tikus

38
MAKALAH PENGENDALIAN VEKTOR DAN BINATANG PENGGANGGU B “Pendendalian Tikus dan Penyakit Yang Berhubungan Dengan Tikus” Dosen Pengampu : Hajimi, SKM, M.Kes Kelompok 6 : Neneng Wasih A9.10.01.0033 Yesy Wahyuningsih A9.10.01.0052 Syarifah Nirwana A9.10.01.0046 Zulkifli A9.10.01.0054 Apyudi A9.10.01.004 Bakat Jubata A9.10.01.007 Sari A9.10.01.0041 Diky Apriansyah A9.10.01.0014 M.Fikry Isnaini A0.10.01.0031 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

description

tikus

Transcript of tikus

Page 1: tikus

MAKALAH PENGENDALIAN VEKTOR DAN BINATANG PENGGANGGU B

“Pendendalian Tikus dan Penyakit Yang Berhubungan Dengan Tikus”

Dosen Pengampu :

Hajimi, SKM, M.Kes

Kelompok 6 :

Neneng Wasih A9.10.01.0033

Yesy Wahyuningsih A9.10.01.0052

Syarifah Nirwana A9.10.01.0046

Zulkifli A9.10.01.0054

Apyudi A9.10.01.004

Bakat Jubata A9.10.01.007

Sari A9.10.01.0041

Diky Apriansyah A9.10.01.0014

M.Fikry Isnaini A0.10.01.0031

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

PRODI D-III

2011/2012

Page 2: tikus

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat rahmat-Nya

kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul penyakit yang di sebabkan oleh tikus.

Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah pengendalian vector dan binatang

pengganggu b ( praktek). Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih

jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi

masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Pontianak 27 maret 2012

Kelompok 6

i

Page 3: tikus

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………...

…………………...ii

BAB 1..............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.......................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang......................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1

1.3 Tujuan....................................................................................................................................1

BAB 2..............................................................................................................................................5

TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................5

2.1 Leptospirosis.........................................................................................................................5

2.2 Plague/pes..............................................................................................................................6

2.3 Sindrom hantavirus paru (HPS)............................................................................................6

2.4 Rat-gigitan demam (RBF).....................................................................................................6

2.5 Komponen-komponen yang dapat dipadukan dalam pengendalian tikus antara lain :.........7

BAB 3..............................................................................................................................................8

PEMBAHASAN..........................................................................................................................8

3.1 Leptospirosis.........................................................................................................................8

3.2 PLAGUE/PENYAKIT PES...............................................................................................13

3.3 Sindrom hantavirus paru (PS).............................................................................................17

3.4 Rat-gigitan demam (RBF)...................................................................................................17

Mengurangi populasi tikus........................................................................................................18

ii

Page 4: tikus

BAB 4............................................................................................................................................19

KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................................19

4.1 Kesimpulan..........................................................................................................................19

4.2 Saran....................................................................................................................................19

Daftar Pustaka................................................................................................................................20

iii

Page 5: tikus

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Definisi Pengendalian Hama Tikus (PHT)

Sistem pengendalian hama yang dapat dibenarkan secara ekonomi dan berkelanjutan yang

meliputi berbagai pengendalian yang kompatibel dengan tujuan memaksimalkan produktivitas

tetapi dengan dampak sekecil-kecilnya.

Perkembanganbiakan tikus sangat cepat, umur 1, –5 bulan sudah dapat berkembangbiak,

setelah hamil 21 hari setiap ekor dapat melahirkan 6-8 ekor anak, 21 hari kemudian pisah dari

induknya dan setiap tahun seekor tikus dapat melahirkan 4 kali.

Di Indonesia tercatat tidak kurang dari 150 jenis tikus, kira-kira 50 jenis masuk dalam

genus Bandicota, Rattes dan Mus. Klasifikasi tikus sawah yaitu : Ordo : Rodentia, Famili :

Myomorpha, Genus : Rattus, Spesies : Rattes ArgentiventerWarna punggung coklat muda bercak

hitam, perut dan dada putih keabu-abuan, Tikus betina mempunyai 12 puting susu (6 pasang)

yang terletak dibagian dada (3 pasang) dan dibagian perut (3 pasang)

Tikus sebagian besar berada di rumah, di perkebunan atau di sawah sebagai hama. Tikus

yang berada di rumah membuat berbagai macam masalah yang menyebabkan penyakit tertentu.

Binatang pengerat tersebut dapat masuk di sudut rumah. Mereka dapat menghasilkan sampah

juga membuang kotoran di rumah rumah yang menjadi sarang tikus. Tikus juga dapat masuk ke

dapur dan buang air kecil di sekitar peralatan masak dan bahan makanan. Akibatnya jika

peralatan tidak dicuci dengan baik dan juga jika makanan yang tercemar oleh tikus dapat

1

Page 6: tikus

menyebabkan penyakit berbahaya. keberadaan tikus di rumah – rumah harus di kontrol secara

rutin agar tidak terjadi penyakit yang tidak di inginkan.Tikus dapat menyebabkan banyak

kerusakan di dalam rumah. Tikus juga dapat menghancurkan peralatan listrik dan elektronik.

Selain itu tikus merupakan hama penting yang menimbulkan kerugian bagi tanaman

pertanian baik dilapangan maupun hasil pertanian dalam penyimpanan. Jenis tanaman yang

sering mendapat serangan hama tikus adalah padi, jagung, kedelai, kacang tanah dan ubi-

ubian.Jenis tikus yang banyak menimbulkan kerugian adalah Rattus Argentiventer (tikus sawah)

dan Rattus diardi yang menimbulkan kerusakan hasil dalam simpanan. Dalam pengendalian tikus

diperlukan strategi yang dapat memadukan semua teknik pengendalian yang kompatibel menjadi

satu kesatuan program, sehingga populasi hama tikus selalu berada pada tingkat yang tidak

menimbulkan kerugian ekonomi, menghasilkan keuntungan optimal bagi produsen serta aman

bagi produsen, konsumen dan lingkungan.

Fakta tentang Tikus

- Vektor penyakit berbahaya seperti leptospirosis, sampar (pes) , thypus, cacing, dll.

- Merusak bahan makanan dan perlatan.

- Menjijikan dan membuat tidak nyaman

PENGENDALIAN TIKUS (Rodentstop Service)

a. Proofing Infestation

Memastikan bahwa seluruh konstruksi rumah tidak adanya celah yang memungkinkan

tikus masuk, baik dari bawah pintu, lubang pembuangan air, atau dari bawah saluran air.

Kami akan merekomendasikan kepada klien bila dijumpai adanya celah masuk tikus

untuk di-proofing/ditutup; biasanya dengan jaring kawat pada area pembuangan air.

2

Page 7: tikus

b. Sanitation

Bila ditemukan tempat yang sanitasinya kurang baik dan bisa menjadi factor penarik

tikus atau bahkan sumber makanan tikus atau menjadi tempat sarang tikus, maka akan

merekomendasikan diadakan perbaikan oleh klien.

c. Treatment Tikus (Rodent Control)

Pengendalian tikus menggunakan Rat Baiting. Penggunaan trap untuk jangka panjang

menimbulkan tikus jera umpan dan neophobia terhadap trap. Penggunaan trap hanya

untuk tempat-tempat yang sangat khusus dengan populasi tikus yang rendah.

Penempatan Rodent Bait dilaksanakan pada area tertentu yang akan menarik tikus dari

dalam sarang ke luar, atau ketempat yang tidak sensitive, seperti area parkir/garden,

setelah itu baru difokuskan untuk tikus yang aktifitasnya dengan radius pendek yakni

tikus nyingnying (mice/Mus musculus), umpan ditempatkan di dalam.

Keraguan akan adanya resiko bau bangkai dapat diatasi dengan konfigurasi penempatan

umpan untuk setiap kategori jenis tikus, jadi dengan penempatan umpan pada suatu

lokasi dapat dideteksi sampai sejauh mana lokasi tempat tikus tersebut mati, ditambah

tenaga serviceman cukup berpengalaman mengatasi masalah tikus di puluhan Rumah

(housing), Mall, industri (pergudangan), RS, Hotel / Apartemen.

Tikus diketahui dapat mengirimkan sejumlah penyakit langsung (melalui gigitan) atau

tidak langsung melalui gigitan parasit yang ditemukan pada tikus atau oleh kontaminasi makanan

dengan urin atau feses. Berikut adalah beberapa penyakit yang disebabkan oleh tikus,

Leptospirosis, plague/penyakit pes, Sindrom hantavirus paru (HPS), Rat-gigitan demam (RBF).

3

Page 8: tikus

1.2 Rumusan Masalah

Penyakit-penyakit apakah yang disebabkan oleh tikus dan bagaimana cara untuk

menanggulangi atau mengurangi bahaya yang dapat di sebabkan oleh tikus sebagai, dan

bagaimana cara untuk mrngurangi populasi tikus ?

1.3 Tujuan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka tulisan makalah ini bertujuan untuk mengupas

mengenai macam-macam penyakit, yang di sebabkan oleh tikus.

4

Page 9: tikus

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Leptospirosis

Sebenarnya adalah penyakit pada binatang yang bisa menjangkiti manusia juga

(zoonosis). Sering dianggap sebagai penyakit pasca banjir karena sering muncul setelah banjir,

atau di daerah-daerah sehabis kebanjiran. Meskipun masyarakat kita belum lama mengenal

leptospirosis, setelah timbul wabah di beberapa kota yang kebanjiran beberapa waktu yang lalu,

tetapi sebenarnya ini bukan penyakit baru.

Leptospirosis adalah penyakit akibat bakteri Leptospira sp. yang dapat ditularkan dari

hewan ke manusia atau sebaliknya (zoonosis). Leptospirosis dikenal juga dengan nama Penyakit

Weil, Demam Icterohemorrhage, Penyakit Swineherd's, Demam pesawah (Ricefield fever),

Demam Pemotong tebu (Cane-cutter fever), Demam Lumpur, Jaundis berdarah, Penyakit

Stuttgart, Demam Canicola, penyakit kuning non-virus, penyakit air merah pada anak sapi, dan

tifus anjing.

 Penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1886 oleh Adolf Weil dengan

gejalapanas tinggi disertai beberapa gejala saraf serta pembesaran hati dan limpa. Penyakit

dengan gejala tersebut di atas oleh Goldsmith (1887) disebut sebagai Weil’s Disease. Pada

tahun 1915 Inada berhasil membuktikan bahwa “Weil’s Disease” disebabkan oleh

bakteriLeptospira icterohemorrhagiae. Penyakit ini merupakan penyakit infeksi yang bersifat

umum pada berbagai spesies hewan peliharaan. Leptospirosis juga ditemukan pada berbagai

hewan liar, terutama pada binatang pengerat, yang biasanya berlaku sebagai hewan pembawa

penyakit.

5

Page 10: tikus

2.2 Plague/pes

Plague, disebut juga penyakit pes, adalah infeksi yang disebabkan bakteri Yersinia pestis

(Y. pestis) dan ditularkan oleh kutu tikus (flea), Xenopsylla cheopis. Penyakit ini menular lewat

gigitan kutu tikus, gigitan/cakaran binatang yang terinfeksi plague, dan kontak dengan tubuh

binatang yang terinfeksi. Kutu yang terinfeksi dapat membawa bakteri ini sampai berbulan2

lamanya. Selain itu pada kasus pneumonic plague, penularan terjadi dari dari percikan air liur

penderita yang terbawa oleh udara.

2.3 Sindrom hantavirus paru (HPS)

Hantavirus sindrom paru (HPS) adalah penyakit mematikan yang ditularkan oleh tikus

yang terinfeksi melalui urine, kotoran, atau air liur. Manusia bisa terkena penyakit ini ketika

mereka menghirup virus aerosol. HPS pertama kali diakui pada tahun 1993 dan sejak itu telah

diidentifikasi di seluruh Amerika Serikat. Meskipun jarang, HPS berpotensi mematikan. Rodent

control di dalam dan sekitar rumah tetap menjadi strategi utama untuk mencegah infeksi

hantavirus.

2.4 Rat-gigitan demam (RBF)

Rat-gigitan demam (RBF) adalah penyakit sistemik yang disebabkan oleh bakteri

moniliformis Streptobacillus yang dapat diperoleh melalui gigitan atau goresan dari binatang

pengerat atau menelan makanan atau air yang terkontaminasi dengan kotoran tikus. Salah satu

penyakit berbahaya yang disebabkan oleh tikus adalah demam gigitan tikus. Penyakit demam

tidak disebabkan oleh gigitan tikus binatang pengerat tersebut langsung tetapi langsung

6

Page 11: tikus

mempengaruhi manusia oleh mencemari atau buang air kecil dalam makanan dan air yang

dikonsumsi oleh manusia.

2.5 Komponen-komponen yang dapat dipadukan dalam pengendalian tikus antara lain :

(a)    Sanitasi Lingkungan,dilakukan dalam bentuk membersihkan rumah, semak-semak dan

rerumputan, membongkar liang dan sarang serta tempat perlindungan lainnya. Dengan

lingkungan yang bersih, tikus akan merasa kurang mendapat tempat berlindung.

(b)    Fisik dan Mekanis,Usaha pengendalian secara fisik maupun mekanis meliputi semua cara

secara fisik langsung membunuh tikus seperti dengan pukulan, diburu dengan anjing,

menggunakan perangkap tikus, penggunaan pagar plastik dan lain sebagainya. Cara

pengendalian ini biasanya memberikan hasil yang memuaskan.

7

Page 12: tikus

BAB 3

PEMBAHASAN

Tikus adalah mamalia yang termasuk dalam suku Muridae. Spesies tikus yang paling

dikenal adalah mencit (Mus spp.) serta tikus got (Rattus norvegicus) yang ditemukan hampir di

semua negara dan merupakan suatu organisme model yang penting dalam biologi; juga

merupakan hewan peliharaan yang populer. Tikus diketahui dapat mengirimkan sejumlah

penyakit langsung (melalui gigitan) atau tidak langsung melalui gigitan parasit yang ditemukan

pada tikus atau oleh kontaminasi makanan dengan urin atau feses. Berikut macam – macam

penyakityang disebabkan oleh tikus

3.1 Leptospirosis

Selama 1 Februari - 9 Maret 2004, telah dirawat 13 orang penderita leptospirosis, tiga orang

di antaranya meninggal. Gejala leptospirosis hampir sama dengan DBD. Suhu badan panas

selama 2-10 hari, menggigil, sakit kepala dan otot pada betis serta mata tampak merah atau

kekuning-kuningan.

I. Apa Itu Lestospirosis

Leptospirosis sesungguhnya tergolong penyakit hewan yang bisa menjangkiti manusia juga, atau

disebut zoonosis. Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Leptospira

berbentuk spiral yang menyerang hewan dan manusia dan dapat hidup di air tawar selama lebih

kurang 1 bulan. Tetapi dalam air laut, selokan dan air kemih yang tidak diencerkan akan cepat

mati. Di dunia kedokteran veteriner, penyakit ini bukan asing lagi, bahkan telah lama sekali

dikenal. Vaksinasi hewan piaraan terhadap penyakit leptospirosis pun telah rutin dilakukan.

8

Page 13: tikus

II. Sumber Penularan

Penyebabnya bakteri Leptospira. Kuman ini hidup dan berbiak di tubuh hewan. Semua binatang

dapat terjangkiti. Paling banyak tikus dan hewan pengerat lainnya, selain binatang ternak.

Binatang piaraan, dan hewan liar pun adakalanya dapat terjangkiti pula. Leptospira yang telah

diketahui dari aspek imunologiknya banyak mempunyai serovars, sekitar 175 serovars. Di antara

serovars sedikit saja yang memiliki kekebalan silang. Infeksi oleh leptospira dapat oleh satu atau

lebih serovars. Pada binatang, serovars yang sering ditemukan adalah L. hardjo, L. Pamona, L.

grippotyphosa, L. Canicola, dan L. Ichterohaemorrhagiae. Masa tunas leptospirosis sekitar 10

hari. Dua pekan sehabis banjir reda di Jakarta, saat korban banjir membersihkan bekas endapan

banjir, kasus leptospirosis muncul. Boleh jadi kuman ada dalam air kotor yang disisakan banjir.

Hewan yang menjadi sumber penularan adalah tikus (rodent), babi, kambing, domba, kuda,

anjing, kucing, serangga, burung, kelelawar, tupai dan landak. Sedangkan penularan langsung

dari manusia ke manusia jarang terjadi.

III. Cara Penularan

Manusia terinfeksi leptospira melalui kontak dengan air, tanah atau tanaman yang telah dikotori

oleh air seni hewan yang menderita leptospirosis. Bakteri masuk ke dalam tubuh manusia

melalui selaput lendir (mukosa) mata, hidung, kulit yang lecet atau atau makanan yang

terkontaminasi oleh urine hewan terinfeksi leptospira. Masa inkubasi selama 4 - 19 hari.

IV. Gejala Klinis

1. Stadium Pertama

Demam menggigil

9

Page 14: tikus

Sakit kepala

Malaise

Muntah

Konjungtivitis

Rasa nyeri otot betis dan punggung

Gejala-gejala diatas akan tampak antara 4-9 hari

Gejala yang Kharakteristik

Konjungtivitis tanpa disertai eksudat serous/porulen (kemerahan pada mata)

Rasa nyeri pada otot-otot

2. Stadium Kedua

Terbentuk anti bodi di dalam tubuh penderita

Gejala yang timbul lebih bervariasi dibandingkan dengan stadium pertama

Apabila demam dengan gejala-gejala lain timbul kemungkinan akan terjadi meningitis.

Stadium ini terjadi biasanya antara minggu kedua dan keempat.

V. Komplikasi Leptospirosis

Pada hati : kekuningan yang terjadi pada hari ke 4 dan ke 6

Pada ginjal : gagal ginjal yang dapat menyebabkan kematian.

Pada jantung : berdebar tidak teratur, jantung membengkak dan gagal jantung yang dapat

mengikabatkan kematian mendadak.

Pada paru-paru : batuk darah, nyeri dada, sesak nafas.

Perdarahan karena adanya kerusakan pembuluh darah dari saluran pernafasan, saluran

pencernaan, ginjal, saluran genitalia, dan mata (konjungtiva).

10

Page 15: tikus

Pada kehamilan : keguguran, prematur, bayi lahir cacat dan lahir mati.

VI. Pencegahan

Kuman leptospira mampu bertahan hidup beberapa bulan di air dan tanah, tetapi mati

oleh desinfektan, seperti lisol. Oleh karena itu, upaya “lisolisasi” seluruh permukaan lantai,

dinding, dan bagian rumah yang diperkirakan tercemar air kotor banjir yang mungkin sudah

berkuman leptospira, dianggap cara mudah dan murah mencegah munculnya leptospirosis.

Selain sanitasi sekitar rumah dan lingkungan, higiene perorangannya dilakukan dengan menjaga

tangan selalu bersih. Selain terkena air kotor, tangan dapat tercemar kuman dari binatang piaraan

yang sudah terjangkit penyakit dari tikus atau hewan liar. Hindari kontak dengan kencing

binatang piaraan.

Biasakan memakai alat pelindung diri, seperti sarung tangan karet sewaktu berkontak dengan

air kotor, pakaian pelindung kulit, beralas kaki, memakai sepatu bot, terutama jika kulit ada luka,

borok, atau eksim. Selalulah membasuh tangan sehabis menangani binatang, ternak, atau

membersihkan gudang, dapur, dan tempat-tempat kotor. Binatang piaraan yang terserang

leptospirosis langsung diobati, dan yang masih sehat diberi vaksinasi. Vaksinasi leptospirosis

berlaku bagi binatang.

Kebersihan lingkungan, khususnya rumah, harus dilakukan secara terus menerus. Jangan

memberi kesempatan tikus berkembang biak di dalam rumah. Bahkan tikus rumah perlu dibasmi

sampai ke sarang-sarangnya. Demikian pula jika terdapat binatang pengerat lain.

Jangan lupa bagi yang aktivitas hariannya di peternakan, atau yang bergiat di ranch. Kuda,

babi, sapi, bisa terjangkit leptospirosis, selain tupai, dan binatang liar lainnya yang mungkin

singgah ke peternakan dan pemukiman, atau ketika kita sedang berburu, berkemah, dan

berolahraga di danau atau sungai. Leptospirosis tidak menular langsung dari penderita ke

11

Page 16: tikus

penderita. Namun, kencing binatang berpenyakit leptospirosis di air, makanan, dan tanah, yang

menjadi ajang penularan penyakit binatang ini terhadap tubuh manusia. Membiasakan diri

dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Menyimpan makanan dan minuman dengan

baik agar terhindar dari tikus. Mencucui tangan dengan sabun sebelum makan. Mencucui tangan,

kaki serta bagian tubuh lainnya dengan sabun setelah bekerja di sawah/

kebun/sampah/tanah/selokan dan tempat-tempat yang tercemar lainnya. Melindungi pekerja yang

berisiko tinggi terhadap leptospirosis (petugas kebersihan, petani, petugas pemotong hewan, dan

lain-lain) dengan menggunakan sepatu bot dan sarung tangan. Membersihkan tempat-tempat air

dan kolam renang. Menghindari adanya tikus di dalam rumah/gedung. Menghindari pencemaran

oleh tikus. Melakukan desinfeksi terhadap tempat-tempat tertentu yang tercemar oleh tikus

Meningkatkan penangkapan tikus.

VII Pengobatan

Pengobatan dini sangat menolong karena bakteri Leptospira mudah mati dengan antibiotik

yang banyak di jumpai di pasar seperti Penicillin dan turunannya (Amoxylline) Streptomycine,

Tetracycline, Erithtromycine. Bila terjadi komplikasi angka lematian dapat mencapai 20%,

segera berobat ke dokter terdekat.

VIIi. Kewaspadan oleh Kader / Masyarakat.

Bila kader / masyarakat dengan gejala-gejala diatas segera membawa ke Puskesmas /

UPK terdekat untuk mendapat pengobatan

IX. Sistem Kewaspadaan Dini

Analisa data penderita Leptospirosis yang dilaporkan oleh Rumah Sakit (SARS) ke Dinas

Kesehatan Propinsi DKI Jakarta

12

Page 17: tikus

X. Penanggulangan KLB

Penanggulangan KLB dilakukan pada daerah yang penderita Leptospirosis cenderung

meningkat (per jam/hari/minggu/bulan) dengan pengambulan darah bagi penderita dengan gejala

demam, sekitar 20 rumah dari kasus indeks.

Angka kematian akibat leptospirosis tergolong tinggi, mencapai 2,5 sampai 16,45 persen

atau rata-rata 7,1 persen. Bahkan pada penderita berusia di atas 50 tahun, risiko kematian lebih

besar, bisa mencapai 56 persen. Pada penderita yang sudah mengalami kerusakan hati yang

ditandai selaput mata berwarna kuning, risiko kematian akibat leptospirosis lebih tinggi lagi.

Untuk itu, lakukan pencegahan sedini mungkin. Antara lain dengan menjaga kebersihan

lingkungan. Tempat-tempat yang kemungkinan bisa dijadikan tempat bersarangnya tikus, segera

dibersihkan agar tak ada tempat sedikitpun untuk berkembangbiaknya bakteri leptospira yang

mematikan.(berbagai sumber/Idh)

3.2 PLAGUE/PENYAKIT PES

Penyakit pes pertama kali masuk Indonesia pada tahun 1910 melalui Tanjung Perak,

Surabaya, kemudian tahun 1916 melalui pelabuhan Tanjung Mas, Semarang, tahun 1923 melalui

pelabuhan Cirebon dan pada tahun 1927 melalui pelabuhan Tegal. Korban manusia meninggal

karena pes dari 1910-1960 tercatat 245.375 orang, kematian tertinggi terjadi pada tahun 1934,

yaitu 23.275 orang.

Penyakit pes merupakan salah satu penyakit menular yang termasuk dalam UU nomor 4

tahun 1984 tentang penyakit menular/ wabah, Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor

560/Menkes/Per/VIII/1989 tentang jenis penyakit tertentu yang dapat menimbulkan wabah, tata

13

Page 18: tikus

cara penyampaian laporannya dan tata cara seperlunya tentang pedoman penyelidikan

epidemiologi dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa serta International Classification of

Disease ( ICD ). Di Indonesia telah diupayakan penanggulangan penyakit per melalui beberapa

kegiatan yang mendukung, seperti surveilans trapping, surveilans human, pengamnilan dan

pengiriman spesies, pengadaan obat-obatan dan Disponsible syringe, dan pengadaan metal life

trap.

Penyebaran penyakit plague/pes Plague, disebut juga penyakit pes, adalah infeksi yang

disebabkan bakteri Yersinia pestis (Y. pestis) dan ditularkan oleh kutu tikus (flea), Xenopsylla

cheopis. Pess terbagi menjadi 2 yaitu :

1. Pes Bubo

Pes Bubo merupakan penyakit yang mempunyai gejala demam tinggi, tubuh dingin, menggigil,

nyeri otot, sakit kepala hebat, dan ditandai dengan pembengkakan kelenjar getah bening di

pangkal paha, ketiak dan leher (bubo). Pada pemeriksaan cairan bubo di laboratorium ditemukan

kuman pes (Yersinis pestis). 

2. Pes Pneumonik

Pes pneumonik adalah penyakit yang mempunyai gejala batuk secara tiba-tiba dan keluar dahak,

sakit dada, sesak nafas, demam, muntah darah. Pada pemeriksaan sputum atau usap tenggorok

ditemukan kuman pes (Yersinis pestis), dan apabila diperlukan dilakukan pemeriksaan darah

untuk menemukan zat antinya.

Di Indonesia dan negara2 Asia Tenggara kutu carrier plague adalah Xenophylla astia.

Penyakit ini menular lewat gigitan kutu tikus, gigitan/cakaran binatang yang terinfeksi plague,

dan kontak dengan tubuh binatang yang terinfeksi. Kutu yang terinfeksi dapat membawa bakteri

ini sampai berbulan2 lamanya. Selain itu pada kasus pneumonic plague, penularan terjadi dari

14

Page 19: tikus

dari percikan air liur penderita yang terbawa oleh udara. Jenis- jenis plague dan gejalanya pada

manusia

Ada 3 jenis penyakit plague yaitu:

1. Bubonic plague

Masa inkubasi 2-7 hari. Gejalanya kelenjar getah bening yang dekat dengan tempat gigitan

binatang/kutu yang terinfeksi akan membengkak berisi cairan (disebut Bubo). Terasa sakit

apabila ditekan. Pembengkakan akan terjadi. Gejalanya mirip flu, demam, pusing, menggigil,

lemah, benjolan lunak berisi cairan di di tonsil/adenoid (amandel), limpa dan thymus. Bubonic

plague jarang menular pada orang lain.

2. Septicemic plague

Gejalanya demam, menggigil, pusing, lemah, sakit pada perut, shock, pendarahan di bawah kulit

atau organ2 tubuh lainnya, pembekuan darah pada saluran darah, tekanan darah rendah, mual,

muntah, organ tubuh tidak bekerja dg baik. Tidak terdapat benjolan pada penderita. Septicemic

plague jarang menular pada orang lain. Septicemic plague dapat juga disebabkan Bubonic plague

dan Pneumonic plague yang tidak diobati dengan benar.

3. Pneumonic plague

Masa inkubasi 1-3 hari. Gejalanya pneumonia (radang paru2), napas pendek, sesak napas, batuk,

sakit pada dada. Ini adalah penyakit plague yang paling berbahaya dibandingkan jenis lainnya.

Pneumonic plague menular lewat udara, bisa juga merupakaninfeksi sekunder akibat Bubonic

plague dan Septicemic plague yang tidak diobati dengan benar. Binatang yang dapat menjadi

pembawa plague. Semua binatang pengerat (tikus, marmut, hamster, tupai, dll), kucing, anjing,

kelinci, rusa, kambing dll.

Gejala plague pada kucing

15

Page 20: tikus

Demam, muntah, diare, kondisi bulu yang buruk, lidah membengkak, luka pada mulut

(sariawan), terdapat kotoran pada mata. Diagnosa plague Diagnosa dilakukan dengan mengambil

cairan dari bubo, dahak (pada pneumonic plague) dan tes darah. Tes darah diulang setelah 10-14

hari.

a. Pengobatan plague

Plague pada manusia dan kucing dapat diobati dengan Streptomycin, Tetracyclin, Doxycyclin,

Gentamycin. Streptomycyn dosis tinggi terbukti lebih efektif mengobati plague. Penicilin tidak

efektif untuk penyakit plague. Diazepam diberikan untuk mengurangi rasa lelah. Heparin

biasanya diberikan apabila terdapat gejala pembekuan darah.

b. Pencegahan plague

1. Orang atau binatang di sekitar penderita plague harus diobati dg antibiotic selambat2nya 7 hari

setelah kontak dg penderita.

2. Memakai sarung tangan, baju panjang, masker, dan goggle (kacamata) pd waktu kontak dg

penderita plague

3. Tidak mengijinkan kucing makan tikus, kelinci atau binatang hidup berdarah panas lainnya.

4. Tidak mengijinkan kucing bermain di luar rumah, terutama di daerah yg banyak terdapat

sarang tikus.

5. Mengontrol populasi tikus dan kutu di lingkungan anda.

6. Vaksinasi plague apabila akan bepergian ke daerah epidemi plague.

Sejak dahulu kala sampai kini, infeksi mikroba merupakan ancaman utama terhadap

kesehatan manusia beradab. Penyakit pes – lebih daripada “pes-pes” di kemudian hari seperti

16

Page 21: tikus

misalnya kolera, cacar, demam kuning dan influenza-tetap merupakan contoh utama mengenai

suatu penyakit infeksi yang datang dari luar negeri dan menyerang orang Filistin melalui

pelabuhan laut mereka. Wabah raya penyakit pes yang pertama, yakni pes Justinius pada Abad

ke-6, berkecamuk waktu perdagangan internasional meningkat.

3.3 Sindrom hantavirus paru (PS)

hantavirus sindrom paru (HPS) adalah penyakit mematikan yang ditularkan oleh tikus yang

terinfeksi melalui urine, kotoran, atau air liur. Manusia bisa terkena penyakit ini ketika mereka

menghirup virus aerosol. HPS pertama kali diakui pada tahun 1993 dan sejak itu telah

diidentifikasi di seluruh Amerika Serikat. Meskipun jarang, HPS berpotensi mematikan. Rodent

control di dalam dan sekitar rumah tetap menjadi strategi utama untuk mencegah infeksi

hantavirus. maka gejala yang dapat diamati : diare, muntah, mual, dan kram perut.

3.4 Rat-gigitan demam (RBF)

Rat-gigitan demam (RBF) adalah penyakit sistemik yang disebabkan oleh bakteri moniliformis

Streptobacillus yang dapat diperoleh melalui gigitan atau goresan dari binatang pengerat atau

menelan makanan atau air yang terkontaminasi dengan kotoran tikus. Salah satu penyakit

berbahaya yang disebabkan oleh tikus adalah demam gigitan tikus. Penyakit demam tidak

disebabkan oleh gigitan tikus binatang pengerat tersebut langsung tetapi langsung mempengaruhi

manusia oleh mencemari atau buang air kecil dalam makanan dan air yang dikonsumsi oleh

manusia. Jika barang-barang makanan yang terkontaminasi yang digunakan oleh manusia

sengaja maka berbagai penyakit yang dialami manusia.

17

Page 22: tikus

Gejala-gejala yang disebabkan oleh penyakit ini :

1. Demam

2. Mual

3. Muntah

4. Sakit kepala

5. Nyeri di punggung dan sendi.

Mengurangi populasi tikus

untuk mengusir tikus dan tikus dari rumah dan sekitarnya. Untuk menyingkirkan tikus

dari rumah dan sekitarnya ada tikus repellents tersedia di pasar. Itu selalu untuk lebih baik untuk

lebih memilih ramah lingkungan repellents tikus. Salah satu ramah lingkungan repellents tikus

adalah semprotan pembasmi alami yang tidak mengandung apapun unsur-unsur beracun dan

dibuat dari versi yang dipilih dari herbal organik alami.

Jenis tikus pengusir menghasilkan bau tubuh kucing dan menyebabkan untuk

menyingkirkan tikus sederhana. Ada juga pengusir tikus elektronik ramah lingkungan yang

memancarkan suara frekuensi tinggi dan kesusahan produk di telinga tikus untuk menyingkirkan

tikus dan tikus dari rumah-rumah. Semua repellents tikus efektif untuk menyingkirkan tikus dan

tersedia dengan harga terjangkau di pasar.

18

Page 23: tikus

BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

Tikus merupakan hama pengganggu dan perusak diberbagai aspek seperti pertanian,

kesehatan, dan keindahan.

penyakit berbahaya seperti leptospirosis, sampar (Pes), thypus, cacing,dll.

Cara pengendalian tikus ada 3, yaitu : Profing infestation, Sanitation, Treatment Tikus

Leptospirosis adalah penyakit pada binatang yang bisa juga menjangkiti manusia

(zoonosis).

Plague, disebut juga penyakit pes, adalah infeksi yang disebabkan bakteri Yersinia

pestis (Y. pestis) dan ditularkan oleh kutu tikus (flea), Xenopsylla cheopis

Rat-gigitan demam (RBF) adalah penyakit sistemik yang disebabkan oleh bakteri

moniliformis Streptobacillus

4.2 Saran

Untuk menghindari sepsis akibat bakteri gram negatif, hendaknya kita dapat menghindari

trauma pada permukaan mukosa yang biasanya dihuni bakteri gram negatif.

19

Page 24: tikus

Daftar Pustaka

Afrizal, D. 2010. http://fkmutu.blogspot.com/2010/12/makalah-pengendalian-vektor-

penyakit.html diakses pada tanggal 5 Maret 2011

Chandra,budi. 2003.Vektor Penyakit Menular Pada Manusia. http://files.buku-

kedokteran.webnode.com/200000024-3716638102/Vektor%20Penyakit.pdf . diakses

tanggal 4 maret 2011.

Nurmaini. 2001. Identifikasi vektor dan binatang pengganggu serta pengendalian

anopheles Aconitus secara sederhana.http://www.solex-un.net/repository/id/hlth/CR6-

Res3-ind.pdf. diakses tanggal 4 maret 2011.

Peraturan Mentri Republik Indonesia nomor 374/Mekes/PER/III/2010.tentang

Pengendalian Vektor. http://www.depkes.go.id/downloads/Pengendalian Vektor%20.pdf.

diakses tanggal 4 maret 2011.

Arantina. 2008. Pes yang Mematikan Black Death.

http://mikrobia.wordpress.com/2008/05/15/pes-yang-mematikan-black-death/. Diakses

pada tanggal 18 November 2011.

Corwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta: Penerbit Kedokteran EGC.

Hamsafir, Evan.2010. Diagnosis dan Panatalaksaan pada Penyakit Pes.

http://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-penatalaksanaan-pada-penyakit-

pes.html. Diakses pada tanggal 19 November 2011.

Mitcell, dkk. 2008. Buku Saku Patologis Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

20

Page 25: tikus

Natadisastra, Djaenuddin.2009. parasitologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Soedarto. 2007. Kedokteran Tropis. Surabaya: Airlangga Uniersity Press.

Solocats. 2008. Plague/Penyakit Pes. http://solocats.blogspot.com/2008/12/plaguepenyakit-

pes.html. Diakses pada tanggal 17 November 2011.

Tamboyong, Jun. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

WHO. 2002. Plague. http://www.who.int/topics/plague/en/. Diakses pada tanggal 17 November

2011.

WHO. 2005. Plague. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs267/en/. Diakses pada tanggal

17 November 2011.

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.mayoclinic.com/

health/plague/DS00493/DSECTION%3Dsymptoms. Diakses pada tanggal 19 November 2011.

21