Trans Fatty Acid Dan Penyakit Kardiovaskuler
-
Upload
handini-rahmi-dewi -
Category
Documents
-
view
225 -
download
3
description
Transcript of Trans Fatty Acid Dan Penyakit Kardiovaskuler
TRANS FATTY ACID DAN PENYAKIT KARDIOVASKULAR
DISUSUN OLEH :
Mauren Lusi Selfiana (0961050115)
Handini Rahmi Dewi (1061050128)
Enry Fernando Joshua Sidauruk (1061050136)
Jacly Hotman Parulian Saragi (1061050182)
Febrian Ramadhan Pradana (1161050167)
Charisma Eris Allifa (1161050170)
Simson Samuel Soerodjotanojo (1161050173)
Ela Anggraini (1161050216)
KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PERIODE 27 JULI – 3 OKTOBER 2015
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESA
2015
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME, karena atas berkat dan rahmat-Nya,
kami dapat menyelesaikan makalah kami ini untuk melengkapi tugas di Kepaniteraan Klinik
Ilmu Kesehatan Masyarakt di RSU Universitas Kristen Indonesia.
Saya mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya kepada DR. Dr.
Carmen Siagian,MS,SpGK yang telah membimbing dan membantu kami dalam
melaksanakan kepaniteraan.
Kami menyadari masih banyak kekurangan baik pada isi maupun format dari makalah
kami ini. Oleh karena itu, segala kritik dan saran kami terima dengan tangan terbuka.
Akhir kata kami berharap tugas ini dapat berguna bagi rekan-rekan sejawat.
Jakarta, Agustus 2015
Penulis
2
ABSTRAK
Penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu, baik pria maupun wanita di Amerika Serikat, dimana jumlah kematian akibat penyakit ini mencapai lebih dari 500.000 jiwa setiap tahunnya. Salah satu penyebab penyakit jantung adalah peningkatan kolesterol dan kegemukan dan asam lemak trans juga berpengaruh dalam hal tersebut. Asam lemak tak jenuh trans atau asam lemak trans tergabung dalam struktur sel yang memiliki potensial untuk mempengaruhi banyak fungsi selular dalam sel, termasuk didalamnya aktivitas reseptor membrane
sel. Secara teori menunjukkan bahwaterdapat hubungan peningkatan asupan asam lemak trans dengan penurunan HDL, peningkatan LDL dan trigliserida dan memberikan kontribusi terhadap penyakit kardiovaskular. Sedangkan pada penelitian terdapat pendapat yang setuju peningkatan asam lemak trans terhadap penyakit jantung koroner dan pendapat lainnya menyatakan sebaliknya. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut lagi mengenai kaitan asam lemak trans dengan penyakit jantung koroner.
Kata kunci : Asam lemak trans, LDL, HDL, penyakit kardiovaskular, penyakit jantung koroner
ABSTRACT
Cardiovascular diseaseis the number one cause of death, both men and women in the United States, where the number of deaths from the disease to more than 500,000 people each year. One of the causes of Cardiovascular disease are obesity and elevated cholesterol and trans fatty acids are also influential. Trans unsaturated fatty acids or trans fatty acids incorporated in the structure of cells that have the potential to affect many cellular functions of cells, including cell membrane receptor activity. In theory suggests that there is a relationship increased intake of trans fatty acids with decreased HDL, increased LDL and triglycerides and contribute to cardiovascular disease. While in studies found different opinion which agree that there is correlation between improvement of trans fatty acids on cardiovasculardisease in coronary and other opinion stated otherwise. Therefore, it is necessary to further research on the relationship of trans fatty acids and coronary heart disease.
Keyword : Trans Fatty Acid, LDL, HDL, Cardiovascular disease, Coronnary heart disease
3
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda
(Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula
peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non Communicable Disease (NCD) dan obesitas
(gizi lebih) yang merupakan faktor risiko terjadinya NCD seperti penyakit hipertensi,
diabetes mellitus , kardiovaskuler, stroke dan lain-lain. 1
Pada tahun 2000 sebanyak 52% penyebab kematian disebabkan karena penyakit tidak
menular, 9% akibat kecelakaan dan 39% akibat penyakit menular. Diperkirakan pada tahun
2020 kasus penyakit tidak menular akan meningkat menjadi 73% yaitu sebagai penyebab
kematian dan merupakan 60% menjadi beban penyakit dunia (WHO SEARO (South East
Asia Regional Office), 2000). 2
Hipertensi, diabetes mellitus dan penyakit jantung merupakan penyakit tidak menular
(NCD) yang jumlah penderitanya cukup tinggi di dunia. Sekitar hampir 1 milyar orang atau 1
dari 4 orang dewasa (±26%) menderita hipertensi dan diperkirakan pada tahun 2025
jumlahnya akan meningkat menjadi 29%. Penderita diabetes mellitus mencapai angka 194
juta jiwa (51%) dari penduduk usia dewasa dan pada tahun 2025 diperkirakan meningkat
menjadi 333 juta jiwa. Sementara untuk penyakit jantung berdasarkan hasil Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) 2002, penyakit jantung menempati urutan pertama sebagai penyebab
kematian. Selain itu dari hasil penelitian jumlah penyakit jantung setiap tahunnya selalu
meningkat. 1
Prevalensi penyakit gagal jantung meningkat seiring dengan bertambahnya umur,
tertinggi pada umur 65 – 74 tahun (0,5%) untuk yang terdiagnosis dokter, menurun sedikit
pada umur ≥75 tahun (0,4%), tetapi untuk yang terdiagnosis dokter atau gejala tertinggi pada
umur ≥75 tahun (1,1%). Untuk yang didiagnosis dokter prevalensi lebih tinggi pada
perempuan (0,2%) dibanding laki-laki (0,1%), berdasar didiagnosis dokter atau gejala
prevalensi sama banyaknya antara laki-laki dan perempuan (0,3%). Prevalensi yang
didiagnosis dokter serta yang didiagnosis dokter atau gejala lebih tinggi pada masyarakat
dengan pendidikan rendah. Prevalensi yang didiagnosis dokter lebih tinggi di perkotaan dan
4
dengan kuintil indeks kepemilikan tinggi. Untuk yang terdiagnosis dokter atau gejala sama
banyak antara perkotaan dan perdesaan.2
Menurut Institut Jantung, Paru-paru dan Darah Nasional Amerika Serikat (National Heart,
Lung and Blood Institute), penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu, baik
pria maupun wanita di Amerika Serikat, dimana jumlah kematian akibat penyakit ini
mencapai lebih dari 500.000 jiwa setiap tahunnya. Di Indonesia sebanyak 80.812 penderita di
suatu Rumah Sakit, diantaranya 2.836 adalah penderita penyakit kardiovaskuler yang terdiri
dari 43.2% penyakit jantung, 30.1% hipertensi, 14.5% demam rematik dan rematik jantung,
8.4% penyakit jantung bawaan, 2.5% jantung pulmonair dan 1.3% radang katup jantung. 3
Berdasarkan hasil Riskesdas 2007, prevalensi penyakit jantung di Indonesia sebesar 7.2%
berdasarkan wawancara, sementara berdasarkan riwayat diagnosis tenaga kesehatan hanya
ditemukan sebesar 0.9%. cakupan kasus jantung yang sudah didiagnosis oleh tenaga
kesehatan sebesar 12.5% dari semua responden yang mempunyai gejala subjektif menyerupai
gejala penyakit jantung. Prevalensi penyakit jantung menurut provinsi, berkisar antara 2.6%
di Lampung sampai 12.6% di NAD. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit
yang tidak disadari oleh kebanyakan orang dan tidak memberikan keluhan yang berarti, karna
hanya keluhan ringan saja seperti nyeri dada sebelah kiri yang sebentar-sebentar sehingga
membuat penderita kurang waspada bahkan hanya dianggap sebagai masuk angin biasa dan
ditangani dengan cara sederhana seperti di kerok atau di pijat. 1
Faktor sosial ekonomi, serta adanya perubahan gaya hidup diduga telah menyebabkan
peningkatan besaran kasus-kasus penyakit tidak menular (NCD) di Indonesia, termasuk
dalam hal ini hipertensi, diabetes mellitus dan jantung. Perilaku makan makanan yang tidak
sehat, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, stress serta minimnya aktivitas fisik merupakan
faktor - faktor resiko penyakit degeneratif, disamping faktor-faktor resiko lain seperti usia,
jenis kelamin dan keturunan (genetik). 2
Perilaku makan penduduk di perkotaan telah berubah dari pola tradisional ke pola modern
atau instan dengan kebiasaan mengkonsumsi makanan dan minuman beresiko seperti
makanan dengan kandungan lemak, gula, garam dan pengawet yang tinggi. Sementara di lain
sisi tidak cukup mengkonsumsi sayur dan buah sebagai sumber serat. Disamping itu minum
minuman berkafein dan kurangnya aktifitas fisik turut melengkapi perilaku makanan beresiko
ini.
Laporan hasil Riskesdas tahun 2007 menggambarkan bahwa hampir semua provinsi di
Indonesia, konsumsi sayuran dan buah-buahan tergolong rendah. Prevalensi nasional kurang
makaan buah dan sayur pada penduduk berumur >10 tahun adalah 93.6%. Prevalensi nasional
5
sering mengkonsumsi makanan/minuman manis sebesar 68.1%, konsumsi minum minuman
berkafein sebesar 36.5%, kebiasaan merokok (setiap hari) pada penduduk umur >10 tahun
sebesar 23.7% dan kebiasaan minum minuman beralkohol sebesar 4.6%. Sementara
prevalensi nasional kurang aktifitas fisik (penduduk >10 tahun) sebesar 48.2% (Riskesdas,
2007). 1
II. Tujuan Umum
1. Untuk Mengetahui Hubungan antara Trans Fatty Acid (Asam Lemak Trans)
dengan Penyakit Kardiovaskular
III. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Trans Fatty Acid (Asam Lemak
Trans)
2. Untuk mengetahui sumber asam lemak trans
3. Untuk mengetahui kadar toleransi asam lemak trans dalam tubuh
4. Untuk mengetahui pencegahan konsumsi asam lemak trans
5. Untuk mengetahui angka kejadian pasien dengan penyakit kardiovaskular di
Indonesia dan di dunia
6. Untuk mengetahui tanda dan gejala pada pasien dengan penyakit
kardiovaskular
7. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit kardiovaskular
8. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan penyakit kardiovaskular
IV. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai referensi bahan acuan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Menambah pengetahuan untuk kasus penyakit kardiovaskular
2. Bagi Instansi Masyarakat
Menjadi bahan pertimbangan pemerintah Indonesia dalam
merumuskan kebijakan dan program-program edukasi dan promosi
pencegahan gizi.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.TRANS FATTY ACID
1. Definisi dan Struktur Kimia Trans
Asam lemak adalah molekul yang tidak larut dalam air yang memiliki susunan rantai carbon yang panjang, serta memiliki banyak variasi fungsi didalam sel. Beberapa fungsi nya adalah mengatur transportasi zat melewati membran, cadangan energy, pembangun dari bagian sel, molekul target yang melekat pada protein, dan messenger signalling.4
Asam lemak jenuh, asam lemak tidak jenuh tunggal dan asam lemak tidak jenuh jamak berhubungan dengan ada tidak rantai ganda antara molekul carbon. Asam lemak jenuh tidak memiliki rantai ganda antara atom carbon dimana asam lemak tidak jenuh memiliki rantai ganda antara atom karbon. Asam lemak dengan satu rantai ganda karbon disebut asam lemak tidak jenuh tunggal(monosaturasi), sedangkan asam lemak dengan lebih dari satu rantai ganda karbon disebut lemak tidak jenuh jamak (polisaturasi).4
Ikatan rantai ganda yang umumnya ditemukan pada asam lemak tak jenuh cis, dan ketika ikatan rantai ganda tersebut terletak pada ‘sisi yang berlawanan’ maka disebut asam lemak tak jenuh trans.4
Dalam istilah kimia, lemak trans merupakan molekul lemak (lipid) yang mengandung satu atau lebih ikatan ganda dalam konfigurasi geometris trans.Sebuah ikatan ganda dapat menunjukkan salah satu dari dua kemungkinan konfigurasi: trans atau cis. Dalam konfigurasi trans, rantai karbon memanjang dari sisi berlawanan dari ikatan rangkap, sedangkan, dalam konfigurasi cis, rantai karbon memanjang dari sisi yang sama dari ikatan rangkap. Molekul trans adalah molekul tegak. Molekul cis dibengkokkan.5
7
Trans (asam elaidat) Cis (Asam oleat) Jenuh (asam stearat)
Asam elaidat adalah pokok trans asam lemak tak jenuh sering ditemukan dalam minyak sayur terhidrogenasi parsial.
Asam oleat merupakan asam lemak cis tak jenuh membentuk 55-80% dari minyak zaitun.
Asam stearat adalah asam lemak jenuh yang ditemukan dalam lemak hewani dan produk yang dimaksudkan di hidrogenasi penuh. Asam stearat tidak termasuk cis atau trans karena tidak memiliki ikatan rangkap karbon-karbon.
Asam lemak ini adalah isomer geometrik (struktural identik kecuali untuk pengaturan ikatan rangkap).
Asam lemak ini adalah isomer geometrik (struktural identik kecuali untuk pengaturan ikatan rangkap).
Asam lemak ini tidak mengandung ikatan rangkap karbon-karbon dan tidak isomer dengan dua sebelumnya.
2. Sifat Asam Lemak Trans
Asam lemak tak jenuh trans atau asam lemak trans mengubah kemampuan dari asam lemak itu sendiri, termasuk kemampuan untuk ‘’mengikat’’. Jenis dari asam lemak ini tergabung dalam struktur sel yang memiliki potensial untuk mempengaruhi banyak fungsi selular dalam sel, termasuk didalamnya aktivitas reseptor membrane sel.4
3. Patofisiologi Asam Lemak Trans
Penelitian menunjukkan bahwa asam lemak trans memiliki efek merugikan terhadap lipid, peradangan, kestabilan dinding sel, dan fungsi endothelial. Metabolisme dan meta analisis menunjukan dengan jelas bahwa ada hubungan antara peningkatan asupan asam lemak trans dengan penurunan HDL, peningkatan LDL dan trigliserida. Penelitian itu juga menunjukan bahwa asam lemak trans dan penurunan
8
ukuran dari molekul LDL, keduanya memberikan kontribusi terhadap penyakit kardiovaskular. Efek residual asam lemak trans juga terlihat pada peradangan dan fungsi endothelial pembuluh darah.4
Penelitian tersebut juga menunjukan bahwa tingkat asam lemak trans di serum, jaringan adipose dan eritrosit menunjukan hubungan yang kuat antara resiko penyakit kardiovaskular dengan konsentrasi asam lemak trans di jaringan. Penelitian yang lain bahkan hubungan mati mendadak karena penyakit kardiovaskular tersebut dengan level asam lemak trans.4
Asam lemak trans juga memicu perubahan buruk dalam aktivitas system enzim sitokrom oksidase P-448/450 pada metabolisme zat-zat kimia karsinogen dan obat-obatan.6
Pada tahun 1991, dua penelitian dari Amerika Serikat dan Kanada menemukan bahwa asam linoleat asam lemak tak jenuh jamak yang banyak terdapat dalam minyak sayur meningkatkan resiko tumor payudara. Percobaan dengan beragam lemak menunjukan bahwa lemak jenuh tidak menyebabkan tumor, tetapi jika ditambahkan minyak sayur tak jenuh jamak atau asam linoleat, maka terjadi peningkatan pertumbuhan kanker payudara. Selain itu, minyak tak jenuh jamak dalam kulit segera dioksidasi oleh radiasi ultraviolet dari matahari dan membentuk radikal bebas yang merugikan. Hal ini dapat merusak DNA sel dan menyebabkan kanker kulit. Sementara lemak jenuh bersifat stabil, sehingga tidak teroksidasi dan tidak membentuk radikal bebas.7
WHO merekomendasikan agar asupan asam lemak trans kurang dari atau sama dengan 1% dari total asupan kalori per hari.1 The Food and Drug Administration merekomendasikan bahwa setiap hasil olahan makanan yang mengandung asam lemak trans diberikan label nutrisi, agar konsumen memiliki pilihan walaupun tetap harus diberikan program edukasi bagi masyarakat. Hal itu dirasakan lebih mungkin dilakukan daripada menghilangkan semua sumber makanan yang mengandung asam lemak trans. Beberapa Negara seperti Denmark dan Swiss sudah melakukan gerakan yang efektif untuk mengeliminasi industry makanan yang mengandung asam lemak trans. Sedangkan untuk Amerika Serikat dan Inggris lebih memilih untuk melakukan
9
perhitungan akurat untuk menurunkan kadar asam lemak trans di makanan. Rata-rata konsumsi asam lemak trans di Amerika Serikat adalah 2-3% dari total kalori yang dikonsumsi.8
4. Sumber Lemak Trans
Asam lemak trans tidak diproduksi oleh tubuh manusia dan semua didapat dari makanan. Dua sumber yang sudah ditemukan yang pertama semua produksi derivate dari hewan pemamah biak seperti susu dan daging dan kedua makanan yang didalamnya terdapat ikatan hidrogenase minyak buatan. Keduanya merupakan derivate dari hidrogenase asam lemaktak jenuh. Pada kasus hewan pemamah biak, bakteri di perut memamah biak lah yang menghidrogenase asam lemak.4
Bentuk lemak trans yang dikenal sebagai minyak terhidrogenasi parsial, ditemukan dalam berbagai produk makanan, termasuk:
Makanan Panggangan. Kebanyakan kue, cookies, remah kue dan kerupuk mengandung lemak jenuh, yang biasanya dibuat dari minyak nabati terhidrogenasi parsial. Gula siap saji yang dipakai pada kue adalah sumber lemak trans.
Makanan ringan. Kentang, jagung dan tortilla chips sering mengandung lemak trans. Dan sementara popcorn bisa menjadi camilan sehat, banyak jenis makanan kemasan atau popcorn yang dipanaskan microwave dalam memasaknya menggunakan lemak trans untuk membantu memasak atau menambah cita rasa popcorn.
Gorengan. Makanan yang digoreng – seperti kentang goreng, donat dan ayam goreng mengandung lemak trans dari minyak yang digunakan dalam proses memasak.
Adonan yang disimpan dalam kulkas. Produk seperti biskuit kaleng dan gulungan kayu manis sering mengandung lemak trans, seperti yang dilakukan remah pizza beku.
Creamer dan margarin. Creamer yang dicampurkan kopi dan margarin juga mengandung minyak nabati terhidrogenasi parsial.4
B. PENYAKIT JANTUNG KORONER
10
1. Definisi Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung merupakan problem kesehatan utama di negara maju yang disebabkan
dari keadaan jantung maupun pembuluh darah. Penyakit jantung koroner adalah deposit dari
kolesterol atau yang disebut dengan plak yang terdapat di pembuluh darah arteri atau yang
sering disebut aterosklerosis yang menyebabkan aliran darah terhambat serta meningkatkan
resiko serangan jantung dan stroke. Pembuluh darah arteri mengalirkan darah untuk kontraksi
otot jantung. Pada mulanya pembuluh darah arteri sangat lembut dan elastis sampai akhirnya
pembuluh darah arteri menjadi sempit dan kaku sehingga membatasi aliran darah ke jantung.
Jantung menjadi kekurangan oksigen dan nutrisi-nutrisi yang penting untuk memompa ke
seluruh tubuh. 9,10,11
2. Etiologi Penyakit Jangtung Koroner
Etiologi dari penyakit jantung koroner adalah sebagai berikut :12
1. Meningkatnya tekanan darah
Peningkatan tekanan darah merupakan beban yang berat untuk jantung, sehingga
menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri yang menjadi faktor penyebab penyakit
jantung.
2. Meningkatnya kolesterol dan Kegemukan
Endapan lemak pada dinding arteri koroner yang terdiri dari kolesterol dan zat
lainnya dalam waktu lama menyebabkan aliran darah dan asupan nutrisi untuk
jantung tidak tersampaikan dengan baik.
3. Trombosis
Trombosis adalah gumpalan pada arteri atau vena, biasanya berada pada dinding
pembuluh yang menebal karena aterosklerosis.
4. Penuaan
Semakin bertambahnya usia, efektifitas organ tubuh termasuk jantung terus
menurun.
3. Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner
11
Deposit plak kolesterol pada dinding pembuluh darah dimulai dari usia muda,
semakin bertambahnya usia dan banyaknya plak yang menempel, dinding pembuluh darah
mengalami inflamasi dan meningkatkan resiko serangan jantung. Pada akhirnya pembuluh
darah arteri menjadi sempit yang memungkinkan menurunkan aliran darah ke jantung.
Bagaimanapun juga arteri lainnya tidak dapat mensuplai oksigen yang cukup untuk otot
jantung. Pada beberapa kasus, bekuan darah pada pembuluh darah secara total memblok
aliran darah ke otot jantung yang menyebabkan serangan jantung. jika aliran pembuluh darah
ke otak terhambat, biasanya berasal dari bekuan darah pada akhirnya akanmenyebabkan
terjadinya stroke. Jika pembuluh darah di otak pecah, hal tersebut merupakan akibat tidak
terkontrolnya tekanan darah yang tinggi dan pada akhirnya menyebabkan stroke
hemoragik.9,10
4. Gejala Penyakit Jantung Koroner
Gejala yang paling banyak pada penyakit jantung koroner adalah angina atau nyeri
dada. Angina dapat di derkripsikan seperti rasa berat, seperti ditekan, sakit, rasa terbakar dan
mati rasa. Angina biasanya di rasakan di bagian punggung, namun juga bisa dirasakan di
bagian bahu kiri, lengan, leher atau bagian rahang. Gejala lain yang dapat muncul pada
penyakit jantung koroner misalnya, nafas yang pendek (tachypnoe), detak jantung yang cepat
(tachycardi), detak jantung yang irregular, lemas atau pusing dan rasa mual.9
5. Pemeriksaan Penyakit Jantung Koroner
Pemeriksaan penyakit jantung koroner bisa dilakukan yaitu :13
1. anamnesis untuk mengetahui terlebih dahulu apakah seorang pasien memiliki
faktor resiko, seperti tekanan darah tinggi dan diabetes.
2. Pemeriksaaan fisik jantung juga diperlukan untuk membantu mendiagnosis.
3. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk menegakan diagnosis penyakit
jantung koroner yaitu :
a. Pemeriksaan darah untuk mengetahui indikasi indikasi penyakit yang dapat
mempengaruhi jantung
b. Pemeriksaan foto rontgent untuk mengetahui gambaran kondisi dari paru-paru
dan jantung
c. Pemeriksaan EKG untuk mengetahui aktivitas listrik jantung
12
d. Pemeriksaan Echocardiogram penting untuk mendiagnosis penyakit jantung,
pada echocardiogram kita dapat melihat ukuran, serta kontraksi otot jantung
6. Penatalaksanaan Penyakit Jantung Koroner
Penatalaksanaan untuk penyakit jantung koroner terdiri dari mengubah gaya hidup,
melakukan pengobatan, jika memungkinkan dilakukan tindakan operasi, serta berkonsultasi
dengan dokter spesialis jantung untuk melakukan check up.9
Menurunkan faktor resiko :
Hindari merokok, konsumsi makanan yang rendah lemak trans, rendah garam,
dan rendah gula. Jaga gula darah dalam batas normal dan kontrol gula darah
jika memiliki diabetes mellitus, olahraga secara rutin.9
Pengobatan :
Pengobatan dibutuhkan untuk membantu jantung bekerja lebih efisien dan
menerima darah yang kaya oksigen.9
Operasi dan prosedur lainnya :
Biasanya prosedur yang digunakan untuk mengatasi penyakit jantung koroner
yaitu angioplasty dan operasi bypass arteri. Semua prosedur tersebut dilakukan
untuk meningkatkan aliran darah ke jantung, tetapi tidak menyembuhkan
penyakit jantung koroner, karena hal yang diperlukan adalah menurunkan
faktor resiko untuk menghindari munculnya penyakit lainnya di waktu yang
akan datang.9
13
C. PENELITIAN TERKAIT HUBUNGAN ASAM LEMAK TRANS DENGAN
PENYAKIT JANTUNG KORONER
Beberapa ahli telah lama melakukan penelitian terhadap hubungan asam lemak
dengan penyakit jantung koroner. Dalam perkembangannya beberapa ahli mulai meneliti
lebih dalam lagi mengenai asam lemak, khususnya pengaruh asam lemak trans terhadap
penyakit jantung koroner. Beberapa penelitian terbaru menunjukan adanya pengaruh asam
lemak trans terhadap penyakit jantung koroner. Dari penelitian-penelitan yang ada, beberapa
ada yang menyatakan setuju bahwa peningkatan asam lemak trans berkaitan dengan penyakit
jantung koroner dan beberapa penelitian menyatakan sebaliknya bahwa peningkatan asam
lemak trans tidak terkait terjadinya penyakit jantung koroner. Salah satu penelitian yang
menyatakan setuju dengan peningkatan asam lemak trans berkaitan dengan penyakit jantung
koroner adalah penelitian yang dilakukan oleh Mori dkk terhadap 902 pasien yang dirawat di
Kober Untiversity Hospital dari Juli 2008 sampai Maret 2012, didapatkan 463 pasien
memiliki penyakit jantung koroner dan 318 pasien menderita sindrom metabolik. Pengukuran
kadar asama lemak trans pada tubuh pasien diukur dengan menggunakan gas
chromatography/mass spectrometry. Hasilnya didapatkan pada pasien yang menderita
penyakit jantung koroner terjadi peningkatan kadar serum asam lemak trans. Kesimpulan dari
penelitian ini asam lemak trans meningkat pada pasien dengan penyakit jantung koroner.14
Hasil berbeda ditemukan pada penelitian lainnya. Salah satu penelitian yang bertolak
belakang dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Tokede
Oluwabunmi dkk terhadap 788 kasus gagal jantung dan penyakit jantung koroner dan 788
kontrol, dimana kadar asam lemak trans dalam tubuh diukur terlebih dahulu dengan gas
chromatography dan pada pasien dilakukan diet asam lemak trans. Hasil dari penelitian ini
didapatkan bahwa resiko terjadi gagal jantung dan penyakit jantung koroner tidak terkait
dengan asupan dari asam lemak trans atau kadar asam lemak trans dalam tubuh.15
14
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan tinjauan pustaka, pada dasarnya asam lemak trans tidak diproduksi oleh
tubuh manusia dan semua didapat dari makanan. Dua sumber yang sudah ditemukan yang
pertama semua produksi derivate dari hewan pemamah biak seperti susu dan daging dan
kedua makanan yang didalamnya terdapat ikatan hidrogenase minyak buatan. Keduanya
merupakan derivate dari hidrogenase asam lemak tak jenuh. Pada kasus hewan pemamah
biak, bakteri di perut memamah biak lah yang menghidrogenase asam lemak.
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa asam lemak trans memiliki efek merugikan
terhadap lipid, peradangan, kestabilan dinding sel, dan fungsi endothelial. Metabolisme dan
meta analisis menunjukan dengan jelas bahwa ada hubungan antara peningkatan asupan asam
lemak trans dengan penurunan HDL, peningkatan LDL dan trigliserida. Penelitian itu juga
menunjukan bahwa asam lemak trans dan penurunan ukuran dari molekul LDL, keduanya
memberikan kontribusi terhadap penyakit kardiovaskular. Efek residual asam lemak trans
juga terlihat pada peradangan dan fungsi endothelial pembuluh darah.
Saat ini beberapa penelitian ada yang setuju dengan pendapat bahwa terdapat
hubungan peningkatan kadar asam lemak trans dengan penyakit jantung koroner. Contohnya
adalah penelitian yang dilakukan oleh Mori dkk yang menemukan peningkatan kadar asam
lemak trans pada pasien denga penyakit jantung koroner. Sedangkan pendapat sebaliknya
yang tidak setuju contohnya penelitian yang dilakukan Tokede dkk yang menemukan resiko
terjadi gagal jantung dan penyakiy jantung koroner tidak terkait dengan asupan dari asam
lemak trans atau kadar asam lemak trans dalam tubuh. Oleh karena itu diperlukan penelitian
lebih lanjut lagi mengenai apakah asam lemak trans memiliki pengaruh yang besar terhadap
penyakit jantung koroner.
15
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asam lemak adalah molekul yang tidak larut dalam air yang memiliki susunan rantai
carbon yang panjang, serta memiliki banyak variasi fungsi didalam sel. Asam lemak jenuh,
asam lemak tidak jenuh tunggal dan asam lemak tidak jenuh jamak berhubungan dengan ada
tidak rantai ganda antara molekul karbon. Ikatan rantai ganda yang umumnya ditemukan
pada asam lemak tak jenuh cis, dan ketika ikatan rantai ganda tersebut terletak pada ‘sisi yang
berlawanan’ maka disebut asam lemak tak jenuh trans (asam lemak trans).Secara teori
menunjukkan bahwa asam lemak trans memiliki efek merugikan terhadap lipid, peradangan,
kestabilan dinding sel, dan fungsi endothelial dan terdapat hubungan peningkatan asupan asam
lemak trans dengan penurunan HDL, peningkatan LDL dan trigliserida dan memberikan
kontribusi terhadap penyakit kardiovaskular. Sedangkan penelitian terbaru didapatkan dua
pendapat berbeda yang salah satunya mendukung bahwa kadar asam lemak trans berpengaruh
terhadap penyakit jantung koroner sedangkan pendapat lainnya masih ada yang tidak
sependapat. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut lagi mengenai kaitan asam
lemak trans terhadap penyakit jantung koroner.
B. Saran
Setelah melakukan penulisan makalah ini, penulis sadar bahwa penulisan ini masih
jauh dari kesempurnaan. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh
peningkatan asam lemak trans terhadap penyakit jantung koroner. Dengan penelusuran lebih
lanjut diharapkan untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas dan pemahaman yang lebih
baik tentang pengaruh peningkatan asam lemak trans terhadap penyakit jantung koroner
sehingga dapat mengurangi angka kejadian penyakit kardiovaskular khususnya penyakit
jantung koroner. Selain itu, untuk mencegah konsumsi asam lemak trans yang berlebihan
perlu diberikan informasi kepada masyarakat baik dalam bentuk penyuluhan ataupun sarana
promosi kesehatan lainnya.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Nasional Riskesdas. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan; 2007.
2. Felly Senewe. Health Transisition in Indonesia. Jakarta: Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 4 No 3; 2005.p 336-338
3. USA Departement of Health and Human Services. Disease Statistics of Cononary Heart Disease. USA: National Heart, Lung and Blood Institute ; 2013
4. Jocelyne R Benatar, Green Lane Cardiovascular Service, Auckland City Hospital, Auckland, New Zealand, Journal of Clinical Trials. 16 January 2010. Accesed in 20 Agustus 2015. http://www.dovepress.com/trans-fatty-acids-and-coronary-artery-disease-peer-reviewed-article-OAJCT
5. Casimir C. Akoh, David B. Min., ed. (2002). Food lipids: chemistry, nutrition, and biotechnology. New York: M. Dekker. pp. 1–2. ISBN 0-8247-0749-4.
6. Health Risk from Processed Foods and the Dangers of Trans Fat. October 2003. URL://www.coconutoil.com/John%20Kabara.pdf
7. Lipoeto NI, Agus Z, Oenzil F, Wahlqvist M, Wattanapenpaiboon N. Dietary intake and the risk of coronary heart disease among the coconut-consuming Minangkabau in West Sumatra, Indonesia. Asia Pac J Clin Nutr.2004
8. Dariush M, Matijn K, Albero A, at all. Trans Fatty Acids and Cardiovascular Disease. The New England Journal of Medicine. 13 April 2006. Accesed in 20 August 2015. http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMra054035
9. Raymond J.G, Gary J, Wolf F, at all. American Heart Association. A Report of the American College of Cardiology/ American Heart Association Task Force on Practice Guidelines (Committee on Exercise Testing). http://circ.ahajournals.org/content/96/1/345.long.Accessed August 23, 2015.
10. Coronary heart disease. National Lung, Heart, and Blood Institute. http://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/Cad/CAD_WhatIs.html. Accessed October 6, 2013
11. Heart Disease and Stroke Statistics 2009 Update: A Report from the American Heart Association Statistics Committee and Stroke Statistics Subcommittee. Circulation. 2009, January 27.
12. Harian Jurnal Asia. “Waspada Penyakit Jantung Koroner”, 17 juni 2014. http://www.jurnalasia.com/2014/06/17/waspada-penyakit-jantung-koroner/. Di unduh 23/08/2015
13. Woolston,C. Health Day. Coronary Heart Disease. Mar 11, 2015. http://consumer.healthday.com/encyclopedia/heart-health-22/coronary-and-artery-news-356/coronary-heart-disease-645474.html. Accessed August 23, 2015.
14. Mori Kenta, Ishida T, Yasuda T, et al. Serum Trans-Fatty Acid Concentration Is Elevated in Young Patients With Coronary Artery Disease in Japan. Circ J 2015; 79;2017-2025
15.Tokede OA, Petrone AB, Hanson QH, et al. Plasma phospolipid trans acids and risk of heart failure. Amj J Clin Nutr 2013;97:698-705
17