Trauma Ginjal

24
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA GINJAL Di susun untuk melengkapi tugas seminar di semester IV tingkat 2 Dosen pengampu: Sri Rahayu, S.kep. Ns Di susun oleh 1. DANANG SETIAWAN 2. IJANG WALUYA 3. IRMAWATI 4. LIYASARI 5. M. NAZIRUDIN 6. SUGIYARTO 7. SULISTIANINGRUM

description

jzxkj

Transcript of Trauma Ginjal

Page 1: Trauma Ginjal

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA GINJAL

Di susun untuk melengkapi tugas seminar di semester IV tingkat 2

Dosen pengampu: Sri Rahayu, S.kep. Ns

Di susun oleh

1. DANANG SETIAWAN

2. IJANG WALUYA

3. IRMAWATI

4. LIYASARI

5. M. NAZIRUDIN

6. SUGIYARTO

7. SULISTIANINGRUM

AKADEMI KEPERAWATAN PRAGOLOPATI PATI

Page 2: Trauma Ginjal

TAHUN AKADEMI 2011/2012

Page 3: Trauma Ginjal

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem urinaria adalah suatu sistem di mana terjadinya proses penyaringan darah

sehingga darah terbebas dari zat-zat yang tidak di pergunakan oleh tubuh dan menyerap

zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat yang tidak berguna oleh tubuh larut

dalam air dan di keluarkan berupa urine

Sistem urinaria terdiri dari dua ginjal, dua ureter, kandung kemih dan uretra.

Dalam bab ini yang di bahas adalah ginjal yang mengalami trauma sehingga mengetahui

penyimpangan-penyimpangan fungsi ginjal

Suplai darah ginjal oleh arteri renalis dari aorta, arteri renalis dextra melewati

bagian belakang vena cava inferior. Jumlah darah yang melewati ginjal sangat besar.

Drainase vena oleh vena renalis ke dalam vena cava inferior, vena renalis sinistra

melewati bagian depan aorta. Ginjal di susun oleh nefron yaitu unit terkecil dari ginjal

B. Tujuan

Tujuan di susun makalah ini adalah:

1. Mengetahui sistem perkemihan terutama ginjal

2. Mengetahui bahaya trauma ginjal

3. Menyelesaikan salah satu tugas seminar tinkat 2 semester IV khususnya kuliah

keperawatan sistem perkemihan A1

Page 4: Trauma Ginjal

BAB II

TRAUMA GINJAL

A. Pengertian

Trauma Ginjal adalah suatu penyakit ginjal yang disebabkan oleh trauma tumpul atau

trauma tajam

(FKUI:2000)

Cedera renal yang paling sering adalah kontusi, laserasi, ruptur, dan cedera pedikel renal

atau laserasi internal kecil pada ginjal

(Brunner & Suddart:2001)

Trauma renal adalah cedera pada ginjal yang di sebabkan oleh berbagai macam ruda

paksa daik tumpul maupun paksa

http://nursing-keperawatan.blogspot.com/2008/09/trauma-ginjal.html

Klasifikasi

Tujuan pengklasifikasian trauma ginjal adalah untuk memberikan pegangan dalam terapi

dan prognosis. Trauma renal dapat di golongkan berdasarkan mekanisme cidera, lokasi

anatomis atau keparahan cidera

1. Trauma Minor

Lesi meliputi:

a. Kontusi ginjal

b. Minor laserasi korteks dan medulla tanpa gangguan pada sistem pelviocalices

c. Hematom minor dari subcapsular atau perinefron (kadang kadang) 75 – 80 %

dari keseluruhan trauma ginjal

2. Trauma Mayor

Mencakup laserasi mayor di sertai pupture kapsul ginjal. Cedera ini dapat di tangani

secara konservatif ( tirah baring tanpa pembadahan) atau melalui intervensi bedah

3. Trauma Kritikal

Meliputi laserasi multiple yang parah pada ginjal di sertai cidera pada suplai faskuler

ginjal. Cedera kritikal kebanyakan cedera penetrasi memerlukan bedah eksplorasi

akibat tingginya insiden keterlibatan organ lain dan seriusnya komplikasi yang terjadi

jika cidera tidak di tangani

Page 5: Trauma Ginjal

B. Etiologi

1. Adanya cedera traumatik menyebabkan ginjal dapat tertusuk oleh iga paling bawah

sehingga terjadi kontusi atau ruptur

2. Fraktur iga atau fraktur tranfersum vertebra lumbal dapat di hubungkan dengan

kontusi renal atau laserasi

3. Cedera tumpul (kecelakaan lalu lintas, jatuh, cedera atletik, pukulan)

4. Penetrasi (luka tembak, luka tikam)

5. Lalai dalam menggunakan sabuk pengaman dapat menimbulkan trauma renal pada

kecelakaan lalu lintas

(Brunner &Suddart:2001)

C. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala dari trauma ginjal antara lain :

1. Bengkak dan memar daerah pinggang ( swelling & bruising renal angle )

2. Distensi abdomen akibat penimbunan darah atau urine

3. Dapat terjadi ileus

4. Berkurangnya produksi air kemih

5. Bengkak tungkai, kaki atau pergelangan kaki

6. Nyeri pinggang hebat ( kolik )

7. Demam

8. Mual dan muntah

(Brunner &Suddart:2001)

D. Patofisiologi

Trauma tajam seperti tembakan dan tikaman pada abdomen bagian atas atau

pinggang merupakan 10 – 20 % penyebab trauma pada ginjal di Indonesia.

Trauma iatrogenik pada ginjal dapat disebabkan oleh tindakan operasi atau radiologi

intervensi, dimana di dalamnya termasuk retrograde pyelography, percutaneous

nephrostomy, dan percutaneous lithotripsy. Dengan semakin meningkatnya popularitas

dari teknik-teknik di atas, insidens trauma iatrogenik semakin meningkat , tetapi

kemudian menurun setelah diperkenalkan ESWL. Biopsi ginjal juga dapat menyebabkan

trauma ginjal .

Page 6: Trauma Ginjal

Trauma tumpul merupakan penyebab utama dari trauma ginjal. Dengan lajunya

pembangunan, penambahan ruas jalan dan jumlah kendaraan, kejadian trauma akibat

kecelakaan lalu lintas juga semakin meningkat.

Trauma tumpul ginjal dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Trauma

langsung biasanya disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, olah raga, kerja atau

perkelahian. Trauma ginjal biasanya menyertai trauma berat yang juga mengenai organ

organ lain. Trauma tidak langsung misalnya jatuh dari ketinggian yang menyebabkan

pergerakan ginjal secara tiba tiba di dalam rongga peritoneum. Kejadian ini dapat

menyebabkan avulsi pedikel ginjal atau robekan tunika intima arteri renalis yang

menimbulkan trombosis.

Ada beberapa faktor yang turut menyebebkan terjadinya trauma ginjal. Ginjal

yang relatif mobile dapat bergerak mengenai costae atau corpus vertebrae, baik karena

trauma langsung ataupun tidak langsung akibat deselerasi. Kedua, trauma yang demikian

dapat menyebabkan peningkatan tekanan subcortical dan intracaliceal yang cepat

sehingga mengakibatkan terjadinya ruptur. Yang ketiga adalah keadaan patologis dari

ginjal itu sendiri.

Sebagai tambahan, jika base line dari tekanan intrapelvis meningkat maka

kenaikan sedikit saja dari tekanan tersebut sudah dapat menyebabkan terjadinya trauma

ginjal. Hal ini menjelaskan mengapa pada pasien yang yang memiliki kelainan pada

ginjalnya mudah terjadi trauma ginjal.

(Mc.Aninch:2000)

E. KOMPLIKASI

Komplikasi awal terjadi I bulan pertama setelah cedera

1. Urinoma

2. Delayed bleeding

3. Urinary fistula

4. Abses

5. Hipertensi

Komplikasi lanjut

1. Hidronefrosis

2. Arteriovenous fistula

3. Piolenofritis

Page 7: Trauma Ginjal

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan radiologi

Sebagian besar trauma tumpul ginjal adalah derajat 1 ( kontusio ginjal ) yang dapat

sembuh spontan tanpa komplikasi lanjutan.

b. Intravenous Urography

Tujuan pemeriksaan ini untuk melihat adanya ekstravasasi urin dan pada trauma

tajam untuk melihat alur peluru. Pemeriksaan ini sangat akurat untuk melihat

adanya trauma ginjal. Tetapi tidak sensitif dan spesifik untuk melihat adanya cidera

parenkim ginjal.

c. CT scan

Pada pasien yang stabil dapat dilakukan pemeriksaan CT, yang merupakan

pemeriksaan yang sensitif dan spesifik untuk menentukan laserasi parenkim,

ekstravasasi urin, infark segmental, dan melihat hematom retroperitoneal atau

cidera organ intra abdomen yang lain ( hepar, limpa, pankreas, danusus ).

d. Ultrasonography

Pemeriksaan ini terutama ditujukan untuk melihat adanya hemoperitoneum pada

trauma tumpul abdomen. Tapi tidak dianjurkan untuk mengevaluasi pada trauma

ginjal yang akut, mengingat terbatasnya visualisasi ginjal dan lebih tergantung

pada operator yang melakukan pemeriksaan

e. Arteriography

Mempunyai peran selektif hanya untuk mengevaluasi dan terapi persistent delayed

renal bleeding atau symptomatic post traumatic arterio - venous fistulas.

Pemeriksaan sinar X untuk ginjal dan saluran kemih, misalnya urografi intravena

dan CT scan, dapat secara akurat menentukan lokasi dan luasnya cedera.

f. Pemeriksaan darah rutin

Pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg

dalam serum dan kemudian berangsur - angsur turun kembali. Untuk mencari

kelainan pada darah itu sendiri

( Jusuf Misbach:2000 )

G. PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan keperawatan

Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mengendalikan hemoragi, nyeri dan infeksi

untuk mempertahankan dan melindungi fungsi ginjal dan mempertahankan drainase

urine.

Page 8: Trauma Ginjal

a. Hematuria merupakan manifestasi umum yang menunjukkan cedera renal.

Hematuria mungkin tidak muncul atau terdeteksi hanya melalui pemeriksaan

mikroskopik. Seluruh urine di kumpulkan dan di kirim ke laboratorium untuk di

analisis guna mendeteksi adanya eritrosit dan untuk mengikuti jalanya perdarahan.

Kadar hemoglobin dan hematokrit di pantau ketat, penurunan nilai substansi

menunjukkan adanya hemoragi

b. Pasien di pantau adanya oliguri dan tanda syok hemoragik, karena cedera pedikel

atau ginjal yang hancur dapat menyebabkan eksanguinasi( kehilangan banyak

darah yang mematikan). Hematoma yang meluas dapat menyebabkan ruptur capsul

ginjal. Untuk mendeteksi hematoma, area di sekitar iga paling bawah, lumbar

vertebra atas, panggul dan abdomen di palpasi akan adanya nyeri tekan. Terabnya

massa di sertai nyeri tekan, bengkak, dan ekimosis pada panggul atau abdominal

menunjukkan adanya hemoragie renal.area massa di tandai dengan pensil sehingga

pemeriksa dapat mengevaluasi perubahan pada area tersebut

c. Trauma renal sering di hubungkan dengan cedera lain pada organ abdominal (hati,

usus besar, usus halus) oleh karena itu kulit pasien di kaji akan adanya abrasi,

laserasi, dan tempat masuk serta keluarnya luka di abdomen atas dan thoraks

bawah, karena kondisi ini mungkin berhubungan dengan cedera renal

2. Penatalaksanaan medis

a. Konservatif. Pengobatan konservatif tersebut meliputi istirahat di tempat tidur,

analgesik untuk menghilangkan nyeri, serta observasi status ginjal dengan

pemeriksaan kondisi lokal, kadar hemoglobin, hematokrit serta sedimen urin.

Penanganan trauma ginjal grade 2 masih menimbulkan suatu kontroversi.

Penenganan secara konservatif, seperti yang dipilih oleh kebanyakan dokter,

mengandalkan kemampuan normal ginjal untuk menyembuhkan dirinya sendiri.

b. Tindakan konservatif ini dilakukan untuk menghindari dilakukannya tindakan

nephrektomi. Sedangkan dokter yang memilih tindakan operatif secara dini

mengemukakan bahwa finsidens terjadinya komplikasi lanjut dapat diturunkan

dengan tindakan nephrektomi.

c. Penanganan trauma ginjal memerlukan tindakan operatif berupa laparotomi

Page 9: Trauma Ginjal

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan untuk mengenal

masalah klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan. Tahap

pengkajian terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pengumpulan data, pengelompokkan data

dan perumusan diagnosis keperawatan

( Lismidar, 1990 )

a. Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang status kesehatan klien

yang menyeluruh mengenai fisik, psikologis, sosial budaya, spiritual, kognitif,

tingkat perkembangan, status ekonomi, kemampuan fungsi dan gaya hidup klien

( Marilynn E. Doenges et al, 2001 )

b. Identitas klien

Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,

pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor

register, diagnose medis

c. Pada pola kehidupan sehari – hari dapat dilihat dari :

Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat. Biasanya ada riwayat perokok,

penggunaan alkohol, penggunaan obat kontrasepsi oral.

Pada pola eliminas. Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola

defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.

Pola aktivitas dan latihan. Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena

kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah.

Pola tidur dan istirahat. Klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena

kejang otot/ nyeri otot

Pola hubungan dan peran. Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien

mengalami kesukaran untuk beraktivitas.

Pola persepsi dan konsep diri. Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan,

mudah marah, tidak kooperatif

Pola sensori dan kognitif. Pada pola sensori klien mengalami gangguan

penglihatan/ kekaburan pandangan, perabaan/ sentuhan menurun pada muka

dan ekstremitas yang sakit. Pada pola kognitif biasanya terjadi penurunan

memori dan proses berpikir.

Page 10: Trauma Ginjal

Pola tata nilai dan kepercayaan. Klien biasanya jarang melakukan ibadah

karena tingkah laku yang tidak stabil, kelemahan/ kelumpuhan pada salah satu

sisi tubuh.

( Marilyn E. Doenges, 2001 )

2. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik yang diperiksa mencakup :

a. Keadaan umum : nyeri pada pinggang

b. Suara bicara : tidak mengalami gangguan

c. Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi

d. Pemeriksaan integumen

1. Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan

cairan maka turgor kulit akan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda

dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien stroke hemoragik

harus bed rest 2-3 minggu

2. Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis

3. Rambut : umumnya tidak ada kelainan

4. Pemeriksaan kepala dan leher

5. Kepala : bentuk normal

6. Muka : simetris

7. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar karotis

e. Pemeriksaan dada

Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing ataupun

suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan

menelan.

f. Pemeriksaan abdomen

Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang

terdapat kembung.

g. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus

Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine

h. Pemeriksaan ekstremitas

Sering didapatkan kelemahan anggota gerak

Page 11: Trauma Ginjal

Pathways

Cedera traumatik & fraktur iga/ tranversum penetrasi & kecelakaan

Cedera tumpul vertebra lumbal lalu lintas

Trauma Renal

Robekan pembuluh darah

Renal

Perdarahan terdapat darah dalam urine

Memperbaiki fungsi

Mengganggu fungsi kehilangan eritrosit ginjal

Ginjal

Eritrosit menurun prosedur operasi

Peningkatan leukosit gangguan sirkulasi

Darah

Tanda peradangan

kulit pucat

nyeri

G3 keseimbangan cairan & elektrolit

Resiko infeksi

G3 perfusi jaringan

cemas

Page 12: Trauma Ginjal

A. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisa dan interpretasi data yang

diperoleh dari pengkajian keperawatan klien. Diagnosa keperawatan memberikan

gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien yang nyata ( aktual ) dan

kemungkinan akan terjadi ( potensial ) di mana pemecahannya dapat dilakukan dalam

batas wewenang perawat.

Adapun diagnosa yang mungkin muncul adalah :

1. Nyeri ( akut ) berhubungan dengan trauma ginjal

2. Cemas berhubungan dengan prosedur pembedahan

3. Ganggauan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan perdarahan

4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan sirkulasi darah

5. Resiko infeksi behubungan dengan trauma ginjal

(NANDA:2006)

Intervensi Keperawatan

Rencana asuhan keperawatan merupakan mata rantai antara penetapan

kebutuhan klien dan pelaksanaan keperawatan. Dengan demikian rencana asuhan

keperawatan adalah petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat mengenai

rencana tindakan yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya

berdasarkan diagnosa keperawatan.

Rencana keperawatan dari diagnosa keperawatan diatas adalah :

a. Nyeri ( akut ) berhubungan dengan trauma ginjal

Tujuan:

Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam di harapkan nyeri

pasien berkurang dengan kriteria hasil:

1. Tidak ada ekspresi lisan atau wajah

2. Tidak ada posisi tubuh melindungi

3. Tidak ada kegelisahan atau ketegangan otot

4. Tidak ada perubahan dalam kecepatan pernapasan, denyut jantung atau

tekanan darah

Page 13: Trauma Ginjal

Intervensi:

1. Kaji nyeri, amati lokasi dan intensitasnya ( skala 0 – 10 )

Rasional: mengetahui tingkat nyeri yang di rasakan pasien

2. Pertahankan bedrest jika diindikasikan

Rasional: Mengurangi aktivitas dapat mengurangi rasa nyeri

3. Menganjurkan tehnik relaksasi/nafas dalam serta aktivitas diversional

Rasional: mengurangi rasa nyeri pasien

4. Berikan kompres dingin pada daerah sekitar trauma

Rasional: vasokontriksi serabut-serabut saraf besar menekan serabut saraf

kecil sehungga impuls nyeri ke otak terhambat

b. Cemas berhubungan dengan prosedur pembedahan

Tujuan :

Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam di harapkan Pasien

menunjukkan penurunan kecemasan dan ketakutan dengan kriteria hasil:

1. Pasien dapat rileks

2. Mengungkapkan informasi yang akurat tentang keadaannya

3. Tidak menunjukkan perilaku agresif

4. Mengidentifikasi gejala yang merupakan indikator cemas

Intervensi :

1. Berikan perhatian kepada pasien, ciptakan hubungan saling percaya dengan

pasien dan support person.

Rasional: mendekatkan diri kepada pasien merupakan salah satu langkah

awal komunikasi terapeutik

2. Berikan informasi tentang prosedur spesifik, kateterisasi, urine berdarah, iritasi

bladder.

Rasional: memberi pengetahuan pasien agar dapat mengenali gejala-gejala

tersebut

3. Informasikan sebelum melakukan prosedur dan pertahankan privacy pasien

Rasional: menanyakan persetujuan pasien

4. Anjurkan pasien dan keluarga mengungkapkan perasaannya

Rasional: mengurangi kecemasan pasien

c. Ganggauan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan perdarahan

Tujuan:

Page 14: Trauma Ginjal

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam di harapkan

kekurangan volume cairan teratasi dan keseimbangan elektrolit asam-basa akan di

capai dengan kriteria hasil:

1. Keseimbangan cairan, keseimbangan elektrolit, dan asam basa

2. Hidrasi yang edekuat

3. Status nutrisi dan asupan makanan dan cairan edekuat

4. Frekuensi irama nadi, nafas dalam rentang yang di harapkan

5. Serum dan pH urine dalam batas normal

Intervensi:

1. Observasi input dan output pasien

Rasional: mengetahui keseimbangan jumlah cairan yang masuk dan yang

keluar

2. Monitor cairan dan elektrolit tiap 4 jam

Rasional: kekurangan cairan dalam tubuh dapat mengakibatkan elastisitas kulit

terganggu

3. Lakukan tranfusi bila perlu

Rasional: kadar Hb yang rendah harus di lakukan tranfusi

4. Berikan cairan parenteral dan oral

Rasional: menggantikan sejumlah cairan dan elektrolit yang di butuhkan tubuh

5. Kolaborasi pemasangan kateter

Rasional: untuk mempertahankan drainase urine dan mengetahui hematuria

d. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan sirkulasi darah

Tujuan:

Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam di harapkan pasien

menunjukkan keseimbangan cairan, menunjukkan integritas jaringan kulit dan

mukosa dan menunjukkan perfusi jaringan perifer dengan kriteria hasil:

1. Tekanan darah normal

2. Nadi perifer teraba

3. Tidak ada edema perifer

4. Hidrasi kulit

5. Suhu ekstremitas hangat

6. Kulit utuh, warna normal

Intervensi:

Page 15: Trauma Ginjal

1. Pantau sirkulasi perifer secara komprehensif

Rasional: menilai irama dan frekuensi nadi, warna kulit dan suhu tubuh

pasien

2. Pantau posisi bagian tubuh saat mandi, duduk maupun berbaring

Rasional: mencegah terjadinya ulkus

3. Hindari suhu eksrim pada ekstremitas

Rasional: pada sirkulasi yang terganggu, hindari suhu ekstrim karena dapat

merusak kulit

4. Periksa setiap hari adanya perubahan integritas kulit

Rasional: mengkaji keadaan kulit

5. Kolaborasi untuk memberikan antitrombosit atau anticoagulan jika di perlukan

Rasional: mencegah pembekuan darah

e. Resiko infeksi behubungan dengan trauma ginjal

Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam di harapkan pasien

dapat menunjukkan pengendalian resiko dan faktor resiko infeksi akan hilang

dengan kriteria hasil:

1. Terbebas dari tanda atau gejala infeksi

2. Menunjukkan hiegine pribadi yang adekuat

3. Mengindikasikan status gastrointestinal, pernafasan, genitourinaria, dan imun

dalam batas normal

4. Menggambarkan faktor yang menunjang penularan infeksi

5. Melaporkan tanda dan gejala infeksi

Intervensi:

1. Pantau tanda dan gejala infeksi

Rasional: melihat apakah ada tanda-tanda infeksi

2. Pantau hasil laboratorium

Rasional: pada keadaan infeksi jumlah leukosit meninggi

3. Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi

Rasional: infeksi tidak sembuh mungkin karena usia lanjut, imun rendah atau

malnutrisi

4. Batasi jumlah pengunjung bila di perlukan

Page 16: Trauma Ginjal

Rasional: memberikan rasa nyaman kepada pasien

5. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik

Rasional: untuk mencegah infeksi lebih lanjut

(Doengoes:2001)

Page 17: Trauma Ginjal

DAFTAR PUSTAKA

1. http://nursing-keperawatan.blogspot.com/2008/09/trauma-ginjal.html

2. Brunner & Suddart. Keperawatan medikal bedah edisi 8. Jakarta EGC:2001

3. John Gibson. Anatomi dan fisiologi modern untuk perawat edisi 2. Jakarta. EGC:2002

4. NANDA. Diagnosa keperawatan. Jakarta. EGC: 2006

5. Doenges M.E. (2001), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan

dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3, Penerbit Buku Kedoketran EGC,

Jakarta