptor retina normal (sel batang
dan sel kerucut) sedangkan sebagian besar diterima melalui ganglion retina
istimewa. Hal ini diketahui setelah para ahli melakukan pengamatan terhadap
tikus mondok buta. Meskipun tikus mondok buta memiliki mata yang tertutup
lipatan kulit dan bulu, tidak memiliki otot mata maupun lensa mata namun
mereka memiliki sisten ritme sirkadian dan hal tersebut disebabkan oleh
cahaya. Selain itu juga mencit yang dirusak sampai hancur sel batang dan sel
kerucutnya, tetap dapat mengatur ulang jam biologisnya berdasarkan cahaya.
Lintasan retinohypotalamic yang mengarah ke SCN berasal dari
sekumpulan sel ganglion retina istimewa yang memiliki fotopigmen khusus
dengan nama melanopsin, berbeda dengan fotopigmen yang ada pada sel
batang dan sel kerucut. Sel ganglion istimewa memberi respon langsung
terhadap cahaya dan tidak memerlukan nput dari sel batang dan kerucut. Sel
ganglion khusus tersebar sebagian besar di hidung dan selebihnya tersebar
tidak teratur di retina yang berarti penglihatan sel tersebut mengarah ke tepi
(perifer). Sel-sel tersebut merespon cahaya secara lambat, oleh sebab itu sel-
sel tersebut memberikan respon terhadap intensitas cahaya secara
keseluruhan. Rata-rata intensitas cahaya dapat dihitung dalam satuan menit
atau jam sehingga dimanfaatkan SCN untuk memperkirakan waktu dalam
sehari.
7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 10/29
9
Biokimia Ritme Sir kadian
Untuk meneliti mengenai mekanisme ritme sirkadian manusia,
peneliti menggunakan lalat buah Drosophila. Peneliti menggunakan lalatsebagai objek penelitian karena mudah bereproduksi dalam hitungan minggu,
dan apabila peneliti telah memahami penyebab mekanisme ritme sirkadian
yang terjadi pada lalat, maka peneliti juga akan menemukan penyebab
mekanisme ritme sirkadian yang terjadi pada manusia yang kurang lebih
sama dengan lalat.
Pada lalat drosophila terdapat gen period (disingkat dengan per) dan
gen timeless (disingkat dengan tim) yang masing-masing keduanta keduanya
menghasilkan protein per dan tim. Pada pagi hari, produksi kedua protein ini
sedikit dan semakin meningkat sepanjang hari. Di sore hari, kedua protein
dihasilkan dalam jumlah yang tinggi sehingga membuat lalat mengantuk.
Jumlah protein per dan tim yang tinggi membuat umpan balik terhadap gen
per dan tim sehingga mengakibatkan produksi protein terhenti. Di malam
hari, gen per dan tim tidak lagi menghasilkan protein sehingga konsentrasi
kedua protein tersebut menurun, hingga keesokan harinya siklus tersebut
terulang kembali. Apabila konsentrasi protein Per dan Tim tinggi, kedua
protein tersebut akan berinteraksi dengan protein clock untuk memicu rasa
kantuk. Apabila produksi protein per dan tim rendah, maka hasilnya adalah
keterjagaan. Selain itu, apabila pada mamalia, berkas cahaya akan
mempengaruhi input yang masuk ke dalam SCN sehingga mengubah
pelepasan protein Tim. Pada dasarnya, protein Per dan Tim meningkatkan
aktivitas neuron-neuron tertentu di SCN.
Dengan mengetahui tentang mekanisme ritme sirkadian, kita akan
dapat mengetahui dan memahami beberapa gangguan tidur yang tidak umum.
Beberapa individu yang mengalami mutasi pada gen per memiliki siklus
sirkadian yang aneh, yaitu jam biologis mereka akan kurang dari 24 jam.
Individu yang menfgalami kerusakan pada gen per juga akan menderita
depresi.
7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 11/29
10
Melatonin
Fase bangun dan tidur dilakukan oleh SCN yang melakukan
pengendalian terhadap aktivitas beberapa daerah otak yang lain, salah satunyakelenjar pineal. Kelenjar pineal adalah sebuah kelenjar endokrin yang terletak
pada sisi posterior talamus. Kelenjar pineal menyekresikan hormon
melatonin, sebuah hormon yang meningkatkan rasa kantuk. Pada manusia,
proses ini biasanya terjadi pada malam hari. Individu yang menderita tumor
kelenjar pineal terkadang dapat terjaga sampai berhari-hari. Sedangkan
apabila manusia berpindah dari zona waktu yang berbeda dan mengikuti
jadwal yang baru, mereka akan terus mengantuk pada waktu yang sama
seperti zona waktu yang lama sampai ritme melatonin berubah. Oleh sebab
itu, pil melatonin dikonsumsi oleh individu yang melakukan perjalanan jauh
ke zona waktu baru atau memulai jadwal kerja yang baru dan perlu tidur pada
waktu yang tidak biasa.
Sekresi melatonin terjadi 2-3 jam sebelum waktu tidur. Apabila
mengkonsumsi pil melatonin maka rasa kantuk akan muncul dua jam
kemudian, kecuali jika pil dikonsumsi pada sore hari maka tubuh tidak akan
terlalu merasakan efek mengantuk, karena pada sore hari tubuh juga
menghasilkan melatonin. Saat ini penggunaan pil melatonin sudah menjadi
tren. Melatonin adalah antioksidan sehingga memberikan manfaat terhadap
kesehatan. Dosis rendah pil melatonin (hingga 0,3 mg/hari) menhasilkan
tekanan darah yang menyerupai tekanan darah normal sehingga tidak
menimbulkan pengaruh negatif. Dosis yang lebih besar jarang menimbulkan
efek samping yang teramati. Pengaruh jangka panjang melatonin padamanusia belum diketahui, tetapi sama dengan penggunaan obat lainnya
sebaiknya digunakan ketika dibutuhkan.
B. Tahapan dalam Tidur dan Mekanisme Otak
1. Tahapan dalam Tidur
Tidur merupakan suatu proses yang bersifat pasif dan dianggap sebagai
keadaan normal dari kehidupan kita. Pendapat ini dianut oleh para ahli sampai
7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 12/29
11
tahun 1950-an. Saat ini diketahui bahwa saat manusia sedang tidur aktifitas otak
sangat aktif. Ketika tertidur, terjadi aktivitas di otak yang melalui beberapa
tahapan yang dinamakan siklus tidur. Berikut data hasil pengukuran
polisomnograf, yaitu sebuah kombinasi antara EEG dan pengukur pergerakan
mata,
1. Tahapan terjaga atau Rileks
Terdapat rangkaian gelombang alfa pada frekuensi 8-12 perdetik. Merupakan
fase nol yang ditandai dengan subjek dalam keadaan tenang dan tertutup.
Terdapat gerakan bola mata dan berlangsung antara lima sampai sepuluh
menit.
2. Awal periode tidur
Merupakan fase peralihan dari fase terjaga ke fase tidur. Pada hasil
pengukuran EEG, gelombang didominasi oleh gelombang patah-patah tidak
beraturan bervoltase rendah. Aktivitas otak mulai menurun. Pada orang
normal fase 1 ini tidak berlangsung lama yaitu antara lima sampai sepuluh
menit kemudian memasuki fase berikutnya.
3.
Tidur tahap kedua
Pada tahap ini terdapat karakteristik yang menonjol, yaitu terdapat spindle
tidur dan kompleks K. Spindel tidur ini terdiri dari gelombang berfrekuensi
12-14 Hz per detik yang berlangsung selama ledakan aktivitas, yang
berlangsung spaling tidak selama setengah detik. Spindel tidur adalah hasil
dari interaksi antara sel-sel pada thalamus dan korteks yang berisolasi.
Sedangkan kompleks K merupakan gelombang curam amplitude tinggi. Fase
2 ini berjalan relatif lebih lama dari fase 1 yaitu antara 20 sampai 40 menitdan bervariasi pada tiap individu.
4.
Tidur tahap ketiga
Detak jantung, tarikan nafas, dan aktivitas otak melambat. Gelombang lambat
beramplitudo besar semakin sering muncul.
5.
Tidur tahap keempat
Lebih dari setengah hasil rekaman terdiri dari gelombang besar dengan durasi
setengah detik dan terbentuk slow wave sleep.
7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 13/29
12
6. Tidur paradox atau REM
Adanya gelombang cepat tidak beraturan yang bervoltase rendah yang
menandakan adanya peningkatan aktivitas neuron yang merupakan tidur tidak
pulas tetapi pada tahap ini semua otot yang mendukung postur tubuh,
misalnya otot pendukung kepala lebih berelaksasi di tahap ini.
2. Tidur Paradoks dan REM
Banyak penemuan yang berawal karena peneliti mengungkap sesuatu secara
tidak sengaja dan mereka menyadari adanya kemungkinan bahwa hal tersebut
penting. Pada sekitar tahun 1950an, peneliti berkebangsaan Prancis, Michael
Jouvet sedang menguji kemampuan belajar sekelompok kucing yang korteks
serebrumnya telah keluarkan. Jouvet merekam pergerakan kecil yang terjadi pada
otot dan EEG dari otak bagian belakang, karena mamalia yang telah dikeluarkan
serebrumnya cenderung lebih tidak aktif. Dari penelitian yang dilakukan inilah
muncul fenomena tidur paradoks. Karena disatu sisi tidur paradoks merupakan
tidur pulas dan di sisi lain tidur tidak pulas. Karena terdapat adanya peningkatan
aktivitas neuron yang merupakan tidur tidak pulas tetapi pada tahap ini semua otot
yang mendukung postur tubuh, misalnya otot pendukung kepala lebih berelaksasi
di tahap ini.
Sementara di Amerika Serikat terdapat penelitian yang dilakukan oleh
Nathaniel Kleitmen dan Eugene. Penelitian in mengamati pergerakan mata dalam
sekelompok individu sebagai dasar pengukuran kepulasan tidur berdasarkan
asumsi bahwa pergerakan mata akan berhenti ketika tidur. Setelah mereka
melakukan pengukuran berulang dan diteliti, mereka berkesimpulan bahwa dalam
tidur terdapat fase gerak mata cepat atau Rapid Eye Movement (REM). Mereka beranggapan bahwa REM sebenarnya sama dengan tidur paradoks yang
dikemukakan oleh Jouvet. Istilah tidur REM digunakan peneliti untuk manusia,
sedangkan istilah tidur paradoks digunakan untuk penelitian hewan.
Selama berlangsungnya tidur REM, hasil rekaman EEG memperlihatkan
adanya adanya gelombang cepat tidak beraturan yang bervoltase rendah yang
menandakan adanya peningkatan aktivitas neuron. Karakteristik tidur REM
adalah biasanya disertai dengan mimpi aktif, lebih sulit dibangunkan, tonus otot
7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 14/29
13
tertekan, menunjukkan inhibisi kuat proyeksi spinal atas system pengaktivasi
retikularis, frekuensi jantung dan pernafasan menjadi tidak teratur, dan mata cepat
tertutup dan terbuka, nadi cepat dan tidak teratur, tekanan darah meningkat atau
berfluktuasi, sekresi gaster meningkat dan metabolisme meningkat.
Selain tahap tidur REM terdapat pula tahap tidur NREM atau nonREM. Pola
tidur biasa atau NREM. Pola tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan
dalam tidur gelombang pendek karena gelombang otak selama NREM lebih
lambat daripada gelombang alpha dan beta pada orang yang sadar atau tidak
dalam keadaan tidur Tanda-tanda tidur NREM adalah mimpi berkurang, keadaan
istirahat (otot mulai berelaksasi), tekanan darah menurun,kecepatan pernafasan
menurun, metabolisme menurun, dan gerakan mata melambat
Fase NREM atau tidur biasa ini berlangsung ± 1 jam dan pada fase ini
biasanya orang masih bisa mendengarkan suara di sekitarnya, sehingga dengan
demikian akan mudah terbangun dari tidurnya. Tidur NREM ini mempunyai 4
(empat) tahap yang masing-masing-masing tahap di tandai dengan pola
gelombang otak.
3. Mekanisme Otak terhadap Keterjagaan dan Kegairahan
Otak memiliki sistem-sistem yang memengaruhi kegairahan. Struktur yang
ada ialah pontomesenchepalon, rafe dorsal, dan sebagian hipotalamus yang
berfungsi mengendalikan berbagai kelompok sel di dasar otak bagian depan yang
memiliki akson pelepas asetil kolin ke sebagian besar otak bagian depan.
Struktu r otak terkait dengan Kegairahan dan Perhatian
Apabila otak bagian tengah dipotong, kegairahan akan turun karena
rusaknya formasi reticular, yaitu sebuah struktur yang memanjang dari medulla
menuju otak bagian depan. Neuron-neuron pada formasi reticular, sebagian
mengarah ke atas menuju orak dan sebagian lagi mengarah ke bawah menuju
sumsum tulang belakang. Akson yang mengarah ke sumsum tulang belakang,
membentuk bagian trakturs ventromedial pengendali motor. Neuron formasi
reticular yang mengarah ke atas sangat sesuai untuk mengatur kegairahan. Salah
satu dari formasi reticular yang berperan dalam kegairahan adalah
7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 15/29
14
pontomesenchepalon. Akson ini melepaskan asetil kolin dan glutamate yang akan
menghasilkan efek eksitator di dalam hipotalamus, thalamus, dan dasar otak
bagian depan. Oleh sebab itu, pontomesenchepalon mempertahankan kegairahan
selama periode keterjagaan sebagai respon terhadap kegiatan baru atau
menantang. Stimulasi pontomesenchepalon akan menyebabkan keterjagaan
individu yang tidur atau meningkatkan kewaspadaan pada individu yang sudah
terjaga.
Kegairahan dan perhatian bukanlah proses tunggal. Bangun tidur,
menyimpan ingatan, dan peningkatan usaha yang berorientasi hasil bergantung
pada proses yang terpisah . Contohnya adalah Locus coerulus yang merupakan
sebuah struktur kecil yang terletak pada pons otak, yang tidak aktif dalam
sebagian besar waktunya, tetapi menghasilkan ledakan impuls ketika memberikan
respon terhadap peristiwa. Biasanya dalam periode tidur, locus coerulus tidak
aktif. Neurotransmitter yang dilepaskan oleh locus coerulus adalah norepinefrin
yang dapat meningkatkan penyimpanan informasi dalam masa terjaga dan
menghambat tidur REM.
Hipotalamus memiliki beberapa lintasan yang dapat mempengaruhi
kegairahan. Salah satu lintasan yang berasal dari nucleus lateral hipotalamus,
terutama yang berasal dari nucleus lateral hipotalamus melepaskan sebuah
neurotransmitter peptide yang disebut oreksin yang mampu mempertahankan
keterjagaan seseorang. Kemudia terdapat akson-akson yang melepaskan
neurotransmitter histamin yang berfungsi untuk meningkatkan kegairahan.
Lintasan lain yang berasal dari lateral hipotalamus dan mengendalikan sel-
sel pada dasar otak bagian depan. Sel-sel dasar otak bagian depan menumbuhkan
akson yang melintas menuju thalamus dan korteks serebrum. Beberapa aksontersebut melepaskan asetil kolin yang memiliki efek eksitator dan cenderung
meningkatkan kegairahan, mengeksitasi thalamus dan korteks, meningkatkakn
pembelajaran, dan mengubah tidur NREM menjadi REM. Selain itu terdapat pula
akson lain yang berasal dari dasar otak bagian depan yaitu sel-sel inhibitor yang
menghasilkan GABA yang sangat penting dalam membantu kita memahami apa
yang kita alami selama tidur. Selain itu GABA juga dapat menginhibisi thalamus
dan korteks. Biasanya sebuah neuron mungkin menjadi aktif secara spontan atau
7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 16/29
15
karena memberikan respon terhadap stimulus, tetapi stimulasi tersebut tidak
diteruskan akson ke area otak lain karena adanya inhibisi oleh GABA.
4. Fungsi Otak pada Tidur REM
Para peneliti menggunakan pindai PET untuk mengetahui area otak yang
mengalami peningkatan atau penurunan aktivitas selama REM. Prosedur pindai
PET ini dimulai ketika peneliti menyuntik zat kimia radioaktif dalam kondisi
objek tertidur, dengan konsekuensi bahwa hasil pindai PET hanya terlihat jelas
apabila kepala objek tidak bergerak sama sekali. Menurut Braun, dkk. (1998) dan
Maquet, dkk. (1996) hasil yang diperoleh dari pindai PET ini adalah:
a. Terjadi peningkatan aktivitas pada korteks parietal, temporal, pons dan sistem
limbik (yang berperan penting dalam emosi) dalam tahap REM.
b. Dalam tahap REM pula, aktivitas pada korteks visual utama, korteks motor,
dan korteks prefrontal dorsolateral menurun.
Di samping itu, peran pons pada saat tidur REM sangatlah besar,
diantaranya adalah sebagai asal muasal gelombang PGO (Pons Genikulat
Oksipital), yaitu pola potensial listrik beramplitudo tinggi. Gelombang ini
pertama kali dideteksi pada pons, kemudian nukleus genikulat lateral thalamus,
dan sampai kepada korteks oksipital (D.C Brooks & Bizzi, 1963; Laurent,
Cespuglio & Jouvet, 1974). Jumlah gelombang PGO ini harus cenderung
konstan tiap harinya. Apabila gelombang PGO muncul diluar kebiasaan maka
akan menimbulkan perilaku abnormal. Selain itu, sel-sel pada pons juga
membantu mengirimkan informasi ke sumsum tulang belakang untuk
menghambat motor neuron yang mengendalikan otot-otot besar dalam tubuh.
7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 17/29
16
REM bergantung pada neurotransmitter serotonin dan asetilkolin. Hal ini
dilihat dari penyuntikan obat carbathol, yaitu zat kimia yang menstimulasi
sinapsis asetil kolin, dapat membuat seseorang langsung memasuki tahap
REM(Baghdoyan, Spotts, & Snyde, 1993). Namun berbeda halnya dengan
serotonin dan norephinefrin, kedua neurotransmitter itu justru menginterupsi
atau memperpendek periode tidur REM (Boutrel, Franc, Hen, Hamon, & Adrien,
1999), karena menimbulkan ledakan aktivitas pada lobus coeruleus.
5. Gangguan Tidur
Insomnia
Insomnia adalah gangguan di mana orang tidak dapat mendapatkan cukup
tidur atau tidur yang restoratif . Beberapa penyebab insomnia antara lain adalah
suara, suhu yang tidak nyaman, stres, nyeri, pola makan, pengobatan, epilepsi,
penyakit Parkinson, tumor otak, depresi, kegelisahan dan beberapa gangguan
saraf dan psikologis lainnya.
Contoh kasus akibat pola makan ialah, seorang anak mengalami susah
tidur karena tidak toleran terhadap susu (Horne, 1992) dan orangtuanya tidakmenyadarinya bahkan terus menerus memberikan susu setiap sebelum tidur. Hal
inilah yang menyebabkan anak mengalami insomnia atau gangguan tidur.
7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 18/29
17
Banyak pula kasus insomnia yang terkait dengan perubahan ritme
Sirkadian. (MacFarlane, Cleghorn, & Brown, 1985a, 1985b). Ritme sirkadian
adalah siklus 24 jam dalam proses fisiologis makhluk hidup, termasuk
tumbuhan, hewan, jamur dan sianobakteria. Ritme sirkadian penting untuk
menentukan pola tidur dan pola makan semua hewan, termasuk manusia. Dalam
ritme Sirkadian ini dijelaskan bahwa seseorang tertidur ketika suhu tubuhnya
turun dan terbangun ketika suhu tubuhnya naik. Apabila ritme Sirkadian ini
mundur, maka hipotalamus akan menganggap bahwa waktu belum terlalu
malam dan akibatnya tidur terlalu larut (Morris, dkk., 1990). Namun ketika ritme
ini maju, maka ia akan tidur lebih cepat dari waktunya dan bangun lebih awal.
Faktor penggunaan obat penenang sebagai obat tidur juga dapat
menyebabkan insomnia, sebab penggunaan yang berulang akan membuat
ketergantungan hingga individu akan mengalami kesulitan tidur apabila tidak
mengkonsumsinya (Kales, Scharf, & Kales 1978).
Apnea Tidur
Apnea Tidur adalah ketidakmampuan bernafas ketika tertidur, terkadang
berlangsung semenit atau lebih. Biasanya mereka akan terbangun terengah-
engah kehabisan nafas. Konsekuensi yang muncul ialah rasa kantuk di siang
hari, gangguan terhadap perhatian, depresi, dan terkadang gangguan jantung.
Apnea ini juga menyebabkan sejumlah area otaknya kehilangan neuron sehingga
mengalami gangguan belajar, nalar, perhatian, dan kendali impuls (Beebe &
Gozal,2002; Macey, dkk., 2002). Kehilangan neuron ini diakibatkan oleh
rendahnya oksigen dalam periode yang berulang. Apnea tidur ini disebabkan
oleh gen, hormon, obesitas, dan kesusakan mekanisme pengendalian nafas
ketika lanjut usia.
7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 19/29
18
Narkolepsi
Narkolepsi adalah sebuah kondisi yang ditandai oleh seringnya periode
rasa kantuk pada siang hari (Aldrich, 1998). Gangguan ini ditandai dengan
gejala sebagai berikut:
a. Serangan rasa kantuk yang bertahap dan mendadak disiang hari
b. Katapleksi, yaitu kondisi lemahnya otot pada saat individu terjaga, yang
sesekali mucul.
c. Lebih sering mengalami paralisis tidur, yaitu ketidakmampuan bergerak ketika
memasuki periode tidur atau bangun dari tidur.
d. Halusinasi hipnogogik yaitu pengalaman menyerupai mimpi sehingga
individu tersebut mengalami kesulitan untuk membedakannya dengan
kenyataan.
Penyebab narkolepsi ialah kekurangan sel-sel hipotalamus yangmerupakan penghasil dan pelepas neurotransmitter oreksin (THanickal, dkk.,
2000). Oreksin inilah yang berperan untuk mempertahankan keterjagaan, itulah
mengapa penderita narkolepsi tidak dapat tetap terjaga, mereka melewati periode
mengantuk yang singkat. Untuk membuat penderita narkolepsi tetap terjaga,
diberikan pengobatan berupa stimulan seperti metilfenidat yang meningkatkan
aktivitas dopamin dan norepinefrin.
7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 20/29
19
Gangguan pergerakan anggota badan periodik
Sebuah gerakan refleks kaki dan tangan yang berulang (Edinger, dkk.,
1992). Pada sebagian besar penderita yang paruh baya atau lanjut usia,umumnya terjadi tendangan kaki setiap 20-30 detik selama tahap tidur NREM.
Tendangan yang sangat kuat dapat membangunkan individu tersebut. Gangguan
ini dapat diatasi dengan diberikan obat penenang (Schenk & Mahowald, 1996)
Gangguan Peri laku REM
Pada penderita gangguan perilaku REM, otot-otot mereka bergerak aktif
dan penuh semangat selama dalam kondisi REM, sesuai dengan pergerakan
didalam mimpinya. Sebagian besar penderita gangguan ini merupakan individu
lanjut usia, terutama mereka dengan penyakit otak atau Parkinson (Olson, dkk.,
2000). Penyakit otak ini menyebabkan kerusakaan pada sel-sel pons, yang
merupakan pengirim informasi yang menginhibisi neuron sumsum tulang
belakang, dimana merupakan pusat pengendali otot besar.
Teror malam, mengigau dan sleep-walki ng
Teror malam adalah sebuah pengalaman kegelisahan yang memuncak
yang menyebabkan penderitanya terbangun dari tidur dan berteriak, namun
berbeda dengan mimpi buruk. Mengigau adalah tindakan berbicara dalam tidur
yang tidak disadari dan bersifat umum serta tidak berbahaya. Mengigau ini
terjadi dalam tahapan REM dan NREM (Arkin, Toth, Baker, & Hastey, 1970)
Sleep-walking diturunkan dalam keluarga dan umunya terjadi pada umur
2-5 tahun, serta belum diketahui penyebabnya. Biasanya sleep-walking terjadi
pada tahap ketiga atau keempat dalam tidur, dan bukan ketika tahap REM.
Sebab, dalam keadaan REM, otot-otot telah benar-benar berelaksasi sehingga
tidak memungkinkan individu untuk sleep-walking dalam tahap ini.
7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 21/29
20
C. Mengapa Tidur? Mengapa Tidur REM? Mengapa Bermimpi?
1. Fungsi Tidur
Tidur memiliki beragam manfaat. Hal-hal yang terjadi selama kita tidur;
antara lain otot-otot diistirahatkan, metabolisme menurun, penyusunan ulang
protein diotak, (kong dkk, 2002), mengorganisasi ulaang, dan memperkuat
memori. Individu yang kekurangan tidur mengalami kesulitas untuk
berkonsentrasi dan lebih rentan terhadap penyakit. Oleh karen itu kita sudah
pasti membutuhkan tidur.
Tidur dan Konservasi Energi
Pada awalnya, tidur mungkin memiliki manfaat yang sederhana,
kemudian proses evolusi menambah fungsi lain. Semua spesies membutuhkan
tidur, bukan hanya vertebrata dengan otak yang besar dan memori yang
kompleks. Bahkan, bakteri pun memiliki ritme sirkadian (Mihalcescu, Hsing,
& Leibler, 2004).
Sebuah hipotesis yang dapat diterima menyatakan bahwa tidur pada
awalnya hanya merupakan sebuah cara untuk mengonservasi energy
(Kleitmen, 1963). Hampir semua spesies termasuk hewan sel tunggal tampak
lebih efisien pada satu waktu dibanding dengan waktu lainnya (sebagaian lebih
efisien pada siang hari karena mereka dapat melihat, spesies yang lebih
mengandalkan penciuman daripada penglihatan lebih efisien pada malam hari
karena predator tidak dapat meilihat mereka). Tidur mengonservasi energy
pada masa yang tidak efisien, yaitu ket ika aktivitas justru lebih menyebabkan
bahaya daripada manfaat. Bahkan, robot ROVER buatan NASA memiliki
mekanisme “tidur” pada malam hari untuk mengonservasi baterai. Selama tidur
berangsung, suhu tubuh mammalian turun sekitar 1-2, penurunan suhu
tersebut cukup untuk mengonservasi energy dalam jumlah signifikan.
Penurunan aktivitas otot menyebabkan lebih banyak lagi energy yang
terkonservasi. Hewan-hewan meningkatkan durasi tidur pada saat inilah
konservasi energy menjadi masalah yang sangat penting (Berger & Phillips,
1995). Hibernasi adalah kebutuhan yang mutlak bagi beberapa hewan, akan
7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 22/29
21
tetapi, fungsi hibernasi hanya untuk mengonservasi energy ketika makanan
sulit ditemukan. Beberapa spesies lain yang memperlihatkan spesialisasi tidur
yang menarik. Sebagai contoh tidurnya lumba-lumba dan mamalia air lainnya.
Dimalam hari, hewan – hewan tersebut harus waspda untuk tetap sesekali
mengambil napas ke permukaan. Lumba-lumba dan mamalia air lainnya dalam
proses evolusinya telah mengembangkann kemampuan untuk mengistirahatkan
satu sisi otak saja secara bergiliran. Artinya, sementara salah satu belahan otak
tertidur, belahan otak yang lain tetap terjaga untuk mengendalikan renang dan
napas (Rattenborg, Amlaner, & Lima, 2000). Burung-burung migran pun
menghadapi masalah yang berbeda, banyak spesies burung migran yang
mencari makan disiang hari dan dimalam harinya mereka terbang untuk
bermigrasi ini dilakukan ketika musim gugur dan semi tiba selama satu atau
dua minggu. Jadwal tersebut menyebabkan mereka hanya dapat idur dengan
waktu yang singkat atau tidak sama sekali. Tampaknya, selama bermigrasi
burung-burung menurunkan kebutuhan tidurnya.
Fungsi Restorasi Tidur
Jika memang fungsi awal tidur adalah untuk mengonservasi energi,
maka saat ini tidak diragukan lagi bahwa tidur menguji fungsi restorasi tidur
adalah dengan melakukan pengamatan terhadap pengurangan tidur selama
seminggu, untuk penelitian maupun untuk pertunjukan, melaporkan adalnya
rasa pusing, gangguan konsentrasi, mudah marah, tremor pada tanggan, dan
halusinasi (Dement, 1972; L.C. Johnson, 1969). Pekerja yang bekerja selama
musim dinggin di antartika hanya tidur dalam waktu yang singkat dan
mengalami depresi (Palinkas, 2003). Bahkan, satu malam tanpa tidur dapatmeningkatkan aktivitas system imun secara sementara (Matsumoto, dkk.,
2001). Artinya kita bereaksi terhadap pengurangan tidur seolah-olah kita sakit.
Akan tetapi, setiap individu memiliki kebutuhan tidur yang berbeda.
Hasil pengamatan terhadap dua pria dewasa mengungkapkan bahwa mereka
rata-rata hanya tidur selama 3 jam dan bangun dengan perasaan segar (H.S
Jones & Oswald, 1968). Diketahui pula bahwa seseorang wanita yang berumur
7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 23/29
22
70 tahun, rata-rata setiap malam hanya tidur 1 jam dan sering kali merasa tidak
membutuhkan tidur sama sekali (Meddis, Pearson, & Langford, 1972).
Pengurangan tidur yang diperpanjang pada hewan percobaan, yang biasanya adalah tikus, telah menimbulkan gangguan yang lebih parah.
Perbedaan utama antara pengurangan pada manusia dan hewan percobaan
adalah bahwa hewan percobaan dipaksa untuk tetap terjaga, sementara manusia
sukarela ikut dalam percobaan tahu bahwa mereka dapat berhenti jika kondisi
tidak memungkinkan (pengaruh stressor terhadap subjek pengujian akan lebih
besar jika stressor tidak dapat diperkirakan dan tidak dapat dikendalikan).
Setelah beberapa hari mengalami pengurangan tidur, tikus tersebut
memperlihatkan adanya peningkatan suhu tubuh, laju metabolism, dan nafsu
makan. Hal-hal yang mengindikasikan bahwa tubuh tikus sedang bekerja
begitu berat. Apabila pengurangan tidur terus dilanjutkan, otak tikus tersebut
mengalami penurunan aktivitas dan system imunitas tidak dapat berfungsi
ormal sehingga kehilangan kekebalan terhadap infeksi (Everson, 1995;
Rechtschaffen, & Bergmann, 1995). Akan tetapi, sulit untuk membedakan
anatara pengaruh yang timbul akibat pengurangan tidur dan pengaruh yang
timbul akibat dari beragam ala yang dipasangkan pda hewan tersebut untuk
membuatkanya tetap terjaga.
Tidur dan Memori
Sebuah pesan singkat untuk pelajar: ketika anda belajar, jangan lupa
untuk tidur yang cukup. Ketika individu melatih suatu keterampilan secara
berulang-ulang, terkadang performanya menurut seiring berlalunya hari,
namun dapat pulih jika individu tersebut tidur siang sebentar (Mednick dkk,
2002). Hasil-hasil percobaan tersebut mengindikasikan bahwa tidur
memperkuat memori. Tidur juga membantu kita untuk menganalisis ulang
ingatan. Dalam sebuah studi, sekelompok individu yang baru berlatih sebuah
keterampilan kompleks, lebih mungkin mendapat persepsi tentang cara mudah
melakukan keterampilan tersebut (pengalaman “aha” setelah melalui periode
tidur singkat dibandingkan jika melalui periode terjaga dengan durasi yang
sama (Wager dkk,. 2004).
7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 24/29
23
Pada beberpa studi, peneliti merekam aktivitas sekelompok individu yang
mempelajari keterampilan motor baru- serupa dengan keterampilan yang anda
pelajari dalam video game- kemudian peneliti merekam aktivitas otak mereka
katika tidur. Mengunakan microelectrodes dalam sel untuk hewan laboratorium
dan elektroda kototr di kulit kepala bagi manusia. Hasil rekaman aktivitas
mereka tidur memperlihatkan bahwa area otak yang aktif ketika mereka belajar
keterampilan yang baru, juga menjadi aktif ketika mereka tidur. Selain itu,
jumlah aktivitas pada area otak tersebut berkorelasi tinggi dengan kemajuan
mereka dalam melakukan keterampilan tersebut pada keesokan harinya (Huber,
Ghilardi, Masimini, & Tonomi, 2004; Maque dkk., 2000; Peigneux dkk.,
2004). Hal yang sama juga terjadi pada burung yang belajar berkicau
(Deregnaucourt, Mitra, Feher, pytte, & Tchernichovski, 2005). Semua hasil
studi tersebut mengindikasikan bahwa tidur merupakan waktu penguatan
memori.
2. Fungsi Tidur REM
Rata-rata orang menghabiskan sekitar sepertiga dari hidupnya tertidur
dan sekitar seperlima dari tidur REM, yang berjumlah sekitar 600 jam REM
per tahun. Tidur REM yang terjadi pada mamalia dan burung menunjukkan
bahwa kapasitas untuk itu adalah bagian dari warisan evolusi kita kuno.
Beberapa spesies memiliki lebih dari yang lain. Sebagai aturan, spesies dengan
total jam tidur paling juga memiliki persentase tertinggi Tidur REM (J. Siegel
M., 1995). Kucing menghabiskan sampai 16 jam hari tidur, banyak atau
sebagian besar dalam tidur REM. Kelinci, guinea babi, dan domba tidur kurang
dan menghabiskan sedikit waktu di REM.
Satu hipotesis adalah bahwa REM penting untuk penyimpanan memori
atau membantu otak menyingkirkan hubungan-hubungan tidak berguna yang
tidak sengaja dibentuk selama satu hari (Crick & Mitchison, 1983). REM dan
tidur non-REM mungkin penting untuk mengkonsolidasikan jenis perbedaan
dalam memori. Namun, banyak orang menggunakan obat yang menginhibisi
MAO, anti depresan obat-obatan yang sangat membatasi terjadinya tidur REM,
tanpa menimbulkan kerusakan apa pun pada kornea. Penelitian pada hewan
7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 25/29
24
laboratorium menunjukkan bahwa inhibitor MAO kadang-kadang bahkan
meningkatkan memori (Parent, Habib, & Baker, 1999).
Hipotesis lain terdengar aneh karena kita cenderung membayangkan peran untuk tidur REM: David Maurice (1998) mengusulkan bahwa REM
hanya merupakan gerakan bola mata bolak-balik cukup untuk mendapatkan
lebih memadai oksigen ke kornea mata. Kornea mata, tidak seperti bagian
tubuh lainnya, mendapatkan oksigen langsung dari udara sekitarnya. Mereka
mendapatkan beberapa oksigen dari cairan di belakang mereka tetapi ketika
mata bergerak, cairan menjadi tetap. Gerakan mata meningkatkan pasokan
oksigen ke kornea. Menurut pandangan ini, REM adalah cara membangkitkan
tidur yang cukup menggerakkan mata kembali dan sebagainya, dan manifestasi
lain dari REM termasuk mimpi hanya sebagai sebuah hasil. Gagasan ini
amatlah masuk akal berdasarkan fakta bahwa REM terjadi pada menjelang
akhir malam tidur, ketika fluida di belakang mata akan menjadi yang paling
stagnan. Hal ini juga masuk akal dari fakta bahwa individu yang menghabiskan
berjam-jam tidur berlebih. Namun, seperti yang disebutkan, banyak orang
menggunakan inhibitor MAO yang sangat membatasi tidur REM. Singkatnya,
bukti tidak meyakinkan mendukung setiap hipotesis saat ini tentang fungsi
REM.
3. Perspektif Biologis tentang Mimpi
H ipotesis Aktivasi Sintesis
Berdasarkan hipotesis aktivasi sintesis, mimpi merepresentasikan usaha
otak untuk memaknai informasi yang telah terdistorsi. Mimpi dimulai dengan
ledakan periodik aktivitas spontan di pons-gelombang PGO yang mengaktivasi
beberapa bagian korteks. Inti korteks menggabungkan input acak tersebut
dengan kegiatan apa pun yang sedang terjadi dan melakukan mensintesis suatu
cerita agar informasi masuk akal. Hobson & McCarley, 1977; Hobson, Pace
Schott, & Stickgold, 2000; McCarley & Hoff manusia, 1981). Masukan dari
pons biasanya mengaktifkan amigdala, suatu bagian dari lobus temporal yang
7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 26/29
25
sangat penting bagi pengolahan emosional, dan karena itu, sebagian besar
mimpi memiliki emosional yang kuat.
Kebanyakan orang pernah mengalami mimpi terbang atau jatuh dariketinggian. Nah, ketika kita sedang tidur, posisi tubuh kita berbaring datar,
berbeda dengan posisi tubuh di waktu terjaga. Otak yang pada saat itu berada
pada kondisi setengah sadar merasakan sensasi vestibular dari posisi tubuh kita
dan mengiterpretasikannya sebagai terbang atau jatuh. Pada saat kita bermimipi
bahwa kita tidak dapat bergerak, hal itu dapat dijelaskan dengan teori aktivasi
sintesis. Ketika kita berada dalam tidur REM, otot-otot utama penyokong
postur tubuh tidak dapat bergerak, artinya, ketika kita bermimpi, kita memang
tidak dapat bergerak sama sekali.
H ipotesis Kl in iko Anatomis
Sebuah alternatif mengenai pandangan biologi tentang mimpi diberi
nama hipotesis kl in iko anatomis karena hipotesis tersebut didapat dari hasil
studi klinis mimpi pada beberapa pasien penderita berbagai kerusakan otak.
Dalam beberapa hal, hipotesis tersebut mirip dengan teori aktivasi sintesis.
Kedua hipotesis tersebut menyatakan bahwa mimpi diawali oleh adanya
pembangkitan stimulus yang dihasilkan dalam otak, lalu bergabung dengan
memori terbaru dan informasi sensoris. Perbedaan kedua teori tersebut yaitu
pada hipotesis kliniko, hal-hal seperti pons, gelombang PGO, atau tidur REM
tidak terlalu berperan. Hipotesis tersebut menganggap mimpi sama halnya
dengan berpikir, yang terjadi pada kondisi yang tidak umum.
Salah satu bentuk kondisi yang tidak umum adalah bahwa otak mendapat
informasi yang lebih sedikit dari organ-organ indera. Oleh sebab itu, otak
bebas membuat citra tanpa ada gangguan atau batasan. Pada kondisi ini,
korteks motor utama dan neuron motor pada sumsum tulang belakang
mengalami penghambat aktivitas. Oleh karena itu, ketika kita bermimpi kita
itdak akan mungkin untuk bertanya apakah itu merupakan hal yang mungkin
atau tidak.
7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 27/29
26
Di waktu yang sama, aktivitas pada bagian inferior (bawah) parietal
mengalami peningkatan. Bagian ini berperan dalam persepsi visuospasial. Jika
bagian tersebut rusak, maka penderita akan mengalami gangguan
ketidakmampuan menyatukan sensasi tubuh dengan penglihatan, mereka juga
tidak mengalami mimpi. Pada saat itu juga, korteks visual ( diluar area V1)
juga memiliki aktivitas yang cukup tinggi. Area ini berperan penting untuk
pencitraan visual yang ada pada sebagian besar mimpi. Bagian-bagian lain
yang mengalamiaktivitas yang tinggi ketika bermimpi adalah hipotalamus,
amiglada, dan area lain yang berperan penting untuk emosi dan motivasi.
Dengan begitu, stimulus yang mempengaruhi aktivasi bagian korteks
parietal, oksipital dan temporal berupa stimulus internal dan eksternal. Tidak
ada input sensoris dari bagian V1 yang akan menghalangi stimulus dan tidak
ada informasi dari korteks prafontal yang akan mencegah stimulus sehingga
otak akan bebas berhalusinasi ketika bermimpi. Seperti halnya hipotesis
aktivasi sintetis, hipotesis kliniko anatomis juga sulit untuk diuji. Hipotesis
kliniko anatomis tidak menghasilkan prediksi yang spesifik mengenai mimpi
apa dan kapan mimpi itu terjadi.
7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 28/29
27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hewan, termasuk mamalia, memiliki ritme aktivitas internal yang
dihasilkan secara mandiri dan berlangsung sekitar 24 jam. Orang-orang lebih
mudah mengikuti siklus sirkadian yang berlangsung lebih dari 24 jam (perjalanan
mengarah ke arah barat) daripada yang berlangsung kurang dari 24 jam
(perjalanan yang mengarah ke timur). Selain itu, setiap individu memiliki jam
biologis berbeda yang akan terus berjalan dalam kondisi lingkungan yang secara
terus menerus terang atau gelap. Cahaya lah yang menyebabkan pengaturan ulang
jam biologis.
Tidur difasilitasi oleh penurunan stimulasi serta adenosin dan prostaglandin
yang menginhibisi sistem pembangkit kegairahan pada otak. Tidur juga difasilitasi
oleh peningkatan aktivitas beberapa kelompok sel tertentu pada dasar otak bagian
depan yang melepaskan GABA ke sebagian besar otak bagian depan. Tidur REM
diasosiasikan dengan peningkatan aktivitas pada beberapa area otak, antara lain pons, sistem limbik, serta sebagian dari korteks parietal dan temporal. Tidur REM
juga diasosiasikan dengan penurunan aktivitas pada korteks prafrontal, korteks
motor, dan korteks visual utama.
Tidur adalah mekanisme yang dihasilkan oleh proses evolusi untuk
memaksa kita mengonversi energi. Mimpi juga memiliki berbagai fungsi,
misalnya untuk restorasi otak dan konsolidasi memori. Individu yang memiliki
periode total tidur yang besar akan memiliki persentase tidur REM yang besar
juga. Terdapat dua hipotesis mengenai mimpi, yaitu hipotesis aktivasi sintesis dan
hipotesis kliniko anatomis.
7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 29/29
DAFTAR PUSTAKA
Kalat, James W. (2009). Biological Psychology. USA: Wadsworth Cengago
Learning.
Kalat, James W. (2010). Biopsikologi Jilid 2. Jakarta: Salemba Humanika.