TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN...

95
i TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PRAKTIK PEMBULATAN HARGA JUAL BBM (Studi Kasus SPBU 44.507.06 Pasar Sapi Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Oleh: Vivi Lutfiyatul Amalia NIM : 21414007 PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2018

Transcript of TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN...

Page 1: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

i

TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8

TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

TERHADAP PRAKTIK PEMBULATAN HARGA JUAL BBM

(Studi Kasus SPBU 44.507.06 Pasar Sapi Salatiga)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

Vivi Lutfiyatul Amalia

NIM : 21414007

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

Page 2: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

ii

Page 3: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

iii

NOTA PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eksemplar

Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga

Di Salatiga

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan

dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:

Nama : Vivi Lutfiyatul Amalia

NIM : 21414007

Judul : TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-

UNDANG NO.8 TAHUN 1999 TENTANG

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP

PRAKTIK PEMBULATAN HARGA JUAL BBM

(STUDI KASUS SPBU 44.507.06 PASAR SAPI

SALATIGA)

dapat diajukan kepada Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga untuk diujikan

dalam sidang munaqasyah.

Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan

digunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salatiga, 21 Agustus 2018

Pembimbing

Evi Ariyani, SH M.H.

NIP. 197311172000032002

Page 4: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

iv

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Vivi Lutfiyatul Amalia

NIM : 21414007

Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah

Fakultas : Syari‟ah

Judul Skripsi : TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG

NO.8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN

KONSUMEN TERHADAP PRAKTIK PEMBULATAN

HARGA JUAL BBM (STUDI KASUS SPBU 44.507.06

PASAR SAPI SALATIGA)

Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri,

bukan jiplakan dari karya tulis orang. Pendapat atau temuan orang lain yang

terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 21 Agustus 2018

Yang menyatakan

Vivi Lutfiyatul Amalia

NIM: 21414007

Page 5: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

v

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

Jl. Nakula Sadewa No. 09 Telp (0298) 323706, 323433 Salatiga

Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]

PENGESAHAN

Skripsi Berjudul

TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN

1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PRAKTIK

PEMBULATAN HARGA JUAL BBM (Studi Kasus Spbu 44.507.06 Pasar

Sapi Salatiga)

Oleh:

Vivi Lutfiyatul Amalia

NIM: 21414007

Telah dipertahankan di depan sidang munaqasyah skripsi Fakultas Syari‟ah,

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari Senin tanggal 03

September 2018 dan telah dinyatakan LULUS, sehingga dapat diterima sebagai

salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana dalam Hukum (SH).

Dewan Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang : Dr. H. Muh Irfan Helmy, Lc, MA

Sekertaris Sidang : Drs. Machfudz, M.Ag

Penguji I : Heni Satar Murhaida, SH., M.Si

Penguji II : Lutfiana Zahriani, SH., MH

Salatiga, 03 September 2018

Dekan Fakultas Syariah

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag

NIP. 19670115 199803 2 002

Page 6: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

vi

MOTTO

“Nations fall when judges are injust, because there is nothing which the multitude think worth defending:.

Sidney Smith

(Sir Alfred Denning, “The road to justice”. Hal 32)

Page 7: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Muhammad Hofari dan Ibu Siti Yatmiatun,

S.Pd.AUD sebagai motivator terbesar dalam hidupku yang tak mengenal

lelah dan mendoakan aku serta menyayangiku, terima kasih atas semua

pengorbanan, keringat dan kesabaran mengantarkanku sampai kini.

2. Adikku Muhammad Fahri al-Athif yang telah memberikan doa dan semangat

tiada henti.

3. Almamaterku Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

4. Farid Wibisono atas doa, motivasi, bantuan, dan dukungan semangatnya,

sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.

5. Rasan-rasan Squad, Intan, Dianita, Erza, Pupung, Umah, Wulan, Esa, karena

telah menghibur disela-sela pembuatan skripsi.

6. Teman seperjuanganku Hukum Ekonomi Syari‟ah angkatan 2014 yang selalu

memberikan warna dalam menempuh pemndidikan di IAIN Salatiga.

Page 8: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

viii

Kata Pengantar

Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan kepada kehadirat Allah SWT,

karena berkat rahmat – Nya penulisan skripsi ini dapat penulis selesaikan sesuai

dengan yang di harapkan. Penulis juga bersyukur atas rizki dan kesehatan yang

telah diberikan oleh – Nya, sehingga penulis dapat menyusun penulisan skripsi

ini.

Shalawat dan salam penulis sanjungkan kepada Nabi, kekasih, spirit

perubahan Rasulullah SAW beserta segenap keluarga dan para sahabat –

sahabatnya, syafa‟at beliau sangat penulis nantikan di hari pembalasan.

Penulisan Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan

guna memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H), Fakultas Syari‟ah, Jurusan Hukum

Ekonomi Syari‟ah yang berjudul : “Tinjauan Hukum Islam dan Undang-Undang

No.8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen terhadap Praktik Pembulatan

Harga Jual BBM (Studi Kasus Spbu 44.507.06 Pasar Sapi Salatiga)”. Penulis

mengakui bahwa dalam menyusun penulisan skripsi ini tidak dapat diselesaikan

tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Karena itulah penulis mengucapkan

penghargaan yang setinggi – tingginya, ungkapan terima kasih kadang tak bisa

mewakili kata – kata, namun perlu kiranya penulis mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M. A, selaku Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN

Salatiga.

Page 9: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

ix

3. Ibu Evi Ariyani, SH, M. H, selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi

Syari‟ah IAIN Salatiga sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu

memberikan saran pengarahan dan masukan berkaitan dengan penulisan

skripsi sehingga dapat selesai dengan maksimal sesuai dengan yang

diharapkan.

4. Ibu Evi Ariyani, SH, M. H, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu

memberikan saran pengarahan dan masukan berkaitan dengan penulisan

skripsi sehingga dapat selesai dengan maksimal sesuai dengan yang

diharapkan.

5. Bapak Prof. Dr. H Muh Zuhri, M. A. Selaku Dosen Pembimbing

Akademik yang sejak awal kuliah telah banyak memberikan bimbingan

serta motivasi hingga saat ini.

6. Ibu Luthfiana Zahriani, M. H, selaku Kepala Lab. Fakultas Syari‟ah IAIN

Salatiga yang memberikan pemahaman, arahan dalam penulisan sekripsi,

sehingga penulisan sekripsi ini bisa saya selesaikan.

7. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf administrasi

Fakultas Syari‟ah yang tidak bisa penulis sebut satu persatu yang selalu

memeberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan sekripsi ini

tanpa halangan apapun.

8. Dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu namun

memberikan kontribusi hebat dalam penyusunan skripsi ini.

Page 10: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

x

Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan

yang lebih dari yang mereka berikan kepada penulis, agar pula senantiasa

mendapatkan maghfiroh, dan dilingkupi rahmat dan cita-Nya, Amiin.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan sekripsi ini maaih jauh dari

sempurna, baik dari segi metodologi, penggunaan bahasa, isi, maupun analisisnya,

sehingga kritik dan saran yang konstruktif, sangat penulis harapkan demi

kesempurnaan penulisan sekripsi ini, sehingga mudah dipahami.

Akhirnya penulis berharap semoga sekripsi ini bermanfaat khususnya bagi

penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca.

Salatiga, 21 Agustus 2018

Penulis.

VIVI LUTFIYATUL AMALIA

NIM. 21414007

Page 11: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

xi

ABSTRAK

Amalia, Vivi Lutfiyatul. 2018. TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-

UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

TERHADAP PRAKTIK PEMBULATAN HARGA JUAL BBM (STUDI KASUS

SPBU 44.507.06 PASAR SAPI SALATIGA). Skripsi. Fakultas Syariah Program

Studi Hukum Ekonomi Syariah . Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Pembimbing: Evi Ariyani, SH., MH.

Kata Kunci: Pembulatan Harga, Hukum Islam, Perlindungan Konsumen

Penelitian ini dilatar belakangi oleh konsumen yang melakukan pengisian

bensin full tank dan mesin pengisian menunjukkan harga Rp. 24.756 maka pihak

SPBU melakukan pembulatan harga menjadi Rp. 25.000. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui praktik pembulatan harga BBM yang dilaksanakan oleh SPBU

44.507.06 Pasar Sapi Salatiga, untuk mengetahui tinjauan Hukum Islam dari

praktik pembulatan harga jual BBM di SPBU 44.507.06 Pasar Sapi Salatiga dan

untuk mengetahui tinjauan Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen terhadap praktik pembulatan harga jual BBM di SPBU

44.507.06 Pasar Sapi Salatiga.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan

metode pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data

menggunakan analisis induktif dan menggunakan pendekatan yuridis untuk

memperoleh kesimpulan dan anailisis menurut Hukum Islam dan Undang-

Undang.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, penulis menyimpulkan bahwa

pembulatan harga adalah praktik pembulatan harga yang dilakukan oleh operator

yang terjadi apabila konsumen membeli BBM full tank dengan uang cash dan

mesin pengisian menunjukkan harga Rp. 14.350 maka pihak SPBU menyuruh

konsumen untuk membayar Rp. 15.000 dengan alasan tidak tersedianya uang

receh. Hasil analisis menjelaskan bahwa menurut Hukum Islam apabila konsumen

merelakan apabila dibulatkan maka jual beli tersebut sah karena sesungguhnya

dasar dari jual beli adalah saling rela dalam al-Quran surat an-Nisa ayat 29.

Apabila konsumen tidak merelakan terjadi pembulatan maka jual beli tidak sah

karena dalam sistem pembulatan mengandung unsur riba dalam surat al-Imran

ayat 130 dan unsur paksaan. Hasil analisis Undang-Undang No. 8 tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen dalam praktik pembulatan harga bagi konsumen

yang menyepakati maka sah antara keduanya, untuk konsumen yang tidak

menyepakati maka tidak dapat dianggap sah oleh hukum karena tidak sesuai

dengan asas keadilan dan tidak memenuhi syarat subjektif perjanjian pasal 1320

KUHPerdata yaitu kesepakatan.

Page 12: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

xii

DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................... i

NOTA PEMBIMBING ........................................................................................ iii

PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................. iv

PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................................... v

MOTTO ............................................................................................................... vi

PERSEMBAHAN ............................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii

ABSTRAK ........................................................................................................... xi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4

D. Kegunaan Penelitian .................................................................................... 4

E. Penegasan Istilah ........................................................................................ 5

F. Metode Penelitian ........................................................................................ 5

G. Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 9

H. Sistematika Penulisan ................................................................................ 12

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Umum Tentang Jual Beli Menurut Hukum Islam ...................... 14

1. Pengertian Jual Beli.............................................................................. 14

2. Dasar Hukum Jual Beli ........................................................................ 15

3. Rukun dan Syarat Jual Beli .................................................................. 16

4. Jenis-jenis Jual Beli yang Dilarang ...................................................... 23

B. Tinjauan Umum Tentang Jual Beli Menurut Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata .......................................................................................... 27

Page 13: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

xiii

1. Pengertian Perjanjian Jual Beli .......................................................... 27

2. Syarat-syarat yang Diperlukan untuk Sahnya Perjanjian Jual Beli ..... 27

3. Asas-asas Perjanjian Jual Beli ............................................................. 30

C. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Konsumen dalam Undang-Undang

No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen ................................. 34

1. Pengertian Perlindungan Konsumen dalam Undang-Undang No. 8

tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen .................................... 34

2. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen dalam Undang-Undang No.

8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen ................................. 35

3. Hak dan Kewajiban Konsumen dalam Undang-Undang No. 8 tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen .............................................. 37

4. Hak dan Kewajiban pelaku Usaha dalam Undang-Undang No. 8 tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen .............................................. 39

5. Sengketa Konsumen dalam Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen .................................................................... 41

6. Ketentuan-ketentuan Mengenai Sanksi dalam Undang-Undang No. 8

tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen ..................................... 44

BAB III HASIL PENELITIAN

A. Gambaran umum SPBU 44.507.06 Pasar Sapi Salatiga ........................... 46

1. Lokasi SPBU 44.507.06 Pasar Sapi Salatiga ...................................... 46

2. Sejarah SPBU 44.507.06 Pasar Sapi Salatiga ..................................... 46

3. Produk SPBU 44.507.06 Pasar Sapi Salatiga .................................... 47

4. Struktur Organisasi SPBU 44.507.06 Pasar Sapi Salatiga .................. 47

B. Mekanisme Pembulatan Harga Jual BBM di SPBU 44.507.06 Pasar Sapi

Salatiga ...................................................................................................... 50

C. Hasil Wawancara dengan Pelaku Usaha di SPBU 44.507.06 Pasar Sapi

Salatiga ...................................................................................................... 51

D. Hasil Wawancara dengan Konsumen di SPBU 44.507.06 Pasar Sapi

Salatiga ...................................................................................................... 54

BAB IV ANALISIS DATA

A. Analisis Hukum Islam Terhadap Praktik Pembulatan Harga Jual BBM

(Studi Kasus SPBU 44.507.06 Pasar Sapi Salatiga) ................................. 57

Page 14: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

xiv

B. Analisis Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen Terhadap Praktik Pembulatan Harga Jual BBM (Studi Kasus

SPBU 44.507.06 Pasar Sapi Salatiga) ........................................................ 61

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................... 68

B. Saran ........................................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 71

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 15: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia mempunyai kodrat yang tidak bisa hidup sendiri, harus

hidup bersama dalam suatu masyarakat yang terorganisasi untuk mencapai

tujuan bersama. Agar tujuan mereka tersebut tercapai sebagaimana

mestinya dan dalam usahanya tidak selalu berbentur kepentingan, maka

diperlukanlah suatu norma yang mengaturnya. (Asyhadie, 2011:1)

Manusia sebagai makhluk sosial juga mempunyai kodrat dalam

hidup bermasyarakat, disadari atau tidak bahwa manusia selalu

berhubungan satu sama lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia melakukan berbagai upaya.

Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan manusia yaitu dengan

melakukan transaksi jual beli.

Dalam jual beli menurut Hukum Islam, ada rukun dan syarat yang

harus dipenuhi agar sah dalam pelaksanaannya. Diantaranya adalah

kerelaan atau saling ridha antara penjual dengan pembeli. Jual beli

dianggap tidak sah hukumnya apabila salah satu dari penjual atau pembeli

merasa terpaksa.

Allah SWT berfirman dalam Q.S an-Nisa ayat 29 yang berbunyi:

Page 16: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

2

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali

dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di

antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu;

Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (Q.S

an-Nisa:29)

Ayat diatas menjelaskan bahwa kita tidak boleh mencari harta

dengan cara yang bathil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang

berlaku atas dasar suka sama suka („an taradin).

BBM menjadi kebutuhan primer di era modern ini, kebutuhan

BBM saat ini dipenuhi oleh pemerintah melalui salah satu BUMN yaitu

Pertamina. Pertamina adalah salah satu produsen yang mempunyai hak

untuk memproduksi BBM, dan dalam pendistribusiannya dilakukan oleh

SPBU.

Dari pengamatan sementara penyusun, bahwa ketika seorang

konsumen membeli Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan nominal genap

atau sudah ditentukan oleh konsumen maka tidak ada masalah, masalah

muncul apabila konsumen melakukan pengisian full tank. Pihak SPBU

akan melakukan pembulatan harga dalam transaksi jual beli Bahan Bakar

Minyak (BBM). Apabila konsumen melakukan pengisian bensin penuh

Page 17: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

3

atau full tank dan mesin pengisian Bahan Bakar Minyak (BBM)

menunjukkan harga Rp. 14.345,- atau Rp. 24.756,- maka pihak SPBU

melakukan pembulatan harga yang semula Rp. 14.345,- menjadi Rp.

15.000,- dan Rp. 24.756,- menjadi Rp. 25.000,-. Pembulatan harga jual ini

terjadi apabila kita melakukan transaksi tunai, dan apabila kita melakukan

pembayaran menggunakan kartu kredit atau debet maka jumlah

pembayaran akan sesuai dengan harga yang tertera pada mesin pengisian

Bahan Bakar Minyak (BBM). Selain itu dalam praktik jual beli tersebut

pihak SPBU sebagai pelaku usaha atau penjual dan konsumen tidak ada

kata sepakat atau saling rela, padahal salah satu rukun jual beli yang harus

dipenuhi yaitu saling rela.

Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan

Konsumen BAB IV Pasal 8 huruf (c) menyatakan bahwa praktik

pembulatan harga tersebut “tidak sesuai dengan ukuran, takaran,

timbangan dan jumlah dalam hitungan menurut ukuran yang sebenarnya”.

Berdasarkan permasalahan tersebut penulis ingin melakukan

penelitian dengan judul TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG

UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN

KONSUMEN TERHADAP PRAKTIK PEMBULATAN HARGA

JUAL BBM (Studi Kasus SPBU 44.507.06 Pasar Sapi Salatiga).

Page 18: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

4

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana praktik pembulatan harga jual BBM di SPBU 44.507.06

Pasar Sapi Salatiga?

2. Bagaimana tinjauan Hukum Islam terhadap praktik pembulatan harga

jual BBM di SPBU 44.507.06 Pasar Sapi Salatiga?

3. Bagaimana tinjauan Undang Undang No. 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen terhadap praktik pembulatan harga jual BBM

di SPBU 44.507.06 Pasar Sapi Salatiga?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui praktek pembulatan harga jual BBM di SPBU

44.507.06 Pasar Sapi Salatiga.

2. Untuk mengetahui tinjauan Hukum Islam terhadap pembulatan harga

jual BBM di SPBU 44.507.06 Pasar Sapi Salatiga.

3. Untuk mengetahui tinjauan Undang Undang No. 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen terhadap praktik pembulatan harga jual BBM

di SPBU 44.507.06 Pasar Sapi Salatiga.

D. Kegunaan Penelitian

Manfaat penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu sebagai berikut:

1. Secara teoritis

a. Penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya wacana keilmuan

mengenai hukum muamalah terutama dibidang jual beli.

b. Menambah bahan pustaka bagi Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga.

Page 19: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

5

c. Bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.

2. Secara Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan bagi SPBU Suruh

dalam melayani konsumen dan memperhatikan hak-hak konsumen.

b. Dapat memberi masukan dan pertimbangan bagi konsumen

mengenai praktik pembulatan harga jual BBM di SPBU Suruh.

E. Penegasan Istilah

Untuk melanjutkan studi atau penelitian ada beberapa hal yang perlu

untuk ditegaskan atau dipersempit maknanya agar pembaca dan penulis

mempunyai pemikiran sama ketika membaca penelitian ini:

1. Hukum Islam adalah seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah

dan Sunnah Rasul tentang tingkah laku manusia mukallaf yang diakui

dan siyakini mengikat untuk semua yang beragama Islam, berdasarkan

al-Qur‟an, hadis dan pendapat para ulama fiqh mengenai praktek jual-

beli.

2. Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya

kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.

3. Pembulatan harga jual BBM adalah proses membulatkan nilai jual

suatu barang yang ditawarkan kepada pembeli berupa BBM (Bahan

Bakar Minyak) yang terdiri dari premium, pertamax, solar dex dan

pertalite.

Page 20: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

6

F. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian dan pendekatan

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Yaitu menekankan

analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada

analisis terhadap dinamika hubungan antarfenomena yang diamati

dengan menggunakan logika ilmiah. (Azwar, 1998:5)

Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis yaitu

menggunakan pendekatan hukum islam dan perundang-undangan,

karena yang akan diteliti adalah berbagai aturan hukum yang menjadi

fokus sekaligus tema sentral suatu penelitian.

2. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini berlokasi di SPBU (Stasiun Pengisian Bahan

Bakar Umum) 44.507.06 Pasar Sapi Salatiga.

3. Data dan sumber data

a. Data dan sumber data primer

Data primer, atau data tangan pertama adalah data yang

diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat

pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subyek

sebagai sumber informasi yang dicari. (Azwar, 1998:91) Dalam hal

ini, penulis ingin memperoleh data berupa praktek pembulatan

harga jual BBM di SPBU 44.507.06 Pasar Sapi Salatiga melalui

pimpinan atau karyawan SPBU, dan konsumen di SPBU.

Page 21: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

7

b. Data dan sumber data sekunder

Data sekunder, atau data tangan kedua adalah data yang

diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti

dari subjek penelitiannya. Data sekunder biasanya berwujud data

dokumentasi atau data laporan yang tersedia. (Azwar, 1998:91)

Data sekunder juga dapat berupa buku, jurnal, artikel atau majalah

yang dalam hal ini mengkaji tentang hukum ekonomi islam.

4. Prosedur pengumpulan data

a. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data dengan

mengamati, mendengar, mencatat yang menjadi sumber data.

Observasi dilakukan tanpa adanya campur tangan sama sekali dari

pihak peneliti. Objek observasi adalah fenomena-fenomena yang

dibiarkan terjadi secara alamiah. (Azwar, 1998:19) Metode ini

penulis gunakan untuk memperoleh data di SPBU 44.507.06 Pasar

Sapi Salatiga.

b. Wawancara

Wawancara adalah salah satu instrumen yang digunakan untuk

menggali data secara lisan. (Sujarweni, 2014: 74) Wawancara ini

dilakukan dengan acuan catatan-catatan mengenai pokok masalah

yang akan ditayangkan. Sasaran wawancara adalah pimpinan,

pengawas, karyawan dan konsumen di SPBU 44.507.06 Pasar Sapi

Page 22: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

8

Salatiga untuk mendapatkan info mengenai kondisi riil praktek

pembulatan harga tersebut.

c. Dokumentasi

Metode ini merupakan tekhnik pengumpulan data yang

dilakukan dengan mengumpulkan dokumen-dokumen penting yang

diperoleh dari sumber terpercaya seperti profil SPBU, struktur

pengelola SPBU, buku-buku, jurnal dan karya-karya ilmiah yang

berkaitan dengan topik pembahasan penelitian.

5. Analisis data

Pada penelitian ini penulis menggunakan analisis induktif,

yaitu menganalisis data khusus tentang mekanisme pembulatan

harga jual dalam transaksi jual beli Bahan Bakar Umum (BBM) di

SPBU 44.507.06 Pasar Sapi Salatiga yang telah dianalisis dengan

Hukum Islam dan Undang Undang No. 8 tentang Perlindungan

Konsumen untuk kemudian ditarik suatu kesimpulan.

6. Pengecekan keabsahan data

Dalam menguji keabsahan data, peneiti menggunakan teknik

trianggulasi yaitu teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data

yang telah ada. Dengan menggunakan trianggulasi sebenarnya peneliti

telah mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data (Saebani,

2008:189). Untuk menguji keabsahan data peneliti menggunakan

trianggulasi teknik, diamana peniliti menggunkan teknik wawancara

Page 23: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

9

secara mendalam, obsservasi partisipatif dan juga memaparkan

dokumentasi. Tujuan penggunuan trianggulasi bukan hanya untuk

menguji kebenaran pokok masalah namun teknik ini juga dapat

digunakan untuk pehamaman peneliti mengenai fenomena atau pokok

masalah yang diteliti.

G. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka ini bertujuan untuk mengetahui validasi

penelitian yang telah dibuat. Penelitian terdahulu dapat menjadi satu

pijakan penulis agar penelitiannya berbeda dengan yang terdahulu.

Adapun penelitian yang telah dilakukan adalah:

1. Skripsi yang ditulis oleh Silvia Khaulia Maharani, Fakultas Syariah

UIN Sunan Ampel Surabaya dengan judul ANALISIS HUKUM

ISLAM TERHADAP PEMBULATAN TIMBANGAN PADA

JASA PENGIRIMAN BARANG DI PT.TIKI JALUR NUGRAHA

EKAKURIR (JNE) JALAN KARIMUN JAWA SURABAYA.

Dalam skripsi tersebut disimpulkan bahwa menurut hukum Islam

dalam pelaksanaan pembulatan yang terjadi pada PT.TIKI Jalur

Nugraha Ekakurir (JNE) jalan Karimun Jawa Surabaya

bertentangan dengan akad ijarah karena dalam pemaparan datanya

terdapat penyimpangan pada saat berlangsungnya transaksi karena

pihak JNE tidak memberitahukan berat asli dari barang yang akan

dikirim, tetapi pada saat menimbang pihak JNE langsung

menentukan tarif tanpa memberitahukan berat asli barangnya.

Page 24: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

10

Adapun perbedaan skripsi ini dengan penyusun adalah, objek

penelitian dalam skripsi ini adalah pembulatan timbangan,

sedangkan objek penelitian dalam skripsi penyusun adalah

pembulatan harga. Skripsi ini hanya menggunakan Hukum Islam

untuk menganalisis masalah, sedangkan penyusun menggunakan

Hukum Islam dan Undang Undang No. 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen.

2. Skripsi yang ditulis oleh Ihya Ulummuddin, Fakultas Syariah UIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul PENERAPAN KONSEP

AN TARADIN (SUKA SAMA SUKA) TERHADAP PRAKTIK

PEMBULATAN HARGA DI SPBU KOTA YOGYAKARTA

SPBU MUNGGUR, TERBAN DAN LEMPUYANGAN

(TINJAUAN HUKUM ISLAM). Dalam skripsi tersebut

disimpulkan bahwa. Pertama, terdapat penyimpangan terkait

dengan pembulatan harga yang dilakukan operator, karena

konsumen dirugikan. Kerugan yang dialami oleh konsumen jika

dianalisis maka hal tersebut menjadi riba atau tambahan. Artinya

uang kecil yang dibulatkan dan tidak dikembalikan ke konsumen

yang menjadi haknya itu merupakan keuntungan tambahan bagi

pelaku usaha dan kerugian bagi konsumen. Kedua, dianalisis dari

metode sadd az zariyah yaitu tergantung tujuan. Apabila tujuannya

baik maka diperbolehkan. Dalam hal tersebut tentunya didalamnya

terdapat konsep „an taradin atau unsur kerelaan dapat terpenuhi

Page 25: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

11

yaitu konsumen merelakan uang kembalian pembelian BBM

dengan upaya preventif atau pencegahan terhadap sesuatu yang

akan menimbulkan kemadharatan bagi konsumen maupun pelaku

usaha. Apabila tujuannya buruk maka dilarang. Dalam hal tersebut

tentunya adanya unsur paksaan atau menyimpang yang merugikan

salah satu pihak.

Adapun perbedaan skripsi ini dengan penyusun adalah, skripsi ini

menggunakan metode sadd az zariyah sebagai pisau analisisnya.

Sedangkan penyusun menggunakan Hukum Islam dan Undang

Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

3. Skripsi yang ditulis oleh Rosita Amalina, Fakultas Syariah IAIN

Walisongo Semarang dengan judul TINJAUAN HUKUM ISLAM

TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI PREMIUM DI SPBU

NGALIAN KOTA SEMARANG. Dalam skripsi tersebut

disimpulkan bahwa praktik jual beli premium di SPBU Ngalian

dangat bergantung pada sumber daya manusianya (petugas). Secara

kualitas, mesin dispenser yang digunakan telah memenuhi standar

yang ditentukan oleh Badan Metrologi. Praktik penyimpangan yang

rentan bertentangan dengan syariat Islam lebih cenderung

mengarah pada praktik kerja dari petugas. Praktik jual beli

premium di SPBU Ngalian Kota Semarang meskipun tidak seluruh

karyawan melakukannya, terkandung aspek penipuan dan

pemaksaan pembulatan dalam pembayaran. Menurut hukum Islam,

Page 26: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

12

praktik jual beli premium di SPBU Ngalian berpeluang

memunculkan ketidaksesuaian praktik jual beli dengan hukum

Islam. Kemudahan pembayaran melalui pembulatan tidak dapat

disebut kemaslahatan karena terkandung aspek pelanggaran syariat.

Dalam konteks kebutuhan, praktik jual beli premium di SPBU

Ngalian Kota Semarang tidak sesuai dengan kaidah “Menolak

kerusakan lebih diutamakan dari pada menarik maslahah, dan

apabila berlawanan antara yang mafsadah dan maslahah, maka

yang didahulukan adalah menolak mafsadahnya”.

Adapun perbedaan skripsi ini dengan penyusun adalah, skripsi ini

hanya menggunakan Hukum Islam untuk menganalisis masalah.

Sedangkan penyusun menggunakan Hukum Islam dan Undang

Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

H. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman isi penelitian ini, maka sistematika

pembahasannya dibagi menjadi lima bab, yang berisi hal-hal pokok yang

dapat dijadikan pijakan dalam memahami pembahasan ini. Adapun

perinciannya sebagai berikut yaitu:

BAB I: Pendahuluan yang berisi uraian tentang latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,

penegasan istilah, metode penelitian yang berisi tentang

pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, data dan

sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data,

Page 27: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

13

pengecekan keabsahan data, tinjauan pustaka dan sistematika

penelitian.

BAB II: Landasan teori dalam bab ini berisi mengenai Tinjauan umum

mengenai jual beli menurut Hukum Islam. Tinjauan umum

mengenai jual beli dalam KUH Perdata. Tinjauan umum

mengenai perlindungan konsumen menurut Undang Undang No.

8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

BAB III: Paparan data dan hasil penelitian dalam bab ini berisi mengenai

gambaran umum SPBU S44.507.06 Pasar Sapi Salatiga,

mekanisme pembulatan harga jual pada transaksi jual beli bahan

bakar minyak (BBM) di SPBU 44.507.06 Pasar Sapi Salatiga,

hasil wawancara dengan pelaku usaha di SPBU 44.507.06 Pasar

Sapi Salatiga, hasil wawancara dengan konsumen SPBU

44.507.06 Pasar Sapi Salatiga.

BAB IV: Pembahasan dalam bab ini berisi mengenai analisis Hukum

Islam dan analisis Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen terhadap pembulatan harga jual pada

transaksi jual beli Bahan Bakar Minyak (BBM) di SPBU

44.507.06 Pasar Sapi Salatiga.

BAB V: Penutup berisi tentang kesimpulan sebagai jawaban permasalahan

dan juga tentang saran-saran, selain itu dalam bab terakhir ini

akan dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran

yang dianggap perlu.

Page 28: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

14

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Umum Tentang Jual Beli Menurut Hukum Islam

1. Pengertian jual beli

Lafadz al-bai‟ dalam bahasa Arab menunjukkan makna jual dan

beli. Lafal al-bai‟ juga dapat diartikan membeli, yang termasuk makna

kebalikan. Tapi jika diucapkan kata al-bai‟, maka makna yang

langsung bisa ditangkap ialah orang yang mengeluarkan barang

dagangan atau penjual. Menurut Syekh Abdurrahman as-Sa‟di et al,

jual beli merupakan isim mashdar yang mengandung dua makna

memiliki dan membeli. (Mardani, 2013:82)

Para fuqaha menggunakan istilah al-bai‟ kepada makna

mengeluarkan atau memindahkan sesuatu dari kepemilikannya dengan

harga tertentu, dan istilah asy-syara kepada makna memasukkan

kepemilikan tersebut dengan jalan menerima pemindahan kepemilikan

tersebut. Pemaknaan lafadz asy-syara kepada makna mengeluarkan

sesuatu berdasarkan pada hikayat tentang Nabi Yusuf AS., tatkala

saudara-saudaranya itu menjualnya. Hal ini sebagaimana tertera dalam

firman Allah SWT. (Hidayat, 2015:10)

Artinya: “Dan mereka menjual Yusuf dengan harga yang

murah, yaitu beberapa dirham saja, dan mereka merasa

tidak tertarik hatinya kepada Yusuf.” (Q.S Yusuf:20)

Page 29: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

15

Adapun pengertian jual beli menurut istilah, akan dikemukakan

oleh para ulama sebagaimana berikut: (Huda, 2011: 52)

a. Pengertian jual beli menurut Sayyid Sabiq dalam buku Fiqh as-

Sunnah juz 3, adalah:

“Pertukaran benda dengan benda lain dengan jalan

saling meridhai atau memindahkan hak milik disertai

penggantinya dengan cara yang dibolehkan.”

b. Pengertian jual beli menurut Taqiyyudin, adalah:

“Saling menukar harta (barang) oleh dua orang untuk

dikelola (ditashrafkan) dengan cara ijab dan qabul

sesuai dengan syara‟.”

c. Pengertian jual beli menurut Wahbah az-Zuhaili, adalah:

“Saling tukar menukar harta dengan cara tertentu.”

Dari definisi-definisi di atas dapat dipahami inti jual beli adalah

suatu perjanjian tukar-menukar benda (barang) yang mempunyai nilai,

atas dasar kerelaan (kesepakatan) antara dua belah pihak sesuai

dengan perjanjian atau ketentuan yang dibenarkan oleh syara‟. (Huda,

2011:52)

Sedangkan menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Pasal 20

nomor 2. Bai‟ adalah jual beli antara benda dengan benda, atau

pertukaran benda dengan uang.

2. Dasar hukum jual beli

Pada dasarnya transaksi jual beli hukumnya mubah (boleh). Hal ini

didasarkan kepada al-Quran, hadits dan ijma‟ ulama. Salah satu ayat

Page 30: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

16

al-Quran yang menjadi dasar hukum jual beli adalah surat al-Baqarah

ayat 275, yang berbunyi:

Artinya: “Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan

mengharamkan riba.”(Q.S al-Baqarah:275)

Adapun landasan jual beli yang berasal dari hadits Rasulullah

SAW diantaranya adalah:

ا منا ا لبيع عن تر ا ض

Artinya: “Jual beli itu didasarkan kepada suka sama suka.”

(HR. Abu Dawud No. 2999, Tirmidzi No. 1169, Ibnu Majah

No. 2176 dari Abu Sa‟id al-Khudriy Ra)

Sedangkan para ulama telah sepakat mengenai kebolehan akad jual

beli. Ijma‟ ini memberikan hikmah bahwa kebutuhan manusia

berhubungan dengan sesuatu yang ada dalam kepemilikan orang lain,

dan kepemilikan sesuatu tidak akan diberikan dengan begitu saja,

namun harus ada kompensasi sebagai imbal baliknya. Sehingga

dengan disyariatkannya jual beli tersebut merupakan salah satu cara

untuk merealisasikan keinginan dan kebutuhan manusia, karena pada

dasarnya, manusia tidak akan dapat hidup sendiri tanpa berhubungan

dan bantuan orang lain.(Huda, 2011:54)

Page 31: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

17

3. Rukun dan syarat jual beli

Arkan adalah bentuk jama‟ dari rukn. Rukun sesuatu berarti sisinya

yang paling kuat, sedangkan arkan berarti hal-hal yang harus ada untuk

terwujudnya satu akad dari sisi luar (Aziz, 2010: 28).

Para ulama berbeda pendapat tentang rukun jual beli ini. Menurut

Hanafiyah, rukun jual beli hanya satu, yaitu ijab (ungkapan membeli

dari pembeli) dan qabul. Menurut mereka, yang menjadi rukun dalam

jual beli hanyalah kerelaan kedua belah pihak untuk melakukan

transaksi jual beli. Akan tetapi, karena unsur kerelaan itu merupakan

unsur hati yang sulit diindra sehingga tidak kelihatan, maka diperlukan

indikasi yang menunjukkan kerelaan kedua belah pihak yang

melakukan transaksi jual beli, boleh tergambar dalam ijab dan qabul

atau cara saling memberikan barang dan harga barang (ta‟athi).

Sementara menurut Malikiyah, rukun jual beli ada tiga, yaitu 1)

aqidain (dua orang yang berakad, yaitu penjual dan pembeli); 2)

ma‟qud „alaih (barang yang diperjualbelikan dan nilai tukar pengganti

barang); dan 3) shighat (ijab dan qabul). Ulama Syafi‟iyah juga

berpendapat sama degan Malikiyah di atas.(Hidayat, 2015:17).

Menurut jumhur ulama, jual beli yang menjadi kebiasaan, misalnya

jual beli sesuatu yang menjadi kebutuhan sehari-hari tidak disyaratkan

ijab dan kabul. Menurut fatwa ulama Syafi‟iyah, jual beli barang-

barang yang kecil pun harus ijab kabul, tetapi menurut imam Nawawi

dan ulama muta‟akhirin Syafi‟iyah, boleh jual beli barang-barang yang

Page 32: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

18

kecil dengan tidak ijab kabul seperti membeli sebungkus

rokok.(Mardani, 2013:89)

Rukun jual beli menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah pasal

56, 57 dan 58, yaitu:

1. Pihak-pihak;

2. Obyek; dan

3. Kesepakatan.

Pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian jual-beli terdiri atas

penjual, pembeli, dan pihak lain yang terlibat dalam perjanjian

tersebut.

Obyek jual beli terdiri atas benda yang berwujud maupun yang

tidak berwujud, yang bergerak maupun yang tidak bergerak, dan yang

terdaftar maupun yang tidak terdaftar.

Dalam jual beli juga terdapat beberapa syarat yang mempengaruhi

sah tidaknya akad tersebut. Diantaranya adalah syarat yang

diperuntukkan bagi dua orang yang melaksanakan akad dan syarat

yang diperuntukkan untuk barang yang akan dibeli. Jika salah satu

darinya tidak ada, maka akad jual beli tersebut dianggap tidak sah.(Al-

Fauzan, 2005:366)

Dibawah ini merupakan beberapa hal yang berkaitan dengan syarat

jual beli menurut para ulama

Page 33: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

19

a. Syarat yang berhubungan dengan dua orang yang berakad

(„aqadain), yaitu penjual dan pembeli.(Hidayat, 2015:18)

1) Mumayyiz, balig dan berakal. Maka tidak sah akadnya orang

gila, orang yang mabuk, begitu jga akadnya anak kecil, kecuali

terdapat ijin dari walinya sebagaimana pendapat jumhur

ulama. Hanafiyah hanya mensyaratkan berakal dan mumayyiz,

tidak mensyaratkan balig.

2) Tidak terlarang membelanjakan harta, baik terlarang itu hak

darinya atau yang lainnya. Jika terlarang ketika melakukan

akad, maka akadnya tidak sah menurut Syafi‟iyah. Sedangkan

menurut jumhur ulama, akadnya tetap sah jika terdapat izin

dari yang melarangnya, jika tidak ada izin, maka tidak sah

akadnya.

3) Tidak dalam keadaan terpaksa ketika melakukan akad. Karena

adanya kerelaan dari kedua belah pihak merupakan salah satu

rukun jual beli. Jika terdapat paksaan, maka akadnya

dipandang tidak sah atau batal menurut jumhur ulama.

Sedangkan menurut Hanafiyah, sah akadnya ketika dalam

keadaan terpaksa jika diizinkan, tetapi bila tidak diizinkan,

maka tidak sah akadnya.

b. Syarat yang berkaitan dengan objek akad

Menurut Sayyid Sabiq, objek akad jual harus mempunyai

kriteria sebagai berikut: (Sabiq, Tth:129)

Page 34: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

20

1) Benda tersebut suci dan halal (tidak boleh menjual barang yang

diharamkan, seperti miras, bangkai, bai dan patung).

2) Benda tersebut dapat dimanfaatkan (tidak boleh melakukan jual

beli ular dan anjing kecuali yang sudah terlatih yang digunakan

untuk berburu)

3) Benda tersebut milik yang melakukan akad jual beli (dilarang

menjual barang yang bukan miliknya walaupun itu milik

istrinya sendiri). Dalam ilmu fiqh hal ini disebut ba‟i al-fudhuli.

4) Benda tersebut dapat diserahkan. (tidak boleh menjual barang

yang tidak dapat diserahkan, seperti menjual ikan yang masih

ada di air).

5) Benda tersebut diketahui bentuknya atau keberadaannya atau

spesifikasinya dan harganya juga sudah jelas.

6) Benda tersebut sudah diterima oleh pembeli.

Syarat-syarat di atas pada prinsipnya sama dengan isi dari

Pasal 76 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah. Menurut pasal

tersebul, syarat objek yang diperjualbelikan adalah:

a. Barang yang dijualbelikan harus sudah ada.

b. Barang yang dijualbelikan harus dapat diserahkan.

c. Barang yang dijualbelikan harus berupa barang yang memiliki

nilai/harga tertentu.

d. Barang yang dijualbelikan harus halal.

Page 35: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

21

e. Barang yang dijualbelikan harus diketahui oleh pembeli.

f. Kekhususan barang yang dijualbelikan harus diketahui.

g. Penunjukkan dianggap memenuhi syarat kekhususan barang

yang dijualbelikan jika barang itu ada di tempat jual beli.

h. Sifat barang yang dapat diketahui secara langsung oleh pembeli

tidak memerlukan penjelasan lebih lanjut.

i. Barang yang dijual harus ditentukan secara pasti pada waktu

akad.

c. Syarat yang berkaitan dengan shighat (ijab dan qabul)

Definisi ijab menurut para fuqaha (ulama ahli fiqih) adalah

“suatu kata-kata yang pertama kali keluar dari salah satu kedua

belah pihak (dua orang yang berakad) yang menunjukkan

keridhaannya, baik dari pihak penjual atau pembeli”. Sedangkan

definisi qabul menurut para fuqaha (ulama ahli fiqih) ialah “suatu

ungkapan kedua yang keluar dari salah satu pihak yang

menunjukkan keridhaannya dan menyetujuinya, baik ungkapan itu

keluar dari penjual atau pembeli”.(Hidayat, 2015:21)

Adapun yang berhubungan dengan syarat-syarat ijab dan qabul

adalah sebagai berikut:

1) Ijab qabul diungkapkan dengan kata-kata yang menunjukkan

jual beli yang telah lazim diketahui masyarakat. Seperti

penjual berkata “Aku jual bolpoin ini kepadamu seharga Rp.

20.000,-. Kemudian pembeli menjawab “Saya beli bolpoin ini

Page 36: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

22

seharga Rp. 20.000,-“. Apabila antara ijab dan qabul tidak

sesuai maka jual beli tidak sah. Zhahiriyah berpendapat tidak

sahnya akad jual beli kecuali menggunakan kata-kata yang

khusus seperti kata-kata “saya jual” atau “saya dagangkan”

(al-bai‟ atau tijarah). Malikiyah berpendapat sahnya jual beli

dengan sesuatu yang menunjukkan keridhaan kedua belah

pihak baik melalui ucapan atau isyarat.

2) Ijab qabul dilakukan dalam satu majelis. Maksudnya kedua

belah pihak yang melakukan jual beli hadir dan

membicarakan topik yang sama, atau antara ijab dan qabul

tidak terpisah oleh sesuatu yang menunjukkan berpalingnya

akad menurut kebiasaan.

3) Terdapat kesepakatan berkenaan dengan barang, baik jenis,

macamnya, sifatnya, takaran, begitu juga harganya barang

yang diperjualbelikan, baik kontan atau tidaknya.

Namun seiring dengan perkembangan zaman modern,

perwujudan ijab dan qabul tidak lagi diungkapkan melalui

ucapan, tetapi dilakukan dengan sikap pembeli mengambil

barang, kemudian menyerahkan uangnya kepada kasir

sebagaimana yang lazim disaksikan di pasar swalayan. Dalam

fiqh Islam, praktik semacam ini disebut dengan ba‟i al-mu‟athah

yaitu masing-masing kedua belah pihak (penjual dan pembeli)

memberikan sesuatu yang menunjukkan adanya saling tukar

Page 37: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

23

menukar yang dilakukan tanpa ijab qabul melalui ucapan, tapi

melalui tindakan.

Selain sahnya jual beli dengan mu‟athah, juga sahnya hukum

akad jual beli dengan tulisan atau utusan. Pendapat ini

dikemukakan oleh Syafi‟iyah dan Hanbaliyah. Begitu juga sah

akad jual beli dengan isyarat orang yang isu dan yang lainnya,

walaupun dia mampu menggunakan tulisan sebagaimana

dikemukakan Hanafiyyah, karena isyarat dan tulisan bisa

dijadikan hujah. Sedangkan isyaratnya orang yang bisa bicara

tidak diterima (tidak sah) menurut jumhur ulama, berbeda dengan

Malikiyah yang mengatakan hal tersebut sah.(Hidayat, 2015:24)

4. Jenis-jenis jual beli yang dilarang

Rasulullah SAW melarang sejumlah jual beli, karena di dalamnya

terdapat gharar yang membuat manusia memakan harta orang lain

secara batil, dan di dalamnya terdapat unsur penipuan yang

menimbulkan dengki, konflik, dan permusuhan di antara kaum

muslimin. Di antara jenis-jenis jual beli yang dilarang adalah sebagai

berikut:

a. Dilarang jual beli barang yang diharamkan

Jual beli ini dilarang karena zat atau barang yang

diperjualbelikan hukumnya haram. Barang yang haram terdapat

dalam firman Allah SWT Q.S an-Nahl ayat 115 yang berbunyi:

Page 38: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

24

Artinya: “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan

atasmu (memakan) bangkai, darah, daging babi dan apa yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah;

tetapi Barangsiapa yang terpaksa memakannya dengan

tidak Menganiaya dan tidak pula melampaui batas,

Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang.” (Q.S an-Nahl:115)

Firman Allah yang lain yaitu terdapat dalam Q.S al-Maidah ayat 3

Artinya: “diharamkan bagimu (memakan) bangkai,

darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih

atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul,

yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas,

kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan

(diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala.

dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak

panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah

kefasikan. pada hari ini orang-orang kafir telah putus

Page 39: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

25

asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah

kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku.

pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu

agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku,

dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka

barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja

berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun

lagi Maha Penyayang.” (Q.S al-Maidah:3)

b. Larangan gharar dalam jual beli

Orang muslim tidak boleh menjual sesuatu yang di dalamnya

terdapat ketidakjelasan (gharar). Jadi, ia tidak boleh menjual ikan

di air, hewan yang masih berada di perut induknya, buah-buahan

yang belum masak, barang yang tidak diketahui ukurannya.

c. Larangan jual beli yang mengandung maysir (perjudian)

Yang dimaksud dengan maysir atau perjudian adalah suatu

permainan yang menempatkan salah satu pihak harus menanggung

beban pihak lain akibat permainan tersebut. Suatu kegiatan atau

perbuatan dianggap sebagai maysir ketika terjadinya zero same

game, yaitu keadaan yang menempatkan salah satu pihak atau

beberapa pihak harus menanggung beban pihak lainnya dari

kegiatan atau permainan yang dilakukannya. (Mardani, 2013:103)

Larangan maysir ditegaskan dalam Surat al-Maidah ayat 90:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman,

Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban

untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah

Page 40: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

26

Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-

perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”

(Q.S al-Maidah:90)

d. Larangan jual beli karena mengandung riba

Jual beli yang mengandung riba dinamakan bai‟ al-„inah.

Menurut Imam Nawawi dalam Tahdzib al-Asma‟ wa al-Lughah

berkata: “Dinamakan „inah karena akad jual beli ini dapat

mendatangkan „ain, yaitu keuntungan dinar dan dirham ”.

Kemudian ada juga ulama yang berpendapat bahwa jual beli ini

disebut „inah karena pembeli barang dengan kredit menerima uang

kontan sebagai ganti dari barang tersebut. Hal yang demikian itu

haram, bila pihak pembeli memberikan syarat agar pihak penjual

harus membelinya kembali dari pihak pembeli pertama dengan

harga yang sudah ditentukan. Oleh karena itu, bila antara pihak

penjual dan pembeli tidak ada ikatan syarat. (Hidayat, 2015:116)

e. Larangan jual beli oleh orang kota untuk orang desa

Maksud dari larangan jual beli oleh orang kota untuk orang

desa yaitu sekelompok orang yang menghadang atau mencegat

pedagang yang membawa barang di pinggir kota (di luar daerah

pasar). Mereka sengaja membeli barang dagangannya sebelum

mereka mengetahui harga di pasar. Mereka mengatakan kepada

pedagang bahwa harga sedang jatuh, pasar sedang sepi. Tindakan

mereka itu mengakibatkan pedagang tertipu. Sementara mereka

sendiri membeli barang dgangannya dengan harga yang di bawah

Page 41: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

27

standar. Tindakan mereka seperti itu dilarang karena dapat

mengakibatkan kemudaratan (kerugian) kepada pihak pedagang.

(Hidayat, 2015:131)

B. Tinjauan Umum Tentang Jual Beli Menurut Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata

Jual beli termasuk dalam kelompok perjanjian bernama atau kontrak

nominaat. Istilah kontrak nominaat merupakan terjemahan dari nominaat

contract. Definisi kontrak nominaat menurut Pasal 1319 KUH Perdata

adalah semua perjanjian, baik yang mempunyai nama khusus, maupun

yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan

umum yang termuat dalam bab ini dan bab yang lalu. (Salim, 2014:47)

1. Pengertian perjanjian jual beli

Definisi jual beli menurut KUH Perdata Pasal 1457 adalah suatu

persetujuan, dengan mana pihak satu mengikatkan dirinya untuk

menyerahkan suatu kebendaaan, dan pihak lain untuk membayar harga

yang telah dijanjikan.

Menurut Salim H.S., pengertian perjanjian jual beli adalah suatu

perjanjian yang dibuat antara pihak penjual dan pembeli. Di dalam

perjanjian itu pihak penjual berkewajiban untuk menyerahkan objek

jual beli kepada pembeli dan berhak menerima harga dan pembeli

berkewajiban untuk membayar harga dan berhak menerima objek

tersebut. (Salim, 2014:49)

2. Syarat-syarat yang diperlukan untuk sahnya perjanjian jual beli

Page 42: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

28

Pasal 1320 KUH Perdata menentukan empat syarat sahnya

perjanjian, yaitu:

(1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

(2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

(3) Suatu hal tertentu;

(4) Suatu sebab yang halal

Keempat hal itu, dikemukakan berikut ini: (Salim, 2014:33)

a. Kesepakatan

Syarat yang pertama sahnya kontrak adalah adanya

kesepakatan atau konsensus pada pihak. Kesepakatan ini diatur

dalam Pasal 1320 ayat (1) KUH Perdata. Yang dimaksud dengan

kesepakatan adalah persesuaian pernyataan kehendak antara satu

orang atau lebih dengan pihak lainnya. Yang sesuai itu adalah

pernyataannya, karena kehendak itu tidak dapat dilihat atau

diketahui orang lain. Ada lima cara terjadinya persesuaian

pernyataan kehendak, yaitu dengan:

1) Bahasa yang sempurna dan tertulis;

2) Bahasa yang sempurna secara lisan;

3) Bahasa yang tidak sempurna asal dapat diterima oleh pihak

lawan. Karena dalam kenyataannya seringkali seseorang

menyampaikan dengan bahasa yang tidak sempurna tetapi

dimengerti oleh pihak lawannya;

Page 43: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

29

4) Diam atau membisu, tetapi asal dipahami atau diterima pihak

lawan.

Pada dasarnya, cara yang paling banyak dilakukan oleh para

pihak, yaitu dengan bahasa yang sempurna secara lisan dan secara

tertulis. Tujuan pembuatan perjanjian secara tertulis adalah agar

memberikan kepastian hukum bagi para pihak dan sebagai alat

bukti yang sempurna, di kala timbul sengketa di kemudian hari.

b. Kecakapan bertindak

Kecakapan bertindak adalah kecakapan atau kemampuan untuk

melakukan perbuatan hukum. perbuatan hukum adalah perbuatan

yang akan menimbulkan akibat hukum. orang-orang yang akan

mengadakan perjanjian haruslah orang-orang yang cakap dan

mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum,

sebagaimana yang ditentukan oleh undang-undang. Orang yang

cakap dan berwenang untuk melakukan perbuatan hukum adalah

orang yang sudah dewasa. Ukuran kedewasaan adalah telah

berumur 21 tahun atau sudah kawin. Orang yang tidak berwenang

untuk melakukan perbuatan hukum:

1) Anak di bawah umur (minderjarigheid),

2) Orang yang ditaruh di bawah pengampuan, dan

3) Istri (Pasal 1330 KUH Perdata). Akan tetapi dalam

perkembangannya istri dapat melakukan perbuatan hukum,

Page 44: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

30

sebagaimana yang diatur dalam Pasal 31 UU Nomor 1 Tahun

1974 j.o SEMA No. 3 Tahun 1963.

c. Adanya objek perjanjian

Di dalam berbagai literatur disebutkan bahwa yang menjadi

objek perjanjian adalah prestasi (pokok perjanjian). Prestasi adalah

apa yang menjadi kewajiban debitur dan apa yang menjadi hak

kreditur. Prestasi ini terdiri dari perbuatan positif dan negatif.

Prestasi terdiri atas:

1) Memberikan sesuatu,

2) Berbuat sesuatu, dan

3) Tidak berbuat sesuatu (Pasal 1234 KUH Perdata)

d. Adanya causa yang halal

Dalam Pasal 1320 KUH Perdata tidak dijelaskan pengertian

orzaak (causa yang halal). Di dalam Pasal 1337 KUH Perdata

hanya disebutkan causa yang terlarang. Suatu sebab adalah

terlarang apabila bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan,

dan ketertiban umum. Hoge Raad sejak tahun 1927 mengartikan

orzaak sebagai sesuatu yang menjadi tujuan para pihak.

3. Asas-asas perjanjian jual beli

a. Asas kebebasan berkontrak

Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan

Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yang berbunyi “Semua

Page 45: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

31

perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang

bagi mereka yang membuatnya”.

Menurut Salim H.S., asas kebebasan berkontrak adalah suatu

asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk:

1) Membuat atau tidak membuat perjanjian,

2) Mengadakan perjanjian dengan siapapun,

3) Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya,

dan

4) Menentukan bentuknya perjanjian, yaitu tertulis atau lisan.

Kebebasan berkontrak merupakan salah satu asas yang sangat

penting, sebab merupakan perwujudan dari kehendak bebas,

pancaran dari hak manusia. (Setiawan, 2016:45)

b. Asas konsensualisme

Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat

(1) KUH Perdata. Dalam Pasal itu ditentukan bahwa salah satu

syarat sahnya perjanjian, yaitu adanya kesepakatan kedua belah

pihak. Asas konsensualisme merupakan asas yang menyatakan

bahwa perjanjian pada umumnya tidak diadakan secara formal,

tetapi cukup dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak.

Kesepakatan merupakan persesuaian antara kehendak dan

pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak. (Salim, 2014:10)

Page 46: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

32

Selain dari itu, asas konsensualisme menekankan suatu janji

lahir pada detik terjadinya konsensus (kesepakatan atau

persetujuan antara kedua belah pihak) mengenai hal-hal pokok dari

apa yang menjadi objek perjanjian. Apabila perjanjian dibuat

dalam bentuk tertulis maka bukti tercapainya konsensus adalah saat

ditandatanganinya perjanjian itu oleh pihak-pihak yang

bersangkutan. Namun demikian, tidak semua perikatan tunduk

dengan asas ini, karena terhadapnya ada pengecualian yakni

terhadap perjanjian formal (hibah, perdamaian, dan lain-lain) serta

perjanjian riil (pinjam pakai, pinjam-meminjam, dan lain-lain).

(Setiawan, 2016:46)

c. Asas kepastian hukum

Asas kepastian hukum merupakan asas bahwa hakim atau pihak

ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para

pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang-undang. Mereka tidak

boleh melakukan intervensi terhadap substansi kontrak yang dibuat

oleh para pihak. (Salim, 2014:10)

Asas kepastian hukum dapat disimpulkan dalam Pasal 1338 ayat

(1) KUH Perdata yang berbunyi “Perjanjian yang dibuat secara sah

berlaku sebagai undang-undang”.

d. Asas itikad baik

Menurut Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata definisi dari asas

itikad baik adalah perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad

Page 47: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

33

baik. Asas itikad merupakan asas bahwa para pihak, yaitu pihak

kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi kontrak

berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau kemauan

baik dari para pihak.

Asas itikad baik dibagi menjadi dua macam, yaitu itikad baik

nisbi dan itikad baik mutlak. Pada itikad baik nisbi, orang

memperhatikan sikap dan tingkah laku yang nyata dari subjek.

Pada itikad baik mutlak, penilaiannya terletak pada akal sehat dan

keadilan, dibuat ukuran yang objektif untuk menilai keadaan

(penilaian tidak memihak) menurut norma-norma yang objektif.

(Salim, 2014:11)

e. Asas kepribadian

Asas ini diatur dalam Pasal 1315 jo. Pasal 1340 KUH Perdata.

Bunyi Pasal 1315 KUH Perdata “Pada umumnya tak seorang dapat

mengikatkan diri atas nama sendiri atau meminta ditetapkan suatu

janji selain dari pada untuk dirinya sendiri”. Sedangkan menurut

Pasal 1320 KUH Perdata “Persetujuan-persetujuan hanya berlaku

antara pihak-pihak yang membuatnya.... ”

Karena suatu perjanjian itu hanya berlaku bagi yang

mengadakan perjanjian itu sendiri, maka pernyataan tersebut dapat

dikatakan menganut asas kepribadian dalam suatu perjanjian.

(Setiawan, 2016:47)

Page 48: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

34

Tidak semua perjanjian takluk dengan asas ini, ada ketentuan

pengecualian dalam Pasal 1317 KUH Perdata yang menyatakan

bahwa “Lagi pun diperbolehkan juga untuk meminta ditetapkannya

suatu janji guna kepentingan seorang pihak ke tiga, apabila suatu

penetapan janji, yang dibuat oleh seorang untuk dirinya sendiri,

atau suatu pemberian yang dilakukannya kepada seorang lain,

memuat suatu janji yang seperti itu”. (Salim, 2014:12)

C. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Konsumen dalam Undang-

Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Sudah merupakan kodratnya bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri,

harus hidup bersama dalam suatu masyarakat yang terorganisasi untuk

mencapai tujuan bersama. Agar tujuan mereka tersebut teercapai

sebagaimana mestinya, dan dalam usahanya tidak selalu berbentur

kepentingan, maka diperlukanlah suatu norma yang mengaturnya. Norma

atau kaidah sosial adalah suatu pedoman atau peraturan hidup yang

menentukan bagaimana manusia harus bertingkah laku dalam masyarakat

agar tidak merugikan orang lain.(Asyhadie, 2014:1)

1. Pengertian perlindungan konsumen dalam Undang-Undang No. 8

tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Pengertian perlindungan konsumen terdapat pada Pasal 1 Ayat 1

Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

yaitu, segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk

memberi perlindungan kepada konsumen.

Page 49: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

35

Dari pengertian perlindungan konsumen diatas, pada prinsipnya

ada dua pihak yang terkait dalam perlindungan konsumen itu, yaitu

konsumen sendiri dan pelaku usaha.

2. Asas dan tujuan perlindungan konsumen dalam Undang-Undang No. 8

tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen diselenggarakan bersama berdasarkan

lima asas yang sesuai dengan pembangunan nasional, yaitu: (Asyhadie,

2014:192)

a. Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamantkan bahwa segala

upaya dlam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus

memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen

dan pelaku usaha secara keseluruhan.

b. Asas keadilan maksudnya agar partisipasi seluruh rakyat dapat

diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada

konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan

kewajibannya secara adil.

c. Asas keseimbangan maksudnya perlindungan konsumen

memberikan kesimbangan antara konsumen, pelaku usaha dan

pemerintah dalam arti materiil maupun spiritual.

d. Asas keselamatan dan keamanan konsumen, yaitu untuk

memberikan jaminan keamanan dan keselamatan kepada

konsumen dalam penggunaan dan pemakaian, serta pemanfaatan

barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.

Page 50: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

36

e. Asas kepastian hukum maksudnya agar pelaku usaha dan kosumen

menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan

perlindungan konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum.

Sedangkan tujuan dari perlindungan konsumen menurut Undang-

Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Pasal 3,

adalah:

a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen

untuk melindungi diri;

b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara

menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang atau jasa;

c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih,

menentukan dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen;

d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung

unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses

untuk mendapatkan informasi;

e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya

perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan

bertanggung jawab dalam berusaha;

f. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin

kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan,

kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.

Page 51: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

37

3. Hak dan kewajiban konsumen dalam Undang-Undang No. 8 tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen

Menurut Pasal 1 Ayat 2 Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen, yang dimaksudkan dengan konsumen adalah

setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam

masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain

maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

Dengan demikian, konsumen bisa orang-perorangan atau

sekelompok masyarakat maupun makhluk hidup lain yang

membutuhkan barang dan/atau jasa untuk dikonsumsi oleh yang

bersangkutan, atau dengan kata lain barang/jasa tersebut barang

tersebut tidak untuk diperdagangkan. (Asyhadie, 2014:194)

Masing-masing konsumen mempunyai hak dan kewajiban. Hak

konsumen sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 4 Undang-Undang

No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah:

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam

mengonsumsi barang dan/atau jasa;

b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang

dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta

jaminan yang dijanjikan;

c. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi

dan jaminan barang dan/atau jasa;

Page 52: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

38

d. Hak untuk di dengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau

jasa yang digunakan;

e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya

penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta

tidak didiskriminatif;

h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau

penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak

sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;

i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangan

lainnya.

Sedangkan kewajiban konsumen sebagaimana ditentukan dalam

Pasal 5 Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen adalah sebagai berikut:

a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur

pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan

dan keselamatan;

b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang

dan/atau jasa;

c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

Page 53: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

39

d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan

konsumen secara patut.

4. Hak dan kewajiban pelaku usaha dalam Undang-Undang No. 8 tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen

Definisi pelaku usaha dalam Undang-Undang No. 8 tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen Pasal 1 Ayat 3 adalah, setiap orang

perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum

maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau

melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia,

baik sendiri maupun sama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan

kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.

Sementara itu hak pelaku usaha atau pelaku bisnis dalam kaitannya

dengan perlindungan konsumen dimuat dalam Pasal 7 Undang-Undang

No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah sebagai

berikut:

a. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan

mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan;

b. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen

yang beritikad baik;

c. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam

penyelesaian hukum sengketa konsumen;

Page 54: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

40

d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum

bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau

jasa yang diperdagangkan;

e. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan

lainnya.

Kewajiban pelaku usaha ditentukan dalam Pasal 7 Undang-Undang

No. 8 tahun 1999 Perlindungan Konsumen yaitu sebagai berikut:

a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai

kondisi dan jaminan barangn dan/atau jasa serta memberi

penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;

c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur

serta tidak diskriminatif;

d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau

diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang

dan/atau jasa yang berlaku;

e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau

mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan

dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau diperdagangkan;

f. Memberi kompensasai, ganti rugi dan/atau penggantian atas

kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang

dan/atau jasa yang diperdagangkan;

Page 55: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

41

g. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila

barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai

dengan perjanjian;

h. Menerima pembayaran sesuai kesepakatan;

i. Mendapatkan perlindungan hukum dari perlakuan atau tindakan

konsumen yang tidak beritikad baik;

j. Melakukan pembelaan.

5. Sengketa konsumen dalam Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen

Dalam Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen memang tidak ada dijumpai tentang definisi atau pengertian

dari sengketa konsumen. Namun, dalam beberapa pasal ditentukan

adanya larangan bagi pelaku usaha yang apabila dilakukan dapat

merugikan konsumen. Larangan yang dilakukan pelaku usaha inilah

yang bisa menjadi sengketa konsumen. (Asyhadie, 2014:198)

Larangan bagi pelaku usaha tersebut ditentukan mulai Pasal 8

sampai sampai Pasal 17 Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen sebagai berikut:

Pasal 8

(1) Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan

barang dan/atau jasa yang:

a. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang

dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundag-undangan;

Page 56: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

42

b. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan

jumlah dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam

label atau etiket barang tersebut;

c. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dann jumlah

dalam hitungan menurut ukuran yang sebenarnya;

d. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau

kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, setiket atau

keterangan barang dan/atau jasa tersebut;

e. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses

pengolahan, gaya, mode, atau penggunaan tertentu

sebagaimana dinyatakan dalam label atau keterangan barang

dan/atau jasa tersebut;

f. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket,

keterangan, iklan atau promosi penjualan barang dan/atau jasa

tersebut;

g. Tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu

penggunaan/pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu;

h. Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal,

sebagaimana pernyataan “halal” yang dicantumkan dalam

label;

i. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang

memuat nama barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto,

komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat sampingan,

Page 57: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

43

nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan lain untuk

penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasang/dibuat;

j. Tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan

barang dalam bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku.

(2) Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang rusak, cacat

atau bekas, dan tercemar tanpa memberikan informasi secara

lengkap dan benar atas barang dimaksud.

(3) Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan

pangan yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau

tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar.

(4) Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat

(2) dilarang memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta

wajib menariknya dari peredaran.

Pasal 9

(1) Pelaku usaha dilarang menawarkan, memproduksikan,

mengiklankan suatu barang dan/atau jasa secara tidak benar,

dan/atau seolah-olah:

a. Barang tersebut telah memenuhi dan/atau memiliki potongan

harga, harga khusus, standar mutu tertentu, gaya atau mode

tertentu, karakteristik tertentu, sejarah atau guna tertentu;

b. Barang tersebut dalam keadaan baik dan/atau baru;

Page 58: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

44

c. Barang dan/atau jasa tersebut telah mendapatkan dan/atau

meiliki sponsor, persetujuan, perlengkapan tertentu,

keuntungan tertentu, ciri-ciri kerja atau aksesori tertentu;

d. Barang dan/atau jasa tersebut dibuat oleh perusahaan yang

mempunyai sponsor, persetujuan atau afiliasi;

e. Barang dan/atau jasa tersebut tersedia;

f. Barang tersebut tidak mengandung cacat tersembunyi;

g. Barang tersebut merupakan kelengkapan dari barang tertentu;

h. Barang tersebut berasal dari daerah tertentu;

i. Secara langsung atau tidak langsung merendahkan barang

dan/atau jasa lain;

j. Menggunakan kata-kata yang berlebihan, seperti aman, tidak

berbahaya, tidak mengandung risiko atau efek sampingan

tampak keterangan yang lengkap;

k. Menawarkan sesuatu yang mengandung janji yang belum

pasti.

(2) Barang dan/atau jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilarang untuk diperdagangkan.

(3) Pelaku ushaa yang melakukan pelanggarang terhadap ayat (1)

dilarang melanjutkan penawaran, promosi, dan pengiklanan

barang dan/atau jasa tersebut.

6. Ketentuan-ketentuan mengenai sanksi dalam Undang-Undang No. 8

tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Page 59: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

45

Konsumen yang merasa dirugikan karena mongkonsumsi barang

dan/atau jasa yang diedarkan dan diperdagangkan oleh pelaku usaha,

selain dapat mengajukan tuntutan secara perdata juga dapat

mengajukan tuntutan secara pidaha. Hal tersebut dikarenakan di dalam

Pasal 61 Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen, telah menjalaskan bahwa penuntutan pidana dapat

dilakukan terhadap pelaku usaha dan/atau pengurusnya.

Berkaitan dengan sanksi pidana maka seorang pelaku usaha dapat

dikenakan pidana berupa penjara maupun pidana denda. Pelaku usaha

dapat dikenakan sanksi berupa ppidana penjara selama 5 (lima) tahun

dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua

milyar rupiah), ketika mereka melanggar ketentuan Pasal 8, Pasal 9,

Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b,

huruf c, huruf e, ayat (2) dan Pasal 18 Undang-Undangn Perlindungan

Konsumen. Dan pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13 ayat (1), Pasal 14, Pasal

16, dan Pasal 17 ayat (1) huruf d dan huruf f dipidana dengan pidana

penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana denda paling banyak Rp.

500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (Dewi, 2015:125)

Page 60: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

46

BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SPBU 44.507.06 Pasar Sapi Salatiga

1. Lokasi SPBU 44.507.06 Pasar Sapi Salatiga

SPBU adalah kependekan dari “Stasiun Pengisian Bahan Bakar

Umum”. SPBU 44.507.06 terletak di dekat Pasar Sapi kota Salatiga

tepatnya di Jalan Veteran. Di SPBU Pertamina ini tidak hanya untuk

pengisian bensin, tetapi sudah menjadi rest area karena sudah ada

fasilitas berupa musholla, toilet, atm dan tempat parkir yang luas

dikarenakan luas SPBU Pertamina ini berkisar seluas 4.300 m2.

2. Sejarah SPBU 44.507.06 Pasar Sapi Salatiga

SPBU 44.507.06 Pasar Sapi Salatiga berdiri di bawah naungan PT.

Arson Jaya Abadi. SPBU ini mulai beroperasi pada tanggal 19 April

2004, pada awal beroperasi SPBU ini mempunyai 26 karyawan dan 3

pompa pengisian bensin.

SPBU Pertamina 44.507.06 Pasar Sapi Salatiga menggunakan

estetika warna dasar merah dan garis putih yang merupakan warna

standar SPBU Pertamina di seluruh Indonesia. Dari segi pencahayaan,

lay-out, kebersihan, SPBU Pertamina sudah melakukan banyak

perubahan dan akan terus berbenah untuk menjadi SPBU yang lebih

baik dan untuk menjaga kepuasan dan kenyamanan pelanggan.

Standar operasional pelsyanan SPBU Pertamina ini adalah PASTI

PAS. Dan kelas SPBU Pertamina ini adalah PASTI PAS GOOD. Ada

Page 61: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

47

lima elemen standar operasional yang harus dicapai oleh setiap SPBU

Pertaminan untuk memenuhi standar PASTI PAS:

a. Staf yang terlatih dan termotivasi dengan baik (Well trained and

motivated staff).

b. Jaminan kualitas dan kuantitas (Quality and Quantity Assurance)

c. Fasilitas dan peralatan terpelihara dengan baik (Well maintained

equipment and facility)

d. Format fisik yang konsisten (Consistent physical format, aligned

with overall retail strategy)

e. Penawaran produk komprehensif (Comprehensive product

offering)

3. Produk SPBU 44.507.06 Pasar Sapi Salatiga

Produk BBM (Bahan Bakar Minyak) yang dijual di SPBU

Pertamina ini yaitu BBM, BBM Pertalite, BBM Pertamax dan BBM

jenis Solar. SPBU Pertamina ini juga menjual gas elpiji.

4. Struktur Organisasi SPBU 44.507.06 Pasar Sapi Salatiga

Struktur organisasi yang berada di SPBU 44.507.06 Pasar Sapi

Salatiga adalah sebagai berikut:

Direktur utama : Yudiarso

Manager : Hariyanto

Supervisor : Totok Surahmanto

Administrasi : Ana Istiana

Operator : Andika Arif W

Page 62: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

48

Ari Pritono

Edy Sudanto

Eko Hariyadi

Harjanto

Haeri Triana

Mamik Edi Susanto

Rustamaji Wibowo

Sapto Nugroho

Sartono

Priyanto

Widodo

Bagas Dharma

Amir Kiki Indra Irawan

Ahmad Baihaqi

Faried Musafad

Tenaga Kebersihan : Susilo Mujliyantoro

Struktur tersebut disusun berdasarkan kebutuhan perusahaan,

terdiri dari:

a. Direktur Utama

Tugas dan wewenang direktur utama adalah:

1) Melakukan pengecekan laporan penjualan BBM.

2) Mengontrol pekerjaan manajer.

Page 63: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

49

3) Memutuskan kebijakan penting yang kaitannya dengan

perusahaan.

b. Manajer

Tugas dan wewenang manajer adalah:

1) Melakukan perencanaan penebusan BBM.

2) Menyusun planning kedatangan BBM.

3) Bertanggung jawab penuh akan jalannya kegiatan operasional.

4) Melaksanakan pembinaan karir karyawan (mutasi, demosi,

promosi).

5) Melakukan recruitmen karyawan.

c. Supervisor

Tugas dan wewenang supervisor adalah:

1) Menerima bongkar muat BBM dari depot Pertamina.

2) Membantu manager melakukan pengawasan di lapangan.

3) Memotivasi karyawan.

4) Mengatur jadwal kerja karyawan.

5) Melakukan penilaian motivasi kerja karyawan untuk

selanjutnya dilaporkan kepada manajer.

d. Administrasi

Tugas dan wewenang administrasi adalah:

1) Melaksanakan administrasi perusahaan yang menyangkut

kepegawaian, penjualan, dan perusahaan.

Page 64: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

50

2) Membuat laporan gaji karyawan untuk diserahkan kepada

manajer.

3) Membuat laporan laba rugi perusahaan.

4) Mengarsipkan data perusahaan.

e. Operator

Tugas dan wewenang operator adalah:

1) Menjalankan SOP (Standar Operasional Prosedur) Pertamina

Way dengan baik.

2) Melakukan transaksi langsung dengan konsumen.

3) Melakukan rekapitulasi penjualan BBM untuk dilaporkan

kepada supervisor.

4) Melayani konsumen dengan baik dan sepenuh hati.

f. Tenaga Kebersihan

Tugas dan wewenang tenaga kebersihan:

1) Membersihkan area SPBU.

2) Merawat peralatan dan fasilitas yang ada di SPBU.

B. Mekanisme Pembulatan Harga Jual BBM di SPBU 44.507.06 Pasar

Sapi Salatiga

Pembulatan harga jual adalah proses membulatkan nilai jual suatu

barang yang ditawarkan kepada konsumen, berupa BBM yang terdiri dari

Pertalite, Pertamax dan Solar.

Proses pembayaran di SPBU 44.507.06 Pasar Sapi Salatiga tidak

semuanya dilakukan dengan jumlah pembayaran yang sesuai dengan

Page 65: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

51

jumlah uang yang tertera di mesin pengisian. Hal ini terjadi apabila

pengisian bensin penuh atau full tank, banyak konsumen yang tidak dapat

membayar jumlah harga dengan uang pas karena tidak adanya nominal

satuan uang yang sesuai dengan jumlah harga yang tertera di mesin

pengisian. Seperti satuan 25 rupiah, 50 rupiah dan lainnya. Pihak SPBU

akan langsung membulatkan harga yang semula tertera di mesin pengisian

Rp. 14.350 menjadi Rp. 15.000. Hal ini dilakukan oleh operator dengan

menyebutkan pembulatan harga dan konsumen segera membayarnya.

Sedangkan apabila konsumen melakukan transaksi dengan kartu debet

atau kredit maka jumlah harga yang dibayar akan sama dengan harga yang

tertera pada mesin pengisian BBM.

Pembulatan harga jual dinilai tidak sesuai apabila terjadi di SPBU

dengan sertifikat PASTI PAS, dikarenakan untuk mendapatkan sertifikat

SPBU PASTI PAS harus melalui audit yang sangat teliti dimulai dari

persyaratan yang harus terpenuhi diantaranya takaran, pelayanan, fasilitas

baik kualitas maupun kuantitas.

C. Hasil Wawancara dengan Pelaku Usaha di SPBU 44.507.06 Pasar

Sapi Salatiga

Wawancara yang penulis lakukan beberapa waktu lalu di SPBU

44.507.06 Pasar Sapi Salatiga dengan responden Bapak Totok selaku

supervisor, beliau menyatakan bahwa:

“Pihak SPBU tidak membenarkan atau melegalkan adanya praktik

pembulatan harga di SPBU 44.507.06 Pasar Sapi Salatiga yang

dilakukan oleh operator. Tidak memungkinkan untuk kami

mengawasi satu persatu operator yang sedang melakukan transaksi

Page 66: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

52

dikarenakan jumlah operator yang banyak. Pihak SPBU juga sudah

menyediakan uang pecahan dengan nominal Rp. 500, Rp. 200 dan

Rp. 100. Tetapi sekarang pada prakteknya sangat sulit ditemukan

uang pecahan Rp. 100 dan Rp. 200. Dalam SOP yang dijalankan

oleh SPBU, pembulatan harga yang dilakukan oleh operator tidak

diperbolehkan. Dan untuk alokasi uang kembalian yang telah

dibulatkan tersebut tidak diserahkan kepada pihak manajemen

SPBU, karena operator hanya menyetorkan uang yang sesuai

dengan pengeluaran mesin pengisian BBM. Apabila konsumen

meminta uang kembalian yang sudah menjadi haknya, maka akan

kami akan berusaha untuk mencari uang pecahan yang pada saat

itu tidak tersedia. Mengenai konsumen yang ingin melapor apabila

ia merasa dirugikan, maka dapat melaporkan langsung kepada

pengawas SPBU. Adapun sanksi yang akan diterima oleh SPBU

apabila operator melakukan pelanggaran lainnya yang merugikan

kosumen maka sanksi pertama adalah peringatan lisan, apabila

dengan peringatan pertama pelanggaran masih dilakukan maka

akan mendapat sanksi yang kedua yaitu skorsing atau peliburan

paksa, dan sanksi yang terakhir yaitu pemberhentian kerja operator

oleh pihak SPBU.” (Wawancara, Totok, 4 Juli 2018)

Dari hasil wawancara diatas, sebenarnya pihak manajemen SPBU

tidak membenarkan praktek pembulatan harga dan menganjurkan operator

untuk mengkonfirmasi terlebih dahulu kepada konsumen apabila terjadi

pembulatan harga. Namun pada praktiknya ada beberapa operator yang

tidak mempraktekkan hal tersebut meskipun sudah disampaikan oleh pihak

manajemen SPBU.

Berikut ini adalah SOP (Standar Operasional Prosedur) pelayanan

SPBU menurut SOP (Standar Operasional Prosedur) Pertamina Way yaitu

sebagai berikut:

1. Memandu kendaraan konsumen hingga berhenti di pulai pompa.

2. Memberikan 3S (Senyum, Salam dan Sapa) dengan ramah.

3. Menyampaikan potensi bahaya dan larangan secara sopan tapi tegas.

Page 67: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

53

4. Membuka tutup tangki dan meletakkan di tempat yang aman dan tidak

melecetkan kendaraan konsumen.

5. Menunjukkan angka “Nol” kepada konsumen sebelum pengisian dan

meletakkan nozzle ke tangki kendaraan konsumen dengan hati-hati dan

mulai melakukan pengisian.

6. Mengisi BBM sambil berinteraksi dengan konsumen dengan

menawarkan produk atau layanan yang ada di SPBU.

7. Selesai pengisian dengan menunjukkan angka liter atau uang akhir

display dispenser dan menutup tangki mobil sampai tertutup rapat.

8. Menghitung dan konfirmasi uang yang diterima di hadapan konsumen.

9. Memberikan bukti pembayaran dan jumlah kembalian yang pas sesuai

dengan jumlah pembelian

10. Ucapkan terima kasih dan selamat jalan kepada pelanggan dengan

tersenyum.

Wawancara selanjutnya yaitu dengan operator SPBU 44.507.06

Pasar Sapi Salatiga. Ada beberapa alasan operator SPBU melakukan

pembulatan harga diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Kurang tersedianya uang pecahan Rp. 200 dan Rp. 100. Pecahan Rp.

500 juga tersedia tetapi dengan jumlah yang sedikit, itupun hasil dari

menukar uang dengan sopir angkot yang kebetulan mengisi BBM.

Maka dengan terpaksa operator melakukan pembulatan harga

meskipun tahu tindakan tersebut tidak dibenarkan oleh SOP SPBU.

(Wawancara)

Page 68: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

54

2) Uang yang dibulatkan jumlahnya sedikit, tidak mencapai Rp. 1000 dan

dinilai tidak akan memberatkan konsumen.

3) Memudahkan kinerja operator. Karena apabila uang pecahan tidak

tersedia dan operator harus mencarikan uang pecahan untuk

kembalian, maka konsumen yang lain akan komplain karena

banyaknya antrian kendaraan yang akan membeli BBM.

Bapak Priyanto sebagai salah satu operator di SPBU 44.507.06

dalam wawancara juga menyatakan bahwa:

“Selama saya bekerja di SPBU ini dari tahun 2004 sampai

sekarang, belum ada konsumen yang komplain pada saat saya

melakukan pembulatan harga. Seandainya kami meminta harga

sesuai dengan yang tertera di mesin pengisian bensin yang tidak

genap, maka akan menyulitkan konsumen dalam membayar dan

menyulitkan kami dalam memberi uang kembalian. Kemudian

kami memutuskan untuk melakukan pembulatan harga. Harapan

kami adalah adanya kerelaan dan pemahaman dari konsumen ”

(Wawancara, Priyanto, 4 Juli 2018)

D. Hasil Wawancara dengan Konsumen di SPBU 44.507.06 Pasar Sapi

Salatiga

Konsumen dalam menanggapi praktek pembulatan harga jual di

SPBU 44.507.06 Pasar Sapi Salatiga memberikan pendapat yang berbeda-

beda, sebagian besar konsumen merelakan pembulatan dan hanya sedikit

konsumen yang tidak merelakan uang pembulatan tersebut.

Bagi konsumen yang merelakan praktik pembulatan harga jual

BBM di SPBU 44.507.06 Pasar Sapi Salatiga menyatakan bahwa:

1. Praktik pembulatan harga yang dilakukan oleh operator SPBU

44.507.06 Pasar Sapi Salatiga merupakan hal yang wajar karena

Page 69: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

55

mempercepat waktu antrian. Maka akan memudahkan operator dan

konsumen agar tidak terjadi penumpukan antrian kendaraan konsumen

dan mempercepat waktu transaksi.

2. Konsumen merasa tidak dirugikan karena jumlah nominal uang yang

dibulatkan tidak mencapai Rp. 1000.

3. Pelayanan dan fasilitas SPBU 44.507.06 Pasar Sapi Salatiga sudah

cukup baik, bagi konsumen praktik pembulatan harga bukan

merupakan kendala untuk tidak melakukan pengisian di SPBU

44.507.06 Pasar Sapi Salatiga.

Konsumen yang tidak merelakan uang pembulatan harga jual BBM

berpendapat bahwa:

1. Pembulatan harga yang dilakukan oleh operator SPBU 44.507.06 Pasar

Sapi Salatiga merugikan konsumen karena uang kembalian tersebut

adalah hak konsumen yang harus dikembalikan dan merupakan

kelebihan bagi operator.

2. Operator SPBU 44.507.06 Pasar Sapi Salatiga tidak pernah

mengkonfirmasi tentang selisih harga yang tertera di mesin pengisian

dengan harga yang harus dibayarkan, serta operator tidak pernah

mengkonfirmasi tentang kerelaan konsumen terhadap praktik

pembulatan tersebut.

Page 70: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

56

3. Uang pembulatan merupakan kerugian bagi konsumen karena operator

tidak pernah menjelaskan alokasi dana pembulatan tersebut, apakah

untuk donasi atau untuk kepentingan operator atau perusahaan.

Bapak Hadi sebagai salah satu konsumen SPBU 44.507.06 Pasar

Sapi Salatiga yang melakukan pembelian full tank dalam wawancara

menyatakan bahwa:

“Saya membeli full tank dan di mesin menunjukkan harga Rp.

14.350 dan operator menyuruh saya untuk membayar Rp. 15.000.

Harganya dibulatkan sampai lebih dari Rp. 500, masa SPBU tidak

punya uang receh lima ratus, pembulatan harganya terlalu banyak.”

(Wawancara, Hadi, 5 Juli 2018)

Page 71: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

57

BAB IV

ANALISIS DATA

A. Analisis Hukum Islam Terhadap Praktik Pembulatan Harga Jual

BBM (Studi Kasus SPBU 44.507.06 Pasar Sapi Salatiga)

Jual beli adalah salah satu sarana manusia untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Dalam Hukum Islam jual beli mempunyai rukun dan

syarat yang harus dipenuhi, sehingga jual beli itu dapat dikatakan sah oleh

syara‟. Apabila syarat dan rukun tidak terpenuhi maka jual beli tersebut

menjadi tidak sah atau fasid.

Di samping syarat-syarat dan rukun jual beli yang ditentukan, para

ulama fiqh juga mengemukakan beberapa syarat lain, yaitu berkaitan

dengan syarat sah jual beli. Para ulama fiqh menyatakan bahwa jual beli

baru dianggap sah apabila jual beli itu terhidar dari cacat, seperti kriteria

barang yang diperjualbelikan itu diketahui, baik jenis, kualitas, maupun

kuantitasnya, jumlah harga jelas, jual beli itu tidak mengandung unsur

paksaan, unsur tipuan, mudharat, serta adanya syarat-syarat lain yang

membuat jual beli itu rusak.

Nilai-nilai Islami yang dapat dijadikan dasar dalam menjalankan

kegiatan ekonomi adalah saling jujur, yaitu keadaan dimana semua pihak

baik pelaku usaha maupun konsumen mengetahui informasi terhadap

barang tersebut, baik kualitas, jumlah dan takaran barang, dan harga

barang.

Page 72: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

58

Pada dasarnya semua kegiatan mu‟amalah diperbolehkan dalam

Hukum Islam kecuali ada dalil yang mengharamkannya. Praktik

pembulatan harga jual BBM yang dilakukan oleh SPBU 44.507.06 Pasar

Sapi Salatiga boleh dilakukan, apabila tidak ada yang merasa dirugikan

atau dizholimi antara pihak-pihak yang berakad maupun orang lain.

Allah SWT berfirman dalam Q.S an-Nisa ayat 29 yang berbunyi:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu

saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,

kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka

sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh

dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang

kepadamu.”

Dalam ketentuan ayat diatas menjelaskan bahwa sesungguhnya

dasar dari jual beli adalah saling rela diantara kedua belah pihak. Dalam

ayat tersebut juga menjelaskan bahwa kegiatan jual beli merupakan salah

satu usaha untuk mencukupi kebutuhan hidup yang sangat dianjurkan,

tetapi dengan cara-cara yang dibenarkan oleh agama.

Para ulama sepakat landasan untuk terwujudnya suatu akad adalah

timbulnya sikap yang menunjukkan kerelaan atau persetujuan kedua belah

pihak untuk merealisasikan kewajiban di antara mereka. Hal tersebut

Page 73: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

59

menunjukkan bahwa akad harus menggunakan lafal yang menunjukkan

kerelaan dari masing-masing pihak untuk melakukan transaksi jual beli.

Dalam praktiknya, beberapa konsumen SPBU berpendapat bahwa

mereka setuju atau merelakan pembulatan harga yang dilakukan oleh

operator SPBU 44.507.06 Pasar Sapi Salatiga. Menurut beberapa

konsumen praktik pembulatan harga merupakan hal yang wajar, karena

untuk mempermudah kinerja operator dan mempercepat antrian

kendaraan, sehingga antrian kendaraan tidak menumpuk dan konsumen

bisa lebih cepat untuk melanjutkan perjalanannya. Alasan lain yaitu karena

nominal uang yang dibulatkan tergolong sedikit dan dirasa tidak terlalu

merugikan konsumen.

Praktik pembulatan harga yang terjadi di SPBU 44.507.06 Pasar

Sapi Salatiga dapat diperbolehkan oleh Hukum Islam ketika unsur

kerelaan atau „an taradin terpenuhi antara konsumen dan operator SPBU.

Konsumen merelakan uang kembalian pembelian BBM tersebut hanya

untuk menghindari kesulitan yang dialami oleh operator SPBU, karena

pada saat ini uang receh Rp. 100, Rp. 200 dan Rp. 500 terkadang susah

ditemukan. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh pihak operator yaitu

kurang tersedianya uang perak dengan nominal kecil.

Cara yang digunakan oleh para pihak untuk menunjukkan kerelaan

diantara mereka adalah operator SPBU menunjukkan harga yang telah

dibulatkan dan konsumen langsung membayarkan sejumlah uang yang

ditawarkan oleh operator.

Page 74: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

60

Dalam praktik pembulatan harga ada beberapa konsumen yang

tidak setuju atau tidak rela, tetapi mereka tidak komplain secara langsung

kepada pihak SPBU. Konsumen menyatakan bahwa pembulatan harga

yang dilakukan oleh operator SPBU dapat merugikan konsumen, berarti

ada unsur ketidakrelaan di salah satu pihak. Apabila salah satu pihak tidak

saling rela maka jual beli antara konsumen dan operator SPBU tersebut

tidak sah.

Menurut beberapa konsumen yang tidak setuju, praktik pembulatan

harga merupakan kelebilan atau tambahan keuntungan bagi operator.

Menurut penulis, keuntungan lebih tersebut mengandung unsur

ketidakadilan, karena takaran atau timbangan tidak sesuai dengan nominal

uang yang dibayarkan, hal ini telah dijelaskan dalam al-Quran surat al-

An‟am ayat 152:

Page 75: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

61

Artinya: “Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali

dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa.

dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami

tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar

kesanggupannya. dan apabila kamu berkata, Maka hendaklah

kamu Berlaku adil, Kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan

penuhilah janji Allah. yang demikian itu diperintahkan Allah

kepadamu agar kamu ingat.”

Praktik pembulatan harga oleh operator SPBU juga mengandung

unsur paksaan, karena tidak tersedianya uang pecahan kecil untuk uang

kembalian, maka operator dengan terpaksa secara sepihak harus

membulatkan harganya, tanpa mengkonfirmasi kepada konsumen terlebih

dahulu, jual beli dalam hal tersebut adalah tidak sah.

B. Analisis Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen Terhadap Praktik Pembulatan Harga Jual BBM (Studi

Kasus SPBU 44.507.06 Pasar Sapi Salatiga)

Jual beli menurut pasal 1457 Burgerlijk Wetboek adalah, suatu

perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk

menyerahkan kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang

telah dijanjikan.

Perjanjian dapat dianggap sah oleh hukum apabila memenuhi

beberapa syarat tertentu. Dalam pasal 1320 KUHPerdata untuk sahnya

suatu perjanjian diperlukan empat syarat:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

3. Suatu hal tertentu atau adanya obyek;

4. Suatu sebab yang halal.

Page 76: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

62

Dalam pasal 1320 KUHPerdata di atas, nomor 1 dan 2 merupakan

syarat subyektif, dan apabila syarat subyektif tidak terpenuhi maka

perjanjian dapat dibatalkan oleh salah satu pihak. Sedangkan nomor 3 dan

4 merupakan syarat obyektif, apabila syarat obyektif tidak terpenuhi maka

perjanjian batal demi hukum.

Dalam jual beli tentunya sebelum terjadi transaksi, kedua belah

pihak sepakat terlebih dahulu mengenai jumlah barang dan jumlah harga

yang harus dibayarkan oleh konsumen. Pada praktik pembulatan harga di

SPBU operator menentukan jumlah harga yang harus dibayarkan oleh

konsumen tanpa mengkonfirmasi terlebih dahulu ketika terjadi pembulatan

harga, dengan alasan tidak tersedianya uang pecahan dengan nominal

selisih harga yang dibulatkan.

Bagi beberapa konsumen yang setuju atau rela terhadap praktik

pembulatan harga, transaksi jual beli antara operator dan konsumen SPBU

tersebut adalah sah hukumnya, karena syarat perjanjian yang terdapat pada

pasal 1320 KUHPerdata yaitu kesepakatan sudah terpenuhi diantara

keduanya. Sedangkan bagi konsumen yang tidak setuju atau tidak rela,

praktik pembulatan harga oleh operator SPBU dapat digolongkan sebagai

paksaan sebab konsumen tidak dinyatakan keikhlasan maupun

persetujuannya atas pembulatan yang dilakukan operator sehingga uang

tersebut diberikan secara tidak sukarela melainkan dilakukan sepihak oleh

operator, sehingga secara tidak langsung ada paksaan.

Page 77: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

63

Pembulatan harga yang dilakukan oleh operator SPBU juga

melanggar SOP (Standar Operasional Prosedur) Pertamina Way, yaitu

memberikan bukti pembayaran dan jumlah kembalian yang pas sesuai

dengan jumlah pembelian, menghitung dan mengkonfirmasi uang yang

diterima di hadapan konsumen. Sebenarnya pihak manajemen SPBU

sudah melakukan brifing kepada operator setiap pergantian shift untuk

melaksanakan SOP dengan baik dan benar, tetapi pihak manajemen tidak

bisa selalu mengawasi setiap operator. Pihak manajemen SPBU

menyatakan bahwa kalau masih ada operator yang melakukan hal-hal yang

merugikan konsumen maka akan memberikan sanksi pertama berupa

teguran lisan atau peringatan, sanksi kedua apabila peringatan pertama

pelanggaran masih dilakukan adalah skorsing atau peliburan paksa, dan

sanksi yang terakhir yaitu pemberhentian kerja operator oleh pihak

manajemen SPBU.

Perlindungan Konsumen menurut Undang-Undang No. 8 Tahun

1999 pasal 1 adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum

untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Dengan adanya

perlindungan hukum maka akan meminimalisir adanya kejahatan-

kejahatan pelaku usaha terhadap konsumen, karena tujuan perlindungan

konsumen sebagaimana yang tercantum pada pasal 3 Undang-Undang

Perlindungan Konsumen yang diantaranya a) meningkatkan kesadaran,

kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri; b)

mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara

Page 78: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

64

menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa; c)

meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan

menuntut hak-haknya sebagai konsumen; d) menciptakan sistem

perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan

keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi; e)

menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan

konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab

dalam berusaha; f) meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang

menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan,

kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.

Pembulatan harga di SPBU tidak sesuai dengan asas perlindungan

konsumen yaitu asas keadilan. Asas keadilan maksudnya agar partisipasi

rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan

kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan

kewajibannya secara adil.

Mengenai hak-hak yang harus didapatkan oleh konsumen, pihak

SPBU atau dalam transaksi langsung dengan konsumen yaitu operator

tidak dapat memenuhi hak konsumen dalam Undang-Undang

Perlindungan Konsumen No. 8 tahun 1999 pasal 4 (b) hak untuk memilih

barang dan atau jasa serta mendapatkan barang dan atau jasa tersebut

sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; (g)

hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

didiskriminatif h) hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau

Page 79: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

65

penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai

dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.

Untuk memenuhi hak-hak konsumen, maka pelaku usaha

mempunyai kewajiban yang harus dilaksanakan. Sedangkan dalam praktik

pembulatan harga jual BBM di SPBU, operator SPBU tidak menjalankan

kewajibannya sbagai pelaku usaha sebagaimana Pasal 7 Undang-Undang

No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang menjadi

kewajiban pelaku usaha diantaranya c) memperlakukakn atau melayani

konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; g) memberi

kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa

yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

Praktik pembulatan harga jual BBM di SPBU 44.507.06 Pasar Sapi

Salatiga ditinjau dari Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen dalam kasus ini jumlah harga atau uang

kembalian yang dibulatkan cenderung sedikit, akan tetapi tindakan ini

dapat dikategorikan sebagai tindakan yang membuat konsumen merasa

tidak nyaman karena mau tidak mau konsumen harus menyetujui

pernyataan operator SPBU yang melakukan pembulatan harga. Kurang

tersedianya uang receh tidak bisa dijadikan alasan oleh operator SPBU

untuk melakukan pembulatan harga, karena sudah menjadi kewajiban

pelaku usaha dalam hal ini pihak SPBU harus selalu menyediakan uang

receh untuk uang kembalian kepada konsumen.

Page 80: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

66

Di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, kerelaan atau

keikhlasan seseorang menjadi dasar suatu kontrak atau perjanjian dapat

terjadi, yang dimaksud dengan keikhlasan adalah tidak boleh ada suatu

sebab tertentu dalam menjalani suatu hak. Selaras dengan tujuan dari

adanya Undang-Undang Perlindungan Konsumen ini adalah untuk

menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan

konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab

dalam berusaha.

Atas dilanggarnya hak-hak konsumen dan kewajiban pelaku usaha

yang tidak dijalankan dalam praktik pembulatan harga jual BBM di SPBU

44.507.06 tersebut di dalam pasal 45 Undang-Undang Perlindungan

Konsumen, dimana setiap konsumen yang merasa dirugikan sedangkan

pelaku usaha tidak bersedia bertanggung jawab atas kesalahan yang

dilakukan, konsumen dapat menggugat pelaku usaha melalui peradilan

yang berada di lingkungan peradilan umum. Penyelesaian sengketa dapat

ditempuh melalui pengadilan atau di luar pengadilan berdasarkan pilihan

para pihak. Di dalam pasal 46 Undang-Undang Perlindungan Konsumen

disebutkan juga bahwa gugatan dapat dilakukan oleh seorang konsumen

atau ahli warisnya atau bisa juga sekelompok konsumen yang mempunyai

kepentingan yang sama.

Gugatan yang diajukan oleh masyarakat atau sekelompok orang

yang mempunyai kepentingan yang sama, yang disebut gugatan

perwakilan atau gugatan kelompok, yang di dalam sistem hukum Anglo

Page 81: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

67

Saks dikenal dengan class action. Gugatan kelompok dapat diajkan oleh

pihak yang berkepentingan langsung selaku salah seorang anggota

kelompok yang dirugikan, yang mewakili kelompok yang sama-sama

dirugikan. Tetapi gugatan kelompok dapat diajukan juga oleh pihak yang

secara langsung dirugikan seperti misalnya Yayasan Lembaga Konsumen

Indonesia (YLKI). (Mertokusumo, 2006:71)

Pengaduan konsumen juga dapat ditempuh dengan cara, melakukan

gugatan melalui Badan Perlindungan Konsumen Nasional, Lembaga

Konsumen Swadaya Masyarakat dan Badan Penyelesaian Konsumen

dimana ini di luar pengadilan atau juga dapat melakukan gugatan melalui

pengadilan umum.

Page 82: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

68

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari seluruh pembahasan dan analisis yang telah diuraikan pada bab-bab

sebelumnya maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pembulatan harga jual di SPBU adalah praktik pembulatan harga yang

dilakukan oleh operator. Terjadi apabila konsumen membeli BBM full

tank dengan uang cash dan mesin pengisian menunjukkan harga Rp.

14.350 maka pihak SPBU menyuruh konsumen untuk membayar Rp.

15.000 dengan alasan tidak tersedianya uang receh.

2. Analisis Hukum Islam dalam praktek pembulatan harga jual BBM di

SPBU 44.507.06 Pasar Sapi Salatiga terhadap konsumen yang

merelakan uang kembalian dibulatkan adalah jual beli sah, karena

memenuhi syarat suka sama suka atau „an taradin yang dimuat dalam

al-Quran surat an-Nisa ayat 29. Sedangkan Analisis Hukum Islam

dalam praktek pembulatan harga jual BBM di SPBU 44.507.06 Pasar

Sapi Salatiga terhadap konsumen yang tidak merelakan uang

kembaliannya, maka transaksi jual beli tidak sah. Dikarenakan dalam

sistem pembulatan harga mengandung unsur paksaan oleh pelaku „an

taradin yang merupakan dasar dari jual beli tidak dapat terpenuhi,

pembulatan harga jual juga mengandung unsur ketidak adilan karena

takaran atau timbangan tidak sesuai denga jumlah harga yang

dibayarkan.

Page 83: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

69

3. Analisis Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen terhadap konsumen yang menyepakati pembulatan harga

adalah sah antara keduanya, karena konsumen tidak merasa hak-hak

konsumen dalam pasal 4 Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tersebut

dilanggar oleh pelaku usaha atau operator SPBU. Sedangkan Analisis

Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

dalam praktik pembulatan harga jual BBM terhadap konsumen yang

tidak menyepakati pembulatan harga tidak dianggap sah oleh hukum

karena tidak sesuai dengan asas perlindungan konsumen yaitu asas

keadilan, dan tidak memenuhi syarat subyektif perjanjian pada

KUHPerdata pasal 1320 yaitu kesepakatan.

B. Saran

1. Bagi pihak manajemen SPBU untuk memberikan sanksi-sanksi yang

tegas kepada operator yang masih melakukan praktik pembulatan

harga.

2. Bagi pelaku usaha agar memenuhi hak-hak konsumen dan

melaksanakan kewajiban sebagai pelaku usaha sebagaimanaya yang

tercantum dalam Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen.

3. Bagi pelaku usaha khususnya operator SPBU 44.507.06 Pasar Sapi

Salatiga sebaiknya ketika melakukan pembulatan harga jual

mengkonfirmasi terlebih dahulu kepada konsumen, agar unsur

kerelaan atau an taradin dapat terpenuhi.

Page 84: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

70

4. Bagi konsumen agar menjadi konsumen yang cerdas serta aktif

memperhatikan hak-hak dan kewajibannya yang tercantum dalam

Undang-Undang Konsumen No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen, dan apabila saat transaksi terjadi pembulatan harga dan

tidak merelakan uang kembaliannya dibulatkan maka seharusnya

meminta kembali uang kembalian yang pas dan tidak langsung

membayarnya.

5. Bagi konsumen SPBU 44.507.06 Pasar Sapi Salatiga apabila ingin

melakukan transaksi jual beli BBM sebaiknya membeli dengan

nominal uang yang pas, tidak membeli dengan full tank agar tidak

dirugikan.

6. Bagi konsumen yang merasa masih dirugikan oleh pelaku usaha dan

pelaku usaha tidak bersedia bertanggung jawab agar mengajukan

gugatan class action dengan konsumen lain yang berkepentingan sama

ke pengadilan umum.

Page 85: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

71

DAFTAR PUSTAKA

Asyhadie, Zaeni. 2005. Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaannya di Insonesia.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Aziz, Abdul. 2010. Fiqh Muamalah Sistem Transaksi dalam Islam. Jakarta:

AMZAH

Azwar, Saifuddin. 2011, Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Departemen Agama Republik Indonesia. 1989. Al-qur‟an dan Terjemahnya.

Semarang: Toha Putra.

Dewi, Eli Wuria. 2015. Hukum Perlindungan Konsumen. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Hidayat, Enang. 2015. Fiqih Jual Beli. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Huda, Qomarul. 2011. Fiqh Muamalah. Yogyakarta: Teras.

Mardani. 2013. Hukum Perikatan Syariah di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.

Mertokusumo, Sudikno. 2006. Hukum Acara Perdata Indonesia. Yogyakarta:

Liberty Yogyakarta.

Nawawi, Ismail. 2012. Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer. Bogor: Ghalia

Indonesia.

Power Point Refresh SPBU Pasti Pas Reborn.

Sabiq, Sayyid. Penerjemah Kamaluddin A. Marzuki. 1987. Fikih Sunnah.

Bandung: PT Alma‟arif

Saebani, Beni Ahmad. 2008. Metode Penelitian. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Salim H.S. 2014. Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak. Jakarta:

Sinar Grafika.

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. 2008. Pedoman Penulisan Skripsi

dan Tugas Akhir. Salatiga: STAIN Salatiga Press.

Setiawan, I Ketut Oka. 2016. Hukum Perikatan. Jakarta: Sinar Grafika

Subekti. 1995. Aneka Perjanjian. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti

Page 86: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

72

Subekti, dan R. Tjitrosudibio. 2004. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Jakarta: PT Pradnya Paramita.

Sujarweni, V. Wiratna. 2014. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: PT. Pustaka

Baru.

Syahputra, Aditya Maulana. 2018. Perlindungan Konsumen Atas Hak Uang

Kembalian dalam Perjanjian Jual Beli pada Supermarket di Yogyakarta.

Skripsi tidak diterbitkan di Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia.

Undang Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Page 87: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

73

Lampiran 1:

DAFTAR PERTANYAAN UNTUK PELAKU USAHA

1. Sejak kapan anda bekerja di SPBU?

2. Apa jabatan anda?

3. Apa yang anda ketahui tentang sistem pembayaran di SPBU? Bagaimana

peraturannya di SPBU?

4. Bagaimana ketika konsumen membeli BBM dengan full tengki yang

nominalnya jarang sekali genap?

5. Apakah ketika terjadi pembayaran yang tidak genap, antara karyawan dan

konsumen melakukan akad saling merelakan?

6. Bagaimana sistem pembulatan harga yang berlaku di SPBU ini? Apakah

terjadi karena alasan sedikitnya ketersediaan uang receh?

7. Ada berapa karyawan di SPBU?

8. Ada berapa konsumen rata rata setiap harinya?

9. Apa saja kendala dalam pekerjaan anda?

Page 88: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

74

Lampiran 2:

DAFTAR PERTANYAAN UNTUK KONSUMEN

1. Apakah anda mengetahui adanya pembulatan harga ketika anda membeli

BBM dengan full tank?

2. Apakah anda pernah mendapatkan informasi tentang pembulatan harga?

3. Apakah ketika terjadi pembayaran atas pembulatan harga antara anda dan

operator SPBU melakukan akad saling merelakan?

4. Sepengetahuan anda bagaimana sistem pembulatan harga yang

diberlakukan di SPBU ini?

5. Apabila anda setuju terhadap praktik pembulatan harga, apa alasannya?

6. Apakah anda merasa dirugikan dengan adanya pembulatan harga uang

kembalian?

7. Apakah ada kendala ketika anda membeli BBM di SPBU ini?

Page 89: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

75

Lampiran 3:

Foto Wawancara dengan Supervisor SPBU 44.507.06 Pasar Sapi Salatiga

Foto Wawancara dengan Operator SPBU 44.507.06 Pasar Sapi Salatiga

Page 90: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

76

Foto Wawancara dengan Konsumen SPBU 44.507.06 Pasar Sapi Salatiga

Page 91: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

77

Page 92: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG
Page 93: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG
Page 94: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG
Page 95: TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4684/1/skripsi.pdf · TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG