Transkrip Pola Hidup Kelompok Pengamen Di Wilayah Malioboro

download Transkrip Pola Hidup Kelompok Pengamen Di Wilayah Malioboro

of 31

description

cccccccccc

Transcript of Transkrip Pola Hidup Kelompok Pengamen Di Wilayah Malioboro

Jalan Malioboro ramai seperti biasanya. Orang orang terlihat sibuk dengan aktivitas aktivitas yang dilakukan sehari hari. Kendaraan lalu lalang menambah sesaknya keramaian lalu lintas yang semakin siang semakin memadat. Ibu yang berada di pinggir jalan terlihat kesulitan menyeberang jalan. Dia terpaksa menggendong anaknya sambil melambai lambaikan tangannya berharap pengguna jalan memberinya kesempatan untuk menyeberang.Dari atas jembatan penyebrangan saya memperhatikan kondisi orang orang di sekitar jalan malioboro. Melihat sambil mengamati kira kira orang mana yang pantas saya jadikan responden untuk tugas wawancara mendalam. Saya memiliki beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam menentukan responden. Pertama, unik, responden harus lain daripada yang lain, sehingga topik tidak terlalu basi untuk dibahas. Kedua, aktual, topik yang dibahas harus menarik dan memang layak untuk dibahas.Ketika asyik mengamati orang orang, sayup sayup terdengar suara alunan musik dari bawah jembatan penyeberangan. Sepertinya suara ini berasal dari Gamelan Jawa (gambang) yang dimainkan. Saya melihat ke sekitar, mencari sumber suara tersebut. Tidak lama mencari, ternyata suara tersebut berasal dari seorang bapak yang sedang asyik memainkan gamelan Jawa di bawah jembatan penyeberangan. Orang orang yang lewat menaruh uang di topi yang terletak di depannya. Sepertinya beliau ini adalah seorang pengamen.

bapak pengamen yang terlihat dari atas jembatan penyeberangan

Apakah beliau layak menjadi responden saya untuk wawancara mendalam? adalah pikiran yang melintas di benak saya. Saya berfikir, apakah penghasilan beliau cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup? Bagaimana dengan istri dan anak anaknya? Apakah beliau sering sakit?. Pikiran saya kembali ke kriteria yang telah saya tetapkan dari awal. Bapak tersebut bekerja sebagai pengamen, namun bukan pengamen seperti biasanya, yang bernyanyi di depan umum sambil memainkan gitar. Bapak ini bermain musik berupa gamelan Jawa di pinggir jalan. Menurut saya ini sudah mencukupi kriteria unik. Untuk kriteria yang selanjutnya, pertanyaan pertanyaan yang terlintas dalam benak ketika pertama kali melihat beliau mungkin sudah dapat menjadi acuan mengapa beliau pantas menjadi responden saya untuk wawancara mendalam ini.Akhirnya, saya memberanikan diri untuk mewawancarai beliau. Ketika sampai dibawah musik tersebut telah selesai dimainkan. Beliau terlihat sedang asyik menikmati bungkusan plastik yang berisi teh. Saya turun ke trotoar kemudian duduk di samping beliau. Setelah itu saya mengajukan beberapa pertanyaan kepada beliau.(Q : Pertanyaan ; A: Jawaban)Q : AssalamualaikumA : Waalaikumsalam ( bapak terlihat kaget ketika menyadai keberadaan saya)Q : Bapak sedang apa?A : Ini, sedang ngamen ( tersenyum sambil memainkan alat musiknya seadanya)Q : Pak, boleh minta waktunya sebentar? Saya mendapatkan tugas dari fakultas untuk mewawancarai lingkungan sosial yang ada di sekitar kita. Bapak keberatan saya wawancarai?A : Oh, sama sekali tidak ( bapak ini sepertinya ramah, terlihat dari senyumnya tiap beliau menjawab pertanyaan yang saya ajukan)Q : Mulai dari pertanyaan yang dasar dulu ya pak, Bapak namanya siapa?A : Nama saya Pagito

Q : Bapak asli Jogja?A : IyaQ : Bapak tinggalnya dimana?A : KagepiroQ : Maaf pak, dimana? (saya kurang dapat menangkap apa yang beliau katakan karena lokasi wawancara berada di pinggir jalan dari sebuah pasar dan suasana jalan saat itu sedang ramai)A : Di Kagepiro (bapak tersebut menjawab dengan suara agak keras)Q : Bapak umurnya berapa?A : eeee.... (bapak kelihatan berpikir sebelum menjawab pertanyaan yang saya ajukan tadi. Kelihatannya beliau lupa sudah berumur berapa).Mungkin sekitar 40 tahunan.Q : Bapak sudah berapa tahun bekerja sebagai pengamen?A : Sudah 9 tahunanQ : Sejak umur berapa bapak bekerja sebagai pengamen?A : Kira kira sejak umur 20 tahunQ : Bapak kerja disini mulai jam berapa?A : Jam 08.00 sampai jam 12.30. Kalau bapak capek ya terpaksa pulangnya agak pagian. Maklum, bapak sudah tua. Kadang kadang kalau sakit juga seperti itu.Q : Bapak pulang ke Kagepiro pakai apa?A : Jalan kaki

Q : Tidak capek pak?A : Hemat mas, harus dibiasakan (bapak menjawab sambil tersenyum)Q : Bapak penghasilan sehari harinya berapa? (agak kurang enak dalam mengajukan pertanyaan ini, melihat topi yang diletakkan beliau di depannya sebagai wadah uang ternyata belum terisi banyak)A : Penghasilan sehari harinya tidak tetapQ : Paling ramainya hari apa pak?A : Paling ramai saat hari Sabtu dan Minggu, dimana banyak orang sedang berlibur. Otomatis kalau banyak orang yang mampir kesini, biasanya pendapatan saya juga bertambah.

foto Bapak Pagito saat sedang di wawancarai

foto alat musik (gambang) yang bapak Pagito gunakan untuk mengamen dan topi sebagai wadah uang yang belum banyak terisi

Q : Apakah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari - hari?A : Tidak, kebutuhan sehari hari harus berhematQ : Bapak kebutuhan sehari harinya apa?A : Kebutuhan yang paling utama dan harus dipenuhi adalah pangan, kemudian biaya pendidikan anak. Kemudian kebutuhan yang lain seperti sandang, obat obatan, dan lain lainQ : Pernahkah mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup?A : Bukannya pernah mas, tapi mungkin sering (jawab beliau sambil tertawa)Q : Bagaimana cara bapak mengatasi kesulitan tersebut?A : Kalau saya biasanya hutang sama tetangga, atau sama saudara, hidup kami sama sama susah, jadi mereka mau mengerti. Kami sekeluarga malah pernah tiga hari tidak makan karena saya waktu itu sakit, jadi tidak bisa bekerja. Anak saya yang sudah menikah dan bekerja punya keluarga sendiri, punya tanggungan hidup sendiri, jadi saya kadang merasa tidak enak untuk minta padanya.

Q : Bapak punya anak?A : PunyaQ : Berapa pak?A : 2Q : Sudah bekerja semua pak?A : Yang kakaknya sudah menikah dan bekerja, punya anak juga, sedangkan yang adik masih sekolahQ : Anak bapak yang sudah bekerja itu kerjanya apa?A : Jadi karyawan di Pabrik TahuQ : Gajinya cukup pak?A : Saya kurang tahu mas, orang dia sendiri juga kadang kadang masih sering hutang sama teman temannyaQ : Tapi dia kan kerjanya di pabrik pak? ( saya pikir dengan bekerja di pabrik tahu yang besar maka kebutuhan hidup lebih terjamin, sebab mestinya gaji dari menjadi karyawan pabrik tahu lebih besar.A : ooo,.. tidak mas, pabrik tahunya itu juga usaha kecil kecilan, bukan pabrik tahu yang besar itu ( bapak menjawab sambil tertawa karena kesalahpahaman saya)Q : he... saya kira di pabrik besar pak.A : wah bukan kalau benar di pabrik besar, pastinya dia tidak kerepotan hutang sana sini memenuhi kebutuhan hidup dia sama istrinya.Q : Oh ya. Istri bapak kerjanya apa?A : Istri saya tidak bekerja, kadang kadang ada tetangga yang minta pada istri saya untuk mencucikan baju dia, habis itu istri saya dibayar.Q : Oh, jadi seperti buruh cuci gitu pak?A : Iya, benar, tapi pekerjaan itu jarang sekali. Tetangga paling minta bantuan saat dia sibuk atau pulang kampung, akhirnya dia minta istri saya untuk mencucikan bajunya karena istri saya mau dibayar murah.Q : Oh, jadi penghasilan utamanya tetap dari bapak ya?A : Iya, paling tidak sehari harinya bisa dapat uang walaupun cuma sedikit

Q : Bapak mulai kerja jadi pengamen mulai umur 20 tahun kan pak?A : Iya benarQ : Tidak, susah cari pekerjaan, apalagi yang tamatan SD seperti saya. Dulu sempat kerja jadi kuli angkut di pasar, susah susah mengangkat barang yang berat tapi rasanya upahnya tidak setimpal dengan beratnya pekerjaan. Akhirnya bapak memilih jadi pengamen saja.Q : Kalau dari mengamen ini, ini nama alat musiknya apa pak?A : Ini salah satu dari perangkat Gamelan Jawa. Namanya Gambang. (bapak menyebutkan nama dari alat musik tersebut sambil sedikit memainkannya)Q : Bapak belajarnya dari mana?A : Tidak dari siapapun, belajar sendiriQ : Ini alat musiknya juga buat sendiri ya pak?A : Iya, gampang, tinggal cari logam kuningan lalu suaranya di sesuaikan, supaya kedengaran lebih enak.Q : Bapak tiap hari bekerjanya disini ya pak?A : Iya, disini terusQ : Tidak pindah pindah pak?A : Tidak, memang biasanya di sini terus

Bapak Pagito biasa mengamen di pinggir jalan

Kendaraan yang mengeluarkan gas CO sering lewat di depannyaQ : Bapak kalau main musiknya di sini terus apakah berpengaruh pada kesehatan bapak?A : Alhamdulilah, bapak jarang sakitQ : Kalau bapak sakit biasanya sakit apa?A : Biasanya panas, kadang juga sesak nafasQ : Kalau sakit berobatnya kemana pak?A : Saya tidak berobat, paling hanya tidur di rumah. Biasanya kalau sakit beli obat obat yang di jual di warung, daripada berobat di Puskesmas atau di Rumah Sakit nanti biayanya bisa berkali lipat mahalnyaQ : Bagaimana kalau penyakitnya bertambah parah pak?A : Selama ini biasanya saya hanya tiduran dirumah, nanti akan sembuh sendiri, tapi kalau misalnya benar benar bertambah parah mungkin akan ke Puskesmas sajaQ : Bagaimana dengan biaya berobat yang mahal pak?A : Saya bayarnya memakai uang dari sisa kebutuhan hidup sehari hari. Itupun kalau ada dan cukup untuk berobat, kalau tidak ada saya hutang dulu dari anak atau dari tetangga.Q : Bapak punya ASKESKIN?

A : TidakQ : Kenapa bapak tidak membuat?A : Susah mengurusnya. Bapak kurang paham urusan seperti ituQ : Bagaimana dengan bantuan pemerintah yang lain pak, selain ASKESKIN, seperti BLT atau semacamnya?A : ... (menjawab agak lama, seperti mengingat ingat sesuatu).Ada, dulu bapak juga pernah dapat BLTQ : Lalu BLT-nya untuk apa?A : Memenuhi kebutuhan hidup yang kurang, untuk beli beras, obat, sisanya di simpan untuk persiapan, kalau ada apa apaQ : Kebutuhan anak bapak yang masih sekolah bagaimana pak?A : Kebutuhan anak saya paling seperti buku, pensil, alat alat tulis lainnya. Sementara untuk pembayaran sekolah (administrasi), anak saya mendapatkan keringanan (mungkin semacam BOS)Q : Bapak pendidikan terakhirnya apa?A : Saya dulu pernah SD, itupun tidak lulusQ : Bagaimana bisa pak?A : Iya, soalnya dulu saya mikirnya seperti ini, daripada mengeluarkan biaya untuk sekolah lebih baik saya membantu bapak kerja di sawah. Dulu waktu kecil bapak juga hidup kekurangan. Bapak saya sebagai pencari nafkah untuk keluarga bekerja sebagai petani. Kadang kadang sepulang sekolah saya bantu bapak bekerja. Sejak putus sekolah saya bisa bantu bapak lebih awal, siangnya saya bisa bantu cari uang dengan cara jadi penyemir sepatu.Q : Bapak pernah menjadi penyemir sepatu?A : Iya, pernahQ : Umur berapa pak?A : ... (mencoba mengingat ingat)Sekitar umur 10 tahunan

Q : Kalau istri bapak pendidikan terakhirnya apa?A : Istri saya juga SD, bedanya dia melanjutkan sampai tamat, sedangkan saya tidakQ : Istri bapak tidak melanjutkan SMP atau pendidikan setaranya?A : Tidak, sepertinyaQ : Kenapa pak?A : Mungkin sama seperti saya, masalah biayaQ : Bagaimana cara istri bapak menangani masalah tersebut?A : Sama mungkin, dengan membantu orang tuanya bekerjaQ : Kalau masalah kesehatan istri bapak sering sakit apa?A : Istri saya kadang kadang mengeluh sering pusing, kadang juga demam seperti saya. Biasanya juga cukup minum obat dari warungQ : Bagaimana dengan perawatan di Puskesmas pak?A : Kami jarang ke PuskesmasQ : Kalau istri bapak saat jam segini biasanya melakukan apa untuk mencari nafkah?A : Kalau tidak menjadi buruh cuci, paling bantu tetangga berkebunQ : Berkebunnya itu pada sawah milik tetangga pak?A : IyaQ : Bagaimana dengan upahnya pak?A : Lumayan. Buat bantu bantu tambah penghasilanQ : Selain berkebun apa lagi pak?A : Paling hanya merumputQ : Merumput seperti apa pak?A : Memotong rumput untuk dijadikan makanan hewan ternakQ : Itu hewan ternak punya siapa pak?A : Punya tetangga

Q : Bukan punya bapak?A : BukanQ : Kalau anak bapak sehabis sekolah, apa yang dilakukan?A : Biasanya bantu ibu untuk merumputQ : Bagaimana dengan belajar?A : Belajarnya bisa malam hari saja, setelah selesai bantu bantuQ : Apakah mengganggu aktivitas belajarnya?A : Seharusnya tidak, dia bantu bekerja siang hari, malamnya dia bekerjaQ : Bagaimana prestasi anak bapak di sekolahA : LumayanQ : Lumayan seperti apa pak?A : Masih bisa mengikuti pelajaran yang di ajar di sekolahQ : Bagaimana kalau dibandingkan dengan anak lain yang di sekolahkan di tempat tersebut?A : Sepertinya dia tidak begitu menonjolQ : Dengan kata lain sama seperti mereka pak?A : Iya, begitulahQ : Apakah anak bapak pernah mengalami kesulitan?A : Dalam hal apa?Q : Pendidikannya di sekolahA : Seperti apa misalnya?Q : Ada kesulitan PR mungkin?A : Untuk saat ini tidak. Kadang kadang dia juga belajar bersama temannyaQ : Dimana mereka biasa belajar pak?A : Di rumah temannyaQ : Bukan di rumah bapak?

A : Ooo... Tidak, terlalu sempit untuk mereka belajarQ : Bapak ada rencana akan menyekolahkan anak bapak sampai tingkat mana?A : Yah, kalau lulus SMA saya sudah sangat bersyukurQ : Kenapa pak?A : Dibandingkan dengan orang tuanya ini tingkat pendidikan itu sudah sangat tinggiSiapa tahu nanti mudah melamar kerjaQ : Bapak agamanya apa?A : IslamQ : Istri bapak?A : IslamQ : Bagaimana dengan anak bapak?A : Ya, Islam jugaQ : Anak bapak sudah bisa sholat?A : Anak saya yang mana?Q : Yang masih sekolahA : Sudah bisa, tapi masih bolong bolongQ : Siapa yang mengajarkan sholat padanya pak?A : Di sekolah kan diajarinQ : Kalau bapak bekerja biasanya sholat dimana?A : hahaha... (entah kenapa bapak ini tertawa)Q : Dimana pak?A : Di dekat sini ada musholaQ : Bapak kalau dari sini jalan kaki kerumah apa waktu sholatnya tidak habis?A : TidakQ : Bagaimana bisa pak?

A : Biasanya saya sholat dulu disini, baru habis itu pulang ke rumahQ : Bagaimana dengan keadaan lingkungan sekitar bapak?A : Dilihat darimananya?Q : Dari kebersihannya mungkin?A : Rumah saya memang sedikit kumuh, tapi karena memang tinggalnya disitu, harus dibiasakanQ : Apakah berpengaruh terhadap kesehatan?A : Mungkin iya, saya tidak tahuQ : Bagaimana dengan sosialisasi bapak dengan lingkungan sekitar?A : Hubungan saya dengan tetangga cukup baik, kami saling membantu apabila ada masalah.Sebab kami sama sama miskin, jadi ada tenggang rasaQ : Bentuk bantuannya seperti apa pak?A : Seperti hutang saat sedang butuh, bantu bantu kerja, seperti itulahQ : Bagaimana dengan sisi keagamaannya pak?A : Kalau itu saya kurang tahuQ : Kalau bapak sendiri bagaimana caranya bisa sabar dalam menjalani hidup?A : Heeee... bagaimana ya?Menurut saya kita harus pintar pintar bersyukurQ : Bersyukur sepert apa yang bapak maksud?A : Kita harus rajin sholat, itu juga salah satu bentuk syukur kita kepada TuhanQ : Yang lainnya ada pak?A : Bersyukur atas apa yang kita miliki saat ini. Jangan terlalu memiliki keinginan yang berlebih sebab pada dasarnya ini semua bukan milik kitaQ : Jadi itu yang bapak selama ini pikirkan sehingga dapat bersikap sabar?A : Iya, kira kira seperti itu

Q : Terima kasih ya pak, pernyataan bapak barusan menyadarkan saya tentang pentingnya arti bersyukurA : Iya, sama samaQ : Sekarang tentang masalah politik ya pak?A : IyaQ : Bapak kemarin ikut pemilu?A : TidakQ : Golput pak?A : Apa itu golput?Q : Itu orang yang tidak berpartisipasi dalam pemiluA : Oh, iya, seperti itulahQ : Bapak kenapa kemarin tidak ikut?A : Saya ikut atau tidak juga sepertinya tidak akan berpengaruhQ : Bagaimana menurut bapak tentang pemerintahan selama ini?A : Entahlah, saya tidak terlalu mengikutiQ : Kenapa pak?A : Lebih baik saya mikir makan apa hari iniQ : Bapak tidak terlalu peduli pada pemerintahan saat ini?A : Iya, seperti itulah

Saat sedang melanjutkan wawancara mendalam, tiba tiba terdengar suara klakson mobil dari belakang. Rupanya ada sebuah mobil yang ingin parkir di depan tempat bapak Pagito biasanya mengamen.

Mobil yang parkir di depan tempat mengamen Bapak Pagito

Pemilik mobil sepertinya tidak menghiraukan keberadaan Bapak Pagito

Mobil yang parkir ditempat yang tidak semestinya

Q : Apakah mobil biasa parkir ditempat ini pak?A : Setahu saya tidak, mobil ada tempat parkir tersendiriQ : Kalau mobil ada tempatnya sendiri ya pak?A : Iya, di sebelah sana ( sambil menunjuk arah suatu tempat)

Suasana untuk wawancara mendalam tidak nyaman lagi karena keberadaan mobil tersebut. Informasi yang saya dapat dari Bapak Pagito saya rasa sudah cukup, sehingga saya mohon pamit kepada beliau dan mengucapkan terimakasih atas waktu yang diberikannyaQ : Bapak, saya rasa wawancaranya sudah cukup, terimakasih atas waktu yang bapak berikan.A : Iya, sama sama. Senang bisa membantu (sambil berjabat tangan)Q : AssalamualaikumA : WaalaikumsalamPada hari selanjutnya, saya mencari lagi responden untuk wawancara mendalam sebagai pembanding wawancara yang saya lakukan kemarin. Saya mencari responden wawancara mendalam masih di sekitar Jalan malioboro, tepatnya di dalam Pasar Beringharjo.Tepat pada tanggal 24 Desember, dimana ditetapkan sebagai hari cuti bersama, ternyata membuat Pasar Beringharjo lebih ramai dari biasanya. Namun, di tengah keramaian orang, terdengar suara tabuhan gendang dan sholawat. Setelah di cari cari, suara tersebut berasal dari seorang bapak tunanetra yang duduk di pinggir jalan sambil memainkan gendangnya. Akhirnya bapak tersebut saya tetapkan sebagai responden wawancara saya selanjutnya.(Q : Pertanyaan ; A: Jawaban)Q : AssalamualaikumA : Eh, siapa ya? (bapak tersebut terlihat kaget mendengar suara saya)Q : Assalamualaikum pak?A : WaalaikumsalamQ : Bapak sedang apa pak?A : Saya sedang mengamen disini, ada bisa yang saya bantu? Q : Begini pak, saya mendapatkan tugas dari fakultas untuk mewawancarai keadaan sosial dilingkungan sekitar kita,A : Oh begitu.. (sambil mengangguk anggukkan kepala)Q : Iya pak, jadi saya mohon kesediaan bapak untuk saya wawancaraiA : Nanti bapak jawabnya gimana?Q : Ya, bapak tinggal jawab seadanya saja.Gampang kok pak pertanyaannyaA : Iya, saya cobaMudah mudahan bisa bantuQ : Iya pak, terima kasih ya,Untuk pertanyaan yang pertama, Bapak namanya siapa?A : Nama saya Marjiyo

Q : Bapak umurnya berapa?A : Sekitar 39 tahunQ : Bapak tinggalnya dimana?A : Rumah saya di KasonganQ : Perjalanan dari rumah sampai sini naik apa pak?A : Bareng sama temanQ : Jauh ya pak tempat tinggalnya?A : Jauh sekali malahanQ : Naik apa pak?A : Naik motorQ : Sama teman?A : IyaQ : Apa tidak capek pak?A : TidakQ : Kenapa?A : kan cuma bonceng dibelakangQ : Oh, gitu ya pak?A : IyaQ : Bapak sejak kapan bekerja sebagai pengamen?A : Kira kira lima tahunan yang laluQ : Berarti sejak umur 34an ya pak?A : IyaQ : Sebelumnya bapak bekerja sebagai apa?A : Saya tidak bekerjaQ : Pengangguran?

A : IyaQ : Kenapa pak?A : Susah cari kerja, apalagi buta seperti saya Q : Bapak sudah punya keluarga?A : SudahQ : Istri bapak bekerja sebagai apa?A : Istri saya di rumah tidak bekerjaQ : Jadi penghasilan bapak hanya dari mengamen ini?A : Iya, tapi kadang kadang istri saya bantu jualan di pasarQ : Jualan apa pak?A : Ya seperti jajanan pasarQ : Itu punyanya siapa pak?A : Itu titipan dati tetanggaQ : Oh, jadi yang buat tetangga tapi yang jual istri bapak?A : IyaQ : Biasanya penghasilan sehari hari bapak berapa?A : Tidak tetapQ : Apakah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari hari?A : Tidak, Sehari paling hanya makan sekaliQ : Ditambah dengan penghasilan istri bapak?A : Istri saya jualannya tidak tetap, nunggu pesanan dari tetanggaQ : Bagaimana caranya memenuhi kebutuhan hidup bapak?A : Terpakasa harus berhematQ : Selain ituA : Kadang kadang bisa hutang sama tetangga

Q : Hutang pak?A : Iya, itupun kalau tetangga adaQ : Bagaimana cara melunasinya pak?A : Dari tambahan hasil jualan istri saya, kadang dari mengamen jugaQ : Bapak kebutuhan sehari harinya apa?A : Yang pasti pangan, setelah itu biaya pendidikan anakQ : Bapak punya anak?A : IyaQ : Berapa pak?A : SatuQ : Masih sekolah?A : MasihQ : Tingkat pendidikannya apa pak?A : Masih SMPQ : Biaya pendidikan darimana pak?A : Ya dari hasil mengamen saya iniQ : Apakah ada kesulitan memenuhi kebutuhan tersebut?A : Kadang kadang buat beli buku dan kebutuhan sekolah yang lainQ : Cara mengatasinya bagaimana pak?A : Hutang dulu sama tetanggaKalau ada uang nanti dikembalikanQ : Prestasi anak bapak di sekolah bagaimana?A : Ya, biasa sajaQ : Biasa bagaimana pak?A : Saya kurang tahu

Q : Apakah ada kesulitan selama belajar pak?A : Saya rasa tidakQ : Bagaimana bapak bisa tahu?A : Dia tidak pernah ceritaKalau ditanya apa ada masalah dia juga jawab tidak adaQ : Bagaimana hubungan antara anak bapak dengan temannya?A : BaikQ : Baik seperti apa pak?A : Biasanya mereka bermain bersamaQ : Kapan anak anda biasa bermain?A : Sepulang sekolahQ : Waktu belajar?A : Malam hari, kadang sepulang sekolah jugaQ : Bapak punya rencana akan menyekolahkan anak sampai tingkat berapa?A : Ya semampunya sajaQ : Seperti apa pak?A : SMA mungkin, kalau sampai kuliah bagus jugaQ : Apa kendalanya pak?A : Biaya pendidikan yang mahalQ : Masih tentang biaya pendidikan ya pak?A : Iya, masih tentang ituQ : Bapak pendidikan terakhir apa?A : SDQ : Kalau ibu?A : Setahu saya SD juga

Q : Istri bapak selain jualan apa yang dilakukan?A : Tidak ada, paling mengurus anak di rumah?Q : Kalau anak bapak pernah membantu bekerja?A : TidakQ : Kenapa pak?A : Kalau bisa anak saya sekolah sajaUntuk masalah uang biar orang tua yang mengurusQ : Kenapa pak?A : Pendidikan lebih pentingSiapa tahu nanti dia bisa melamar pekerjaan dan bisa bekerja, tidak seperti sayaQ : Apakah ada keringanan dari biaya sekolah pak?A : Iya ada, tapi biaya sekolah tidak sepenuhnya gratisQ : Masih bayar?A : Iya, masih bayarQ : Bapak sudah 5 tahun kerja di sini?A : IyaQ : Tidak pernah pindah pindah pak?A : Dulu saya di depan sekarang pindah ke dalamQ : Sekarang pindah pak?A : IyaQ : Mulai kapan pakA : Sepertinya baru setahunQ : Kenapa pindah pak?A : Di sini lebih ramaiQ : Lebih banyak orang ya pak?

A : IyaQ : Memangnya kenapa pak kalau lebih banyak orang?A : Yang ngasih uang bisa lebih banyak lagiQ : Di depan sepi ya pak?A : Tidak terlalu sepi, tapi lebih ramai siniQ : Dibandingkan sama yang depan ramai pasar yang bagian dalam pak?A : IyaQ : Bapak kalau kerja di sini terus apa nanti berpengaruh terhadap kesehatan?A : Dulu awalnya iyaQ : Penyakit seperti apa pak?A : Seringnya capek, terus badan panasQ : Itu waktu awal awal bapak bekerja?A : IyaQ : Sekarang seringnya sakit apa pak?A : Sakit demam karena kecapekan masih sering, kadang kadang sesak napasQ : Bapak sering demam?A : IyaQ : Sering sesak napas juga?A : IyaQ : Seperti asma ya pak?A : Iya, mungkinQ : Sering sesak nafasnya kapan pak?A : Biasanya waktu malam hariQ : Malam hari waktu bapak mau tidur?A : Iya

Q : Apakah waktu malam udaranya terlalu dingin?A : IyaQ : Bagaimana dengan istri bapak? Apakah sering sakit?A : Tidak, jarangQ : Kalau sakit biasanya apa pak?A : Paling hanya demam biasaQ : Kalau sakit biasanya bagaimana pak?A : Istirahat yang cukup sajaQ : Bagaimana dengan pergi ke Puskesmas atau Rumah Sakit?A : TidakQ : Kenapa?A : Biayanya terlalu mahalQ : Bagaimana cara mengobati penyakitnya?A : Cukup dengan istirahat sajaQ : Hanya istirahat?A : Kadang kadang beli obat sajaQ : Dimana?A : Di warungQ : Di Apotek?A : TidakQ : Kenapa pak?A : Lebih mahalQ : Kalau di warung bagaimana pak?A : Lebih murah, gampang belinya

Q : Bagaimana kalau penyakitnya bertambah parah?A : Biasanya di minumi obatt sambil istirahat juga nanti sembuhQ : Kalau bertambah parah?A : Terpaksa di bawa ke PuskesmasQ : Biayanya bagaimana pak?A : Mahal di sanaQ : Bagaimana cara mengatasi masalah tersebut?A : Kadang ada sisa uang dari mengamenQ : Selain itu?A : Utang dari tetangga duluQ : Apakah bapak memiliki ASKESKIN?A : TidakQ : Kenapa pak?A : Katanya harus deiperbarui lagi tidak tahu mengurusnya bagaimanaQ : Anak bapak sering sakit?A : Sama seperti ibunya,Paling hanya demam biasaQ : Oh, hanya demam biasa ya pak?A : IyaQ : Sekarang tentang masalah agama ya pak?A : Iya silakanQ : Bapak agamanya apa?A : IslamQ : Istri bapak?A : Islam juga

Q : Anak bapak?A : Iya, Islam jugaQ : Dirumah sering sholat berjamaah?A : Di rumah sempit, mushola sajaQ : Rumah bapak dekat mushola?A : Tidak terlalu dekatJalan kaki beberapa menit duluQ : Kira kira berapa menit pak?A : Sekitar 5 menitQ : Kalau bapak bekerja sampai siang biasa sholat dimana?A : Dekat dekat sini (sambil tertawa)Q : Dimana pak?A : Ya di masjidQ : Di sekitar sini ada?A : Iya, adaQ : Dimana?A : Di sebelah situ (sambil tangannya menunjuk arah)Q : Anak bapak sudah bisa sholat?A : SudahQ : Dimana belajranya pak?A : DisekolahQ : Disekolah diajarkan ya pak?A : IyaQ : Sholatnya sudah lima waktu?A : Tidak, masih bolong bolongQ : Yang bolong biasanya yang mana pak?A : Biasanya sholat shubuhQ : Bapak sendiri bagaimana?A : Ya, sama sajaQ : He,... (tersenyum mendengar jawaban bapak)A : Mas sendiri bagaimana?Q : Alhamdulilah sholat pak,A : Wah, baguslahQ : Lingkungan sosial bapak dalam aspek keagamaan seperti apa?A : Maksudnya bagaimana?Q : Seperti apakah sholat berjamaah dan sejenisnya?A : Kalau maghrib iya, kalau yang lainnya saya tidak tahuDari pagi sampai sore saya disini terusQ : Kalau sholat jumat bagaimana pak?A : Saya sholat disini sajaQ : Bagaimana bapak bisa tegar dalam menjalani hidup?A : Dibilang tegar sih, tidak yaQ : Kenapa pak?A : Kadang saya sering mengeluhQ : Mengeluh tentang apa?A : Seperti biaya hidup yang mahalQ : Selain itu?A : Kebutaan yang saya alamiQ : Lalu bagaimana bapak bisa tabah?A : Saya hanya ingat tentang keluarga sayaQ : Apa yang di ingat pak?

A : Anak dan istri sayaQ : Seperti apa?A : tentang nafkah merekaQ : Nafkah?A : Iya, kalau bukan saya yang menafkahi mereka lalu siapa lagi?Q : Tanggung jawab sebagai kepala keluarga ya pak?A : Iya,Q : Apakah istri bapak sering mengeluh?A : Tidak,Q : Bagaimana bisa pak?A : Saya salut dengannya, dia sangat sabarQ : Istri anda sangat sabar ya pak?A : Iya, dia sangat sabar,Mau merawat saya yang buta ini, dan anak kamiQ : Bagaimana dengan anak bapak?A : Nah,ini diaQ : Seperti apa pak?A : Dia rewel, sering menangis, minta ini ituQ : Minta apa pak?A : Kadang minta dibeliin makanan dan mainanQ : Mainan?A : Iya, kadang kadang dia iri dengan anak tetanggaQ : Anak tetangga kenapa pak?A : Mainan mereka bagus, banyak pulaQ : Kenapa anaknya tidak dibelikan mainan?

A : Daripada buat beli mainan mending buat beli makanan?Q : Kenapa pakA : Ya, kan jelas lebih penting makanan?Q : Biasanya kalau anak bapak rewel apa yang akan bapak lakukan?A : Kalau saya sih dibiarkan saja seperti ituQ : Kalau istri anda?A : Biasanya di suruh sabar, nanti beberapa hari juga sudah lupaQ : Oh, begitu ya pak?A : Iya, biasanya istri saya bilang nanti kalau bapak sudah punya uang dibelikan mainanTapi baru beberapa hari lewat dia sudah lupa mau minta apaQ : Kebutuhan seperti apa yang menurut bapak penting untuk anak bapak?A : Yang pertama Pangan, makanan dia sehari hari harus tercukupiQ : Pangan pak?A : Iya, supaya dia tidak sakit dan bisa jadi pintarQ : Kebutuhan selanjutnya apa pak?A : SandangQ : Sandang?A : Iya, pakaian yang dia pakaiQ : Kebutuhan selanjutnya pak?A : Pendidikan anak sayaQ : Sekarang tentang masalah politik dan pemerintahan ya pak?A : Iya, silahkanQ : Kemarin bapak ikut pemilu?A : TidakQ : Kenapa pak?

A : Kemarin sudah di suruh ikut, tapi saya tidak mauQ : Iya, kenapa pak?A : Sudah bingung dengan pemerintahan saat iniQ : Bingung bagaimana pak?A : Sekarang kebutuhan pokok mahal, sementara mereka enak enakan korupsiQ : Jadi itu menurut bapak tentang pemerintahan saat ini?A : IyaQ : Selain itu pak?A : Mereka tidak jujur dengan rakyatQ : Tidak jujur bagaimana pak?A : Ya, dengan korupsi itu tadiQ : Terus pak?A : Korupsi kan sama saja memakan harta rakyat, kalau sudah seperti itu bagaimana rakyat bisa peduli?Q : Begitu ya pak?A : Iya, apalagi rakyat kecil seperti sayaQ : Apakah bapak punya pesan khusus untuk pemerintah?A : Iya, adaQ : Apa pak?A : Jadilah pemimpin yang jujur, kalian dipilih oleh rakyat, maka sejahterakanlah kami, jangan malah sengsarakan kamiQ : O, begitu pak, ada lagiA : Saya rasa tidak ada

Saya merasa sudah mendapatkan cukup informasi dari wawancara mendalam yang saya lakukan bersama bapak Marjiyo untuk menyelesaikan tugas Blok Humaniora. Akhirnya saya mohon pamit pada beliau dan mengucapkan terimakasih atas waktu yang beliau berikan pada saya untuk wawancara mendalam.

Q : Bapak, saya rasa cukup wawancaranya, terimakasih atas waktu yang bapak berikan pada sayaA : Iya, sama sama (sambil berjabat tangan)Q : AssalamualaikumA : Waalaikumsalam 31