Tinjauan Yuridis PKBL Di BNI

download Tinjauan Yuridis PKBL Di BNI

of 16

Transcript of Tinjauan Yuridis PKBL Di BNI

  • 8/16/2019 Tinjauan Yuridis PKBL Di BNI

    1/16

     

    JURNAL BERAJA NITIISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 1 (2014)http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja© Copyright 2014

    TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN DANBINA LINGKUNGAN PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO)

    TBK CABANG SAMARINDA TERHADAP PEMBERDAYAAN DANPENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

     Awang Adi Nugraha1 ([email protected])

    Deny Slamet Pribadi2 ([email protected])

    Insan Tajali Nur3 ([email protected])

     Abstrak

     Awang Adi Nugraha, 09.0801.5113, Program Studi Ilmu Hukum,

    Konsentrasi Hukum Bisnis, TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PROGRAMKEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO)TBK CABANG SAMARINDA TERHADAP PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGANUSAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH.Di bawah bimbingan Bapak Deny SlametPribadi S.H.,M.H. dan Bapak Insan Tajali Nur,S.H.,M.H. Program Kemitraan danBina Lingkungan merupakan wujud tanggung jawab dari Badan Usaha MilikNegara untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjaditangguh danmandiri dan pemberdayaan kondisi sosial masyarakat melalui pemanfaatan danadari bagianlaba BUMN. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan sebagaiinstrumen yang efektif untuk memberdayakan potensi dan kondisi ekonomi,sosial, dan lingkunganmasyarakat dengan fokus diarahkan pada pengembanganekonomikerakyatan untuk menciptakan pemerataan pembangunan.Penelitian inibertujuan untuk mengetahui pelaksanaan program kemitraan dan bina

    lingkungan pada PT Bank Negara Indonesia (Persero) tbk Cabang Samarindaterhadap pemberdayaan dan pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengahdan untuk mengetahui faktor penghambat dari pelakasanaan program kemitraandan bina lingkungan PT Bank Negara Indonesia (Persero) tbk Cabang Samarinda.Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil bahwa Pelaksanaan Program Kemitraan

    dan Bina Lingkungan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Cabang Samarindaterhadap pemberdayaan dan pengembangan usaha mikro, kecil,dan menengahbelum terlaksana dengan optimal. Hambatan dalam pelaksanaan ProgramKemitraan dan Bina Lingkungan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk CabangSamarinda antara lain, tidak diberikan kewenangan, sumber daya manusia, dankurangnya koordinasi dengan pemerintah.Kata Kunci :Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, UMKM, BUMN

    1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman 2 Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman 3 Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman

     

  • 8/16/2019 Tinjauan Yuridis PKBL Di BNI

    2/16

  • 8/16/2019 Tinjauan Yuridis PKBL Di BNI

    3/16

     

    JURIDICIAL REVIEW OF THE IMPLEMENTATION OF PARTNERSHIP ANDENVIROMENTAL DEVELOPMENT PROGRAM BY PT. BANK NEGARAINDONESIA (PERSERO) TBK, SAMARINDA BRANCH TOWARD THE

    EMPOWERMENT AND DEVELOPMENT OF MICRO, SMALL, AND MEDIUMENTERPRISES

     Awang Adi Nugraha4 

    ([email protected])Deny Slamet Pribadi5 ([email protected])

    Insan Tajali Nur6 ([email protected])

     Abstract

    Partnership and Enviroment Development Program is the realization ofcorporate responsibility to increase the capacity of small enterprises so that theycan be powerful and independent and able to empower the social condition of thecommunity through the utilization of fund obtained from the profits gaied by theState-Owned Enterprise (BUMN). Partnership and Enviromental DevelopmentProgram is an effective instrument in empowering the economic, social, andenvironmental potency and condition of the community. Its focus is directed tothe development of people’s economy to create the equality in development. Thisresearch aimed to know the implementation of partnership and environmentaldevelopment program by PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, SamarindaBranch toward the empowerment and the development of micro, small, andmedium enterprises and to know the factors that hinder the implementation ofthe partnership and environmental development progam by PT Bank NegaraIndonesia (Persero) Tbk, Samarinda Branch.The method used to analyze the datain this study was descriptive qualitative which were analyzed qualitatively. Itmeans that this study analyzed and described what the writer found in the fieldwhich was obtained through data collection method. Then the data obtained from

    the field were analyzed and described based on the data obtained from libraryresearch as well as the data obtained from the field, namely the data obtainedfrom the result of observation and interview. The research findings showed thatpartnership and environmental development program by PT Bank NegaraIndonesia (Persero) Tbk, Samarinda Branch toward the empowerment anddevelopment of micro, small, and medium enterprises has not been implementedoptimally. The constraints faced in the implementation of partnership andenvironmental development program by PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk,Samarinda Branch include the lack of authority, human resources, and the lack ofcoordination with the government.Keywords :Partnership and Enviromental Development Program, Micro, Small,

    and Medium Enterprises (UMKM), State Owned Enterprise (BUMN)

    4 Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman 5 Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman 6 Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman

     

  • 8/16/2019 Tinjauan Yuridis PKBL Di BNI

    4/16

    Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 1

    2

    Pendahuluan

    Permasalahan krisis ekonomi Indonesia pada tahun 1998 sampai kini

    masih tidak bisa kita lupakan baik secara mental maupun ekonomi dan menjadi

    beban tanggungan bagi siapapun. Pemerintah mempunyai beban paling besar

    dikarenakan harus menanggung keluh kesah masyarakat. Kemiskinan, inflasi dan

    pengangguran menjadi tema sentral permasalahan ekonomi yang harus segera

    dipecahkan. Berbagai cara, daya dan upaya telah dilakukan untuk mengatasinya

    tetapi tidak juga kunjung usai. Mengingat bahwa pada dasar piramida ekonomi

    Indonesia didominasi oleh usaha skala kecil dan menengah yang beroperasi

    dalam iklim yang sangat kompetitif maka pemerintah Indonesia saat ini sangat

    antusias bergerak untuk mengembangkan usaha kecil, karena usaha kecil tidak

    mengalami dampak yang parah saat terjadi krisis moneter 1998. Usaha besar

    banyak berjatuhan dan kesulitan dalam menghadapi krisis sehingga kasus PHK

    menjadi hal yang wajar dan marak mewarnai dunia ekonomi Indonesia, tetapi

    usaha kecil malah mampu bertahan dari krisis tersebut dan menjadi penyangga

    perekonomian. Namun disadari pula bahwa pengembangan Usaha Mikro , Kecil,

    dan Menengah (UMKM) mengahadapi beberapa kendala, seperti tingkat

    kemampuan, keterampilan, keahlian, manajemen sumber daya manusia,

    kewirausahawan, pemasaran dan keuangan. Lemahnya kemampuan manajerial

    dan sumber daya manusia ini mengakibatkan pengusaha kecil tidak mampu

    menjalankan usahanya dengan baik.7 

    7Suhardjono, 2003, Manajemen Perkreditan Usaha Kecil dan Menengah , UPP AMPYKPN, Yogyakarta, Halaman 39. 

  • 8/16/2019 Tinjauan Yuridis PKBL Di BNI

    5/16

    TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN (Awang Adi)

    Para Pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah membutuhkan suatu

    upaya kredit dari lembaga pembiayaan, perbankan, dan Badan Usaha Milik

    Negara. Masyarakat terutama pengusaha mikro, kecil, dan menengah masih

    banyak yang belum mengetahui bahwa pengusaha kecil juga memiliki hak untuk

    memperoleh jaminan kredit yang mudah dari badan Usaha Milik Negara untuk

    memulai dan / atau meningkatkan usahanya agar tercapainya tujuan Nasional

    Indonesia yaitu untuk mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Bagi

    pengusaha mikro, kecil, dan menengah yang menjadi kendala utama dalam

    pelaksanaan usahanya adalah permodalan.Pengusaha kecil masih merasa sulit

    untuk mendapatkan bantuan pinjaman kredit dari Bank yang persyaratan

    kreditnya lebih sulit untuk dapat pengusaha kecil penuhi, mekanisme peminjaman

    yang lama dan berbelit – belit serta lebih menyukai pemberian kredit kepada

    pengusaha besar.Hal tersebut menyebabkan pengusaha kecil tidak mampu dan /

    atau sulit untuk menggunakan jasa perbankan untuk mengembangkan usahanya.

     Apabila para pelaku usaha perbankan menghendakikehidupan usaha

    berlangsung dalam jangka panjang dan inginmenumbuhkan kepercayaan

    masyarakat, maka harus mampu memberi jawaban pada kebutuhan masyarakat

    serta harus mampu memberikanpengembalian yang tak ternilai bukan hanya

    prioritas terhadap tanggungjawab menciptakan keuntungan yang sebesar -

    besarnya, melainkanmampu mengaplikasikan tanggung jawab dalam arti

    luas.Kegiatan usaha perbankan diharapkan berpegang padakesadaran sosial yang

    memberikan kontribusi dan bentuk kepedulian yangnyata untuk kemakmuran

    masyarakat serta turut menjaga kelangsunganalam (tidak berbuat

  • 8/16/2019 Tinjauan Yuridis PKBL Di BNI

    6/16

    Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 1

    4

    kerusakan).Kontribusi bentuk kepedulian sertatanggung jawab dalam arti luas

    yang dimaksud adalah menggunakankonsep Corporate Social Responsibility  

    (CSR).Yang selanjutnya dalampenulisan ini disingkat CSR.8  CSR pada Badan

    Usaha Milik Negara disebut sebagai Program Kemitraan dan Bina Lingkungan

    menurut Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Nomor PER-

    05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan

    UsahaKecil Dan Program Bina Lingkungan pada Pasal 1 angka 6 dan 7

    menyatakan bahwa program kemitraan adalah program untuk meningkatkan

    kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan

    dana dari laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sedangkan bina lingkungan

    adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh Badan Usaha Milik

    Negara (BUMN) melalui pemanfaatan laba dari dana Badan Usaha Milik Negara

    (BUMN).

    Permasalahan yang diteliti adalah tentang pelaksanaan program

    kemitraan dan bina lingkungan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Cabang

    Samarinda terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah dan Faktor apa saja yang

    menjadi penghambat dari pelaksanaan program kemitraan dan bina lingkungan

    terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah. Adapun tujuan dari penelitian ini

    adalah untuk mengetahui pelaksanaan program kemitraan dan bina lingkungan

    PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Cabang Samarinda terhadap

    pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah dan untuk mengetahui faktor-

    faktor yang menjadi penghambat pelaksanaan program kemitraan dan bina

    8Panji Anoraga, Djoko Sudantoko, 2002, Koperasi, Kewirausahaan, dan Usaha Kecil, PT.Rineka Cipta, Jakarta, Halaman 40. 

  • 8/16/2019 Tinjauan Yuridis PKBL Di BNI

    7/16

    TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN (Awang Adi)

    lingkungan terhadap pemberdayaan dan pengembangan usaha mikro, kecil, dan

    menengah. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum empiris dengan

    menggunakan pendekatan penelitian yaitu Live Case Study . Pengumpulan data

    dilakukan dengan penelitian lapangan yaitu melakukan wawancara kepada pihak-

    pihak yang bersangkutan dan penelitian kepustakaan. Data-data yang terkumpul

    kemudian akan dianalisis dalam bentuk deskripsi kalimat yang teratur, sistematis

    dan logis.

    Pembahasan

    Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) menurut Peraturan

    Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2007 tentang

    program kemitraan badan usaha milik negara dengan usaha kecil dan program

    bina lingkungan menyatakan bahwa Program Kemitraan adalah “program untuk

    meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui

    pemanfaatan dana dari laba BUMN”, sedangkan Program Bina Lingkungan adalah

     “program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui

    pemanfaatan dana dari laba BUMN”. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

    oleh penulis pada PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Cabang Samarinda di

    dalam pelaksanaan PKBL masih terdapat banyak kekurangan, Program PKBL yang

    dilaksanakan sangat sedikit jumlahnya dan dilaksanakan pada tahun 2013, yaitu

    (1) Program renovasi tempat wisata budaya (2) Program Penanaman

    Pohon.Berdasarkan program yang dilaksanakan oleh PT Bank Negara Indonesia

    (Persero) Tbk Cabang Samarinda belum terlaksana dengan optimal dan dapat

    dikatakan jauh dari kebutuhan masyarakat wilayah samarinda khususnya pelaku

  • 8/16/2019 Tinjauan Yuridis PKBL Di BNI

    8/16

    Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 1

    6

    usaha mikro, kecil, dan menengah, Hal ini disebabkan karena kewenangan dalam

    menentukan program PKBL tidak diberikan kepada pemimpin cabang atau

    pemangku kepentingan (Stakeholder)  yang ada pada PT Bank Negara Indonesia

    (Persero) Tbk Cabang Samarinda melainkan ada pada kantor pusat sehingga

    pelaksanaan program PKBL di wilayah samarinda belum terlaksana dengan

    optimal.9  Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis kepada bapak

    S.Teddy Purwoko, proses penentuan program PKBL yang akan dilaksanakan

    tergantung dari survei yang dilakukan oleh kantor wilayah PT Bank Negara

    Indonesia (Persero) Tbk yang berada di kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.10 

    Survei yang dilakukan oleh kantor wilayah tidak melihat apa yang

    dibutuhkan oleh masyarakat khususnya para pelaku usaha mikro, kecil, dan

    menengah kota samarinda, karena memang pihak PT Bank Negara Indonesia

    (Persero) Tbk baik di cabang samarinda maupun kantor wilayah yang berada di

    Banjarmasin tidak menginventarisasi kebutuhan-kebutuhan pelaku usaha mikro,

    kecil, dan menengah yang berada di Kota Samarinda terlebih dahulu sehingga

    program yang dilaksanakan belum optimal. Menurut penulis, didalam penentuan

    program apa yang akan dilaksanakan, seharusnya PT Bank Negara Indonesia

    (Persero) Tbk Cabang Samarinda yang diberikan kewenangan untuk menentukan

    tentang program apa yang akan dilaksankan serta kewenangan untuk melakukan

    survei terhadap sasaran program PKBL yang dalam hal ini adalah pengusaha

    mikro, kecil, dan menengah, karena PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk

    9Hasil wawancara dengan bapak S.Teddy Purwoko (Pimpinan Bidang Operasional PT BankNegara Indonesia (Persero) Tbk, Cabang Samarinda), pada tanggal 4 September 2013. 

    10Ibid., 

  • 8/16/2019 Tinjauan Yuridis PKBL Di BNI

    9/16

    TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN (Awang Adi)

    Cabang Samarinda lebih memahami kondisi ekonomi, sosial, dan lingkungan di

    wilayah Kota Samarinda. Hal ini sesuai dengan asas good corporate governance

    yaitu asas Responsibilitas (Responsibility) yang menyatakan bahwa Perusahaan

    harus melaksanakan tanggung jawab sosial dengan antara lain peduli terhadap

    masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan dengan

    membuat perencanaan dan pelaksanaan yang memadai. Jadi, dapat disimpulkan

    bahwa untuk menjawab bagaimana pelaksanaan PKBL PT Bank Negara Indonesia

    (Persero) Tbk Cabang Samarinda terhadap pemberdayaan dan pengembangan

    usaha mikro, kecil, dan menengah di kota Samarinda, jawabannya adalah belum

    terlaksana dengan optimal sesuai dengan aturan yang ada yaitu Undang-undang

    Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara dan Peraturan Menteri

    Negara Nomor PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik

    Negara Dengan UsahaKecil Dan Program Bina Lingkungan. Indikatornya adalah

    PKBL yang dilaksanakan hanya 2 (dua) program saja dan tidak mengarah pada

    pemberdayaan dan pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah di kota

    samarinda, hal ini membuktikan bahwa aturan yang terkait belum mendukung

    secara optimal mengenai pelaksanaan PKBL pada PT Bank Negara Indonesia

    (Persero) Tbk Cabang Samarinda.

    Kemudian juga menurut penulis, indikator aturan terkait yang belum

    mendukung pelaksanaan terdapat pada pasal 7 Peraturan Menteri Negara Nomor

    PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan

    UsahaKecil Dan Program Bina Lingkungan yang menyatakan bahwa “BUMN

    Pembina yang memiliki kantor cabang/perwakilan di daerah dapat menyalurkan

  • 8/16/2019 Tinjauan Yuridis PKBL Di BNI

    10/16

    Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 1

    8

    dana Program Kemitraan dan Program BL BUMN Pembina di wilayah kantor

    cabang/perwakilannya dengan mempertimbangkan dana yang tersedia dan

    kondisi wilayahnya”. Seharusnya didalam peraturan menteri Nomor Per-

    05/MBU/2007 maupun undang-undang nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN

    memuat pasal yang berisikan tentang upaya desentralisasi kewenangan dalam

    menentukan kebijakan pelaksanaan PKBL oleh BUMN yang memilik kantor cabang

    di wilayah masing-masing daerah, jadi tidak hanya mengatur tentang penyaluran

    dana PKBL saja, tetapi harus mengatur tentang kewenangan yang berada di

    kantor cabang / perwakilannya sehingga optimalisasi pemberdayaan dan

    pengembangan Usaha Mikro, kecil, dan Menengah terlaksana dengan baik.

    Karena Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah mempunyai peran yang strategis

    dalam pembangunan ekonomi nasional, oleh karena selain berperan dalam

    pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam

    pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Adapun faktor-faktor yang menjadi

    penghambat pelaksanaan program kemitraan dan bina lingkungan PT Bank

    Negara Indonesia (Persero) Tbk Cabang Samarinda terhadap pemberdayaan dan

    pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah adalah sebagai berikut :

    1)  Tidak Diberikan Kewenangan

    Sebagaimana dijelaskan oleh pihak PT Bank Negara Indonesia (Persero)

    Tbk, Cabang Samarinda didalam menentukan program PKBL ditentukan oleh

    pusat, jadi di wilayah samarinda hanya menjalankan apa yang telah ditentukan

    oleh pusat. Sehingga program yang dijalankan belum berjalan dengan optimal.

  • 8/16/2019 Tinjauan Yuridis PKBL Di BNI

    11/16

    TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN (Awang Adi)

    Menurut penulis, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Cabang

    Samarinda sebaiknya melakukan upaya-upaya agar penentuan program PKBL bisa

     jadi desentralisasi dengan cara melaporkan banyaknya jumlah UMKM yang

    memiliki potensi besar di wilayah Kota Samarinda yang memerlukan bantuan tapi

    belum terjangkau oleh program-program PKBL yang dilaksanakan sebelumnya,

    hal ini dapat jadi pertimbangan oleh pihak kantor pusat untuk memberikan

    kewenangan dalam menentukan program serta melakukan survei untuk

    melaksanakan PKBL di Kota Samarinda.

    2)  Sumber Daya Manusia

    Menurut pihak PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Cabang

    Samarinda menjelaskan bahwa untuk melaksanakan suatu program atau kegiatan

    kerja sangat di butuhkan kemampuan dan tenaga kerja yang profesional sesuai

    dengan bidang yang ditangani. Menjalankan program PKBL bukanlah suatu

    perkara yang mudah untuk dikerjakan. Misalnya untuk menjalankan kegiatan

    sosialisasi, pembinaan, dan pemantauan yang membutuhkan banyak tenaga. Jadi

    pada PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Cabang Samarinda sumber daya

    manusia yang menangani tentang PKBL masih tidak mendukung. Menurut

    penulis, upaya dalam memenuhi sumber daya manusia yang dapat membantu

    agar pelaksanaan PKBL terlaksana dengan optimal dapat dilakukan dengan cara

    bekerja sama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat atau merekrut tenaga kerja

    harian lepas (Freelance ) untuk menjalankan PKBL tersebut, agar lebih efisien

    dalam menangani kurangnya jumlah sumber daya manusia yang ada pada PT

  • 8/16/2019 Tinjauan Yuridis PKBL Di BNI

    12/16

    Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 1

    10

    Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Cabang Samarinda. Sehingga prgram PKBL

    yang dilaksanakan berjalan optimal dan lebih tepat pada sasaran.

    3)  Koordinasi dengan Pemerintah Daerah

    Dalam hal ini pihak PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Cabang

    Samarinda kurang melakukan koordinasi dengan pihak pemerintah daerah Kota

    Samarinda tentang program yang akan dilaksanakan sehingga program yang

    dilaksanakan tidak sesuai dengan harapan. Menurut penulis , PT Bank Negara

    Indonesia (Persero) Tbk Cabang Samarinda sebaiknya menjalin kerjasama

    dengan instansi terkait seperti Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi &

    UMKM Kota Samarinda dan juga Lembaga Swadaya Masyarakat, karena dinas

    terkait memiliki data-data yang akurat mengenai sasaran yang dituju dalam hal

    pelaksaaan PKBL, jadi PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Cabang

    Samarinda harus melakukan koordinasi terlebih dahulu sebelum melaksankan

    program PKBL sehingga program PKBL yang dilaksanakan lebih terlaksana

    dengan optimal.

    Faktor penghambat pelaksanaan PKBL yang ditemui di lapangan adalah

    kurangnya kesadaran dari seluruh pemegang kepentingan yang ada pada PT

    Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Cabang Samarinda untuk melakukan

    perubahan-perubahan kebijakan yang sebagaimana diatur oleh pihak kantor

    pusat dalam hal penentuan program yang akan dilaksanakan. Seperti diketahui

    bahwa program PKBL yang dilaksanakan hanya 2 (dua) Program saja di tahun

    2013 ini. Hal tersebut sangat bertolak belakang dengan aturan perundang-

    undangan yang berlaku yang menyatakan bahwa pendirian Badan Usaha Milik

  • 8/16/2019 Tinjauan Yuridis PKBL Di BNI

    13/16

    TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN (Awang Adi)

    11 

    Negara turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha

    golonganekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat. Menurut penulis, faktor-

    faktor penghambat dalam pelaksanaan tidak hanya pada internal PT Bank Negara

    Indonesia (Persero) Tbk Cabang Samarinda, akan tetapi ada juga dari eksternal

    PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Cabang Samarinda yaitu, Undang-

    undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara maupun

    Peraturan Menteri Nomor Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan

    Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, yang

    dimana peraturan tersebut tidak menyebutkan sanksi yang tegas terkait

    pelaksanaan PKBL yang dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara. Oleh karena

    itu, seharusnya Undang-undang yang lebih efektif untuk dijadikan sebagai acuan

    yaitu Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal,yang

    dimana setiap penanam modal baik itu usaha perseorangan maupun badan usaha

    berkewajiban sebagaimana dinyatakan pada pasal 15 huruf b Undang-undang

    Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yaitu ”melaksanakan tanggung

     jawab sosial perusahaan” dan badan usaha atau usaha perseorangan yang tidak

    memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan pada pasal 15 huruf b tersebut

    akan dikenai sanksi administratif sesuai dengan bunyi pasal 34 ayat 1 Undang-

    undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal berupa:

    a. peringatan tertulis;

    b. pembatasan kegiatan usaha;

    c. pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau

    d. pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.

  • 8/16/2019 Tinjauan Yuridis PKBL Di BNI

    14/16

    Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 1

    12

    Kemudian di dalam Peraturan Menteri Nomor Per-05/MBU/2007 tentang

    Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil dan Program

    Bina Lingkungan maupun Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan

    Usaha Milik Negara tidak memuat tentang mekanisme pengawasan terhadap

    PKBL yang dilaksanakan oleh setiap BUMN, hal inilah yang menurut penulis juga

    menjadi penyebab kurangnya optimalisasi pelaksanaan PKBL yang dilaksanakan

    oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Cabang Samarinda.

    Penutup

    Kesimpulan dari Pelaksanaan PKBL pada PT Bank Negara Indonesia

    (Persero) Tbk, Cabang Samarinda terhadap pemberdayaan dan pengembangan

    Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah belum terlaksana dengan optimal sesuai

    dengan Undang-undang Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara

    kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Negara Nomor PER-

    05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan

    Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan.

    Praktik PKBL diharapkan mampu mewujudkan juga diharapkan untuk

    mampu mewujudkan 3 (tiga) pilar utama pembangunan (triple tracks)  yang telah

    dicanangkan pemerintah dan merupakan janji politik kepada masyarakat, yaitu:

    (1) pengurangan jumlah pengangguran (pro-job) (2) pengurangan jumlah

    penduduk miskin (pro-poor)   dan (3) peningkatan pertumbuhan ekonomi (pro- 

    growth).  Diketahui bahwa PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Cabang

    Samarinda melaksanakan hanya 2 (dua) program dan melaksanakan nya pada

    tahun 2013 dan program tersebut belum mengarah kepada pemberdayaan dan

  • 8/16/2019 Tinjauan Yuridis PKBL Di BNI

    15/16

    TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN (Awang Adi)

    13 

    pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.Kemudianfaktor penghambat

    dalam pelaksanaan PKBL pada PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Cabang

    Samarinda dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : (1) Tidak diberikan

    kewenangan oleh pihak PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk pusat dalam hal

    menentukan program yang akan dilaksanakan. (2) Sumber daya manusia yang

    masih belum mendukung dalam hal melaksanakan segala jenis kegiatan yang

    berkaitan dengan PKBL. (3) Koordinasi dengan pemerintah daerah, dalam hal ini

    pihak PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Cabang Samarinda kurang

    melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah untuk mentukan program PKBL

    agar program tersebut dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan harapan.

    Kemudian juga faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan tidak hanya pada

    internal PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Cabang Samarinda, akan tetapi

     juga pada eksternal PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Cabang Samarinda,

    berdasarkan penelitian penulis bahwa di dalam Undang-undang 19 Tahun 2003

    tentang Badan Usaha Milik Negara maupun Peraturan Menteri Negara Nomor Per-

    05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan

    Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan tidak memuat sanksi dan mekanisme

    pengawasan pelaksanaan PKBL, seharusnya sanksi dan pengawasan merupakan

    unsur terpenting yang wajib adanya di dalam suatu Undang-undang terkait

    dengan PKBL untuk mencapai optimalisasi pelaksanaan daripada PKBL itu sendiri.

    maupun instansi pemerintahan agar kedepannya pelaksanaan PKBL dapat

    terlaksana dengan optimal.

  • 8/16/2019 Tinjauan Yuridis PKBL Di BNI

    16/16

    Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 1

    14

    Daftar Pustaka

     A.  Buku

     Anoraga, Panji&Djoko Sudantoko, 2002, Koperasi, Kewirausahaan, dan Usaha

    Kecil, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

    Suhardjono, 2003, Manajemen Perkreditan Usaha Kecil dan Menengah , UPP

     AMPYKPN, Yogyakarta.

    B. Peraturan Perundang-undangan

    Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan UsahaMilik Negara

    Republik Indonesia, Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor Per-05/MBU/2007tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan UsahaKecil dan Program Bina Lingkungan